pbl sken2.2 ipt

3
Paramyxoviridae merpakan famili yang besar dan mempunyai tiga genus, yaitu: 1. Paramyxoviridae (parotis epidemika, parainfluenza tipe 1 – 5 dan penyakit New Castle) 2. Morbillivirus (campak, morbili, distemper dan rinderpest bovin) 3. Pneumovirus (sinsitial pernapasan) Anggota paramyxoviridae dapat menimbulkan penyakit pada saluran pernafasan, campak, parotitis epidemika, dan penyakit neurologik baik yang akut ataupun yang menahun. SIFAT- SIFAT PARAMYXOVIRIDAE Sifat virion Partikel virus ini lebih besar dari orthomyxovirus dan bersifat pleomorfik yang diameternya berkisar antara 150-300 nm dan pekaeter. Partikel virus mempunyai selubung (peplos) yang penuh dengan tonjolan- tonjolan serta mudah sekali rusak karena pengaruh penyimpanan, pembekuan dan pencairan atau pengolahan untuk pembuatan preparat mikroskop elektron, sehingga virus dapat mengalami distorsi atau pecah. Asam nukleatnya berupa RNA yang berserat tunggal dengan berat molekul sebesar 7juta dalton dan nukleokapsidnya mempunyai simetri helikal. Besarnya nukleokapsid dan tidak terbaginya genom RNA dari paramyxovirus menjadi segmen- segmen, merupakan tanda- tanda yang membedakannya daro orthomyxovirus. Sifat biologik Kebanyakan paramyxovirus menempel pada reseptor nukleoprotein yang terdapat pada eritrosit dan sel hopes dengan pertolongan tonjolan glikoprotein (HN) pada permukaan partikel virus. Pada beberapa anggota dari golongan virus ini, protein tersebut mempunyai sifat yang kedua sebagai enzim perusak reseptor atau disebut juga neuraminidasa. Karena hal ini maka reaksi hemaglutinasi dilaksanakan pada 40 C, di mana hemaaglutinin adalah aktif, sedangkan neuraminidasa tidak. Kebanyakan anggota paramyxovirus mempunyai hemolisin, yaitu suatu zat yang dapat melisiskan eritrosit. Paramyxovirus dapat menimbulkan peristiwa fusi sel (cell fusion), sehingga terjadi suatu polikariosit atau sel raksasa pada kejadian infeksi manusia. Peristiwa fusi sel kini dipakai sebagai suatu cara unuk menandapakan hibrida sel yaitu suatu teknik yang penting dan banyak dipakai dalam genetika sel somatik. Kebanyakan anggota dari famili Paramyxoviridae dapat menimbulkan suatu infeksi persisten yang tidak sitosidal pada biakan sel. Sifat

Upload: fitria-nurulfath

Post on 13-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

io

TRANSCRIPT

Page 1: pbl sken2.2 ipt

Paramyxoviridae merpakan famili yang besar dan mempunyai tiga genus, yaitu:

1. Paramyxoviridae (parotis epidemika, parainfluenza tipe 1 – 5 dan penyakit New Castle)2. Morbillivirus (campak, morbili, distemper dan rinderpest bovin)3. Pneumovirus (sinsitial pernapasan)

Anggota paramyxoviridae dapat menimbulkan penyakit pada saluran pernafasan, campak, parotitis epidemika, dan penyakit neurologik baik yang akut ataupun yang menahun.

SIFAT- SIFAT PARAMYXOVIRIDAE

Sifat virion

Partikel virus ini lebih besar dari orthomyxovirus dan bersifat pleomorfik yang diameternya berkisar antara 150-300 nm dan pekaeter. Partikel virus mempunyai selubung (peplos) yang penuh dengan tonjolan- tonjolan serta mudah sekali rusak karena pengaruh penyimpanan, pembekuan dan pencairan atau pengolahan untuk pembuatan preparat mikroskop elektron, sehingga virus dapat mengalami distorsi atau pecah. Asam nukleatnya berupa RNA yang berserat tunggal dengan berat molekul sebesar 7juta dalton dan nukleokapsidnya mempunyai simetri helikal. Besarnya nukleokapsid dan tidak terbaginya genom RNA dari paramyxovirus menjadi segmen- segmen, merupakan tanda- tanda yang membedakannya daro orthomyxovirus.

Sifat biologik

Kebanyakan paramyxovirus menempel pada reseptor nukleoprotein yang terdapat pada eritrosit dan sel hopes dengan pertolongan tonjolan glikoprotein (HN) pada permukaan partikel virus. Pada beberapa anggota dari golongan virus ini, protein tersebut mempunyai sifat yang kedua sebagai enzim perusak reseptor atau disebut juga neuraminidasa. Karena hal ini maka reaksi hemaglutinasi dilaksanakan pada 40 C, di mana hemaaglutinin adalah aktif, sedangkan neuraminidasa tidak. Kebanyakan anggota paramyxovirus mempunyai hemolisin, yaitu suatu zat yang dapat melisiskan eritrosit.

Paramyxovirus dapat menimbulkan peristiwa fusi sel (cell fusion), sehingga terjadi suatu polikariosit atau sel raksasa pada kejadian infeksi manusia. Peristiwa fusi sel kini dipakai sebagai suatu cara unuk menandapakan hibrida sel yaitu suatu teknik yang penting dan banyak dipakai dalam genetika sel somatik.

Kebanyakan anggota dari famili Paramyxoviridae dapat menimbulkan suatu infeksi persisten yang tidak sitosidal pada biakan sel. Sifat ini mempunyai arti klinik yang penting untuk menerangkan sindrom panensefalitis sklerosa sub akut.

Virus parotitis, penyakit New Castle dan parainfluenza secara antigenik adalah berkerabat, akan tetapi dapat dibedakan dari yang lainnya berdasarkan struktur antigen nukleokapsid dan antigen permukaannya. Demikian virus campak dan distamper anjing serta virus rinderpest mempunyai antigen yang berkerabat.

Sifat replikasi

Genom RNA dari anggota paramyxoviridae tidak inefektif dan tidak dapat bertindak sebagai RNA pesuruh. Yang terjadi ialah, genom virus mengalami ranskripsi menjadi molekul RNA yang pendek dan berfungsi sebagai pesuruh dan bersifat komplementer terhadap genom. Cara replikasi anggota paramyxoviridae mirip dengan rhabdovirus. Paramyxovirus mempunyai polimerase RNA yang ebrgantung dengan RNA, yaitu suatu komponen struktural dari virion yang memproduksi RNA pesuruh (messenger RNA) permulaan.

Page 2: pbl sken2.2 ipt

MORFOLOGI