hakekat kurikulum dan prisip-prisip ...p4tksb-jogja.com/arsip/images/wi/hakekat kurikulum...

16
1 HAKEKAT KURIKULUM DAN PRISIP-PRISIP PENGEMBANGAN KURIKULUM Oleh : MARSUDI WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA Abstrak Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum 2013, yaitu kurikulum sebagai jantungnya pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Kurikulum 2013 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan, Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran, Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan Pengembangan kurikulum harus memiliki landasan yang kuat yaitu berdasarkan kondisi masyarakat yang nyata yang terjadi dilapangan, nilai nilai mendasar yang diyakini, kondisi anak yang benar serta pengetahuan dan konsep konsep ilmu yang mutakhir. Kemudian kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarat, berbangsa dan bernegara. Keyword : Kurikulum, Hakekat, Perkembangan.

Upload: vuongthu

Post on 03-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1

HAKEKAT KURIKULUM DAN PRISIP-PRISIP

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Oleh : MARSUDI

WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA

Abstrak

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun

2013 Tentang Implementasi Kurikulum, pemerintah telah menggiring pelaku

pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum 2013, yaitu

kurikulum sebagai jantungnya pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan

secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta

didik..

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,

yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam

pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba,

mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk

mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak

selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses

pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari

nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Kurikulum 2013 Standar Kompetensi Lulusan

diturunkan dari kebutuhan, Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan

melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran, Semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

Pengembangan kurikulum harus memiliki landasan yang kuat yaitu berdasarkan kondisi

masyarakat yang nyata yang terjadi dilapangan, nilai nilai mendasar yang diyakini,

kondisi anak yang benar serta pengetahuan dan konsep – konsep ilmu yang mutakhir.

Kemudian kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarat, berbangsa dan bernegara.

Keyword : Kurikulum, Hakekat, Perkembangan.

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang

strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu

pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam

penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan

penelitian secara mendalam.

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen, komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat

diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku

kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap

komponen-komponen kurikulum yang lain. Kurikulum 2013 Standar Kompetensi

Lulusan diturunkan dari kebutuhan, Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi

Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran, Semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, Mata

pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai Semua mata pelajaran diikat

oleh kompetensi inti (tiap kelas)

Melihat bahwa sangat pentingnya komponen-komponen dalam kurikulum maka

makalah ini mengambil tema "hakekat kurikulum dan prinsip-prinsip pengembangan

kurikulum"

B. Hakekat Kurikulum

1. Pengertian kurikulum

‘Kurikulum’ dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini

bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah ‘jurusan’

seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’ dalam bahasa

Inggris mengandungi pengertian ‘jelmaan’ atau ‘metamorfosis’. Paduan makna kedua-

dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin’ ialah ‘laluan dan satu

peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna ini memberikan pengertian ‘kurikulum’

dalam perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggris sebagai jurusan pengkajian yang

diikuti di sekolah. (Kliebard, 1982) www.karyanet.com.my/knet/ebook

http://herdisaksul.wordpress.com/2008/06/03/hakekat-kurikulum/

Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP 2006:5).

Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum adalah

suatu pedoman yang terencana dan terorganisir dimana didalamnya tercakup tujuan,

pembelajar, pebelajar,sarana dan prasarana, alat/bahan, evaluasi untuk menciptakan suatu

pengalaman belajar pada pebelajar dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga

3

penyelenggara pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.

http://herdisaksul.wordpress.com/2008/06/03/hakekat-kurikulum/

2. Kurikulum sebagai sistem

Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb)

yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan

organisasai dalam mencapai satu tujuan.

Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah

komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan

demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang

memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan

yang bulat untuk mencapai tujuan.

3. Strategi pelaksanaan kurikulum

Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan

dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada

hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.

Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan

pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik

yang secara \umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.

Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu

dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus

diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik

mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang

maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik.

Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan

dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.

4. Evaluasi kurikulum

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam

konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah

ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam

perbaikan strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen

kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang

penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu

sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri,

pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.

Jenis-jenis penilaian meliputi :

a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)

4

b) Penilaian proses pembelajaran (Program)

c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program)

II. PEMBAHASAN

A. Perubahan Kurikulum

1. Kurikulum 1947

Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947.

Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran)

ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat

politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum

Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan

kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan

gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada tahun 1950.

Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950. Susunan

Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar

mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya.

http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297-sejarah-perkembangan-

kurikulum-di-indonesia

2. Kurikulum 1952

Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia

mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai

1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling

menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus

memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Di

penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum

1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral

(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:

moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.

Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297-sejarah-perkembangan-

kurikulum-di-indonesia

3. Kurikulum 1964

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan

sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-

pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa

pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk

pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program

Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.

Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,

emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih

5

menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297-sejarah-perkembangan-

kurikulum-di-indonesia

4. Kurikulum 1968 dan sebelumnya Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu

dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi

pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968

merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara

murni dan konsekuen.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan

ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat

jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan

keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan

dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975 Kurikulum 1973 Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-

pendekatan di antaranya sebagai berikut.

Berorientasi pada tujuan

Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan

peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah

kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk

tingkah laku siswa.

Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon

(rangsang-jawab) dan latihan (drill).

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi

memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983

menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari

kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah

menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.

6. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam

waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan

efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama

harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.

6

Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa

aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan

siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,

afektif, maupun psikomotor.

Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan

kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah,

semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.

Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru

kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat

peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang

dipelajarinya.

Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan

penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret,

semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-

contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju

ke kompleks.

Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan

kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan

mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan

dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.

7. Kurikulum 1994 Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan

dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan

mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang

pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi

kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya

sebagai berikut.

Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan

Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat

(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)

Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum

untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti

sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan

dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

7

Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi

yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.

Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah

kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu

jawaban), dan penyelidikan.

Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan

konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan

terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan

pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan

masalah.

Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal

yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.

Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk

pemantapan pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,

terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi

(content oriented), di antaranya sebagai berikut.

Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya

materi/substansi setiap mata pelajaran

Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat

perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan

aplikasi kehidupan sehari-hari.

Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan

bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.

8. Kurikulum Berbasis Kompetensi – Versi Tahun 2002 dan 2004

Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum adalah

sebagai berikut. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai

konteks.

Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi

kompeten.

Kompeten merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan hal-hal

yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran.

Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas

dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.

(Puskur, 2002a).

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan

tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar

mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum

sekolah. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang

diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang

bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan

kebutuhannya (Puskur, 2002a).

8

Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan

pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam

setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang

dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.

Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur

pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai;

spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian

kompetensi;

pengembangan sistem pembelajaran.

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun

klasikal.

Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang

bervariasi.

Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi

unsur edukatif.

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau

pencapaian suatu kompetensi.

(Puskur, 2002a). http://herdisaksul.wordpress.com/2008/06/03/hakekat-kurikulum/

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Mulai tahun pelajaran 2006-2007, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)

meluncurkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) atau akrab disebut Kurikulum

2006. KTSP merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi dan karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat

setempat, serta karakteristik peserta didik. Kurikulum 2006 memberi keleluasaan penuh

pada setiap sekolah untuk mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan

potensi sekolah dan potensi daerah sekitar.

Tujuan diterapkannya KTSP adalah :

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu

kepada tujuan umum pendidikan berikut.

1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Landasan pengembangan KTSP adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas)

9

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP)

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang standar isi

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan (SKL)

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006

Peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan peraturan menteri pendidikan

nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar

dan menengah serta peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006

tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Dalam KTSP guru diberi kewenangan penuh untuk menyusun dan mengembangkan

program. Pengembangan program tersebut mencakup antara lain :

pertama, program tahunan. Program ini dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru

sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-

program berikutnya, yaitu program semester, program mingguan, dan program harian

atau program pembelajaran setiap kompetensi dasar.

Kedua, program semester. Program ini berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang

hendak dilaksanakan dan akan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini

merupakan penjabaran dari program tahunan.

Ketiga, program mingguan dan harian. Program ini merupakan penjabaran dari program

semester dan program modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang

telah dicapai dan yang perlu diulang bagi setiap peserta didik.

Keempat, program pengayaan dan remidial. Program ini merupakan pelengkap dan

penjabaran dari program mingguan dan harian. Dari program ini dapat teridentifikasi

siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar akan dilayani dengan kegiatan remidial,

sedangkan untuk siswa yang cemerlang akan dilayani dengan kegiatan pengayaan agar

tetap mempertahankan kecepatan belajarnya.

Kelima, Program pengembangan diri. Program ini sebagian besar diberikan melalui

kegiatan ekstrakurikuler maupun melalui bimbingan dan konseling atau konselor kepada

para siswa yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier.

Adapun pengembangan program tahunan, program semester, program mingguan dan

harian yang disusun oleh guru-guru telah disusun sesuai dengan acuan dalam KTSP.

Para guru menyusunnya secara bersama-sama dalam satu tim. Biasanya program

tersebut disusun pada awal tahun pelajaran. Setiap guru mempunyai tugas-tugas masing-

masing, sehingga dalam penyusunannya tidak mengalami hambatan yang berarti.

Permasalahan Kurikulum 2006

1. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata

pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat

perkembangan usia anak.

2 Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan

tujuan pendidikan nasional.

3 Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

10

Sumber bahan uji publik kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 29 November 2012

10. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi

kedua dimensi tersebut. Dalam bidang pendidikan kejuruan disebutkan bahwa pendidikan

kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih

mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau bidang pekerjaan daripada bidang-

bidang pekerjaan lainnya.

a. Landasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :

1) Untuk SD/MI mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI;

2) Untuk SMP/MTs mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs;

3) Untuk SMA/MA mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA;

4) Untuk SMK/MAK mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK;

b. Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific

appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,

mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata

pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin

pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi

seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-

sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan

4 Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan

(misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft

skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.

5 Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada

tingkat lokal, nasional, maupun global.

6 Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci

sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada

pembelajaran yang berpusat pada guru.

7 Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap,

keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara

berkala.

8 Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak

menimbulkan multi tafsir.

11

suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti

proses pembelajaran dengan baik.

Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan

pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan

materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus

mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep

tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat

dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau

kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya

pertanyaan pada diri siswa.

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam

proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam

pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa

secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam

metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh

siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di

muka.

Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep,

hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi

pelajaran yang dikuasai siswa.

1) Pembelajaran berbasis proyek (PBP)

Pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan strategi pembelajaran yang

menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi

sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas

peserta didik untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti,

menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran

berdasarkan pengalaman nyata. Strategi ini memperkenankan pesera didik untuk

bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkostruksikan produk otentik

yang bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana telah diurakan di atas bahwa sarana pembelajaran untuk

mencapai kompetensi dalam PBP menggunakan tugas proyek sebagai strategi

pembelajaran. Para peserta didik bekerja secara nyata, memecahkan persoalan di dunia

nyata yang dapat menghasilkan solusi berupa produk atau hasil karya secara nyata atau

realistis. Prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis proyek adalah:

a) Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas pada

kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.

b) Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau

topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.

c) Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk

nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun

dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk, laporan atau hasil karya

tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik

untuk perbaikan proyek berikutnya.

12

2) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya

PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak

terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

membangun pengetahuan baru. PBM sejalan dengan filosofi konstruktivisme yang

menekankan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuannya sendiri

melalui interaksinya dengan masalah nyata. PBM merupakan pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik (student-centered), sementara guru berperan sebagai

fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah

dan membangun pengetahuannya. Kolaborasi antarpeserta didik sangat diperlukan

karena masalah yang harus diselesaikan sangat kompleks yang memerlukan

keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3) Konsep dan Prinsip Pembelajaran Discovery Learning

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan

mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar

perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan

ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat

melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian

yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa

dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Pada akhirnya yang

menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru

memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver,

seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut siswa

akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi

dirinya. Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar

ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru

hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti

bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema

disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi

direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar

sendiri.

c. Penilaian dengan Pendekatan Autentik

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi

dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya

satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia

nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa

yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter

waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Assessment autentik

pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis,

mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian

mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

13

Karena Kurikulum dijadikan suatu acuan untuk melaksanakan pendidikan, maka

kurikulum tersebut juga menjadi penentu akan keberhasilan dalam pembangunan

pendidikan. Pembangunan pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan

kualitas manusia meliputi segala aspek manusia dalam harkatnya sebagai mahluk yang

berakal budi, sebagai pribadi, sebagai warga masyarakat dan warga negara.

Pengembangan ini meliputi 3 misi utama (Dimyati,1992), yaitu : pendidikan kepribadian,

pendidikan socio-civics dan pendidikan intelektual. Pengembangan pendidikan di

Indonesia tidak bisa lepas dari misi utama pendidikan yang tertuang dalam tujuan

pendidkan nasional yang berdasarkan Pancasila.

Kurikulum harus memuat rancangan – rancangan atau program –program

pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat (yang senantiasa

selalu berkembang ) dan kemajuan peradaban dunia dengan tetap berpedoman pada

Pancasila. Apabila suatu kurikulum mampu membuat hal tersebut maka pembangunan

pendidikan di Indonesia akan berkembang dan berhasil dalam menciptakan anak bangsa

yang berpengetahuan dan berketerampilan yang dilandasi oleh Imtaq.

Kesimpulan

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu,

maka dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun

2013 Tentang Implementasi Kurikulum, pemerintah telah menggiring pelaku

pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum 2013, yaitu kurikulum sebagai jantungnya pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan

secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta

didik..

Pengembangan kurikulum harus memiliki landasan yang kuat yaitu berdasarkan

kondisi masyarakat yang nyata yang terjadi dilapangan, nilai nilai mendasar yang

diyakini, kondisi anak yang benar serta pengetahuan dan konsep – konsep ilmu yang

mutakhir. Kemudian kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan

nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarat, berbangsa

dan bernegara.

Saran

Diharapkan pengembangan kurikulum tidak hanya berdasarkan pada pendidikan

semata, namun harus memperhatikann kebutuhan, siswa dan sarana dan prasarana yang

memadai, oleh karena itu keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab guru

siswa dan orang tua siswa serta masyarakat. Selain itu juga bahwa pengembangan

kurikulum merupakan sumber dari landasan bagi pendidikan dan pengajaran disekolah

atau di perguruan tinggi, karena kurikulum sebagai alat merealisasikan sistem

pendidikan

14

Reverensi

H.Dakir.2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Rineka Cipta. Jakarta.

Hidayanto. D.N. 2007. Pemikiran Kependidikan .CV. Transwacana. Jakarta.

Depdiknas. 2003 Sikdiknas Undang-Undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003

Hamid syarif. Pengembanagan kurikulum Pasuruan: garoeda buana indah, 1993

Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi konsep, karakteristik, dan implementasi

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum/

Mulyasa. E. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyasa. E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. PT.Remaja Rosdakarya.

Bandung

Nana Sudjan. Pembinaan dan pengembangan kurikulum disekolah Bandung: Sinar Baru,

1991

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar

Penilaian.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun

2013 tentang Standar Proses

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun

2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor. 70. Th. 2013

Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/

Madrasah Aliyah Kejuruan, Jakarta, 2013

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor Nomer : 81 A

tahun 2013, tentang Implementasi Kurikulum 2013

http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297-sejarah-perkembangan-

kurikulum-di-indonesia

http://herdisaksul.wordpress.com/2008/06/03/hakekat-kurikulum/

www.ppk.kpm.my/definasi.htm Beberapa Pengertian Kurikulum

www.karyanet.com.my/knet/ebook

15

BIODATA

1. a. Judul Makalah : Hakekat Kurikulum Dan Prisip-Prisip Pengembangan

Kurikulum b. Bidang Ilmu : Manajemen Pendidikan

2. Peneliti

a. Nama lengkap : Drs. Marsudi, M.Pd

b. Tempat/Tgl.lahir : Ponorogo, 24 Januari 1965

c. Nip : 1965 01241994121003

d. Jenis Kelamin : Laki-laki

e. Pangkat / golongan : Pembina / IV a

f. Jabatan : Widyaiswara Madya

g. Institusi : PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

h. Alamat Kantor : Jln. Kaliurang KM. 12.5, Klidon, Sukoharjo,

Ngaglik, Seman Yogyakarta

i. Alamat Rumah : RT.04. RW.11 Kandangsari,Sukoharjo,Ngaglik,

Sleman, Yogyakarta

j. No.Tlp.HP ,Email : 0274 896165 / HP.08125248905

,[email protected]

Yogyakarta , 01 Mei 2014

Peneliti

Drs.Marsudi, M.Pd

NIP.196501241994121003

16

HAKEKAT KURIKULUM

DAN PRISIP-PRISIP PENGEMBANGAN

KURIKULUM

MAKALAH

P PP P T KSENI DAN BUDAYA

Oleh :

Drs. Marsudi, M.Pd

NIP. 196501241994121003

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN (PPPPTK) SENI DAN BUDAYA

YOGYAKARTA

2014