pednis tam 2007 lkp
TRANSCRIPT
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 1/70
DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIRDEPARTEMEN PERTANIAN 2007
PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGANTATA AIR MIKRO (TAM)
PT-PLA C3.2-2007
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 2/70
KATA PENGANTAR
Dalam pemanfaatan lahan rawa kendala yang ditemui antara laintingkat produktivitas rendah yang diakibatkan oleh adanya zat-zat /senyawa beracun (pirit) karena drainase yang buruk. Salah satuteknologi untuk mengatasi hal ini adalah dengan pengaturan tataair tingkat usahatani, yang lebih dikenal dengan teknologi ”Tata Air Mikro" (TAM).
Untuk memberikan petunjuk secara teknis kepada daerah di dalam
pelaksanaannya, maka Pedoman Teknis ini perlu dijabarkan dalambentuk buku petunjuk pelaksanaan untuk Dinas Pertanian Propinsidan buku petunjuk teknis untuk Dinas Pertanian Kabupaten dalamrangka arahan dan acuan pengembangan lahan rawa di daerah.
Kami menyadari bahwa buku Pedoman Teknis ini masih jauh darisempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifatmembangun dari para pembaca akan sangat kami hargai.
Akhirnya kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat.
Jakarta, Januari 2007Direktur Pengelolaan Air,
Dr. Ir. S. Gatot IriantoNIP. 080 085 357
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 3/70
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang B. Tujuan dan Sasaran 4
C. Istilah 5
II. PELAKSANAAN 10
A. Lokasi
B. Survey, Investigasi dan Desain 10
C. Konstruksi 14
D. Partisipasi 19
E. Pengawasan 19
F. Pembiayaan 19
III. INDIKATOR KINERJA 21
A. Keluaran (Output)
B. Hasil (Outcome) 21
C. Manfaat (Benefit) 21
D. Dampak (Impact) 22
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 4/70
IV. MONITORING DAN EVALUASI 23
A. Monitoring
B. Evaluasi 24C. Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Fisik dan Keuangan
24
D. Laporan Akhir 25
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 5/70
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan tanaman pangan khususnya padi dihadapkan
pada kendala ketersediaan lahan dan air. Lahan yang
tersedia cenderung marginal dengan berbagai kendala,
demikian halnya dengan kualitas airnya. Peningkatan
kebutuhan pangan dengan pertumbuhan laju jumlah
penduduk 1,47 % per tahun terbukti belum proporsional
dengan pertumbuhan produksi padi dekade 5 tahun terakhir
hanya 0.69 %. Beberapa kendala yang dihadapi dalam
peningkatan produksi pangan antara lain: (1) keterbatasan
penyediaan air akibat kompetisi antar sektor (2) penyusutanlahan produktif akibat alih fungsi (3) terjadinya pelandaian
produksi akibat levelling off (4) degradasi lingkungan dan
(5) deteorisasi infrastruktur irigasi sehingga menyebabkan
stagnasi produktivitas di P. Jawa. Kompetisi air antara
sektor domistik, munisipal dan industri dengan sektor
pertanian seringkali diakhiri dengan sektor pertanian
sebagai korbannya akibat keterbatasan akses birokrasi,
teknologi dan finansial.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 6/70
Lahan rawa saat ini merupakan alternatif pilihan dalam
perluasan areal baru dan optimasi sistem produksi
pertanian yang sangat potensial setelah lahan sawah irigasi,
dan lahan kering. Investasi pemerintah pada lahan rawa
meskipun relatif besar, namun belum proporsional
dibandingkan dengan investasi lahan rawa dan lahan kering
terutama ditinjau dari segi infrastrukturnya. Tingkat
produktivitas, luas tanam, Indeks Pertanaman (IP) lahan
rawa masih relatif sangat rendah, sehingga dengan
sentuhan teknologi, maka kinerja lahan rawa dapat
dioptimalkan. Investasi pemerintah di lahan rawa sudah
cukup besar dalam penempatan sejumlah transmigran
dengan tingkat kehidupan dan kesejahteraan yang belum
memadai perlu didukung dengan upaya nyata
pendayagunaan lahan rawa di tingkat usaha tani.
Meskipun disadari sepenuhnya bahwa, lahan rawa bukanlah
lahan yang terbaik untuk usaha pertanian dibandingkan
lahan pertanian lainnya, namun apabila digarap dengan
teknologi yang sesuai kinerja lahan rawa dapat sejajar
dengan lahan pertanian lainnya. Pandangan para pakar
yang menggolongkan lahan rawa sebagai sumber daya yang
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 7/70
kurang sesuai, (less favorable ) atau sumber daya yang
rapuh (vulnerable ) merupakan tantangan bagi kita semua
untuk membuktikan sebaliknya. Berdasarkan ilustrasi
tersebut, maka pemanfaatan lahan rawa bukanlah
pekerjaan mudah, karena tantangannya sungguh berat,
dengan kunci utama pengelolaan sistim pengairan, mulai
dari sistim Tata Air Makro sampai dengan Tata Air Mikro di
petakan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Direktorat
Jenderal Bina Sarana Pertanian (BSP) melaksanakan
kegiatan pengembangan Tata Air Mikro (TAM). Pada TA.
2004 telah dikembangkan TAM seluas 21.705 Ha di 11
Propinsi, 29 Kabupaten yang merupakan kelanjutan dari
pengembangan TAM TA. 2002 seluas 4.500 Ha (3 Propinsi)
dan TA. 2003 seluas 9.100 Ha (7 Propinsi) serta TA. 2005
seluas 26.300 Ha (14 propinsi). Pada tahun 2006 Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air telah mengembangkan
TAM seluas 43.772 Ha (16 propinsi) dan selanjutnya pada
tahun 2007, merencanakan pengembangan TAM seluas
22.889 hektar di 13 propinsi.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 8/70
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Kegiatan Pengembangan Tata Air Mikro (TAM) di lahan
rawa bertujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan Perluasan Areal Tanam melalui
Penambahan Indeks Pertanaman (IP) dan
Penambahan Baku Lahan (PLB) dan produktivitas
lahan.
b. Membangun rasa memiliki petani terhadap
jaringan irigasi yang sudah dibangun.
c. Membuka lapangan kerja di pedesaan melalui
partisipasi masyarakat penerima bantuan dalam
kegiatan padat karya.
2. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai dengan dilaksanakannya
program ini antara lain :
a. Meningkatnya Perluasan Areal Tanam (PAT)
melalui Penambahan Indeks Pertanaman (IP) dan
Penambahan Baku Lahan (PBL).
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 9/70
b. Meningkatnya produktivitas lahan, melalui
perbaikan tata air..
c. Terciptanya rasa memiliki petani terhadap
jaringan irigasi yang sudah dibangun.
d. Tersedianya lapangan kerja di pedesaan melalui
partisipasi masyarakat.
Apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi sistem
produksi pertanian cukup kondusif, maka
pengembangan TAM ini diharapkan dapat :
a. Meningkatan produksi pangan terutama padi,
khususnya di 13 propinsi pengembangan yang
diharapkan dapat mendukung / menyangga
kebutuhan pangan nasional.
b. Menguatnya ketahanan pangan nasional melalui
pemanfaatan lahan-lahan rawa dengan tingkat
produksi optimal yang berkesinambungan.
C. Istilah
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam buku pedoman ini
mempunyai pengertian sebagai berikut :
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 10/70
Enclove adalah : Keadaan sebidang lahan yang karena
satu dan lain hal tidak termasuk dalam pengembangan
TAM, tetapi masuk dalam lokasi pengembangan.
Gorong-Gorong adalah : Bangunan fisik yang
dibangun memotong jalan / galengan yang berfungsi
untuk penyaluran air.
Indeks Pertanaman/IP (Croping Intensity)
adalah: Suatu ukuran pemanfaatan lahan atau
frekuensi tanam dalam luasan tertentu dalam kurun
waktu satu tahun.
Lahan Rawa Lebak adalah : Lahan rawa yang
tergenang air hujan dalam kurun waktu relative lama.
Lahan Rawa Pasang Surut adalah : Lahan rawa
yang dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang surut air
laut secara nyata.
Padat Karya Pertanian adalah suatu kegiatan padat
karya yang melibatkan atau mempekerjakan petani,
buruh tani atau warga perdesaan miskin lainnya pada
kegiatan pembangunan infrastruktur pengelolaan lahan
dan air untuk tujuan produktif di sektor pertanian.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 11/70
Peta Kepemilikan Lahan adalah : gambaran situasi
dalam SID yang mencantumkan luas lahan dan nama
pemilik yang terkena kegiatan TAM.
Pintu Air adalah : Bangunan fisik yang dapat mengatur
keluar masuk air pasang / surut sesuai dengan
kebutuhan tanaman yang diusahakan.
Produktivitas adalah : Tingkat hasil / produksi yang
didapatkan per hektar tanam dalam satu kali
penanaman.
Rehabilitasi adalah : Perbaikan infrastruktur yang
sudah pernah ada yang karena sesuatu dan lain hal
keadaannya kurang berfungsi.
Saluran Cacing adalah : saluran menyilang dan
membujur di petakan sawah
Saluran Keliling Petakan adalah : saluran air yang
dibuat mengelilingi petakan sawah dalam luasan
maximum 1 ha.
Saluran Kwarter adalah : saluran air yang
menghubungkan sub tersier ke saluran keliling.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 12/70
Saluran Sub Tersier adalah : saluran air yang
menghubungkan tersier ke kwarter.
Sosialisasi adalah : Pemberitahuan sesuatu rencana
kegiatan dalam hal ini TAM kepada semua pihak terkait
secara runut, transparan, dalam bentuk urun rembuk,
diskusi mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaan.
Stimulan adalah : Bantuan dalam bentuk rangsangan
pengadaan bahan dan alat untuk mempercepat,
mempermudah, menyempurnakan kegiatan fisik TAM.
Survey Investigasi Desain (SID) adalah :
Penentuan / penetapan lokasi dan jenis, spesifikasi
infrastruktur, perhitungan RAB yang akan dilaksanakan
pembangunannya.
Swakelola adalah : Pelaksanaan pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri, yang
dapat dilaksanakan oleh pengguna barang/jasa, instansi
pemerintah, kelompok masyarakat dan LSM.
Tata Air Makro adalah : Penguasaan air di tingkat
kawasan / areal reklamasi yang bertujuan mengelola
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 13/70
berfungsinya jaringan drainase irigasi seperti navigasi,
sekunder, tersier, kawasan retarder, dan sepadan
sungai atau laut, saluran intersepsi dan kawasan
tampung hujan.
Tata Air Mikro (TAM) adalah : Pengaturan atau
penguasaan air di tingkat usaha tani yang berfungsi
untuk mencukupi kebutuhan evaporasi tanaman,
mencegah / mengurangi pertumbuhan gulma dan kadarzat beracun, mengatur tinggi muka air melalui
pengaturan pintu air dan menjaga kualitas air.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 14/70
II. PELAKSANAAN
Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian didalam
pelaksanaan pengembangan tata air mikro (TAM), adalah :
(a). lokasi (b). SID, (c). Kontruksi (d). partisipasi petani (e).
pengawasan dan (f). Pembiayaan.
A. LokasiKegiatan pengembangan tata air mikro (TAM) dilaksanakan
pada lokasi yang memerlukan pengaturan tata air mikro di
daerah irigasi rawa pasang surut atau rawa non pasang surut
(lebak).
B. Survey, Investigasi dan Desain
Kegiatan Survey, Investigasi dan Desain (SID) dilaksanakan
meliputi Survey Investigasi (CP/CL), dan Desain (pengukuran,
penggambaran dan penyusunan RAB) untuk mendapatkan
lokasi pengembangan Tata Air Mikro (TAM).
Survey Investigasi (CP/CL)
- Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan calon
lokasi pengembangan tata air mikro (TAM) yang
memerlukan perbaikan atau rehabilitasi/peningkatan.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 15/70
- Demikian juga untuk mengidentifikasi calon petani
yang akan mengerjakan pelaksanaan kegiatan,
apabila kegiatan ini dilakukan dengan sistem padat
karya.
- Pelaksanaan kegiatan SI (CP/CL) ini dilakukan secara
swakelola oleh petugas Dinas Pertanian.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Syarat Calon Lokasi (CL)
Lokasi yang dinyatakan layak untuk diikutkan dalam
program pengembangan TAM adalah lokasi yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Sistem Tata Air Makro (saluran primer dan
sekunder) berfungsi dengan baik, khusus untuk
tipologi lahan rawa pasang surut.
- Sistem Tata Air Makro (saluran primer dan
sekunder) tidak harus ada, khusus untuk tipologi
lahan rawa non pasang surut (lebak).
- Lokasi pengembangan adalah rawa pasang
surut atau non pasang surut/lebak yang telah
dikembangkan oleh Departemen Pekerjaan
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 16/70
Umum atau merupakan lokasi yang telah
dikembangkan oleh desa/dusun.
- Potensi untuk dapat ditingkatkan menjadi 200
%.
- Transportasi dari dan ke lokasi relatif lancar.
- Lokasi terletak pada satu hamparan blok tersier,
dan tidak ada enclove.
- Di lokasi pilihan tersedia petani penggarap, dan
atau pemilik penggarap dengan standard
kepemilikan maksimum 2 ha/ KK.
- Usulan calon lokasi dilengkapi dengan peta
DASIRA (Daerah Irigasi Rawa) yang diterbitkan
oleh Dinas Pengairan setempat.
- Lokasi yang diusulkan tidak terkena banjir yang
dapat mengancam keberhasilan pertanaman.
- Lokasi harus didelinasi dengan menunjukan
posisi koordinatnya (LU/LS – BT/BB)
2. Syarat Calon Petani (CP)
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 17/70
Petani yang dinyatakan layak untuk diikutkan
dalam program pengembangan TAM adalah
petani yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
- Para petani calon pemanfaat telah tergabung
dalam kelompok tani/Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A).
- Para petani/kelompok tani/P3A bersedia
berpartisipasi atau memberikan sharing dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut.
- Mempunyai keyakinan bahwa TAM
bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas
dan indeks pertanaman.
- Membutuhkan dan mau membangun serta
memelihara TAM.
- Sanggup menanam varietas unggul sesuai
rekomendasi BPTP setempat.
- Sanggup mengusahakan lahan minimal 2X
tanam dalam 1 tahun.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 18/70
- Tidak selalu mengharapkan bantuan
pemerintah, bersedia memberikan kontribusi /
partisipasi dalam pengembangan TAM.
Desain (rancangan teknis)
- Rancangan teknis atau desain sederhana
dilaksanakan setelah CPCL ditetapkan.
- Rancangan teknis ini meliputi pengukuran dan
penggambaran rencana pengembangan Tata Air
Mikro.
- Rancangan atau desain sederhana dapat
dilaksanakan secara swakelola (sesuai ketentuan
yang berlaku).
- Hasil rancangan/desain sederhana ini berupa sket
lokasi, gambar rancangan teknis sederhana kegiatan
rehabilitasi, perkiraan kebutuhan bahan, peralatan
dan biaya.
C. Konstruksi
Kegiatan pengembangan tata air mikro (TAM) yang akan
dilaksanakan pada lahan rawa pasang surut dan non pasang
surut (lebak) antara lain meliputi :
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 19/70
1. Normalisasi dan peningkatan saluran-saluran tersier, sub
tersier dan kuarter yang telah mengalami kerusakan atau
sedimentasi.
- Memperdalam dan memperlebar saluran yang
mengalami pendangkalan/ penyempitan sebagai
akibat sedimentasi
- Memperbaiki saluran yang bocor
- Mengembalikan bentuk dan dimensi saluran
seperti kondisi semula (reshaping)
- Memperkuat dan menstabilkan tanggul saluran,
dengan cara pemlesteran (lining), pengisian pasir
dalam karung untuk membentengi tanggul.
2. Membuat atau melengkapi saluran sub tersier, kuarter,
sub kuarter dan melining saluran.
- Menggali saluran dan memanfaatkan tanah hasil
galian
- Memperdalam dan memperlebar saluran yangmengalami pendangkalan/ penyempitan sebagai
akibat sedimentasi
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 20/70
- Mengembalikan bentuk dan dimensi saluran
seperti kondisi semula (reshaping)
- Memperbaiki saluran yang bocor.
- Memperkuat dan menstabilkan tanggul saluran,
dengan cara pemlesteran (lining), pengisian pasir
dalam karung untuk membentengi tanggul.
3. Membuat saluran sudetan (drainase).
4. Membuat tanggul keliling yang dilengkapi pintu-pintu air.
5. Membuat bangunan bagi, pintu air (stoplog), gorong-
gorong dan siphon.
Pintu air dibangun untuk menghubungkan air dari
saluran tersier ke sub tersier/kwarter, dan dari sub
tersier/kwarter ke petakan sawah.
Jumlah dan spesifikasinya disesuaikan dengan keadaan
lokasi.
- Bahan pintu diusahakan dari bahan fiber glass yang
cukup tahan terhadap air masam dan berkadar
garam tinggi, yang sudah banyak beredar di pasaran.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 21/70
Pintu air tersebut diletakkan pada dudukan yang
permanen dan kuat (dicor/di semen).
- Gorong-gorong dibangun untuk menghubungkan
saluran tersier ke sub tersier / kwarter.
- Menggunakan bahan yang mudah didapat, murah
dan tahan lama, antara lain pipa pralon (PVC), bis
beton.
- Dalam membangun gorong-gorong dan pintu air
dimungkinkan digabung agar dapat menghemat
biaya.
6. Membuat area water retensi (area penyimpanan air)
terutama pada lebak pematang dan lebak tengahan,
sehingga pada musim kemarau airnya dapat
dimanfaatkan.
7. Pemasangan pompa-pompa air yang berfungsi untuk
mengeluarkan air lebih di musim hujan dan memasukkan
air suplesi di musim kemarau. Sistem pengelolaan air ini
dikenal dengan sistem “Polder”.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara swakelola, dengan
cara sebagai berikut:
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 22/70
- Untuk komponen biaya Belanja Uang Honor Tidak Tetap
agar digunakan untuk membiayai tenaga kerja pada
kegiatan konstruksi dengan pola padat karya.
- Untuk komponen biaya Belanja Lembaga Sosial Lainnya
agar digunakan untuk pengadaan bahan-bahan maupun
peralatan yang dibutuhkan untuk keperluan konstruksi
misalnya semen, pasir, besi beton, plat besi, pintu air,
alat ukur debit, dsb sesuai dengan kebutuhan. BiayaBelanja Lembaga Sosial Lainnya tersebut diiberikan
kepada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), setelah
P3A tersebut menyerahkan proposal kegiatan yang akan
dilaksanakan kepada Dinas Pertanian Kabupaten.
Proposal tersebut harus mendapatkan persetujuan dari
Kepala Desa, Camat, dan Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten yang bersangkutan. Dalam proposal harus
memuat rencana kerja yang akan dilakukan beserta
sumber biayanya. Sumber biaya tersebut disamping
berasal dari pemerintah juga dari sharing/ partisipasi
petani/ P3A. Pemberian biaya kepada P3A dilakukan
dengan cara ditransfer melalui Bank yang telah ditunjuk
ke rekening P3A. Setelah menerima biaya, P3A
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 23/70
berkewajiban melakukan konstruksi sesuai dengan yang
telah diusulkan dalam proposal.
D. Partisipasi
Kelompok tani/P3A diwajibkan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan ini sejak dari proses perencanaan sampai dengan
pelaksanaan. Partisipasi tersebut dapat diwujudkan dalam
bentuk tenaga kerja, bahan bangunan, dana dan sebagainya.
E. Pengawasan
Untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dapat sesuai dengan yang telah direncanakan diperlukan
pengawasan yang ketat.
F. Pembiayaan
Biaya yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan ini berasal
dari DIPA TA. 2007 Satker Dinas Pertanian masing-masing
Kabupaten.
Komponen biaya untuk kegiatan ini terdiri dari:
- Kegiatan SID (survey investigasi desain) sebesar 10 %
untuk jenis belanja: belanja jasa lainnya, konstruksi
sebesar 90 % yang meliputi: belanja uang honor tidak
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 24/70
tetap 35 % dan belanja lembaga sosial lainnya sebesar
55 %.
- Sedangkan untuk rincian biaya CPCL, sosialisasi,
pembinaan, monitoring dan evaluasi dibiayai dari dana
pendamping/sharing yang berasal dari APBD I atau
APBD II.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 25/70
III. INDIKATOR KINERJA
Indikator kinerja dari kegiatan ini meliputi: keluaran, hasil, manfaat,
dan dampak. Uraian rinci dari indikator kinerja disajikan sebagai
berikut :
A. Keluaran (Output)
- Terbangunnya jaringan TAM, sesuai target yaitu seluas
22.589 Ha (13 Propinsi).
- Meningkatnya rasa memiliki petani terhadap jaringan
irigasi yang sudah dibangun / direhab.
B. Hasil (Outcome)
- Berfungsinya jaringan tata air mikro (TAM) untuk
mendukung pengembangan pertanian.
C. Manfaat (Benefit)
- Meningkatnya luas areal tanam akibat penambahan
Indeks Pertanaman dan Penambahan Baku Lahan.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 26/70
- Meningkatnya produktivitas akibat Peningkatan Mutu
Intensifikasi.
D. Dampak (Impact)
- Meningkatnya pendapatan petani di lokasi
pengembangan tata air mikro (TAM).
Disadari sepenuhnya bahwa pencapaian indikator kinerja ini
merupakan sistim yang saling terkait yang ditentukan oleh banyak
faktor penentu lainnya, yang berjalan secara proses dan
membutuhkan waktu. Namun demikian hendaknya indikator ini
dijadikan patokan dalam melakukan penilaian terhadap hasil
kinerja, sehingga seluruh proses kegiatan harus mengacu pada
sasaran indikator tersebut.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 27/70
IV. MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Monitoring dilakukan terhadap pelaksanaan pengembangan
TAM TA. 2007.
- Monitoring dititik beratkan pada pelaksanaan
rehab/penggalian saluran tersier, sub tersier, kwarter,
saluran keliling, saluran cacing, JUT, gorong-gorong,
pintu air dengan menggunakan Form Laporan
Perkembangan Kegiatan Pengembangan TAM TA. 2007
pada lampiran 2.
- Monitoring tersebut dilakukan oleh Dinas Pertanian
Kabupaten
- Hasil Monitoring dilaporkan ke Dinas Pertanian Propinsi,
dengan tembusan ke Dirjen PLA c.q Direktur
Pengelolaan Air (PA) via Fax. Nomor : 021 – 7823975.
- Dinas Pertanian Propinsi menyampaikan rekapitulasi
hasil monitoring Kabupaten ke Dirjen PLA c.q Direktur
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 28/70
Pengelolaan Air (PA) setiap 3 bulan sekali (Juli, Oktober,
Januari)
B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan pengembangan
TAM TA. 2002, TA. 2003, TA. 2004, TA. 2005, TA. 2006 dan
TA. 2007. Evaluasi tersebut dilakukan pada akhir TA. 2007.
Selanjutnya hasil monitoring dan evaluasi dibahas dalam
Workshop secara berjenjang, mulai dari tingkat propinsi
sampai tingkat nasional.
C. Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik
dan Keuangan
Dalam melakukan penilaian/ pembobotan kemajuan
pelaksanaan pekerjaan fisik dan keuangan yaitu dengan
melihat Jadwal Pelaksanaan Kegiatan TAM
(lampiran 1) dan mengacu pada tabel dibawah ini :
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 29/70
Tabel Tahapan Kegiatan dan PembobotanPelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan
No. Komponen/TahapanKegiatan
BobotRealisasi Fisik
(%)
BobotRealisasiKeuangan
(%)
1. Sosialisasi 0 0
2. Penyampaian Proposal 0 0
3. Persetujuan Proposal 0 0
4. SID
- Persiapan
- CPCL
- Pengukuran &
Penggambaran
- Penyusunan RAB
10 10
5. Konstruksi
- Persiapan
- Transfer dana ke rekening
kelompok
- Pelaksanaan Padat Karya
5
15
70
-
55
35
6. Pengawasan 0 0
7. Monitoring & Evaluasi 0 0
8. Pelaporan 0 0
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 30/70
D. Laporan Akhir
- Setelah pelaksanaan pengembangan TAM selesai,
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten selaku penanggung
jawab kegiatan di tingkat Kabupaten wajib menyiapkan
dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan program
pengembangan TAM, baik dari segi fisik maupun
keuangan.
- Agar lebih informatif dan komunikatif, Laporan Akhir
dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi pada kondisi
awal pekerjaan, sedang dalam pelaksanaan, dan
setelah pekerjaan selesai 100%
- Kerangka Pelaporan (out line) dari laporan akhir
tersebut seperti pada lampiran 3.
- Laporan akhir tersebut disampaikan kepada Kepala
Dinas Pertanian Propinsi dan Dirjen Pengelolaan Lahan
dan Air c.q Direktur Pengelolaan Air dengan alamat :
Direktorat Pengelolaan Air Jl. Taman Margasatwa No. 3
Ragunan, Pasar Minggu - Jakarta Selatan 12550.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 31/70
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN TATA AIR MIKRO TA. 2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sosialisasi
2 Penyampaian Proposal
3 Persetujuan Proposal
4 SID
- Survey Investigasi (CP/CL)
- Desain (Rancangan Teknis Sederhana)
5 Kontruksi
- Persiapan
- Transfer Dana Ke Rekening Kelompok
- Pelaksanaan Padat Karya
6 Pengawasan
7 Monitorng dan evaluasi
8 Penyusunan Laporan
No. KegiatanBulan
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 32/70
Lampiran 2
Form Laporan Bulanan Perkembangan
Kegiatan Pengembangan TAM TA. 2007
Propinsi :
Kab. :
Kec. :
Desa :
Koordinat : LU/LS, BT/BB
No.Komponen/Tahapan
Kegiatan
BobotRealisasi Fisik
(%)
BobotRealisasiKeuangan
(%)
1. Sosialisasi Sudah/Belum Sudah/Belum
2. Penyampaian Proposal Sudah/Belum Sudah/Belum
3. Persetujuan Proposal Sudah/Belum Sudah/Belum
4. SID- Persiapan- CPCL- Pengukuran &
Penggambaran- Penyusunan RAB
10 10
5. Konstruksi- Persiapan- Transfer dana ke rekening
kelompok - Pelaksanaan Padat Karya
515
70
-55
35
6. Pengawasan Sudah/Belum Sudah/Belum
7. Monitoring & Evaluasi Sudah/Belum Sudah/Belum
8. Pelaporan Sudah/Belum Sudah/Belum
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 33/70
Lampiran 3
OUTLINE LAPORAN AKHIR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Sasaran
II. PELAKSANAAN
A. Masukan
B. Lokasi
C. Tahap Pelaksanaan
D. Permasalahan
E. Pemecahan Masalah
III. HASIL
IV. MANFAAT
V. DAMPAK
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 34/70
Lampiran 4
KETENTUAN TEKNIS
A. Survey Investigasi Desain (SID)
1. Metodologi
Penyiapan kuisioner
Survei investegasi desain (SID) dilaksanakan
setelah dilakukan survei inventarisasi, sehingga
calon lokasi pengembangan sudah dipilih. Untuk
memperoleh data primer dan sekunder dari lokasi
lahan pengembangan TAM, maka survei
investigasi dilakukan dengan menggunakan
metode Rural Rapid Appraisal (Penyelidikan
Pedesaan Secara Cepat). Oleh karena itu perlu
disiapkan kuisioner yang ringkas tetapi jelas untuk
memperoleh data yang dibutuhkan. Pengisian
kuisioner dapat dilakukan melalui wawancara
dengan petani dan observasi langsung dilapangan.
Kuisioner yang dibuat berisikan data-data sebagai
berikut:
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 35/70
a. Keadaan umum lahan calon lokasi
pengembangan TAM
Tata letak lokasi, yang didelineasi dengan
menunjukkan posisi koordinatnya (LS/LU,
BB/BT).
Keadaan jalan dan jembatan
Iklim
Tipe luapan air pasang/pasang surut
(petak)
Prasarana usahatani (jalan usahatani,
jembatan, jalan dan gorong-gorong)
Keadaan tanah/ tipologi lahan, tekstur, pH
tanah, ketebalan gambut, kedalaman pirit,
kedalaman air tanah, lahan terlantar
(lahan tidur)
Kelembagaan pertanian (BPP, P3A, PPL,
KUD, dan kelompok tani)
Potensi lahan usahatani (luas, pola tanam,
IP, jenis tanaman, produktivitas)
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 36/70
Sosial ekonomi (pemasaran hasil, harga,
status pemilikan lahan, kependudukan,
angkatan kerja )
Penyiapan peta dan gambar
Bila dana yang tersedia mencukupi, peta-peta
yang perlu disiapkan dalam membuat desain tata
air mikro adalah:
a. Peta situasi lokasi skala 1 : 5000 dan 1 :
10.000.
b. Peta skema jaringan reklamasi rawa.
c. Peta dasar teknis diatas kertas millimeter
dengan skala 1 : 2.000
d. Peta rancangan (desain) pembuatan/
rehabilitasi tata air mikro skala 1 : 2000
Bila dana untuk kegiatan ini tidak tersedia,
maka yang perlu disiapkan adalah peta
rancangan teknis sederhana, namun semuadimensinya terukur, sehingga bisa
digunakan sebagai dasar pelaksanaan
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 37/70
konstruksi maupun penyusunan rencana
anggaran biaya (RAB).
Personil
Bila dananya memungkinkan, personil tenaga
yang perlu disediakan dalam pelaksanaan survei
inventarisasi adalah tenaga-tenaga yang telah
berpengalaman bekerja di lahan rawa. Bidang
keahlian yang harus diikutsertakan dalam tim
adalah :
a. Ahli pengairan/irigasi berpendidikan sarjana
teknik sipil/pengairan
b. Ahli pertanian dari bidang keahlian sosial
ekonomi, tanah dan agronomi serta ahli
hama penyakit tanaman.
c. Surveyor (tenaga teknis) STM/SPMA. Jumlah
tenaga yang dibutuhkan sangat relatif
tergantung dari luas lahan yang akan
disurvei, tetapi minimal setiap satu orang
tenaga ahli di dampingi satu orang tenaga
teknis.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 38/70
2. Pelaksanaan Survei
Pelaksanaan survei untuk memperoleh data primer
dilakukan dengan metode wawancara dengan petani
atau masyarakat setempat dan observasi langsung fisik
lapangan.
Wawancara umumnya dilakukan untuk memperoleh
data sosial yang meliputi:
a. Kondisi usahatani secara umum, yaitu
menyangkut luas areal persawahan pola tanam,
produktivitas dan intensitas pertanaman (IP).
b. Tenaga kerja keluarga petani.
c. Nama pemilik lahan dan penggarapnya.
d. Fasilitas penunjang ekonomi pertanian, yaitu
termasuk kondisi dan peranan kelembagaan,
seperti: lembaga penyediaan sarana produksi
(saprodi), pemasaran dan tingkat harga di petani,dan peranan PPL.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 39/70
Pengamatan langsung terhadap kondisi fisik lapangan
adalah meliputi:
a. Topografi/hidrotopografi.
b. Pengukuran ketinggian/ elevasi lahan dan tinggi
luapan maksimum perlu untuk menentukan tipe
luapan air pasang.
c. Keadaan tanah, meliputi data-data jenis tanah,
tekstur, pH tanah dan air, ketebalan gambut.
Kedalaman lapisan pirit, kedalam air tanah, dan
pengelolaan tanah.
d. Keadaan jalan dan jembatan (perhubungan dan
transportasi).
e. Ketersediaan jalan usahatani, meliputi dimensi
dan kondisinya.
f. Kondisi jaringan tata air makro (meliputi
ketersediaan pintu-pintu air, dan fasilitas lainnya).
g. Jenis vegetasi yang tumbuh dilapangan.
Data-data sekunder perlu diambil adalah:
a. Data curah hujan, temperatur dan hari hujan
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 40/70
b. Data kependudukan
c. Data potensi desa dan kecamatan
d. Daftar harga satuan dan bahan upah setempat
e. Data laporan kegiatan terdahulu (bila ada)
f. Informasi kegiatan fisik yang dikerjakan oleh
Dinas Pekerjaan Umum (P2DR) termasuk keadaan
jaringan tata air.
3. Investigasi karakteristik lahan
Karakteristik lahan yang diperlukan adalah :
a. Keadaan agroklimat seperti tipe agroklimat. Data
iklim dapat diperoleh dari Dinas Pertanian atau
instansi yang terkait. Data ini diperlukan dalam
penentuan pola tanam dan penataan lahan
usahatani.
b. Jenis dan sifat-sifat tanah baik fisik maupun sifat
kimianya. Sifat kimia antara lain pH, kadar bahan
organik, kadar N, C/N ratio, kadar hara makro P
dan K, basa-basa, kadar Al, kadar besi, dan kadar
pirit. Untuk sifat fisik yang diamati adalah tekstur,
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 41/70
struktur dan konsistensi. Pada tanah mineral perlu
dilakukan pengecekan keberadaan pirit dengan
menggunakan larutan peroksida (H2O2).
Kadalaman pirit perlu dicatat untuk menentukan
jenis tanah (tipologi lahan). Untuk mengetahui
karakteristik tanah tersebut dilakukan melalui
pengamatan profil tanah dan pengambilan contoh
tanah dari masing-masing kedalaman untuk
dianalisis dilaboratorium. Selain itu perlu diambil
contoh tanah komposit, untuk mengetahui
kesuburan tanah pada lahan yang disurvei.
Pada lahan rawa pasang surut secara umum dapat
dibedakan 4 tipologi lahan, yaitu:
- Lahan potensial, yaitu terdiri dari tanah aluvial
yang tidak mempunyai lapisan pirit (FeS2) sampai
kedalaman 50 cm dari permukaan. Dapat
dibedakan menjadi lahan potensial-1 bila
kedalaman pirit > 100 cm dan potensial-2 bila
kedalaman pirit antara 51 – 60 cm. Kemasaman
tanah pada tipologi ini agak masam (pH > 4).
Kadar P dan K potensial biasanya sedang sampai
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 42/70
tinggi, P tersedia rendah, kandungan Al rendah
dan C-organik tinggi (3 – 5%).
- Lahan sulfat masam, yaitu lapisan pirit (FeS2)
berada pada kedalaman 0 – 50 cm, bila piritnya
belum teroksidasi disebut lahan sulfat masam
potensial dan bila piritnya sudah teroksidasi maka
disebut lahan sulfat masam aktual. Lahan sulfat
masam potensial dicirikan oleh pH tanah masih 4atau lebih, Aldd dan kadar sulfat rendah.
Sedangkan sulfat masam aktual pH umumnya <
3,5, kadar Al dan sulfat tinggi.
- Lahan gambut. Puslittanak (1997) membedakan
kedalaman beberapa macam lahan gambut, yaitugambut dangkal bila ketebalan gambut antara 50
– 100 cm, gambut sedang bila ketebalan 100 –
200 cm, dan gambut sangat dalam bila ketebalan
gambut > 300 cm. Menurut kematangannya
gambut dibedakan kedalaman fibrik, hemist dan
saprist . Bila dilapangan diketemukan laham
gambut maka desain TAM akan berbeda dengan
tanah mineral.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 43/70
- Lahan salin. Lahan salin adalah bila pada lahan
tersebut mengandung kadar Na 8 – 15%. Di
Indonesia tidak diketemukan lahan salin, kalau
ada umumnya hanya bersifat sementara pada
musim kemarau akibat intrusi air laut ke lahan
pertanian yang biasanya lebih dari 3 bulan dalam
satu tahun.
- Kualitas air. Kualitas air yang dapat diukur adalah
pH air dan kadar garam. Kadar garam sangat
penting karena mempengaruhi pertumbuhan
tanaman khususnya padi sawah. Contoh air perlu
diambil dari saluran air di lahan usaha (sawah)
dan ditempat sumber air. Analisis air dan tanah
harus dilakukan pada laboratorium yang sudah
terakreditasi (diakui kualitas hasilnya).
4. Hidrotopografi
Data hidrotopografi lahan diperlukan untuk mengetahui
tipe luapan dari air pasang yang terjadi dilahan itu.Penggunaan Theodolite untuk mengukur ketinggian
lahan perlu dilakukan dan alat pengukur ketinggian air
pasang juga diperlukan untuk mengetahui karakteristik
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 44/70
air dilahan yang disurvei. Dengan menginterpretasi data
ketinggian lahan dan data tinggi pasang surut air maka
dapat ditentukan tipe luapan pada daerah tersebut. Bila
rata-rata tinggi air pasang terbesar (maksimum) lebih
tinggi dari ketinggian lahan maka dapat diklasifikasikan
lahan tersebut termasuk tipe luapan A. sedangkan bila
lebih rendah maka diklasifikasikan tipe luapan B. Bila
ternyata tidak terjadi air pasang maka daerah survei
dapat diduga sebagai tipe luapan C/D. Selanjutnya
untuk membedakan tipe luapan C dan D dapat diukur
kedalaman air tanah. Bila kedalaman air tanah terletak
diatas 50 cm dari permukaan tanah maka termasuk tipe
luapan C dan bila kedalaman air tanah < dari 50 cm
dari permukaan tanah maka termasuk tipe luapan D.
5. Kondisi lahan usahatani
Yang penting diketahui dari kondisi lahan petani adalah,
luas pemilikan dan nama pemiliknya, pola tanam,
produktivitas dan intensitas pertanaman (IP) dan infra
struktur yang ada seperti kondisi jalan usahatani, dan
jembatan penyebrangan. Vegetasi liar yang tumbuh
dilahan juga perlu diamati seperti purun dan tumbuhan
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 45/70
semak belukar lainnya. Biasanya vegetasi yang tumbuh
akan mencerminkan tipologi lahan atau jenis tanahnya.
Purun biasa tumbuh pada tanah sulfat masam yang
bongkor dan harendong (Meleuluca sp) cenderung
banyak ditemukan pada tanah gambut. Model usahatani
yang ada saat itu perlu diamati termasuk komoditas
yang diusahakan, seperti hortikultura dan buah-buahan.
B. Desain Tata Air Mikro
1. Penataan Lahan
Penataan lahan perlu dilakukan agar lahan dapat
sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan
dikembangkan. Dalam melakukan penataan lahan
perlu diperhatikan hubungan antara tipologi lahan,
type luapan dan pola pemanfaatannya. Tipe luapan A,
maka penataan lahan sebaiknya untuk sawah yang
berpirit akan lebih stabil tidak mengalami oksidasi dan
tanaman padi akan tumbuh dengan baik, sedangkan
tipe luapan B, maka dianjurkan pola pemanfaatanlahan bisa dilakukan dengan system surjan.
Sistem Surjan adalah salah satu contoh usaha
penataan lahan untuk melakukan diversifikasi tanaman
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 46/70
dilahan rawa. System surjan baik dilakukan di tipe
luapan B. Untuk tanah gambut, tekstur lapisan tanah
dibawahnya sangat menentukan dalam pemanfaatan
lahannya. Bila pada tanah gambut lapisan dibawahnya
berpasir atau pasir kuarsa dan atau lapisan
mengandung pirit maka tanah gambut tersebut jangan
disurjan atau dibuat sawah, tetapi sebaiknya gambut
dipertahankan untuk tanaman padi gogo dan palawija,
sayuran, buah-buahan, dan perkebunan.
Untuk memudahkan klasifikasi pemanfaatan lahan
rawa, di bawah ini diberikan tabel tentang penataan
dan pola pemanfaatan lahan berdasarkan tipologi
lahan dan tipe luapan air pasang surut.
Tabel 1. Penataan dan pola pemanfaatan lahan yang dianjurkan pada setiap
tipologi lahan dan tipe luapan air di pasang surut.
Tipologi Lahan Tipe luapan air
Kode Tipologi A B C D
SMP-1 Aluvial
bersulfidadangkal
Sawa
h
Sawah Sawah -
SMP-2 Aluvial
bersulfida
dalam
Sawa
h
Sawah/
surjan
Sawah/
surjan
Sawah/
tegalan
/kebun
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 47/70
Sumber : Widjaja-Adhi (1995)
2. Desain Sistem Pengairan/drainase Saluran tersier
Pengelolaan air tingkat tersier ditujukan untuk
mengatur saluran tersier agar berfungsi :
- memasukkan air irigasi
- mengatur tinggi muka air di saluran dan secara
tidak langsung di petakan lahan
SMP-
3/A
Aluvial
bersulfida
sangat dalam
- Sawah/
surjan
Sawah/
tegalan/
kebun
Tegalan
/Kebun
SMA-1 Aluvial
bersulfat 1
- Sawah/
surjan
Sawah/
surjan
Sawah
/tegalan
/kebun
SMA-2 Aluvial
bersulfat 2
- Sawah/
surjan
Sawah/
surjan
Sawah/
tegalan
/kebun
SMA-3 Alluvial
bersulfat 3
- - Sawah/
kebun
Tegalan
/Kebun
HSM Aluvial
bersulfidadangkal
bergambut
- Sawah Sawah/
tegalan
Tegalan/
Kebun
G-1 Gambut
dangkal
- Sawah Sawah/
tegalan
Tegalan/
Kebun
G-2 Gambut
sedang
- - Kebun/
kebun
Kehutana
n
G-3 Gambut dalam - - Kebun/
kebun
Konserva
si
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 48/70
- mengatur kualitas air dengan membuang bahan
beracun yang terbentuk di petakan lahan serta
mencegah masuknya air asin ke petakan lahan.
Sistem pengelolaan air di tingkat tersier dan mikro
tergantung kepada tipe luapan air pasang. Penataan air
pada tingkat ini dapat dilakukan dengan 2 sistem yaitu
sistim aliran satu arah (one-way flow system ) dan
sistim aliran dua arah (two-way flow system ). Hal yangperlu mendapat perhatian dalam pemilihan sistim tata
air mikro adalah sinkronisasi antara tata air makro dan
tata air mikro.
- Sistem aliran satu arah
Pada system aliran satu arah, saluran irigasi dan
saluran drainase dibuat secara terpisah. Pintu klep
dipasang berlawanan arah. Pada saluran irigasi
pintu klep membuka ke arah dalam sedang pada
saluran drainase pintu klep membuka ke arah luar
sehingga pencucian lahan dapat berlangsungdengan efektif.
Sketsa system tata air aliran satu arah pada tipe
luapan A/B dan tipe luapan C/D dapat dilihat pada
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 49/70
gambar 1 dan 2.
- Sistem aliran dua arah
Pada sistim air dua arah, saluran tersier yang
dibuat berfungsi sebagai saluran irigasi dan
drainase. Oleh karena saluran berfungsi sebagai
saluran irigasi dan saluran drainase, pada dua
saluran ini dipasang pintu-pintu. Untu menjaga
agar tidak terjadi over drain, pada pintu-pintu perlu
dipasang over flow/ stoplog.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 50/70
A
A A'
A'
Saluran Primer/Jalur
Saluran Tersier Pengeluaran
Saluran tersier Pemasukan
S
a l u r a n S
e k u n d e r
S
a l u r a n
S
e k u n d e r
P
e n g e l u a r a n
Saluran kuarter pengeluaran
Flapgate (outlet)
Flapgate (outlet)Flapgate (inlet)
Flapgate (inlet)
Gambar 1. Jaringan Tata Air Sistem Saluran Satu Arah pada tipe A/B
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 51/70
A
A'
Saluran Primer/Jalur
Saluran Tersier Pengeluaran
Saluran tersier Pemasukan
S
a l u
r a n
S
e
k u
n d e
r
S
a
l u r a n
S
e k u n d e
r
P
e n g e
l u a
r a n
Saluran kuarter pengeluaran
Stoplog
StoplogStoplog
Stoplog
Saluarn Dangkal IntensifSaluran
Cacing
Saluran Keliling
S
a l u
r a n
S
e
k u
n d e
r
S
a
l u r a n
S
e k u n d e
r
P
e n g e
l u a
r a n
Saluran kuarter pengeluaran
Stoplog
StoplogStoplog
Stoplog
Saluran Dangkal Intensif
Gambar 2. Jaringan Tata Air Sistem Tabat untuk Tipe Luapan C dan D
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 52/70
3. Saluran Kuarter dan Drainase
Sistem pengelolaan tata air mikro mencakup
pengaturan dan pengelolaan tata air di saluran kuarter
dan petakan lahan yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman dan sekaligus memperlancar pencucian bahan
beracun. Saluran kuarter biasanya dibuat di setiap
batas pemilikan lahan, sedangkan di dalam petakan
lahan dibuat saluran cacing dengan interval 3 – 12
meter dan disekeliling petakan lahan tergantung pada
kondisi lahannya. Semakin tinggi tingkat masalah
keracunan, semakin rapat pula jarak antar saluran
cacing tersebut. Usaha pencucian ini akan berjalan baik
apabila terdapat cukup air segar, baik dari hujan
maupun dari air pasang. Oleh Karena itu, air di petakan
lahan perlu diganti setiap dua minggu pada saat pasang
besar.
a. Bentuk dan Ukuran Saluran
Gambar yang harus disiapkan adalah saluran
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 53/70
drainase dan rancangan bangunan pelengkap
seperti: jalan, gorong-gorong dan jembatan
penyeberangan bila ada.
- Rancangan pintu airRancangan saluran
kemalir/cacing
Lebar atas = 0.30 cm
Lebar bawah = 0.25 cm
Tinggi = 0.25 cm
Gambar 3. Penampang melintang saluran kemalir
- Rancangan saluran keliling
Lebar atas = 0.30 meter
Lebar bawah = 0.25 meterTinggi = 0.40 meter
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 54/70
- Rancangan saluran sub tersier
Lebar atas = 0.80 meter
Lebar bawah = 0.60 meter
Tinggi = 0.80 meter
Gambar 5. Penampang melintang saluran sub tersier
Gambar 4. Penampang melintang saluran keliling
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 55/70
- Rancangan Saluran kuarter
o Lahan Potensial
Lebar atas = 0.60 meter
Lebar bawah = 0.40 meter
Tinggi = 0.60 meter
Gambar 6. Penampang melintang saluran kuarter
pada lahan potensial
o Lahan Sulfat masam
Lebar atas = 0.60 meter
Lebar bawah = 0.40 meter
Tinggi = 0.50 meter
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 56/70
Gambar 7. Penampang melintang saluran kuarter di
lahan sulfat masam
- Rancangan Saluran kolektor
Lebar atas = 0.80 meter
Lebar bawah = 0.60 meter
Tinggi = 0.60 meter
Gambar 8. Penampang melintang saluran kolektor
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 57/70
b. Rancangan pintu air Tersier dan Sekunder
Pintu air untuk saluran tersier sebaiknya dibuat
kombinasi antara flapgate dan stoplog terutama
untuk daerah yang bertipe luapan A/B, sedangkan
untuk saluran kuarter dengan pintu flapgate .
Untuk tipe luapan C/D pada saluran tersier
sebaiknya dibuat pintu stoplog, jangan dengan
pintu ulir seperti dilakukan di daerah irigasi, untuk
saluran kuarter dibuat pintu stoplog yang
ketinggiannya bisa diatur menurut kebutuhan.
Pintu flapgate dan stoplog sudah banyak
dikembangkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
dan sekarang ada pintu stoplog yang dibuat dari
fiber.
4. Kriteria Model Desain TAM
Rencana yang akan diterapkan dalam pembinaan/
pengembangan model pembuatan TAM disusun
berdasarkan kriteria berikut :
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 58/70
a. Jarak antara 2 saluran tersier tidak lebih dari 200
m, kalau lebih dari 200 m perlu dibuat saluran
sub-tersier pada bagian tengahnya (efek kuarter
tidak lebih 100 m).
b. Ujung saluran tersier dalam kondisi buntu, maka
harus dihubungkan dengan saluran sekunder yang
terdekat (dalam kondisi buntu, pengaturan air di
ujung saluran tersier adalah sangat penting).
c. Aliran satu arah di saluran tersier
direkomendasikan untuk penggelontoran air asam
(bisa satu arah dari SPD ke SDU kalau tidak ada
pintu sekunder, dan apabila ada pintu di SPD
maka aliran satu arah dari SDU ke SPD).
d. Operasi pintu sorong harus rutin, untuk keperluan
ini maka pembuatan pintu air perlu diletakkan
dekat pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan dalam menjangkau lokasi pintu
tersebut. Operasi ditujukan untuk suplai(memasukkan air) pada air pasang.
e. Ditinjau dari tipologi lahan pada daerah rawa
pasang surut, penerapan pengembangan model
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 59/70
pembangunan jaringan TAM, dibedakan :
1) Lahan dengan luapan A/B
Untuk tanaman padi pada musim hujan dan
pada musim kemarau, harus dibantu dengan
pompanisasi khususnya pada tipe luapan B.
- Jika pada lahan tipe luapan A/B belum
ada pintu, maka dibiarkan terbuka
tanpa ada pintu (one-way flow system )
untuk keperluan drainase dan suplai.
- Apabila sudah ada saluran sub tersier,
maka perlu dibuat gorong-gorong
terbuka (tanpa pintu).
- Apabila tidak ada pintu air di saluran
sekunder (SPD) maka saluran tersier
perlu dibuat pintu sorong pada saluran
penghubungnya. Jika ada pintu pintu air
di saluran sekunder maka gorong-
gorong pada saluran tersier dapat
dibuka atau dipasang stoplog .
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 60/70
- Bila saluran tersier dihubungkan dengan
sekunder (SDU) maka hanya dibuat
gorong-gorong (dengan pipa) untuk
keperluan aliran satu arah dari SPD ke
SDU.
2) Lahan dengan tipe luapan C/D
Lahan ini dapat digunakan untuk penanaman
padi pada musim hujan dan palawija pada
musim kemarau. Pengembangan model di
lahan dengan tipe luapan C/D ini
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
drainase untuk keperluan penanaman
palawija di musim kemarau.
Perlu dipertimbangkan antara kebutuhan
untuk pencucian tanah dari racun yang ada
dan penggenangan air untuk penanaman
padi pada musim hujan .
Untuk itu, sub tersier dihubungkan dengan
sekunder SDU perlu dibuat gorong-gorong
(dengan pipa) yang dilengkapi dengan
stoplog . Bila dihubungkan dengan saluran
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 61/70
SPD hanya perlu gorong-gorong.
Bila tidak ada pintu air di saluran sekunder
(SPD), maka pada saluran tersier perlu dibuat
pintu sorong di ujung saluran penghubung.
Jika saluran tersier sudah dihubungkan
dengan SPD maka tidak perlu dibuat pintu air
atau hanya perbaikan pintu yang ada.
Bila ada pintu air di saluran sekunder (SPD)
maka pada penghubung hanya dibuat
gorong-gorong saja, atau perbaikan pintu
yang sudah ada di tersier.
Pada saluran sekunder (SDU) pada saluran
penghubung (pada tersier) dibuat gorong-
gorong dengan pipa dan stoplog . Bila saluran
sudah ada pintu maka hanya perbaikan saja.
Saluran kuarter dapat dibuat pada batas
kepemilikan lahan saja, tetapi jika terdapat
lapisan pirit (pada sub-soil) atau untuk
tanaman palawija maka saluran kuarter dapat
dibuat lebih intensif dengan jarak 50 m untuk
keperluan pencucian sulfat masam atau untuk
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 62/70
drainase pada penanaman palawija.
5. Pelaksanaan Pekerjaan Jaringan Tata Air Mikro
a. Pembersihan Lapangan
Untuk memperlancar pekerjaan galian maupun
timbunan tanah, di posisi jalur saluran dilakukan
pembersihan lapangan terlebih dahulu sehingga
diperoleh ruang kerja yang leluasa untuk
melaksanakan pekerjaan galian dan timbunan.
Khususnya untuk pekerjaan timbunan, bahan
timbunan adalah tanah asli setempat yang tidak
tercampur dengan unsur yang lainnya.
Pekerjaan pembersihan lapangan ini dapat tidak
dilakukan selama kondisi lapangannya
mendukung, maksudnya sepanjang jalur rencana
saluran kondisinya terbuka, tidak ada penghalang
baik berupa semak atau hal lainnya sehingga
dipastikan dapat langsung mengerjakan pekerjaan
galian atau timbunan. Demikian juga untuk
saluran keliling dan kemalir yang posisinya ada di
dalam lahan usahatani tidak memerlukan
pembersihan lapangan.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 63/70
b. Pemasangan patok Ajir/Bouwplank
Khususnya untuk saluran sub tersier, kolektor dan
kuarter, untuk mendapatkan kelurusan arah
saluran maka berdasarkan patok-patok bantu
pada pekerjaan uitzet , dipasang patok ajir yang
menunjukkan ujung kiri/ kanan dari lebar atas/
bawah saluran dan pematang/ tanggul dan
dipasang papan bouwplank untuk menunjukkanketinggian timbunan. Baik patok ajir maupun
papan bouwplank di pasang pada jalur rencana
saluran per 25 m. Karena tanah asli bahan
timbunan akan mengalami penyusutan maka
untuk ketinggian, ukurannya harus dilebihkan
antara 5 – 10 cm dari tinggi rencana. Demikian
pula dengan kedalaman galian saluran, untuk
mencapai kestabilan lereng/ talud saluran yang
dibuat baru maka setelah pembentukan saluran
dan dioperasikan nantinya akan mengalami
pengendapan sehingga kedalaman galian saluran
juga harus dilebihkan antara 5 – 10 cm dari
kedalaman rencana. Baik tinggi timbunan maupun
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 64/70
kedalaman galian diukur dari permukaan tanah
asli.
c. Pekerjaan Galian
Setelah patok dan papan bouwplank terpasang
berjarak 25 m antara satu dengan yang lainnya,
maka untuk mendapatkan kelurusan saluran,
diantara 2 patok ajir (yang berjarak 25 m) yang
menunjukkan ujung kiri/ kanan lebar atas saluran
ditarik garis bantu (bisa berupa tali plastik).
Berpatokan kepada garis bantu tersebut pekerjaan
galian dapat dilakukan dan untuk mendapatkan
bentuk dan kedalaman galian, dibuat dari bahan
kayu ukuran 3/5 rangka bouwplank berbentuk penampang saluran (segi empat/trapezium)
dengan catatan untuk tingginya sudah
ditambahkan.
d. Biasanya untuk keperluan timbunan tanggul/
pematang menggunakan bahan hasil galian(dengan memperhatikan faktor susut tanah ± 20
%) sehingga tanah hasil galian diletakkan pada
kedua sisi galian dengan memperhatikan jarak
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 65/70
sempadan saluran secara merata.
e. Pekerjaan Timbunan
Pembentukan timbunan tanggul/ pematang dapat
memanfaatkan bahan hasil galian, akan tetapi jika
tidak mencukupi maka bahan timbunan diambil
dari galian di sisi sebelah luar rencana saluran.
Untuk mendapatkan tinggi timbunan yang
diinginkan ditarik garis bantu dari antara 2 patok
ajir (yang berjarak 25 m) yang menunjukkan
ujung kiri/ kanan lebar atas timbunan yang
diinginkan ditarik garis bantu dari antara 2 patok
ajir ( yang berjarak 25 m ) yang menunjukkan
ujung kiri/ kanan lebar bawah timbunan tanggul/pematang. Untuk mendapatkan bentuk timbunan
yang diinginkan, dapat juga dilakukan dengan
membuat rangka bouwplank dari bahan kayu
ukuran 3/5 berbentuk penampang timbunan
tanggul/pematang (segi empat/trapesium).
f. Pekerjaan Perapihan
Pekerjaan perapihan dilakukan selama masa
kontrak kerja sampai masa pemeliharaan selesai.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 66/70
Maksud perapihan disini adalah untuk
mempertahankan ukuran penampang galian
maupun timbunan sesuai dengan yang
ditentukan, misalnya pada waktu pekerjaan galian
dilakukan ternyata peletakan tanah timbunannya
belum membentuk seperti yang ditentukan, ada
longsoran di lereng/ talud galian maupun
timbunan, karena kering maka terjadi retakan-
retakan di timbunan tanggul/ pematang maka
harus dilakukan pembentukan kembali
penampang galian atau timbunan
tanggul/pematang.
g. Untuk dapat memberikan fungsi yang optimal,
jaringan Tata Air Mikro memerlukan sarana
penunjang yang secara langsung/ tidak langsung
mempengaruhi fungsi Tata Air Mikro dalam satu
kawasan/hamparan lahan usahatani. Sarana
pendukung tersebut terdiri dari :
1. Jalan Usaha Tani
Konstruksi jalan usaha tani berupa timbunan
tanah yang dipadatkan dengan ukuran
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 67/70
tertentu yang sudah ditetapkan dalam
perencanaan (desain). Untuk memperkokoh
konstruksi, dapat juga di kedua sisi jalan
usaha tani dibuat konstruksi siring (dinding
penahan) dari kayu. Sebagai bangunan
pelengkap jalan usahatani adalah jembatan
yang dapat berupa konstruksi kayu atau
pasangan batu/beton.
2. Bangunan air
Jenis bangunan air yang diperlukan untuk
melengkapi jaringan TAM adalah : Pintu
Sorong, Pintu Stoplog , Pintu Klep dan
Gorong-gorong
Secara garis besar pekerjaan sarana
penunjang ini meliputi pekerjaan tanah
(galian dan timbunan dan pemadatan),
konstruksi kayu, pasangan batu bata,
pasangan beton.
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 68/70
C. Pemeliharaan Jaringan Tata Air Mikro
a. Pemeliharaan Jaringan Drainase
Jaringan drainse perlu dipelihara, agar ; (1) sarana
dan prasarana hidrolik yang telah dibangun tetap
berfungsi sehingga dapat bermanfaat secara
berkelanjutan, dan (2) untuk mengurangi biaya
perbaikan yang lebih tinggi pada masa yang akan
datang.
Kerusakan bangunan air di lahan rawa lebih besar
dibandingkan dengan dilahan sawah irigasi. Beberapa
factor yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
drainase adalah : (1) adanya erosi, (2) tumbuhnya
vegetasi rawa, dan (3) akibat terjadinya banjir.
Pemeliharaan saluran harus dilakukan secara rutin.
Pemeliharaan rutin menyangkut pemeliharaan
bangunan pintu air, pembersihan dari kotoran,
pemotongan rumput dan perbaikan tanggul saluran.
Pemeliharaan insidentil mencakup kegiatan-kegiatan
yang sebelumnya tidak diperkirakan atau ditaksir
kuantitasnya, antara lain perbaikan longsor tepi dan
tanggul saluran, endapan lumpur, dan perbaikan
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 69/70
saluran yang rusak. Sedangkan pemeliharaan darurat
adalah pemeliharaan terhadap kerusakan yang
sifatnya mendadak sehingga diperlukan perbaikan
segera, seperti kerusakan akibat bencana alam, banjir.
b. Pemeliharaan saluran Tersier
Pemeliharaan saluran tersier meliputi kegiatan sebagai
berikut :
1. Pemotongan rumput pada lereng dan tanggul
saluran
2. Pembersihan saluran meliputi pengangkatan
kotoran atau rumput ditengah saluran. Kegiatan
ini sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
pemotongan rumput ditepi saluran.
3. Pembentukan dan perapihan tanggul saluran
tersier. Hal ini dilakukan bila terjadi kerusakan
tanggul akibat retakan/longsoran.Selain
memelihara saluran tersier bangunan yang ada
di saluran seperti pintu air yang dipelihara.
Pemeliharaan yang harus dilakukan
adalah :
5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 70/70
a. Penimbunan dan pemadatan timbunan
pada bangunan tersier.
b. Penambahan cerucuk gelam pada sayap
bangunan tersier untuk menahan benturan
langsung pada bagian sayap dan
memperkokoh bangunan tersier.
c. Penanaman rumput pada lereng bangunan
yang berfungsi sebagai pengaman lereng
dari erosi/ longsor.
d. Pembersihan rutin sekat blok dan papan
duga. Selanjutnya pengecetan, pelumasan
dan pembersihan pintu ayun dan sponeng.