pedoman belajar pemeriksaan fisik ipd[1] (1)

14
PEDOMAN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FK UNPAD/RSHS No Prosedur Skala penilaian Komentar 1 2 3 4 PERHATIAN 1 Pasien harus merasa nyaman 2 Jelaskan hal-hal yang akan dilakukan pada pasien PEMERIKSAAN A Amati keadaan umum pasien: - Kesan sakit - Tingkat kesadaran (compos mentis, somnolen, soporous, comatous) - Ukur tinggi badan dan timbang berat badan pasien B Tanda Vital I Pengukuran tekanan darah: Persiapan 1 Pasien dalam keadaan rileks atau tidak stres, dalam ruangan yang tenang, tekanan darah diukur setelah pasien beristirahat kira-kira 5 menit. 2 Pengukuran biasanya dilakukan pada lengan yang dominan. 3 Lengan yang diukur tekanan darahnya harus rileks dan tidak dilindungi pakaian. 4 Dilakukan tiga kali pengukuran tekanan darah serial, dan hanya rata-rata dari dua pengukuran terakhir yang digunakan sebagai hasil pengukuran. CATATAN: -Untuk pasien yang pertama kali datang ke pemeriksa, pengukuran tekanan darah

Upload: chachaazka

Post on 14-Feb-2016

225 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Pedoman Belajar Pemeriksaan Fisik IPD

TRANSCRIPT

PEDOMAN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIKBAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FK UNPAD/RSHS

No Prosedur Skala penilaian Komentar1 2 3 4PERHATIAN

1 Pasien harus merasa nyaman

2 Jelaskan hal-hal yang akan dilakukan pada pasienPEMERIKSAAN

A Amati keadaan umum pasien:- Kesan sakit - Tingkat kesadaran

(compos mentis, somnolen, soporous, comatous)

- Ukur tinggi badan dan timbang berat badan pasien

B Tanda VitalI Pengukuran tekanan darah:

Persiapan1 Pasien dalam keadaan rileks atau tidak

stres, dalam ruangan yang tenang, tekanan darah diukur setelah pasien beristirahat kira-kira 5 menit.

2 Pengukuran biasanya dilakukan pada lengan yang dominan.

3 Lengan yang diukur tekanan darahnya harus rileks dan tidak dilindungi pakaian.

4 Dilakukan tiga kali pengukuran tekanan darah serial, dan hanya rata-rata dari dua pengukuran terakhir yang digunakan sebagai hasil pengukuran. CATATAN:-Untuk pasien yang pertama kali datang ke pemeriksa, pengukuran tekanan darah dilakukan pada kedua lengan pasien

5 Peralatan untuk mengukur tekanan darah: - Sebuah manset yang berisi kantung yang dapat dikembangkan (bladder)- Sebuah manometer- Sebuah stetoskop (bagian-bagian stetoskop: bell, diafragma, pipa,earpieces)Teknik:

1 Letakkan lengan pada posisi dimana arteri brakialis berada setinggi jantung.

2 Letakkan manset di atas arteri brakialis

3 Bagian bawah manset harus berada pada lebih kurang 2,5 cm di atas lipatan antekubiti dan ikatkan manset pada lengan dengan pas.

4 Posisi siku agak fleksi

5 Tekanan sistolik diperkirakan dengan cara palpasi untuk menentukan seberapa tinggi menaikkan tekanan manset. Raba arteri radialis dengan jari2 salah satu lengan, lalu secara cepat kembangkan manset sampai denyut arteri radialis menghilang.

6 Baca ukuran tekanan ini pada manometer dan naikkan tekanan sampai 30 mmHg di atasnya.

7 Turunkan tekanan manset secara perlahan, darah mengalir kembali melalui arteri: pada saat stetoskop menerima suara bising, baca ukuran tekanan darah ini pada manometer. Tekanan darah yang diukur pada saat ini adalah tekanan darah maksimal yaitu tekanan darah sistolik.

8 Tekanan manset terus diturunkan secara perlahan. Makin kempis manset, suara bising makin kurang terdengar dengan stetoskop, sampai suara tersebut menghilang sama sekali: tekanan darah yang terbaca pada manometer saat itu disebut tekanan darah minimal yaitu tekanan darah diastolik.

II Denyut nadiPersiapan

1 Periksa denyut nadi pasien pada arteri radialis

2 Tentukan kecepatannya, regularitas iramanya, kualitas, ada tidaknya pulsus defisit. Teknik :

1 Letakkan jari telunjuk dan jari tengah di atas pergelangan tangan yang berlawanan, dan ibu jari di bawahnya.

2 Dengan bagian yang rata dari jari, tekan pergelangan tangan sampai terasa denyut pada arteri radialis.

3 Hitung jumlah denyutan selama 15 detik dan kalikan 4 untuk mendapatkan denyut permenit.

4 Jika iramanya ireguler, hitung denyut selama 60 detik dan kecepatannya harus dievaluasi dengan auskultasi jantung.

2

III Kecepatan dan pola pernafasan1. Perhatikan dinding dada pasien.

Dengan cermat perhatikan kecepatan, kedalaman, simetri dan pola pergerakan nafas pasien.

2. Hitung pergerakan nafas pasien selama 15 detik dan kalikan 4 untuk mendapatkan kecepatan pernafasan permenit.

IV Suhu Tubuh1. Letakkan termometer pada ketiak

pasien2. Baca suhu tubuh pasien pada

termometer setelah 5 menit.

C KepalaI Rambut1 Perhatikan kuantitas, distribusi, tekstur,

pola rontoknya rambut jika ada. II Tengkorak 2 Perhatikan jika ada deformitas,

benjolan atau nyeri. III Wajah3 Perhatikan simetri atau tidak

4 Amati jika ada pergerakan involunter

5 Perhatikan jika ada edema

6 Perhatikan jika ada massa

IV Mata7 Perikasa posisi mata

8 Kelopak mata: perhatikan hal-hal berikut:

- lebar fisura palpebra - edema kelopak mata- warna kelopak mata- lesi- keadaan dan arah bulu mata - adekuat tidaknya kelopak mata menutup

9 Kornea : dengan cahaya dari arah oblique, perhatikan jika ada kekeruhan dari kornea kedua mata

10 Pupil : Perhatikan ukuran, bentuk dan simetri tidaknya kedua pupil.

11 Konjungtiva and sklera :a. Tekan ke bawah kedua kelopak

mata bawah pasien dengan ibu jari sambil pasien disuruh melihat ke atas, sehingga tampak jelas sklera dan konjungtiva.

3

b. Perhatikan sklera dan konjungtiva palpebra: warna, ada tidaknya nodul atau pembengkakan.

c. Jika dibutuhkan pandangan yang lebih luas dari mata, letakkan ibu jari di tulang pipi pasien dan jari telunjuk di alis mata pasien. Pasien disuruh melihat ke samping dan bawah.

V Telinga12 Perhatikan masing-masing aurikula dan

jaringan sekitarnya: deformitas, benjolan dan lesi kulit

13 Gunakan otoskop untuk melihat saluran telinga dan gendang telinga.

VI Hidung 14 Perhatikan jika ada asimetri atau

deformitas hidung. VII Mulut dan Farings15 Bibir: Perhatikan warna, kelembaban,

ada tidaknya benjolan, luka, bibir pecah.

16 Gusi dan gigi: a. Amati warna gusib. Perhatikan tepi gusi c. Perhatikan gigi: warna, sudah

dicabut, kelainan posisi dan bentuk.17 Atap mulut:

Perhatikan warna dan arsitektur palatum durum

18 Lidah :a. Perhatikan warna b. Perhatikan tekstur dari

dorsum lidah c. Perhatikan tepi dan

permukaan bawah lidah.19 Farings dan Tonsil :

a. Pasien membuka mulut dengan lidah tetap di dalam mulut, suruh pasien untuk mengucapkan “ah”. Hal ini adalah untuk melihat farings dengan baik.

b. Jika farings belum terlihat dengan baik, tekan lidah dengan spatula lidah ke bawah.

c. Amati palatum mole, uvula, tonsil dan farings.

d. Perhatikan warna, simetri/asimetri dan cari jika ada eksudat, pembengkakan, ulserasi, dan pembesaran tonsil.

D Leher Inspeksi

1 Perhatikan simetri/asimetri dan jika ada

4

massa atau jaringan parut. 2 Cari jika ada pembengkakan kelenjar

parotis atau submandibular, dan perhatikan jika ada kelenjar getah bening yang tampak.

3 Inspeksi kelenjar tiroid4 Tekanan vena jugular /Jugular Venous

Pressure (JVP)a. Bagian kepala tempat tidur

pemeriksaan dinaikkan sekitar 150 sampai 300 dari bidang horisontal. Jika tekanan vena tidak dapat diukur karena titik kolaps diatas rahang sehingga tidak tampak, tempat tidur pemeriksaan dinaikkan kira-kira

300 atau 600

b. Pengukuran terbaik dilakukan dari vena jugularis interna. Jika tidak mungkin terlihat, dapat digunakan vena jugularis eksterna. Untuk menentukan level dari tekanan vena, dapatkan titik osilasi tertinggi vena jugularis interna atau jika perlu, titik kolaps vena jugularis eksterna.

c. Titik nol untuk pengukuran ini adalah angulus sternalis, dan tekanan vena selalu diukur pada jarak vertikal dari angulus sternalis. Angulus sternalis kira-kira 5 cm di atas atrium kanan. Tekanan yang diukur dicatat sebagai 5 + x cmH2O. Tekanan yang diukur lebih dari 3 cm di atas angulus sternalis dikatakan meningkat.

Palpasi5 Kelenjar getah bening

a. Pasien harus rileks. b. Dengan menggunakan jari telunjuk

dan jari tengah, gerakkan kulit di atas jaringan dasar pada setiap area (preaurikular, posterior aurikular, oksipital, tonsilar, submandibular, submental, servikal superficial, servikal posterior, supra klavikular).

c. Perhatikan ukuran, bentuk, terpisah atau melekat satu sama lain, mobiltas, konsistensi dan ada tidaknya nyeri.

6 Trakeaa. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah pada ruang antara klavikula sehingga teraba trakea. b. Perhatikan posisi trakea (di tengah atau bergeser)

7 Kelenjar tiroid (diraba dari belakang)

5

a. Letakkan jari-jari kedua tangan pada leher pasien sehingga jari telunjuk berada di bawah krikoid.

b. Posisi leher pasien adalah ekstensi, dan pasien disuruh menelan

c. Raba ada tidaknya jaringan kelenjar d. Perhatikan ukuran, bentuk, dan

konsistensi kelenjar, dan identifikasi ada tidaknya nodul atau nyeri.

E ToraksPersiapan

1 Periksa toraks depan dan belakang dalam keadaan pasien duduk.

2 Jika hal ini tidak memungkinkan, dengan posisi pasien telentang, periksa toraks dan paru depan, dan letakkan pasien pada posisi miring ke salah satu sisi untuk memeriksa toraks posterior. Inspeksi

3 Perhatikan ada tidaknya deformitas atau asimetri

4 Perhatikan bentuk toraks5 Amati ada tidaknya gangguan

pergerakan nafas pada satu atau kedua sisi. Palpasi

6 Palpasi toraks: pusatkan pada daerah yang nyeri, kelainan kulit di atasnya, ekspansi pernafasan, dan getaran (fremitus).Bandingkan kedua hemitoraks.

7 Raba tactile fremitus :a. Fremitus adalah getaran yang

teraba yang dihantarkan melalui cabang bronkopulmonal ke dinding toraks ketika pasien bicara. Untuk mendeteksi getaran, gunakan bagian tulang dari telapak tangan pada dasar jari atau permukaan ulnar tangan.

b. Pasien disuruh mengucapkan “tujuh puluh tujuh” .

8 Apeks jantunga. Letak normal adalah pada atau

medial dari linea midklavikula sinistra sela iga 4 atau 5. Perhatikan impuls apeks; pulsasi sistolik pada apeks ventrikel pada saat kontraksi menyentuh dinding toraks. Paling mudah diraba pada posisi pasien dekubitus lateral kiri.

b. Pasien disuruh miring sedikit ke kiri dan perhatikan lagi.

6

c. Lalu raba impulsnya. d. Jika pada inspeksi tidak terlihat

lokasinya, cari letak apeks jantung dengan permukaan palmar beberapa jari.

e. Jika tidak teraba, suruh pasien untuk ekspirasi penuh dan berhenti bernafas untuk beberapa detik.

Perkusi9 Teknik perkusi:

a. Hiperekstensi jari tengah tangan kiri (utk pemeriksa yang bukan kidal)

b. Tekan sendi interfalangeal distal pada permukaan yang akan diperkusi.

c. Lengan kanan diletakkan pada posisi dekat ke permukaan yang akan diperkusi dengan tangan diangkat ke atas.

d. Jari tengah kanan setengah fleksi, rileks dan siap untuk perkusi.

10 Bandingkan kedua hemitoraks. 11 Pada keadaan normal, perkusi jantung

akan menghasilkan daerah yang pekak di sebelah kiri sternum dari sela iga 3 sampai 5. Perkusi paru kiri lateral dari daerah tersebut.

12 Pada hemitoraks kanan, perkusi dari atas ke bawah pada linea midklavikula kanan, Identifikasi pekak hati.

13 Identifikasi batas kanan, batas kiri dan batas atas jantung. Auskultasi:Untuk menilai aliran udara melalui cabang trakeabronkial.

14 Dengarkan suara yang dihasilkan oleh pernafasan (vesikular, bronkovesikular, bronkial)

15 Dengarkan jika ada suara tambahan. 16 Jika dicurigai adanya suatu kelainan,

dengarkan suara pada saat pasien bicara atau berbisik.

17 Suara jantung dan murmur:a. Katup aorta: sela iga 2 kanan b. Katup pulmonal: sela iga 2 kiri c. Katup tricuspid : linea sternalis kiri

bawah d. Katup mitral : apeks jantung

F Abdomen Inspeksi

1 Perhatikan bentuk abdomen (datar, cembung)

7

2 Amati kulit: skar, striae, dilatasi vena, rash dan lesi Palpasi

3 Light palpation :Raba abdomen dengan lembut. Hal ini terutama untuk mengidentifikasi nyeri abdomen, resistensi muskuler, dan beberapa organ superfisial dan massa.

4 Palpasi dalam:Biasanya untuk menggambarkan massa abdomen.

5 Hati :a. Letakkan tangan kiri di bagian

belakang pasien, sejajar dan menyokong iga 11 dan 12 kanan.

b. Ingatkan pasien untuk rileks di atas tangan pemeriksa jika perlu.

c. Dengan mendorong tangan kiri ke depan, hati pasien mungkin lebih mudah teraba oleh tangan kanan pemeriksa.

d. Letakkan tangan kanan pada bagian kanan perut pasien lateral muskulus rektus abdominis.

e. Pasien disuruh untuk nafas dalam.f. Coba untuk meraba tepi hati pada

saat hati bergerak ke bawah menyentuh ujung jari pemeriksa.

g. Jika teraba, tepi hati yang normal adalah tajam, lunak, dan reguler, permukan rata .

6 Lien :a. Tangan kiri mendorong bagian

bawah toraks kiri dan jaringan lunak di dekatnya

b. Dengan tangan kanan di bawah tepi iga kiri, tekan ke dalam ke arah lien.

c. Mulai palpasi dari bawah sehingga tangan kita di bawah lien yang mungkin membesar.

d. Suruh pasien nafas dalam e. Coba untuk meraba tepi lien pada

saat lien bergerak ke bawah menyentuh ujung jari.

f. Perhatikan adanya nyeri, dan nilai kontur lien.

Perkusi 7 Untuk memeriksa adanya asites

a. Abdomen yang cembung dicurigai kemungkinan adanya cairan asites.

b. Pekak samping disebabkan cairan asites di bawah karena gravitas sedangkan usus yang berisi udara melayang di atasnya.

8

c. Mencari pekak samping adalah dengan perkusi ke arah luar dari daerah pusat timpani.

d. Tandai batas antara timpani dan pekak.

8 Tes untuk pekak pindaha. Setelah menandai batas antara

timpani dan pekak, suruh pasien miring ke satu sisi.

b. Perkusi dan tandai lagi. Auskultasi

9 Dengarkan bising usus. Suara normal adalah clicks dan gurgles

10 Perhatikan frekuensi dan karakternya. Bising usus normal : 5-34 kali permenit.

G EkstremitasPerhatikan adanya deformitas, kulit, jari tabuh, edema, dan lesi atau kelainan lainnya.

9

10