pedoman dosen hasil edit

15
1 PEDOMAN DOSEN MATA KULIAH MATA KULIAH WAJIB UMUM (MKWU) MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI A. Latar Belakang Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Namun, gejala yang terjadi pada berbagai kelompok masyarakat, kalangan generasi muda, bahkan politisi dan aparatur negara saat ini, cenderung abai, lupa, bahkan melecehkan nilai-nilai Pancasila. Penyebabnya dapat ditelusuri pada simpul-simpul analisis berikut. Pertama, Pancasila pernah dijadikan sebagai alat legitimasi kekuasaan oleh Orde Baru, maka ketika Orde Baru tumbang, banyak orang mempertanyakan apakah Pancasila masih perlu dipertahankan atau tidak. Kedua, revitalisasi nilai-nilai Pancasila terlambat mengikuti perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga nilai-nilai tersebut kurang aktual dan kontekstual. Ketiga, tidak ada lagi lembaga yang secara khusus melestarikan, mengembangkan, dan mensosialisasikan Pancasila. Keempat, terjadinya inkonsistensi pada tataran nilai praksis, hal ini ditengarai dengan perilaku penyelenggara negara, pemimpin pemerintahan, dan tokoh-tokoh masyarakat yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Kelima, pembelajaran Pancasila tidak eksplisit dalam penyelenggaraan pendidikan nasional sehingga berdampak pada kurang dikenalnya Pancasila oleh peserta didik dan miskinnya pengkajian Pancasila secara akademik. Pendidikan Pancasila sangat tepat diwajibkan kembali penyelenggaraannya di semua jenjang pendidikan formal sebab dengan demikian proses internalisasi dan institusionalisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan secara sistemik terhadap anak didik dari tingkat bawah sampai ke tingkat pendidikan tinggi, meskipun harus diakui bahwa dalam pelaksanaannya banyak hal yang harus dievaluasi pada bangunan sistem pendidikan Pancasila tersebut. Pertama, pendidikan Pancasila yang dilakukan terlalu fokus pada pembinaan kognitif tingkat rendah (menghafal dan memahami) sehingga mengabaikan pembinaan afektif dan konatif. Dalam idiom Taman Siswa, pendidikan Pancasila selama ini telah mengabaikan pembinaan rasa dan karsa. Padahal, pembinaan afektif dan konatif itulah yang memupuk kepekaan sosial,

Upload: edi-ison

Post on 09-Jan-2017

270 views

Category:

Social Media


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman dosen hasil edit

1

PEDOMAN DOSENMATA KULIAH MATA KULIAH WAJIB UMUM (MKWU)

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILADI PERGURUAN TINGGI

A. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Namun, gejala yang

terjadi pada berbagai kelompok masyarakat, kalangan generasi muda, bahkan politisi dan

aparatur negara saat ini, cenderung abai, lupa, bahkan melecehkan nilai-nilai Pancasila.

Penyebabnya dapat ditelusuri pada simpul-simpul analisis berikut. Pertama, Pancasila pernah

dijadikan sebagai alat legitimasi kekuasaan oleh Orde Baru, maka ketika Orde Baru tumbang,

banyak orang mempertanyakan apakah Pancasila masih perlu dipertahankan atau tidak.

Kedua, revitalisasi nilai-nilai Pancasila terlambat mengikuti perubahan yang berlangsung

sangat cepat sehingga nilai-nilai tersebut kurang aktual dan kontekstual. Ketiga, tidak ada

lagi lembaga yang secara khusus melestarikan, mengembangkan, dan mensosialisasikan

Pancasila. Keempat, terjadinya inkonsistensi pada tataran nilai praksis, hal ini ditengarai

dengan perilaku penyelenggara negara, pemimpin pemerintahan, dan tokoh-tokoh masyarakat

yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Kelima, pembelajaran

Pancasila tidak eksplisit dalam penyelenggaraan pendidikan nasional sehingga berdampak

pada kurang dikenalnya Pancasila oleh peserta didik dan miskinnya pengkajian Pancasila

secara akademik.

Pendidikan Pancasila sangat tepat diwajibkan kembali penyelenggaraannya di semua

jenjang pendidikan formal sebab dengan demikian proses internalisasi dan institusionalisasi

nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan secara sistemik terhadap anak didik dari tingkat bawah

sampai ke tingkat pendidikan tinggi, meskipun harus diakui bahwa dalam pelaksanaannya

banyak hal yang harus dievaluasi pada bangunan sistem pendidikan Pancasila tersebut.

Pertama, pendidikan Pancasila yang dilakukan terlalu fokus pada pembinaan kognitif tingkat

rendah (menghafal dan memahami) sehingga mengabaikan pembinaan afektif dan konatif.

Dalam idiom Taman Siswa, pendidikan Pancasila selama ini telah mengabaikan pembinaan

rasa dan karsa. Padahal, pembinaan afektif dan konatif itulah yang memupuk kepekaan sosial,

Page 2: Pedoman dosen hasil edit

2

rasa tanggung jawab, dan kemampuan bertindak (praksis) untuk mewujudkan suatu tanggung

jawab moral.

Kedua, berkaitan dengan hal pertama di atas, yaitu menyangkut persoalan

metodologi penyelenggaraan pendidikan Pancasila yang lebih bersifat pengajaran, padahal

internalisasi dan/atau institusionalisasi nilai-nilai Pancasila terhadap anak didik diperlukan

juga metodologi institutional building untuk membangun lingkungan yang ber-Pancasila atau

Pancasilais.

Ketiga, materi pendidikan belum tersaji dengan baik, baik dari pendekatan vertikal

maupun horizontal. Pendekatan vertikal membutuhkan pemikiran evaluatif-integratif

terhadap kurikulum dan silabi pendidikan Pancasila dari tingkat sekolah dasar sampai ke

peguruan tinggi. Sementara, pendekatan horizontal memerlukan keberkaitan rumusan

hubungan yang jelas antara materi pendidikan Pancasila dan materi-materi pendidikan agama,

kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Tumpang tindih materi yang selama ini terjadi perlu

dirunut dan diurai dengan kajian yang lebih jelas dan terpilah (clear and distinct), tetapi

memiliki kompetensi inti yang sama sehingga dapat dirunut pula kesinergian dan

keintegrasiannya sebagai Mata Kuliah Wajib Umum dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

Pendidikan Pancasila di tingkat perguruan tinggi perlu diperhatikan secara sungguh-

sungguh sebab akan melandasi dan mengantarkan peserta didik untuk memiliki moral

Pancasila yang benar sehingga mereka memiliki semangat untuk mewujudkan nilai praksis

Pancasila. Sebagai calon pemimpin, mereka mempunyai otoritas dan kemampuan intelektual

untuk melakukan kontekstualisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara tepat, sebagai

upaya responsif terhadap dinamika internal dan eksternal bangsa Indonesia.

B. Landasan Yuridis

Eksistensi mata kuliah Pendidikan Pancasila sebagai sebagai mata kuliah yang diajarkan

di perguruan tinggi secara yuridis berpijak pada ketentuan perundang-undangan sebagai

berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Page 3: Pedoman dosen hasil edit

3

3. Undang-Undang nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

4. Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang 2005--2025’

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 032 Tahun 2013

tentang Standar Nasional Pendidikan:

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.

7. Surat Edaran Dirjen Dikti No 914/E/T/2011 tentang Penyelenggaraan Perkuliahan

Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.

C. Kerangka Konseptual

Pendidikan Pancasila, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012

tentang Pendidikan Tinggi, merupakan mata kuliah yang wajib diselenggarakan secara

mandiri di setiap perguruan tinggi pada tingkat diploma dan sarjana. Setelah Pancasila berdiri

sendiri sebagai mata kuliah, maka memunculkan konsekuensi perlunya kejelasan visi, misi,

tujuan, dan ruang lingkup antara Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, agar tidak

terjadi tumpang tindih antara kedua mata kuliah tersebut, meskipun di antara keduanya tetap

ada hubungan interface dan saling terkait satu dengan yang lain.

Sejalan dengan asas Pendidikan Tinggi sebagaimana tercantum dalam pasal 3 UU No

12 tahun 2012, yaitu: kebenaran ilmiah, penalaran, kejujuran, keadilan, manfaat, kebajikan,

tanggung jawab, kebhinnekaan dan keterjangkauan, maka Pendidikan Pancasila memiliki

peranan yang sangat penting untuk meletakkan pondasi yang kuat dalam Pendidikan Tinggi

di Indonesia. Mata kuliah Pendidikan Pancasila tidak hanya secara kognitif mengajarkan

materi-materi ke-Pancasila-an saja, tetapi juga membangun karakter sebagai intelektual

terdidik sebagaimana asas pendidikan tinggi tersebut.

Pendidikan Pancasila adalah bagian dari kelompok Mata Kuliah Wajib Umum

(MKWU) yang keseluruhannya terdiri atas mata kuliah agama, kewarganegaraan, bahasa

Indonesia, dan Pancasila itu sendiri. MKWU ini merupakan mata kuliah yang merupakan

kurikulum nasional sehingga memiliki visi dan misi terkait dengan fungsi dan tujuan

pendidikan nasional itu sendiri. Fungsi Pendidikan nasional adalah mengembangkan

Page 4: Pedoman dosen hasil edit

4

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuannya adalah untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan, dengan demikian, bukan hanya merupakan kebutuhan individu sebagai

warga negara, tetapi juga merupakan kebutuhan negara. Kemajuan pendidikan warga negara

akan secara otomatis membawa kebesaran negara tersebut. Pendidikan dalam arti penguasaan

ilmu, teknologi, dan seni belumlah cukup, negara memiliki kepentingan agar siapa pun warga

negara yang mengenyam pendidikan di Indonesia memiliki karakter kebangsaan, konsern

yang kuat untuk memajukan negara, peduli kepada bangsa dan tanah airnya.

Dalam pelaksanaannya, Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah yang

dikembangkan berdasar konsep kurikulum 2013 dan mempertimbangkan Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagai rujukan kriteria kualitas lulusan.

D. Visi dan Misi Pendidikan Pancasila

1. Visi

Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai

Pancasila

2. Misi

a. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis)

b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,

bangsa dan negara (misi psikososial)

c. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan

(misi sosiokultural)

d. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem

pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline) (misi

akademik)

E. Disain Mata Kuliah

• KOMPETENSI INTI (KI) merupakan kemampuan atau kompetensi yang bersifat

generik yang isinya merujuk pada esensi Tujuan Pendidikan Nasional (UU No. 20

Page 5: Pedoman dosen hasil edit

5

/2003) Tujuan Dikti (UU No. 12/2012), KKNI (Permendikbud 73/2013), dan SKL

(Permendikbud SNPT). Kompetensi Inti yang terdiri atas nilai spiritual, nilai sosial,

pengetahuan, dan keterampilan, berfungsi sebagai organisator Mata Kuliah Wajib

Umum yang terdiri atas Pendidikan Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan

Bahasa Indonesia.

• KOMPETENSI DASAR (KD) bersifat spesifik yang isinya mendeskripsikan

kemampuan terkait substansi mata kuliah, dalam hal ini mata kuliah Pendidikan

Pancasila sebagai salah satu dari empat elemen Mata Kuliah Wajib Umum. Dalam

konteks KKNI, Kompetensi Dasar sepadan dengan konsep dan posisi capaian

pembelajaran.

• KOMPETENSI INTI 1 DAN 2 (KI 1 DAN KI 2) dikembangkan secara koheren

dan harmonis sebagai dampak pengiring (nurturant effects). KI 1 dan KI 2 secara

filosofis berfungsi sebagai pendasaran aksiologis mata kuliah.

• KOMPETENSI INTI 3 DAN 4 (KI 3 DAN KI 4) dikembangkan secara konsisten

dan interaktif sebagai dampak instruksional (instructional effects). KI 3 dan KI 4

secara filosofis berfungsi sebagai pendasaran ontologis dan epistemologis mata

kuliah.

• Kompetensi Inti 1, 2, 3, 4 secara bersama-sama merupakan entitas utuh learning

outcomes (capaian pembelajaran) dalam konteks utuh proses psikologis

pedagogis/andragogis suatu proses pencapaian/perwujudan tujuan pendidikan

nasional.

• Dalam konteks Pendidikan Pancasila, Kompetensi Dasar dijabarkan secara utuh,

koheren dan konsisten berdasar kerangka Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4, yang

kemudian dikembangkan dalam materi pembelajaran.

F. Tujuan Pendidikan Pancasila

Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan

dapat tercipta wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk mengkaji Pancasila secara

akademik (genetivus objektivus), dan menjadikan Pancasila sebagai perspektif untuk

mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah bangsa dan negara (genetivus

subjectivus).

Page 6: Pedoman dosen hasil edit

6

Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan untuk

mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional yang ada merupakan

rangkaian konsep, program, tata cara, dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang

diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, tujuan Pendidikan Pancasila di

Perguruan Tinggi pun merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Secara spesifik tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah:

1. Memperkuat implementasi Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi

bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila

kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing

untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara (living Pancasila)

3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap

berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui

sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI tahun 1945.

4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai

ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta

penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat

berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan

eksternal bangsa Indonesia.

G. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi Pancasila, meliputi:

1. Pengantar Pendidikan Pancasila

Pokok bahasan ini akan menjelaskan Latar Belakang Pendidikan Pancasila;

Kebijakan Nasional Pembangunan Bangsa dan Karakter; Landasan Hukum

Pendidikan Pancasila; Kerangka Konseptual Pendidikan Pancasila; Visi dan Misi;

Tujuan Pendidikan Pancasila Disain Mata Kuliah; Kompetensi Inti dan Kompetensi

Dasar; Ruang Lingkup Materi Pembelajaran; dan Penilaian.

Page 7: Pedoman dosen hasil edit

7

2. Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

Pokok bahasan ini akan mengkaji dinamika Pancasila pada Era Pra

Kemerdekaan, Era awal Kemerdekaan, Era Orde Lama, Era Orde Baru dan

Era Reformasi.

3. Pancasila sebagai Dasar Negara

Pokok bahasan ini akan mengkaji Hubungan Pancasila dengan dengan

Proklamasi, Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945,

Penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945, Implementasi

Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang Politik, Ekonomi,

Sosial Budaya dan Hankam

4. Pancasila sebagai Ideologi Negara

Pokok bahasan ini mengkaji Pengertian dan Sejarah Ideologi, Pancasila dan

Ideologi Dunia, Pancasila dan Agama.

5. Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pokok bahasan ini mengkaji Pengertian Filsafat, Filsafat Pancasila, Hakikat

Sila- sila Pancasila

6. Pancasila sebagai Sistem Etika

Pokok bahasan ini mengkaji Pengertian Etika, Etika Pancasila, Pancasila

sebagai solusi problem bangsa, seperti korupsi, kerusakan lingkungan,

dekadensi moral, dan lain-lain

7. Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Pokok bahasan ini mengkaji nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan,

kerakyatan, dan keadilan sebagai dasar pengembangan ilmu

H. Pembelajaran

Strategi pengembangan metode pembelajaran Pendidikan Pancasila menggunakan

pendekatan Student Active Learning. Dengan pendekatan ini, mahasiswa lebih banyak

melakukan eksplorasi daripada secara pasif menerima informasi yang disampaikan oleh

pengajar. Pendekatan scientific approach juga perlu dilakukan agar mahasiswa dapat

Page 8: Pedoman dosen hasil edit

8

langsung menerapkan ilmunya ketika menghadapi masalah. Keuntungan dari pendekatan

ini adalah mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang

berkaitan dengan bidang keahliannya saja, tetapi juga berkembang keterampilan

komunikasi, inisiatif, bekerja dalam kelompok, berbagi informasi, dan penghargaan

terhadap orang lain. Metode pendekatan ini meliputi antara lain:

1. Studi kasus

Pada metode pembelajaran ini mahasiswa diberikan kasus atau mencari kasus yang

perlu dicari pemecahan masalahnya sesuai dengan pokok bahasan yang sedang

dibahas.

2. Diskusi

Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan cara mahasiswa ditugaskan untuk

membahas dan bertukar pendapat mengenai topik atau masalah tertentu untuk

memperoleh suatu pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti.

3. Seminar

Mahasiswa diminta untuk mempersiapkan makalah/paper, kemudian

mempresentasikannya di depan mahasiswa lainnya dan dalam kesempatan ini akan

diperoleh masukan dan pertanyaan, baik dari sesama mahasiswa lainnya maupun dari

staf pengajar.

4. Debat

Suatu metode pembelajaran dengan cara mahasiswa dibagi ke dalam beberapa

kelompok dan setiap kelompok terdiri atas 4 orang. Di dalam kelompok tersebut

mahasiswa melakukan perdebatan tentang topik tertentu.

5. Kerja lapangan

Suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa mahasiswa langsung kepada

objek atau pokok bahasan yang akan dipelajari di luar kelas.

6. Bermain peran

Bermain peran adalah salah satu permainan pendidikan yang digunakan untuk

menjelaskan perasaan, sikap, perilaku, dan nilai dengan tujuan untuk menghayati

peran, sudut pandang dan cara berpikir orang lain dengan memainkan peran orang

lain.

Page 9: Pedoman dosen hasil edit

9

7. Simulasi

Suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

penghayatan mahasiswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan

mahasiswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan

ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu tergantung kepada apa

yang diperankan.

8. Tugas kelompok

Metode pembelajaran dengan memberikan tugas kepada mahasiswa yang telah dibuat

kelompok, misalnya dalam bentuk karangan atau makalah, kliping, dan/atau

mengamati suatu kejadian.

9. Permainan

Merupakan cara penyajian bahan pengajaran dengan melibatkan mahasiswa untuk

melakukan permainan sehingga diperoleh atau ditemukan pemahaman dan konsep

tertentu. Metode permainan ini dapat dilakukan, baik secara individual maupun

kelompok.

10. Collaborative Learning (CL)

Merupakan proses belajar kelompok, yang memungkinkan keterlibatan setiap

anggota untuk menyumbangkan informasi, pengetahuan, pengalaman, ide, sikap,

pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya sehingga secara bersama-

sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

11. Problem-Based Learning (PBL)

Metode belajar yang menggunakan masalah yang kompleks dan nyata untuk memicu

pembelajaran sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

pengetahuan baru.

12. Bola salju menggelinding

Dalam pembelajaran ini, mahasiswa melakukan tugas individu kemudian

berpasangan. Dari pasangan tersebut, kemudian mencari pasangan yang lain sehingga

semakin lama anggota kelompok semakin besar bagai bola salju yang menggelinding.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari mahasiswa

secara bertingkat. Dimulai dari kelompok yang lebih kecil, berangsur-angsur kepada

Page 10: Pedoman dosen hasil edit

10

kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga

jawaban yang telah disepakati oleh mahasiswa secara kelompok.

Pilihan terhadap metode sebagaimana diuraikan di atas sangat tergantung pada

kebutuhan dari kompetensi dasar/capaian pembelajarannya. Kesiapan staf pengajar,

sarana prasarana yang ada pada masing-masing perguruan tinggi, termasuk kondisi

mahasiswa, juga perlu dipertimbangkan demi suksesnya pembelajaran.

I. Penilaian

1. Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan melalui tiga kelompok besar penilaian,

yaitu penilaian otentik, portofolio, penilaian diri, dan test. Dalam melakukan

penilaian, penggunaan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tertulis perlu menjadi

unsur penilaian.

2. Kriteria penilaian dan pembobotannya diserahkan kepada dosen pengampu dan

disesuaikan dengan Pedoman Evaluasi Akademik yang berlaku pada Perguruan

Tinggi masing-masing.

3. Sistem penilaian perlu dijelaskan kepada mahasiswa dalam kontrak belajar.

J. Dosen

No. KUALIFIKASIAKADEMIK

SERTIFIKASI PENYEGARAN(Dikti/ASPROF/

Kolaborasi

1. Magister PPKn P4/PMP/PPKn/PKN PKn 40 Jam

2 Magister Filsafat (UGM) P4/PMP/PPKn/PKN PKn 40 Jam

3 Magister Ilmu Sosial lainnya P4/PMP/PPKn/PKN PKn 60 Jam

Page 11: Pedoman dosen hasil edit

11

Kelembagaan, Sarana dan Prasarana

a. Kelembagaan

Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pada dasarnya

merupakan tugas universitas, tetapi dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh Unit

Pelaksana Teknis (UPT) MKWU, fakultas, atau jurusan.

b. Sarana dan prasarana

1) Ruang kuliah yang memadai.

2) Media pembelajaran (Papan Tulis, OHP, LCD, dll sesuai dengan kondisi masing-

masing Perguruan Tinggi)

3) RPKPS (Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester)

4) Ketersediaan sumber belajar

No. JENIS SUMBER BELAJAR RASIO KETERANGAN

1. Buku Teks Mata Kuliah 1 : 1 Dikti

2 Buku Referensi Baku 1 : 10 Pemerintah dan Umum

3 Buku Tematik Relevan 1 : 20 Pemerintah dan Umum

4 Dokumen Negara relevan 1 : 10 Pemerintah/LN

5 Website Indonesia/Global Bebas Umum

6 Mas Media Bebas Umum

Lampiran: Kompetensi Inti dan Kopetensi Dasar

Page 12: Pedoman dosen hasil edit

12

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

PENDIDIKAN PANCASILA

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

KI 1. SIKAP SPIRITUAL

Menghayati dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya

sebagai pola hidup dalam konteks

akademik, dan/atau profesi serta

kehidupan.

1.1 Bersyukur atas karunia kemerdekaan

dan Pancasila sebagai dasar negara

Indonesia.

1.2 berkomitmen menjalankan ajaran

agama dalam konteks Indonesia yang

berdasar pada Pancasila dan UUD

NRI tahun 1945.

1.3 Taat beragama dalam kehidupan

individu, bermasyarakat, berbangsa,

bernegara dan dalam pengembangan

keilmuan serta kehidupan akademik

dan profesinya

1.4 Bersikap inklusif, toleran dan gotong

royong dalam keragaman agama dan

budaya

1.5 Sadar dan berkomitmen

melaksanakan Pancasila, Undang

Undang Dasar NRI tahun 1945 dan

ketentuan hukum di bawahnya,

sebagai wujud kecintaannya pada

tanah air

KI 2. SIKAP SOSIAL

Mengembangkan perilaku (jujur,

disiplin, tanggung jawab, peduli,

santun, ramah lingkungan,

2.1 Menunjukkan sikap positif terhadap

Pendidikan Pancasila

2.2 Mengaktualisasikan nilai-nilai

Pancasila dalam bentuk pribadi yang

Page 13: Pedoman dosen hasil edit

13

gotong royong, kerja sama, cinta

damai, responsif dan pro-aktif),

menunjukkan sikap sebagai

bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan bangsa, serta

memosisikan diri sebagai agen

transformasi masyarakat yang

berakhlak mulia dalam

membangun peradaban bangsa

yang memancarkan nilai dan

moral Pancasila, dan membangun

dunia yang sejahtera, aman, dan

damai.

saleh secara individual, sosial, dan

alam.

2.3 Mengembangkan karakter Pancasilais

yang teraktualisasi dalam sikap jujur,

disiplin, tanggungjawab, peduli,

santun, ramah lingkungan, gotong

royong, cinta damai, responsif, dan

proaktif.

2.4 Bertanggung jawab atas keputusan

yang diambil berdasar pada prinsip

musyawarah dan mufakat.

2.5 Berkontribusi aktif dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, berperan

dalam pergaulan dunia dengan

menjunjung tinggi penegakkan moral

dan hukum

KI 3. PENGETAHUAN

Memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, dan

mencipta pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan

metakognitif dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban

terkait berbagai fenomena dan

kejadian, serta menggunakannya

pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan

3.1 Menjelaskan tujuan dan fungsi

pendidikan Pancasila sebagai

komponen mata kuliah wajib umum

pada program diploma dan sarjana.

3.2 Memahami dan menganalisis

dinamika Pancasila secara historis,

dan merefleksikan fungsi dan

kedudukan penting Pancasila dalam

perkembangan Indonesia mendatang.

3.3 Mengidentifikasi dan mengevalusi

peraturan perundang-undangan dan

kebijakan negara, baik yang bersifat

Page 14: Pedoman dosen hasil edit

14

minatnya. idealis maupun praktis-pragmatis

dalam perspektif Pancasila sebagai

dasar negara.

3.4 Menganalisis ideologi besar dunia

dan ideologi-ideologi baru yang

muncul dan menjelaskan Pancasila

sebagai ideologi yang cocok untuk

Indonesia.

3.5 Memahami dan menganalisis hakikat

sila-sila Pancasila serta

mengaktualisasikan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya sebagai

paradigma berfikir, bersikap, dan

berperilaku.

3.6 Menguasai pengetahuan tentang

pengertian etika, aliran-aliran etika,

etika Pancasila, dan Pancasila sebagai

solusi problem moralitas bangsa.

3.7 Merumuskan Pancasila sebagai

karakter keilmuan Indonesia

KI 4. KETERAMPILAN

Mengolah, menalar, mencipta, dan

menyaji berbagai hal dalam ranah

konkret dan abstrak secara

mandiri serta bertindak secara

efisien, efektif, dan kreatif serta

menggunakannya sesuai kaidah

keilmuan dan/atau keprofesian.

4.1 Menalar dan menyusun argumentasi

pentingnya Pendidikan Pancasila

sebagai komponen mata kuliah wajib

umum dalam Sistem Pendidikan di

Indonesia.

4.2 Mempresentasikan dinamika

Pancasila secara historis, dan

Page 15: Pedoman dosen hasil edit

15

merefleksikan fungsi dan kedudukan

penting Pancasila dalam

perkembangan Indonesia mendatang.

4.3 Mengkritisi peraturan perundang-

undangan dan kebijakan negara, baik

yang bersifat idealistis maupun

praktis-pragmatis dalam perspektif

Pancasila sebagai dasar negara.

4.4 Menalar perbedaan pandangan

tentang beragam ideologi dan

membangun pemahaman yang kuat

tentang Ideologi Pancasila

4.5 Mengelola hasil kerja individu dan

kelompok menjadi suatu gagasan

tentang Pancasila yang hidup dalam

tata kehidupan bangsa Indonesia.

4.6.1 Terampil merumuskan solusi atas

problem moralitas bangsa dengan

pendekatan Pancasila

4.6.2 Melaksanakan proyek belajar

implementasi Pancasila dalam

kehidupan nyata

4.7.1 Merumuskan konsep karakter

keilmuan berdasar Pancasila

4.7.2 Menciptakan model pemimpin,

warga negara, dan ilmuwan yang

Pancasilais