pedoman pengarusutamaan gender (pug ... - pertanian… ketahan... · desa dan lkd e ... yang...

42
PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) BIDANG KETAHANAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, 2012

Upload: vonga

Post on 27-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN

PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG)

BIDANG KETAHANAN PANGAN

BADAN KETAHANAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

JAKARTA, 2012

Page 2: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN

PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG)

BIDANG KETAHANAN PANGAN

Badan Ketahanan Pangan

Kementerian Pertanian

2012

Page 3: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER i BIDANG KETAHANAN PANGAN

KATA PENGANTAR

Pengarusutamaan Gender (PUG) ditujukan agar semua program pembangunan nasional dapat

dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesempatan dan akses yang sama bagi laki-laki dan

perempuan , disertai adanya kendali dan manfaat yang dapat diterima dan dirasakan bersama

oleh keduanya. Kondisi ini masih menjadi suatu tantangan mengingat kebijakan pembangunan

baik tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota pada umumnya belum sepenuhnya

menempatkan kesetaraan dan keadilan gender sebagai prioritas pembangunan. Oleh karena itu,

PUG telah dituangkan dalam salah satu bab pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang merupakan acuan bagi setiap Kementerian/Lembaga dalam

menjabarkan dan menyusun Rencana Strategisnya.

Kerangka berfikir yang responsif gender diperlukan dalam operasionalisasi siklus program dan

kegiatan pembangunan pertanian pada umumnya dan pembangunan ketahanan pangan pada

khususnya karena dapat memberikan perhatian dan kesempatan untuk berkembang bagi

seluruh pelaku pembangunan baik laki-laki maupun perempuan.

Dalam proses pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan yang responsif gender, maka aparat dan

penyuluh/pendamping memiliki peranan penting dalam meningkatkan partisipasi laki-laki dan

perempuan secara aktif dan bersama-sama mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga

pemantauan dan evaluasi kegiatan. Oleh karena itu, penyamaan persepsi dan pemahaman

aparat dan penyuluh/pendamping tentang “makna” dan aplikasi gender mutlak diperlukan.

Dalam rangka menyamakan persepsi dan meningkatkan pemahaman aparat dan

penyuluh/pendamping di bidang ketahanan pangan, dipandang perlu adanya buku Pedoman

Pengarusutamaan Gender Bidang Ketahanan Pangan yang mudah dipahami dan praktis

dilaksanakan.

Dengan diterbitkannya buku pedoman ini, diharapkan aparat dan penyuluh/pendamping dapat

secara optimal melaksanakan upaya pengarusutamaan gender di bidang ketahanan pangan

untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dalam akses, partisipasi, kontrol dan

manfaat pembangunan ketahanan pangan.

Jakarta, Juli 2012

Achmad Suryana

Kepala Badan Ketahanan Pangan

Kementerian Pertanian

Page 4: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER ii BIDANG KETAHANAN PANGAN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

Daftar Gambar iv

Daftar Lampiran v

BAB I : Pendahuluan 1

A. Latar Belakang 1 B. Dasar Hukum 2 C. Tujuan 3 D. Sasaran 3

BAB II : Pengarusutamaan Gender 4

A. Apa Itu Gender 4 B. Apa Itu Keadilan dan Kesetaraan Gender 5 C. Apa Itu Pengarusutamaan Gender 5 D. Apa Itu Peran Gender 6

BAB III : Data Terpilah dan Metode Analisis 7

A. Data Terpilah 7 B. Metode Analisis Gender 9

BAB IV : Model Kegiatan Ketahanan Pangan berbasis 12 Pengarusutamaan Gender

A. Gambaran Umum Desa Mandiri Pangan 12 B. Profil Penerima Manfaat yang Perspektif Gender 13 C. Jenis Kegiatan yang Dilakukan 14 D. Organisasi Kelompok Penerima Manfaat, Tim Pangan 14

Desa dan LKD E. Proses Pendampingan 15 F. Manfaat yang Diterima 19

BAB V : Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 20

A. Pemantauan dan Evaluasi 20 B. Pelaporan 20

BAB VI : Penutup 22

Daftar Pustaka 23

Page 5: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER iii BIDANG KETAHANAN PANGAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. PRA yang tidak bermuatan gender dan 15 PRA yang memiliki muatan gender

Tabel 2. Teknik PRA dalam kajian masyarakat 17

Tabel 3. Berbagai Aplikasi PRA yang dilengkapi dengan 18 Hasil Analisis Gender

Page 6: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER iv BIDANG KETAHANAN PANGAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Laki-laki dan perempuan berpartisipasi aktif 4

pada pertemuan kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan)

Gambar 2. Implementasi dari kesetaraan gender: petugas laki-laki 5

dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam memberikan

pelayanan informasi kepada masyarakat

Gambar 3. Kegiatan yang dapat dikerjakan baik laki-laki maupun perempuan 6

yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat

Gambar 4. Alur Pelaporan 21

Page 7: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER v BIDANG KETAHANAN PANGAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ilustrasi Perbedaan Gender (G) dengan Jenis Kelamin (S) 24

Lampiran 2. Data Terpilah Ketahana Pangan 26

Lampiran 3. Gender Analysis Pathway (GAP) 30

Lampiran 4. Gender Budget Statement 31

Page 8: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kesamaan peran antara laki-laki dan perempuan dimulai dengan dikumandangkannya

‘emansipasi’ pada tahun 1950 dan 1960-an. Setelah itu pada tahun 1963 muncul gerakan

kaum perempuan yang mendeklarasikan suatu resolusi melalui badan ekonomi sosial

PBB. Kesamaan laki-laki dan perempuan diperkuat dengan deklarasi yang dihasilkan dari

konferensi PBB pada tahun 1975, yang memprioritaskan pembangunan bagi kaum

perempuan.

Berkaitan dengan itu dikembangkan berbagai program pemberdayaan perempuan, dan

mulai diperkenalkan tema Women In Development (WID), yang bermaksud untuk

mengintegrasikan kegiatan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan. Setelah itu,

terjadi beberapa kali pertemuan internasional yang memperhatikan tentang

pemberdayaan perempuan. Sampai akhirnya sekitar tahun 1980-an, berbagai studi

menunjukkan bahwa kualitas kesetaraan lebih penting daripada sekedar kuantitas, maka

tema WID diubah menjadi Women and Development (WAD).

Pada tahun 1992 dan 1993, studi Anderson dan Moser memberikan rekomendasi bahwa

tanpa kerelaan, kerjasama, dan keterlibatan kaum laki-laki maka program pemberdayaan

perempuan tidak akan berhasil dengan baik. Dengan alasan tersebut, maka dipergunakan

pendekatan gender yang dikenal dengan Gender and Development (GAD) yang

menekankan prinsip hubungan kemitraan dan keharmonisan antara laki-laki dan

perempuan.

Pada tahun 2000 konferensi PBB menghasilkan ‘The Millenium Development Goals’

(MDGs) yang mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sebagai

cara efektif untuk memerangi kemiskinan, kelaparan, dan penyakit, serta menstimulasi

pembangunan yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan.

Terdapat 60,7 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dengan komposisi 48 %

mencari nafkah dari sektor pertanian. Persentase tersebut mencapai 60 juta orang dan

diantaranya sebesar 38,2 % adalah perempuan. Lebih lanjut, sebesar 16 % petani kepala

rumah tangga adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa masalah keadilan dan

kesetaraan gender perlu diperhatikan dengan baik. Apabila hal tersebut kurang

diperhatikan akan menimbulkan kesenjangan manfaat pembangunan yang diterima

antara laki-laki dan perempuan.

Untuk mengurangi dan menghilangkan kesenjangan gender antara laki-laki dan

perempuan, telah diterbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional, mengamanatkan bagi

Page 9: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 2

semua Kementerian/Lembaga Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah untuk

mengintegrasikan pengarusutamaan gender pada saat menyusun kebijakan, program dan

kegiatan masing-masing bidang pembangunan. Program PUG bertujuan untuk

menciptakan kesetaraan (equality) dan keadilan (equity) gender, yaitu suatu kondisi yang

adil dan setara dalam berbagai peran dan relasi gender. Dengan demikian diharapkan

hasil pembangunan dapat dirasakan secara adil dan setara kepada seluruh lapisan

masyarakat yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Menindaklanjuti Inpres Nomor 9 Tahun 2000, Kementerian Pertanian membentuk Tim

Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian Pertanian dan Pokja PUG Kementerian

Pertanian. Pembentukan Tim Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

Pertanian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

824/Kpts/OT.160/6/2008. Sedangkan Pokja PUG Kementerian Pertanian telah

ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal dengan tugas melakukan penyiapan,

pelaksanaan dan pengawasan kegiatan PUG di lingkup eselon I Kementerian Pertanian.

Pokja PUG Kementerian Pertanian terdiri dari 10 (sepuluh) Pokja PUG lingkup Eselon I

Kementerian Pertanian. Pokja Badan Ketahanan Pangan telah dibentuk dengan

Keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor 017/KPTS/OT.160/K/05/2012

tanggal 2 Mei 2012.

Dalam rangka implementasi dan integrasi PUG dalam kegiatan ketahanan pangan, telah

ditetapkan kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan) sebagai model percontohan di

beberapa lokasi. Pemilihan tersebut didasarkan bahwa kegiatan tersebut merupakan

upaya untuk mengurangi kemiskinan sekaligus kerawanan pangan. Selain itu, kegiatan

tersebut didesain sebagai kegiatan terbuka bagi peserta laki-laki dan perempuan. Oleh

karena itu, konsep tersebut sangat cocok untuk menerapkan PUG dalam mengurangi dan

memberantas kemiskinan, mengingat perempuan sangat rentan terhadap masalah

kemiskinan.

B. Dasar Hukum

PUG adalah strategi nasional yang melihat pembangunan dari lensa gender. Oleh karena

itu dasar hukum pelaksanaan Pengarusutamaan Gender adalah sebagai berikut:

1. Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Convention on the

Elimination of All Forms of Discrimination Against Women);

2. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

Page 10: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 3

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah juncto Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 67 Tahun 2011;

C. Tujuan

Tujuan diterbitkannya buku pedoman PUG ini adalah sebagai acuan dalam:

1. Melakukan pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan pembangunan ketahanan

pangan dari netral dan/atau bias gender menjadi responsif gender.

2. Membuat indikator output yang menunjukkan seberapa besar adanya penurunan

kesenjangan gender di sektor ketahanan pangan.

3. Menganalisis adanya kesenjangan gender (gender gap) yang terjadi di lokasi

percontohan PUG Badan Ketahanan Pangan.

4. Membangun persamaan persepsi tentang definisi pengarusutamaan gender dalam

kegiatan ketahanan pangan.

D. Sasaran

Buku pedoman ini ditujukan untuk aparat (Pemerintah Provinsi, dan Kabupaten/Kota

pada SKPD Ketahanan Pangan) dan pelaksana (Penyuluh/Pendamping) pembangunan

ketahanan pangan.

Page 11: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 4

BAB II

Pengarusutamaan Gender

A. Apa Itu Gender ?

Gender sering diartikan secara keliru sebagai jenis kelamin, sehingga kedua kata ini perlu

dipahami pengertiannya secara benar.

Gender adalah hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada

hubungan antara laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, dan bagaimana

hubungan sosial ini dikonstruksikan. Peran gender bersifat dinamis dan berubah antar waktu.

Jenis kelamin atau seks adalah penandaan individu kedalam kategori laki-laki dan perempuan

berdasarkan karakteristik biologis (genital eksternal dan organ-organ seks internal), genetik

(kromosom) dan hormon.

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa gender adalah tentang laki-laki dan perempuan, dan tidak

hanya identik dengan perempuan.

Gambar 1. Laki-laki dan perempuan berpartisipasi aktif pada pertemuan

kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan).

Page 12: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 5

B. Apa Itu Keadilan dan Kesetaraan Gender ?

Keadilan Gender adalah suatu proses untuk mencapai kesetaraan gender, melalui perlakuan

adil bagi laki-laki dan perempuan dalam keseluruhan proses pembangunan dengan

mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, kesulitan, hambatan sebagai laki-laki dan

perempuan untuk mendapatkan akses dan manfaat dari usaha pembangunan serta ikut

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan memperoleh penguasaan (kontrol) terhadap

sumber daya.

Kesetaraan Gender adalah hasil dari ketiadaan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atas

dasar kesempatan, alokasi sumber daya atau manfaat dan akses terhadap pelayanan.

Keadilan gender adalah proses, sedangkan kesetaraan gender merupakan hasil.

Gambar 2. Implementasi dari kesetaraan gender: petugas laki-laki dan perempuan memiliki

kesempatan yang sama dalam memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat.

C. Apa Itu Pengarusutamaan Gender?

Pengarusutamaan Gender adalah proses untuk menjamin laki-laki dan perempuan mempunyai

akses dan kontrol terhadap sumber daya, memperoleh manfaat pembangunan dan pengambilan

keputusan yang sama di semua tahapan proses pembangunan dan seluruh kegiatan, program

dan kebijakan pemerintah.

Page 13: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 6

D. Apa itu Peran Gender ?

Peran Gender adalah perilaku yang dipelajari di dalam suatu masyarakat/komunitas yang

dikondisikan bahwa kegiatan, tugas-tugas atau tanggung jawab patut diterima baik oleh laki-

laki maupun perempuan. Peran gender dapat berubah, dan dipengaruhi oleh umur, kelas, ras,

etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi dan politik. Baik laki-laki maupun perempuan

memiliki peran ganda di dalam masyarakat. Perempuan kerap mempunyai peran dalam

mengatur reproduksi, produksi dan kemasyarakatan. Laki-laki lebih terfokus pada produksi dan

politik kemasyarakatan.

Gambar 3. Kegiatan yang dapat dikerjakan baik laki-laki maupun perempuan yang

memiliki peran ganda di dalam masyarakat.

Penjelasan terhadap Ilustrasi Perbedaan Gender dengan Jenis Kelamin dan Ilustrasi Peranan

Spesifik Gender dapat dilihat pada Lampiran 1.

Page 14: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 7

BAB III

Data Terpilah dan Metode Analisis

A. Data Terpilah

Data terpilah adalah data yang dibedakan menurut jenis kelamin, status dan kondisi laki-

laki dan perempuan di seluruh bidang pembangunan yang meliputi kesehatan,

pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan, politik dan pengambilan keputusan, hukum

dan sosial budaya dan kekerasan (Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009).

Tujuan Penyusunan Data Terpilah

Tujuan dari penyusunan data terpilah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perbedaan (kondisi/perkembangan) keadaan laki-laki dan

perempuan, termasuk anak dalam dimensi tempat dan waktu.

2. Mengevaluasi dampak dari intervensi pembangunan terhadap laki-laki dan

perempuan.

3. Mengidentifikasi masalah, membangun dan memilih alternatif kegiatan yang paling

efektif untuk kemaslahatan/kesetaraan laki-laki dan perempuan yang responsif

terhadap masalah, kebutuhan, pengalaman laki-laki dan perempuan.

Jenis – jenis Data Terpilah

Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Data Gender dan Anak, disebutkan ada 6

(enam) jenis data terpilah yaitu:

1. Bidang Kesehatan;

2. Bidang Pendidikan;

3. Bidang ekonomi dan Ketenagakerjaan;

4. Bidang Politik dan Pengambil Keputusan;

5. Bidang Hukum dan Sosial Budaya;

6. Kekerasan terhadap Perempuan.

Dari enam jenis data terpilah yang mempunyai korelasi untuk kegiatan Kementerian

Pertanian khususnya Badan Ketahanan Pangan adalah Bidang Pendidikan dan Bidang

Ekonomi dan Ketenagakerjaan.

Page 15: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 8

Bidang Pendidikan, meliputi:

1. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut jenjang pendidikanSD, SLTP dan SLTA;

2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kelompok umur (7-12, 13-15 dan 16-18

tahun);

3. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut jenjang pendidikanSD, SLTP dan SLTA;

4. Angka Melek Huruf (AMH) menurut kelompok umur:15-19 tahun, 20-24 tahun, 25-

29 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun, 45-49 tahun, 50-54 tahun, 55-59

tahun, dan 60 tahun ke atas.;

5. Angka Putus Sekolah menurut jenjang pendidikan SD, SLTPdan SLTA;

6. Penduduk menurut jenis pendidikan tertinggi yang ditamatkan;

7. Rata-rata lama sekolah;

8. Akses terhadap informasi dan teknologi:

a. Jumlah pelanggan saluran telepon

b. Jumlah pengguna personal komputer

c. Jumlah pengguna internet

Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan, meliputi:

1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK);

2. Perkiraan tingkat daya beli (purchasing power parity);

3. Kepala keluarga miskin;

4. Tenaga kerja migran;

a. Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

b. Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

5. Pekerja di sektor formal;

6. Pekerja di sektor informal;

7. Usaha Mikro dan Kecil (UMK);

8. Keanggotaan Koperasi;

9. Penerima Kredit/Pinjaman dari Lembaga Keuangan;

10. Pengangguran;

11. Pekerja tak dibayar (unpaid worker);

12. Perempuan pekerja profesional dan manajerial;

13. Pekerja menurut lapangan usaha, status pekerjaan, dan jenis pekerjaan.

Form Data Terpilah Bidang Ketahanan Pangan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Page 16: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 9

B. Metodologi Analisis Gender

Data terpilah digunakan untuk menganalisis Pengarusutamaan Gender dalam kegiatan

ketahanan pangan, sehingga dapat dilihat seberapa jauh PUG sudah diimplementasikan

dalam kegiatan Demapan. Beberapa metode analisis PUG yang dapat diterapkan antara

lain:

1. Model Harvard

Model ini dikembangkan oleh Harvard Institute for International Development bekerja

sama dengan Women in Development (WID)-USAID. Model Harvard didasarkan pada

pendekatan efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis gender dan

perencanaan gender paling awal. Model analisis Harvard lebih sesuai digunakan

untuk perencanaan proyek, menyimpulkan data basis atau data dasar.

2. Model Moser

Model ini didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat ‘teknis dan

politis’, kerangka ini mengasumsikan adanya konflik dalam perencanaan dan proses

transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu ‘debat’. Terdapat

kelemahan dalam model ini yang tidak memperhitungkan kebutuhan strategis laki-

laki.

3. Model SWOT

Model ini menggunakan analisis manajemen yang melalui identifikasi secara

‘internal’ mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara ‘eksternal’ mengenai

peluang dan ancaman.

4. Model PROBA (Problem Base Approach)

Model ini dikembangkan atas kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Anak, BKKBN dan UNFPA di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Teknik

ini sedikit berbeda dengan Gender Analysis Pathway.

5. Model GAP (Gender Analysis Pathway).

Model GAP adalah alat analisis gender yang dikembangkan oleh BAPPENAS yang

dapat digunakan untuk membantu para perencana dalam melakukan

pengarusutamaan gender dalam perencanaan kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan dengan melihat aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang

diperoleh laki-laki dan perempuan.

Dari beberapa model teknik analisis yang telah dikembangkan tersebut di atas,

disarankan untuk menggunakan teknik analisis gender dengan metode Gender Analysis

Pathway (GAP). Dengan menggunakan GAP, para perencana dan pelaksana dapat

mengidentifikasi kesenjangan gender dan permasalahan gender sekaligus

menyusun rencana kebijakan, program dan kegiatan yang ditujukan untuk

memperkecil atau menghapus kesenjangan gender tersebut.

Page 17: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 10

GAP dibuat dengan menggunakan metodologi sederhana melalui 9 (sembilan) langkah

yang termaktub dalam Lembar Kerja Gender Analysis Pathway (GAP). Lembar Kerja GAP

Kegiatan Badan Ketahanan Pangan yang Responsif Gender tahun 2012 dapat dilihat pada

Lampiran 3.

Terdapat 3 (tiga) tahap dalam mengaplikasikan metode GAP ini yaitu:

1. Tahap I: Analisis Kebijakan Responsif Gender

Bertujuan untuk menganalisis kebijakan pembangunan ketahanan pangan yang ada

dengan menggunakan data pembuka wawasan pada langkah 2 yang dipilah menurut

jenis kelamin (lelaki dan perempuan). Dari data terpilah beserta informasinya

(lampiran 2), dapat diperoleh data gender yang akan digunakan untuk

mengidentifikasi adanya kesenjangan gender (gender gap) pada langkah 3 dan

permasalahan gender (gender issues) pada langkah 4 dan langkah 5.

Langkah-langkah analisis kebijakan responsif gender yaitu:

a. Langkah 1 : mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan/program/kegiatan

pembangunan ketahanan pangan yang ada dari masing-masing Eselon I sesuai

tugas pokok dan fungsi, yaitu apakah kebijakan/program/kegiatan

pembangunan telah dirumuskan dan ditetapkan untuk mewujudkan kesetaraan

gender.

b. Langkah 2 : menyajikan data kuantitatif dan/atau kualitatif yang terpilah

menurut jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan, yaitu apakah data yang

ada mengungkapkan kesenjangan atau perbedaan yang cukup berarti antara

laki-laki dan perempuan.

c. Langkah 3 : menganalisis sumber dan/atau faktor-faktor penyebab terjadinya

kesenjangan gender (gender gap); (1). akses yang sama terhadap sumber-

sumber daya pembangunan ketahanan pangan; (2). kontrol terhadap sumber-

sumber daya pembangunan ketahanan pangan; (3). partisipasi laki-laki dan

perempuan dalam berbagai tahapan pembangunan ketahanan pangan termasuk

dalam proses pengambilan keputusan; (4). manfaat yang sama dari hasil

dan/atau sumber daya pembangunan ketahanan pangan yang ada.

d. Langkah 4 dan langkah 5 : mengidentifikasi permasalahan gender (gender issues)

dengan menguraikan sebab kesenjangan internal dan sebab kesenjangan

eksternal berdasarkan keempat faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender

dengan menjawab 5 W dan 1 H, yaitu apa masalah-masalah gender yang

diungkapkan oleh faktor-faktor kesenjangan gender; dimana terjadinya

kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat publik; mengapa

terjadi kesenjangan tersebut; apakah kebijakan/program/kegiatan

pembangunan ketahanan pangan yang ada justru memperlebar kesenjangan,

mempersempit kesenjangan atau tetap, dan apakah akar permasalahannya.

Page 18: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 11

2. Tahap II: Formulasi Kebijakan dan Rencana Aksi yang Responsif Gender

Langkah-langkah pada tahap formulasi kebijakan dan rencana aksi yang responsif

gender adalah:

a. Langkah 6 : merumuskan kembali tujuan kebijakan/program/kegiatan

pembangunan ketahanan pangan yang responsif gender, dengan

mempertimbangkan hasil proses analisis gender yang dilakukan dari langkah 1

sampai dengan langkah 5, sehingga akan dihasilkan

kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang responsif gender.

b. Langkah 7 : menyusun Rencana Aksi yang didasarkan pada

kebijakan/program/kegiatan pembangunan ketahanan pangan yang responsif

gender dengan tujuan untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan antara

laki-laki dan perempuan. Seluruh rencana aksi yang disusun sesuai dengan

tujuan kebijakan yang telah responsif gender pada langkah 6.

3. Tahap III: Pengukuran Hasil yang Responsif Gender.

Langkah-langkah pengukuran hasil yang responsif gender yaitu:

a. Langkah 8 : menetapkan data dasar (baseline) bagi pelaksanaan setiap rencana

aksi yang relevan dengan tujuan dan yang diukur sebagai keberhasilan.

b. Langkah 9 : mengidentifikasi indikator gender (gender indicator) dari setiap

kebijakan/program/kegiatan pembangunan ketahanan pangan dan sasaran

secara kuantitatif dan/atau kualitatif bagi setiap rencana aksi

kebijakan/program/kegiatan. Hasil identifikasi memastikan bahwa dengan

rencana aksi tersebut mengurangi dan/atau menghapus kesenjangan gender.

Page 19: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 12

BAB IV

Model Kegiatan Ketahanan Pangan berbasis

Pengarusutamaan Gender

Model kegiatan ketahanan pangan dalam implementasi PUG adalah kegiatan Desa Mandiri

Pangan (Demapan) yang mempunyai target untuk mengurangi jumlah penduduk rawan pangan.

Demapan tersebut sudah dilaksanakan di seluruh Indonesia pada lokasi-lokasi yang mempunyai

jumlah penduduk miskin dan berkecenderungan rawan pangan, tetapi ada potensi untuk

meningkatkan kesejahteraannya melalui pemberdayaan masyarakat dalam mengolah sumber

daya yang dimiliki dan dikuasai.

A. Gambaran Umum Desa Mandiri Pangan

Kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan) merupakan salah satu komponen kegiatan

pengembangan ketersediaan pangan dan penanganan kerawanan pangan dalam

menurunkan jumlah penduduk miskin dan rawan pangan. Untuk mengatasi masalah

rawan pangan, dilakukan pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat kepada

kelompok-kelompok afinitas. (keanggotaannya berdasarkan visi, misi dan tujuan yang

sama). Kegiatan Demapan dikembangkan selama 4 (empat) tahun yaitu: (1) tahap

persiapan, (2) tahap penumbuhan, (3) tahap pengembangan dan (4) kemandirian.

Tahapan tersebut dilaksanakan melalui pendampingan oleh penyuluh pertanian dengan

fokus pengembangan usaha produktif dan pemantapan ketahanan pangan keluarga.

Pengembangan usaha produktif dimaksudkan untuk meningkatkan daya beli sehingga

mampu mengakses pangan dari pasar yang tidak dapat dipenuhi sendiri, sedangkan

pengetahuan pemantapan ketahanan pangan keluarga adalah upaya memenuhi

kebutuhan pangan sendiri dengan sumber daya pangan yang dimiliki.

Sebelum kegiatan dimulai, dilakukan identifikasi potensi rumah tangga miskin (RTM)

sasaran pada di desa yang mempunyai jumlah penduduk miskin minimal 30%. Peserta

yang telah terjaring dibentuk kelompok afinitas sebagai sarana komunikasi, informasi dan

edukasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dalam pendampingan selama 4(empat)

tahun. Pendampingan diarahkan sampai dengan kelompok afinitas menjadi mandiri

dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Bagi kelompok afinitas yang berhasil, akan

ditunjuk sebagai desa inti dalam memperluas pengembangan desa mandiri melalui

replikasi desa yang berada di sekitarnya dalam mendorong Gerakan Kemandirian Pangan.

Page 20: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 13

Indikator Keberhasilan Kegiatan Desa Mandiri Pangan

Mengingat sasaran akhir kegiatan Demapan untuk mewujudkan kemandirian pangan

masyarakat miskin di desa rawan pangan, maka indikator keberhasilannya berada pada

perwujudan kemandirian pangan tingkat desa dan masyarakat sebagai berikut:

1) Output

a. Terbentuknya kelompok-kelompok afinitas;

b. Terbentuknya Lembaga Keuangan Desa (LKD);

c. Tersalurnya dana Bansos untuk usaha produktif;

2) Outcome

a. Terbentuknya kelompok usaha produktif;

b. Berperannya lembaga permodalan;

c. Meningkatnya usaha produktif;

3) Benefit

Meningkatnya pendapatan, daya beli, dan akses pangan masyarakat.

4) Impact

Terwujudnya ketahanan pangan dan gizi masyarakat.

B. Profil Penerima Manfaat yang Perspektif Gender

Kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan) adalah upaya untuk mengentaskan keluarga

rawan pangan menjadi keluarga tahan pangan melalui pemberdayaan masyarakat.

Targetnya adalah keluarga miskin yang sekaligus terindikasi rawan pangan dan dilakukan

melalui kegiatan usaha produktif sedemikian rupa, sehingga daya belinya meningkat

serta pengetahuan pangan dan gizi makin bertambah.

Penerima manfaat dalam kegiatan desa mandiri pangan adalah rumah tangga miskin di

desa rawan pangan berdasarkan hasil survey DDRT/SRT. Penerima manfaat yang

perspektif gender dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu: akses, partisipasi, kontrol dan

manfaat (APKM). Pada keempat aspek tersebut, manfaat pembangunan yang diterima

laki-laki maupun perempuan dalam kondisi yang adil dan setara. Beberapa kegiatan yang

perspektif gender adalah sebagai berikut:

1. Akses Perempuan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, fasilitas/dana bantuan

dan pelatihan/peningkatan kapabilitas setara dengan laki-laki;

2. Keterlibatan anggota kelompok afinitas antara laki-laki dan perempuan dalam

berpartisipasi mengikuti pembinaan dan diskusi dengan petugas setempat

mempunyai peluang/kesempatan yang sama;

3. Kontrol terhadap sumberdaya lahan dan sarana prasarana setara antara laki-laki dan

perempuan;

Page 21: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 14

4. Perolehan manfaat yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam pemberdayaan

ketahanan pangan masyarakat.

C. Jenis Kegiatan yang Dilakukan

Kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam

pelaksanaan pengembangan Desa Mandiri Pangan adalah sebagai berikut:

1. Pemberdayaan Masyarakat

Menerapkan PUG dalam Pemberdayaan Masyarakat, dengan cara mengintegrasikan

PUG dalam pendampingan, sehingga laki-laki dan perempuan dalam kelompok

afinitas dapat memperoleh manfaat secara adil dan merata. Beberapa upaya yang

dilakukan agar dalam kegiatan desa mandiri pangan responsif gender antara lain:

a. Pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan praktis gender

antara laki-laki dan perempuan;

b. Pendidikan masyarakat melalui pengembangan program yang juga

memperhatikan peningkatan kemampuan perempuan;

c. Pengembangan suatu program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

dengan memperhatikan kebutuhan praktis gender;

d. Memperhatikan secara khusus pemberdayaan perempuan agar perubahan sosial

juga mencakup pengurangan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.

2. Pengembangan Sistem Ketahanan Pangan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk pengembangan diversifikasi produksi,

pengembangan akses pangan, pengembangan cadangan pangan, dan

penganekaragaman konsumsi dengan memperhatikan kebutuhan praktis gender dan

kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk memperoleh dan

memiliki peran dalam pembangunan serta mendapat manfaat dari program

pembangunan tersebut.

3. Penguatan Kelembagaan

PUG perlu diintegrasikan dalam berbagai kegiatan pelaksanaan Desa Mandiri Pangan,

termasuk administrasi, manajemen dan keuangan.

D. Organisasi Kelompok Penerima Manfaat, Tim Pangan Desa dan LKD

Berdasarkan fakta selama ini, terdapat kesenjangan (internal dan eksternal) dalam

penyertaan laki-laki dan perempuan pada pelaksanaan Kegiatan Desa Mandiri Pangan.

Keterlibatan perempuan dalam kelembagaan menunjukkan hanya sebesar 10%, hal itu

disebabkan masih kurangnya pemahaman aparat pelaksana dan pendamping dalam

memberi kesempatan dan peran yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu,

diharapkan bagi seluruh pelaksana pembangunan untuk mendorong penguatan

kelembagaan Demapan dalam penerapan PUG, dengan cara memperkaya dan

menajamkan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang diemban oleh kelompok kerja, tim teknis

dan tim pangan desa dalam melaksanakan Demapan yang responsif gender.

Page 22: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 15

E. Proses Pendampingan

Pemilihan waktu penyuluhan

Pelaksanaan kegiatan PUG dimulai dengan identifikasi potensi baik SDA maupun SDM

termasuk mengumpulkan data terpilah di lokasi kelompok binaan, dilanjutkan dengan

mencari solusi permasalahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan menganalisa

gender. Pembangunan yang dilakukan dengan pendekatan PUG diharapkan mampu

memberdayakan salah satu gender atau keduanya yang selama ini belum secara optimal

dimanfaatkan dalam pembangunan. Oleh karena itu pemahaman PUG merupakan

keharusan bagi seluruh pelaksana pembangunan, termasuk pembangunan pertanian.

Materi yang disampaikan

Roadmap kegiatan Desa Mandiri Pangan dirancang dalam kurun waktu 4 (empat) tahun,

melalui 4 (empat) tahapan yang diharapkan mencapai kemandirian, meliputi tahap

persiapan, penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. Aplikasi PUG dalam kegiatan

Desa Mandiri Pangan dilaksanakan pada tahap persiapan. Pada tahap persiapan dilakukan

pelatihan kepada pendamping dengan materi teknik PRA berbasis gender.

Setelah memahami konsep dasar gender dan mengapa perlu memperhatikan gender

dalam program pembangunan, diharapkan pendamping dapat mengaplikasikan informasi

yang diperoleh untuk melanjutkan pendampingan kelompok tani yang berdimensi

gender. Tabel berikut ini memberikan arahan kepada pendamping kelompok tani untuk

memahami pengembangan program yang sensitif gender melalui pendekatan PRA,

khususnya untuk melaksanakan misi gender di dalam berbagai tindakan nyata. Dalam hal

ini, maka pendamping harus mampu menambahkan muatan gender pada setiap

pendekatan PRA, sehingga PUG dapat menjadi bagian dari PRA.

Tabel 1. PRA yang tidak bermuatan gender dan PRA yang memiliki muatan gender

Karakteristik Metode PRA Metode PRA

berdimensi gender

Cita-cita Perubahan sosial melalui

pemberdayaan masyarakat agar

masyarakat mampu mengatasi

masalah/kebutuhannya sendiri

Perubahan sosial melalui

pemberdayaan masyarakat

dengan memperhatikan

kebutuhan praktis gender

antara laki-laki dan perempuan

Proses Pendidikan masyarakat melalui

pengembangan program agar

masyarakat secara bertahap

mampu mengembangkan

kemampuan tersebut

Pendidikan masyarakat melalui

pengembangan program yang

juga memperhatikan

peningkatan kemampuan laki-

laki dan perempuan

Tujuan Untuk mencapai tujuan praktis,

yaitu pengembangan suatu

program yang sesuai dengan

Untuk mencapai tujuan praktis,

yaitu pengembangan suatu

program yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat dengan

Page 23: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 16

kebutuhan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan

strategis, yaitu mencapai cita-

cita perubahan sosial, dan

pemberdayaan masyarakat,

peningkatan taraf hidup yang

juga berarti perubahan perilaku

masyarakat.

memperhatikan kebutuhan

praktis gender.

Untuk mencapai tujuan strategis

seperti pada PRA, tetapi dengan

memperhatikan secara khusus

pemberdayaan perempuan agar

perubahan sosial juga mencakup

pengurangan ketimpangan antara

laki-laki dan perempuan

Sasaran dan

pemanfaat

program

Masyarakat atau kelompok

masyarakat yang paling

terabaikan (paling miskin,

paling terpencil, dsb)

Sasarannya seperti hasil kajian

PRA, tetapi dengan

memperhatikan perempuan

sebagai kelompok masyarakat

yang paling sering terabaikan oleh

program pembangunan.

Pengkajian masyarakat dengan metode PRA dikembangkan untuk berbagai kebutuhan,

diantaranya:

1. PRA untuk penjajagan kebutuhan;

memperhatikan perbedaan kebutuhan laki-laki dan perempuan (memperhatikan

kebutuhan praktis gender dan kepentingan strategis gender).

2. PRA untuk perencanaan program;

memperhatikan upaya-upaya pemberdayaan perempuan, apakah telah

memperhatikan kebutuhan praktis gender dan kepentingan strategis gender.

3. PRA untuk pelaksanaan program;

menyertakan perempuan sebagai peserta aktif program dan penerima manfaat

langsung, jadi bukan sekedar pemanfaat tidak langsung melalui suaminya.

4. PRA untuk monitoring dan evaluasi program;

memperhatikan perkembangan keadaan dan kedudukan perempuan di

masyarakatnya, apakah program telah berhasil melibatkan secara sungguh-sungguh

kelompok di dalam program.

Salah satu aspek yang penting dimasukan kedalam pengkajian ini adalah aspek-aspek

gender di dalam masyarakat. Dengan demikian kajian keadaan masyarakat sekaligus

memasukan kegiatan kajian gender.

Page 24: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 17

Tabel 2. Teknik PRA dalam kajian masyarakat

Kategori kajian

gender

Teknik PRA Hasil kajian keadaan dengan aspek gender

Pembagian kerja

laki-laki dan

perempuan

Kajian mata

pencaharian

Aktifitas harian

Siapa pelaku (P/L) jenis-jenis mata

pencaharian masyarakat

Berapa pendapatan yang dihasilkan setiap

jenis mata pencaharian

Perbandingan pendapatan P dan L

Siapa pelaku (P/L) jenis-jenis kegiatan

musiman (produktif, kegiatan adat,

termasuk pembahasan musim kritis seperti

paceklik dan berjangkitnya penyakit dsb.)

Kapan (bulanan, musiman) terjadi waktu

sibuk dan luang bagi P dan atau L

Perbandingan volume kerja P dan L

Siapa pelaku jenis kegiatan pengelolaan

kebun di dalam suatu keluarga mulai dari

persiapan, pengolahan, penyimpangan

sampai pemasaran

Peluang dan

penguasaan

sumber daya

oleh P dan L

Pemetaan

sumber daya

desa

Jenis-jenis sumber daya di desa

Siapa (P/L) yang memiliki peluang

memanfaatkan sumber daya (akses) dan

menentukan bagaimana penggunaan

sumber daya (kontrol)

Pendamping kelompok tani diharapkan mampu memadukan pelaksanaan PRA dengan

hasil analisis gender yang telah dilakukan. Untuk itu, berikut ini diberikan berbagai

pegangan, bagaimana hal tersebut dapat dilaksanakan. Pada prinsipnya identifikasi

keadaan masyarakat dengan PRA dapat dipadukan dengan berbagai hasil analisis gender,

sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih lengkap dan memperhatikan aspek gender.

Tabel berikut membandingkan metode PRA yang tidak berdimensi gender dengan yang

berdimensi gender.

Page 25: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 18

Tabel 3. Berbagai Aplikasi PRA Yang Dilengkapi Dengan Hasil Analisis Gender

Uraian Identifikasi masyarakat metode PRA

Aplikasi hasil analisis gender

Pengertian Identifikasi berbagai aspek kehidupan masy. (sosial, budaya, ekonomi, adat istiadat, sumber daya dsb) yang dilakukan oleh masyarakat sendiri bersama pendamping.

Pengkajian keadaan dengan memperhatikan aspek –aspek ketimpangan gender yang telah dianalisi sebelumnya

Hasil kajian Gambaran keadaan masyarakat di berbagai bidang kehidupan

Identifikasi masalah atau kebutuhan masyarakat

Identifikasi berbagai potensi yang dimiliki masyarakat untuk pengembangan program

Gambaran keadaan masyarakat di berbagai bidang, termasuk ketimpangan gender

Identifikasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan praktis dan strategis gender.

Identifikasi berbagai potensi yang dimiliki perempuan untuk terlibat dalam program

Tujuan kajian Jangka pendek (praktis): pengembangan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menggunakan atau memanfaatkan potensi lokal

Jangka panjang (strategis: program untuk mencapai pemberdayaan masyarakat

Jangka pendek: pengembangan program dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi perempuan melalui proses penyadaran gender

Jangka panjang: program mencapai perubahan sosial dengan pemberdayaan masyarakat, sekaligus penyetaraan laki-laki dan perempuan.

Manfaat kajian Saling belajar di antara anggota masyarakat dan lembaga pelaksana program

Terjadi proses pemberdayaan dan analisis masyarakat

Mengembangkan program yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat

Saling belajar dengan melibatkan laki-laki dan perempuan

Proses pemberdayaan dan analisis masyarakat yang memberi kesempatan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk berpartisipasi

Mengembangkan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan gender.

Page 26: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 19

Uraian Identifikasi masyarakat metode PRA

Aplikasi hasil analisis gender

Alat-alat kajian Teknik-teknik PRA Teknik-teknik PRA yang berdimensi gender

F. Manfaat yang Diterima

1. Meningkatnya peran isteri membantu suaminya untuk peningkatan pendapatan

keluarga di wilayah desanya.

2. Peningkatan kemampuan perempuan disamping laki-laki dalam peningkatan

ketahanan pangan keluarga.

3. Tersedianya SDM yang berkualitas baik laki-laki maupun perempuan dalam

pengelolaan usaha rumah tangga.

4. Meningkatnya ketahanan pangan keluarga yang tangguh dan berkesinambungan.

Aplikasi PUG pada kegiatan Desa Mandiri Pangan diharapkan memberikan manfaat secara

optimal kepada para peserta program dan yang jauh lebih penting mampu mengurangi

atau bahkan meniadakan adanya bias gender dalam pelaksanaannya.

Page 27: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 20

BAB V

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Dalam monitoring atau pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan Pengarusutamaan Gender

bidang ketahanan pangan, maka aparat dan penyuluh/pendamping yang menangani kegiatan

ketahanan pangan baik di pusat maupun daerah sebagai focal point, harus mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,

Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional,

serta Panduan Penyusunan Pengintegrasian Isu Gender ke dalam Sistem Perencanaan dan

Penganggaran Pembangunan Pertanian tahun 2011.

A. Pemantauan dan Evaluasi

Pimpinan instansi dan lembaga pemerintah baik Pusat maupun Daerah melaksanakan

dan bertanggungjawab dalam pemantauan dan evaluasi pengarusutamaan gender di

lingkungannya. Pemantauan PUG dilakukan secara periodik terhadap perkembangan

setiap pelaksanaan kegiatan oleh pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Hal–hal yang akan

dipantau adalah pelaksanaan kegiatan bidang ketahanan pangan yang responsif gender,

permasalahan yang dihadapi, dan upaya-upaya yang telah dilakukan. Hasil pemantauan

perlu dianalisis lebih lanjut, sebagai bahan/informasi untuk evaluasi dan tindakan

perbaikan pelaksanaan PUG bidang ketahanan pangan.

Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang mulai dari kabupaten/kota, provinsi, dan pusat,

dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peran dan tanggungjawab aparat dan

lembaga yang menangani kegiatan ketahanan pangan yang responsif gender, serta tingkat

keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

B. Pelaporan

Pelaporan pelaksanaan kegiatan bidang ketahanan pangan yang responsif gender

dilakukan per semester secara berjenjang (dari kabupaten/kota, provinsi hingga pusat),

berkala, berkelanjutan dan tepat waktu sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan

dalam pelaporan Desa Mandiri Pangan. Laporan tersebut diintegrasikan dengan kegiatan

Demapan dengan menggunakan formulir data terpilah yang sudah ditetapkan (Lampiran

2), bersumber dari penyuluh/pendamping.

Alur Pelaporan Kegiatan Ketahanan Pangan yang Responsif Gender dapat dilihat pada

Gambar 4.

Page 28: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 21

Gambar 4. Alur Pelaporan

Keterangan:

: Arus pelaporan

: Umpan balik

BKP Pusat

Badan/Dinas/Instansi

Ketahanan Pangan

Provinsi

Badan/Dinas/Kantor/

InstansiKetahanan Pangan

Kab/Kota

Kelompok Penerima

Manfaat dan Penyuluh

Pendamping

Menteri Pertanian

Page 29: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 22

BAB VI

PENUTUP

Pedoman Pengarusutamaan Gender (PUG) bidang ketahanan pangan ini diharapkan dapat

menjadi acuan bagi aparat dan pihak-pihak yang melaksanakan kegiatan bidang ketahanan

pangan yang responsif gender. Selain itu, melalui pedoman ini, persepsi dan pemahaman aparat

dan penyuluh/pendamping tentang makna dan aplikasi gender dapat ditingkatkan.

Semoga pedoman ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan kegiatan

ketahanan pangan yang responsif gender.

Jakarta, Juli 2012

Page 30: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 23

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian, 2007. Pengarusutamaan gender dalam Pembangunan Pertanian

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Harmonisasi Konsep dan

Definisi Gender untuk Aplikasi PUG dalam Pembangunan.

Kementerian Pertanian, 2011. Panduan Penyusunan “Pengintegrasian Isu Gender ke Dalam

Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Pertanian”.

Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Umum Desa Mandiri Pangan.

Page 31: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 24

LAMPIRAN 1

ILUSTRASI PERBEDAAN GENDER (G) DENGAN JENIS KELAMIN (S)

Beberapa pernyataan dibawah ini dapat digunakan oleh aparat (Pemerintah Provinsi,

Kabupaten/Kota) dan Pelaksana (penyuluh/pendamping) untuk mengevaluasi pemahaman

PUG penerima manfaat Desa Mandiri Pangan dalam melihat perbedaan konsep jenis kelamin

atau gender.

Simbol “S” (=Sex) untuk pernyataan yang menunjuk pada perbedaan jenis kelamin sedangkan

simbol “G” (=Gender) untuk pernyataan yang menunjuk pada perbedaan status jenis kelamin.

1. Perempuan melahirkan, laki-laki tidak. ( __S__)

2. Gadis kecil cantik dan lembut, anak laki-laki tampan dan kasar. (__G__)

3. Persentase penduduk perempuan di pedesaan berumur 10 tahun ke atas yang

berpendidikan SLTP dan SLTA berturut-turut 10 dan 6,7 persen, sementara laki-lakinya

berturut-turut 12,8 dan 10,5 persen. (__G___)

4. Buruh tani perempuan dibayar Rp. 10.000,- secara lepasan, sementara buruh laki-laki

dibayar Rp. 12.000 ditambah makan sekali dan minum kopi sekali serta rokok tiga

batang. (__G__)

5. Laki-laki yang bekerja di sektor pertambangan 10 kali lipat jumlahnya dibandingkan

dengan perempuan. (__G__)

6. Di Mesir Kuno laki-laki tinggal di rumah dan menganyam. Perempuan menangani bisnis

keluarga. Perempuan mewarisi harta benda dan laki-laki tidak. (__G__)

7. Suara laki-laki pecah pada masa puber; suara perempuan tidak . (__S__)

8. Menurut statistik, perempuan melakukan 67% pekerjaan dunia, namun penghasilan yang

didapatinya hanya berjumlah 10% dari penghasilan dunia dan mereka hanya memiliki

1% kekayaan dunia . (__G__)

9. Lelaki di seluruh dunia ini pada dasarnya rasional . (__G___)

10. Kulit perempuan lebih halus dan lembut daripada laki-laki. (__G__)

11. Perempuan pada dasarnya pengurus rumah tangga . (__G__)

12. Laki-laki pada dasarnya pencari nafkah. (__G___)

13. Laki-laki memiliki jakun. (__S__)

14. Lelaki pada dasarnya pemimpin . (__G__)

15. Perempuan menyusui bayi, laki-laki memberikan susu botol. (__S___)

Page 32: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 25

ILUSTRASI PERANAN SPESIFIK GENDER

Beberapa pernyataan dibawah ini dapat digunakan untuk mengevaluasi derajat penerimaan

definisi peranan spesifik gender menurut penerima manfaat. Simbol “Y” (=Yes) melambangkan

persetujuan dan simbol “N” (=No) melambangkan ketidak setujuan.

1. Anak laki-laki seharusnya mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi daripada anak

perempuan. (___N__)

2. Suami-istri seharusnya bersama-sama bertanggung jawab dalam membesarkan anak.

(__Y___)

3. Perempuan seharusnya tidak pergi menghadiri rapat pada malam hari. (__Y/N___)

4. Gaji laki-laki seharusnya lebih besar daripada gaji perempuan. (__N__)

5. Perempuan tidak pandai mengambil keputusan. (__N___)

6. Hanya perempuan yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran belanja rumah

tangga. (__N__)

7. Suami-istri bersama-sama memutuskan tentang pengeluaran-pengeluaran rumahtangga

yang berjumlah besar (__Y__)

8. Laki-laki lebih rasional daripada perempuan. (__N___)

9. Perempuan tidak pandai menduduki posisi pimpinan. (__N__)

10. Laki-laki tidak mampu menjaga anak-anak kecil. (__N__)

Page 33: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 26

LAMPIRAN 2

DATA TERPILAH KETAHANAN PANGAN

Tabel 1. Komposisi Rumah Tangga Responden menurut Karakteristiknya

UMUR KATEGORI AGAMA STATUS PENDIDIKAN PENGALAMAN

LD

PD

AL

AP

Keterangan :

LD = Laki-laki Dewasa

PD=Perempuan Dewasa

AL=Anak Laki-laki

AP=Anak Perempuan

Pengalaman : Pelatihan/kursus yang diterima dalam kegiatan demapan

Tabel 2. Data Kepemilikan Sumberdaya/Sarana Rumah Tangga Responden

Sumberdaya

Kepemilikan atas nama %

Keterangan Ayah Ibu Anak Laki

Anak

Perempuan

Tanah

Bangunan

Ternak

Alsintan

Alat

Transportasi

Alat

Telekomunikasi

Aset Keuangan

(tabungan)

Lain-lain

Keterangan : diisi berdasarkan proporsi kepemilikan (%)

Page 34: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 27

Tabel 3. Rata-rata Tingkat Partisipasi Responden terhadap Kegiatan Usaha Kelompok/Keluarga

dan Domestik (Keluarga Inti)

No Jenis Pekerjaan

Tingkat Partisipasi (%)

Ayah Ibu Anak Laki Anak

Perempuan

1 Partisipasi dalam usaha Kelompok

2 Partisipasi dalam usaha keluarga

3 Memilih jenis usaha kelompok

4 Memilih jenis usaha keluarga

5 Memilih Tempat usaha

6 Menentukan Skala usaha

7 Membuat Rencana usaha

8 Menentukan pembiayaan usaha

9 Membagi tugas/peran dalam usaha

10 Pekerjaan rumah tangga

11 Mengelola pendapatan

12 Membeli sarana usaha

13 Mengolah tanah

14 Menanam

15 Menyiangi dan memupuk

16 Memanen

17 Memberi makan ternak/ikan

18 Membersihkan kandang/kolam

19 Menjual ternak/ikan

20 Menggunakan uang

21 Menjual hasil produksi pertanian

22 Menjual hasil produksi perikanan

23 Menjual hasil produksi ternak

24 Mengelola hasil penjualan

Page 35: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 28

Tabel 4. Akses Responden terhadap Pelaksanaan Kegiatan Demapan

No. Uraian Kegiatan

Yang Mengakses (%)

Ayah Ibu Anak Laki Anak

Perempuan

1 Jadi Anggota Kelompok

2 Hadir di pertemuan

3 Ikut Penyuluhan

4 Mendapatkan Pengetahuan dan

Keterampilan

5 Kesempatan mendapatkan pinjaman

6 Kesempatan menjadi pengurus

Tabel 5. Kontrol Responden terhadap Pengambilan Keputusan dalam Pelaksanaan Kegiatan

Demapan

Keputusan dalam Hal

Yang Menentukan (%)

Ayah Ibu Anak

Laki

Anak

Perempuan Penyuluh Kelompok

Menerima bantuan

Memilih jenis usaha

Memilih Tempat usaha

Menentukan Skala

usaha

Membuat Rencana

usaha

Menentukan

pembiayaan usaha

Membagi tugas

Menggelola keuangan

Membeli sarana

produksi

Menjual produk

Menggunakan hasil

Page 36: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN 29

Tabel 6. Perolehan Manfaat Kegiatan Demapan oleh Responden

Manfaat Langsung

Peningkatan dalam

Yang Menikmati Manfaat Langsung (%)

Ayah Ibu Anak

Laki

Anak

Perempuan

Tenaga

Luar Penyuluh Kelompok

Akses modal

Akses pasar

Kesempatan berusaha

Pendapatan

Daya beli

Peralatan usaha *)

Kapasitas SDM

*) Sarana produksi dan alat pengolahan

Tabel 7. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya

Permasalahan Upaya Pemecahan

Page 37: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER 30 BIDANG KETAHANAN PANGAN

Lampiran 3

LEMBAR KERJA GENDER ANALYSIS PATHWAY (GAP) KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN YANG RESPONSIF GENDER TAHUN 2012

KOLOM 1 KOLOM 2 KOLOM 3 KOLOM 4 KOLOM 5 KOLOM 6 KOLOM 7 KOLOM 8 KOLOM 9

Kebijakan /

Program /

Kegiatan

Data Pembuka Wawasan (Data

Pilah Gender)

Isu Gender Kebijakan dan Rencana Aksi Pengukuran Hasil

Faktor Kesenjangan Sebab Kesenjangan Internal Sebab Kesenjangan Eksternal Reformulasi Tujuan Rencana Aksi Data Dasar

(Baseline)

Indikator Gender

Program : Peningkatan

Diversifikasi

dan

Ketahanan

Pangan

Masyarakat

Kegiatan:

Pengembang

an Desa

Mandiri

Pangan

Output :

Kelompok

afinitas

sebanyak

2366

kelompok

dari 594 desa

(1 desa

terdiri dari 4

kelompok

afinitas)

Tujuan :

(kolom 6)

Jumlah penduduk miskin pada tahun

2011 mencapai 30,02 juta orang

atau 12,49% yang pada umumnya

mereka juga mengalami kerawanan

pangan karena disamping daya

belinya rendah, juga pengetahuan

pangannya kurang sehingga belum

dapat mengelola lingkungannya

untuk menghasilkan pangan bagi

keluarganya. Untuk itu pemerintah

telah menerapkan beberapa program

aksi untuk mengatasi permasalahan

tersebut, namun berdasarkan

perspektif gender masih terjadi

kesenjangan antara laki-laki dengan

perempuan karena selama ini

penetapan peserta program aksi

adalah kepala keluarga berjenis

kelamin laki-laki. Sebagai informasi

bahwa jumlah desa miskin yang

menjadi target kegiatan

pengembangan Desa Mandiri

Pangan tahun 2012 adalah pada

tahap persiapan sebanyak 594 desa,

402 kabupaten/kota, 33 provinsi

Representasi perempuan dalam

pemberdayaan ketahanan pangan

masyarakat masih rendah, karena

tidak dilakukan pendataan terpilah

antara laki-laki dan perempuan,

sehingga sampai saat ini belum

diketahui persentase kepesertaan

perempuan dalam kegiatan

pemberdayaan ketahanan pangan

masyarakat.

Akses: Akses Perempuan Kepala

Rumah Tangga (PKRT) terhadap

ilmu pengetahuan dan teknologi,

fasilitas/ dana bantuan dan

pelatihan/ peningkatan

kapabilitas dalam rangka

pemberdayaan ketahanan pangan

masyarakat lebih rendah

dibanding Lelaki Kepala Rumah

Tangga (LKRT).

Kontrol: Laki-laki memiliki

kontrol terhadap sumberdaya

lahan dan sarana prasarananya

yang lebih tinggi dibanding

perempuan.

Partisipasi : Anggota kelompok

afinitas (berdasarkan tempat

tinggal) pada umumnya laki-laki

sehingga merekalah yang lebih

banyak berpartisipasi mengikuti

pembinaan dan diskusi dengan

petugas setempat.

Manfaat: Dikarenakan

masyarakat pedesaan yang

terdata umumnya laki-laki, maka

pemberdayaan ketahanan pangan

masyarakat cenderung lebih

dimanfaatkan oleh petani laki-

laki dan kurang didukung oleh

produktivitas perempuan

Para pengambil keputusan/kebijakan

belum memahami tentang isu

gender dan belum dilakukannya

pendataan terpilah antara peserta

laki-laki dan perempuan dalam

pemberdayaan ketahanan pangan

masyarakat serta analisis gender

yang baku.

Kurangnya akses informasi kepada

perempuan tentang pengembangan

Desa Mandiri Pangan

Belum disebutkannya peserta

kelompok yang terdiri dari laki-laki

dan perempuan pada undangan

pelatihan bagi peserta kegiatan

Belum semua petugas baik di pusat

maupun daerah mengetahui kegiatan

responsif gender secara baik.

Aparat di tingkat lapangan kurang

mendorong keadilan dan kesetaraan

gender dalam pelaksanaan kegiatan.

Masih kuatnya persepsi yang bias

gender dikalangan masyarakat,

dimana Kepala Rumah Tangga

adalah laki-laki, sedangkan

perempuan berperan dalam

urusan rumah tangga.

Motivasi perempuan untuk

mengikuti peningkatan

kapabilitas dalam ketahanan

pangan keluarga yang difasilitasi

pemerintah masih rendah karena

perempuan lebih memfokuskan

urusannya pada rumah tangga.

Adanya anggapan bahwa

kepentingan dan kebutuhan

perempuan (ibu rumah tangga)

cukup diwakilkan kepada kepala

keluarga (laki-laki).

Adanya anggapan bahwa manfaat

bagi kepala keluarga (laki-laki)

juga dinikmati oleh ibu rumah

tangga (perempuan).

Meningkatkan

pengetahuan,

kemampuan dan

ketrampilan bagi

petugas, petani dan

kelompok afinitas

dalam rangka

pemantapan

ketahanan pangan

melalui

pendampingan yang

berbasis responsif

gender dengan

memberi kesempatan,

peran dan peluang

yang sama bagi laki-

laki dan perempuan.

Mengumpulkan data petani

perempuan yang berusaha

dibidang usaha rumah

tangga.

Menyempurnakan

Pedoman Umum Program

Aksi Desa Mandiri Pangan

yang Responsif Gender

Sosialisasi dan advokasi

kepada para pengambil

kebijakan terkait peran

wanita dalam mendukung

usaha rumah tangga pada

program Aksi Desa

Mandiri Pangan di daerah/

lokasi desa yang

mempunyai masyarakat

yang terkena rawan

pangan.

Diberikan kesempatan bagi

peserta perempuan agar

dapat lebih berperan dalam

tahapan aktivitas melalui

undangan pelatihan peserta

kegiatan yang mengundang

perempuan dan adanya

pedoman umum kegiatan

yang lebih responsif gender

Data awal terpilih

peserta Program

Aksi Desa Mandiri

Pangan adalah

laki-laki 90% dan

perempuan 10%.

Melalui aktivitas dalam

rencana aksi tersebut,

maka diharapkan dalam

pembinaan Program Aksi

Desa Mandiri Pangan

selama 4 (empat)

tahun/tahap akan

terealisasi laki-laki 70%

dan perempuan 30%

dalam pemantapan

ketahanan pangan

keluarga.

Meningkatnya peran laki-

laki dan perempuan dalam

keterlibatannya

memantapkan ketahanan

pangan keluarga melalui

peningkatan pendapatan

keluarga serta

pengetahuan pangan dan

gizi.

Meningkatnya peran istri

petani membantu suami

(petani) untuk

memantapkan ketahanan

pangan keluarga dengan

memanfaatkan sumber

daya pangan yang

dikuasai.

Peningkatan kemampuan

perempuan (wanita tani)

disamping petani laki-laki

dalam upaya pemantapan

ketahanan pangan

keluarga.

Tercapainya SDM yang

berkualitas baik laki-laki

maupun perempuan dalam

pemantapan ketahanan

pangan keluarga.

Page 38: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER 31 BIDANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN 4

GENDER BUDGET STATEMENT

(Pernyataan Anggaran Gender)

Kementerian Negara/Lembaga : Pertanian

Unit Organisasi : Badan Ketahanan Pangan

Unit Eselon II/Satker : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat.

Kegiatan Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan

Kerawanan Pangan.

Indikator Kinerja

Kegiatan

Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan

penanganan kerawanan pangan.

Output Kegiatan Jumlah desa yang diberdayakan dalam pengembangan desa

mandiri pangan sebanyak 398 desa (lokasi baru) pada tahun

2012 dengan sasaran pembinaan 70% laki-laki dan 30%

perempuan dengan fokus: terbentuknya kelompok afinitas,

terbentuknya Lembaga Keuangan Desa (LKD) dan

tersalurnya dana Bansos untuk usaha produktif.

Analisa Situasi Jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 sebanyak 30,02

juta jiwa atau 12,49% dari total jumlah penduduk

Indonesia. Sebagian dari jumlah penduduk miskin tersebut

mengalami rawan pangan karena rata-rata konsumsi energi

per kapita hanya 70-90% dari Angka Kecukupan Gizi (2.000

kkal/kap/hari). Rawan pangan tersebut terutama

disebabkan oleh daya beli yang rendah dan pengetahuan

pangan dan gizi yang rendah. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut pemerintah melaksanakan Program

aksi Desa Mandiri Pangan, namun dalam penerapan di

lapangan ada kesenjangan gender dalam sasaran

pembinaan. Dari penetapan sasaran pembinaan yang telah

berjalan selama ini, proporsi perempuan hanya sebesar

10%. Hal ini dapat diperhatikan berikut ini:

1. Akses Perempuan Kepala Rumah Tangga (PKRT)

Page 39: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER 32 BIDANG KETAHANAN PANGAN

terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, fasilitas/ dana bantuan dan pelatihan/peningkatan kapabilitas dalam rangka pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat lebih rendah dibanding Lelaki Kepala Rumah Tangga (LKRT);

2. Laki-laki memiliki kontrol terhadap sumberdaya lahan dan sarana prasarananya yang lebih tinggi dibanding perempuan;

3. Anggota kelompok afinitas (berdasarkan tempat tinggal) pada umumnya laki-laki, sehingga merekalah yang lebih banyak berpartisipasi mengikuti pembinaan dan diskusi dengan petugas setempat;

4. Dikarenakan masarakat pedesaan yang terdata umumnya laki-laki, maka pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat cenderung lebih dimanfaatkan oleh petani laki-laki.

Padahal baik laki-laki maupun perempuan mempunyai

peluang yang sama dalam mengikuti pemberdayaan

ketahanan pangan masyarakat, bahkan perempuan

mempunyai kemampuan dan peranan lebih baik dari pada

laki-laki karena disamping perempuan dapat berusaha

dalam peningkatan pendapatan keluarga juga bisa

menerapkan pendidikan pangan dan gizi di lingkungan

keluarganya.

Kesenjangan antara laki-laki dengan perempuan tersebut

disebabkan oleh :

1. Kesenjangan internal: a) para pengambil keputusan/ kebijakan belum memahami tentang isu gender dan belum dilakukan pendataan terpilah antara peserta laki-laki dan perempuan dalam pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat serta analisis gender yang baku; b) belum semua petugas baik di pusat maupun daerah mengetahui kegiatan responsif gender secara baik; c) issue gender belum dianggap sebagai issue penting yang perlu ditangani secara serius oleh personil yang merencanakan maupun yang melaksanakan program/ kegiatan khususnya pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat dalam rangka pemantapan ketahanan pangan keluarga; d) aparat di tingkat lapangan kurang mendorong keadilan dan kesetaraan gender dalam pelaksanaan kegiatan.

2. Kesenjangan eksternal: a) masih kuatnya persepsi yang bias gender di kalangan masyarakat dimana Kepala Rumah Tangga adalah laki-laki, sedangkan perempuan berperan dalam urusan rumah tangga; b) motivasi perempuan untuk mengikuti peningkatan kapabilitas dalam ketahanan pangan keluarga yang difasilitasi

Page 40: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER 33 BIDANG KETAHANAN PANGAN

pemerintah masih rendah karena perempuan lebih memfokuskan urusannya pada rumah tangga; c) adanya anggapan bahwa kepentingan dan kebutuhan perempuan (ibu rumah tangga) cukup diwakilkan kepada Kepala Keluarga (laki-laki); d) adanya anggapan bahwa manfaat bagi Kepala Keluarga (laki-laki) juga dinikmati oleh ibu rumah tangga (perempuan).

Atas kondisi tersebut, perlu direformulasikan tujuan dari

kegiatan ini yaitu meningkatkan pengetahuan, kemampuan

dan ketrampilan bagi petugas, petani dan kelompok afinitas

dalam rangka pemantapan ketahanan pangan keluarga

melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan yang berbasis

responsif gender dengan memberi kesempatan, peran

dan peluang yang sama bagi laki-laki dan

perempuan.

Rencana Aksi Output Program Aksi Desa Mandiri Pangan

Pemberdayaan Ketahanan

Pangan Masyarakat

Jumlah desa

yang dibina

398 desa

Tujuan output Meningkatnya

pengetahuan,

kemampuan dan

ketrampilan bagi petugas,

petani dan kelompok

afinitas dalam rangka

pemantapan ketahanan

pangan keluarga melalui

pendampingan yang

berbasis responsif gender

dengan memberi

kesempatan peran dan

peluang yang sama bagi

laki-laki dan perempuan.

Pendampingan kelompok

afinitas dalam

pengelolaan usaha

produktif dan

pemantapan ketahanan

pangan keluarga.

Sub Komponen 1 Identifikasi dan

penetapan kelompok

afinitas.

Sub Komponen 2 Penetapan dan pelatihan

bagi pendamping

penyuluh pertanian

Page 41: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER 34 BIDANG KETAHANAN PANGAN

Sub Komponen 3 Pendampingan usaha

produktif dan

pengelolaan ketahanan

pangan keluarga.

Sub Komponen 4 Pelaporan dan evaluasi

Alokasi Anggaran Output

Kegiatan

Rp. 6.626.000.000,-

Dampak/Hasil Output

Kegiatan

1. Terwujudnya ketahanan pangan dan gizi masyarakat.

2. Partisipasi dalam program aksi adalah laki-laki 70% dan perempuan 30%.

3. Meningkatnya peran isteri petani membantu suaminya (petani) untuk peningkatan pendapatan keluarga di wilayah desanya.

4. Peningkatan kemampuan perempuan (wanita tani) disamping laki-laki dalam peningkatan ketahanan pangan keluarga.

5. Tersedianya SDM yang berkualitas baik laki-laki maupun perempuan dalam pengelolaan usaha rumah tangga.

6. Meningkatnya ketahanan pangan keluarga yang tangguh dan berkesinambungan.

Page 42: PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG ... - pertanian… Ketahan... · Desa dan LKD E ... yang memiliki peran ganda di dalam masyarakat ... Koordinasi Pengarusutamaan Gender Kementerian

Badan Ketahanan Pangan

Kementerian Pertanian

T.A. 2012