pedoman penyusunan kak_rtt sd-copy

11
1. PENGUKURAN TOPOGRAFI Pengukuran Topografi dimaksudkan untuk memetakan keadaan dan situasi bandar udara dengan ketelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan cakupan studi yang dilaksanakan, meliputi: a. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan dimaksudkan untuk pengenalan lebih jauh tentang kondisi areal survei, mengumpulkan berbagai informasi tentang keadaan lapangan yang akan disurvei beserta perubahan-perubahan yang ditemui di lapangan sebagai masukan dalam penyempurnaan peta rencana kerja. b. Pemasangan Patok Tetap (Benchmark) Jumlah Bench Mark (BM) yang akan dipasang minimum adalah 10 buah, dilengkapi dengan notasi dan dipasang pada lokasi yang sesuai dengan rencana perletakan BM yang telah ditentukan di atas peta dasar. Bench Mark berukuran (1,00 x 0,30 x 0,30) m³ dibuat dari campuran beton, diberi kerangka besi ditengah- tengahnya. Bench Mark ditanam 0,75 m sehingga bagian yang berada di atas permukaan tanah 0,25 m. BM ditanam di tempat yang aman dan mudah dicari dan dipasang sesuai dengan tempat yang telah direncanakan pada tahap persiapan. c. Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal / Poligon Pengukuran Poligon bertujuan untuk membuat atau menambah titik-titik kerangka dasar horizontal dan ketinggian. Pengukuran Poligon diikatkan pada Bench Mark yang sudah ada, titik-titik kerangka dasar horizontal nasional terdekat atau tutuk kerangka dasar horizontal yang ada di sekitar bandar udara yang bersangkutan misalnya Bench Mark milik Departemen Pekerjaan Umum, BAKORSURTANAL atau studi sebelumnya. Pengukuran Poligon terdiri dari : 1)Poligon utama

Upload: mosalaki-wewamesa

Post on 16-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

1. PENGUKURAN TOPOGRAFIPengukuran Topografi dimaksudkan untuk memetakan keadaan dan situasi bandar udara dengan ketelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan cakupan studi yang dilaksanakan, meliputi:a. Orientasi LapanganOrientasi lapangan dimaksudkan untuk pengenalan lebih jauh tentang kondisi areal survei, mengumpulkan berbagai informasi tentang keadaan lapangan yang akan disurvei beserta perubahan-perubahan yang ditemui di lapangan sebagai masukan dalam penyempurnaan peta rencana kerja.

b. Pemasangan Patok Tetap (Benchmark)Jumlah Bench Mark (BM) yang akan dipasang minimum adalah 10 buah, dilengkapi dengan notasi dan dipasang pada lokasi yang sesuai dengan rencana perletakan BM yang telah ditentukan di atas peta dasar.Bench Mark berukuran (1,00 x 0,30 x 0,30) m dibuat dari campuran beton, diberi kerangka besi ditengah-tengahnya. Bench Mark ditanam 0,75 m sehingga bagian yang berada di atas permukaan tanah 0,25 m. BM ditanam di tempat yang aman dan mudah dicari dan dipasang sesuai dengan tempat yang telah direncanakan pada tahap persiapan.

c. Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal / PoligonPengukuran Poligon bertujuan untuk membuat atau menambah titik-titik kerangka dasar horizontal dan ketinggian. Pengukuran Poligon diikatkan pada Bench Mark yang sudah ada, titik-titik kerangka dasar horizontal nasional terdekat atau tutuk kerangka dasar horizontal yang ada di sekitar bandar udara yang bersangkutan misalnya Bench Mark milik Departemen Pekerjaan Umum, BAKORSURTANAL atau studi sebelumnya.

Pengukuran Poligon terdiri dari :1) Poligon utamaJalur Poligon utama membentuk jaringan loop yang tertutup, melalui kedua ujung titik as landasan atau Bench Mark yang sudah ada. Pengukuran Sudut : Theodolit yang digunakan adalah Wild T-2 atau sejenisnya Pengukuran menggunakan metode Fixed Tripod System dan 3 (tiga) buah kiap / tribach. Selama pengamatan berlangsung, statip tersebut harus tetap berada di satu titik, hanya target dan theodolit saja yang pindah. Pengecekan alat ukur (theodolit), apabila salah kolimasi lingkarang horizontal lebih besar dari 30 atau salah indeks lebih besar dari 1, maka alat harus dilakukan kalibrasi. Sebagai titik bantu akan dipasang patok kayu ukuran (0,5 x 0,5 x 0,5) m, ditengahnya dipasang paku paying sebagai titik sentring, dicat merah dan diberi nomor / kode pengenal, sebagai patok kayu ditanah sedalam 35 cm. Pembacaan dilakukan double seri dengan ketelitian 1 Salah penutup yang diijinkan 10n, dmana n = jumlah titik. Pengamatan sudut vertical dilakukan 2 seri pada setiap ujung polygon untuk reduksi jarak datar.

Pengukuran Jarak Alat yang digunakan adalah EDM atau Total Station yang telah dicek (kalibrasi) terhadap jarak basis yang telah diketahui jaraknya. Setiap pengamatan jarak paling sedikit 3 kali pembacaan dan kemudian diratakan. Temperature dan tekanan udara dicatat untuk hitungan koreksi refreksi. Ketelitian alat ukur jarak yang digunakan (5mm 5mm/km).

Pengamatan Matahari Menggunakan Prisma Reoloff. Pengamatan matahari minimal 2 seri untuk pagi dan 2 seri untuk sore hari. Pengamatan dilakukan pada saat tinggi matahari 20 - 40. Pengamatan dilakukan setiap jarak 1 km, pada titik simpul dan diujung As landasan serta dilakukan diatas titik-titik tetap (Bench Mark) dengan titik target diusahakan ke BM yang lain. Pengamatan sudut dengan kesalahan maksimum 15 (second).

2) Poligon Sekunder, meliputi : Pengukuran Sudut Jalur pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik polygon utama. Pengukuran sudut dilakukan satu seri, dengan ketelitian sudut 2 (menit). Alat theodolite yang digunakan adalah Wild T-O atau sejenisnya. Salah penutup sudut maksimum 2 n, dimana n = jumlah titik polygon.

Pengukuran Jarak Jarak setiap sisi polygon diukur dengan pita ukur minimal 2 kali pembacaan dan hasilnya diratakan. Salah penutup jarak linier maksimum 1 : 5.000.

d. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal / Sipat Datar, meliputi :1) Pengukuran Sipat Dasar UtamaTitik referensi tinggi ditentukan terhadap Titik Tinggi Nasional (TTG) atau titik-titik lain yang ketinggiannya dalam sistem nasional / MSL (Mean Sea Level).Jalur pengukuran Sipat Dasar Primer akan mengikuti jalur Pengukuran Poligon Primer kecuali bila ditemui daerah yang terjal atau gunung sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran waterpass, maka akan menggunakan cara trigonometris.Adapun spesifikasi teknis pengukurannya, yaitu : Alat sipat datar yang digunakan adalah Automatic Level Arde 2 seperti : Wild NAK-2, Zeiss Ni. Jalur pengukuran mengikuti jalur polygon utama. Pembacaan dilakukan terhadap 3 (tiga) benang (atas, tengah, bawah). Minimal 2 kali dalam setiap minggu alat harus dicek kesalahan garis bidik (kolimasi). Jumlah slog perseksi harus genap. Pada waktu pembidikan akan diusahakan agar jarak belakang (DB) sama dengan jarak muka (DM) apabila db dm hasil hitungan beda tinggi perlu dikorelasi terhadap faktor koreksi garis bidik. Jarak pembacaan dari alat waterpass ke rambu maksimum 50 meter. Pengukuran perseksi dilakukan pergi dan pulang. Rambu harus diberi alat atau straatpot, kecuali pada patok kayu atau BM. Dalam pengukuran sipat datar, rambu-rambu harus digunakan secara selang-seling sehingga rambu yang diamati pada titik awal akan menjadi rambu titik akhir pada setiap seksi. Tinggi patok kayu dan BM dari permukaan tanah harus diukur. Kesalahan penutup maksimum 8D mm dimana : D adalah jarak dlm km.

2) Pengukuran Sipat Datar Cabang (Sekunder)Jarak pengukuran Sipat Datar Cabang akan mengikuti jalur Pengukuran Poligon Cabang. Adapun spesifikasi teknis pengukurannya sebagai berikut : Jalur pengukuran mengikuti jalur polygon cabang (sekunder) dan menggunakan alat ukur Automatic Orde (WILD NAK-1, Sokkisa C-3A). Pengukuran perseksi dilakukan untuk arah pergi saja dan dilakukan dengan double stand dengan pembacaan rambu lengkap (BT, BA, BB). Toleransi salah penutup beda tinggi (T)T = (15D) mmD = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertical dalam satuan kilometer. Ketentuan lain sama seperti pada Sipat Datar Utama.

e. Pengukuran SituasiArea pengukuran situasi meliputi :1) area bandar udara eksisting;2) area rencana pengembangan bandar udara;3) area diluar angka 1). dan 2). diatas, dimana data hasil pengukuran situasi tersebut diperlukan untuk perencanaan bandar udara.Pengukuran menggunakan teodolit dengan ketelitian bacaan 20 (detik). Untuk pengukuran metode tachimatri, pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang mendatar yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb) sebagai control bacaan.Pengukuran dilakukan terhadap semua objek bentukan alam dan buatan manusia seperti alur, sungai, bukit, jalan, gedung, rumah, dsb. Dalam pengambilan data harus diperhatikan kerapatan detail yang diambil serta faktor skala peta yang akan digunakan serta tingkat kepentingan data yang akan ditonjolkan, sehingga diharapkan data yang dihasilkan dari pengukuran detail situasi dapat mewakili kondisi sebenarnya dilapangan. Hasil pengukuran situasi disajikan dalam format A3, dengan skala 1 : 10.000.Gambar kontur eksisting didetailkan dalam gambar yang disajikan dalam format kertas A3, dengan skala 1 : 3.000. Garis kontur dibuat dalam interval 50 cm dan setiap garis kontur diberi notasi elevasi yang mengacu pada mean sea level (MSL). Apabila garis kontur terlalu rapat, maka notasi elevasi dapat dituliskan setiap 5 (lima) garis kontur.

2. PENGUKURAN PROFILPengukuran profil memanjang dan melintang dilaksanakan pada area konstruksi landas pacu (runway), landas hubung (taxiway), landas parkir (apron) dan jaringan jalan.Pengukuran profil memanjang dilakukan pada setiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada. Pengukuran profil memanjang dilaksanakan di sepanjang garis tengah runway, taxiway dan jalan. Jarak pengukuran profil memanjang ditetapkan 5 meter, kecuali atas pertimbangan kebutuhan desain dan dengan persetujuan PPK dapat ditetapkan interval titik pengukur yang berbeda.Pengukuran profil melintang dilakukan tegak lurus dengan garis tengah runway, taxiway dan jalan. Pengukuran profil melintang dilakukan pada setiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan data yang akan ditonjolkan.Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kiri dan sisi kanan. Untuk mempermudah pengecekan, pada masing-masing sisi diberi notasi yang berbeda, misalnya koridor sebelah kiri dari garis tengah diberi notasi alohabetic dan untuk koridor sebelah kanan diberi notasi numeric.Jarak pengukuran profil melintang ditetapkan 3 meter, kecuali atas petimbangan kebutuhan desain dan dengan persetujuan PPK dapat ditetapkan interval titik pengukuran yang berbeda. Pada STA dimana terdapat exit taxiway dan apron, maka pengukuran profil melintang harus dilaksanakan hingga garis terluar apron.Hasil pengukuran profil dituangkan dalam gambar dengan format kertas A3 dengan skala horizontal 1 : 2000 dan skala vertical 1 : 200.

3. PENYELIDIKAN TANAHPekerjaan penyelidikan tanah meliputi penyelidikan tanah dilapangan dan pengujian di laboratorium. Secara umum, penyelidikan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan data kondisi / karakteristik tanah terutama pada areal rencana pembangunan prasarana fasilitas sisi udara untuk kepentingan desain yang memenuhi kaidah teknis dan efektif sebagai berikut :a. informasi pokok terkait type tanah, untuk menentukan distribusi tanah dan property fisik tanah;b. informasi / pemetaan lapisan-lapisan tanah;c. pengumpulan contoh tanah yang mewakili tiap lapisan tanah;d. pengujian contoh tanah untuk menentukan properti fisik tanah dengan memperhatikan kepadata lapangan dan kemampuan tanah dasar untuk mendukung beban yang bekerja;e. gambaran umum tanah yang dapat digunakan sebagai material timbunan dan konstruksi perkerasan (lokasi rencana konstruksi dan quarry;f. Penentuan muka air tanah dan kebutuhan drainase baik drainase permukaan maupun drainase bawah permukaan.Survei penyelidikan tanah dan pengambilan contoh tanah disarankan minimum sebagai berikut :a. Bor mesin dan N-SPTLangkah awal dalam penyelidikan tanah adalah pemetaan tipe-tipe tanah yang berbeda, penentuan susunan lapisan tanah dan kedalaman muka air tanah. Pengeboran untuk mendapatkan profil tanah tersebut diperoleh dengan auger tanah perangkat serupa. Washed Borings tidak dianjurkan karena ketidakakuratan dalam penentuak kedalaman. Maksud dari pengeboran adalah untuk menentukan profil tanah / batuan dan batas-batas vertical maupun horizontal. Karena setiap lokasi mempunyai permasalahan dan variasi yang khusus, maka jarak dan kedalaman pengeboran tidak dapat ditentukan dengan standar atau pengalaman studi sebelumnya. Kriteria yang disarankan untuk lokasi, kedalaman, dan jumlah pengeboran untuk konstruksi baru disajikan dalam Tabel IV.1. perbedaan kebutuhan lokasi, jumlah dan kedalaman pengeboran dimungkinkan karena kondisi lokal.

Tabel IV.1. Lokasi, Kedalaman dan jumlah PengeboranAreaSpasiKedalaman

Konstruksi Runwaya. Pengujian acak sepanjang rencana konstruksi perkerasan dengan interval 500 m;b. Minimum 2 5i5ik, masing-masing 1 titik pada kedua ujung runway. Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 20 meter atau sampai lapisan tanah keras yang didefinisikan dari hasil pembacaan SPT > 50. Pembacaan SPT dilakukan setiap 1,5 2 meter, jika pengukuran berturut-turut 5 (lima) SPT telah mencapai > 50, maka pengeboran dihentikan meskipun belum mencapai 20 meter. Jika SPT tidak pernah mencapai > 50, pengeboran dihentikan pada kedalaman 20 meter dari permukaan tanah, kecuali apabila berdasarkan pertimbangan teknis perlu pengeboran lebih dalam untuk kepentingan desain.

KonstruksiTaxiwaya. Pengujian acak sepanjang rencana konstruksi perkerasan dengan interval 500 m;b. Minimum 1 titik pada masing-masing taxiway

KonstruksiAprona. Pengujian acak pada rencana konstruksi perekerasan, 1 titik pengeboran setiap 10.000 m;b. Minimum 2 titik pada masing-masing apron.

Konstruksi Jalan akses PKPPKa. Pengujian acak sepanjang rencana konstruksi perkerasan dengan interval 500 m;b. Minimum 1 titik.

Area bandar udara diluar konstruksi Runway, Taxiway, Apron dan Jalan akses PKPPKa. Pengujian acak pada area sisi udara, 1 titik pengeboran setiap 150.000 mb. Minimum 4 titik, masing-masing 1 titik pada ujung-ujung runway strip.

Area Sisi Darata. Pengujian acak pada area sisi darat, 1 titik pengeboran setiap 75.000 m;b. Minimum 1 titik pada masing-masing fasilitas sisi darat yang menanggung beban struktur berat, misalnya tower dan gedung terminal

Borrow area / quarry1 titik pengeboran setiap 10.000 m, minimum 2 titikKedalaman pengeboran dilakukan sampai dengan lapisan dimana direncanakan galian.

Pada saat boring, dilakukan pula pengambilan contoh tanah undisturbed (tidak terganggu) dengan menggunakan tabung sample pada setiap penggantian tanah atau setiap 5 meter pemboran.

b. Uji SondirPada dasarnya jumlah dan kedalaman titik sondir tidak dapat ditetapkan dengan standar atau pengalaman studi sebelumnya karena setiap lokasi mempunyai permasalahan dan variasi yang spesifik. Kriteria yang disarankan untuk lokasi, kedalaman, dan jumlah titik sondir untuk konstruksi baru disajikan dalam Tabel IV. 2 perbedaan kebutuhan lokasi, jumlah dan kedalaman sondir dimungkinkan karena kondisi lokal.

Tabel IV.2. Lokasi, Kedalaman dan Jumlah Tes SondirAreaSpasiKedalaman

Konstruksi RunwayPengujian acak sepanjang rencana konstruksi perkerasan dengan interval 250 mSondir dilaksanakan dengan kedalaman sampai ditemukan tanah keras yang dinyatakan dengan tegangan konus qc > 150 kg/cm.

KonstruksiTaxiwaya. Pengujian acak sepanjang rencana konstruksi perkerasan dengan interval 250 m;b. Minimum 2 titik pada masing-masing taxiway

KonstruksiAprona. Pengujian acak pada rencana konstruksi perkerasan, 1 titik sondir setiap 5.000 m;b. Minimum 4 titik, masing-masing 1 titik pada ujung-ujung apron.

Konstruksi Jalan akses PKPPKa. Pengujian acak sepanjang rencana konstruksi perkerasan dengan interval 500 m;b. Minimum 1 titik.

Area bandar udara diluar konstruksi Runway, Taxiway, Apron dan Jalan akses PKPPKPengujian acak pada area sisi udara, 1 titik sondir setiap 75.000 m

Area Sisi Darata. Pengujian acak pada area sisi darat, 1 titik sondir setiap 75.000 mb. Minimum 1 titik pada masing-masing fasilitas sisi darat yang menanggung beban struktur berat, misalnya tower dan gedung terminal

Borrow area / quarry1 titik sondir setiap 2.500 mKedalaman sondir dilakukan sampai dengan lapisan dimana direncanakan galian.

c. Inplace TestingTest Pits (galian), Open Cuts (pemotongan) atau keduanya diperlukan untuk pengujian daya dukung lapangan, mengambil contoh tanah, dll. Jenis penyelidikan tanah tambah direkomendasikan untuk situasi yang memerlukan tingkat akurasi tinggi atau ketika kondisi di lokasi sangat kompleks dan membutuhkan penyelidikan tanah mendalam.

d. Uji Daya Dukung Tanah DasarPengujian daya dukung tanah dasar untuk konstruksio flexible diukur dengan tes CBR baik CBR maupun CBR laboratorium, sedangkan untuk konstruksi rigid diukur dengan metode plate bearing test.Dimana stabilitas tanah dasar meragukan, maka tes kekuatan tanah tambahan diperlukan. Direct Shear Test (ASTM D 3080) atau field fane test (ASTM D 2573) diperlukan untuk merancang struktur perkerasan yang memadai.

e. Untuk konstruksi eksisting, test pit untuk mendapatkan data lapis perkerasan eksisting dilakukan dengan interval 50 meter.

Dengan diperolehnya contoh tanah maka tes laboratorium yang dilakukan adalah : Indeks Properties Pengujian Hydrometer dan Saringan Atterberg limits Pengujian Keahlian Penyalaan (ASTM D2974) Pengujian Oksidasi Kimiawi Pengujian Kandungan Serat (ASTMD 1997-91) Pengujian Triaksial UU dan CU untuk lempung dan lanau Pengujian Geser langsung untuk pasir Pengujian Pemadatan Modified Proctor Pengujian Soaked dan unsoaked CBR Pengujian konsolidasi Pengujian permeabilitasSemua pengujian di laboratorium harus dilakukan sesuai dengan standard ASTM dan / atau SNI yang berlaku.