pelaksanaan analisis.docx

38
PELAKSANAAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2009-2012 UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Akuntansi Sektor Publik Yang dibina oleh Ibu Dra. Suparti, M.P Oleh : 1. Bramanto Kristiawan 120422425823 2. Fachrian Rizal 120422425815 3. Jefri Sugianto 120422425804 4. Muchamad Nurardian 120422425814 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

Upload: jefry-guenz

Post on 21-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

PELAKSANAAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHAN DAERAH

KOTA DEPOK

TAHUN ANGGARAN 2009-2012

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Akuntansi Sektor Publik

Yang dibina oleh Ibu Dra. Suparti, M.P

Oleh :

1. Bramanto Kristiawan 120422425823

2. Fachrian Rizal 120422425815

3. Jefri Sugianto 120422425804

4. Muchamad Nurardian 120422425814

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

NOVEMBER 2014

Page 2: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

A. PELAKSANAAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2009-2012

Pada era saat ini, pemerintah dituntut dengan pertanggungjawaban laporan

keuangan. Laporan keuangan tersebut harus dilakukan dengan transparasi sebagai wujud

keterbukaan pemerintah terhadap masyarakat, selain itu juga sebagai wujud informasi

kegiatan yang telah dilakukan maupun yang sedang direncanakan oleh pemerintah.

Dengan demikian, Pemerintah Daerah di Indonesia diwajibkan untuk membuat

laporan keuangan sebagai akuntabilitas public termasuk Kota Depok, Jawa Barat. Secara

garis besar tujuan penyajian laporan keuangan bagi pemerintah daerah adalah :

1. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi,

social, dan poltik.

2. Untuk alat akuntabilitas publik.

3. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja manajerial

dan organisasi.

Meskipun laporan keuangan telah dibuat sesederhana mungkin dan sesuai standar

akuntansi, tetapi tidak semua pembaca dapat memahami atau membaca laporan keuangan

dengan baik. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang memahami akuntansi dengan

baik, oleh karena itu perlu dibantu dengan analisis keuangan. Dalam pembuatan analisis

laporan keuangan banyak metode yang dapat digunakan. Salah satu teknik yang paling

banyak digunakan adalah metode rasio.

Untuk menganalisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bandung, data yang

digunakan sebagai dasar analisis adalah ringkasan APBD Kota Depok selama 4 tahun

(Tahun 2009-2012). Berikut ini adalah analisis APBD Kota Depok selama 4 tahun.

Page 3: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Dari table 1, pendapatan daerah Pemerintah Kota Depok tahun 2009 terdiri dari

PAD, Pendapatan Transfer, Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Dari table tersebut juga

terdapat Anggaran Setelah Perubahan, Realisasi, dan Presentase (%) dari realisasi yang

dibandingkan dengan anggaran setelah perubahan. Berdasarkan presentase dari realisasi

PAD tahun 2009 jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentasi sebesar

116,08%. Presentase dari realisasi Pendapatan Transfer jika dibandingkan dengan

taretnya menghasilkan presentase sebesar 102,71%, dan presentase dari Lain-lain

Pendapatan Yang Sah jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentase

sebesar 112,62%. Sedangkan presentase total Pendapatan Daerah tahun 2009 jika

realisasi total pendapatan daerah sebesar Rp. 884.728.305.424,30 dibandingkan dengan

targetnya sebesar Rp. 843.774.863.609,86 akan menghasilkan presentase sebesar

104,85%.

Pada table 1, Belanja Daerah tahun 2009 terdiri dari Belanja Operasi, Belanja

Modal, dan Belanja Tidak Terduga. Dari table tersebut terdapat anggaran setelah

perubahan (target), realisasi dan presentase dari realisasi yang dibandingkan dengan

anggaran setelah perubahan (target). Berdasarkan presentase dari realisasi Belanja

Operasi tahun 2009 jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentasi sebesar

91,42%. Presentase dari realisasi Belanja Modal jika dibandingkan dengan taretnya

menghasilkan presentase sebesar 80,47%, dan presentase dari Belanja Tidak Terduga jika

dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentase sebesar 9,00%. Sedangkan

presentase untuk total Belanja Daerah tahun anggaran 2009 jika realisasi total Belanja

Daerah sebesar Rp. 882.683.261.400,61 dibandingkan dengan targetnya sebesar Rp.

1.030.958.079.440,39 akan menghasilkan presentase sebesar 85,62%.

Pada table 1, Pembiayaan Daerah tahun 2009 terdiri dari Penerimaan Pembiayaan

Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Dari table tersebut terdapat anggaran

setelah perubahan (target), realisasi dan presentase dari realisasi yang dibandingkan

dengan anggaran setelah perubahan (target). Berdasarkan presentase dari realisasi

Penerimaan Pembiayaan Daerah jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan

presentasi sebesar 99,31%, dan Presentase dari realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah

jika dibandingkan dengan taretnya menghasilkan presentase sebesar 91,93%. Sehingga

Page 4: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

dapat diketahu bahwa Kota Depok menunjukan SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran) APBD 2009 sebesar Rp. 189.518.961.678,22.

Page 5: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Berdasarkan data pada table 2, presentase dari realisasi PAD tahun 2010 jika

dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentasi sebesar 111,04%. Presentase

dari realisasi Dana Perimbangan jika dibandingkan dengan taretnya menghasilkan

presentase sebesar 105,46%, dan presentase dari Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentase sebesar 96,64%. Sedangkan

presentase total Pendapatan Daerah tahun 2010 jika realisasi total pendapatan daerah

sebesar Rp.1.111.708.060.137,00 dibandingkan dengan targetnya sebesar

Rp.1.070.305.504.081,87 akan menghasilkan presentase sebesar 103,87%.

Pada table 2, Belanja Daerah tahun 2010 terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan

Belanja Langsung. Dari table tersebut terdapat anggaran setelah perubahan (target),

realisasi dan presentase dari realisasi yang dibandingkan dengan anggaran setelah

perubahan (target). Berdasarkan presentase dari realisasi Belanja Tidak Langsung tahun

2010 jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentasi sebesar 89,40%.

Presentase dari realisasi Belanja Langsung jika dibandingkan dengan taretnya

menghasilkan presentase sebesar 80,09%. Sedangkan presentase untuk total Belanja

Daerah tahun anggaran 2010 jika realisasi total Belanja Daerah sebesar

Rp.1.088.629.034.046,00 dibandingkan dengan targetnya sebesar

Rp.1.283.574.069.410,76 akan menghasilkan presentase sebesar 84,81%.

Pada table 2, Pembiayaan Daerah tahun 2010 terdiri dari Penerimaan Pembiayaan

Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Dari table tersebut terdapat anggaran

setelah perubahan (target), realisasi dan presentase dari realisasi yang dibandingkan

dengan anggaran setelah perubahan (target). Berdasarkan presentase dari realisasi

Penerimaan Pembiayaan Daerah jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan

presentasi sebesar 99,62%, dan Presentase dari realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah

jika dibandingkan dengan taretnya menghasilkan presentase sebesar 82,97%.

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa Kota Depok mengalami surplus sebesar

Rp.23.079.026.091,00 dan menunjukan bahwa SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran) sebesar Rp 244.764.375.665,82.

Page 6: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Berdasarkan data pada table 3, presentase dari realisasi PAD tahun 2011 jika

dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentasi sebesar 109,82%. Presentase

dari realisasi Dana Perimbangan jika dibandingkan dengan taretnya menghasilkan

presentase sebesar 101,27%, dan presentase dari Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentase sebesar 99,33%. Sedangkan

presentase total Pendapatan Daerah tahun 2011 jika realisasi total pendapatan daerah

sebesar Rp.1.329.137.909.464,76 dibandingkan dengan targetnya sebesar

Rp.1.297.830.341.645,21 akan menghasilkan presentase sebesar 102,41%.

Pada table 3, Belanja Daerah tahun 2011 terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan

Belanja Langsung. Dari table tersebut terdapat anggaran setelah perubahan (target),

realisasi dan presentase dari realisasi yang dibandingkan dengan anggaran setelah

perubahan (target). Berdasarkan presentase dari realisasi Belanja Tidak Langsung tahun

2011 jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentasi sebesar 89,66%.

Presentase dari realisasi Belanja Langsung jika dibandingkan dengan taretnya

menghasilkan presentase sebesar 81,61%. Sedangkan presentase untuk total Belanja

Daerah tahun anggaran 2011 jika realisasi total Belanja Daerah sebesar

Rp.1.350.085.338.873,00 dibandingkan dengan targetnya sebesar

Rp.1.579.042.037.163,03 akan menghasilkan presentase sebesar 85,50%.

Pada table 3, Pembiayaan Daerah tahun 2011 terdiri dari Penerimaan Pembiayaan

Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Dari table tersebut terdapat anggaran

setelah perubahan (target), realisasi dan presentase dari realisasi yang dibandingkan

dengan anggaran setelah perubahan (target). Berdasarkan presentase dari realisasi

Penerimaan Pembiayaan Daerah jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan

presentasi sebesar 99,82%, dan Presentase dari realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah

jika dibandingkan dengan taretnya menghasilkan presentase sebesar 98,79%.

Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa Kota Depok mengalami defisit sebesar

Rp.20.947.429.408,24 dan menunjukan bahwa SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran) sebesar Rp.259.807.078,58.

Page 7: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Berdasarkan data pada table 4, presentase dari realisasi PAD tahun 2012 jika

dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentasi sebesar 122,37%. Presentase

dari realisasi Dana Perimbangan jika dibandingkan dengan taretnya menghasilkan

presentase sebesar 101,43%, dan presentase dari Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentase sebesar 95,76%. Sedangkan

presentase total Pendapatan Daerah tahun 2011 jika realisasi total pendapatan daerah

sebesar Rp.1.634.893.022.148,18 dibandingkan dengan targetnya sebesar

Rp.1.551.899.020.090,97 akan menghasilkan presentase sebesar 105,35%.

Berdasarkan data pada table 4, presentase dari realisasi Belanja Tidak Langsung

tahun 2012 jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan presentasi sebesar 83,65%.

Presentase dari realisasi Belanja Langsung jika dibandingkan dengan taretnya

menghasilkan presentase sebesar 66,68%. Sedangkan presentase untuk total Belanja

Daerah tahun anggaran 2012 jika realisasi total Belanja Daerah sebesar

Rp.1.371.444.184.912,00 dibandingkan dengan targetnya sebesar

Rp.1.854.609.216.016,55 akan menghasilkan presentase sebesar 73,95%.

Pada table 4, Pembiayaan Daerah tahun 2012 terdiri dari Penerimaan Pembiayaan

Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Dari table tersebut terdapat anggaran

setelah perubahan (target), realisasi dan presentase dari realisasi yang dibandingkan

dengan anggaran setelah perubahan (target). Berdasarkan presentase dari realisasi

Penerimaan Pembiayaan Daerah jika dibandingkan dengan targetnya menghasilkan

presentasi sebesar 99,31%, dan Presentase dari realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah

jika dibandingkan dengan taretnya menghasilkan presentase sebesar 91,93%.

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa Kota Depok mengalami surplus sebesar Rp.

263.448.837.236,18 dan menunjukan bahwa SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran)

sebesar Rp. 564.712.376.320,76.

Page 8: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Table 5 Laporan Sisa Lebih Perhitungan APBD Pemerintah Kota Depok 2009-2012

No. Uraian

20092010 2011 2012

1 Pendapatan884.774.863.609,

861.111.708.060.137,

001.329.137.909.464,

761.634.893.022.148,

182

Belanja882.683.261.400,

611.088.629.034.046,

001.350.085.338.873,

001.371.444.184.912,

00Surplus/(Defisit) = (1-2)

2.045.044.023,6923.079.026.091,00 (20.947.429.408,24) 263.448.837.236,18

3 Pembiayaana. Penerimaan Pembiayaan

199.767.492.030,53 225.885.099.066,82 282.045.052.236,82 309.110.081.884,58

b.Pengeluaran Pembiayaan

12.293.574.376,00 4.199.749.492,00 1.290.544.755,00 7.846.542.800,00

Surplus/(Defisit) = (a-b)

187.473.917.654,53

221.685.349.574,82 280.754.507.479,82 301.263.539.084,58

SILPA APBD (1-2)+(a-b)

189.518.961.678,22

244.764.375.665,82 259.807.078.073,58 564.712.376.320,76

Berdasarkan table diatas SILPA APBD pada tahun anggaran 2009 sebesar

Rp.189.518.961.678,22. Pada anggaran tahun 2010 sebesar Rp.244.764.375.665,82. Pada

anggaran tahun 2011 sebesar Rp.259.807.078.073,58. Sedangkan pada anggaran tahun

2012 sebesar Rp.564.712.376.320,76.

Page 9: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

B. HASIL ANALISIS RASIO KEUANGAN APBD PEMERINTAH DAERAH KOTA

DEPOK

Berikut ini adalah rasio keuangan sector public pada APBD Pemerintahan Kota

Depok untuk tahun anggaran 2009 sampai dengan tahun 2012:

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Raiso kemandirian keuangan daerah menunjukan kemampuan Pemerintah

Kota Depok dalam membiayai sendiri semua kegiatan pemerintah dan juga kegiatan

yang ditujukan untuk pelayanan kepada masyarakat. Rasio kemandirian keuangan

daerah dihitung dengan cara membagi PAD dengan jumlah pendapatan transfer dari

pemerintah pusat, pnjaman daerah, dan propinsi.

Berikut table rincian pendapatan daerah pemerintah Kota Depok tahun 2009 sampai

dengan 2012 :

Table 6 Rincian APBD Pemerintahan Kota Depok tahun2009-2012 :

No. Pendapatan

2009 2010 2011 2012

1 PAD112.763.185.732,3

0 142.380.788.621,00 282.747.544.886,76 474.705.361.540,18

2Pendapatan Transfer

714.343.823.474,00

3Dana Perimbangan 704.003.831.464,00 679.024.056.556,00 815.919.647.774,00

4 Lain-lain Pendapaan Yang Sah

51.162.891.218,00265.323.440.052,00 367.366.308.022,00 344.268.012.834,00

Jumlah843.774.863.609,8

61.111.708.060.137,0

01.329.137.909.464,7

61.634.893.022.148,1

8Perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah Pemerintahan Kota Depok adalah

sebagai berikut :

a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Tahun 2009 :

RKKD= 112.763.185 .732,30843.774 .863 .609,86−112.763.185 .732,30

=15,42 %

b. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Tahun 2010 :

Page 10: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

RKKD= 142.380 .788.621,001.111.708 .060 .137,00−142.380.788 .621,00

=14,68 %

c. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Tahun 2011 :

RKKD= 282.747 .544 .886,761.329 .137 .909 .464,76−282.747 .544 .886,76

=27,02 %

d. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Tahun 2012 :

RKKD= 474.705 .361.540,181.634 .893 .022 .148,18−474.705.361 .540,18

=40,91 %

Dari perhitungan diatas, diketahu bahwa rasio kemandirian keuangan daerah

Pemerintah Kota Depok mengalami penurunan pada tahun 2010, tetapi setelah

mengalami penurunan terjadi peningakatan yang cukup tinggi pada tahun 2011 dan

2012. Kondisi ini dapat digambarkan pada grafik berikut :

Gambar 1. Rasio kemandirian keuangan Daerah Pemerintah Kota Depok

Tahun 2009-2012

2009 2010 2011 20120

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tahun Anggaran

Pres

enta

se (%

)

Dari presentase diatas, terlihat bahwa kemandirian keuangan daerah Kota

Depok mengalami peningkatan yang tinggi pada dua tahun terakhir. Kenaikan rasio

kemandirian menunjukan bahwa ketergantungan Pemerintah Kota Depok terhadap

sumber dana yang berasal dari luar semakin kecil. Selain itu, rasio kemandirian

keungan daerah juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam

Page 11: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

pembangunan daerah dan secara tidak langsung berkaitan tingkat kesejahteraan

masyarakat. Semakin tinggi PAD suatu daerah maka tingkat kesejahteraan

masyarakat semakin tinggi, dan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan

retribusi daerah juga semakn tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa ketergantungan

Pemerintah Kota Depok terhadap sumber dana ekstern kecil sehingga Kota Depok

sudah bisa dikatakan mandiri dalam membiayai sendiri semua kegiatan pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Rasio Efektifitas PAD

Rasio efektifitas PAD digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan

Pemerintah Daerah dalam meralisasikan PAD dengan cara dibandingkan dengan

target yang telah ditetapkan sehingga bisa diterapkan rasio efektifitas PAD.

Berikut adalah table realisasi target PAD pemerintah Kota Depok tahun 2009-

2012 :

Table 7. Realisasi dan Target PAD Pemerintah Kota Depok tahun 2009

No.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)2009

Target Realisasi Selisih

1 Pajak Daerah43.538.335.236,92 48.456.451.986,00 491.811.674.908,00

2 Retribusi Daerah26.267.935.664,00 32.979.350.563,00 671.141.489.900,00

3Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

3.756.353.155,002.656.353.155,00

(110.000.000.000,00)

4Lain-lain PAD Yang Sah

23.577.365.509,65 28.671.030.028,30 509.366.451.865,00

Jumlah97.139.989.565,57

112.763.185.732,30

1.562.319.616.673,00

Table 8. Realisasi dan Target PAD Pemerintah Kota Depok tahun 2010

No.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)2010Target Realisasi Selisih

1 Pajak Daerah 60.154.840.350,00 68.323.364.446,00 8.168.524.096,002 Retribusi Daerah 38.610.399.169,94 42.435.922.931,00 3.825.523.761,06

3Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

6.871.018.714,006.971.018.714,00 100.000.000,00

4 Lain-lain PAD Yang Sah 22.592.950.643,00 24.650.482.530,00 2.057.531.887,00

Page 12: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Jumlah128.229.208.876,94

142.380.788.621,00

14.151.579.744,06

Table 9. Realisasi dan Target PAD Pemerintah Kota Depok tahun 2011

No.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)2011Target Realisasi Selisih

1Pajak Daerah

169,205,044,125.00

202,203,952,537.00

32,998,908,412.00

2 Retribusi Daerah38,397,897,682.50 35,958,362,743.00 (2,439,534,939.50

)

3Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

5,345,662,646.00 7,345,662,646.002,000,000,000.00

4 Lain-lain PAD Yang Sah44,516,209,093.24 37,239,566,960.76 (7,276,642,132.48

)

Jumlah257,464,813,546.74

282,747,544,886.76

25,282,731,340.02

Table 10. Realisasi dan Target PAD Pemerintah Kota Depok tahun 2012

No.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)2012Target Realisasi Selisih

1Pajak Daerah

305.284.661.000,00

379.488.343.501,00

74.203.682.501,00

2 Retribusi Daerah 33.830.876.750,00 40.585.045.845,00 6.754.169.095,00

3Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

5.000.000.000,00 5.470.961.595,00470.961.595,00

4 Lain-lain PAD Yang Sah 43.826.467.655,00 49.161.010.599,18 5.334.542.944,18

Jumlah387.942.005.405,00

474.705.361.540,18

86.763.356.135,18

Dari data diatas, dapat dihiyung besarnya rasio efektivitas PAD, yaitu :

a. Rasio Efektifitas PAD Tahun 2009 :

112.763.185 .732,3097.139 .989 .565,57

=116,0%

Page 13: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

b. Rasio Efektifitas PAD Tahun 2010 :

142.380 .788.621,00128.229.208 .876,94

=110,9%

c. Rasio Efektifitas PAD Tahun 2011 :

282.747 .544 .886,76257.464 .813 .546,74

=109,8 %

d. Rasio Efektifitas PAD Tahun 2012 :

474.705 .361.540,18387.942.005 .405,00

=122,3 %

Dari presentase diatas, dapat dilihat setelah tahun 2009 mengalami penurunan

selama 2 tahun. Presentase penurunan pada tahun 2010 sebesar 5,1% dari tahun 2009,

sementara pada tahun 2011 juga mengalami penurunan sebesar 1,1% dari tahun 2010.

Sedangkan tahun 2012 mengalami kenaikan yan signifikan dari tahun 2011 yang

hanya 109,8% menjadi 122,3%. Berikut adalah table rasio efektivitas PAD

Pemerintah Kota Depok tahun anggaran 2009 sampai 2012 :

Table 11. Rasio Efektivitas PAD Permrintahan Kota Depok Tahun 2009-2012

109 Keterangan 2009 2010 2011 2012

1Target PAD 97.139.989.565,57

128.229.208.876,94

257,464,813,546.74

387.942.005.405,00

2Realisasi PAD

112.763.185.732,30

142.380.788.621,00

282,747,544,886.76

474.705.361.540,18

% Rasio Efektivitas PAD

116,0% 110,9% 109,8% 122,3%

Proporsi tersebut data tersebut dapat diperjelas dengan gambar dibawah ini :

Page 14: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Gambar 2. Rasio Efektivitas PAD Pemerintah Kota Depok Tahun 2009-2012

2009 2010 2011 20120

20

40

60

80

100

120

140

Pres

enta

se %

Analisis rasio tersebut dapat diketahui bahwa rasio efektivitas PAD

Pemerintah Kota Depok untuk tahun 2009 smapai dengan tahun 2011 mengalami

penurunan. Sedangkan untuk tahun 2012 mengalami peningkatan yang tinggi.

Walaupun mengalami sedikit penurunan kemampuan Pemerintah Kota Depok dalam

menjalankan tugasnya sudah dikatagorikan efektif, karena rasio efektivitas PAD yang

dicatat melebihi 1 (satu) atau 100%.

Dari penjalasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pemerintahan Kota Depok

sudah cukup baik ditambah dengan kenaikan presentase yang cukup tinggi pada tahun

2012. Dari presentase rasio tersebut, juga dapat diketahui bahwa Pemerintahan Kota

Depok berpeluang berpeluang meningkatkan bagian PAD yang berasal dari pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain PAD yang sah,

dimana dilihat pada table 7 realisasi pajak daerah sebesar Rp.48.456.451.986,00. Pada

table 8, realisasi pajak daerah sebesar Rp.68.323.364.446,00. Pada table 9, realisasi

pajak daerah sebesar Rp.202,203,952,537.00 dan pada table 10 realisasi pajak daerah

sebesar Rp.379.488.343.501,00, sehingga pajak daerah memiliki kontribusi yang

paling besar dibandingkan yang lainnya oleh sebab itu harus dioptimalkan untuk

mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat.

3. Rasio Efektivitas Pajak Daerah

Page 15: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Analisis rasio efektivitas pajak daerah dapat digunakan untuk menunjukkan

kemampuan pemerintah daerah dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan

jumlah penerimaan pajak yang dianggarkan. Berikut disajikan hasil perhitungan rasio

efektivitas pajak daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2009 sampai

dengan tahun 2012 yang dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini:

Table 12. Rasio Efektivitas Pajak Daerah Pemerintah Kota Depok Tahun 2009-

2012

No.

Keterangan 2009 2010 2011 2012

1Target Pajak Daerah

43.538.335.236,92

60.154.840.350,00

169.205.044.125,00

305.284.661.000,00

2Realisasi Pajak Daerah

48.456.451.986,00

68.323.364.446,00

202.203.952.537,00

379.488.343.501,00

% Rasio Efektivitas Pajak Daerah

111,2% 113,5% 119,5% 124,3%

Dari table diatas dapat diketahui bahwa setiap tahun mengalami kenaikan

rasio efektivitas pajak daerah dari tahun 2009-2012.

Gambar 3. Rasio Efektivitas Pajak Daerah Pemerintah Kota Depok Tahun

2009-2012

Page 16: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

2009 2010 2011 2012100

105

110

115

120

125

130

Series 1Series 2Series 3

Dari analisis rasio di atas, dapat diketahui bahwa rasio tertinggi berada pada

tahun 2012 yaitu sebesar 124,3% dan rasio terendah terletak pada tahun 2009 yaitu

sebesar 111,2%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan Pemerintah Kota

Depok dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan pajak

daerah yang telah dianggarkan sudah dapat dikategorikan baik karena persentase dari

tahun 2009 sampai tahun 2012 selalu mengalami peninkatan.

4. Derajat Kontribusi BUMD

Derajat kontribusi BUMD bermanfaat untuk mengetahui tingkat kontribusi

perusahaan daerah dalam mendukung pendapatan daerah. Adapun proporsi dari

derajat kontribusi BUMD pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2009

sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini:

Table 13. Derajat Kontribusi BUMD Pemerintah Kota Depok Tahun 2009-2012

No Keterangan 2009 2010 2011 2012

Page 17: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

.

1

Target Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

23.577.365.509,65

6.871.018.714,00

5.345.662.646,00

5.000.000.000,00

2

Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

28.577.365.509,65

6.971.018.714,00

7.345.662.646,00

5.470.961.595,00

% Derajat Kontribusi BUMD

121,2% 101,4% 137,4% 109,4%

Gambar 4. Derajat Kontribusi BUMD Pemerintah Kta Depok Tahun 2009-2012

2009 2010 2011 20120

20

40

60

80

100

120

140

160

Dari tabel 13 di atas dapat diketahu bahwa persentase derajat kontri busi paling

tinggi berada pada tahun 2011 yaitu sebesar 137,4% dan persentase terendah derajat

kontribusi berada pada tahun 2010 yaitu sebesar 101,4%%. Dari grafik di atas dapat

disimpulkan bahwa penerimaan dari perusahaan daerah cenderung naik turun dari

tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan daerah memiliki kontribusi

yang kurang stabil dalam mendukung pendapatan daerah jika dibandingkan dengan

PAD lainnya.

5. Analisis Pertumbuhan Belanja Daerah

Page 18: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan

belanja dari tahun ke tahun. Pertumbuhan harus diikuti dengan pertumbuhan

pendapatan yang seimbang agar tidak mengganggu kesinambungan keuangan daerah.

Berikut adalah tabel alokasi belanja daerah Pemerintah Kota Depok tahun 2009

sampai dengan tahun 2012:

Table 14. Realisasi Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Kota Depok Tahun

2009-2012

No.

Keterangan

2009 2010 2011 2012

1Belanja Operasi

645.717.311.147,04

2Belanja Modal

233.911.308.153,57

3Belanja Tidak Terduga

3.054.642.100.00

4Belanja Tidak Langsung

582.058.899.491,00683.947.885.939,00

664.651.499.274,00

5Belanja Langsung

506.5700..134.555,00 666.137.452.934,00

706.792.685.638,00

Jumlah Belanja Daerah

882.683.261.400,61

1.088.629.034.046,00

1.350.085.338.873,00

1.371.444.184.912,00

a. Pertumbuhan belanja tahun 2009, dengan diketahui realisasi belanja tahun 2008

sebesar Rp. 830.263.651.543,78

882.683 .261.400,61−830.263.651 .543,78898.263 .651 .543,78

=6,3 %

b. Pertumbuhan Belanja Tahun 2010

1.088.629 .034 .046,00−882.683 .261.400,61882.683 .261 .400,61

=23,3 %

c. Pertumbuhan Belanja Tahun 2011

1.350.085 .338 .873,00−1.088.629 .034 .046,001.088 .629 .034 .046,00

=24,0 %

d. Pertumbuhan Belanja Tahun 2012

Page 19: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

1.371.444 .184 .912,00−1.350 .085 .338.873,001.350 .085 .338 .873,00

=1,5 %

Dari perhitungan di atas, menghasilkan grafik pertumbuhan belanja

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2009 sampai dengan tahun 2012:

Gambar 5. Pertumbuhan Belanja Pemerintahan Kota Depok Tahun 2009-2012

2009 2010 2011 20120

5

10

15

20

25

30

Dari analisis pertumbuhan belanja di atas, dapat diketahui bahwa persentase

tertinggi terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar 24,0% dan persentase terendah

terdapat pada tahun 2012 yaitu sebesar 1,5%. Grafik tersebut menggambarkan

kenaikan dan penurunan tingkat pertumbuhan belanja dari tahun ke tahun sehingga

dapat disimpulkan bahwa alokasi belanja daerah dan pertumbuhan belanja tersebut di

Pemerintahan Kota Depok dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Ketika alokasi

belanja mengalami kenaikan, maka pertumbuhan belanja tersebut mengalami

penurunan. Sebaliknya, ketika alokasi belanja mengalami penurunan maka

pertumbuhan belanja mengalami kenaikan.

Page 20: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Selain analisis pertumbuhan belanja, akan dibahas mengenai komposisi

Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tak Terduga, dan Transfer. Berikut adalah

tabel perhitungannya:

Table 15. Presentase Alokasi Belanja Pemerintahan Kota Depok Tahun 2009-

2012

No. Keterangan 2009 2010 2011 2012

1Belanja Operasi

645.717.311.147,04

- - -

2Belanja Modal

233.911.308.153,57

- - -

3

Belanja Tidak Terduga

3.054.642.100,00 - - -

4

Belanja Tidak langsung

- 582.058.899.491,00 683.947.885.939,00 664.651.499.274,00

5Belanja Langsung

- 506.570.134.555,00 666.137.452.934,00 706.792.685.638,00

Jumlah Belanja882.683.261.400,61

1.088.629.034.046,00

1.350.085.338.873,00

1.371.444.184.912,00

% Belanja Operasi

73,1% 0,0% 0,0% 0,0%

% Belanja Modal 26,5% 0,0% 0,0% 0,0%

% Belanja Tidak Terduga

0,4% 0,0% 0,0% 0,0%

%Belanja Tidak Langsung

0.00% 53,5% 50,6% 48,4%

% Belanja Langsung

0.00% 46,5% 49,4% 51,6%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase tertinggi pada tahun 2009

adalah belanja operasi. Persentase tertinggi untuk belanja tidak langsung terdapat pada

tahun 2010 dan persentase terendahnya terdapat pada tahun 2012. Untuk belanja

langsung, persentase tertingginya terdapat pada tahun 2012 dan persentase

Page 21: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

terendahnya terdapat pada tahun 2009. Berikut tampilan komposisi masing-masing

belanja:

Gambar 6. Alokasi Belanja Pemerintah Kota Depok Tahun 2009-2012

2009 2010 2011 20120

10

20

30

40

50

60

70

80

Belanja OperasiBelanja ModalB. Tdk TerdugaB. Tdk LangsungB. Langsunag

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa persentase dari Belanja Tak Terduga

paling kecil jika dibandingkan dengan persentae alokasi belanja lainnya pada

Pemerintah Kota Depok. Sebagian besar pendapatan daerahnya digunakan untuk

memberi dana pada Belanja Operasi dan Belanja Tidak Langsungdi mana dampaknya

dapat secara langsung dinikmati oleh masyarakat dan aparatur daerah.

6. Rasio Efisiensi Belanja

Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan

anggaran belanja. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan

anggaran yang dilakukan oleh pemerintah.

Page 22: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Berikut ini adalah tabel mengenai anggaran dan realisasi belanja daerah

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2009 sampai dengan tahun 2012:

Table 16. Anggaran dan realisasi Belanja Pemerintah Kota Blitar Tahun 2009

No.

Keterangan2009Anggaran Realisasi Selisih

1 Belanja Operasi706.348.124.290,50

645.717.311.147,04

(60.630.813.143,46)

2 Belanja Modal290.682.060.979,89

233.911.308.153,57

(56.770.725.826,32)

3 Belanja Tidak Terduga 33.927.894.170,00 3.054.642.100,00 (30.873.252.070,00)

Jumlah Belanja1.030.958.079.440,39

882.683.261.400,61

(148.274.818.039,78)

Table 17. Anggaran dan realisasi Belanja Pemerintah Kota Blitar Tahun 2010

No.

Keterangan2010

Anggaran Realisasi Selisih

1 Belanja Tidak Langsung 651.080.590.442,98 582.058.899.491,00 (69.021.690.951,98)

2 Belanja Langsung632.493.478.967,78 506.570.134.555,00

(125.923.344.412,78)

Jumlah Belanja1.283.574.064.410,76

1.088.629.034.046,00

(194.945.035.364,76)

Table 18. Anggaran dan realisasi Belanja Pemerintah Kota Blitar Tahun 2011

No.

Keterangan2011

Anggaran Realisasi Selisih1 Belanja Tidak Langsung 762.802.309.432,54 683.947.885.939,00 (78.854.423.493,54)

2 Belanja Langsung816.239.727.730.49 666.137.452.934,00

(150.102.274.796,49)

Jumlah Belanja1.579.042.037.163,03

1.350.085.338.873,00

(228.956.698.290,03)

Table 19. Anggaran dan realisasi Belanja Pemerintah Kota Blitar Tahun 2012

No.

Keterangan2012

Anggaran Realisasi Selisih

1 Belanja Tidak Langsung794.558.983.615,55 664.651.499.274,00

(129.907.484.341,55)

Page 23: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

2 Belanja Langsung1.060.050.232.401,00

706.792.685.638,00(353.257.546.763,00)

Jumlah Belanja1.854.609.216.016,55

1.371.444.184.912,00

(483.165.031.104,55)

Dari data di atas, dapat dihitung besrnya rasio efisiensi belanja, yaitu :

a. Rasio Efisiensi Belanja Tahun 2009

882.683 .261.400,611.030.958 .079 .440,39

=85,6 %

b. Rasio Efisiensi Belanja Tahun 2010

1.088 .629.034 .046,001.283.574 .064 .410,76

=84,8%

c. Rasio Efisiensi Belanja Tahun 2011

1.350.085 .338 .873,001.579.042 .037 .163,03

=85,5 %

d. Rasio Efisiensi Belanja Tahun 2012

1.371.444 .184 .912,001.854 .609 .216.016,55

=73,9%

Proporsi dari rasio efisiensi belanja Pemerintah Kota Depok tahun 2009-2012

dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini:

Table 20. Rasio Efisiensi Belanja Daerah Pemerintah Kota Depok Tahun 2009-

2012

No.

Keterangan 2009 2010 2011 2012

1Anggaran Belanja Daerah

1.030.958.079.440,39 1.283.574.064.410,76 1.579.042.037.163,03 1.854.609.216.016,55

Page 24: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

2Realisasi Belanja Daerah

882.683.261.400,61 1.088.629.034.046,00 1.350.085.338.873,00 1.371.444.184.912,00

%Rasio Efisiensi Belanja

85,6% 84,8% 85,5% 73,9%

Dari analisis rasio di atas dapat diketahui bahwa rasio efisiensi belanja tertinggi

terdapat pada tahun 2009 yaitu sebesar 85,6% dan rasio terendah terdapat pada tahun

2012 yaitu sebesar 73,9%. Berikut gambaran untuk analisis rasio efisiensi belanja

daerah Pemerintah Kota Depok tahun 2009-2012 :

Gambar 7. Rasio Efisiensi Belanja Daerah Pemerintah Kota Depok Tahun 2009-

2012

2009 2010 2011 20120

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Tahun

Pres

enta

se %

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan kinerja Pemerintah

Provinsi Kalimantan Tengah dalam mengalokasikan belanja daerah relative efisien,

karena persentase rasio efisiensi kurang dari 100% pada tahun 2009-2011. Hal tersebut

menggambarkan tingkat penghematan belanja daerah Provinsi Kalimantan Tengah

sudah cukup baik.

Page 25: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

7. Analisis Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Ada tidaknya SILPA dan besar kecilnya tergantung pada tingkat belanja yang

dilakukan pemerintah daerah serta kinerja pendapatan daerah. Jika pada tahun

anggaran tersebut tingkat belanja rendah, maka diperoleh SILPA yang lebih tinggi.

Sebaliknya, jika tingkat belanja pada tahun anggaran tersebut tinggi, maka SILPA

yang diperoleh akan semakin kecil bahkan terjadi deficit yang dimungkinkan terjadi

Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran (SIKPA). Dengan demikian, adanya SILPA

tersebut akan menunjukkan adanya kinerja anggaran yang baik pada tahun anggaran

yang bersangkutan.

Berikut tabel Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Pemerintah Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 :

Table 21. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Pemerintah Kota Depok

Tahun 2009-2012

Tahun SILPA APBD (Rp)2009 189.518.961.678,222010 244.764.375.665,822011 259.807.078.073,582012 564.712.376.320,76

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa SILPA APBD tahun 2009 sebesar

Rp189.518.961.678,22 . pada tahun 2010, SILPA APBD sebesar

Rp244.764.375.665,82. SILPA APBD tahun 2011 sebesar Rp259.807.078.073,58

Sedangkan SILPA pada tahun 2012 sebesar Rp564.712.376.320,76. dengan begitu

dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja anggaran Pemerintah Provinsi Kalimantan

Tengah relative baik karena adanya SILPA untuk masing-masing tahun anggaran.

SILPA tersebut dapat digunakan untuk tujuan berjaga-jaga dan sebagai keamanan

Page 26: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

fiscal daerah apabila terjadi deficit anggaran serta dapat digunakan untuk kegiatan

investasi pengembangan daerahnya.

Dari beberapa analisis rasio di atas dapat dilihat perbandingan persentase dari

masing-masing rasio, sebagai berikut :

Table 22. Analisis Rasio Keuangan Pada APBD Pemerintahan Kota Depok

Tahun 2009-2012

No. Rasio Keuangan 2009 2010 2011 2012

1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 15,4% 14,7% 27,1% 40,9%

2 Rasio Efektivitas PAD 116,0% 110,9% 109,8% 122,3%

3 Rasio Efektivitas Pajak 111,2% 113,5% 119,5% 124,3%

4 Derajat Kontribusi BUMD 121,2% 101,4% 137,4% 109,4%

5 Analisis Pertumbuhan Belanja6,3% 23,3% 24,0% 1,5%

6 Alokasi Belanja:

a. Belanja Operasi73,1% 0,0% 0,0% 0,0%

b. Belanja Modal26,5% 0,0% 0,0% 0,0%

c. Belanja Tak Terduga0,4% 0,0% 0,0% 0,0%

d. Belanja Tidak Langsung0,0% 53,5% 50,6% 48,4%

e. Belanja Langsung0,0% 46,5% 49,4%

51,6%

7 Rasio Efisiensi Belanja85,6% 84,8% 85,5% 73,9%

Page 27: PELAKSANAAN ANALISIS.docx

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa investasi Pemerintah Kota Depok

pada Belanja Publik secara tidak langsung berkaitan dengan tingkat kemandirian

Pemerintah Kota Depok terhadap Pemerintah Pusat. Belanja yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Depok pada sektor public berpengaruh pada peningkatan atau

penurunan PAD yang tentunya mencerminkan perubahan pada rasio kemandirian.

Data tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 memiliki

kecenderungan persentase yang selalu naik daripada tahun 2009, 2010 dan tahun

2011, serta dari semua rasio, yang memiliki hamper keseluruhan rasio yang paling

tinggi adalah tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2009, 2010 dan 2011 mengalami

persentase rasio naik turun. Sehingga pada tahun 2012 bisa dikatakan memiliki

kinerja yang paling baik dibandingkan tahun yang lainnya.

Dari data sebelumnya diketahui, pada tahun 2009 total pendapatan sebesar

Rp884.728.305.424,30 dan total belanja daerah sebesar Rp882.683.261.400,61 dan

selisihnya sebesar 2.045.044.023,69. Pada tahun 2010, total pendapatan sebesar

Rp1.111.708.060.137,00 dan total belanja daerah sebesar Rp1.088.629.034.046,00

dan selisihnya sebesar Rp23.079.026.091,00. Pada tahun 2011 total pendapatan

sebesar Rp1.329.137.909.464,76 dan total belanja daerah sebesar

Rp1.350.085.338.873,00 dan selisihnya sebesar (Rp20.947.429.408,24). Dan pada

tahun 2012 total pendapatan sebesar Rp1.634.893.022.148,18 dan total belanja daerah

sebesar Rp1.371.444.184.912,00 dan selisihnya sebesar 263.448.837.236,18. Dari

penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa yang mengalami surplus paling tinggi dari

perhitungan antara total pendapatan dan total belanja daerah adalah pada tahun 2012.

Selai itu, dari data-data sebelumnya pada tahun 2012 sebagian realisasi anggaran

pendapatan maupun belanja daerah jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan

sebelumnya, memiliki efisiensi anggaran yang paling bagus dibanding dengan tahun

lainnya. Hal tersebut terbukti dengan adanya hasil perhitungan dari masing-masing

rasio di atas yang memiliki persentase rasio yang paling tinggi.

Page 28: PELAKSANAAN ANALISIS.docx