pelaksanaan metode gabungan dalam menghafal … widiasto.pdf1. ibu saniyati dan bapak m. sopran yang...
TRANSCRIPT
-
PELAKSANAAN METODE GABUNGAN DALAM MENGHAFAL
AL- QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDHUL
QUR’AN MIFTAHUL JANNAH SEKAMPUNG
LAMPUNG TIMUR LAMPUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister Pendidikan
dalam Bidang Pendidikan Agama Islam (M.Pd)
Oleh
AANG WIDIASTO
NPM: 1605361
PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1439 H / 2018 M
-
ii
PELAKSANAAN METODE GABUNGAN DALAM MENGHAFAL
AL- QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDHUL
QUR’AN MIFTAHUL JANNAH SEKAMPUNG
LAMPUNG TIMUR LAMPUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister Pendidikan
dalam Bidang Pendidikan Agama Islam (M.Pd)
Oleh
Aang Widiasto
NPM: 1605361
Pembimbing I : Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag
Pembimbing II : Dr. H. Khoirurrijal, MA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1439 H / 2018 M
-
iii
ABSTRAK
Aang Widiasto, Tahun 2017. Pelaksanaan Metode Gabungan dalam
Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul
Jannah Sekampung Lampung Timur Lampung, Tesis Program
Pascasarjana IAIN Metro
Menghafal Al-Qur’an adalah merupakan kemuliaan yang diberikan oleh
Allah zat yang menurunkan Al-Qur’an kepada hambanya yang terpilih. Semua
orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan kemuliaan ini dan Allah
menjanjikan kemudahan bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh menghafalnya.
Menghafalkan Al-Qur’an suatu perbuatan yang sangat mulia dan terpuji. Proses
menghafal al-qur’an sangat perlu metode dalam menghafal diantaranya: Metode
kitabah mensyaratkan para penghafal Al-Qur‟ an untuk menuliskan potongan ayat dengan tangannya sendiri di papan tulis, atau di atas kertas dengan pensil
metode pembelajaran simā‟i yaitu menghafal dengan mendengarkan bacaan untuk dihafalkannya menghafalkan Al-Qur‟ an secara individual dengan melakukan murāja‟ah (mengulang-ulang surat atau ayat yang dihafalkan).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Bagaimana
pelaksanaan metode gabungan dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahaffudhul Qur’an. 2 Apasaja faktor pendukung pelaksanaan metode gabungan
dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an. 3).
Apasaja faktor penghambat pelaksanaan metode gabungan dalam menghafal Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an.
Desain penelitian ini diantaranya, jenis penelitian ini adalah penelitian
lapangan. Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu bentuk penelitian
yang ditunjukkan untuk mendiskripsikan fenomena yang ada. Sumber data yaitu
teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit,
kemudian menjadi besar. Informan adalah objek penting dalam sebuah penelitian.
Teknik pengumpulan datanya dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Pengujian keabsahan data dengan triangulasi. Sedangkan analisis data dengan
reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan .1) Pelaksanaan metode gabungan dalam
menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah
yaitu: menggunakan metode pembelajaran lebih dari satu yaitu metode wahdah
metode kitabah, metode tasmi’ Di dalam menghafal Al-Qur’an tentunya harus
selalu diiringi niat yang ikhlas, meminta izin kepada orang tua, mempunyai tekad
yang besar dan kuat. 2) Faktor pendukung pelaksanaan metode gabungan dalam
menghafal Al-Qur’an adalah proses yang dicapai oleh suatu aktifitas, sehingga
untuk bisa mencapai hasil tersebut segala usaha seperti, faktor minat menghafal
Al-qur‟ an minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu baik berupa benda maupun aktifitas 3. Faktor penghambat pelaksanaan metode
gabungan dalam menghafal Al-Qur’an adalah seorang penghafal Al-Qur’an yaitu
lupa lagi ayat-ayat yang sudah dihafalnya, rasa malas merupakan hambatan yang
paling banyak ditemui para calon Hufadz di saat meghafal Al-Qur’an.
-
iv
ABSTRACT
Aang Widiasto, Year 2017. Implementatian Model in Memorizing Al-Qur'an in
Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur'an Miftahul Jannah Sekampung
Lampung Timur Lampung. Thesis Postgraduate Program State Institute for
Islamic Studies (IAIN) Metro.
The learning model is an important tool for realizing success. Therefore, the
selection of appropriate methods appropriate to the situation and condition of
santri must be considered. The use of appropriate learning model in memorizing
al-Qur "an facilitate students to quickly memorize the Qur'an" an. Memorizing the
Qur'an is a glory given by Allah the substance that lowers the Qur'an to the
chosen servant. Everyone has a chance to gain this glory and God promises the
ease for anyone who really memorizes it. Memorizing the Qur'an is a very noble
and praiseworthy deed. For the one who memorizes the Qur'an.
This study aims to describe: 1) Explain the effectiveness of learning models
in memorizing Al-Qur'an in Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur'an Miftahul
Jannah. 2 Supporting factors on the effectiveness of learning models in
memorizing the Qur'an in Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur'an Miftahul
Jannah. 3). the inhibiting factor on the effectiveness of the learning model in
memorizing the Qur'an in Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur'an Miftahul
Jannah.
The design of this study among others, this type of research is field
research. The nature of this research is descriptive research is the form of
research shown to describe the existing phenomenon. Sources of data is the
technique of sampling the data source that initially a little, long to become big.
Informants are important objects in a study. Data collection techniques with
observation, interviews and documentation. Test the validity of data with tri
angulation. While data analysis with data reduction, presentation of data
withdrawal and verification.
The result of the research shows: 1) Implementation model in memorizing
Al-Qur'an in Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur'an Miftahul Jannah that is:
using learning method more than one method of wahdah method of kitabah, tasmi
method 'combined method and method jama' which accompanied tartile song. In
memorizing the Qur'an must always be accompanied by sincere intentions, ask
permission to parents, have a strong and strong determination. 2) Factors
supporting the Implementation in memorizing Al-Qur'an is a process that is
achieved by an activity, so to be able to achieve these results all efforts such as,
interest factor memorizing Al-qur "an interest is a high liver tendency towards
something either objects and activities 3. Factors inhibiting the Implementation
learning in memorizing the Qur'an is a memorizant of the Qur'an is forgot again
the verses that have memorized, the sense of laziness is the most common
obstacles encountered Hufadz candidates in the time meghafal Al -Qur'an
-
v
-
vi
-
vii
-
viii
PADOMAN TRANSLITERASI
Penelitian Tesis pada Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
sebagai berikut:
1. Huruf Araf dan Latin
Huruf
Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
ţ ط Tidak dilambangkan ا
z ظ b ب
´ ع t ت
g غ ś ث
f ف j ج
q ق h ح
k ك kh خ
l ل d د
m م ż ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
` ء sy ش
y ي ş ص
d ض
2. Maddah atau vokal panjang
Harkat dan huruf Huruf dan tanda
â - ا - ى
î - ي
Û - و
ai ي ا
au -و ا
.
.
-
ix
PERSEMBAHAN
Tesis ini Peneliti persembahkan kepada:
1. Ibu Saniyati dan Bapak M. Sopran yang selalu memberikan kasih sayang,
bimbingan, pendidikan dan selalu mendoakan dengan harapan agar menjadi
anak yang sholeh.
2. Istriku Istikomah dan anakku Tsabit Asshakhi yang aku sayangi yang
memberi dukungan kuliah di Program Pascasarjana IAIN Metro
3. Teman-teman Almamater Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Metro Lampung.
4. Almamater Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro yang
menambah wawasan Iman dan Taqwa serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
pendidikan semoga dapat Peneliti amalkan di jalan Allah SWT.
-
x
MOTTO
ۡۡۡۡٱۡسمۡ ب ۡۡٱقَۡرأ يَرب َك
ۡۡٱَّلذ ١َۡخلََق ۡۡ نَسَٰنََۡخلََق ۡۡٱۡۡل َۡعلٍَق ٢ۡم ۡن َۡۡۡربَُّكۡوَۡۡٱقَۡرأ
ۡكَرمۡ َ ٣ۡٱۡۡل
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah.(Q.S. Al-Qur’an).1
1Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Gema
Risalah Press Bandung, 2011), h. 96
-
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur Peneliti panjatkan kepada Allah SWT.
yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga Peneliti dapat
menyelesaikan Penelitian Tesis ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai pembawa
risalah agung bagi kemaslahatan dan keselamatan manusia di Dunia dan Akhirat.
Penelitian Tesis ini adalah sebagai salah satu bagian persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan program strata dua atau Magister pada Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro guna menperoleh gelar M.Pd: dalam
upaya penyelesaian Tesis ini, Peneliti telah menerima banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya Peneliti mengucapkan terima
kasih kepada;
1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag Selaku Rektor IAIN Metro
2. Dr. Hj. Tobibatussaadah, M.Ag, Selaku Direktur Pascasarjana Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung.
3. Dr. Mahrus As’ad, M.Ag, selaku Wakil Direktur Pascasarjana Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Metro.
4. Dr. H. Khoirurrijal, S.Ag., M.A, selaku Kaprodi Bahasa Arab di Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, dan sekaligus pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama Peneliti mengikuti
pendidikan di Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.
-
xii
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
AKHIR TESIS ................................................................................................ v
KOMISI UJIAN TESIS ................................................................................. vi
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... vii
PADOMAN TRANSLITERASI ................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
MOTTO ......................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
LAMPIRAN .................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 9
Penelitian Terdahulu yang Relevan .............................................. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................. 14
A. Menghafal Al-Qur’an ................................................................... 14
1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an .......................................... 14
2. Syarat-syarat Menghafal Al-Qur’an .................................. 18
3. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ..................................... 25
4. Keistimewaan Para Penghafal A-Qur’an .......................... 28
-
xiv
5. Strategi Menghafal Al-Qur’an ........................................... 30
B. Pelaksanaan Metode Gabungan ................................................ 35
1. Pengertian Pelaksanaan Metode Gabungan ......................... 35
2. Metode Tasmi’ (Semaan) ..................................................... 38
3. Metode Kitabah .................................................................. 49
4. Metode Muraja‟ ah .............................................................. 56
C. Pelaksanaan Metode Gabungan dalam Menghafal Al-Qur’an . 66
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................ 70
A. Desain Penelitian ..................................................................... 70
B. Sumber Data Informan Penelitian ........................................... 71
C. Teknik Alat Pengumpulan Data .............................................. 72
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ............................................ 75
E. Teknik Analisis Data ............................................................... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 80
A. Temuan Umum Penelitian...................................................... 80
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Miftahul Jannah ......... 80
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Miftahul Jannah ........ 84
3. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Miftahul Jannah 85
4. Data Santri Pondok Pesantren Miftahul Jannah ................ 88
5. Data Ustadz/Ustadzah Pondok Pesantren Miftahul Jannah 92
6. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Miftahul Jannah 94
7. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Miftahul Jannah ... 95
8. Presatasi Pondok Pesantren Miftahul Jannah .................... 98
B. Temuan Khusus ..................................................................... 99
1. Pelaksanaan metode gabungan dalam Menghafal
Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an
Miftahul Jannah Sekampung .............................................. 99
2. Faktor pendukung Pelaksanaan metode gabungan
dalam Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
-
xv
Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah Sekampung ............. 115
3. Faktor penghambat Pelaksanaan metode gabungan
dalam Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah Sekampung ............ 120
C. Pembahassan .......................................................................... 116
BAB V PENUTUP .................................................................................. 137
A. Kesimpulan ............................................................................. 137
B. Implikasi ................................................................................. 138
C. Saran ....................................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 141
-
xvi
DAFTAR TABEL
1. Jumlah Santri Pondok Pesantren Miftahul Jannah ..................................... 76
2. Guru/ustadz Pengajian Al-Quran ............................................................... 80
3. Guru/ Ustadz Madrasah Diniyah ............................................................... 81
4. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Miftahul Jannah .............................. 82
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
1. Komponen-komponen Analisa Data ......................................................... 65
2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an ..................... 84
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ...............................................................
2. Pedoman Wawancara ................................................................................
3. Pedoman Dokumentasi .............................................................................
4. Pedoman Observasi ...................................................................................
5. Transkip Wawancara Penelitian ................................................................
6. Format Petikan Wawancara dengan ustad ................................................
7. Format Petikan Wawancara dengan ustad ................................................
8. Format Petikan Wawancara dengan ustadzah ...........................................
9. Foto Dokumentasi Penelitian ....................................................................
10. Riwayat Hidup .........................................................................................
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang sangat adil serta membela perempuan
dan meletakkan perempuan sama dan sederajat dalam hal ibadah apa pun,
kecuali yang memang tidak sesuai dengan fitrah penciptaan dan kejadian
perempuan itu sendiri. Jadi, jangan percaya kepada propaganda atau opini
salah yang menuduh agam Islam anti kesetaraan gender, agama Islam
diskriminatif kepada perempuan, dan seterusnya. Termasuk bentuk kesamaan
dalam beribadah yang diberikan agama Islam adalah bahwa laki-laki dan
perempuan sama-sama mempunyai hak untuk menghafal Al-Qur’an.
Agama Islam yang mengandung jalan hidup manusia yang paling
sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat manusia kepada
kebahagiaan dan kesejahteraan, dapat diketahui dasar-dasar dan perundang-
undangannya melalui Al-Qur‟ an. Al-Qur‟ an diperuntukkan bagi umat Islam
yang terpilih oleh Allah sebagai umat terbaik diantara umat-umat lainnya. Al-
Qur‟ an berfungsi sebagai penjelas perkara dunia dan agama, serta berisi
tentang peraturan-peraturan umat dan way of life yang kekal hingga akhir
zaman.2 Dalam firman-Nya surat Al-Isra‟ ayat 9 adalah sebagai berikut:
ۡۡإ نۡذ ۡرَءانََۡهََٰذا ۡۡٱلۡق قَۡوم َۡأ َ ِۡه ِت
ۡل لذ ۡ ي بَۡوََۡيۡهد ي ۡؤمۡ ۡش وَنَۡيۡعَمل ۡۡٱَّلذ ينَۡۡن يَۡٱلۡم َٰل َحَٰت ۡ ۡجٗراَۡكب رٗياۡۡٱلصذ
َۡمۡأ ۡلَه نذ
َ ٩ۡأ
2 H. Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 2008),
h 12
-
2
Artinya: Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar.(Q.S. Al-Isra: 9).3
Ayat di atas menegaskan tentang fungsi Al-Qur‟ an sebagai petunjuk
hidup manusiaOleh karena itu, Al-Qur‟ an harus dijadikan referensi dalam
melakukan amal dalam kehidupan seorang muslim. Umat Islam mempunyai
tanggung jawab untuk melestarikan eksistensi Al-Qur‟ an, sebagai
konsistensi logisnya umat Islam harus mempelajari, meyakini dan
mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur‟ an.
Menghafalkan Al-Qur‟ an menjadi sangat penting karena banyak
keutamaan yang telah Allah SWT janjikan bagi para pelestari kitab-Nya yaitu
berupa pahala, dinaikkan derajatnya, dan diberi kemenangan di dunia dan di
akhirat. Alangkah indahnya jika bukan hanya bisa membaca Al-Qur‟ an dan
menyempatkan membacanya. Akan tetapi, juga menghafalkan Al-Qur‟ an.
Hingga jika meninggal dunia, dengan membawa hafalan Al-Qur‟ an.
Alangkah indahnya jika meninggal dunia, meninggalkan anak keturunan yang
menghafalkan Al-Qur‟ an.
Bercermin kepada para ilmuwan Muslim di zaman keemasan Islam,
seperti Imam Syafi‟ i, Ibnu Sina, dan seterusnya mereka adalah ilmuwan
Muslim yang berpijak di atas pondasi taḥ fīż yang kuat. Imam Syafi‟ i,
seorang pendiri mazhab Syafi‟ iyyah yang cukup berpengaruh di Indonesia,
3 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya Special For Woman, (Bandung: PT
Syaamil Al-Qur‟an, 2009), h. 283
-
3
telah hafal Al-Qur‟ an sejak usia tujuh tahun. Begitu juga dengan Ibnu Sina,
seorang pakar kedokteran, sudah hafal Al-Qur‟ an sejak usia sembilan tahun.4
Menghafal Al-Qur’an adalah merupakan kemuliaan yang diberikan
oleh Allah zat yang menurunkan Al-Qur’an kepada hambanya yang
terpilih. Semua orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan
kemuliaan ini dan Allah menjanjikan kemudahan bagi siapa saja yang
bersungguh-sungguh menghafalnya. Menghafalkan Al-Qur’an suatu
perbuatan yang sangat mulia dan terpuji. Sebab orang yang
menghafalkan Al-Qur’an merupakan salah satu hamba yang ahlullah
di muka bumi. Itulah sebabnya, tidak mudah dalam menghafalkan Al-
Qur’an.5
Seseorang yang ingin menghafalkan Al-Qur’an hendaknya membaca
Al-Qur’an dengan benar terlebih dahulu.6 Dan dianjurkan agar sang
penghafal lebih dahulu lancar dalam membaca Al-Qur’an. Sebab kelancaran
saat membacanya niscaya akan cepat dalam menghafalkan Al-Qur’an.
Seseorang yang sudah lancar membaca Al-Qur’an pasti sudah tidak asing lagi
dengan keberadaan ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga tidak membutuhkan
pengenalan ayat dan tidak membaca terlalu lama sebelum di hafal.7
Menurut pendapat ahli” menghafal Al-Qur‟ an adalah proyek dunia
akhirat.8 Sedangkan tidak mengetahui berapa sisa umur yang tertinggal. Oleh
karena itu, terlebih dahulu harus meyakini fakta ilahiyah yang menyatakan
bahwa Allah SWT akan memudahkan penghafalan Al-Qur‟ an bagi siapapun
yang memiliki niat tulus untuk menghafalkannya. Sebagaimana firman Allah:
4 Masagus A. Fauzan dan Farid Wajdi, Quantum Tahfiz (Siapa Bilang Menghafal Al-
Qur‟an Susah?), (Bandung: YKM Press, 2010), h. 49 5 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta: Diva Press,
2012), h. 13 6 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta: Diva Press,
2009), h. 85 7 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an, h. 52 8Abduldaem Al-Kaheel, Berbagi Pengalaman menjadi Hafizh Al-Qur‟an, (Jakarta:
Tarbawi Press, 2010), h. 4
-
4
نَاۡۡ ۡ ۡرَءانََۡولََقۡدۡيََّسذ ك ۡل ل ۡكر َۡفَهۡلۡم نۡمُّۡۡٱلۡق ١٧ۡۡرٖۡدذDan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran. (QS. Al-Qamar: 17).9
Ayat di atas sangat jelas menegaskan bahwa Al-Qur‟ an itu mudah
diingat bagi orang yang mau mengingatnya. Allah SWT akan memberikan
kepadanya suatu kondisi yang cocok untuk menghafal Al-Qur‟ an ketika ia
bertekad untuk menghafal Al-Qur‟ an, dan mengarahkan hatinya dengan
bersih kepada Allah serta benar-benar memohon bantuan-Nya.
Pernyataan di atas betapa pentingnya memelihara Al-Qur‟ an, karena
Al-Qur‟ an sangat bermanfaat dalam kehidupan seseorang. Salah satu cara
pemeliharaan Al-Qur‟ an yaitu bisa dengan menghafalkannya. Metode
pembelajaran pada Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah
Sekampung dengan menggunakan metode pembelajaran santri akan lebih
memahami dan mudah untuk menghafal Al-Qur’an dengan cepat dan mudah,
dengan menggunakan metode pembelajaran Kitabah dan Sima’i.
Rasulullah SAW pun telah berhasil membentuk sosok-sosok
perempuan penghafal Al-Qur’an, yang namanya akan selalu diukir dalam
sejarah Islam secara umum. Bahkan mereka kemudian menjadi para guru
penghafal Al-Qur’an yang dijadikan referensi dalam berbagai hal tentang Al-
Qur’an, termasuk dalam hal bacaan Al-Qur’an. Sebut saja contohnya, Aisyah
binti Abi Bakar dan Hafshah binti Umar.10
9 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya Special For Woman, h. 529 10Nur Faizin Muhith, Semua Bisa Hafal Al-Qur’an. (Banyuanyar Surakarta: Al-
Qudwah, 2013), h. 118-119
-
5
Al-Qur’an adalah kitab super istimewa bila dibandingkan dengan
kitab-kitab agama mana pun, baik yang diturunkan Allah SWT dari langit,
seperti Zabur, Taurat, dan Injil, atau pun yang tidak diturunkan oleh Allah
SWT, seperti kitab Veda, Talmudz, Wu Jing, dan kitab-kitab bumi yang
disucikan oleh agama-agama lain. Al-Qur’an berbeda dengan semua kitab-
kitab itu, jika dilihat dari berbagai dimensi keistimewaan yang dimiliki oleh
Al-Qur’an. Al-Qur’an diyakini sebagai kitab yang berisi mukjizat, penuh
petunjuk, mengandung obat penyakit lahir maupun batin, dan kemurnian
maupun keautentikannya selalu dijaga oleh Allah SWT.
Termasuk keistimewaan terbesar Al-Qur’an adalah menjadi satu-
satunya kitab suci yang dihafal oleh banyak manusia di dunia ini. Tak
satu pun kitab suci yang dihafalkan bagian surat, kalimat, huruf, dan
bahkan harakatnya, seperti Al-Qur’an. Ia diingat di dalam hati dan
pikiran para penghafalnya. Ini dapat dibuktikan sekaligus dimaklumi,
karena Al-Qur’an adalah kitab yang terjaga bahasanya dan telah
dijamin oleh Allah SWT akan selalu dijaga serta dipelihara.11
Bagi seorang hafidz, setelah hafalan Al-Qur’an tersebut sempurna
maka selanjutnya ialah diwajibkan untuk mengetahui isi kandungan yang ada
di dalamnya. Orang yang akan menghafal Al-Quran, terlebih dahulu
dianjurkan untuk mengetahui dan mengenal cara kerja memori (ingatan) yang
dimilikinya. Sebab, ingatan sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena
hanya dengan ingatan itulah, manusia bisa bahkan mampu untuk
merefleksikan dirinya.
Memperbaiki bacaan (tahsin tilawah) bagi penghafal Al-Qur’an harus
dipahami sebagai suatu keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar.
Pelaksanaannya bisa setelah menghafal atau sebelum menghafal.
Namun idealnya, adalah sebelum menghafal, agar setelah selesai
11 Nur Faizin Muhith, Semua Bisa Hafal Al-Qur’an, h. 120
-
6
menghafal kondisi hafalan sudah menyatu dengan hukum-hukum
tajwidnya. Sehingga saat membaca Al-Qur’an baik dengan tartil
(lambat), tadwir (sedang), maupun hadr (cepat), semua hukum tajwid
selalu terbaca dengan baik. Yang penting jangan pernah ada dalam
pikiran kita bahwa tahsin tilawah tidak penting atau tidak perlu
dilakukan dalam proses menghafal.12
Sangat penting untuk membuat perbedaan dasar mengenai ingatan
seseorang. Ada tiga tahapan tentang ingatan seseorang, sebagaimana berikut
memasukkan informasi ke dalam ingatan, penyimpanan informasi atau materi
ke dalam memori dan pengungkapan kembali.13
Sedangkan dalam proses menghafal al-qur’an sangat perlu metode
dalam menghafal diantaranya: Metode kitabah mensyaratkan para penghafal
Al-Qur‟ an untuk menuliskan potongan ayat dengan tangannya sendiri di
papan tulis, atau di atas kertas dengan pensil, kemudian ayat-ayat tersebut
dibacanya hingga lancar dan benar-benar bacanya, lalu dihafalkannya dan
menghapus dengan perlahan untuk pindah ke potongan ayat.14
Di samping itu, santri juga menggunakan metode pembelajaran
simā‟i yaitu menghafal dengan mendengarkan bacaan untuk dihafalkannya.
Metode pembelajaran ini biasanya dilakukan dengan cara santri
memperdengarkan hafalannya di depan guru, atau “setoran hafalan”. Santri
menghafalkan Al-Qur‟ an secara individual dengan melakukan murāja‟ah
(mengulang-ulang surat atau ayat yang dihafalkan). Setelah santri melakukan
pengulangan terhadap surat atau ayat yang dihafalkan dan sudah siap untuk
12 Abdul Aziz Abdur Ra’uf, Anda Pun Bisa Menjadi Hafidz Al-Qur’an. (Jakarta Timur
: Markaz Al-Qur’an, 2009), hal. .27 13Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafala Al-Quran. (Diva Press :
Jogyakarta ,2012), h. 13-21 14 Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),
h. 64
-
7
melakukan semaan (setoran), maka santri menyetorkan hafalan kepada guru
taḥ fīż sesuai jadwal hafalan Al-Qur‟ an di kelas.
Berdasarkan survei pada tanggal 10 Juli 2017 di Pondok Pesantren
Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah Sekampung, sebelumnya
mengalami kegagalan. Masalah yang biasa dihadapi anak dalam
program taḥ fīż Al-Qur‟ an adalah masalah manajemen waktu. Banyak di antara anak-anak yang belum tuntas menghafalkan target
hafalan dikarenakan kurangnya perhatian orang tua dalam membantu
mengatur waktu. Selama ini orang tua santri (wali murid) kurang
memahami dan menyadari posisi anak sebagai santri yang
tanggungjawab dalam menghafalkan Al-Qur‟ an. Banyak orang tua yang membiarkan anak-anaknya bermain dan lupa tanggung jawabnya
untuk menghafal. Kepedulian orang tua untuk membantu anak
mengatur kegiatan anak sangat kurang. Anak yang belum tuntas
menghafalkan Al-Qur‟ an sesuai dengan target hafalan dan waktu serta jadwal yang ditentukan, dan harus menghafalkan pada jenjang
berikutnya.15
Menghafal al-Qur’an merupakan tugas yang sangat agung dan besar.
Tidak ada yang sanggup yang melakukannya selain Ulul ‘Azmi, yakni
orangorang yang bertekad kuat dan bulat serta keinginan membaca. Kiranya
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menghafal al-Qur’an itu berat dan
melelahkan. Hal ini dikarenakan banyak problematika yang harus dihadapi
para penghafal al-Qur’an untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah
SWT. Mulai dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian
waktu sampai kepada metode menghafal itu sendiri.
Maka dari itu, metode pembelajaran merupakan alat penting untuk
merealisasikan keberhasilan. Oleh karena itu, pemilihan metode yang tepat
yang sesuai dengan situasi dan kondisi santri harus diperhatikan. Penggunaan
metode pembelajaran yang tepat dalam menghafal al-Qur‟ an memudahkan
15 Survei di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah Sekampung,
Tanggal 10 Juli 2017.
-
8
santri untuk cepat menghafal al-Qur‟ an. Mencoba mengatasi masalah
tersebut, Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah Sekampung
mengembangkan metode pembelajaran dalam menghafalkan Al-Qur‟ an.
Peneliti mengambil subyek penelitian santri Pondok Pesantren
Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah Sekampung Menghafal Al-Qur‟ an
sangat tepat jika diajarkan pada santri. Setelah melihat uraian latar belakang
di atas peneliti mencoba meneliti ” Pelaksanaan Metode Gabungan dalam
Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an
Miftahul Jannah Sekampung Lampung Timur Lampung.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
dapat diketahui beberapa pertanyaan penelitian adalah
1. Bagaimana pelaksanaan metode gabungan dalam menghafal Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah Sekampung?
2. Apasaja faktor pendukung pelaksanaan metode gabungan dalam
menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul
Jannah Sekampung?
3. Apasaja faktor penghambat pelaksanaan metode gabungan dalam
menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul
Jannah Sekampung?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan data, untuk dijadikan
sebagai karya tulis. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
-
9
1. Untuk menjelaskan pelaksanaan metode gabungan dalam menghafal Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah
Sekampung.
2. Untuk menjelaskan faktor pendukung pelaksanaan metode gabungan
dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an
Miftahul Jannah Sekampung.
3. Untuk menjelaskan faktor penghambat pelaksanaan metode gabungan
dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an
Miftahul Jannah Sekampung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu
sebagai berikut:
1. Manfaat secara Teoriti
Penelitian ini diharap mampu menghasilkan wacana baru yang
konstruktif tentang strategi pembelajaran, khususnya hafalan Al-Qur’an
sehingga akan memperkaya cara-cara dan metode dalam belajar menghafal
Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah
Sekampung.
2. Manfaat secara Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yuang
positif sebagai bahan evaluasi sekaligus acuan bagi praktisi pendidikan
khususnya di kalangan dunia pendidikan Islam yang berkecimpung dalam
menghafal Al-Qur’an.
-
10
Hasil penelitihan ini diharapkan dapat digunakan sebagai tolak
ukur Pondok pesantren khususnya lembaga yang diteliti dalam
mengevaluasi perjalanan pembelajaranya, sekaligus menjadi referensi
tersendiri dalam upaya mencapai tujuan mulia pendidikan yang telah
ditentukan. Kemudian bagi masyarakat umum penelitian ini dapat
dijadikan mengkaji lebih dalam mengenai perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang pendidikan.
E. Penelitian yang Relevan
Bagian ini memuat uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian
terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji dalam Tesis
Tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik
pembahasan, atau bahkan yang memberikan inspirasi dan mendasari
dilakukanya penelitian.16
Uraian tersebut di atas, peneliti mengutip beberapa penelitian yang
terkait dengan persoalan yang akan diteliti sehingga akan terlihat, dari sisi
mana peneliti tersebut membuat suatu karya ilmiah. Disamping itu akan
terlihat suatu perbedaan tujuan yang dicapai. Di bawah ini akan disajikan
beberapa kutipan hasil penelitian yang telah lalu yang terkait diantaranya:
1. Agung Setia, NPM: 1504761, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Metro Tahun
2017, dengan judul Tesis, Penerapan Tehnik Murajaah dalam Menghafal
Al-Qur’an di Pondok Roudlotul Qur’an Mulyojati Metro.17
16 Pedoman Penulisan Tesis, Program Pascasarjana STAIN Jurai Siwo Metro Tahun
2015, Edisi Revisi, h.17 17Agung Setia, Penerapan Tehnik Murajaah dalam Menghafal Al-Qur’an di Pondok
Roudlotul Qur’an Mulyojati Metro, Metro: Perpustakaan Pascasarnajana IAIN Metro Tahun, 2017
-
11
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan tehnik murajaah
menunjukkan keberhasilan (efektif). Penerapan tehnik murajaah
didasarkan pada tujuan kualitas hafalan Al-Qur‟ an dengan tartil sesuai
dengan kaidah-kaidah tajwid yang lebih diorientasikan pada penguasaan
materi yang dberikan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebagai subyek penelitian dengan nilai 55%. Faktor yang paling
dominan dari santri itu sendiri yaitu malas.
2. Supriyanto, NPM: 1505121, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Metro, Tahun
2017 dengan judul Tesis. Pengembangan Metode Pembelajaran Menghafal
Al-Qur’an SD IT Wahdatul Ummah Metro.18
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode yang sering digunakan
dan yang paling pengembangan metode pembelajaran dalam menghafalan
Al-Qur‟ an dan yang digunakan oleh siswa SD IT Wahdatul Ummah
Metro untuk memelihara hafalannya, diantaranya: siswa SD IT Wahdatul
Ummah Metro, memanfaatkan alat bantu rekaman serta melakukan amalah
khusus dari guru. Akan tetapi, metode yang paling efektif digunakan
adalah pengembangan metode pembelajaran yang dilakukan setelah
mengerjakan sholat lima waktu,
3. Rida Rotul Aliyah, NPM: 15055031, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Metro
Tahun 2017 dengan judul Tesis, Implementasi Metode Talaqi Tahfids Al-
Qur’an Santri Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Kota Metro.19
18 Supriyanto, Pengembangan Model Pembelajaran Menghafal Al-Qur’an SD IT Wahdatul
Ummah Metro, Metro: Perpustakaan Pascasarnajana IAIN Metro Tahun, 2017
-
12
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode yang sering digunakan
dan tujuan implementasi metode talaqi pelaksanaan Taḥ fīżul Qur’an
adalah agar santri dapat menghafal juz 30 dan mendorong, membimbing
dan membina santri untuk mencintai Al-Qur’an dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun prosedur penerapan metode dengan
menggunakan salah satu metode yakni talaqqi dalam pelaksanakan
Taḥ fīżul Qur’an Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Kota Metro.
4. Sholihun NPM: 1504551. Mahasiswa Pascasarjana IAIN Metro Tahun
2017 dengan judul Tesis, Hubungan Metode Hafalan Bervariasi dan Media
Pembelajaran Kitab Tauhid Jawan dengan Hasil Belajar Siswa Kelas I
Wustho b Madrash Diniyah Tribhakti Att-Taqwa Rama Puja Raman Utara
Lampung Timur.20
Hasil penelitian terdapat hubungan metode hafalan dan pemblajaran
kitab tauhid jawan dan pemblajaran dengan hasil belajar siswa kelas I
Madrsah Diniyah Tribhakti At-Taqwa Lampung Timur. Hal ini di
tunjukan oleh nilai t-hitung (2.303)> t-tabel dengan N= 38 tingkat
kepercayaan 1% = 0,368 dengan tingkat signifikan 0,000 pada t-tabel,
sehingga pemblajaran bervariasi dan pemblajaran kitab tauhid jawan
dengan hasil belajar siswa kelas I Wustho Madrasah Diniyah Tribhakti
At-Taqwa Lampung Timur.
19Rida Rotul Aliyah, Implementasi Metode Talaqi Tahfids Al-Qur’an Santri Pondok
Pesantren Roudlotul Qur’an Kota Metro, Metro: Perpustakaan Pascasarnajana IAIN Metro
Tahun, 2017 20 Sholihun, Hubungan Metode Hafalan Bervariasi dan Media Pembelajaran Kitab
Tauhid Jawan dengan Hasil Belajar Siswa Kelas I Wustho b Madrash Diniyah Tribhakti Att-
Taqwa Rama Puja Raman Utara Lam-Tim, Metro: Perpustakaan Pascasarnajana IAIN
Metro Tahun, 2017
-
13
Uraian di atas menjelaskan ada pesamaan dalam penelitian di atas
adalah meneliti tentang menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan
berbagai metode, sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah tentang
efektifitas metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an.
Berdasarkan uraian penelitian tersebut di atas belum tersentuh
tentang penelitian yang akan dilaksakan yaitu Pelaksanaan Metode
Gabungan dalam Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudhul
Qur’an Miftahul Jannah Sekampung Lampung Timur Lampung. Dengan
demikian dapat ditegaskan bahwa tesis peneliti yang berjudul
“Pelaksanaan Metode Gabungan dalam Menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Tahaffudhul Qur’an Miftahul Jannah Sekampung Lampung
Timur Lampung” sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti
sebelumnya.
-
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Menghafal Al-Quran
1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Menghafal merupakan suatu aktifitas menanamkan materi di dalam
ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat) kembali secara
harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses
mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya
suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.21
Proses penghafalan Al-Qur‟ an secara keseluruhan, baik hafalan
maupun ketelitian bacaannya serta menekuni. Hafalan atau menghafal dari
kata dasar hafal yang dari bahasa arab hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu
lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Menghafal berasal dari
kata yang berarti memelihara, menjaga, menghafalkan.22
Menghafal dalam bahasa arab didapat dari kata Hafiza-yahfazu-
hifzun yang berarti memelihara, menjaga dan menghafal.23 Sedangkan
penggabungan dengan kata al-Qur’an merupakan bentuk idafah yang
berarti menghafalkan al-Qur’an. dalam takaran praktisnya, yaitu membaca
dengan lisan sehingga menimbulkan ingatan dalam pikiran dan meresap
21 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h.
29. 22A.W. Munawwir Muhammad Fairuz, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2007), h. 302. 23 Munawwir Muhammad Fairuz, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2007), h. 302.
-
15
masuk dalam hati untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata hifz
dengan berbagai devinisinya memiliki banyak makna yang berhubungan
erat dengan masalah ke-tahfiz-an walaupun tidak semuanya dipakai untuk
bentuk kalimat yang disandarkan dengan kata al-Qur’an.
Menghafal berasal dari akar kata “hafal” artinya telah masuk dalam
ingatan atau dapat mengucapkan sesuatu di luar kepala tanpa melihat buku
atau catatan lain. Jadi menghafal adalah berusaha meresapkan ke dalam
pikiran agar selalu ingat tanpa melihat buku ataupun catatan.24
Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan materi di dalam
ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat) kembali secara
harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses
mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya
suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.25
Menghafal suatu proses mengingat, dimana seluruh ayat-ayat Al-
Qur‟ an yang sudah dihafal harus diingat kembali secara sempurna tanpa
melihat musḥ af Al-Qur‟ anayat Al-Qur‟ an yang sudah dihafal harus
diingat kembali secara sempurna tanpa melihat musḥ af Al-Qur‟ an.
Apabila ditinjau dari aspek psikologi, kegiatan menghafal sama
dengan proses mengingat. Ingatan pada manusia berfungsi memproses
informasi yang diterima setiap saat. Secara singkat kerja memori melewati
tiga tahap, yaitu perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman
24 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 473 25 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 29
-
16
(encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sirkuit
saraf internal. Proses selanjutnya adalah penyimpanan (storage).
Penyimpanan bisa bersifat aktif atau pasif, dikatakan aktif bila kita
menambahkan informasi tambahan, dan mungkin pasif terjadi tanpa
penambahan. Pada tahapan selanjutnya adalah pemanggilan dalam bahasa
sehari-hari mengingat lagi yakni menggunakan informasi yang disimpan.26
Kegiatan menghafal Al-Qur‟ an, informasi yang baru saja diterima
melalui membaca ataupun dengan menggunakan teknik-teknik dalam
proses menghafal Al-Qur‟ an juga melewati tiga tahap yaitu perekaman,
penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman terlihat di kala santri mencoba
untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur‟ an yang dilakukan secara terus-
menerus, sehingga pada akhirnya masuk dalam tahap penyimpanan pada
otak memori dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kemudian
selanjutnya ketika fase pemanggilan memori yang telah tersimpan yaitu
disaat santri mentasmi‟kan hafalannya dihadapan instruktur.
Adapun yang membahas tentang system atau sistematika kerja
memori dalam kegiatan menghafal atau mengolah informasi adalah teori
pengolahan informasi. Secara singkat teori pengolahan informasi bahwa
informasi pada awalnya dicatat oleh sistem sensori seseorang dan
memasuki memori sensori sesaat untuk menyimpan informasi tersebut.
Informasi kemudian diteruskan ke memori jangka pendek yang
menyimpannya selama 15 hingga 25 detik. Terakhir, informasi tersebut
26 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 2005), h. 79
-
17
dapat berpindah ke memori jangka panjang yang sifatnya relatif permanen.
Apakah informasi tersebut bergerak dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang tergantung pada macam dan jumlah dari latihan
terhadap materi yang dibawa.27
Akar kata dari tahfiz ialah hifz yang artinya berkisar kepada
memperhatikan dan menjaga sesuatu itu supaya tidak hilang dan lepas
(alias terlupakan). Dalam hal ini kata hifz berarti penghafalan atau
penjagaan. Jadi kalau disebut hifz al-Qur’an berarti menghafal al-Qur’an
atau menjaga al-Qur’an. Yakni, menyimpan dan menjaga bacaan al-
Qur’an dalam memori sehingga tidak lepas dan menghilang darinya.
Dalam buku “psychology: the science of mind and behavior”
sensory memory depends on our visual, auditory, and other sensory system
to detect stimulus information (e.g., the sounds of “Hi, my name is
Carlos”), transform it into neural code, and send it to the brain, where
sensory areas of the cerebral cortex initially process it.28
Orang yang hafal al-Quran disebut Hafiz. Istilah hafal al-Qur’an
mencakup seluruh kitab suci itu dari juz 1 sampai juz 30, sehingga orang
yang menghafal setengah dari al-Qur’an atau beberapa juz saja tidak
dinamakan penghafal al-Qur’an. Istilah hafiz al-Qur’an hanya diterapkan
kepada orang yang hafal al-Qur’an seluruhnya dan tepat pula hafalannya.29
27Robert S. Feldman, Understanding Psychology, terj. Petty Gina Gayati dan Putri
Nurdina Sofyan, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 258 28Michael W. Passer and Ronald E. Smith, Psychology: The Science of Mind and
Behavior, (New York: McGraw-Hill Companies, 2007), h. 266. 29 Zaki Zamani dan Muhammad Syukron Maksum, Menghafal al-Qur’an itu
Gampang, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2009), h. 20
-
18
Berdasarkan uraian di atas dapat di jelaskan bahwa menghafal al-
Qur’an adalah suatu aktifitas menanamkan materi di dalam ingatan,
sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat) kembali secara harfiah, dan
kemampuan menghafal al-Qur’an adalah kesanggupan seseorang untuk
menghafal, menekuni, dan menjaga ayat-ayat al-Qur’an secara
keseluruhan sesuai dengan kaidah membaca al-Qur’an, agar tidak hilang
dari ingatan dan bisa melafazkannya kembali dengan lancar tanpa melihat
mushaf sesuai dengan materi yang asli, menghafal Al-Qur‟ an, di mana
informasi yang baru saja diterima melalui membaca ataupun dengan
menggunakan teknik-teknik dalam proses menghafal Al-Qur‟ an juga
melewati tiga tahap yaitu perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan.
Perekaman terlihat di kala santri mencoba untuk menghafal ayat-ayat Al-
Qur‟ an yang dilakukan secara terus-menerus,
2. Syarat-syarat Menghafal Al-Qur‟ an
Pertama-tama yang harus diperhatikan oleh orang yang akan
menghafal al-Qur‟ an adalah mereka harus membulatkan niat menghafal
al-Qur‟ an hanya mengharap ridha Allah SWT.30 Allah SWT berfirman
Q.S. al Bayyinah: 5:
َْۡۡوَما ۡ وا َۡعب د ِۡل ْۡإ َّلذ ا و م ر َۡأ ۡل ص ۡۡٱّللذ نَۡۡل ينَۡٱَۡلۡ َيُۡم ْۡح وا َۡوي ق يم ةََۡۡفا َء لَوَٰ ۡٱلصذ
َكوََٰۡوي ۡؤت واْۡ ۡۡةَ ۡٱلزذ َٰل َكۡد ين َقي َمة َۡوَذ٥ۡۡۡٱلۡ
30 Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, h. 26
-
19
Artinya Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus(benar) (Q.S.al-
Bayinah/98: 5).31
Ini adalah kaidah bagi agama Allah secara mutlak, yaitu beribadah
kepada Allah saja, ikhlas beragama karena Dia, menjauhi kemusyrikan
dan orang musyrik, menegakkan solat, dan mengeluarkan zakat, “Dan
yang demikian itulah agama yang lurus”. Akidah yang murni di dalam
hati, beribadah hanya kepada Illahi.32
Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang
memasuki periode menghafal Al-Qur‟ an, yaitu:
a. Mampu mengosongkan dari pikiran-pikiran dan teori-teori, atau
permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggu.33
b. Niat yang ikhlas
Niat mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan
sesuatu. Karena niat adalah berkehendak atas sesuatu yang disertai
dengan tindakan.34
Niat yang ikhlas dan sungguh-sungguh akan mengantar
seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi serta menjadi
31 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya,h. 737 32 Sayyid, Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an dibawah naungan al
Qur’an, (Jakarta; Gema Insani, 2001), h. 320 33 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h. 49. 34 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab, Al-Wasiithu Fil Fiqhi „Ibadah,
terj. Kamran As‟at Irsyadi dan Ahsan Taqwim, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 35
-
20
perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang
merintanginya. Dalam Tafsir al-Misbah dijelaskan “Sesungguhnya
aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam segala sesutu tanpa syirik dan pamrih.
Bahkan, bukan atas harapan memperoleh surga atau menghindar dari
neraka, tetapi semata-mata karena cinta kepada-Nya dan syukur atas
nikmat-Nya.35 Sebagaimana firman Allah SWT:
ۡعب َدۡۡق ۡلَۡۡنۡأَۡأ م ۡرت
َۡإ ّن ۡأ ۡ ۡٱّللذ ۡل ٗصاۡلذ ۡ ُۡم (11:رّمزلا) ١١ۡۡينَۡٱل
Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama. (Q.S. az-Zumar/39: 11).36
c. Memiliki Keteguhan dan Kesabaran
Keteguhan dan kesabaran merupakan salah satu faktor yang
sangat penting bagi orang yang sedang menghafal Al-Qur‟ an.
Hal ini disebabkan karena dalam proses menghafal Al-Qur‟ an akan banyak sekali ditemui berbagai macam kendala, mungkin
jenuh, mungkin gangguan lingkungan karena bising atau
gaduh, mungkin gangguan batin atau mungkin karena
menghadapi ayat-ayat tertentu yang dirasakan sulit
menghafalnya dan lain sebagainya terutama dalam menjaga
kelestarian menghafal Al-Qur‟ an .37
Oleh karena itu, untuk senantiasa dapat melestarikan hafalan
perlu keteguhan dan kesabaran, karena kunci utama keberhasilan
menghafal Al-Qur‟ an adalah ketekunan menghafal dan mengulang-
35 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Tangerang: Lentera Hati, 2009), h. 461 36 Departemen Pendidikan RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Fokus Media,
2012), h. 460 37 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h. 50
-
21
ulang ayat-ayat yang sudah dihafalnya. Itulah sebabnya Rasulullah
SAW selalu menekankan agar para penghafal bersungguh-sungguh
dalam menjaga hafalannya. Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Al-
Lubab, setiap muslim hendaknya menjadikan shalat dan keṣ abaran
sebagai sarana meraih sukses dalam hidup dunia dan akhirat.38
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 153
َها يَُّأ ۡۡٱَّلذ ينََۡۡيَٰٓ ْ َْۡءاَمن وا ۡب ۡۡٱۡسَتع ين وا ة ۡٱوَۡۡۡب ۡٱلصذ لَوَٰ ۡۡلصذ َۡإ نذ َۡمعَۡۡٱّللذ
َٰب ينَۡ (153:ةرقبلا)١٥٣ۡۡٱلصذArtinya: Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah/2: 153).39
d. Istiqamah
Yang dimaksud dengan istiqamah yaitu konsisten, baik
istiqamah secara lisan, hati dan istiqamah secara keseluruhan (anggota
badan/perbuatan).40
Menjaga keajekan dalam proses menghafal Al-Qur‟ an, seorang
penghafal Al-Qur‟ an harus senantiasa menjaga kontinuitas dan
efisiensi terhadap waktu. Seorang penghafal Al-Qur‟ an yang
konsisten akan sangat menghargai waktu yang nantinya akan sangat
berpengaruh kepada intuisinya ketika ada waktu luang, maka
intuisinya segera mendorong untuk segera kembali kepada Al-Qur‟ an.
38 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 49. 39 Departemen Pendidikan RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 57 40 Usman Al-khaibawi, Durrotun Nasihin Mutiara Muballigh, (Semarang: Al-
Munawar, t.t.), h. 47
-
22
Bahwa konsistensi dalam persesuaian amal perbuatan dengan
ucapan “Tuhan kami ialah Allah” lebih tinggi derajatnya daripada
ucapan itu sendiri. Konsisten atau istiqamah yang terpuji itu bersifat
mantap dan berlanjut dalam waktu yang berkepanjangan hingga akhir
usia yang bersangkutan.41 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam
Q.S. Fushshilat/41 :30
ۡۡٱَّلذ ينَۡۡإ نۡذ َْۡربَُّنا ۡ قَال وا ۡۡٱّللذ َْۡقَٰمۡ ٱۡستَۡث مذ ل ۡتَۡۡوا ۡۡتَََنذ ۡيه م ۡۡئ َكةۡ ٱلَۡمَلََٰٓۡعلَ
َّلذَأ
واْۡب ۡ بۡش َۡٱلۡذۡة ۡٱۡۡلَنۡذََتَاف واَْۡوََّلََۡتَۡزن واَْۡوأ نت مِۡۡۡت
ونَۡك (30:تّلصف) ۡت وَعد
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan
Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih;
dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu.42
e. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela
Perbuatan maksiat dan perbuatan tercela merupakan sesuatu
perbuatan yang harus dijahui bukan saja oleh orang yang
menghafal Al-Qur‟ an, tetapi juga oleh kaum muslimin pada umumnya, karena keduanya mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang
yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur‟ an, sehingga hal tersebut akan menghancurkan keistiqamahan dan kosentrasi yang
telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.43
Diantara sifat-sifat tercela tersebut antara lain: (a) khianat, (b)
bakhil, (c) pemarah, (d) membicarakan aib orang lain, (e)
memencilkan diri dari pergaulan, (f) iri hati, (g) memutuskan tali
silaturahmi, (h) cinta dunia, (i) berlebih-lebihan, (j) sombong, (k)
41 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab, h. 512 42 Departemen Pendidikan RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 479 43 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h. 53
-
23
dusta, (l) ingkar, (m) makar, (n) mengumpat, (o) riya‟ , (p) banyak
cakap, (q) banyak makan, (r) angkuh, (s) meremehkan orang lain, (t)
penakut, (u) takabur dan sebagainya.
Apabila seorang penghafal Al-Qur‟ an dihinggapi penyakit-
penyakit tersebut, maka usaha dalam menghafal Al-Qur‟ an akan
menjadi lemah apabila tidak ada orang lain yang memperhatikannya.
f. Izin orang tua, wali atau suami
Izin dari orang tua, wali atau suami memberikan kontribusi
besar bagi para penghafal Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
1) Orang tua, wali atau suami telah merelakan waktu kepada anak-anak, istri atau orang yang di bawah perwaliannya untuk menghafal
Al-Qur‟ an. 2) Merupakan dorongan moral yang amat besar bagi tercapainya
tujuan menghafal Al-Qur‟ an, karena tidak adanya izin atau kerelaan orang tua, wali, atau suami akan membawa pengaruh batin
yang kuat sehingga penghafal Al-Qur‟ an menjadi bimbang dan kacau pikirannya
3) Panghafal mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu sehingga ia merasa bebas dari tekanan yang menyesakkan dadanya, dan
pengertian yang besar dari orang tua, wali atau suami, maka proses
menghafal menjadi lancar.44
4) Mampu membaca dengan baik Sebelum seorang penghafal melangkah pada periode menghafal, seharusnya terlebih dahulu
meluruskan dan memperlancar bacaannya. Sebagian besar ulama‟ bahkan tidak memperkenankan santri yang diampunya untuk
menghafal Al-Qur‟ an sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟ an bin-naẓ ar (dengan membaca). Hal tersebut dimaksudkan agar calon penghafal Al-Qur‟ an: a) Meluruskan bacaannya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. b) Memperlancar bacaannya. c) Membiasakan lisan dengan fonetik Arab.45
Masalah di atas mempunyai nilai fungsional penting dalam
menunjang tercapai tujuan menghafal Al-Qur‟ an dengan mudah.
44 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an , h. 54. 45 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h. 55
-
24
g. Menentukan Target Hafalan
Melihat seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan program yang direncanakan, maka penghafal perlu
membuat target harian. Target bukanlah merupakan aturan yang
dipaksakan, tetapi hanya sebuah kerangka yang dibuat sesuai dengan
kemampuan dan alokasi waktu yang tersedia.
Bagi penghafal yang waktu sekitar empat jam setiap harinya,
maka penghafal dapat membuat target hafalan satu halaman (satu
muka) setiap hari. Komposisi waktu empat jam untuk tambahan
hafalan satu muka dengan takrirnya adalah ukuran yang ideal.
Adanya alokasi waktu tersebut dapat dikomposisikan yaitu,
sebagai berikut:
1) Menghafal pada waktu pagi selama satu jam dengan target hafalan satu halaman untuk hafalan awal dan satu jam lagi untuk hafalan
pemantapan pada sore hari.
2) Mengulang (takrīr) pada waktu siang selama satu jam dan mengulang pada waktu malam selama satu jam. Pada waktu siang
untuk takrir atau pelekatan hafalan-hafalan yang masih baru,
sedang pada malam hari untuk mengulang dari juz pertama sampai
kepada bagian terakhir yang dihafalnya secara terjadwal dan tertib,
seperti satu hari takrīr satu, dua atau tiga juz dan seterusnya.46
Menghafal Al-Qur’an bukan merupakan suatu ketentuan
hukum yang harus dilakkan oleh setiap orang yang memeluk agama
islam, oleh karena itu ia tidak mempunyai syarat-syarat yang mengikat
sebagai ketentuan islam. Syarat-syarat yang ada dan harus dimilki oleh
46 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h.77-78
-
25
seorang calon penghafal Al-Qur’an adalah syarat yang berhubungan
dengan naluri insaniyah semata, syarat-syarat tersebut adalah :
a. Niat yang ikhlas dari calon penghafal
b. Menjauhi sifat Madzmumah (tercela)
c. Izin dari orang tua, wali, suami bagi wanita yang sudah kawin
d. Kontinuitas (istiqomah calon peghafal Al-Qur’an)
e. Sanggup dan rela mengorbankan waktu dan tempat
f. Sanggup menglang-ulang materi yang sudah di hafal.47
Berdasarkan uraian di atas bahwa syarat-syarat menghafala al-
qur’an adalah mampu mengosongkan dari pikiran-pikiran dan teori-
teori, niat yang ikhlas, memiliki keteguhan dan kesabaran, istiqamah,
menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela izin orang tua, wali
atau suami, dan menentukan target hafalan. Niat yang ikhlas dari
calon penghafal, menjauhi sifat Madzmumah (tercela), Izin dari orang
tua, wali, suami bagi wanita yang sudah kawin, Kontinuitas (istiqomah
calon peghafal Al-Qur’an), Sanggup dan rela mengorbankan waktu
dan tempat, dan sanggup menglang-ulang materi yang sudah di hafal.
3. Keutamaan Menghafal Al-Qur‟ an
Banyak ayat Al-Qur‟ an dan hadist Nabi Muhammad SAW yang
menunjukkan keutaman dan kemuliaan para hafiẓ Al-Qur‟ an dan pahala
yang akan dianugerahkan kepada mereka. Di antara keutamaannya adalah:
47 Eprints.ums.ac.id, Naskah_publikasi, (di akses tanggal 25 maret :09:00)
-
26
a. Orang-orang yang mempelajari, menghafal dan mengamalkan Al-
Qur‟ an termasuk orang-orang pilihan Allah SWT untuk menerima
warisan kitab suci Al-Qur‟ an.
“Menghafal Al Qur‟ an hendaknya diikuti dengan pengkajian
maknanya serta pengamalan tuntunannya. Membaca dan
menghafalkan Al-Qur‟ an akan membawa manfa‟ at dan mendapat
pahala.48 Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Fathir/35: 32
ۡۡث مۡذ ۡوَرۡثَناَۡعۡ مۡ ۡٱۡصَطَفۡيَناۡٱَّلذ ينَۡۡٱلۡك َتََٰبۡأ ۡفَمۡ َباد ۡۡن ۖ َۡظال ٞمۡنَا ۡم ۡنه ه ۡ َۡفس ۡ ۡۦّل َۡساب ق ۡم َۡوم ۡنه ٞد ۡقَتص ۡمُّ م ۡب ۡۡۡيَرَٰتۡ ٱلَۡۡب َۡۡوم ۡنه َٰۡۡٱّللذ ۡإ ۡذن ل َكَۡذَوۡ (32:رطاف) ٣٢ۡۡٱلَۡكب ريۡ ۡٱلَۡفۡضل ۡه
Artinya: Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang
yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka
ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada
yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu
berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia
yang amat besar. (Q.S. al-Fathir/35: 32).49
b. Orang-orang yang mempelajari, menghafal dan mengamalkan Al-
Qur‟ an, maka pada hari qiyamat kedua orang tuanya akan dipakaikan
mahkota yang cahayanya lebih indah dari cahaya matahari yang masuk
di dalam rumah-rumah di dunia.
48 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab, h. 302. 49 Departemen Pendidikan RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 347
-
27
c. Menghafal Al-Qur‟ an adalah keistimewaan umat Islam, karena Allah
menjadikan umat terbaik dikalangan manusia dan memudahkannya
untuk menjaga kitab-Nya, baik secara tulisan maupun hafalan.50
Uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa salah satu keistimewaan
Al-Qur‟ an adalah keterpeliharanya dalam dada kaum muslim. Tidak
ada satu kitab yang demikian besar dihafal oleh jutaan orang, bahkan
oleh anak-anak kecil, sebagaimana Al-Qur‟ an. Tidak ada juga satu
kitab yang dibaca secara keliru, walau satu huruf, oleh siapapun yang
mengundang sekian banyak orang secara spontan untuk
membetulkannya.51 Sebagaimana firman Allah:
ۡۡبَۡلۡ ور د ۡص ِۡف َۡبي َنَٰٞت َۡءاَيَٰت َو ينَۡه ۡۡٱَّلذ
ۡوت ۡأ ْ ۡۡلۡع لَۡمۡ ٱوا ََۡيَۡحد َوَما
ۡأَِب إ َّلذ ۡ َٰت َنا َٰل َۡي (49:توبكنعلا) ٤٩ۡونَۡمۡ ٱلظذArtinya: Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata
di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang
mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (Q.S. al-
Ankabut/29:49).52
Menghafal Al-Qur’an membutuhkan ketulusan dan keikhlasan agar
dapat menjalaninya dengan senang hati, ridha dan tentunya bisa mengatasi
segala rintangan yang menghalanginya. Ada beberapa alasan mengapa
seseorang ingin menghafal Al-Qur’an diantaranya:
50 Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam, Menghafal Al-Qur‟an Itu Mudah, (Jakarta:
Pustaka at-Tazkia, 2008), h. 10. 51 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab, h. 118. 52 Departemen Pendidikan RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 398
-
28
a. Mencontoh nabi, allah memberikan anugerah dan kedamaian kepadanya.
b. Mencontoh ulama’ salaf. Ibnu Abdul Barr berkata, menuntut ilmu itu ada tingkatan-tingkatan yang tidak semestinya dilanggar dan ilmu yang
pertama dan utama adalah menghafal Al-Qur’an dan memahaminya
c. Menghafal Al-Qur’an bisa dilakukan oleh semua orang tanpa terkecuali, tanpa terikat dengan jenis, kelamin, usia, kecerdasan.
Bahkan banyak orang yang hafal Al-Qur’an sekalipun mereka berasal
dari luar arab.
d. Membaca Al-Qur’an mendapatkan pahala, sebagaimana menghafal Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an yang dibarengi dengan niat yang baik
dan ikhlas tentunya pahalanya lebih besar dari sekedar membacanya.
e. Para penghafal Al-Qur’an termasuk keluarga Allah dan kelompok pilihan Nya.
f. Menghafal dan mempelajari Al-Qur’an adalah lebih baik dari pada kesenangan dunia.
g. Penghafal Al-Qur’an adalah seorang paling utama untuk menjadi imam. h. Menghafal Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan di
akhirat.
i. Penghafal Al-Qur’an didahulukan dalam penguburannya. Sebagai contoh, setelah perang uhud dan ketika mengafani para syuhada, nabi
saw mengumpulkan dua orang laki-laki dalam sebuah kubur yang sama
dan mendahulukan seorang yang paling banyak hafalannya.
j. Pada hari kiamat Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada para pembaca dan penghafalnya.
k. Menghafal Al-Qur’an merupakan sebab di selamatkannya seseorang dari api neraka.
l. Sesungguhnya menghafal Al-Qur’an merupakan tingkat yang tertinggi di dalam syurga
m. Penghafal Al-Qur’an tidaklah miskin dalam hal mengutip ayat-ayat Al-Qur’an baik dalam percakapan, khutbah, pemberian nasihat, maupun
pengajaran. Sedangkan yang bukan penghafal Al-Qur’an perlu bekerja
keras ketika mengutip ayat al-Qur’an atau mengetahui posisi ayat.53
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa keutamaan
menghafal al-qur’an adalah membaca dan menghafalkan Al-Qur‟ an
akan membawa manfa‟ at dan mendapat pahala, orang-orang yang
mempelajari, menghafal dan mengamalkan Al-Qur‟ an, maka pada
hari qiyamat kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota yang
53 Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an( Jogjakarta:
Bening, 2010), h. 7-13
-
29
cahayanya lebih indah dari cahaya matahari, menghafal Al-Qur‟ an
adalah keistimewaan umat Islam, karena Allah menjadikan umat
terbaik dikalangan manusia dan memudahkannya untuk menjaga kitab-
Nya.
4. Keistimewaan Para Penghafal A-Qur‟ an
Ada beberapa manfaat menghafal Al-Qur‟ an. Menurut Imam
Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan Fi Adabi Hamalati Al-Qur‟ an,
manfaat dan keutamaan tersebut ialah sebagai berikut:
a. Al-Qur‟ an adalah pemberi syafaat pada hari kiamat bagi umat manusia yang membaca, memahami dan mengamalkannya.
b. Para penghafal Al-Qur‟ an telah dijanjikan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT, pahala yang besar, serta penghormatan di antara sesama
manusia.
c. Al-Qur‟ an menjadi hujjah atau pembela bagi pembacanya serta sebagai pelindung dari siksaan api neraka.
d. Para pembaca l-Qur‟ an, khususnya para penghafal Al-Qur‟ an yang kualitas dan kuantitas bacaannya lebih bagus akan bersama malaikat
yang selalu melindungi dan mengajak pada kebaikan.
e. Para penghafal Al-Qur‟ an akan mendapatkan fasilitas khusus dari Allah SWT, yaitu berupa terkabulnya segala harapan, serta keinginan
tanpa harus memohon dan berdoa.
f. Para penghafal Al-Qur‟ an berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyak karena sering membaca (takrir) dan mengkaji Al-Qur‟ an.
g. Para penghafal Al-Qur‟ an diprioritaskan untuk menjadi imam dalam shalat.
h. Para penghafal Al-Qur‟ an menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari dan mengjarkan sesuatu yang bermanfaat dan
bernilai ibadah.54
Sedangkan dari pendapat lain menjelaskan bahwa keistimewaan
para penghafal al-Quran adalah sebagai beikut:
a. Para penghafal Al-Qur‟ an itu adalah para ilmuan. b. Para penghafal Al-Qur‟ an adalah keluarga Allah SWT.
54 Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an.…h.145-149
-
30
c. Para penghafal Al-Qur‟ an adalah orang-orang yang mulia dari umat Rasulullah SAW
d. Para penghafal Al-Qur‟ an kedudukannya hampir sama dengan Rasulullah SAW
e. Menghafal Al-Qur‟ an adalah salah satu kenikmatan paling besar yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang menghafalkan Al-
Qur‟ an. f. Mencintai para penghafal Al-Qur‟ an sama halnya dengan mencintai
Allah SWT.55
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keistimewaan
para penghafal al-qur’an adalah al-Qur‟ an adalah pemberi syafaat pada
hari kiamat bagi umat manusia yang membaca, para penghafal Al-Qur‟ an
telah dijanjikan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT, al-Qur‟ an menjadi
hujjah atau pembela bagi pembacanya, khususnya para penghafal Al-
Qur‟ an yang kualitas dan kuantitas bacaannya mendapatkan fasilitas
khusus dari Allah SWT mendapatkan pahala yang banyak karena sering
membaca (takrir) dan mengkaji Al-Qur‟ an diprioritaskan untuk menjadi
imam dalam shalat, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
mempelajari dan mengjarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ibadah.
5. Strategi Menghafal Al-Qur’an
Strategi atau cara dalam menghafal pada dasarnya yang terpenting
adalah keaktifan santri dalam mentakrir hafalannya, serta dapat mengatasi
kendala baik yang bersumber dari diri penghafal (intern) maupun dari luar
diri penghafal (ekstern) itu sendiri. Ada beberapa strategi dalam menghafal
Al-Qur‟ an, yaitu:
a. Strategi pengulangan ganda
55 Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam, Menghafal Al-Qur‟an Itu Mudah, h.15
-
31
Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup dengan
sekali proses menghafal. Salah besar apabila seseorang menganggap
dan mengharap dengan sekali menghafal kemudian ia menjadi seorang
yang hafal Al-Qur‟ an dengan baik. “Persepsi ini adalah persepsi yang
salah dan justru mungkin akan menimbulkan kekecewaan setelah
menghadapi kenyataan yang berbeda dengan anggapannya.56
Posisi akhir tingkat kemapanan suatu hafalan terletak pada
pelekatan ayat-ayat yang dihafalnya pada bayangan, serta tingkat
keterampilan lisan dalam mereproduksi kembali terhadap ayat-ayat
yang telah dihafalkan. Semakin banyak pengulangan maka semakin
kuat pelekatan hafalan dalam ingatannya, lisan pun akan membentuk
gerak refleks sehingga seolah-olah tidak berpikir lagi untuk
melafalkannya, sebagaimana membaca surat al-Fatiḥ ah. Karena sudah
terlalu seringnya membaca maka surat al-Fatiḥ ah sudah menempel
pada lisannya sehingga mengucapkannya merupakan gerak reflektif.57
b. Menggunakan satu jenis muṣ ḥ af
Di antara strategi menghafal yang banyak membantu proses
menghafal Al-Qur‟ an ialah menggunakan satu jenis muṣ ḥ af.
Memang tidak ada keharusan menggunakan satu jenis muṣ ḥ af
tertentu, mana saja jenis muṣ ḥ af yang disukai boleh dipilih asal tidak
berganti-ganti.
56 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h. 67. 57 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h. 68
-
32
Hal ini perlu diperhatikan, karena bergantinya penggunaan satu
muṣ ḥ af kepada muṣ ḥ af yang lain akan membingungkan pola hafalan dalam bayangannya. Sesungguhnya bentuk dan letak-
letak ayat dalam muṣ ḥ af akan dapat terpatri dalam hati disebabkan seorang sering membaca dan melihat dalam
muṣ ḥ af yang sama.58
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek visual sangat
mempengaruhi dalam pembentukan pola hafalan. Seorang yang sudah
hafal Al-Qur‟ an sekalipun akan menjadi terganggu hafalannya ketika
membaca muṣ ḥ af Al-Qur‟ an yang tidak biasa dipakai pada waktu
proses menghafalkannya. Untuk itu akan lebih memberikan
keuntungan jika orang yang sedang menghafal Al-Qur‟ an hanya
menggunakan satu jenis muṣ ḥ af saja.
c. Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum benar-benar hafal.
Pada umumnya, kecenderungan seseorang dalam menghafal Al-
Qur‟ an ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapat sebanyak-
banyaknya. Terkadang semangat dan ambisi yang berkobar untuk
menyelesaikan hafalan Al-Qur‟ an membuat penghafal berpindah dari
satu surat ke surat yang lain, padahal hafalan penghafal belum betul
betul mantap dan kuat.59
Hal ini menyebabkan proses menghafal itu sendiri menjadi tidak
konstan atau tidak stabil. Kenyataannya diantara ayat-ayat Al-Quran
itu ada sebagian yang mudah dihafal, dan ada pula sebagian yang sulit
menghafalkannya. Sebagai akibat dari kecenderungan yang
58 Abdurrahman Abdul Khiq, Bagaimana Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2006), h. 25. 59 Raghib As-Sirjani dan Abdurrahman Abdul Khiq, Cara Cerdas Hafal Al-Qur‟an,
(Solo: Aqwam, 2007), h. 103
-
33
menyebabkan banyak ayat-ayat yang terlewati. Karena, memang dalam
menghafal Al-Qur‟ an diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
mengamati kalimat-kalimat dalam suatu ayat yang hendak difalkannya,
terutama pada ayat-ayat yang panjang. Karena itulah, hendaknya
penghafal tidak beralih kepada ayat yang lain sebelum dapat
menyelesaikan ayat-ayat yang sedang dihafalnya.
d. Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan
jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.
Untuk mempermudah proses ini, maka memakai Al-Qur‟ an
yang biasa disebut dengan Al-Qur‟ an pojok akan sangat membantu.60
Jenis muṣ ḥ af Al-Qur‟ an ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Setiap juz terdiri dari sepuluh lembar.
2) Setiap muka diawali dengan awal ayat, dan diakhiri dengan ayat.
3) Memiliki tanda-tanda visual yang cukup membantu dalam proses
menghafal Al-Qur‟ an
e. Memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya
Memahami pengertian, kisah asbab an-nuzul yang terkandung
dalam ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur yang sangat
mendukung dalam mempercepat proses menghafal Al-Qur‟ an.
Pemahaman itu akan memberi arti bila didukung dengan pemahaman
terhadap makna kalimat, tata bahasa dan struktur kalimat suatu ayat.
60 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h. 69
-
34
Dengan demikian maka penghafal yang menguasai bahasa Arab
dan memahami struktur bahasanya akan lebih banyak mendapatkan
kemudahan dari pada mereka yang tidak mempunyai bekal penguasaan
bahasa Arab sebelumnya. Dan dengan cara seperti ini, maka
pengetahuan tentang „ulum Al Qur‟an akan banyak sekali terserap
oleh para penghafal ketika dalam proses menghafal Al-Qur‟ an.61
f. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa
Ditinjau dari aspek makna, lafal dan susunan atau struktur
bahasanya di antara ayat-ayat dalam Al-Qur‟ an banyak yang terdapat
keserupaan dan kemiripan antara satu dengan yang lainnya. Ada yang
benar-benar sama, ada yang hanya berbeda dalam dua, atau tiga huruf
saja, ada pula yang hanya berbeda susunan kalimatnya saja. Oleh
sebab itu, seorang penghafal Al-Qur‟ an harus memberikan perhatian
khusus tentang ayat-ayat yang serupa (mutasyabihat).62
g. Disetorkan pada seorang pengampu
Menghafal Al-Qur‟ an memerlukan adanya bimbingan yang
terus menerus dari seorang pengampu, baik untuk menambah setoran
hafalan baru, atau untuk takrir, yakni mengulang kembali ayat-ayat
yang telah disetorkannya terdahulu. Menghafal Al-Qur‟ an dengan
sistem setoran kepada pengampu akan lebih baik dibanding dengan
menghafal sendiri dan juga akan memberikan hasil yang berbeda.63
61 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h. 70 62 Yahya Fattah az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur‟an, (Surakarta: Insane
Kamil, 2010), h. 60 63 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, h. 72
-
35
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa strategi dalam
menghafal al-qur’an adalah strategi pengulangan ganda yaitu mencapai
tingkat hafalan yang baik tidak cukup dengan sekali proses menghafal,
menggunakan satu jenis muṣ ḥ af, tidak beralih pada ayat berikutnya
sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar hafal, menghafal urutan-
urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan jumlah setelah benar
hafal ayat-ayatnya, memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya
seperti kisah atau asbab an-nuzul yang terkandung dalam ayat yang
sedang dihafalnya merupakan unsur yang sangat mendukung dalam
mempercepat proses menghafal Al-Qur‟ an, memperhatikan ayat-ayat
yang serupa, disetorkan pada seorang pengampu ustadz akan lebih baik
dibanding dengan menghafal sendiri dan juga akan memberikan hasil yang
berbeda.
B. Pelaksanaan Metode Gabungan
1. Pelaksanaan Metode Gabungan
a. Pengertian Metode Gabungan
Setiap santri yang menghafalkan Al-Qur‟ an wajib menyetorkan
hafalannya kepada guru, pengurus, atau kyai. Hal ini bertujuan agar
bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafalkan. Dengan
menyetorkannya kepada seorang guru, maka kesalahan tersebut dapat
diperbaiki. Sesungguhnya, menyetorkan hafalan kepada guru yang
Tahfidz merupakan kaidah baku yang sudah ada sejak zaman
Rasulullah SAW.
-
36
Menghafal Al-Qur‟ an kepada seorang guru yang ahli dan
faham mengenai Al-Qur‟ an diperlukan supaya menghafal Al-Qur‟ an
dengan benar. Berguru kepada ahlinya juga dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Beliau berguru kepada maliakat Jibril dan beliau mengulanginya
pada waktu bulan Ramadhan sampai dua kali khatam 30 juz.64
Tantangan pendidikan global meliputi ketinggalan
penyelenggaraan pendidikan, tidak jelasnya visi dan misi pendidikan,
rendahnya kapasitas hasil pendidikan menghadapi kompetisi hasil
pendidikan negara lain dan bahaya rendahnya kemampuan anak
bangsa kita dalam menghadapi kompetisi kehidupan global.65
Perkembangan metodologi pembelajaran santri di pesantren
mengalami berbagai peningkatan yang sangat signifikan. Munculnya
berbagai varian metodologi pembelajaran memancing kompetisi yang
sehat dalam mencapai tujuan masing-masing mata pelajaran. Inovasi-
inovasi yang muncul dengan berbagai media dalam melakukan
pembelajaran membuat para pendidik mempunyai berbagai opsi dalam
mencapai tujuan akhir pada setiap pembelajaran.
Metode berasal dari bahasa Yunani (Greeca) yaitu “Metha” dan
“Hados”, “Metha” berarti melalui/melewati, sedangkan “Hados”
berarti jalan/cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.66
Menghafal Al-Qur’an merupakan harta simpanan yang sangat
berharga yang diperebutkan oleh oleh orang yang bersungguh-
64 Mukhlisoh Zawawie, P-M3 Al-Qur’an Pedoman Membaca, Mendengar, h. 80 65 Nurfuadi, Profesionalisme Guru, (Purwokerto: STAIN Press, 2012), h. 20 66 Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), h. 66
-
37
sungguh. Hal ini karena Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bisa
menjadi syafa’at bagi pembacanya kelak dihari kiamat. Menghafal Al-
Qur’an untuk memperoleh keutamaan-keutamaannya memiliki
berbagai cara yang beragam.
Metode atau cara sangat penting dalam mencapai keberhasilan
menghafal, karena berhasil tidaknya suatu tujuan ditentukan oleh
metode yang merupakan bagian integral dalam sistim pembelajaran.
Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah yang sistimatis.67
Metode ini merupakan metode gabungan setelah selesai
menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba
menuliskannya di atas kertas yang disediakan untuknya, adanya
fungsi ganda, yakni berfungsi untuk menghafal dan sekaligus
berfungsi untuk pemantapan hafalan. Pemantapan hafalan
dengan cara ini pun akan baik sekali, karena dengan menulis
akan memberikan kesan visual yang mantap.68 Metode ini
merupakan metode gabungan disini lebih memiliki fungsional
sebagai uji coba terhadap ayatayat yang telah dihafalnya.69
Metode berasal dari Bahasa Yunani (Greeca) yaitu “metha” dan
“hodos”. “Metha” berarti melalui atau melewati, sedangkan “hodos”
berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
tertentu.70
Metode gabungan memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap
ayat-ayat yang telah dihafalnya, kemudian ia mencoba
menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya
dengan hafalan pula. Jika ia telah mampu mereproduksi kembali
ayat-ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia bisa
67 Mujamil Qomar, Epistomologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 20 68 Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an , h. 65 69 Yahya Abdul Fatah Az-Zamawi, Revolusi Menghafal Al-Qur'an,Pent: Dinta (Surakarta:
Insan Kamil, 2010), h, 64 70 Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo, Ramadhani, 1993) h. 66
-
38
melanjutkan kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya.
Tetapi jika penghafal belum mampu mereproduksi hafalannya
kembali dalam tulisan secara baik, maka ia kembali
menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai nilai
hafalan yang solid, demikian seterusnya.71
Faktor metode tidak boleh diabaikan dalam proses menghafal al-
Qur’an, karena metode akan ikut menentukan berhasil atau tidaknya
tujuan menghafal al-Qur’an. Dalam mengajar guru harus
memperhatikan metode gabungan yang cocok agar dapat
meningkatkan hasil pembelajaran yang di ajarkan. Ada banyak
metode gabungan yang berkembang saat ini yang dapat membantu
guru/ustadz dalam belajar menghafal Al-Qur’an. Ada beberapa
metode gabungan yang mungkin bisadikembangkan dalam rangka
mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur‟ an, dan
memberikan bantuan kepada para penghafal Al-Qur‟ an. Makin baik
metode, makin efektif pula dalam pencapaian tujuan.
b. Kekurangan dan Kelebihan Metode Gabungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dengan sifat lupa, karena lupa
merupakan identitas yang selalu melekat dalam dirinya. Dengan
pertimbangan inilah, agar dalam hafalan Al-Qur’an yang telah dicapai
dengan susah payah tidak hilang.
Metode gabungan, secara tidak langsung ia telah melatih mulut
dan pendengarannya dalam melafalkan serta mendengarkan bacaan
71 Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an , h. 66
-
39
sendiri dan terus melakukan pembenaranpembenaran katika terjadi
salah pengucapan.72
Adapun kelebihan-kelebihan metode gabungan untuk proses
menghafal Al-Qur’an yakni:
1) Dapat memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan
huruf, membuat,dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan tanda/simbol
3) Dapat membentuk kebia