pelaksanaan penyelesaian kredit macet (studi pada …
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET
(STUDI PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU GRAHA HELVETIA, MEDAN)
Disusun Oleh:
090907051
WISNU RAYHAN ADHITYA
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Wisnu Rayhan Adhitya
NIM : 090907051
Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Judul : PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT
MACET (STUDI PADA PT. BANK SYARIAH
MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU
GRAHA HELVETIA, MEDAN)
Medan, Juli 2013
Pembimbing Ketua Departemen
Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Anggiasari Lubis SE. M.Si NIP. 196805251992031002
Prof. Dr. Marlon Sihombing M.a
Dekan FISIP USU
NIP.196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAUKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMI ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji
Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Nama : Wisnu Rayhan Adhitya
NIM : 090907051
Departemen : Ilmu Administrasi Bisnis
Judul : Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia,
Medan)
Yang dilaksanakan pada,
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
TIM PENGUJI
Ketua Penguji : Prof. Dr Marlon Sihombing M.a ( )
Penguji I : Muhammad Arifin Nasution S.Sos M.Sp ( )
Penguji II : Anggia Sari Lubis S.E M.Si ( )
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
limpahan nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyeleasikan karya ilmiah yang
berjudul “Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan)”.
Karya ilmiah ini merupakan laporan yang diperlukan untuk melengkapi
persyaratan melengkapi gelar sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan
mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah.
Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis dalam penelitian, pengumpulan literature, maupun penulisan karya ilmiah.
Namun berkat bimbingan dan arahan semua pihak, kesulitan yang ada dapat
diatasi dan karya ilmiah inipun dapat diselesaikan .
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakaih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Rudi Purwanto, selaku Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan yang telah memberikan
izin kepada penulis untk melakukan penelitian Skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing M.a, selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Niaga/Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen penguji yang memberikan
masukan kepada penulis.
Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Muhammad Arifin Nasution S.Sos M.Sp, selaku Sekretaris
Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen
penguji yang telah memberikan masukan, saran dan mengarahkan penulis
dalam proses penyelesaian Skripsi ini.
5. Ibu Anggia Sari Lubis SE. M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang
telah memberikan arahan dan membimbing penulis serta meluangkan
waktu dan tempat untuk penulis dalam penulisan tugas akhir ini .
6. Ibu Siswati Saragih S.Sos. M.Sp, selaku dosen wali yang telah
menggantikan dosen penguji utama yang berhalangan hadir dalam
pelaksanaan seminar proposal penulis.
7. Untuk dosen-dosen Departemen Ilmu Administrari Niaga/Bisnis yang
telah berperan besar dalam membimbing dan berbagi ilmu pendidikan
yang telah penulis dapat dari awal hingga akhir.
8. Untuk Abang Ahmad Farid SH yang telah membantu penulis dalam
urusan surat menyurat hingga akhirnya Skripsi ini selesai dan juga kepada
seluruh Pegawai Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara.
9. Untuk Karyawan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha
Helvetia, Medan. Abang Galih Pribadi, Abang M. Ayatullah Zulfi,
Kakak Kiki Handayani dan Kakak Nurjannah yang telah membantu
Penulis ketika melakukan penelitian dan wawancara yang telah
meluangkan waktu dan tempatnya.
Universitas Sumatera Utara
10. Untuk paling teristimewa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua. Drs. Sriadhi ST. M.Pd. M.Kom (Papa) dan Dra.
Asnah (Mama) yang telah memberikan kasih sayang dan banyak memberi
pelajaran dan juga memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan betapa besar rasa terima kasih
yang ananda sampaikan.
11. Untuk Adinda Tiara Reiza Adhitya selaku Adik Perempuan Penulis, dan
yang paling terutama adalah untuk Adinda Rifqi Fachreza Adhitya
selaku Adik Laki-laki paling teristimewa untuk penulis yang memberikan
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini
12. Untuk semua Sahabat Administrasi Niaga/Bisnis 2009. Terimakasih
untuk kesempatan pernah melangkah bersama dan satu pemikiran. Satu
pembelajaran bahwa sahabat bukanlah kawan apalagi lawan, tapi satu hal
yang membuat langkah ini benar-benar akan sangat merindukan
keberadaan kalian.
13. Untuk Kelompok Magang PT. Telkom Indonesia. Terimakasih untuk
kebersamaan dan berbagi semangatnya dalam pelaksanaan magang yang
penuh cobaan, kesabaran dan tanpa menyerah untuk mencapai yang
terbaik.
14. Untuk Administrasi Niaga/Bisnis 2010, 2011, dan 2012. Terimakasih
untuk semua kebersamaan, pengalaman dan klasiknya sebuah kisah selama
duduk dan berbagi pengalaman bersama di kampus tercinta ini.
Universitas Sumatera Utara
15. Untuk abang dan kakak senior di Adminsitrasi Negara. Terimakasih untuk
bimbingan dan pengalamannya. Sukses buat semua karier dan masa
depannya.
Medan, Juli 2013
Penulis
Wisnu Rayhan Adhitya
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. x ABSTRAK .................................................................................................................. xi BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 8
1.3. Batasan Masalah............................................................................ 9
1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
BAB II. KERANGKA TEORI
2.1. Bank .............................................................................................. 11
2.1.1. Pengertian Bank .................................................................. 11
2.1.2. Pengertian Bank Syariah ..................................................... 12
2.1.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ........ 13
2.1.4. Sejarah Bank Syariah .......................................................... 14
2.2. Kredit .......................................................................................... 16
2.2.1. Pengertian Kredit ................................................................ 16
2.2.2. Unsur-unsur Kredit.............................................................. 18
2.2.3. Pihak-pihak dalam Kredit ................................................... 22
2.2.4. Jenis Kredit ......................................................................... 24
2.2.5. Dasar-dasar Pemberian Kredit ............................................ 27
2.2.6. Produk Kredit Bank Syariah ............................................... 32
Universitas Sumatera Utara
2.2.7. Proses Pemberian Kredit Bank ........................................... 37
2.2.8. Fungsi dan Manfaat Kredit ................................................. 41
2.2.9. Jaminan Kredit .................................................................... 46
2.2.10. Kredit Macet ...................................................................... 49
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian .......................................................................... 58
3.2. Lokasi Penelitian ........................................................................... 57
3.3. Sumber Data/Informan Penelitian ................................................. 56
3.4. Definisi Konsep ............................................................................. 60
3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 62
3.6. Metode Analisa Data ..................................................................... 64
3.7. Metode Penyajian Data ................................................................. 63
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................... 65
4.1.1. Sejarah Perusahaan .............................................................. 65
4.1.2. Logo Instansi ....................................................................... 69
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan .................................................... 69
4.1.4. Nilai Operasional Perusahaan ............................................. 70
4.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................... 71
4.1.6. Job Description ................................................................... 72
4.1.6.1. Kepala Cabang ........................................................ 72
4.1.6.2. Marketing ................................................................ 73
4.1.6.3. Operational Officer ................................................. 74
4.1.6.3.1. Customer Service ................................... 74
Universitas Sumatera Utara
4.1.6.3.2. Teller ...................................................... 75
4.1.6.4. Back Officer ............................................................ 77
4.1.6.4.1. Office Boy .............................................. 77
4.1.6.4.2. Security .................................................. 78
4.2. Penyajian Data ............................................................................... 79
4.2.1. Sumber Data Primer ............................................................ 81
4.2.2. Hasil Wawancara ................................................................. 81
4.2.3. Bapak Rudi Purwanto Kepala Cabang ................................ 81
4.2.4. Bapak Galih Pribadi Marketing ........................................... 85
4.2.5. Bapak M. Ayatullah Zufri Marketing .................................. 89
4.2.6. Ibu Kiki Handayani Marketing ............................................ 92
4.3. Analisa Data .................................................................................. 99
4.2.1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kredit Macet ............... 99
4.3.2. Penyelesaian yang dilakukan Bank dalam Mengatasi
Kredit Macet ....................................................................... 107
4.3.3. Kesulitan dan Hambatan yang dihadapi Bank dalam
Mengatasi Kredit Macet ...................................................... 116
BAB IV. PENUTUP
5.1. Kesimpulan .................................................................................... 119
5.1. Saran .............................................................................................. 120
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Dana dan Penyaluran Jasa Bank Syariah ..................................................................... 14
Gambar 2.
Unsur-Unsur Kredit ...................................................................................................... 21
Gambar 3.
Logo Instansi ................................................................................................................ 70
Gambar 4.
Struktur Organisasi Perusahaan ................................................................................... 72
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Perbedaan Antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional ..................................... 14
Tabel 2.
Karakteristik Informan Penelitian ................................................................................ 81
Tabel 3.
Data Permohonan Kredit .............................................................................................. 84
Tabel 4.
Data Kredit Macet ........................................................................................................ 101
Tabel 5.
Data Penyelesaian Kredit Macet .................................................................................. 115
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Pengajuan Judul Skripsi ......................................................................................
Lampiran 2
Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ................................................................
Lampiran 3
Surat Penugasan Membimbing Skripsi ........................................................................
Lampiran 4
Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal........................................................................
Lampiran 5
Berita Acara Seminar Proposal ....................................................................................
Lampiran 6
Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ................................................................................
Lampiran 7
Surat Persetujuan Riset Mahasiswa .............................................................................
Lampiran 8
Surat Pemberitahuan Selesai Riset Mahasiswa ............................................................
Lampiran 9
Daftar Pertanyaan Wawancara Penelitian ....................................................................
Lampiran 10
Foto Kegiatan Riset Penelitian .....................................................................................
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
PELAKSANAAN PENYELESAIAN KREDIT MACET (Studi pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia,
Medan)
Nama : Wisnu Rayhan Adhitya NIM : 090907051 Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Pembimbing : Anggia Sari Lubis SE. MS.i Perbankan bekerja untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Karena itu, bank digunakan untuk memberi kemudahan dalam pelayanan akan jasa-jasa bagi para nasabah. Perkembangan dunia perbankan merupakan bagian utama dari sisi keuangan, tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah dalam menggalakkan sistem perkreditan bagi masyarakat. Melalui bank nasabah dapat memperoleh kredit atau pinjaman uang untuk kegiatan operasi usaha kecil dan menengah atau investasi yang dijalankan. Dalam praktek perbankan salah satu masalah yang pasti ditemui dan harus dihadapi adalah masalah kredit macet, di mana debitur tidak dapat mengembalikan kredit tepat pada waktunya sehingga hal tersebut menyebabkan kesulitan terhadap pihak bank sebagai kreditur yang berupa kesulitan menyangkut tingkat kesehatan bank tersebut.
Setiap bank yang pernah atau sedang beroperasi, pasti pernah mengalami permasalahan kredit. Demikian juga dengan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan. Dalam skripsi ini dibahas mengenai permasalahan yaitu Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet, kemudian Penyelesaian Kredit Macet pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pemabntu Graha Helvetia, Medan dan kesulitan serta hambatan dalam mengatasi kredit macet tersebut.
Dalam penulisan skripsi ini, metode yang digunakan adalah kulitatif deskriptif dengan studi eksplorasi. Kemudian penelitian dilakukan berdasarkan penelitian di lapangan, dimana penelitian dilakukan secara langsung ke lapangan dengan mendatangi objek penelitian untuk melakukan pengamatan dan wawancara terhadap karyawan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan untuk mendapatkan data-data, informasi dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet bukan hanya terdapat pada diri nasabah sebagai debitur yang meminjam kredit, tetapi juga terdapat pada kesalahan dari kreditur yaitu pihak bank yang telah memberikan kredit tersebut kepada nasabah sehingga munculnya kasus kredit macet. Kemudian Penyelesaian yang dilakukan oleh bank dalam mengatasi kredit macet nya dengan memulai cara pendekatan yang baik kepada setiap nasabah yang mengalami masalah dalam pengembalian kreditnya Kata Kunci (Key Words) : Kredit Macet
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi suatu negara menjadikan perbankan sebagai
lembaga yang sangat dibutuhkan. Bagi negara maju yang sudah kuat pun bank
sangat berperan dalam perkembangan ekonomi negaranya. Hal ini disebabkan
karena didalam mengisi kebutuhan pembangunan, bank memiliki fungsi vital
dalam mendukung perekonomian. Salah satu produk bank yang memiliki peran
penting dalam pengembangan dan pembangunan sector ekonomi adalah kredit.
Perbankan bekerja untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi.
Karena itu, pihak bank diminta untuk memberi kemudahan dalam pelayanan akan
jasa-jasa bagi para debitur. Perkembangan dunia perbankan merupakan bagian
utama dari sisi keuangan, tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah dalam
menggalakkan sistem perkreditan bagi masyarakat. Jasa yang diberikan bank
adalah jasa lalu lintas peredaran uang. Melalui bank kita dapat memperoleh kredit
atau pinjaman uang untuk kegiatan operasi usaha kecil dan menengah yang
dijalankan.
Kredit adalah bentuk pinjaman yang diberikan baik berupa uang ataupun
barang oleh kreditur kepada debitur. Perbankan sebagai salah satu sektor ekonomi
merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam membantu dunia usaha
kecil dan menengah. Hal ini terutama disebabkan oleh peranan uang yang sangat
berhubungan sekali dengan dunia perbankan. Pemberian kredit merupakan salah
Universitas Sumatera Utara
satu tugas pokok perbankan, di mana bank menyalurkan dana yang diperoleh dari
masyarakat.
Perkembangan dunia bisnis saat ini terlihat semakin maju
perkembangannya di setiap negara. Hal ini tentu sangat membantu bagi para
pelaku bisnis, oleh sebab itu pemerintah perlu melakukan perubahan-perubahan
strategi agar dapat meningkatkan perkembangan dunia bisnis di negara tersebut.
Peran dari bank akan sangat penting dan sangat membantu dalam kelancaran
operasional usaha kecil dan menengah, sehingga para pengusaha atau penerima
kredit dapat mengembangkan usahanya.
Bank yang dikelola pemerintah oleh badan usaha milik Negara dan bank
yang dikelola pihak swasta juga mengambil bagian dalam pemberian kredit pada
usaha kecil dan menengah ataupun masyarakat. Peranan bank sangat penting
untuk menunjang kelancaran usaha kecil dan menengah atau pihak yang
memerlukan. Semakin tinggi tingkat pelayanan pemberian kredit yang dilakukan
oleh bank, maka semakin lancar pula prosedur pemberian kredit dan semakin
cepat pula terpenuhinya kebutuhan dana yang diperlukanoleh usaha kecil dan
menengah ataupun masyarakat.
Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang
memiliki kemampuan untuk melalui perjanjian utang piutang antara pemberi
utang (kreditur) disatu pihak dan penerima pinjaman (debitur) dilain pihak.
Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur
untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur, dengan hak untuk
menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga
Universitas Sumatera Utara
yang disepakati oleh para pihak pada saat perjanjian pemberian kredit terebut
disetujui oleh para pihak. Hak dan kewajiban debitur adalah bertimbal balik
dengan hak dan kewajiban kreditur.
Dalam praktek perbankan salah satu masalah yang pasti ditemui dan harus
dihadapi adalah masalah kredit macet, di mana debitur tidak dapat
mengembalikan kredit tepat pada waktunya sehingga hal tersebut menyebabkan
kesulitan terhadap pihak bank sebagai kreditur yaitu berupa kesulitan terutama
yang menyangkut tingkat kesehatan bank tersebut. Fenomena kredit macet yang
sering terjadi adalah nasabah yang menyalahgunakan kredit yang diterima dari
pihak bank untuk kepentingan memperkaya diri sendiri, bukan untuk modal kerja,
investasi maupun membeli aset. Ketika jatuh tempo pembayaran kredit sudah
datang maka nasabah ini akan kebingungan mencari cara untuk membayar kredit
tersebut kepada bank. Disinilah terjadi penunggakan pembayaran kredit yang
menyebabkan kredit macet bagi perusahaan bank yang memberikan kredit.
Sejarah kredit yang macet tidak dapat dihapus, juga merupakan kendala utama
untuk mendapatkan pinjaman pribadi. Alasan pinjaman pribadi untuk orang-orang
yang memiliki catatan sejarah dalam kredit macet di satu bank sulit untuk didapat
kembali pada bank lainnya.
Dari uraian diatas, maka salah satu bentuk bank yang akan di bahas oleh
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini adalah PT Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan. Bagi PT Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan pemberian kredit merupakan salah satu
bentuk penanaman modal sehingga dapat meningkatkan kualitas bank, dan
pemberian kredit juga merupakan suatu penilaian yang tertuju kepada kualitas dari
Universitas Sumatera Utara
pinjaman yang diberikan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Graha Helvetia Medan sebagai salah satu bank yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan-pelayanan jasa perbankan bagi masyarakat. Namun dalam
realisasinya kredit yang disalurkan oleh bank belum tentu berjalan lancar karena
tidak semua nasabah mampu mengembalikan kredit pada bank dikarenakan
berbagai macam masalah yang dihadapi sehingga terjadi masalah kredit macet
yang merugikan pihak bank sebagai kreditur.
Hasil penelitian tentang kredit macet antara lain pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya, diantaranya adalah:
1. Zaenal Fanani, 2010 dalam Skripsi yang berjudul ‘Strategi Penanganan
Kredit Macet terhadap Usaha pada PT BPR Tunas Artha Jaya Pare
Kediri’.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis pada
penelitian ini maka strategi yang telah ditempuh dalam upaya penanganan
kredit macet guna kelangsungan hidup BPR adalah :
1) Manajemen puncak memberikan memberikan peluang bagi mereka
yang berpresttasi terutama berkaitan dengan kredit macet.
2) Pimpinan selalu mengikut sertakan karyawan untuk ikut
menentukan dan memikirkan solusi apa yang nantinya diambil jika
terjadi kondisi hutang yang tidak dapat dibayar.
3) Menambah sarana dan prasarana sesuai kemajuan tehnologi
4) Perlu dilaksanakan pelatihan guna memperkecil tingkat
ketergantungan
Universitas Sumatera Utara
5) Peningkatan penghargaan bagi karyawan berprestasi
6) Peningkatan pembinaan yang lebih intensif
7) Perlu adanya ekstra kerja yang lebih prima
8) Peningkatan kualitas karyawan guna mengatasi sikap masyarakat
yang tidak membayar
9) Meningkatkan sikap kehati-hatian dalam melakukan persetujuan
atas kredit yang diajukan
10) Meningkatkan koordinasi antar karyawan
11) Meningkatkan pembinaan guna mengurangi tingkat kemacetan
kredit.
12) Meningkatkan kepercayaan terhadap masyarakat.
2. Nandasari Ikhwana, 2009 dalam Tesis yang berjudul ‘Penyelesaian Kredit
Macet dengan Hak Tanggungan pada PT Bank Pembangunan daerah
Sumatera Selatan di Palembang’.
Menyatakan bahwa Apabila kredit yang diberikan mengalami kemacetan,
maka langkah yang dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut
beragam, hal ini karena akan dilihat terlebih dahulu penyebab terjadinya
kredit macet tersebut, apabila memang masih dapat di selamatkan maka
dilakukan dengan cara restrukturisasi kredit, tetapi apabila kredit tersebut
sudah tidak dapat diselamatkan kembali maka tindakan terakhir yang
dilakukan oleh bank adalah melakukan eksekusi terhadap jaminan kredit
yang telah dijaminkan oleh nasabah.
Universitas Sumatera Utara
3. Sudiman Sidabuke, 2012 dalam Jurnal yang berjudul ‘Kredit Macet dan
Novasi Subjektif Pasif’.
Penyelesaian kredit macet yang telah diambil oleh Kantor Pelayanan
Piutang dan Lelang Negara (KP2LN), membawa implikasi tugas dan
tanggung jawab kreditor (bank) dalam hubungan perjanjian kredit telah
berakhir. Pada kondisi ini, masih dimungkinkan penyelesaian pembayaran
dengan mekanisme novasi, yakni dengan pembaharuan utang (peralihan
debitor).
4. Hastoni dan Andi Nugraha, 2006 dalam Jurnal yang berjudul ‘Penerapan
Sistem Pengendalian Intern dalam meminimalkan Kredit Macet, Studi
Kasus pada PT Sinar Sosro Kp Sawangan’.
Prosedur dan sistem pengendalian penjualan kredit yang telah dilakukan
pada PT Sinar Sosro Kp Sawangan jika dilihat dari perbandingan analisa
umur piutang selama tiga semester terdahulu yang mana mengalami
kemajuan yang signifikan. Maka menunjukkan system pengendalian yang
dilakukan tersebut sudah cukup baik. Untuk memperkuat pengendalian
intern penjualan kredit tersebut, pihak perusahaan melakukan suatu
metode berkesinambungan agar tidak terjadi piutang macet.
Metode tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan penyaringan pelanggan
b. Penentuan/penaksiran resiko kredit
c. Ketetapan dan ketentuan dalam menghadapi pelanggan yang
melakukan tunggakan(penunggak)
Universitas Sumatera Utara
d. Aktivitas pengendalian
e. Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit
5. Joko Saptono, 2008 dalam Skripsi yang berjudul ‘Standar Operasional
Prosedur Pengajuan Kredit dan Sistem Pengawasan Intern untuk
mencegah Kredit Macet pada PT Bank Tabungan Negara cabang Malang’.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur Kredit di PT Bank Tabungan Negara (Persero)
Cabang Malang dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
mengajukan permohonan kredit serta memberikan kemudahan pihak bank
untuk mengontrol atau mengawasi kredit yang telah tersalurkan kepada
nasabah. Adapun penerapan pengawasan kredit dengan cara pemeriksaan
data dokumen calon nasabah dengan teliti dan cermat serta pengawasan
secara langsung ketempat nasabah bekerja. Sedangkan untuk pencegahan
kredit macet PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang
menerapkan kebijakan yaitu penetapan kebijakan dan prosedur manajemen
risiko kredit, penentuan limit-limit risiko kredit yang bisa ditolerir oleh
bank, identifikasi risiko kredit, pengukuran risiko kredit sehingga
diperoleh kebutuhan modal untuk menyerap risiko yang ada, pemantauan
dan pengendalian risiko kredit.
Permasalahan aktual yang dihadapi PT Bank Syariah Mandiri yaitu dalam
memasarkan kredit. Kinerja perusahaan dinilai berdasarkan pencapaian realisasi
terhadap target kredit yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila target tidak
tercapai, permasalahan aktual ini lah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi
bank syariah mandiri dalam sehari-seharinya. Penilaian kinerja tersebut
Universitas Sumatera Utara
merupakan bagian dari kegiatan evaluasi kinerja yang selalu dilakukan pada akhir
triwulan atau setiap tiga bulan sekali. Sesuaikah kredit yang diberikan kepada
nasabah, dan bagaimana laporan pengembalian dana kredit yang diberikan
tersebut lancar tidaknya atau malah menyebabkan masalah yang menjadi kredit
macet. Hal ini dapat dijadikan informasi sebagai perbaikan periode berikutnya
selama kegiatan operasional PT Bank Syariah Mandiri.
Disini pastinya pihak bank memiliki kebijakan untuk mengantisipasi dan
mengatasi masalah terjadinya kredit macet yang selalu di hadapi. Sehingga
penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan
Penyelesaian Kredit Macet pada PT Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Graha Helvetia, Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet pada Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan?
2. Bagaimana cara penyelesaian bank terhadap masalah kredit macet di Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan?
3. Hambatan-hambatan apakah yang ditemui dalam penyelesaian kredit
macet di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia
Medan?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan tentang perkreditan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah. Produk kredit pada bank Syariah Mandiri banyak
macamnya, yaitu kredit modal kerja, kredit investasi, kredit pembelian rumah dan
lain-lain. Dalam hal ini penelitian dibatasi hanya pada kredit modal kerja dan
kredit investasi.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pada dasarnya memiliki
tujuan penelitian, dalam maksud memberikan arahan ataupun jalur tertentu
terhadap penelitian itu sendiri. Penelitian ini memilki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan kredit macet
pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia
Medan.
2. Untuk mengatahui cara penyelesaian bank terhadap masalah kredit macet
di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia
Medan.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apakah yang ditemui dalam
penyelesaian kredit macet di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Graha Helvetia Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk
mengembangkan khasanah keilmuan tentang perbankan khususnya menyangkut
sistem perkreditan. Sedangkan manfaat praktis penelitian ini antara lain :
1. Bagi penulis bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan penulis dalam melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah
bidang perbankan khususnya mengenai aspek perkreditan.
2. Bagi penulis di masa mendatang sebagai bahan referensi untuk penelitian
relevan khususnya penelitian dalam bidang kredit perbankan syariah.
3. Bagi perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak instansi
tentang kebijakan mengatasi kredit macet.
4. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Penelitian ini menjadi bahan
masukan untuk fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa/i
masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Verryn Stuart dalam (Hermansyah, 2005: 8) berpendapat bahwa Bank
adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari
orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang
giral.
Bank menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkan dananya
kepada masyarakat dengan tujuan untuk mendorong peningkatan taraf hidup
rakyat banyak. Dua fungsi pokok bank yaitu penghimpunan dana masyarakat dan
penyaluran dana kepada masyarakat, oleh karena itu disebut Financial
Intermediary.
Sedangkan menurut Andreae dalam (Untung, 2000: 13) bank dalam arti
luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur
menyediakan uang untuk pihak ketiga.
Berkaitan dengan pengertian bank, pasal 1 butir 2 Undang-undang nomor
10 tahun 1998 tentang perbankan (Hermansyah, 2005: 8) merumuskan bahwa
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan memyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Universitas Sumatera Utara
Kasmir menyatakan dalam bukunya yang berjudul Pemasaran bank (2010:
8) bahwa secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank
lainnya.
2.1.2 Pengertian Bank Syariah
Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum
islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak
membayar Bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah
maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian
antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat diperbankan syariah
harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah islam.
Undang-undang perbankan syariah no. 21 tahun 2008 (Ismail, 2011: 33)
menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah
(UUS), dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Dana dan penyaluran jasa pada Bank Syariah Sumber : Ismail (2011: 39)
2.1.3 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak
menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai dengan
syariah islam. Dalam menentukan imbalannya, baik imbalan yang diberikan
maupun diterima, bank syariah tidak menggunakan system bunga, akan tetapi
menggunakan konsep imbalan sesuai dengan akad yang diperjanjikan.
Berikut ini adalah perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional:
Tabel 2.1 Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
No. Bank Syariah No. Bank Konvensional
1. Invetasi, hanya untuk proyek dan produk yang halal serta menguntungkan
1. Tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang dibiayai menguntungkan.
2. Return yang dibayar dan/atau diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan prinsip syariah
2. Return yang dibayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna berupa bunga
BANK SYARIAH
Penghimpunan Dana Penyaluran Dana Pelayanan Jasa
Universitas Sumatera Utara
3. Perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai dengan syariah islam
3. Perjanjian menggunakan hokum positif
4. Orientasi pembiayaan tidak hanya untuk keuntungan tetapi juga falah oriented, yaitu berorientasi pada esejahteraan masyarakat
4. Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atas dana yang dipinjamkan
5. Hubungan antara bank dan nasabah adalah mitra
5. Hubungan antara bank dan nasabah adalah kreditur dan debitur
6. Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan pengawas syariah (DPS)
6. Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, dan Komisaris
7. Penyelesaian sengketa/masalah, diupayakan diselesaikan secara musyawarah antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama
7. Penyelesaian sengketa/masalah melalui pengadilan negeri setempat
Sumber : Ismail (2011: 38)
2.1.4 Sejarah Bank Syariah di Indonesia
Industri perbankan yang pertama menggunakan system syariah adalah PT
Bank Muamalat Indonesia Tbk yang didirikan pada tahun 1991 dan memulai
kegiatan operasionalnya pada bulan Mei 1992. Pendirian bank dimaksud,
diprakarsai oleh majelis ulama Indonesia (MUI), pemerintah Indonesia, serta
mendapatkan dukungan nyata dari eksponen ikatan cendekiawan muslim se-
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, bank
muamalat berhasil menyandang predikat sebagai bank devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan
Universitas Sumatera Utara
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus
dikembangkan.
Pada akhir tahun 1990-an, Indonesia dilanda oleh krisis moneter yang
memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia tenggara. Sektor
perbankan nasional dilanda oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
mencapai lebih 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp. 105 miliar.
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai
sebelum dikeluarkannya kerangka hokum formal sebagai landasan operasional
perbankan syariah di Indonesia. Hal dimaksud berarti secara yuridis empiris telah
diakui keberadaannya oleh warga masyarakat islam di Indonesia. Sebelum tahun
1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan nonbank yang telah
menerapkan konsep bagi hasil (mudharabah) dalam kegiatan operasionalnya. Hal
ini menunjukkan kebutuhan warga masyarakat tentang kehadiran institusi-
institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan
ajaran islam bagi pemeluknya.
Saat ini Indonesia mempunyai peran penting dalam dunia keuangan
syariah. Jumlah bank dan asuransi yang menawarkan layanan syariah dan emiten
obligasi syariah telah jauh meninggalkan Malaysia. Riset-riset yang berpuncak
pada Islamic banking outlook 2005 hanya dapat ditemui di Indonesia. Islamic
banking award dan Islamic banking quality award secara regular telah digelar
sejak tahun 2003. Oleh karena itu tidak heran kantor ekonomi di Singapura
kebanjiran permintaan regulasi perbankan syariah dan fatwa-fatwa dewan syariah
Universitas Sumatera Utara
nasional (DNS) dalam bahasa Inggris. Berbagai wawancara melalui radio, TV,
Koran dan majalah singapura dengan ketua bidang fatwa MUI menunjukkan
tingginya minat komunitas bisnis singapura terhadap industri keuangan syariah.
Di Indonesia bank syariah mandiri merupakan salah satu lembaga perbankan yang
diperhitungkan kinerja dan pelayanannya yang terbaik terhadap masyarakat.
Pedirian bank syariah mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi bankir
syariah. Bila BSM berhasil, maka bank syariah di Indonesia dapat berkembang.
Sebaliknya, bila BSM gagal, maka besar kemungkinan bank syariah di Indonesia
akan gagal. Hal ini disebabkan karena BSM merupakan bank syariah yang
didirikan oleh bank BUMN milik pemerintah. Ternyata BSM cepat mengalami
perkembangannya. Pendirian bank syariah diikuti oleh pendirian beberapa bank
syariah atau unit usaha syariah lainnya.
2.2 Kredit
2.2.1 Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa yunani, credere,yang berarti kepercayaan.
Dengan demikian istilah kredit memiliki arti khusus, yaitu meminjamkan uang
(atau penundaan pembayaran). Apabila orang mengatakan membeli secara kredit
maka hal itu berarti si pembeli tidak harus membayarnya pada saat itu juga. Kredit
adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu
pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada
suatu jangka waktu yang disepakati. Kohler dalam (Rahman, 2000: 19)
Berdasarkan pengertian diatas menunjukkan bahwa prestasi yang wajib
dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata-
Universitas Sumatera Utara
mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan kredit (pembiayaan) menurut bank
syariah adalah suatu aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada
pihak nasabah yang membutuhkan dana (Ismail, 2011: 105). Pembiayaan sangat
bermanfaat bagi bank syariah, nasabah, dan pemerintah. Pembiayaan memberikan
hasil yang paling besar diantara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh
bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu
melakukan analisis pembiayaan yang mendalam.
Didalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank
syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam
menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah
menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah
menyalurkan dana kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan yang disebut oleh
bank konvensional sebagai kredit. Sifat pembiayaan, bukan merupakan hutang-
piutang tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam
melakukan usaha (Ismail, 2011: 106).
Menurut Undang-undang perbankan no. 10 tahun 1998 dalam (Ismail,
2011: 106), pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dan pihak lain yang dibiayi untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Didalam perbankan
Universitas Sumatera Utara
syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna berdasarkan pada
prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum islam.
Kredit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah mengenai
kredit macet. Karena kredit macet bagi dunia perbankan merupakan “penyakit”
berbahaya yang dapat membuat lumpuhnya suatu bank.
Angka kredit macet yang cukup tinggi, merupakan macetnya suatu produk
bank. Jika macetnya produk bukan bank, maka hal ini akan mengancam
kelangsungan hidup perusahaan tersebut, yang dimiliki para pemilik saham.
Sedangkan pada bank, masalahnya akan lain. Karena kredit macet tidak saja akan
merugikan para pemilik saham bank tersebut, tetapi juga akan merugikan para
pemilik dana, yang sebagian besar adalah anggota masyarakat, dari berbagai
lapisan dan tingkat kehidupan, yang dapat meresahkan masyarakat, bahkan
merusak sendi perekonomian suatu Negara.
2.2.2 Unsur-unsur Kredit
Intisari dari kredit adalah unsur kepercayaan. Unsur lainnya adalah
mempunyai pertimbangan tolong-menolong. Selain itu, dilihat dari pihak kreditur,
unsur penting dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil
keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi; sedangkan dipandang
dari segi debitur, adalah adanya bantuan dari kreditur untuk menutupi kebutuhan
yang berupa prestasi. Hanya saja antara prestasi dengan kontraprestasi tersebut
ada suatu masa yang memisahkannya. Kondisi ini mengakibatkan adanya resiko
yang berupa ketidaktentuan, sehingga oleh karenanya diperlukan suatu jaminan
dalam pemberian kredit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suyatno dalam (Hermanyah, 2005: 58) bahwa unsur-unsur kredit
terdiri atas :
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang.
2. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang,
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang diterima
pada masa yang akan datang.
3. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit
diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh-jauh
kemampuan manusia untuk menerobos masa depan itu, maka masih selalu
terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat dipehitungkan.
4. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang,
tetapi jg dapat berbentuk barang, atau jasa. Namun, karena kehidupan
ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-
transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita jumpai
dalam praktik perkreditan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Unsur-unsur kredit Sumber : (Untung, 2000: 2)
Bertitik tolak dari pendapat diatas, maka bisa dikemukakan bahwa selain
unsur kepercayaan tersebut, dalam permohonan dan pemberian kredit juga
mengandung unsur lain, yaitu unsur waktu, unsur resiko dan unsur prestai.
Dalam bank syariah, unsur-unsur pembiayaan (kredit) terbagi lagi jadi
bermacam macam unsur pembiayaan, yaitu:
1. Bank syariah, merupakan usaha yang memberikan pembiayaan kepada
pihak lain yang membutuhkan dana.
2. Mitra usaha/partner, merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan dari
bank syariah, atau pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah.
3. Kepercayaan, bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak yang
menerima pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban untuk
mengembalikan dana bank syariah sesuai dengan jangka waktu tertentu
yang diperjanjikan. Bank syariah memberikan pembiayaan kepada mitra
usaha sama artinya dengan bank memberikan kepercayaan kepada pihak
Kepercayaan
Waktu
Resiko
Prestasi
Unsur Kredit
Universitas Sumatera Utara
penerima pembiayaan, bahwa pihak penerima pembiayaan akan dapat
memenuhi kewajibannya.
4. Akad, merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang
dilakukan antara bank syariah dan pihak nasabah/mitra.
5. Resiko, setiap dana yang disalurkan/diinvestasikan oleh bank syariah
selalu mengandung resiko tidak kembalinya dana. Resiko pembiayaan
merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang
disalurkan tidak dapat kembali.
6. Jangka waktu, merupakan periode waktu yang diperlukan oleh nasabah
untuk membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan oleh bank
syariah. Jangka waktu dapat bervariasi antara lain jangka pendek, jangka
panjang, jangka menengah, dan jangka panjang. Jangka pendek adalah
jangka waktu pembayaran kembali pembiayaan hingga 1 tahun. Jangka
menengah merupakan jangka waktu yang diperlukan dalam melakukan
pembayaran kembali antara 1 hingga 3 tahun. Jangka panjang adalah
jangka waktu pembayaran kembali pembiayaan yang lebih dari 3 tahun.
7. Balas jasa, sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank syariah,
maka nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai dengan akad yang telah
disepakati antara bank dan nasabah.
Menurut Subekti dalam (Hermansyah, 2005: 59), bahwa yang dimaksud
dengan resiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu
kejadian di luar kesalahan salah satu pihak. Berkaitan dengan pemberian kredit
oleh bank kepada debitur tentu pula mengandung resiko usaha bagi bank. Resiko
Universitas Sumatera Utara
disini adalah resiko kemungkinan ketidakmampuan dari debitur untuk membayar
angsuran atau melunasi kreditnya karena sesuatu hal tertentu yang tidak
dikehendaki. Oleh karena itu, semakin lama jangka waktu atau tenggang waktu
yang diberikan untuk pelunasan kredit, maka semakin besar juga resiko bagi bank.
Bank sebagai kreditor berkewajiban untuk memberikan kredit sesuai
dengan jumlah yang disetujui, dan atas prestasinya tersebut bank berhak untuk
memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitur sebagai kontraprestasinya.
2.2.3 Pihak-Pihak Dalam Kredit
Para pihak dalam kredit pada dasarnya hanya ada dua, yaitu pihak kreditur
(bank) dan pihak debitur (Untung, 2000: 3). Namun masalahnya akan menjadi
lain apabila barang jaminan diberikan oleh pihak ketiga yang turut serta
mendatangani perjanjian kredit (hutang-piutang) atau personal guarantee
diberikan oleh pihak ketiga. Jadi disini pihak ketiga bertindak sebagai penjamin.
Debitur adalah nasabah perorangan/perusahaan yang meminjam kredit
kepada pihak bank. Kreditur adalah pihak bank yang meminjamkan kredit kepada
nasabah sesuai dengan perjanjian pengembalian dan aspek tertentu yang telah
disepakati bersama. Sedangkan pihak ketiga adalah penjamin dalam perjanjian
kredit di pihak debitur untuk menjamin unsur kepercayaan dalam kredit kepada
pihak kreditur.
Hal tersebut akan berdampak luas apabila debitur wanprestasi. Dalam
kasus ini peran pihak ketiga akan terlihat sekali. Dalam praktek, bank di dalam
memberikan kredit selalu meminta barang jaminan; apakah barang bergerak
ataupun barang tidak bergerak. Hal ini sangat tergantung dari nilai kredit yang
Universitas Sumatera Utara
diminta. Bank biasanya hanya memberikan kredit sebesar 60 sampai 70% dari
nilai jaminan yang diberikan.
Menurut Soebakti dalam (Untung, 2005: 53), jaminan yang ideal (baik)
dapat terlihat dari:
1. Dapat membantu memperoleh kredit bagi pihak yang memerlukannya.
2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si penerima kredit untuk melakukan
(meneruskan) usahanya.
3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa apabila perlu
maka mudah diuangkan untuk melunasi hutang si debitur.
Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit bank
harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, odal,
agunan dan prospek usaha dari debitur.
Mengingat bahwa agunan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian
kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan
atas kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya, agunan hanya dapt
berupa proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit bersangkutan.
Pada prinsipnya kreditur dapat menyita dan melaksanakan penjualan
benda mana saja milik debitur. Debitur pada asasnya tak berhak untuk menuntut
agar yang disita dan dijual meja kursinya saja, jangan lemari pakaiannya. Karena
semua barang yang menjadi jaminan sepenuhnya adalah milik kreditur ketika
debitur tidak bisa melunasi hutangnya, jadi debitur tidak berhak mengatur atau
meminta barang mana yang menjadi jaminan untuk di jual atau disita.
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan jaminan itu sendiri adalah tanggungan yang
diberikan oleh debitur kepada kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu
kepentingan, yaitu bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu
perikatan.
2.2.4 Jenis Kredit
Kredit terdiri dari beberapa jenis bila dilihat dari berbagai pandangan.
Dalam hal ini macam atau jenis kredit yang ada juga tidak bias dipisahkan dari
kebijaksanaan perkreditan yang digariskan sesuai tujuan pembangunan. Pada
mulanya kredit didasarkan atas kepercayaan murni, yaitu berbentuk kredit
perorangan karena kedua belah pihak saling mengenal. Dengan berkembangnya
waktu maka berkembang pula unsur-unsur lain yang menjadi landasan kredit,
kelengkapan dokumen perdagangan, atau dari berbagai kriteria lainnya.
Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu dari kriteria
lembaga pemberian-penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit,
kelengkapan kredit, kelengkapan dokumen perdagangan, atau dari berbagai
kriteria lainnya (Untung, 2000: 5).
Dari segi lembaga pemberi-penerima kredit yang menyangkut struktur
pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit dapat digolongkan menjadi
sebagai berikut:
1. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau
konsumsi.
2. Kredit likuiditas.
3. Kredit langsung.
Universitas Sumatera Utara
Dari segi tujuan penggunaannya, kredit dikelompokkan menjadi :
1. Kredit konsumtif.
2. Kredit produktif.
3. Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif (semi konsumtif
dan semi produktif).
Dari segi dokumen, kredit sangat terikat dengan dokumen-dokumen
berharga yang memiliki substitusi nilai sejumlah uang, dan dokumen tersebut
merupakan jaminan pokok pemberian kredit. Kredit ini banyak digunakan oleh
orang yang mengadakan transaksi dagang jarak jauh. Jenis kredit ini terdiri dari:
1. Kredit ekspor.
2. Kredit impor.
Dari segi besar-kecilnya aktivitas perputaran usaha, yaitu melihat
dinamika, sektor yang digeluti, asset yang dimiliki, dan sebagainya, maka jenis
kredit dikelompokkan menjadi:
1. Kredit kecil.
2. Kredit menengah.
3. Kredit besar.
Dari segi waktunya, kredit dikelompokkan menjadi:
1. Kredit jangka pendek (short term loan).
2. Kredit jangka menengah (medium term loan).
3. Kredit jangka panjang.
Dari segi jaminannya, kredit dapat dibedakan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
1. Kredit tanpa jaminan, atau kredit blanko (unsecured loan).
2. Kredit dengan jaminan (secured loan).
Berdasarkan jangka waktu dan penggunaannya kredit dapat di golongkan
menjadi sebagai berikut:
1. Kredit investasi.
2. Kredit modal kerja.
3. Kredit konsumsi.
Sedangkan menurut pembiayaan bank syariah dibedakan menjadi
beberapa jenis, antara lain:
1. Pembiayaan dilihat dari tujuan penggunaan.
2. Pembiayaan dilihat dari jangka waktunya.
3. Pembiayaan dilihat dari sektor usaha.
4. Pembiayaan dilihat dari segi jaminan.
5. Pembiayaan dilihat dari jumlahnya.
2.2.5 Dasar-dasar Pemberian Kredit
Dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip bank
syariah, bank wajib nenerhatikan hal-hal sebagai mana ditentukan dalam pasal 8
ayat (1) dan (2) Undang-undang no. 10 tahun 1998 dalam (Hermansyah, 2005: 62)
yang berbunyi:
Pasal 8 ayat (1):
Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
Universitas Sumatera Utara
mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur
untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud
sesuai
Pasal 8 ayat (2):
Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh bank Indonesia.
Berkaitan dengan itu, menurut penjelasan pasal 8 ayat (2) dikemukakan
bahwa pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
ditetapkan oleh bank Indonesia yang wajib dimiliki dan diterapkan oleh bank
dalam pemberian kredit dan pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat
dalam bentuk perjanjian tertulis.
2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan
nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama
terhadap watak, kemampuan, modal agunan, dan proyek usaha dari
nasabah debitur.
3. Kewajiban bank untuk menyususn dan menerapkan prosedur pemberian
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip perbankan syariah.
4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai
prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah.
Universitas Sumatera Utara
5. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur
dan/atau pihak-pihak terafiliasi.
6. Penyelesaian sengketa
Ketentuan pasal 8 ayat (1) dan (2) di atas merupakan dasar atau landasan
bagi bank dalam menyalurkan kreditnya kepada nasabah debitur. Lebih dari itu,
karena pemberian kredit merupakan salah satu fungsi utama dari bank, maka
dalam ketentuan tersebut juga mengandung dan menerapkan prinsip kehati-hatian
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 2 Undang-undang no. 7 tahun 1992
tentang perbankan.
Untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah di kemudian hari, penilaian
suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit
dilakukan dengan berpedoman kepada formula 4P dan formula 5C (Hermansyah,
2005: 63).
Formula 4P adalah sebagai berikut:
1. Personality
Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap mengenai
kepribadian si pemohon kredit, antara lain mengenai riwayat hidupnya,
pengalamannya dalam berusaha, pergaulan dalam masyarakat, dan lain-
lain. Hal ini diperlukan untuk menentukan persetujuan kredit yang
diajukan oleh pemohon kredit.
Universitas Sumatera Utara
2. Purpose
Selain mengenai kepribadian (personality) dari pemohon kredit, bank juga
harus mencari data tentang tujuan atau penggunaan kredit tesebut sesuai
line of business kredit bank yang bersangkutan.
3. Prospect
Dalam hal ini bank harus melakukan analisis secara cermat, tepat, teliti
dan mendalam tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh pemohon
kredit. Misalnya, apakah usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit
mempunyai prospek dikemudian hari ditinjau dari aspek ekonomi dan
kebutuhan masyarakat. Sehingga kredit yang diberikan bank nantinya
tidak sia-sia ketika dikeluarkan.
4. Payment
Bahwa dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui dengan jelas
mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk melunasi kredit dalam
jumlah dan jangka waktu yang ditentukan.
Mengenai formula 5C dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Character
Bahwa calon nasabah debitur memiliki watak, moral, dan sifat-sifat
pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat kejujuran integritas, dan kemauan dari calon nasabah
debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi
Universitas Sumatera Utara
ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan
informasi dari usaha-usaha yang sejenis.
2. Capacity
Yang dimaksud dengan capacity dalam hal ini adalah kemampuan calon
nasabah debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mamnpu melihat
prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan
baik dan memberikan keuntungan yang menjamin bahwa ia mampu
melunasi hutang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah
ditentukan.
3. Capital
Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap
modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah
semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih
difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh
pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan
efektif.
4. Collateral
Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang
merupakan sarana pengaman (back up) atas resiko yang mungkin terjadi
atas wanprestasinya nasabah debitur dikemudian hari, misalnya terjadi
kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa hutang kredit
baik hutang pokok maupun bunganya.
Universitas Sumatera Utara
5. Condition of economy
Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum
dan kondisi sector usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari
bank untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan
oleh kondisi ekonomi tersebut.
Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit diatas, pada dasarnya
pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur berpedoman kepada 2 prinsip
(Hermansyah, 2005: 65), yaitu:
1. Prinsip kepercayaan
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada
nasabah debitur selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai
kepercayaam bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah
debitur sesuai dengan peruntukannya, dan terutama sekali bank percaya
nasabah debitur yang bersangkutan mampu melunasi hutang kredit beserta
bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
2. Prinsip kehati-hatian (prudential principle)
Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit
kepada nasabah debitur harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip
kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan
secara konsisten berdasarkan iktikad baik terhadap semua persyaratan dan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh
bank yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Produk Kredit Bank Syariah
Terdapat dua jenis pembiayaan (kredit) dalam bank syariah, yang dimana
pembiayaan tersebut merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan
dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Jenis-jenis pembiayaan
(kredit) tersebut dalam situs resmi (www.syariahmandiri.co.id) adalah sebagai
berikut:
1. Kredit modal kerja, digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. Bagian-bagian dari kredit
modal kerja ini adalah:
a. Musyarakah
Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank
merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi
sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Manfaat:
1) Lebih menguntungkan karena berdasarkan prinsip bagi hasil
2) Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan
realisasi usaha.
Fasilitas:
1) Mekanisme pengembalian pembiayaan yang fleksibel (bulanan
atau sekaligus diakhir periode)
2) Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing
3) Pembiayaan dapat dalam berupa Rupiah dan US Dollar.
b. Pembiayaan dana berputar
Universitas Sumatera Utara
Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja
dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan
sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
Akad Pembiayaan:
1) Akad yang digunakan adalah akad musyarakah
2) Akad musyarakah adalah akad kerja sama usaha patungan dua
pihak atau lebih pemiliki modal (syarik/shahibul maal) untuk
membiayai suatu jenis usaha (masyru) yang halal dan
produktif.
Manfaat:
1) Membantu menanggulangi kesulitan likuiditas nasabah
terutama kebutuhan dana jangka pendek
2) Nasabah dapat memanfaatkan pembiayaan bank secara optimal
sesuai dengan kebutuhan riil dengan cara melakukan penarikan
sesuai dengan kebutuhan.
Fitur:
1) Jenis pembiayaan adalah pembiayaan modal kerja
2) Peruntukan pembiayaan adalah perorangan dan perusahaan
3) Jangka waktu pembiayaan 1 tahun dan dapat diperpanjang
4) Menggunakan 2 (dua) rekening, yaitu rekening giro dan
rekening pembiayaan
5) Penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan
menggunakan cek/BG. Transfer dengan menyertakan cek/BG.
c. Mudharabah
Universitas Sumatera Utara
Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh
modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank.
Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
Manfaat:
1) Membiayai total kebutuhan modal usaha nasabah
2) Nisbah bagi hasil tetap antara Bank dan Nasabah
3) Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau realisasi
usaha nasabah (revenue sharing).
Fasilitas:
1) Pembiayaan dalam valuta rupiah atau US Dollar
2) Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan
3) Mekanisme pengembalian pembiayaan yang fleksibel (bulanan
atau sekaligus diakhir periode)
4) Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing
5) Pembiayaan dapat dalam berupa Rupiah dan US Dollar.
d. Pembayaran resi gudang
Pembiayaan Resi Gudang adalah pembiayaan transaksi komersial dari
suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan
jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada
dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara independen
(independently controlled warehouse).
Peruntukkan:
1) Perorangan
Universitas Sumatera Utara
2) Badan Usaha.
Akad Pembiayaan:
1) Murabahah
2) Mudharabah
3) Musyarakah.
Benefit/manfaat bagi nasabah:
1) Meningkatkan bankable, karena persediaan barang menjadi
eligible security
2) Meningkatkan perputaran persediaan barang dan profitabilitas
3) Outsourcing control atas manajemen persediaan di lapangan
4) Meningkatkan modal kerja untuk ekspansi bisnis dan
pengembangan usaha, meskipun kondisi fixed asset terbatas.
Karakteristik Pembiayaan Resi Gudang:
1) Pembiayaan untuk transaksi komersial (modal kerja)
2) Pembiayaan untuk suatu komoditas/produk yang
diperdagangkan secara luas (bersifat tradeable) dan komoditas
tersebut merupakan jaminan utama
3) Pembiayaan untuk menutup finance gap dari nasabah yang
bertransaksi, dengan pencairan dana, tenor, dan
cicilan/pembayarannya, disesuaikan dengan siklus pembelian-
produksi/penyimpanan-penjualan (cash-to-cash cycle)
4) Pembiayaan dengan keberadaan Pengelola Agunan (Collateral
Manager) yang independen dan credible.
Universitas Sumatera Utara
2. Kredit investasi
Pemibiayaan investasi diberikan oleh bank syariah kepada nasabah untuk
pengadaan barang-barang modal (aset tetap) yang mempunyai nilai
ekonomis lebih dari satu tahun. Berikut ini adalah bagian dari kredit
investasi:
a. Murabahah
Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan akad
jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang
dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok
ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
Manfaat:
1) Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang
konsumsi seperti rumah, kendaraan atau barang produktif
seperti mesin produksi, pabrik dan lain-lain
2) Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah
angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian.
Fasilitas:
1) Periode kontrak ditentukan nasabah
2) Pembiayaan dalam valuta rupiah atau US dollar
2.2.7 Proses Pemberian Kredit Bank
Sebagai lembaga keuangan peranan bank dalam perekonomian sangatlah
penting. Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank
dengan fasilitas kreditnya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh kredit bank seorang debitur harus melalui beberapa
tahapan, yaitu dari tahap pengajuan aplikasi kredit sampau dengan tahap
penerimaan kredit. Tahapan-tahapan tersebut merupakan suatu proses baku yang
berlaku bagi setiap debitur yang membutuhkan kredit bank.
Proses pemberian kredit oleh suatu satu bank dengan bank lainnya tidak
jauh berbeda. Kalaupun ada perbedaan hanya terletak pada persyaratan dan
ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing
dengan tetap memperhitungkan unsur persaingan atau kompetisi.
Untuk memperoleh kredit dari bank, maka tahap pertama yang dilakukan
adalah mengajukan permohonan aplikasi kredit kepada bank yang bersangkutan
(Hermansyah, 2005: 68). Permohonan aplikasi kredit tersebut harus dilampiri
dengan dokumen yang dipersyaratkan.
Dalam pengajuan permohonan/aplikasi kredit oleh perusahaan sekurang-
kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Profil perusahaan beserta pengurusnya
2. Tujuan dan manfaat kredit
3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit
4. Cara pengembalian kredit
5. Agunan atau jaminan kredit
Permohonan/aplikasi kredit tersebut dilampirkan dengan dokumen-
dokumen pendukung yang di persyaratkan, yaitu:
1. Akta pendirian perusahaan
2. Identitas kartu tanda penduduk (KTP) para pengurus
Universitas Sumatera Utara
3. Tanda daftar perusahaan (TDP)
4. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
5. Neraca dan laporan rugi laba 3 (tiga) tahun terakhir
6. Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan
Sedangkan untuk permohonan/aplikasi perorangan adalah sebagai berikut:
1. Mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank
2. Tujuan dan manfaat kredit
3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit
4. Cara pengembalian kredit
5. Agunan atau jaminan kredit (kalau diperlukan)
Permohonan/aplikasi kredit tersebut dilengkapi dengan melampirkan
semua dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu:
1. Fotokopi identitas (KTP) yang bersangkutan
2. Kartu keluarga (KK)
3. Slip gaji yang bersangkutan
Setelah permohonan/aplikasi kredit tersebut diterima oleh bank, maka
bank akan melakukan penelitian secara mendalam dan mendetail terhadap berkas
aplikasi kredit yang diajukan. Apabila dari hasil penelitian yang dilakukan itu,
bank berpendapat bahwa berkas aplikasi tersebut telah lengkap dan memenuhi
syarat, maka bank akan melakukan tahap selanjutnya yaitu penilaian kelayakan
kredit.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan apabila ternyata berkas aplikasi kredit yang diajukan tersebut
belum lengkap dan belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka bank
akan meminta kepada pemohon kredit untuk melengkapinya.
Dalam tahap penilaian kelayakan kredit ini, banyak aspek yang dinilai
(Hermansyah, 2005: 70), yaitu:
1. Aspek hukum
Yang dimaksud dengan aspek hokum di sini adalah penilaian terhadap
keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon
kredit. Penilaian terhadap dokumen-dokumen tersebut dilakukan oleh
pejabat atau lembaga yang berwenang untuk itu.
2. Aspek pasar dan pemasaran
Dalam aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha yang akan
dijalankan oleh pemohon kredit untuk masa sekarang dan masa akan
datang.
3. Aspek keuangan
Dalam aspek ini yang dinilai dengan menggunakan analisis keuangan
adalah aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan
yang termuat dalam neraca dan laporan laba rugi yang dilampirkan dalam
aplikasi kredit.
Universitas Sumatera Utara
4. Aspek teknis/operasional
Selain aspek-aspek sebagaimana telah dikemukakan diatas, aspek lain
yang jga dilakukan penilaian adalah aspek teknis atau operasional dari
perusahaan yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi
tempat usaha, kondisi gedung beserta sarana, dan prasarana pendukung
lainnya.
5. Aspek manajemen
Penilaian terhadap aspek manajemen ini adalah untuk menilai pengalaman
dari perusahaan yang memohon kredit dalam mengelola kegiatan
usahanya, termasuk sumber daya manusia yang mendukung kegiatan
usaha tersebut.
6. Aspek sosial ekonomi
Untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang
dijalankan oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi
masyarakat baik secara ekonomis maupun social.
7. Aspek AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
Penilaian terhadap aspek AMDAL ini sangat penting karena merupakan
salah satu persyaratan pokok untuk dapat beroperasinya suatu perusahaan.
Oleh karena kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti
mempunyai dampak terhadap lingkungan baik darat, air dan udara.
Universitas Sumatera Utara
2.2.8 Fungsi dan manfaat kredit
Dalam buku Kredit perbankan di Indonesia (Untung, 2000: 4) Kredit pada
awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah
pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun
kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapatkan kredit harus dapat menunjukkan
prestasi yang lebih tinggi pada kemajuan usahanya itu, atau mendapatkan
pemenuhan atas kebutuhannya. Adapun bagi pihak yang memberikan kredit,
secara material dia harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang
wajar dari modal yang dijadikan objek kredit, dan secara spiritual mendapatkan
kepuasan karena dapat membantu pihak lain untuk mencapai kemajuan.
Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur, maupun
masyarakat, apabila secara social ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik.
Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama-sama memperoleh keuntungan, dan
juga mengakibatkan tambahan penerimaan Negara dari pajak, serta membawa
dampak kemajuan ekonomi yang besifat mikro maupun makro.
Kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang, dan juga dalam
perdagangan (Untung, 2000: 4), mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Meningkatkan daya guna uang
2. Meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang
3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang
4. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Universitas Sumatera Utara
5. Meningkatkan kegairahan berusaha
6. Meningkatkan pemerataan pendapatan
7. Meningkatkan hubungan internasional
Manfaat perkreditan itu sendiri akan dapat ditinjau dari masing-masing
pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkreditan itu sendiri (Rahman,
2000: 21), yaitu:
1. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan debitur
a. Debitur dapat memperluas dan mengembangkan usahanya dengan
lebih leluasa.
b. Dengan memperoleh kredit dari bank, debitur sekaligus juga akan
memperoleh berbagai manfaat yang lain, yaitu:
1) Fasilitas perbankan yang lebih murah dalam transfer, kliring,
pembukaan L/C impor, bank garansi dan lain-lain.
2) Bank juga menyediakan faisilitas-fasilitas konsultasi pasar,
manajemen, keuangan, teknis, yuridis kepada para debiturmya.
c. Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi
perusahaan debitur.
d. Rahasia keuangan debitur akan lebih terlindungi karena adanya
ketentuan rahasia bank dalam Undang-undang pokok perbankan.
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan perbankan
a. Memperoleh pendapatan bunga kredit, yaitu selisih antara bunga kredit
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank baik dalam rangka
untuk memperoleh dana masyarakat amupun biaya-biaya overhead
dalam rangka pengelolaan kredit tersebut.
b. Menjaga solvabilitas usaha bank, dalam arti bahwa dengan adanya
pendapatan bunga kredit tersebut di atas (spread bunga), maka bank
akan dapat memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan dana
masyarakat beserta bunganya kepada pemiliknya sebagaimana yang
telah diperjanjikan/dipersyaratkan.
c. Membantu memasarkan jasa-jasa perbankan yang lain. Hal ini
dimungkinkan dengan ditetapkannya oleh bank kepada debiturnya
suatu persyaratan agar semua kegiatan keuangan yang ada harus
disalurkan lewat bank yang bersangkutan, sehingga dengan demikian
secara otomatis jasa-jasa lain yang ditawarkan oleh bank dapat
dipasarkan untuk menampung kegiatan keuangan debitur tersebut.
d. Mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Setiap bentuk dari
kegiatan usaha agar tetap dapat mengembangkan usahanya, maka
harus mampu memperoleh surplus guna sarana bagi pembentukan
suatu cadangan yang kuat.
e. Untuk merebut pasar (market share) dalam industri perbankan, dalam
arti bahwa suatu fasilitas kredit yang diberikan dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai suatu alat penetrasi pasar untuk merebut market share dari
industry perbankan yang ada disuatu daerah.
f. Memungkinkan perbankan untuk mendidik para stafnya untuk
mengenal kegiatan-kegiatan industri yang lain secara mendetail.
Karena dengan suatu pembeian kredit ini bank akan mengumpulkan
dan meminta informasi yang selengkap-lengkapnya tentang berbagai
jenis usaha.
3. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan pemerintah
a. Perkreditan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan
ekonomi, baik secara umum maupun untuk pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi tertentu.
b. Sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan moneter. Sebagai ilustrasi;
dalam rangka pengendalian inflasi, pemerintah tentunya akan sangat
berkepentingan terhadap kegiatan perkreditan secara makro, antara lain
dengan membatasi plafond kredit serta mengarahkan perkreditan pada
sektor-sektor tertentu yang masih mampu menyerap kenaikan
kebutuhan permodalan dan mampu untuk membayar kembali kredit
yang telah diberikan.
c. Perkreditan sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha/kegiatan,
alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
d. Perkreditan sebagai sumber pendapatan Negara, dalam arti bahwa
pendapatan dari pemberian kredit oleh bank-bank milik Negara juga
akan merupakan sumber pendapatan bagi Negara.
4. Manfaat perkreditan ditinjau dari kepentingan masyarakat luas
a. Dengan adanya kelancaran dari proses perkreditan diharapkan akan
diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan memvuka
lapangan usaha atau lapangan kerja baru, sehingga akan menimbulkan
kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan di
masyarakat.
b. Terbukanya kemungkinan keterlibatan golongan profesi tertentu atas
suatu proses pemberian kredit oleh bank, yang tentunya juga dapat
meningkatkan penghasilannya, seperti; konsultan, akuntan public,
notaris, assets appraisal dan sebagainya
c. Masyarakat dapat menikmati hasil dari pada proyek yang dibiayai oleh
kredit bank. Bahkan dengan dibukanya atau didirikannya perusahaan
baru akan menimbulkan tumbuhnya usaha-usaha lain yang mempunyai
kaitan erat dengan perusahaan tersebut, antara supplier, penginapan
bagi para pekerja, warung makan dan perusahaan jasa lainnya.
2.2.9 Jaminan Kredit
Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh
bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanannya bank harus
memerhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
Universitas Sumatera Utara
dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk
melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan factor
penting yang harus diperhatikan oleh bank.
Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit,bank
harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal,
agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur.
Mengingat bahwa agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, maka
apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas
kemampuan nasabah debitur mengembalikan hutangnya, agunan dapat hanya
berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang
bersangkutan.
Selain apa yang telah dikemukakan di atas, bank dalam memberikan kredit
atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus pula memerhatikan hasil
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan yang ber skala besar
dan/atau beresiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap menjaga kelestarian
lingkungan.
Menurut ketentuan pasal 2 ayat (1) surat keputusan direksi bank Indonesia
no. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991 dalam (Hermansyah, 2005: 73)
tentang jaminan pemberian kredit, bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah
suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai
dengan yang diperjanjikan. Sedangkan menurut ketentuan pasal 1 butir 23 yang
dimaksud dengan agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah
Universitas Sumatera Utara
debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan pronsip syariah.
Berdasakan pada pengertian jaminan di atas, maka dapat dikemukakan
bahwa fungsi utama dai jaminan adalah untuk meyakinkan bank atau kreditur
bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang diberikan
kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama.
Macam-macam jaminan (Hermansyah, 2005 74):
1. Jaminan perorangan (personal guaranty)
Jaminan perorangan atau jaminan pribadi adalah jaminan seorang pihak
ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kwajiban-kewajiban
dari debitur. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa jaminan
perseorangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur)
dengan seorang pihak ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban-
kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan dapat diadakan di luar (tanpa)
pengetahuan si berhutang tersebut.
Dalam jaminan perorangan selalu dimaksudkan bahwa untuk pemenuhan
kewajibanm-kewajiban si berutang, yang dijamin pemenuhan seluruhnya
atau sampai suatu bagian (jumlah) tertentu, harta benda si penanggung
(penjamin) bias disita dan dilelang menurut ketentuan-ketentuan perihal
pelaksanaan (eksekusi) putusan-putusan pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
2. Jaminan kebendaan
Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan berupa suatu penjaminan
yang dilakukan oleh kreditur terhadap debiturnya, atau antara kreditur
dengan seorang pihak ketiga guna menjamin dipenuhinya kewajiban-
kewajiban dari debitur.
Jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya,
tetapi juga dapat diadakan antara kreditur dengan seorang pihak ketiga
yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari si berhutang
(debitur)
Pemberian jaminan kebendaan selalu berupa menyendirikan suatu bagian
dari kekayaan seseorang, si pemberi jaminan dan menyediakannya guna
pemenuhan (pembayaran) kewajiban hutang dari seorang debitur.
Kekayaan tersebut dapat berupa kekayaan si debitur sendiri atau kekayaan
seorang pihak ketiga. Penyendirian atau penyediaan secara khusus itu
diperuntukkan bagi keuntungan seorang kreditur tertentu yang telah
memintanya, karena bila tidak ada penyendirian atau penyediaan khusus
itu, bagian dari kekayaan tadi, seperti halnya dengan seluruh kekayaan si
debitur dijadikan jaminan untuk pembayaran semua hutang debitur.
Oleh karena itu, pemberian jaminan kebendaan kepada seorang kreditur
tertentu, memberikan kepada kreditur tersebut suatu privilege atau
kedudukan istimewa terhadap kreditur lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.10 Kredit Macet
Jika suatu kredit sudah dicairkan, maka bank hendaklah melakukan
pembinaan dan pengawasan secara tertib. Pemantauan terhadap perusahaan
nasabah dan perkembangannya dapat memberikan masukan secara dini atas gejaa
kemungkinan terjadinya kredit macet. Gejala ini merupakan tanda bahaya yang
sangat berguna bagi bank dalam mengantisipasi terjadinya kredit macet, dan tanda
bahaya merupakan upaya pengenalan secara dini akan situasi kredit yang dapat
menimbulkan masalah.
Jadi ada tiga kunci utama dalam menangkal terjadinya kredit macet
(Mahmoeddin, 1995: 23), yaitu:
1. Ketatnya banker memegang faktor penilaian kredit
2. Tajamnya banker melakukan analisis aspek kredit
3. Teguhnya banker dalam memegang prinsip pemberian kredit
Dari keterangan diatas kredit macet bisa ditangkal terlebih dahulu sebelum
terjadi, namun tidak bisa dipungkiri bahwa kredit macet pasti akan terjadi
walaupun sudah dilaksanakan tindakan penangkalan untuk mengatasi kredit macet
tersebut sebelum terjadi. Kredit macet terjadi dikarenakan kesalahan dari pihak
bank sebagai (kreditur) dan kesalahan nasabah sebagai (debitur).
Universitas Sumatera Utara
Gejala kredit macet tersebut adalah sebagai berikut (Mahmoeddin, 1995:
49) :
1. Nasabah mulai ingkar janji
Antara bank dan nasabah selalu terikat dengan suatu janji yang dituangkan
dalam perjanjian kredit. Antara lain kewajibannya membayar bunga tiap
bulan, atau melakukan angsuran pokok pinjaman secara periode tertentu.
Namun kenyataannya nasabah tidak mampu memenuhi janjinya. Berarti
nasabah sudah mulai kesulitan likuiditas. Suatu gejala tanda bahaya bahwa
perusahaan akan mengalami kesulitan.
2. Nasabah membuat laporan fiktif
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, terdapat kewajiban nasabah
untuk memberikan laporan keuangan secara benar dan teratur kepada bank
pemberi kredit. Jika dalam pengecekan ternyata laporan keuangan tersebut
tidak tepat bahkan fiktif, maka hal ini perlu diwaspadai sebagai suatu
gejala yang tidak sehat.
3. Nasabah tidak terbuka
Setiiap perusahaan mempunyai hak untuk merahasiakan hal yang sangat
penting demi kemajuan perusahaannya. Tetapi jika nasabah merahasiakan
sesuatu hal yang erat kaitannya dengan penggunaan kredit, maka berarti
ada suatu hal yang tidak wajar telah dilakukan oleh nasabah.
Universitas Sumatera Utara
4. Nasabah menolak wawancara
Nasabah yang berhasil dan jujur akan senang diwawancarai oleh petugas
bank, sebaliknya jika nasabah mengelak dan tidak mau diwawancarai
berarti nasabah tersebut sudah melakukan suatu kesalahan yang tidak ingin
diketahui oleh bank, dengan kata lain ini merupakan suatu gejala dan tanda
bahaya yang perlu diwaspadai.
Jika bank menemukan tanda bahaya tersebut di atas, perlu diambil tindak
lanjut untuk penyelamatan kredit secara lebih awal. Jika perusahaan masih
bisa diharapkan untuk dikembangkan mungkin perlu dilakukan
penambahan kredit (suplesi), perpanjangan kredit, atau perubahan jadwal
angsuran (rescheduling) agar nasabah tidak terlanjur terjerat dalam
kesulitan likuiditas, dan bank terlambat memberikan bantuan.
Sebaliknya jika tanda bahaya tersebut menunjukkan ketidak mampuan,
maka pemecahan dapat dilakukan dengan pencairan harta benda nasabah
secara dini atau penjualan di bawah tangan, sehingga masalah jadi tidak
berlarut-larut.
Berdasarkan pengamatan (Mahmoeddin, 1995: 52) penyebab timbulnya
kredit macet adalah sebagai berikut:
1. Bank memiliki kemampuan teknis yang kurang
Semakin canggih usaha nasabah, semakin tertantang bank dalam
melakukan analisisnya. Jika nasabah memiliki usaha yang sederhana,
maka petugas bank tentu saja secara mudah mempelajari lika-liku bisnis
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Tetapi jika bisnis tersebut sangat kompleks, maka sering para
petugas bank tertinggal jauh pengetahuannya disbanding dengan para
nasabahnya. Hal ini dapat menyulitkan bagi bank dalam memberikan
keputusannya.
Pemberian kredit kepada perusahaan yang high technology, seperti industri
komputer, industri otomotif, industri baja, secara teknis sudah dipastikan
pengetahuan petugas bank jauh ketinggalan. Karena itu diperlukan tenaga
konsultan untuk melakukan penilaian terhadap proyek tersebut. Jika tidak,
maka bank akan dibohongi secara mentah-mentah oleh nasabahnya.
Masalah ini pernah ditulis oleh Kwik Kian Gie dalam (Mahmoeddin,
1995: 57) bahwa kelicikan nasabah menaikkan biaya proyek dari $ 500
juta, menjadi $ 600 juta. Jika kredit direalisir maka sisa uang $ 100 juta
dapat ditabung di bank Swis.
Jika terjadi kredit macet, maka bank menyita besi tua ditambah barang
agunan ala kadarnya. Sementara si nasabah sudah menikmati simpanan
sebesar $ 100 juta secara aman.
2. Bank lemah dalam melakukan pengawasan
Selesainya pemberian kredit kepada nasabah bukanlah berarti selesainya
sebuah masalah, justru dimulainya suatu tugas rutin bagi bank, khususnya
petugas pengawasan kredit. Bank seyogyanya menerima laporan keuangan
nasabah secara rutin tiap bulan atau tiap periode tertentu, yang harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan on the spot secara mendadak, untuk
memastikan kebenaran laporan tertulisnya.
Universitas Sumatera Utara
Jika bank tidak mempunyai tenaga yang cukup, atau tenaga pengawas
tidak mempunyai kemampuan dalam meneliti kebenaran angka-angka
dalam laporan keuangan, maka lambat laun bank akan dibohongi oleh
nasabahya. Akhirnya bank terlambat mengetahui secara dini masalah yang
mungkin menimbulkan kesulitan dalam pengembalian kredit.
3. Bank terlalu melihat riwayat nasabah
Memang benar bahwa riwayat pinjaman seseorang nasabah merupakan
faktor penting dalam penilaian karakternya. Tetapi tidak jarang, bahwa
suatu waktu seseorang tersebut karakternya tidak teruji pada masa-masa
yang suit, dan tidak jarang para pengusaha akan maju usahanya, jika ia
berusaha dalam skala kecil-kecilan namun begitu usahanya membesar ia
menjadi tidak mampu mengelolanya.
Pengalaman bank sering menjumpai pengusaha kecil yang dibina bank
bertahun-tahun dapat berubah menjadi nakal, atau gagal setelah usahanya
membesar. Sebagai contoh banyak pengusaha kecil yang bergerak di
warung sate, berupa bangunan darurat di pinggir jalan. Kemajuan
usahanya, membuat ia mampu membeli sebuah restoran dengan bangunan
gedung bertingkat, namun ternyata ia tidak memiliki kemampuan utnuk
mengelolanya.
4. Petugas bank atau banker sendiri minta hadiah dari nasabah
Hal ini adalah menyangkut karakter petugas bank yang sangat merugikan
nasabah dan bank itu sendiri. Budaya ini mungkin masih terdapat di
beberapa instansi di Negara kita ini, termasuk instansi atau lembaga
Universitas Sumatera Utara
perbankan. Adanya pemotongan kredit nasabah ini sangat merusak citra
bank. Bentuk hadiah itu antara lain:
a. Insan perbankan minta bagian uang dengan presantase tertentu
b. Pimpinan perbankan minta dilayani (entertainment) misalnya
kunjungan pemeriksaan oleh pejabat yang lebih atas, minta pelayanan
yang membutuhkan biaya cukup besar, bahkan minta disediakan oleh-
oleh, yang muaranya pemerasan kepada nasabah.
5. Nasabah memiliki karakter yang diragukan
Dengan kata lain, nasabah memang berwatak nakal. Mungkin saja saat ia
mengajukan permohonan kredit, semua sudah memenuhi syarat dan
melalui prosedur yang wajar, namun setelah kredit dicairkan timbul
keinginannya untuk mengkhianati perjanjian yang telah disepakatinya
dengan bank.
6. Nasabah menyimpankan kredit modal kerja ke investasi
Penyimpangan penggunaan dana (side streaming of founds) dari kredit
modal kerja yang identic dengan kredit jangka pendek, menjadi kredit
modal tetap yang identik dengan kredit jangka panjang, akan
menimbulkan bencana ‘mati langkah’ bagi perusahaan, yang bermuara
kepada kemacetan usaha, karena akan merusak tatanan pembelanjaan yang
sudah direncanakan, dan disepakati dengan pihak bank.
Jika hal ini ketahuan oleh pihak bank, yang dilanjutkan dengan teguran
bahwa nasabah tersebut tentu akan mengalami kesulitan dalam
Universitas Sumatera Utara
pengembalian kredit, biasanya nasabah menantang, bahwa bank tidak usah
kawatir, karena nilai agunan akan semakin tinggi. Suatu jawaban yang
memang terasa naïf.
7. Nasabah memalsukan catatan dan pembukuan
Pemalsuan catatan dan pembukuan, baik pada saat pengajuan kredit,
maupun pada saat selama kredit berjalan, dapat memberikan masukan
yang menipu bank. Akibatnya bank akan terjebak dalam kasus kredit yang
boleh dikatakan mendekati fiktif.
Catatan dan pembukuan nasabah merupakan sumber utama dalam
meneliti perjalanan bisnis nasabah. Catatan tersebut berbicara banyak,
mengenai keadaan dan prospek usaha nasabah. Jika catatan tersebut palsu,
maka si pembaca catatan akan dibohongi oleh nasabah. Cepat atau lambat
catatan ini akan bermuara pada ketidakberesan kredit nantinya.
8. Nasabah memakai agunan milik orang lain
Pemakaian agunan milik oang lain, bukanlah merupakan barang tabu
dalam pemberian kredit. Apalagi sebagai agunan tambahan untuk
memenuhi persyaratan. Namun agunan milik orang lain dipakai sebagai
jaminan utama, apalagi jaminan tunggal, perlu dipertanyakan kebenaran
dan keikhlasan si pemiliknya. Jika pemilik masih kerabat dekat mungkin
bank dapat mempercayainya, apalagi pemilik tersebut isteri/suami, atau
anaknya sendiri. Tetapi jika pemilik adalah orang tuanya, perlu diteliti
keikhlasan para ahli waris yang lain.
Universitas Sumatera Utara
9. Nasabah menggunakan nama orang lain
Penggunaan nama orang lain oleh seseorang dalam pengajuan kredit oleh
sebuah bank pemerintah disebut “topengan”, karena wajah pemakai kredit
sebenarnya, bersembunyi dibalik wajah nasabah formal. Berbagai motivasi
dilakukan oleh peminjam dalam kredit topengan ini.
10. Nasabah melarikan diri
Kasus ini merupakan kasus yang lebih ekstrim. Pada kasus ini nasabah
sesudah memperoleh kredit, langsung meninggalkan alamat tempat
keberadaan secara formal. Jika perlu nasabah menghilang dari kota tempat
ia memperoleh kredit.
Selanjutnya ada beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet
(Mahmoeddin, 1995: 14), diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor kelemahan
a. Kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi kesalahan
dalam mengambil keputusan.
b. Kelemahan nasabah dalam mengelola perusahaan terjadi kerugian.
2. Faktor kenakalan
a. Rendahnya moral para banker yang sengaja melakukan pelanggaran
terhadap etika perbankan.
b. Rendahnya moral nasabah yang dengan sengaja memanfaatkan
kelemahan bank.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor keadaan
a. Adanya ketentuan pemerintah yang meugikan bisnis nasabah
b. Adanya resiko bisnis yang sulit dielakkan
c. Adanya musibah yang harus diterima.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif deskriptif dengan studi eksplorasi. Menurut Bogdan dan Taylor dalam
(Moleong, 2006: 4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang berdasarkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif berusaha mencari
fakta dengan interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif ekpslorasi adalah
penelitian yang difokuskan untuk mendeskripsikan tentang permasalahan dan
aktivitas penelitian, karena itu penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji
suatu teori sehingga tidak menggunakan hipotesis (Supranto, 1997: 41).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Graha Helvetia Medan, yang beralamat di Jalan Kapten Sumarsono
Nomor 13-14 Komplek Brayan Trade Centre Medan. Penelitian ini dilaksanakan
selama satu bulan, terhitung dari bulan Juni hingga Juli 2013.
3.3 Informan Penelitian
Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai
informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini
meliputi dua macam yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Informan kunci, (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian
2. Informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti (Hendarso dalam Suyanto, 2005: 171).
Dari penjelasan yang sudah diterangkan diatas, maka peneliti
menggunakan teknik Purposive Sampling dalam menentukan informannya.
Purposive sampling merupakan penentuan informan tidak didasarkan atas strata,
kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan dan
pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2005: 96). Seperti didalam penelitian ini yang akan meneliti
tentang penyelesaian kasus kredit macet maka sampel sumber datanya adalah
orang yang ahli dalam kredit perbankan dan yang menjadi informan penelitinya
adalah :
1. Informan kunci yaitu terdiri dari Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan.
2. Informan biasa yaitu para karyawan dari Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan.
Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari empat orang sumber.
Pimpinan dan karyawan bank syariah mandiri kantor cabang pembantu graha
Helvetia Medan yang berwenang dalam pekerjaan kredit merupakan sumber
utama untuk mendapatkan data primer. Sedangkan data sekunder penulis dapatkan
Universitas Sumatera Utara
melalui studi dokumen, seperti laporan kredit dan dokumen-dokumen relevan
lainnya.
3.4 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah yang digunakan dalam menggambarkan secara
abstrak tentang kejadian dan keadaan yang menjadi pusat perhatian. Konsep
teoritis diajukan untuk menjawab permasalahan yang diteliti oleh penulis, karena
itu perlu adanya definisi konsep, khususnya tentang kredit.
1. Pengertian Kredit
a. Menurut OP Simorangkir (Untung, 2000: 1) Kredit adalah
pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi
(kontra prestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.
b. Menurut Eric L Kohler (Rahman, 2000: 19) Kredit adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya
akan dilakukan, ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang
disepakati.
2. Kredit bermasalah
Kredit macet bisa ditangkal terlebih dahulu sebelum terjadi, namun tidak
bisa dipungkiri bahwa kredit macet pasti akan terjadi walaupun sudah
dilaksanakan tindakan penangkalan untuk mengatasi kredit macet tersebut
sebelum terjadi. Kredit macet terjadi dikarenakan kesalahan dari pihak
bank sebagai (kreditur) dan kesalahan nasabah sebagai (debitur).
Universitas Sumatera Utara
Gejala kredit macet tersebut adalah sebagai berikut (Mahmoeddin, 1995:
49) :
a. Nasabah mulai ingkar janji
Antara bank dan nasabah selalu terikat dengan suatu janji yang
dituangkan dalam perjanjian kredit. Antara lain kewajibannya
membayar bunga tiap bulan, atau melakukan angsuran pokok
pinjaman secara periode tertentu. Namun kenyataannya
nasabah tidak mampu memenuhi janjinya. Berarti nasabah
sudah mulai kesulitan likuiditas. Suatu gejala tanda bahaya
bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan.
b. Nasabah membuat laporan fiktif
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, terdapat kewajiban
nasabah untuk memberikan laporan keuangan secara benar dan
teratur kepada bank pemberi kredit. Jika dalam pengecekan
ternyata laporan keuangan tersebut tidak tepat bahkan fiktif,
maka hal ini perlu diwaspadai sebagai suatu gejala yang tidak
sehat.
c. Nasabah tidak terbuka
Setiap perusahaan mempunyai hak untuk merahasiakan hal
yang sangat penting demi kemajuan perusahaannya. Tetapi jika
nasabah merahasiakan sesuatu hal yang erat kaitannya dengan
penggunaan kredit, maka berarti ada suatu hal yang tidak wajar
telah dilakukan oleh nasabah.
Universitas Sumatera Utara
d. Nasabah menolak wawancara
Nasabah yang berhasil dan jujur akan senang diwawancarai
oleh petugas bank, sebaliknya jika nasabah mengelak dan tidak
mau diwawancarai berarti nasabah tersebut sudah melakukan
suatu kesalahan yang tidak ingin diketahui oleh bank, dengan
kata lain ini merupakan suatu gejala dan tanda bahaya yang
perlu diwaspadai.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam data yaitu:
1. Pengumpulan data primer.
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli dan tidak melalui media perantara (Indriantoro
dan Supomo, 2002: 147).
Instrument dari data primer tersebut adalah:
a. Observasi, yaitu kegiatan tentang apa yang dilakukan (pengamatan)
ketika berada di lapangan. Sutrisno (Sugiyono, 2005: 166)
mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
Topiknya adalah mengamati dengan cermat bagaiamana proses
pemberian kredit tersebut diberikan oleh pihak bank sebagai kreditur
dan melihat nasabah sebagai debitur yang mengajukan permohonan
untuk permintaan kredit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
b. Wawancara, digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2005: 157). Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon.
Topiknya adalah untuk pengumpulan data mengenai kredit dan kasus
kredit macet yang di dapat dari informan dan mengetahui informasi
mengenai kredit macet dari seluruh informan di bank syariah mandiri
kantor cabang pembantu Graha Helvetia Medan.
2. Pengumpulan data sekunder.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan
yang tidak dipublikasikan (Indriantoro, Supomo, 2002: 147).
Universitas Sumatera Utara
3.6 Metode Analisa Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul secara lengkap dan
disusun secara sistematis, selanjutnya akan dianalisis dalam penelitian ini. Penulis
memilih metode analisis data secara kualitatif, yaitu analisis berupa kalimat dan
uraian. Dengan metode kualitatif akan diperoleh suatu gambaran dan jawaban
yang jelas mengenai pokok permasalahan dan menemukan kebenaran yang dapat
diterima oleh akal sehat manusia dan terbatas pada masalah yang diteliti.
Analisis data akan disfokuskan kepada tiga aspek, yaitu:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet
2. Cara penyelesaian yang dilakukan bank untuk mengatasi kredit macet
3. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengatasi kredit macet
Dengan demikian akan terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap data
yang diperoleh selama penelitian, kemudian dipadukan dengan teori yang
melandasinya untuk mencari dan menemukan hubungan / relevansi antara data
yang diperoleh dengan landasan teori yang digunakan.
3.7 Metode Penyajian Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul dan dirasa cukup,
kemudian disusun secara teratur untuk selanjutnya diolah dan disajikan dalam
bentuk uraian. Terhadap data yang mendukung akan diuraikan sedemikian rupa,
sedangkan terhadap data yang kurang relevan akan diabaikan. Hal ini
dimaksudkan agar data yang telah diperoleh lebih mudah dipahami dan
dimengerti, yang kemudian disusun dalam sebuah laporan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, sesungguhnya
merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-
1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut,
industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional
mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan 93
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan
Universitas Sumatera Utara
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru
BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU
No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI 94menyetujui perubahan nama
menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
Universitas Sumatera Utara
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani
inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Sedangkan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha
Helvetia Medan berdiri pada bulan November 2011. Awal berdirinya respon
masyarakat tidak begitu bagus terhadap bank yang berbasis syariah, dikarenakan
sebelum bank ini berdiri terjadi penipuan terhadap nasabah oleh lembaga
keuangan yang berlabel syariah.
Melalui strategi-strategi yang dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri dalam
mendapatkan nasabah, lama-kelamaan kepercayaan dari masyrakat ada kembali
terhadap bank berbasis syariah. Sehingga pada akhir Desember 2010 aset yang
masuk di Bank Syariah Mandiri sejumlah 1,3 M. Disini menunjukkan bahwa
terjadi perkembangan yang signifikan.
Bank Syariah Mandiri didirikan dengan aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain. Kedekatan nasabah akan diimbangi
dengan keterbukaan dalam layanan produk BSM sesuai syariah, modern, dan
universal. Lima tahun belum bisa dibilang lama dalam dunia perbankan. Bank
Syariah Mandiri (BSM) tahu persis hal itu. Meski sudah menjadi bank syariah
terbesar dengan jaringan terluas di Tanah Air, BSM masih terus berupaya
mewujudkan visi untuk menjadi bank syariah tepercaya pilihan mitra usaha.
Universitas Sumatera Utara
Layanan perbankan yang real time dan online di 91 kantor cabang yang tersebar di
19 provinsi di Indonesia cuma menjadi salah satu upaya buat meraih predikat
sebagai bank syariah tepercaya.
Presiden Direktur BSM Nurdin Hasibuan menjelaskan, BSM memiliki
sembilan produk berteknologi. Di antara adalah SMS Banking, Sistem
Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang online dengan Departemen Agama
RI, dan intercity clearing atau kliring lokal, serta Real-Time Gross Settlement
(RTGS). Direktur BSM Muhammad Haryoko menambahkan, BSM juga memiliki
training master plan yang selalu menempa sumber daya manusia dengan latihan-
latihan intensif agar siap sedia. "Kalau memang ada produk-produk di bank
konvensional, Insya Allah kami di Bank Syariah Mandiri juga akan selalu
memprovide sehingga kita tidak akan ketinggalan dengan bank-bank
konvensional," kata M. Haryoko.
BSM didirikan dengan dasar aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain. Terutama berkaitan dengan penyimpanan dana dan
atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan
syariah. Sejumlah prestasi pernah diraih bank yang menganut prinsip keadilan,
kesederajatan, dan ketentraman ini. Di antaranya pernah mendapat predikat Bank
Sehat dari Bank Indonesia, Bank Sangat Bagus selama tiga tahun berturut-turut
versi Infobank Award, Sepuluh Bank Terbaik kategori aset 1 hingga Rp 10 triliun
versi Majalah Investor. Selain itu BSM pernah ditetapkan sebagai bank syariah
dengan pertumbuhan paling cepat serta The Best Customer Satisfaction Karim
Business Consulting, hasil survei Majalah Modal dan Karim Business Consulting.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Logo Instansi
Gambar 3.1 : Logo Instansi Sumber : PT Bank Syariah Mandiri 2013
Logo di atas memiliki arti :
Zona Ekonomi Islam terdapat keterkaitan yang erat dalam upaya
pengembangan institusi keuangan syariah. Begitu juga dengan instrumentasi-
instrumentasi keuangannya. Satu institusi akan membutuhkan institusi dan
instrumen-instrumen lainnya. Ketika bank syariah dikembangkan, muncullah
kebutuhan mendesak untuk membuat pasar uang syariah. Pada saat reksa dana
syariah dimunculkan, perlu instrumen-instrumen halal untuk penyaluran
penempatan portfolio nya, reksa dana syariah memerlukan bank syariah,
membutuhkan saham halal, dan memunculkan juga kemungkinan peluang
obligasi syariah.
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi : Menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha.
2. Misi :
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang
berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
Menengah)
c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam
lingkungan kerja yang sehat.
d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan
yang sehat
4.1.4 Nilai Operasional Perusahaan
Bank Syariah mandiri dalam menjalankan usaha komersilnya mempunyai
tiga prinsip operasional, yaitu:
1) Sistem Bagi Hasil
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian usaha
antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini
dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank
dengan nasabah penerima dana.
2) Sistem Jual Beli Dengan Margin Keuntungan
Sistem ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank mengangkat nasabah sebagai agen bank dan nasabah dalam
kapasitasnya sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama
bank, kemudian bank akan bertindak sebagai penjual akan menjual barang
Universitas Sumatera Utara
tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli di tambah
keuntungan bagi bank (margin/mark up).
3) Sistem Fee (jasa)
Sistem ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan oleh
bank.
4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan
BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU
GRAHA HELVETIA MEDAN
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan
Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri 2013
Kepala Cabang
Operational Officer Marketing
Teller Customer Service Back Office
Office Boy Security
Universitas Sumatera Utara
4.1.6 Job Description
4.1.6.1 Kepala Cabang
Tugas dan tanggung jawab pemimpin cabang Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pemabntu Graha Helvetia Medan adalah :
1. Melaksanakan misi Kantor Cabang secara keseluruhan, yaitu membantu
Direksi untuk memperoleh laba yang wajar melalui penyediaan produk
dan jasa perbankan yang dibutuhkan masyarakat di daerah kerja Cabang,
mendorong pemberdayaan ekonomi serta berfungsi sebagai pengelola
uang daerah, dalam rangka mewujudkan Bank yang berkembang secara
Sehat, Dinamis, Mandiri dan Terpercaya, dan memberikan kontribusi yang
nyata
2. Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur kerja
3. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan serta mengelola bisnis di
wilayah kerja cabang
4. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan serta mengelola layanan
unggul kepada nasabah
5. Memberikan kontribusi laba yang nyata terhadap upaya pencapaian laba
Bank secara keseluruhan
6. Memberikan kontribusi yang nyata untuk mendorong pemberdayaan
ekonomi
Universitas Sumatera Utara
7. Melaksanakan kepatuhan terhadap sistem dan prosedur, peraturan Bank
Indonesia serta peraturan perundang-undangan yang berlaku
8. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi serta
kegiatannya
4.1.6.2 Marketing
Tugas dan tanggung jawab Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pemabntu Graha Helvetia Medan adalah :
1. Menyebarluaskan informasi mengenai produk Commercial Banking &
Consumer Banking kepada nasabah maupun calon nasabah.
2. Mengumpulkan informasi dan data untuk menyusun daftar potensial
nasabah sebagai target pemasaran
3. Menyusun rencana aktivitas pemasaran KCP secara reguler (mingguan &
bulanan)
4. Melayani dan melakukan kontak secara reguler dengan nasabah
inti/dominan baik secara formal maupun informal
5. Melakukan kontak/mengunjungi dan menawarkan produk jasa Bank
dengan calon-calon nasabah potensial baik secara formal maupun
informal
Universitas Sumatera Utara
6. Mewakili/bersama Sub Branch Manager / Sub Branch Supervisor hadir
dalam acara yang diselenggarakan oleh pihak eksternal untuk membina
hubungan baik
7. Mengajukan usulan sponsorship kepada Sub Branch Manager agar secara
aktif terlibat dalam kegiatan publik untuk membangun citra positif Bank
8. Menyusun & mengajukan permohonan pengadaan barang cetak dan
material lain yang dibutuhkan untuk kegiatan pemasaran produk jasa
Bank
9. Melakukan kontak dengan Kantor Induk untuk koordinasi persiapan dan
pelaksanaan program pemasaran dari Kantor Pusat
10. Melakukan kontak dengan pihak-pihak eksternal untuk koordinasi
persiapan dan pelaksanaan program pemasaran dari Kantor Pusat
11. Menyusun laporan aktivitas dan evaluasi pencapaian target KCP secara
reguler bulanan
12. Menyerahkan laporan ke Sub Branch Manager untuk diperiksa dan
ditandatangani
4.1.6.3 Operational Officer
4.1.6.3.1 Customer Service
Tugas dan tanggung jawab Customer Service Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Sebagai Resepsionis, Artinya sebagai penerima tamu yang datang ke
Bank. Tamu yang dimaksud adalah nasabah yang datang ke bank.
Fungsinya dalam hal melayani pertanyaan yang diajukan nasabah dan
memberikan informasi yang diinginkan selengkap mungkin.
2. Sebagai Deskman, artinya sebagai orang yang melayani berbagai macam
aplikasi yang diajukan nasabah atau calon nasabah.
3. Sebagai Salesman, artinya sebagai orang yang menjual produk
perbankan,maksudnya menawarkan produk bank kepada setiap calon
nasabah yang datang ke bank.
4. Sebagai Customer Relation Officer, yaitu sebagai seseorang yang dapat
membina hubungan baik dengan seluruh nasabah, termasuk merayu atau
membujuk agar nasabah tetap bertahan tidak lari dari bank yang
bersangkutan.
5. Sebagai Komunikator, artinya sebagai orang yang menghubungi nasabah
dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang ada hubungannya
antara bank dengan nasabah.
4.1.6.3.2 Teller
Tugas dan tanggung jawab Teller Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Graha Helvetia Medan adalah :
1. Melayani transaksi perbankan nasabah di Kantor Kas
2. Menerima modal awal untuk membuka transaksi dari Kepala Operasional
Universitas Sumatera Utara
3. Menghitung jumlah modal awal
4. Mencocokkan jumlah modal awal secara fisik dengan yang tertulis di form
tanda terima modal awal Membuka dan mengaktifkan sistem untuk
operasional transaksi
5. Melayani transaksi nasabah yang datang secara tunai/kas, dan warkat bank
lain,serta transaksi online sesuai kewenangannya
6. Meminta approval untuk transaksi di atas kewenangannya Melayani
setoran Pajak / Penerimaan Negara, Pengiriman Uang, pelayanan dan jasa
bank lainnya
7. Melakukan entry data transaksi ke dalam sistem Menyelesaikan semua
laporan harian setelah aktivitas transaksi tutup
8. Menghitung total transaksi cash yang dilakukan hari itu juga
9. Membandingan jumlah uang fisik dan jumlah uang yang tercatat, baik di
form maupun di dalam sistem, menandatangani laporan harian cash,
menyerahkan laporan harian kepada Kepala Operasional Menyerahkan
uang, form, warkat secara fisik kepada Kepala Operasional
10. Melakukan pengisian Automated Teller Machine (ATM) bersama-sama
Kepala Operasional
Universitas Sumatera Utara
4.1.6.4 Back Officer
4.1.6.4.1 Office Boy
Tugas Rutin :
1. Membersihkan dan merapikan meja, kursi, komputer dan
perlengkapan lainnya
2. Membersihkan/vacuum karpet/lantai
3. Menyediakan minuman untuk karyawan
4. Mengirim/mengambil dokumen antar Divisi/Bagian
5. Melayani permintaan fotokopi/faksimili
6. Membelikan dan menyiapkan makan siang karyawan
7. Membereskan piring, gelas, dan perlengkapan makan siang
karyawan
8. Mengambil dan membereskan gelas minum dan perlengkapan
makan/minum karyawan
9. Membuang sampah yang ada di ruang kerja dan areal tanggung
jawabnya
10. Membersihkan/vacuum karpet/lantai
11. Mencuci piring, gelas & perlengkapan makan/minum lain
Tugas Berkala :
1. Membersihkan kaca ruang kerja
2. Menyiram/merawat tanaman
Universitas Sumatera Utara
Tugas Insidental :
1. Menyediakan minuman/makanan dan melayani keperluan
tamu-tamu perusahaan
2. Menyediakan minuman/makanan dan melayani keperluan
rapat/pertemuan/training
3. Mengangkat/memindahkan meja, kursi dan perabotan lainnya
4. Melaksanakan tugas tertentu sesuai permintaan karyawan
Divisi yang dilayani
4.1.6.4.2 Security
Tugas Security / Satpam di dalam Bank :
1. Mengawasi seluruh lingkungan didalam yang menjadi tanggung jawabnya
2. Membukakan pintu pada saat nasabah masuk ke area banking hall
3. Menyambut kedatangan nasabah
4. Memberikan nomor antrian
5. Mengarahkan nasabah dalam bertransaksi
6. Sigap terhadap nasabah yang terlihat kebingungan
Tugas Security / Satpam di luar Bank :
1. Mengawasi seluruh lingkungan didalam yang menjadi tanggung jawabnya
2. Mengatur antrian parkir mobil dan motor
3. Mengawasi kegiatan keluar masuknya kendaraan
4. Mengawasi kondisi didalam area banking hall
5. Memberikan pertolongan terhadap nasabah yang kebingungan
Universitas Sumatera Utara
4.2 Penyajian Data
Pada dasarnya setiap bank menyalurkan atau memberikan kredit kepada
nasabahnya tentu tidak menghendaki akan terjadinya kemacetan dalam
pengembalian kredit tersebut. Namun sesuai dengan keadaan dan kondisi tertentu
kemacetan kredit ini akan terjadi juga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diperoleh data dengan menggunakan metode wawancara secara langsung dan
mendalam kepada pihak yang berhubungan dengan judul penelitian. Serta juga
pemaparan yang sesuai dengan apa yang peneliti peroleh dilapangan.
Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan subjek penelitian yang terdiri
dari satu kelompok saja yaitu kepala cabang dan karyawan yang terdiri dari kepala
cabang dan marketing officer Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Graha Helvetia Medan. Subjek penelitian hanya terdiri dari satu kelompok saja
dikarenakan pihak bank tidak membenarkan adanya nasabah yang menjadi subjek
penelitian sebagai informan kredit karena privasi dari standard kerahasian
operasional perusahaan.
Kepala cabang merupakan jabatan paling tertinggi dalam setiap kantor
perbankan, baik di cabang utama maupun cabang pembantu. Kepala cabang juga
telibat langsung dalam penanda tanganan permohonan dan pencairan dana kredit
terhadap nasabah, kemudian kepala cabang juga ikut berperan langsung apabila
terjadi kasus kredit macet di bank tersebut dengan menghubungi nasabah yang
mengalami kredit macet untuk menanyakan apa sebab nasabah tidak membayar
kreditnya tersebut. Sebagai informan kunci kepala cabang menjadi sumber utama
informasi dalam penelitian untuk meneliti mulai dari proses permhononan kredit,
Universitas Sumatera Utara
pencairan kredit dan penyebab kredit macet serta cara mengatasi kasus kredit
macet tersebut.
Adapun karakteristik informan yang diperoleh peniliti di lapangan adalah :
Tabel 4.1 Karakteristik Informan Penelitian
No Nama Usia
(Tahun) Jenis
Kelamin Pekerjaan Jabatan
1. Rudi Purwanto 38 Pria Karyawan Kepala Cabang
2. Galih Pribadi 27 Pria Karyawan Pelaksana
Marketing Support
3. M. Ayatullah Jufri 33 Pria Karyawan Pelaksana
Marketing Support
4. Kiki Handayani 26 Wanita Karyawan Pelaksana
Marketing Support
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Data tersebut disusun secara sistematis yang berhasil peneliti ambil
informasinya. Data lain yang mendukung informan tersebut adalah usia, jenis
kelamin, pekerjaan dan jabatan. Diambilnya data para informan ini oleh peneliti
dengan tujuan agar penelitian menjadi lebih struktural dan jelas hasil data yang
didapat sesuai dengan pekerjaaan yang ahli dalam bidannya yaitu topik
permasalahan dalam penelitian ini adalah kasus kredit macet.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1 Sumber Data Primer
4.2.2 Hasil Wawancara
4.2.3 Bapak Rudi Purwanto Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan
Kredit merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dana pinjaman
berupa uang yang sangat penting bagi nasabah, tidak lain dikarenakan kredit
menjadi salah satu cara untuk bisa memiliki sesuatu dari apa yang dibutuhkan dan
membangun suatu usaha ketika mengalama msalah kekurangan dana.
Untuk lebih memahami dan memperjelas pentingnya kredit bagi nasabah
maka peneliti memunculkan pertanyaan, Apakah yang menjadi alasan utama dari
nasabah sehingga mengajukan permohonan kredit ?
Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :
“..alasan dari para nasabah mengajukan permohonan kredit untuk
kebutuhan konsumsi yang bersifat konsumtif seperti pembelian rumah dan
tanah. Kemudian ada juga nasabah yang mengajukan permohonan kredit
untuk kebutuhan produksi yang bersifat produktif seperti modal kerja dan
investasi..” (wawancara Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013)
Seperti yang diketahui banyak lembaga perbankan yang terdapat di
Indonesia yang dapat dipilih oleh para nasabah dalam mengajukan kredit.
Sehingga peneliti mengajukan wawancara yang dilakukan kepada kepala cabang
dengan pertanyaan, Perbedaan serta keunggulan apakah yang dimiliki Bank
Universitas Sumatera Utara
Syariah Mandiri sehingga nasabah lebih memilih untuk mengajukan permohonan
kredit pada bank ini dari pada bank konvensional atau bank syariah lainnya ?
Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :
“..Jadi begini, Bank Syariah Mandiri merupakan anak perusahaan dari PT.
Bank Mandiri sendiri yang merupakan diwewenangi oleh pemerintah.
Tentunya dana yang disimpan oleh nasabah tersebut akan dijamin oleh
Negara. Bank Syariah Mandiri juga murni menerapkan konsep syariah
dalam manajemennya yang terpisah sendiri dengan manajemen Bank
Mandiri sehingga memiliki manajemen perusahaan tersendiri dimana
Bank Syariah Mandiri dengan manajemen Syariah sedangkan Bank
Mandiri dengan manajemen Konvensional..” (wawancara Kepala Cabang
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan,
4 Juni 2013)
Keterangan dari kredit yang sudah dijelaskan tersebut mengarah kepada
pertanyaan kembali tentang seberapa besar jumlah nominal kredit yang diminta
oleh para nasabah rata-ratanya dalam mengajukan permohonan kredit ?
Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) Menjawab :
“..Untuk Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia
ini rata rata banyak yang mengajukan sebesar Rp. 500.000.000 - Rp.
1.000.000.000, namun ada juga yang mengajukan untuk kredit mikro yang
tidak terlalu besar jumlahnya mulai dari Rp. 40.000.000 - Rp.
200.000.000. Sedangkan untuk Bank Syariah Kantor Utama Kesawan
Pusat Medan lebih besar rata-rata nominal kredit yang diajukan mulai dari
Rp.12.000.000.0000 - Rp. 30.000.000.000.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Data Nasabah Yang Mengajukan Permohonan Kredit Pada Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan
No Nominal (Rp) Frekuensi Persentasi (%)
1. 0 - 20.000.000 7 11
2. > 20.000.000 – 50.000.000 13 21
3. > 50.000.000 – 100.000.000 28 44
4. > 100.000.000 – 500.000.000 12 19
5. > 500.000.000 – 1.000.000.000 3 5
Total 63 100
Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri 2011-2012
” (wawancara Kepala Cabang Bank Shariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013).
Keterangan dari informan kunci tersebut sama seperti yang peneliti lihat
selama observasi di Bank Syariah Mandiri kantor cabang pembantu graha
Helvetia ini, dalam melayani banyaknya para nasabah yang mengajukan
permohonan kredit maka memunculkan pertanyaan lagi dari peniliti yaitu,
Pernahkah Bank Syariah Mandiri kantor cabang pembantu Graha Helvetia Medan
mengalami kendala terhadap banyaknya nasabah yang mengajukan permohonan
kredit ?
Universitas Sumatera Utara
Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :
“..Tidak pernah, karena jumlah pegawai yang dimiliki Bank Syariah
Mandiri kantor cabang pembantu Graha Helvetia Medan sudah mencukupi
dan memiliki pekerjaan serta tanggung jawab masing-masing sesuai
dengan bidangnya, sehingga banyaknya pekerjaan yang ada dapat teratasi
dengan sendirinya, tepat waktu dan hasilnya juga memuaskan baik untuk
perusahaan maupun nasabah..” (wawancara Kepala Cabang Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013)
Dengan adanya penjelasan mengenai kendala yang tidak pernah dihadapi
tersebut dalam mengajukan permohonan kredit, maka peneliti juga ingin
mengatuhi syarat dalam mengajukan kredit. Karena itu peneliti memunculkan
pertanyaan, Apa saja syarat atau berkas yang harus disedikan nasabah dalam
proses mengajukan permohonan kredit ?
Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :
“..Persayaratan dalam mengajukan kredit yang pertama sekali adalah
membuat surat permohonan pembiayaan. Kemudian mengcopy KTP
Pemilik Usaha (Peminjam Kredit), Buku Nikah, Kartu Keluarga,
Legalitias Apotik (SIUP, TDP, NPWP dan lain-lain yang berkaitan dengan
pendirian usaha dan tempat usaha). Syarat berikutnya yaitu laporan
keuangan 2 tahun terakhir, mengcopy jaminan SHM, PBB dan IMB serta
yang terakhir syaratnya adalah fotocopy rekening bank enam bulan
terakhir..” (wawancara Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013)
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Bapak Galih Pribadi (Pelaksana Marketing Support)
Setelah persyaratan untuk mengajukan permohonan kredit dijelaskan oleh
bapak kepala cabang, maka selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan
pegawai Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan
yang bergerak dalam bidang kredit untuk mencari informasi lebih dalam
mengenai kredit. Kemudian muncul pertanyaan yang ingin diajukan peneliti yaitu,
Bagaimana tahapan-tahapan dalam mengajukan permohonan kredit pada Bank
Syariah Mandiri ?
Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :
“..Tahap pertama yang dilakukan adalah mengajukan permohonan aplikasi
kredit , permohonan aplikasi kredit tersebut harus dilampiri dengan
dokumen yang dipersyaratkan. Kemudian dalam pengajuan permohonan
aplikasi kredit dilampirkan dengan dokumen pendukung yang di
persyaratkan, seperti untuk perusahaan misalnya harus ada akta pendirian
perusahaan, identitas KTP para pengurus, tanda daftar perusahaan (TDP),
nomor pokok wajib pajak (NPWP), neraca laba rugi perusahaan dan
fotocopy sertifikat yang dijadikan jaminan. Sedangkan untuk permohonan
perorangan harus mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan bank, apa
tujuan dan manfaat kreditnya, besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan
redit, cara pengembalian kredit serta agunan dan jaminan kredit.
Permohonan kredit tersebut juga harus dilengkapi dengan melampirkan
fotocopy KTP yang bersangkutan, kartu keluarga dan slip gaji. Setelah
permohonan tersebut diterima oleh bank, maka bank akan melakukan
penelitian secara mendalam terhadap berkas pengajuan kredit tersebut
apakah bisa dicairkan atau tidak kreditnya..” (wawancara Marketing Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 5 Juni
2013)
Universitas Sumatera Utara
Pengurusan pada waktu proses pemohonan kredit pasti berdampak pada
jaminan dan agunan yang diberikan nasabah kepada pihak bank sebagai penjamin
untuk melengkapi salah satu persayaratan kedit. Maka dari itu peneliti
memunculkan pertanyaan kembali, Bentuk jaminan berupa apa saja yang dapat
dijadikan nasabah ketika proses pengajuan untuk permohonan kredit ?
Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :
“..Jaminan terbagi dua, yang pertama adalah fix asset. Yaitu jaminan yang
berupa kebendaan sifatnya seperti rumah, kendaraan dan tanah. Sedangkan
jaminan yang kedua yaitu jaminan surat keputusan, seperti surat keputusan
yang dimiliki pegawai negeri sipil dan pegawai instansi pemerintah
terkait..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Graha Helvetia Medan, 4 Juni 2013)
Setiap persyaratan dan langkah-langkah dalam proses mengajukan
permohonan kredit telah di ketahui, maka masih ada satu lagi tanda Tanya yang
ada didalam benak peneliti yaitu masalah biaya administrasi, sehingga peneliti
memunculkan pertanyaan, Apakah dibebankan biaya administrasi dalam proses
permohonan kredit ?
Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :
“..Tentu saja dibebankan biaya administrasi sebesar 1% sesuai akad yang
disetujui antara nasabah sebagai debitur dan pihak bank sebagai kreditur
terhadap besarnya jumah kredit yang diinginkan nasabah..” (wawancara
Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha
Helvetia Medan, 5 Juni 2013)
Universitas Sumatera Utara
Dengan terjawabnya pertanyaan mengenai proses pengurusan pengajuan
permohonan untuk kredit, maka peneliti merasa perlu adanya kejelasan mengenai
seluruh nasabah yang mengajukan permohonan kredit tersebut dapat diterima dan
dicairkan langsung semuanya oleh bank atau tidak. Maka muncul pertanyaan dari
peneliti yaitu, Apakah semua nasabah yang mengajukan permohonan kredit dapat
diterima dan dicairkan ?
Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :
“..Tidak semua nasabah langsung diacirkan permohonan kreditnya, karena
Bank Syariah Mandiri memiliki standard keputusan untuk memberikan
pembiayaan kepada nasabah. Misalnya seperti keputusan dari Bank
Indonesia yaitu BI Checking dalam kolektabilitas satu, kemudian
pendapatan dari nasabah harus mencukupi atau lebih dari nilai angsuran
yang harus dibayarkan perbulannya (40% x pendapatan = maximum
angsuran) karena angsuran tidak boleh lebih besar dari jumlah pendapatan
nasabah, dan yang terakhir yaitu jaminan serta agunan harus menutupi
atau sesuai dengan nilai pembiayaan yang diinginkan nasabah..”
(wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Graha Helvetia Medan, 5 Juni 2013)
Setiap permohonan kredit pasti memiliki proses pemeriksaan yang
mendalam dan menyeluruh agar tidak terjadi kesalahan nantinya yang
menyebabkan masalah terhadap kredit yang dicairkan kreditur yaitu pihak bank.
Proses tersebut pastinya membutuhkan waktu dalam pemeriksaannya, disini
kembali memunculkan pertanyaan dari penelitiyaitu, Berapa lama waktu yang
dibutuhkan ketika proses permohonan kredit tersebut diajukan hingga kredit
tersbut dicairkan oleh bank kepada nasabah ?
Universitas Sumatera Utara
Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :
“..Secara standard peraturan dari perusahaan semenjak seluruh berkas dari
nasabah sudah lengkap dan sesuai dengan yang diinginkan bank maka
dalam waktu 2 minggu kredit tersebut sudah bisa dicairkan oleh bank
kepada nasabah..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 5 Juni 2013)
Seperti yang telah dijelaskan mengenai kredit mulai dari proses
permohonon hingga pencairan tentunya nasabah harus mengembalikan kredit
tersebut sesuai dengan waktu dan jumlah yang disepakati bersama. Kemudian
peneliti memunculkan pertanyaan yaitu, Sebelum kredit dicairkan kepada
nasabah, bagaimana akad penetapan waktu perjanjian untuk mengembalikan
kredit tersebut antara nasabah sebagai debitur dengan bank sebagai kreditur ?
Bapak Galih Pribadi (Marketing) menjawab :
“..Akad dilakukan berdasarkan permintaan nasabah untuk berapa tahun
lamanya jangka waktu yang diinginkan dalam pengembalian kreditnya,
namun pihak bank juga melihat dari segi pendapatan nasabah agar bank
dapat untuk mempertimbangkan permintaan jangka waktu yang diinginkan
nasabah dalam menetapkan keputusan jangka waktu terhadap kredit
tersebut, barulah setelah kedua belah pihak sepakat terhadap jangka waktu
tersebut maka penanda tanganan berkas ketika akad dapat dilakukan
dengan melibatkan tiga pihak, yaitu nasabah, bank dan notaris..”
(wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Graha Helvetia Medan, 5 Juni 2013)
Universitas Sumatera Utara
4.2.5 M. Ayatullah Zufri (Pelaksana Marketing Support)
Setiap kredit yang dicairkan pasti nantinya memiliki masalah dalam
pengembalian perbulannya oleh nasabah, hal ini lah yang menjadi salah satu kasus
dalam dunia perbankan yaitu kredit macet yang tentunya selalu terjadi pada setiap
bank. Sehingga peneliti menanyakan bahwa kredit macet adalah masalah
perbankan yang selalui ditemui, apakah pada Bank Syariah Mandiri terdapat
kasus kredit macet dan kenapa kredit macet ini bisa terjadi?
Bapak M. Ayatullah Zufri (Marketing) menjawab :
“..Iya tentu saja ada kasus kredit macet di Bank Syariah Mandiri baik
kantor utama Kesawan Medan maupun di Kantor Cabang Pembantu Graha
Helvetia ini. Kredit macet ini terjadi dikarenakan kesanggupan
pembayaran para nasabah yang mengalami kendala kesulitan, bisnis
nasabah yang mengalami kerugian dan penurunan laba, terjadinya krisis
moneter dalam kehidupan nasabah, nasabah memiliki karakter yang
diragukan, nasabah yang menyimpangkan kredit modal kerja ke kredit
investasi, nasabah memalsukan catatan dan pembukuan, nasabah
menggunakan data identittas orang lain dan yang paling sering terjadi
adalah nasabah yang melarikan diri..” (wawancara Marketing Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 6 Juni
2013)
Peran bank sebagai pihak kreditur yang memberikan kredit kepada
nasabah sangat penting dalam berlangsungnya kehidupan ekonomi atau usaha
yang ditekuni oleh masyaarakat. Banyaknya kredit nasabah tentunya tidak selalu
lancar dalam pengembaliannya kepada bank, karena adanya kasus kredit macet.
Disini peneliti memunculkan pertanyaan kembali yaitu Seberapa banyak kasus
Universitas Sumatera Utara
kredit macet yang terjadi setiap tahunnya pada Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan ?
Bapak M. Ayatullah Zufri (Marketing) menjawab :
“..Dimulai pada tahun 2011 tepatnya akhir bulan desember Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan diresmikan dan
mulai beroperasi. Hingga sampat akhir tahun 2012 baru terjadi lima kasus
kredit macet di bank ini. Kredit macet ini terjadi dua diantaranya
dikarenakan oleh para nasabah yang melarikan diri dari tanggung
jawabnya terhadap pengembalian kreditnya, kemudian dua lagi
dikarenakan bisnis nasabah yang mengalami kerugian sehingga
menyebabkan usahanya tersebut bangkrut dan satu lagi yang terakhir
disebabkan karena penundaan pembayaran kredit pembelian rumah yang
mengundur jadwal pengembalian setiap bulannya tidak sesuai dengan
yang telah disepakati ketika akad kedua belah pihak laksanakan. Maka
dari itu pihak bank akan memberikan denda setiap bulannya karena
keterlambatan pembayaran sebesar 0,00069% x angsuran perbulan
nasabah..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Graha Helvetia Medan, 6 Juni 2013)
Dalam memberikan kredit pihak bank pasti memiliki keuntungan dan
kerugian yang didapatkan dari para nasabah. Namun peneliti disini tidak
membahas mengenai keuntungan yang didapatkan oleh pihak bank sebagai
kreditur karena sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, sehingga peneliti
memunculkan pertanyaan kembali mengenai kerugian yang didapat yaitu kerugian
apa sajakah yang dialami Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha
Helvetia Medan terhadap adanya kasus kredit macet ?
Universitas Sumatera Utara
Bapak M. Ayatullah Zufri (Marketing) menjawab :
“..Kerugian yang dialami pasti ada, seperti yang diketahui bahwa bisnis
pasti membutuhkan keuntungan baik itu dalam unsur syariah yang ada,
karena dari keuntungan tersebut perusahaan akan terus beroperasi
kedepannya. Modal bank yang tertanam, kualitas analisa pembiayaan bank
yang menyebabkan image (citra perusahaan) menurun di mata kompetitor
perbankan lainnya, keuntungan bank yang mengecil dan sumber daya
manusia yang dimiliki pihak bank menjadi terkesan tidak produktif karena
merugikan perusahaan..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 6 Juni 2013)
Pentingnya perhatian dari pihak bank kepada nasabah dalam menjalin
hubungan baik diharapkan dapat meminimalisir nasabah yang ingin
menyalahgunakan kredit yang telah diterima untuk kepentingan pribadi yang
sifatnya merugikan orang lain. Jaminan yang diberikan nasabah kepada pihak
bank juga merupakan hal yang sangat penting dalam mengatasi kredit macet
sehingga peneliti memunculkan pertanyaan lebih lanjut mengenai jaminan ini
yaitu, Apa tindak lanjut yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Graha Helvetia terhadap kasus kredit macet yang terjadi ?
Bapak M. Jufri Ayatullah (Marketing) menjawab :
“..Ada beberapa tindakan yang dilakukan pihak bank terhadap jaminan
nasabah terhadap kasus kredit macet ini, yang pertama adalah melakukan
penyitaan asset yang telah dijaminkan nasabah karena telah menjadi hak
milik dari pihak bank, kemudian melakukan pelelangan jaminan dan
agunan nasabah tersebut dan yang terakhir yaitu menjualnya untuk
menutupi sisa hutang dari nasabah yang masih ada dalam kreditnya di
Bank Syariah Mandiri..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 6 Juni 2013)
Universitas Sumatera Utara
4.2.6 Kiki Handayani (Pelaksana Marketing Support)
Seperti yang diketahui bahwa setiap kredit macet yang terjadi dikarenakan
oleh kesalahan dari nasabah yang menghilangkan tanggung jawabnya sebagai
debitur dalam mengembalikan pinjaman kepada bank. Untuk kejelasan ini peniliti
mengajukan pertanyaan, bagaimana pengawasan yang dilakukan Bank Syariah
Mandiri terhadap nasabah yang meminjam kredit pembiayaan ?
Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :
“..Pengawasan kredit merupakan langkah pengawasan terhadap fasilitas
kredit yang diberikan secara keseluruhan maupun secara individual kepada
debitur. Bentuk pengawasan yang dilakukan ada dua macam, yang
pertama adalah pengawasan aktif yaitu pengawasan dari pegawai baik
pengurus kredit maupun pejabat yang terjun secara langsung kepada
nasabah untuk melihat perkembangan usaha nasabah memberikan bantuan
manajemen, memberikan dorongan serta memantau alur yang diberikan.
Kemudian pengawasan yang kedua adalah pengawasan pasif, yaitu
pengawasan yang dilakukan melalui laporan-laporan tertulis yang
dilakukan seperti laporan keadaan keuangan (dari neraca dan laporan laba
rugi), laporan penyaluran keuangan (dari mutasi pinjaman), dan
sebagainya. Pengawasan ini merupakan pengawasan yang dilakukan
secara tidak langsung sehingga pegawai tidak perlu terjun langsung
kelapangan..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 7 Juni 2013)
Begitu ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak bank masih saja
bisa membuat nasabah yang meminjam kredit mengalami kemacetan dalam
pengembaliannya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah Bagaimana peran dari
pihak internal Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia
Universitas Sumatera Utara
Medan yaitu kepala cabang dan karyawan terhadap kasus kredit macet yang telah
terjadi ?
Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :
“..Semua pihak internal memiliki peran masing masing, yang dimulai dari
kepala cabang yang terlibat langsung dalam menghubungi nasabah yang
mengalami kemacetan dalam pengembalian kreditnya, kemudian
mengarahkan para marketing untuk menghubungi nasabah lebih intensif
dan membuat surat peringatan 1,2, dan 3 kepada nasabah. Selanjutnya
melakukan stempel bukti penyitaan terhadap jaminan dan agunan nasabah
yang kreditnya macet untuk dilakukan penjualan dan pelelangan. Debt
collector juga turun tangan untuk kebaikan nasabah, karena terlepas dari
penjualan dan pelelangan yang dilakukan pihak bank terhadap jaminan
para nasabah pastinya membutuhkan waktu dalam prosesnya bukan
langsung dapat terjual dan tertutupi sisa hutang dari nasabah, maka dari itu
alangkah baiknya nasabah melunasi sisa hutang nya kepada pihak bank
ketika debt collector datang mengunjunginya..” (wawancara Marketing
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan,
7 Juni 2013)
Seperti permasalahan yang dimunculkan peneliti pada latar belakang
penilitian, salah satu penyebab bank mengalami kredit macet dikarenakan nasabah
yang mengalami situasi kesulitan dalam keuangannya. Karena ini maka peneliti
mengajukan pertanyaan kembali yaitu, Bagaimana usaha pencegahan yang
dilakukan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan
untuk meminimalisir terjadinya kredit macet ?
Universitas Sumatera Utara
Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :
“..Untuk meminimalisir terjadinya kredit macet di bank ini kami sudah
melakukan pendekatan kepada nasabah dengan menjalin hubungan baik
antara pihak kreditur dan debitur sehingga apabila terjadi masalah yang
menyebabkan nasabah kesulitan dalam pengembalian kredit tesebut dapat
terbuka dan memberitahukannya kepada pihak bank, sehingga bisa
mencari jalan tengahnya untuk mengatasi masalah tersebut karena ada
nasabah yang bisa diatasi dengan cara yang lembut dan sedikit keras.
Kemudian kami juga melakukan pemantauan yang insentif kepada para
nasabah dan melakukan analisis aspek kredit kepada setiap nasabah
sebelum kredit vtersebut dicairkan..” (wawancara Marketing Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 7 Juni
2013)
Berkaitan dengan masalah kredit macet, bank juga memiliki pekerjaan
lainnya yang bukan hanya untuk mengurusi kasus kredit macet tersebut yang
terjadi seperti mencari nasabah yang ingin membuka rekening tabungan, mencari
nasabah yang ingin membuka rekening giro bahkan mencari nasabah yang ingin
mengajukan kredit pinjaman pembiayaan kepada bank baik dalam skala kecil
maupun besar. Dari sinilah peneliti mengajukan pertanyaan kembali mengenai
kebijakan bank ketika mengetahui terdapat nasabah (debitur) yang mengalami
kredit macet, yaitu Apa yang pertama kali dilakukan oleh pihak Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan ketika mengetahui
nasabah yang mengalami gejala kredit macet ?
Universitas Sumatera Utara
Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :
“..Pertama kali yang dilakukan adalah menghubungi nasabah yang terkait
dengan meneleponnya untuk mengingatkan mengenai penunggakan kredit
yang harus dibayar setiap bulannya, kemudian mengunjungi kediaman
nasabah untuk mempertanyakan perihal masalah yang menyebabkan
pengembalian kredit tersebut terbengkala untuk mencari jalan keluarnya
dan yang terakhir sudah pasti tentunya memberikan surat peringatan
kepada nasabah tersebut..” (wawancara Marketing Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan, 7 Juni 2013)
Seperti yang diketahui peran bank sebagai kreditur yang telah memberikan
pinjaman pembiayan berupa kredit kepada nasabah yang nantinya kredit tersebut
harus dikembalikan secara teratur tanpa ada penunggakan, disni peneliti juga
merasa perlu adanya penjelasan mengenai alasan nasabah yang tidak membayar
kreditnya. Maka dari itu peneliti memunculkan pertanyaan, Alasan-alasan apa saja
yang diberikan para nasabah (debitur) ketika menunggak pembayaran kredit
sehingga terjadi kasus kredit macet ?
Ibu Kiki Handayani (Marketing) menjawab :
“..Dari banyaknya alasan para nasabah yang telah saya dengar, yang paling
sering diutarakan adalah uang nasabah yang telah terpakai untuk
kebutuhan pokok lainnya sehingga tidak memiliki uang lagi untuk
membayar kredit setiap bulannya dan alasan yang kedua adalah bisnis atau
usaha yang sedang dijalankan oleh nasbah mengalami kerugian dan belum
mencapai titik balik modal sehingga nasabah beralasan tidak mendapatkan
penghasilan dari bisnis dan usahanya tersebut jadi tidak bisa membayar
kredit kepada pihak bank maka terjadilah penunggakan yang
menyebabkan kredit tersebut mengalami kemacetan..” (wawancara
Universitas Sumatera Utara
Marketing Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha
Helvetia Medan, 7 Juni 2013)
Wawancara kembali dilakukan peneliti dengan Kepala Cabang Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan yaitu Bapak
Rudi Purwanto. Berbicara mengenai kredit macet pasti terdapat hal-hal yang
menyebabkan kenapa bisa sampai terjadi kredit macet ini. Maka penulis kembali
mengajukan pertanyaan yaitu Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya
kasus kredit macet pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha
Helvetia ?
Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :
“..Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet terletak pada
nasabah, bukan pada pihak bank yang melakukan kesalahan karena bank
sudah melaksanakan standard operasional yang telah ditetapkan dari pusat
atasan langsung kepada para nasabah. Diantara faktor-faktor tersebut
adalah keuangan nasabah yang mengalami kesulitan pembiyaan dalam
kehidupan sehari-harinya, kemudian usaha yang sedang dijalankan
nasabah mengalami kerugian atau modal yang tidak kunjung kembali
sesuai target yang diharapkan dan faktor yang terakhir yaitu hilangnya rasa
tanggung jawab para nasabah terhadap kewajibannya sebagai debitur
untuk mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik bank karena
nasabah hanya meminjam uang dari bank pada sifatnya..” (wawancara
Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha
Helvetia Medan, 14 Juni 2013)
Kerika faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet tersebut telah
diketahui lewat penjelasan dari bapak kepala cabang tersebut tentunya kredit
macet ini merupakan suatu masalah perbankan yang sangat besar pengaruhnya
bagi kelangsungan perusahaan, baik itu dari segi pendapatan, nama baik
perusahaan dan juga persaingan antara bank syariah lainnya. Maka dari itu
Universitas Sumatera Utara
peneliti mengajukan pertanyaan kembali kepada bapak kepala cabang yaitu,
Bagaimanakan cara penyelesaian yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan terhadap kasus kredit macet yang terjadi
?
Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :
“..Usaha untuk penyelesaiannya pertama sekali adalah menghubungi
nasabah yang mengalami kredit macet secara insentif, namun apabila
nasabah tersebut tidak bisa dihubungi lagi maka pihak bank akan
mengunjungi kediaman nasabah untuk memberikan keterangan dan
menanyakan perihal masalah kredit macet tersebut. Kemudian pihak bank
juga akan mengeluarkan surat peringatan, dari mulai surat peringatan
pertama, kedua dan ketiga. Apabila peringatan tersebut belum dihiraukan
juga oleh nasabah maka pihak bank mengajukan penawaran untuk
restrukturisasi masalah pembiayaan kredit ini kepada nasabah dengan
tujuan untuk mengecilkan biaya perbulan yang harus dibayarkan nasabah
kepada bank dan melunasi sisa pembiayaan kredit tersebut pada saat bulan
terakhir di jadwal pengembaliaan kredit tersebut. Sebagai contoh nasabah
memiliki cicilan pembiayaan yang harus dibayarkan setiap bulannya
sebesar Rp. 5.000.000, maka pihak bank mengajukan restrukturisasi
kepada nasabah agar lebih memudahkan pengembalian perbulannya
dengan memperkecil nominal jumlah cicilan tersebut menjadi
Rp.2.500.000 untuk dibayar setiap bulannya. Namun pada saat masa
terakhir pengembalian tepatnya di bulan terakhir pembayaran cicilan,
nasabah harus melunasi sisa semuanya jumlah kredit yang masih belum
terlunaskan secara sekaligus. Apabila sampai dengan restrukturisasi yang
telah diberikan bank kepada nasabah juga masih belum bisa
mengembalikannya maka pihak bank akan melakukan penyitaan terhadap
jaminan dan agunan nasbah untuk dilelang dan dijual..” (wawancara
Universitas Sumatera Utara
Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha
Helvetia Medan, 14 Juni 2013)
Tentunya dalam proses pelaksanaan penyelesaiaan kredit macet tersebut
tidak selalu berjalan mulus dengan mudah, pastinya ada hambatan dan kesulitan
yang dialami pihak bank sendiri. Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan
kembali mengenai masalah kesulitan yang dialami ketika mengatasi kredit macet
yaitu, Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan dalam mengatasi kasus kredit macet ini
?
Bapak Rudi Purwanto (Kepala Cabang) menjawab :
“..Kesulitan dan hambatan yang dihadapi tentu saja ada, seperti nasabah
yang tidak bisa dihubungi oleh pihak bank nomor telepon yang
bersangkutan serta nasabah yang melarikan diri ketika pihak bank
berkunjung ke alamat rumahnya untuk menagih kredit yang macet.
Kemudian nasabah yang tidak mampu membayar kredit tersebut
dikarenaan uang yang seharusnya untuk membayar cicilan kredit bank
telah terpakai untuk kebutuhan lainnya seperti keadaan yang tidak
dinginkan, adanya keluarga yang sakit, adanya kebutuhan mendesak yang
harus didahulukan sehingga nasabah tidak memiliki uang lagi untuk
membayar kredit tersebut tepat pada waktunya. Namun untuk nasabah
yang meminjam kredit untuk melakukan usaha/bisnis banyak diantaranya
usaha yang sedang dijalani mengalami kerugian alias profit loss, dimana
bidnis tersebut tidak mendapatkan keuntungan dari yang diharapkan,
bahkan untuk mengembalikan modal saja belum tercapai maka dari itu
nasabah tidak bisa membayar kredit usaha tersebut kepada bank
dikarenakan kondisi bisnis nasabah yang sedang tidak stabil..”
(wawancara Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Graha Helvetia Medan, 14 Juni 2013)
Universitas Sumatera Utara
4.3 Analisa Data
4.3.1 Faktor-faktor yang menyebabkan Kredit Macet
Salah satu tugas bank terhadap kredit yang paling penting adalah
pengawasan kepada debitur yang menerima kredit, agar kredit tersebut tidak
bermasalah, digunakan secara benar dan teratur dan tidak disalah gunakan oleh
nasabah. Demikian juga dalam perkreditan karena kegiatan pengawasan
merupakan penjagaan dan pengamanan terhadap kekayaan bank yang disalurkan
dan diinvestasikan di bidang perkreditan. Kegiatan pengawasan akan menjadi
lebih penting bila diketahui bahwa kredit merupakan kekayaan yang beresiko atau
risk assets, karena asset tersebut dikuasai oleh pihak dari luar bank.
Pengawasan kredit adalah salah satu fungsi manajemen dalam usahanya
untuk melakukan penjagaan dan pengamanan atas pengelolaan kekayaan bank kea
rah fortofolio perkreditan yang lebih baik dan efisien, guna menghindarkan
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya
kebijakan perkreditan yang telah ditetapkan (Djohan, 2000, 167). Namun dari
ketatnya pengawasan yang dilakukan bank terhadap nasabah yang menerima
kredit tetap saja terjadi kasus kredit macet yang merugikan pihak bank. Tentunya
kasus kredit macet ini sangat tidak diinginkan oleh bank, namun banyaknya
pengawasan yang sudah dilakukan membuat dari adanya sepuluh orang nasabah
yang menerima kredit pasti ada dua atau tiga nasabah yang mengalamai
kemacetan dalam kreditnya karena tidak bisa dipungkiri tidak ada kredit di setiap
bank yang tidak mengalami kemacetan,. Karena pasti ada kasus kredit macet
walaupun sedikit jumlah persentasinya pada setiap bank.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Data Kredit Macet Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Graha Helvetia Medan
No Nasabah Nominal (Rp) Faktor-Faktor
1. A 200.000.000 Kesulitan Ekonomi Menunggak Pengembalian
2. B 40.000.000 Melarikan Diri
3. C 25.000.000 Melarikan Diri
4. D 150.000.000 Bisnis Mengalami Kerugian
5. E 50.000.000 Bisnis Mengalami Kerugian
Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri 2011-2012
Kredit macet terjadi dikarenakan beberapa sebab, baik sebab yang
diakibatkan nasabah maupun sebab yang diakibatkan pihak bank. Dari sebab
masalah tersebut maka munculah faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya
kredit macet pada bank. Di dalam buku yang ditulis oleh Untung (2000: 122)
faktor yang menyebabkan kredit macet yang tinggi tanpa harus mengemukakan
seberapa besar persentase kredit macet yang dialami oleh perbankan, tidak
seorangpun yang akan membantah pernyataan bahwa dunia perbankan mengalami
kredit macet yang tinggi. Kredit macet yang tinggi telah mengakibatkan beberapa
bank menjadi collapse (bangkrut) yang akhirnya merugikan para nasabah
penyimpan. Mengapa ada kredit macet ? maka faktor-faktor yang
menyebabkannya adalah (Untung, 2000: 12) :
Universitas Sumatera Utara
1. Kesalahan Apraisal, merupakan kesalahan dalam memberikan penilaian
yang obyektif dan independen terhadap asset atau properti. Kesalahan ini
biasa dilakukan oleh pihak internal dari bank yaitu karyawan yang
bergerak dalam anlisa kredit langsung ketika melakukan survei dan
observasi terhadap jaminan dan agunan nasabah yang mengajukan
permohononan kredit terjadi kesalahan yang tidak disengaja.
2. Membiayai proyek dari pemilik / terafiliasi. Pemegang saham maupun
pihak terafiliasi lainnya dapat dikenai sanksi terhadap Aktiva Produktif
yang digunakan untuk membiayai proyek pribadi, fasilitas penyediaan
dana, agunan, penjamin dan laporan keuangan untuk kepentingan pribadi.
3. Membiayai proyek yang yang direkomendasikan oleh kekuatan dari pihak-
pihak tertentu. Menjelaskan bahwa terdapat pihak-pihak yang terlibat
dalam proyek besar dalam suatu bisnis. Kelompok/kumpulan pihak-pihak
nakan kegiatan tanpa mau tersandung masalah atau mengikuti peraturan
yang telah diberikan yang dapat membebani dan memperlambat proyek
tersebut.
4. Dampak makro ekonomi / Unforecasted Variabel. Makro ekonomi yang
terjadi mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kredit,
maka meskipun selama periode krisis terjadi tetapi pertumbuhan kredit
tetap meningkat. Maka bank harus memperketat analisis terhadap nasabah
yang mengajukan permohonan kredit sebelum krdeit tersebut diterima dan
dicairkan.
Universitas Sumatera Utara
5. Kenakalan nasabah. Banyaknya nasabah yang menerima kredit tentu
tidaklah semua tingkah laku dan pemikirannya juga sama. Karena setiap
nasabah memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kredit macet terjadi
dikarenakan nasabah yang tidak membayar kreditnya kepada bank
dikarenakan alasan yang bermacam-macam, ada yang disengaja maupun
tidak. Disinilah tugas berat dari bank untuk mengatasinya, melakukan
analisis yang ketat kepada nasabah ketika nasabah tersebut mengajukan
permohonan kredit dan melakukan pengawasan yang juga ketat untuk
meminimalisir terjadinya kredit macet yang tidak diinginkan.
6. Manajemen bank yang tidak profesional sehingga melakukan suatu
kesalahan yang menyebabkan kredit macet. Kinerja bank dalam pemberian
kredit dan juga pengawasannya haruslah seimbang, jangan sampai
banyaknya kredit yang telah dicairkan malah makin menjadi banyak pula
kredit tersebut menjadi macet. Manajemen seharusnya lebih professional
dalam pengawasannya tanpa tebang pilih dalam mencairkan kredit tersebut
kepada pihak-pihak tertentu.
7. Pengawasan dan pembinaan dari Bank Indonesia terhadap lembaga bank
yang banyaknya tersebar di seluruh Indonesia ini masih belum maksimal /
otoritas moneter yang belum memadai.
Nasabah-nasabah yang memperoleh kredit dari bank tidak seluruhnya
dapat mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang diperjanjikan. Pada
kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat
mengembalikan kredit kepada bank yang meminjaminya. Akibat nasabah tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat membayar lunas hutangnya, maka menjadikan perjalanan kredit terhenti
atau macet. Untuk jelasnya yang dinamakan kredit macet adalah suatu keadaan
dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada
waktunya (Supramono, 1995, 92).
Yang mempengaruhi terjadinya kredit macet selain berasal dari nasabah,
dapat juga berasal dari bank, karena bank tidak terlepas dari kelemahan yang
dimilikinya. Faktor ini tidak berdiri sendiri tetapi selalu berkaitan dengan nasabah.
1. Yang berasal dari nasabah (Supramono, 1995, 93)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet yang
berasal dari nasabah, yaitu :
a. Nasabah menyalahgunakan kredit yang diperolehnya, setiap kredit
yang diperoleh nasabah telah diperjanjikan tujuan pemakaiannya,
sehingga nasabah harus menggunakan kredit sesuai dengan
tujuannya.
b. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya, hal ini dapat terjadi
karena nasabah kurang mampu menguasai bidang usahanya diberi
kredit, karena nasabah mampu meyakinkan bank akan keberhasilan
usahanya. Akibatnya usaha yang telah diberika kredit dan
dijalankan tidak berjalan dengan baik.
c. Nasabah beritikad tidak baik, ada sebagian nasabah mungkin
jumlahnya tidak banyak yang sengaja dengn sengaja dengan segala
Universitas Sumatera Utara
upaya mendapatkan kredit, tetapi setelah kredit diterima untuk
kepentingan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
2. Yang berasal dari bank (Suramono, 1995, 94)
Bank juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kredit macet. Dalam
memberikan kredit kepada nasabah, pejabat bank diwajibkan
melaksanakan prinsip-prinsip perbankan yang sehat. Sebagaimana
diketahui, dalam memberikan kredit, bank wajib mempunyai keyakinan
atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya
sesuai dengan yang diperjanjikan. Keyakinan tersebut diperoleh dari
penilaian bank terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek
usaha debitur. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pejabat
bank bertindak menyimpang dari prinsip-prinsip perbankan diatas, sebagai
berikut :
a. Kualitas pejabat bank, setiap pejabat bank manapun dituntut untuk
dapat bekerja secara professional. Namun tidak semua pejabat bank
mempunyai kualitas yang baik. Pejabat yang bekerja tidak
professional tentu sulit diharapkan dapat memperoleh hasil kerja
yang memadai. Teutama dibagian kredit, pejabat yang demikian
dapat mempengaruhi penyaluran kredit yang tidak sebagaimana
mestinya.
b. Persaingan antar bank, jumah bank yang beroperasi terus
meningkat, mengakibatkan persaingan antar bank semakin ketat.
Dalam melakukan persaingan ini, setiap bank selalu berusaha untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, guna
mendapatkan nasabah yang sudah ada tidak pindah kepada bank
yang lain. Dalam situasi dan kondisi demikian, mempengaruhi
bank untuk bertindak spekulatip, dengan memberi fasilitas yang
mudah kepada nasabahnya, dengan mengabaikan prinsip-prinsip
perbankan yang sehat.
c. Hubungan ke dalam, hubungan ini terutama terdapat pada bank
swasta. Yang dimaksud adalah hubungan bank dengan perusahaan-
perusahaan yang tergabung dalam kelompoknya. Selain itu
hubungan bank dengan pengurus maupun pemegang saham. Dari
adanya hubungan tersebut, bank dalam melayani kepentingan-
kepentingan nasabah dari dalam cenderung lebih mudah
dibandingkan dengan nasabah-nasabah lainnya. terkadang proyek
yang dibiayai dengan kredit kurang begitu menguntungkan, tetapi
karena masih satu ikatan, bank dengan setia membantu kesulitan
nasabah bersangkutan. Dalam kasus jatuhnya Bank Sumatera
terungkap sebagian besar kredit macet berasal dari nasabah
kelompoknya.
d. Pengawasan, setiap tindakan bank dalam menyalurkan fasilitas
kredit selalu dibarengi dengan tindakan pengawasan, tindakan
tersebut selain dilakukan dari dalam bank itu sendiri (oleh bagian
pengawas kredit), bank juga diawasi oleh Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan faktor-faktor yang didapat setelah melakukan wawancara
dengan pihak bank sebagaimana yang telah disebutkan didalam bab sebelumnya,
maka faktor-faktor tersebut adalah keuangan nasabah yang mengalami kesulitan
pembiayaan dalam kehidupan sehari-harinya, kemudian usaha yang sedang
dijalankan nasabah mengalami kerugian atau modal yang tidak kunjung kembali
sesuai target yang diharapkan dan faktor yang terakhir yaitu hilangnya rasa
tanggung jawab para nasabah terhadap kewajibannya sebagai debitur untuk
mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik bank karena nasabah hanya
meminjam uang dari bank pada sifatnya
Berdasarkan Hasil Peneltian yang dilakukan oleh peneliti mengenai faktor-
faktor yang menyebabkan kredit mace tersebut yang paling sering ditemui peneliti
dalam melaksanakan riset penelitian di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Graha Helvetia Medan adalah faktor nasabah yang mengalami kerugian
dalam menjalankan usahanya dan nasabah yang tidak memiliki uang lagi untuk
mengembalikan kredit kepada bank dikarenakan uang tersebut sudah terpakai
untuk kebutuhan lainnya termasuk kebutuhan hidup yang mendesak dan nasabah
yang nakal dengan melarikan diri membawa uang kredit yang telah diberikan oleh
pihak bank sehingga kredit tersebut tidak terlunasi dan dibayarkan oleh nasabah
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Penyelesaian yang dilakukan Bank untuk mengatasi Kredit Macet
Sekalipun bank dalam memberikan kredit tidak pernah menginginkan
bahwa kredit yang diberikan menjadi kredit yang bermasalah, dan untuk
keperluan itu pihak bank akan melakukan segala upaya preventif yang mungkin
dilakukan untuk mencegah agar kredit tidak bermasalah, namun tidak mustahil
pada akhirnya kredit tetap juga bermasalah, bahkan keadaan kredit itu bukan saja
sekedar tidak lancer atau diragukan melainkan akhirnya menjadi macet. Setelah
itu, bank akan melakukan upaya-upaya represif. Upaya-upaya represif yang mula-
mula akan dilakukan ialah melakukan upaya penyelamatan kredit. Setelah upaya
yang dilakukan tersebut tidak berhasil juga menyelamatkan kredit maka bank
akan menempuh upaya penagihan. Sjahdeini, dalam (Usman, 2001, 293).
Untuk memperbaiki atau memperlancar kredit yang semula tergolong
diragukan atau macet, bank melakukan tindakan penyelamatan kredit agar kredit
yang semula tergolong diragukan atau macet menjadi lancer lagi. Tindakan
penyelamatan kredit oleh bank dicantumkan atau dituangkan dalam akad
penyelamatan kredit. Bentuk dari penyelamatan kredit tersebut adalah (Usman,
2001, 293) :
1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang
hanya menyangkut jadwal pembayaran dan jangka waktunya
2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau
seluruh syarat kredit, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu, dan perssyaratan lainnya sepanjang tidak
menyangkut perubahan maksimum saldo kredit
Universitas Sumatera Utara
3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit
yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian
tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan konversi seluruh atau
sebagian kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai
dengan penjadwalan kembali atau persyaratan kembali.
Penataan kembali perjanjian kredit dengan cara melakukan konversi kredit
menjadi penyertaan modal dalam perusahaan untuk mengatasi dampak kegagalan
kredit merupakan salah satu usaha bank sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
huruf c undang-undang perbankan yang diubah. Dikatakanm bahwa selain
melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, bank umum
dapat pula melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Apabila menurut pertimbangan bank, kredit yang bermasalah tidak
mungkin terselamatkan dan menjadi tidak lancar kembali melalui upaya-upaya
penyelamatan sehingga akhirnya kredit tersebut menjadi macet, maka bank akan
melakukan tindakan-tindakan penyelsaian atau penagihan kredit bermasalah atau
macet. Penyelesaian atau penagihan kredit bermasalah itu merupakan upaya bank
untuk memperoleh kembali pembayaran baik dari nasabah debitur dan penjamin
atas kredit bank yang telah menjadi bermasalah atau tanpa melikuidasi
agunannya. Sjahdeini, dalam (Usman, 2001, 296).
Universitas Sumatera Utara
Walaupun bank tidak mengharapkan terjadinya kredit bermasalah, seluruh
pejabat bank terutama yang berkaitan dengan perkreditan harus memiliki
pandangan dan persepsi yang sama dalam menangani kredit bermasalah tersebut.
karena itu untuk menyelesaikan kredit bermasalah perlu menggunakan pendekatan
sebagai berikut :
1. Bank tidak membiarkan atau bahkan menutup-nutupi adanya kredit
bermasalah. Bank selalu terbuka kepada para nasabahnya, apapun kendala
dan kesulitan yang dialami nasabah seharusnya dapat tukar pikiran serta
konsultasi dengan bank untuk mencari cara atau jalan keluar dari masalah
tersebut. karena tidak menutup kemungkinan bahwa masalah tersebut
adalah kesulitan pembayaran kredit.
2. Bank harus mendeteksi secara dini adanya kredit bermasalah atau diduga
akan menjadi kredit bermasalah. Sebelum terjadinya kredit macet, pasti
terdapat tanda-tanda atau hal-hal yang mencurigakan dalam diri nasabah,
baik dari mulai menunggak pembayaran kredit, tidak bisa hubungi ketika
pihak bank menghubunginya. Maka dari itu bank harus sigap menangkap
gejala seperti ini agar segera ditindak janjutin untuk meminimalisir
muncunya kasus kredit macet yang disebabkan oleh kenakalan nasabah.
3. Penanganan kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermaslah
juga harus dilakukan secara dini dan sesegera mungkin. Setiap kredit
macet atau yang bermasalah harus segera ditindak lanjuti sebelum nasabah
tersebut melarikan diri entah kemana. Karena ketika terjadi kredit macet
Universitas Sumatera Utara
nasabah mulai menghindar dari pihak bank untuk menutupi kesalahannya
dengan berbagai macam alasan.
4. Bank tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara
menambah plafond kredit atau tunggakan-tunggakan bunga dan
mengkapilitasi tunggakan bunga tersebut atau yang lazim dikenal dengan
praktek plafondering kredit. Plafon Kredit adalah batas tertinggi (biaya
kredit) yang disediakan, misalnya pada plafon kredit nasabah adalah
berapa besar maksimum kredit yang dapat diberikan kepada setiap
nasabah yang telah ditentukan pihak bank sesuai dengan kesanggupan dan
kemampuan yang dimiliki oleh nasabah sebagai debitur.
5. Bank tidak boleh melakukan pengecualian dalam penyelesaian kredit
bermasalah, khususnya untuk kredit bermasalah kepada pihak-pihak yang
terkait dengan bank dan debitur-debitur besar tertentu. Bank harus
bertindak secara profesional tanpa pandang bulu dalam memberikan
kreditnya dan juga mengatasi kasus kredit macet yang terjadi.
Dalam rangka menyelesaikan kredit macet atau kredit bbermasalah bank
akan menempuh cara-cara sebagai berikut untuk penyelesaiannya :
1. Penyerahan pengurusan kredit macet kepada Panitia Urusan Piutang
Negara (PUPN). Dengan undang-undang nomor 49/Prp/Tahun 1960
(Usman, 2001, 297) dibentuklah panitia urusan piutang Negara (PUPN)
yang tugasnya antara lain mengurus piutang Negara yang oleh pemerintah
atau badan-badan yang secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh
Negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian, atau sebab lainnya telah
Universitas Sumatera Utara
diserahkan pengurusannya kepadanya. Piutang Negara yang diserahkan itu
ialah piutang yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hokum, akan
tetapi yang menanggung hutangnya (penjamin) tidak melunasinya
sebagaimana mestinya. Berhubung bank-bank milik usaha Negara dan
daerah adalah bada-badan Negara, maka pengurusan atau penyelesaian
piutang macetnya wajib diserahkan kepada PUPN.
2. Proses gugatan perdata. Sejalan dengan klausula yang biasanya tercantum
dalam setiap perjanjian kredit antara bank dan nasabahnya, maka dalam
hal nasabah sebagai debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk
melunasi kredit, bank dapat mengajukan gugatan perdata kepada
pengadilan. Penyelesaian kredit macet melalui gugatan perdata oleh bank
kurang menguntungkan. Disamping penyelesaiannya membutuhkan waktu
yang relatif panjang, kenyataan juga menunjukkan tidak jarang pengadilan
membatalkan perjanjian kredit yang telah dibuat oleh bank dan nasabah
debiturnya dengan alasan bahwa bank telah melakukan perbuatan yang
tidak pantas, yakni melakukan penyalahgunaan keadaan pada saat
pembuatan perjanjian kredit bank dan tidak mempunyai itikad baik
sewaktu-waktu bank bisa menghentikan seketika pemberian kredit.
3. Penyelesaian melalui badan arbitrase (perwasitan). Dalam perjanjian
kredit kadang-kadang dicantumkan pula kalusula yang menyebutkan
apabila timbul sengketa sebagai akibat dari perjanjian kredit, maka
penyelesaiannya melalui arbitrase dan keputusan arbritase adalah
keputusan final. Klausula arbitrase menetapkan cara-cara penunjukan
Universitas Sumatera Utara
arbiter (wasit) dan susunan tim arbiter yang akan memutuskan sengketa.
Tim arbiter dibentuk dengan masing-masing pihak menunjuk seorang
arbiter lainnya sebagai ketua. Adapun manfaat penyelesaian sengketa
melalui arbitrase ini keputusannya lebih cepat diperoleh bila dibandingkan
melalui pengadilan yang sifat penyelesaiannya tertutup dan dapat menjaga
nama baik para pihak. Husein dalam (Usman, 2001, 301).
4. Penagihan oleh penagih hutang (Debt Collector). Beberapa bank swasta
dalam rangka mempercepat penyelesaian penagihan kredit macet,
memanfaatkan jasa penagih hutang swasta, yang lazimnya disebut dengan
debt collector. Pemanfaatan debt collector dalam menagih kredit macet
bank ini ternyata jauh lebih
Sebuah penelitian menunjukkan kurang lebih 75% bank-bank swasta
menggunakan debt collector untuk menagih kredit mereka yang macet. Hal ini
antara lain disebabkan :
a. Karena tidak bekerjanya sarana-sarana hukum dan hukum dianggap
tidak bekerja efisien dan efektif. Seperti yang diketahui dalam
dunia hukum bahwa pihak yang kuat adalah pihak yang akan
memenangkan perkara dari kasus masalah tersebut.
b. Bertele-telenya proses penegakan hukum menimbulkan
kekecewaan masyarakat. Banyaknya prosedur yang dilakukan
langkah demi langkah dalam penuntasan kasus di pengadilan
memakan waktu yang lama untuk penyelesaian hukum tersebut.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengadilan tidak bisa memberikan jaminan kepastian hukum dan
berjalan singkat. Seperti yang sudah disebutkan penulis diatas
bahwa hukum tidak akan berlaku terhadap pihak yang memiliki
kekuatan di belakangnya, karena hukuman tersebut tetap akan
divonis jatuh namun dengan skala ringan dalam penjeratannya.
d. Debt collector dianggap lebih mampu bekerja dalam waktu relatif
singkat dan tingkat keberhasilannya mencapai 90%. Petrik dalam
(Usman, 2001, 303).
Sedangkan pelaksanaan penyelesaian dalam mengatasi kredit macet yang
didapat setelah melakukan wawancara dengan pihak bank sebagaimana yang telah
disebutkan didalam bab sebelumnya adalah yang pertama kali dilakukan
menghubungi nasabah yang mengalami kredit macet secara insentif, namun
apabila nasabah tersebut tidak bisa dihubungi lagi maka pihak bank akan
mengunjungi kediaman nasabah untuk memberikan keterangan dan menanyakan
perihal masalah kredit macet tersebut. Kemudian pihak bank juga akan
mengeluarkan surat peringatan, dari mulai surat peringatan pertama, kedua dan
ketiga. Apabila peringatan tersebut belum dihiraukan juga oleh nasabah maka
pihak bank mengajukan penawaran untuk restrukturisasi masalah pembiayaan
kredit ini kepada nasabah dengan tujuan untuk mengecilkan biaya perbulan yang
harus dibayarkan nasabah kepada bank dan melunasi sisa pembiayaan kredit
tersebut pada saat bulan terakhir di jadwal pengembaliaan kredit tersebut. Sebagai
contoh nasabah memiliki cicilan pembiayaan yang harus dibayarkan setiap
bulannya sebesar Rp. 5.000.000, maka pihak bank mengajukan restrukturisasi
Universitas Sumatera Utara
kepada nasabah agar lebih memudahkan pengembalian perbulannya dengan
memperkecil nominal jumlah cicilan tersebut menjadi Rp.2.500.000 untuk dibayar
setiap bulannya. Namun pada saat masa terakhir pengembalian tepatnya di bulan
terakhir pembayaran cicilan, nasabah harus melunasi sisa semuanya jumlah kredit
yang masih belum terlunaskan secara sekaligus. Apabila sampai dengan
restrukturisasi yang telah diberikan bank kepada nasabah juga masih belum bisa
mengembalikannya maka pihak bank akan melakukan penyitaan terhadap jaminan
dan agunan nasabah untuk dilelang dan dijual.
Tabel 4.4 Data Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan
No Nasabah Faktor-Faktor Penyelesaian
1. A Kesulitan Ekonomi Menunggak Pengembalian
Melakukan Restrukturisasi Pengembalian
2. B Melarikan Diri Melelang dan Menjual Jaminan
3. C Melarikan Diri Melelang dan Menjual Jaminan
4. D Bisnis Mengalami Kerugian
Melelang dan Menjual Jaminan
5. E Bisnis Mengalami Kerugian
Melelang dan Menjual Jaminan
Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri 2011-2012
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka
pelaksanaan penyelesaian yang dilakukan dalam mengatasi kredit macet pada
Universitas Sumatera Utara
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia adalah yang
pertama sekali menghubungi nasabah yang mengalami kredit macet secara
insentif, mengunjungi kediaman nasabah untuk memberikan keterangan dan
menanyakan perihal masalah kredit macet tersebut. Kemudian mengeluarkan surat
peringatan, dari mulai surat peringatan pertama, kedua dan ketiga, dan yang
terakhir mengajukan penawaran untuk restrukturisasi masalah pembiayaan kredit
ini kepada nasabah dengan tujuan untuk mengecilkan biaya perbulan yang harus
dibayarkan nasabah kepada bank dan melunasi sisa pembiayaan kredit tersebut
pada saat bulan terakhir di jadwal pengembaliaan kredit tersebut.
Sebagai usaha yang penuh resiko, sebelum memberikan kredit, seharusnya
bank melakukan analisis kredit yang seksama, teliti, dan cermat dengan
didasarkan pada data yang aktual dan akurat, sehingga bank tidak akan keliru
dalam mengambil keputusannya. Apabila terjadi masalah dalam kredit yang
diberikan pihak bank juga sudah memiliki cara jitu untuk mengantisipasinya
sebelum terlambat, kareda tidak dapat dipungkiri bahwa kredit macet merupakan
masalah yang sangat tidak diinginkan oleh bank manapun yang ada di dunia ini.
Bank harus meyakini bahwa kredit yang akan diberikannya tersebut dapat
terlunasi kembali pada waktunya oleh nasabah debitur dan tidak akan berkembang
menjadi kredit bermasalah atau macet.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Kesulitan dan Hambatan yang dihadapi Bank dalam mengatasi
Kredit Macet
Untuk menentukan apakah suatu kredit dikatakan bermasalah atau macet
didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas adalah keadaan
pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur sesuai serta
tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut. Oleh karena itu setiap
pemberian kredit tentunya telah memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai
dengan asas perkreditan yang sehat. Demikian pula pemberian kreditnya juga
telah didasarkan pada penilaian yang jujur, objektif, dan terlepas dari pengaruh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit.
Kendala kesulitan dan hambatan yang sering di hadapi dalam
menyelesaikan kredit macet adalah adanya debitur yang beretikad tidak baik, di
mana dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya dalam menyelesaikan
masalah kreditnya, salain itu adanya kendala ekonomi yang dihadapi oleh debitur
juga dapat menjadi kendala dalam menyelesaikan masalah kredit. Kredit macet
dapat disebabkan oleh beberapa kendala baik dari debitur maupun kreditur,
kendala tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Dari pihak perbankan. Artinya dalam melakukan analisanya, pihak analisis
kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi
terlebih dahulu sebelulumnya.
2. Dari pihak nasabah. Kemacetan kredit dapat dilakukan akibat adanya
unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak membayar
kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Adanya
Universitas Sumatera Utara
unsur tidak sengaja, Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak
mampu untuk membayarkannya kembali kepada pihak bank.
3. Debitur yaitu nasabah sama sekali tidak mampu untuk membayar seluruh
hutang-hutangnya kepada bank sebagai kreditur yang dikarenakan
berbagai macam alasan yang diberikan kepada pihak bank.
4. Usaha yang dijalankan oleh debitur tidak beroperasi lagi atau usaha itu
mengalami kerugian besar sehingga nasabah tidak dapat lagi
mengembalikan kredit yang sudah diberikan.
Menurut data yang diberikan Bapak Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri
Kantor cabang pembantu Graha Helvetia Medan dikatakan bahwa kesulitan dan
hambatan yang ditemui dalam mengatasi kredit macet adalah sebagai berikut
(wawancara Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Graha Helvetia Medan, 14 Juni 2013) :
1. Nasabah yang sudah tidak bisa dihubungi oleh pihak bank melalui telepon
2. Nasabah yang telah melarikan diri dari kredit yang telah diterimanya dari
bank, karena menyulitkan pihak bank ketika mengunjungi kediamannya
untuk menagih kredit tersebut namun nasabah sudah tidak berada di
tempat kediamannya lagi.
3. Nasabah yang tidak memiliki uang lagi untuk mebayar kreditnya kepada
bank dikarenakan uang tersebut telah habis digunakan untuk keperluan
mendesak dalam hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Nasabah yang mengalami kerugian usaha (profit loss) sehingga mengalami
kebangkrutan dalam menjalankan usahanya.
Perkreditan merupakan salah satu usaha penting bagi bank dalam
memberikan keuntungan, tetapi berbagai masalah atas penyaluran kredit harus
dihadapi perbankan. Karena banyak kritikan terhadap kinerja perbankan nasional
akibat banyaknya kasus kredit macet di Negara ini. Hal ini sehubungan dengan
adanya kredit bermasalah yang biasa disebut Non Performance Loan (NPL)
dengan jumlah yang cukup signifikan pada seluruh bank di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka kesulitan
dan hambatan dalam mengatasi kredit macet pada Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Graha Helvetia Medan adalah nasabah yang tidak bisa
dihubungi oleh pihak bank, nasabah yang melarikan diri ketika pihak bank
berkunjung ke alamat rumahnya namun nasabah tersebut sudah tidak berada di
lokasi tersebut, Kemudian nasabah yang tidak mampu membayar kredit tersebut
dikarenaan uang yang seharusnya untuk membayar cicilan kredit bank telah
terpakai untuk kebutuhan lainnya, dan nasabah yang meminjam kredit untuk
melakukan usaha/bisnis banyak diantaranya usaha yang sedang dijalani
mengalami kerugian alias profit loss, dimana bisnis tersebut tidak mendapatkan
keuntungan dari yang diharapkan, bahkan untuk mengembalikan modal saja
belum tercapai maka dari itu nasabah tidak bisa membayar kredit usaha tersebut
kepada bank dikarenakan kondisi bisnis nasabah yang sedang tidak stabil.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kasus kredit macet dalam dunia perbankan bukanlah hal yang baru. Kredit
macet sudah menjadi resiko bagi perbankan sejak lama. Krisis ekonomi yang
dimulai pada tahun 1998 tidak lepas dari andil kredit macet di perbankan yang
harus dibayar mahal dengan obligasi rekapitalisasi dan menjadi beban ekonomi
nasional hingga saat ini. Sebagai usaha yang penuh resiko, sebelum memberikan
kredit sebaiknya pihak bank melakukan analisis kredit dengan teliti, cermat, dan
seksama yang tentunya dengan didasarkan pada data yang aktual dan akurat
sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusan apakah akan
memberikan kredit atau tidak.
Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya,
maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet bukan hanya
terdapat pada diri nasabah sebagai debitur yang meminjam kredit, tetapi
juga terdapat pada kesalahan dari kreditur yaitu pihak bank yang telah
memberikan kredit tersebut kepada nasabah sehingga munculnya kasus
kredit macet.
2. Penyelesaian yang dilakukan oleh bank dalam mengatasi kredit macet
dengan memulai cara pendekatan yang baik kepada setiap nasabah yang
mengalami kemacetan dalam pengembalian kreditnya, kemudian
Universitas Sumatera Utara
membantu untuk mencari jalan keluarnya dan jika nasabah tetap tidak
menghiraukan peringatan yang telah diberikan oleh bank maka pihak bank
akan menggunakan cara yang sedikit keras dalam menyelesaikannya
seperti menggunakan jasa dept collector serta kemudian menyita,
melelang dan menjual asset nasabah yang dijadikan jaminan atau agunan
kepada pihak bank.
3. Kesulitan dan hambatan yang dihadapi bank dalam mengatasi kredit macet
tentunya bukan hal yang mudah dalam mengatasinya. Pihak bank
melaksanakan tugasnya secara maksimal untuk menuntaskan kasus kredit
macet, karena banyak nasabah yang tidak bertanggung jawab terhadap
kredit yang diterimanya. Namun kesulitan dan hambatan tersebut dapat
teratasi dengan cara penyelesaian yang efektif yang dilakukan pihak bank
secara rutin dan bertahap sehingga hambatan tersebut sedikit demi sedikit
mulai bisa teratasi dan dapat ditangani.
5.2 Saran
Setelah mempelajari permasalahan-permasalahan yang menjadi
pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis mencoba untuk memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya ketentuan tentang kriteria dalam pemberian kredit perbankan
dapat ditinjau kembali, karena kredit yang telah diberikan kepada nasabah
tersebut seolah-olah memberikan celah bagi debitur untuk
mempermainkan kredit yang diberikan pihak bank, dimana kemungkinan
debitur nakal dapat melakukan pinjaman ke bank lain sementara pinjaman
Universitas Sumatera Utara
kredit pada bank sebelumnya belum tentu dapat dilunasi hingga tuntas.
Selain itu ada juga kemungkinan bahwa debitur akan melarikan diri dari
tempat kediamannya dan pindah ke tempat lain demi menghindari
kewajibannya terhadap bank tersebut.
2. Sebaiknya pihak bank sebagai kreditur lebih berhati-hati dalam
memberikan perlakuan/pelayanan yang sama kepada semua debitur dalam
hal analisis pemberian kredit, tidak ada pengaruh dari permohonan besar
kecilnya nominal kredit bahkan adanya hubungan dalam antara nasabah
dengan pihak bank, karena bank harus professional dalam melaksanakan
kinerja dan memberikan pelayanannya.
3. Adanya pengawasan yang lebih ketat dari pihak bank terhadap usaha yang
dilakukan debitur setiap waktu tertentu (misalnya melakukan observasi
langsung ke tempat usaha nasabah) juga dapat membantu pencegahan
kredit macet dan penyalahgunaan kredit yang telah diterima debitur.
4. Terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam penyalahgunaan kredit baik itu
dari pemberian maupun penerimaan kredit, pemberian kredit oleh oknum
petugas bank yang bekerja sama dengan nasabah untuk tujuan yang
merugikan tetapi menguntungkan diri sendiri dan kepada nasabah debitur
yang melarikan diri dari pelunasan pinjaman sebaiknya ditindak dengan
sanksi yang tegas, karena perbuatan tersebut dapat merugikan pihak bank
yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Djohan, Warman. 2000. Kredit Bank ‘Alternatif Pembiayaan dan Pengajuannya. Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya
El-Diwani, Tarek. 2003. The Problem With Interest “Sistem Bunga dan Permasalahannya”. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana
Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana
Hossain, Akhand Akhtar. 2010. Bank Sentral dan Kebijakan Moneter di Asia Pasifik. Jakarta: Rajawali Pers
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana
Kasmir, 2010. Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana
Mahmoeddin, As. 1995. 100 Penyebab Kredit Macet. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Miles, B.B dan A.M Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. UI Press Jakarta
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rahman, Hasanuddin. 2000. Kebijakan Kredit Perbankan yang Berwawasan Lingkungan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta
Supramono, Gatot. 1995. Perbankan dan Masalah Kredit. Jakarta: Djambatan
Supranto, J. 2000. Metode Riset, Aplikasinya dalam Pemasaran. Jakarta: Rineka Cipta
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media
Untung, Budi. 2000. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta: Andi
Usman, Rachmadi. 2001. Aspek-Aspek Hukum Pebankan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Universitas Sumatera Utara
Zainuddin, Ali. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika
Jurnal, Skripsi, Tesis :
Fanani, Zaenal. 2010. Strategi Penanganan Kredit Macet terhadap Kelangsungan Usaha pada PT BPR Tunas Artha Jaya Pare Kediri
Ikhwana, Nandasari. 2009. Penyelesaian Kredit Macet dengan Hak Tanggungan pada PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan di Palembang
Hastoni dan Nugraha, Andi. 2006. Penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam Meminimalkan Kredit Macet. Studi kasus pada PT Sinar Sosro Kp Sawangan
Saptono, Joko. 2008. Standar Operasional Prosedur Pengajuan Kredit dan Sistem Pengawasan Intern untuk Mencegah Kredit Macet pada PT Bank Tabungan Negara cabang Malang
Sidabuke, Sudiman. 2012. Kredit Macet dan Novasi Subjektif Pasif
Website :
Www.syariahmandiri.co.id
Universitas Sumatera Utara