pelaksanaan perlindungan hukum …repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/10873/1...pelaksanaan...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN USAHA RITEL MODERN
(Penelitian Di Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru)
SKRIPSI
O L E H
MUHAMMAD FARHAN HANIF NASUTION
15.840.0013
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2019
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN USAHA RITEL MODERN
(Penelitian Di Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru)
SKRIPSI
O L E H
Muhammad Farhan Hanif Nasution
15.840.0013
Skripsi Sebagai Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Di Fakultas Hukum
Universitas Medan Area
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2019
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF LEGAL PROTECTION ON MODERN RETAIL CONSUMER BUSINESS
(Research at Koperasi Syariah 212 Mart Medan Baru Branch)
BY:
MUHAMMAD FARHAN HANIF
NPM : 15.840.0013
Supermarkets as retail companies must also be responsible for legal protection in marketing food or beverage products according to Indonesian national standards including their relation to expired products, and supermarkets must also be able to provide solutions that do not harm consumers if consumers submit claims and or compensation for the product.
The problem of this study is how the efforts of the Syariah Medan 212 Mart cooperative in the New Medan branch in carrying out legal protections against the halal of food and beverage products sold, how the Koperasi Syariah 212 Mart Branch of Medan Baru attempts to provide legal protection for halal food and beverage products sold, and how to solve problems for consumers for expired food and beverage products sold at Koperasi Syariah 212 Mart Medan Baru Branch
In this study the data used in writing this essay is library research. In library research that is conducting research with various reading sources such as books, scientific writings, and opinions of scholars. And field research in conducting field research, the author conducted a study directly to Koperasi Syariah 212 Mart Medan Baru Branch which is directly related to the implementation of legal protection for consumers.
So that consumers can protect themselves from all forms of negative consequences caused by consuming the food they consume. And the new Medan branch of Koperasi Syariah 212 retail business must maintain the quality and feasibility of halal food in accordance with applicable regulations so that no consumers are harmed. If it is proven that it has harmed consumers there must be with in order not to make such mistakes in the future. In addition, the government is expected to conduct supervision and guidance on consumptions carried out by the Ministry of Health, from the Institute for the Study of Food Medicine and Cosmetics of the Indonesian Ulema Council, the Food and Drug Supervisory Agency, as well as the Non-Government Consumer Protection Agency.
Keywords: Protection, consumers, modern retail businesses
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
ABSTRAK
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
KONSUMEN USAHA RITEL MODERN
(Penelitian Di Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru)
OLEH:
MUHAMMAD FARHAN HANIF NASUTION
NPM: 15.840.0013
Pasar swalayan sebagai perusahaan eceran (retail) tentunya juga harus bertanggung jawab untuk melakukan perlindungan hukum dalam memasarkan produk makanan atau minuman sesuai standar nasional Indonesia termasuk kaitannya dengan produk-produk yang kedaluwarsa, selain itu pasar swalayan juga harus dapat memberikan penyelesaian yang tidak merugikan konsumen apabila konsumen mengajukan tuntutan dan atau ganti rugi atas produk tersebut.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya koperasi syariah 212 Mart cabang Medan Baru dalam melakukan perlindungan hukum terhadap kehalalan produk makanan dan minuman yang dijual, bagaimana upaya Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru dalam melakukan perlindungan hukum terhadap kehalalan produk makanan dan minuman yang dijual, dan bagaimana upaya penyelesaian masalah bagi konsumen atas produk makanan dan minuman kadaluwarsa yang dijual di Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru
Pada penelitian ini data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian pustaka (library research). Dalam penelitian pustaka yaitu melakukan penelitian dengan berbagai sumber bacaan seperti buku-buku, karangan-karangan ilmiah, serta pendapat-pendapat para sarjana. Dan peneltian lapangan (field research) dalam melakukan penelitian lapangan, penulis melakukan studi langsung ke Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan perlindungan hukum bagi konsumen.
Agar konsumen dapat melindungi dirinya sendiri dari segala bentuk akibat negatif yang diakibatkan oleh mengkonsumsi makanan yang dikonsumsinya. Dan usaha ritel Koperasi Syariah 212 Mart cabang medan baru harus menjaga kualitas dan kelayakan dari makanan yang halal sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga tidak ada konsumen yang dirugikan. Apabila secara terbukti telah merugikan konsumen harus adanya pengenaan sanksi-sanksi agar tidak melakukan kesalahan tersebut dikemudian hari. Selain itu pemerintah diharapakan melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap konsemen yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan, dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan, maupun oleh Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Kata Kunci: Pelindungan, konsumen, usaha ritel modern
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas
Hukum Universitas Medan Area.
Karya ilmiah bentuk skripsi merupakan salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Medan Area, maka harus
melengkapi syarat tersebut dengan judul skripsi yang berjudul yaitu :
“Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Usaha Ritel
Modern ( Penelitian Di Koperasi Syariah 212 Mart Cabang MedanBaru) ’’
Dalam Penulisan Skripsi ini penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan didalamnya, baik dari segi isi maupun dari segi penulisannya. Penulis
juga berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar tulisan ini dapat
lebih sempurna nantinya.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng., M.Sc, selaku Rektor Universitas Medan
Area.
2. Dr. Rizkan Zulyadi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Medan Area.
3. Anggreini Atmei Lubis, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Medan Area.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
ii
4. Ridho Mubarak S.H., M.H., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Medan Area.
5. Dr. Taufik Siregar, S.H., M.Hum., selaku Ketua Pembimbing penulis.
6. Rafiqi, S.H., M.M., M.Kn., selaku Seketaris Pembimbing penulis yang
membimbing penulis dalam menyelesaian skripsi ini.
7. Zaini Munawir S.H., M.Hum., selaku Ketua Bidang Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Medan Area serta Dosen Pembimbing I yang
membimbing penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
8. Sri Hidayani S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang
membimbing penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
9. Wessy Trisna S.H., M.H, selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis.
10. Bapak Direksi dan Kepala Toko Koperasi Syariah 212 Mart cabang
Medan Baru yang telah membantu saya memberikan data terkait dengan
skripsi ini.
11. Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada
penulis selama penulis menempuh ilmu di Fakultas Hukum Universitas
Medan Area.
12. Teman-teman penulis Nadhila, Anugerah, Kevin yang selama ini telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa di angkatan 2015 Fakultas Hukum
Universitas Medan Area
Ucapan terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada kedua orang
tua penulis, Ayahanda Harmein Saufi Nasution, dan Ibunda Hj. Fajra Rizqi
Nasution, S.H. yang telah membesarkan, mendidik penulis sejak kanak-kanak
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
iii
sehingga saat ini dan atas semua dorongan dan doa yang telah diberikan kepada
penulis sehingga penulis sampai pada saat ini. Semoga pencapaian yang telah
penulis peroleh ini dapat memberikan kebahagiaan di hati kedua orang tua penulis
sebagai ungkapan rasa terima kasih yang tidak terhingga dari penulis.
Akhirnya, tiada mampu penulis merangkaikan kata-kata untuk membalas
semua kebaikan yang telah diberikan berbagai pihak, termasuk yang tidak sempat
disebutkan satu persatu. Semoga ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh
dapat bermakna dan menjadi berkah bagi penulis dalam hal mencapai cita-cita
penulis.
Medan, Januari 2019
Muhammad Farhan Hanif Nasution
Npm: 158400013
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
C. Tujuan Masalah .......................................................................................... 9
D. Hipotesis Masalah ....................................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsumen dan Pelaku Usaha
1. Pengertian Konsumen .......................................................................... 12
2. Pengertian Pelaku Usaha ...................................................................... 14
3. Hak dan Kewajiban Konsumen ............................................................ 16
4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ....................................................... 18
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
v
B. Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen
1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen ....................................... 22
2. Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen ............................................ 25
3. Asas Hukum Perlindungan Konsumen ................................................ 27
4. Tujuan Hukum Perlindungan ............................................................... 30
C. Perkembangan dan Pengawasan Ritel Modern Di Indonesia
1. Perkembangan Ritel Modern Di Indonesi ............................................ 32
2. Pengawasan Pemerintah terhadap Usaha Ritel Modern ...................... 33
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian .................................................................................. 37
2. Tempat Penelitian................................................................................. 37
B. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian ..................................................................................... 37
2. Sifat Penelitian ..................................................................................... 39
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39
4. Analisis Data ........................................................................................ 40
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Bentuk Produk yang Ditawarkan Koperasi Syariah 212 Mart Cabang
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
vi
Medan Baru Kepada Konsumen .......................................................... 41
2. Pelaksanaan Pelindungan Hukum terhadap Konsumen yang
dilakukan Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru ............... 49
B. Hasil Pembahasan
1. Upaya Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru dalam
Melakukan Perlindungan Hukum terhadap Kehalalan Produk
Makanan dan Minuman yang Dijual .................................................... 55
2. Upaya Penyelesaian Masalah Konsumen Atas Produk Makanan
dan Minuman Kadaluwarsa yang Dijual di Koperasi Syariah
212 Mart Cabang Medan Baru ............................................................. 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 71
B. Saran ............................................................................................................ 73
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya
di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai
variasi barang dan/atau jasa yang dapat di konsumsi. Disamping itu, globalisasi
dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi
dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/ atau jasa
yang ditawarkan bervariasi, baik produksi luar negeri maupun dalam negeri.1
Terbukanya pasar internasional sebagai akibat dari proses globalisasi
ekonomi maka harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan dan keselamatan
masyarakat serta kepastian atas mutu, jumlah dan keamanan terhadap barang
dan/atau jasa yang diperoleh oleh masyarakat di pasar.2
Manfaat dari adanya perkembangan era globalisasi pada pasar nasional
yang seperti inilah pada pihak-pihak tertentu dapat memberikan manfaat bagi
konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang dan/atau jasa yang diinginkan
dapat terpenuhi serta hal ini akan semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih
aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa yang sesuai dengan keinginan dan
kemampuan dari konsumen. Karena konsumen tidak hanya sekedar pembeli akan
tetapi semua orang (perorangan atau badan usaha) yang mengkonsumsi barang
1 Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen (Bogor:Ghalia Indonesia,2008), Hlm 1 2 http://repository.usu.ac.id/Lira Apriana Sari Nasution, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Konsumen Atas Beredarnya Makanan Kadaluwarsa., (Skripsi, 2011), Diakses pada hari Jumat tanggal 23 November 2018 pada pukul 19:20 wib.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
2
dan/atau jasa. Konsumen juga disebut sebagai pemakai kata pemakai ini
menekankan bahwa konsumen adalah sebagai konsumen akhir (Ultimate
Consumer).3
Kondisi seperti ini pada satu sisi menguntungkan konsumen karena
kebutuhan terhadap barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi dengan
beragam pilihan. Namun pada sisi lain fenoma tersebut menempatkan kedudukan
konsumen terhadap pelaku usaha tidak seimbang, dimana konsumen berada pada
posisi yang lemah.4
Terlebih jika produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha merupakan barang
yang terbatas, pelaku usaha dapat menyahlahgunakan posisinya yang monolistis
tersebut. Kondisi konsumen yang banyak dirugikan memerlukan peningkatan
upaya untuk melindunginya, sehingga hak-hak konsumen dapat ditegakan.5
Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara
seksama karena posisi konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh
hukum. Karena salah satu sifat sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan
perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat.6
Atas dasar kondisi tersebut perlu upaya pemberdayaan konsumen melalui
pembentukan undang-undang yang dapat melindungi kepentingan konsumen
secara integratif dan komprehensif serta dapat diterapkan di masyarakat. Oleh
karena itu, Undang-undanng Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi
landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen 3 Ibid 4 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:Prenada Media Grup, 2017), Hlm 4 5Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia,( Depok :PT RajaGrafindo Persada, 2017), Hlm 9 6 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta:PT Grasindo, 2000), Hlm 9
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
3
swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui
pembinaan dan pendidikan konsumen.7
Dalam pandangan Sudaryatmo, kondisi tersebut memperlihatkan bahwa
masalah perlindungan konsumen merupakan masalah yang sangat pelik karena
konsumen tidak hanya dihadapkan pada keadaan untuk memilih apa yang
diinginkannya (apa yang terbaik), melainkan juga pada keadaan ketika dia tidak
dapat menentukan pilihannya sendiri karena pelaku usaha “memonopoli” segala
macam kebutuhan konsumen dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.8
Pelindungan hukum bagi konsumen merupakan hal penting dalam
menjaga keseimbangan hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen.
Hubungan yang harmonis antara konsumen dan pelaku usaha harus dijaga namun
terkadang pelaku usaha tidak menjalankan kewajibannya dalam melakukan
perlindungan terhadap konsumen. Sehingga perlu adanya perlindungan hukum
bagi konsumen yang dapat menjadi acuan dalam memberikan perlindungan
kepada konsumen.9
Konsumen pada saat ini membutuhkan lebih banyak informasi yang lebih
relevan dibandingkan lima puluh tahun lalu, karena pada saat ini terdapat lebih
banyak produk, merek dan tentu saja penjualnya, saat ini daya beli konsumen
makin meningkat, serta lebih banyak variasi merek yang beredar di pasaran,
sehingga belum banyak diketahui semua orang, dan saat ini model-model produk
7 Adrian Sutedi, Opcit, Hlm 1 8 Happy Santoso, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta:VIsimedia, 2010), Hlm 2-4 9Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2015), Hlm 9
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
4
lebih cepat berubah karena transportasi dan komunikasi lebih mudah sehingga
akses yang lebih besar kepada bermacam-macam produsen atau pelaku usaha.10
Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materiil maupun
formal makin terasa sangat penting, mengingat makin majunya ilmu pengetahuan
dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi
pelaku usaha atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
(selanjutnya disebut UUPK) dimaksudkan agar menjadi landasan hukum yang
kuat bagi masyarakat agar dapat melakukan upaya pemberdayaan konsumen
melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. UUPK sendiri bertujuan untuk
menjamin kepastian dan perlindungan terhadap konsumen dan pelaku usaha,
khususnya terhadap pelaku usaha agar menjalankan usahanya dengan jujur agar
konsumen tidak mengalami kerugian atas barang dan/atau jasa yang dikonsumsi
oleh konsumen.11
Tujuan utama dibuatnya hukum perlindungan konsumen ini tentu saja
adalah untuk mencerdaskan konsumen karena faktor utama seringnya konsumen
mengalami kerugian adalah kelemahan konsumen yang disebabkan rendahnya
tingkat pendidikan konsumen.12
10 Erman Raja Gukguk, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, (Jakarta: Mandar Maju) 2003, hlm 2. 11 http://repository.usu.ac.id/ Firanda Desyara, Tinjauan Yuridis Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan Minuman Kedaluwarsa, (Skripsi, 2017), Diakses pada hari kamis tanggal 23November 2018 pada pukul 13:00 wib.
12 Aulia Muthiah, Hukum Perlindungan Komsumen Dimensi Hukum Positif dan Ekonomi Syariah, (Yogyakarta:PT. Pustaka Baru, 2018), Hlm, 14
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
5
Seiring dengan perkembangan zaman banyak masyarakat yang sudah
melakukan urbanisasi dengan memilih untuk berbelanja di pasar swalayan
dibandingkan dengan di pasar tradisional atau pun di toko-toko yang menjual
berbagai perlengkapan rumah tangga karena masyarkat berfikir berbelanja di
swalayan lebih nyaman dan praktis dibandingkan dengan di pasar tradisional.
Berdasarkan Pasal 1 butir 5 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 jo
Pasal 1 butir 5 Peraturan Mentri Perdagangan Nomor. 53 Tahun 2008 yang
dimaksud dengan Ritel Modern yaitu:
“Ritel Modern atau toko modern yaitu toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket, ataupun grosir berbentuk Perkulakan.”
Pasar swalayan atau ritel modern juga merupakan salah satu pilihan oleh
masyarakat modern pada saat ini sebagai alternatif pilihan berbelanja kebutuhan
sehari-hari. Perkembangan dari ritel modern yang tahun ke tahun yang semakin
berkembang pesat dan tidak terbendung. Tidak tertutup kemungkinan adanya
barang-barang cacat yang lepas dari pengawasan divisi quality control yang
bersangkutan, rusak dalam proses pengiriman, atau sudah melampaui masa
tanggal produksi.
Untuk itu perusahaan ritel modern sebagai perusahaan eceran tentunya
juga harus bertanggung jawab untuk melakukan perlindungan hukum terhadap
konsumen dalam memasarkan produk makanan atau minumannya. Karena usaha
ritel juga menjadi mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan
merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi yang
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
6
menghubungkan pelaku usaha dengan konsumen. Dan semakin berkembangnya
jumlah populasi serta kepadatan penduduk di suatu wilayah, akan berdampak pada
semakin meningkatnya permintaan kebutuhan hidup masyarakat13. Sebab itu
dibutuhkanlah suatu perlindungan hukum agar eksitensi kedua belah pihak tetap
terjaga.
Hukum perlindungan konsumen juga memiliki cakupan yang luas,
meliputi barang dan jasa yang berawal dari tahap kegiatan hingga sampai akibat-
akibat dari pemakaian barang atau jasa tersebut. Perlindungan konsumen juga
tidak terhadap barang dengan kualitas rendah, akan tetapi juga barang yang
membahayakan bagi konsumen. Hal ini disebabkan karena konsumen pada
umumnya kurang memperoleh informasi lengkap mengenai produk yang
dibelinya..14
Oleh karenanya kebutuhan konsumen akan informasi terhadap produk juga
sangat penting yang artinya terutama dalam tahap pra-transaksi, karena konsumen
dapat berhati-hati mempergunakan sumber dana yang tersedia untuk membeli
produk yang sesuai kebutuhannya apabila konsumen memperoleh informasi yang
salah dapat menimbulkan kerugian terhadap konsumen.15
Berdasarkan fenomena yang sering dilihat dan didengar, tidak sedikit
kasus yang terjadi terkait dengan pencantuman tanggal kadaluwarsa pada produk
minuman. Seperti kasus sejumlah produk makanan tidak sesuai standar dan tidak
13 Dianur Hikmawatia & Chaikal Nuryakin, Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya
terhadap Pasar Tradisional di DKI Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia,Vol. 17 No. 2, Januari ,2017 14 Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, (Depok:Predana Media Grup, 2018). Hlm 6 15 Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan yang Menyesatkan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010). Hlm 5
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
7
layak konsumsi ditemukan di sejumlah pusat perbelanjaan dan mini market di
Brebes. Produk makanan tersebut diantaranya agar-agar, jelly, ikan kemasan dan
biskuit. Makanan-makanan tersebut ditemukan petugas dari tim Sistem Keamanan
Pangan Terpadu (SKPT) Kabupaten Brebes, saat melakukan monitoring produk
pangan di sejumlah pusat perbelanjaan dan swalayan. Di sejumlah tempat petugas
menemukan produk makanan kemasan seperti jelly, agar-agar, ikan kemasan dan
biskuit yang tidak layak makan. Beberapa makanan kaleng yang ditemukan
kemasannya sudah berkarat dan rusak. Selain itu menemukan produk pangan yang
sudah kedaluwarsa dan makanan yang tidak mencantumkan tanggal
kadaluwarsa.16
Kasus lainnya seperti ditemukannya oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) yang menemukan produk mi terkenal asal Korea positif
mengandung babi. Hal tersebut diketahui setelah Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) melakukan pengambilan sampel dan pengujian terhadap
beberapa mi instan asal Korea. Dari beberapa produk yang diuji oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), terdapat empat produk mi instan positif
terdeteksi mengandung DNA babi.17
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) meminta agar mi instan
yang diimpor oleh PT Koin Bumi tersebut segera ditarik dari pasaran.
Berdasarkan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun
2016 tentang Pendaftaran Pangan Olahan, pangan olahan yang mengandung
bahan tertentu yang berasal dari babi harus mencantumkan keterangan berupa 16 http://www.News.detik.com/berita-jawa-tengah-makanan-kadaluwarsa-swalayan-brebes, Di akses pada hari minggu, Tanggal 25 November, 2018 pada pukul 20:00 wib 17 http://tirto.id/kontroversi-lebel-halal-pada-produk-makanan-korea, Diakses pada hari minggu, tanggal 25 November 2018 pada pukul 21:00 wib
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
8
tulisan “Mengandung Babi” atau gambar babi berwarna merah pada kemasan
produk sebagai informasi bagi konsumen terutama bagi umat islam.18
Kasus serupa juga pernah dialami oleh Koperasi Syariah 212 Mart yaitu
mengenai salah satu merek obat batuk yang dijual di Koperasi Syariah 212 Mart
setelah melakukan pemeriksaan terhadap obat batuk tersebut diketahui bahwa
produk tersebut mengandung alkohol didalamnya. Alkohol sendiri merupakan
sesuatu yang dilarang (haram) bersadarkan ketentuan syariat Islam.
Kondisi dari contoh kasus diatas tentunya sangat merugikan pihak
konsumen dan berbenturan dengan ketentuan perundang-undangan mengenai
perlindungan konsumen. Namun, tidak semua konsumen sadar akan kerugian
yang ia alami oleh konsumen. Dalam hal ini dimanakah letak kesalahan tersebut,
apakah pelaku usaha kurang teliti dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasan
terhadap barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen atau adanya
faktor kesengajaan yang dilakukan oleh pelaku usaha.
Akibatnya, timbul banyak pertanyaan dari konsumen mengenai bagaimana
perlindungan hukum terhadap konsumen maka berdasarkan uraian latar belakang
diatas ini akan dibahas serta dikaji dan dituangkan dalam bentuk penulisan yang
berjudul “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Usaha
Ritel Modern (Penelitian di Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan
Baru)”
B. Rumusan Permasalahan 18 Ibid.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
9
Adapun permasalahan yang diangkat sehubungan dengan judul skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru dalam
melakukan perlindungan hukum terhadap kehalalan produk makanan dan
minuman yang dijual?
2. Bagaimana upaya penyelesaian masalah konsumen atas produk makanan
dan minuman kadaluwarsa yang dijual di Koperasi Syariah 212 Mart
Cabang Medan Baru?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan dapat diuraikan sebagai berikut:.
1. Untuk mengetahui upaya Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru
dalam melakukan perlindungan hukum terhadap kehalalan produk makanan
dan minuman yang dijual.
2. Untuk mengetahui upaya penyelesaian masalah konsumen atas produk
makanan dan minuman yang dijual di Koperasi Syariah 212 Mart Cabang
Medan Baru.
D. Hipotesis Masalah
Hipotesis atau hipotesa merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam
kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti,
dan terarah.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dalam upaya pembuktian
hipotesis dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
10
Hipotesis masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:.
1. Upaya perlindungan konsumen terhadap kehalalan makanan dan minuman
merupakan suatu hal yang harus di perhatikan oleh pelaku usaha. Adanya
pelaksanaan perlindungan hukum atas suatu makanan dan minuman yang
halal yang di lakukan oleh Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru
merupakan suatu upaya pelaku usaha dalam melakukan perlindungan
hukum terhadap konsumen.
2. Upaya Penyelesaian masalah bagi konsumen yang dilakukan Koperasi
Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru terhadap makanan dan minuman
yang kadaluwarsa merupakan sesuatu yang sangat diperhatikan agar tidak
terjadi sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen
usaha ritel modern (Penelitian di Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru)
diharapkann memberi manfaat secara teoritis dan praktis. Dari tujuan penulisan
maka dapat diketahui manfaat penulisan yaitu:
a) Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan sumbangsih kepada ilmu pengetahuan terutama
ilmu hukum khususnya hukum perlindungan konsumen. serta dapat dijadikan
sebagai bahan informasi yang memuat data sebagai dasar penelitian juga menjadi
sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu hukum khususnya tentang
perlindungan hukum terhadap konsumen terhadap usaha ritel modern.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
11
b) Manfaat Praktis
1. Untuk mengembangkan penalaran dalam pengembangan ilmu hukum
khususnya hukum perlindungan konsumen dan untuk menjadi bekal untuk
menjadi seorang professional di bidang hukum.
2. Sebagai pengetahuan bagi pelaku usaha dalam melakukan perlindungan
hukum terhadap konsumen dan memberi masukan kepada konsumen
khususnya tentang perlindungan hukum terhadap konsumen didalam
bidang usaha ritel.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap pemerintah maupun lembaga-lembaga yang terkait.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha
1. Pengertian Konsumen
Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer, secara
harfiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang
menggunakan barang. Kamus Umum Bahasa Indonesia mendefenisikan
konsumen sebagai lawan produsen, yakni pemakai barang-barang hasil industri,
bahan makanan, dan sebagainya. Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen
adalah “pembeli” (koper). Istilah ini dapat dijumpai dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Akan tetapi pengertian konsumen jelas lebih luas dari pada
pembeli.19
Secara universal berdasarkan berbagai hasil penelitian dan pendapat para
pakar, konsumen umumnya berada pada posisi yang lebih lemah dalam
hubungannya dengan pelaku usaha atau produsen baik secara ekonomi, tingkat
pendidikan maupun kemampuan daya bersaing atau daya tawar.
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan
konsumen itu sendiri. Perlindungan konsumen juga merupakan segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan konsumen.20
19 Shidarta, Loc.cit, Hlm 9 20 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2000), Hlm 7
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
13
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen telah diberikan suatu defenisi yaitu:
“konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan.”
Adapun peraturan lain yang memberikan definisi mengenai pengertian
konsumen, misalnya terdapat didalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang
mengartikan konsumen sebagai berikut:
“Konsumen adalah setiap pemakai dan/atau pengguna barang dan/atau jasa, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan orang lain.
Di Amerika Serikat, pengertian konsumen meliputi “korban produk yang
cacat” yang bukan hanya meliputi pembeli, tetapi juga korban yang bukan
membeli tetapi memakai, bahkan korban yang pembeli memperoleh perlindungan
yang sama dengan pemakai.21
Rumusan mengenai konsumen ini sangat beraneka ragam, seperti halnya
di Spanyol, pengertian konsumen didefinisikan secara luas yaitu konsumen
diartikan tidak hanya individu (orang), tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi
pembeli atau pemakai terakhir. Adapun yang menarik disini, konsumen tidak
harus terikat dalam hubungan jual beli sehingga dengan sendirinya konsumen
tidak identik dengan pembeli.22
Sedangkan di Eropa, pengertian konsumen bersumber dari Product
Liability Directive sebagai pedoman bagi negara Masyarakat Ekonomi Eropa 21 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Loc.cit, Hlm, 7
22 Shidarta, Opcit, Hlm 3
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
14
(MEE) dalam menyusun ketentuan Perlindungan Konsumen. Directive tersebut
yang berhak mengganti rugi adalah pihak yang menderita kerugian (karena
kematian atau cedera) atau kerugian berupa kerusakan benda selain produk cacat
itu sendiri.23
Berdasarkan hal tersebut, pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius
menyimpulkan bahwa para ahli hukum sepakat mengartikan konsumen sebagai
pemakai terakhir suatu barang dan jasa. Dengan rumusan itu Hondius ingin
membedakan antara konsumen bukan pemakai terakhir (konsumen antara) dan
konsumen pemakai terakhir. Konsumen dalam arti luas mencakup kedua kriteria
itu sedangkan dalam arti sempit hanya mengacu pada konsumen pemakai
terakhir.24
2. Pengertian pelaku Usaha
Pelaku usaha membutuhkan konsumen sebagai pihak yang menerima atau
membutuhan barang-barang yang dihasilkan, sebaliknya pula bagi konsumen yang
membutuhkan para pelaku usaha atau produsen untuk memperoleh barang- barang
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam kaidah hukum yang ditentukan, menjelaskan bahwa setiap orang
diharuskan bertingkah laku sedemikian rupa, sehingga kepentingannya akan selalu
terlindungi dan terjaga.25 Didalam pasal 1 angka 3 UUPK menjelaskan pengertian
mengenai pelaku usaha yaitu:
23 Ahmadi Miru, Loc.cit, Hlm 7 24 Shidarta, Opcit, Hlm 2 25 Burhanuddin Hasan & Hargianto Sugiono, Hukum Acara dan Praktik Peradilan Perdata, (Bogor:Ghalia Indonesia,2015) Hlm 1
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
15
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”
Dalam penjelasan undang-undang tersebut yang termasuk dalam pelaku
usaha adalah perusahaan, korporasi, Badan Usaha Milik Negara, koperasi,
importir, pedagang, distributor dan lain-lain. Pengertian pelaku usaha dalam pasal
1 angka 3 UUPK, memiliki cakupan yang luas karena meliputi grosir, leveransir,
pengecer, dan sebagainya.26
Menurut Ahmadi Miru pengertian pelaku usaha yang bermakna luas
tersebut, akan memudahkan konsumen menuntut ganti kerugian karena konsumen
yang dirugikan akibat penggunaan produk tidak begitu kesulitan dalam
menemukan kepada siapa tuntukan diajukan.27
Dalam Pengertian pelaku usaha tersebut, tidak lah mencakup eksportir
atau pelaku usaha luar negeri, karena UUPK membatasi orang perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
negara Replubik Indonesia.28
Untuk memberikan kepastian hukum sebagai bagian dari tujuan hukum
perlindungan konsumen dan untuk memperjelas hak-hak dan kewajiban masing-
masing pihak yang berinteraksi, penjelasan dan penjabaran hak dan kewajiban
26 A.Z Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:Diadit Media, 2011), Hlm 18 27 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Opcit, Hlm 8 28 Ibid, Hlm 9
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
16
pelaku usaha tak kalah pentingnya dibandingkan hak dan kewajiban konsumen itu
sendiri.29
3. Hak dan Kewajiban Konsumen
Sebagai pemakai barang dan/atau jasa, konsumen memiliki sejumlah hak
dan kewajiban. Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar
masyarakat bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya
apabila terjadi suatu tindakan yang tidak adil terhadapnya, maka secara spontan ia
akan dapat menyadari hal tersebut lalu segera mengambil tindakan untuk
memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya akan berdiam diri
ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha. Instrumen
peraturan nasional yang mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen ialah
UUPK.30 Adapun hak-hak konsumen diatur UUPK pasal 4, sebagai berikut:
1) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barangdan/atau jasa;
2) hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3) hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
4) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
5) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif; 8) hak untuk mendapatkan kompensai, ganti rugi, dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
29 Happy Santoso, Loc.cit, Hlm 36 30 Ibid, Hlm 29
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
17
Hak-hak Konsumen sebagaimana yang di sebutkan dalam Pasal 4 UUPK
lebih luas dari pada hak-hak konsumen yang disebutkan oleh Presiden Amerika
Serikat John F Kennedy didepan kongres pada tanggal 15 Maret 1962, yaitu
terdiri atas:31
a. hak memperoleh keamanan;
b. hak memilih;
c. hak mendapat informasi;
d. hak untuk didengar.
Menurut Hans W. Micklitz, dalam perlindungan konsumen secara garis
besar dapat ditempuh dua model kebijakan. Pertama, kebijakan yang bersifat
komplementer, yaitu kebijakan yang mewajibkan pelaku usaha memberikan
informasi yang memadai (hak atas informasi. Kedua, kebijakan kompensatoris,
yaitu kebijakan yang berisikan perlindungan terhadap kepentingan ekonomi
konsumen (hak atas keamanan dan kesehatan).
Selain hak-hak konsumen, UUPK juga mengatur mengenai kewajiban
konsumen dalam proses kegiatan bisnis yang harus dipenuhi kepada pelaku usaha.
Konsumen memiliki kewajiban yaitu:32
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
31 Ibid, Hlm 24 32 Zulham, Loc.cit Hlm 52
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
18
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
Menurut Ahmadi Miru diantara kewajiban dari bunyi UUPK tersebut yang
harus mendapat perhatian khusus adalah kewajiban konsumen dalam mengikuti
upaya penyelesaian sengketa hukum perlindungan konsumen secara patut.
Kewajiban ini dianggap sebagai hal baru karena sebelum diundangkannya UUPK
tidak ada dirasakan adanya kewajiban secara khusus seperti ini. Adanya
kewajiban ini yang di atur dalam UUPK dianggap tepat, sebab kewajiban ini
untuk mengimbangi hak-hak konsumen.33
4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Hak konsumen adalah hak yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha,
sedangkan perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang diciptakan
untuk terpenuhnya hak konsumen.34 Didalam UUPK sendiri juga dimuat
mengenai hak pelaku usaha. Dengan demikian hukum tidak hanya mencarikan
keseimbangan antara berbagai kepentingan yang bertentangan satu sama lain,
akan tetapi juga untuk mendapatkan keseimbangan antara tuntutan keadilan
tersebut dengan ketertiban atau kepastian hukum.35
Adanya hak dan kewajiban pelaku usaha tersebut dimaksudkan untuk
menciptakan kenyamanan dalam berusaha dan untuk menciptakan pola hubungan
yang seimbang antara pelaku usaha dan konsumen.36 Berdasarkan pasal 6 UUPK
pelaku usaha mempunyai hak sebagai berikut:
33 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Opcit, Hlm 49
34 Rosmawati, Loc.cit, Hlm 49 35 R. Soeroso, Loc.cit, Hlm 57 36 Ibid, Hlm34
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
19
1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
Berkaitan dengan hak tersebut maka otomatis timbullah kewajiban pelaku
usaha bahwa pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya juga tentunya
mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Adapun
kewajiban pelaku usaha dapat ditinjau dari pasal 7 UUPK, yaitu:
1) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; 2) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
3) memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
4) menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
5) memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
6) memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
7) memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Kewajiban pelaku usaha beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha
merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum perjanjian. Ketentuan
tentang itikad baik diatur dalam pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (selanjutnya disebut dengan KUH Perdata). Bahwa perjanjian
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
20
harus dilaksanakan dengan itikad baik. Sedangkan arrest H.R. di negeri Belanda
memberikan peranan tinggi terhadap itikad baik dalam tahap pra perjanjian,
bahkan kesempatan ditempatkan di bawah asas itikad baik, bukan lagi pada teori
kehendak. Begitu pentingnya itikad baik tersebut, sehingga dalam perundingan-
perundingan atau perjanjian antara para pihak, kedua belah pihak akan berhadapan
dalam suatu hubungan hukum khusus ini membawa akibat lebih lanjut bahwa
kedua belah pihak itu harus bertindak dengan mengingat kepentingan-kepentingan
yang wajar dari pihak lain.37
Selain kewajiban tersebut menurut Dedi Harianto memberikan pendapat,
bahwa pelaku usaha dalam upaya untuk menginformasikan berbagai hal mengenai
produk yang akan dipasarkannya kepada konsumen harus menginformasikan
antara lain: tentang ketersediaan barang dan/atau jasa yang dibutuhkan
masyarakat, kualitas produk, keamanan, harga, tentang berbagai persyaratan atau
cara memperolehnya, tentang jaminan atau garansi produk, pelayanan purnajual
dan hal-hal yang berkenaan dengan itu.38
Di Jerman, Mahkamah Agung mempertimbangkan bahwa apabila
ditetapkan syarat-syarat umum mengenai perjanjian maka kebebasan berkontrak
dianggap ada sejauh kebebasan ini mengenai isi perjanjian menurut ukurannya
sendiri, yaitu berdasarkan itikad baik dengan kewajiban untuk memperhatikan
kepentingan-kepentingan pihak lawan dalam perjanjian pada awal penyusunan
syarat-syarat perjanjian itu. Apabila satu pihak hanya mengajukan kepentingan-
37 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Opcit, Hlm 52
38 Dedi Harianto, Loc.cit, Hlm 5
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
21
kepentingan sendiri, maka ia menyalahgunakan kebebasan dalam membuat
perjanjian.39
Disamping adanya hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan oleh pelaku
usaha, ada juga tanggung jawab yang harus dipikulnya. Tanggung jawab tersebut
merupakan bagian dari kewajiban yang mengikat kegiatan mereka dalam
berusaha. Tanggung jawab ini disebut juga product liability (tanggung gugat
produk).
Lebih lanjut, selain adanya hak dan kewajiban didalam Pasal 8 UUPK juga
memberikan larangan bagi pelaku usaha yang berujung pada kerugian konsumen.
Pelanggaran tersebut masuk kedalam tindak pidana. Pelaku usaha dilarang
memproduksi barang dan/atau jasa yang:
1) Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
3) Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
4) Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
5) Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode,atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keteranganbarang dan/atau jasa tersebut;
6) Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;
7) Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
8) Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;
9) Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku
39 Ibid, Hlm 53
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
22
usaha serta keteranganlain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/ dibuat;
10) Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen
1. Pengertian Perlindungan Konsumen
Dalam pasal 1 angka 1 UUPK disebutkan bahwa pengertian hukum
perlindungan konsumen yaitu:
“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.”
Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 1
angka 1 UUPK tersebut cukup memadai. Kalimat yang mengatakan “segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk
meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha demi
untuk kepentingan perlindungan konsumen.40
Pemberlakuan UUPK dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat
bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk
melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan
konsumen dan melindungi kepentingan konsumen serta mendorong iklim
berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam
menghadapi persaingan yang berkualitas.41 Undang-undang tentang perlindungan
konsumen memiliki ketentuan yang menyatakan bahwa semua undang-undang
40 Ibid, Hlm 1 41 Rahmadi Usman, Hukum Ekonomi dalam Dinamika, (Jakarta:Djambatan, 2000), Hlm 195
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
23
yang ada dan berkaitan dengan perlindungan konsumen tetap berlaku, sepanjang
tidak bertentangan atau telah diatur khusus oleh undang-undang. Sebagai akibat
dari penggunaan peraturan perundang-undangan umum ini, dengan sendirinya
berlaku pulalah asas-asas hukum yang terkandung di dalamnya pada berbagai
pengaturan dan perlindungan konsumen tersebut.
Hukum Perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar
hukum yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti,
perlindungan konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimis.42 Disamping
UUPK masih banyak dasar hukum yang juga bisa menjadikan seorang konsumen
dapat mengajukan perlindungan sebagai berikut:
a) Peraturan Umum
Peraturan perundang-undangan yang tidak secara khusus mengatur tentang
perlindungan konsumen, yaitu:43
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Staatsblaad Tahun
1847 Nomor 23, Bagian Hukum Perikatan (Buku III)
b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang sudah diganti
dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 42 Happy Santoso, Opcit, Hlm 18
43 http://repository.usu.ac.id/Lira Apriana Sari Nasution, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Konsumen Atas Beredarnya Makanan Kadaluwarsa, Diakses pada hari sabtu 24 November 2018, Pukul 23:00 wib
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
24
g. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
h. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing
the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia;
i. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
j. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah;
k. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta;
l. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 perubahan atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1997 tentang merek;
m. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 perubahan atas Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten;
n. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa.
b) Peraturan Khusus
Peraturan yang secara khusus mengatur tentang perlindungan konsumen
sebagai berikut44:
a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27,
dan Pasal 33;
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
c. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang
Badan Perlindungan Konsumen Nasional;
44 Happy Santoso, Opcit, Hlm 20
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
25
d. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pelindungan Konsumen
e. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat;
f. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal
21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat,
Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang.
Berbagai usaha perlindungan konsumen di Indonesia mencapai puncaknya
setelah lahirnya UUPK yang tetap mengakui segala ketentuan perundang-
undangan sebelumnya, selama ketentuan tersebut tidak diatur secara khusus atau
bertentangan dengan UUPK.
2. Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen
Perkembangan hukum konsumen di dunia berawal dari adanya gerakan
perlindungan konsumen pada abad ke- 19 terutama di tandai dengan munculnya
gerakan konsumen yang terjadi di Amerika Serikat. pada tahun 1891 di New York
terbentuk Liga Konsumen yang pertama kali didunia. Baru pada tahun 1898, di
tingkat nasional Ameika Serikat terbentuk Liga Konsumen Nasional (The
National Consumer’s League). Organisasi ini semakin tumbuh pesat dan pada
tahun 1903 telah berkembang menjadi 64 cabang yang meliputi 20 negara. Dalam
perjalanan waktu, ada banyak hambatan yang dihadapi organisasi ini.45
Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi
konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang dan/ atau jasa dapat terpenuhi
45 Ibid, Hlm 6
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
26
serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas
barang dan/jasa sesuai keinginan atau dengan keinginan dan kemampuan
konsumen.46 Disisi lain, kondisi dan fenomena tersebut diatas dapat
mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang
dan konsumen berada disisi yang lemah.
Lahirnya era hukum perlindungan konsumen menjadi cabang hukum baru
di tandai dengan pidato Presiden Amerika Serikat yaitu John F Kennedy pada
tanggal 15 Maret 1962 tentang “Deklarasi Hak Konsumen”. Dengan pandangan
tersebut hukum konsumen secara resmi menjadi hukum baru.47
Dilihat dari sejarahnya, mengenai perlindungan konsumen di Indonesia
telah dimulai sejak zaman Hindia Belanda, kendatipun sebagaian besar peraturan-
peraturan tersebut pada saat ini sudah tidak berlaku lagi. Gemparnya perlindungan
konsumen di Indonesia mulai terdengar dan popular pada sekitar tahun 1970an
yakni saat berdirinya lembaga perlindungan konsumen yaitu Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 1973.48
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) muncul dari sekelompok
kecil anggota masyarakat yang bertujuan mempromosikan hasil produksi
Indonesia. Metode kerja Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
melakukan penelitian terhadap sejumlah barang dan/ atau jasa dan
mempublikasikan hasilnya kepada masyarakat.49
Perkembangan ke arah perlindungan konsumen di Indonesia selain
munculnya lembaga-lembaga konsumen di Indonesia, juga ditandai dengan
46 Adrian Sutedi, Loc.cit, Hlm 2 47 Ibid, Hlm 7 48 Zulham, Opcit, Hlm 34 49 Shidarta, Opcit, Hlm 40
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
27
banyak diselenggarakan studi baik yang bersifat akademis, maupun untuk tujuan
mempersiapkan dasar-dasar penerbitan suatu peraturan perundang-undangan
tentang perlindungan konsumen.50
Piranti hukum yang melindungi konsumen ini tidak dimaksudkan untuk
mematikan pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya, perlindungan konsumen
mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong persaingan yang tangguh
melalui menyedian barang dan/ jasa yang berkualitas.
3. Asas Perlindungan Hukum Konsumen
Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen
yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga
mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Perlindungan hukum
bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar, dengan persaingan global yang
terus berkembang. Perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam persaingan dan
banyaknya produk yang menempatkan konsumen dalam posisi tawar yang
lemah.51
Asas merupakan alam pikiran dasar yang melahirkan hukum. sedangkan
hukum sendiri merupakan suatu sistem yang bersifat kompleks. Dalam hukum
perlindungan terhadap konsumen sendiri memiliki asas-asas yang mendorong
hukum perlindungan konsumen. Asas yang melahirkan hukum tersebut hukum
mengenai asas perlindungan konsumen di atur Dalam Pasal 2 UUPK asas
perlindungn konsumen yaitu.
“Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum” 50 A.Z Nasution, Opcit, Hlm 26 51 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung : Nusa Media, 2010), Hlm 23
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
28
Menuirut Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo didalam bukunya
memberikan penjelasan mengenai asas perlindungan konsumen diselenggarakan
sebagai usaha bersama untuk pembangunan nasional. Berdasarkan lima asas yang
relevan maka dapat diartikan sebagai berikut:
a. Asas Manfaat
Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya
dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
b. Asas Keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melakukan kewajibannya;
c. Asas Keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah untuk memperoleh haknya
dan melaksanakan kewajibannya secara adil;
d. Asas Keamanan dan Keselamatan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa dikonsumsi atau digunakan;
e. Asas kepastian hukum
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
29
Asas ini dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelengarakan perlindungan
konsumen serta negara menjamin kepastian hukum.52
Pemberlakuan UUPK diharapkan dapat memberikan pedoman yang pasti
terhadap penyelenggaraan melindungi konsumen di Indonesia. Semua pihak harus
menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan apa yang telah ditentukan.
Penegakan hukum terhadap pelanggaran penyelenggaraan perlindungan
konsumen dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, dengan tetap
memperhatikan keadilan serta kemanfaatan bagi para pihak termasuk konsumen
Memperhatikan substansi Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen demikian pula penjelasannya, tampak bahwa perumusannya mengacu
pada filosofi pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya yang berlandaskan pada falsafah bangsa negara Republik Indonesia.
Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila diperhatikan substansinya,
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) asas yaitu:
1) Asas kemanfaatan yang didalamnya meliputi asas keamanan dan
keselamatan konsumen;
2) Asas keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan dan;
3) Asas kepastian hukum.53
Menurut Radruch menyebutkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
hukum sebagai “tiga ide dasar hukum” atau “tiga nilai dasar hukum yang
berartikan dapat dipersamakan dengan asas hukum. Sebagai dasar hukum, dengan
52 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Opcit, Hlm 25 53 Ibid, Hlm 26
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
30
sendirinya menempatkan asas ini yang menjadi rujukan pertama baik dalam
peraturan perundang-undangan maupun dalam berbagai aktivitas yang
berhbungan dengan perlindungan konsumen oleh pihak yang terlibat
didalamnya.54
4. Tujuan Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen tidaklah senantiasa selalu berkaitan dengan
penegakan norma-norma UUPK. Sebelum masuk ke arah perlindungan penegakan
hukum, perlindungan konsumen bertujuan lebih diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.
Menurut Van Kant, ia berpendapat bahwa hukum bertujuan menjaga
kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan itu tidak diganggu.
Berdasarkan anggapan Van Kant tersebut menurut Ultrecht hukum juga bertugas
menjamin adanya kepastian hukum (rehcsinstituut).55 Didalam UUPK juga diatur
mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan perlindungan konsumen
yang diatur dalam Pasal 3 UUPK yaitu:
1) meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
2) mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
3) meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
4) menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5) menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
54 Ibid. 55 Syamsul Arifin, dkk, Pengantar Hukum Indonesia, (Bandung :Citra Pustaka Media, 2014), Hlm 9
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
31
6) meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen;
Pasal 3 UUPK ini, merupakan isi dari pembangunan nasional sebagaimana
disebutkan dalam pasal 2 sebelumnya, karena perlindungan konsumen yang ada
ini merupakan akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan pembangunan
dibidang hukum perlindungan konsumen.
Jika dilihat dari rumusan tujuan perlindungan konsumen dalam UUPK
menunjukkan bahwa perlindungan konsumen lebih dititik beratkan ke arah
pemberdayaan konsumen serta meningkatkan kesadaran pelaku usaha akan
pentingnya perlindungan konsumen. Tujuan perlindungan konsumen tidak
ditujukan untuk menghukum pelaku usaha atau mematikan kegiatan usaha pelaku
usaha.
Menurut Achmad Ali masing-masing undang-undang memiliki tujuan
khusus. Hal ini juga tampak dari Pasal 3 UUPK, yang mengatur tujuan khusus
perlindungan konsumen, sekaligus membedakan dengan tujuan umum
sebagaimana dikemukakan berkenaan dengan ketentuan pasal 2 UUPK. Bahwa
sebagaimana kesadaran hukum, ketaatan hukum, dan efeksivitas perundang-
undanngan merupakan tiga unsur yang saling berhubungan. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan keadilan bagi masyarakat.56
56 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Opcit, Hlm 33
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
32
C. Perkembangan dan Pengawasan Ritel Modern Di Indonesia
1. Pekembangan Ritel Modern di Indonesia
Perkembangan Ritel di Indonesia sebenarnya terbagi menjadi dua, yaitu
Ritel Tradisional dan Ritel Modern. Namun seiring berjalannya waktu, ritel
tradisional banyak ditinggalkan oleh para konsumen. Sehingga peningkatan bisnis
ritel modern di Indonesia meningkat pesat.57
Menurut Subandi (2005), pasar modern memiliki kelebihan pada
penerapan konsep profesionalisme dan kualitas pelayanan untuk menarik
konsumen sebanyak-banyaknya sehingga desain tata bangunan sejak awal telah
dipertimbangkan keterpaduan dan kenyamanan, dengan penyediaan lahan parkir,
ruang yang nyaman, kemudahan akses dengan transportasi umum, pemilihan jenis
barang, dan pelayanan dari pramuniaga yang sangat memanjakan konsumen.58
Secara umum peningkatan jumlah pasar khususnya pasar modern terjadi di
daerah perkotaan. Hal ini mengakibatkan semakin ketat persaingan dikalangan
pedagang eceran. Meskipun jumlah pasar tradisional masih lebih besar
dibandingkan pasar modern tetapi pertumbuhan pasar modern semakin
meningkat.59
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini
sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang
berkemabng di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah
57 Risa Januarti, Analisis Keputusan Konsumen Membeli Buah di Pasar Modern di Kota Medan (Studi Kasus : Swalayan/Supermarket di Kecamatan Medan Sunggal, (Skripsi, 2015), Diakses pada hari kamis pada tanggal 20 Desember 2018 Pada Pukul 15:00 wib 58 Ibid. 59 Ibid.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
33
merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket,
Supermarket bahkan Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita lain-lain. 60
Dari catatan Business Watch Indonesia (BWI) perkembangan ritel modern
di Indonesia sejak tahun 2000 semakin pesat yakni sebesar 20% dan pada tahun
2007 naik menjadi 40%. Perkembangan ritel modern yang begitu pesat secara
tidak sadar telah membentuk kekuatan besar dalam industri ritel di Indonesia. Di
kota Bandung, berdasarkan data dari Aprindo penjualan ritel modern di kota
Bandung meningkat sebesar 18-22% Ritel modern ini menyediakan berbagai
barang kebutuhan sehari-hari seperti makanan ringan, minuman, sayuran, buah-
buahan, produk perawatan tubuh dan lainnya.61
Bisnis Retail itu sangat berpengaruh untuk perkembangan suatu daerah
maupun nasional karena dapat dilihat dari sistemnya bisnis ini menyerap sangat
banyak tenaga kerja sehingga memperkecil angka pengangguran yang ada di
Indonesia. Akan tetapi pelaku usaha bisnis Ritel Modern di Indonesia haruslah
tetaplah harus menjamin sebuah perlindungan hukum terhadap konsumen agar
hak-hak konsumen tidak terlanggar dan agar konsumen bisa menjalankan
kewajibannya sebagaimana mestinya.62
2. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah terhadap usaha ritel modern
Peningkatan kesadaran hukum merupakan salah satu upaya pemberdayaan
konsumen dalam melindungi diri sehingga mampu mengangkat harkat dan
martabat konsumen dengan menghindari berbagai akses negatif pemakaian,
penggunaan dan pemanfaatan barang dan/atau jasa kebutuhannya. Dengan 60 https://malianariska26.wordpress.com/bisnis-ritel-modern-indonesia, Diakses pada hari kamis tangal 20 Desember 2018 Pukul 16:00 wib. 61 Ibid. 62 Ibid.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
34
memiliki kesadaran hukum maka konsumen akan dapat memperoleh atau
menentukan pilihannya atas barang dan/atau jasa yang dibutuhkannya serta
mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku.
Oleh karena itu diperlukan pengawasan dari pemerintah agar tidak terjadi
kesewang-wenangan yang di lakukan oleh para pelaku usaha. Munculnya konsep
ritel baru seperti hipermarket, supermarket, dan minimarket, yang termasuk ke
dalam jenis ritel modern haruslah mendapatkan pembinanaan dan pengawasan
dari perintah baik pusat maupun daerah.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pembinaan dan
pengawasan terhadap usaha ritel di atur dalam Pasal 15 Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yaitu sebagai berikut:
1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugas masing-masing melakukan pembinaan dan pengawasan Pasar Tradisional,Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
2) Dalam rangka pembinaan Pasar Tradisional, Pemerintah Daerah: a. Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk
pemberdayaan Pasar Tradisional sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola Pasar Tradisional; c. Memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi
pedagang Pasar Tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi Pasar Tradisional;
d. Mengevaluasi pengelolaan Pasar Tradisional. d. Evaluate the management of Traditional Markets.
3) Dalam rangka pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Pemerintah Daerah agar: a. Memberdayakan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam
membina Pasar Tradisional; b. Mengawasi pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Presiden ini. 4) Dalam rangka pengawasan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15, atas permintaan Menteri maka Pusat Perbelanjaan dan Toko
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
35
Modern wajib memberikan data dan/atau informasi penjualan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah berdasarkan
Peraturan Presiden tersebut merupakan suatu langkah yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas suatu barang dan/ atau jasa demi meningkatkan
pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum.
Pemerintah diharapkan juga melakukan pengecekan secara berkala
terhadap produk dan/atau jasa yang beredar dipasar dalam memenuhi standar
mutu suatu barang dan/ atau jasa yaitu dengan pengambilan sampel yang
kemudian diuji kelayakannya dilabotarium atau dengan cara pengecekan langsung
dengan khasat mata.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan suatu kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan
jalan menganalisanya.63
Meski demikian ada perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan
biasa dengan penelitian hukum, Bacon menyatakan penelitian hukum tidak hanya
sekedar kerangka dari observasi namun juga membangun hipotesa. Hal ini dapat
dipahami dengan penelitian-penelitian yang bersifat deskriptif yang menyatakan
adanya gejala tertentu disebabkan faktor tertentu.
Metode penelitian hukum normatif juga biasa disebut sebagai penelitian
hukum doktriner atau penelitian perpustakaan. Dinamakan penelitian hukum
doktriner dikarenakan penelitian ini hanya ditujukan pada peraturan-peraturan
tertulis sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya pada pada perpustakaan
karena akan membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada perpustakaan.64
Demi melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih
terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan
yang digunakan terdiri dari:
63 http://id.tesis,metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif, Di akses pada hari senin tanggal 26 November 2018 pada pukul 21:17 wib. 64 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm 104
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
37
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan penulis adalah di usaha ritel Koperasi
Syariah 212 Mart cabang Medan Baru yang beralamat di Jalan Mayjen D.I
Panjaitan Nomor.15 , Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.
B. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam akan menulis penting bagi penulisan skripsi untuk mengetahui jenis
penelitian apa yang nantinya akan kita pilih. Sebagaimana yang diketahui bahwa
No
KEGIATAN WAKTU PENELITIAN 2018-2019
DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET 1. Seminar Proposal
2. Perbaikan Proposal
3. Penelitian
4. Penyusunan Skripsi
5. Bimbingan Skripsi
6 Seminar Hasil
7. Meja Hijau
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
38
llmu hukum sendiri mengenal dua jenis penelitian yaitu penelitian hukum
normatif dan penelitian hukum empiris.65
Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara penelusuran terhadap
norma-norma hukum yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur topik yang penulis angkat, serta memperoleh data maupun keterangan
yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, Jurnal hasil penelitian,
majalah, situs internet, dan sebagainya. Sementara penelitian yuridis empiris
adalah penelitian permasalahan mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan
didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu
kepada pola-pola perilaku masyarakat yang nyata di lapangan.66
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
metode yuridis normatif dengan metode pendekatan secara kualitatif. Metode
yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini guna melakukan penelusuran
terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perlindungan
konsumen yang berlaku serta untuk memperoleh data maupun keterangan yang
terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, website,
koran, dan sebagainya.
Penelitian hukum normatif, sering kali hukum dikonsepsikan sebagai apa
yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan
sebagai kaidah berpatokan pada perilaku manusia yang dianggap pantas.
Penelitian yuridis normatif ini diambil dari sumber-sumber bacaan yang relevan
65 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Medan Area, Hlm 34 66 Zainudin Ali, Opcit, Hlm 105
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
39
dengan judul skripsi ini baik yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat menganalisa
masalah-masalah yang dibahas dalam permasalahan skripsi ini.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian tediri dari dua yakni mencakup penelitian hukum normatif
yakni mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap
sistematika hukum, penelitian tentang sinkronisasi hukum, penelitian sejarah
hukum, dan perbandingan hukum. Dan penelitian empriris yakni mencakup
penelitian terhadap indentifikasi hukum dan penelitian terhadap identifikasi
hukum. Dalam penulisan skripsi ini sifat penelitian sendiri adalah hukum
normatif.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah:
a. Penelitian Pustaka (Library Research)
Dalam penelitian pustaka yaitu melakukan penelitian dengan berbagai
sumber bacaan seperti buku-buku, karangan-karangan ilmiah, serta pendapat-
pendapat para sarjana.
Adapun dalam metode penelitian hukum normatif terdapat tiga macam
teknik dalam pengumpulan data penelitian pustaka:
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
40
1) Data sekunder, dalam penulisan skripsi ini seperti: buku-buku yang
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti buku-buku
yang menguraikan materi yang tertulis yang dikarang oleh para sarjana.
2) Data primer, dalam penulisan penulisan skripsi ini seperti: norma-norma
atau kaidah-kaidah hukum, Peraturan dasar seperti Peraturan Perundang-
Undangan yang meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,Peraturan
Presiden, dan Peraturan Menteri.
3) Data testier, yang berkaitan dengan judul skripsi ini yang memberi
petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan
sekunder seperti, jurnal hukum, karya ilmiah, website dan sebagainya yang
berkaitan dengan permasalahan
b. Peneltian Lapangan (field research)
Dalam melakukan penelitian lapangan, penulis melakukan studi langsung
ke Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru yang berhubungan langsung
dengan pelaksanaan perlindungan hukum bagi konsumen.
4. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan penulis adalah dengan mengunakan cara
pendekatan kualitatif. Metode penelitian secara kualitatif merupakan cara analisis
hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Deskriptif sendiri berarti
uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau proposisi-proposisi hukum dan non
hukum. sehingga dari uraian-uraian tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat
dijadikan kesimpulan dan pembahasan skripsi ini.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan permasalahan di bab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan upaya yang harus dilakukan oleh usaha ritel Koperasi Syariah 212
Mart cabang Medan Baru untuk melindungi konsumen terhadap labelisasi halal
yaitu dengan melakukan kordinasi dengan lembaga yang terkait seperti yang
mengangani proses tersebut, hal ini diharapkan agar konsumen dapat melindungi
dirinya sendiri dari segala bentuk akibat negatif yang diakibatkan oleh
mengkonsumsi produk yang dikonsumsinya. Dan usaha ritel Koperasi Syariah
212 Mart cabang medan baru harus menjamin dan menjaga segala dari produk
„halal‟ yang dijualnya sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga tidak ada
konsumen yang merasa dirugikan. Apabila secara terbukti telah ada indikasi yang
merugikan konsumen harus adanya pengenaan sanksi-sanksi/pidana agar menjadi
pembelajaran bagi para pelaku usaha agar tidak melakukan kesalahan tersebut
dikemudian hari. Selain itu pemerintah diharapakan melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap segala proses kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para
pelaku usaha yang membidangi usaha ritel modern ini.
2. Berdasarkan dengan jenis makanan dan minuman yang dijual oleh usaha ritel
Koperasi 212 Mart cabang Medan Baru, maka dapat dilihat bahwa setiap jenis
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
72
makanan dan minuman mempunyai ketahanan mutu dan kualitas yang berbeda
sehingga sangat diperlukan untuk selalu melakukan pengecekan berkala bagi
produk yang dijual tersebut. Dalam hal ini harus ada kerjasama yang dilakukan
oleh para karyawan untuk menjaga dan mengontrol setiap rak display maupun di
bagian pergudangan agar produk makanan dan minuman tetap terjaga
pemanfaatannya. Koperasi Syariah 212 Mart cabang Medan Baru harus teliti
dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap produk- produk yang
dijual serta bertanggung jawab penuh dalam perlindungan hukum atas keamanan
dan keselamatan konsumen. Dimana dalam pelaksanaannya seluruh karyawan
dibawah Kepala Toko harus ikut berperan aktif dalam upaya memberikan
perlindungan kepada konsumen demi agar tetap menjaga mutu atau kualitas
setiap produknya. Serta dalam penyelesaian masalah yang berasal dari konsumen
menyangkut makanan dan minuman yang telah kadaluwarsa, maka usaha ritel
Kopersi Syariah 212 Mart cabang Medan Baru harus bertanggung jawab dengan
hal tersebut dengan membayar ganti kerugian yang senilai dengan kerugian yang
dialami oleh konsumen. Koperasi Syariah 212 Mart cabang Medan Baru harus
juga harus menanggung biaya perawatan kesehatan bagi konsumen apabila
terjadi kasus yang mengakibatkan konsumen terkena penyakit yang dideritanya
akibat mengkonsumsi makanan dan minuman yang sudah kadaluwarsa.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
73
B. Saran
Adapun beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran sehubungan
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Usaha ritel Koperasi Syariah 212 Mart cabang Medan Baru harus memberikan
perhatian yang serius terhadap dengan segala jenis produk yang dijual dalam
bentuk pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukannya oleh pemerintah atau
lembaga yang terkait. Berkaitan dengan kehalalan atas produk yang di jual oleh
usaha ritel Koperasi Syariah 212 Mart cabang Medan Baru ini sebagai pelaku
usaha harus lah menjaga kekonsistenan dan menjamin mutu kehalalan suatu
produk yang dijual karena konsumen berasumsi segala produk dari usaha ritel ini
sudah terjamin mutu atas produk yang sudah melewati segala bentuk proses uji
kehalalan yang sesuai dengan syariat Islam, Oleh karena itu Koperasi Syariah
212 Mart cabang Medan baru diharapkan harus segala menjaga mutunya
terhadap kehalalan produk yang dijualnya. Lembaga yang melakukan sertifikasi
dan labelisasi halal hendaknya memperlakukan produknya sesuai dengan nilai
sertifikat halal yang diberikan kepada produk tersebut. Dan pemerintah
diharapkan melakukan kerja sama kepada lembaga terkait seperti Kementrian
Kesehatan, dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan, maupun oleh
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, demi menjaga dan
terlaksanakan perlindungan konsumen yang ada di Indonesia
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
74
2. Pemberlakuan perlindungan konsumen diharapkan dapat memberikan pedoman
yang pasti terhadap penyelenggaraan melindungi konsumen di Indonesia. Semua
pihak harus menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan apa yang telah
ditentukan. Penegakan hukum terhadap pelanggaran penyelenggaraan
perlindungan konsumen dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan, dengan tetap memperhatikan keadilan serta kemanfaatan bagi para
pihak termasuk konsumen. Berdasarkan penyelesaian masalah yang dilakukan
oleh usaha ritel Koperasi Syariah 212 Mart cabang Medan Baru dengan cara non
litigasi yang berasaskan asas kekeluargaan ini maka perlunya suatu pembinaan
dan pengawasan terhadap karyawan yang diawasi langsung oleh pihak-pihak
yang melakukan pengawasan guna untuk mengurangi berbagai bentuk
pelanggaran terhadap ketentuan mengenai produk yang dijual. Adanya beberapa
jenis produk yang mudah busuk dan berbau yang dijual diharapkan agar menjadi
perhatian utama setiap karyawan yang bertugas menjaga rak display agar produk
tersebut tetap terjaga kualitasnya. Sehingga konsumen terbebas dari segala
kerugian yang dideritanya.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
75
DAFTAR PUSAKA
A. Buku
Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2009
Arifin, Syamsul, dkk, Pengantar Hukum Indonesia, (Bandung :Citra Pustaka Media,
2014
Harianto, Dedi, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen, Bogor : Ghalia Indonesia,
2010
Hasan, Burhanuddin & Hargianto Sugiono, Hukum Acara dan Praktik Peradilan
Perdata, Bogor : Ghalia Indonesia, 2015
Halim, Abdul Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, Bandung : Nusa Media, 2010
Miru, Ahmadi & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2015
Miru, Ahmadi, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia,
Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2017
Muthiah, Aulia, Hukum Perlindungan Komsumen Dimensi Hukum Positif dan
Ekonomi Syariah, Yogyakarta : PT. Pustaka Baru, 2018
Nasution, A.Z, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Diadit media, 2011
N, Dewanto, Kapok Deh Jadi Konsumen, Jakarta : Kawan Pustaka, 2008
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
76
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Medan Area
Rahmadi Usman, Hukum Ekonomi dalam Dinamika, Jakarta : Djambatan, 2000
Raja Gukguk, Erman, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Mandar Maju, 2003
Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Depok : Predana Media
Grup, 2018
Santoso, Happy, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta : Visimedia, 2010
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: PT Grasindo, 2000
Sidabalok, Janus, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2000
Soeroso, R, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2007
Sutedi, Adrian, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen,
Bogor : Ghalia Indonesia, 2008
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakata : Prenada mediagroup, 2016
B. Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
77
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan
dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
C. Jurnal
Hikmawatia, Dianur & Chaikal Nuryakin, Keberadaan Ritel Modern dan
Dampaknya terhadap Pasar Tradisional di DKI Jakarta, Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan Indonesia,Vol. 17 No. 2, Januari ,2017
Lim, May Charity, Jaminan Produk Halal Di Indonesia, Jurnal Direktorat Hukum dan
HAM, Vol 14 No.1, Maret, 2017.
Ni Komang Ayu Nira Relies Rianti, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap
Konsumen Dalam Hal Terjadinya Hortweighting ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jurnal Magister
Hukum Udayana. Vol 6, No.4 : 521-537, Desember ,2017
Putri, Tengku Lindung Bulan, Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan
Pembelian Sosis Di Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang, Jurna,l
Manajemen Keuangan, Vol.5, No.1, Mei, 2016
Rudolf S. Mamengko, Product Liability & Profesional Liability Di Indonesia, Jurnal
Ilmu Hukum, Vol.III, No.9, Agustus, 2016
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
78
D. Karya Ilmiah
Sinurat, Herdayana, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa
Angkutan Penyeberangan Di Danau Toba. Universitas Medan Area. Skripsi.
2018
http://repository.usu.ac.id/ Lira Apriana Sari Nasution, Tinjauan Yuridis Terhadap
Perlindungan Konsumen Atas Beredarnya Makanan Kadaluwarsa. Skripsi.
2011.
http://repository.usu.ac.id/ Firanda Desyara, Tinjauan Yuridis Perlindungan
Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan Minuman Kedaluwarsa. Skrpisi,
2017.
http://repository.usu.ac.id/ Risa Januarti, Analisis Keputusan Konsumen Membeli
Buah di Pasar Modern di Kota Medan. Skripsi, 2015.
D. Website
http://idtesis.com, metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif
http://koperasisyariah212.co.id/profil-koperasi-syariah-212.
https://malianariska26.wordpress.com/bisnis-ritel-modern-indonesia.
http://pengertianahli.id/2013/11/pengertian-pangan-dan-jenis-jenis-pangan
https://www.jurnal.id/langkah-langkah melakukan stock opname
htpp://www.tirto.id,kontroversi-label-halal-pada-produk-makanan-korea.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
79
LAMPIRAN WAWANCARA
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
80
DATA WAWANCARA
Nama : Apria Angga Prasetya
Jabatan : Kepala Toko Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru
Waktu : Jumat, 18 Januari 2019
1. Kapan Koperasi Syariah 212 Mart Cabang Medan Baru?
Jawab: Koperasi Syariah 212 Mart berdiri pada September 2017 dipicu dari
aksi damai 212 di Jakarta, Kalau Koperasi Syariah 212 Mart Cabang
Medan Baru berdiri pada Januari 2018 ini adalah gerai yang ke 4 di
kota Medan
2. Sudah berapa cabang kira2 koperasi 212 mart? Khususnya di kota medan?
Jawab: 9 (Sembilan) gerai di kota medan.
3. Apa Visi/Misi dari Koperasi Syariah 212 Mart ini?
Jawab: Visi: Menjadi 5 (lima) besar Koperasi di Indonesia dari sisi jumlah
anggota, penghimpun dana tabungan, jaringan, dan kekuatan investasi
pada sektor-sektor produktif pilihan pada tahun 2025.
Misi: Mengoptimalkan ekonomi ummat lebih Maju.
4. Apa Motto Koperasi 212 Mart?
Jawab: dari ummat untuk ummat
5. Berapa Jumlah karyawan disini?
Jawab: 6 Karyawan dan 4 BOD ( Supervisor, Direksi dan Manager Area )
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
81
6. Bagaimana susunan organisasi dari Koperasi Syariah 212 mart Cabang Medan
Baru ini?
Jawab: -
7. Apa sajakah produk yang di tawarkan oleh Koperasi Syariah 212 Mart
Cabang Medan Baru ?
Jawab: Ada berbagai produk yang di display disini sekitar ribuan produk
tetapit kami disini mengutamakan Usaha-usaha Kecil Menengah
8. Terdiri dari berapa merek produk yang dijual oleh koperasi syariah 212 Mart?
Jawab: Ada berbagai merek yang kami jual di sini seperti Unilever, Garuda
Food, Orang Tua, PnG, dan masih banyak lagi tetapi kami disini lebih
banyak memakai produk-produk buatan lokal contohnya seperti:
Aniqua, Anugerah Bakery, dll. Kami juga melakukan pemboikotan
terhadap merek-merek tertentu.
9. Darimanakah sumber-sumber asal produk yang dijual oleh Koperasi Syariah
212 Mart Cabang Medan Baru ini?
Jawab: Distributor dan/ atau Suplier
10. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan Koperasi Syariah 212 Mart
Cabang Medan baru dalam Melakukan Pengawasan terhadap Produk
Makanan dan Minuman yang Dijual?
Jawab: Dengan cara Stock Opname harian, setelah itu setiap laporan stock
opname akan diberikan tiap hari ke direksi
11. Bagaiamana upaya Koperasi syariah 212 Mart dalam pengawasan terhadap
makanan dan minuman yang halal?
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
82
Jawab: Harus memiliki label halal dari MUI dan BPOM, serta ada pengecekan
terhadap produk makanan dan minuman mengenai kehalalan
12. Bagaimanakah apabila terjadi adanya dugaan makanan dan minuman yang
ternyata tidak halal?
Jawab: Jadi apabila terjadi kasus mengenai makanan yang tidak halal maka
kami akan menarik produk dari rak display dari seluruh gerai 212
Mart.
13. Apakah pernah ada kasus mengenai mengenai suatu produk yang ternyata
kehalalannya tidak memenuhi prosedur dalam regulasi dari Koperasi Syariah
212 Mart cabang Medan Baru?
Jawab: Untuk saat ini di cabang Medan baru belum pernah terjadi kejadian
mengenai makanan dan minuman yang tidak halal tetapi pernah terjadi
kasus mengenai obat batuk yang mengandung alkohol lalu produk itu
di langsung ditarik dari seluruh gerai 212 Mart yang ada di Indonesia
14. Apakah bentuk tanggungjawab yang dilakukan oleh Koperasi 212 Mart
cabang Medan Baru atas komplain dari konsumen yang mengkonsumsi
barang yang ternyata tidak halal
Jawab: Tanggung Jawab yang kami lakukan adalah dengan melakukan ganti
rugi atas sesuatu yang diderita oleh konsumen kami, akan tetapi ganti
rugi dalam bentuk materil saja.
15. Adakah pemeriksaan yang dilakukan suatu badan/lembaga terkait pengawasan
dalam produk yang di jual oleh 212 mart cabang medan baru?
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
83
Jawab: Pemeriksaan biasanya di lakukan oleh BPOM dengan melakukan
pengecekan pada akhir tahun dan menjelang lebaran.
16. Apakah upaya dari Koperasi Syariah 212 Mart cabang Medan Baru atas
keluhan dari konsumen terhadap produk yang dijual?
Jawab: Keluhan biasanya disampaikan ke kasir kami.
17. Bagaimanakah upaya dari Koperasi Syariah 212 Mart cabang Medan Baru
dalam pengawasan makanan dan/ atau minuman yang kadaluwarsa
Jawab: pengawasan yang dilakukan adalah melakukan pengecekan sewaktu
barang dikirim supplier/distributor ke gerai kami, lalu setelah barang
dilakukan pengecekan akan ditaruh ke gudang. Di gudang pun
dilakukan pengecekan kembali oleh pramuniaga sebelum di display.
18. Apakah pernah ada kasus atau dugaan mengenai makanan dan/atau minuman
yang kadaluwarsa?
Jawab: Untuk saat ini kasus belum ada karena kami selalu menyortir makanan
dan minuman yang kami jual contoh seperti susu, roti, dan makanan
yang tidak tahan lama untuk ditarik dari rak display 1 hari sebelum
makanan itu expired.
19. Upaya penyelesaian masalah atas produk makanan dan minuman kadaluwarsa
atas klaim konsumen terhadap produk makanan dan/atau minuman yang
dijual
Jawab: Apabila terjadi kasus yang dialami konsumen maka tempat langsung
tuju adalah ke kasir dengan menunjukan struk pembayaran lalu kami
akan menganti dalam bentuk barang yang serupa atau dengan
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
84
mengembalikan uang. Apabila ternyata konsumen sudah
mengkonsumsi makanan tersebut kami akan memberikan uang
perobatan.
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
85
LAMPIRAN SURAT PENELITIAN
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
86
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA
87
----------------------------------------------------- © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber. 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah. 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA.
7/25/2019UNIVERSITAS MEDAN AREA