pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan (kelompok 5) new
DESCRIPTION
csrTRANSCRIPT
A. Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Sustainability Reporting)
Saat ini terdapat pergeseran dalam berbisnis yang beretika melalui konsep
Sustainable development sebagai paradigma baru. Pada awalnya bisnis hanya dibangun
dengan paradigma lama berupa single P alias Profit saja.
Konsep Sustainable development merupakan suatu konsep pembangunan dimana
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia saat ini (current) tidak boleh mengganggu
kemampuan generasi berikutnya (next generation) dalam memenuhi kebutuhan hidup
mereka yang akan datang. Berdasarkan konsep tersebut , maka muncul konsep
Sustainability management. Manfaat perusahaan mengimplementasikan Sustainability
management, yaitu:
1. Perusahaan lebih peduli terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar dalam
pembangunan komunitas (community development) atau Corporate Social
Responsibility (CSR). Perusahaan bukan hanya mengejar keuntungan bagi
pemilik semata, namun juga harus menjaga dan memberi nilai tambah (value
added) pada masyarakat dan lingkungannya.
2. Meningkatkan nama baik / reputasi perusahaan, sehingga terjaga citra (image)
yang positif.
3. Mengurangi dampak risiko yang merugikan perusahaan.
4. Meningkatkan daya saing perusahaan (competitive advantage).
5. Meningkatkan kepercayaan para pemegang saham dan pemangku kepentingan
(stakeholder) lainnya.
6. Bahan Analisis investasi bagi para investor (Socially Responsible Invesment/SRI).
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan
perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan
stokeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin,
2004).
Menurut Pearce dan Robinson (2008:72) tanggung jawab sosial terdiri atas:
a) Tanggung jawab ekonomi (economic responsibilities) yang dimana tugas
manajer sebagai agen dari pemilik perusahaan, untuk memaksimalkan
kekayaan pemegang saham.
b) Tanggung jawab hukum (legal responsibilities) mencerminkan kewajiban
perusahaan untuk mematuhi undang-undang yang mengatur aktivitas
bisnis.
c) Tanggung jawab etika (ethical responsibilities) mencerminkan gagasan
perusahaan mengenai perilaku bisnis yang benar dan layak.
d) Tanggung jawab diskresi (discretionary responsibilities) merupakan
tanggung jawab yang secara sukarela diambil oleh suatu bisnis yang
mencakup hubungan masyarakat, kewargaan yang baik, dan tanggung
jawab sosial perusahaan secara penuh.
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut
Sustainability Reporting.
Sustainability Reportingmerupakan pelaporan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mengukur, mengungkapkan (disclose), serta upaya perusahaan untuk menjadi
perusahaan yang akuntabel bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
tujuan kinerja perusahaan menuju konteks pembangunan yang
berkelanjutan(sustainability development).
Perusahaan yang telah go public memiliki kewajiban membuat laporan
keberlanjutan (sustainability report) sesuai dengan amanat Pasal 66 Ayat 2 Undang-
Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Bapepam-LK telah
mengeluarkan aturan yang mengharuskan perusahaan publik untuk mengungkapkan
pelaksanaan kegiatan CSR di dalam laporan tahunannya.Melalui
penerapanSustainability Reporting diharapkan perusahaan dapat berkembang secara
berkelanjutan (sustainable growth) yang didasarkan atas etika bisnis (business ethics).
Proses penyajian Sustainability Reporting dilakukan melalui 5 (lima) mekanisme,
yaitu :
1) Penyusunan kebijakan perusahaan;
Dalam hal ini, perusahaan membuat kebijakan yang berkaitan dengan
sustainability development, kemudian mempublikasikan kebijakan
tersebut beserta dampaknya.
2) Tekanan pada rantai pemasok (supply chain);
Harapan masyarakat pada perusahaan untuk memberikan produk dan
jasa yang ramah lingkungan juga memberikan tekanan pada perusahaan
untuk menetapkan standar kinerja dan sustainability reporting kepada
para pemasok dan mata rantainya.
3) Keterlibatan stakeholders;
4) Voluntary codes;
Dalam mekanisme ini, masyarakat meminta perusahaan untuk
mengembangkan aspek-aspek kinerja sustainability dan meminta
perusahaan untuk membuat laporan pelaksanaan sustainability. Apabila
perusahaan belum melaksanakan, maka perusahaan harus memberikan
penjelasan;
5) Mekanisme lain adalah rating dan benchmaking, pajak dan subsidi, ijin-
ijin yang dapat diperdagangkan, serta kewajiban dan larangan.
Sustainability Report dapat diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi
dalam laporan tahunan (annual report). Beberapa alasan perusahaan menyajikan
Sustainability Report terpisah dari annual report, antara lain :
a) Sustainability Report sebagai alat komunikasi bagi manajemen dengan
para stakeholder untuk menyampaikan pesan bahwa perusahaan telah
menjalankan sustainable development.
b) Memperoleh image baik (citra positif) dari stakeholder.
c) Pencarian legitimasi dari stakeholder.
Darwin (2004) mengatakan bahwa “Corporate Sustainability Reporting terbagi
menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja
sosial”.Pembagian Corporate Sustainability Reporting menurut Darwin dapat dilihat
sebagai berikut :
Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA)
National Center for Sustainability Reporting (NCSR) setiap tahun
menyelenggarakan ajang / penghargaan Indonesia Sustainability Reporting Awards
(ISRA). Ajang tahunan ISRA diselenggarakan atas kerjasama NCSR bersama Indonesia-
Netherlands Association (INA) serta American Chamber of Commerce (AMCHAM) dengan
dukungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kedutaan Besar Kerajaan Belanda,
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Institut Akuntan Manajemen Indonesia
(IAMI), Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), dan Asosiasi Emiten
Indonesia (AEI).
ISRA diharapkan dapat meningkatkan tanggungjawab perusahaan terhadap
pemangku kepentingan utama (key stakeholders) dan meningkatkan kesadaran
perusahaan terhadap aspek transparansi dan akuntabilitas publik. ISRA diberikan
kepada perusahaan yang telah mempublikasikan Sustainability Report, baik yang
diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan (annual
report).
Terdapat 3 (tiga) kriteria yang sering dipakai sebagai penilaian ajang
penghargaan ISRA antara lain :
1. Kelengkapan (Completeness), meliputi: profil perusahaan, dampak penting,
kebijakan sosial/lingkungan, komitmen manajemen, target dan tujuan kebijakan
sosial/lingkungan, layanan produk dan jasa, kebijakan pengadaan bahan baku
dan isu-isu yang terkait dengannya, kebijakan pelaporan dan pembukuan, dan
hubungan antara pelaporan sosial/lingkungan dengan masalah pembangunan
yang berkelanjutan (sustainability development), sistem manajemen
(management system) serta tata kelola perusahaan (corporate governance).
2. Kepercayaan (Credibility), meliputi: pencapaian utama saat ini, penyebutan
anggota tim yang bertanggung jawab untuk isu sosial/ekonomi, sistem
manajemen dan integrasinya ke kegiatan usaha, perencanaan ketidakpastian dan
manajemen risiko, proses audit internal, ketaatan (compliance) atau
ketidaktaatan terhadap peraturan, data-data mengenai dampak sosial/ekonomi,
data-data keuangan konvensional yang berhubungan, laporan keuangan
sosial/lingkungan dan full cost accounting, akreditasi atau sertifikasi ISO,
penjabaran mengenai interaksi dengan pihak terkait atau proses dialog,
pemanfaatan masukan dari pihak-pihak yang terkait, serta pernyataan dari pihak
ketiga
3. Komunikasi (Communication), meliputi: tata letak dan penampilan,
kemudahan dipahami, dibaca dan proporsional uraian tiap bagian, mekanisme
komunikasi dan umpan balik (feedback), ringkasan pelaporan (executive
summary), tersedia petunjuk kemudahan untuk membaca laporan, pemanfaatan
sarana intranet & internet, acuan bagi website dan pelaporan lain, dan hubungan
antar pelaporan, kesesuaian grafik, gambar dan foto dengan narasi, dan integrasi
dengan laporan keuangan (financial statement).
Sebagai contoh aplikatif dari penerapan sustainability report ini, kami mengambil
sustainability report Bank Negara Indonesia (BNI) untuk tahun 2012, yang isi (content)
nya adalah sebagai berikut :
1. Deskripsi Tema - Memaknai Keberlanjutan
Sebagai institusi perbankan nasional, keberlanjutan BNI wujudkan dalam penyediaan
pelayanan perbankan yang profesional sekaligus memiliki nilai tambah bagi seluruh
pemangku kepentingan. Keberlanjutan bagi BNI adalah hakikat tingkat kesuksesan
BNI sebagai sebuah entitas bisnis tidak lagi hanya diukur dari keuntungan yang
dihasilkan semata, namun juga mempertimbangkan peranan BNI dalam
perkembangan sosial, masyarakat, dan pelestarian lingkungan.
2. Tentang Laporan Keberlanjutan
Pada laporan ini BNI memaparkan gambaran menyeluruh dan berimbang untuk
periode tahun 2012, yang mencakup upaya-upaya BNI dalam pengelolaan usaha dan
kinerja finansial yang sehat, keterlibatan dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat,serta inisiatif-inisiatif perlindungan dan pelestarian lingkungan.
3. Laporan Dewan Komisaris
Merupakan laporan BNI terhadap semua pemangku kepentingan, yang intinya adalah
Bisnis yang dijalankan berdasarkan konsep Keberlanjutan (sustainability) bertujuan
bukan hanya untuk memupuk keuntungan (profit) semata, tetapi memperhatikan
pula peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.
4. Laporan Direksi
Pada intinya juga adalah pertanggungjawaban pada semua pemangku kepentingan,
intinya adalah Isu perubahan iklim dan rendahnya kualitas hidup sebagian
masyarakat masih tetap menjadi tantangan ke depan bagi pelaku ekonomi, termasuk
BNI. Dalam 5 tahun mendatang, kebutuhan pembiayaan untuk berbagai sektor
industri akan semakinmeningkat. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi
BNI untuk menjaga ketangguhan ekonomi (economic viability) Perusahaan. BNI
semakin memiliki peluang untuk meningkatkan perolehan dana dari mereka yang
tergabung dalam Sustainable Responsible Investmentdan di lain pihak BNI memiliki
peluang besar pula meningkatkan daya saingnya melalui pemberian kredit kepada
industri yang ramah lingkungan.
5. Peran BNI Dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi
Berupa nilai ekonomi yang diterima dan didistribusikan, program kemitraan dan
bina lingkungan, kredit hijau BNI dan kontribusi terhadap pendapatan negara.
6. Peran BNI Dalam Pelestarian Lingkungan
BNI menjadikan pelestarian lingkungan sebagai salah satu prioritas utama
keberlanjutan kami. Sejumlah kebijakan terkait efisiensi energi, penggunaan air
secara bijak, pengelolaan limbah, dan penghematan penggunaan kertas telah
diterapkan secara bertahap. Bersamaan dengan berbagai inisiatif internal tersebut,
pelestarian lingkungan juga BNI lakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak
eksternal, termasuk Nasabah, Lembaga Sosial Kemasyarakatan serta Pemerintah
Pusat, dan Daerah.
7. Peran BNI Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Sebagai institusi perbankan nasional, kesejahteraan masyarakat menjadi salah satu
tujuan utama BNI dalam berkarya. BNI melaksanakan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) mengacu kepada Peraturan Menteri Negara BUMN No.
05/MBU/2007 tentang PKBL. Ketentuan tersebut mengatur penyisihan laba bersih
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) setelah pajak sebesar maksimum 4%
dialokasikan untuk kegiatan PKBL. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, dalam
kegiatan-kegiatannya mengusung tema Bersama Membangun Negeri (BNI Berbagi)
dimana dengan semangat ini BNI berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta lingkungan yang lebih baik.
8. Meningkatkan Kenyamanan Bekerja
BNI bertujuan untuk menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi pegawai. BNI ingin setiap pegawai merasa bangga untuk
berkarya dan menorehkan prestasi bersama BNI. BNI percaya tanpa dedikasi, kerja
keras serta dukungan dari seluruh pegawai, BNI tidak akan mungkin bertumbuh
dengan baik dan mencapai keberlanjutan. Bagi BNI, pegawai adalah aset yang paling
berharga. Untuk itu, BNI terus memastikan dan berupaya untuk meningkatkan
kualitas pengelolaan Sumber Daya Manusia yang profesional, mendengarkan aspirasi
pegawai-pegawai kami, sekaligus menjunjung tinggi dan melindung hak-hak setiap
pegawai.
9. Tata Kelola Keberlanjutan
Dalam misi kelima BNI, “Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola
perusahaan yang baik”, BNI menegaskan komitmennya untuk menerapkan Tata
Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) secara maksimal. Kebijakan
BNI mencerminkankomitmen terhadap peningkatan kualitas, keberlanjutan, nilai-
nilai yang dianut pemegang saham dan pemangku kepentingan, keunggulan usaha
dan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
10. Keterlibatan Pemangku Kepentingan
Dunia terus mendorong para pelaku usaha untuk ikut peduli dan terlibat dalam
upaya menuntaskan berbagai tantangan sosial dan lingkungan. Sebagai salah satu
bank terkemuka, terbesar dan terluas di Indonesia, BNI bertekad untuk ikut serta
menuntaskan berbagai tantangan yang dihadapi oleh negara ini. Sebagai institusi
perbankan nasional, tantangan utama kami adalah untuk mendistribusikan
kesempatan dan membuka peluang menuju kesejahteraan bagi jutaan rakyat
Indonesia yang tersebar di kota sampai di desa terpencil di seluruh Nusantara.
Selain itu, BNI terus memastikan setiap langkah mampu memberikan manfaat
positif bagi perkembangan sosial, kemanusiaan dan perlindungan lingkungan. Demi
tujuan inilah, BNI melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam pengelolaan
usaha dan proses pengambilan keputusan, serta penentuan arah strategis
Perusahaan. BNImendefinisikan pemangku kepentingan sebagai kelompok yang
memiliki dampak dan/atau terdampak oleh operasional kami. Melalui berbagai
upaya perlibatan, BNI mampu menyelaraskan arah strategi usaha dengan harapan
dan kebutuhan setiap pemangku kepentingan. BNI percaya dengan terus
melibatkan serta mendengarkan aspirasi para pemangku kepentingan, BNI dapat
terus tumbuh berkembang dan mencapai keberlanjutan.
11. Sekilas BNI
Pada tahun 1946, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) didirikan oleh
Pemerintah Republik Indonesia. BNI berfungsi sebagai bank sentral untuk Republik
Indonesia yang baru merdeka. BNI akhirnya beroperasi sebagai sebuah bank
komersial pada tahun 1955. (2.1)Pada tahun 1996, BNI melakukan Penawaran
Umum Saham Perdana untuk 25% sahamnya, dan menjadi bank BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) pertama yang mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia). Aksi korporasi termasuk proses rekapitalisasi
oleh Pemerintah, divestasi saham Pemerintah, dan penawaran umum saham
terbatas kemudian dilakukan untuk memperkuat permodalan. Per 31 Desember
2012, pemegang saham utama dari BNI adalah Pemerintah Republik Indonesia
(60%) dan publik (40%), dengan 3 (tiga) kepemilikan publik terbesar oleh
Eastspring Investments (3,1%), Jamsostek (Persero) (3,1%), dan Pemerintah
Singapura (2,8%).
12. Penghargaan dan Pencapaian 2012
Pada tahun 2012, BNI menerima penghargaan dari beberapa lembaga independen
dalam berbagai kategori, mencakup:Indonesia Sustainable Business Award
2012dari Special Category Best State-Owned Enterprise SBA id, Indonesia
Sustainable Business Award 2012dariIndustry Champion Banking and Finance SBA
id, Indonesia Green Company Achievement 2012 dari In Recognition of Their
Outstanding Performance to Achieve: Indonesia Green Company Achievement SWA
Magazine, ASEANBusiness Awards 2012dari In Recognition of Winning the “Most
Admired ASEAN Enterprise for Corporate Social Responsibility Large
Company”ASEAN dan Penghargaan Hari Menanam Pohon 2012 dari Apresiasi
Dalam Gerakan Penanaman Satu Miliar Pohon Kementerian Kehutanan RI
13. Laporan Pengecekan Tingkat Aplikasi GRI
National Center for Sustainability Reporting (NCSR) dengan ini menyatakan bahwa
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk telah mempresentasikan Laporan
Keberlanjutan kepada NCSR Application Level Check Services, dan menyimpulkan
bahwa laporan telah memenuhi persyaratan Level Aplikasi B.
14. Indeks GRI
Berupa : 1. VISI, STRATEGI, dan ANALISA VISION, STRATEGY, and ANALYSIS. 2.
PARAMETER LAPORAN REPORT PARAMETERS. 3. TATA KELOLA, KOMITMEN, dan
KETERLIBATAN GOVERNANCE, COMMITMENT, and ENGAGEMENT
15. Fact Sheet
Data fakta tentang laporan keuangan BNI.
16. Lembar Tanggapan atas Laporan Keberlanjutan 2012
Merupakan lembaran untuk tanggapan masyarakat terhadap laporan keberlanjutan
bank BNI yang tentunya bermanfaat untuk perbaikan kedepannya.
B. Dampak UU Akuntan Publik terhadap Perkembangan Profesi
Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah
jasaassuran dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah
satupertimbangan penting dalam pengambilan keputusan ekonomis. Dengan demikian,
profesiAkuntan Publik memiliki peranan yang sangat besar dalam mendukung
terwujudnyaperekonomian yang sehat, efisien dan transparan. Untuk melindungi
kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi Akuntan Publik, maka
diperlukan suatu undang-undang yang mengatur praktik profesi Akuntan Publik.
Saat ini Undang-undang yang mengatur tentang Akuntan Publik telah tertuang
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan
Publikyang diputuskan DPR RI pada tanggal 5 April 2011 dan disahkan Presiden
tanggal 3 Mei 2011, dimana mengatur tentang regulasi profesi, asosiasi profesi,
perizinan, hak dan kewajiban, tanggung jawab, sanksi serta aturan-aturan lainnya.
Dengan adanya UU No. 5 Tahun 2011 ini, terdapat manfaat yang ditimbulkan,
antara lain :
1. Kepastian hukum sekaligus perlindungan terhadap profesi akuntan public di
Indonesia sudah terjamin
2. Baik entitas yang menggunakan jasa akuntan public dan akuntan public itu
sendiri akan mendapatkan penjelasan lebih mengenai apa saja hak dan
kewajiban akuntan public
3. Adanya kerjasama yang kooperatif antara akuntan dan entitas pengguna jasa
akuntan public yang akan menghasilkan kerjasama yang saling memuaskan dari
kedua pihak karena telah dijelaskan tentang hak dan kewajiban dari akuntan
public namun tetap menjaga independensi dan bebas dari benturan kepentingan
4. Dengan adanya undang-undang ini diharapkan akan membantu terciptanya
perekonomian nasional yang sehat dan transparan.
Namun ada beberapa pasal yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap
perkembangan profesi AkuntanPublik di Indonesia. Hal tersebut adalah :
1. Sanksi pidana bagi Akuntan Publik,
2. Perijinan Akuntan Publik Asing,
3. Persyaratan Akuntan Publik
Pertama, sanksi pidana dikhawatirkan akan semakin mengurangi minat
generasi muda untukterjun menjadi Akuntan publik yang saat ini sudah sangat rendah,
sanksi administratif kiranyasudah cukup memadai. Kedua, perijinan Akuntan Publik
Asing yang dirasa begitu mudah,akan menggusur keberadaan Akuntan Publik lokal. Hal
ini dimungkinkan karena jumlahAkuntan Publik di beberapa negara ASEAN sangat
banyak, sehingga meraka akanmelakukan ekspansi ke Indonesia, disamping itu adanya
potensi ancaman terhadapkepentingan keamanan negara ketika Akuntan Publik Asing
tersebut memeriksa industri strategis negara. Ketiga, persyaratan untuk menjadi
Akuntan Publik begitu mudah, karenatidak mensyaratkan harus dari jurusan akuntansi,
hal ini menjadi preseden buruk bagipengembangan jurusan akuntansi di Indonesia.
Sanksi pidana terhadap akuntan public
Pada UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, telah diatur Ketentuan
Pidana terhadap kegiatan akuntan public pada pasal 55, 56 dan 57. Namun terdapat hal-
hal tertentu yang cenderung menimbulkan ketidak nyamanan dalam menjalani profesi
akuntan public ini. Pada pasal 55 huruf b yang menyatakan “dengan sengaja melakukan
manipulasi, memalsukan,dan/atau menghilangkan data atau catatan pada kertaskerja
atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitandengan jasa yang diberikan
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3 ayat (1) sehingga tidak dapat
digunakansebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan olehpihak yang
berwenang….”. Perbuatan-perbuatan terkait hal diatastelah diatur dalam KUHP,
sehingga akan berdampak munculnya duplikasi aturan, tumpang tindih, dan berpotensi
menimbulkan perbedaan interpretasi atas suatu permasalahan sehingga menimbulkan
ketidakpastian. Serta dapat dilihat memberikan celah bagi pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab untuk memidanakan akuntan public karena kata-kata “sehingga
tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya” begitu bias dan tidak memiliki ukuran
bagaimana suatu kondisi laporan itu dapat/tidak dapat digunakan semestinya oleh
pihak berwenang, karena diketahui bahwa jasa produk dari pekerjaan akuntan publik
adalah suatu opini atau pendapat akuntan publik terhadap suatu laporan keuangan atau
informasi keuangan dimana opini tersebut merupakan suatu bentuk keyakinan
memadai (reasonable assurance) dan bukan merupakan suatu pernyataan kebenaran
absolut (mutlak) atas laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya. Produk
akuntan publik tersebut bukan akta otentik sebagaimana dikeluarkan oleh pejabat
publik. Dan juga terdapat beberapa alasan lain, yaitu :
1. Bahwa standar profesi akuntan publik adalah suatu acuan yang digunakan dalam
menjalankan profesinya dimana dalam pelaksanaanya banyak menggunakan
professionaljugdement dan berbasis sampling, oleh karena itu pengaturannya
berbeda dengan ketentuan hukum yang sifatnya pasti dan tidak menimbulkan
keragu-keraguan
2. Bahwa seorang akuntan publik bukanlah kuasi Negara, kuasi Pemerintah, atau
pejabat publik yang diberikan kewenangan atas nama publik atau Negara
sehingga produk akuntan publik bukan merupakan legal binding sehingga tidak
sebanding apabila dikenakan sanksi pidana.
3. Bahwa standar profesi dan kode etik yang digunakan oleh akuntan publik adalah
bukan merupakan produk hukum yang termasuk dalam jenis dan hirarki
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam UU No.10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Perundang-undangan karena standar profesi dan kode
etik ditetapkan oleh asosiasi profesi.
Selain alasan tersebut, pengenaan sanksi pidana atas pekerjaan akuntan publik
juga akan menimbulkan dampak meningkatnya risiko profesi dan bisnis akuntan publik
sehingga akan mengurangi minat dan tidak mendorong pertumbuhan profesi akuntan
publik yang sudah sangat rendah.
Pertumbuhan Akuntan Publik di Indonesia
Perizinan Akuntan Publik Asing
Aturan terkait Perizinan untuk Akuntan Publik Asing diatur pada UU No. 5 Tahun
2011 tentang Akuntan Publik pada pasal 7. Pengaturan akuntan public asing tersebut
lebih bersifat untuk mengakomodir kepentingan untuk memenuhi kesepakatan WTO
dan kesepakatan liberalisasi jasa akuntansi dikawasan ASEAN 2015 sebagaimana telah
ditandatanganinya “ASEAN MRA Framework on Accountancy Services” oleh Negara-
negara ASEAN tahun 2008, daripada untuk memberikan perlindungan terhadap
akuntan publik local. Dan dikhawatirkan Akuntan Publik lokal akan menjadi minoritas
dan akhirnya akanmenjadi penonton di negeri sendiri, Hal ini dimungkinkan karena
jumlah akuntan di Negara tetangga sudah cukup banyak bila dibandingkan dengan
Indonesia.
Jumlah Akuntan Publik Di Beberapa Negara Asean
Hal-hal yang juga perlu dicermati bahwa dapat berpotensi menimbulkan
ancaman terhadap kepentingan dan keamanan Negara. Akuntan publik asing dapat
mengakses aspek strategis dan kerahasiaan Negara melalui pemberian jasa kepada
instansi Pemerintah, BUMN, atau entitas strategis lainnya. Apalagi potensi tersebut akan
bertambah ketika akuntan publik dapat melakukan audit ataslaporan keuangan
Pemerintah untuk dan atas nama BPK.
Persyaratan Untuk Menjadi Akuntan Publik
Pada pasal 6 huruf a UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, bahwa
Proses menjadi Akuntan Publik disederhanakan dan basis calon Akuntan Publik
diperluas, Dengan ketentuan tersebut berarti gelar CPA (certified public accountant)
dapat diberikan kepada siapa saja yang lulus ujian CPA tanpa memandang dia lulusan
jurusan apapun (tidak harus dari jurusan akuntansi). Hal ini memunculkan potensi
menurunnya kualitas dari SDM yang ahli dalam akuntansi. Padahal seseorang yang
mengambil S-1 untuk jurusan akuntansi saja paling tidak membutuhkan 4 tahun untuk
mendalami akuntansi tersebut. Sulit membayangkan seseorang dari jurusan bukan
akuntansi dapat menjadi seorang akuntan hanya dengan cara lulus ujian CPA. Menurut
Prof. Dr. Muslich Anshori (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga), seharusnya
Undang - Undang harus dapat mengakomodir bagaimana profesi akuntansi ini bisa
menarik minat para sarjana akuntansi untuk terjun menekuninya. Walaupun diketahui
bahwa jumlah akuntan public di Indonesia sangat kecil dibandingkan Negara-negara
ASEAN.
C. Pendidikan Akuntansi dan Gelar CPA di Indonesia
Tuntutan kualitas pendidikan akuntansi menjadi semakin besar seiring
keanggotaan IAI dalam International Federation of Accountants (IFAC). Hal ini
diwujudkan dengan salah satu program kerja IAI yaitu peningkatan peran IAI dalam
pendidikan akuntansi nasional.
Standar pendidikan yang dikeluarkan IFAC menjadi panduan bagi seluruh
stakeholder yang terkait yaitu: Asosiasi profesi, dunia pendidikan, dunia usaha dan
industri serta pemerintah, untuk bersama-sama berinteraksi dalam membentuk
seorang akuntan yang profesional.
Aktifitas yang berkaitan dengan pendidikan akuntansi mempunyai beberapa
sasaran, antara lain :
1. Tersusunnya blue print pendidikan akuntansi meliputi seluruh jenjang
pendidikan akuntansi.
2. Masuknya Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) & Ujian Sertifikasi
Akuntan Manajemen (USAM) sebagai jenjang sertifikasi.
3. Meningkatnya jumlah penyelenggara dan mutu PPA.
4. Peningkatan jumlah dan mutu penyelenggara pendidikan magister dan
doktor akuntansi.
5. Peningkatan peran serta IAI dalam pengembangan pendidikan akuntansi,
khususnya menyangkut pencapaian standar kompetensi akuntansi pada
semua jenjang pendidikan.
Dalam pengembangan blue print pendidikan akuntansi, beberapa isu sentral
yang perlu dikaji adalah :
1) munculnya Undang-Undang Akuntan Publik (UU-AP) dan diikuti dengan
Undang-Undang Pelaporan Keuangan (saat sekarang masih merupakan
perancangan draf RUU). Berkaitan dengan UU-AP, kompetensi akuntan
yang dihasilkan oleh institusi pendidikan akuntansi akan semakin
menjadi sorotan, terlebih pada sertifikasi profesi akuntan publik yang
memungkinkan berasal dari lulusan program sarjana dan D IV bidang non
akuntansi.
2) Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2010) telah menyatakan
perlunya suatu perombakan dalam pendidikan karena pergeseran kondisi
lingkungan menuju techno-culture dan techno-science. Ini berarti perlunya
suatu pergeseran paradigma pendidikan akuntansi dalam memenuhi
tuntutan global, baik yang bersumber dari nilai-nilai global/universal
maupun kebutuhan lokal yang bersumber dari nilai-nilai atau kearifan
lokal.
3) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga sedang intensif
menerapkan pendidikan karakter dalam semua jenjang pendidikan.
Certified Public Accountant (CPA) di Indonesia
Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian
di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang
bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di
pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.
Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh
akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi,
pajak dan konsultan manajemen.
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri
keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan mengenai
akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Setiap akuntan publik wajib
menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui
oleh Pemerintah.
Dalam era globalisasi, dunia usaha dan masyarakat telah menjadi semakin
kompleks sehingga menuntut adanya perkembangan berbagai disiplin ilmu termasuk
akuntansi. Akuntansi memegang peranan penting dalam ekonomi dan sosial, karena
setiap pengambilan keputusan yang bersifat keuangan harus berdasarkan informasi
akuntansi. Keadaan ini menjadikan akuntan sebagai suatu profesi yang sangat
dibutuhkan keberadaannnya dalam lingkungan organisasi bisnis. Keahlian – keahlian
khusus seperti pengelolaan data bisnis menjadi informasi berbasis komputer,
pemeriksaan keuangan maupun non keuangan, penguasaan materi perundang –
undangan perpajakkan adalah hal – hal yang dapat memberikan nilai lebih bagi profesi
akuntan.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diharapkan semakin baik,
maka profesi akuntan sangat dibutuhkan dalam membantu mewujudkannya. Kondisi
ini, membawa pada suatu konsekuensi bahwa masih terbuka lebar bagi setiap orang
untuk memasuki profesi sebagai akuntan, dan profesi akuntan sebagai pilihan karir
yang menjanjikan.
Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia,
seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi
Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan "CPA
Indonesia" (sebelum tahun 2007 disebut "Bersertifikat Akuntan Publik" atau BAP).
Sertifikat akan dikeluarkan oleh IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia). Sertifikat
akuntan publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan
izin praktik sebagai akuntan publik dari Kementerian Keuangan.
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH
PELAPORAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
ISU KONTEMPORER
DOSEN: Drs. Restu Agusti, M.Si, Ak, CA
DISUSUN O L E H :KELOMPOK 6
1. ARFAH PILIANG (1410245512)2. MUHAMMAD RIDHO S (1410245467)3. ZULFIQRIDHO (1410245481)4. ZURMAN (1410245466)
FAKULTAS EKONOMIPROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2015