pelatihan keterampilan bagi remaja putus...
TRANSCRIPT
87
PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI REMAJA PUTUS
SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) “TARUNA
JAYA” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
ZULFAHMI
105054102090
KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
88
PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI
PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) “TARUNA JAYA” SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
ZULFAHMI
NIM. 105054102090
Di Bawah Bimbingan
Lisma Dyawati Fuaida, M.Si
KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
89
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Jakarta, 10 November 2009
ZULFAHMI
90
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skiripsi yang berjudul “PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI
REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR)
“TARUNA JAYA” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA” telah diujikan dalam sidang munaqosyah
Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada tanggal 04 Desember 2009. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Program Strata 1 (S-1) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 04 Desember 2009
Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. H. Mahmud Jalal, MA Ismet Firdaus, M.Si NIP. 19520422 198103 1 002 NIP. 150411196
Anggota:
Penguji I Penguji II
Drs. Helmi Rustandi, M.Ag Wati Nilamsari, M.Si
NIP. 19601208 198803 1 005 NIP. 19710520 199903 2 002
Pembimbing
Lisma Dyawati Fuaida, M.Si
91
SSeebbuuaahh bbaannkk mmeemmbbeerrii ppiinnjjaammaann sseettiiaapp ppaaggii sseejjuummllaahh RRpp.. 8866..440000,,--
ddaann aakkaann mmeennggaammbbiillnnyyaa kkeemmbbaallii ssiissaa ddaarrii ppiinnjjaammaann tteerrsseebbuutt ppaaddaa ssaaaatt mmaallaamm
hhaarrii.. KKiittaa mmuunnggkkiinn aakkaann mmeenngghhaabbiisskkaann ppiinnjjaammaann iittuu sseettiiaapp hhaarrii..
DDaann sseettiiaapp kkiittaa mmeemmiilliikkii ppiinnjjaammaann tteerrsseebbuutt sseettiiaapp hhaarrii
yyaanngg ddiibbeerrii nnaammaa WWAAKKTTUU..
SSeettiiaapp hhaarrii DDiiaa mmeemmbbeerrii kkiittaa ppiinnaajjaammaann sseebbaannyyaakk 8866..440000 ddeettiikk
ddaann aakkaann mmeenngghhaappuuss ssiissaa wwaakkuu yyaanngg ttiiddaakk ddiigguunnaakkaann sseettiiaapp mmaallaamm..
KKeemmuuddiiaann ddiibbeerriikkaann kkeemmbbaallii eessookk hhaarrii ddeennggaann jjuummllaahh yyaanngg ssaammaa..
GGuunnaakkaann wwaakkttuu sseebbaaiikk--bbaaiikknnyyaa ddaann wwaakkttuu ttiiddaakk aakkaann mmeennuunngggguu ssiiaappaa--ssiiaappaa..
~~ZZUULLFFAAHHMMII~~
92
KATA PENGANTAR
������ �� �� �������
��������
Tiada yang pantas penulis ucapkan selain puja dan puji syukur bagi Allah
SWT. Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya. Karena telah memberikan
segala curahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya
dari alam kebodohan menuju alam ilmu pengetahuan.
Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Pelatihan Keterampilan Bagi
Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya”
Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Konsentrasi
Kesejahteraan Sosial, maka penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penelitian
ini. Dan penulis juga sangat berharap penelitian ini berguna bagi semua pihak
yang menggeluti pemberian pelatihan program keterampilan pada umumnya dan
kepada penulis pada khususnya.
Setelah melalui proses yang amat panjang dan godaaan serta hambatan
yang sangat banyak yang penulis alami dalam melakukan penelitian ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut terutama kepada:
93
1. Yang terhormat dan tercinta kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda
H. Zailani dan Ibunda Hj. Djunaidah semoga Allah SWT selalu
mencurahkan karunia nikmat dan kemuliaan sebagai balasan atas
cinta kasih dan pengorbanan yang telah diberikan secara tulus dan
ikhlas kepada penulis.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi beserta para pembantu Dekan, yang telah membimbing
penulis selama melaksanakan studi di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
3. Bapak Drs.Helmi Rustandi, MAg dan Bapak Ismet Firdaus, M.Si
selaku Ketua dan Sekretaris Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, dan
juga seluruh Staf Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang
telah membantu penulis dalam memperlancar penulisan skripsi ini.
4. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk
memberikan perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang
bermanfaat serta motivasi yang besar kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan dedikasi dan
ilmunya selama penulis kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
6. Kepala Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) ”Taruna Jaya” Tebet
beserta staf, khususnya Ibu Wiwik selaku Kepala Seksi Bimbingan
dan Pelatihan, Bapak Saebun selaku Kepala Tata Usaha serta Bapak
Wahyudi, Bapak Uke, Bapak Taufik, Bapak Kodir, Bapak Cecep,
94
Bapak Jananto, kak Dede, Bapak Toyo dan Ibu Nurima selaku
instruktur pelatihan keterampilan yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, juga tidak ketinggalan angkatan 79
tahun 2009, semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan yang
telah diberikan.
7. Kakak-kakak tercinta; Kak Zulkarnain, BA dan Mbak Desy
Herawati, Kak Eny Nurrita dan Mas Haryo Wicaksono, SE, Kak Leni
Herawati, S.Sos I, serta keponakanku Maulana Rizky Al Fatih dan
Michelia Putri, yang menjadi penyemangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat Kessos tempat berbagai macam inspirasi dan warna-
warni kehidupan. Dony, Neo, Akmal, Kejo, Iman, Riza, Sahri,
Izmoel dan Rsyad. Semoga persahabatan tetap abadi. Tidak
ketinggalan juga “genk cewek” thanks for all. Juga teman-teman
Kessos angkatan 2005 tanpa terkecuali, semoga persaudaraan tetap
terjalin selama nafas masih berhembus. Serta Kessos angkatan 2006,
2007 dan 2008 semoga sukses.
9. Sahabat susah senang bersama “the coconut boys”. David “Ucok”
Abdul Jabar. A.Md, Chandra “Boegil” Prayoga. S.Sos (calon), Ari
“Teple” S.IP. Tidak ketinggalan Dr. Kocak’s. SH.
10. Spesial untuk “cahaya penyemangat hidupku” yang selalu hadir
memberi semangat di saat penulis mulai hilang dari fokus mencapai
tujuan.
11. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
95
namanya namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendo’akan
penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak
mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak
terima kasih.
Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umunya. Dan juga
semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka berikan kepada
penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Semoga
Allah menuntun ke jalan yang lurus yaitu jalan yang Engkau ridhoi dan bukan
jalan yang Engkau murkai. Amin yaa Robbal’alamin.
Jakarta, 10 November 2009
ZULFAHMI
96
ABSTRAK
ZULFAHMI
Pelatihan Keterampilan Bagi Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Sebagai Upaya Meningkatkan
Kualitas Sumber Daya Manusia.
Tingginya angka pengangguran dan angka putus sekolah di Jakarta
disebabkan oleh berbagai hal yang melatar bekanginya. Hal tersebut mulai dari kehidupan ekonomi masyarakat yang kurang mampu dan juga kehidupan pribadi
masyarakat itu sendiri yang terkadang malas untuk bekerja serta menganggap pendidikan tidak begitu penting untuk dilaksanakan. Hal-hal di atas seperti itu
mengakibatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia khususnya di Jakarta sangat rendah. Karena menurut survey yang dilakukan United Nations
Development Program (UNDP) untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bahwa peringkat Indonesia pada tahun 2007/2008 berada pada posisi 107 dari 177
negara. Hal ini berbanding terbalik dengan kuantitas manusianya yang sangat
tinggi.
Pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah, yang diakibatkan oleh
keterbatasan ekonomi namun mereka masih memiliki kemauan untuk maju,
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
agar menjadi lebih baik. Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Tebet
yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Pemerintah DKI Jakarta, merupakan
lembaga yang memberikan pelatihan keterampilan selama enam bulan kepada
remaja putus sekolah. Di dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan
bagaimana proses penelitian yang dilakukan oleh PSBR dan apa yang menjadi
dasar PSBR dalam memberikan penilaian kepada para peserta pelatihan.
Dalam penelian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana
peneliti sendiri menjadi instrument penelitiannya dengan merasakan bagaimana tinggal di asrama bersama dengan para peserta pelatihan yaitu angkatan 79 tahun
2009. Kemudian peneliti juga melakukan observasi serta wawancara kepada peserta angkatan 79 yang sekarang telah menjadi alumni dalam pelatihan tersebut,
juga wawancara kepada instruktur dan penyelenggara pelatihan. Peneliti membatasi penelitian ini pada angkatan 79 tahun 2009. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah peneliti dalam mendeskripsikan hasil penelitian ini menjadi suatu karya ilmiah.
Di dalam pelatihan yang terdiri dari lima jurusan ini yaitu otomotif, las, ac,
salon dan menjahit, tidak ketinggalan para pesertanya juga diberikan bimbingan
sosial dan bimbingan mental dan spiritual. Hal ini sejalan dengan tujuan pelatihan
yang diungkapkan oleh Dr. Oemar Hamalik bahwa ada beberapa aspek yang perlu
dikembangkan dalam pelatihan selain dari keterampilannya itu sendiri antara lain
semangat kerja, pembinaan budi pekerti, peningkatan keimanan dan ketaqwaan,
dan peningkatan taraf hidup. Dari hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan
bahwa pelatihan yang dilakukan di PSBR sangat baik karena melakukan pelatihan
keterampilan dengan memberikan juga bimbingan spiritual dan mental, namun
dengan waktu pelatihan yang singkat yaitu enam bulan sangat dirasakan kurang
oleh para peserta.
97
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR …………………………………………………. i
ABSTRAK …………………………..………………………………….. v
DAFTAR ISI ……………………..……………………………………… vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. ix
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah …………………………… 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………… 6
D. Metode Penelitian ……………………………………………… 7
E. Sistematika Penulisan ………………………………………….. 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS ………………………………………... 15
A. Pelatihan ……………………………………………………….. 15
1. Pengertian Pelatihan ……………………………………….. 15
2. Peran Pelatih atau Instruktur ……………………………….. 21
3. Manfaat Pelatihan ………………………………………….. 23
B. Pengertian Keterampilan ………………………………………. 24
C. Pengertian Remaja …………………………………………….. 25
1. Remaja Putus Sekolah ……………………………………… 27
2. Ciri-ciri Masa Remaja ……………………………………… 30
3. Tantangan dan Masalah Remaja …………………………… 31
98
D. Pengertian Kualitas ……………………………………………. 33
E. Pengertian Sumber Daya Manusia …………………………….. 33
1. Tujuan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ……… 36
F. Nilai …………………………………………………………….. 37
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……………. 39
A. Identitas Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” …………… 39
B. Sejarah Singkat dan Perkembangan …………………………… 39
C. Letak Geografis ………………………………………………... 42
D. Visi …………………………………………………………….. 42
E. Misi …………………………………………………………….. 42
F. Struktur Organisasi …………………………………………….. 43
G. Landasan Hukum ……………………………………………… 44
H. Kondisi Fasilitas Lembaga ……………………………………. 44
I. Tugas Pokok dan Fungsi ………………………………………. 46
J. Sasaran Garapan dan Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial
di PSBR “Taruna Jaya” Tebet ………………………………….. 47
K. Jumlah Peserta Pelatihan ……………………………………… 48
L. Proses Pelayanan ……………………………………………… 49
M. Sumber Dana …………………………………………………. 52
BAB IV GAMBARAN PELATIHAN DI PANTI SOSIAL BINA
REMAJA “TARUNA JAYA” DALAM MENINGKATAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA ………………….. 53
A. Tahapan dan Analisis Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan
untuk Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas .. 53
99
1. Tahapan Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan …………...... 53
a. Masa Penerimaan dan Seleksi Calon Peserta …………... 54
b. Masa Pelatihan …………………………………………. 55
c. Masa Terminasi ………………………………………… 60
2. Analisis Terhadap Pemberian Pelatihan Keterampilam di PSBR
untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia ……. 58
a. Peserta …………………………………………………. 61
b. Instruktur atau Pelatih ………………………………… 64
c. Lamanya Waktu Pelatihan ……………………………. 67
d. Meode Pelatihan ……………………………………… 69
B. Proses Pemberian Penilaian dan Dasar Penilaian bagi PSBR serta
Analisis Terhadap Penilaian yang Diberikan ………………… 72
1. Proses Pemberian Penilaian ………………………………. 72
2. Dasar pemberian Penilaian kepada Peserta ……………….. 73
3. Analisis tentang Penilaian ………………………………… 77
BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 79
A. Kesimpulan …………………………………………………… 79
B. Saran ………………………………………………………….. 82
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 84
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 87
100
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1 : Jumlah WBS di PSBR ……………………………….. 48
Tabel 2 : Jumlah WBS di PSBR ………………………………… 62
Tabel 3 : Jumlah Ketersaluran WBS …………………………… 63
DAFTAR BAGAN
hal
BAGAN 1 : Bagan Alur Penelitian ……………………………..... 12
BAGAN 2 : Struktur Organisasi PSBR …………………………… 43
BAGAN 3 : Proses Pemberian Pelayanan bagi WBS di PSBR …… 90
101
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi ini tidak saja memberikan dampak positif tetapi juga
dampak negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positif yang kita rasakan adalah
berkembangnya sains dan teknologi yang sangat pesat namun sekaligus
mengakibatkan berkembang dan meningkatnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
Salah satu konsekuensi dari pengaruh globalisasi ini adalah meningkatnya
kebutuhan pendidikan agar manusia dapat menguasai dan mengendalikan
teknologi. Dan pendidikan merupakan salah satu modal dasar bagi manusia untuk
dapat memenuhi kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, pendidikan secara formal
diberikan kepada manusia sejak masih anak-anak yaitu usia enam atau tujuh tahun
dan tidak pernah dibatasi sampai kapan seseorang harus berhenti dalam
menempuh pendidikan.
Hasil survei mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun
2007/2008 dari United Nations Development Programme (UNDP) melaporkan
bahwa peringkat IPM Indonesia tahun 2007 berada di urutan 107 dari 177 negara.
Selain semakin jauh tertinggal oleh Singapura (peringkat 25), Brunei Darussalam
(30), Malaysia (63), Thailand (78), dan Filipina (90), peringkat Indonesia juga
sudah terkejar oleh Vietnam (105) yang pada tahun 2006 berada di peringkat
109.1
1 United Nations Development Program, Human Development Report 2007/2008:
Fighting Climate Change, Human Solidarity in a Divided World (New York: Palgrave Mcmillan,
2007).
102
Mengacu pada data UNDP tersebut, jika setiap anak di Indonesia tidak
mendapat pendidikan yang baik maka bisa dipastikan tingkat kualitas sumber
daya manusia Indonesia akan semakin jauh tertinggal oleh bangsa lain. Dampak
dari krisis global yang melanda dunia tak terkecuali Indonesia akan dirasakan
bertambah parah jika dalam era perdagangan bebas nanti kualitas sumberdaya
manusia di Indonesia masih rendah.
Jika pendidikan semakin intensif diberikan kepada manusia sejak usia
remaja, dengan asumsi bahwa remaja adalah generasi penerus yang diberikan
tanggung jawab untuk melanjutkan pembangunan bangsa dan negara, maka masa
depan bangsa ini akan lebih terjamin. Tetapi menyiapkan remaja sebagai generasi
yang tangguh dan handal dalam melanjutkan pembangunan tidaklah mudah.
Berbagai hambatan baik yang berasal dari faktor internal misalnya kemiskinan
atau kelemahan intelektual remaja itu sendiri, maupun eksternal yaitu terbatasnya
akses pendidikan yang sesuai atau rendahnya kualitas pendidikan yang
diselenggarakan menjadi tantangan dalam mewujudkan generasi muda yang sehat,
tangguh dan cerdas.
Hal ini juga berkaitan erat dengan keberfungsian keluarga. Untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut keluarga mempunyai keterbatasan
sehingga memerlukan pelayanan dari lembaga formal yakni sekolah. Tetapi tidak
semua keluarga di Indonesia dapat menyekolahkan anak-anaknya untuk
menempuh pendidikan formal, apakah itu sampai pendidikan tingkat atas atau
pendidikan tingkat dasar sekalipun. Dengan alasan keterbatasan ekonomi banyak
akhirnya anak yang menjadi korban sebagai anak putus sekolah.
103
Berdasarkan penelitian Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2005,
4,18 juta anak usia sekolah di Indonesia ternyata putus sekolah dan menjadi
pekerja anak.2 Sedangkan menurut data Komnas Anak di tahun 2006 terdapat 9,7
juta anak putus sekolah, dan dalam waktu satu tahun (2007) jumlahnya meningkat
20 persen menjadi 11,7 juta jiwa.3 Kemudian menurut data Departemen
Pendidikan Nasional, dari 25.982.000 siswa tingkat SD pada tahun ajaran
2005/2006, jumlah siswa yang putus sekolah mencapai 824.684 anak. Sedangkan
untuk tingkat SMP, dari 8.073.086 siswa, jumlah anak yang putus sekolah
sebanyak 148.890. Begitu banyaknya anak Indonesia yang putus sekolah dan
setiap tahun semakin meningkat seharusnya menambah keprihatinan terhadap
bangsa ini dan sistem pendidikannya.
Menurut Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, kasus
putus sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi di tingkat SMP, yaitu 48 %.
Adapun di tingkat SD tercatat 23 %. Sedangkan prosentase jumlah putus sekolah
di tingkat SMA adalah 29 %. Kalau digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu
anak usia SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 %.4 Dapat dibayangkan
bagaimana remaja yang masih labil dan mencari identitas diri terpaksa putus
sekolah dan terpaksa meninggalkan teman-temannya yang masih terus bersekolah.
Khusus untuk wilayah DKI Jakarta sendiri data Dinas Pendidikan Provinsi
DKI Jakarta menyebutkan, hingga kini setidaknya terdapat 6.959 anak yang
2 Yudi Setiawan, “19 Persen Anak Usia Sekolah Putus Sekolah,” artikel diakses pada
tangal 1 Agustus 2009 dari http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/06/13/brk,
20050613-62414,id.html 3 Republika Newsroom, “LAZ Portal Infaq Bantu Anak Putus Sekolah,” artikel diakses
pada tangal 1 Agustus 2009 dari http://www.republika.co.id/berita/9552/LAZ_Portal_Infaq_Bantu
_ Anak_Putus_Sekolah 4 “Sedikit Kepedulian Untuk Kesempatan Besar,” artikel diakses pada tangal 1 Agustus
2009 dari http://www.serunifoundation. org/journal_read.php?sxEntryID=5&comments=5
104
mengalami putus sekolah.5 Jumlah itu terdiri dari Murid SMA, SMK, SMP,
maupun SD, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudhi Mulyatno
mengatakan, jumlah anak putus sekolah tingkat SMA tahun 2008 mencapai 1.253
orang atau meningkat 0,04 % dibanding tahun 2007 yang hanya mencapai 1.229
orang. Tingkat SMK 3.188 orang atau 1,65 %, dari total jumlah SMA dan SMK
377.198 orang.
Banyak lembaga pendidikan formal di Indonesia yang dinyatakan
berkualitas atau memiliki kualifikasi akreditasi “A” (amat baik). Indikator
kualifikasi lembaga pendidikan formal berkualitas ini ditandai dengan banyaknya
kelulusan murid dan banyaknya murid yang melanjutkan jenjang pendidikan
formal di lembaga pendidikan tinggi (PT) terkemuka atau siap dalam menghadapi
dunia kerja.
Di satu sisi indikator kualifikasi ini tidak bisa disanggah kebenarannya
namun semakin sekolah tersebut mendapat kualifikasi yang bagus maka semakin
mahal biaya pendidikan di sekolah tersebut dan hal ini merupakan beban bagi
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas baik. Hal ini
mempertegas bahwa komersialisasi pendidikan telah terjadi dalam sistem
pendidikan di Indonesia. Banyak masyarakat yang memiliki paradigma bahwa
“kalau miskin tidak usah sekolah”, lalu bagaimana mereka akan meningkatkan
taraf hidupnya jika terus menjadi orang yang selalu “di bawah” dengan tidak
memiliki pengetahuan dan keahlian.
5 Jurnal Nasional edisi 29 Januari 2009, “Ribuan Anak DKI Putus
Sekolah,” artikel diakses pada tanggal 03 November 2009 dari http://www.forumsdm.org/index.php?option=com_ content&task=view&id=424&Itemid=182
105
Sedangkan dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-undang Nomer 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa, “Setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya
dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.” Dan dalam Pasal
48 juga dalam Undang-undang yang sama mengatakan bahwa, “Pemerintah wajib
menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua
anak.” Kemudian dalam pasal 49 juga mengakatakan bahwa, “Negara,
pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.”
Begitu banyak ayat dan pasal di dalam undang-undang yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak memperoleh pendidikan. Namun dengan biaya
pendidikan yang sangat mahal membuat banyak anak di Jakarta pada khususnya
tidak bisa memperoleh pendidikan.
Oleh karena itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menaungi panti bagi
anak yang putus sekolah dengan memberikan keterampilan bagi mereka yang
mempunyai keinginan dengan cuma-cuma. Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
“Taruna Jaya” Tebet, Jakarta Selatan ini menjaring anak putus sekolah dan
memberikan pelatihan keahlian untuk bekal menghadapi persaingan dalam dunia
kerja. Karena itulah penulis tertarik kepada pelaksanaan pemberian keterampilan
di PSBR apakah dapat membuat para remaja putus sekolah lulusan PSBR
bersaing di dunia kerja dengan lulusan pendidikan formal lain sebagai usaha
untuk meningkatkan sumber daya manusia. Kemudian hasil penelitian ini peneliti
tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “PELATIHAN KETERAMPILAN
BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
106
(PSBR) “TARUNA JAYA” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Panti Sosial Bina Remaja Jakarta Selatan merupakan salah satu panti
di bawah naungan Departemen Sosial melalui Dinas Provinsi DKI Jakarta
yang memberikan pelatihan keterampilan bagi para remaja putus sekolah.
Persoalan kualitas sumber daya manusia yang akan diciptakan oleh panti ini
dapat dilihat dari beberapa segi, misalnya dari para alumni yang telah
dihasilkan oleh panti ini dapatkah bersaing dengan alumni pendidikan formal.
Berdasarkan hal di atas, peneliti membatasi penelitian ini pada persoalan
bagaimana cara pemberian pelatihan keterampilan dilakukan sebagai upaya
alternatif pendidikan formal di sekolah bagi anak putus sekolah.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan pertanyan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah
dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Jakarta Selatan?
2. Apa saja yang menjadi dasar penilaian pelatihan bagi Panti Sosial Bina
Remaja “Taruna Jaya” dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia para peserta yang merupakan anak putus sekolah?
107
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang yang telah dikemukakan maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang pemberian keterampilan bagi remaja di
Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Jakarta Selatan.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang penilaian apa saja yang dilakukan oleh
Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Jakarta Selatan di dalam pelatihan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Peneliti mengharapkan penelitian ini berguna untuk :
1. Manfaat teoritis: Dapat memperkaya khazanah bagaimana pemberian
keterampilan bagi remaja dilakukan.
2. Manfaat praktis: Dapat menjadi acuan apakah pemberian keterampilan dapat
menjadi alternatif pendidikan bagi anak putus sekolah dalam upaya
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
D. Metode Penelitian
1. Unit analisis
Satuan kajian biasanya ditetapkan dalam rancangan penelitian.6
Pencatatan datanya menggunakan sampel yang bertujuan menjaring sebanyak
mungkin informasi dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini yang menjadi
unit analisis adalah keterwakilan unsur dari pelatihan, yaitu tiga orang alumni
dari pelatihan tersebut sebagai wakil dari unsur peserta, satu orang instruktur,
6 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. Ke-20 edisi revisi, h. 225.
108
satu orang pendamping jurusan dan satu orang kepala bimbingan dan
pelatihan sebagai unsur dari pelaksana pelatihan.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, karena penelitinya bermaksud meneliti secara mendalam. Dan
Bogdan dan Taylor dalam Syamsir Salam menjelaskan bahwa metodologi
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7
Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan
sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi
sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dihubungkan dengan pemecahan
suatu masalah baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian
kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi
sewajarnya untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima
oleh akal sehat manusia.8
Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis
berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran tentang cara
pemberian pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah untuk
meningkatkan sumber daya manusia di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
“Taruna Jaya” Tebet.
7 Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.30.
8 Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1992), h. 209.
109
3. Sumber data
a. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari partisipan atau
sasaran penelitian. Data primer yang penulis gunakan adalah
observasi berperan serta dengan penulis merasakan sendiri dan
terlibat langsung tinggal bersama para perserta. Dan interview atau
wawancara kepada setiap unsur pelatihan.
b. Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil
dari berbagai literatur, buku-buku, internet atau tulisan-tulisan
yang berhubungan dengan masalah pada penelitian ini. Seperti
brosur tentang profil PSBR dan buku panduan penyelenggaraan
panti yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Observasi atau pengamatan adalah pengamatan langsung pada suatu
objek yang diteliti, dalam hal ini penulis melakukan pengamatan
secara langsung terhadap bagaimana pemberian pelatihan
keterampilan bagi remaja putus sekolah untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
b. Interview atau wawancara, merupakan suatu alat pengumpulan
informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.9 Dan alat
yang digunakan dalam pencatatan data berupa alat tulis dan tape
recorder. Pada waktu pencatatan data keberadaan peneliti diketahui
9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset. 1989), h.49.
110
oleh pihak panti dan peneliti menamakan teknik tersebut dengan
wawancara dan pengamatan berperan serta. Dalam hal ini penulis
akan melakukan wawancara atau pendekatan dari berbagai
narasumber, selain itu wawancara dalam penelitian ini lebih
diarahkan kepada bagaimana cara pemberian pelatihan
keterampilan.
c. Dokumentasi, hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak
diperoleh dengan observasi dan interview, tetapi hanya diperoleh
dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku,
majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sumber lain yang berkaitan
dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis.
5. Analisis Data
Pada saat menganalis data hasil observasi dan wawancara, peneliti
menginterpretasikan data yang ada kemudian menyimpulkannya. Dimana
peneliti menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu cara melaporkan data
dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta
menginterpreasikan data yang terkumpul secara apa adanya kemudian
disimpulkan.10
Nasir mengemukakan analisa data merupakan bagian yang
sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisa data tersebut
dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam masalah penelitian.11
Analisis data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek
dan kejadian. Kategori dari analisa ini diperoleh berdasarkan fenomena yang
10 UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial, h. 34. 11
Mohammad Nasir. D, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h. 405.
111
tampak pada pemberian pelatihan keteranpilan di Panti Sosial Bina Remaja
“Taruna Jaya” Tebet Jakarta Selatan.
6. Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki
kriteria, yaitu :
a. Kredibilitas dengan teknik triangulasi yaitu memeriksa keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain.12
Misalnya, membandingkan
keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang lain. Kemudian juga membandingkan hasil wawancara dengan
dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini penulis melakukan perbandingan
wawancara dari informan satu ke informan lain dan juga melakukan
wawancara terhadap hasil dari obsevasi yang penulis lakukan.
b. Ketekunan/keajegan pengamatan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci,13
atau dengan kata lain peneliti hanya memusatkan jawaban
sesuai dengan rumusan masalah saja. Dalam teknik keabsahan ketekunan
ini penulis melakukan pengamatan hanya kepada masalah yang sedang
diteliti yaitu proses pelatihan keterampilan dan dasar penilaain terhadap
para peserta pelatihan yang dilakukan oleh PSBR.
12 Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330. 13
Ibid., h. 329.
112
Pelatihan
Keterampilan
bagi Remaja
Putus Sekolah
Sumber Daya Manusia
yang Berkualitas
Unsur Pelatihan :
� Peserta Pelatihan
� Instruktur atau
pelatih
� Lamanya waktu
pelatihan
� Metode pelatihan
7. Pedoman Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi, maka peneliti
menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku ”Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah” yang ditertbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.
8. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka pada skripsi
yang berjudul “Upaya Balai Latihan Kerja Daerah Jakarta Selatan Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Mannusia”, yang disusun oleh Dini
Apriani mahasiswi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Penulis melakukan tinjauan pustaka kepada skripsi tersebut, karena
penulis tertarik kepada upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia yang dilakukan oleh barbagai macam lembaga, agar
bangsa Indonesia tidak tertinggal oleh bangsa lain.
9. Bagan Alur Penelitian
Penilaian yang dilakukan PSBR:
1. Kelompok dasar:
1. Pendidikan Moral Pancasila
2. Pembinaan Keagamaan
3. Sistem Usaha
Kesejahteraan Sosial
4. Etika Sosial
5. Manajemen Kewirausahaan
2. Kelompok inti. (sesuai jurusan)
3. Karya tulis.
4. Praktek belajar kerja.
5. Kelompok penunjang:
1. Tanggung jawab kerja
Untuk Meningkatkan
Kualitas
113
2. Disiplin
3. Kerajinan
4. Kejujuran
5. Kerjasama
Bagan 1. Bagan Alur Penelitian
Dalam bagan alur penelitian di atas, penulis dapat menjelaskan dengan
singkat bahwa yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana proses
pemberian keterampilan dilakukan di PSBR untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas. Kemudian dalam proses ini diberikan penilaian kepada
para peserta dengan berbagai indikator agar mengetahui bagaimana para peserta
setelah mengikuti pelatihan tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teoritis, yang terdiri dari:
Pertama, pelatihan, yang di dalamnya menguraikan tentang
pengertian pelatihan, peran pelatih atau instruktur dan manfaat
pelatihan.
Kedua, keterampilan, yang menguraikan tentang pengertian
keterampilan dan macam-macam keterampilan.
Ketiga, merupakan pengertian tentang remaja, yang menguraikan
tentang ciri-ciri masa remaja dan tantangan serta masalah remaja.
Keempat, merupakan pengertian dari kualitas.
114
Kelima, merupakan pengertian sumber daya manusia dari beberapa
segi serta menguraikan hakekat manusia sebagai individu. Dan
menguraikan juga tujuan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Keenam, menjelaskan mengenai nilai.
Ketujuh, menggambarkan tentang bagan alur penelitian dari
penelitian pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” sebagai upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
BAB III Gambaran umum Panti Sosial Bina Remaja Jakarta Selatan,
menguraikan tentang identitas, sejarah singkat dan
perkembangannya, letak geografis, visi dan misi, strukrur
organisasi, tugas pokok dan fungsi, sasaran garapan dan
persyaratan menjadi warga binaan sosial di PSBR “Taruna Jaya”
Tebet, proses pelayanan, dan sumber dana.
BAB IV Hasil penelitian, menguraikan tentang cara pemberian pelatihan
keterampilan di Panti Sosial Remaja “Taruna Jaya” Jakarta
Selatan. Dan analisis dari pelatihan dan keterampilan yang
diadakan oleh PSBR “Taruna Jaya” sebagai upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia.
BAB V Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.
115
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan memiliki kata dasar “latih” yang mendapatkan awalan pe-
yang berarti pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.14
Pelatihan ialah merupakan bagian dari suatu proses yang tujuannya
untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik meskipun didasari
pengetahuan dan sikap.15
Dalam pelatihan peserta pelatihan dituntut untuk
dapat meningkatkan kemampuannya setelah mengikuti suatu pelatihan.
Ife, di dalam Isbandi Rukminto Adi16
, menyatakan bahwa pelatihan
merupakan peran edukasional yang paling spesifik, karena secara mendasar
memfokuskan pada upaya mengajarkan pada komunitas sasara bagaimana
untuk melakukan sesuatu.
Pelatihan adalah usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada
suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, supaya
efektif biasanya pelatihan harus mencakup pengalaman belajar, aktivitas-
aktivitas yang terencana dan didasari sebagai jawaban atas kebutuhan yang
berhasil diindetifikasi secara ideal.17
14
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 502. 15
Soekidjo Notoadmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT Rineka
Cipta. 2003), h. 28. 16
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 213. 17 Gomes Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi
Offset, 1995), h. 197.
116
Sejatinya, pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan. Dalam
pendidikan terdapat sejumlah filosofi diantaranya filosofi Islam yaitu konsep
ayat:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.” (QS. Asy Syams : 8)
Falsafah ini mempunyai implikasi dalam pendidikan bahwa manusia
pada dasarnya disamping memiliki fitrah yang baik juga mempunyai fitrah
yang buruk. Agar yang buruk tersebut tidak berkembang, maka dibutuhkan
proses pendidikan juga agar fitrah yang baik dapat berkembang dengan baik.
Dengan demikian proses pendidikan tersebut harus benar-benar berlandaskan
pada tujuan pendidikan yang paling mendasar yaitu pendidikan untuk
memanusiakan manusia.18
Dalam melakukan pelatihan terdapat beberapa unsur yang diperlukan,
antara lain sebagai berikut19 :
1. Peserta pelatihan
Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan
pelatihan yang pada gilirannya menentukan efektivitas pelatihan. Karena
itu perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang
baik berdasarkan kriteria antara lain :
a. Akademik, yaitu jenjang dan keahlian.
18
Ibnu Anshori, Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis HAM (Jakarta: Komisi
Perlindungan Anak Indonesia, 2007), h. 2. 19 Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan Terpadu:
Pengembangan SDM (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 35.
���������� !�"�#�$�%�&' ���☺)*+,"- +
117
b. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu
atau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.
c. Pengalaman kerja, pengalaman yang diperoleh dalam pekerjaan.
d. Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.
e. Pribadi yaitu aspek moral, moril dan sifat-sifat untuk pekerjaan
tertentu.
f. Intelektual, tingkat berpikir dan pengetahuan yang dapat diketahui
melalui tes seleksi.
2. Pelatih atau instruktur
Pelatih memegang peranan penting dalam setiap pelatihan keterampilan.
Karena itu ada beberapa persyaratan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan pelatih atau instruktur, yaitu :
a. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam
bidang spesialisasi tertentu.
b. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya
sebagai pelatih.
c. Pelatih berasal dalam organisasi atau lembaga sendiri lebih baik
dibandingkan dengan yang dari luar.
3. Lamanya pelatihan
Lama tidaknya pelatihan harus didasari pada:
a. Jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari dalam
pelatihan tersebut lebih baik dan bermutu, kemampuan yang ingin
diperoleh mengakibatkan lebih lama waktu yang diperlukan.
118
b. Kemampuan belajar peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan.
Kelompok peserta yang ternyata kurang mampu belajar
memerlukan waktu lebih lama.
c. Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih.
Media pengajaran yang serasi dan canggih akan membantu
kegiatan pelatihan dan ikut mengurangi lamanya pelatihan tersebut.
Dalam strategi pemberian pelatihan, dikenal adanya trilogi latihan
kerja, yaitu sebagai berikut20
:
a. Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kesempatan
kerja.
b. Latihan kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c. Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu dalam arti proses,
kaitan dengan pendidikan, latihan dan pengembangan satu dengan yang
lain.
Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan pada saat melakukan
pelatihan. Metode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Metode ceramah, adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru
terhadap kelas. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya,
guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar. Metode
ini pada dasarnya berhubungan dengan interaksi berbicara antara
narasumber dan peserta.
20Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke 7, h. 98-99.
119
b. Metode tanya jawab, dalam metode ini narasumber umumnya berusaha
menanyakan apakah peserta mengetahui fakta tertentu yang sudah
diajarkan, dapat juga dilakukan dengan cara apersepsi, tanya jawab
selingan dan tanya jawab di akhir sesi. Hal ini diharapkan terjadi interaksi
di dalam kelas yang aktif sehingga peserta mempunyai peran di dalam
kelas.
c. Metode demonstrasi, adalah mempraktekkan hal-hal yang terkait dengan
materi. Tujuan dari metode ini adalah membuat suasana kelas aktif dan
dinamis karena proses pelatihan akan menjemukan apabila hanya dilakukan
dengan cara ceramah. Demonstrasi merupakan kegiatan yang melibatkan
peserta aktif sehingga partisipasi peserta akan berjalan secara maksimal.
d. Metode sosiodrama, adalah bermain peran. Dalam hal ini peserta
memainkan sebuah kasus bersama, kemudian peserta diharapkan dapat
mendiskusikan apa saja yang harus dimunculkan, setelah selesai peserta
diharapkan dapat merefleksikan permainan drama tersebut dalam materi
yang akan disampaikan atau telah disampaikan.
e. Metode diskusi, adalah memusyawarahkan masalah-masalah yang ada di
lapangan untuk dicarikan solusinya. Format dari diskusi ini dapat dilakukan
secara kelompok maupun individual.21
Dalam melakukan pelatihan terdapat prinsip-prinsip yang harus
diketahui, yaitu sebagai berikut22
:
a. Latihan hanya dilakukan dengan maksud untuk menguasai bahan pelajaran
tertentu, melatih keterampilan dan penguasaan simbol-simbol rumus.
21 Ibnu Anshori, Modul Pelatihan, h. 10-12. 22
Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan, h. 31.
120
Latihan tidak dilakukan terhadap pengertian atau pemahaman, sikap dan
penghargaan.
b. Peserta menyadari bahwa latihan itu bermakna bagi kehidupannya.
c. Latihan harus dilakukan terhadap hal-hal yang telah diperoleh peserta,
misalnya fakta-fakta hafalan dan keterampilan yang baru dipelajari.
d. Latihan berfungsi sebagai diagnosis melalui reproduksi usaha membaca
berkali-kali, mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul,
latihan juga merupakan self-guidance dan mengembangkan pemahaman
dan kontrol.
e. Latihan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: latihan dilakukan untuk
mendapatkan ketepatan, selanjutnya keduanya dicari keseimbangan antara
pelatihan dan ketepatan.
f. Latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu latihan yang singkat,
misalnya: latihan untuk penguasaan dan latihan untuk mengulang hasil
belajar.
g. Kegiatan latihan harus hidup, menarik dan menyenangkan.
h. Latihan juga dianggap sebagai upaya sambilan untuk dilakukan seenaknya
secara insidental. Maksudnya latihan dapat dilakukan dengan semaunya
dan kapan saja dalam kapasitas lebih kecil untuk mengulang suatu materi.
i. Latihan dapat mencapai kemajuan berkat ketekunan dan kedisiplinan yang
tinggi.
j. Latihan yang dilaksanakan lebih berhasil, bila unsur emosi sedapat
mungkin dikurangi.
121
Pemahaman mengenai pelatihan dan keterampilan dapat disimak dari
penjelasan Henry Minamora yang mengatakan bahwa program pelatihan dan
pengembangan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan kinerja individu dan
seluruh organisasi.23
2. Peran Pelatih atau Instruktur
Dalam setiap pelatihan, unsur dari setiap pelatih sangat berperan dalam
menciptakan baik buruknya hasil dari pelatihan tersebut. Pelatih bukan hanya
sebagai pemberi materi bagi peserta tetapi juga harus dapat melakukan
bimbingan dengan baik. Dr. Oemar Hamalik menjelaskan peran pelatih adalah
sebagai berikut:24
1. Peranan sebagai pengajar, menyampaikan pengetahuan dengan cara
menyajikan berbagai informasinya. Diperlukan berupa konsep-konsep,
fakta-fakta dan informasi lainnya yang memperkaya wawasan
pengetahuan para peserta.
2. Peranan sebagai pemimpin kelas, maka setiap pelatih perlu menyusun
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
3. Peranan sebagai pembimbing, pelatih perlu memberikan bantuan kepada
peserta yang mengalami kesulitan atau masalah khususnya dalam kegiatan
belajar, yang pada gilirannya diharapkan peserta lebih aktif membimbing
dirinya sendiri.
23
Henry Sinamora, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994),
h. 49. 24
Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan, h. 145.
122
4. Peranan sebagai fasilitator, berperan menciptakan kondisi lingkungan yang
memungkinkan peserta belajar aktif.
5. Peranan sebagai peserta aktif, pelatih sering melaksanakan diskusi
kelompok dan kerja kelompok dalam rangka memecahkan masalah,
misalnya: merumuskan masalah, mencari data dan membuat kesimpulan.
6. Peranan sebagai ekpeditor, melakukan pencarian, penjelajahan dan
penyedian mengenai sumber-sumber yang diperlukan oleh kelas atau
kelompok peserta.
7. Peranan sebagai pembelajaran, berperan menyusun perencanaan
pembelajaran, mulai dari rencana materi pelatihan disusun berdasarkan
garis besar pedoman pendidikan pelatihan, perencanaan harian dan
perencanaan satuan acara pertemuan.
8. Perananan sebagai pengawas, pelatih harus mengawasi kelas secara terus
menerus supaya pembelajaran senantiasa terarah.
9. Peranan sebagai motivator, pelatih perlu terus menggerakkan motivasi
beajar para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran
maupun di luar kelas pada setiap kesempatan yang ada.
10. Peranan sebagai evaluator, pelatih berkewajiban melakukan penilaian pada
awal pelatihan dan selama berlangsungnya proses pelatihan.
11. Peranan sebagai konselor, jika diperlukan dan memungkinkan maka
pelatih dapat juga memberikan penyuluhan tentang kesulitan pribadi dan
sosial.
12. Peranan sebagai penyidik sikap dan nilai, sistem nilai yang dijadikan
panutan hidup dan sikap para peserta pelatihan perlu diselidiki.
123
3. Manfaat Pelatihan
Banyak hal yang bisa didapat dalam melakukan pelatihan. Baik untuk
peserta pelatihan maupun penyelenggara pelatihan. Ada sedikitnya tujuh
manfaat yang dipetik melalui penyelenggaraan program pelatihan dan
pengembangan, yaitu 25:
1. Peningkatan produktifitas kerja organisasi.
2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan.
3. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat.
4. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dan organisasi.
5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui paparan gaya
manajerial yang partisipatif.
6. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif.
7. Menyelesaikan konflik secara fungsional.
Sedangkan menurut Dr. Oemar Hamalik, kegiatan pelatihan
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta yang
menimbulkan perubahan aspek-aspek kognitif, keterampilan-keterampilan dan
sikap.26
Contoh kemampuan tersebut antara lain:
1. Kemampuan membentuk dan membina hubungan antar perorangan dan
organisasi.
2. Kemampuan menyesuaikan diri dengan keseluruhan lingkungan kerja.
3. Pengetahuan dan kecakapan untuk melakukan suatu pekerjaan.
4. Kebiasaan, pikiran, dan tindakan serta sikap dalam pekerjaan.
25
Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
1997), h. 183-184. 26
Oemar Hamilik, Manajemen Pelatihan, h. 12.
124
Dalam hal ini, tujuan pelatihan secara umum adalah pengembangan
kualitas sumber daya manusia yang bersumber dari kualitas manusia seperti
yang diharapkan antara lain dari aspek-aspek sebagai berikut:27
1. Meningkatan semangat kerja.
2. Pembinaan budi pekerti.
3. Meningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Meningkatan taraf hidup.
5. Meningkatkan kecerdasan.
6. Meningkatkan keterampilan.
7. Meningkatkan derajat kesejahteraan.
8. Meningkatkan lapangan pekerjaan.
9. Meningkatkan pembangunan dan pendapatan.
B. Pengertian Keterampilan
Keterampilan memiliki kata dasar “terampil” yang berarti cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan mempunyai
arti kecakapan untuk menyelesaikan tugas.28
Menurut W. Gulo, keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak
didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi
yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan suatu
ketautan yang utuh.29
Sudirman A. M. menjelaskan bahwa keterampilan ada 2 macam, yaitu
sebagai berikut:
27
Ibid., h.14. 28 Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 935. 29
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h. 51.
125
a. Keterampilan jasmani.
Yaitu keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan
menitikberatkan pada keterampilan gerak atau keterampilan dari anggota
tubuh seseorang yang sedang belajar.
b. Keterampilan rohani.
Yaitu keterampilan yang menyangkut persoalan-persoalan penghayatan.
Keterampilan berfikir serta kreatif untuk menyelesaikan dan merumuskan
masalah.
C. Pengertian Remaja
Istilah remaja dalam Islam tidak ada. Di dalam Al Qur’an ada kata
alfityatu, fityatun yang artinya orang muda. Ada pula kata baligh yang
menunjukkan seseorang tidak kanak- kanak lagi atau juga bisa berarti penentuan
umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Golinko yang dikutip oleh Rice, kata “remaja” berasal dari bahasa latin
yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang
memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun dalam Rice yang
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Sedangkan Papalia dan Olds tidak memberikan pengertian
remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian
masa remaja (adolescence).30
Menurut Hurlock, 1992, istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
30 “Remaja,” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 dari http://rumahbelajarpsikologi
.com/ index.php/remaja.html.
126
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.31
Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas
sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia remaja memiliki arti mulai
dewasa.32 Masa remaja ialah suatu periode dari masa anak-anak menjadi dewasa
ketika manusia menguji berbagai peran yang mereka mainkan dan
mengintegrasikan peran-peran itu ke dalam suatu persepsi diri, suatu identitas.33
Secara psikologis usia remaja merupakan umur yang dianggap “gawat”, oleh
karena yang bersangkutan sedang mencari identitasnya.34
Remaja lebih banyak
memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan saja.35
Karena remaja
masih bersifat labil dalam keadaan apapun dan memerlukan pendampingan dalam
setiap kesempatan.
Menurut Papalia dan Olds sebagaimana dikutip O’Donnell, masa remaja
adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Erikson yang dikutip oleh
Papalia, Olds & Feldman, mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah
31
Fitri, “Psikologi Remaja,” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 dari http://
duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/27/pengertian-remaja/ 32
Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 739. 33
Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional), (Jakarta: Departemen Sosial Direktoral Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, 2006), h.13.
34 Soerjono Sekanto, Sosiologi suatu pengantar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2001), Cet. Ke-32 h. 495. 35
Ibid., h.496
127
menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam
tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Menurut Adams & Gullota
yang dikutip oleh Aaro, masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun.
Sedangkan Hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga
16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun).
Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja
akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa
dewasa.36
1. Remaja Putus Sekolah
Pengertian putus sekolah adalah seseorang yang telah masuk dalam
sebuah lembaga pendidikan baik itu pada tingkat SD, SMP, maupun SMA
untuk belajar dan menerina pelajaran tetapi tidak sampai tamat atau lulus
kemudian mereka berhenti atau keluar dari sekolah.37
Kemudian seseoramg juga bisa dikatakan putus sekolah dan dapat pula
diartikan sebagai Drop-Out (DO) yang artinya bahwa seorang anak didik yang
karena sesuatu hal, biasa disebabkan karena malu, malas, takut, sekedar ikut-
ikutan dengan temannya atau karena alasan lain sehingga mereka putus
sekolah di tengah jalan atau keluar dan tidak lagi masuk untuk selama-
lamanya.38
Sedangkan menurut penulis, yang dikatakan remaja putus sekolah
adalah seorang yang berusia di bawah 18 tahun tidak mampu menyelesaikan
36
“Remaja,” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 http://rumahbelajarpsikologi. com/index.php/remaja.html
37 Abied, “Faktor Penyebab Putus Sekolah,” artikel diakses tanggal 01 November 2009
dari http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/faktor-penyebab-putus-sekolah/ 38
Ibid.,
128
suatu jenjang pendidikan, dengan kata lain meninggalkan sekolah sebelum
menyelesaikan keseluruhan masa belajar yang telah ditetapkan. Karena dalam
Pasal 1 ayat 1 Undang-undang nomer 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak dikatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Dan masa remaja adalah sebuah fase dimana seorang anak akan
menuju masa dewasa, artinya seorang remaja dipastikan belum berumur 18
tahun.
Banyak remaja yang putus sekolah disebabkan oleh tidak mampu
memenuhi tuntutan sistem sekolah karena keharusan bekerja. Anak-anak
lainnya menjadi pekerja anak karena tidak tersedianya sekolah, karena mereka
tidak mampu membayar biaya sekolah, karena pendidikan yang ditawarkan
berkualitas rendah atau dipandang tidak relevan atau karena lingkungan
sekolah tidak bersahabat.39 Sementara sebagian anak terampas hak atas
pendidikannya karena mereka mulai masuk ke pasar kerja terlalu dini,
sementara yang lain masuk ke lapangan kerja secara prematur karena hak
mereka untuk memperoleh pendidikan tidak secara efektif dijamin.
Sangatlah mungkin bagi seorang anak untuk bekerja dan tetap
bersekolah, namun hanya sedikit yang dapat melakukan keduanya itu. Hanya
tujuh persen anak yang berusia 5-9 tahun, 10% anak yang berusia 10-14 tahun
dan 11 % anak yang berusia 15-17 tahun yang tetap bersekolah sambil
bekerja.40
39
Mr. Dan O’Donnell, Perlindungn Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (UNICEF, 2006), h.128. 40
Ibid., h. 128.
129
Penyebab utama pekerjaan di bawah umur bersifat struktural, dan
berkaitan dengan kelemahan dalam sistem pendidikan, sistem sosial dan
sistem ekonomi. Program-program penyesuaian sosial, privatisasi dan transisi
ke ekonomi pasar telah memberi dampak yang sangat signifikan pada tingkat
bersekolah dan pekerjaaan anak di beberapa negara.41 Meskipun demikian,
faktor budaya dan hukum juga ikut memainkan peran. Di banyak negara,
minimum usia untuk bekerja lebih rendah dibanding usia wajib masuk bangku
sekolah, yang menyebabkan keadaan paradoks dimana anak memiliki hak
untuk mendapatkan pekerjaan sementara pada saat yang sama secara hukum
diwajibkan sekolah.42
Konvensi ILO no. 138 menetapkan tiga batas usia anak dan
pekerjaannya43 :
1. 18 tahun untuk pekerjaan berbahaya,
2. 15 tahun untuk pekerjaan penuh-waktu di lingkungan pekerjaan yang tidak
berbahaya,
3. 13 tahun untuk pekerjaan yang tidak menganggu pendidikan anak.
Masing-masing negara harus menetapkan daftar jenis-jenis pekerjaan
yang dianggap berbahaya. Negara-negara yang keadaan ekonomi dan sistem
pendidikannya kurang baik akan membuat pembagian usia di atas tidak
realistis dan mungkin akan menurunkan usia minimum untuk pekerjaan
“ringan” ke 12 tahun dan untuk pekerjaan yang tidak berbahaya lainnya ke 14
tahun.44 Konvensi ILO No. 182 tentang Penghapusan Pekerjaan-pekerjaan
41
Ibid., h. 128. 42
Ibid., h. 128 43 Ibid., h. 130 44
Ibid., h. 130
130
yang Terburuk untuk Anak juga melarang mempekerjakan seseorang yang
berusia di bawah 18 tahun di jenis pekerjaan yang berbahaya. Konvensi ini
tidak membolehkan adanya pengecualian dalam bentuk apapun.45
2. Ciri-ciri Masa Remaja46
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal
yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon
yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan
emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru
yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk
tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk
seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin
akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi
secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
45 Ibid., h. 130 46
Ibid.,
131
pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti
tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi
dirinya yang dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal
menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya
tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja
diharapkan dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang
lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin
yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakkan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan
tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab tersebut.
3. Tantangan dan Masalah Remaja47
Masalah penting yang dihadapi oleh remaja cukup banyak, diantaranya
adalah dengan timbulnya berbagai konflik dalam diri remaja.
47 Sri Wahyuni, “Remaja Tantangan dan Harapan,” artikel diakses pada tanggal 29
Agustus 2009 dari http://smp1wonosari.wordpress.com/2007/12/01/remaja-harapan-dantantangan/
132
1. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan
untuk bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial
dan penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya. Di lain
pihak dia membutuhkan rasa bebas, karena dia merasa telah besar,
dewasa dan tidak kecil lagi. Konflik antar kebutuhan tersebut
menyebabkan rusaknya keseimbangan emosi remaja.
2. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan
terhadap orangtua. Di lain pihak remaja ingin bebas dan mandiri, yang
diperlukannya dalam mencapai kematangan fisik, tetapi membutuhkan
orangtua untuk memberikan materi guna menunjang studi dan
penyesuaian sosialnya. Konflik tersebut menimbulkan kegoncangan
kejiwaan pada remaja sehingga mendorongnya mencari pengganti
selain orangtuanya biasanya teman, guru ataupun orang dewasa
lainnya dari lingkungannya.
3. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial.
Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan terjadinya
kebutuhan seks yang mendesak tetapi ajaran agama dan nilai-nilai
sosial menghalangi pemuasan kebutuhan tersebut. Konflik tersebut
bertambah tajam apabila remaja dihadapkan pada cara ataupun
perilaku yang menumbuhkan rangsangan seks seperti film, sandiwara
dan gambar.
4. Konflik nilai-nilai, yaitu konflik antara prinsip-prinsip yang dipelajari
oleh remaja dengan prinsip dan nilai yang dilakukan orang dewasa di
lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
133
5. Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan oleh
kebutuhan untuk menentukan masa depan. Banyak remaja yang tidak
tahu tentang hari depan dan tidak tahu gambarannya. Biasanya pilihan
remaja didasarkan atas pilihan orangtua atau pekerjaan yang populer di
masyarakat.
D. Pengertian Kualitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kualitas” berarti tingkat
baik buruknya sesuatu, sedangkan berkualitas adalah mempunyai kualitas,
bermutu baik.48
Davis dalam Yamit membuat definisi kualitas yang lebih luas
cakupannya yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa
kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi
juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan.
Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui
manusia dan produk yang berkualitas.49
E. Pengertian Sumber Daya Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang kompleks dan unik,
dan dicipakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri.
48
Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 502. 49 Arianto, artikel diakses tanggal 30 Agusutus 2009 dari http://smileboys.blogspot.com/
2008/ 07/pengertian-kualitas.html
134
Substansi pertama disebut tubuh (fisik atau jasmani) sebagai unsur materi, sedang
substansi kedua adalah jiwa (rohani atau psikis) yang bersifat non materi.50
Sumber daya manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
potensi manusia yang dapat dikembangakan untuk proses produksi.51 Sedangkan
Ahmad S. Ruky mengatakan bila kualitas yang dimaksud adalah sumber daya
manusia, maka pada dasarnya pengertian sumber daya manusia adalah tingkat
pengetahuan, kemampuan dan kemauan yang dapat ditunjukkan oleh sumber daya
manusia.52
Sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek yaitu dari segi kualitas
dan kuantitas. Di Indonesia sendiri sumber daya manusia sangatlah besar dari segi
kuantitas namun masih sangat kurang dari segi kualitas.
Hakekat manusia sebagai individu secara garis besar telah coba dipahami
oleh para ahli psikologi. Kelompok psikoanalisis menganggap bahwa manusia
pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang
bersifat instinktif.53 Pandangan dari kelompok Behavioris yang melihat bahwa
manusia sebagai makhluk yang reaktif dan berusaha menyesuaikan dengan
lingkungan, sehingga banyak tingkah laku manusia dikontrol oleh faktor-faktor
yang datang dari luar.54
Sedangkan pandangan yang ketiga adalah dari kelompok
Humanistik, yang melihat manusia sebagai makhluk yang rasional dan memiiki
dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif.55
50Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis kompetitif
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), Cet. ke 6, h. 3. 51
Tim Penyusun, Kamus Besar. h. 95. 52
Ahmad S. Ruky, Sumber Daya Manusia Berkualitas: Menakar Visi Menjadi Realitas
(Jakarta: Gramedia, 2003), h. 56. 53
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2003), h. 30. 54 Ibid., h. 32 55
Ibid., h. 33
135
Menurut Sasongko, dkk, dari ketiga pandangan di atas dapat dilihat bahwa
hakekat manusia sangat kompleks dan luas. Tetapi ada beberapa unsur yang dapat
dipahami untuk mendapatkan wawasan yang sedikit lebih terpadu mengenai
manusia, antara lain56:
a. Manusia pada dasarnya memiliki inner force yang menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhannya.
b. Lingkungan merupakan unsur yang dapat menentukan tingkah laku
manusia, dan tingkah laku banyak diperoleh berdasarkan hasil belajar.
c. Di dalam diri manusia terdapat potensi, namun potensi itu terbatas.
d. Manusia merupakan makhluk yang bersifat rasional (mencoba
menggunakan rasionya), dan mencoba bertanggung jawab atas tingkah laku
sosialnya.
e. Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu
mengatur dan mengontrol dirinya, dan mampu menentukan nasibnya
sendiri.
f. Manusia pada hakekatnya adalah individu yang selalu berkembang terus,
dan dalam proses pencarian kea rah “kesempurnaan”.
g. Dalam usaha-usaha untuk mewujudkan dirinya, manusia berusaha
membantu orang lain dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih
“baik” untuk ditempati.
56
Ibid., h. 34-35
136
1. Tujuan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Setiap pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat
diperlukan pada semua hal. Menurut Sedarmayanti peningkatan kualitas
sumber daya manusia untuk berbagai keperluan antara lain57:
1. Menyiapkan seseorang agar pada saatnya mampu diserahi tugas yang
sesuai.
2. Memperbaiki kondisi seseorang yang sudah diberi tugas dan sedang
menghadapi tugas tertentu, sedangkan yang merasa ada kekurangan pada
dirinya diharapkan mampu mengemban tugas sebagai mana mestinya.
3. Mempersiapkan seseorang untuk diberi tugas tertentu yang sudah pasti
syaratnya lebih berat dari tugas yang dikerjakan.
4. Melengkapi seseorang dengan hal-hal yang mungkin timbul di sekitar
tugasnya, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berpengaruh
terhadap pelaksanaan tugasnya.
5. Menyesuaikan seseorang kepada tugas yang mengalami perubahan karena
berubahnya syarat untuk mengerjakan tugas untuk pekerjaan secara
sebagian atau seluruhnya.
6. Menambah keyakinan dan percaya diri kepada seseorang bahwa dia adalah
orang yang sesuai dengan tugas yang sedang diembannya.
7. Meningkatkan wibawa seseorang dari pandangan bawahan maupun orang
lain baik teman sejawat maupun para relasinya.
57 Sedarmayanti, Sumber Daya dan Produktifitas Kerja (Bandung: CV Mandar Maju,
2001), h.18.
137
Kualitas sumber daya manusia menyangkut dua aspek, yaitu kualitas
fisik dan non fisik yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan
keterampilan-keterampilan lain.
Tujuan dari peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak luput dari
proses pemberdayaan manusia itu sendiri. Menurut Payne yang dikutip oleh
Isbandi dalam Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas mengungkapkan bahwa proses pemberdayaan pada intinya
membantu klien untuk memperoleh daya dalam mengambil keputusan dan
mementukan tindakan yang akan dia lakukan antara lain dengan transfer daya
dari limgkungannya.58
F. Nilai
Nilai menurut Schwartz dalam artikel nilai pada situs
rumahbelajarpsikologi.com adalah suatu keyakinan, berkaitan dengan cara
bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, melampaui situasi spesifik,
mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-
kejadian, serta tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.59
Sedangkan nilai menurut Rokeach dalam artikel nilai pada situs
rumahbelajarpsikologi.com dikatakan bahwa nilai sebagai keyakinan karena nilai
memiliki aspek kognitif, afektif dan tingkah laku dengan penjelasan sebagai
berikut:60
58
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, h. 54. 59
“Nilai,” artikel diakses pada tanggal 29 Oktober 2009 http://rumahbelajarpsikologi.com
/index.php/nilai.html. 60
Ibid.,
138
1. Nilai meliputi kognitif tentang apa yang diinginkan, menjelaskan
pengetahuan, opini dan pemikiran individu tentang apa yang
diinginkan.
2. Nilai meliputi afektif, di mana individu atau kelompok memiliki
emosi terhadap apa yang diinginkan, sehingga nilai menjelaskan
perasaan individu atau kelompok terhadap apa yang diinginkan itu.
3. Nilai memiliki komponen tingkah laku, artinya nilai merupakan
variabel yang berpengaruh dalam mengarahkan tingkah laku yang
ditampilkan.
Nilai menurut Kahle dalam Homer & Kahle di dalam artikel nilai pada
situs rumahbelajarpsikologi.com mengatakan bahwa di dalam kehidupan manusia,
nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah laku. Nilai membimbing
individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana individu bertingkah laku
dalam situasi tersebut. 61
Jadi, nilai merupakan suatu yang sangat penting bagi setiap individu. Di
dalam pelatihan nilai mutlak diberikan kepada setiap peserta karena untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan perserta tersebut setelah mengikuti
pelatihan.
61
Ibid.,
139
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Identitas Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya”
Nama lembaga tempat penelitian ini adalah Panti Sosial Bina Remaja
“Taruna Jaya” yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
Bertempat di Jalan Tebet Barat Raya nomer 100 Tebet - Jakarta Selatan, PSBR
yang didirikan sejak tahun 1962 ini telah menghasilkan 80 angkatan sampai
sekarang.
B. Sejarah Singkat dan Perkembangan62
Pada tahun 1960, berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI : HUK-7-5-57
tanggal 2 November 1959 Departemen Sosial bersama-sama dengan UNICEF
mengadakan penelitian yang disebut dengan nama “Accesment Planning
Community of Indonesian Children Needs Survey” yang disingkat “APS”, ke
daerah lokasi, Tebet Jakarta Selatan, yang pada waktu itu merupakan daerah yang
padat penduduknya dan tingkat perekonomiannya termasuk rendah.
Dari masyarakat tersebut ditemukan banyak sekali remaja yang tidak dapat
melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi (putus sekolah). Dari hasil
penelitian tersebut pada tahun 1962 di daerah Tebet Jakarta Selatan, didirikanlah
pusat kursus dengan nama “Pusat Keterampilan Serba Guna” yang memberikan
berbagai macam keterampilan seperti montir, menjahit, mengetik, bahasa inggris,
62 Brosur Sasana Penyantunan Anak Tebet 1998/1999 dan Brosur PSBR “Taruna Jaya”
Tebet 2004.
140
dan sebagainya. Karena banyaknya peserta kursus maka dilaksanakan pagi dan
sore hari dan bersifat umum tidak terbatas pada remaja putus sekolah saja.
Pada tanggal 20 Mei 1970, Pusat Keterampilan Serba Guna yang disingkat
PKS diganti namanya menjadi Karang Taruna dan merupakan Proyek
Laboratorium Karang Taruna Departemen Sosial Republik Indonesia. Pada tahun
1974, nama Karang Taruna Tebet diubah menjadi Panti Karya Taruna, yang
disingkat PKT, dan merupakan wadah Pelayanan Kesejahteraan Sosial serta
memusatkan kegiatan untuk remaja putus sekolah.
Pada tahun 1979, bersama dengan terbitnya Keputusan Menteri Sosial
Republik Indonesia Nomor: 41/HUK/KEP/XI/1979, tentang Struktur Organisasi
dan tata kerja Panti dan Sasana, maka nama Panti Karya Taruna mengalami
perubahan menjadi Sasana Penyantunan Anak Tebet. Pada tahun 1980 panti-panti
yang pengelolaannya semula berada di bawah Ditjen RPS Departemen Sosial
dilimpahkan kepada Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta bersama-
sama dengan 10 panti dan sasana lainnya dan merupakan Unit Pelaksana Teknis
dari Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta.
Pada tahun 1994, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor: 14 tahun 1994, tanggal 23 April 1994, tentang Perubahan
Penamaan Unit Pelaksana Teknis Pusat/Sasana di lingkungan Departemen Sosial
Republik Indonesia, nama Sasana Penyantunan Anak Tebet diubah menjadi Panti
Sosial Bina Remaja Tebet.
Pada tahun 1995, berdasarkan surat Keputusan Menteri Sosial Nomor:
22/HUK/95 tanggal 24 April 1995, tentang Organisasi dan Tata Kerja, Panti
Sosial Bina Remaja Tebet mengalami perubahan dari yang ditetapkan berdasarkan
141
Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia sebelumnya yaitu adanaya
perampingan Jabatan Struktural dan adanya kelompok Fungsional Jabatan Pekerja
Sosial.
Namun sejak tanggal 28 Maret 2000 Panti Sosial Bina Remaja “Taruna
Jaya” Tebet, menjadi salah satu lembaga atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari
Dinas Sosial Propinsi DKI Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Dinas Sosial Propinsi DKI Jakarta.
PSBR merupakan satu-satunya Lembaga Pemerintah di Propinsi DKI
Jakarta yang memberikan pelayanan langsung kepada remaja bermasalah sosial
(putus sekolah, terlantar dan anak jalanan) untuk dibina dan dilatih dengan model
sistem panti selama 6 bulan, sehingga menjadi remaja yang berkualitas mandiri,
bermoral dan dapat berfungsi sosial secara normatif. Di PSBR terdapat lima
keterampilan yang bisa dipilih oleh WBS sesuai dengan minat dan kemampuan
yang dimiliki oleh WBS. Kelima keterampilan itu adalah :
a. Otomotif (bengkel mobil dan motor)
b. Las (listrik dan karbit)
c. Menjahit (pakaian pria dan wanita)
d. Salon (tata rias dan kecantikan)
e. AC (air conditioner)
Kemudian sejak keluarnya Perda nomor 3 tahun 2001, tanggal 21 Agustus
2001, tentang Bentuk Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Daerah Propinsi
DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 41 tahun 2002 tanggal 7 Maret 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta, maka
142
nama Dinas Sosial berubah menjadi Dinas Bintal dan Kesos Propinsi DKI Jakarta.
selanjutnya dengan keluarnya kep. Gubernur No. 163 Tahun 2002, tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Dinas Bintal dan Kessos Propinsi DKI Jakarta. maka sejak tanggal 13 November
2002 PSBR “Taruna Jaya” Tebet menjadi UPT dari Dinas Bintal dan Kesos
Propinsi DKI Jakarta.
C. Letak Geografis
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya beralamat di jalan Tebet
Barat Raya No. 100 Tebet - Jakarta Selatan. Letak PSBR ini cukup strategis dan
mudah dijangkau. Hal ini dikarenakan PSBR berada dalam kawasan rumah susun
Tebet.
D. Visi
PSBR “Taruna Jaya” Tebet memiliki visi yaitu “Menyelamatkan remaja
dari ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar dan mampu hidup
mandiri.”63
E. Misi
Sedangkan misi PSBR “Taruna Jaya” Tebet yaitu64
:
1. Membentuk remaja berkepribadian, berdedikasi, percaya diri dan
mempunyai keterampilan kerja yang mampu untuk mendukung hidup
mandiri.
63 Wawancara dengan Kepala Bimbingan dan Pelatihan pada tanggal 05 Oktober 2009. 64
Ibid.,
143
2. Melakukan pembinaan fisik, mental dan sosial serta keerampilan kerja.
3. Melakukan resosialisasi bagi remaja bermasalah menuju perilaku hidup
normatif.
F. Struktur Organisasi
Berdasarkan Keputusan Gubernur No. 163 Tahun 2002 tentang
pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta, maka sturuktur organisasi di PSBR
sebagai berikut.
Bagan 2. : Struktur Organisasi PSBR
KEPALA PANTI
Drs. H. Acep Bunyamin
SUBBAGIAN TATA USAHA
Drs. Saebun
Seksi Bimbingan dan Latihan
Dra. Wiwik Widyati, M.Si
Seksi Penyaluran dan Bimbingan Lanjut
Achmad Cherid
Sub Kelompok Jabatan Fungsional
144
G. Landasan Hukum65
Landasan hukum dalam pembentukan PSBR adalah:
1. Undang-Undang Dasar 1945.
2. Konvensi Hak Anak.
3. Undang-undang No. 6/1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
4. Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
5. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
6. Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Pertimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Jo Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonomi.
H. Kondisi Fasilitas Lembaga
Kondisi fasilitas di PSBR untuk melakukan pelatihan keterampilan sudah
menunjang namun masih kekurangan alat-alat dengan jumlah daya tampung yang
mencapai 120 orang WBS. Fasilitas dan alat-alat kantor cukup memadai dan juga
tersedianya ruang untuk konseling, ruang kantor, ruang bimbingan sosial, ruang
asrama, ruang aula dan ruang mushola serta ruang dapur. Sedangkan untuk
fasilitas olahraga bagi para WBS sangat kurang walaupun terdapat dua lapangan
yang berada di samping dan belakang gedung PSBR.
65 Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial
Republik Indonesia. 2002.h.2.
145
Di dalam buku pedoman penyelenggaran PSBR yang diterbitkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak Departeman Sosial Republik Indonesia
tahun 2002, setiap PSBR seyogyanya memiliki:66
1. ruangan untuk kantor
2. ruangan untuk registrasi
3. ruangan untuk olah data
4. ruangan untuk fasilitas olahraga dan rekreasi
5. ruangan untuk identifikasi dan assesmen
6. ruangan untuk pembahasan kasus
7. ruangan untuk konseling/konsultasi
8. ruangan untuk sheltered work shop
9. ruangan untuk studio dan pendidik
10. ruangan untuk vocational
11. ruangan untuk bimbingan social
12. ruangan untuk penelitian dan pengkajian
13. ruangan untuk asrama
14. ruangan untuk poliklinik
15. ruangan untuk tempat ibadah
16. ruangan untuk pelayanan advokasi
17. ruangan untuk perpustakaan
18. ruangan untuk makan
19. ruangan untuk dapur/masak
20. ruangan untuk gudang
66
Ibid., h. 12
146
21. ruangan untuk pengelolaan sistem informasi
22. ruangan untuk aula
I. Tugas Pokok dan Fungsi67
Tugas pokok PSBR “Taruna Jaya” Tebet adalah:
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial remaja
bermasalah sosial, putus sekolah, yang meliputi identifikasi dan asesmen,
bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut.
Sedangkan fungsi PSBR “Taruna Jaya” Tebet adalah:
a. Melaksanakan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi dan seleksi.
b. Melaksanakan penerimaan meliputi registrasi, kelengkapan
administrasi dan penempatan dalam panti.
c. Melaksanakan asesmen meliputi penelaahan, pengungkapan, dan
pemahaman masalah dan potensi.
d. Melaksanakan pembinaan fisik, bimbingan mental, social, dan
pelatihan keterampilan kerja usaha kemandirian.
e. Melaksanakan resosialisasi meliputi praktek belajar kerja, reintegrasi
dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, persiapan dan
pelaksanaan penyaluran ke lapangan kerja.
f. Melaksanakan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,
asistensi, pemantapan dan terminasi.
Sedangkan tujuan dari pelayanan yang dilakukan PSBR adalah:68
67
Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.
147
a. Terhindarnya remaja dari berbagai masalah sosial sebagai akibat putus
sekolah dan terlantar.
b. Terwujudnya kemandirian remaja atas dasar kekuatan dan kemampuan-
nya sendiri dalam memilih, menetapkan dan memutuskan cara terbaik
terhadap berbagai upaya pemecahan masalah yang dihadapinya.
c. Terwujudnya kemampuan dan kekuatan remaja dalam mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki, yang memungkinkan bersangkutan
dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara memadai.
J. Sasaran Garapan dan Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial di PSBR
“Taruna Jaya” Tebet69
Sasaran garapan dari PSBR “Taruna Jaya” Tebet adalah para remaja yang
putus sekolah, terlantar dan atau anak jalanan, baik yang datang langsung maupun
yang dikirim melalui Sudin Bintal dan Kesos lima wilayah Kotamadya, Kasie
Bintal dan Kesos Kecamatan, Lurah, LSM, PSM dan unsur masyarakat serta hasil
penertiban dari wilayah Propinsi DKI Jakarta.
Sedangkan untuk menjadi warga binaan PSBR bagi yang datang langsung
memiliki beberapa persyaratan, yaitu sebagai berikut :
a. Laki-laki ataupun perempuan berusia 15-21 tahun.
b. Sehat jasmani dan rohani.
c. Belum pernah menikah/fotocopy KTP.
d. Pas foto 4x6 = 2 lembar dan 2x3 = 2 lembar.
e. Putus sekolah (belum bekerja/menganggur).
68
Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial
Republik Indonesia. 2002 h.15. 69
Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.
148
f. Bebas narkoba (keterangan dokter Puskemas).
g. Surat pengantar dari Rt/Rw, Lurah setempat (keterangan tidak mampu dan
tidak terlibat kriminal).
h. Surat rujukan dari institusi pelayanan kesejahteraan sosial
(pemerintah/swasta).
i. Bersedia mengikuti aturan dan tata tertib di PSBR “Taruna Jaya” Tebet.
K. Jumlah Peserta Pelatihan
Dalam setiap angkatan di PSBR terdapat 120 orang yang menjadi Warga
Binaan Sosial, dan setiap tahunnya terdapat dua angkatan. Berikut ini adalah
jumlah Warga Binaan Sosial setiap jurusan dari masing-masing angkatan mulai
angkatan 73 tahun 2006 sampai dengan angkatan 79 tahun 2009.
Tabel 1.
Jumlah WBS di PSBR
2006 2007 2008 2009
73 74 75 76 77 78 79
Otomotif 32 34 31 34 31 33 33
Las 22 31 34 30 30 25 28
Menjahit 16 24 25 16 11 21 12
Salon 27 18 16 13 20 20 15
AC 24 23 24 27 23 21 32
Sumber: Bagian data PSBR
149
L. Proses Pelayanan
Prinsip dasar dari proses pelayanan sosial di PSBR adalah:70
1. Penerimaan artinya bahwa setiap pelayanan yang diberikan selalu didasarkan
pada kondisi objektif dalam memahami sasaran. Kondisi tersebut
bersangkutan dengan berbagai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
remaja.
2. Individualisasi artinya setiap pelayanan yang diberikan adalah unik, spesifik
yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh remaja,
bukan berorientasi pada kepentingan pelaksanaan. Oleh sebab itu,
penyediaan keanekaragaman pelayanan sosial adalah lebih memberikan
peluang kepada penerapan individualisasi daripada pelayanan yang bersifat
tunggal.
3. Partisipasi artinya bahwa setiap pelayanan haruslah melibatkan remaja
secara proaktif dalam setiap proses pelayanan yang dilakukan terhadapnya.
Termasuk di dalamnya adalah memberikan peluang seluas-luasnya kepda
remaja untuk menentukan berbagai pilihannya.
4. Kerahasian artinya setiap pelayanan sosial yang diberikan haruslah
didasarkan pada confidential sasaran.
5. Mawas diri artinya bahwa setiappelayanan yang dilakukan seharusnya
didasarkan pada kepentingan pribadi.
6. Kontabilitas artinya setiap pelayanan yang dilakukan harus dapat
dipertanggungjawabkan pada public.
70 Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial
Republik Indonesia. 2002. h. 16.
150
Sedangkan proses pelayanan yang diberikan oleh PSBR bagi para Warga
Binaan Sosial (WBS) merupakan sebuah proses yang mencakup:71
1. Tahap pendekatan awal
Pendekatan awal merupakan tahap awal untuk mengadakan kontak
dengan pihak yang akan dilibatkan dalam setiap pelayanan yang diberikan
PSBR :
a. Orientasi, yaitu proses pemberian informasi pelayanan yang terseda di
PSBR kepada sasaran potensial maupun masyarakat.
b. Identifikasi terhadap remaja yang memenuhi criteria sebagai sasaran.
Calon penerima pelayanan dapat diperoleh dari hasil penjangkauan
petugas PSBR maupun datang sendiri ke PSBR. Calon penerima
pelayanan yang tidak memenuhi kriteria PSBR dirujuk kepada lembaga
lain. Tahap penerimaan, meliputi:
1. Pendaftaran 3. Registrasi administrasi
2. Seleksi 4. Penempatan di asrama
c. Motivasi kepada remaja yang akan dijadikan sebagai calon penerima
pelayanan
d. Melakukan kesepakatan kerja anatara PSBR dengan calon penerima
pelayanan.
2. Tahap Assesmen
Penelaahan dan pengungkapan masalah (asessmen) entang kondisi
objektif, termasuk di dalamnya kemampuan, perasaan, pengetahuan, nilai
71 Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial
Republik Indonesia. 2002 dan Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.
151
dan psikologis yang diuji melalui tes bakat dan kemampuan serta telaahan
kasus.
3. Tahap pelaksanaan kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan di PSBR antara lain:
a. Penyatuan visi dan misi peserta (out bond)
b. Bimbingan mental dan agama
c. Bimbingan sosial
d. Bimbingan fisik/olahraga
e. Bimbingan keterampilan kerja, sesuai dengan minat peserta antara lain:
1. Otomotif (bengkel mobil dan motor)
2. Las (listrik dan karbit)
3. Menjahit (pakaian pria dan wanita)
4. Salon (tata rias dan kecantikan)
5. AC (air conditioner)
f. Program PKL (praktek kerja lapangan)/magang
g. Bimbingan ekstrakurikuler
1. Vocal group
2. Olahraga
3. Wirausaha
4. Pertamanan, dll
4. Tahap terminasi, penyaluran/pembinaan lanjut
Terminasi merupakan kegiatan pengakhiran yang dilakukan
berdasarkan hasil evaluasi terhadap kemajuan penanganan masalah.
Terminasi perlu diikuti oleh bimbingan lanjut untuk memantau
152
perkembangan penerima layanan setelah kembali ke keluarga dan
masyarakat. Sedangkan penyaluran dalam bina lanjut terbagi menjadi dua
yaitu:
a. Penyaluran meliputi kegiatan:
1. Pemberian pengarahan dan motivasi kerja
2. Merujuk ke lembaga lain yang lebih spesifik
3. Menghubungkan dengan sumber/lapangan pekerjaan (program
magang)
b. Pembinaan lanjut meliputi kegiatan:
1. Mengadakan kunjungan rumah (home visit) kepada ex WBS untuk
mengetahui perkembangannya secara langsung.
2. Menjalin hubungan dengan orangtua dan masyarakat atau lembaga
pengiriman WBS.
Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap kelangsungan usaha ex.
WBS, serta terminasi, jika ex. WBS sudah dapat hidup mandiri.
M. Sumber Dana
Dana operasional Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Tebet, berasal
dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
setiap tahunnya, karena PSBR merupakan panti di bawah naungan pemerintah
provinsi DKI Jakarta dan anggaran tersebut tertuang dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA).72
72
Wawancara dengan Kepala Tata Usaha PSBR pada tanggal 29 Oktober 2009
153
BAB IV
GAMBARAN PELATIHAN DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA
“TARUNA JAYA” DALAM MENINGKATAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
A. Tahapan dan Analisis Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan untuk
Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
1. Tahapan Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan
Indonesia merupakan bangsa dengan kuantitas penduduk yang sangat
tinggi namun tidak diimbangi dengan kualitasnya. Kemudian akibat dari
rendahnya kualitas tersebut maka banyak angkatan kerja yang tidak terserap
oleh sektor formal, selain dari penyebab lain yaitu tingginya inflasi dan larinya
penanam modal asing dari Indonesia.
Pemerintah DKI Jakarta menyadari hal tersebut, maka didirikanlah
panti sosial remaja putus sekolah untuk melakukan pelatihan keterampilan
bagi remaja putus sekolah. Karena menurut kepala bimbingan dan pelatihan
Dra. Wiwik Widyawati, M.Si, hal ini sesuai dengan visi dari PSBR “Taruna
Jaya” sendiri yaitu menyelamatkan remaja dari ketelantaran agar dapat
tumbuh kembang secara wajar dan mampu hidup mandiri.73
Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan PSBR dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka penulis akan
mengutarakan tentang temuan hasil penelitian yang telah dilakukan.
73 Wawancara dengan Dra. Wiwik Widyati, M.Si kepala Bimbingan dan Pelatihan pada
tanggal 05 Oktober 2009.
154
a. Masa Penerimaan dan Seleksi Calon Peserta
Dalam mencari atau menerima peserta, PSBR melakukan sosialisasi
kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga terkait namun untuk sosialisasi
secara khusus tidak ada, seperti yang diungkapkan oleh Drs. Saebun kepala
Tata Usaha PSBR kepada penulis:
“Sosialisasi yang dilakukan PSBR itu sebetulnya diawali dengan penjangkauan. Penjangkauan itu artinya kita merekrut calon WBS ya. Itu
dilakukan dengan cara kita menyebarkan surat kepada seluruh instasi yang terkait kayak sudin di lima wilayah kota, BP3S kemudian ada lagi karang
taruna dan sebagainya tuh dikirimi surat dan termasuk dengan para PSM jadi kita namanya penjangkauan ya. Penjangkauan itu upaya mencari calon
klien untuk dididik di sini. Jadi sosialisasi secara khusus masyarakat dipanggil atau PSM dipanggil dan sebagainya itu tidak ada tetapi kalau
secara tidak langsung melalui penyebaran pamflet kemudian pada saat ada
pameran itu kan penyebaran informasi ya tapi itu timing nya hanya
tertentu aja. Juga khusus sosialisasi itu masyarakat DKI kan luas jadi
dipanggil semua itu gak jadi kita melalaui surat pemberitahuan bahwa
disini sudah saatnya ada penerimaan begitu. Itu juga salah satu cara untuk
menjangkau melalui karyawan bisa juga melalui anak dari mulut ke mulut
itu juga bisa kayak gitu. Jadi kalau sosialisasi khusus memanggil
masyarakat tidak ada ya.”74
Setelah melakukan penerimaan peserta, PSBR melakukan seleksi
dan wawancara pribadi kepada calon peserta. Seleksi sangat perlu dilakukan
untuk mengetahui kemampuan calon peserta dan dari mana peserta tersebut
berasal, juga untuk memenuhi kapasitas atau daya tampung PSBR sendiri.
Menurut Drs. Saebun kepada penulis:
“kalau saya lihat seleksi disini karena memang kita ada keterbatasan daya
tampung ya keterbatasan daya tampung seratus dua puluh orang.
Sesungguhnya kita lebih dari seratus dua puluh, karena di atas bisa
digunakan tapi dalam prakteknya sesuai dengan anggaran yang tersedia
kita terima setiap angkatan seratus dua puluh anak namun pada hasil
penjangkauan tadi itu ya, itu melebihi dari yang daya tampung disini jadi
diadakan seleksi. Seleksi yang dilakukan di sini yaitu seleksi fisik kita tes
fisiknya melalui squat jump kemudian lari, push up itu formulirnya udah
disiapin. Kemudian juga tes fisik dilakukan juga kemudian juga ada untuk
74 Wawancara dengan Drs, Saebun, kepala Tata Usaha PSBR pada tanggal 29 Oktober
2009.
155
tes fisik administrasi juga, kelengkapan administrasi juga dipertim-
bangkan kelengkapannya di surat penjangkauan tadi itu kan ada
persyaratan-persyaratannya nah itu juga jadi seleksi.”75
Seleksi admistrasi tersebut merupakan seleksi dari kelengkapan surat-
surat yang terdiri dari:
j. Fotocopy KTP.
k. Pas foto 4x6 = 2 lembar dan 2x3 = 2 lembar.
l. Surat bebas narkoba (surat keterangan dokter/Puskemas).
m. Surat pengantar dari Rt/Rw, Lurah setempat (keterangan tidak mampu dan
tidak terlibat kriminal).
n. Surat rujukan dari institusi pelayanan kesejahteraan sosial
(pemerintah/swasta).
o. Ijazah terakhir.
Setelah diseleksi surat-surat tersebut, kemudian dilakukan wawancara
secara pribadi kepada calon peserta. Wawancara itu biasanya seputar tujuan
masuk PSBR dan wawancara tentang kehidupan calon peserta seperti pernah
sekolah sampai tingkat apa dan sudah pernah bekerja atau belum.76
b. Masa Pelatihan
Adapun yang dilakukan oleh PSBR saat ini adalah memberikan
pelatihan keterampilan yang di dalamnya juga diberikan bimbingan sosial dan
bimbingan mental kepada para peserta pelatihan atau yang biasa disebut
Warga Binaan Sosial (WBS). Pelatihan diadakan selama enam bulan setiap
75
Ibid., 76 Wawancara dengan Bambang alumni PSBR Jurusan Otomotif angkatan 79 pada
tanggal 30 Oktober 2009
156
angkatannya dengan sistem institutional mothering atau pola pengasuhan di
dalam asrama. Dengan satu orang pembina asrama.
Adapun macam-macam pelatihan keterampilan yang diberikan di
PSBR tersebut adalah:
f. Otomotif (bengkel mobil dan motor)
g. Las (listrik dan karbit)
h. Menjahit (pakaian pria dan wanita)
i. Salon (tata rias dan kecantikan)
j. AC (air conditioner)
Selain itu para WBS juga diberikan bimbingan sosial dan bimbingan
mental serta spiritual setiap harinya. Waktu pelatihan keterampilan di PSBR
terbagi menjadi dua waktu yaitu pagi dan siang hari. Pada pagi hari jam
pelatihan dimulai pada pukul 10.00 wib sampai pukul 12.00 wib setiap hari
Senin sampai dengan hari Sabtu. Sedangkan untuk siang hari pelatihan
dimulai pada pukul 14.00 sampai dengan pukul 16.00 wib setiap hari Senin
sampai dengan hari Jum’at, karena pada hari Sabtu siang banyak para WBS
yang meminta izin untuk pulang ke rumah dan biasanya mereka baru kembali
ke PSBR pada Minggu sore.77
Sedangkan untuk bimbingan sosial para WBS mendapatkannya setiap
hari Senin sampai dengan Kamis pada pukul 08.30 wib sampai dengan pukul
10.00 wib dengan materi yang berbeda setiap harinya dari hari Senin sampai
dengan hari Kamis. Biasanya hari Senin itu diberikan materi sistem usaha
kesejahteraan sosial, hari Selasa materi tentang etika sosial, hari Rabu materi
77
Observasi peneliti.
157
tentang pancasila dan kewarganegaraan, kemudian hari Kamisnya materi
tentang kewirausahaan. Sedangkan untuk pelaksanaan bimbingan mental dan
spiritual biasanya dilakukan setelah WBS melakukan shalat Maghrib
berjamaah sampai dengan shalat Isya setiap harinya kecuali hari Sabtu dan
Minggu karena banyak WBS yang pulang ke rumahnya masing-masing.78
Untuk pelatihannya sendiri masing-masing jurusan berbeda instruktur
dan jumlahnya. Untuk jurusan keahlian otomotif dan AC terdapat dua orang
instrukur, namun untuk jurusan keahlian las, salon dan menjahit hanya
terdapat satu orang instruktur. Tetapi untuk pendamping setiap jurusan
keahlian hanya terdapat satu orang pendamping di luar instruktur.
Di dalam memberikan materi kepada para peserta, para pelatih
biasanya lebih banyak menggunakan metode ceramah dengan sesekali
memberikan tanya jawab di akhir jam pelatihan.79 Hal ini seperti yang
diugkapkan oleh Dede Supriadi kepada penulis bahwa, “…ya paling kita
metodenya metode seperti biasa kita text book untuk materi setelah itu kita
tanya jawab…”80
Namun ada juga jurusan yang menggunakan metode diskusi
sebagai bagian dari penyampaian materi. Jurusan salon merupakan jurusan
yang menggunakan metode tersebut, dan metode itu dilakukan setiap Senin
pagi yang disebut dengan briefing.81
Peraanan sebagai pelatih di PSBR sangat beragam, karena bukan
hanya sebagai penyusun dan pemberi materi, namun juga sebagai motivator
dan evaluator serta pengawas bagi para peserta pelatihan. Karena ada pelatih
78
Ibid., 79
Observasi peneliti 80 Wawancara dengan Dede Supriadi Instruktur AC pada tanggal 29 Oktober 2009. 81
Observasi peneliti.
158
yang tinggal di lingkungan PSBR namun ada juga yang tinggal di luar
lingkungan PSBR. Menurut Dede Supriadi kepada penulis bahwa, “…tapi
selain di kelas kita pun sering berinisiatif untuk mendidik anak-anak di luar
sana jadi tanggung jawab kita, itu yang khususnya hanya empat jam tapi kalau
kita dua puluh empat jam karena kita di dalam.”82
Untuk jumlah materi yang diberikan kepada peserta sesuai dengan
jurusannya masing-masing. Menurut Drs. Saebun dan Bapak Taufik
pendamping untuk jurusan salon kepada penulis mengatakan bahwa
kurikulum pelatihan yang dipakai di PSBR dan pembagian waktu dalam
pelatihan sesuai dengan instruktur masing-masing setiap jurusan jadi tidak ada
kurikulum untuk pelatihan dari PSBR sendiri ataupun Dinas Sosial DKI
Jakata. Sedangkan menurut kepala bimbingan dan pelatihan Ibu Dra. Wiwik
Widyati M. Si, “Yang ada di PSBR hanya kurikulum untuk pembinaan Warga
Binaan Sosial yang diterbitkan oleh Dinas Sosial DKI Jakarta.”83
Sedangkan menurut Dede Supriadi instruktur dari jurusan AC kepada
penulis menerangkan untuk jurusan AC bahwa: “Satu bulan kita kan di teori.
Itu satu bulan lebih lah satu bulan setengahan kotornya ya. Kalau kotornya itu
dua bulan anak-anak harus menguasai materi dari mulai pengenalan sampai di
intinya kerusakan ataupun komponen nah setelah itu baru kita teruskan di
praktek. Biasanya praktek materi dua bulan itu semuanya kita representasikan
di praktek sampai anak-anak menjelang PKL.”84
82
Wawancara dengan Dede Supriadi Instruktur AC pada tanggal 29 Oktober 2009. 83
Wawancara dengan Dra. Wiwik Widyati, M.Si kepala Bimbingan dan Pelatihan pada
tanggal 04 November 2009. 84
Wawancara dengan Dede Supriadi Instruktur AC pada tanggal 29 Oktober 2009.
159
Namun banyak dari alumni PSBR sendiri yang mengeluhkan bahwa
apa yang didapat selama mengikuti pelatihan di PSBR hanya merupakan dasar
dari jurusan tersebut, sehingga pada saat praktek di luar PSBR atau berada di
dunia kerja mereka tertinggal jauh. Penulis juga melihat sendiri bahwa materi
yang diberikan oleh PSBR cukup lengkap. Namun dengan waktu yang hanya
enam bulan dan banyak terpotong oleh libur serta kegiatan-kegiatan lain di
PSBR sehingga pemberian materi terkadang tidak selesai.85
Hal ini sesuai
dengan pernyataan salah seorang alumni PSBR angkatan 79 kepada penulis
dia mengatakan bahwa, “pembagian waktunya nggak jelas karena materi-
materinya kadang belum selesai sudah dilongkapin (beralih ke materi baru-
pen) terus juga kadang-kadang langsung praktek”86
Kemudian untuk kemampuan pesertanya sendiri, PSBR
memberlakukan hal yang sama kepada semua pesera. Artinya PSBR
menyamakan tingkat kemampuan semua peserta dalam mengikuti, padahal
setiap peserta di PSBR berasal dari tingkat pendidikan yang bebeda-beda.87
Hal ini akan membuat peserta yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah
akan tetinggal dalam memahami materi yang diberikan.
Di PSBR sendiri terdapat ruangan yang cukup untuk melakukan
pelatihan keterampilan yang masing-masing ruangan terpisah satu dengan
yang lainnya, untuk jurusan otomotif ruangan teori dan praktek berbeda,
sedangkan untuk jurusan yang lain teori dan praktek dilakukan di ruangan
yang sama. Sedangkan bimbingan sosial dilakukan di ruangan tersendiri
PSBR juga terdapat asrama tempat para WBS tinggal dengan asrama putra
85
Observasi peneliti. 86 Wawancara dengan alumni PSBR angkatan 79. 87
Observasi peneliti.
160
dan putri yang dipisahkan oleh lorong kantor. Terdapat juga musholla yang
biasa digunakan shalat berjamaah dan bimbingan mental dan spiritual. Serta
terdapat juga lapangan dan aula.
c. Masa Terminasi
Para WBS juga mendapat program Praktek Belajar Kerja (PBK) atau
yang biasa dikenal dengan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di luar PSBR
selama satu bulan di setiap bulan terakhir menjelang dari pelatihan tersebut
berakhir. Dan untuk mencari tempat PKL tersebut, setiap WBS dibebaskan
untuk mencarinya dengan sebelumnya melakukan survey ke lembaga tersebut
dan kemudian setelah itu datang kembali dengan membawa surat dari PSBR
untuk lembaga tersebut. Untuk mencari tempat PKL para WBS diberikan
waktu selama dua minggu. Tetapi jika menjelang PKL ada WBS yang belum
mendapatkan tempat PKL dan berdasarkan pemantauan instruktur bahwa
WBS tersebut benar-benar mencari tempat PKL, tidak main-main, maka
instruktur memberikan alamat PKL untuk WBS tersebut.88
Pada saat melakukan PKL para instruktur melakukan monitoring
kepada para WBS. Monitoring ini biasanya dilakukan oleh instruktur masing-
masing jurusan. Menurut Dede Supriadi monitoring dilakukan kepada para
WBS ketika melakukan PKL dan melakukan perjanjian dengan pihak bengkel
mengenai hal-hal yang mungkin diperlukan.
88
Observasi peneliti
161
2. Analisis Terhadap Pemberian Pelatihan Keterampilam di PSBR untuk
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
Pelatihan yang dilakukan di PSBR sudah memenuhi semua unsur
untuk mengadakan suatu pelatihan seperti yang dikemukan oleh Oemar
Hamalik, yaitu:
a. Peserta pelatihan
b. Instruktur atau pelatih
c. Lamanya waktu pelatihan
d. Metode pelatihan
Dari keempat unsur di atas dapat kita lihat satu per satu apa yang
kurang dalam pelatihan yang dilakukan di PSBR. Misalnya dari segi para
pesertanya yang kurang peduli akan begitu pentingnya pelatihan tersebut
untuk dirinya agar mampu bersaing di masa yang akan datang. Juga adanya
keterbatasan sarana dan prasarana pelatihan seperti banyak yang diungkapkan
kepada penulis bahwa sarana dan prasaran sebagai penunjang pelatihan sangat
kurang. Karena menurut Bapak Saebun, PSBR sendiri sangat keterbatasan
dana karena dana tersebut merupakan alokasi dari Pemerintah DKI Jakarta.
a. Peserta
Peserta pelatihan di PSBR yang berjumlah 120 orang setiap angkatan,
sebenarnya sudah cukup dan tidak terlalu banyak bila dibagi dengan jumlah
jurusan yang ada. Numun setiap jurusan tidak merata jumlah pesertanya.
Setiap peserta juga memiliki latar belakang pendidikan yang bebeda-beda, ada
yang hanya lulusan SD, SMP dan ada juga yang telah lulus dari SMA. Dari
162
latar belakang pendidikan yang berbeda itu dapat mempengaruhi suasana
pelatihan, maksudnya peserta yang satu dengan yang lain akan berbeda dalam
menangkap materi yang diberikan. Hal ini harus diperhatikan benar oleh
instruktur pelatihan, karena jika peserta tidak mengerti apa yang disampaikan
instruktur maka akan membuat pelatihan itu gagal.
Jurusan otomotif menjadi jurusan favorit dan banyak dipilih oleh calon
peserta. Jurusan tersebut menurut data angkatan 73 sampai dengan angkatan
79 selalu memiliki peserta di atas 30 peserta. Berbeda dengan jurusan lain
yang tidak stabil kadang banyak kadang sedikit.
Tabel 2.
Jumlah WBS di PSBR
2006 2007 2008 2009
Jurusan
73 74 75 76 77 78 79
Otomotif 32 34 31 34 31 33 33
Las 22 31 34 30 30 25 28
Menjahit 16 24 25 16 11 21 12
Salon 27 18 16 13 20 20 15
AC 24 23 24 27 23 21 32
Sumber: Bagian Data PSBR
Menurut data tersebut di atas untuk angkatan 79 peserta yang
mempunyai minat di jurusan menjahit paling sedikit. Sedangkan yang
mempunyai peserta terbanyak kedua di angkatan 79 adalah jurusan AC.
163
Tabel 3.
Jumlah Ketersaluran WBS
2006 2007 2008 2009
Jurusan
73 74 75 76 77 78 79
Otomotif 10 15 12 17 15 20 -
Las 13 14 14 15 15 12 -
Menjahit 12 12 17 11 10 16 -
Salon 15 11 10 10 9 14 11
AC 10 10 15 17 12 17 16
Jumlah 60 62 68 70 61 74 27
Keterangan:
Penyaluran ke lapangan kerja sektor informal/dunia kerja swasta.
Bengkel mobil, motor, las, konveksi, garmen, taylor, salon kecantikan bengkel AC split dan
wirasasta.
Sumber: Bagian Data PSBR.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata sekitar 50 % lebih
peserta pelatihan dapat tersalurkan. Alumni PSBR yang juga mantan Presiden
WBS angkatan 79 kepada penulis mengatakan bahwa, “...anak-anak yang
secara dengan kesadarannya akan masa depan akan mempergunakan pelatihan
itu dengan sebaik-baiknya.”89
Jika benar dilakukan monitoring setelah para peserta keluar PSBR atau
melakukan bimbingan lanjut atau bimjut, maka PSBR juga dapat mengetahui
para peserta yang telah menjadi alumni ke mana mereka selanjutnya kalau
tidak bekerja di sektor yang disebutkan di atas. Atau mungkin PSBR hanya
melakukan monitoring hanya kepada sebagian WBS saja dan tidak secara
89 Wawancara dengan Sugiharto Alumni PSBR Jurusan Las dan juga Presiden WBS
angkatan 79 pada tanggal 30 Otober 2009.
164
keseluruhan. Karena menurut seorang alumni PSBR angkatan 79 dari jurusan
las kepada penulis bahwa: “…nggak ada monitoring sama sekali setelah
lulus.”90
Ketika di dalam pelatihan ada saja para peserta yang seringkali berulah
dengan tidak mengikuti aturan. Hal ini menjadi tantangan PSBR agar dapat
mengubah perilaku para peserta tersebut.
b. Instruktur atau Pelatih
Dalam melakukan pelatihan unsur pelatih merupakan unsur yang
sangat penting. Karena merupakan ujung tombak suatu pelatihan, hal ini
disebabkan pelatihlah yang berhubungan langsung dengan para peserta untuk
mengubah pengetahuan dan pola pikir peserta tersebut bukan penyelenggara
pelatihan. Pelatih atau juga bisa disebut guru mempunyai berbagai peranan
dalam suatu pelatihan seperti yang diungkapkan Dr.Oemar Hamalik (dalam
bab dua) adalah sebagai berikut91:
13. Peranan sebagai pengajar. Para pelatih di PSBR sudah menjalankan
peranan ini dengan baik, karena sama di PSBR pelatih sama saja dengan
guru yang mengajar di kelas seperti sekolah formal.92
14. Peranan sebagai pemimpin kelas. Para pelatih di PSBR juga bisa disebut
sebagai pemimpin kelas karena telah melaksanakan perancanaan,
pelaksanaan dan penilaian. Namun dari segi pengawasan sebagai sisi
pemimpin kelas yang diungkapkan dalam teori ini kurang dilaksanakan,
90
Wawancara dengan Lucky Bayu Hidayat Alumni PSBR Jurusan Las angkatan 79 pada
tanggal 30 Otober 2009. 91 Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan, h. 145. 92
Observasi Peneliti.
165
hal ini terlihat masih banyaknya peserta yang bercanda dan tidak serius
ketika pelatihan berlangsung sehingga menganggu suasana kelas.93
15. Peranan sebagai pembimbing. Peranan ini sudah dilakukan oleh pelatih di
PSBR, namun tidak semua pelatih menjalankannya dengan baik. Ada
pelatih yang hanya memberikan bimbingan kepada peserta yang benar-
benar aktif dan mau bertanya kepadanya sedangkan peserta yang acuh tak
acuh dibiarkan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sugiarto
bahwa, “…sebenarnya kalau disana kita lebih efektif kesadaran..”94
16. Peranan sebagai fasilitator. Peranan ini kurang dijalankan dengan baik
karena banyak peserta yang terlihat pasif dan hanya menerima materi yang
diberikan. Untuk peranan ini sama dengan perananan di atas.95
17. Peranan sebagai peserta aktif. Peranan ini hanya dilakukan oleh beberapa
pelatih.96
18. Peranan sebagai ekpeditor. Peranan ini sudah dilakukan oleh para
pelatih.97
19. Peranan sebagai pembelajaran. Peranan ini sudah dilakukan oleh setiap
pelatih. Karena materi yang diberikan untuk peserta di PSBR disusun oleh
pelatih sendiri. Namun, untuk waktu pemberian materi kadang tidak
tepat.98
20. Perananan sebagai pengawas. Peranan ini sangat kurang dilaksanakan
karena dapat dilihat dari banyaknya peserta yang tidur di asrama pada saat
93
Ibid., 94
Wawancara dengan Sugiharto 95
Ibid., 96
Observasi Peneliti. 97 Ibid., 98
Wawancara dengan instruktur dan pendamping jurusan.
166
jam pelatihan berlangsung. Tetapi pelatih juga mengandalkan petugas
piket dalam hal pengawasan ini.99
21. Peranan sebagai motivator. Untuk di dalam kelas pelatih sudah melakukan
peranannya sebagai motivator, namun untuk di luar kelas hanya peserta
yang dekat dengan pelatih yang kadang diberikan motivasi oleh pelatih.100
22. Peranan sebagai evaluator. Peranan ini sudah dilakukan oleh setiap pelatih
karena para pelatih sendiri yang melakukan evaluasi terhadap
pesertanya.101
23. Peranan sebagai konselor. Untuk peranan ini, ada pelatih yang
melakukannya namun ada juga pelatih yang tidak melakukannya.102
24. Peranan sebagai penyidik sikap dan nilai. Untuk peranan ini pelatih hanya
melakukan penyelidikan terhadap sikap para peserta tanpa melakukan
penyelidikan terhadap sistem nilai yang dijadikan panutan hidup seorang
peserta.103
Begitu banyaknya peranan tersebut yang dapat menciptakan kondisi
pelatihan menjadi kondisi yang baik. Jika pelatihan itu baik pasti akan
menghasilkan para alumni yang berkualitas. Secara keseluruuhan di PSBR,
pelatih selain sebagai pemberi materi kepada para WBS, pelatih juga
menyusun materi yang akan diberikan serta sebagai pembimbing dan
motivator di dalam kelas.
Tetapi jika dilihat dari beberapa jurusan seperti jurusan otomotif dan
las untuk angkatan 79, seakan peran pelatih tersebut sangat kurang dalam segi
99
Observasi Peneliti. 100
Wawancara dengan Sugiarto. 101
Observasi Peneliti. 102 Ibid., 103
Ibid.,
167
bimbingan dan pengawasan karena pada jam pelatihan siang hari masih
banyak para WBS dari jurusan tersebut yang tidur di asrama dan tidak
mengikuti pelatihan.104
Hal demikian tersebut mengakibatkan WBS yang tidur tersebut tidak
akan mengerti tentang materi yang disampaikan pada saat itu. Kemudian efek
dari hal itu akan mengganggu kegiatan pelatihan tersebut, dengan misalnya
mereka yang tidur tidak akan bisa mengerjakan tugas untuk praktek yang
diberikan oleh instruktur.
Namun, tanggung jawab seakan tidak berimbang antara pelatih yang
tinggal di lingkungan PSBR dengan pelatih yang tinggal di PSBR karena
pelatih yang tinggal di lingkungan PSBR harus menerima “resiko” tugas
tambahan yaitu sebagai pengawas peserta pelatihan setelah jam pelatihan
selesai.
c. Lamanya Waktu Pelatihan
Pelatihan yang dilakukan di PSBR selama enam bulan setiap angkatan
seharusnya bisa menghasilkan lulusan yang benar-benar siap menghadapi
pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya. Karena di dalam lembaga-lembaga
pelatihan swasta atau kursus, biasanya hanya diberikan waktu sangat singkat
yaitu antara satu sampai dengan tiga bulan setiap angkatannya. Jadi, dengan
kata lain waktu yang diberikan PSBR kepada peserta pelatihan lebih panjang
dari lembaga pelatihan swasta atau kursus singkat yang sedang marak akhir-
akhir ini.
104
Observasi Peneliti.
168
Untuk lamanya waktu pelatihan Dr. Oemar Hamalik (dalam bab dua)
menjelaskan bahwa lama tidaknya waktu pelatihan didasarkan pada pertama
jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari karena semakin
banyak pengetahuan yang dipelajari semakin lama pula pelatihan tersebut.
Untuk di PSBR materi yang diberikan untuk pelatihan keterampilan sudah
cukup lengkap. Namun, karena waktu yang diberikan banyak terpotong
dengan kegiatan lain maka seakan kurang cukup untuk mendapatkan materi
tersebut secara menyeluruh.
Kedua, kemampuan belajar peserta artinya setiap peserta pasti
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Namun di PSBR semua
peserta disamaratakan kemampuannya, sehingga peserta yang memiliki
tingkat pendidikan rendah seakan kesulitan untuk mengikuti materi yang
diberikan. Hal ini bisa menjadi baik jika peserta tersebut menjadi lebih aktif
untuk mengetahui tentang materi yang tidak diketahuinya itu. Kemudian hal
tersebut bisa menjadi buruk apabila peseta tersebut menjadi tidak percaya diri
karena dengan tingkat pendidikannya.
Ketiga, media pengajaran yang menjadi alat bantu artinya sarana dan
prasarana penunjang pelatihan. Untuk hal yang ketiga ini, di PSBR sangat
kurang.
Dari waktu enam bulan tersebut, waktu yang efektif untuk
mendapatkan teori dan praktek di PSBR adalah sekitar empat bulan. Hal ini
dikarenakan para peserta melakukan program PKL selama satu bulan di bulan
terakhir dari pelatihan tersebut. Dalam kurun waktu empat bulan tersebut
setiap pelatih akan membaginya ke dalam beberapa bagian. Dede Supriadi
169
instruktur AC mengatakan kepada penulis bahwa, “Satu sampai dua bulan
untuk jurusan AC adalah pengenalan dan pengusaan teori dan setelah itu baru
praktek.”
Dengan waktu 6 bulan tersebut, beberapa alumni mengatakan bahwa
mereka di PSBR hanya mendapatkan dasar dari jurusan mereka. Kemudian
pengembangnya mereka lakukan di tempat PKL maupun tempat kerja mereka
selanjutnya. Hal senada juga diungkapkan oleh instruktur salon, beliau
mengatakan bahwa, “Apa yang didapat di PSBR merupakan dasar sehingga
untuk mendapatkan gaya atau style yang cocok bagi mereka, mereka akan
dapatkan sendiri di lapangan kerja yang akan mereka geluti nanti.”
d. Metode Pelatihan
Ada berbagai macam metode yang terdapat dalam melakukan
pelatihan. Semua metode tersebut dapat dilakukan di PSBR agar para peserta
tidak merasa bosan dengan hanya satu metode saja yang dilakuakn yaitu
metode ceramah. Hampir semua jurusan melakukan metode tersebut.
Namun ada juga jurusan yang melakukan metode lain agar suasana
kelas tidak bosan. Seperti yang dilakukan oleh jurusan salon yaitu melakukan
metode diskusi atau yang mereka sebut dengan briefing setiap Senin pagi
sebelum pelatihan dimulai dengan melibatkan semua WBS jurusan salon.105
Selanjutnya menurut Bapak Uke Agustian bahwa, “…hal ini dilakukan agar
para WBS terbiasa dengan briefing yang dilakukan di dunia kerja sebelum
105
Observasi peneliti.
170
mereka melakukan pekerjaan dan juga untuk mempererat rasa kepercayaan di
dalam diri mereka.”
Sedangkan metode lain menurut Ibnu Anshori dalam modul
pelatihan106 (dalam bab dua) adalah sebagai berikut:
f. Metode ceramah. Metode ini sudah dilakukan di PSBR oleh setiap pelatih
maupun guru dalam bimbingan sosial serta bimbingan mental dan spiritual.
g. Metode tanya jawab. Untuk metode ini sudah digunakan, namun tidak
secara maksimal. Metode ini biasanya dilakukan di akhir sesi dengan
pelatih atau guru menanyakan apakah ada pertanyaan dari peserta, jika
tidak ada pertanyaan dari peserta maka pelatih tidak mamancingnya dan
hanya mengakhiri pertemuan tersebut.
h. Metode demonstrasi. Metode ini bisa juga disebut metode praktek. Di
PSBR sendiri metode praktek sudah dilakukan tetapi tidak secara
maksimal, karena adanya keterbatasan sarana dan prasarana untuk
melakukan praktek terhadap semua peserta.
i. Metode sosiodrama. Metode belum dilakukan sama sekali oleh setiap
jurusan. Apabila metode ini akan digunakan, bisa saja para peserta
mempraktekkan keadaan di kelas seakan berada di lingkungan kerja.
j. Metode diskusi. Metode ini sudah dilakukan oleh jurusan salon pada setiap
Senin pagi. Diskusinya bukan hanya seputar materi yang diberikan, tetapi
juga terhadap permasalahan pribadi yang sedang dihadapi setiap peserta.
Kemudian hal tersebut diungkapkan di dalam forum yang nantinya untuk
dipecahkan secara bersama-sama. Dalam diskusi tersebut juga dilakukan
106
Ibnu Anshori, Modul Pelatihan, h. 10-12
171
penilaian satu sama lain sesama peserta dan juga kepada instruktur. Hal ini
sangat baik dilakukan untuk memperkuat rasa kebersamaan di kalangan
peserta.
Jika metode di atas digunakan secara bergantian, kemungkinan setiap
peserta dapat mengetahui secara jelas apa yang diberikan instruktur di kelas.
Karena terkadang ada peserta yang bosan dengan metode ceramah dan
mengajak teman lain berbicara saat penyampaian materi berlangsung dan hal
ini akan mengganggu proses pemberian materi tersebut.
Menurut kepala bimbingan dan pelatihan, “PSBR melakukan sistem 75
% praktek dan 25 % teori.” Jadi, seharusnya dengan porsi yang lebih besar
untuk praktek, para peserta seharusnya juga lebih cepat memahami dan
mengerti dari materi tersebut. Artinya peserta pelatihan seharusnya lebih
cakap dalam melakukan praktek.
Namun beberapa alumni PSBR juga berkata kepada penulis bahwa
yang mereka dapatkan di PSBR hanya merupakan dasar-dasar dari jurusan-
jurusan tersebut sedangkan untuk pengembangannya dilakukan di tempat kerja
seperti PKL dan saat bekerja itu sendiri. Oleh karena itu saat keluar dari PSBR
mereka sangat merasakan bahwa apa yang didapat di PSBR masih sangat jauh
tertinggal bila dibandingkan dengan yang terjadi di lapangan kerja sebenarnya.
Sebenarnya hal ini sudah sering diperingatkan kepada para WBS oleh
instruktur bahwa apa yang akan ditemukan di lapangan pekerjaan sangat
berbeda yang terjadi di dalam pelatihan.
Tetapi untuk materi bimbingan sosial serta bimbingan spiritual dan
mental sangat baik karena dapat membentuk peserta menjadi lebih saling
172
menghargai antara peserta satu dengan yang lainnya. Materi tersebut bukan
hanya memberikan motivasi untuk menjadi peserta lebih baik namun juga
dapat mengubah pandangan dan pola pikir di kalangan para WBS. Hal ini
diungkapkan oleh alumni PSBR angkatan 79 kepada penulis bahwa, “…jadi
gue bisa ngerasain mereka mereka yang butuh. Yang apa lah orang kayak gitu
pasti ada pelariannya. Jadi gue gak nganggep orang itu gini-gini nih. nah gitu,
kalau itu dapet di sosialnya bang, bagus gue seneng sama ceramahnya
bang…”107
Dengan kata lain, selain membangun sumber daya manusia yang
berkualitas dari segi keterampilannya juga dibutuhkan membangun sumber
daya manusia dari segi emosional dan spritualnya, begitulah yang PSBR
lakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini
sejalan dengan tujuan pelatihan yang dijelaskan oleh Dr. Oemar Hamalik
(dalam bab dua).
Para alumni angkatan 79 sendiri yang setelah mengikuti pelatihan
merasa bahwa rasa kebersamaan dalam kehidupan bersosial di PSBR sangat
tinggi sehingga mereka terbawa sampai dengan mereka keluar dari PSBR.
B. Proses Pemberian Penilaian dan Dasar Penilaian bagi PSBR serta Analisis
Terhadap Penilaian yang Diberikan
1. Proses Pemberian Penilaian
Setelah selesai mengikuti pelatihan selama enam bulan, para peserta
mendapatkan sertifikat dan daftar nilai dari PSBR. Di dalam daftar nilai ini
107
Wawancara pribadi dengan alumni PSBR angkatan 79.
173
peserta mengetahui berapa nilai yang mereka peroleh selama mengikuti
pelatihan tersebut.
Penilaian yang didapatkan oleh para peserta adalah penilaian setelah
mereka melakukan semua kegiatan yang diberikan oleh PSBR. Mulai dari
teori, praktek sampai dengan praktek kerja lapangan yang dilakukan di
lembaga di luar PSBR. Setelah melakukan PKL biasanya para peserta
menuliskan laporannya kepada pihak PSBR yang disebut karya tulis dan
setelah itu baru kemudian para peserta melakukan ujian atau tes secara tertulis
mengenai materi-materi yang bukan merupakan materi jurusan.
2. Dasar pemberian Penilaian kepada Peserta
Yang menjadi kriteria PSBR dalam melakukan penilaian terbagi
menjadi lima kelompok materi. yaitu sebagai berikut108:
6. Kelompok dasar yang terdiri dari:
1. Pendidikan Moral Pancasila
2. Pembinaan Keagamaan
3. Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial
4. Etika Sosial
5. Manajemen Kewirausahaan
7. Kelompok inti. Dalam kelompok ini materi diberikan oleh jurusannya
masing-masing.
8. Karya tulis. Karya tulis dibuat setelah para peserta melakukan PBK atau
PKL dan bersifat individu.
108
Bagian data PSBR.
174
9. Praktek belajar kerja. Nilai dari materi ini diberikan oleh lembaga yang
menerima para peserta untuk melakukan PBK ini.
10. Kelompok penunjang, yang terdiri dari:
1. Tanggung jawab kerja
2. Disiplin
3. Kerajinan
4. Kejujuran
5. Kerjasama
Sedangkan untuk kelompok inti dari penilaian setiap jurusan berbeda-
beda. Untuk kelompok otomotif penilaian inti tersebut meliputi penilaian
materi:
I. Teori Otomotif II. Praktek Otomotif
1. Roda Dua 1. Roda Dua
a. Engine a. Engine
b. Rangka/chasis b. Rangka/chasis
c. Kelistrikan c. Kelistrikan
2. Mobil 2. Mobil
a. Engine a. Engine
b. Rangka/chasis b. Rangka/chasis
c. Kelistrikan c. Kelistrikan
Untuk jurusan las penilaian inti tersebut meliputi penilaian materi:
I. Teori II. Praktek
1. Teori las listrik 1. Praktek dasar las listrik
2. Teori las otogen 2. Praktek dasar las otogen
175
3. Praktek membuat tralis, pagar,
jemuran dll.
Untuk jurusan AC penilaian inti t terbagi menjadi penilaian materi:
I. Teori Pendingin/AC
1. Teori dasar pendingin/AC
2. Teori jenis dan fungsi bahan pendingin
3. Teori penggunaan peralatan
4. Teori pemvakuman sistem & pengisian bahan pendingin
5. Teori analisa gangguan
6. Teori pengenalan komponen dasar elektronika
II. Praktek Pendingin/AC
1. Praktek pengenalan komponen dasar elektronika
2. Praktek kelistrikan
3. Praktek penggunaan peralatan
4. Praktek pemvakuman sistem & pengisian bahan pendingin
5. Praktek analisa gangguan.
Kemudian untuk jurusan salon penilaian inti terdiri dari materi:
I. Teori Tata Rias II. Praktek Tata Rias
1. Teori keramas 1. Praktek keramas
2. Teori pengeritingan 2. Praktek pengeritingan
3. Teori creambath 3. Praktek creambath
4. Teori pewarnaan 4. Praktek pewarnaan
5. Teori penataan rambut 5. Praktek penataan rambut
6. Teori blowdry 6. Praktek blowdry
176
Sedangkan untuk jurusan menjahit yang menjadi penilaian inti adalah
materi:
I. Teori Menjahit II. Praktek Menjahit
1. Teori dasar menjahit 1. Praktek memotong bahan
2. Teori membuat pola 2. Praktek menjahit pakaian
3. Teori menggunakan mesin 3. Praktek mengobras
4. Teori mengobras 4. Praktek mengesom dan
membuat lubang kancing
Dari materi-materi penilaian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi bahan penilain setiap jurusan adalah penilain teori dan praktek. Jadi,
tidak hanya penilaian terhadap praktek saja namun teori juga diperlukan. Baik
buruknya nilai yang diterima oleh peserta adalah akibat dari hasil evaluasi
yang dilakukan oleh PSBR kepada peserta tersebut. Jika peserta tersebut
jarang mengikuti pelatihan tetap diberi nilai namun dengan nilai yang kecil.109
Setelah keluar dari PSBR untuk para alumni masih dilakukan
monitoring menurut bapak Taufik kepada penulis, “Kita pantau bisa melalui
by phone bisa juga melalui kita dapet informasi dari perusahaan. Yang paling
telat ya tiga bulan ya. Setelah mereka selesai satu bulan paling cepet karena
begitu selesai mereka kan ada yang bekerja ada juga yang tidak mendapat
pekerjaan sedang berusaha dan menunggu panggilan nah kita bisa nelihat
siapa saja yang sudah bekerja siapa saja yang belum siapa saja yang saat ini
sedang menunggu panggilan kerja.”110
109
Observasi peneliti. 110 Wawancara dengan Bpk. Taufik Hidayat pendamping jurusan Salon di PSBR pada
tanggal 29 Oktober 2009.
177
3. Analisis tentang Penilaian
Setiap pelatihan yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga pelatihan,
pasti akan memberikan sertifikat kepada para pesertanya di akhir masa
pelatihan tersebut. Begitu juga dengan PSBR yang memberikan sertifikat dan
daftar nilai kepada para pesertanya. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya
pada bab empat ini, untuk materi yang menjadi dasar pemberian penilain di
PSBR terbagi menjadi lima kelompok materi.
Dalam memberikan nilai kepada peserta haruslah memiliki tiga aspek
seperti yang dikemukan oleh Rokeach (dalam bab dua), yaitu:
1. Aspek kognitif. Yang menjadi aspek kognitif dalam pemberian nilai di
PSBR adalah kelompok materi praktek belajar kerja dan karya tulis.
Karena dalam dua kelompok ini, para peserta dapat dapat menjelaskan
pengetahuannya melalui materi praktek belajar kerja dan kemudian dapat
memberikan opini serta pemikirannya yang dituangkan dalam bentuk
karya tulis.
2. Aspek afektif. Yang menjadi aspek afektif dalam pemberian nilai di PSBR
adalah kelompok materi inti atau kelompok materi dari jurusan masing-
masing. Karena dalam kelompok materi ini dapat mewakilkan perasaan
peserta pelatihan apa yang diinginkannya terhadap pelatihan tersebut.
3. Aspek tingkah laku Yang menjadi aspek tingkah laku dalam pemberian
nilai di PSBR adalah kelompok materi dasar dan kelompok materi
penunjang. Karena dalam dua materi ini dapat berpengaruh dan
mengarahkan tingkah laku para peserta pelatihan.
178
Jadi, dalam penilain yang diberikan oleh PSBR kepada para pesertanya
dapat dikatakan sudah memenuhi ketiga aspek nilai yang dikemukakan oleh
Rokeach tersebut.
179
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Tentang Pelaksanaan Keterampilan Bagi Remaja Putus
Sekolah oleh Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Jakarta
Selatan
Dari hasil temuan data melalui observasi dan wawancara dalam
penelitian ini, maka penulis dapat meyimpulkan bahwa pelatihan keterampilan
yang dilakukan di PSBR merupakan bentuk nyata dari upaya Pemerintah DKI
Jakarta dalam rangka menyelamatkan remaja putus sekolah dari ketelantaran
dan hidup yang tidak wajar. Selain itu pelatihan di PSBR dapat dikatakan baik
karena bukan hanya pelatihan keterampilannya saja yang diberikan namun
juga diberikan pembekalan mental dan spiritual serta bimbingan sosial kepada
para WBS untuk memandang ke arah masa depan yang lebih baik. Karena hal
ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Dr. Oemar Hamalik bahwa selain
dari aspek keterampilan yang perlu dikembangkam dari proses pelatihan
keterampilan, aspek semangat kerja, pembinaan budi pekerti, penigkata
keimanan dan ketaqwaan, dan peningkatan taraf hidup juga perlu
dikembangkan.
Pelaksanaan keterampilan yang diadakan di PSBR, menitikberatkan
pada praktek dengan porsi kurikulum 70 % untuk praktek dan 30 % untuk
teori. Hal ini bertujuan agar para peserta bisa lebih memahami apa yang
dijelaskan saat pelatihan berlangsung.
180
Namun sayangnya pelatihan tersebut tidak dilengkapi dengan
pengawasan yang ketat bagi para peserta pelatihan pada saat jam pelatihan
berlangsung. Karena banyak sekali para peserta yang masih berada di asraa
pada saat jam pelatihan sudah berlangsung, terutama pada jam pelatihan siang
hari.
Kemudian di PSBR sendiri juga kurang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang pelatihan. Misalnya untuk jurusan otomotif hanya
terdapat satu motor buatan China dan satu mesin mobil untuk praktek dan itu
pun model lama, untuk jurusan las para peserta kadang kekurangan elektroda
dan besi yang sebagai alat praktek. Dari dua jurusan ini yang bersebelahan
terkadang para peserta saling pinjam meminjam alat perkakas seperti tang dan
kunci pas. Untuk jurusan AC mendapatkan kendala untuk praktek, karena AC
yang dimiliki PSBR merupakan AC model lama. Sedangkan untuk jurusan
salon, mereka sering kehabisan shampoo untuk creambath. Kemudian untuk
jurusan menjahit banyak sekali kekurangannya mulai dari mesin jahit yang
rusak dan yang berfungsi hanya beberapa buah sampai dengan tidak adanya
bahan untuk dibuat menjadi baju atau celana.
Sedangkan untuk waktu pelatihan jika dilihat dari materi yang akan
disampaikan, waktu enam bulan yang diberikan PSBR cukup. Apabila waktu
tersebut tidak terpotong oleh berbagai macam kegiatan sehingga mengurangi
waktu untuk memberikan materi dan praktek kepada para peserta. Tetapi jika
banyak terpotong seperti sekarang sehingga efektif untuk pelatihan hanya
sekitar empat bulan sangat kurang jika dilihat dari materi yang akan diberikan.
181
Dalam melakukan metode untuk penyampain materi di pelatihan
keterampilan sendiri, di PSBR sangat kurang karena kebanyakan jurusan
hanya melakukan metode yang sama yaitu metode ceramah yang bisa
membuat peserta bosan dengan metode tersebut. Akhirnya membuat pelatihan
tersebut menjadi hal yang kurang menarik karena waktu enam bulan bukan
waktu yang pendek untuk mengikuti pelatihan. Namun demikian salah satu
jurusan, yaitu jurusan salon memakai metode diskusi yang dilakukan satu
minggu satu kali, hal ini sangat menarik, karena dengan metode diskusi
tersebut para peserta akan lebih berani mengungkapkan pendapatnya.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan hanya dari
segi keterampilan saja tetapi juga harus diimbangi dengan kualitas mental dan
spiritualnya karena jika seseorang memiliki keterampilan yang baik dalam
suatu hal, tetapi tidak diimbangi dengan kualitas mental dan spritualnya yang
baik juga maka orang tersebut jika mengalami suatu kesulitan akan langsung
jatuh dan susah untuk bangkit kembali. Jadi, sangatlah baik apa yang telah
dilakukan PSBR memberikan pelatihan keterampilan yang disertai dengan
pembinaan mental dan spiritual para perserta pelatihannya.
2. Kesimpulan Tentang Pemberian Penilaian bagi Peserta Pelatihan Dalam
Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
Dari data yang penulis peroleh, bahwa pemberian penilaian yang
dilakukan oleh PSBR kepada peserta pelatihan menitikbaratkan pada dua
aspek. Aspek yang pertama yaitu aspek kepintaran para peserta dalam
menerima setiap materi yang diberikan dan diujikan. Kedua yaitu aspek
182
tingkah laku peserta tersebut, bagaimana tingkah laku peserta tersebut dan
apabila amak tersebut pintar, tetapi dalam bertingkah laku peserta tersebut
kurang baik maka akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam memberikan
penilain. Begitu juga sebaliknya.
Dalam materi yang dinilai kepada para peserta untuk dicantumkan di
dalam sertifikat, telah menjangkau tiga aspek dasar dalam teori nilai. Yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek tingkah laku.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, maka penulis dapat menyarankan
beberapa hal untuk kemajuan dalam segi pelatihan keterampilan di PSBR agar
dapat menghasikan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan seimbang
antara segi keterampilannya dan juga dari mental dan spritual
1. Saran Untuk Proses Pelatihan Keterampilan
Saran untuk proses pealtihan keterampilan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan yang benar-benar ketat kepada para peserta
pelatihan agar semua peserta benar-benar mengikuti pelatihan
dengan baik, dan PSBR akhirnya menghasilkan alumni yang baik.
b. Melakukan cara yang berbeda dalam metode penyampaian materi
agar suasana kelas tidak membosankan dan bisa lebih hidup.
c. Membagi pembagian waktu yang jelas untuk setiap materi yang akan
diberikan selama pelatihan, hal ini diperlukan agar tidak terjadi
183
tumpang tindih antara materi satu dengan materi yang lainnya dan
juga agar tidak ada materi yang terlewat.
d. Menambah sarana dan prasarana penunjang pelatihan.
e. Setiap pelatih maupun petugas di PSBR harus dapat menjadi
motivator dan fasilitator bagi setiap peserta.
f. Menerima peserta yang hanya benar-benar ramaja putus sekolah dan
kurang mampu bukan remaja yang telah lulus sekolah menengah
atas.
2. Saran Untuk Dasar Penilaian
Sedangkan saran untuk pemberian penilaian kepada peserta adalah sebagai
berikut:
a. Tidak menyamaratakan kemampuan setiap peserta, karena banyak
para peserta yang hanya sampai di sekolah tingkat dasar atau
lanjutan pertama.
b. Penilaian harus juga dilihat dari tingkah laku peserta di luar jam
pelatihan.
c. Dalam memberikan penilaian harus memiliki standar yang jelas
untuk memudahkan para peserta mengetahui nilainya secara
objektif.
184
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002.
____________________, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2003.
Barthos, Basir, Drs., Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan
Makro, Jakarta: Bumi Aksara. 2004, Cet. Ke 7.
Cordoso, Gomes Faustino, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi
Offset, 1995
. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset. 1989.
Hamalik, Oemar, Dr., Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan
Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Moleong, Lexy J, M.A., Prof., DR., Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. Ke 20.
Mr. Dan O’Donnell, Perlindungn Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, UNICEF. 2006.
Nasir. D, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.
Nawawi, Hadari, Prof., Dr., Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1992.
185
_________________________, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis
kompetitif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2005, Cet.Ke 6
Notoadmojo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003.
Ruky, Ahmad S, Sumber Daya Manusia Berkualitas: Menakar Visi Menjadi
Realitas, Jakarta: Gramedia, 2003.
Salam, Syamsir, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. Sedarmayanti, Sumber Daya dan Produktifitas Kerja, Bandung: CV Mandar
Maju, 2001.
Sekanto, Soerjono, Prof., Dr., SH., MA., Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2001, Cet. Ke 32.
Sinamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994.
Siagian, Sondang P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 1997.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahsa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
____________, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional).
Jakarta: Departemen Sosial Direktoral Kesejahteraan Anak, Keluarga dan
Lanjut Usia, 2006.
W. Gulo. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2002.
Internet dan Sumber Lainnya
Anshori, Ibnu. Drs., H., SH., MA., Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis
HAM, Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007.
Arianto, http://smileboys.blogspot.com/2008/07/pengertian-kualitas.html artikel diakses tanggal 30 Agustus 2009.
Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.
Brosur Sasana Penyantunan Anak Tebet 1998/1999.
Fitri, Psikologi Remaja. http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/27/
pengertian-remaja/ artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html artikel diakses tanggal
29 Agustus 2009.
186
Jurnal Nasional edisi 29 Januari 2009, “Ribuan Anak DKI Putus Sekolah,”
http://www.forumsdm.org/index.php?option=com_content&task=view&id
=424&Itemid=182 artikel diakses pada tanggal 03 November 2009
Pedoman Penyelanggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial
Republik Indonesia Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak. Tahun 2002.
Republika Newsroom, LAZ Portal Infaq Bantu Anak Putus Sekolah
http://www.republika.co.id/berita/9552/LAZ_Portal_Infaq_Bantu_Anak_P
utus_Sekolah artikel diakses tanggal 1 Agustus 2009.
Sedikit Kepedulian Untuk Kesempatan Besar http://www.serunifoundation.org/ journal_read.php?sxEntryID=5&comments=5 artikel diakses tanggal 1
Agsutus 2009. Sri Wahyuni, “Remaja Tantangan dan Harapan,” http://smp1wonosari.
wordpress.com/2007/12/01/remaja-harapan-dan-tantangan/ artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2009.
United Nations Development Program, Human Development Report 2007/2008:
Fighting Climate Change, Human Solidarity in a Divided World, New
York: Palgrave Mcmillan. 2007.
Wawancara Pribadi dengan Alumni PSBR angkatan 79 tahun 2009 pada tanggal
30 Oktober 2009.
Wawancara Pribadi dengan Instruktur Jurusan AC pada tanggal 29 Oktober 2009.
Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Bimbingan dan Pelatihan pada tanggal
05 Oktober 2009.
Wawancara Pribadi dengan Kepala Tata Usaha PSBR pada tanggal 29 Oktober
2009.
Yudi Setiawan. 19 Persen Anak Usia Sekolah Putus Sekolah. http://www. tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/06/13/brk,2005061362414,id.html artikel diakses tanggal 1 Agustus 2009.
187
Lampiran I : Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi
188
Lampiran II : Surat Permohonan Izin Penelitian
189
Lampiran III : Surat Izin Melakukan Penelitan
- 190 -
Bagan 3. Proses Pemberian Pelayanan bagi WBS di PSBR
Lampiran IV : Bagan Proses Pelayanan
PROSES PEMBERIAN PELAYANAN BAGI WARGA BINAAN SOSIAL
DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) TARUNA JAYA
PENJANGKAUAN
Pengiriman :
1. datang sendiri
2. rujukan dari panti
sosial & rumah
singgah 3. rujukan dari PSM,
Orsos, Karang
Taruna
Persyaratan :
1. usia 15-21 thn.
2. belum menikah.
3. belum bekerja.
4. pendidikan min.
SD max. SMA
5. bebas narkoba
Pendekatan Sosial :
1. perorangan
2. keluarga
3. masyarakat
.
Rekrutmen /
Penerimaan
Identifikasi
1. kelengkapan
administrasi
2. wawancara
3. tes fisik
Assessment
1. konsultasi
2. pengungkapan pemahaman masalah
dan potensi
3. penentuan jurusan
Penerimaan
Registrasi
Pengasramaan
MOS
Bimbingan
Pelatihan dan
Keterampilan
Bimbingan Mental &
Bimbingan Sosial 1. Bimbingan mental
spiritual / keagamaan 2. Bimbingan Sosial
3. Wawasan Kebangasaan
4. Kewirausahaan
5. PKK
6. Karang Taruna 7. Olah Raga / kesenian
Bimbingan
Pelatihan
1. Otomotif
2. Las
3. Jahit
4. Salon
5. AC
Penyaluran &
Bina Lanjut
PKL
Penyaluran : 1. Bekerja
2. Wirausaha 3. Kembali pada
keluarga
4. Menikah 5. Kembali ke
daerah asal
Terminasi Pemutusan hubungan karena
telah tercapai /
hidup mandiri
Bina Lanjut
Konsultasi
Monitoting
WBS menjadi warga
masyarakat yang
bertanggung jawab
dapat hidup secara
layak, normativ dan
mandiri serta
bertaqwa kepada
Tuhan YME
191
Lampiran V: Pedoman wawancara
1. Sebelum adanya penerimaan peserta, apakah dilakukan sosialisasi untuk
mencari peserta pelatihan? 2. Apakah dilakukan seleksi dalam penerimaan peserta pada setiap angkatan?
3. Jika dilakukan seleksi, seleksi apakah yang dimaksud apakah hanya bersifat akademik saja seperti seleksi keahlian atau juga menyeleksi secara
pribadi calon peserta? 4. Berapa lama pelatihan dilakukan setiap angkatan? Dan berapa lama pula
pelatihan dilakukan setiap harinya?
5. Apakah ada waktu khusus yang diberikan bagi peserta pelatihan yang
kurang mampu dalam mengikuti materi pelatihan?
6. Apakah waktu pelatihan dibagi menjadi sejumlah kurun waktu misalnya
untuk penguasaan dan pengulangan materi?
7. Apakah pelatih berasal dari lingkungan PSBR sendiri yang telah disiapkan
secara khusus atau dari luar lingkungan PSBR?
8. Apa sajakah yang menjadi peran pelatih di program pelatihan ini?
9. Bagaimana cara atau metode penyampaian materi yang dilakukan pelatih
kepada peserta pelatihan?
10. Apakah ada kurikulum khusus yang diberikan kepada peserta pelatihan?
11. Setelah selesai melakukan pelatihan di PSBR, apakah pelatih atau pihak
PSBR melakukan monitoring terhadap para alumni PSBR? 12. Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki PSBR dalam membantu
kegitan pelatihan?
Pedoman Wawancara tentang Kualitas SDM 1. Adakah penilaian khusus yang dilakukan pihak PSBR kepada setiap
peserta pelatihan? 2. Jika peserta pelatihan itu dikatakan baik, apakah PSBR akan memberikan
lembaga atau tempat PKL kepada peserta atau tetap mereka mencari
sendiri?
3. Apa yang menjadi standard PSBR dalam melakukan penilaian
keberhasilan pelatihan?
4. Adakah sanksi khusus bagi peserta yang tidak mentaati peraturan selama
mengikuti pelatihan?
5. Apakah PSBR bekerja sama dengan pihak luar dalam melaksanakan
pelatihan guna memberikan pengalaman bari bagi peserta pelatihan?
192
Lampiran VI: Hasil Trnaskrip Wawancara
Subyek : Bpk. Taufik Hidayat (Pendamping Jurusan Salon) Topik : Pelatihan
Hari/Tanggal : Kamis/29 Oktober 2009 Tempat : Lobby PSBR
Informasi yang relevan : Setiap materi disusun oleh Instruktur masing-masing. Observasi : wawancara dilakukan di Lobby PSBR dengan santai
sambil duduk di kursi petugas piket yang pada waktu
wawancara tidak ada petugas yang jaga.
Kondisi khusus : Informan adalah seorang pendamping jurusan salon
yang sudah di PSBR sejak tahun 2000.
No Pertanyaan Jawaban
1 Sebelum dilakukan pelatihan pak ada
sosialisasi?
Maksudnya sebelum masuk sini anak-anak.. iya, sosialisasi ya kita kan sebelumnya anu apa namanya
memberikan informasi ke Sudin Sudin dengan menyebarkan pemberitahuan bahwa ini tahun ajaran ini
penerimaan WBS. Kan satu tahun ada dua angkatan. Contohnya sekarang nih kan sebentar lagi anak anak mau
PKL nih PBK. Bulan desember anak-anak PKL selama bulan desember itu kita menginformasikan eee surat-
surat pemberitahuan kepada sudin-sudin apa di
kecamatan bahwa kita penerimaan WBS baru untuk
periode berikutnya yang insya Allah januari 2010 seperti
itu.
2 Setelah penerimaan
ada seleksi juga gak
buat anak-anaknya?
Iya, ada ya ada setiap mereka me eee mendapatkan
informasi itu dari PSM yang ada di kelurahan atau
kecamatan dengan ee itu kan kita memberikan
selembaran formulir nah di perbanyak oleh pihak PSM,
mereka mengisi formulir dengan persyaratannya disitu
juga mereka lengkapi mereka datang kesini. Nah setelah
datang kesini kita seleksi kira-kira ee berkasnya lengkap
atau tidak setelah itu kita melakukan suatu identifikasi
atau wawancara dan hari itu juga kita tes fisik diseleksi
apakah dia bisa diterima atau tidak. Gitu.
3 Emm kalau seleksi
nya ada seleksi ada
akademik gitu gak pak?
Maksudnya?
4 Potensi dia misal dia masuk ke ini kayak
tes tulis dulu gitu pak
Eee yang kita lakukan ini yang ini aja ee berdasarkan kemampuan, apakah dia mampu di didik atau mampu
dilatih. Ya sepanjang mereka mampu dididik dan mampu dilatih dan dia memang berlatar belakang ekonomi lemah
atau tidak mampu. Itu yang kita terima. Gitu.
193
5 Jadi nggak kalau
misalnya dia mau ke
las kemampuannya
nggak di las tapi te-tep dia bisa masuk?
Tapi nanti kalau dia sudah masuk ke jurusannya masing-
masing para instruktur mungkin punya kriteria lain ini
lebih pantas kemana nih kadang kadang ditawarin mau
pindah kemana yang lebih tepat buat dia. Oh kamu nggak cocok di jurusan ini pindah ke jurusan yang lain kan
begitu.
6 Berarti kalau misal
nya ada anak yang kurang gitu waktu
mengikuti pelatihan itu ada dikasih waktu
khusus nggak pak?
Maksudnya kurang bagaimana nih?
7 Kurang dalam artian
dia nilainya kurang baiklah terus dia ku-
rang mengikuti mate-ri ada waktu khusus
nggak buat dia yang
diberikan?
Tidak ada, yang jelas kita memberikan kepada mereka
kamu harus ada kesungguhan mau belajar, tapi kalau tidak ada kesungguhan yang rugi bukan siapa-siapa dia
sendiri. Iya kan karena disini kan boleh dikatakan belajar singkat hanya efektifnya kira-kira empat bulan ya
efektifnya ya, jadi kalau seandainya dia tidak itu ya yang
rugi diri sendiri lah. Kan gitu. Kan disini ada petugas eee
atau pendamping yang memberikan motivasi kepada dia
agar dia bisa mengikuti kegiatan. itu aja.
8 Kan waktu pelatihan
itu enam bulan efek-tifnya kata bapak itu
empat bulan, itu di-bagi bagi nggak mi-
salnya buat mengu-
asai materi berapa
buat evaluasi berapa
ada pembagian-pem-
bagian kayak gitu
gak?
Kalau buat itu sudah diatur oleh instrukturnya masing-
masing. Kan dia punya ini apa yang disebut apa namanya kurikulumnya jadi mungkin ada tahapan-tahapannya
yang jelas ee ada teori ada praktek kan gitu aja.
9 Kalau instruktur itu
dari kalangan sini
apa dari luar pak?
Yang jelas instrukir dari luar. Kalau kita yang di dalem
hanya sebagai pendampingnya aja.
10 Terus kalau peran
pelatih itu sendiri itu
selain buat ngasih
materi apa ada peran
lain buat anak-anak?
Nggak ada cuman tugasnya hanya ngajar aja di bidang
jurusannya masing-masing kan gitu. Jadi untuk itu udah
petugas yang lain. dia hanya tugasnya mengajar misalnya
jurusan las ya di bidang itulah yang dia kuasai. Jadi ada
teknisnya.
11 Jadi di dalam itu dia
hanya ngajar doang
nggak dampingin?
Nggak itu tugas pekerja sosial kalau itu kan.
12 Nah kalau buat meto-
de yang dilakukan
dalam penyampaian
oleh pelatih itu ada
metode-metode khu-
Ya masing-masing instruktur punya metodenya
sendirikan bagaimana dia ngajar gitu tapi emang lebih
efektifnya anda boleh tanyakan langsung kepada
instrukturnya,
194
susnya nggak?
13 Iya pak. Tapi kalau
dari PSBR sendiri
ngasih cara-cara ku-
rikulum buat meng-
ajar gitu nggak pak? Misalnya kayak gini
kayak gini.
nggak dia bikin sendiri jadi instrukturnya itu masing-
masing punya punya kurikulum sendiri nah nanti kan
diketahui oleh kepala bimlat kalau ini berdasarkan eee
diatur sajalah kan gitu.
14 Berarti nggak ada
kurikulum khusus dari dinas gitu?
Nggak ada nggak ada gitu. Nggak ada.
15 Setelah pelatihan nih
pak, PSBR melaku-
kan monitoring gak
sih? Kalau udah sele-
sai pelatihan?
Kalau sudah selesai iya, iya, kita mereka setelah selesai
diberikan emm bimbingan keterampilan kan mereka ada
di luar kan. Tetep kita pantau bisa melalui by phone bisa
juga melalui kita dapet informasi dari perusahaan gitu
aja.
16 Nah monitoring nya
itu selama berapa
bulan pak?
Ya ya paling paling telat ya tiga bulan ya. Setelah mereka
selesai satu bulan paling cepet karena begitu selesai
mereka kan ada yang bekerja ada juga yang tidak
mendapat pekerjaan sedang berusaha dan menunggu
panggilan nah kita bisa nelihat siapa saja yang sudah
bekerja siapa saja yang belum siapa saja yang saat ini
sedang menunggu panggilan kerja kan begitu.
17 Iya, menurut bapak
saran dan prasarana
untuk pelatihan su-
dah menunjang be-lum sih pak?
Sarana dan prasarana saya rasa masih masih sangat
belum menunjang karena memang terbentur oleh
anggaran juga, UUD hahaha.
18 Terus setelah pelati-han nih pak anak-
anak kira-kira mere-ka mampu gak dika-
sih tugas yang lebih?
Tugas yang bagaimana tuh..?
19 Misalnya dia sebe-
lum masuk sini kan kerja begitu aja terus
setelah ikut pelatihan itu dia misalnya di
otomotif atau di las setelah pelatihan dia
mampu gak diserahin
bener-bener kayak
bidang las bidang
otomotif gitu?
Yang jelas mereka kalau iu merupakan bagian dari tugas
yang harus dilaksanakan oleh WBS dan itu harus dilaksanakan kan begitu. Misalnya dari pihak
instrukturnya emm memerintahkan untuk melaksanakan tugas ya memang harus dilaksanakan karena memang itu
bagian dari nilai dia. Kalau mereka tidak melaksanakan tugas itu berarti mereka tidak dapet nilai. Karena mereka
disini kan belajar untuk men-dapatan keterampilan dan
kalau udah selesai mereka akan mendapatkan apa yang
didapatkan hasil dari pada yang dia peroleh sertifikat
misalnya. Kan sertifikat itu memiliki nilai kan gitu.
20 Kalau menurut bapak
setelah dia mengikuti
pelatihan disini rata-
rata keyakinan atau
Kalau menurut saya kepercayaan diri ya eee awal dia
masuk ke sini mereka rata-rata banyak pendiam. Dia
belum bisa menyesuaikan diri setelah mereka masuk ke
PSBR ini setahap demi setahap mengikuti bimbingan apa
195
percaya diri mereka
lebih tumbuh apa
nggak?
itu yang namanya bimbingan etika ya kemudian
bagaimana mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan
dengan sendirinya kepercayaannya itu tumbuh iya kan.
Karena kan dia di sini kan bersosialisasi disamping itu kan seringkali mereka mendapatkan bimbingan mental
bimbingan sosial ya disitulah yang tadinya diam udah mau bicara malah yang sudah bicara malah sekarang
over acting banyak omongnya hahaha..
21 Terus ada nggak pak
pengaduan dari pihak lembaga mereka
selama ini, penga-duan yang baik mau-
pun yang buruk gitu. Kan dia udah lulus
nih ada gak penga-
duan-pengaduan ke
sini yang positif mau
pun negatif gitu?
Ya jelas kan kita ada programnya praktek belajar kerja.
dan mereka nanti setelah mereka diterima dipekerjaan. Ada laporan bahwa anak tersebut ternyata berhasil hasil
monitoring kita kan. Berhasil dengan baik dan mereka masih bekerja disana dan ternyata karena mereka sudah
berhasil dan mendapatkan kepercayaan kan. Mendapatkan kepercayaan dan mungkin masih ada lagi
nggak alumni PSBR yang bisa diterima di sana kan gitu.
Ya ada juga laporan yang nggak bagus misalkan oh anak
ini eee keluar dari pekerjaan gak ada laporannya ya
semacam itu lah kira-kira.
22 Setiap angkatan itu
rata-rata banyaknya
yang baiknya atau
yang buruknya?
Ya rata-rata setiap angkatan itu memiliki kriterianya
masing-masing ya. Setiap angkatan ada aja yang bandel.
Ada aja yang ya kan namanya dalam sesuatu ada aja
bahan baku yang tidak baik ya. Gagal produksi kan ada
gitu hahaha.. paling-paling yang gagal produksi kan
terbuang atau kalau mengikuti audisi itu tereliminasi. Ya
semacam itu lah. Mungkin tidak seratus persen satu dua
ada karena mungkin merasa di rumah lebih nyaman atau
lingkungan di rumahnya lebih baik karena merasa di
rumahnya lebih bebas iya kan. Disini ada aturan kalau di
rumah anak papa anak mama iya kan.
23 Kalau gitu ada sanksi
khususnya nggak pak buat yang..
Ya jelas ada setiap anak sudaj diikat oleh peraturan tata
tertib. Ada tata tertib asrama ada tata tertib untuk WBS ada janji WBS dan itu mereka harus mengikuti aturan
main barang siapa yang tidak dapat sesuai dengan peraturan maka akan mendapatkan sanksi. Sanksi ada
yang sedang ringan dan berat kan gitu.
24 Iya, kalau yang pa-
ling berat itu gima-
na?
Ya kalau yang paling berat misalnya diskors. Kalau
memang diskors itu mereka belum berubah juga ya sudah
kita kembalikan kepada orang tuanya itu yang paling
berat. Kita mau ngapain disini kan gratis bayarannya apa
dia belajar sungguh sungguh dan patuh sama peraturan
sepanjang dia punya niat belajar sungguh sungguh dan
patuh sama peraturan saya rasa dia bisa berhasil dengan
baik dan sukses setelah dari sini. Gitu.
196
Subyek : Bapak Drs Sebun (Kepala Tata Usaha)
Topik : Sosialisasi dan Monitoring Hari/Tanggal : Kamis/29 Oktober 2009
Tempat : ruang kantor Informasi yang relevan : Sosialisasi yang dilakukan tidak secara langsung dan
monitoring dilakukan kepada para alumni. Observasi : wawancara dilakukan di ruang kantor informan
menjelang makan siang dan informan saat sebelum dilakukan wawancara sedang membaca buku. Di ruang
kantor tersebut ada dua meja kerja yang pertama milik
responden dan yang lainnya milik Bapak Imam seorang
pegawai tata usaha dan sekaligus pendamping jurusan
otomotif
Kondisi khusus : Informan merupakan kepala tata usaha yang baru
dimutasikan sejak maret 2009 ke PSBR namun sebelum
itu beliau juga pernah lama di PSBR menjabat sebagai
kepala TU.
No Pertanyaan Jawaban
1 Sebelum melakukan penerimaan PSBR
melakukan sosialisa-si nggak, bentuk so-
sialisasinya apaan aja
gitu pak?
Ya secara khusus sosialisasi yang dilakukan PSBR sih tidak ada, yang dilakukan PSBR itu sebetulnya diawali
dengan penjangkauan. Penjangkauan itu artinya kita merekrut calon WBS ya. Itu dilakukan dengan cara kita
menyebarkan surat kepada seluruh instasi yang terkait
kayak sudin di lima wilayah kota, BP3S kemudian ada
lagi karang taruna dan sebagainya tuh dikirimi surat dan
termasuk dengan para PSM jadi kita namanya
penjangkauan ya. Penjangkauan itu upaya mencari calon
klien untuk dididik disini. Jadi sosialisasi secara khusus
masyarakat dipanggil atau PSM dipanggil dan
sebagainya itu tidak ada tetapi kalau secara tidak
langsung melalui penyebaran famlet kemudian pada saat
ada pameran itu kan penyebaran informasi ya tapi itu
timing nya hanya tertentu aja. Juga khusus sosialisasi itu masyarakat DKI kan luas jadi dipanggil semua itu gak
jadi kita melalaui surat pemberitahuan bahwa disini sudah saatnya ada penerimaan begitu. Itu juga salah satu
cara untuk menjangkau melalui karyawan bisa juga melalui anak dari mulut ke mulut itu juga bisa kayak
gitu. Jadi kalau sosialisasi khusus memanggil masyarakat tidak ada ya. Karena masyarakat kita DKI kan sangat
luas disini ada kurang lebih 34 kecamatan kalau dulu belum pemekaran itu ada 256 kelurahan ya itu untuk
memanggil memanggil mereka cukup ini juga. Jadi ini
aja melalui surat penyebaran informasi kepada seluruh
masyarakat melalui PSM, SSK terus organisasi yang
kayak tadi saya sebutkan BP3S, sudin di lima wilayah
197
kota terus juga dinas kita beritahukan semua instansi
yang terkait kayak karang taruna, FK PSM organisasi
PSM itu semua kita beritahu. Ya gitu.
2 Terus kalau udah
penerimaan ada se-
leksi gak pak?
Kita ya kalau saya lihat seleksi disini karena memang
kita ada keterbatasan daya tampung ya keterbatasan daya
tampung seratus dua puluh orang. Sesungguhnya kita lebih dari seratus dua puluh, karena di atas bisa
digunakan tapi dalam prakteknya sesuai dengan anggaran yang tersedia kita terima setiap angkatan seratus dua
puluh anak namun pada hasil penjangkauan tadi itu ya, itu melebihi dari yang daya tampung disini jadi diadakan
seleksi. Seleksi yang dilakukan disini yaitu seleksi fisik kita tes fisiknya melalui squat jump kemudian lari, push
up itu formulirnya udah disiapin. Kemudian juga tes fisik dilakukan juga kemudian juga ada untuk tes fisik
administrasi juga, kelengkapan administrasi juga
dipertim-bangkan kelengkapannya di surat penjangkauan
tadi itu kan ada persyaratan-persyaratannya nah itu juga
jadi seleksi.
3 Kalau seleksi secara
akademik terus se-
leksi secara pribadi
ada gak?
Seleksi akademis itu hanya untuk jurusan aja tes
kemapuan dasar. Jadi itu tertulis ada formu-lirnya ada
minta sama bu Wiwik semuanya ada. Formulir tes fisik
ada formulir tes kemampuan ada itu semua ada untuk
penerimaan itu semua administrasinya komplit. Itu ada
semua kalau itu bisa tanya pak Imam yang menyimpan.
Jadi tes administrasi itu hanya kelengkapan ada yang
lengkap ada yang tidak kita pisahkan itu untuk seleksi
kemudian yang fisik selain squat jump push up dan
sebagainya juga kita melihat badan anak apa ada tattoo
apa tidak sepanjang masih ada yang lain itulah yang kita terima gitu ya. Karena bertato melambangkan pergaulan
dia sampai sejauh mana di masyarakat, banyak yang bersih itu yang kita pertimbangkan.
4 Waktu pelatihan nih pak ada peserta ini
yang kurang mampu mengikuti materi
terus ada waktu khu-sus gak yang diberi-
kan untuk dia?
Ee saya kira kalau saya lihat karena saya tata usaha itu semua eee diplot sama untuk mengikuti namun
kendalanya karena latar belakang pendidikannya berbeda ada yang putus sekolah dari SMP kelas satu kelas dua
kelas tiga SMA kelas satu dua tiga jadi kalau melihat itu beragam heterogen itu WBS kita bermacam-macam
tingkat pendidikannya. Tingkat kelulusannya bermacam
macam SMP kelas satu putus jadi sudah itu kita sama
semua merata nggak ada yang khusus misalkan ini
misalkan ini nggak ada. Karena kita kan enam bulan
harus sudah selesai dan jadwal itu padet dari pagi sampai
dengan malam. Jadi secara singkatnya memang setau
saya belum ada.
5 Kalau dalam waktu
enam bulan ini kan
Efektifnya kalau saya lihat itu sekitar lima bulan.
198
efektinya paling seki-
tar empat bulan pak
ya?
6 Terus itu waktunya
dibagi-bagi gak misal
untuk pemberian ma-teri berapa untuk
evaluasi berapa ada gak pembagian ka-
yak gitu pak?
Kalau di kita diketerampilan kita lihat per sektor nya ya.
Per jenis keterampilannya. Kalau keterampilan itu variasi
ada yang sepuluh pers dua puluh lima persen teori juluhpulh lima persen praktek ada yang tujuh puluh ada
yang tiga puluh. Jadi semua itu tergantung intrukturnya. Jadi bisa tanya ke instruktur tentang komposisi nya teori
dan praktek tapi kalau bimbingan sosial itu semuanya penyampaian materi klasikal semua saya lihat sih gitu.
7 Kalau pelatih sendiri berasal dari ling-
kungan PSBR atau dari luar?
Kalau pelatih sih pelatih keterampilan semua itu dari luar cuma ada asisten-asisten yang dari dalem. Kayak tata
rias rambut pak Uke itu dari luar kemudian pak Jananto dari luar tapi dia inggalnya di dalem panti kemudian eee
nurima menjahit juga dari luar kemudian eee otomotif juga dari luar, dari luar semua.
8 Peran pelatih disini
apa nih pak, apakah
hanya memberikan
materi terus menge-
valuasi apa ada peran
lain gak?
Setau saya instruktur disini perannya hanya sebagai
pengajar aja. Dan dia keterlibatannya pada saat PKL
sebagai petugas monitoring. Jadi selain itu instruktur
mendidik anak membimbing anak tugas lainnya sebagai
instruktur melakukan monitorin.
9 Kalau metode pe-
nyampaian pak ada cara khusus gak ke-
pada instruktur apa .?
Kalau lihat itu tadi praktek dan teorinya berbeda beda
setiap instruktur paling metode penyampaiannya yang ada ya praktek, peragaan yng ada di keterampilan ya
kemudian peragaan tanya jawab diskusi yang ada di keterampilan.
10 Jadi tergantung ins-truktur aja metode-
nya pak ya?
Iya tergantung instruktur.
11 Kalau kurikulum
khusus ada pak?
Jadi kita belum ada untuk kurikulum ya yang ada itu
terbitan dari departemen sosial pedoman untuk PSBR. Tapi prakteknya di sini para instruktur membuatnya
sendiri menenentukan sendiri. Gitu.
12 Sedangkan monitor-
ring PSBR kepada alumni itu berapa la-
ma pak?
Monitoring itu gini kalau secara idealnya itu dilakukan
eee setelah satu tahun anak di masyarakat berarti satu tahun angkatan lepas satu tahun ke depan kita monitoring
namanya pembinaan lanjut kita lihat sejauh mana keberadaannya di masyarakat keberhasilannya keku-
rangannya apa disitu ada bimbingan terhadap anak baik
yang sudah bekerja maupun belum.
14 Monitoring nya itu
gimana caranya?
Ya yang kami lakukan itu apa dengan datang ya misalnya
petugas datang tapi tidak bisa men-jangkau keseluruhan
karena tersebar dan keterbatasan tenaga jadi dari sekian
anak itu ya mungkin ibu Wiwik lebih tau itu ya dari 120
anak ada berapa, mungkin tidak semua mereka kejang-
kau itu disiapin surat yang isiya itu formulir kemudian
199
mereka mengirim kesini dan yang tidak mengirim ini
yang kita akan bimjut.
20 Menurut bapak sara-
na dan prasarana di
sini sudah menun-
jang belum pak?
Sarana dan prasarana masih banyak yang kurang
peralatannya untuk nanti detailnya bisa tanya ke
istrukturnya tapi secara global emang kurang baik
peralatan yang inventaris maupun yang pake habis. Yang pake habis itu yang kecil-kecil kayak tang, geget yang
begitu itu masih banyak kurang disamping barang yang besar yang menjadi inventaris itu juga masih kurang.
Tapi buat detailnya bisa tanya ke instruktur.
21 Menurut bapak sete-
lah pelatihan nih kira-kira anak-anak
itu mampu gak dise-rahi tugas bener-
bener misalnya dia di otomotif dia diserahi
tugas yang langsung
otomotif. Mampu
gak pak?
Jadi kalau ee saya berdasarkan data angka ya data angka
itu anak kita prosentasinya itu mini-malnya 58 persen diterima. Dari 58 atau 60 persen lah itu. Saya lihat
angkanya itu yang diterima bekerja. Berarti dengan diterima bekerja kita bisa menyimpulkan bahwa dia
punya kemampuan untuk praktek dia punya kemampuan di masyarakat dipraktekkan apa yang dia peroleh di sini.
Jadi saya ngeliyat dari situ 58 sampai 60 itu anak
diterima di perusahaan-perusahan PKL nah 60 itu bisa
digambarkan berapa anak tuh. Yaa karena ini kemam-
puan tidak cukup bisa aja anak tidak diterima bekerja di
perusahaan karena perilaku lainnya misalnya disiplin,
tanggung jawab kemudian kerja sama dan sebagainya itu
bisa juga jadi kalau dibilang saya mampu tapi prilaku
anaknya jelek mungkin itu tidak bisa diterima kerja. Jadi
untuk mengukur kemampuan yaa kalau saya hanya dari
yang diterima kerja aja seperti itu.
22 Menurut bapak sete-
lah mereka mengiku-
ti pelatihan mereka
lebih tumbuh percaya
diri sama keyakinan-nya gak pak sebelum
mereka ikut pelati-han?
Ya saya yakin kalau mereka ada perubahan ini dari mulai
tidak mempunyai apa-apa selalu diberdayakan dalam
pemberdayaan nanti dia juga di motivasi dan digembleng
mentalnya dan sebagainya mereka setelah itu punya
keinginan mulai menatap ke depan. Bahwa dia harus berubah. Jadi ada perubahannya keyakinannya ada.
23 Kalau misalnya un-
tuk ini pengaduan-
pengaduan selama
PKL ada gak pak
mungkin pengaduan
dari lembaga baik itu
pengaduan yang baik
maupun yang buruk?
Setau saya tidak ada mohon konfrmasi sama bu Wiwik
karena saya kan baru pindah disini maret ya, maret baru
PKL sekali kemaren dan saya belum dapet laporan sih
yang buruk cuma datar-datar aja mereka PKL kemudian
yang diterima sekian kemudian itu yang tau persis itu
adalah intruturnya nanti coba tanya instrukturnya takut
saya salah gitu ya.
200
Subyek : Dede Supriadi (Instrutur AC)
Topik : Bentuk metode pemberian pelatihan Hari/Tanggal : Kamis/29 Oktober 2009
Tempat : Mushola PSBR Informasi yang relevan : Instruktur dapat menjadi teman sharing bagi WBS.
Observasi : wawancara dilakukan di mushola PSBR setelah peneliti dan responden melakukan shalat dzuhur berjamaah. Di
dalam mushola ada beberapa WBS yang sedang tidur dan ada juga yang sedang mengaji Al Qur’an
Kondisi khusus : Informan adalah alumni PSBR tahun 2006 dan
kemudian diminta untuk menjadi instruktur untuk
jurusan AC mendampingi instruktur yang sudah ada.
No Pertanyaan Jawaban
1 Misalnya kalau di
AC ada anak yang kurang menguasai
materi, itu dikasih waktu khusus gak?
Itu kita paling kita arahkan kita berikan dua pilihan
pertama dengan kita atau alternatif ke dua dengan temannya. Soalnya kalau kita kembali lagi ke awal atau
pun menunggu dia kasihan yang lain. Soalnya disini terbatas sekali waktunya jadi solusinya ada dua pilihan
misalnya di luar jam pelatihan dia inisitif sendiri nanya ke kita ke instrutur ataupun konsultasi dengan temannya
yang sudah menguasai materi mungkin solusinya itu aja. Ada sekitar 30 persen anak yang kurang menguasai
materi, rata-rata yang basic pendidikannya yang minim
sekali itu biasanya yang kurang bisa mengikuti tapi ehm
tidak menutup kemungkinan dia yang pernah mengikuti
SMA pun banyak juga sampai di SMA motivasinya
kurang banyak juga yang seperti itu. Jadi solusinya dua
pertama dia inisiatif bertanya ke instruktur di luar jam
pelajaran kita on time di jam-jam istirahat kalau kita gak
terganggu misalnya gak ada kerjaan pas jam istirahat jadi
bisa nanya atau sama temennya dua tiga orang yang
sudah menguasai materi.
2 Selama kurun waktu
pelatihan itu, kan
efektif sekitar empat
atau lima bulan kan.
Nah waktu yang itu dibagi bagi gak
misalnya untuk mengusai materi be-
rapa untuk praktek berapa?
Ada kita kan satu bulan kita kan di teori. Itu satu bulan
lebih lah satu bulan setengahan kotornya ya. Kalau
kotornya itu dua bulan anak-anak harus menguasai
materi dari mulai pengenalan sampai di intinya keru-
sakan ataupun komponen nah setelah itu baru kita teruskan di praktek. Biasanya praktek materi dua bulan
itu semuanya kita representasikan di praktek sampai anak-anak menjelang PKL. Seperti itu aja.
3 Kak dede berasal dari lingkungan
PSBR atau dari luar?
Kalau saya dulu dari PSBR, tahun 2006 saya dari PSBR.
201
4 Peran pelatih di sini
itu jadi apa aja?
Saya kira selain di ruang pelatihan tanggung jawab kita
hanya di ruang bimlat. Jadi kalau dihitung per hari, sehari
itu kita 4 jam. Selama 4 jam itu tanggung jawab kita di
kelas untuk mengurus tindak tanduk anak. tapi eee selain di kelas kita pun sering berinisiatif untuk mendidik anak-
anak di luar sana jadi tanggung jawab kita itu yang khususnya hanya empat jam tapi kalau untuk itu kita 24
jam karena kita di dalem.
5 Kalau menurut kak
dede peranan pelatih sendiri hanya sebagai
mengasih materi aja atau ada mendam-
pingi mereka?
Kalau untuk konsultasi ada kan ini kita sempet juga saya
tanya. Saya kan tiap hari sikap perubahan mereka terlihat sekali disitu kita apa bisa mencirikan anak kalau mereka
berubah nih dari hari A ke hari B dianya berubah kita tanya kenapa ada apa masalah apa. kita pun tidak
menutup hanya di materi saja karena untuk kedepannya biar mereka tidak ada kendala kalau dia ada masalah kita
diamkan repot. Jadi dia tidak bisa mengikuti materi jadi
mereka tidak fokus lagi. Jadi solusinya kita harus pro
aktif.
6 Kalau metode pe-
nyampaian materi,
metode apa sih yang
kak dede lakukan
kepada mereka?
Ehm ya paling kita metodenya metode seperti biasa kita
text book untuk materi ya kita text book setelah itu kita
tanya jawab. Mungkin solusi terakhir itu tadi di luar jam
pelajaran kita berikan kurang lebih karena di kelas itu
seperti formal. Ada ikatan ada tata tertib ada aturan
mungkin mereka kadang-kadang canggung dengan
instruktur. Kalau di luar kita menganggap sudah tidak
ada ya hanya sebatas Pembina dan pembimbing biasanya
mereka lebih santai mungkin metodenya seperti itu. Text
book kita tanya jawab di luar jam pelajaran kalau belum
mengerti kita ada waktu dengan catatan kita tidak ada
kesibukan bisa memberikan penjela-san-penjelasan materi yang belum dipahami.
7 Kalau kurikulum itu disiapin PSBR atau
instruktur sendiri yang menysusunnya?
Kalau bisa tanyakan ke pak Jananto untuk kurikulumnya dari mulai MOS sampai PKL atau magang itu aja sih
kayaknya.
8 Jadi nggak ada dari
dinas kayak gu gak
ada ya?
Nggak ada kita panduan dari apa yang kita dapet ya
mungkin disini lebih ini lagi maksudnya text book itu.
9 Setelah pelatihan nih
kan ada monitoring
itu mungkin kak
dede monitoring nya
kayak gimana?
Ya mungkin kita paling ke tiap-tiap bengkel pertama itu,
nanti mungkin kita mengkonfirmasi ataupun memberian
informasi kepada pihak-pihak bengkel anak datang ke
sini pun berdasarkan jadwal yang sudah kita tentukan.
Yang kedua aplikasi untuk nanti terjun di dunia kerja
terutama mereka enam bulan eh lima sampai enam bulan
di ruangan lalu mungkin yang dia dapat dia aplikasikan
di dunia kerja yang sebenarnya.
10 Kalau itu kan di PKL
kalau misalnya sete-
Itu kita jarang paling kalau ada anak yang kita PKL kan
kebetulan bertepatan dengan alumni yang ada disitu itu
202
lah jadi alumni, ins-
truktur sendiri itu
suka monitoring gak?
baru kemudian kita ini kan karena biasanya alumni kalau
datang anak-anak datang biasanyatanya seputar PSBR
seputar PKL gitu. Biasanya disitu kita sering ketemu.
Hampir 90 persen kita ketemu di alumni saat monitoring
angkatan selanjutnya.
11 Jadi selama waktu pelatihan berjalan
nggak ada?
Mereka yang dateng menginformasikan kak kita kerja disini ini alamatnya.
12 Tentang sarana dan
prasarana penunjang pelatihan itu udah
cukup atau belum sih?
Sangat sangat belum cukup. Kalau kita mengikuti apa ya
kalau kita kan inginnya maju yaa mungkin untuk dasar cukup tapi untuk kita mengikuti perkembangan saya rasa
belum cukup karena masih banyak ee ini apa hal-hal yang belum.
13 Setelah mereka ke-
luar jadi alumni, me-
nurut kak dede mere-
ka mampu gak dise-
rahi misalnya yang
bener-bener jadi tek-
nisi AC menurut kak
dede mereka mampu
gak?
50 persen mampu ya mungkin sisanya tinggal mereka
kembangkan saja nah sebenarnya yang di AC itu emm
yang sulit itu hanya kelistrikan, sirkulasi itu saya rasa 90
persen anak-anak terutama yang serius ya itu mampu.
Nah dengan kelistrikan itu kreativitas mereka. Banyak
alumni yang disini mohon maaf ya kurang menguasai
kalau dirinya punya kemauan banyak yang udah jadi.
14 Menurut pandangan
kak dede nih, kan
mereka sebelum ikut pelatihan kayak gini
setelah ikut pelatihan kayak gini. Menurut
kak dede itu tumbuh gak keyakinan dan
keercayaan dirinya?
Kalau menurut saya tumbuh, motivasi mereka tumbuh
contohnya ya dari tingkah laku mereka yang biasanya
mereka malas, sedikit demi sedikit kita arahkan mungkin karena satu karena keterpaksaan ya, ya pda dasarnya
kalau anak yang malas itu mudah-mudahan dari unsur paksaan itu ya sedikit banyak tumbuh dalam diri dia
timbulah kebiasaan dari diri dia ya contohnya dari ya sering kalau konsultasi kalau di luar kan bicara sudah
tidak ada ikatan lagi struktur WBS sudah tidak ada ikatan lagi lah kalau di luar. Sudah banyak yang konsultasi kak
saya kalau di luar tidak pernah mengerjakan kewajiban
semacam shalat ya karena disini mereka terpaksa jadi
lambat laun jadi mau shalatnya. Kenapa kan disini kita
petugas terutama yang untuk ibadah ya biasanya ya yang
piket naik untuk mengajak nah dari situ kita sudah punya
penilaian salah satunya dari segi ibadah ada dari tidak
mau sekarang mau ya tinggal tergantung ya kemauannya
datang-nya dari mana. Mungkin karena terpaksa juga
pertamanya lambat laun mereka menyadari kalau sudah
kewajiban ya maulah maksudnya itu sebuah perubahan.
Saya pun sering piket, anak-anak kan di rumah bangun
mandi makan. Kalau disini kan bangun, shalat, mandi,
kita tekenin untuk piket dari segi waktu pun ya dengan
dengan keterpaksaan atau apapun saya kira sudah cukup
itu merupakan sebuah perubahan kalau mereka sedikit
banyak berubah meungkin tidak maksimal 100 persen
203
lah.
14 Kalau disini butuh
sertifikat kalau mau
jad seorag pelatih
atau tidak?
Butuh.
15 Kalau kaka dede
sendiri ada sertifikat-nya?
Kalau saya dari sini aja berusaha mencari yang lain
kayak memperkuat apa. kalau pak jananto ada sertifikatnya.
16 Pertanyaan terakhir nih, ada nggak
pengaduan-pengadu-
an dari pihak peneri-
ma alumni PSBR itu
kepada PSBR baik
itu pengaduan yang
baik maupun penga-
duan yang buruk
khusus untuk AC?
Untuk segi negatif itu rata-rata mereka mengeluhkan fasilitas pelatihan. satu itu mungkin mayoritas itu aja
mungkin setelah dia keluar melihat seperti ini nah
mungkin kalau positifnya karena saya kurang ini silahkan
tanya ke alumni aja.
204
Subyek : Sugiarto (alumni PSBR/Presiden WBS angkatan 79)
Topik : Pertanyaan tentang pemberian pelatihan Hari/Tanggal : Jumat/30 Oktober 2009
Tempat : Tempat Kerja Informasi yang relevan : Pelatihan sangat membuka pandangannya terhadap
masa depan Observasi : Wawancara dilakukan di tempat kerja Informan
bengkel las PT. Restu Umbul Makmur Kondisi khusus : Informan adalah alumni PSBR tahun 2009 angkatan 79
jurusan las dan juga sebagai Presiden WBS angkatan
tersebut. Informan menempuh pendidikan terakhir di
SMP dan telah mendapatkan ijazah Paket C. Informan
melakukan praktek kerja lapangan (PKL) yang menjadi
program PSBR di PT. Restu Umbul Makmur Jakarta
Timur, setelah selesai PKL informan diterima bekerja di
bengkel las tersebut sampai sekarang.
No Pertanyaan Jawaban
1 Taunya PSBR dari
mana gi?
Masuk PSBR dari temen.
2 Kan ada seleksinya,
seleksinya itu berupa apa aja?
Ee seleksinya berupa ini lari 25 kali puteran kemudian
tes fisik push up 25 kali sit up 25 kali terus squat jump 25 kali terus tes ininya ada juga tes tertulisnya semua
jurusan ada juga disitu persoalannya.
3 Ada tes wawancara
secara pribadi gak?
Itu ada. Itu ditanyain ini ee kenapa mau masuk sini asal
mulanya kita darimana darimana itu ditanyain disana. Disana sebelum masuk juga kan kita dikasih pengarahan.
4 Pada waktu pelatihan kan kadang ada anak
yang gak mengikuti
materi itu diberi
waktu khusus gak sa-
ma pelatih?
Itu dikasih waktu, sebenarnya kalau disana kita lebih efektif kesadaran. Jadi kalau bagi anak yang males-
malesan itu mengikuti pelatihan itu dari pembina sana
teguran yang pertama terus yang kedua tapi kalau udah
sering kali dilakukan hal seperti itu baru anak yang
bersangkutan dipanggil secara pribadi. Ngomongin
empat mata langsung sama instruktur masing-masing.
5 Dalam waktu pelati-
han itu dibagi-bagi
gak misalnya untuk
pemberian materi be-
rapa, praktek berapa
ada gak kayak gitu?
Yang jelas dibagi untuk teori yang jelas satu bulan dan
sisanya empat bulan untuk praktek latihan praktek yang
satu bulannya kita untuk PBK. Gitu kerja keluar
istilahnya kayak PKL gitu.
6 Kalau di jurusan lu
sendiri peran pelatih
itu sebagai apa sih
apa cuman sebagai
pemberi materi aja?
Nggak kalau disana jelas sekali kita diberi suatu keahlian
yang mana eee kalau menurut saya itu yang saya belum
ketahui dari enol sampai sekarang ya saya ketahui kayak
masang besi seperti apa seperti apa kan kita bener-bener
dikasih keahlian. Tapi disitu kita gak dikasih keahlian aja
kita juga dibimbing mental spiritual kita juga dikasih
205
terus untuk memandang ke depannya ya untuk menilai
masa depan kita dibimbing terus sama Pembina sana.
7 Kalau khusus di da-
lam kelas sendiri nih
peran pelatiih kayak
gimana?
Ya itu standar itu kita di dalam kelas itu pemberian
materinya standar. Pertama kita diberikan dasar terus
yang keduanya kita diberikan teknik-tekniknya kita
dikasih tau teknik ngelas teknik pengukuran teknik finishing dikasih tau kita alat-alatnya juga dikasih tau
apa-apa namanya. Pembina langsung mengarahkan ke depan maksudnya langsung ke dunia pekerjaan.
8 Kalau metode pen-nyampaian materinya
sendiri kayak gimana gi?
Kalau disana yang saya rasain cukup baguslah karena kenapa sistemnya seperti ini pertama kita disuruh
mencatat terus kedua kita ee secara individu kita memperagakan materi apa yang telah dijelaskan oleh
instruktur tersebut. Dan secara otomatis kita hapal dan berani mengungkapkan kepada orang lain. itu dari segi
materi.
9 Itu dari materi kalau
dari pelatihnya sendi-
ri apakah dia cuma
ngasih materi doang
atau ada metode
lain?
Oh nggak jadi itu semua dari mulai mencatat terus
memberikan kelancaran kinerjanya seperti apa itu
semuanya diberi tau oleh instruktur sana. Seumpamanya
kita mau bikin teralis nah itu dikasih tau teralis seperti
ini, pengukurannya seperti ini terus alat-alat yang
digunakannya apa aja itu dikasih tau semua.
10 Menurut lu kuriku-
lum di jurusan lu
sendiri gimana? Ma-teri-materi di jurusan
lu sendiri gimana udah lengkap atau
sama dengan yang ditempat PKL atau
gak?
Yang jelas ini kalau dilihat dari waktu belum jelas belum
lengkap maksudnya secara keseluruhan kan di waktu
PKL kita sebenarnya disitulah ilmu tersebut disitu. Kita sebenarnya disana cuma dikasih dasar-dasarnya aja
pengenalan lah kayak gitu nah perluasannya nanti di luar itulah fungsinya PBK kita lebih tau lagi lebih jauh lagi.
Selain kita mencari kerja kita juga mencari ilmu. Seperti itu yang kita rasain.
11 Kalau monitoring
dilakukan gak terha-dap waktu PKL terus
setelah lulus ada gak
dari PSBR sendiri?
Ada. Waktu kita PKL masing-masing instruktur itu
mendatangani satu per satu tempat PKL. Sekaligus dia membuat laporan. Kalau waktu saya itu pas saya gak di
bengkelnya saya waktu itu di luar di daerah depok baru
instruktur dateng ke bengkel.
12 Kalau masalah sara-
na dan prasarana su-
dah menunjang apa
belum buat pelati-
han baik secara kese-
luruhan maupun ju-
rusan?
Kalau untuk jurusan kurang lebihnya mencuku-pi lah
kalau untuk dasar-dasarnya, tapi kalau untuk secara
keseluruhan itu dari sarana olah raga kemudian untuk
sarana agama ya kurang bukan berarti kurang banyak ya
berarti kurang ee dilengkapi gitu lah.
13 Setelah selesai pela-
tihan terus kan kerja.
kira-kira mampu gak
diserahin tugas yang
bener-bener keteram-
Ya sebenarnya kalau untuk mikir istilahnya itu bukan
bidang saya, saya itu jalani karena ingin mencoba sesuatu
yang baru yang menarik gitu kalau menurut saya. Tapi
walaupun berat ya itu merupakan suatu tantangan buat
saya menurut saya gitu. Sebenarnya las ini buka bidang
206
pilan itu sendiri gitu? saya tapi saya merasa nyaman lah bekerja dibidang
tersebut.
14 Kalau secara umum
pemberian pelatihan
disana kayak gimana
sih?
Kalau menurut saya bagus ya karena kenapa selain
pelatihan disana itu dia lengkap dari segi istilahnya
penggemblengan mental terus fisik terus apalagi
pengarahan hidup masa depan ada semua disana. Jadi saya sendiri istilahnya yang dulunya bener-bener dalam
catatan hudup gak ada ya Alhamdulillah sekarang punya pan-dangan hidup ke depan semangat untuk kerja ya
Alhamdulillah dari situ ada gitu muncul.
12 Setelah mengikuti
pelatihan itu apakah rasa percaya diri lu
lebih tumbuh diban-ding dengan sebe-
lumnya?
Iya bener, buktinya gini saya ngejalanin ya apa
Alhamdulillah dengan istilahnya dengan niat saya yang bener mau sekolah lagi ya itu alhamdulillah satu per satu
itu tercapai. Udah jelas banget keyakinan saya lebih tumbuh lebih percaya diri gitu.
13 Yang menjadi faktor
pendukung dan peng-
hambat dalam pela-
tihan itu sendiri apa
sih?
Ya kalau secara pribadi sih itu instrukturnya yang mau
membantu masalah muridnya yang mau membangun rasa
percaya diri muridnya yang mau membantu
mengarahkan masa depan muridnya itu faktor ininya.
Tapi kalau faktor penghambatnya biasanya dari pribadi
itu biasanya dipengaruhi secara keseluuruhan ya istilah-
nya itu faktor terbesar yang mempengaruhi diri sendiri itu pasti lingkungan. Jadi temen-temen itu misalnya satu
kena kasus karena kita solidaritas kita ikut-ikutan kena terus kita kena nilai minus kan. Itu yang saya rasain
sedikit kok tapi kalau orang yang sadar dengan kemajuan
diri pasti dia tidak akan mau dengan yang menghambat
dirinya.
207
Subyek : Lucky Bayu Hidayat (alumni PSBR)
Topik : Pertanyaan tentang pemberian pelatihan Hari/Tanggal : Jumat/30 Oktober 2009
Tempat : Rumah responden Informasi yang relevan : Pelatihan tidak diberikan dengan baik oleh instruktur
Observasi : Wawancara dilakukan di rumah Informan setelah informan pulang kerja. Rumah informan terletak di
rumah susun klender Jakarta Timur. Kondisi khusus : Informan adalah alumni PSBR tahun 2009 angkatan 79
jurusan las. Informan bukan merupakan anak putus
sekolah melainkan telah menamatkan SMK jurusan
otomotif. Informan melakukan praktek kerja lapangan
(PKL) yang menjadi program PSBR di PT. Dok Kapal
Jakarta Utara, setelah selesai PKL bekerja di bengkel
las. Sekarang informan bekerja di gerai Esia
Pulogadung Trade Center (PTC) sebagai tenaga tenaga
penjualan.
No Pertanyaan Jawaban
1 Kamu dapat sosiali-sai PSBR dari mana
bay?
Tau PSBR nya dari ini apa sih pak RT. Itu RT gue dapet dari kelurahan.
2 Kan ada seleksi, itu
seleksinya apa aja?
Pokoknya gitu ee pertama apa sih kayak kesehatan itu di
tes. Lari kuat apa nggak terus apa kayak disuruh ngumpulin ijazah terakhir lah pokoknya terus ini surat
keterangan bebas narkoba dari polsek terus eee pokoknya
surat-surat yang penting gitu terus push up, lari terus
squat jump itu aja. Sebenarnya sih bang gue kalau
menurut yang gue tau dari prosedur itu nggak boleh
soalnya itu kan buat orang yang putus sekolah kalau gue
kan tamat jadi sebetulnya gue nggak boleh. Tapi nggak
tau kenapa gue dibolehin apa nggak ada yang apa gimana
gak tau. Sebenarnya sih kalau pake prosedur yang bener-
bener gue itu nggak boleh bang.
3 Terus ada seleksi ini
gak bay misalnya po-
tensi lu di las bisa a-
pa gak ada gak?
Gak ada waktu itu sih cuma dikasih tau kalau las gini
terus orang-orang yang udah sukses gini-gini itu kan gak
jadi eee ngaruhin kita juga kan bang. Orang yang udah
sukses ah enak nih akhirnya tuh jadi yang paling banyak
soalnya kan ngomongnya kan bagus ya eee pas udah
mulai pada keluar.
4 Kalau wawancara se-
cara pribadi itu ada gak pada waktu pas
seleksi?
Ada ada. Tapi itu cuman prosedur jadi masuk ditanyain
pernah make barang apa gak kan pernah minum apa gak kan eh abis itu di langkah berikutnya kita diperiksa apa
yang dibawa setelah di depan kita diperiksa lagi badannya, rambutnya kalau panjang nggak boleh masuk
suruh potong rambut dulu. Tasnya ada handphone apa
208
gak soalnya kan gak boleh bawa handphone katanya dulu
pernah ada kehilangan udah itu aja
5 Kalau metode waktu
pelatihan pas pe-
nyampaina materi.
Metode pelatihnya waktu penyampaian
materi itu kayak gimna?
Kalau menurut gue ya biasalah kayak guru nga-jarin
muridnya biasa banget. Menurut gue masih kurang lah
kurang banget. Kalau nerangin cuman nerangin dia gak
tau masuk apa nggak nya gak diiniin lagi. Lebih ke muridnya sendiri sih bisa gak nya kayaknya gurunya itu
kurang inilah kurang feedback lah. Terus ini juga catetan ya kalau lagi catetan menurut gue juga gak bagus ini
ngasih catetan tuh gak jelas satu kesini ini kesini ini dilongkap gitu nyatetnya gak pake bab satu bab dua gak
urut.
6 Terus kalau ada yang
ketinggalan atau gak mampu kan itu dika-
sih waktu khusus gak sama instruktur?
Gak ada, banyak kan yang catetannya kurang kayak gini
ya udah yang mau nyatet nyatet yang mau gak gak banyak kan gue juga waktu itu banyak yang kurang. Kan
murid boleh ngasih saran ke guru kan. Saran pak kenapa gak di fotocopy aja nyatet banyak banget waktu gak ada
waktunya kan ada cara ini ada cara ini tapi tetep aja
disuruh fotocopy gak mau.
7 Kalau peran pelatih
sendiri disitu buat
nyampein materi apa
ada peranan lain?
Penyampaian materi iya, terus di test satu satu satu ada
perannya juga tapi menuru gue masih kurang banget
bang masih kurang banget. Penayampaiannya masih
kurang. Gak komplitlah, jujur aja gue dapetnya malah pas lagi PKL malah PKL diajarin dulu kan. Diajarin
ngelas tangan tangannya tadinya nggak malah bagusan malah yang ngajarin di PKL waktu itu. Udah ngerasa
bisa baru diturunin gitu. Kalau gue ngerasain sih masih
kurang praktek apa lagi. Lihat aja kalau lagi di las kan
elektroda kurang ini apa namanya ini kurang itu kurang
8 Berarti menurut lu
sarana dan prasarana di PSBR gimana
bay?
Nah itu tuh kurang banget emang kurang banget sih
buktinya praktek kita masih dateng ke ruang otomotif minjem ini minjem ini itu kan mengganggu belajar
masing-masing jurusan kan. Minjem tang ntar lagi
dibutuhin mana-mana itu jadi kurang waktu lah kurang
konsen lah. Kalau yang AC, salon udah bagus tuh yang
kurang tuh las, jahit sama otomotif. Las tuh bener-bener
masih kurang sama jahit.
10 Waktu PKL ada mo-
nitoring gak?
Nggak, karena gue dua orang duang kalau udah PKL
ibaratnya kita dilepas aja udah kalau PKL.
11 Pas udah lulus ada
gak?
Nggak ada nggak ada monitoring sama sekali. Kalau
bengkel bengkel yang lain mungkin iya kali deket kalau
gue kan jauh apa namanya di pelabuhan. Monitoring tuh
di tempat gue gak ada bang.
12 Kurikulum yang di
dapet selama pelati-
han gimana tuh?
Kalau menurut gue sih disitu bener-bener masih kurang
bang. Apa yang gue dapet disitu sebenernya bukan
pengalaman praktek tapi penga-laman ee apa sih bener-
bener ke sosialnya langsung. Jadi gue kayak diajarin
sesuatu yang bener gitu lah soalnya dulu kan gue temen
209
sama anak SMA sama anak kuliahan kalau disitu ya
bukan gue ngerendahin ya ada orang yang gak lulus ada
orang yang gak sekolah disitu bang mulai gue ngerasain,
jadi gue bisa ngerasain mereka mereka yang butuh. Yang apa lah orang kayak gitu pasti ada pelariannya. Jadi gue
gak nganggep orang itu gini-gini nih. nah gitu kalau itu dapet di sosialnya bang bagus gue seneng sama
ceramahnya bang soalnya di Jakarta udah jarang ada ceramah ibaratnya rutin lah. Kalau belajarnya ya bener-
bener masih kurang lah bang. Kalau sosialnya gue akuin gue masih bisa dapet gitu lah, bisa ngargain orang.
13 Setelah pelatihan itu kan lu masih di Dok
Kapal kan, itu lu mampu gak langsung
diserahin tugas be-
ner-bener sesuai
dengan keahlian lu?
Kita disana kan ada penyesuain juga bang. Kan tadi gue bilang malah yang ngajarin gue tuh di Dok Kapal gitu dia
ngajarin alur las gitu gitu kita masuk bengkel jadi bikin-bikin rangka jadi ada potongan besi diambil tapi itu
perkenalan dulu muter setelah itu kita dikasih tau
ruangan ini ruangan ini ruangan ini baru ke kantor
kenalan ibarat las dulu wah kurang bagus nih ya udah
besok belajar tapi pake tangan. Pake pulpen gitu habis itu
udah bagus nih bukan dilihat dari apanya tapi rajin apa
nggak nya soalnya kan namanya alur las itu berapa senti
itu ada yang kelar juga. Ada yang kelar tapi masih
kurang alurnya. Terus besoknya ikut sama tukang lasnya
cuman nggak langsung ngelas terus udah sebulan baru
pak ini udah bisa kerja. udah sebulan baru kita boleh
ngelas sendiri.
14 Oh iya tadi pas wak-
tu pelatihan ada pem-
bagian waktunya ng-
gak, jadi buat waktu ngasih teori berapa
bulan, praktek berapa bulan terus evaluasi
berapa bulan?
Kalau itu nggak ada pembaginya ya paling ini bang
namanya orang kan connect nya ada yang cepet ada yang
lama kan pasti beda-beda kan. Ya itu waktunya gak
ditentuin misalnya lang-sung aja besok ini besok ini jadi bener-bener pembagian waktunya gak jelas. Jadi bener-
bener kemampuan lu sampai lu inilah bisa gitu.
15 Sesudah masuk sama
sebelum masuk di PSBR bedanya apa
keyakinan lu lebih tumbuh apa keyaki-
nan lu lebih tumbuh
apa gak?
Eee intinya itu aja bang sosial, gue juga orang-nya
sensitif kan kayak misalnya sosial gue makin gede kayak apa ya gue bersyukur juga bisa sekolah masih ada yang
bener-bener apa gue bersyukur juga gue gak pernah minum gue gak pernah ngerokok maksudnya ya lu tau
kan bang disana ada apa sih udah orang gak punya malah
sering. Tapi gue disitu apa ya punya rasa pengen bantu
tapi karena anak-anak sebaya lah ya gue bisa bantunya
dengan doa. Kayak pas masuk disitu itu gue makin ini
teratur hidup dalam aturan.
16 Tapi kalau untuk rasa
percaya diri lu?
Kalau PD gue eee masih kurang bang tapi kalau PD
dipaksa-paksain itu udah ada bang. Waktu itu masuk
kantor ngobrol-ngobrol jadinya rasa PD bertambah kan
berani ngomong ama orang atasan ya gak mungkin kan
210
kita. Tapi kalau disitu bener-bener nilai sosial siih kalau
disitu. Rasa kebersamaannya tapi kalau belajarnya masih
kurang tapi kalau motivasinya. Tapi yang gue gak
sukanya tuh guru-guru disitu menganggap sama rata semua WBS bang. Kayak pas nganter minta ijin pulang
temen gue bang si tiar dia malah diomelin alah nyusahin orang tua aja lu di rumah disini aja udah nyusahin
apalagi di rumah lu. Setau gue tuh si tiar disitu tuh gak pernah nyusahin. Jadi mungkin setau gue tuh bang disitu
tempat orang yang dipungutuin dari anak-anak jalan orang-orang gak sekolah jadi orang-orang disitu bosen
lah mungkin. Itu tambahan aja bang. Tapi kan mereka
berpang-kat emang sih kita kan ada orang yang gak
punya ada yang SD ada yang gak bisa ini gak bisa itu.
Jadi kalau mungkin kalau ngajarnya udah bagus oke kita
terima kalau sarana bagus oke kita terima tapi ini kita
udah coba baik cuma hasilnya apa an. Emang sih yang
jelek dikit tapi yang baik banyak lah. Tergantung
orangnya masing-masing sih bisa bergaul sama gurunya
apa nggak. Maaf bang muter-muter nih. Gue kan gak
nyangka aja bakal punya temen orang-orang kayak gitu
kan orang kayak gitu bang pelampiasannya kita gak
punya jangan sampe pelariannya tuh kayak berdoa
jangan sampe nggak deh bang. Itu aja sih bang.
211
Subyek : Bambang (alumni PSBR)
Topik : Pertanyaan tentang pemberian pelatihan Hari/Tanggal : Sabtu/31 Oktober 2009
Tempat : Tempat Kerja Informasi yang relevan : pelatihan sangat baik untuk dirinya
Observasi : Wawancara dilakukan di tempat kerja informan di sebuah bengkel motor di daerah Cibubur, Jakarta
Timur. Kondisi khusus : Informan merupakan alumni PSBR angkatan 79 dari
jurusan otomotif. Informan merupakan lulusan SMP
dan saat ini bekerja di bengkel motor milik temannya
yang berada di daerah Cibubur. Informan melakukan
Praktek kerja lapangan di Bintang Mas Motor sebuah
bengkel motor yang berada di Cikoko, Jakarta Selatan
No Pertanyaan Jawaban
1 Dapet informasi ten-
tang PSBR dari ma-na?
Ohh dari itu dari Karang Taruna turus juga dari eee apa
tetangga kan ada yang kerja di bidang sosial juga gitu cuman di Cipayung jadi taunya dari situ.
2 Seleksinya itu kema-rin apa aja?
Cuman itu aja sih persyaratan-persyaratan aja kayak itu surat-surat itu terus fisik aja sih kayak lari kayak squat
jump kayak push up begitu.
3 Kalau wawancara se-
cara khusus?
Ohh pas interviewe masuk. Waktu itu pertanya-annya
apa namanya lulusan apa terus saya bilang SMP kan karena saya SMP. Terus pernah kerja dimana
sebelumnya saya bilang sudah di toko sembako. Saya bilang gitu doang.
4 Pada saat pelatihan ada peserta yang ku-
rang atau ketinggalan
gitu ya itu ada waktu
khusus gak buat na-
nya?
Misalnya kan jam masuk balajar nih siang ada yang ketiduran yaa dikasih waktu aja maksudnya untuk
ngikuin aja.
5 Menurut bambang
peranan pelatih di
PSR peranan pelatih
di otomotif gimana
sih?
Ya gimana sih belajarnya enak maksudnya cara dia
ngajarnya juga terus orangnya ramah gitu enak sih
ilmunya juga bisa dimengerti gitu.
6 Selain di dalam kelas
dia di luar kelas
gimana?
Misalkan kita sharing apa gitu bisa enak juga maksudnya
itu bisa saling berbagi lah bisa tau gini-gini karena
dikasih tau sama dia.
7 Kemarin ada monito-
ring gak dari PSBR waktu PKL?
Ohh ada kita didatengin tempat PKL nya kan gitu.
8 Terus pas habis PKL ada gak?
Masih setelah saya pada udah keluar kan kita ini kadang sama temen-temen janjian dulu main ke PSBR masih ada
212
tanggapan udah kerja dimana gitu.
9 Terus kalau menurut
bambang sarana dan
prasarana penunjang
pelatihan udah cukup
belum sih bang?
Kalau sarana kurang menunjang sih bang cuman kan
maksudnya gini kita kan kalau dari kayak peralatan
praktek masih terbatas gitu loh misalnya kayak alat-alat
itu kurang lengkap.
10 Setelah ikut pelatihan rasa percaya diri lu
lebih ada apa nggak?
Ya tetep ada sih gimana ya walaupun peralatan seadanya ya pengen tetep bisa begitu aja. Setelah ini masih ingin
ngembangin sih mangkanya saya masih belajar ini nih
belajar di bidang otomotif.
11 Kalau didalem kelas
cara penyampaian
intruktur seperti apa
sih?
Yaa hampir ini sih hampir sama kayak guru-guru pengajr
di sekolah gitu.
213
Lampiran VII : Foto-foto
Papan nama PSBR “Taruna Jaya” Tebet
Gedung PSBR tampak depan Ruang Makan
Proses penerimaan peserta Masa Orientasi Siswa
Pemungutan Suara Untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden WBS
Presiden dan Wakil Presiden WBS Angkatan 79
214
Keluarga Besar PSBR “Taruna Jaya” Angkatan 79
Pengarahan di Asrama oleh Pembina Bimbingan Sosial (Bimsos)
Penulis berbincang dengan WBS Penulis bersama WBS di Acara
Maulid Nabi Muhammad saw.
Tim Marawis PSBR angkatan 79 Senam Pagi
215
Jurusan Otomotif Jurusan Otomotif
Jurusan Las Jurusan Las
Jurusan AC Jurusan AC
Jurusan Salon Jurusan Salon
Jurusan Menjahit Jurusan Menjahit
216