pelayanan balai pelayanan penempatan dan …repository.fisip-untirta.ac.id/483/1/pelayanan balai...
TRANSCRIPT
PELAYANAN BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
(BP3TKI) SERANG DALAM PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
ASAL KABUPATEN SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
VERONICA TORRO DATU
NIM. 6661110597
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2015
ABSTRAK
Nama, Veronica Torro Datu NIM. 6661110597 Judul Skripsi. Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan TKI asal Kabupaten Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I DR. Agus Sjafari., M.Si. Pembimbing II Yeni Widyastuti, M.Si.
Penelitian ini membahas mengenai pelayanan balai pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia asal Kabupaten Serang. Dimana dalam melayani pengguna layanan masih terdapat kendala yang membuat TKI asal Kabupaten Serang kurang puas dengan pelayanan yang diberikan. Seperti kurangnya pengawasan dan koordinasi pihak BP3TKI Serang dengan pihak terkait penempatan dan perlindungan, kurangnya komitmen pihak BP3TKI Serang dan kepastian untuk melakukan sosialisasi serta kurangnya sumber daya yang memadai, prosedur yang berbelit-belit dan sarana prasarana serta instruktur yang kurang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan TKI asal Kabupaten Serang ditinjau dari indikator Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Emphaty. Metode yang digunakan adalah metode deskirptif kuantitatif. Data didapatkan dengan cara penyebaran kuisioner yang disebar kepada 278 responden. Responden dari penelitian ini adalah Tenaga Kerja Indonesia asal Kabupaten Serang. Hasil dari penelitian ini adalah pengguna layanan kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak BP3TKI Serang. Hal ini dapat dilihat dari kelima indikator, yaitu indikator Tangibles dengan rata-rata angka penafsiran sebesar (1,85), indikator Reliability (1,79), indikator Respponsiveness (1,85), indikator Assurance (1,96), dan indikator Emphaty (1,91). Saran yang peneliti berikan adalah adanya pengawasan dan koordinasi dari pihak BP3TKI terkait penempatan dan perlindungan, sosialisasi diadakan rutin guna memberikan informasi kepada masyarakat, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan memperbaiki sarana dan prasarana penunjang pelayanan.
Kata Kunci : Pelayanan, BP3TKI, TKI asal Kabupaten Serang
ABSTRACT
Veronica Torro Datu. 6661110597. Ministry Placement Service Hall and Labor Protection
Indonesia (BP3TKI) Serang in the placement and protection of TKI in Serang Regency
Study Program of Pubic Administration. Faculty of Social and Politic Science. University
of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st Advisor Dr. Agus Sjafari., M.Si and 2
nd Advistor Yeni
Widyastuti., M.Si.
This reasearch deals with the placement service Hall service and protection of the workforce of Indonesia origin Serang Regency. Where in serving the users there are still obstacles which make the Labor in Serang Regency less satisfied with thw service provided. Such a lack of supervision and coordination part of BP3TKI Serang with the placement and protection of related parties, the lack of commitment of parties BP3TKI Serang and certainty for doing socialization and lack of adequate resources, the procedures are convoluted and infrastructure as well as the inadequate instructor. The purpose of the research is to know the level of sevice placement and protection of Labor in Serang Regency in terms of indicators of tangibles, reliability, responsiveness, asssurance, and emphaty. Methods used in this research is a method of descriptive quantitativ. Data obtained with a questionaire, in a scattering manner a questionaire distributed to 278 of respondents. Respondents of this research is labor of Indonesia in Serang Regency. The result of this research are users less satified with service provided by BP3TKI Serang. It can be seen from a score servqual on the fifth dimension namely dimension of Tangibles that has a score sevqual (2,06), dimensions reliability (1,97), dimensions Responsiveness (1,93), dimensions Assurance (1,94), dimensions Emphaty (2,1). Suggestion that can be researchers give you is improving facilities and existing infrastructure, increasing the number of officers, improve the employee performance, the quality of human resources needs to be improved by providing training, and increase in discipline against the officers. Suggestion that researchers give is the existence of the supervision and coordination of the placement and related BP3TKI protection, socialization is held regularly in order to provide information to the public, improve the quality of human resources an improve the supporting facilities and infrastrcture services.
Keywords: Service, BP3TKI, Labor in Serang Regency
” SELALU ADA ALASAN UNTUK MENGUCAP SYUKUR
KEPADA TUHAN. BAHKAN UNTUK SAAT INI. TERIMA
KASIH TUHAN ”
“I CAN DO EVERYTHING THROUGH GOD WHO GIVES ME
STRENGTH” (PHILIPPIANS 4 : 13)
Karya Tulis ini kupersembahkan kepada : Bapak Andreas dan Ibuku tercinta Merry M Karurukan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya telah mmemberikan kita semua kesehatan jasmani dan rohani
sehingga peneliti akhirnya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan
“Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia Asal Kabupaten Serang”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
melaksanakan penelitian Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat
terselesaikan tanpa adanya bimbingan, bantuan, nasehat, saran, dan perhatian
berbagai pihak. Pada kesempatan ini merupakan suatu kebanggaan bagi penulis
untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik.
4. Ibu Mia Dwiana, M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
5. Bapak Gandung Ismanto, MM., Wakil Dekan Bidang III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Rahmawati, M.Si., ketua Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Ipah Ema Jumiati, M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Pembimbing I skripsi. Terima kasih atas
kebaikannya dan waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam
memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Ibu Yeni Widyastuti, M.Si., Pembimbing II skripsi. Terima kasih atas
kebaikannya dan waktu yang diberikan kepada penulis dalam memberikan
arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepala BP3TKI Serang dan seluruh pegawai BP3TKI Serang yang tidak
bisa disebutkan satu persatu atas bimbingan dan kerjasamanya dalam
pengambilan data sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Kedua orang tua peneliti, atas cinta kasih yang tulus tak terhingga dan
sekaligus merupakan motivator tebesar dalam menyelesaikan proposal
skripsi kepada penulis.
12. Kakak dan adikku Eunica Dasyanti Karurukan, dan Kristian Tuba terima
kasih atas doa dan motivasinya kepada penulis.
13. Sahabat terkasih Blok F9, Melinda Paula, Inge, Aziya, Danti yang selalu
memberikan masukan terhadap penulis, terima kasih atas kebersamaan,
kebaikan dan motivasi yang telah kalian berikan.
iii
14. Teman-teman seperjuangan, Risda, Revi, Veronica, Nurul, Septi, Ayu,
Dhita, Resty, Fany, Aulia rahim, Ikbal, Gilang, Dado, Besar, Hapipi
terima kasih atas kebersamaan dan motivasi yang kalian berikan.
15. Samuel Manurung, terimakasih atas doa, semangat, motivasi dan
kebersamaan yang diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari masih banyak terjadi kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun guna untuk lebih baik lagi di masa depan.
Serang, September 2015
Peneliti
Veronica Torro Datu
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
ABSTRAK
ABSTRACT
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………..x
DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………….....ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah …………………………………………………… 17
1.3 Batasan Masalah ………………………………………………………. 18
1.4 Rumusan Masalah ……………………………………………………... 18
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 18
1.6 Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 18
1.6.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………... 18
1.6.2 Manfaat Praktis ……………………………………………… 19
1.7 Sistematika Penulisan …………………………………………………. 19
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka ………………………………………………………. 22
v
2.1.1 Konsep Organisasi Publik …………………………………… 12
2.1.2 Teori Pelayanan …………………………………………….. 29
2.1.3 Standar Pelayanan Publik …………………………………...40
2.1.4 Konsep Tenaga Kerja Indonesia ……………………………. 41
2.2 Penelitian Terdahulu ………………………………………………...... 44
2.3 Kerangka Berpikir ……………………………………………………... 47
2.4 Hipotesis Penelitian …………………………………………………… 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ……………………………………………………... 54
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………......... 55
3.3 Lokasi Penelitian …………………………………………………....... 55
3.4 Variabel Penelitian ………………………………............................… 55
3.4.1 Definisi Konsep ......................................................................55
3.4.2 Definisi Operasional ……………………………………....... 56
3.5 Instrumen Penelitian ………............…………………………………. 57
3.5.1 Uji Validitas dan Reabilitas……………………...........….......61
3.5.1.1 Uji Validitas…………………………………….......61
3.5.1.2 Uji Realibilitas…………………………………......62
3.5.2 Jenis Sumber Data…………………………………..............64
3.5.3 Teknik Pengumpulan Data……………………….................64
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian……………………..............................65
3.6.1 Populasi……………………………………....……..............65
3.6.2 Sampel……………………………………………................66
vi
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……...…………........................68
3.7.1 Teknik Pengolahan ………………………………..............68
3.7.2 Analisis Data……………………………………….............69
3.7.3 Uji t-test................................................................................70
3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian…………………………..........................71
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian …………………………………………....73
4.1.1 Deskripsi Kabupaten Serang-Banten ....…………………...74
4.1.2 Letak Geografis Kabupaten Serang....…………………......74
4.1.3 Profil BP3TKI Serang............................................................76
4.1.3.1 Visi dan Misi BP3TKI Serang...................................76
4.1.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi...........................................76
4.1.3.3 Struktur Organisasi...................................................78
4.2 Deskripsi Data…………………………………….................................78
4.2.1 Identitas Responden……........………..…….........................79
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik………...................…………................80
4.3.1 Uji Validitas……………………............…….......................81
4.3.2 Uji Reliabilitas ....................…………………......................83
4.4 Analisis Data ………………......………………....…............................83
4.4.1 Indikator Tangibles................................................................84
4.4.1.1 Penampilan Fisik………...………...…………......85
4.4.1.2 Ketersediaan Sarana
dan Prasarana....................................................................86
vii
4.4.1.3 Pegawai................................................................ 87
4.4.2 Indikator Reliability.............................................................88
4.4.2.1 Kemampuan Pegawai........................................... 89
4.4.2.2 Ketepatan ...............…………………………...... 92
4.4.2.3 Akurat …………………………….......................95
4.4.2.4 Kepuasan Pengguna Layanan……………………………….............................98
4.4.3 Indikator Responsiveness...................................................100
4.4.3.1 Ketanggapan Pegawai...........….…......……….....100
4.4.3.2 Kemauan Pegawai…..…..……......………….....107
4.4.4 Indikator Assurance…………………..............................110
4.4.4.1 Pengetahuan…………………………………... 110
4.4.4.2 Kesopanan…….............……………........….... 112
4.4.4.3 Kemampuan......................……….......…….…...117
4.4.5 Indikator Emphaty…………….....……………….............120
4.4.5.1 Komunikasi…………………………………......120
4.4.5.2 Kemudahan………………………………......... 123
4.5 Pengujian Hipotesis……...…..….……………………...................134
4.6 Pembahasan.....................................................................................137
4.6.1 Tangibles.......................................................................... 137
4.6.2 Reliability..........................................................................138
4.6.3 Indikator Responsiveness..................................................140
4.6.4 Indikator Assurance..........................................................141
viii
4.6.5 Indikator Emphaty..........................................................142
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……….......................................................................144
5.2 Saran……………………..…………………………..….............145
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.4
Tabel 1.5
Tabel 1.6
Tabel 1.7
Tabel 1.8
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5 Tabel 4.1
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK
dan TPT......................................................................................
Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2011-
2014............................................................................................
Ketenagakerjaan Provinsi Banten Tahun 2013-
2014…………………………………………………………....
10 Besar Penempatan TKI Luar Negeri Berdasrkan Provinsi Tahun
2012-2014………......................................................................
Jumlah TKI Provinsi Banten Tahun 2014..................................
Permasalahan TKI Asal Kabupaten Serang Tahun
2012-2014……………………………………………………...
Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi BP3TKI Serang Tahun 2012-
2014…………………………………..……………….............
Sarana, Prasarana, dan Instruktur Dalam Penyelenggaraan PAP di
BP3TKI Serang Tahun 2012-2014…………………...................
Operasional Variabel…………………………………………....
Skoring Item Instrumen………………………………………....
Instrumen Penelitian…………………….……………………....
Jumlah TKI Asal Kabupaten Serang…………………………....
Jadwal Penelitian………………………….………………….....
Hasil Uji Validitas ......................................................................
2
4
6
8
9
12
14
18
57
59
59
66
71
82
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 3.1
Kerangka Berfikir...........................................................51
Interval Penilaian............................................................60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai jumlah
penduduk terbesar ke-4 di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Indonesia
dengan jumlah penduduk 237.641.326 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2010
menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia. Melimpahnya jumlah penduduk
merupakan aset penting bagi pembangunan suatu bangsa. Sumber daya manusia yang
melimpah dan didukung oleh sumber daya alam yang juga melimpah merupakan
modal yang sangat besar bagi bangsa Indonesia untuk mengejar ketertinggalan
dengan negara lain yang lebih maju dan makmur. Hal ini bisa terwujud jika
pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya alam terlaksana dengan baik.
Masalah akan timbul, apabila terdapat kesenjangan antara jumlah tenaga kerja
yang besar dengan minimnya ketersediaan lapangan kerja yang ada. Dengan kata lain
lapangan kerja yang ada tidak mampu menampung (mempekerjakan) tenaga kerja
yang ada. Sebagai akibat atas tingginya pertumbuhan angkatan kerja di satu sisi dan
rendahnya pertumbuhan lapangan pekerjaan di sisi lain akan menimbulkan tingginya
tingkat pengangguran.
Masih tingginya jumlah pengangguran dan masalah kesempatan kerja di
dalam negeri menjadi hal yang semakin penting dan mendesak untuk menjadi
perhatian pemerintah. Berdasarkan statistik ketenagakerjaan, bahwa masalah krusial
2
yang dihadapi oleh pasar kerja Indonesia sampai saat ini adalah masalah
pengangguran. Adapun jumlah angkatan kerja, penduduk bekerja, pengangguran,
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) tahun 2011-2013 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT,
2011–2013
Sumber: Sakernas, BPS
Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia
per Agustus 2012 menurun menjadi 6.14% dibanding Agustus 2011 sebesar 6,56%.
Jumlah pengangguran di Indonesia tersisa 7,14 juta orang dan tingkat pengangguran
per Februari 2013 adalah 7,17 juta orang. Akan tetapi pada kenyataannya jumlah
penurunan pengangguran yang cukup signifikan tersebut hanya sedikit memberikan
dampak yang berarti terhadap permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia saat ini.
Faktor yang menyebabkan tingginya jumlah pengangguran diantaranya adalah tingkat
pendidikan yang rendah dan kondisi ekonomi. Pendidikan yang rendah dapat dilihat
penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2014 masih didominasi oleh penduduk
bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah sebanyak 55,3 juta orang (46,80
Tahun
Angkatan Kerja (Juta
Orang)
Bekerja (Juta
Orang)
Pengangguran
(Juta Orang)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja –
TPAK (%)
Tingkat Pengangguran
Terbuka - TPT (%)
2011 Feb 119.40 111.28 8.12 69.96 6.80 Agust 117.37 109.67 7.70 68.34 6.56
2012 Feb 120.41 112.80 7.61 69.66 6.32 Agust 118.05 110.81 7.24 67.88 6.14
2013 Feb 121.19 114.02 7.17 69.21 5.92 Agust 118.19 110.80 7.39 66.90 6.25
2004-2013 Max 121.19 114.02 11.90 69.96 11.24 Min 103.97 93.72 7.17 66.16 5.92
3
persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 21,1 juta (17,82 persen).
Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,0 juta orang mencakup
3,1 juta orang (2,65 persen) berpendidikan Diploma dan sebanyak 8,8 juta orang
(7,49 persen) berpendidikan Universitas. (sumber: bps.go.id diakses pada 27 Februari
2015 pukul 01:30).
Selain itu masalah ketenagakerjaan yang berhubungan erat dengan
pengangguran adalah kemiskinan, kemiskinan merupakan problematika yang hingga
saat ini menjadi isu yang mendunia di belahan negara manapun. Selain bersifat
absolut, kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh
negara-negara berkembang tetapi juga negara maju. Menurut data dari Badan Pusat
Statistik per Maret 2014 lalu masyarakat miskin di Indonesia mencapai 11,25 persen
atau sebanyak 28,28 juta orang dari jumlah penduduk di Indonesia. (sumber:
bps.go.id diakses pada 27 Februari 2015 puku 01:30).
Dari uraian diatas mengenai permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia yaitu
faktor kemiskinan, lapangan kerja yang kurang serta tingkat pendidikan yang rendah,
hal ini yang menjadi pemicu tenaga kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja diluar
negeri. Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri merupakkan sebuah
pilihan hidup. Karena dasar keputusan untuk bekerja di luar negeri diakibatkan oleh
keterdesakan mencari nafkah.
Makna dan arti pentingnya pekerjaan bagi setiap orang tercermin pada
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kehidupan manusia.”
Namun pada kenyataannya, keterbatasan akan lapangan pekerjaan di dalam negeri
4
menyebabkan banyaknya warga Negara Indonesia mencari pekerjaan di luar negeri.
Besarnya animo tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri dan besarnya jumlah
TKI yang sedang bekerja di luar negeri di satu segi mempunyai sisi positif yang
mengatasi sebagian masalah pengangguran di dalam negeri namnun mempunyai pula
sisi negatif berupa resiko kemungkinan terjadinya perlakuan yang kurang manusiawi
terhadap TKI.
Tabel 1.2 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia
Tahun 2011-2014 NO Tahun Jumlah TKI
1 2011 586.802
2 2012 494.609
3 2013 512.168
4 2014 429.872
Sumber data:PUSLITFO BNP2TKI,2014
Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2011 jumlah TKI sebanyak 586.802
orang , sedangkan pada tahun 2012 jumlah TKI nya sebanyak 494.609 orang. Hal ini
menunjukan bahwa terjadi penurunan jumlah TKI dari tahun 2011 ke tahun 2013.
Kemudian, pada tahun 2013 jumlah TKI mengalami peningkatan yang signifikan dari
tahun 2012 yaitu sebanyak 512.168 orang. Pada tahun 2014, jumlah TKI kembali
mengalami penurunan yaitu hanya sebanyak 429.872 orang. Hal ini dikarenakan
masih berlakunya moratorium pemberangkatan TKI ke sejumlah negara. Namun
walaupun mengalami penurunan, jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri tetap
masih mencapai ratusan ribu orang. Karena banyak yang menganggap bekerja di luar
negeri dapat memperoleh gaji atau upah yang lebih besar daripada di Indonesia.
5
Begitu juga, Provinsi Banten memiliki kondisi ketenagakerjaan cukup
memprihatinkan, seperti halnya naik dan turunnya beberapa hal seperti, angkatan
kerja yang lebih banyak dari pada lapangan kerja yang tersedia serta Sumber Daya
Manusia (SDM) yang masih relatif rendah sehingga produktivitas tenaga kerja yang
dihasilkan juga rendah, hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Tabel 1.3 Ketenagakerjaan Provinsi Banten Tahun 2013-2014
No
Uraian Satuan Februari Agustus Februari 2013 2013 2014
1 Penduduk Usia 15 Tahun
Orang 7.979.536 8.156.446 8.243.117
2 Angkatan Kerja Orang 5.475.876 5.181.796 5.479.092
3 Bekerja Orang 4.922.981 4.687.626 4.938.092
4 Pengangguran Orang 552.895 494.17
540.999
5 Bukan Angkatan Kerja
Orang 2.503.660 2.971.650 2.764.025
6 Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK)
Persen 68,62 63,55 66,47
7
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Persen 10,10 9,54
9,87
Sumber : Sakernas, BPS,2014
Tabel diatas menunjukan bahwa kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Banten
menurut BPS Provinsi Banten, jumlah pengangguran terbuka per Februari 2014
menurun menjadi 9,87 % dibanding bulan Februari tahun 2013 sebesar 10,10% . Hal
6
tersebut menunjukan bahwa jumlah pengangguran terbuka di Provinsi Banten terus
mengalami penurunan yang cukup signifikan .
Keadaan atau kondisi ketenagakerjaan Provinsi Banten pada Februari 2014
berdasarkan data yang diperoleh dari Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Banten ,
jumlah angkatan kerja mencapai 5.479.092 orang, bertambah sebesar 3.216 orang
dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Februari 2013 sebesar 5.475.876 orang.
Pada Februari 2013 juga penduduk yang bekerja dengan jenjang pendidikan SD
kebawah masih mendominasi yaitu sebanyak 2.046.420 orang (41,57%), sedangkan
penduduk yang bekerja dengan jenjang pendidikan Diploma sebanyak 146.461 orang
(2,98%) dan penduduk yang bekerja pada jenjang pendidikan Perguruan Tinggi hanya
sebanyak 508.033 orang (10,32%). Hal tersebut menandakan bahwa kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Provinsi Banten relatif rendah sehingga
otomatis produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan juga rendah.
Salah satu upaya untuk mengurangi permasalahan ketenagakerjaan tersebut
salah satunya dengan mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri. Akan
tetapi pada kenyataannya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) itu sendiri mempunyai
permasalahan yang menjadi hambatan dan sulit untuk mencari jalan keluar.
Pengiriman TKI keluar negeri bukanlah hal yang salah jika melihat kebutuhan
pekerjaan yang semakin meningkat ini, karena menjadi TKI tidak bisa dilihat dari
dampak negatifnya saja dimana besarnya potensi beresiko yang mempertaruhkan
keselamatan tenaga kerja, tetapi juga harus dilihat dari dampak positifnya yaitu dapat
menjadi solusi sebagian masalah pengangguran yang ada di Indonesia. Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri memberi sumbangan bagi negara dalam
7
bentuk devisa Negara dan merupakan bagian dari usaha meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah asal TKI tersebut, peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Provinsi Banten merupakan salah satu dari provinsi yang banyak
melaksanakan penempatan tenaga kerja Indonesia luar negeri. Provinsi Banten masuk
dalam 10 besar propinsi yang banyak melakukan penempatan tenaga kerja Indonesia
di luar negeri seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.4 Sepuluh Besar Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri
Berdasarkan Provinsi Tahun 2012-2014
No Provinsi 2012 2013 2014
1 Jawa Barat 119.620 129.885 105.479
2 Jawa Tengah 115.456 105.971 92.590
3 Jawa Timur 100.368 93.843 78.306
4 Nusa Tenggara Barat 46.245 63.438 61.139
5 Lampung 16.259 17.975 18.500
6 Sumatera Utara 13.728 13.299 14.782
7 Banten 10.853 13.244 9.720
8 Bali 14.082 14.617 7.716
9 DKI Jakarta 15.021 14.248 7.561
10 Sulawesi Selatan 13.875 10.358 7.497
Sumber:PUSDALITFO BNP2TKI,2014
Berdasarkan tabel 1.4 tahun 2012 jumlah pengiriman TKI asal Banten
mencapai 10.853 orang. Jika diurutkan Banten menempati posisi paling bawah ke-10.
Pada tahun 2013 jumlah pengiriman TKI asal Banten naik mencapai 13.244 orang.
Jika diurutkan Provinsi Banten berada pada urututan ke-9 dari 10 provinsi. Pada
8
tahun 2014 jumlah pengiriman TKI asal Provinsi Banten 9.720 yaitu berada pada
urutan ke-7.
Adapun jumlah pengiriman atau penempatan Tenaga Kerja Indonesia
berdasarkan kabupaten atau kota di provinsi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.5 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia & Penduduk Provinsi Banten Tahun 2014
Sumber data: BP3TKI Serang 2014
Begitu juga di Banten, berdasarkan tabel di atas jumlah Tenaga Kerja
Indonesia pada tahun 2014 mencapai 1.769 orang, baik dari sektor informal maupun
sektor formal. Tenaga Kerja Indonesia yang paling banyak dari Provinsi Banten
sendiri yaitu Kabupaten Serang yaitu sebanyak 915 orang, dengan komposisi laki-laki
sebanyak 449 orang dan perempuan sebanyak 466 orang. Hal ini berarti minat warga
Kabupaten Serang bekerja di luar negeri cukup besar.
No Daerah Asal Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah
Penduduk
1 Cilegon 185 18 203 398.304
2 Lebak 152 128 280 1.247.906
3 Pandeglang 62 155 217 1.183.006
4 Rangkas Bitung 2 0 2 302.501
5 Serang 449 466 915 1.450.894
6 Serang (Kota) 42 12 54 618.802
7 Tangerang (Kab) 38 49 87 3.157.780
`8 Tangerang (Kota) 4 6 10 1.952.396
9 Tangerang Selatan 1 0 1 1.443.403
Jumlah 935 834 1.769 11.342.491
9
Namun istilah TKI sering diartikan dengan tidak tepat, sebagian orang
berasumsi bahwa TKI merupakan pekerja kasar dan tidak terdidik. Padahal selain itu
banyak TKI yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga profesional dalam berbagai
bidang. Akan tetapi karena banyaknya permasalahan yang dialami oleh para TKI
yang bekerja di luar negeri seperti tindak kekerasan dan ketidakadilan memberikan
kesan yang negatif bagi TKI dan pemerintah. Hal ini dikarenakan lemahnya sistem
recruitment, pencaloan yang menyalurkan TKI illegal dengan tidak adanya perjanjian
yang dapat menjamin perlindungan terhadap TKI, serta pemalsuan dokumen TKI.
Permasalahan ini seharusnya menjadi perhatian lebih untuk pemerintah Indonesia
guna menuntaskan permasalahan TKI yang ada.
Hal ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mendukung
pengentasan permasalahan ketenagakerjaan, kebijakan pemerintah tentang TKI telah
ada sejak tahun 1969, dan pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan Undang-
Undang Penempatan dan Perlindungan TKI melalui UU No. 39 Tahun 2004 . Pada
konsideran menimbang huruf c, d, dan e, disebutkan bahwa tenaga kerja Indonesia di
luar negeri sering dijadikan obyek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan
kerja paksa, korban kekerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan
martabat manusia serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia. Setelah itu
banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah TKI.
Bahkan Peraturan Menteri tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKI di
Luar Negeri dalam kurun waktu 2006 sampai 2010 mengalami perubahan setiap
tahunnya.
10
Selain itu, dari segi organisasi pelaksana, pemerintah juga membuat suatu
terobosan. Melalui Peraturan Presiden No.81 Tahun 2006 presiden mendirikan Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang
beranggotakan wakil-wakil instansi pemerintah terkait dan mempunyai fungsi
pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri
secara terkoordinasi dan terintegritasi. Selanjutnya, untuk menjangkau masyarakat
yang ada di daerah dibentuk Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BP3TKI), selaku pihak yang memberikan pelayanan penempatan
dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang lebih mudah, cepat dan aman
secara terkoordinasi dan terintegritas dengan instansi/lembaga terkait penempatan dan
perlindungan TKI dalam memberikan pelayanan mengenai: 1) Dokumen, 2)
Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP), 3) Penyelesaian masalah, 4) Sumber-
sumber pembiayaan, 5) Pemberangkatan sampai pemulangan, 6) Peningkatan kualitas
calon TKI, 7) Informasi, 8) Kualitas pelaksanaan penempatan TKI, dan 9)
Peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya. (sumber: PUSLITFO BNP2TKI,
bnp2tki.go.id diakses pada 5 January 2015)
Persoalannya kemudian adalah bagaimana BP3TKI dapat menjalankan fungsi
dan tugasnya yaitu memberikan pelayanan kepada calon TKI secara optimal. Pihak
BP3TKI Serang banyak menerima pengaduan dan keluh kesah terkait kasus dan
permasalahan yang dialami oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) melalui layanan
pengaduan (Call Center), kotak saran, dan seringnya terjadi pemulangan (deportasi)
langsung dari per wakilan Republik Indonesia di negara penempatan ke wilayah
Serang hamper setiap tahun. Sedangkan yang bertanggung jawab dalam memberikan
11
perlindungan terhadap TKI adalah semua pihak yang berkepentingan termasuk
BP3TKI Serang selaku koordinator dari instansi Pemerintah.
Namun dalam menjalankan fungsi dan tugas, masih terdapat kekurangan yang
terjadi dalam pelayanan yang diberikan oleh BP3TKI Serang terhadap Calon TKI
Kabupaten Serang. Berdasarkan pengamatan (observasi) dan wawancara yang
dilakukan peneliti selama ini menemukan permasalahan-permasalahan sebagai
berikut:
Pertama, kurangnya pengawasan dan koordinasi pihak BP3TKI Serang
dengan pihak/instansi terkait penempatan dan perlindungan TKI. Hal ini bisa dilihat
dari tabel 1.6 menunjukan permasalahan TKI asal Kabupaten Serang pada
Penempatan dan Perlindungan sepanjang tahun 2012-2014
Tabel 1.6 Permasalahan TKI asal Kabupaten Serang pada Penempatan dan
Perlindungan TKI
Tahun
Jenis Permasalahan Gaji yang tidak di
bayar/ PHK
Pekerjaan yang tidak
sesuai dengan Job Order.
Pemalsuan dokumen
Pemerasan, penipuan atau
pemaksaan tukar uang
2012 69 % 55 % 45 % 35 %
2013 47 % 45 % 39 % 32 %
2014 45 % 40 % 35 % 28 %
Sumber: BP3TKI Serang 2014 (Data diolah)
Kabupaten Serang memang merupakan daerah di Provinsi Serang yang paling
banyak jumlah TKI yang bekerja di luar negeri dibanding daerah lain di Banten,
namun bukan berarti tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
12
penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Berdasarkan data di
atas menjelaskan masih adanya tindakan gaji TKI yang tidak dibayar karena
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak oleh pengguna, pekerjaan TKI di negara
penempatan tidak sesuai dengan Perjanjian kerja, tindakan pemalsuan dokumen
terhadap Calon TKI agar bisa lulus syarat menjadi TKI yang prosedural dan adanya
penipuan maupun pemaksaan yang merugikan TKI pada saat keberangkatan maupun
kepulangan TKI sejak tahun 2012 hingga tahun 2014, walaupun menurunnya angka
permasalahan yang terjadi hingga tahun 2014 tetapi permasalahan tersebut perlu jadi
perhatian pihak Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI) Serang.
Kedua, kurangnya komitmen pihak BP3TKI Serang dan kepastian melakukan
sosialisasi, dan konsultasi dengan pihak Kabupaten dan Kecamatan daerah TKI
berasal untuk melakukan sosialisasi informasi tentang penempatan dan perlindungan
TKI dan juga bagaiman untuk bisa menjadi TKI yang resmi serta kurangnya sumber
daya manusia yang memadai di BP3TKI Serang.
Tabel 1.7 Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi BP3TKI Serang Tahun 2012-2014
Tahun
Jumlah Lokasi/Desa
Standarisasi waktu pelayanan
(lama waktu)
Realisasi (waktu)
2012 40 6 bulan 12 bulan
2013 55 8 bulan 12 bulan
2014 70 10 bulan 12 bulan
Sumber : BP3TKI Serang 2014 (Data diolah)
13
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa sosialisasi yang diberikan oleh
BP3TKI Serang kurang optimal. Hal ini dapat dilihat dari standarisasi waktu
pelayanan misalnya, pada tahun 2014 standarisasi pelayanan untuk memberikan
sosialisasi di berbagai daerah selama 10 bulan, namun realisasinya atau pada
kenyataannya berlangsung hingga 12 bulan. Hal ini dikarenakan juga, kurangnya
sumber daya manusia yang memadai di BP3TKI Serang. Sehingga pelaksanaan
sosialisasi untuk Tenaga Kerja Indonesia, BP3TKI Serang mengambil pegawainya
dari seksi lain untuk membantu melaksanakan program perlayanan sosial ini. Akan
tetapi pada prakteknya masih tidak semua melaksanakan sesuai waktu yang
ditentukan dikarenekan sebagian pegawai merasa kegiatan ini bukan tugas
pokoknya. Terkadang kegiatan yang dilaksanakan ini hanya bersifat fiktif dengan
hanya memberikan laporan telah selesai dilaksanakan saja.
Kurang optimalnya sosialisasi yang diberikan oleh pihak BP3TKI Serang
menimbulkan ketidaktahuan Tenaga Kerja Indonesia asal Kabupaten Serang
mengenai mekanisme mendaftar ke BP3TKI Serang untuk bekerja di luar negeri,
ketidaktahuan ini membuat masyarakat menjadi pasif. Oleh karena itu terkadang
dimanfaatkan oleh percaloan untuk menipu para TKI yang ingin bekerja di luar
negeri dengan bujuk rayu terhadap TKI dan keluarganya.
Akibatnya, tidak sedikit yang tergiur dan tertipu oleh calo penyalur TKI.
Ketika peneliti mendatangi kantor BP3TKI Serang terdapat beberapa pemohon/calon
TKI sehingga membuat pelayan atau pegawai BP3TKI Serang menjadi kesulitan dan
melayani Tenaga Kerja Indonesia. Masyarakat atau TKI yang tidak mengetahui
mekanisme pendaftaran untuk bekerja di luar negeri pada BP3TKI Serang karena
14
masyarakat atau TKI tidak mengetahui apa itu BP3TKI, adapun TKI yang sudah
bekerja di luar negeri tetapi tidak mendaftar melalui BP3TKI dan tidak mengikuti
prosedur yang telah di tetapkan pemerintah dapat dikatakan bahwa itu TKI ilegal.
Sehingga jika para Tenaga Kerja Indonesia diharuskan mendaftar melalui
BP3TKI dan mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan agar mereka suatu saat nanti
tidak dikenai sanksi dari pemerintah, karena para TKI yang ingin bekerja di luar
negeri wajib mendaftar melalui BP3TKI dan mengikuti prosedur yang sudah
ditetapkan.
Adapun mekanisme atau prosedur pendaftaran para TKI untuk mendapatkan
kartu identitas untuk bekerja di luar negeri di BP3TKI Serang yaitu sebagai berikut :
1. Mendaftarkan diri ke Dinas tenaga kerja dan transmigrasi
2. Setelah itu dari Dinas Tenaga Kerja dan transmigrasi akan memperoleh id
Tenaga Kerja Indonesia
3. Proses selanjutnya, membuat passport dan visa di kantor Imigrasi
4. Mengikuti Latihan Kerja di Balai Latihan Kerja selama 2-4 bulan
5. Selanjutnya, mengikuti uji kompetensi di BNSP
6. Melakukan Medical dan membuat asuransi TKI
7. Mengikuti Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP)
8. Setelah itu mendapatkan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)
Ketiga, masalah prosedur yang sulit, biasanya dalam melakukan pendaftaran
untuk bekerja di luar negeri kebanyakan Tenaga Kerja Indonesia tidak mengerti apa
saja yang diberikan oleh si pelayan, seringkali ini menjadi penyebab mengapa TKI
malas mengikuti prosedur yang ada karena dianggap rumit. Adapun dari prosedur-
15
prosedur yang kurang jelas setelah peneliti melihat langsung ke tempat informasi
atau tempat pelayanan di kantor BP3TKI Serang, TKI tidak langsung memahami apa
yang sudah diberikan oleh pelayan, contohnya dalam membuat KTKLN guna untuk
bekerja di luar negeri. Prosedur merupakan salah satu hal yang penting dalam
pelayanan.
Prosedur menjadi sulit dikarenakan Tenaga Kerja Indonesia tidak mengerti
alur tata cara pembuatan kartu identitas di BP3TKI Serang guna untuk bekerja di
luar negeri. Disetiap instansi kelembagaan dimanapun pasti ditemukan hal yang
serupa namun biasanya instansi-instansi tersebut berusaha menutupi atau segera
mengatasi hal demikian. Administrasi yang sulit dan berbelit-belit terkadang
menjadi langkah penghambat TKI dalam membuat kartu identitas di BP3TKI
Serang, seperti terlalu lama menunggu proses pembuatan atau perpanjang kartu
identitas bagi TKI, padahal sudah melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan
untuk mendapatkan kartu identitas untuk bekerja di luar negeri, padahal para TKI
menginginkan kemudahan dalam proses administrasi tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap TKI asal Kabupaten Serang untuk tahap awal pengurusan
pembuatan KTKLN seperti pengambilan permohonan, pengisian formulir dan surat
pernyataan serta pembayaran asuransi melalui loket mereka sudah pahami tetapi
tahap selanjutnya masih banyak yang tidak menngetahui tahap-tahap apa saja yang
harus dilalui. Kurangnya media informasi dari BP3TKI Serang menjadi indikator
para TKI merasa kebingungan sehingga hal ini membuat para TKI asal Kabupaten
Serang harus datang berulang-ulang.
16
Keempat, sarana dan prasarana serta instruktur yang kurang memadai di Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang
guna menunjang Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP). Pembekalan Akhir
Pemberangkatan adalah pelayanan lainnya yang di miliki BP3TKI Serang untuk
TKI. Pembekalan ini dimaksud untuk memberikan pemahaman dan pendalaman
terhdap materi wajib berupa peraturan perundang-undangan di negara tujuan, materi
perjanjian kerja, budaya, adat istiadat, haka dan kewajiban TKI, peraturan hukum
dan keimigrasian.
Tabel 1.8 Sarana, Prasarana dan Instruktur dalam Penyelengaraan Pembekalan Akhir
Pemberangkatan TKI di BP3TKI Serang Tahun 2012-2014
Ketentuan Standarisasi jumlah Realiasasi
Fasilitas a. Ruang kelas b. Meja/kursi c. AC d. Sound System
3 kelas 75 unit/kelas 2 unit/kelas 1 set/kelas
1 kelas 100 unit/kelas 1 unit/kelas -
Jumlah kuota kelas 50-70 orang/kelas 70-100 orang/kelas
Instruktur 2 orang/kelas 1 orang/kelas
Sumber data : Seksi Penempatan BP3TKI Serang 2014 (Data diolah)
Pada tabel di atas menunjukan bahwa realisasi pelaksanaan baik fasilitas,
instruktur, jumlah TKI, dan waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan standarisasi yang
ada. Ini tentu saja menunjukan pelayanan di BP3TKI Serang belum optimal dan
berpengaruh pada tingkat kepuasaan TKI yang mengikuti pelaksanaan PAP tersebut.
17
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BP3TKI) Serang sebagai pihak yang memberikan pelayanan penempatan dan
perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ikut berpartisipasi dalam mengawasi
segala efektifitas pelayanan penempatan dan perlindungan TKI khususnya di
Kabupaten Serang yang merupakan daerah yang paling banyak jumlah TKInya, untuk
itu peneliti tertarik untuk membuat penelitian tentang Pelayanan Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam
Penempatan dan Perlindungan TKI Asal Kabupaten Serang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka peneliti mengindentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengawasan dan koordinasi pihak BP3TKI Serang dengan
pihak/instansi terkait penempatan dan perlindungan TKI
2. Kurangnya komitmen pihak BP3TKI Serang dan kepastian melakukan
sosialisasi, dan konsultasi dengan pihak Kabupaten Serang dan kurang
sumber daya manusia yang memadai di BP3TKI Serang
3. Prosedur yang sulit dan berbelit-belit
4. Sarana, prasarana serta instruktur di BP3TKI Serang yang kurang
memadai.
1.3 Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya peneliti membatasi penelitian
ini hanya pada : ”Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
18
Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan
TKI Asal Kabupaten Serang”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi serta batasan masalah diatas, maka
rumusan masalah dari peneliti ini adalah ”Seberapa besar tingkat Pelayanan Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)
Serang dalam Penempatan da n Perlindungan TKI Asal Kabupaten Serang?”.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat Pelayanan Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)
Serang dalam Penempatan dan Perlindungan TKI Asal Kabupaten Serang”.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas,
penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat. Manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang Ilmu Administrasi Negara. Dimana
dalam penelitian ini khusus membahas tentang permasalahan sosial
masyarakat yang erat kaitannya dengan pelayanan publik. Serta untuk
mengembangkan teori baru dalam Administrasi Negara.
2. Secara Praktis
19
Secara praktis, bagi Dinas yang bersangkutan diharapkan penelitian ini
dapat menjadi sumbangan pemikiran terkait efektivitas pelayanan yang
diberikan BP3TKI Serang kepada TKI. Bagi penulis, diharapkan
penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu-
ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti pendidikan di
program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Selain itu karya peneliti
dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan peneliti
selanjutnya.
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah mengapa peneliti
mengambil judul penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, tinjauan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Pada bab ini, penulis memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang
relevan terhadap masalah dan variabel penelitian. Setelah memaparkan teori, lalu
membuat kerangka berpikir yang menggambarkan alur pemikiran peneliti sebagai
kelanjutan dari deskripsi teori dan kemudian hipotesis penelitian yang merupakan
jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
20
Metode penelitian mencakup beberapa uraian penjelasan mengenai
metode penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik
pengolahan dan analisis data dan tempat serta waktu penelitian tersebut
dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai deskripsi objek penelitian mencakup
lokasi penelitian, struktur organisasi dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan objek penelitian. Kemudian pada bab ini menjelaskan deskripsi data yang
telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data. Lalu
memaparkan mengenai pengujian hipotesis, interpretasi hasil penelitian,
kemudian pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan yang dituangkan
secaara singkat, jelas dan mudah dipahami, dan saran yang berisi rekomendasi
peneliti terhadap tindak lanjut dari sumbangan peneliti terhadap bidang yang
diteliti baik secara teoritis maupun secaara praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang di pergunakan dalam
penelitian.
21
LAMPIRAN
Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu oleh peneliti, yang
berhubungan dengan data penelitian, dan tersusun secara berurutan.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pengertian tinjauan pustaka menurut Black dan Champion (2009:296)
merupakan gambaran yang menyeluruh dari setiap proyek penelitian. Tinjauan
pustaka digunakan sebagai peninjauan kembali pustaka (laporan penelitian, dan
sebagainya) mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian. Berikut adalah
beberapa pustaka yang relevan dalam penelitian Pelayanan Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Asal Kabupaten Serang.
2.1.1 Konsep Organisasi Publik
Istilah publik berasal dari bahasa latin yang berarti “of people” yaitu yang
berkenaan dengan masyarakat. Sasaran organisasi publik adalah ditujukan kepada
masyarakat secara umum. Menurut Winardi (2004:44) apabila kita ingin mempelajari
organisasi (khususnya teori organisasi) maka kita perlu mempelajari strukturnya,
prosesnya, dan perilaku dari organiasi itu sendiri, karena apabila kita memperhatikan
kondisi sekeliling kita maka dapat dikatakan bahwa manusia hidup dalam masyarakat
senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam organisasi, baik itu untuk membuat
surat keterangan penduduk, institut pendidikan, rumah sakit, kantor yang berkenaan
dengan pekerjaan kita, dan sebagainya.
23
Organisasi menurut Robbin dalam Sobirin (2007:5) adalah:
“Organisasi adalah unit sosial yang senaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”
Organisasi yang terbesar adalah organisasi yang mewadahi seluruh lapisan
masyarakat dengan ruang lingkup Negara yang disebut dengan organisasi publik.
Pengertian organisasi publik bermula dari konsep barang publik (public goods), yaitu
adanya produk-produk tertentu berupa barang dan jasa yang tidak dapat dipenuhi
dengan mekanisme pasar yang dilakukan individu-individu. Konsep ini menunjukan
adanya produk-produk yang bersifat kolektif dan harus diupayakan secara kolektif
pula. Ada beberapa bidang yang bersifat kolektif dimana organisasi publik
memainkan peranannya, antara lain penegakan hokum, pelayanan kesehatan,
pendidikan, keamanan nasioanl, jasa transportasi dan sebagainya.
Edgar H. Schein dalam Winardi (2006:27-28), seorang psikologi
keorganisasian terkenal berpendapat bahwa semua organisasi memiliki empat macam
cirri atau karakteristik sebagai berikut:
1. Koordinasi Upaya
Sering kali kita mendengar pernyataan bahwa dua “kepala” lebih baik
dibandingkan dengan satu “kepala”. Para individu yang bekerja sama dan
mengoordinasi upaya mental atau fisikal mereka dapat mencapai banyak
hal yang hebat dan menakjubkan.
24
2. Tujuan umum bersama
Koordinasi upaya tidak mungkin terjadi, kecuali apabila pihak yang telah
bersatu, mencapai persetujuan untuk berupaya mencapai sesuatu yang
merupakan kepentingan bersama. Sebuah tujuan umum bersama
memberikan anggota organisasi sebuah rangsangan untuk bertindak.
3. Pembagian kerja
Dengan jalan membagi-bagi tugas-tugas kompleks menjadi pekerjaan-
pekerjaan yang terspesialisasi, maka suatu organisasi dapat memanfaatkan
sumber-sumber daya manusianya secara efisien. Pembagian kerja
memungkinkan para anggota organisasi-organisasi menjadi lebih terampil
dan mampu karena tugas-tugas terspesialisasi dilaksanakan berulang-
ulang.
4. Hierarki otoritas
Menurut teori organisasi tradisional, apabila ingin dicapai sesuatu hasil
melalui upaya kolektif formal, harus ada orang yang diberi otoritas untuk
melaksanakan kegiatan. Hal itu agar tujuan-tujuan yang diinginkan
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Para teoritisi organisasi telah
merumuskan otoritas sebagai hak untuk mengarahkan dan memimpin
kegiatan-kegiatan pihak lain. Tanpa hieraki otoritas yang jelas, koordinasi
upaya akan mengalami kesulitan, bahkan kadang-kadang tidak mungkin
dilaksanakan. Akuntabilitas juga dibantu apabila orang-orang bekerja
dalam rantai komando (the chain of command).
25
Bennis dalam Thoha (2007:3) merumuskan ada tiga dimensi pokok dalam
mendiskusikan teori organisasi yang tidak bisa diabaikan. Ketiga dimensi itu antara
lain dimensi teknis, dimensi konsep, dan dimensi manusia. Jika ketiga dimensi itu
berinteraksi, maka akan mampu menimbulkan suatu kegiatan organisasi yang efektif.
Dimensi teknis menekankan pada kecakapan yang dibutuhkan untuk menggerakan
organisasi. Dimensi ini berisikan keahlian-keahlian birokrat atau manajer di bidang
teknis yang diperlukan menggerakan organisasi misalnya keahlian computer,
pemasaran, engineering dan lain sebagainya. Dimensi kedua adalah dimensi konsep
yang merupakan motor penggerak dari dimensi pertama dan amat erat hubunganya
dengan dimensi ketiga yakni dimensi manusia. Jika birokrat dalam bekerja hanya
mengandalkan pada dimensi pertama dan mengabaikan dimensi kedua, atau bahkan
menelantarkan dimensi ketiga maka akan menimbulkan suatu iklim yang tidak
respektif terhadap faktor pendukung utama organisasi yakni manusia pekerja. Oleh
karena itu, organisasi-organisasi merupakan proses-proses dinamik yang dalam tata
susunan mereka mencakup aneka macam subproses. Tetapi, apapun sudut pandang
kita tentang organisasi tetap sang individulah yang menjadi komponen inti dari suatu
organisasi.
Terdapat 13 karakteristik organisasi publik menurut Stewart dalam Kusdi
(2009:44) yaitu:
1. Target atau sasaran yang tidak terdefinisi secara jelas. 2. Harapan-harapan yang beragam dan acap kali bersifat artificial dan
politis.
26
3. Tuntutan dari berbagai pihak yang berbeda. 4. Tuntutan dari badan-badan yang mengucurkan anggaran. 5. Penerimaan jasa, yaitu masyarakat, tidak memberikan kontribusi
secara langsung melainkan melalui ekanisme pajak. 6. Sumber anggaran yang berbeda-beda. 7. Anggaran yang diterima mendahului pelayanan yang diberikan. 8. Ada pengaruh dari perubahan politik. 9. Tuntutan dan arah yang harus dipatuhi dari pusat. 10. Batasan-batasan yang ditetapkan oleh undang-undang. 11. Larangan atau pembatasan untuk melakukan usaha-usaha yang
menghasilkan laba. 12. Larangan atau pembatasan untuk menggunakan anggaran diluar
tujuan yang secara formal telah ditetapkan. 13. Tingkat sensitivitas terhadap tekanan kelompok masyarakat.
Thomson merumuskan organisasi dengan penekanan pada tingkat
rasionalitas dalam usaha kerja sama tersebut, dimana adanya integritas dari
seumlah orang-orang ahli (spesialis) yang memiliki hubungan impersonal
untuk pencapaian tujuan yang sebelumnya telah dirumuskan. Sedangkan,
Barnard merumuskan organisasi sesuai dengan perspektifnya sendiri. Ia
merumuskan organisasi sebagai berikut (2005:126):
“An organization is a system of consciously coordinated personal activities of forces of two or more persons (Suatu organisasi adalah suatu sistem dari aktivita-aktivita orang yang terkoodinasikan secara sadar atau kekuatan-kekuatan yang terdiri dari dua orang-orang atau lebih)”. Berbeda dengan Thomsons, Barnard merumuskan organisasi dengan
penekanan pada sistem kerja sama yang terkoordinasikan secara sadar.
Menurut Kencana dalam Toha (2005:126), menyatakan bahwa
organisasi yang terbesar dimanapun sudah barang tentu organisasi yang
mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara. Oleh
27
karena itu, organisasi publik mempunyai kewenangan yang absah
(terlegitimasi) di bidang politik, administrasi, pemerintahan, dan hokum
secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warganya,
serta melayani kebutuhannya. Sebaliknya, berhak pula menuntut pajak untuk
pendanaan, dan menjatuhkan hukuman sebagai sanksi peraturan. Organisasi
publik sering kita lihat pada bentuk organisasi instansi pemerintah yang juga
dikenal sebagai birokrasi pemerintah. Istilah birokrasi ini diberikan kepada
instansi pemerintah karena pada awalnya tipe organisasi yang ideal
merupakan bentuk yang sebagian besar diterima dan diterapkan oleh instansi
pemerintah. Dalam pandangan Weber, organisasi itu tetap merupakan sebagai
suatu lingkaran masyarakat yang harus membiasakan dirinya untuk patuh
kepada perintah-perintah pemimpinnya, dimana masing-masing mempunyai
perhatian pribadi secara berkesinambungan dalam pengaturan kebijaksanaan,
sebagai partisipasi mereka bersama dan hasil yang bermanfaat, dapat
dilakukan pembagian pelatihan kerja dan fungsi (tugas) mereka masing-
masing. Dengan demikian gilirannya akan dipersiapkan untuk kemantapan
mereka sendiri. Dengan gilirannya akan dipersiapkan untuk kemantapan
mereka sendiri.
Organisasi yang terbesar adalah organisasi yang mewadai seluruh
lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara yang disebut organisasi
publik. Pengertian organisasi publik bermula dari konsep barang publik (public
goods), yaitu adanya produk-produk tertentu berupa barang dan jasa yang tidak
28
dapat dipenuhi dengan mekanisme pasar yang dilakukan individu-individu.
Konsep ini menunjukan produk-produk yang bersifat kolektif dan harus
diupayakan secara kolektif pula. Ada beberapa bidang yang bersifat kolektif
dimana organisasi publik memainkan peranannya, antara lain penegakan
hukum, pelayanan kesehatan, pendidikan, keamanan nasional, jasa transportasi
dan sebagainya.
Fayol dalam Robbins (2007 : 39-40) mengusulkan 14 prinsip
organisasi, yaitu :
1. Pembagian kerja. Prinsip ini sama dengan “pembagian kerja” Adam Smith. Spesialisasi menambah hasil kerja dengan cara membuat para pekerja lebih efisien.
2. Wewenang. Manajer harus dapat member perintah. Wewenang memberikan hak ini kepadanya. Tetapi wewenang berjalan seiring dengan tanggung jawab. Jika wewenang digunakan, timbulah tanggung jawab. Agar efektif, wewenang seorang manajer harus sama dengan tanggung jawabnya.
3. Disiplin. Para pegawai harus menaati dan menghortmati peraturan yang mengatur organisasi. Disiplin yang baik merupakan hasil dari kepemimpinan yang efektif, suatu saling pengertian yang jelas antara manajemen dan para pekerja tentang peraturan organisasi serta penerapan hukuman yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan tersebut.
4. Kesatuan komando. Setiap pegawai seharusnya menerima perintah dari seorang atasan.
5. Kesatuan arah. Setiap kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai tujuan sama harus dipimpin oleh seorang manajer dengan menggunakan sebuah rencana.
6. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan individu. Kepentingan seorang pegawai atau kelompok pegawai tidak boleh mendahulukan kepentingan organisasi secara keseluruhan.
7. Remunerasi. Para pekerja harus digaji sesuai dengan jasa yang mereka berikan.
8. Sentralisasi. Ini merujuk kepada sejauh mana para bawahan terlihat dalam pengambilan keputusan. Apakah pengambilan itu
29
di sentralisasi (pada manajemen) atau di desentralisasi (pada para bawahan) adalah masalah proporsi yang tepat. Kuncinya terletak pada bagaimana menemukan tingkat sentralisasi yang optimal untuk setiap sentralisasi.
9. Rantai skalar. Garis wewenang dari manajemen puncak sampai ke tingkat yang paling rendah merupakan rantai skalar. Komunikasi harus mengikuti rantai ini. Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut malah tercipta kelambatan, komunikasi silang dapat diizinkan jika disetujui oleh semua pihak, sedangkan atasan harus diberitahu.
10. Tata tertib. Orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dan waktu yang tepat.
11. Keadilan. Para manajer harus selalu ditempatkan pada tempat dan waktu yang tepat.
12. Stabilisasi masa kerja para pegawai. Perputaran (turnover) pegawai yang tinggi adalah tidak efisien. Manajemen harus menyediakan perencanaan personalia yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi kekosonganharus selalu ada pengganti.
13. Inisiatif. Para pegawai yang diizinkan menciptakan dan melaksanakan rencana-rencana akan berusaha keras.
14. Esprit de corps. Mendorong tim spirit akan membangun keselarasan dan persatuan di dalam organisasi.
Dari 14 prinsip diatas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi dikatakan efektif bila tujuan suatu
organisasi tersebut tercapai. Sedangkan efisien berkaitan dengan jumlah
pengorbanan yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan. Bila
pengorbanannya terlalu besar sehingga menyebabkan ketidakpuasan maka
dikatakan tidak efisien.
2.1.2 Teori Pelayanan
30
Era desentralisasi seperti sekarang ini, instansi pemerintah dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan publik/umum yang berkualitas. Pelayanan
umum/publik dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka melaksanakan
peraturan perundangan yang berlaku. Berkaitan dengan pelayanan, maka
terdapat dua istilah yang perlu diketahui, yaitu melayani dan pelayanan.
Kata pelayanan itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah asing,
yaitu service.. Thoha (1989 : 78) menyatakan bahwa pelayanan merupakan
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok maupun suatu
instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian diatas terlihat bahwa
service atau pelayanan jasa yang diberikan oleh perorangan organisasi swasta
maupun pemerintah.
Menurut Kotler dalam Lukman (2000), pelayanan adalah setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk
secara fisik. Selanjutnya Lukman berpendapat, pelayanan adalah suatu
kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara
seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan
kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan
sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah
menyuguhi (orang) dengan makanan atau minuman, menyediakan keperluan
orang, mengiayakn, menerima, menggunakan.
31
Kata publik berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti umum,
masyarakat, negara. Sementara itu Inu Kencana mendefinisikan publik adalah
sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan,
sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasatkan nilai dan norma yang ada.
Oleh karena itu pelayanan publik diarikan sebagai kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan yang
menguntungkan dalam kumpulanatau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik.
Kotler (dalam Nasution, 2001:61) menjelaskan bahwa jasa (service)
adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak
lain yang pada dasarnya tidak terwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan
apapun. Menurut Parasuraman et. al. dan Haywood Farmer (dalam Warella:17-
18), ada tiga karakteristik pelayanan jasa yaitu :
1. Intangibility, berarti bahwa pelayanan pada dasarnya bersifat performance, dan hasil pengalaman dan bukannya suatu obyek. Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung,diukur, diraba, atau ditest sebelum disampaikan untuk menjamin kualitas. Jadi berbeda dengan barang yang dihasilkan oleh suatu pabrik yang dapat ditest kualitasnya sebelum disampaikan kepada pelanggan.
2. Heterogenity, berarti pemakai jasa atau klien atau pelanggan memiliki kebutuhan yang sangat heterogen. Pelanggan dengan pelayanan sama mungkin memiliki prioritas yang berbeda. Demikian pula performance sering bervariasi dari satu prosedur ke prosedur lainnya bahkan dari waktu ke waktu.
3. Inseparability, berarti produksi dan komsumsi suatu pelayanan tidak terpisahkan. Konsekuensinya di dalam industri pelayanan kualitas tidak direkayasa ke dalam produksi di sektor pabrik dan kemudian disampaikan kepada pelanggan, tetapi kualitas terjadi selama penyampaian pelayanan, biasanya selama interkasi dengan klien dan penyedia jasa.
32
Definisi yang sangat sederhana dikemukakan oleh Ivancevich, Lorenzi,
Skinner dan Crosby (1997 : 448) dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih
(2007:2) pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat
dilihat) yang melibatkan usaha-usaha manusia menggunakan peralatan.
Kottler (2000) menyebutkan bahwa:
“Pelayanan/jasa adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak terwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk”.
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah suatu proses memberikann
bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan
kepekaan dan hubungan interpersonal demi terciptanya suatu kepuasan dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang menghasilkan
produk berupa barang maupun jasa. Pengertian yang lebih rinci dikemukakan
oleh Gronroos (1990 : 27) dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2007 : 2)
sebagaimana kutipan dibawah ini :
“ Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan pemecahan konsumen/pelanggan”.
Pelayanan publik Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, pelayanan publik didefinisikan sebagai kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
33
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap wrga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggaraan pelayanan publik. Instansi pemerintah sebagai sebuah
organisasi dalam tugasnya sebagai pelayan masyarakat (public server) dituntut
untuk selalu memberikan pelayanan terbaik/pelayanan yang bernyali tinggi
kepada masyarakat sebagai pengguna jasa/pelanggan.
Tan Sri Victor SL dari Malaysia dalam Boediono (2003: 42) menulis
bahwa hasil pengalamannya menekankan adanya 7 (tujuh) keharusan yang
perlu diciptakan untuk dapat menjadi organisasi yang andal dalam perannya
sebagai pelayan masyarakat (public server) atau pelayanan pelanggan
(customer server), yaitu:
1. Membuat suatu Strategi Pelayanan Pelanggan
Pelayanan kepada pelanggan yang memuaskan tidak mungkin
dapat dicapai dengan mendelegasikan tanggung jawab
seenaknya. Agar setiap program pelayanan pelanggan dapat
berhasil memuaskan memerlukan komitmen penuh dari
pimpinan puncak organisasi.
2. Membangun Tim yang Berorientasi pada Pelanggan yang
Efektif
Memilih orang yang tepat dengan kemampuan yang sesuai dan
memiliki temperamen yang cocok untuk melayani orang banyak
34
di barisan pelayanan terdepan menentukan sukses tidaknya
program pelayanan kepada pelanggan.
3. Unit Pelayanan Pengiriman yang Efisien
Pelayanan pelanggan yang prima tidak dapat dicapai sekedar
mengendalikan dedikasi staf, walaupun pelayanan yang sopan
dan bersahabat dilakukan. Semua senyuman dari staf tidak akan
menghasilkan kepuasan pelanggan selama teknologi yang
dipakai ketinggalan zaman yang efisien.
4. Membangun Budaya Cinta Pelanggan
Agar dapat menghasilkan pelayanan pelanggan yang prima,
pimpinan puncak organisasi harus menanamkan budaya cinta
melayani di seluruh kehidupan organisasi. Atau dapat juga
disebut dengan pimpinan yang berorientasi pada pelanggan.
5. Memonitor Kebutuhan Pelanggan
Untuk mendapatkan pelayanan pelanggan secara prima harus
dengan cermat mengetahui secara pasti kebutuhan dan tuntunan
pelanggan yang berubah dan bergerak secara dinamis.
6. Mengukur Kepuasan Pelanggan
Agar terhindarkan dari situasi ketidakpastian dalam menetapkan
mutu pelayanan kepada pelanggan, secara berencana harus
mengukur tingkat kepuasan pelanggan. Upaya untuk
35
meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan ini dapat dilakukan
melalui survey atau pengkajian cepat.
7. Mengembangkan Sistem Penghargaan
Terutama di instansi pemerintah (birokrasi) masih berlaku
penggajian yang sama pada golongan yang sama, tanpa
memandang apakah pegawai tersebut melakukan pelayanan
secara prima kepada pelanggan atau tidak. Sistem penggajian
tersebut tidak merangsang pegawai untuk melaksanakan tugas
secara professional, disiplin, dan penuh dedikasi. Berbuat
menguntungkan organisasi atau tidak diperlakukan sama. Tidak
mengenal penghargaan (reward).
Instansi pemerintah sebagai sebuah organisasi dalam tugasnya sebagai
pelayan masyarakat (public server) dituntut untuk selalu memberikan
pelayanan terbaik atau pelayanan yang bernyali tinggi kepada masyarakat
sebagai pengguna jasa/pelanggan. Pelayanan prima adalah pelayanan yang
memiliki suatu ukuran yang pada akhirnya terkait dengan mutu pelayanan.
Maka pelayanan prima menunjuk pada peningkatan keprimaan dalam
pemberian pelayanan.
Boediono (2003 : 63) kemudian menyimpulkan bahwa hakikat
pelayanan publik/umum yang prima adalah meningkatkan mutu dan
36
produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang
pelayanan umum:
a. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tatalaksana
pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara
lebih berdaya guna dan behasil guna (efisien dan efektif)
b. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta
masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkkan
kesejahteraan masyarakat luas.
Asas-asas yang termuat dalam penyelenggaraan pelayanan publik harus
diperhatikan agar lebih mengoptimalkan pedoman penyelenggaraan pelayanan
publik. Adapun asas tersebut adalah:
a. Transparansi, yaitu bersifat terbuka, muda, dan bisa diakses semua pihak yang membutuhkan serta disediakan secara memadai dan mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional, yaitu sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
d. Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan hak, yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
f. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pemberi dan penerima pelayananan publik harus memenuhi hak daan kewajibannya masing-masing pihak. (Ridwan dan Sudrajad, 2009:101)
37
Pelayanan publik jika ditinjau dari keluaran yang dihasilkan,
dikelompokkan menjadi:
1. Kelompok pelayanan adminsitratif, yaitu pelayanan yang
menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan
oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat
kompetensi. Kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang
dan sebagainya.
2. Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik.
3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai benuk jasa yang dibutuhkan oleh publik.
Pelayanan Publik dalam pelaksanaannya pola-pola penyelenggaraan
diwujudkan dalam bentuk:
1. Fungsional, pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggaraan
pelayanan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.
2. Terpusat, pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh
penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari
penyelenggara terkait lainnya yang bersangkutan.
3. Terpadu, terpadu dibedakan menjadi:
a. Terpadu satu atap, pola pelayanan terpadu satu atap
diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis
pelayanan yang tidak melalui beberapa pintu.
38
b. Terpadu satu pintu, pola pelayanan terpadu satu pintu
diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis
pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani
memalui satu pintu.
Keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat
kepuasan penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila
penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan
dan diharapkan. Oleh karena itu layanan secara berkala wajib melakukan
survei indeks kepuasan masyarakat.
Indikator – indikator pelayanan publik menurut Fitzimmons dan
Fitzsimmons dalam Sinambela (2008:7-8) adalah :
1. Tangibles Penyediaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang memadai.
2. Reliability Pemberian pelayanan yang tepat dan benar.
3. Responsiveness Adanya keinginan untuk melayani konsumen dengan cepat.
4. Assurance Adanya perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan.
5. Emphaty Adanya kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
Menurut Atik Septi Winarsih & Ratminto (2005:245) Terdapat beberapa
asas dalam penyelenggaraan pelayanan pemerintahan dan perizinan yang harus
diperhatikan, yaitu :
39
1. Empati dengan customers. Pegawai yang melayani urusan perizinan dari instansi penyelenggara jasa perizinan harus dapat berempati dengan masyarakat pengguna jasa pelayanan.
2. Pembatasan prosedur. Prosedur harus dirancang sependek mungkin, dengan demikian konsep one stop shop benar-benar diterapkan.
3. Kejelasan tata cara pelayanan. Tatacara pelayanan harus didesain sesederhana mungkin dan dikomunikasikan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan.
4. Minimalisasi persyaratan pelayanan. Persyaratan dalam mengurus pelayanan harus dibatasi sesedikit mungkin dan sebanyak yang benar-benar diperlukan.
5. Kejelasan kewenangan. Kewenangan pegawai yang melayani masyarakat pengguna jasa pelayanan harus dirumuskan sejelas mungkin dengan membuat bagan tugas dan distribusi kewenangan.
6. Transparansi biaya. Biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal mungkin dan setransparan mungkin.
7. Kepastian jadwal dan durasi pelayanan. Jadwal dan durasi pelayanan juga harus pasti, sehingga masyarakat memiliki gambaran yang jelas dan tidak resah.
8. Minimalisasi formulir. Formulir-formulir harus dirancang secara efisien, sehingga akan dihasilkan formulir komposit (satu formulir yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan).
9. Maksimalisasi masa berlakunya izin. Untuk menghindarkan terlalu seringnya masyarakat mengurus izin, maka masa berlakunya izin harus ditetapkan selama mungkin.
10. Kejelasan hak dan kewajiban providers dan curtomers. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik bagi providers maupun bagi customers harus dirumuskan secara jelas, dan dilengkapi dengan sanksi serta ketentuan ganti rugi.
11. Efektivitas penanganan keluhan. Pelayanan yang baik sedapat mungkin harus menghindarkan terjadinya keluhan. Akan tetapi jika muncul keluhan, maka harus dirancang suatu mekanisme yang dapat memastikan bahwa keluhan tersebut akan ditangani secara efektif sehingga permasalahan yang ada dapat segera diselesaikan dengan baik.
40
Terdapat empat unsur penting menurut Barata (2004:11) dalam proses
pelayanan publik, yaitu :
1. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa (services).
2. Penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen (costomer) atau customer yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan.
3. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang membutuhkan layanan.
4. Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan harus mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang dan atau jasa yang mereka nikmati.
Suatu pelayanan akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan
apabila didukung oleh beberapa faktor :
1. Kesadaran para pejabat pimpinan dan pelaksana 2. Adanya aturan yang memadai 3. Organisasi dengan mekanisme yang dinamis 4. Pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum 5. Kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan
tugas/pekerjaan yang dipertanggungjawabkan 6. Tersedianya sara pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk
tugas/pekerjaan pelayanan (Moenir, 2003:123-124)
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tersebut untuk
memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok yang
dilayani dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pelayanan ini diberikan
41
kepada seluruh masyarakat atau yang berhak mendapatkan pelayanan tanpa
terkecuali dengan tidak membedakan satu dengan yang lainnya.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan Indikator
Pelayanan Publik menurut Fitzimmons dan Fitzsimmons dalam Sinambela
(2008:7-8) memiliki indikator yang cocok untuk mengukur pelayanan BP3TKI
Serang yang dilakukan dalam penelitian ini.
2.1.3 Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggara pelayananpublik harus memiliki standar
pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima
pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau
penerima pelayanan. Menurut Keputusan MENPAN Nomor 36 Nomor 2012
standar pelayanan meliputi :
a. Dasar Hukum Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan pelayanan.
b. Persyaratan Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan dan merupakan suatu tuntutan yang diperlukan (harus dipenuhi/dilakukan) dalam proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Sistem, Mekanisme dan Prosedur Tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan, yang mengandung tahapan kegiatan yang harus dilakukan dalam proses penyelenggaraan pelayanan
d. Jangka waktu penyelesaian
42
Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan semua proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.
e. Biaya/Tarif Ongkos yang dikenakan kepada penerima pelayanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
f. Produk Pelayanan Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
g. Sarana, Prasarana, dan/atau Fasilitas Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuke peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan.
h. Kompetensi Pelaksana Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman
i. Pengawasan Internal Sistem pengendalian intern dan pengawasan langsung yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan langsung pelaksana.
j. Penanganan, Pengaduan, Saran, dan Masukan Tata cara pelaksanaan pengelolaan pengaduan dan tindak lanjut.
2.1.4 Konsep Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Tenaga Kerja Indonesia
(TKI). Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di
Luar Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
untuk bekerja di liuar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu
tertentu dengan menerima upah. Sedangkan menurut buku pedoman
pengawasan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia adalah warga negara
Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan kegiatan di
43
bidang perekonomian, sosial, keilmuan, kesenian dan olahraga professional
serta mengikuti pelatihan kerja di luar negeri baik di darat, di laut maupun di
udara dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja yaitu suatu
perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan maupun tertulis baik
untuk jangka waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.
Sementara itu dalam Pasal 1 Kep. Manakertrans RI No Kep
104/Men/2002 tentang penempatan TKI keluar negeri disebutkan bahwa TKI
adalah baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di lua negeri dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian perjanjian kerja melalui prosedur
penempatan TKI.
Dalam perekrutannya Tenaga Kerja Indonesia dikelompokan menjadi
dua yaitu Tenaga Kerja Indonesia Legal dan Tenaga Kerja Indonesia Ilegal.
1. Tenaga kerja Indonesia Legal
TKI Legal adalah tenaga kerja Indonesia mencari pekerjaan di luar
negeri dengan mengikuti prosedur dan aturan serta mekanisme
secara hukum yang harus ditempuh untuk mendapatkan izin bekerja
di luar negeri, para pekerja juga disertai dengan surat-surat resmi
yang menyatakan izin bekerja di luar negeri. TKI legal akan
mendapat perlindungan hukum, baik itu dari pemerintah Indonesia
maupun dari pemerintah negara penerima. TKI legal selanjutnya
akan terdaftar di intansi pemerintah kabupaten/kota yang
44
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan, dan terdaftar di
instansi terkait sebagai tenaga kerja asing di negara penerima. Para
TKI legal juga memilki perjanjian kerja yang memuat syarat-syarat
kerja, hak, dan kewajiban pihak terkait, berdasarkan asas terbuka,
objektif, sertta adil dan setara tanpa diskriminasi, penempatan TKI
legal diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang
sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, dan perlindungan
hukum.
2. Tenaga Kerja Ilegal
TKI illegal adalah tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar
negeri namun tidak memiliki izin resmi untuk bekerja di tempat
tersebut, para TKI ini tidak mengkuti prosedur dan mekanisme
hukum yang ada di Indonesia dan negara penerima.
Empat kategori pekerja asing dianggap illegal :
1. Mereka yang bekerja di luar masa resmi mereka tinggal
2. Mereka yang bekerja di ruang lingkup aktivis diizinkan untuk
status mereka
3. Mereka yang bekerja tanpas status kependudukan yang izin kerja
atau tanpa izin
4. Orang-orang yang memasuki negara itu secara tidak sah untuk
tujuan terlibat dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan
atau bisnis.
45
Dan berdasarkan kategori pekerjaannya TKI dibedakan menjadi dua
yaitu TKI formal dan TKI Informal.
1. TKI Formal adalah Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja pada
pengguna berbadan hokum tetap.
2. TKI Informal adalah Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja pada
pengguna perorangan.
Berdasarkan beberapa pengertian TKI tersebut, maka dapat
dikemukakan bahwa TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI dengan
menerima upah.
2.2 Peneliti Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik
Skripsi, Tesis, Disertasi, atau Jurnal Penelitian. Penelitian terdahulu yang
peneliti kaji dalam penelitian ini berasal dari Skripsi.
1. Analisis Pengaruh kepemimpinan, Motivasi Kerja, dan Komitmen
Pegawai terhadap kualitas pelayanan penempatan dan perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan.
46
2. Efektivitas Pelayanan Pembuatan Paspor dengan Menggunakan
Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM) Di Kantor
Imigrasi Kelas I Kota Tangerang.
Pertama, penelitian tentang Analisis Pengaruh kepemimpinan,
Motivasi Kerja, dan Komitmen Pegawai terhadap kualitas pelayanan
penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan oleh
Nainggolan Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pengaruh kepemimpinan, motivasi kerja, dan komitmen pegwai terhadap
kualitas pelayanan Tenaga Kerja Indonesia di BP3TKI Medan. Penelitian ini
menggunakan teori Teori Robbins (2008) tentang kepemimpinan, teori
Ivancevich (2008) tentang motivasi, teori Thomas (2009) tentang komitmen
pegawai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
menggunakan regresi linear berganda. Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah
kepemimpinan, Motivasi Kerja, dan Komitmen Pegawai belum memiliki
pengaruh yang baik terhadap kualitas pelayanan penempatan dan perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan. Hipotesisnya mencapai angka lebih
kecil atau sama dengan 70%. Sedangkan hasil/kesimpulan dari penelitian ini
adalah Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara
kepemimpinan, Motivasi Kerja, dan Komitmen Pegawai terhadap kualitas
47
pelayanan penempatan dan perlindungan. Persamaan penelitiannya terletak
pada penggunaan pendekatan kuantitatif namun metode analisis data
menggunakan regresi linear berganda. Perbedaan pada penelitiannya terletak
pada penggunaan 2 variabel, dengan pengambilan sampel melalui sensus dan
untuk variabel kualitas pelayanan yaitu Calon TKI. Kritik untuk penelitian ini
yaitu sampel dalam penelitian ini terlalu sedikit yaitu 30 responden, sehingga
hasilnya kurang maksimal untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan,
motivasi serta komitmen pegawai terhadap kualitas pelayanan BP3TKI Medan.
Kedua, penelitian ini tentang Efektivitas Pelayanan Pembuatan Paspor
dengan Menggunakan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM)
Di Kantor Imigrasi Kelas I Kota Tangerang oleh Cahyo Wibowo 2014.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui seberapa efektif Pelayanan
Pembuatan Paspor dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen
Keimigrasian (SIMKIM) Di Kantor Imigrasi Kelas I Kota Tangerang.
Penelitian ini menggunakan teori Teori Gibson dalam Makmur (2008:125)
yaitu produktivitas, efisiensi, fleksibilitas, .keunggulan, pengembangan,
kepuasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian hipotesisnya yaitu
Efektivitas Pelayanan Pembuatan Paspor dengan Menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM) Di Kantor Imigrasi Kelas I
Kota Tangerang belum berjalan dengan baik. Hipotesisnya dikatakan kurang
48
atau tidak tinggi apabila mencapai angka dibawah 70. H0 : µ0 < 70% .
Hasil/kesimpulan dari penelitian ini bahwa hasil dari penelitian tentang
Efektivitas Pelayanan Pembuatan Paspor dengan Menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM) Di Kantor Imigrasi Kelas I
Kota Tangerang adalah pelayanan pembuatan paspor dengan menggunakan
SIMKIM belum berjalan secara efektif. Pada penelitian ini persamaannya
terletak pada penggunaan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan
teori yang digunakan yaitu Teori Gibson dalam Makmur (2008:125) yaitu
produktivitas, efisiensi, fleksibilitas, .keunggulan, pengembangan, kepuasan.
Perbedaan penelitian ini terletak pada penggunaan 1 variabel, fokus serta lokus
penelitian yang berbeda. Kritik untuk penelitian ini yaitu kurangnya alasan dari
pemilihan teori yang digunakan.
2.3 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang
menjadi objek permasalahan. Kerangka berpikir disusun berdasarkan tinjauan pustaka
49
dan hasil penelitian yang relevan. Efektivitas pada sebuah organisasi sangat penting
untuk mengerjakan dan mengukur tercapainya sasaran dan tujuan yang telah
ditentuan sebelumnya pada sebuah organisasi khususnya Instansi Pemerintah, dimana
tujuan akhir sebagai target yang ingin dicapai adalah memebrikan pelayanan prima
atau sebaik-baiknya (Excellent Service) kepada masyarakat pelanggan.
Kepuasan pelanggan selaku penerima pelayanan adalah perbandingan antara
harapan dengan realita yang dialami dan dirasakan oleh masyarakat pelanggan setelah
menerima pelayanan dari aparatur pemerintah.dengan demikian dapat dikatakan
bahwa organisasi akan mencapai efektif apabila didalamnya terdapat tujuan atau
sasaran dan pelaksanaan fungsi dalam sebuah organisasi. Karena secara umum
efektivitas pelayanan dapat dilihat dari tujuan keberhasilan pelayanan yang telah
ditentukan sebelumnya, artinya pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak
sangat tergantung efektivitas kerja orang-orang yang bekerja didalamnya.
Dalam penelitian ini penulis meneliti mengenai Pelayanan Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Asal Kabupaten Serang.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka teori yang dipilih untuk
penelitian ini Indikator Pelayanan Publik menurut Fitzimmons dan Fitzsimmons
dalam dalam Sinambela (2008:7-8) yang meliputi :
1. Tangibles
50
Penyediaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang memadai.
2. Reliability Pemberian pelayanan yang tepat dan benar.
3. Responsiveness Adanya keinginan untuk melayani konsumen dengan cepat.
4. Assurance Adanya perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan.
5. Emphaty Adanya kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
Maka untuk mempermudah memahami alur berpikir peneliti menggambarkan
kerangka berpikirnya sebagai berikut:
Identifikasi masalah :
1. Kurangnya pengawasan dan koordinasi pihak BP3TKI Serang dengan pihak/instansi terkait penempatan dan perlindungan TKI
2. Kurangnya komitmen pihak BP3TKI Serang dan kepastian melakukan sosialisasi, dan konsultasi dengan pihak Kabupaten Serang dan kurang sumber daya manusia yang memadai di BP3TKI Serang
3. Prosedur yang sulit dan berbelit-belit 4. Sarana, prasarana serta instruktur di BP3TKI Serang yang kurang memadai.
51
sss
2.4 Hipotesis Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Indikator Pelayanan Publik menurut Fitzimmons dan Fitzsimmons dalam Sinambela (2008:7-8):
a. Tangibles
b. Reliability
c. Responsiveness
d. Assurance
e. Emphaty
Output :
Pelayanan di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang
dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Asal Kabupaten Serang berjalan baik.
52
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis diperlukan untuk memberikan jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diteliti kebenarannya dengan pengujian secara emipiris, menurut
Sugiono (2007:86) terdapat 3 bentuk rumusan hipotesis, yaitu:
1. Hipotesis deskriptif
2. Hipotesis komparatif
3. Hipotesis hubungan (korelatif)
Hipotesis merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan pengkajian
pustaka dan landasan teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Pada
penelitian ini, hipotesis yang digunakan peneliti adalah hipotesis deskriptif yaitu
dugaan sementara terhadap nilai satu variabel mandiri. Pada penelitian yang
dilakukan oleh peneliti maka hipotesis yang dipakai adalah:
Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Asal Kabupaten Serang tersebut lebih kecil atau sama dengan 65% dari nilai ideal.
Dari penjabaran di atas, maka dapat dijelaskan bahwa:
1. Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Asal Kabupaten Serang kurang baik apabila lebih kecil atau sama
dengan 65% dari nilai ideal.
H0 : µ0 ≤ 65%
53
2. Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Asal Kabupaten Serang dikatakan baik apabila lebih dari 65%.
Ha : µ0 > 65%
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pada hakikatnya penelitian merupakan suatu upaya untuk mencari suatu
kebeneran atau untuk lebih membenarkan tentang suatu kebenaran. Metode ialah
suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah
sistematis. Sedangkan, metodelogi adalah pengetahuan tentang berbagai cara yang
disesuaikan dengan objek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian
sangat erta kaitannya dengan tipe penelitian yang digunakan, karena setiap tujuan
penelitian yang didesain memiliki konsekuensi pada pilihan metode yang tepat, guna
mencapai tujuan penelitian tersebut.
Menurut Sugiyono (2008:1), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pemilihan dan
penentuan metode penelitian tidak dapat dipisahkan dari yujuan perumusan masalah,
jika permasalahannya hanya difokuskan pada satu variabel atau aspek dan tujuannya
ingin mendapatkan deskripsi dari variabel atau aspek tersebut, maka metodenya
adalah metode deskriptif atau survai. Dalam penelitian mengenai Pelayanan Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang
dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Asal Kabupaten
Serang, merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif adalh penelitian yang dilakukan untuk
55
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih, tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan anatara variabel yang satu dengan variabel yang
lain (Sugiyono, 2006:11).
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang
akan dilakukan. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah bagian
penempatan dan perlindungan TKI, khususnya pelayanan penempatan dan
perlindungan TKI.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian menjelaskan tempat (locus) penelitian, serta alas an memilih
lokasi penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan di Balai Pelayanan Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang Jl. Ciwaru Raya
Komplek Depag No.2 Serang Banten, periode bulan Oktober 2014 hingga April
2015.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep darivariabel
yang akan diteliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Pada penelitian ini
variabelini variabelnya adalah pelayanan penempatan dan perlindungan TKI.
56
1. Tangibles
Penyediaan sumber daya manusia (pegawai BP3TKI Serang)
dan sumber daya lainnya yang memadai guna melayani
pengguna layanan (Calon TKI)
2. Reliability
Pemberian pelayanan yang tepat dan benar kepada pengguna
layanan.
3. Responsiveness
Adanya keinginan untuk melayani pengguna layanan dengan
cepat.
4. Assurance
Adanya perhatian terhadap etika dan moral dalam
memberikan pelayanan di BP3KI Serang
5. Emphaty
Adanya kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan
pengguna layanan.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitiam
dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Adapun penjelasannya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
57
Tabel 3.1 Operasional Variabel Pelayanan BP3TKI Serang
No Indikator Sub Indikator
1
Tangibles
1. Penampilan fisik
2. Ketersediaan sarana dan prasarana
3. Pegawai
2 Reliability
1. Kemampuan pegawai dalam
memenuhi kebutuhan pengguna
layanan
2. Ketepatan dalam meberikan
pelayanan
3. Akurat
4. Kepuasan pengguna layanan
3
Responsiveness
1. Ketanggapan pegawai dalam
memberikan pelayanan
2. Kemauan pegawai dalam
menangani masalah
4 Assurance
1. Pengetahuan
2. Kesopanan dan sifat yang dapat
dipercaya
3. Kemampuan
5 Emphaty
1. Komunikasi yang baik
2. Kemudahan dalam melakukan
hubungan
3. Perhatian pribadi dan memahami
kebutuhan pengguna layanan
Sumber : Peneliti 2015
58
3.5 Instrumen Penelitian
Arikunto dalam Zuriah (2007:168) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai
alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan sata. Kualitas instrument akan
menentukan data yang terkumpul.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan
jumlah variabel sebanyak satu variabel atau variabel mandiri. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.
Pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar
pernyataan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah
menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup).
2. Observasi, merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak
hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun
juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi
(situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, dengan
jumlah variabel sebanyak satu variabel atau variabel mandiri. Sedangkan skala
pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Indikator variabel yang disusun
59
melalui item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan diberikan
jawaban setiap item instrumennya. Kemudian dapat dilihat rumus dari Slabovits
dibawah ini.
M = ∑ f(x) / n
M = perolehan angka penafsiran
∑ = penjumlahan
f = frekuensi jawaban
x = pembobotan (skala nilai)
n = jumlah seluruh jawaban
Jawaban setiap item diberi skor, seperti yang dijelaskan pada tabel skor
item instrumen dibawah ini:
Tabel 3.2 Skor item-item Instrumen
Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Peneliti 2015
Dari pemberian skor diatas, dapat diperoleh interval antara satu kriteria
dengan kriteria yang lainnya sebagai berikut.
60
Besar interval penilaian =
=
= 0,75
Dengan adanya hasil dari interval penilaian untuk digunakan dalam
menganalisis data dari sub indikator, indikator masing-masing, serta keseluruhan
dari hasil indikator, maka dapat dilihat gambar interval penilaian dibawah ini.
Gambar 3.1
Interval Penilaian
No Range Interval Kategori 1 1-1,75 Sangat Tidak Baik 2 1,75-2,51 Tidak Baik 3 2,51-3,27 Baik 4 3,27-4 Sangat Baik
Sumber: Diolah dari data primer (2015)
Untuk mempermudah menemukan jawaban atas permasalahan yang telah
diuraikan sebelumnya, berikut peneliti uraikan kisi-kisi instrument yang digunakan.
61
Tabel 3.3
Instrumen Penelitian
Variabel
Indikator
Sub Indikator
No. Item
Instrumen
Tangibles
Penyediaan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya yang memadai.
1. Penampilan fisik
2. Ketersediaan sarana
dan prasarana
3. Pegawai
1,2,3
4,5,6,7
8,9
Reliability
Pemberian pelayanan yang tepat dan benar.
1. Kemampuan pegawai
dalam memenuhi
kebutuhan pengguna
layanan.
2. Ketepatan dalam
meberikan pelayanan
3. Akurat
4. Kepuasan pengguna
layanan
10,11,12
13,14
15,16,17
18
Responsiveness
Adanya keinginan untuk melayani konsumen
dengan cepat
1. Ketanggapan pegawai
dalam memberikan
pelayanan
2. Kemauan pegawai
dalam menangani
masalah
19,20,21,22
23,24,25,26,27
Assurance
Adanya perhatian terhadap etika dan moral dalam
1. Pengetahuan
2. Kesopanan dan sifat
yang dapat dipercaya
29,30 31,32,33,34
62
memberikan pelayanan
3. Kemampuan 35,36,37
Emphaty
Adanya kemauan untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan konsumen
1. Komunikasi yang
baik
2. Kemudahan dalam
melakukan hubungan
3. Perhatian pribadi dan
memahami kebutuhan
pengguna layanan
38,39,40
41,42,43
44,50
Sumber : Peneliti, 2015
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber
dan berbagai cara, dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan
dua cara yaitu data primer dan data sekunder.
3.5.1 Uji Validitas dan Reabilitas
3.5.1.1 Uji Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur
apa yang ingin diukur. Kevaliditasan instrument menggambarkan bahwa suatu
instrument benar-benar mampu mengukur variable-variabel yang akan diukur
dalam penelitian serta mampu menunjukan tingkat kesesuaian antar konsep dan
hasil pengukuran.
Pada penelitian ini, pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi pearson product moment dengan bantuan
63
perangkat lunak Statistic Program For Social Science (SPSS). Berikut ini rumus
dari Korelasi Product Moment.
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi Product Moment
Ʃ X = Jumlah Skor Dalam Sebaran X
Ʃ Y = Jumlah Skor Dalam Sebaran Y
Ʃ XY = Jumlah Hasil Skor X dan Y yang Berpasangan
Ʃ X2 = Jumlah Skor yang Dikuadratkan dalam Sebaran X
Ʃ Y2 = Jumlah Skor yang Dikuadratkan dalam Sebaran Y
N = Jumlah Sampel
3.5.1.2 Uji Reliabilitas
Reabilitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris rely, yang berarti
percaya, dan reliable yang artinya dapat dipercaya (Purwanto, 2007:161).
Dengan demikian, reliabilitas menunjukan pada tingkat konsistensi atau
kemampuan instrument untuk digunakan sebagai alat ukur, sejauh mana alat
pengukur tersebut dapat dipercaya.
64
Pengujian realibiltas instrument yang dilakukan dalam pebelitian ini
adalah dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu perhitungan yang
dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi di antara butir-butir
pernyataan dalam kuisioner, variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya
lebih dari 0,30 (Purwanto, 2010). Dengan dilakukan uji reliabilitas, maka akan
menghasilkan instrumen yang tepat dan akurat. Apabila koefisien reliabilitas
instrument yang dihasilkan lebih besar berarti instrument tersebut memiliki
reliabilitas yang cukup baik.
Keterangan :
n = Jumlah butir
Si = Varians butir; tanda sigma berarti jumlah
St = Varians nilai total
65
3.5.2 Jenis Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh peneliti melalui
angket (kuisioner), wawancara (interview), dan pengamatan
(observasi).
2) Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
yang dapat berbentuk buku-buku ilmiah, dokumen administrasi atau
bahan lain yang sudah merupakan data pendukung dalam
penelitian.
b. Sumber Data
1) Responden, Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) dan Tenaga
Kerja Indonesia asal Serang yang berjumlah
2) Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan
penelitian.
3.5.3 Teknik Pengumpulan Data
Secara teknis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengimpulan data
sebagai berikut:
a. Metode Angket
Menurut Sugiyono (2007:162) Angket atau kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden
66
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknis pengumpulan data
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan diukur
dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
b. Metode Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono,2007:166) berpendapat bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi
merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan media
panca indradan peneliti sendiri secara langsung ke lapangan
penelitiannya.
Dari kedua teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti dalam
penelitian ini, metode angket atau kuosioner sebagai metode primer, karena data
yang diperoleh dari angket merupakan data elementer dalam pengujian hipotesis
penelitian dengan menggunakan rumus statistic untuk mengetahui proses s
Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Asal
Kabupaten Serang.
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi
Menurut Martono (2011:74) populasi adalah keseluruhan objek atau subjek
yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan
67
dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2007:90) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
asal Kabupaten Serang. Dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.4 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Asal Kabupaten Serang
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 449
2. Perempuan 446
Jumlah TKI 915
Sumber : Peneliti, 2015
Dengan demikian, populasi untuk Tenaga Kerja Indonesia asal Kabupaten
Serang adalah sebanyak 915 tenaga kerja.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki cirri-
ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Martono, 2010:66). Dimana di dalam
68
penelitian kuantitatif sampel tersebut merupakan sebuah isu yang sangat kursial
yang dapat menentukan keabsahan hasil penelitian. Sampel meupakan bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin memperlajari semua yang ada karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan sampel dari yang diambil
dari populasi itu. Teknik sampling yang digunakan adalah Accidental Sampling.
Yakni merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data
(Martono 2010:70). Di dalam menentukan jumlah sampel yang akan diteliti,
rumus yang dipergunakan oleh peneliti adalah rumus dari Taro Yamane, yaitu
sebagai berikut:
N
n =
N. (d2) + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah Populasi
d2= Nilai presisi (presisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% dengan
perhitungan 5 : 100 = 0,05).
69
Diketahui :
N = 915
d =0,05
Perhitungan Sampel :
N
n = N. (d2) + 1 915 n = 915. (0,052) + 1 n = 915 2,287 + 1 n = 915 3,287
n = 278,32 dibulatkan menjadi :
n = 278
Jadi, sampel yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu sebanyak
278 Tenaga Kerja Indonesia asal Kabupaten Serang.
70
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan
Teknik pengolahan data dalam Bungin (2009:165:168) menggunakan cara
sebagai berikut :
1. Editing Data, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data dilapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi
harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang
tindih, berlebihan bahkan terlupakan. Oleh karena itu, keadaan tersebut
harus diperbaiki melalui editing ini. Proses editing dimulai dengan
memberi identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab.
Kemudian memeriksa satu per satu lembaran instrumen dan poin yang
janggal tersebut.
2. Coding Data,Setelah tahap editing selesai dilakukan, berikutnya adalah
mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahap koding. Maksudnya
adalah bahwa data yang telah di edit tersebut diberi identitas sehingga
memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. kemudian diberikan skor
dengan menggunakan skala Likert.
3. Tabulating Data, yaitu memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan
mengatur angka-angka serta menghitungnya. Penyusunan data dalam
tabel-tabel yang mudah dibaca dan tabel tersebut disiapkan untuk
dianalisis.
71
3.7.2 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh respponden atau
sumber lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode analisis data kuantitatif dimana diperlukan
perhitungan matematis atau teknik statistic sebagai alat bantu analisis.
Teknis analisis data digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statsitik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulannya
yang berlaku untuk umum atau generalisasi serta menyajikan data baik dalam
bentuk tabel, grafik, diagram lingkaran, ataupun dalam bentuk pie. Dalam
penyajian hipotesis, persentase dari hasi penelitian dapat diperoleh dari pembagian
antara total skor hasil penelitian (jumlah data yang terkumpul) dengan total skor
ideal. Untuk menganalisis Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Asal Kabupaten Serang, dalam pengujian hipotesis
deskriptif digunakan uji test ( untuk satu sempel atau satu variable).
3.7.3 Uji t-test
72
Uji t-test digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu atau lebih
variabel yang datanya berbentuk interval atau ratio. Untuk menganalisis Pelayanan
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)
Serang dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Asal
Kabupaten Serang, dalam pengujian hipotesis deskriptif digunakan uji t-test (untuk
satu sampel atau satu variabel) dengan rumus:
Keterangan:
t = Nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung
X = Nilai rata-rata x
= Nilai yang dihipotesiskan
= Simpangan baku sampel
= Jumlah anggota sampel
3.8 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang. Terhitung penelitian ini
dimulai dari bulan November s/d selesai.
73
Tabel 3.5 Jadwal Penelitian
Sumber : Peneliti, 2015
N
o Kegiatan
Waktu
Sep
‘14
Nov
‘14
Des‘
14
Jan
‘15
Feb
‘15
Mar
‘15
Apr
‘15
Mei
‘15
Jun
‘15
Jul
‘15
Agu
’15
Sep
’15
Okt
‘15
1 Pengajuan
Judul
2 Observasi
Awal
3 Pengumpulan
Data
4 Penyusunan
Proposal
5 Seminar
Proposal
6 Revisi Proposal
7 Ke Lapangan
8 Penyusunan
BAB IV & V
9 Sidang Skripsi
67
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 D eskripsi Kabupaten Serang-Banten
Kabupaten Serang merupakan salah satu dari enam Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten,terletak diujung barat bagian utara pulau jawa dan merupakan
pintu gerbang utama untuk menghubungkan Pulau Sumatra dengan Pulau Jawa
dengan jarak ±70 km dari kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia. Pada tanggal
17 Juli 2007 Kabupaten Serang dimekarkan menjadi Kota Serang dan Kabupaten
Serang.
Luas wilayah Kabupaten Serang adalah 1.467,35 km². Kabupaten Serang
terdiri dari 29 kecamatan, yaiitu Anyar, Kecamatan Bandung, Baros, Binuang,
Bojonegara, Carenang, Kecamatan Cikande, Cikeusal, Cinangka, Ciomas, Curuas,
Gunungsari, Jawilan, Kibin, Kopo, Kragilan, Kramatwatu, Mancak, Pabuaran,
Padarincang, Pamarayan, Petir, Pontang, Pulo Ampel, Tanara, Tirtayasa, Tunjung
Teja, Lebak Wangi dan Waringin Kurung, yang dibagi lagi atas sejumlah desa.
68
4.1.2 Letak Geografis Kabupaten Serang
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Serang
Secara geografis, wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat 50 50’
sampai 6021’ Lintang Selatan dan 10500’ sampai 1060 22’ Bujur Timur, dengan
batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kota Serang dan Laut Jawa
Sebelah timur : Kabupaten Tangerang
Sebelah barat : Kota Cilegon dan Selat Sunda
Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak dan Pandeglang
Kabupaten Serang secara topografis merupakan wilayah dataran rendah
dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 sampai 1.778 m di atas permukaan
laut. Fiosgrafis Kabupaten Serang dari arah utara ke selatan terdiri dari wilayah
rawa pasang surut, rawa musiman, dataran, perbukitan dan pegunungan.
69
4.1.3. Profil BP3TKI Serang
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BP3TKI) Serang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
lingkungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI) dimana sebelumnya bernama Balai Pelayanan Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) yang merupakan unit pelaksana teknis dari
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) dibentuk sesuai dengan peraturan
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
Nomor : KEP.333 / KA / XII / 2007 dimana terbentuknya setelah Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) berdiri
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006. Sesuai dengan peraturan
Kepala Badan tersebut, Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BP3TKI) berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI) dan sebagai unit Pelaksana Teknis atau UPT. BP3TKI adalah satuan
organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas operasional dan atau
tugas teknis penunjang di lingkungan BNP2TKI.
BP3TKI Serang memiliki wilayah kerja seluruh wilayah Provinsi
Bantenyang kantornya berada di Jl. Ciwaru Raya Komplek Depag No.2 Serang
Banten. BP3TKI Serang sebagai kepanjang tanganan dari BNP2TKI bertugas
untuk melayani para TKI yang berada diwilayah kota/kabupaten bahkan desa
yang sulit dijangkau. BP3TKI Serang diharapkan dapat membantu masyarakat
untuk dapat bekerja diluar negeri secara legal dan dapat dilindungi oleh negara.
70
4.1.3.1 Visi dan Misi BP3TKI Serang
Visi : Mewujudkan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI yang
Berkualitas dan Bermartabat.
Misi :
a. Memberikan pelayanan dokumen TKI yang akan berangkat ke
luar negeri melalui SISKOTKLN
b. Memberikan pelayanan informasi pasar kerja
c. Memberikan pelayanan pembinaan terhadap PPTKIS/Kantor
Cabang, BLKLN, dan tempat penampungan TKI dalam upaya
pemantapan peningkatan kualitas TKI
d. Memberikan pelayanan perlindungan dan bantuan hukum bagi
TKI yang bermasalah
e. Melakukan peningkatan SDM BP3TKI Serang dan sarana
penunjang pelayanan penempatan dan perlindungan TKI.
4.1.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas : Memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh dokumen
penempatan, perlindungan dan penyelesaian masalah TKI secara
terintegrasi khususnya di wilayah Provinsi Banten yang dilakukan
dengan instansi pemerintah terkait, baik pemerintah pusat dan daerah
sesuai bidang tugasnya masing-masing.
Fungsi :
1. Penyusunan dan pengembangan program anggaran
2. Pembinaan, pemantauan dan evaluasi kinerja penempatan TKI
71
3. Penyelenggaraan pemasyarakatan program penempatan dan perlindungan
TKI
4. Pelayanan penerbitan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)
5. Pengumpulan data, pemberian layanan serta pembinaan sistem dan
jaringan informasi dan perlindungan TKI
6. Pemberdayaan dan pembekalan akhir pemberangkatan TKI
7. Pelaksanaan pemantauan penempatan dan perlindungan TKI di negara
penempatan
8. Pelaksanaan pendaftaran dan seleksi calon TKI penempatan oleh
pemerintah
9. Monitoring penyediaan dan pelaksanaan sertifikat calon TKI
10. Pemantauan pelaksanaan kerja sama luar negeri dan promosi
11. Pelaksanaan fasilitasi penyelesaian masalah TKI
12. Fasilitasi unit pelayanan terpadu satu pintu dan pos pelayanan penempatan
dan perlindungan TKI
13. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penempatan
dan perlindungan TKI
14. Pelaksanaan urusan taat usaha dan rumah tangga balai
15. Penyusunan kelompok jabatan pengatur kerja.
4.1.3.3 Struktur Organisasi
KEPALA BALAI Bambang Herawan SH
KASUBAG TATA USAHA Tugiyarto S.Sos
72
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BP3TKI Serang
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Identitas Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah para Tenaga Kerja
Indonesia asal Kabupaten Serang yang ditemui peneliti di lokasi penelitian serta
telah merasakan pelayanan dari Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang. Pengguna layanan BP3TKI Serang
yang menjadi responden penelitian ini berjumlah 278 orang.
Adapun identitas data responden yang diminta peneliti adalah jenis
kelamin dan usia. Berikut adalah pemaparan dalam bentuk diagram atas identitas
yang termuat dalam kuisioner.
Diagram 4.1 Jenis Kelamin Responden
Kasi Kelembagaan dan Pemasyarakatan
Program
Kasi Penyiapan Penempatan
Kasi perlindungan dan Pemberdayaan
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
73
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) asal Kabupaten Serang yang menggunakan layanan di Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang, dapat
dilihat dari 278 responden. Dalam hal ini didominasi 142 responden adalah
responden dengan jenis kelamin perempuan, sementara sisanya yaitu 136
responden merupakan responden laki-laki.
Pada diagram 4.1 di atas, menunjukan bahwa sangat didominasi oleh
perempuan yang cukup antusias untuk bekerja di luar negeri dengan
menggunakan layanan di BP3TKI Serang.Sedangkan responden laki-laki dalam
penelitian ini kurang antusias untuk bekerja di luar negeri dengan menggunakan
layanan di BP3TKI Serang
Diagram 4.2 Umur Responden
132
134
136
138
140
142
144
Laki-laki Perempuan
136
142 Jenis Kelamin
0
20
40
60
80
100
20-24 25-29 30-34 35-39 >40
99 94
59
20 5
Tahun
Usia Responden
Usia Responden
74
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Melihat dari diagram 4.2 diatas, usia responden didominasi dari kategori
20-24 tahun dengan jumlah 99 responden, setelahnya dari kategori 25-29 tahun
dengan jumlah 94 responden. Kategori berikutnya usia 30-34 tahun dengan
jumlah 59 responden. Kategori selanjutnya usia 35-39 tahun yang berjumlah 20
responden dan yang terakhir dari kategori >40 tahun berjumlah 5 responden.
Dengan demikian sebagian besar responden masih dalam usia produktif
berkisar 20-24 tahun yang ingin bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja
Indonesia melalui layanan di BP3TKI Serang.
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik
4.3.1 Uji Validitas
Untuk mengetahui apakah setiap butir dalam instrumen yang telah dibuat
itu valid atau tidak valid, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara
skor butir dengan skor total. Dengan menggunakan rumus Pearson Product
Moment sebagai berikut:
Rumus Korelasi Product Moment.
Dimana: r = Koefisien Korelasi Product Moment ΣX = Jumlah skor dalam sebaran X ΣY = Jumlah skor dalam sebaran Y ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan ΣX2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalan sebaran X ΣY2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y n = Jumlah sampel
75
Dikatakan valid jika rhitung> rtabel, dimana rtabel telah ditentukan sebesar 0.113,
dengan taraf signifikasi sebesar 5%.Dari pengujian di atas maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas
NO r hitung r table Ket
1 0,292 0,113 Valid 2 0,335 0,113 Valid 3 0,382 0,113 Valid 4 0,346 0,113 Valid 5 0,393 0,113 Valid 6 0,315 0,113 Valid 7 0,446 0,113 Valid 8 0,487 0,113 Valid 9 0,333 0,113 Valid
10 0,345 0,113 Valid 11 0,420 0,113 Valid 12 0,452 0,113 Valid 13 0,287 0,113 Valid 14 0,344 0,113 Valid 15 0,243 0,113 Valid 16 0,295 0,113 Valid 17 0,262 0,113 Valid 18 0,284 0,113 Valid 19 0,248 0,113 Valid 20 0,278 0,113 Valid 21 0,443 0,113 Valid 22 0,350 0,113 Valid 23 0,310 0,113 Valid 24 0,218 0,113 Valid 25 0,174 0,113 Valid 26 0,182 0,113 Valid 27 0,177 0,113 Valid 28 0,450 0,113 Valid 29 0,389 0,113 Valid 30 0,313 0,113 Valid 31 0,294 0,113 Valid 32 0,327 0,113 Valid 33 0,271 0,113 Valid 34 0,178 0,113 Valid 35 0,254 0,113 Valid 36 0,337 0,113 Valid 37 0,325 0,113 Valid 38 0,319 0,113 Valid 39 0,277 0,113 Valid 40 0,194 0,113 Valid
76
41 0,253 0,113 Valid 42 0,316 0,113 Valid 43 0,232 0,113 Valid 44 0,296 0,113 Valid 45 0,234 0,113 Valid
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, apabila nilai korelasi dibandingkan dengan
kriteria uji validitas variabel Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Asal Kabupaten Serang di atas tampak
bahwa nilai korelasi Product Moment tiap butir memiliki nilai korelasi lebih besar
dari 0,113. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pernyataan yang ada pada
kuesioner dapat dikatakan valid.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Berikut ini ditunjukkan hasil uji reliabilitas instrummen Pelayanan Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)
Serang dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Asal
Kabupaten Serang melalui program SPSS 16.00
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, uji reliabilitas yang menggunakan metode alpha
cronbach diperoleh nilai alpha sebesar 0,759. Hal ini berarti nilai alpha yang
diperoleh adalah lebih besar dari nilai 0,30. Hal ini berarti bahwa seluruh
pernyataan yang terdapat pada kuesioner penelitian dapat dinyatakan reliabel.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.759 45
77
4.4 Analisis Data
Pada tahap ini penulis akan mendeskripsikan data hassil penelitian yang
dilaksanakan melalui kuesioner. Penulis menyebarkan kuesioner kepada seluruh
sampel yaitu sebanyak 278 responden. Responden yang dimaksud adalah Tenaga
Kerja Indonesia Asal Kabupaten Serang yang menggunakan layanan di BP3TKI
Serang.
Dalam menganalisis data, peneliti menggunkan teori Indikator Pelayanan
Publik menurut Fitzimmons dan Fitzsimmons dalam dalam Sinambela (2008:7-8)
dengan 5 indikator yang ada didalamnya, yaitu tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, dan empathy.
Skala yang digunakan dalam kuesioner adalah Skala Likert. Pilihan
jawaban kuesioner terdiri dari empat item yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS
(tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Untuk pilihan SS bernilai 4, pilihan S
bernilai 3, pilihan TS bernilai 2, sedangkan untuk pilihan STS bernilai 1.
4.4.1 Indikator Tangibles
Tangibles atau bukti langsung dalam penelitian ini mencakup beberapa sub
indikator seperti penampilan fisik k dari pelayanan yang diberi oleh pemberi layanan
yang dalam hal ini adalah pihak BP3TKI Serang, ketersediaan sarana dan
prasarana yang diberikan oleh pihak pemberi layanan, pegawai yang bertugas
memberi pelayanan serta sarana komunikasi yang disediakan pemberi pelayanan
kepada pengguna layanan.
4.4.1.1 Penampilan Fisik
78
Aspek penampilan fisik yang dimaksud adalah bentuk fisik yang
diberikan oleh pemberi layanan ke penerima layanan. yang termasuk ke dalam
aspek ini adalah kondisi ruangan yang ada di BP3TKI Serang.
Diagram 4.3 Pernyataan tentang ruang tunggu & pendingin ruangan
Sumber: Diolah oleh Kuisioner Pernyataan No.1 (2015)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden
tentang kondisi ruang tunggu yang bersih dan terdapat pendingin ruangan dimana
dari 278 responden, didominasi responden yang memilih opsi tidak setuju, yaitu
210 responden dan 34 responden menyatakan sangat tidak setuju. Sisanya 32
responden menyatakan setuju dan 2 responden menyatakan sangat setuju dengan
pernyataan kondisi ruang tunggu yang bersih dan terdapat pendingin ruangan.
Dengan pernyataan tersebut dan juga dapat dilihat dari nilai rata-rata angka
penafsiran yang sebesar 2,01 yang masuk kategori tidak baik.
Dari uraian di atas, menunjukan bahwa kondisi ruang tunggu yang bersih
dan terdapat pendingin ruangan di BP3TKI Serang masih belum baik untuk para
0,7%
11,5%
75,5%
12,5%
SangatSetuju
Setuju Tidaksetuju
Sangattidak
setuju
0%
50%
100%
150%
200%
250%
Persentase
Persentase
79
Tenaga Kerja Indonesia sehingga keadaan seperti ini menyebabkan pengguna
layanan tidak nyaman di dalam ruangan yang disediakan BP3TKI Serang.
Diagram 4.4 Persyaratan tentang Loket Pelayanan
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No.2 (2015)
Dapat dilihat dari tabel 4.4 di atas, merupakan hasil jawaban atau
tanggapan dari responden tentang pernyataan di BP3TKI Serang terdapat loket
pelayanan untuk membantu pengguna layanan memperoleh pelayanan, dimana
dari 278 responden sebanyak 6 responden memilih opsi sangat setuju, sebanyak
39 responden opsi setuju dan 214 responden memilih opsi tidak setuju. Sisanya 19
responden memilih opsi sangat tidak setuju.serta dapat dilihat juga dari nilai rata-
rata angka tafsiran yang sebesar 2,08 yang dikategorikan tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, menggambarkan bahwa terdapat loket
pelayanan untuk membantu pengguna layanan memperoleh pelayanan di BP3TKI
Serang belum dirasakan cukup baik karena jumlah loket yang tersedia terbatas
1%
14%
78%
7%
Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidaksetuju
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Persentase
Persentase
80
untuk melayani para TKI. Disana hanya terdapat 1 loket untuk bagian yang
mengurusi penempatan dan perlindungan.
Diagram 4.5 Pernyataan tentang Penampilan Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner No.3
Berdasarkan dari tabel 4.5 di atas, merupakan hasil jawaban atau
tanggapan dari responden tentang pegawai selalu berpenampilan rapih, dimana
jummlah keseluruhan responden yaitu 278 orang, sebanyak 1 responden
menjawab sangat setuju dengan pernyataan tersebut, kemudian sebanyak 23
responden memilih opsi setuju, sebanyak 232 responden menjawab tidak setuju
dengan pernyataan tersebut dan 22 responden memilih opsi sangat tidak setuju.
Kemudian pernyataan tersebut memiliki nilai rata-rata angka penafsiran sebesar
2,01 yang menjadikan pernyataan tersebut masuk kategori tidak baik.
Dari uraian di atas, menggambarkan mengenai penampilan pegawai di
BP3TKI Serang. Berdasarkan pengamatan peneliti dan jawaban responden bahwa
0,36%
8%
83%
8%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
81
penampilan pegawai di BP3TKI Serang belum rapih. Hal ini dapat dilihat ada
beberapa pegawai yang tidak menggunakan seragam, sehingga tidak terlihat rapih.
4.4.1.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk menunjang kegiatan dalam proses pelayanan. Sarana dan
prasarana ini mencakup ketersediaan tempat parkir, instruktur yang kompeten dan
fasilitas di ruang pembekalan akhir pemberangkatan di BP3TKI Serang.
Diagram 4.6 Pernyataan tentang area parkir
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 4 (2015)
Berdasarkan dari tabel 4.6 di atas, merupakan tanggapan atau jawaban
responden tentang pernyataan tersedianya area parkir untuk pengguna layanan,
dimana dari keseluruhan responden yang berjumlah 278 responden. Sebanyak 1
responden atau 0,4% memilih opsi sangat setuju, kemudian 31 responden atau
11% memilih opsi setuju, sebanyak 206 responden atau 74% memilih opsi tidak
setuju dan sisanya 40 responden atau 14% memilih opsi sangat tidak setuju
0,4%
11%
74%
14%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
82
dengan pernyataan tersebut. Kemudian pernyataan tersebut memiliki nilai M
sebesar 1,97 yang menjadikan pernyataan tersebut masuk kategori tidak baik.
Dari uraian di atas, menjelaskan bahwa BP3TKI Serang belum memiliki
area parkir yang memadai untuk pengguna layanan baik yang menggunakan
motor maupun mobil. Sehingga terkadang pengguna layanan memarkirkan
kendaraannya disamping Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang. Hal ini dapat dilihat saat peneliti berada di
tempat penelitian, area parkir yang tersedia kecil hanya cukup untuk kendaraan
pegawai BP3TKI Serang saja.
Diagram 4.7 Pernyataan tentang Ketersediaan Instruktur
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 5 (2015)
Berdasarkan dari tabel 4.7 di atas, menggambarkan bahwa tanggapan
responden terhadap pernyataan tentang tersedianya instruktur yang kompeten,
dimana dari jumlah 278 responden sebanyak 2 responden atau 0,4% menjawab
0,4%
62%
37%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
83
setuju, kemudian 172 responden memilih opsi tidak setuju atau 62% dan sisanya
sebanyak 104 atau 37% responden menjawab sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut dan didukung dari hasil rata-rata angka penafsiran dari
pernyataan tersebut 1,63 yang termasuk dalam interval penilaian kategori tidak
baik.
Dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang belum
memiliki instruktur yang kompeten. Sehingga dalam Pembekalan Akhir
Pemberangkatan (PAP) para Tenaga Kerja Indonesia kurang mendapatkan
pembekalan yang cukup untuk bekerja di luar negeri karena kurangnya instruktur
yang memahami mengenai penempatan dan perlindungan TKI. Kegiatan PAP ini
merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh TKI sebelum berangkat ke luar
negeri. Pembekalan yang biasanya diberikan, misalnya tentang bahaya narkoba,
pergaulan di luar negeri, pengetahuan tentang perjanjian kontrak serta mengetahui
biaya yang dikeluarkan dari mulai pra pemberangkatan hingga penempatan, serta
tidak lupa pembinaan mental.
84
Diagram 4.8 Pernyataan tentang fasilitas di ruang Pembekalan Akhir Pemberangkatan
(PAP)
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 6 (2015)
Berdasarkan dari tabel 4.8 di atas, dapat dilihat tanggapan atau jawaban
dari responden tentang fasilitas di ruang pembekalan akhir pemberangkatan di
BP3TKI Serang cukup memadai, dimana dari seluruh jumlah responden sebesar
278 orang responden, sebanyak 2 responden atau 1% memilih opsi sangat setuju,
kemudian sebanyak 1 responden memilih opsi setuju, sebanyak 179 atau 64%
responden memilih opsi tidak setuju dan 96 responden atau 35% memilih opsi
sangt tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini juga dapat dilihat pada tabel
tersebut hasil nilai rata-rata angka penafsiran yang sebesar 1,67 termasuk dalam
kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, menggambarkan bahwa fasilitas di ruang
pembekalan akhir pemberangkatan di BP3TKI Serang untuk menunjang
pelayanan di BP3TKI Serang belum baik dikarenakan masih banyak fasilitas
penunjang yang belum memadai atau belum lengkap. Seharusnya fasilitas
1%
64%
35%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
85
penunjang dalam ruang PAP seperti kursi dan pendingin ruangan memadai.
Dalam hal ini saat peneliti berada di tempat penelitian, melihat bahwa ruangan
PAP saja hanya 1 padahal jumlah TKI yang berada diruangan cukup banyak.
Seharusnya BP3TKI memiliki minimal 2 ruangan PAP agar tercipta keadaan yang
kondusif
4.4.1.3 Pegawai
Pegawai merupakan hal penting dalam pemberian pelayanan terhadap
pengguna layanan atau TKI. Hal yang dimaksudkan disini adalah penampilan dan
sikap dari pegawai di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam memberikan pelayanan terhadap
pengguna layanan.
Diagram 4.9 Pernyataan tentang Jumlah Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 7(2015)
1% 0,3%
68%
31%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Persentase
Persenta…
86
Berdasarkan dari tabel 4.9 di atas, dengan jelas menggambarkan hasil
tanggapan atau jawaban dari responden tentang BP3TKI Serang memiliki pegawai
yang memadai, dimana dari 278 responden sebanyak 3 responden atau 1%
memilih opsi sangat setuju, kemudian 1 responden atau 0,3% memilih opsi setuju,
selanjutnya sebanyak 189 responden atau 68% memilih opsi tidak setuju dan
sebanyak 85 responden atau 31% memilih opsi sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut dan juga dapat dilihat dari hasil rata-rata angka penafsiran
sebesar 1,71 yang masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian diatas, bahwa Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang belum memiliki pegawai
yang memadai guna membantu pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia
untuk dapat memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien.
Diagram 4.10 Pernyataan tentanng Penerapan 3S (Senyum, Salam dan Sapa)
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 8 (2015)
2%
77%
21%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persent…
87
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, merupakan hasil jawaban atau tanggapan
dari responden tentang pegawai selalu menerapkan senyum, sapa dan salam
kepada pengguna layanan, dimana dari 278 responden sebanyak 1 orang
responden memilih opsi sangat setuju, sebanyak 5 responden atau 2% memilih
opsi setuju, kemudian 215 orang responden atau 77% memilih opsi tidak setuju
dan sisanya 57 responden atau 21% memilih opsi sangat tidak setuju serta dapat
juga dilihat dari nilai rata-rata angka penafsiran yang sebesar 1,82 yang
dikategorikan tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pegawai belum
menerapkan senyum, sapa, dan salam kepada pengguna layanan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pengamatan peneliti dan tanggapan responden dalam penelitian
ini dimana pegawai tidak memberikan senyuman, salam dan sapa baik ketika
bertemu maupun saat memberikan pelayanan kepada Tenaga Kerja Indonesia
yang datang ke BP3TKI Serang.
Diagram 4.11 Pernyataan tentang Jam Kerja Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 9 (2015)
85%
15% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
88
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, menggambarkan bahwa jawaban responden
yang diberikan cukup beragam tentang pernyataan pegawai selalu ada pada saat
jam kerja, dimana dari keseluruhan responden sebesar 278 responden, sebanyak 1
orang responden memilih opsi jawaban setuju, kemudian sebanyak 236 responden
atau 15% memilih opsi jawaban tidak setuju. Sisanya sebabanyak 41 responden
atau 15% memilih opsi jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataa tersebut dan
didukung dari hasil nilai rata-rata angka penafsiran dari pernyataan tersebut
sebesar 1,85 yang masuk dalam interval penilaian kategori tidak baik.
Dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa masih ada pegawai di
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)
Serang yang tidak ada saat jam kerja, para pegawai yang keluar masuk saat jam-
jam kerja untuk urusan pribadi mereka masing-masing. Hal tersebut membuat
pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia harus menunggu lebih lama
pegawai yang belum ada saat jam kerja, sehingga pengguna layanan menjadi
kurang puas dengan pelayanan yang diberikan di BP3TKI Serang.
4.4.2 Indikator Reliability
Indikator Reliability yang dimaksudkan disini adalah kemampuan pihak
BP3TKI Serang dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat dan memuaskan. Kemampuan pihak BP3TKI Serang dalam memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan sangat akurat dan memuaskan diharapkan oleh
pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia dapat dilaksanakan dengan baik
sehingga pengguna layanan atau TKI dapat merasakan kepuasaan terhadap
pelayanan yang diberikan oleh pihak BP3TKI Serang.
89
4.4.2.1 Kemampuan Pegawai dalam Memenuhi Kebutuhan Pengguna
Layanan
Kemampuan disini diartikan sebagai kapasitas pegawai untuk melakukan
tugas dalam memberikan pelayanan kepada pengguna layanan atau Tenaga Kerja
Indonesia agar mampu memenuhi kebutuhan pengguna layanan secara efektif,
sehingga pengguna layanan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
pegawai di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI) Serang.
Diagram 4.12 Pernyataan tentang ketelitian pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 10 (2015)
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, bahwa tanggapan atau jawaban yang
didapat dari responden tentang pegawai teliti dalam memeriksa berkas TKI,
dimana dari keseluruhan jumlah responden sejumlah 278 responden, yaitu
sebanyak 2 responden atau 11% memilih opsi jawaban setuju, kemudian sebanyak
222 responden atau 80% memilih opsi tidak setuju dan sisanya sebnayak 54
1%
80%
19%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Persentase
Persentase
90
responden atau 19% memilih opsi jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut serta dapat dilihat dari nilai rata-rata angka penafsiran tersebut sebesar
1,81 masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian diatas, pelayanan yang diberikan di Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BPP3TKI) Serang masih
belum baik, hal ini dapat dilihat dari tanggapan pengguna layanan atau Tenaga
Kerja Indonesia yang menjawab bahwa pegawai BP3TKI Serang kurang teliti
dalam memeriksa berkas, misalnya berkas data diri TKI serta berkas lamaran.
Biasanya terjadi kesalahan dalam penulisan nama TKI dan tahun kelahiran
sehingga harus mengurus ulang kembali dari awal yaitu mengisi formulir ulang.
Sehingga membuat pengguna layanan merasa kurang puas dengan pelayanan yang
diberikan kepada mereka.
Diagram 4.13 Pernyataan tentang Pelayanan Tanpa Memandang Status Sosial
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 11 (2015)
Berdasarkan tabel 4..13 di atas, merupakan hasil jawaban dari responden
terkait pernyataan tentang pegawai memebrikan pelayanan tanpa memandang
status sosial, dimana sebanyak 10 responden atau 4% memilih opsi jawaban
4%
82%
14% 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tidaksetuju
Sangattidak
setuju
Persentase
Persentase
91
setuju, kemudian sebanyak 229 responden atau 82% memilih opsi jawaban tidak
setuju dan sebanyak 39 responden atau 14% memilih opsi jawaban sangat tidak
setuju dengan pernyataan tersebut. hasil nilai rata-rata angka penafsiran tersebut
sebesar 1,89 masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan uraian di atas, para pegawai di Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang masing masih memandang
status sosial dalam memberikan pelayanan kepada pengguna layanan atau Tenaga
Kerja Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri. Hal ini berkaitan dengan
kurangnya pengawasan dari pihak BP3TKI Serang terhadap pegawainya dalam
memberikan pelayanan.
Diagram 4.14 Pernyataan tentang Pelayanan yang Sesuai dengan Peraturan yang
Ditentukan
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 12 (2015)
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dengan jelas menggambarkan jawaban dari
responden tentang pegawai BP3TKI Serang dalam membverikan pelayanan selalu
mengacu pada peraturan yang ditentukan, dimana dari 278 keseluruhan jumlah
responden, sebanyak 3 responden atau 1% memilih jawaban setuju, kemudian 213
1%
77%
22%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
92
responden atau 77% menjawab tidak setuju dan sisanya 62 responden atau 22%
memilih opsi jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut dan juga
dapat dilihat dari hasil rata-rata angka penafsiran sebesar 1,78 yang masuk dalam
kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam proses
pelayanan yang diberikan oleh Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang, masih ada pegawai yang bekerja tidak
selalu mengacu pada peraturan yang telah ditentukan. Sehingga pengguna layanan
merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh BP3TKI Serang
karena tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikan.
4.4.2.2 Ketepatan dalam Memberikan Pelayanan
Tepat yang dimaksud disini adalah dimana dalam proses pelayanan yang
diberikan pihak BP3TKI Serang memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku sehingga pengguna layanan mendapatkan pelayanan yang efektif
dan efisien dan juga agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia terpenuhi oleh
pihak BP3TKI Serang.
93
Diagram 4.15 Pernyataan tentang Kesiapan Pegawai dalam Penyelesaian Keluhan TKI
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 13 (2015)
Berdasarkan dari tabel 4.15 di atas, dapat dilihat tanggapan atau jawaban
dari responden mengenai pernyataan semua keluhan dan pengaduan diselesaikan
dengan segera oleh pegawai BP3TKI Serang, dimana dari jumlah keseluruhan
responden sebanyak 278 orang, yaitu sebanyak 2 responden atau 1% memilih opsi
jawaban setuju, lalu sebanyak 212 responden atau 76% memilih jawaban tidak
setuju dan sisanya sebanyak 64 responden atau 23% memilih opsi jawaban sangat
tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Kemudian dapat dilihat dari tabel diatas
nilai dari nilai rata-rata angka penafsiran yang sebesar 1,77 yang termasuk dalam
kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, menjelaskan bahwa pernyataan tentang
semua keluhan dan pengaduan diselesaikan dengan segera oleh pegawai BP3TKI
Serang mendapatkan tanggapan yang tidak baik, hal ini dapat dikarenakan tidak
semua keluhan atau pengaduan yang disampaikan pengguna layanan atau Tenaga
Kerja Indonesia diselesaikan dengan segera oleh pihak pegawai BP3TKI Serang.
1%
76%
23%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persenta…
94
Diagram 4.16 Pernyataan tentang Kecepatan dalam Pelayanan
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 14 (2015)
Berdasarkan dari tabel 4.16 di atas, dapat dilihat tanggapan atau jawaban
responden tentang pernyataan pegawai memberikan pelayanan dengan cepat dan
tidak berbelit-belit, dimana sebanyak 2 responden atau 1% memilih opsi jawaban
setuju, kemudian 213 responden atau 76% memilih jawaban tidak setuju dan
sisanya sebanyak 63 responden atau 23% memilih opsi sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Kemudian juga dapat dilihat dari tabel diatas nilai dari hasil
rata-rata angka penafsiran yang sebesar 1,78 yang termasuk dalam kategori tidak
baik.
Dengan adanya uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pernyataan tersebut
mendapat tanggapan yang kurang baik dari pengguna layanan atau Tenaga Kerja
Indonesia asal Kabupaten Serang. Hal ini dikarenakan pelayanan yang diberikan
pegawai BP3TKI kurang cepat dan berbelit-belit, bisa dilihat dari pembuatan
KTKLN yang harus menunggu waktu 7 hari. Sehingga dapat dikatakan pegawai
1%
76%
23%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
95
tidak cepat dalam memberikan pelayanan adalah pegawai yang kurang kompeten
dalam bidangnya terutama penempatan dan perlindungan.
4.4.2.3 Akurat
Akurat dalam penelitian ini diartikan sebagai ketelitian pegawai BP3TKI
Serang dalam memberikan pelayanan kepada pengguna layanan atau Tenaga
Kerja Indonesia. Akurat disini tidak pernah terjadi kesalahan dalam
pemberitahuan jadwal dan pemberian informasi dalam proses pelayanan
penempatan dan perlindungan bagi TKI.
Diagram 4.17 Pernyataan tentang Jadwal PAP
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 15 (2015)
Berdasarkan tabel 4.17, bahwa tanggapan yang didapat dari responden
tentang pembekalan akhir pemberangkatandi BP3TKI Serang sesuai jadwal,
dimana dari seluruh jumlah responden, yaitu sebanyak 1 responden memilih opsi
jawaban setuju, kemudian sebanyak 221 responden atau 80% memilih opsi tidak
setuju dan sisanya sebanyak 56 responden atau 20% memilih opsi jawaban sangat
80%
20%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat Setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
96
tidak setuju dengan pernyataan tersebut serta dapat dilihat juga dari nilai rata-rata
angka penafsiran sebesar 1,80 yang masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, proses pelayanan dalam hal pembekalan
akhir pemberangkatan di BP3TKI Serang kurang baik hal ini dapat dilihat dari
kegiatannya yang tidak sesuai jadwal yang telah disampaikan kepada pengguna
layanan atau Tenaga Kerja Indonesia sehingga TKI seringkali mengeluhkan hal
ini.
Diagram 4.18 Pernyataan tentang Perubahan Jadwal PAP
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 16 (2015)
Berdasarkan tabel 4.18 di atas, bahwa tanggapan yang didapat dari
responden tentang pernyataan pegawai selalu memberitahu pengguna layanan bila
ada perubahan jadwal pembekalan akhir pemberangkatan, dimana dari 278
responden sebanyak 1 responden memilih opsi jawaban setuju, sedangkan 189
responden atau 68% memilih opsi jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak 88
atau 32% responden memilih opsi jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan
68%
32%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
97
tersebut serta juga dapat di lihat dari jumlah rata-rata angka penafsiran sebesar
1,68 yang masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan uraian di atas, menggambarkan bahwa pegawai di Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam
pemberian pelayanan kepada pengguna layanan atau TKI belum baik hal ini dapat
dilihat bila terjadi perubahan jadwal dalam proses pembekalan akhir
pemberangkatan, pegawai tidak cepat memberitahu kepada pengguna layanan
bahwa terjadi perubahan jadwal dalam pembekalan akhir pemberangkatan.
Diagram 4.19 Pernyataan tentang Keakuratan Informasi
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 17 (2015)
Berdasarkan tabel 4.19 di atas, merupakan tanggapan dari responden atau
TKI dengan pernyataan bahwa pegawai selalu memberikan informasi yang akurat
kepada pengguna layanan, simana dari keseluruhan respinden yang berjumlah 278
responden, sebanyak 2 responden atau 1% memilih opsi jawaban setuju,
kemudian sebanyak 214 responden atau 77% memilih opsi jawaban tidak setuju
1%
77%
22%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
98
dan sisanya sebanyak 62 responden atau 22% memilih opsi jawaban sangat tidak
setuju dengan pernyataan tersebut, kemudian dilihat dari hasil nilai rata-rata angka
penafsiran yang sebesar1,78 yang memiliki penilaian dalam kategori tidak baik.
Dengan uraian di atas, menjelaskan bahwa pegawai dalam memberikan
pelayanan kepada pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia khususnya
dalam menyampaikan informasi mengenai perlindungan dan penempatan TKI di
luar negeri kurang akurat. Informasi yang disampaikan terkadang informasi lama
bukan informasi terbaru. Sehingga terkadang membuat pengguna layanan merasa
kebingungan dengan penyampaian informasi dari pihak pegawai di BP3TKI
Serang.
4.4.2.4 Kepuasan Pengguna Layanan
Kepuasan dalam penelitian ini maksudnya adalah dimana pengguna layanan
merasa nyaman atau senang karena pelayanan yang diberikan oleh Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)
Serang sesuai dengan apa yang diharapkan pengguna layanana atau Tenaga Kerja
Inodnesia asal Kabupaten Serang.
99
Diagram 4.20 Pernyataan tentang Kinerja Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 18 (2015)
Berdasarkan dari tabel 4.20 di atas dapat di lihat tanggapan atau jawaban
yang diberikan dari para responden atau TKI asal Kabupaten Serang tentang
kinerja pegawai menumbuhkan rasa percaya pengguna layanan, dimana dari 278
responden jumlah seluruhnya, sebanyak 1 responden memilih opsi jawaban
setuju, sebanyak 239 responden atau 86% memilih opsi jawaban tidak setuju, dan
sisanya sebanyak 38 responden atau 14% memilih opsi jawaban sangat tidak
setuju. Kemudian dari tabel diatas juga dapat dilihat nilai rata-rata angka
penafsiran sebesar 1,86 yang berarti masuk kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, menggambarkan bahwa kinerja pegawai
Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)
Serang kurang maksimal sehingga membuat para pengguna layanan atau Tenaga
Kerja Indonesi asal Kabupaten Serang merasa tidak puas dan tidak percaya
kepada pegawai dari BP3TKI Serang.
86%
14% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tiddaksetuju
Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
100
4.4.3 Indikator Responsiveness
Daya tanggap (Responsiveness) dalam penelitian ini dideskripsikan sikap
kesediaan dan kemampuan penyedia layanan yang dalam hal ini pihak BP3TKI
Serang umtuk membantu para pengguna layanan atau TKI asal Kabupaten Serang
dan merespon permintaan mereka dengan cepat dan segera. Kecepatan sikap dari
petugas dalam memberikan pelayanan merupakan sikap tanggap dari pegawai.
Dalam penelitian ini, dimensi daya tanggap dibagi menjadi dua yaitu sikap
kemauan dan sikap tanggap.
4.4.3.1 Ketanggapan Pegawai dalam Memberikan Pelayanan
Tanggap dalam penelitian ini adalah sikap cepat merespon dan melayani
pengguna layanan/TKI. Tanggap disini difokuskan pada sikap cepat pihak Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)
Serang dalam menanggapi kebutuhan pengguna layanan dan kesiapan pegawai
dalam membantu pengguna layanan yang mempunya daya tanggap lemah.
Diagram 4.21 Pernyataan tentang Ketanggapan Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 19 (2015)
90%
10% 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
101
Dapat dilihat dari tabel 4.21 di atas, bahwa tanggapan responden tentang
pegawai menanggapi kebutuhan pengguna layanan dimana dari 278 responden,
sebanyak 1 responden atau 1% memilih jawaban sangat setuju, kemudian 1
responden atau 1% memilih jawaban setuju, sebanyak 250 responden memilih
jawaban tidak setuju dan sebanyak 26 responden atau 26% memilih opsi sangat
tidak setuju dengan pernyataan tersebut dan juga dapat dilihat dari nilai rata-rata
angka penafsiran yang sebesar 1,91 yang masuk kategori tidak baik.
Dari uraian di atas, menunjukan bahwa pegawai BP3TKI Serang dalam
menanggapi kebutuhan dari pengguna layanan kurang maksimal. Dalam hal ini
kebutuhan pengguna layanan yaitu mendapatkan KTKLN serta pembekalan agar
siap bekerja di luar negeri. Jadi seharusnya pegawai cepat tanggap dalam
membantu pengguna layanan untuk cepat memperoleh KTKLN serta untuk
mendapat pembekalan akhir sebelum bekerja di luar negeri.
Diagram 4.22 Pernyataan tentang Kesesuaian PAP dengan Kebutuhan TKI
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 20 (2015)
1%
83%
16%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setujuSangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
102
Dapat di lihat dari tabel 4.22 di atas, menggambarkan bahwa tanggapan
atau jawaban dari responden tentang pernyataan pegawai memberikan
pembekalan akhir pemberangkatan sesuai dengan kebutuhan dari pengguna
layanan, dimana dari 278 keseluruhan jumlah responden, sebanyak 4 responden
atau 1% memilih opsi jawaban setuju, 231 responden atau 83% memilih opsi
jawaban tidaks setuju, dan sisanya sebanyak 43 responden atau 16% memilih opsi
jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut serta dapat juga dilihat
dari nilai rata-rata angka penafsiran diatas sebesar 1,85 dimana masuk dalam
kategori tidak baik.
Dari penjelasan di atas, menunjukan bahwa pegawai BP3TKI Serang
dalam memberikan pembekalan akhir pemberangkatan belum sesuai dengan
kebutuhan pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia asal Kabupaten Serang,
kebutuhan pengguna layanan diantaranya, yaitu pendalaman mental, rasa
tanggung jawab dalam bekerja serta mengetahui budaya tempat TKI bekerja
nantinya serta pengetahuan tentang kontrak kerja.
Diagram 4.23 Pernyataan tentang Keterampilan Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 21 (2015)
1%
88%
11%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
103
Dapat dilihat dari tabel 4.23 di atas, bahwa tanggapan atau jawaban dari
responden tentang pernyataan pegawai BP3TKI Serang selalu terampil dalam
melayani pengguna layanan, dimana dari 278 jumlah keseluruhan responden,
sebanyak 2 responden atau 1% memilih jawaban setuju, kemudian sebanyak 244
atau 88% responden memilih opsi jawaban tidak setuju, dan sisanya sebanyak 32
responden atau 11% memilih opsi jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut serta dalam hasil nilai rata-rata angka penafsiran yang didapat sebesar
1,89 yang masuk dalam kaategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pegawai BP3TKI
Serang dalam melayani pengguna layanan atau TKI asal Kabupaten Serang
kurang terampil. Hal ini dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan pegawai tidak
dilaksanakan dengan cepat dan cermat. Sehingga pelayanan yang diberikan
dianggap belum siap dalam memberikan pelayanan untuk Tenaga Kerja Indonesia
asal Kabupaten Serang.
Diagram 4.24 Pernyataan tentang Pegawai yang Profesional
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 22 (2015)
1%
83%
16%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat Tidaksetuju
Persentase
Persentase
104
Berdasarkan tabel 4.24 di atas, menggambarkan bahwa tanggapan
reponden terhadap pernyataan pegawai BP3TKI Serang selalu menjalankan tugas
secara profesional, dimana dari 278 jumlah keseluruhan responden, sebanyak 2
responden atau 1% memilih opsi jawaban setuju, lalu 230 responden atau 83%
memilih opsi jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak 46 responden atau 46%
atau 16% memilih opsi jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut
dan didukung dari hasil nilai rata-rata angka penafsiran dari pernyataan tersebut
sebesar 1,84 yang masuk dalam interval penilaian kategori tidak baik.
Dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pegawai BP3TKI
Serang kurang profesional dalam menjalankan tugasnya khususnya dalam
melayani pengguna layanan atau TKI yang ingin bekerja diluar negeri. Hal ini
dapat dilihat dari tanggapan responden yang tidak setuju dengan pernyataan
bahwa pegawai selalu bersikap profesional dalam bekerja.
Diagram 4.25 Pernyataan tentang Daya Tanggap Pegawai dalam Hal Keluhan TKI
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 23 (2015)
1%
84%
15%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
105
Berdasarkan tabel 4.25 di atas, bahwa tanggapan atau jawaban responden
tentang pernyataan pegawai BP3TKI Serang menanggapi keluhan dari pengguna
layanan dengan baik, dimana dari 278 jumlah keselurah respponden, sebnayak 3
responden atau 1% memilih opsi jawaban setuju, kemduian 234 responden atau
84% memilih opsi jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak 41 responden atau
15% memilih opsi jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut serta
dapat dilihat dari nilai rata-rata angka penafsiran tersebut sebesar 1,86 yang
masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, dalam proses pelayanan di BP3TKI Serang,
para pegawai dalam menanggapi keluhan dari pengguna layanan masih kurang
baik karena keluhan yang disampaikan oleh pengguna layanan tidak diselesaikan
dengan segera. Sehingga pengguna layanan atau TKI merasa kurang puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh pihak BP3TKI Serang.
Diagram 4.26 Pernyataan tentang Respon Pegawai dalam Menjawab Keluhan dari
Pengguna Layanan
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 24(2015)
1%
84%
15%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
106
Berdasarkan tabel 4.26 di atas, menggambarkan tanggapan responden
tentang pernyataan pegawai BP3TKI Serang merespon dengan cepat dalam
nmenjawab keluhan dari pengguna layanan, dimana dari 278 responden sebanyak
3 responden atau 1% memilih opsi jawaban setuju, sebanyak 233 responden atau
84% memilih opsi jawaban tidak setuju dan sebanyak 42 responden atau 15%
memilih jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Dengan adanya uraian di atas, menunjukan bahwa pegawai BP3TKI
Serang dalam merespon keluhan dari pengguna layanan kurang cepat hal ini dapat
dilihat dalam proses pelayanan yang seharusnya bisa selesai dalam satu hari harus
menunggu 3 sampai 4 hari untuk menyelesaikan keluhan dari pengguna layanan.
Diagram 4.27 Pernyataan tentang Kesulitan dalam Memperoleh Pelayanan
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 25 (2015)
Berdasarkan tabel 4.27 di atas, dapat di lihat tanggapan atau jawaban yang
diberikan responden tentang pernyataan terkait dengan pengguna layanan atau
TKI tidak kesulitan dalam medapatkan pelayanan di BP3TKI Serang, dimana dari
seluruh jumlah responden sebesar 278 orang, sebanyak 2 responden atau 1%
memilih opsi setuju, kemudian sebanyak 210 respondenatau 75% memilih
1%
75%
24%
Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
107
jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak 66 responden atau 24% memilih opsi
jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Dapat juga di lihat dari
tabel nilai rata-rata angka penafsiran sebesar 1,76 yang merupakan hasil dari para
responden tentang pernyataan yang diberikan dan masuk dalam kategori tidak
baik.
Dengan adanya uraian di atas, menggambarkan bahwa pengguna layanan
merasakan kesulitan dalam memperoleh pelayanan di BP3TKI Serang. Hal ini
dapat dilihat ketika peneliti berada di BP3TKI Serang terlihat sepi banyak
pegawai yang tidak berada di kantor. Ketika peneliti berada di tempat penelitian
dalam sehari TKI yang datang sebanyak 20-30 orang sedangkan pegawai yang
berada saat jam kerja hanya sebagaian khususnya dalam penempatan dan
perlindungan yang total pegawainya ada 4 orang tetapi dikantor hanya terdapat 2
orang saja, sehingga proses pelayanan yang diberikan kepada TKI kurang
maksimal.
4.4.3.2 Kemauan Pegawai dalam Menangani Masalah
Kemauan dalam penelitian ini maksudnya adalah dorongan dari diri
pegawai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu memberikan pelayanan
secara efektif dan efisien sehingga pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia
dapat terpenuhi kebutuhannya untuk bekerja di luar negeri secara legal.
108
Diagram 4.28 Pernyataan tentang Pembuatan KTKLN
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 26 (2015)
Berdasarkan tabel 4.28 di atas, dapat di lihat dari tanggapan atau jawaban
daari responden tentang pernyataan pegawai BP3TKI Serang tidak pernah
membuat kesalahan dalam pembuatan KTKLN, dimana dari 278 jumlah
keseluruhan responden, sebanyak 1 responden memilih opsi jawaban setuju,
sebanyak 205 atau 74% responden memilih jawaban tidak setuju dan sisanya
sebanyak 72 responden atau 24% memilih opsi jawaban sangat tidak setuju
dengan perrnyataan tersebut. kemudian dari tabel diatas juga dapat dilihat nilai
dari nilai rata-rata angka penafsiran yang sebesar 1,74 yang berarti masuk kategori
tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, menggambarkan bahwa masih ada pegawai
BP3TKI Serang yang membuat kesalahan dalam pembuatan KTKLN bagi Tenaga
Kerja Indonesia asal Kabupaten Serang. Hal ini dikarenakan pegawai BP3TKI
Serang kurang teliti dan cermat dalam mencatat data atau berkas para TKI.
74%
26%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
109
Diagram 4.29 Pernyataan tentang Tingkat Kedisiplinan Kerja Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 27 (2015)
Berdasarkan tabel 4.29 di atas, dapat di lihat tanggapan atau jawaban yang
diberikan dari responden atau Tenaga Kerja Indonesia asal Kabupaten Serang
tentang pernyataan tingkat kedisiplinan kerja pegawai sangat baik, dimana dari
278 jumlah keseluruhan responden, didominasi oleh jawaban tidak setuju
sebanyak 243 responden atau 87% dan sisanya sebanyak 35 responden atau 13%
memilih jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Kemudian dapat
dilihat juga dari nilai M yang sebesar 1,89 yang termasuk dalam kategori tidak
baik.
Dengan uraian di atas, menjelaskan bahwa pernyataan tentang kedisiplinan
kerja pegawai di BP3TKI Serang sangat baik ternyata masih dinilai kurang baik.
Kedisplinan dalam hal ini yaitu jam kerja pegawai yang tepat waktu, tanggung
jawab terhdap tugas yang sudah diberikan khusunya dalam pemberian pelayanan
yang maksimal kepada TKI. Dengan adanya kedisplinan kerja BP3TKI Serang
dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.
87%
13% 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
110
4.4.4 Indikator Assurance
Assurance atau jaminan dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan
pengetahuan, kesopanan dan kemampuan pegawai dalam menumbuhkan rasa
percaya (trust) dan keyakinan (confidence). Dalam penelitian ini, jaminan
(Assurance) dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan, kesopanan dan kemampuan.
4.4.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini maksudnya adalah segala sesuatu yang
yang dimiliki oleh pegawai mulai dari keterampilan, informasi, pemikiran-
pemikiran dan lain-lain yang diterapkan dalam pekerjaannya masing-masing
sesuai dengan tupoksi sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal
kepada pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Diagram 4.30 Pernyataan tentang Pengetahuan Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 28 (2015)
1%
92%
7%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
111
Berdasarkan tabel 4.30 di atas, menggambarkan jawaban atau tanggapan
responden tentang pernyataan pegawai memiliki pengetahuan yang baik tentang
pelayanan di BP3TKI Serang, dimana dari 278 jumlah keseluruhan responden,
sebanyak 3 responden atau 1% memilijh opsi jawaban setuju, sebanyak 257
responden atau 92% memilih jawaban tidak setuju dan sisanya 18 responden atau
7% memilih jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Kemudian
dapat dilihat dari tabel diatas nilai rata-rata angka penafsiran yang sebesar 1,95
yang berarti masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, menunjukkan bahwa tidak semua pegawai
mempunyai pengetahuan yang baik tentang penempatan dan perlindungan bagi
Tenaga Kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan pegawai yang kurang kompeten
yang bekerja di BP3TKI Serang sehingga masih ada pegawai yang tidak memiliki
pengetahuan yang baik tentang perlindungan dan penempatan bagi TKI.
Diagram 4.31 Pernyataan tentang Informasi yang Diberikan Kepada TKI
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 29 (2015)
1%
90%
9%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
112
Berdasarkan tabel 4.31 di atas, dapat di lihat tanggapan atau jawaban dari
para responden atau TKI asal Kabupaten Serang tentang pernyataan pegawai
selalu memberikan informasi yang terbaru tentang penempatan dan perlindungan
TKI saat sosialisasi, dimana dari 278 jumlah keseluruhan responden, sebanyak 3
responden atau 1% memilih opsi jawaban setuju, sebanyak 249 responden atau
90% memilih opsi jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak 26 responden atau
9% memilih opsi jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Kemudian dapat dilihat dari tabel diatas nilai dari hasil rata-rata angka penafsiran
sebesar 1,91 yang masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, menggambarkan bahwa informasi yang
disampaikan oleh pegawai Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang tidak terbaru (update) tentang penempatan dan
perlindungan TKI sehingga terkadang pengguna layanan merasa kebingungan
karena saat sosialisasi dan saat datang langsung ke BP3TKI Serang berbeda.
Maksudnya dalam sosialisasi disampaikan pembuatan KTKLN hanya 1 hari dan
gratis, tetapi saat para TKI datang ke BP3TKI untuk mengurus kartu ini
membutuhkan waktu 1 minggu. Sehingga sosialisasi yang disampaikan
berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada di BP3TKI.
4.4.4.2 Kesopanan
Kesopanan dalam penelitian ini adalah sikap sopan dan dipercya dari
pegawai dalam menjalankan tugas serta memberikan pelayanan sehingga
pengguna layanan atau TKI asal Kabupaten Serang dapat merasa nyaman dan
merasa puas saat berada menerima pelayanan dari pihak BP3TKI Serang.
113
Diagram 4.32 Pernyataan tentang Keramahan Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 30 (2015)
Berdasarkan tabel 4.32 di atas, dapat di lihat tanggapan atau jawaban dari
para peserta atau responden mengenai pernyataan pegawai selalu bersikap ramah,
dimana dari 278 jumlah keseluruhan responden, sebanyak 7 responden memilih
jawaban setuju atau 2%, sebanyak 240 responden atau 87% memilih jawaban
tidak setuju dan sisanya sebanyak 31 responden atau 11% memilih jawaban sangat
tidak setuju dengan pernyataan tersebut, nilai rata-rata angka penafsiran sebesar
1,91 yang masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, dapat di jelaskan bahwa masih ada pegawai
yang kurang bersikap ramah saat memberikan pelayanan kepada Tenaga Kerja
Indonesia. Dapat dilihat dari jawaban dari responden yang memilih jawaban tidak
setuju dengan pernyataan pegawai di BP3TKI Serang selalu bersikap ramah.
2%
87%
11%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
114
Diagram 4.33 Pernyataan tentang Pegawai yang Selalu Siap Mendengar Setiap
Keluhan TKI
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 31 (2015)
Berdasarkan hasil tabel 4.33 di atas, mengambarkan bahwa tanggapan
responden terhadap pernyataan tentang pegawai selalu siap mendengar kebutuhan
ataupun keluhan dari pengguna layanan, dimana dari 278 jumlah keseluruhan
responden, sebanyak 2 responden memilih opsi jawaban setuju, sebanyak 240 atau
86% responden memilih jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak 36 responden
atau 13% memilih jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Didukung pula dari hasil nilai nilai rata-rata angka penafsiran dari pernyataan
tersebut sebesar 1,87 yang termasuk dalam interval penilaian kategori tidak baik.
Dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa tidak semua pegawai
selalu siap mendengar keluhan atau kebutuhan dari pengguna layanan atau TKI
asal Kabupaten Serang. Hal ini dapat dilihat dari jawaban para responden yang
didominasi oleh jawaban tidak setuju dengan pernyataan bahwa pegawai selalu
siap mendengar kebuthan dari pengguna layanan.
1%
86%
13%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
115
Diagram 4.34 Pernyataan tentang Pegawai selalu Berpenampilan Menarik
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 32 (2015)
Berdasarkan tabel 4.34 di atas, merupakan hasil jawaban atau tanggapan
dari responden tentang pernyataan petugas BP3TKI Serang selalu berpenampilan
menarik saat bekerja, dimana sebanyak 1 responden atau 1% memilih opsi
jawaban setuju, sebanyak 227 responden atau 81% memilih jawaban tidak setuju
dan sebanyak 18% memilih jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Serta dapat juga dilihat dari nilai nilai rata-rata angka penafsiran yang
sebesar 1,82 yang masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa penampilan pegawai di
BP3TKI kurang menarik, hal ini dapat dilihat karena pegawai tidak memakai
seragam yang sama saat bekerja sehingga terlihat kurang rapih dan kurang
menarik bagi pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia asal Kabupaten
Serang.
1%
81%
18%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
116
Diagram 4.35 Pernyataan tentang Kesopanan Pegawai BP3TKI Serang
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 33 (2015)
Berdasarkan tabel 4.35 di atas, bahwa tanggapan yang didapat dari
responden tentang pernyataan pegawai BP3TKI Serangselalu bersikap dan
berpenampilan sopan dalam memberikan pelayanan, dimana dari 278 jumlah
keseluruhan responden sebanyak 4 responden atau 1% memilih jawaban setuju,
kemudian sebanyak 220 responden atau 80% memilih jawaban tidak setuju, dan
sisanya sebanyak 54 responden atau 19% memilih jawaban sangat tidak setuju
dengan pernyataan tersebut serta dapat dilihat dari nilai nilai rata-rata angka
penafsiran tersebut sebesar 1,83 yang masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, masih ada pegawai yang berpenampilan dan
bersikap kurang sopan kepada pengguna layanan pada saat proses pelayanan di
BP3TKI Serang, hal ini dapat dilihat saat peneliti berada di BP3TKI Serang tidak
mengucapkan salam terlebih dahulu dan kurang ramah kepada pengguna layanan.
1%
80%
19%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
117
Sehingga membuat pengguna layanan merasa kurang puas dengan pelayanan dari
pihak pegawai.
4.4.4.3 Kemampuan
Kemampuan dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai kecakapan dan
kapasitas pegawai dalam melaksanakan tugas serta memberikan pelyanan
sehingga pengguna layanan atau TKI dapat merasa nyaman dalam memberikan
pelayanan yang efektif dan efisien di Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang.
Diagram 4.36 Pernyataan tentang Pelayanan Pembuatan KTKLN yang Tepat Waktu
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 34 (2015)
Berdasarkan tabel 4.36 di atas, dapat di lihat tanggapan atau jawaban dari
para responden mengenai pernyataan tentang pelayanan pembuatan KTKLN tepat
waktu, dimana dari 278 keseluruhan jumlah responden, sebanyak 1 responden
atau 1% memilih opsi jawaban setuju, sebanyak 205 responden atau 73% memilih
opsi jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak 72 responden atau 26% memilih
opsi jawaban sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Kemudian
1%
73%
26%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
118
pernyataan tersebut memiliki nilai nilai rata-rata angka penafsiran sebesar
1,74yang menjadikan pernyataan tersebut masuk kategori tidak baik.
Dari uraian di atas, menjelaskan bahwa pelayanan pembuatan KTKLN
(Kartu Tanda Kerja Luar Negeri) di BP3TKI Serang tidak tepat waktu
dikarenakan yang seharusnya dapat selesai dalam 1 hari terkadang bisa sampai 3-7
hari. Hal ini membuat para pengguna layanan merasa kecewa dengan pelayanan
yang diberikan oleh pihak BP3TKI Serang.
Diagram 4.37 Pernyataan tentang Adanya Jaminan Kerahasiaan Data-Data Pengguna
Layanan
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 35 (2015)
Berdasarkan pada tabel 4.37 di atas, merupakan jawaban dari para
responden terkait dengan pernyataan adanya jaminan kerahasiaan data-data
pengguna layanan. Dimana dari 278 jumlah keseluruhan responden, sebesar 3
responden memilih opsi jawaban setuju, sebesar 228 memilih opsi jawaban tidak
setuju dan sisanya sebanyak 47 responden memilih jawaban sangat tidak setuju
dengan pernyataan tersebut serta ditambah dengan hasil dari nilai nilai rata-rata
1%
82%
17%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
119
angka penafsiran sebesar 1,84 yang berarti pernyataan tersebut masuk dalam
kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, bahwa kerahasiaan data-data pengguna
layanan belum bisa terjamin oleh pihak BP3TKI Serang karena terkadang ada
oknum nakal didalamnya yang mengambil data para TKI dengan begitu mudah
padahal data tersebut bersifat rahasia dan tidak boleh disebarluaskan.
Diagram 4.38 Pernyataan tentang Pelayanan yang Dijanjikan Melalui Media Massa
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 36 (2015)
Berdasarkan pada tabel 4.38 di atas, merupakan tanggapan atau respon dari
pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia terkait pernyataan BP3TKI Serang
selalu memberikan pelayanan sesuai dengan yang telah dijanjikan di media
brosur/massa. Dimana dari 278 keseluruhan jumlah responden 3 atau 1% memilih
opsi jawaban setuju, kemudian 228 responden atau 83% memilih jawaban tidak
setuju dan sisanya sebanyak 47 responden atau 16% memilih opsi jawaban sangat
tidak setuju dengan pernyataan tersebut serta ditambah dengan hasil dari nilai nilai
1%
83%
16%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
120
rata-rata angka penafsiran yang sebesar 1,85 yang berarti pernyataan tersebut
masuk dalam kategori tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, menjelaskan bahwa dalam pemberian
pelayanan pihak BP3TKI Serang belum memberikan pelayanan secara maksimal.
Hal ini dapat dilihat dari ketidaksesuain pelayanan yang didapat dengan apa yang
dijanjikan melalui iklan di media massa. Dalam media massa/brosur dijelaskan
bahwa pembuatan KTKLN hanya 1 hari dan tidak dipungut biaya serta
pembekalan akhir yang diberikan rutin padahal dalam kenyataannya pembuatan
kartu tersebut membutuhkan waktu lebih daari 3 hari serta pembekalan yang
seharusnya diberikan minimal 8 kali ini hanya 4 kali pertemuan saja. Hal ini
membuat para pengguna layanan atau TKI asal Kabupaten Serang merasa kurang
puas dengan pelayanan yang diberikan pihak BP3TKI Serang.
4.4.5 Indikator Emphaty
Empati (Emphaty) dalam penelitian ini adalah perhatian yang diberikan
secara pribadi atau individu terhadap pengguna layanan dengan menempatkan
dirinya pada situasi pengguna layanan. Empati tersebut meliputi komunikasi yang
baik, kemudahan dalam melakukan hubungan, perhatian pribadi dan memahami
kebutuhan pengguna layanan.
4.4.5.1 Komunikasi yang Baik
Komunikasi yang baik dalam penelitian ini maksudnya adalah dimana
pegawai mampu berkomunikasi secara efektif dengan pengguna layanan sehingga
tersampaikan dengan baik dan dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh
pengguna layanan. Komunikasi sangat penting dalam suatu proses pelayanan agar
121
segala informasi yang tidak dipahami oleh pengguna layanan dapat tersampaikan
secara benar dan tepat untuk pengguna layanan.
Diagram 4.39 Pernyataan tentang Kemampuan Pegawai dalam Menjelaskan
Prosedur Pelayanan
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 37 (2015)
Berdasarkan dari tabel 4.39 di atas, menjelaskan tanggapan atau jawaban
dari para responden tentang pernyataan pegawai mampu menjelaskan prosedur
pelayanan dengan baik kepada pengguna layanan, dimana 3 responden atau 1%
memilih opsi jawaban setuju, lalu sebanyak 257 atau 92% memilih opsi tidak
setuju dan 18 responden atau 7% memilih opsi jawaban sangat tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Serta dapat dilihat dari nilai nilai rata-rata angka
penafsiran yang sebesar 1,94 yang berarti pernyataan tersbut dapat dikategorikan
tidak baik.
Dengan adanya uraian di atas, menggambarkan bahwa pernyataan tentang
pegawai mampu menjelaskan prosedur pelayanan dengan baik kepada pengguna
layanan tidak sesuai dengan apa yang dijawab oleh para responden dimana
pegawai BP3TKI Serang tidak menjelaskan dengan baik prosedur pembuatan
1%
92%
7%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setujuSangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
122
KTKLN. Sehingga membuat pengguna layanan kurang memahami cara membuat
KTKLN karena pegawai tidak menyampaikan secara detail dan jelas.
Diagram 4.39 Pernyataan tentang Komunikasi yang Dilakukan Pegawai dengan TKI
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 38 (2015)
Berdasarkan tabel 4.39 di atas, merupakan hasil tanggapan dari responden
terkait pernyataan pegawai mampu berkomunikasi dengan baik kepada pengguna
layanan. Dari 278 jumlah keseluruhan responden, sebanyak 4 responden atau 1%
memilih jawaban setuju, lalu 239 responden atau 86% memilih opsi jawaban
tidakk setuju dan sisanya sebanyak 35 responden atau 13% memilih opsi sangat
tidak setuju dengan pernyataan tersebut serta dapat dilihat dari hasil nilai M
sebesar 1,88 yang menjadikan pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tidak
baik.
Dengan uraian di atas, dapat digambarkan bahwa pernyataan tentang
pegawai mampu berkomunikasi dengan baik kepada pengguna layanan tidak tepat
karena belum secara keseluruhan pegawai dapat berkomunikasi dengan baik
1%
86%
13%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
123
dengan pengguna layanan. Hal ini dikarenakan masih ada pegawai yang sibuk
dengan urusannya dengan tidak mengutamakan pekerjaannya untuk melayani
masyarakat. Hal ini menyebabkan komunikasi yang kurang baik dengan baik
dengan pengguna layanan.
4.4.5.2 Kemudahan
Kemudahan dalam melakukan hubungan yang dimaksudkan di sini adalah
tidak adanya hambatan yang terjadi pada saat pengguna layanan akan berinteraksii
dengan pihak penyedia layanan yang dalam hal ini adalah pihak Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang.
Diagram 4.41 Pernyataan tentang kemudahan dalam memahami informasi
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 39 (2015)
Berdasarkan tabel 4.41 di atas, merupakan hasil tanggapan dari responden
terkait pernyataan pengguna layanan mudah memahami setiap informasi yang
disampaikan pihak BP3TKI Serang, sebanyak 1 responden memilih opsi sangat
setuju, sebanyak 3 responden atau 1% memilih jawaban setuju, lalu 246
responden atau 89% memilih opsi jawaban tidakk setuju dan sisanya sebanyak 28
1%
89%
10%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
124
responden atau 10% memilih opsi dangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut
serta dapat dilihat dari hasil nilai nilai rata-rata angka penafsiran sebesar 1,91
yang menjadikan pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tidak baik.
Dengan uraian di atas, dapat digambarkan bahwa pengguna layanan
kurang memahami setiap informasi yang disampaikan oleh pihak pegawai hal ini
dikarenakan informasi yang disampaikan berbeda-beda saat sosialisasi dan pada
saat di BP3TKI Serang, informasi yang diberikan berbeda sehingga membuat
pengguna layanan merasa bingung dengan informasi yang disampaikan. Hingga
membuat pengguna layanan berulang kali bertanya kepada pegawai agar
mendapat informasi yang akurat.
Diagram 4.42 Pernyataan tentang Pegawai yang Selalu ada Saat Jam Kerja
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 40 (2015)
Berdasarkan tabel 4.42 di atas, merupakan hasil tanggapan dari responden
terkait pernyataan pegawai selalu berada saat jam kerja ketika pengguna layanan
membutuhkan bantuan ,sebanyak 2 responden atau 1 memilih jawaban setuju, lalu
1%
89%
10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
125
246 responden atau 89% memilih opsi jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak
30 responden atau 10% memilih opsi dangat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut serta dapat dilihat dari hasil nilai nilai rata-rata angka penafsiran sebesar
1,89 yang menjadikan pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tidak baik.
Dengan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pernyataan tersebut
mendapat tanggapan yang sangat kurang baik dari para pengguna layanan karena
masih ada pegawai yang suka tidak ada diruangan pada saat jam kerja hal ini
dikarenakan pegawai lebih mementingkan dirinya sendiri dibandingkan kebutuhan
banyak orang.
Diagram 4.43 Pernyataan tentang Kemudahan saat Menghubungi Pegawai
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 41 (2015)
Berdasarkan tabel 4.43 di atas, merupakan hasil tanggapan dari responden
terkait pernyataan pegawai mudah dihubungi oleh pengguna layanan,dari 278
jumlah keseluruhan responden, sebanyak 1 responden atau 1% memilih jawaban
setuju, lalu 254 responden atau 91% memilih opsi jawaban tidakk setuju dan
sisanya sebanyak 23 responden atau 8% memilih opsi dangat tidak setuju dengan
1%
91%
8%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
126
pernyataan tersebut serta dapat dilihat dari hasil nilai nilai rata-rata angka
penafsiran sebesar 1,92 yang menjadikan pernyataan tersebut termasuk dalam
kategori tidak baik.
Dari uraian di atas, dapat digambarkan bahwa pelayanan yang diberikan
kepada pengguna layanan atau TKI asal Kabupaten Serang kurang baik, hal ini
dapat dilihat dari pegawai yang sulit ditemui bahkan dihubungi untuk membantu
TKI mengurus administrasi serta data yang dibutuhkan mengurus membuat
KTKLN (Kartu Tanda Kerja Luar Negeri). Sehingga membuat para pengguna
layanan merasa kecewa dengan pihak BP3TKI Serang.
Diagram 2.44 Pernyataan tentang Letak/Lokasi BP3TKI Serang
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 42 (2015)
Berdasarkan tabel 4.44 di atas, merupakan hasil tanggapan dari responden
terkait pernyataan letak/ lokasi BP3TKI Serang strategis, dari 278 jumlah
keseluruhan responden, sebanyak 21 responden atau 7% memilih jawaban setuju,
lalu 233 responden atau 84% memilih opsi jawaban tidak setuju dan sisanya
sebanyak 23 responden atau 9% memilih opsi dangat tidak setuju dengan
7%
84%
9% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
127
pernyataan tersebut serta dapat dilihat dari hasil nilai nilai rata-rata angka
penafsiran sebesar 1,98 yang menjadikan pernyataan tersebut termasuk dalam
kategori tidak baik.
Dengan uraian di atas, dapat digambarkan bahwa pernyataan diatas
didominasi oleh jawaban tidak setuju terkait pernyataan letak/lokasi BP3TKI
Serang strategis. Masih ada yang mengganggap lokasi BP3TKI Serang kurang
strategis bagi pengguna layanan yang harus menempuh jauh untuk datang ke
BP3TKI Serang untuk membuat KTKLN agar bisa bekerja diluar negeri.
Diagram 4.45 Pernyataan No.43
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 43 (2015)
Berdasarkan tabel 2.45 di atas, merupakan hasil tanggapan dari responden
terkait pernyataan pegawai selalu memberikan perhatian yang tulus dan ikhlas
kepada pengguna layanan, dari 278 jumlah keseluruhan responden, dimana 1
responden memilih opsi jawaban sangat setuju, kemudian sebanyak 2 responden
atau 1% memilih jawaban setuju, lalu 241 responden atau 87% memilih opsi
1%
87%
12%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
128
jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak 34 responden atau 12% memilih opsi
dangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut serta dapat dilihat dari hasil nilai
nilai rata-rata angka penafsiran sebesar 1,89 yang menjadikan pernyataan tersebut
termasuk dalam kategori tidak baik.
Dengan uraian di atas, dapat digambarkan bahwa pernyataan pegawai
selalu memberikan perhatian yang tulus dan ikhlas kepada pengguna layanan
belum dilaksanakan sepenuhnya oleh para pegawai BP3TKI Serang. Dalam
melayani masyarakat mereka terkadang tidak menerapakan senyum,sapa, dan
salam bahkan terkesan kurang ramah sehingga terkesan tidak tulus dalam
memberikan pelayanan kepada pengguna layanan. Sehingga TKI merasa kecewa
dengan pelayanan yang diberikan pegawai BP3TKI Serang.
Diagram 4.46 Pernyataan tentang Ketersediaan Website BP3TKI Serang
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 44 (2015)
Berdasarkan tabel 4.46 di atas, merupakan hasil tanggapan dari responden
terkait pernyataan ketersediaan website yang memudahkan pengguna layanan
mendapatkan informasi, dari 278 jumlah keseluruhan responden, sebanyak 4
1%
86%
13%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangatsetuju
Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
129
responden atau 1% memilih jawaban setuju, lalu 239 responden atau 86%
memilih opsi jawaban tidak setuju dan sisanya sebanyak 35 responden atau 13%
memilih opsi dangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut serta dapat dilihat
dari hasil nilai nilai rata-rata angka penafsiran sebesar 1,88 yang menjadikan
pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tidak baik.
Dengan uraian di atas, dapat digambarkan bahwa Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang tidak
memiliki website sendiri untuk mengakses informasi seperti BP3TKI di wilyah
lainnya yang sudah memiliki website agar masyarakat mudah untuk mencari
informasi mengenai penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia.
Diagram 4.47 Pernyataan tentang Program Sosialisasi
Sumber: Diolah dari Kuisioner Pernyataan No. 45 (2015)
Berdasarkan tabel 4.47 di atas, merupakan hasil tanggapan dari responden
terkait pernyataan BP3TKI Serang rutin mengadakan sosialisasi, dari 278 jumlah
keseluruhan responden, sebanyak 2 responden atau 1% memilih jawaban setuju,
1%
80%
19%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidaksetuju
Persentase
Persentase
130
lalu 240 responden atau 80% memilih opsi jawaban tidak setuju dan sisanya
sebanyak 36 responden atau 19% memilih opsi dangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut serta dapat dilihat dari hasil nilai nilai rata-rata angka
penafsiran sebesar 1,87 yang menjadikan pernyataan tersebut termasuk dalam
kategori tidak baik.
Dengan uraian di atas, dapat digambarkan bahwa BP3TKI Serang tidak
rutin dalam mengadakan sosialisasi bagi masyarakat yang ingin bekerja di luar
negeri secara legal. Hal ini dapat dilihat dalam sebulan sosialisai yang diadakan
pihak BP3TKI Serang hanya 2 kali yang seharusnya menurut ketentuan 4 kali
dalam sebulan.
Dari penjabaran di atas tertera nilai rata-rata angka tafsiran atau
disingkat M yang digunakan untuk menganalisis data dari sub indikator,
indikator masing-masing, serta keseluruhan dari hasil indikator, maka dapat
dilihat gambar interval penilaian dibawah ini.
Besar interval penilaian =
=
= 0,75
Tabel 4.48 Interval Penilaian
No Range Interval Kategori 1 1-1,75 Sangat Tidak Baik 2 1,75-2,51 Tidak Baik 3 2,51-3,27 Baik 4 3,27-4 Sangat Baik
Sumber: Diolah dari data primer (2015)
131
Dari kelima indikator pelayanan BP3TKI Serang dalam penempatan dan
perlindungan TKI asal Kabupaten Serang dapat direkapitulasi seperti pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.49 Rekapitulasi atas Pelayanan BP3TKI Serang dalam Penempatan dan
Perlindungan TKI asal Kabupaten Serang
No. Tanggapan Responden Angka Penafsiran Ket
A. Indikator Tangibles
1. Ruang tunggu yang bersih dan terdapat pendingin ruangan 2,01 Tidak baik
2. Terdapat loket pelayanan untuk membantu pengguna layanan memperoleh pelayanan
2,08 Tidak baik
3. Pegawai selalu berpenampilan rapih 2,01 Tidak baik 4. Tersedianya area parkir untuk
pengguna layanan 1,97 Tidak baik
5. Tersedia instruktur yang kompeten 1,63 Tidak baik 6. Fasilitas di ruang pembekalan akhir
pemberangkatan di BP3TKI Serang cukup memadai
1,67 Tidak baik
7. BP3TKI Serang memiliki pegawai yang cukup 1,71 Tidak baik
8. Pegawai selalu menerapkan senyum, sapa, dan salam kepada pengguna layanan
1,82 Tidak baik
9. Pegawai selalu ada saat jam kerja 1,81 Tidak baik Rata-rata Indikator 1 1,85 Tidak baik
B. Indikator Reliability 10. Pegawai teliti dalam memeriksa
berkas TKI 1,81 Tidak baik
11. Pegawai memberikan pelayanan tanpa memandang status sosial 1,89 Tidak baik
12. Pegawai BP3TKI Serang memberikan pelayanan selalu mengacu pada peraturan yang ditentukan Para pelaksana UPTD BLK
1,78 Tidak baik
13. Semua keluhan dan pengaduan diselesaikan dengan segera oleh pegawai BP3TKI Serang
1,77 Tidak baik
132
14. Pegawai memberikan pelayanan dengan cepat dan tidak berbelit-belit 1,78 Tidak baik
15. Pembekalan akhir pemberangkatan di BP3TKI Serang sesuai jadwal 1,80 Tidak baik
16. Pegawai selalu memberitahu pengguna layanan bia ada perubahan jadwal pembekalan akhir pemberangkatan
1,68 Tidak baik
17. Pegawai selalu memberikan informasi yang akurat 1,78 Tidak baik
18. Kinerja pegawai menumbuhkan rasa percaya pengguna layanan 1,86 Tidak baik
Rata-rata Indikator 2 1,79 Tidak baik C. Indikator Responsiveness
19. Pegawai menanggapi kebutuhan pengguna layanan 1,91 Tidak baik
20. Pegawai memberikan pembekalan akhir pemberangkatan sesuai kebuthan pengguna layanan
1,,85 Tidak baik
21. Pegawai selalu terampil dalam melayani pengguna layanan
1,89 Tidak baik
22. Pegawai selalu menjalakn tugas secara professional 1,84 Tidak baik
23. Pegawai BP3TKI Serang menanggapi keluhan dari pengguna layanan dengan baik
1,86 Tidak baik
24. Respon pegawai cepat dalam menjawab keluhan dari pengguna layanan
1,85 Tidak baik
25. Pengguna layanan tidak kesulitan dalam mendapatkan pelayanan 1,76 Tidak baik
26. Pegawai tidak pernah membuat kesalahan dalam pembuatan KTKLN 1,74 Tidak baik
27. Tingkat kedisiplinan kerja pegwai sangat baik 1,89 Tidak baik
Rata-rata Indikator 3 1,85 Tidak baik D. Indikator Assurance
28. Pegawai memiliki pengetahuan yang baik tentang pelayanan di BP3TKI Serang
1,95 Tidak baik
29. Pegawai selalu memberikan informasi yang terbaru tentang penempatan dan perlindungan TKI saat sosialisasi
1,91 Tidak baik
30. Petugas selalu bersikap ramah 1,91 Tidak baik
133
31. Pegawai selalu siap mendengar kebutuhan/keluhan dari pengguna layanan
1,87 Tidak baik
32. Petugas selalu berpenampilan menarik saat jam kerja 1,82 Tidak baik
33. Pegawai BP3TKI Serang selalu bersikap dan berpenampilan sopan dalam memberikan pelayanan
1,83 Tidak baik
34. Pelayanan pembuatan KTKLN tepat waktu 1,74 Tidak baik
35. Ada jaminan kerahasiaan data-data pengguna layanan 1,84 Tidak baik
36. BP3TKI Serang selalu memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan melalui media brosur
1,85 Tidak baik
Rata-rata Indikator 4 1,96 Tidak baik E. Indikator Emphaty
37. Pegawai mampu menjelaskan prosedur/alur kepada pengguna layanan dengan baik
1,94 Tidak baaikik
38. Pegawai mampu berkomunikasi dengan baik kepada pengguna layanan
1,88 Tidak baik
39. Pengguna layanan mudah memahami setiap informasi yang disampaikan pihak BP3TKI Serang
1,91 Tidak baik
40. Pegawai selalu berada saat jam kerja ketika pengguna layanan membutuhkan bantuan
1,89 Tidak baik
41. Pegawai mudah dihubungi oleh pengguna layanan 1,92 Tidak baik
42. Letak/lokasi BP3TKI Serang strategis 1,98 Tidak baik
43. Pegawai memberikan perhatian yang tulus dan ikhlas kepada pengguna layanan
1,89 Tidak baik
44. Ketersediaan website yang memudahkan pengguna layanan mendapatkan informasi
1,88 Tidak baik
45. BP3TKI Serang rutin mengadakan program sosialisasi guna menyampaikan informasi dekapa pengguna layanan
1,87 Tidak baik
Rata-rata Indikator 5 1,91 Tidak baik Rata-rata Keseluruhan 1,87 Tidak baik
134
Sumber: Diolah dari data primer (2015)
Tabel 4.48 diatas yang merupakan rekapitulasi dari 45 sub indikator yang
telah dipaparkan dapat diketahui bahwa pelayanan Balai Pelayanan Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Dalam Penempatan dan
Perlindungan TKI asal Kabupaten Serang dapat dikatakan kurang baik. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan angka penafsiran yang ada sebesar 1,87
yang masuk dalam kategori tidak baik.
4.5 Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan
diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Hipotesis merupakan hasil refleksi peneliti
berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori yang digunakannya sebagai dasar
argumentasi.Pada penelitian ini, hipotesis yang digunakan oleh peneliti adalah
hipotesis deskriptif yaitu dugaan sementara terhadap nilai satu variabel secara
mandiri.Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka hipotesis yang dipakai
adalah :
Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indnonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan TKI
Asal Kabupaten Serang yang paling tinggi sebesar 65% dari nilai ideal.
H0 : µ0 ≤ 65%
Dari data yang diperoleh, maka skor ideal Pelayanan BP3TKI Serang dalam
Penempatan dan Perlindungan TKI Asal Kabupaten Serang 4 x 278 x 45 =
50.040. Dimana 4 = nilai dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada
responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 45 = jumlah item
135
pernyataan yang diajukan kepada responden, 278 = jumlah sampel yang dijadikan
responden.Sehingga nilai rata-rata atau mean dari skor ideal instrumen yaitu
50.040 : 278 =180. Nilai yang dihipotesiskan terkait Pelayanan BP3TKI Serang
dalam Penempatan dan Perlindungan TKI Asal Kabupaten Serang adalah pali
rendah 65% dari nilai ideal, yaitu 0,65 x 180 =117. Sehingga dapat dikatakan
bahwa H0 untuk memprediksi µ kurang dari atau sama dengan 65% dari skor ideal
atau bisa juga dinyatakan H0 untuk memprediksi µ paling tinggi atau sama dengan
65% dari skor ideal. Ha untuk memprediksi µ lebih besar dari 65% dari skor ideal
yang diharapkan. Adapun hipotesis statistiknya dapat ditulis dengan rumus:
H0: µ0≤ 0,65x50.040:278 = 117
Ha : µa > 0,65x50.040:278 = 117
Diketahui:
x = ∑x : jumlah responden = 25.082 : 278 = 90,2
µ0= 0,65 x 50.040: 278 =117
s = 5,964
n= 278
Ditanya : t ?
Jawab :
nS
xt 0
278964,5
1172,90 t
136
7.7535,0
8,26
t
t
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui nilai thitung melalui uji one-
sample test adalah sebesar -75,7 dengan derajat kebebasan (df) = 278 – 1 = 277.
Sementara itu, ttabel dapat diketahui berdasarkan df = 277 pada taraf kepercayaan
5% adalah 1,650. Oleh karena itu, nilai thitung lebih kecil dari ttabel (-75,7< 1,650),
maka hipotesis yang diajukan adalah pelayanan BP3TKI Serang dalam
penempatan dan perlindungan TKI asal Kabupaten Serang ≤ 65% dari kriteria
yang diharapkan dapat diterima.
Dari perbandingan jumlah data yang jumlah data yang terkumpul dengan
skor ideal dari instrumen, ditemukan bahwa pelayanan BP3TKI Serang dalam
penempatan dan perlindungan TKI asal Kabupaten Serang, yaitu :
Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa pelayanan BP3TKI Serang dalam
Penempatan dan Perlindungan TKI asal Kabupaten Serang paling paling tinggi
65% dari nilai ideal atau H0 dapat diterima, serta tidak terdapat perbedaan antara
yang diduga populasi dengan data yang terkumpul dari sampel. Hasil perhitungan
terhadap data sampel diperoleh bahwa pelayanan BP3TKI Serang dalam
penempatan dan perlindungan TKI asal Kabupaten Serang sebesar 50,12%.
4.6 Pembahasan
Dalam pembahasan ini dibahas tentang pelayanan Balai Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Dalam
Penempatan dan Perlindungan TKI asal Kabupaten Serang.. Indikator-indikator
pelayanan publik menurut Fitzimmons dan Fitzsimmons dalam Sinambela
137
(2008:7-8) yaitu: tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty.
Dari kelima indikator yang disebutkan di atas, pembahasan hasil penelitan dapat
dideskripsikan masing-masing indikator sebagai berikut.
4.6.1 Tangibles
Tangibles atau bukti langsung dalam penelitian ini mencakup beberapa sub
indikator seperti penampilan fisik dari pelayanan yang diberi oleh pemberi layanan
yang dalam hal ini adalah pihak BP3TKI Serang, ketersediaan sarana dan
prasarana yang diberikan oleh pihak pemberi layanan, pegawai yang bertugas
memberi pelayanan serta sarana komunikasi yang disediakan pemberi pelayanan
kepada pengguna layanan.. Berikut tabel dibawah ini menggambarkan indikator
tangibles.
Tabel 4.50 Rekapitulasi Indikator Tangibles
No. Tanggapan Responden Angka Penafsiran Ket
A. Indikator Tangibles
1. Ruang tunggu yang bersih dan terdapat pendingin ruangan 2,01 Tidak baik
2. Terdapat loket pelayanan untuk membantu pengguna layanan memperoleh pelayanan
2,08 Tidak baik
3. Pegawai selalu berpenampilan rapih 2,01 Tidak baik 4. Tersedianya area parkir untuk
pengguna layanan 1,97 Tidak baik
5. Tersedia instruktur yang kompeten 1,63 Tidak baik 6. Fasilitas di ruang pembekalan akhir
pemberangkatan di BP3TKI Serang cukup memadai
1,67 Tidak baik
7. BP3TKI Serang memiliki pegawai yang cukup 1,71 Tidak baik
8. Pegawai selalu menerapkan senyum, sapa, dan salam kepada pengguna layanan
1,82 Tidak baik
9. Pegawai selalu ada saat jam kerja 1,81 Tidak baik Rata-rata Indikator 1 1,85 Tidak baik
Sumber: Diolah dari data primer (2015)
138
Berdasarkan tabel 4.49 diatas, pelayanan BP3TKI dalam penempatan dan
perlindungan TKI asal Kabupaten Serang terkait dengan tangibles (bukti
langsung) dalam proses pelayanan yang diberikan oleh BP3TKI Serang dapat
dilihat dari angka penafsiran sebesar 1,85 yang masuk kategori tidak baik. Hal ini
dikarenakan penampilan fisik seperti ketersediaan sarana dan prasarana yang tidak
memadai sehingga pengguna layanan merasa kurang nyaman saat berada di
BP3TKI Serang.
4.6.2 Reliability
Indikator Reliability yang dimaksudkan disini adalah kemampuan pihak
BP3TKI Serang dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat dan memuaskan. Kemampuan pihak BP3TKI Serang dalam memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan sangat akurat dan memuaskan diharapkan oleh
pengguna layanan atau Tenaga Kerja Indonesia dapat dilaksanakan dengan baik
sehingga pengguna layanan atau TKI dapat merasakan kepuasaan terhadap
pelayanan yang diberikan oleh pihak BP3TKI Serang. Berikut ini tabel yang
menggambarkan indikator reliability.
Tabel 4.51 Rekapitulasi Indikator Reliability
No. Tanggapan Responden Angka Penafsiran Ket
B. Indikator Reliability 10. Pegawai teliti dalam memeriksa
berkas TKI 1,81 Tidak baik
11. Pegawai memberikan pelayanan tanpa memandang status sosial 1,89 Tidak baik
12. Pegawai BP3TKI Serang memberikan pelayanan selalu mengacu pada peraturan yang ditentukan Para pelaksana UPTD
1,78 Tidak baik
139
BLK 13. Semua keluhan dan pengaduan
diselesaikan dengan segera oleh pegawai BP3TKI Serang
1,77 Tidak baik
14. Pegawai memberikan pelayanan dengan cepat dan tidak berbelit-belit 1,78 Tidak baik
15. Pembekalan akhir pemberangkatan di BP3TKI Serang sesuai jadwal 1,80 Tidak baik
16. Pegawai selalu memberitahu pengguna layanan bia ada perubahan jadwal pembekalan akhir pemberangkatan
1,68 Tidak baik
17. Pegawai selalu memberikan informasi yang akurat 1,78 Tidak baik
18. Kinerja pegawai menumbuhkan rasa percaya pengguna layanan 1,86 Tidak baik
Rata-rata Indikator 2 1,79 Tidak baik Sumber: Diolah dari data primer (2015
Berdasarkan tabel diatas, dilihat dari angka penafsiran yang sebesar 1,79
maka akurasi dalam pemberian pelayanan kepada pengguna layanan BP3TKI
Serang khususnya penempatan dan perlindungan bagi TKI dapat dikatakan tidak
baik. Dalam hal ini kemampuan pegawai dalam memenuhi kebutuhan pengguna
layanan dan ketepatan dalam pemberian pelayanan masih belum efektif sehingga
membuat pengguna layanan merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan
oleh pihak BP3TKI Serang.
4.6.3 Indikator Responsiveness
Daya tanggap (Responsiveness) dalam penelitian ini dideskripsikan sikap
kesediaan dan kemampuan penyedia layanan yang dalam hal ini pihak BP3TKI
Serang umtuk membantu para pengguna layanan atau TKI asal Kabupaten Serang
dan merespon permintaan mereka dengan cepat dan segera. Kecepatan sikap dari
petugas dalam memberikan pelayanan merupakan sikap tangap dari pegawai.
Berikut tabel dibawah ini berkaitan dengan indikator responsiveness.
140
Tabel 4.52 Rekapitulasi Indikator Responsiveness
No. Tanggapan Responden Angka Penafsiran Ket
C. Indikator Responsiveness
19. Pegawai menanggapi kebutuhan pengguna layanan 1,91 Tidak baik
20. Pegawai memberikan pembekalan akhir pemberangkatan sesuai kebuthan pengguna layanan
1,,85 Tidak baik
21. Pegawai selalu terampil dalam melayani pengguna layanan 1,89 Tidak baik
22. Pegawai selalu menjalakn tugas secara professional 1,84 Tidak baik
23. Pegawai BP3TKI Serang menanggapi keluhan dari pengguna layanan dengan baik
1,86 Tidak baik
24. Respon pegawai cepat dalam menjawab keluhan dari pengguna layanan
1,85 Tidak baik
25. Pengguna layanan tidak kesulitan dalam mendapatkan pelayanan 1,76 Tidak baik
26. Pegawai tidak pernah membuat kesalahan dalam pembuatan KTKLN 1,74 Tidak baik
27. Tingkat kedisiplinan kerja pegwai sangat baik 1,89 Tidak baik
Rata-rata Indikator 3 1,85 Tidak baik Berdasarkan tabel rekapitulasi 4.51 diatas, menunjukan bahwa daya
tanggao pegawai BP3TKI Serang dalam pemberian pelayanan kepada TKI serta
kemauan pegawai dalam menangani masalah pengguna layanan mencapai hasil
rata-rata angka penafsiran sebesar 1,85 dimana masuk dalam kategori tidak baik.
Hal ini disebabkan respon pegawai terhadap pengguna layanan kurang cepat
khususnya dalam pembuatan KTKLN sehingga pengguna layanan merasa kecewa
dengan pelayanan yang diberikan.
4.6.4 Indikator Assurance
Assurance atau jaminan dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan
pengetahuan, kesopanan dan kemampuan pegawai dalam menumbuhkan rasa
141
percaya (trust) dan keyakinan (confidence). Dalam penelitian ini, jaminan
(Assurance) dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan, kesopanan dan kemampuan.
Berikut ini tabel yang menjelaskn tentang indikator assurance.
Tabel 4.53 Rekapitulasi Indikator Assurance
No. Tanggapan Responden Angka Penafsiran Ket
D. Indikator Assurance
28. Pegawai memiliki pengetahuan yang baik tentang pelayanan di BP3TKI Serang
1,95 Tidak baik
29. Pegawai selalu memberikan informasi yang terbaru tentang penempatan dan perlindungan TKI saat sosialisasi
1,91 Tidak baik
30. Petugas selalu bersikap ramah 1,91 Tidak baik 31. Pegawai selalu siap mendengar
kebutuhan/keluhan dari pengguna layanan
1,87 Tidak baik
32. Petugas selalu berpenampilan menarik saat jam kerja 1,82 Tidak baik
33. Pegawai BP3TKI Serang selalu bersikap dan berpenampilan sopan dalam memberikan pelayanan
1,83 Tidak baik
34. Pelayanan pembuatan KTKLN tepat waktu 1,74 Tidak baik
35. Ada jaminan kerahasiaan data-data pengguna layanan 1,84 Tidak baik
36. BP3TKI Serang selalu memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan melalui media brosur
1,85 Tidak baik
Rata-rata Indikator 4 1,96 Tidak baik Sumber: Diolah dari data primer (2015
Berdasarkan tabel 4.52 diatas, pengetahuan, kesopanan serta kemampuan
pegawai BP3TKI Serang dalam memberikan pelayanan kepada TKI asal
Kabuapten Serang dilihat dari hasil rata-rata angka penafsiran sebesar 1,96
sehingga masuk dalam kategori tidak baik. Para pengguna layanan merasa
pengetahuan, kesopanan serta kemampuan pegawai harus ditingkatkan, karena
142
dalam pemberian pelayanan para TKI merasa kurangnya pengetahuan pegawai
mengenai penempatan dan perlindungan TKI.
4.6.5 Indikator Emphaty
Empati (Emphaty) dalam penelitian ini adalah perhatian yang diberikan
secara pribadi atau individu terhadap pengguna layanan dengan menempatkan
dirinya pada situasi pengguna layanan. Empati tersebut meliputi komunikasi yang
baik, kemudahan dalam melakukan hubungan, perhatian pribadi dan memahami
kebutuhan prngguna layanan. Berikut tabel dibawah ini yang berkaitan dengan
indikatopr emphaty.
Tabel 4.54 Rekapitulasi Indikator Emphaty
No. Tanggapan Responden Angka Penafsiran Ket
E. Indikator Emphaty
37. Pegawai mampu menjelaskan prosedur/alur kepada pengguna layanan dengan baik
1,94 Tidak baaikik
38. Pegawai mampu berkomunikasi dengan baik kepada pengguna layanan
1,88 Tidak baik
39. Pengguna layanan mudah memahami setiap informasi yang disampaikan pihak BP3TKI Serang
1,91 Tidak baik
40. Pegawai selalu berada saat jam kerja ketika pengguna layanan membutuhkan bantuan
1,89 Tidak baik
41. Pegawai mudah dihubungi oleh pengguna layanan 1,92 Tidak baik
42. Letak/lokasi BP3TKI Serang strategis 1,98 Tidak baik
43. Pegawai memberikan perhatian yang tulus dan ikhlas kepada pengguna layanan
1,89 Tidak baik
44. Ketersediaan website yang memudahkan pengguna layanan mendapatkan informasi
1,88 Tidak baik
45. BP3TKI Serang rutin mengadakan program sosialisasi guna 1,87 Tidak baik
143
menyampaikan informasi dekapa pengguna layanan
Rata-rata Indikator 5 1,91 Tidak baik Sumber: Diolah dari data primer (2015) Berdasarkan dari tabel 4.53 diatas, dilihat dari hasil keseluruhan angka
penafsiran indikator emphaty sebesar 1,87. Dapat dijelaskan bahwa komunikasi,
kemudahan serta perhatian yang diberikan pegawai BP3TKI dalam memberikan
pelayanan kurang efektif dan efisien. Hal ini dilihat dari hasil jawaban dari para
pengguna layanan yang rata-rata mengatakan tidak baik. Padahal dalam pelayanan
hal yang paling penting adalah komunikasi yang baik guna menciptakan kepuasan
pengguna layanan.
144
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini
adalah pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI) Serang dalam penempatsn dan perlindungan TKI asal
Kabupaten Serang belum baik. Hal ini dapat diketahui dari hasil tanggapan atau
jawaban responden yang telah diberikan, dari hasil tanggapan yang diberikan
responden tentang pelayanan BP3TKI Serang rata-rata menjawab tidak baik, serta
dari hasil dari keseluruhan M yang didapat sebesar 2 yang artinya pelayanan
BP3TKI Serang dalam penempatan dan perlindungan TKI asal Kabupaten Serang
masuk dalam kategori tidak baik.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, nilai thitung lebih kecil dari ttabel (-75,7<
1,650), maka hipotesis yang diajukan adalah pelayanan BP3TKI Serang dalam
pelayanan dan penempatan TKI asal Kabupaten Serang paling tinggi ≤ 65% atau
H0 dapat diterima dan Ha ditolak. Dalam hal ini hasil perbandingan jumlah data
yang terkumpul dengan skor ideal dari instrumen ditemukan bahwa pelayanan
BP3TKI sebesar 50,12%. Dengan demikian, pelayanan BP3TKI Serang dalam
Pelayanan dan Penempatan TKI asal Kabupaten Serang belum baik.
145
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran dari peneliti dapat
direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Pihak BP3TKI Serang seharusnya memperbaiki sarana dan prasarana
yang sudah rusak seperti kipas angin yang ada dalam ruang PAP,
penambahan kursi dalam ruang PAP dan ruang tunggu, penambahn loket
dan area parkir guna menunjang proses pelayanan di BP3TKI Serang.agar
kegiatan didalam ruangan berjalan secara efektif dan efisien. Sebab
selama ini fasilitas yang tersedia di BP3TKI Serang sangat terbatas
padahal jumlah TKI banyak.
2. Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indoinesia
(BP3TKI) Serang dapat menambah jumlah instruktur yang kompeten
guna memberikan pelayanan saat pembekalan akhir pemberangkatan TKI
untuk bekerja di luar negeri, sehingga para TKI dapat mudah mengerti
mengenai penempatan dan perlindungan saat bekerja di luar negeri.
Karena saat ini instruktur yang kompeten di bidang penempatan dan
perlindungan di BP3TKI Serang sangat terbatas, khususnya instruktur
untuk memberikan materi saat PAP
3. Kepastian waktu dari pihak BP3TKI Serang perlu ditingkatkan lagi dalam
hal datang tepat waktu dan kegiatan pembekalan akhir pemberangkatan
dimulai sesuai dengan waktu atau jam yang sudah ditentukan sebelumnya
dan jika ada perubahan jadwal seharusnya diberitahukan atau
diinformasikan dengan segera kepada TKI serta dalam pembuatan
KTKLN harus tepat waktu yaitu selesai dalam satu hari saja.
146
4. Kedisiplinan, kesopanan serta keramahan dari pegawai BP3TKI Serang
agar lebih ditingkatkan lagi terutama dalam hal kedisiplinan kerja untuk
datang tepat waktu sehingga dapat memberikan pelayanan secara
maksimal dan juga menerapkan senyum,salam, dan sapa kepada
pengguna layanan. Pengawasan juga dilakukan baik secara internal yaitu
dari atasan kepada pegawai yang melaksankan tugas pelayanan.
5. Perlu dilakukan evaluasi, pelatihan serta pengembangan bagi pegwai
BP3TKI Serang tentang bagaimana cara memberikan pelayanan yang
efektif dan efisien kepada pengguna layanan. Misalnya cara
berkomunikasi yang baik dan memahami kebutuhan dari pengguna
layanan.
DAFTAR PUSTAKA
Barata, Atep. 2004. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT.Elex. Media Komputindo.
Barnard, Chester I. 2005. Organisasi dan Manajemen, Struktur, Perilaku dan Proses. Jakarta: Gramedia.
Black, James A dan Champion, Dean J. 2009. Metode & Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta.
Burhan, Bungin. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Handoko, Hani. 2003. Manajemen Personalia & Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Kasim, Azhar.1993. Pengukuran Efektivitas Dalam Oragnisasi. Jakarta: LPFE UI
Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Lukman, Sampara. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. Yogyakarta: Nur Cahaya
Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia & Efektivitas Organisasi. Jakarta:PT.Raja GRAFINDO PERSADA.
Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipasi dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Jakarta.
Moenir. 2003. Manajemen Pelayanan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nuridin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Ratminto, Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisasi. Yogyakarta: STIM YKPN.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
________. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tangkilisan, Hessel. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: PT.Grasindo.
Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi:Konsep Dasar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Fisipol UGM.
Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Pranada Media
Sumber Lain
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Luar Negeri
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
Keputusan MENPAN Nomor 36 Nomor 2012 Tentang Standar Pelayanan
BNP2TKI.go.id
’
KUISIONER
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i
Di- Tempat Dengan hormat,
Saya mahasiswi Program Strata 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Fakultas Imu Sosial dan Imu Politik Prodi Administrasi Negara: Nama : Veronica T.D Karurukan NIM : 6661110597
Sedang melakukan penelitian tentang “Pelayanan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang dalam Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Asal Kabupaten Serang”. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I member jawaban yang sejujur-jujurnya terhadap sejumlah pernyataan di bawah ini.
Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu/Saudara/I atas perhatian dan kerjasamanya.
Serang, Mei 2015 Hormat Saya
Veronica Karurukan
Informasi Responden
I. Petunjuk
1. Berikan tanda checklist ( ) pada jawaban yang anda pilih
2. Untuk memudahkan dalam mengisi data, mohon diisi sesuai dengan keadaan dan
kondisi yang terjadi di lapangan
3. Keterangan dari jawaban:
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
II. Identitas Responden
1. Nomor Responden :
(diisi oleh peneliti)
2. Nama : ………………………… (boleh tidak diisi)
3. Umur
No
Pernyataan
Jawaban SS S TS STS
Tangibles : Penyediaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
1 Ruang tunggu yang bersih dan terdapat pendingin ruangan
2 Terdapat loket pelayanan untuk membantu pengguna layanan memperoleh pelayanan
3 Pegawai selalu berpenampilan rapih 4 Tersedianya area parkir untuk pengguna
layanan
5 Tersedianya instruktur yang kompeten 6 Fasilitas di ruang pembekalan akhir
pemberangkatan di BP3TKI Serang cukup memadai
7 BP3TKI Serang memiliki pegawai yang cukup
8 Pegawai selalu menerapkan senyum, sapa, dan salam kepada pengguna layanan
9 Pegawai selalu ada saat jam kerja Reliability : pemberian pelayanan yang tepat dan benar 10 Pegawai teliti dalam memeriksa berkas TKI 11 Pegawai memberikan pelayanan tanpa
memandang status sosial
12 Pegawai BP3TKI Serang memberikan pelayanan selalu mengacu pada peraturan yang ditentukan
13 Semua keluhan dan pengaduan diselesaikan dengan segera oleh pegawai BP3TKI Serang
14 Pegawai memberikan pelayanan dengan cepat dan tidak berbelit-belit
15 Pembekalan akhir pemberangkatan di BP3TKI Serang sesuai jadwal
16 Pegawai selalu memberitahu pengguna layanan bia ada perubahan jadwal pembekalan akhir pemberangkatan
17 Pegawai selalu memberikan informasi yang akurat
18 Kinerja pegawai menumbuhkan rasa percaya pengguna layanan
Responsiveness : adanya keinginan untuk melayanani konsumen
19 Pegawai menanggapi kebutuhan pengguna layanan
20 Pegawai memberikan pembekalan akhir pemberangkatan sesuai kebutuhan pengguna layanan
21 Pegawai selalu terampil dalam melayani pengguna layanan
22 Pegawai selalu menjalakan tugas secara professional
23 Pegawai BP3TKI Serang menanggapi keluhan dari pengguna layanan dengan baik
24 Respon pegawai cepat dalam menjawab keluhan dari pengguna layanan
25 Pengguna layanan tidak kesulitan dalam mendapatkan pelayanan
26 Pegawai tidak pernah membuat kesalahan dalam pembuatan KTKLN
27 Pegawai disiplin dalam bekerja Assurance : Adanya perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan 28 Pegawai memiliki pengetahuan yang baik
tentang pelayanan di BP3TKI Serang
29 Pegawai selalu memberikan informasi yang terbaru tentang penempatan dan perlindungan TKI saat sosialisasi
30 Petugas selalu bersikap ramah 31 Pegawai selalu siap mendengar
kebutuhan/keluhan dari pengguna layanan
32 Petugas selalu berpenampilan menarik saat jam kerja
33 Pegawai BP3TKI Serang selalu bersikap dan berpenampilan sopan dalam memberikan pelayanan
34 Pelayanan pembuatan KTKLN tepat waktu 35 Ada jaminan kerahasiaan data-data pengguna
layanan
36 BP3TKI Serang selalu memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan melalui media brosur
Emphaty: Adanya kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen 37 Pegawai mampu menjelaskan prosedur/alur
kepada pengguna layanan dengan baik
38 Pegawai mampu berkomunikasi dengan baik kepada pengguna layanan
39 Pengguna layanan mudah memahami setiap informasi yang disampaikan pihak BP3TKI Serang
40 Pegawai selalu berada saat jam kerja ketika pengguna layanan membutuhkan bantuan
41 Pegawai mudah dihubungi oleh pengguna layanan
42 Letak/lokasi BP3TKI Serang strategis 43 Pegawai memberikan perhatian kepada
pengguna layanan
44 Ketersediaan website yang memudahkan pengguna layanan mendapatkan informasi
45 BP3TKI Serang rutin mengadakan program sosialisasi guna menyampaikan informasi kepada pengguna layanan
www.hukumonline.com
11 / 47
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 39 TAHUN 2004
TENTANG
PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, dihormati, dan dijamin penegakannya;
b. bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan;
c. bahwa tenaga kerja Indonesia di luar negeri sering dijadikan obyek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia;
d. bahwa negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, dan anti perdagangan manusia;
e. bahwa penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri merupakan suatu upaya untuk mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan harkat, martabat, hak asasi manusia, dan perlindungan hukum serta pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan nasional;
f. bahwa penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri perlu dilakukan secara terpadu antara instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dan peran serta masyarakat dalam suatu, sistem hukum guna melindungi tenaga kerja Indonesia yang -ditempatkan di luar negeri;
g. bahwa peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan yang ada belum mengatur secara memadai, tegas, dan terperinci mengenai penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri;
h. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri diatur dengan Undang-undang;
i. bahwa berdasarkan pertimbangan, sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h, perlu membentuk Undang-undang tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Mengingat:
1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 27 ayat (2), Pasal 28 D ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 E ayat (1) dan ayat (3), Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
www.hukumonline.com
22 / 47
2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor
39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279).
Dengan Persetujuan Bersama:
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
BAB I KETENTUAN
UMUM
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
Pasal 1
1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.
2. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
3. Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.
4. Perlindungan TKI adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.
5. Pelaksana penempatan TKI swasta adalah badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri.
6. Mitra Usaha adalah instansi atau badan usaha berbentuk badan hukum di negara tujuan yang bertanggung jawab menempatkan TKI pada Pengguna.
7. Pengguna Jasa TKI yang selanjutnya disebut dengan Pengguna adalah instansi Pemerintah, Badan Hukum Pemerintah, Badan Hukum Swasta, dan/atau Perseorangan di negara tujuan yang mempekerjakan TKI.
8. Perjanjian Kerja Sama Penempatan adalah perjanjian tertulis antara pelaksana penempatan TKI swasta
www.hukumonline.com
33 / 47
dengan Mitra Usaha atau Pengguna yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam rangka penempatan serta perlindungan TKI di negara tujuan.
9. Perjanjian Penempatan TKI adalah perjanjian tertulis antara pelaksana penempatan TKI swasta dengan calon TKI yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam rangka penempatan TKI di negara tujuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
10. Perjanjian Kerja adalah perjanjian tertulis antara TKI dengan Pengguna yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban - masing-masing pihak.
11. Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri yang selanjutnya disebut dengan KTKLN adalah kartu identitas bagi TKI yang memenuhi persyaratan dan prosedur untuk bekerja di luar negeri.
12. Visa Kerja adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada perwakilan suatu negara yang memuat persetujuan untuk masuk dan melakukan pekerjaan di negara yang bersangkutan.
13. Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI yang selanjutnya disebut SIPPTKI adalah izin tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta.
14. Surat Izin Pengerahan yang selanjutnya disebut SIP adalah izin yang diberikan Pemerintah kepada pelaksana penempatan TKI swasta untuk merekrut calon TKI dari daerah tertentu, untuk jabatan tertentu, dan untuk dipekerjakan pada calon Pengguna tertentu dalam jangka waktu tertentu.
15. Orang adalah pihak orang perseorangan atau badan hukum.
16. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para Menteri.
17. Menteri adalah Menteri yang bertanggung, j,awab di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 2
Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI berasaskan keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, serta anti perdagangan manusia.
Pasal 3
Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk:
a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;
b. menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;
c. meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.
Pasal 4
Orang perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri.
BAB II
TUGAS, TANGGUNG JAWAB, DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH
Pasal 5
www.hukumonline.com
44 / 47
(1) Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan
dan perlindungan TKI di luar negeri.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dapat melimpahkan sebagian wewenangnya dan/atau tugas perbantuan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di luar negeri.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Pemerintah berkewajiban:
a. menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang berangkat melalui pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri;
b. mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;
c. membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri;
d. melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan; dan
e. memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum pemberangkatan, masa penempatan, dan masa purna penempatan.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN TKI
Pasal 8
Setiap calon TKI/TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk:
a. bekerja di luar negeri;
b. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan prosedur penempatan TKI di luar negeri;
c. memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri;
d. memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya;
e. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan;
f. memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara tujuan;
g. memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan di luar negeri;
h. memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal;
www.hukumonline.com
55 / 47
i. memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.
Setiap calon TKI/TKI mempunyai kewajiban untuk:
Pasal 9
a. menaati peraturan perundang-undangan baik di dalam negeri maupun di negara tujuan;
b. menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja;
c. membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan; dan
d. memberitahukan atau melaporkan kedatangan, keberadaan dan kepulangan TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.
BAB IV
PELAKSANA PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI
Pasal 10
Pelaksana penempatan TKI di luar negeri terdiri dari:
a. Pemerintah;
b. Pelaksana penempatan TKI swasta.
Pasal 11
(1) Penempatan TKI di luar negeri oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, hanya dapat dilakukan atas dasar perjanjian secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah negara Pengguna TKI atau Pengguna berbadan hukum di negara tujuan.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan penempatan TKI oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 12
Perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b wajib mendapat izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri.
Pasal 13
(1) Untuk dapat memperoleh SIPPTKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, pelaksana penempatan TKI swasta harus memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum perseroan terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan peraturan perundang- undangan;
b. memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, sekurang-kurangnya sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);
c. menyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk deposito sebesar Rp500.000.000,00
www.hukumonline.com
66 / 47
(lima ratus juta rupiah) pada bank pemerintah;
d. memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri sekurang-kurangnya untuk kurun waktu 3 (tiga) tahun berjalan;
e. memiliki unit pelatihan kerja; dan
f. memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI.
(2) Sesuai dengan perkembangan keadaan, besarnya modal disetor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan jaminan dalam bentuk deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dapat ditinjau kembali dan diubah dengan Peraturan Menteri.
(3) Ketentuan mengenai penyusunan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dan bentuk serta standar yang harus dipenuhi untuk sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 14
(1) Izin untuk melaksanakan penempatan TKI di luar negeri diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun sekali.
(2) Perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada pelaksana penempatan TKI swasta selain harus memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. telah melaksanakan kewajibannya untuk memberikan laporan secara periodik kepada Menteri;
b. telah melaksanakan penempatan sekurang-kurangnya 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari rencana penempatan pada waktu memperoleh SIPPTKI;
c. masih memiliki sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar yang ditetapkan;
d. memiliki neraca keuangan selama 2 (dua) tahun terakhir tidak mengalami kerugian yang di audit akuntan publik; dan
e. tidak dalam kondisi diskors.
Pasal 15
Tata cara pemberian dan perpanjangan SIPPTKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 16
Deposito hanya dapat dicairkan dalam hal pelaksana penempatan TKI swasta tidak memenuhi kewajiban terhadap calon TKI/TKI sebagaimana telah diperjanjikan dalam perjanjian penempatan.
Pasal 17
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta wajib menambah biaya keperluan penyelesaian perselisihan atau sengketa calon TKI/TKI apabila deposito yang digunakan tidak mencukupi.
(2) Pemerintah mengembalikan deposito kepada pelaksana penempatan TKI swasta apabila masa berlaku SIPPTKI telah berakhir dan tidak diperpanjang lagi atau SIPPTKI dicabut.
www.hukumonline.com
77 / 47
(3) Ketentuan mengenai penyetoran, penggunaan, pencairan, dan pengembalian deposito sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 18
(1) Menteri dapat mencabut SIPPTKI apabila pelaksana penempatan TKI swasta:
a. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13; atau
b. tidak melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dan/atau melanggar larangan dalam penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang diatur dalam Undang-undang ini.
(2) Pencabutan SIPPTKI oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi tanggung jawab pelaksana penempatan TKI swasta terhadap TKI yang telah ditempatkan dan masih berada di luar negeri.
(3) Tata cara pencabutan SIPPTKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 19
Pelaksana penempatan TKI swasta dilarang mengalihkan atau memindahtangankan SIPPTKI kepada pihak lain.
Pasal 20
(1) Untuk mewakili kepentingannya, pelaksana penempatan TKI swasta wajib mempunyai perwakilan di negara TKI ditempatkan.
(2) Perwakilan pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus berbadan hukum yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan di negara tujuan.
Pasal 21
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta dapat membentuk kantor cabang di daerah di luar wilayah domisili kantor pusatnya.
(2) Kegiatan yang dilakukan oleh kantor cabang pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi tanggung jawab kantor pusat pelaksana penempatan TKI swasta.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan kantor cabang pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 22
Pelaksana penempatan TKI swasta hanya dapat memberikan kewenangan kepada kantor cabang untuk:
a. melakukan penyuluhan dan pendataan calon TKI;
b. melakukan pendaftaran dan seleksi calon TKI;
c. menyelesaikan kasus calon TKI/TKI pada pra atau purna penempatan; dan
d. menandatangani perjanjian penempatan dengan calon TKI atas nama pelaksana penempatan TKI swasta.
www.hukumonline.com
88 / 47
Pasal 23
Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh kantor cabang pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, menjadi tanggung jawab kantor pusat pelaksana penempatan TKI swasta.
Pasal 24
(1) Penempatan TKI pada Pengguna perseorangan harus melalui Mitra Usaha di negara tujuan.
(2) Mitra Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbentuk badan hukum yang didirikan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan di negara tujuan.
Pasal 25
(1) Perwakilan Republik Indonesia melakukan penilaian terhadap Mitra Usaha dan Pengguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.
(2) Hasil penilaian terhadap Mitra Usaha dan Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan sebagai pertimbangan Perwakilan Republik Indonesia dalam memberikan persetujuan atas dokumen yang dipersyaratkan dalam penempatan TKI di luar negeri.
(3) Berdasarkan hasil penilaian terhadap Mitra Usaha dan Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Perwakilan Republik Indonesia menetapkan Mitra Usaha dan Pengguna yang bermasalah dalam daftar Mitra Usaha dan Pengguna bermasalah.
(4) Pemerintah mengumumkan daftar Mitra Usaha dan Pengguna bermasalah secara periodik setiap 3 (tiga) bulan.
(5) Ketentuan mengenai tata,cara penilaian dan penetapan Mitra Usaha dan Pengguna baik bermasalah maupun tidak bermasalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 26
(1) Selain oleh Pemerintah dan pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, perusahaan dapat menempatkan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaannya sendiri atas dasar izin tertulis dari Menteri.
(2) Penempatan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi persyaratan:
a. perusahaan yang bersangkutan harus berbadan hukum yang dibentuk berdasarkan hukum Indonesia;
b. TKI yang ditempatkan merupakan pekerja perusahaan itu sendiri;
c. perusahaan memiliki bukti hubungan kepemilikan atau perjanjian pekerjaan yang diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia;
d. TKI telah memiliki perjanjian kerja;
e. TKI telah diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dan/atau memiliki polis asuransi; dan
f. TKI yang ditempatkan wajib memiliki KTKLN.
www.hukumonline.com
99 / 47
(3) Ketentuan mengenai penempatan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaan sendiri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
BAB V
TATA CARA PENEMPATAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 27
(1) Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia atau ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja asing.
(2) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan atas pertimbangan keamanan Pemerintah menetapkan negara-negara tertentu tertutup bagi penempatan TKI dengan Peraturan Menteri.
Pasal 28
Penempatan TKI pada pekerjaan dan jabatan tertentu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 29
(1) Penempatan calon TKI/TKI di luar negeri diarahkan pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan.
(2) Penempatan calon TKI/TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak azasi manusia, perlindungan hukum, pemerataan kesempatan kerja, dan ketersediaan tenaga kerja dengan mengutamakan kepentingan nasional.
Pasal 30
Setiap orang dilarang menempatkan calon TKI/TKI pada jabatan dan tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma kesusilaan serta peraturan perundang-undangan, baik di Indonesia maupun di negara tujuan atau di negara tujuan yang telah dinyatakan tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27.
Bagian Kedua
Pra Penempatan TKI
Pasal 31
Kegiatan pra penempatan TKI di luar negeri meliputi:
www.hukumonline.com
1010 / 47
a. pengurusan SIP;
b. perekrutan dan seleksi;
c. pendidikan dan pelatihan kerja;
d. pemeriksaan kesehatan dan psikologi;
e. pengurusan dokumen;
f. uji kompetensi;
g. pembekalan akhir pemberangkatan (PAP); dan
h. pemberangkatan.
Paragraf 1
Surat Izin Pengerahan
Pasal 32
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta yang akan melakukan perekrutan wajib memiliki SIP dari Menteri.
(2) Untuk mendapatkan SIP, pelaksana penempatan TKI swasta harus memiliki:
a. perjanjian kerjasama penempatan;
b. surat permintaan TKI dari Pengguna;
c. rancangan perjanjian penempatan; dan
d. rancangan perjanjian kerja.
(3) Surat permintaan TKI dari Pengguna, perjanjian kerja sama penempatan, dan rancangan perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf d harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.
(4) Tata cara penerbitan SIP diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 33
Pelaksana penempatan TKI swasta dilarang mengalihkan atau memindahtangankan SIP kepada pihak lain untuk melakukan perekrutan calon TKI.
Paragraf 2
Perekrutan dan Seleksi
Pasal 34
(1) Proses perekrutan didahului dengan memberikan informasi kepada calon TKI sekurang-kurangnya tentang:
a. tata cara perekrutan;
b. dokumen yang diperlukan;
www.hukumonline.com
1111 / 47
c. hak dan kewajiban calon TKI/TKI;
d. situasi, kondisi, dan resiko di negara tujuan; dan
e. tata cara perlindungan bagi TKI.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan secara lengkap dan benar.
(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), wajib mendapatkan persetujuan dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan disampaikan oleh pelaksana penempatan TKI swasta.
Pasal 35
Perekrutan calon TKI oleh pelaksana penempatan TKI swasta wajib dilakukan terhadap calon TKI yang telah memenuhi persyaratan:
a. berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun kecuali bagi calon TKI yang akan dipekerjakan pada Pengguna perseorangan sekurang-kurangnya berusia 21 (dua puluh satu) tahun;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. tidak dalam keadaan hamil bagi calon tenaga kerja perempuan; dan
d. berpendidikan sekurang-kurangnya lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau yang sederajat.
Pasal 36
(1) Pencari kerja yang berminat bekerja ke luar negeri harus terdaftar pada instansi Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
(2) Pendaftaran pencari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri.
Pasal 37
Perekrutan dilakukan oleh pelaksana penempatan TKI swasta dari pencari kerja yang terdaftar pada instansi Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1).
Pasal 38
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta membuat dan menandatangani perjanjian penempatan dengan pencari kerja yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi dalam proses perekrutan.
(2) Perjanjian penempatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketahui oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.
Pasal 39
Segala biaya yang diperlukan dalam kegiatan perekrutan calon TKI, dibebankan dan menjadi tanggung jawab pelaksana penempatan TKI swasta.
www.hukumonline.com
1212 / 47
Pasal 40
Ketentuan mengenai tata cara perekrutan calon TKI, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Paragraf 3
Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Pasal 41
(1) Calon TKI wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai dengan persyaratan jabatan.
(2) Dalam hal TKI belum memiliki sertifikat kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksana penempatan TKI swasta wajib melakukan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
Pasal 42
(1) Calon TKI berhak mendapat pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
(2) Pendidikan dan pelatihan kerja bagi calon TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk:
a. membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja calon TKI;
b. memberi pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat, budaya, agama, dan risiko bekerja di luar negeri;
c. membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan; dan
d. memberi pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban calon TKI/TKI.
Pasal 43
(1) Pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan oleh pelaksana penempatan tenaga kerja swasta atau lembaga pelatihan kerja yang telah memenuhi persyaratan.
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan kerja.
Pasal 44
Calon TKI memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, dalam bentuk sertifikat kompetensi dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang telah terakreditasi oleh instansi yang berwenang apabila lulus dalam sertifikasi kompetensi kerja.
Pasal 45
Pelaksana penempatan TKI swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak lulus dalam uji kompetensi kerja.
www.hukumonline.com
1313 / 47
Pasal 46
Calon TKI yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan dilarang untuk dipekerjakan.
Pasal 47
Ketentuan mengenai pendidikan dan pelatihan kerja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Paragraf 4
Pemeriksaan Kesehatan dan Psikologi
Pasal 48
Pemeriksaan kesehatan dan psikologi bagi calon TKI dimaksudkan untuk mengetahui derajat kesehatan dan tingkat kesiapan psikis serta kesesuaian kepribadian calon TKI dengan pekerjaan yang akan dilakukan di negara tujuan.
Pasal 49
(1) Setiap calon TKI harus mengikuti pemeriksaan kesehatan dan psikologi yang diselenggarakan oleh sarana kesehatan dan lembaga yang menyelenggarakan pemeriksaan psikologi, yang ditunjuk oleh Pemerintah.
(2) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan dan psikologi bagi calon TKI dan penunjukan sarana kesehatan dan lembaga yang menyelenggarakan pemeriksaan psikologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.
Pasal 50
Pelaksana penempatan TKI swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan psikologi.
Paragraf 5
Pengurusan Dokumen
Pasal 51
Untuk dapat ditempatkan di luar negeri, calon TKI harus memiliki dokumen yang meliputi
a. Kartu Tanda Penduduk, ijazah pendidikan terakhir, akte kelahiran, atau surat keterangan kenal lahir;
b. surat keterangan status perkawinan, bagi yang telah menikah melampirkan copy buku nikah;
c. surat keterangan izin suami atau istri, izin orang tua, atau izin wali;
d. sertifikat kompetensi kerja;
e. surat keterangan sehat berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dan psikologi;
f. paspor yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi setempat;
www.hukumonline.com
1414 / 47
g. visa kerja;
h. perjanjian penempatan TKI;
i. perjanjian kerja; dan
j. KTKLN.
Pasal 52
(1) Perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf h dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh calon TKI dan pelaksana penempatan TKI swasta setelah calon TKI yang bersangkutan terpilih dalam perekrutan.
(2) Perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya memuat:
a. nama dan alamat pelaksana penempatan TKI swasta;
b. nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan alamat calon TKI;
c. nama dan alamat calon P engguna;
d. hak dan kewajiban para pihak dalam rangka penempatan TKI di luar negeri yang harus sesuai dengan kesepakatan dan syarat-syarat yang ditentukan oleh calon Pengguna tercantum dalam perjanjian kerjasama penempatan;
e. jabatan dan jenis pekerjaan calon TKI sesuai permintaan Pengguna;
f. jaminan pelaksana penempatan TKI swasta kepada calon TKI dalam hal Pengguna tidak memenuhi kewajibannya kepada TKI sesuai perjanjian kerja;
g. waktu keberangkatan calon TKI;
h. biaya penempatan yang harus ditanggung oleh calon TKI dan cara pembayarannya;
i. tanggung jawab pengurusan penyelesaian masalah;
j. akibat atas terjadinya pelanggaran perjanjian penempatan TKI oleh salah satu pihak; dan
k. tanda tangan para pihak dalam perjanjian penempatan TKI.
(3) Ketentuan dalam perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuat sekurang- kurangnya rangkap 2 (dua) dengan bermaterai cukup dan masing-masing pihak mendapat 1 (satu) perjanjian penempatan TKI yang mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Pasal 53
Perjanjian penempatan TKI tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah, kecuali atas persetujuan para pihak.
Pasal 54
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta wajib melaporkan setiap perjanjian penempatan TKI kepada instansi Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan melampirkan copy atau salinan perjanjian penempatan TKI.
www.hukumonline.com
1515 / 47
Bagian Ketiga
Perjanjian Kerja
Pasal 55
(1) Hubungan kerja antara Pengguna dan TKI terjadi setelah perjanjian kerja disepakati dan ditandatangani oleh para pihak.
(2) Setiap TKI wajib menandatangani perjanjian kerja sebelum TKI yang bersangkutan diberangkatkan ke luar negeri.
(3) Perjanjian kerja ditandatangani di hadapan pejabat instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
(4) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disiapkan oleh pelaksana penempatan TKI swasta.
(5) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), sekurang-kurangnya memuat:
a. nama dan alamat Pengguna;
b. nama dan alamat TKI;
c. jabatan`atau jenis pekerjaan TKI;
d. hak dan kewajiban para pihak;
e. kondisi dan syarat kerja yang meliputi jam kerja, upah dan tata cara pembayaran, hak cuti dan waktu istirahat, fasilitas dan jaminan sosial; dan
f. jangka waktu perjanjian kerja.
Pasal 56
(1) Perjanjian kerja dibuat untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun.
(2) Dikecualikan dari ketentuan jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jabatan atau jenis pekerjaan tertentu.
(3) Ketentuan mengenai jabatan atau jenis pekerjaan tertentu yang dikecualikan dari jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 57
(1) Perpanjangan jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1), dapat dilakukan oleh TKI yang bersangkutan atau melalui pelaksana penempatan TKI swasta.
(2) Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disepakati oleh para pihak sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum perjanjian kerja pertama berakhir.
Pasal 58
(1) Perjanjian kerja perpanjangan dan jangka waktu perpanjangan perjanjian kerja wajib mendapat persetujuan dari pejabat berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.
www.hukumonline.com
1616 / 47
(2) Pengurusan untuk mendapatkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
dan menjadi tanggung jawab pelaksana penempatan TKI swasta.
(3) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh persetujuan perjanjian kerja dan perpanjangan jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 59
TKI yang bekerja pada Pengguna perseorangan yang telah berakhir perjanjian kerjanya dan akan memperpanjang perjanjian kerja, TKI yang bersangkutan harus pulang terlebih dahulu ke Indonesia.
Pasal 60
Dalam hal perpanjangan dilakukan sendiri oleh TKI yang bersangkutan, maka pelaksana penempatan TKI swasta tidak bertanggung jawab atas risiko yang menimpa TKI dalam masa perpanjangan perjanjian kerja.
Pasal 61
Bagi TKI yang bekerja pada Pengguna perseorangan, apabila selama masa berlakunya perjanjian kerja terjadi perubahan jabatan atau jenis pekerjaan, atau pindah Pengguna, maka perwakilan pelaksana penempatan TKI swasta wajib mengurus perubahan perjanjian kerja dengan membuat perjanjian kerja baru dan melaporkannya kepada Perwakilan Republik Indonesia.
Pasal 62
(1) Setiap TKI yang ditempatkan di luar negeri, wajib memiliki dokumen KTKLN yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
(2) KTKLN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai kartu identitas TKI selama masa penempatan TKI di negara tujuan.
Pasal 63
(1) KTKLN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 hanya dapat diberikan apabila TKI yang bersangkutan:
a. telah memenuhi persyaratan dokumen penempatan TKI di luar negeri;
b. telah mengikuti Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP); dan
c. telah diikutsertakan dalam perlindungan program asuransi.
(2) Ketentuan mengenai bentuk, persyaratan, dan tata cara memperoleh KTKLN diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 64
Pelaksana penempatan TKI swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak memiliki KTKLN.
Pasal 65
www.hukumonline.com
1717 / 47
Pelaksana penempatan TKI swasta bertanggung jawab atas kelengkapan dokumen penempatan yang diperlukan.
Pasal 66
Pemerintah wajib menyediakan pos-pos pelayanan di pelabuhan pemberangkatan dan pemulangan TKI yang dilengkapi dengan fasilitas yang memenuhi syarat.
Pasal 67
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta wajib memberangkatkan TKI ke luar negeri yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 sesuai dengan perjanjian penempatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2).
(2) Pelaksana penempatan TKI swasta wajib melaporkan setiap keberangkatan calon TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.
(3) Pemberangkatan TKI ke luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui tempat pemeriksaan imigrasi yang terdekat,
Pasal 68
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta wajib mengikutsertakan TKI yang diberangkatkan ke luar negeri dalam program asuransi.
(2) Jenis program asuransi yang wajib diikuti oleh TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), , diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 69
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta wajib mengikutsertakan TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri dalam pembekalan akhir pemberangkatan.
(2) Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan pendalaman terhadap:
a. peraturan perundang-undangan di negara tujuan; dan
b. materi perjanjian kerja.
(3) Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) menjadi tanggung jawab Pemerintah.
(4) Ketentuan mengenai Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Bagian Keempat
Masa Tunggu di Penampungan
Pasal 70
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta dapat menampung calon TKI sebelum pemberangkatan.
www.hukumonline.com
1818 / 47
(2) Lamanya penampungan disesuaikan dengan jabatan dan/atau jenis pekerjaan yang akan dilakukan di
negara tujuan.
(3) Selama masa penampungan, pelaksana penempatan TKI swasta wajib memperlakukan calon TKI secara wajar dan manusiawi.
(4) Ketentuan mengenai standar tempat penampungan dan lamanya penampungan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kelima
Masa Penempatan
Pasal 71
(1) Setiap TKI wajib melaporkan kedatangannya kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.
(2) Kewajiban untuk melaporkan kedatangan sebagaimana dimaksud, pada ayat (1) bagi TKI yang bekerja pada Pengguna perseorangan dilakukan oleh pelaksana penempatan TKI swasta.
Pasal 72
Pelaksana penempatan TKI swasta dilarang menempatkan TKI yang tidak sesuai dengan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perjanjian kerja yang disepakati dan ditandatangani TKI yang bersangkutan.
Bagian Keenam
Purna Penempatan
(1) Kepulangan TKI terjadi karena:
a. berakhirnya masa perjanjian kerja;
Pasal 73
b. pemutusan hubungan kerja sebelum masa perjanjian kerja berakhir;
c. terjadi perang, bencana alam, atau wabah penyakit di negara tujuan;
d. mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan tidak bisa menjalankan pekerjaannya lagi;
e. meninggal dunia di negara tujuan;
f. cuti; atau
g. dideportasi oleh pemerintah setempat.
(2) Dalam hal TKI meninggal dunia di negara tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, pelaksana penempatan TKI berkewajiban:
a. memberitahukan tentang kematian TKI kepada keluarganya paling lambat 3 (tiga) kali 24 (dua puluh empat) jam sejak diketahuinya kematian tersebut;
b. mencari informasi tentang sebab-sebab kematian dan memberitahukannya kepada pejabat Perwakilan Republik Indonesia dan anggota keluarga TKI yang bersangkutan;
www.hukumonline.com
1919 / 47
c. memulangkan jenazah TKI ke tempat asal dengan cara yang layak serta menanggung semua biaya
yang diperlukan, termasuk biaya penguburan sesuai dengan tata cara agama TKI yang bersangkutan;
d. mengurus pemakaman di negara tujuan penempatan TKI atas persetujuan pihak keluarga TKI atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara yang bersangkutan;
e. memberikan perlindungan terhadap seluruh harta milik TKI untuk kepentingan anggota keluarganya; dan
f. mengurus pemenuhan semua hak-hak TKI yang seharusnya diterima.
(3) Dalam hal terjadi perang, bencana alam, wabah penyakit, dan deportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dan huruf g, Perwakilan Republik Indonesia, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah bekerja sama mengurus kepulangan TKI sampai ke daerah asal TKI.
Pasal 74
(1) Setiap TKI yang akan kembali ke Indonesia wajib melaporkan kepulangannya kepada Perwakilan Republik Indonesia negara tujuan.
(2) Pelaporan bagi TKI yang bekerja pada Pengguna perseorangan dilakukan oleh pelaksana penempatan TKI swasta.
Pasal 75
(1) Kepulangan TKI dari negara tujuan sampai tiba di daerah asal menjadi tanggung jawab pelaksana penempatan TKI.
(2) Pengurusan kepulangan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hal:
a. pemberian kemudahan atau fasilitas kepulangan TKI;
b. pemberian fasilitas kesehatan bagi TKI yang sakit dalam kepulangan; dan
c. pemberian upaya perlindungan terhadap TKI dari kemungkinan adanya tindakan pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab dan dapat merugikan TKI dalam kepulangan.
(3) Pemerintah dapat mengatur kepulangan TKI.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemulangan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Bagian Ketujuh
Pembiayaan
Pasal 76
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta hanya dapat membebankan biaya penempatan kepada calon TK1 untuk komponen biaya:
a. pengurusan dokumen jati diri;
b. pemeriksaan kesehatan dan psikologi; dan
www.hukumonline.com
2020 / 47
c. pelatihan kerja dan sertifikasi kompetensi kerja.
(2) Biaya selain biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
(3) Komponen biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus transparan dan memenuhi asas akuntabilitas.
BAB VI
PERLINDUNGAN TKI
Pasal 77
(1) Setiap calon TKI/TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan.
Pasal 78
(1) Perwakilan Republik Indonesia memberikan perlindungan terhadap TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta hukum dan kebiasaan internasional.
(2) Dalam rangka perlindungan TKI di luar negeri, Pemerintah dapat menetapkan jabatan Atase Ketenagakerjaan pada Perwakilan Republik Indonesia tertentu.
(3) Penugasan Atase Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 79
Dalam rangka pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri, Perwakilan Republik Indonesia melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perwakilan pelaksana penempatan TKI swasta dan TKI yang ditempatkan di luar negeri.
Pasal 80
(1) Perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri dilaksanakan antara lain:
a. pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di negara tujuan serta hukum dan kebiasaan internasional;
b. pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja dan/atau peraturan perundang-undangan di negara TKI ditempatkan.
(2) Ketentuan mengenai pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 81
(1) Dengan pertimbangan untuk melindungi calon TKI/TKI, pemerataan kesempatan kerja dan/atau untuk kepentingan ketersediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan nasional, Pemerintah dapat
www.hukumonline.com
2121 / 47
menghentikan dan/atau melarang penempatan TKI di luar negeri untuk negara tertentu atau penempatan TKI pada jabatan-jabatan tertentu di luar negeri.
(2) Dalam menghentikan dan/atau melarang penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah memperhatikan saran dan pertimbangan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI.
(3) Ketentuan mengenai penghentian dan pelarangan penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 82
Pelaksana penempatan TKI swasta bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan kepada calon TKI/TKI sesuai dengan perjanjian penempatan.
Pasal 83
Setiap calon TKI/TKI yang bekerja ke luar negeri baik secara perseorangan maupun yang ditempatkan oleh pelaksana penempatan TKI swasta wajib mengikuti program pembinaan dan perlindungan TKI.
Pasal 84
Program pembinaan dan perlindungan TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VII PENYELESAIAN
PERSELISIHAN
Pasal 85
(1) Dalam hal terjadi sengketa antara TKI dengan pelaksana penempatan TKI swasta mengenai pelaksanaan perjanjian penempatan, maka kedua belah pihak mengupayakan penyelesaian secara damai dengan cara bermusyawarah.
(2) Dalam hal penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka salah satu atau kedua belah pihak dapat meminta bantuan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota, Provinsi atau Pemerintah.
BAB VIII
PEMBINAAN
Pasal 86
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri,
(2) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dapat mengikutsertakan pelaksana penempatan TKI swasta, organisasi dan/atau masyarakat.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan secara terpadu dan
www.hukumonline.com
2222 / 47
terkoordinasi.
Pasal 87
Pembinaan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86, dilakukan dalam bidang:
a. informasi;
b. sumber daya manusia; dan
c. perlindungan TKI.
Pasal 88
Pembinaan oleh Pemerintah dalam bidang informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf a, dilakukan dengan:
a. membentuk sistem dan jaringan informasi yang terpadu mengenai pasar kerja luar negeri yang dapat diakses secara meluas oleh masyarakat;
b. memberikan informasi keseluruhan proses dan prosedur mengenai penempatan TKI di luar negeri termasuk risiko bahaya yang mungkin terjadi selama masa penempatan TKI di luar negeri.
Pasal 89
Pembinaan oleh Pemerintah dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf b, dilakukan dengan
a. meningkatkan kualitas keahlian dan/atau keterampilan kerja calon TKI/TKI yang akan ditempatkan di luar negeri termasuk kualitas kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing;
b. membentuk dan mengembangkan pelatihan kerja yang sesuai dengan standar dan persyaratan yang ditetapkan.
Pasal 90
Pembinaan oleh Pemerintah dalam bidang perlindungan TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf c, dilakukan dengan:
a. memberikan bimbingan dan advokasi bagi TKI mulai dari pra penempatan, masa penempatan dan purna penempatan;
b. memfasilitasi penyelesaian perselisihan atau sengketa calon TKI/TKI dengan Pengguna dan/atau pelaksana penempatan TKI;
c. menyusun dan mengumumkan daftar Mitra Usaha dan Pengguna bermasalah secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
d. melakukan kerja sama internasional dalam rangka perlindungan TKI sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
Pasal 91
(1) Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang telah berjasa dalam pembinaan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri.
www.hukumonline.com
2323 / 47
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diber4kan dalam bentuk piagam, uang,
dan/atau bentuk lainnya.
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 92
(1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
(2) Pengawasan terhadap penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri dilaksanakan oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.
(3) Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 93
(1) Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib melaporkan hasil pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang ada di daerahnya sesuai dengan tugas, fungsi, dan wewenangnya kepada Menteri.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
BAB X
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI
Pasal 94
(1) Untuk menjamin dan mempercepat terwujudnya tujuan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, diperlukan pelayanan dan tanggung jawab yang terpadu.
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI.
(3) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), merupakan lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab kepada Presiden yang berkedudukan di Ibukota Negara.
Pasal 95
(1) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi.
(2) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Nasional Penempatan dan
www.hukumonline.com
2424 / 47
Perlindungan TKI bertugas:
a. melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah negara Pengguna TKI atau Pengguna berbadan hukum di negara tujuan penempatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1);
b. memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan melakukan pengawasan mengenai:
1) dokumen;
2) pembekalan akhir pemberangkatan (PAP);
3) penyelesaian masalah;
4) sumber-sumber pembiayaan;
5) pemberangkatan sampai pemulangan;
6) peningkatan kualitas calon TKI;
7) informasi;
8) kualitas pelaksana penempatan TKI; dan
9) peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya.
Pasal 96
(1) Keanggotaan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI terdiri dari wakil-wakil instansi Pemerintah terkait.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (2) dapat melibatkan tenaga-tenaga profesional.
Pasal 97
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, fungsi, tugas, struktur organisasi, dan tata kerja Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI diatur dengan Peraturan Presiden.
Pasal 98
(1) Untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan penempatan TKI, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI membentuk Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI di Ibukota Provinsi dan/atau tempat pemberangkatan TKI yang dianggap perlu.
(2) Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh dokumen penempatan TKI.
(3) Pemberian pelayanan pemrosesan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan bersama- sama dengan instansi yang terkait.
Pasal 99
(1) Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
(2) Tata cara pembentukan dan susunan organisasi Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI
www.hukumonline.com
2525 / 47
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Badan.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 100
(1) Menteri menjatuhkan sanksi administratif atas pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), Pasal 20, Pasal 30, Pasal 32 ayat (1), Pasal 33, Pasal 34 ayat (3), Pasal 38 ayat (2), Pasal 54 ayat (1), Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 62 ayat (1), Pasal 67 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 69.ayat (1), Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73 ayat (2), Pasal 74, Pasal 76 ayat (1), Pasal 82, Pasal 83, atau Pasal 105.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha penempatan TKI;
c. pencabutan izin;
d. pembatalan keberangkatan calon TKI; dan/atau
e. pemulangan TKI dari luar negeri dengan biaya sendiri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 101
(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di instansi Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan diberi wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan tentang tindak pidana di bidang penempatan dan perlindungan TKI;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang penempatan dan perlindungan TKI;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang penempatan dan perlindungan TKI;
d. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang penempatan dan perlindungan TKI;
e. melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang
www.hukumonline.com
2626 / 47
penempatan dan perlindungan TKI;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang penempatan dan perlindungan TKI;
g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang penempatan dan perlindungan TKI.
(3) Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XIII KETENTUAN
PIDANA
Pasal 102
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah), setiap orang yang:
a. menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;
b. menempatkan TKI tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12; atau
c. menempatkan calon TKI pada jabatan atau tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
Pasal 103
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), setiap orang yang:
a. mengalihkan atau memindahtangankan SIPPTKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19;
b. mengalihkan atau memindahtangankan SIP kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33;
c. melakukan perekrutan calon TKI yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35;
d. menempatkan TKI yang tidak lulus dalam uji kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45;
e. menempatkan TKI yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan psikologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50;
f. menempatkan calon TKI/TKI yang tidak memiliki dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51;
g. menempatkan TKI di luar negeri tanpa perlindungan program asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68; atau
h. memperlakukan calon TKI secara tidak wajar dan tidak manusiawi selama masa di penampungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3).
www.hukumonline.com
2727 / 47
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
Pasal 104
(1) Dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), setiap orang yang:
a. menempatkan TKI tidak melalui Mitra Usaha sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 24;
b. menempatkan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaan sendiri tanpa izin tertulis dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1);
c. mempekerjakan calon TKI , yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46;
d. menempatkan TKI di luar negeri yang tidak memiliki KTKLN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64; atau
e. tidak memberangkatkan TKI ke luar negeri yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran.
BAB XIV KETENTUAN
LAIN-LAIN
Pasal 105
(1) TKI yang bekerja di luar negeri secara perseorangan melapor pada instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Selain dokumen yang diperlukan untuk bekerja di luar negeri, TKI yang bekerja di luar negeri secara perseorangan harus memiliki KTKLN.
Pasal 106
(1) TKI yang bekerja di luar negeri secara perseorangan berhak untuk memperoleh perlindungan.
(2) Perlindungan sebagaimana -dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Perwakilan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XV KETENTUAN
PERALIHAN
Pasal 107
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta yang telah memiliki Min penempatan TKI di luar negeri sebelum berlakunya Undang-undang ini wajib menyesuaikan persyaratan yang diatur dalam Undang-undang ini paling lama 2 (dua) tahun sejak berlakunya Undang-undang ini.
www.hukumonline.com
2828 / 47
(2) Bagi pelaksana penempatan TKI swasta yang menempatkan TKI sebelum berlakunya Undang-undang ini,
maka jangka waktu penyesuaian terhitung mulai sejak Undang-undang ini berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian kerja TKI terakhir yang ditempatkan sebelum berlakunya Undang-undang ini.
(3) Apabila pelaksana penempatan TKI swasta dalam jangka waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyesuaikan persyaratan-persyaratan yang diatur dalam Undang-undang ini, maka izin pelaksana penempatan TKI swasta yang bersangkutan dicabut oleh Menteri.
Pasal 108
Pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak berlakunya Undang-undang ini.
BAB XVI KETENTUAN
PENUTUP
Pasal 109
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 18 Oktober 2004
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan Di Jakarta, Pada
Tanggal 18 Oktober 2004
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 133
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
1. Nama : Veronica Torro Datu Karurukan 2. Tempat Tanggal Lahir : Makale, 05 Januari 1993 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Golongan Darah : - 5. Agama : Kristen Protestan 6. Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa 7. Status Perkawinan : Belum Kawin 8. Alamat : Perumahan Palem Ganda Asri C6 No 12
Tangerang-Banten
Riwayat Pendidikan
1. Taman Kanak-kanak Bhayangkari Makale 2. SD Negeri Larangan 01 Tangerang 3. SMP Yadika 5 Jakarta Barat 4. SMA Negeri 63Jakarta Selatan 5. S1 UNTIRTA Serang
Riwayat Keluarga
1. Bapak Andreas S.T 2. Ibu Mery M Karurukan 3. Kakak Perempuan Eunica Dasyanti Karurukan 4. Adik Laki-laki Kristian Tuba