pelayanan kefarmasian era jkn

20
Konsep Apotek dan Jasa Pelayanan Apoteker pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Era Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN ) Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN ) adalah program nasional yang telah diresmikan oleh pemerintah sejak tanggal 1 Januari 2014 yang lalu. Jaminan kesehatan berdasarkan Peraturan mentreri kesehatan (PMK) nomor 71 tahun 2013 didefinisikan sebagai jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN ini untuk pelayanan kesehatan diselenggarakan oleh semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Fasilitas kesehatan terdiri dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fasilitas Kesehatan tingkat pertama melakukan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berupa pelayanan kesehatan

Upload: michiko-fujiwara-tanadi

Post on 11-Nov-2015

83 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

APOTEKER

TRANSCRIPT

Konsep Apotek dan Jasa Pelayanan Apoteker pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Era Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN )

Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN ) adalah program nasional yang telah diresmikan oleh pemerintah sejak tanggal 1 Januari 2014 yang lalu. Jaminan kesehatan berdasarkan Peraturan mentreri kesehatan (PMK) nomor 71 tahun 2013 didefinisikan sebagai jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN ini untuk pelayanan kesehatan diselenggarakan oleh semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Fasilitas kesehatan terdiri dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.Fasilitas Kesehatan tingkat pertama melakukan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berupa pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Fasilitas Kesehatan tingkat pertama menurut PMK no. 71/2013 dapat berupa: puskesmas atau yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama atau yang setara; dan Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara. Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif tersebut, bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang. Dalam hal ini, menurut permenkes ini sarana kefarmasian seperti Apotek maupun UPT. Instalasi Sediaan Farmasi atau lebih dikenal sebagai UPT. Gudang Farmasi di posisikan sebagai jaringan dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, hal ini diatur dalam PMK No.71/2013 pasal 6 ayat 1 huruf a angka 4, huruf b angka 3, huruf c angka 5 dan huruf c angka 4. Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang tidak memiliki sarana kefarmasian dan juga tidak dapat menunjukkan bukti kerjasama dengan sarana kefarmasian tidak akan dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Pelayanan kefarmasian yang dapat dilakukan oleh sarana kefarmasian dalam rangka menunjang Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama digolongkan kedalam kategori pelayanan obat dan bahan medis habis pakai. Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang diberikan kepada Peserta berpedoman pada daftar obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri yang dituangkan dalam Formularium Nasional dan Kompendium Alat Kesehatan.Fasilitas kesehatan tingkat pertama memperoleh imbalan dari BPJS Kesehatan sebagai konsekwensi dari perjanjian kerjasama yang telah di tandatangani kedua pihak dalam bentuk pembayaran berupa tarif kapitasi dengan besaran tertentu yang akan ditransfer langsung ke rekening Fasilitas Kesehatan. Dalam PMK no. 59/2014, Tarif Kapitasi di definisikan sebagai besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.Konsep pembelian jasa pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan menggunakan tarif kapitasi menyebabkan fasilitas kesehatan tingkat pertama menyesuaikan pola manajemennya sehingga operasional fasilitas kesehatan tersebut dapat lebih efektif dan efisien tanpa mengenyampingkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Konsep kapitasi ini sangat mempengaruhi konsep manajemen pada fasilitas kesehatan, salah satunya adalah konsep laba/profit.Terdapat konsep yang sangat berbeda terkait laba/profit pada saat sebelum dan sesudah dilaksanakannya jaminan kesehatan nasinal pada tanggal 1 januari 2014 yang lalu. Sebelum era JKN profit yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan di tingkat pertama untuk pelayanan kesehatan rawat jalan akan berbanding lurus dengan jumlah kunjungan pasien, lamanya pasien dirawat, volume penjualan obat dan bahan habis pakai dan beberapa faktor lainnya. Sedangkan pada pasca JKN, konsep profit diatas berubah terbalik. Dimana pada era JKN diharapkan fasilitas kesehatan dapat merawat pasien dengan baik akan tetapi menggunakan sumberdaya yang seefisien mungkin. Jumlah kunjungan pasienpun diharapkan dapat dikurangi, dengan cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan promotif dan prefentif oleh fasilitas kesehatan. Posisi Apoteker dalam sistem JKNTerlepas dari hal diatas, pertanyaan kemudian bagaimana nasib sarana kefarmasian atau tenaga kefarmasian pada era JKN ini? Sarana kefarmasian tidak berhubungan secara langsung dengan BPJS Kesehatan. Besar kecilnya penerimaan sarana kefarmasian sangat tergantung dengan perjanjian antara sarana kefarmasian dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Konsep profit pada sarana kefarmasian secara otomatis mengikuti konsep profit pada fasilitas pelayanan kesehatan pada era JKN ini. Konsep profit pada sarana kefarmasian saat ini tidak lagi tergantung pada volume penjualan obat dan bahan habis pakai untuk pasien peserta JKN, melainkan tergantung kepada kemampuan manajemen farmasi, farmakoekonomi dan farmakoterapi apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian baik dalam proses manajemen sarana kefarmasian ataupun pelayanan farmasi klinik kepada pasien.Berdasarkan beberapa hal diatas, menurut saya peran Apoteker dan Apotek pada masa JKN ini menjadi sangat strategis dalam system pelayanan kesehatan maupun system adminitrasi kesehatan. Pada era JKN ini paling tidak ada 2 kompetensi Apoteker yang tidak dapat tergantikan dalam menjalankan praktek kefarmasian di Apotek yaitu kompetensi apoteker dalam pengendalian persediaan ( perencanaan, pengadaan dan pengelolaan ) obat serta kemampuan apoteker dalam pengendalian biaya obat peresep dimana apoteker berperan sebagi verifikator resep dengan dasar farmakoekonomi dan farmakoterapi yang baik. Oleh karena itu, Apoteker diharapkan dapat mengubah maindsetnya dari seorang pekerja menjadi seorang Apoteker professional. Perubahan maindset Apoteker tersebut harus dimulai dengan tidak lagi berorientasi pada gaji dan tambahan uang R/ yang dihitung dari bersaran omset apotek. Era JKN ini adalah momentum bagi para Apoteker untuk berubah.Berdasarkan kebijakan yang telah dikeluakan oleh kementerian kesehatan, posisi atau kedudukan Apoteker dalam system JKN adalah sebagai berikut:1. Merupakan bagian dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Disini Apoteker berkedudukan sebagai penanggungjawab ruang farmasi atau apoteker pendamping pada PUSKESMAS maupun Klinik pertama atau yang setara, dan juga sebagai penaggung jawab instalasi farmasi atau Apoteker pendamping pada Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.2. Merupakan bagian dari sarana penunjang fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Disini Apoteker berkedudukan sebagai penanggungjawab Apotek atau Apoteker pendamping pada Apotek yang bekerjasama dengan praktik dokter atau praktik dokter gigi maupun PUSKESMAS atau Klinik pertama yang tidak memiliki Apoteker. Pelayanan kefarmasian dalam system JKNDalam PMK no. 59/2014 pemerintah tidak secara eksplisit mengatur komponen penyusun kapitasi yang dibayarkan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama selain PUSKESMAS, sehingga membuka peluang bagi setiap professional kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan kepada peserta JKN mendapatkan jasa pelayanan secara proporsional sesuai dengan jenis dan besarnya tanggung jawab yang diterima karena melaksakan Pelayanan professional sebagai resiko pekerjaan yang disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku.Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/II/2011 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT Askes (Persero) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 029 Tahun 2012, komponen kapitasi secara garis besar tebagi menjadi 2 komponen utama, yaitu komponen jasa pelayanan kesehatan dan komponen sarana prasarana.Jasa pelayanan kesehatan adalah jasa atau imbalan yang diperoleh tenaga kesehatan yang terkait dengan proses pelaksanaan pelayanan kesehatan yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tersebut kepada pasien baik secara langsung maupun tak langsung selama proses terapi. Berdasarkan Peraturan pemerintah no. 32/1996 tentang tenaga kesehatan, Apoteker bersama Asisten Apoteker dalam kelompok tenaga kefarmasian diakui sebagai salah satu dari tenaga kesehatan yang diakui pemerintah bersama dengan tenaga medis ( dokter dan dokter gigi), tenaga keperawatan ( perawat dan bidan ), tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisian medik. Sehingga sangatlah wajar jika Apoteker dapat memperoleh haknya berupa bagian dari komponen kapitasi dari unsur jasa pelayanan kesehatan.Untuk jasa pelayanan kefarmasian oleh Apoteker dihitung berdasarkan posisi atau kedudukan apoteker dalam system JKN seperti yang saya jelaskan diatas yaitu apoteker sebagai bagian dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan atau apoteker sebagai bagian dari sarana penunjang fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan.Komponen sarana dan prasarana dalam tarif kapitasi termasuk obat, bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan laboratorium sederhana. Begitu juga komponen untuk sewa ruangan ataupun alat kesehatan yang digunakan selama proses terapi pasien di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Besaran unit cost dari dua komponen ini bervariasi, tergantung pada kebijakan tiap fasilitas kesehatan dan posisi fasilitas kesehatan dalam system JKN.A. Penghitungan Besaran Jasa Pelayanan ApotekerBesaran angka kapitasi untuk jasa pelayanan dipengaruhi oleh persentase angka morbiditas dan besaran standar jasa pelayanan oleh tenaga kesehatan. Untuk jasa pelayanan kefarmasian besaran persentase angka morbiditas dihitung berdasarkan estimasi persentase jumlah peserta yang akan menebus resep disarana kefarmasian tempat Apoteker berpraktek dibagi dengan seluruh jumlah peserta JKN yang terdaftar sebagai member dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi mitra sarana kefarmasian tempat Apoteker berpraktek.

Estimasi persentase jumlah resep yang akan diterima yang berasal dari peserta JKN yang terdaftar sebagai member dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi mitra sarana kefarmasian tempat Apoteker berpraktek Persentase angka morbiditas = ------------------------------------------------------------Seluruh jumlah peserta JKN yang terdaftar sebagai member dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi mitra sarana kefarmasian tempat Apoteker berpraktek.

Sedangkan besaran standar jasa pelayanan kefarmasian oleh apoteker yang diberikan kepada setiap pasien untuk tiap resep yang dilayani, sebaiknya ditentukan oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia ( PP IAI) yang berlaku secara nasional. Dalam penentuan besaran jasa pelayanan kefarmasian oleh Apoteker ini saya harapkan agar PP IAI dapat memperhitungkan komponen gaji untuk membayar Apoteker pendamping atau Asisten Apoteker/Tenaga teknis kefarmasian yang oleh beberapa orang sejawat Apoteker kemungkinan dibutuhkan untuk membantunya menjalankan praktek kefarmasian, yang dalam konsep saya ini gaji mereka menjadi tanggungan dari sejawat Apoteker yang berpraktek.Besaran angka kapitasi untuk jasa pelayanan kefarmasian yang diperoleh seorang Apoteker selama beliau berpraktek tiap bulannya dihitung dengan cara mengalikan besaran real jasa pelayanan apoteker dengan estimasi besaran persentase angka morbiditas dengan seluruh jumlah peserta JKN yang terdaftar sebagai member dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi mitra sarana kefarmasian tempat Apoteker berpraktek.

Besaran standar jasa pelayanan apoteker untuk tiap pasienPersentase angka morbiditas = X Besaran angka kapitasi untuk jasa pelayanan kefarmasian

Maka jumlah total jasa pelayanan kefarmasian yang diperoleh oleh seorang apoteker pada tiap bulannya adalah merupakan perkalian antara Besaran angka kapitasi untuk jasa pelayanan kefarmasian dengan seluruh jumlah peserta JKN yang terdaftar sebagai member dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi mitra sarana kefarmasian tempat Apoteker berpraktek.Untuk pendapatan atau take home pay per-bulan yang dapat diperoleh seorang apoteker yang berpraktek adalah besaran jasa pelayanan kefarmasian yang diperoleh oleh seorang apoteker setelah dikurangi dengan komponen gaji berikut tunjangan lainnya untuk membayar Apoteker pendamping atau Asisten Apoteker/Tenaga teknis kefarmasian yang oleh beberapa orang sejawat Apoteker kemungkinan dibutuhkan untuk membantunya menjalankan praktek kefarmasian. Jika sarana untuk sarana kefarmasiannya bekerja sama dengan pemilik sarana maka pendapatan apoteker diatas masih akan dikurangi dengan jumlah nominal obat yang hilang atau kadaluarsa sebagai tanggungjawab professional seorang apoteker kepada pemilik sarana dan juga dikurangi dengan komponen biaya lainnya yang harus dibayarkan kepada pemilik sarana apotek sesuai dengan yang telah disepakati oleh apoteker dan PSA dalam perjanjian tertulis yang dibuat didepan notaris pada saat akan mendirikan apotek atau berpraktek bersama pada fasilitas kesehatan tingkat pertama.Sehingga dengan konsep seperti ini maka setiap apoteker akan memperoleh pendapatan yang berbeda sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang dimiliknya dan jumlah peserta JKN yang terdaftar sebagai penerima pelayanan kefarmasian diapoteknya, sehingga konsep standar gaji untuk seorang apoteker disuatu tempat menjadi tidak relevan lagi.B. Penghitungan besaran angka kapitasi untuk obat dan bahan habis pakaiUntuk sarana kefarmasian yang merupakan bagian dari sarana penunjang fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan seperti Apotek yang bekerjasama dengan praktik dokter atau praktik dokter gigi maupun PUSKESMAS atau Klinik pertama yang tidak memiliki Apoteker. Maka dalam melakukan kesepakatan dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan, seorang Apoteker dalam menentukan besaran angka kapitasi pelayanan kefarmasian harus memasukkan komponen besaran angka kapitasi untuk perbekalan farmasi ( obat dan BHP ) selain jasa pelayanan kefarmasian oleh Apoteker. Dengan posisi atau kedudukan sarana kefarmasian (apotek) dalam system JKN seperti ini, maka pendapatan Apoteker akan lebih besar jika dibandingkan dengan apoteker yang berpraktek pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan karena adanya tambahan komponen sisa besaran angka kapitasi untuk sarana (obat) yang mampu dihemat sebagai akses dari praktek kefarmasian yang baik oleh apoteker. Sekali lagi untuk besarannya sangat tergantung pada kompetensi dan kemampuan tiap apoteker yang berpraktek.Untuk perhitungannya secara umum hampir sama dengan perhitungan jasa pelayanan kefarmasian oleh apoteker. Hanya saja untuk besaran komponen sarana seorang apoteker harus menetukan atau bersepakat dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan terkait dengan harga dasar obat peresep yang menjadi acuan maksimal besaran nominal atau besaran unit cost dari tiap resep ( prescription cost ) yang akan dilayani oleh apoteker di apotek.Besaran angka kapitasi untuk sarana ( obat dan BHP ) dihitung dengan mengalikan estimasi angka persentase morbiditas dengan besaran nilai prescription cost yang telah disepakati oleh apoteker dan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Maka besaran dana yang akan diperoleh apotek untuk dikelola apoteker dalam rangka menjamin ketersediaan obat bagi seluruh jumlah peserta JKN yang terdaftar sebagai member dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi mitra sarana kefarmasian tempat Apoteker berpraktek adalah sebesar Besaran angka kapitasi untuk sarana ( obat dan BHP) yang diperoleh dari perhitungan diatas dengan seluruh jumlah peserta JKN yang terdaftar sebagai member dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi mitra sarana kefarmasian tempat Apoteker berpraktek. Demikian tulisan ini saya buat dengan harapan dapat memperkaya informasi terkait konsep perhitungan jasa pelayanan kefarmasian oleh Apoteker pada sarana kesehatan tingkat pertama (primer). Tentu sebagai manusia banyaklah kekurangan pengetahuan dari saya, kurang lebihnya saya mohon maaf.

Kontak person: Sudarsono.,S.Si.,Apt / 081367040769 / [email protected]

Norma Kapitasi untuk PUSKESMAS atau FASKES yang setaraNo.NORMA KAPITASIKapitasi Maksimal ( Rp )

PUSKESMAS atau FASKES yang setara

6.0005.5005.0004.5003.5003.000

Ketersediaan:

1.Dokter umum

a. 1 orangVV

b. Minimal 2 orgVV

2.Dokter gigiVVV

3.Bidan/ perawatVVVVVV

4.Lab sederhanaVVVVVV

5.Apotek/pelayanan obatVVVVVV

HARGA KEEKONOMIAN ANGKA KAPITASI UNTUK PUSKESMAS BLUD/KLINIK SWASTA

TABEL BESARAN ANGKA KAPITASI UNTUK KOMPONEN JASA PELAYANAN KESEHATAN RJTP (PUSKESMAS/KLINIK SWASTA) JKN

No.Jasa Pelayanan KesehatanPersentase Angka MorbiditasBesaran Jasa( Unit Cost )Besaran Angka Kapitasi

Jenis JasaItem Jasa

123456=4*5

1.Jasa pelayanan MedikJasa Pelayanan Dokter15% Rp 7.000,00 Rp 1.050,00

Jasa Pelayanan Dokter Gigi5,00% Rp 7.000,00 Rp 350,00

2.Jasa pelayanan keperawatanJasa Pelayanan Perawat/Bidan15% Rp 2.000,00 Rp 300,00

Jasa pelayanan Perawat Gigi5,00% Rp 2.000,00 Rp 100,00

3.Jasa pelayanan KefarmasianJasa pelayanan Apoteker20% Rp 3.250,00 Rp 650,00

Jasa pelayanan Asisten Apoteker20% Rp 2.000,00 Rp 400,00

4.Jasa pelayanan laboratoriumJasa Pelayanan petugas lab3,00% Rp 2.000,00 Rp 60,00

5.Jasa pelayanan Administrasi kesehatanJasa Pelayanan Staf Frontoffice20% Rp 500,00 Rp 100,00

TOTAL BESARAN ANGKA KAPITASI UNTUK KOMPONEN JASA PELAYANAN KESEHATAN Rp 3.010,00

TABEL BESARAN ANGKA KAPITASI UNTUK KOMPONEN SARANA PELAYANAN KESEHATAN RJTP (PUSKESMAS/KLINIK SWASTA) JKN

NoHarga Dasar Sarana PerpelayananAngka Persentase MorbilitasBesar Unit Cost Komponen SaranaBesaran Angka Kapitasi

12345=3*4

1.Harga Dasar Obat Per Resep20% Rp 12.500,00 Rp 2.500,00

2.Harga Dasar Reagen Untuk Tiap Pemeriksaan3,00% Rp 13.000,00 Rp 390,00

TOTAL BESARAN ANGKA KAPITASI UNTUK KOMPONEN SARANA Rp 2.890,00

HARGA KEEKONOMIAN ANGKA KAPITASI UNTUK PUSKESMAS YANG TIDAK SEBAGAI BLUD/PRAKTEK DOKTER SWASTA YANG BERMITRA DENGAN APOTEK

TABEL BESARAN ANGKA KAPITASI UNTUK KOMPONEN JASA PELAYANAN KESEHATAN RJTP (PUSKESMAS/PRAKTEK DOKTER SWASTA YANG BERMITRA DG APOTEK ) JKN

No.Jasa Pelayanan KesehatanPersentase Angka MorbiditasBesaran Jasa( Unit Cost )Besaran Angka Kapitasi

Jenis JasaItem Jasa

123456=4*5

1.Jasa pelayanan MedikJasa Pelayanan Dokter15% Rp 7.000,00 Rp 1.050,00

Jasa Pelayanan Dokter Gigi5,00% Rp 7.000,00 Rp 350,00

2.Jasa pelayanan keperawatanJasa Pelayanan Perawat/Bidan15% Rp 2.000,00 Rp 300,00

Jasa pelayanan Perawat Gigi5,00% Rp 2.000,00 Rp 100,00

3.Jasa pelayanan laboratoriumJasa Pelayanan petugas lab3,00% Rp 2.000,00 Rp 60,00

4.Jasa pelayanan Administrasi kesehatanJasa Pelayanan Staf Frontoffice20% Rp 500,00 Rp 100,00

TOTAL BESARAN ANGKA KAPITASI UNTUK KOMPONEN JASA PELAYANAN KESEHATAN Rp 1.960,00

TABEL BESARAN ANGKA KAPITASI UNTUK KOMPONEN PELAYANAN OBAT DAN SARANA LAB SEDERHANA RJTP (PUSKESMAS/PRAKTEK DOKTER SWASTA ) JKN YANG AKAN DIBAYARKAN KE MITRA PUSKESMAS ( APOTEK )

NoHarga Dasar Pelayanan Obat dan Sarana Laboratorium SederhanaAngka Persentase MorbilitasBesar Unit Cost Komponen SaranaBesaran Unit Cost Kapitasi

123456=4*5

1.Harga Dasar Obat Per Resep20% Rp 12.500,00 Rp 2.500,00

2.Harga Dasar Reagen Untuk Tiap Pemeriksaan3,00% Rp 13.000,00 Rp 390,00

3.Jasa pelayanan KefarmasianJasa pelayanan Apoteker20% Rp 3.250,00 Rp 650,00

Jasa pelayanan Asisten Apoteker20% Rp 2.000,00 Rp 400,00

TOTAL BESARAN ANGKA KAPITASI UNTUK KOMPONEN PELAYANAN OBAT DAN SARANA LAB SEDERHANA Rp 3.940,00