peluang dan tantangan optimalisasi uu desa 2013
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Peluang dan Tantangan Optimalisasi Undang-Undang Desa Noor 6 Tahun
2014 tentang DesaR. Yando Zakaria
Lingkar Pembaruan Desa dan Agraria (KARSA)Mantan Tenaga Ahli Panitia Khusus RUU Desa, DPR RI;
Tenaga Ahli RPP Pengaturan Desa, Kementerian Dalam Negeri RIBahan Presentasi pada Seminar “MP3EI dan Kedaulatan Ruang Hidup Rakyat Pedesaan
Nusantara”. Diselenggarakan oleh Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif Bogor, 29 Januari 2014
Latar Belakang:Tujuh Masalah yang menyebabkan desa tidak berkembang atau
malah mejadi ‘ladang kemiskinan’
1. Masalah pengakuan keberadaan dan hak masyarakat hukum adat
2. Masalah keberagaman3. Masalah kedudukan dan kewenangan4. Masalah aset (kekayaan desa pengakuan atas
ulayat/wilayah adat)5. Masalah keuangan desa6. Masalah kelembagaan desa dan Demokratisasi desa
Partisipasi masyarakat7. Masalah pembangunan desa dan pembangunan
perdesaan
Mandat Konstitusi:Desa atau disebut dengan nama lain pasca-reformasi
• Pengaturan ttg desa atau disebut dengan nama lain tercakup dalam UUD 1945, Pasal 18 Makna norma pasal tidak jelas, sebagaimana yang tergambarkan ke dalam:– Makna norma selalu berubah. Setidaknya sudah ada 9 undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa, dan normanya saling berbeda satu sama lainnya.
– Kedudukan masing-masing unit pemerintahan dalam hirarki yang ada (Propinsi sampai desa) juga tidak terlalu jelas;
– Penyelenggaraan pengakuan ‘hak asal-usul’ yang ‘bersifat istimewa’; termasuk ‘hak-hak masyarakat adat sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan II Pasal 18 UUD 1945, masih jauh panggang dari api.
• Tahun 2000 terjadi amandemen Pasal 18 Melalui perdebatan yang panjang Pasal 18 dikembang menjadi 3 pasal: Pasal 18 (7 ayat), Pasal 18A (2 ayat), dan Pasal 18B (2 ayat).
• Pasal 18B: 2: Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
Tentang Pengertian ‘Masyarakat Adat’ dan Unit Sosialnya:Tumpang tindih atau ‘kerancuan berpikir’?
(Kesatuan/Persekutuan)Masyarakat Hukum Adat
Desa atau disebut dgn
nama lain cq. Desa Adat vs Desa Dinas
Masyarakat Adat
Masyarakat Tradisional
Komunitas Adat Terpencil
• Manan (2000 & 2002); Ashaddiqqie (2006); dan Sodiki (2012): ‘Desa atau disebut dengan nama lain’
• Adakah unit sosial lain yang dirujuk oleh Pasal 18: 2?– Isra (2012, komunikasi
pribadi): Perlu pendalaman lebih lanjut!
Implikasi Pengakuan terhadap ‘hak asal-usul’ (sebelum amandemen) atau ‘hak-hak tradisional’ (pasca-amandemen)
3 Elemen ‘hak asal-usul’ ‘hak bawan’, bukan ‘hak berian’
Dimensi persekutuan politik, hukum, dan
pemerintahan = pengakuan atas norma,
nilai, dan aturan, termasuk sistem
pengadilan = hak ulayat sebagai wilayah
kedaulatan teritorial
Dimensi basis material cq. sebagiai ekonomi = hak ulayat
sebagai sistem penguasaan atas sumber-sumber agraria secara
komunal ataupun pribadi
Dimensi persekutuan
sosial & budaya = organisasi = desa atau disebut dgn
nama lain
Implikasi pengakuan ‘kesatuan masyarakat hukum adat’ • Pengakuan terhadap eksistensi organisasi dr
‘susunan asli’ ;• Pengakuan atas sistem nilai dan aturan-aturan
yang mengatur kehidupan bersama dalam ‘susunan asli’, termasuk aturan-aturan yang mengatut ‘sumber-sumber kehidupan’nya;
• Pengakuan terhadap ‘hak penguasaan’ ‘hak pertuanan’ atas apa yang disebut sebagai ulayat (baca: wilayah kehidupan) susuna asli yang bersangkutan.– Pengakuan atas ulayat mensyaratkan
perubahan pada berbagai UU Sektoral yang selama ini tdk mengakui hak-hak masyarakat adat, sebagaimana yang telah diamanatkan oleh TAP MPR IX/2001)
• Dikaitkan dengan Pasal 18 dan 18A, maka desa atau disebut dgn nama lain juga diberi kewenangan untuk menyelenggarakan ‘pemerintahan nasional’!
Konstelasi Norma Hukum dalam Konstitusi tentang Pengakuan Hak-hak Masyarakat Hukum Adat atau ‘Desa atau disebut dengan nama
lain’Pasal 18B: 2
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-
undang.
Pasal lain dlm konstitusi yang juga relevan:
Intinya adalah pengakuan atas hak-hak tradisional cq. ‘Hak asal-usul’ Pasal lain dlm konstitusi yang juga
relevan:
Pasal 28i: 3Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembanganzaman dan peradaban.
Hak Asal-usul:Organisasi/susunan asli
Nilai, norma, dan aturan cq. Hukum AdatUlayat (sebagai basis material organisasi
serta nilai, norma, dan aturan ybs.):Hak Atas tanah ulayat
Hak untuk menjalankan tradisi,Dll…, dan
Hak untuk Mengurus Rumahtangga Sendiri
Pasal 18: 7 (?) Yang disebut sebagai Daerah dalam berbagai ayat pada Pasal 18 ini adalah Propinsi, Kabupaten dan Kota
Pasal 32: 2Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Pasal 18A (?) hanya mencakup hubungan kewenangan dan keuangan antara Pusat dan Daerah
RUUPPHMHA:Pengaturan ‘hak-hak asal DI LUAR ‘hak pegaturan untuk mengurus diri sendiri’
Harmonisasi dan SingkronisasiRUU Desa:
Pengaturan tentang penyelenggaraan ‘Pemerintahan’ di tingkat Desa atau disebut dengan nama lain.
Beberapa Perubahan Pokok dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
• Landasan Konstitusi– Dari otonomi daerah ke otonomi desa– Dari Pasal 18 (7) ke Pasal 18b (2)
• Pengaturan keberagaman– UU 5/1979 = Penyeragaman di Tingkat Nasional– UU 22/1999 32/2004 = Penyeragaman di
tingkat Propinsi/Kabupaten– UU 6/2014 Desa dan Desa Adat =
keberagaman hingga tingkat kabupaten/kota
• Kedudukan dan Kewenangan– Rekognisi
• Kewenangan asal-usul• Kewenangan wajib
– Subsidiaritas• Kewenangan lokal berskala desa
– Penugasan• Pusat, Propinsi, abupaten/Kota
• ‘Kelembagaan Desa’ cq. Demokrasi Desa dan Partisipasi Masyarakat– Pemdes (PNS tdk lagi masuk desa)– BPD: pemusyawaratan vs perwakilan– Musdes– Musyawarah Desa– Kelembagaan masyarakat
• Aset Desa– Penguasaan/pengelolaan aset-aset
program2 nasional yang lalu– BUMDes– Distribusi aset cq reforma agraria
berbasis desa/desa adat
• Keuangan Desa– Konsolidasi proyek/dana sektor– Penyebutan persentase APBN masuk
desa (DAD)– Perubahan rumus ADD– 1 Desa, 1 Perencanaan, 1 penganggarar
• Pembangunan Desa dan Pembangunan Perdesaan– Desa membangun & Membangun desa– swakelola– Penataan sistem produksi– Pemberdayaan & pendampingan– Kelembagaan kerjasama antar desa
SISTEMATIKA UU Desa (16 BAB dan 122 Pasal)
• Bab I : Ketentuan Umum.• Bab II : Kedudukan dan Jenis
Desa.• Bab III: Penataan Desa.• Bab IV: Kewenangan Desa.• Bab V : Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.• Bab VI: Hak dan Kewajiban Desa dan
Masyarakat Desa.• Bab VII: Peraturaan Desa.• Bab VIII: Keuangan Desa dan Aset
Desa.• Bab IX : Pembangunan Desa dan
Pembangunan Kawasan Perdesaan.
• Bab X : Badan Usaha Milik Desa. • Bab XI : Kerjasama Desa.• Bab XII: Lembaga Kemasyarakatan
Desa dan Lembaga Adat Desa.• Bab XIII: Ketentuan Khusus Desa
Adat.• Bab XIV: Pembinaan dan
Pengawasan.• Bab XV: Ketentuan Peralihan.• Bab XVI : Ketentuan Penutup.
Azas Pengaturan dan Definisi DesaAzas Pengaturan (Pasal 3)
a. rekognisi;b. subsidiaritas;c. keberagaman;d. kebersamaan; e. kegotongroyongan;f. kekeluargaan;g. musyawarah;h. demokrasi;i. kemandirian;j. partisipasi; k. kesetaraan; l. pemberdayaan; danm. keberlanjutan.
Defenisi (Pasal 1 (1) & Jenis Desa (Pasal 6)• Desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Penyebutan desa dan desa adat dapat disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat
Kedudukan Desa
UU 32/2004• Desa berada di dalam dan di
bawah Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
• Penjelasan tambahan: ‘Otonomi desa’ adalah bagian dari ‘otonomi daerah’ yang diserahkan ke desa.
UU Desa• Pasal 5
Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota
• Penjelasan tambahan: ‘Otonomi desa’ tidak lagi menjadi sisanya ‘otonomi daerah’ (yang bersumber dari hak berian), melainkan menjadi wujud pengakuan atas hak asal-usul yang dimiliki desa (bersumber dari hak bawaan)
Penataan Desa
• Desa dapat menjadi Desa Adat (Pasal 100)
• Kelurahan dapat menjadi Desa (Pasal 12)
• Kelurahan dapat menjadi Desa Adat (Pasal 100)
• Desa dapat menjadi Kelurahan (Pasal 11)
• Desa Adat dapat menjadi Kelurahan (Pasal 100)
• Desa/Desa Adat dapat:– Berubah status– Digabung (Pasal 10 & 99)– Dimekarkan (Pasal 8 ayat 1)– Dihapus;
• Berdasarkan prakarsa masyarakat;
• Ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Propinsi atau Kabupaten/Kota); disertai peta wilayah (Pasal 101)
Sumber Norma Pengaturan tentang Desa Adat
1. No. 010/PUU-I/2003 perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam;
2. No. 31/PUU-V/2007 perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Tual Di provinsi Maluku;
3. No. 6/PUU-Vl/2008 perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
4. No. 35/PUU-X/2012 perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Penataan Desa Adat (1)• Pasal 96
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan penataan kesatuan masyarakat hukum adat dan ditetapkan menjadi Desa Adat.
• Pasal 97 (1)Penetapan Desa Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 memenuhi syarat:a. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya secara
nyata masih hidup, baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat fungsional;
b. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat; dan
c. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penataan Desa Adat (2)• Pasal 97 (2)
Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya yang masih hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memiliki wilayah dan paling kurang memenuhi salah satu atau gabungan unsur adanya:a. masyarakat yang warganya memiliki perasaan bersama dalam kelompok; b. pranata pemerintahan adat;c. harta kekayaan dan/atau benda adat; dan/ataud. perangkat norma hukum adat.
• Pasal 97 (3)Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat apabila:a. keberadaannya telah diakui berdasarkan undang-undang yang berlaku sebagai
pencerminan perkembangan nilai yang dianggap ideal dalam masyarakat dewasa ini, baik undang-undang yang bersifat umum maupun bersifat sektoral; dan
b. substansi hak tradisional tersebut diakui dan dihormati oleh warga kesatuan masyarakat yang bersangkutan dan masyarakat yang lebih luas serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia.
Penataan Desa Adat (3)
• Pasal 97 (4)Suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila kesatuan masyarakat hukum adat tersebut tidak mengganggu keberadaan Negara Kesatuan Republik lndonesia sebagai sebuah kesatuan politik dan kesatuan hukum yang :a. tidak mengancam kedaulatan dan integritas Negara
Kesatuan Republik lndonesia; danb. substansi norma hukum adatnya sesuai dan tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewenangan Desa
– kewenangan berdasarkan hak asal usul; – kewenangan lokal berskala Desa; – kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
– kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewenangan Desa• Hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup
dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara lain sistem organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas Desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat Desa.
• “kewenangan lokal berskala Desa” adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa, antara lain tambatan perahu, pasar Desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan Desa, embung Desa, dan jalan Desa.
Kewenangan Desa Adat (1)• Pasal 103)
Kewenangan Desa Adat berdasarkan hak asal usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi:
a. pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli;b. pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah adat;c. pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat; d. penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat
dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi manusia dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah;
e. penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat; dan
g. pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa Adat.
Kewenangan Desa Adat (2)• Pasal 104
Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan berskala lokal Desa Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a dan huruf b serta Pasal 103 diatur dan diurus oleh Desa Adat dengan memperhatikan prinsip keberagaman.
• Pasal 105
Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d diurus oleh Desa Adat.
Prinsip Penting Kewenangan Desa
• Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa diatur dan diurus oleh Desa.
• Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diurus oleh Desa.
• Penugasan disertai dengan biaya
Sistem Pemerintahan Desa dalam UU Desa
Musyawarah Desa(psl. 54)
Kepala Desa (psl. 25 – 53)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) (psl. 55 -65)
Warga/Masyarakat
Perangkat Desa (Pelayanan)
Panitia (ad-hok)
BUMDes
Klp. Dengan kepentingan khusus
Bagian Wilayah Desa
• RPJM-Desa dan RKP-Desa
• APB-Desa• Peraturan Desa• Kinerja Pemerintah• Kerja Sama
• RPJM-Desa• Asset Desa• Hal-hal
Strategis
Prinsip dasar PemerintahanDesa• Check and balances antara Kepala
Desa dengan Badan Permusyawaratan desa.
• Demokrasi perwakilan + permusyawaran.
• Proses demokrasi partisipatoris melalui Musdes
Dipilih langsung
Perwakilan Bagian Wilayah desa yang dipilih secara Demokratis
Lembaga Kemasyarakatan
/Adat
21
Musyawarah Desa• Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD dalam upaya meningkatkan
kinerja pemerintahan Desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
• Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah forum musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
• Dengan demikian Musyawarah Desa bukan lembaga yang permanen, melainkan forum bersama perluasan dari BPD.
• Hal yang bersifat strategis meliputi: penataan Desa; perencanaan Desa; kerja sama Desa; rencana investasi yang masuk ke Desa; pembentukan BUM Desa; penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan kejadian luar biasa (seperti bencana, wabah penyakit, gangguan keamanan, dll).
• Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh BPD dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa.
Pembangunan sektor ekonomi
Pembangunan sektor lingkungan
Pembangunan sektor budaya Perbaikan sektor gizi
sektor etc.
Tata Kelola Pembangunan Desa - Eksisting
Pemerintahan Desa
KelompokDesa Sebagai OBYEK Pembangunan:• Fragmentasi/tumpang tindih
kegiatan
• Fragmentasi kelembagaan
• Fragmentasi perencanaan
• Fragmentasi keuangan
• Tumpang tindih kelompok sasaran
• Kelas menengah & kelas atas desa lebih memiliki akses terhadap kegiatan pembangunan
Penguatan Sistem pemerintahan DesaKelompok
KelompokKelompok
?
Komposisi Uang Desa (survey independen)ADD
6.46%
PADes5.64%
Pajak & Retribusi0.86%
Bantuan Kabupaten15.39%
Bantuan Provinsi5.16%
Bantuan Pusat60.11%
Pihak ke-36.39%
Sumber-Sumber Pendapatan Desa(Pasal 72)
• Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
• Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
– 10% dari dana transfer ke daerah (ini berarti dana transfer ke daerah adalah 110% yang terbagi 100% untuk daerah dan 10% untuk desa)
• Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;
– 10% dari Pajak dan Retribusi Daerah
• Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota;
– 10% dari DAU + DBH
• Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota;
• Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
• Lain-lain pendapatan Desa yang sah.25
TAHUN 2013• Transfer ke Daerah tahun 2013 = 528,6 T• DAU + DBH = 412 T• Jumlah Desa (Permendagri 18 tahun
2013) = 72.944• Rata-rata Pendapatan Desa dari bagian
dana perimbangan =412 T/72.944 = Rp. 564,816,846.
• Rata-rata Pendapatan Desa dari APBN on top dari Dana Transfer Daerah = 528,6 T/72.944 = Rp. 724.665.496.
• Perlu ditetapkan sanksi bagi daerah kabupaten/kota yang belum mengalokasikan DAD sesuai dengan prosentasi yang ditetapkan dalam UU Desa.
Simulasi Pendapatan Desa dari Dana Perimbangan(Berdasarkan APBN Tahun 2013 dan Tahun 2014)
TAHUN 2014• Transfer ke Daerah tahun 2014 = 592,5 T• DAU + DBH = 454,9 T• Jumlah Desa (Permendagri 18 tahun
2013) = 72.944• Rata-rata Pendapatan Desa dari bagian
dana perimbangan =454 T/72.944 = Rp. 623.629.955.
• Rata-rata Pendapatan Desa dari APBN on top dari Dana Transfer ke Daerah = 592,5 T/72.944 = Rp. 812.404.036
Total pendapatan Desa dari dana yang bersumber dari APBN =
Rp. 1,290,990,349
Total pendapatan Desa dari dana yang bersumber dari APBN =
Rp. 1,436,033,121
26
Visi Tata Kelola Pembangunan Lokal Skala Desa
• Desa memiliki kewenangan yang jelas mencakup:
– Kewenangan asal-usul azas pengakuan
– Kewenangan skala lokal desa azas subsidiaritas
– Penugasan
• Desa membuat perencanaan program sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pembangunan desa.
• Desa harus memiliki sumber-sumber pendanaan yang memadai.
• Desa memiliki hak untuk mengelola aset dan membentuk usaha.
• Desa diberi kewenangan untuk menjalankan sendiri proyek-proyek skala desa (swakelola).
• Tata kelola desa dibuat agar ada ‘check and balances’ dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.
27
Tujuan Normatif Pembangunan Desa (Pasal 78)
• Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui:
– penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar,
– pembangunan sarana dan prasarana Desa,
– pengembangan potensi ekonomi lokal,
– pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
• Pembangunan Desa mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial. 28
Prioritas Program (Pasal 80 ayat 4)
• Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi:– peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;– pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan
berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang tersedia;
– pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;– pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
kemajuan ekonomi; dan– peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat Desa
berdasarkan kebutuhan masyarakat Desa.
Kewenangan Kepala Desa• Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berwenang:
– memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;– mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa; – memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa; – menetapkan Peraturan Desa; – menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; – membina kehidupan masyarakat Desa;– membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;– membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala
produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;– mengembangkan sumber pendapatan Desa;– mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa;– mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;– memanfaatkan teknologi tepat guna;– mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;– mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan– melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Berikut sejumlah hak , kewajiban , dan sejumlah larangan yang harus dipertanggungjawabkan (Pasal 26 ayat 3, 4; Pasal 27; pasal 28; Pasal 29)
Hak Masyarakat Desa: Pasal 68 (1)• Masyarakat Desa berhak:
– meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;
• – memperoleh pelayanan yang sama dan adil;– menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung
jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;
– memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi:• Kepala Desa;• perangkat Desa;• anggota Badan Permusyawaratan Desa; atau• anggota lembaga kemasyarakatan Desa.
– mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan ketenteraman dan ketertiban di Desa.
Kewajiban Masyarakat Desa: Pasal 68 (2)
• Masyarakat Desa berkewajiban:– membangun diri dan memelihara lingkungan Desa;– mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa yang baik;
– mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram di Desa;
– memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan, permufakatan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan di Desa; dan
– berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa.
Pembinaan (Pasal 112 ayat 3)
• Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memberdayakan masyarakat Desa dengan:– menerapkan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, teknologi tepat guna, dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan pertanian masyarakat Desa;
– meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat Desa melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; dan
– mengakui dan memfungsikan institusi asli dan/atau yang sudah ada di masyarakat Desa.
Pembinaan (Pasal 112 ayat 4)
• Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan.
• Penjelasan:– Yang dimaksud dengan “pendampingan” adalah
termasuk penyediaan sumber daya manusia pendamping dan manajemen.
Pengawasan & Partisipasi Masyarakat
• Pasal 68, ayat 1, huruf a. “Masyarakat Desa berha “meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dst…
• Pasal 82, Ayat 1, “Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai
rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa.Ayat 2, Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan Pembangunan Desa.• Pasal 86, ayat 1, “Desa berhak mendapatkan akses informasi
melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 116(1) Desa yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku tetap diakui
sebagai Desa.(2) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan Peraturan Daerah
tentang penetapan Desa dan Desa Adat di wilayahnya.(3) Penetapan Desa dan Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan(4) Paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Desa melakukan inventarisasi Aset Desa.
Tiga Tantangan Utama
Konflik:Perubahan dari desa ke desa adat; masa tugas yang panjang; banyak
uang
Korupsi:Politik uang yg
menguat;Kerakusan;Hedonisme.
Kelembagaan yg lemah:
SDM gonta-ganti; Pengembangan
kapasitas tdk berjalan/ tdk ber-kesinambungan
Keterkaitan MK 35/20012 dgn UU No. 6/2014: UU Desa sebagai uu organik untuk pelaksanaan MK 35/2012?
MK 35/2012:Hutan adat BUKAN hutan
negara;Hutan adat berada dlm
wilayah adat MHA;MHA ditetapkan dalam
Peraturan Daerah;(dgn) kriteria yang sdh ditetap dan digunakan
dlm berbagai putusan MK
UU 6/2014:Desa Adat adalah MHA
(psl. 96);(dgn) kriteria dlm
putusan2 MK (Psl 97);Kewenangan untuk
mengatur dan mengurus ulayat/wilayah adat;
Ditetapkan dgn Perda (Psl 98);
Dilampiri peta (Psl. 17: 2)
Pekerjaan Rumah…
• Peningkatan pemahaman publik tentang bahayanya jika seluruh tantangan yang ada tidak terlewati;
• Perlu upaya pengkondisian yang masif;• Persiapan-persiapan yang diperlukan bagai
perubahan dari desa ke desa adat:– Penyusunan sejarah komunitas desa adat yang ada;– Pemetaan wilayah adat;– Advokasi pada pemeritah untuk memfasilitasi proses
perubahan itu (Psl. 11: 1 cq. Psl. 99: 2)
SEKIAN & TERIMA KASIH