pemahaman dasar tentang manusia
DESCRIPTION
FILSAFAT MANUSIATRANSCRIPT
Pemahaman Dasar tentang Manusia
a. Menurut Filsuf
Menurut pandangan filsafat, manusia merupakan :
1. Makhluk yang mempunyai budi (Homo Sapiens),
2. Binatang yang berpikir (Animal Rational),
3. Makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan
perasaan dalam kata-kata yang tersusun (Homo Laquen),
4. Makhluk yang terampil. Manusia pandai membuat perkakas atau disebut
juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat alat (Homo Faber),
5. Makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Zoon Politicon),
6. Makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis (Homo
Economicus),
7. Makhluk yang beragama (Homo Religious).
Pandangan para filsuf tentang manusia :
1. Aristoteles (384-322 SM)
Menurut aristoteles manusia adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial yang ingin selalu bergaul dan bermasyarakat dengan manusia lain,
makhluk yang ada dan berelasi dengan manusia lain. Sosialitas adalah kodrat manusia
dimana manusia lahir, tumbuh dan menjadi insan dewasa bersama manusia lain. Maka
definisi manusia sebagai makhluk sosial secara langsung bermaksud menegaskan bahwa
hanya dalam lingkup tata hidup bersama kesempurnaan manusia akan ditemukan. Hidup
dan perkembangan manusia, bahkan apa yang disebut dengan makna dan nilai kehidupan
manusia hanya mungkin terjadi dalam konteks kebersamaan dengan manusia lain.
Makna dan nilai hidup akan tertuang secara nyata apabila manusia mengamini dan
mengakui eksistensi sesamanya. Juga pemekaran sebuah kepribadian akan tercapai jika
manusia mampu menerima kehadiran sesamanya.
Menurut aristoteles tujuan manusia adalah kehidupan yang baik. Hidup bersama dengan
manusia lain bukan semata-mata sebuah “gerombolan” tanpa tujuan, melainkan sebuah
kesatuan system yang terarah untuk menuju kesempurnaan dirinya.
2. Socrates (470-399 SM)
Pendapat Socrates tentang manusia bahwa pada diri manusia terpendam jawaban
mengenai berbagai persoalan dunia. Manusia adalah makhluk yang terus-menerus
mencari dirinya sendiri dan yang setiap saat bertanya dan mengkaji secara cermat
kondisi-kondisi eksistensinya. Namun, Socrates berkata seringkali manusia itu tidak
menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan yang
dipertanyakan. Menurutnya, salah satu hakekat manusia adalah ia ingin tahu dan untuk
itu harus ada orang yang harus membantunya yang bertindak sebagai bidan yang
membantu bayi lahir dari rahimnya.
3. Plato (427 – 347 SM)
Menurut Plato jiwa manusia adalah entitas nonmaterial yang dapat terpisah dari tubuh.
Jiwa itu ada sejak sebelum kelahiran, jiwa itu tidak dapat hancur alias abadi. Plato
membagi jiwa atas tiga fungsi , yaitu :
1. Epithymia (suatu bagian keinginan dalam jiwa).
2. Thymos, (suatu bagian energik dalam jiwa).
3. Logos, (suatu bagian rasional dalam jiwa dan sebagai puncak dan pelingkup).
Menurutnya, hakikat manusia terdiri atas dua elemen yaitu rasio dan kesenangan (nafsu).
Pada bagian lain Plato berteori bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen, yaitu roh,
nafsu, dan rasio. Dalam operasinya, dia mengandaikan roh itu sebagai kuda putih yang
menarik kereta bersama kuda hitam (nafsu), yang dikendalikan oleh kusir yaitu rasio
yang berusaha mengontrol laju kereta. Berdasarkan tiga elemen hakikat manusia
tersebut, Plato membagi manusia menjadi tiga kelompok:
- Pertama, manusia yang didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya ialah meraih
pengetahuan
- Kedua, manusia yang didominasi roh yang hasrat utamanya ialah meraih reputasi,
dan
- ketiga, manusia disominasi nafsu yang hasrat utamannya pada materi. Tugas rasio
adalah mengontrol roh dan nafsu.
4. Rene Descartes (1596-1650)
Rene Descartes mendefinisikan manusia sebagai ‘a thinking being’, makhluk yang
berpikir. Menurutnya manusia adalah makhluk ganda yang mempunyai pikiran dan badan
perluasan. Apa yang kita pikirkan dengan akal kita tidak terjadi di dalam badan tetapi itu
terjadi di dalam pikiran, yang sama sekali tidak tergantung pada realitas perluasan.
Namun Descartes tidak dapat menyangkal bahwa ada interaksi konstan antara pikiran dan
badan. Interaksi konstan berlangsung antara “roh” dan “materi”. Pikiran dapat selalu
dipengaruhi oleh perasaan dan nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan
badaniah. Namun pikiran dapat menjauhkan diri dari impuls-impuls ‘tercela’ semacam itu
dan bekerja tanpa tergantung pada badan. Maka manusia mempunyai kemampuan untuk
bangkit mengatasi kebutuhan-kebutuhan badaniah dan bertindak secara rasional. Dalam
hal ini pikiran lebih unggul daripada badan. Berpikir itu sangat sentral dalam manusia,
manusia menyadari keberadaannya karena dia berpikir (cogito ergo sum). Lebih lanjut
Descrates berpendapat bahwa ada dua macam tingkah laku, yaitu tingkah laku mekanis
yang ada pada binatang dan tingkah laku rasional yang ada pada manusia. Ciri rasional
pada tingkah laku manusia ialah ia bebas memilih, pada hewan kebebasan itu tidak ada.
Karena bebas memilih itulah maka pada manusia ada tingkah laku yang mandiri.
5. Jean Paul Sartre (1905 -1980)
Manusia merupakan suatu proyek ke masa depan yang tidak mungkin didefinisikan.
Manusia adalah sebagaimana ia diperbuat oleh dirinya sendiri. Ia adalah masa depannya.
Moral dan etika harus diciptakan oleh manusia sendiri. Kita adalah kebebasan total, “kita
dihukum untuk bertindak bebas”. Inilah kemegahan dan sekaligus kemalangan bagi kita,
sebab kebebasan mengandung juga tanggung-jawab. Kita bertanggung-jawab atas seluruh
eksistensi kita dan bahkan kita bertanggung-jawab atas semua manusia karena terus-
menerus kita adalah manusia yang memilih dan dengan memilih diri kita sendiri, kita
sekaligus memilih untuk semua orang. Dari tanggung-jawab yang mengerikan ini lahirlah
kecemasan atau keputus-asaan. Kita berusaha meloloskan diri dari kecemasan serta
keputusasaan itu melalui sikap malafide (mauvaise foi) serta keikhlasan (sincerite),
dengan berlagak seolah-olah kita bisa ada sebagaimana seharusnya kita ada dan secara
diam-diam menyisipkan suatu identifikasi antara en-soi (Ada-pada-dirinya) dan pour-soi
(kesadaran kita).
b. Menurut Psikologi
Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku
utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi
lingkungan. Determinan tri dimensional ini (organo biologi, psikoedukasi, dan sosiokultural)
merupakan determinan yang banyak dianut oleh ahli psikologi.
Terdapat empat aliran-aliran besar psikologi yang memiliki sudut pandang berbeda-beda, dan
dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan
manusia, kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia. Berikut pandangan empat
aliran tersebut tetang manusia :
1. Psikoanalisis
Sigmund Freud (1856-1839) seorang pendiri psikoanalisis berpendapat bahwa
kepribadian manusia terdiri atas 3 sistem yaitu :
a. Id (dorongan biologis) merupakan potensi yang terbawa sejak lahir yang berorientasi
pada kenikmatan (pleasure principle), menghindari hal-hal yang tidak
menyenangkan, dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi.
b. Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan) berusaha memenuhi keinginan dari id
berdasarkan kenyataan yang ada (Reality principle).
c. Superego (kesadaran normatif) menuntut adanya kesempurnaan dalam diri dan
tuntutan yang bersifat idealitas.
Dalam diri manusia terdapat tiga kesadaran, yaitu :
a. Alam kesadaran
Alam kesadaran manusia digambarkan oleh Freud sebagai sebuah gunung es dimana
puncaknya yang kecil muncul kepermukaan.
b. Alam tidak sadar
Freud menggambarkan alam tidak sadar sebagai sebuah gunung es dimana puncaknya
yang kecil tidak muncul kepermukaan. Alam ketidaksadar sangat luas dan
berpengaruh dalam kehidupan manusia.
c. Alam prasadar
Dengan metode asosisi bebas, hipnotis, analisis mimpi, salah ucap, dan tes proyeksi
hal-hal yang terdapat dalam alam prasadar dapat muncul ke alam sadar.
2. Psikologi Prilaku (behavior)
Aliran ini menyebut manusia sebagai homo mekanicus (manusia mesin), yang artinya
segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap
lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya. Aliran ini
mengangap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan
oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat ini merupakan
hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang perilaku binatang
yang sebelumnya dikondisikan.
3. Psikologi Humanistik
Aliran ini menyebut manusia sebagai Homo Ludens (manusia bermain). Humanistik
berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi yang baik, minimal
lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-
kualitas insani. Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti
kemampuan abstraksi, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa
estetika. Kualitas ini khas dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga
memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri.
Asumsi ini meunjukkan bahwa manusia makhluk yang sadar dan mandiri, pelaku yang
aktif yang dapat menentukan hampir segalanya.
4. Psikologi Transpersonal
Psikologi transpersonal mengkaji tentang potensi tertinggi yang dimiliki manusia, dan
melakukan penggalian, pemahaman, perwujudan dari kesatuan, spiritualitas, serta
kesadaran transendensi. Dua unsur penting yang menjadi telaah psikologi transpersonal
yaitu potensi-potensi yang luhur (potensi tertinggi) dan fenomena kesadaran manusia.
The altered states of consciousness adalah pengalaman seorang melewati kesadaran
biasa misalnya pengalaman memasuki dimensi kebatinan, keatuan mistik, komunikasi
batiniah, pengalaman meditasi. Demikian pula dengan potensi luhur manusia
menghasilkan telaah seperti extra sensory perception,transendensi diri, ectasy , dimensi
di atas kesadaran, pengalalman puncak, daya batin dll.
c. Menurut Pendapat Saya
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan YME yang diciptakan berbeda dari makhluk-
makluk Tuhan yang telah diciptakan sebelumnya. Manusia diberikan akal untuk berpikir dan
manusia berikan kelebihan yaitu rasa, karsa, cipta, karya, dan hati nurani. Dari semua
kelebihan tersebut bisa dikembangkan kedalam potensi-potensi yang bersumber dari cipta,
yaitu potensi intelektual atau intelectual quontien (IQ). Potensi dari rasa, yakni potensi
emosional atau emosional quontien (EQ) dan potensi spiritual atau spiritual quontien (SQ).
Sedangkan potensi yang bersumber dari karsa adalah potensi ketahanmalangan atau
adversity quontien (AQ) dan potensi vokasional quontien (VQ). Tugas manusia di dunia ini
adalah sebagai khalifah. Tuhan menyuruh manusia untuk mengatur, mengelola,
memberdayakan dan menjaga kelestarian alam.
Daftar Pustaka
- Anonim. “Hakikat Manusia Menurut Para Filosof”
http://santriuniversitas.blogspot.com/2011/05/hakikat-manusia-menurut-para-filosof.html (diakses
tanggal 20 September 2012)
- Anonim. “Pandangan Aristoteles Zoon Politicon”.
http://belajarilmuhukumoch.blogspot.com/2012/08/pandangan-aristoteles-zoon-
politicon.html (diakses tanggal 20 September 2012)
- Bunaiya, Amsal. “Hakikat Manusia dalam Pandangan Filsafat”.
http://bunayhartop.blogspot.com/2012/06/hakikat-manusia-dalam-pandangan.html (diakses
tanggal 20 September 2012)
- Majid, Abdul. “Filsafat Manusia Menurut Ahli Filsafat”.
http://masaji2010.wordpress.com/2010/06/26/filsafat-manusia-menurut-ahli-filsafat/ (diakses
tanggal 20 September 2012)
- Mariani, Devi Ari. “Manusia dalam Perspektif Psikologi”
http://paudanakceria.wordpress.com/2012/03/07/manusia-dalam-perspektif-psikologi/ (diakses
tanggal 20 September 2012)