pemali dalam budaya etnik paser di kabupaten paser: …

15
e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329 Terakreditasi Sinta 4 315 PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: SUATU TINJAUAN SEMIOTIKA Ajeng Irma Macshury, M. Bahri Arifin, Syamsul Rijal Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang makna tanda pemali dalam masyarakat etnik Paser di Kabupaten Paser. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemali apa yang diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat etnik Paser serta makna yang terkandung dalam tanda di setiap pemali yang dilaksanakan oleh masyarakat etnik Paser. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualititatif yang dipaparkan secara deskriptif. Penelitian ini difokuskan pada kata-kata lisan atau tertulis yang dikumpulkan melalui informasi dalam bentuk rekaman wawancara kepada informan untuk memperoleh dan mengetahui pemali-pemali yang diketahui dan dilaksanakan oleh etnik Paser di Provinsi Kalimantan Timur. Dari hasil penelitian ini ditemukan makna yang terkandung dalam tanda di setiap pemali dengan menggunakan teori semiotika. Makna tanda dalam pemali dalam penelitian ini mendeskripsikan makna denotatif atau pemaknaan tingkat satu, yaitu makna sesuai dengan kamus, dan makna konotatif atau pemaknaan tingkat dua, yaitu menjadi mitos dalam budaya etnik Paser. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 49 pemali yang diketahui, di antaranya pemali bagi anak-anak, pemali bagi anak gadis ataupun anak yang baru remaja, pemali bagi wanita yang sedang mengandung, dan pemali bagi semua orang. Kemudian dari 49 Pemali yang diketahui ada 18 pemali yang dilaksanakan oleh sebagian masyarakat etnik Paser yang ada di Kabupaten Paser. Pemali tersebut bertujuan menjaga keselamatan, kesehatan, rezeki dan jodoh. Kata Kunci: semiotika, tanda, pemali, mitos ABSTRACT This study discusses the meaning of the pemali sign in the Paser ethnic community in Paser Regency. The purpose of this study is to find out what pemali are known and practiced by the Paser ethnic community and the meaning contained in the sign in each pemali practiced by the Paser ethnic community. This research is a field research with a qualitative approach that is described descriptively. This research is

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

315

PEMALIDALAMBUDAYAETNIKPASERDIKABUPATENPASER:SUATUTINJAUANSEMIOTIKA

AjengIrmaMacshury,M.BahriArifin,SyamsulRijal

ProgramStudiSastraIndonesia,FakultasIlmuBudaya,UniversitasMulawarman

Email:[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang makna tanda pemali dalam masyarakat etnikPaser di Kabupaten Paser. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuipemali apa yang diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat etnik Paser sertamakna yang terkandung dalam tanda di setiap pemali yang dilaksanakan olehmasyarakat etnik Paser. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan denganpendekatan kualititatif yang dipaparkan secara deskriptif. Penelitian inidifokuskanpadakata-katalisanatautertulisyangdikumpulkanmelaluiinformasidalam bentuk rekaman wawancara kepada informan untuk memperoleh danmengetahui pemali-pemali yang diketahui dan dilaksanakan oleh etnik Paser diProvinsi Kalimantan Timur. Dari hasil penelitian ini ditemukan makna yangterkandung dalam tanda di setiap pemali denganmenggunakan teori semiotika.Maknatandadalampemalidalampenelitianinimendeskripsikanmaknadenotatifatau pemaknaan tingkat satu, yaitu makna sesuai dengan kamus, dan maknakonotatif atau pemaknaan tingkat dua, yaitumenjadimitos dalam budaya etnikPaser. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 49 pemali yang diketahui, diantaranyapemalibagianak-anak,pemalibagianakgadisataupunanakyangbaruremaja, pemali bagi wanita yang sedang mengandung, dan pemali bagi semuaorang.Kemudiandari49Pemaliyangdiketahuiada18pemaliyangdilaksanakanoleh sebagian masyarakat etnik Paser yang ada di Kabupaten Paser. Pemalitersebutbertujuanmenjagakeselamatan,kesehatan,rezekidanjodoh.KataKunci:semiotika,tanda,pemali,mitos

ABSTRACT

ThisstudydiscussesthemeaningofthepemalisigninthePaserethniccommunityinPaserRegency.Thepurposeofthisstudy isto findoutwhatpemaliareknownandpracticedby thePaserethniccommunityand themeaningcontained in the sign ineach pemali practiced by the Paser ethnic community. This research is a fieldresearchwithaqualitativeapproachthatisdescribeddescriptively.Thisresearchis

Page 2: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

316

focused on verbal or written words collected through information in the form ofrecorded interviews to informants to obtain and know the pemali known andpracticedby thePaser ethnicity inEastKalimantanProvince.This study found themeaningcontained in thesign ineachpemalibyusingthe theoryof semiotics.Themeaningofsigninpemaliinthisresearchdescribedenotativemeaningorlevelonemeaning, that is, meaning in accordance with the dictionary, and connotativemeaning or level two meaning, namely the concequences of pemali that finallybecomemyths in the Paser ethnic culture. This study found asmany as 49 knownpemali, including pemali for children, pemali for girls or children who are justteenagers,pemaliforwomenwhoarepregnant,andpemaliforeveryone.Thenofthe49 Pemali known therewere 18 pemali thatwere practiced by some of the Paserethnic community in Paser Regency. Pemali aims to maintain safety, health,prosperityandmarriagemate.Keywords:semiotics,signs,diggers,mythsA. PENDAHULUAN

Salah satu negara yang kaya akan kebudayaanya adalah Indonesia; hampir

setiap daerah di Indonesia memiliki budaya tersendiri. Kebudayaan tersebutterdiri atas berbagai ras, suku, dan agama. Kebudayaan tidak terlepas darikehidupan bermasyarakat baik lisan maupun tulisan. Tradisi lisan merupakansalahsatutradisiyangmasihbanyakdilakukanolehsebagianmasyarakatyangadadiIndonesia.Tradisilisandapatdiartikansebagaipengetahuanadatdankebiasaanyang disampaikan secara lisan yang berlangsung secara turun-temurun. Tradisilisan berupa ungkapan ini yang sering digunakan olehmasyarakat di Indonesiadikarenakan dekat dengan kegiatan sehari-hari. Salah satu tradisi lisan ini lebihdikenalsebagaipemali.Pemaliataupantangandibentukberdasarkanpolahidupdimasyarakat yang dikaitkan dengan adat istiadat yang berlaku di lingkunganmasyarakat.

Pemalimerupakankearifanbudayalokalyangterbentukmelaluipengalaman-pengalaman masyarakat. Seperti yang dijelaskan Wahyuningsih (2014:172),kearifanbudayalokalterbentukdaricaraberpikirdanbersikapsuatumasyarakatketikameresponmasalah-masalahyang timbuldi sekitarnya.Pemikiran tersebutdilandasinalarjernih,budiyangbaik,danmemuathal-halpositif.Kearifanbudayalokaldapatdipahamisebagaikaryaakalbudi,perasaanmendalam,tabiat,bentukperangai,dananjuranuntukkemuliaanmanusia.

Etnik Paser memercayai istilah pemali atau pantangan dari zaman dahuluhinggasekarang.EtnikPaseradalahbagiandaribangsayangtanahasalnyaberadadi selatan Kalimantan Timur, yaitu di Kabupaten Paser dan Kabupaten PenajamPaserUtara.BudayadanadatistiadatetnikPaserdipengaruhiolehbudayaMelayu.EtnikPasersebagianbesarberagamaIslamdantelahmendirikankerajaanIslam,yaituKesultananPaserdanKerajaanSadurangas.

Page 3: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

317

Etnik Paser yang sudah lanjut usia bahkan generasi penerusnyamemahamibahwa pemali atau pantangan itu sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Etnik Paser memercayai bahwa pemali atau pantangan itu nyata adanya.Dalam kehidupan bermasyarakat, dijumpai berbagai hal yang tidak bolehdilakukan.DalambahasaPaser,disebutdengankendionyangberartipemaliataupantangan.

Pemali sebagai kearifan lokalmerupakan bentuk ucapan nasihat atau ceritayang disampaikan secara turun-temurun. Bagi masyarakat yang tidak percayapada pemali,maka nasihat tersebut sering disebut sebagai sebuahmitos belaka.Pemali dikenal sebagai suatu pantangan atau laranganmelakukan sesuatu yangapabila dilakukan, maka akan menimbulkan bencana atau sesuatu yang tidakdiinginkan. Pantangan tersebut tentunya berawal dari banyaknya kasus yangterjadi pada masyarakat luas, kemudian menjadi pola tingkah laku dalamkehidupansehari-harimasyarakat,termasuketnikPaser.

Pemali atau kendion pada etnik Paser terbentukmelalui sosialisasi dalambentuk teguran. Teguran tersebut dapat dilakukan secara langsung terhadapseseorangyangdinilai telahmelanggarhal-halyangdipemalikanmenuruttradisimereka atau melalui cerita yang diturunkan. Misalnya pemali atau laranganmelangkahi garam karena seperti mendoakan orang tua cepat meninggal;perempuanhamildilarangmelilitkanhandukdikepalakarenaketikamelahirkananaknyaakandililittalipusar;laranganmemakanentokkarenamerupakansalahsatuketurunanKerajaanPaser,danlarangan-laranganlainnya.

Pemali yang telah dilaksanakan oleh etnik Paser belum tentu dialami olehetnik lain. Rahyono (melalui Wahyuningsih, 2014:172) menjelaskan bahwakearifan lokal adalahhasildarimasyarakat tertentumelaluipengalamanmerekadan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akanmelekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melaluiperjalananwaktuyangpanjang,sepanjangkeberadaanmasyarakattersebut.Olehkarenaitu,nilai-nilaipemalietnikPasermerupakanperilakuhidupetnikPaserdiKabupatenPaseryangbelumtentudialamiolehetniklainnya.

Berdasarkan beberapa contoh pelaksanaan pemali di atas, dapat diketahuiterdapat pantangan yang tidak masuk akal. Akan tetapi, pemali tersebut tetapdilaksanakan oleh etnik Paser karena dianggap banyak mengandung nilai-nilaimoral, pendidikan, dan kemanusiaan. Penelitian pemali pada etnik Pasermerupakan fenomena kebudayaan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Sebab,etnik Paser masih ada yang memercayai dan melaksanakan pemali yang telahditurunkankepadagenerasipenerusnya.

Penelitianinimenjadikanpemalisebagaiobjekkajian,khususnyapadapemaliyang dilaksanakan oleh etnik Paser. Penelitian inimenggunakan teori semiotikaRoland Barthes danmencari makna yang terkandung dalam pemali etnik Paseryang ada di Kabupaten Paser. Oleh karena itu, judul dalam penelitian ini, yaituPemalidalamBudayaEtnikPaserdiKabupatenPaser:SuatuTinjauanSemiotika.

Page 4: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

318

B. LANDASANTEORI

1. Pemali

Rohidi(dalamImran,2017:21)menjelaskanbahwapemalimerupakanistilahyangdigunakanuntukmenyatakan larangankepadaseseorangyangberbuatdanmengatakansesuatuyangtidaksesuaidengannormayangberlakudimasyarakat.Pemalimemilikimaknapantangan,laranganberdasarkanadatdankebiasaan.

Kamal (dalam Pongsilurang, 2014: 4) menjelaskan pemali sebagai larangansosialyangkuatyangberkaitandengansetiap lingkungankegiatanmanusiaataukegiatansosialyangdinyatakansebagaisucidanterlarang.KemudianWardhaughmenjelaskan bahwa pemali ditetapkan karena orang percaya bahwaketidaksesuaian akan mendatangkan konsekuensi bagi mereka, baik perilakuverbalmaupunnonverbaldiakibatkankarenamelanggarkodemoralmasyarakatberdasarkankeyakinansupranatural(Pongsilurang,2014:4)

Pemalidapatdikatakansebagaikata-katapantanganyangseringdisebutjugakata tabu. Kridalaksana (2009:233) mendefinisikan tabu adalah sesuatu yangdilarang baik karena kekuatan yang membahayakan (positif) maupun karenakekuatan yangmencemarkan ataumerusak kekuatan hidup seseorang (negatif).Olehkarenaitu,tabudihindaridenganeufemisme.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pemali merupakanpantanganterhadaphal-halyangtidaksesuaidengannormadidalammasyarakat.Pemali adalah kata-kata pantangan yangmenurut budaya atau adat tidak bolehdilakukankarenabisamenimbulkanhal-halyangburuk.Pemalidimaknaisebagailaranganmelakukansesuatuberdasarkantuntutannilaidanfalsafahbudayayangdisampaikanataudiajarkansecaralisandarisatugenerasikegenerasiberikutnya.Apabila dilanggar atau diabaikan akan membawa akibat buruk bagi yangmelanggarnya,baikdirisendirimaupunkelompokmasyarakat.2. Semiotika

Istilah semiotika cenderung dipakai oleh para penutur bahasa Inggris ataumerekayangmewarisitradisiPeircian(HawkesmelaluiBudiman,2011:4).Scholes(melalui Budiman, 2011:3) mendefinisikan semiotika sebagai pengkajian tanda-tanda(thestudyofsigns).Padadasarnyasemiotikamerupakansebuahstudiataskode-kode,yaitusistemapapunyangmemungkinkanmemandangentitas-entitassebagaitanda-tandaatausebagaisesuatuyangbermakna.DiperjelaskembaliolehPeirce (dalam Budiman, 2011:3) semiotika merupakan sebuah nama lain bagilogika,yaitudoktrinformaltentangtanda-tanda(theformaldoctrineofsigns).

Semiotika pertama kali dikembangkan dan banyak dipergunakan dalampengkajian sistem tanda. Semiotika dalam kaitannya dengan hal tersebut adalahpemahamansemiotikayangmengacupadateorisemiotikaFerdinandDeSausuredan Semiotika Charles Sanders Peirce, yang dikenal sebagai bapak semiotikamodern, serta semiotika Roland Barthes, Semiotika C.K. Ogden dan I.A. Richard,danSemiotikaMichaelRiffaterre(AmbarinidanUmaya,2010:35).

Page 5: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

319

Semiotika Roland Barthes (1915-1980) mengembangkan dua tingkatanpertandaan,yaitutingkatdenotasidankonotasi.Referensiterhadappenandayangditandai sering disebut sebagai signifikasi tataran pertama (first order ofsignification)yaitureferensidenotasi,sedangkankonotasidisebutsebagaisistempenanda tataran kedua (second order signifying sistem) (Sulaiman dalamAmbarinidanUmaya,2010:35).

Pendekatan semiotik Barthes secara khusus tertuju kepada sejenis tuturan(speech)yangdisebutnyasebagaimitos.MenurutBarthes,bahasamembutuhkankondisi tertentu untuk dapat menjadi mitos, yaitu secara semiotis. Semiotisdicirikan oleh hadirnya sebuah tataran signifikasi yang disebut sebagai sistemsemiologis tingkat kedua (the second order semiological system). Penanda-penanda berhubungan dengan petanda-petanda sehingga menghasilkan tanda(Budiman,2011:38)

Semiotikamerupakanstudiyangmempelajaritentangtanda-tandadanprosestanda. Ilmu semiotika inimenganggapbahwa fenomena sosial atauyangdisebutmasyarakat dan kebudayaan merupakan sebuah tanda-tanda. Kajian semiotikamempelajari tentang sistem-sistem, aturan-aturan yang memungkinkan tanda-tanda tersebutmemiliki sebuah arti. Secara etimologis, istilah semiotika berasaldari kata Yunani yaitu semeion yang berarti ‘tanda’. Tanda dapat didefinisikansebagai suatu yang telah terbangun sebelumnya, tanda juga dimaknai sebagaisuatuhalyangmenunjukpadahalyanglain.Contohnyaasapmenandaiadanyaapi(Wibowo,2013:7).

Barthes dalam Budiman (2011: 33), mencoba memilah-milah penanda-penandapadawacananaratifkedalamserangkaianfragmenringkasdanberuntunyang disebutnya sebagai leksia-leksia (lexias), yaitu satuan-satuan pembacaan(units of reading) dengan panjang pendek yang bervariasi. Leksia sesungguhnyabisamenyerupai apa saja, misalnya bisa berupa satu-dua patah kata, terkadangjuga memiliki kelompok kata dan kalimat, bahkan juga bisa berupa paragraf,tergantung di mana kita menemukan sesuatu yang memungkinkan kita dalammenemukansebuahmakna.

Semiotik Barthes (Budiman, 2011: 38) secara khusus tertuju pada sebuahtuturan (speech) yang disebut sebagai mitos. Menurut Barthes, bahasamembutuhkan kondisi tertentu untukmenjadimitos, yaitu yang secara semiotisbercirikandenganhadirnyasebuahtataransignifikasiyangdisebutdengansistemsemiologis tingkat kedua (the second order semiological system), penanda-penanda tersebut bisa langsung berhubungan dengan petanda-petanda sehinggadapatmenghasilkantanda.Pertamateoritentangtandayangmenekankanadanyasalah satu diantaranya mengasumsikan ada enam faktor dalam berkomunikasi,yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi danacuan (hal yang dibicarakan). Yang kedua, memberi tekanan pada tanda danmemahaminya dari proses komunikasi. Namun, sebaliknya yang diutamakanadalah pemahaman tentang tanda sehingga proses pada penerima tanda lebihdiperhatikan dari pada proses komunikasinya (Anggraini, 2016). Hegel (dalamAnggraini,2016)mengakuibahwaproseskomunikasiterjadikarenaadanyatanda

Page 6: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

320

(berbicaradanbahasa)danmelihatnyabersama-samadengankaryayangbersifatmateriilsebagaisuatujeniskebutuhandalammasyarakat.

1.Signifier(penanda)

2.signified(petanda)

1. Denotativesign(tandadenotatif)

2. CONNOTATIVESIGNIFIER(PENANDAKONOTATIF)

3. CONNOTATIVESIGNIFIED(PETANDAKONOTATIF)

4. CONNOTATIVESIGN(TANDAKONOTATIVE

Sobur(2013:69),daripetaBarthesdiatasterlihatbahwatandadenotatif(3)

terdiriataspenanda(1)danpetanda(2).Akantetapi,padasaatyangbersamaan,tandadenotatifjugamerupakanpenandakonotatif(4).

Namun, Berger (2010: 65-67) menjelaskan bahwa makna denotasi dankonotasi memegang peranan yang sangat penting jika dibandingkan denganperanandalamilmu linguistik.Maknadenotasi itusendiribersifat langsungyangdapatdisebutsebagaigambarandarisuatupetanda.Sedangkan,maknakonotatifdari beberapa tanda akan menjadi semacam mitos atau petunjuk mitos (yangmenekankan makna-makna tersebut) sehingga dalam banyak hal (makna)konotasimenjadisebagaiperwujudanmitosyangsangatberpengaruh.Mekanismesuatumitositusendirimerupakancarapenggambaranyangbiasanyaterikatpadaobjek itu sendiri sehinggapenerapanmakna-makna ideologinyamenjadi tampakalamiuntukdapatditerimadenganakalsehat.

Secarateknis,Barthes(dalamBudiman,2011:66)menyebutkanbahwamitosmerupakan urutan kedua dari sistem semiologi, sementara itu ada beberapatanda-tandayangberadapadaurutanpertamadalamsistemitu(yaitukombinasiantarapetandadanpenanda)danmenjadipenandadalamsistemkedua).Dengankatalain,tanda-tandadalamsistemlinguistikmenjadipenandabagisistemmitos,dan kesatuan antara penanda dan petanda dalam sistem disebut “penandaan”.Selain itu, Barthes jugamenggunakan istilah khusus untukmembedakan sistem

Page 7: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

321

mitos dari hakikat bahasanya, dia jugamenggambarkan suatu penandaan dalammitossebagaibentuk,danpenandasebagaikonsep.

Parera(2004:97-98)menjelaskanbahwadenotasiadalahmaknayangwajar,asli, dan diketahui para mulanya, yaitu makna yang sesuai dengan kenyataan,sedangkan konotasi adalahmakna yang tidakwajar danmemperoleh tambahantertentu,emosi,nilai,danrangsangantertentuyangbervariasi.

Barthes (Wibowo, 2013:21) menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertamamerupakanhubunganantarasignifier(ekspresi)dansignified(content)didalamsebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthesmenyebutnya bahwa denotasimerupakan makna yang sebenarnya atau makna nyata dari tanda (sign).Sedangkan, konotasi istilah yang digunakan untuk signifikasi tahap kedua, haltersebut menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu denganperasaanatauemosidaripembacadannilai-nilaikebudayaannya.3. EtnikPaser

Kabupaten Paser merupakan salah satu wilayah Provinsi Kalimantan Timur

yang terletak paling selatan di antara wilayah yang lain. Kabupaten Paser disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten KutaiKertanegara, dan Kota Balikpapan; di sebelah selatan berbatasan denganKabupatenKota Baru Provinsi Kalimantan Selatan; di sebelah Timur berbatasandenganKabupatenPenajamPaserUtaradanSelatMakassar.KemudiandisebelahBarat berbatasan dengan Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan(Rusbiyantoro,2014:7).

Kabupaten Paser mempunyai luas wilayah 15.793,66 km2 dengan jumlahpenduduk170.102jiwapadatahun2003.IbukotaKabupatenPaseradalahTanahGrogot.KabupatenPaserdibentukmelaluiUndang-UndangNomor27Tahun1959.Tanggal 29 Desember diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Paser. Saat iniKabupaten Pasermempunyai 10 kecamatan dan 114 desa/kelurahan. KemudianPasermerupakansalahsatuEtnikaslidiKabupatenPaser(Rusbiyantoro,2014:7-8).

C. METODEPENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititatif yang dipaparkan secaradeskriptif. Rumusan pemali yang diketahui dan dilaksanakan masyarakat EtnikPaser. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara denganinforman oleh Etnik Paser di Provinsi KalimantanTimur yang sebelumnya telahditentukan.

Page 8: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

322

D. HASILDANPEMBAHASAN1. PemaliPadaMasyarakatEtnikPaserdiKabupatenPaser

Pemali merupakan aturan atau larangan terhadap sesuatu yang tabu untukdilakukan. Pemali mempunyai aturan dalam berkata, bertindak, dan melakukansesuatu.Tindakberbahasatidakterbebasdarinilai-nilaisosialbudayamasyarakattidak sembaranganmelakukan tindak berbahasa ada peraturan dan norma yangmengatur dan melindungi manusia dalam melakukan interakasi sosial dengansesamanya.

Pada dasarnya pemali berhubungan dengan kata lain yaitu, mitos yangdianggapsebagaiceritakarenamitoskumpulanceritaatauhal-halyangdipercayaisecara turun-temurun oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.Maka Mitosdianggap memiliki hubungan tertentu dengan kehidupan manusia di masasebelumnya. Pemali juga merupakan pesan atau nasihat yang bertujuan untukmengajarkan tata krama dan sopan santun. Pemali yang berisikan perintah ataularanganjikadilanggarakanberakibatburukbagidirisendiridanlingkungan.

Pemali etnik Paser yang diketahui diperoleh dari informan. Pemali yangdidapatdarikeduainformanberjumlah49pemali,diantaranyapemalibagianak-anak,pemalibagianakgadisataupunanakyangbaruremaja,pemalibagiwanitayangsedangmengandung,danpemalibagisemuaorang.

Dari49Pemaliyangdiketahuiada18pemaliyangdilaksanakanolehsebagianmasyarakat etnikPaser yang adadiKabupatenPaser. Pemali tersebutbertujuanmenjagakeselamatan,kesehatan,rezekidanjodoh.Pemalijugamerupakanwujudpenghargaankepadasangleluhur.Padadasarnyapemalidiaturolehadatistiadatuntuk beberapa maksud tertentu. Pertama, menjaga sopan santun dan wibawaparatetuaadat.Kedua,menjagakelestarianalamdanpelestariansatwa.Kemudianyang ketiga, mendidik masyarakat agar bersifat hati-hati dan berperilaku baikkepadasesamamanusiamaupunlingkungansekitar.

Pemaliyangberhubungandenganetikasopansantunseperti:Tendionngensuwow lakmalom lang lounindomombauwok.“larangan bersiul di dalam rumah padamalam hari, nanti dapatmemanggilhantumasukkedalamrumah”

Bersiul merupakan tiruan bunyi suling yang dikeluarkan dari dalam mulut

manusiasehinggaketikamalamharidilaranguntukbersiulkarenaketikabersiulsuarayangterdengarsepertisulingakanributdanmenggangguketenanganoranglain yang sedang beristirahat. Sampai saat ini sebagian besar masyarakat etnikPaser masih meyakini bahwa ketika bersiul pada malam hari di dalam rumahdapat memanggil hantu masuk ke dalam rumah. Pada dasarnya pemali bersiulpadamalamharididalamrumahmerupakanpesankepadaorang-orangagartidakbersiul pada malam hari. Dikarenakan bersiul di malam hari akan menggangguoranglainyangsedangberistirahat.Kemudianlebihmengajarkanoranglaindalam

Page 9: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

323

berperilaku sopan santun dan salingmenghargai satu sama lain yang tinggal didalamrumahtersebut.2. TinjauanSemiotikPemaliEtnikPaser

Dengan menentukan makna semiotik yang menjadi kajian model analisis

Roland Barthes yang lebih dari satu tanda padamasing-masing pemali menjadidata yang akan dianalisis. Dari analisis semiotika Barthes, mengkaji tanda danbagaimana tanda itu bekerja, pemikiran ini didasari oleh pemikiran Saussuremengenai tanda yang dibaginya menjadi penanda dan petanda, analisis Barthesdibagimenjadibeberapatahapanalisis,yaitudenotasi,konotasi,danmitos.Sistemdenotasi adalah sistem pertandaan tingkat pertama yang terdiri dari rantaipenandadanpetanda, yaknihubunganmaterialitaspenandadankonsepabstrakyang ada di baliknya. Menurut Barthes pada tingkat denotasi, bahasamemunculkankode-kodesosialyangmakna tandanyaakan terlihat,berdasarkanhubungan penanda dan petandanya. Sebaliknya, pada tingkat konotasi, bahasamenghadirkan kode-kode yang makna tandanya bersifat tersembunyi (implisit).Maknatersembunyi iniadalahmaknayangmenurutBarthesmerupakanideologiataumitologi(Sobur2009:69).

3. MaknaTandayangTerkandungdalamPemaliEtnikPaserdiKabupaten

PaserKalimantanTimur.

Berikut adalah analisis tanda semiotika dari pemali yang dilaksanakan olehEtnikPaserdiKalimantanTimur.

Data(PL1)PL1 Tendionngensuwowlakmalomlanglounindomombauwok

Pemalibersiulpadamalamharididalamrumah,karenanantidapatmemanggilhantu.

Pada pemali data (PL 1) di atas terdapat empat tanda, yaitu bersiul,malam,

rumah,danhantu.TandatersebutakandianalisisberdasarkanpetatandaRolandBarthessebagaiberikut.

Page 10: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

324

(1) Signifier(Penanda)

bersiul,malam,rumah,danhantu

(2) Signified(Petanda)Bersiul:tiruanbunyisulingyangdikeluarkandaridalammulutmanusia;Malam:Waktusetelahterbenamnyamatahari;Rumah:Tempattinggalatautempatberlindung;hantu:mahlukyangkerjaannyamengganggumanusia.

(3) DenotatifSign(tandadenotatif)

bersiul,malam,rumah,hantu

(4) Signifier(Penanda)

- Bersiul- malam- rumah- hantu

(5)Signifier(Petanda)Malamhariadalahwaktuoranguntukberistirahat,sedangkanbersiuldimalamharidapatmenggangguwaktuistirahatoranglaindarisiulantersebut.Halinidikaitkandengankatahantuuntukmenakut-nakutisehinggatidakbersiul.

(6)Sign(Tanda)Dilarangbersiulpadamalamharididalamrumah,nantidapatmemanggilhantu

Page 11: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

325

Pada peta analisis di atas, terdapat penanda denotasi dengan pemaknaantingkat satu, yaitu bersiul, malam, rumah, dan hantu. Kemudian petandadenotasinya,yaitubersiuladalahtiruanbunyisulingyangdikeluarkandaridalammulut manusia (KBBI V). Malam adalah waktu setelah terbenamnya matahari(KBBIV).Kemudianrumahadalahtempattinggalatautempat berlindung(KBBIV).

Tandadenotatifdenganpemaknaantingkatsatuyangsekaligusakanmenjadipenanda konotatif dalam tahap pemaknaan tingkat dua, yakni bersiul, malam,rumah dan hantu. Kemudian petanda konotasinya, yakni bersiul adalah sebuahtiruanbunyiyangdapatdipergunakanuntukmenghasilkannadadalambermusik.Berbedahalnya jikabersiuldilakukanpadamalamhari,dikarenakanmalamhariadalah waktu orang-orang untuk beristirahat di dalam rumah. Hal itu akanmembuat penghuni rumah yang sedang beristirahat sulit untuk tertidurdikarenakansuaradarisiulantersebutmembuatbisingtelinga.

Pemaknaan selanjutnya, yakni pemaknaan konotasi yang akan menjadisebuahmitos,yaitupemalibersiulpadamalamharididalamrumah,karenanantidapatmemanggilhantu.Bersiulmerupakantiruanbunyisulingyangdikeluarkandaridalammulutmanusia.Sedangkanhantumerupakanbangsajinyangbertugasuntukmenggangguumatmanusia.Hal ini salingberhubungan, dikarenakankatahantudimaknaisebagaipengganggu.Olehkarenaitu,pemalidilarangbersiulpadamalamharididalamrumah,nantidapatmemanggilhantu,memilikimakna,yaitubersiul di malam hari akan memberikan gangguan kepada orang-orang yangsedang beristirat. Gangguan tersebut berupa suara bising dari siulan tersebutsehinggamembuatoranglainsusahuntukttertidur.

Maknakonotasidanmitos terkandungpesanmoraldidalamnya.Bersiuldidalam rumah pada waktu malam hari lebih baik dihindari karena hal itu akanmenggangguwaktuorangyangsedangberistirahatdan lebihmengajarkanorangdalamberperilakusopansantundansalingmenghargaisatusamalainyangtinggaldi dalam rumah tersebut. Boleh saja bersiul asalkan di waktu dan tempat yangtepatsehinggatidakmenggangguketenanganoranglainyangadadidalamrumahData(PL2)PL2 Tendionpeamalanlangilot,takutsuyokuwok

Pemalianakkeciljalanpadawaktumagrib,nantidisembunyikanhantu.

Padapemalidata(PL2)diatas,terdapattigatanda,yaituanakkecil,magrib,

danhantu.TandatersebutakandianalisisberdasarkanpetatandaRolandBarthessebagaiberikut.

Page 12: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

326

(1) Signifier(Penanda)

anakkecil,magrib,hantu

(2) Signified(Petanda)Anakkecil:manusiayangmasihkecilatauumuryangmasihdibawah10tahun

Magrib:waktumataharitebenam

Hantu:Rohjahat

(3) DenotatifSign(TandaDenotatif)anakkecil,magrib,hantu

(4) Signifier(Penanda)

-anakkecil-magrib-hantu

(5)Signifier(Petanda)Anakkeciladalahmanusiayanglemah,belummampuuntukmelindungidiri.Kemudianmagribsuatukeadaanyanggelapdikarenakanmataharitelahterbenam.Jikaanakkecilberkeliarandiwaktumagrib,anaktersebutakantersesat,dikarenakanwaktumagribadalahwaktuyanggelapsehinggaseseorangakansusahuntukmelihat.

(6) sign(Tanda)Dilaranganakkeciljalanpadawaktumagrib,nantidisembunyikanhantu.

Page 13: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

327

Pada peta analisis di atas, terdapat penanda denotasi dengan pemaknaan

tingkat satu, yaitu anak kecil, magrib, dan hantu. Sedangkan petanda denotasi,yaituanakkeciladalahmanusiayangmasihkecilatauumuryangmasihdibawah10tahun(KBBIV).Magribadalah waktumatahari tebenam(KBBIV).Kemudianhantuadalahrohjahat(KBBIV).

Tanda denotatif dengan pemaknaan tingkat satu yang sekaligus menjadipenanda konotatif dalam tahap pemaknaan tingkat dua. Untuk penanda dalamtahap pemaknaan tingkat dua, yakni anak kecil, magrib, dan hantu. Sedangkanpetanda konotasinya, yaitu anak kecil adalah mahluk yang lemah dan belummampu melindungi diri dari bahaya. Kemudian petanda konotasinya magribadalah waktu terbenamnya matahari sehingga suasana akan menjadi gelap dansulit dalam melihat. Kemudian petanda konotasinya hantu adalah marabahaya,sesuatu yang dapat mencelakakan manusia. Jika anak kecil berjalan di waktumagrib,anaktersebutakantersesatdikarenakanpenglihatanberkurangdananakkecilbisasajaterkenabahayasepertitertusukataupunterjatuh.

Pemaknaan selanjutnya, yakni pemaknaan konotasi yang akan dimaknaimenjadi sebuah mitos, yaitu pemali anak kecil jalan pada waktu magrib, takutdisembunyikan hantu. Anak kecil merupakan sosok yang lemah belummampudalammelindungidirisedangkanmagribadalahwaktudengansuasanayanggelapsehinggapenglihatanakanberkurang.Kemudiandisiniterdapatkatahantuyangmerupakanmahlukhalusbertugasuntukmencelakakanmanusia.Olehsebab itu,hantudikaitkansebagaimarabahayapadapemaliini.Sehinggaanakkecildilarangberkeliarandiwaktumagribkarenaanak tersebut akankesulitandalammelihatjalan sehingga menyebabkan kecelakaan seperti terjatuh atau tertusuk bendatajam.

Berdasarkan makna konotasi dan mitos terkandung pesan moral didalamnya. Waktu magrib, sebaiknya anak-anak disuruh untuk masuk ke dalamrumah, untuk menghindari anak-anak berkeliaran di luar rumah. Dikarenakanwaktumagribsangatlahgelaphalitudapatmembahayakananak-anak.

E. PENUTUPPemalimerupakanbagiandarikearifanlokalyangmasihtumbuhdanberkembangpadamasyarakatIndonesiadanterlebihkhususnyapadaetnikPaserdiKabupatenPaser.Hasilpenelitian,dapatdisimpulkansebagaiberikut.

1. Pada etnik Paser terdapat beberapa pemali yang diketahui, namun darisekianbanyakpemali yangdiketahuihanyabeberapayangmasihmerekalaksanakan. Dari pemali tersebut mencakup tentang kesehatan, tentangkeselamatan, tentang rezeki, tentang jodoh, dan tentang adab terhadaporang lain. Kemudian dari pemali yang diketehui maupun pemali yangdilaksanakantersebutberlakubagisemuakalangandiantaranya,bagianakkecil,anakgadis,bagiwanitahamil,bagilaki-laki,bagiorangtua,danbagilaki-lakibujang.

Page 14: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

328

2. Data pemali yang dilaksanakan dianalisis menggunakan teori RolandBarthes.Padaanalisissetiapanalisispemaliterdapatbeberapamaknayangdimaknai berdasarkan tingkat pemaknaan. Pemaknaan tingkat satu, yaitupemaknaan tanda denotatif, artinya makna yang digunakan dalampemaknaan tingkat satu menggunakan makna sebenarnya yang sesuaidengan makna Kamus Besar Bahasa Indonesia . Kemudian pemaknaandilanjutkan dengan pemaknaan tingkat dua, yaitu pemaknaan tandakonotatif berdasarkan makna konotasinya. Makna konotasi merupakanmakna khiasan yang tidak sesuai dengan makna sebenarnya dari padatanda tersebut. Pemaknaan tanda konotasi tersebut mendeskripsikanbagaimanamaknatersembunyidaritandapemalitersebut.Sehinggapesanterkandungatau laranganyangdimaksudkandalampemali tersebut lebihdipahamisecaralogikaataupemikiranakalmanusia.

DAFTARPUSTAKAAkhlak,Annisa.2019.“PemalidalamMasyarakatEtnikBanjardiKotaSamarinda:

SuatuTinjauanSemiotika”.DalamIlmuBudaya.Vol3No.2(2019)http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JBSSB/article/view/1780 (diunduh 29September2019).

Ambarini,ASdanNaziaMaharaniUmaya.2010.SemiotikaTeoridanAplikasipadaKarya Sastra. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.http://eprints.upgris.ac.id/id/eprint/311(diunduh20September2018).

Berger, Athur Asa. 2015. Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam KebudayaanKotemporer.DiterjemahkandalamBahasaIndonesiaolehM.DwiMarianto.Yogyakarta:TiaraWacana.

Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas.Yogyakarta:Jalasutra.

Departmen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia: EdisiKeempat.Jakarta:Gramedia.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2010.Metode Linguistik: AncanganMetode PenelitiandanKajian.Bandung:PT.RefikaAditama.

https://www.kaskus.co.id/thread/5a179e7c620881fd039b456e/mengenal-suku-dayak-paser-fakta-yang-tidak-terlihat/ (diakses tanggal 10November2018).

Imran. 2017. “Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi LisanPemali Masyarakat Bugis Desa Polewali Kecamatan Lainea KabupatenKonawe Selatan”. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan InstitutAgama Islam Negeri Kendari. http://digilib.iainkendari.ac.id (diunduhtanggal20Maret2018).

Kanadiyel.2017.MengenalSukuDayakPaser(FaktayangtidakTerlihat).Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta:

Gramedia.

Page 15: PEMALI DALAM BUDAYA ETNIK PASER DI KABUPATEN PASER: …

e-ISSN 2549-7715 | Volume 4 | Nomor 2 | April 2020 | Hal: 315-329

Terakreditasi Sinta 4

329

Moleong, Lexy Johannes. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.

Nurfaizah.2015.“PemaknaanPamalidalamMasyarakatSundadiDesaCibingbin,KecamatanCibingbin,KabupatenKuningan(KajianDeskriptifSemantikdanSemiotik).” Tesis Program Studi Linguistik Sekolah Pasca SarjanaUniversitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu (diunduhtanggal07Maret2018).