pemanfaatan jerami

Upload: miswardwardzone

Post on 20-Jul-2015

195 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PEMANFAATAN JERAMI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN SAPI PADA USAHATANI TERPADU TANAMAN - TERNAK DI LAHAN SAWAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAMOleh : Nani Yunizar, Yenni Yusriani, Elviwirda, Cut Nina Herlina (Peneliti pada BPTP NAD)

Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi : Sistem perkandangan adalah model kandang tertutup dengan lantai tanah. Pakan yang tersedia rumput (rumput gajah, rumput raja dan rumput alam) dicampur dengan batang pisang. Sapi yang dipelihara kebanyakan milik sendiri dan milik orang lain yang dipelihara dengan sistem gaduhan. Keunggulan/nilai tambah inovasi : Pertambahan berat badan harian tertinggi dijumpai pada kelompok perlakuan T3 (0,955 kg/ ekor/ hari) dan terendah pada T5 (0,438 kg/ ekor/ hari). Pola pemberian pakan 50 persen rumput gajah, 50 persen jerami fermentasi dan dedak halus memberikan PBBH yang optimal. Proses fermentasi dapat meningkatkan protein kasar hingga mencapai 72,12 dan menurunkan kandungan serat kasar sampai 25,68 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa formula pakan pada perlakuan T3 lebih efisien dibandingkan dengan formula pakan pada perlakuan lainnya. Analisis ekonomi pendapatan dari usaha penggemukan sapi secara kereman dengan menggunakan ransum basal jerami fermentasi memberikan nilai R/C ratio sebesar 1,235. Penambahan probiotik ini dapat meningkatkan daya cerna jerami padi menjadi 50 persen.

Uraian inovasi : Pakan yang digunakan berupa perlakuan : TI = ( 0% jerami fermentasi + 100% rumput alam), T2 = (25% jerami fermentasi + 75% rumput alam), T3 = (50% jerami fermentasi + 50% rumput alam),

T4 = (75% jerami fermentasi + 25% rumput alam) dan T5 = (100% jerami fermentasi + 0% rumput alam). Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan

Cara penggunaan inovasi : 1. Sapi lokal Aceh sebanyak 15 ekor berumur 2 - 2,5 tahun (dengan berat badan seragam). 2. Pada masing-masing perlakuan diberikan konsentrat 1 persen dari berat badan (dedak halus). Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. 3. Masa adaptasi terhadap pakan yang akan diuji selama 14 hari. Adaptasi ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa makanan sebelumnya di dalam saluran pencernaan. 4. Sebelum dilakukan perlakuan pakan, semua sapi dilakukan penimbangan berat badan. Selanjutnya penimbangan berat badan dilakukan dengan interval 14 hari. 5. Sebelum hewan coba diadaptasikan, terlebih dahulu diberikan anthelmintik dengan dosis sesuai dengan anjuran. Pemberian anthelmintik ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh parasit gastrointestinal terhadap pertambahan berat badan. Informasi Lain : Meskipun secara keseluruhan terdapat kekurangan terhadap kebutuhan zat-zat nutrisi ransum, namun tidak terlalu berpengaruh terhadap tampilan pertambahan berat badan.

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK

Tanaman jagung memiliki nilai ekonomis yang tinggi, buka saja dari hasil buahnya. Hasil ikutannya pun memiliki nilai ekonomis antara lain sebagai bahan bakar, keperluan industri kertas termasuk kebutuhan pakan ternak. Meski hamparan tanaman jagung dapat kita jumpai di beberapa daerah di Indonesia, namun ketersediaan jagung tidaklah berlangsung sepanjang tahun. Pemanfaatan Tanaman Jagung Pemanfaatan hasil ikutan tanaman jagung berupa batang dan daun yang masih muda, dikenal sebagai jerami jagung dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak sudah banyak dilakukan petani, namun belum seluruhnya optimal pemanfaatannya. Selain diberikan pada ternak sebagai hijauan segar, jerami jagung juga dapat diberikan sebagai hijauan pakan ternak yang mengalami proses pengolahan teknologi pakan dalam bentuk hay dan silase. Seiring berkembangnya daerah-daerah sentra tanaman jagung yang berguna untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak, tidak menutup kemungkinan juga dapat dikembangkan menjadi kawasan daerah potensi petani penghasilan olahan hijauan hasil ikutan tanaman jagung berupa silase dan hay akan memberikan nilai tambah pada pendapatan keluarga petani. Teknologi Pengolahan Jerami Jagung Pada saat musim panen jagung tersedia jerami jagung yang melimpah, begitu selesai masa panen jagung tidak jarang jerami jagung menjadi langka. karena itu teknologi pengolahan pengawetan jerami jagung perlu dibudayakan oleh petani ternak guna tersedianya hijauan pakan ternak sepanjang tahun dan sekaligus akn meningkatkan kualitas mutu pakan. Pembuatan hay, jerami jagung segar dilayukan dan dikeringkan untuk diawetkan dan disimpan dalam beberapa waktu. proses pengeringan dan pelayuan pembuatan hay akan menurunkan kandungan kadar air sampai tersisa dua puluh persen tanpa adanya kerusakan nilai gizi pakan kecuali

vitamin a dan d yang cenderung turun. Jerami jagung yang baik untuk pembuatan hay adalah batang dan daun jerami jagung yang masih berwarna hijau. Pembuatan hay dilakukan dengan dua cara yaitu model hamparan dan model pod. pembuatan hay model hamparan, dengan cara menghamparkan jerami jagung yang sudah dipotong-potong dilapangan terbuka dibawah sinar matahari. setiap hari dilakukan pembalikan berulang-ulang sampai kering baru bisa disimpan dan dapat digunakan pada saat musim paceklik pakan ternak. pembuatan hay dengan model pod diperlukan sedikit tambahan biaya, diperlukan rak sebagai tempat menyimpan jerntami jagung yang telah dijemur selama 1-3 hari. rak tempat menyimpan jerami jagung dapat berbentuk tripod yaitu rak jerami berkaki tiga atau tetrapod (rak dengan kaki 4)pilihan rak mana yang akan dipilih tidak mengikat, pastinya rak dapat digunakan untuk menyimpan jermai jagung selama 3-6 minggu sebelum digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan pembuatan hay adalah 1) teknologinya sangat sederhana dan mudah untuk diterapkan oleh petani ternak, 2) pada saat panen jagung tersedia jerami jagung yang melimpah dan dapat disimpan, digunakan saat paceklik hijauan pakan ternak.sedangkan kelemahan dari pembuatan haiadalah 1) sangat tergantung dengan keberadaan sinar matahari,2) tidak semua jenis hijauan pakan ternak dapat dibuat hai 3) perlu tenaga kerja untuk pembalikan jerami jagung dan simpan jemur pada saat proses pembuatannya. pembuatan silase, dilakukan dengan cara jerami jagung dipotong-potong dan dimasukkan kedalam tempat/ruangan yang kedap udara dan dipadatkan untuk disimpan dalam wadah tertentu.menghasilkan silase yang berkualitas baik perlu diperhatikan benar temperatur pembuatan silase berkisar 27-35 derajat celsius dengan hasilnya 1) mempunyai tekstur segar, 2)berwarna kehijau-hijauan, 3) tidak berbau busuk, 4) tidak berjamur, 5) tidak menggumpal dan disukai ternak. prinsip utama pembuatan silase adalah 1) menghentikan pernafasan dan sel-sel tanaman, 2) mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara, 3) menahan aktifitas enzyme dan bakteri pembusuk. persyaratan lain yang harus

dipenuhi oleh peternak yang akan membuat silase adalah harus mempunyai luasan areal yang cukup untuk silo yaitu tempat menyimpan hijauan proses pembuatan silase.idealnya pembuatan silase disesuaikan dengan kebutuhan dengan patokan penggalian lubang setiap 150 meter kubik dapat menampung 150 kg bahan kering hijauan. Bahan baku silase jerami dapat menggunakan tanaman jagung yang belum panen dan tanaman jagung setelah panen. pembuatan silase pada tanaman jagung yang belum panen, kaya dengan kandungan gizi pakan utamanya zat gula yang akan membantu dalam proses fermentasi dengan kandungan protein mencapai 11-15 per sen dan disukai ternak. bila pilihan bahan baku silase pada tanaman jagung yang masih muda, batang dan daun yang masih hijau untuk pembuatan silase. sedangkan pada pembuatan silase yang menggunakan bahan baku tanaman jagung setelah panen, pilihan jerami jagung yang berwarna hijau mempunyai kandungan serat kasar lebih tinggi dibandingkan dengan jerami warna kuning.

PEMANFAATAN JERAMI MENJADI KOMPOS JERAMI

Tanah dinyatakan subur bila dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah cukup dan seimbang serta mempunyai aerasi yang optimum. Tanah yang terus menerus ditanami tingkat kesuburan tanahnya akan semakin berkurang karena sebagian besar hara yang terdapat didalamnya akan diangkut keluar oleh tanaman. Hara yang ditambahkan dari pupuk melalui pemupukan merupakan suplai terbesar dari suatu sistem tanah. Unsur hara yang ada di dalam tanah sangat dibutuhkan tanaman untuk dapat hidup dan berkembang biak. Dengan bantuan energi dari sinar matahari, hara dari dalam tanah ditambah dengan karbon dioksida dari udara ini diubah menjadi senyawa komplek untuk membentuk batang, daun, dan bulir-bulir padi/beras. Padi/beras akan dipanen dan dibawa ke tempat lain, sedangkan jerami sisa-sisa panen umumnya dibakar. Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah. Dilihat dari segi recycle, tentu sangatlah jelas bahwa limbah jerami dapat didaur ulang kembali menjadi barang yang lebih bermanfaat khususnya bagi penyediaan unsur hara tanah, dari segi reuse, penggunaan limbah jerami dapat dipergunakan secara terus menerus untuk dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanah, dilihat dari segi reduce, dengan menggunakan limbah jerami dapat mengurangi tingkat polusi, karena penggunaan limbah jerami dapat menimbulkan polutan apabila dibakar sehingga dapat menimbulkan polusi udara dan dapat berakibat pada pemanasan global yang akan berakibat buruk pada bumi kita. Dengan mengolah kembali limbah jerami menjadi kompos, kita dapat menghemat pembelian pupuk organik. Jika kita membandingkan pupuk organik sebanyak 1 kg dengan harga Rp.2000-7500 , dengan pupuk kompos jerami 1 kg yang dapat dibuat sendiri dengan biaya operasional Rp 0, ,maka dapat menghemat biaya operasional lahan sebesar Rp. 2000-7500 per 5 meter persegi lahan.

Pembuatan pupuk jerami hanya mempergunakan teknologi fermentasi. Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna. Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65-70 oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan penguraian/dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklat kehitam-hitaman. Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK

Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba), sehingga untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan penyediaan hijauan pakan yang cukup baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Hijauan pakan ternak yang umum diberikan untuk ternak ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak telah umum dilakukan di daerah tropik, terutama sebagai makanan ternak pada musim kemarau. Tetapi penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak mengalami kendala terutama disebabkan adanya faktor pembatas dengan nilai nutrisi

yang rendah yaitu kandungan protein rendah, serat kasar tinggi, serta kecernaan rendah. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39%, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62%, dan sekitar 7-16% digunakan untuk keperluan industri. Untuk memanfaatkan jerami padi sebagai pakan ternak secara optimal perlu dilakukan pengolahan dengan sentuhan teknologi untuk meningkatkan kualitasnya, baik pengolahan secara fisik, kimiawi maupun biologis. Secara umum teknologi pengolahan limbah pertanian khususnya jerami padi dilakukan dengan tujuan untuk : a). memperbaiki nilai nutrisi dan kecernaan, serta meningkatkan fermentasi ruminal dengan menambahkan elemen yang kurang, b). mengoreksi defisiensi jerami dengan menambahkan nitrogen atau mineral, c). meningkatkan konsumsi dengan cara memperbaiki palatabilitas, d). meningkatkan ketersediaan energi, serta e). mengurangi sifat amba dari jerami padi. Untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian seperti jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia dapat digunakan starbio ternak yang dapat meningkatkan derajat fermentasi bahan organik terutama komponen serat sehingga menyediakan sumber energi yang lebih baik. Dengan fermentasi jerami padi dengan starbio menunjukkan peningkatan kualitas dibanding jerami padi yang tidak difermentasi, dimana kadar protein kasar mengalami peningkatan dan diikuti dengan penurunan kadar serat kasar.