pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi …
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN KOMPUTER BICARA DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN INFORMASI TUNANETRA DI YAYASAN MITRA NETRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh:
Nuraini Apriliana
NIM. 1111025100038
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYAHTULLAH
JAKARTA 1436 H / 2015 M
i
i
ABSTRAK
Nuraini Apriliana (NIM: 1111025100038), Pemanfaatan Komputer Bicara dalam
Memenuhi Kebutuhan Informasi Tunanetra di Yayasan Mitra Netra. Di
bawah bimbingan Parhan Hidayat, M.Hum, Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayahtullah Jakarta, 2015.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan komputer
bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi para tunanetra. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi, sedangkan teknik analisis data adalah reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian mengambarkan cara tunanetra
memanfaatkan komputer, dalam pemanfaatannya tunanetra tidak menggunakan
mouse melainkan tunanetra harus menghafal letak keyboard dan menghafal
fungsi-fungsi dari setiap keyboard komputer. Pengganti kerja mouse di komputer
bicara menggunakan panah atas, bawah, kanan dan kiri yang terdapat di keyboard
komputer. Tombol panah atas, bawah, kanan dan kiri fungsinya untuk
mengarahkan kursor ke lembaran kerja yang tunanetra inginkan. Dengan tombol
Crt + panah bawah, tunanetra dapat mendengarkan hasil ketikannya dari awal
paragraf sampai akhir, yang akan dibacakan oleh screen reader, dari
mendengarkan itu tunanetra akan tahu kalimat yang salah, kemudian tunanetra
dapat mengedit dengan mengarahkan kursor panah atas, bawah, kanan dan kiri
sesuai letak dimana ada kalimat yang salah, kemudian tunanetra dapat mengetik
kembali. Tujuan pemanfaatan komputer bicara oleh tunanetra untuk 4 kebutuhan
diantaranya: untuk pendidikan, pekerjaan, rohani dan hiburan. Penelitian ini juga
menemukan kebutuhan yang sifatnya bukan informasi, tetapi sifatnya untuk
menghibur tunanetra dalam mengisi waktu kosongnya, seperti bermain audio
games online.
Kata Kunci: Komputer Bicara, Kebutuhan Informasi, Tunanetra
ii
ABSTRACT
Nuraini Apriliana (NIM:1111025100038). Computer Talk Utilization to Needs
Fill of Blind Information in Yayasan Mitra Netra. Under the guidance of
Parhan Hidayat, M.Hum, Major of Library Science, Faculty of Adab dan
Humanities Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
This research purpose to how to detecting Computer Talk Utilization to needs fill
of Blind’s Information. This kind of research is descriptive with the Qualitative
Method. Techniques for collecting data are observation, interview, and
documentation, meanwhile techniques of data analysis are data reduction, data
presentation, and drawing of a conclusion. Research results describe how the blind
use the computers, the utilization of the blind do not use a mouse, but the blind
have to memorize the keyboard layout and memorize the functions of any
computer keyboard. Substitute work mouse of a computer talk using the arrow up,
down, right and left that are on the computer keyboard. The arrow keys up, down,
right and left function is to direct the cursor to the desired worksheet blind. With
the keys Crt + down arrow, the blind can listen to the typing of the beginning of
the paragraph to the end, which will be read by a screen reader, from listening to
the blind will know the sentence is wrong, then the blind can edit by pointing the
cursor arrow up, down, right and left appropriate location where there is a
sentence that is wrong, then the blind can type back. The purpose of the speech by
the blind use computers to meet four requirements are: education, employment,
spiritual and entertainment. The study also found that the needs of nature is not
information, but its nature to entertain blind in filling his empty time, such as
audio play games online.
Key Word : Computer Talk, the Information Needs, The Blind
iii
KATA PENGATAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia
serta bimbingaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir Kuliah
(Skripsi) ini dengan lancar dan tepat pada waktunya dengan judul “Pemanfaatan
Komputer Bicara dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Tunanetra di Yayasan
Mitra Netra” Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. Tersusunya penulisan skripsi tidak lepas dari bantuan dan
partisipasi dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag selaku Dekan Fakultas adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selakuKetua Jurusan Ilmu Perpustakaan
UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Seketaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.
4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan serta bersedia meluangkan waktunya hingga
penulisan skripsi ini selesai.
5. Bapak Amir Fadillah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan pengarahan selama proses akademik berlangsung.
6. Bapak Sugiyo, selaku instruktur komputer bicara yang selalu membantu
peneliti selama penelitian.
iv
7. Semua informan di Yayasan Mitra Netra, TR, RC, DN dan JT yang
bersedia berpartisipasi serta meluangkan waktunya untuk menlengkapi
penelitian ini.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif
Hidayahtullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan
kepada peneliti.
9. Sahabat-sahabat Rizki Novitasari, Dwi Noermawati Maulina terima kasih
atas semua dukungannya.
10. Teman-teman Umi, Ade, Afda dan Eka terimakasih atas segala keceriaan,
yang telah menjadi bagian dalam perjuangan hidup kita, saat ini dan yang
akan datang.
11. Semua teman-teman kelas IPI B 2011, terima kasih atas kebersamaan dan
kenangan indah, semoga IPI B selalu kompak kedepannya.
12. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan 2011 terima kasih atas
kebersamaan selama menjadi Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Tetap menjaga rasa kekeluargaan di Jurusan Ilmu Perpustakaan.
13. Kedua Orang Tua ku Baharuddin dan Laksmi Andriani, abang ku Hardian
Nur Azhari serta adik ku Alfin Rezaldi terima kasih untuk setiap untaian
doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang tidak
pernah putus, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
v
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, namun peneliti berusaha semampu dengan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki untuk menyususn penulisan skripsi dengan sebaik-
baiknya. Oleh karena itu peneliti mengharapkan pratisipasi semua pihak untuk
memberikan kontribusi baik kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaanya penulisan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi pembacanya.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 5 Juni 2015
Nuraini Apriliana
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 5
D. Definisi Istilah ..................................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 7
BAB II LITERATUR ..................................................................................... 8
A. Kebutuhan Dasar Manusia .................................................................. 8
1. Pengertian ..................................................................................... 8
2. Kebutuhan Informasi .................................................................... 9
3. Aspek dalam Kebutuhan Informasi .............................................. 10
B. Tunanetra ............................................................................................. 13
1. Pengetian ...................................................................................... 13
2. Klasifikasi Tunanetra ................................................................... 14
3. Faktor Penyebab Tunanetra .......................................................... 17
4. Kebutuhan Penyandang Tunanetra ............................................... 18
C. Software Komputer Bicara .................................................................. 18
1. Screen Reader ............................................................................... 18
2. JAWS ............................................................................................ 19
3. NVDA .......................................................................................... 20
4. Mengaktifkan JAWS dan NVDA ................................................. 21
5. Teknis Mengoperasikan Komputer Bicara ................................... 24
D. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................... 31
B. Sumber Data ......................................................................................... 31
C. Informan ............................................................................................... 31
D. Teknik Pengolahan Data ...................................................................... 33
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 34
F. Jadwal Penelitian .................................................................................. 37
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ............................... 38
A. Profil Objek Penelitian ........................................................................ 38
1. Sejarah Berdirinya Yayasan Mitra Netra ..................................... 38
2. Legilitas ........................................................................................ 40
3. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra .............................................. 40
4. Personalia Instruktur Komputer Bicara ........................................ 41
5. Struktur Yayasan Mitra Netra ...................................................... 42
6. Program dan Layanan ................................................................... 43
a. Program Bagian Rehabilitasi ................................................... 43
b. Program Pendidikan ................................................................ 45
c. Program Tenaga Kerja ............................................................. 46
d. Produksi Yayasan Mitra Netra ................................................ 46
7. Profil Pelatihan Komputer Bicara ................................................. 47
a. Tujuan Pelatihan ...................................................................... 47
b. Fasilitas .................................................................................... 47
c. Materi ...................................................................................... 48
d. Syarat dan Ketentuan ............................................................... 48
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 49
Pemanfaatan Komputer Bicara dalam Memenuhi Kebutuhan
Informasi Tunanetra ............................................................................ 49
1. Intensitas Pemanfaatan Komputer Bicara .................................... 56
2. Peran Yayasan Mitra Netra dalam Pemanfaatan
Komputer Bicara ........................................................................... 56
3. Pemanfaatan Software JAWS dan NVDA ..................................... 58
4. Perbedaan saat Memanfaatkan JAWS dan NVDA ......................... 59
5. Kendala Mengoperasikan JAWS dan NVDA untuk
Memenuhi Kebutuhan Informasi ................................................. 60
C. Pembahasan ......................................................................................... 62
Pemanfaatan Komputer Bicara dalam Memenuhi
Kebutuhan Informasi ........................................................................... 62
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 69
A. Kesimpulan .......................................................................................... 69
B. Saran .................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Profil Informan ........................................... 32
2. Tabel 2 Jadwal Penelitian ........................................ 37
3. Tabel 3 Personalia Instruktur Komputer Bicara ....... 41
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Pendoman Daftar Wawancara
2. Lampiran 2 Transkrip Wawancara
3. Lampiran 3 Daftar Anggotan Pelatihan Komputer Bicara
4. Lampiran 4 Surat Pengajuan Dosen Pembimbing
5. Lampiran 5 Surat Tugas Menjadi Pembimbing
6. Lampiran 6 Surat Pengantian Judul Skripsi
7. Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
8. Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian
9. Lampiran 9 Langkah-Langkah Mengistal NVDA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kita berada pada era informasi di mana informasi
memegang peranan penting dalam aspek kehidupan, siapa menguasai
informasi maka ia yang memiliki peluang lebih dibanding yang tidak
memiliki.1 Hampir setiap orang dalam kehidupannya tidak bisa dilepas
dari informasi. Semua aspek dalam kehidupan selalu terhubung dengan
informasi, hal itu menunjukkan informasi telah mendapatkan tempat yang
sangat penting dalam aktivitas masyarakat. Faktanya semua orang selalu
mencari informasi, hal itu membuat permintaan terhadap informasi begitu
penting sehingga informasi memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Menurut Sutabri dalam buku ilmu perpustakaan dan kode etik
pustakawan, informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu
bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata
dan terasa bagi keputusan saat itu dan keputusan mendatang.2 Pernyataan
informasi di atas sepaham dengan pernyataan Estabrook dalam buku teori
dan praktik penelusuran informasi (Information Retrieval) bahwa
informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga
berupa putusan-putusan yang dibuat.3
1Sutarman, Pengantar Teknologi Informasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.10.
2Wiji Suwarno, Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, (Jakarta: Ar-Ruzz Media,
2010), h. 42 3Pawit M Yusup, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi (Information Retrieval),
(Jakarta: Kencana, 2010), h. 1-2.
2
Dari kedua pernyataan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa informasi
adalah data atau fenomena yang diamati kemudian diproses dalam bentuk
rekaman atau bentuk lainya yang memiliki arti bagi penerima, lalu arti
tersebut dipahami dan dipelajari sehingga, menjadi suatu keputusan yang
dibuat untuk saat itu atau keputusan mendatang.
Pada dasarnya semua orang berhak untuk mendapatkan informasi,
hal itu ditetapkan Pemerintah dalam UUD Tahun 1945 pasal 28 f
menyatakan “setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.4 Dengan adanya pasal di atas memberikan peluang bagi siapa pun
untuk memperoleh informasi tanpa memandang perbedaan yang ada di
masyarakat.
Seiring kemajuan teknologi membuat masyarakat selalu
dimanjakan dengan teknologi-teknologi canggih yang dapat
mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi. Kemajuan
teknologi membawa banyak dampak positif bagi masyarakat khususnya
masyarakat tunanetra. Banyak ilmuwan yang mengembangkan alat bantu
untuk mempermudah tunanetra dalam mengakses informasi. hal ini juga
didasari oleh Undang Undang Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999
yang tertera pada pasal 41 ayat 2 yang berbunyi “setiap penyandang cacat,
4Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 f,
(Jakarta: Republik Indonesia, 2011), h. 153.
3
orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak
memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus”.5
Perlakuan khusus juga diberikan oleh Yayasan Mitra Netra kepada
masyarakat tunanetra. Yayasan Mitra Netra juga menyediakan beberapa
fasilitas yang dapat menunjang tunanetra untuk memperoleh informasi
agar dapat bisa berpartisipasi dalam bidang pendidikan dan lapangan kerja
diantaranya: peralatan untuk membaca (mendengarkan) buku bicara
digital, ruang untuk membaca atau mendengarkan buku, komputer bicara
komputer desktop yang dilengkapi perangkat lunak pembaca layar, buku
braille, buku bicara digital, dan gazebo untuk belajar. Salah satu fasilitas
disediakan adalah komputer bicara yang menarik untuk dikaji.
Untuk bisa membuat komputer itu bicara memerlukan software
khusus. Software yang diperulakn yaitu Screen Reader atau pembaca
layar, software ini yang akan mengubah apa yang ada di layar menjadi
bentuk suara. Dengan adanya screen reader dapat mempermudah akses
tunanetra dalam memperoleh informasi untuk memenuhi kebutuhanya.
Berdasarkan observasi peneliti komputer bicara berada di bidang
Rehabilitasi dan Diklat yang diketuai oleh Yani Matondang sebagai kepala
bidang Diklat. Komputer bicara yang tersedia sebanyak tujuh unit dan
tunanetra yang mengikuti pelatihan mengoperasikan komputer bicara
sebayak 39 peserta. 39 peserta secara rutin 1 minggu sekali peserta
mengikuti kursus sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh intruktur.
5Republik Indonesia, Undang-Undang N0 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia,
(Jakarta: Republik Indonesia, 1999), h. 11.
4
Selain untuk pelatihan, komputer bicara tunanetra juga bisa
dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas, mencari materi pelajaran,
mengirim email dan mendownload laporan kerja, musik dan lainya, semua
itu merupakan informasi yang dibutuhkan tunanetra. Pada dasarnya
menurut Krech, Crutchfield, dan Ballachey dalam buku pendoman praktis
mencari informasi bahwa kebutuhan informasi setiap individu berbeda-
beda, karena timbulnya kebutuhan pada seseorang dipengaruhi oleh
fisiologis, situasi dan kognisinya, selain itu menurut Yusup, pada dasarnya
tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan informasi.6 Begitu juga
yang dirasakan tunanetra, setiap tunanetra pasti membutuhkan informasi
dan informasi yang dibutuhkan pasti berbeda-beda.
Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan bahwa terkadang
tunanetra mengalami kesulitan dalam mengoperasikan komputer bicara
untuk memenuhi kebutuhan informasinya, oleh sebab itu berdasarkan
permasalahan tersebut peneliti ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai
pemanfaatan komputer bicara di Yayasan Mitra Netra dalam memenuhi
kebutuhan informasi tunanetra. Penelitian ini berjudul “Pemanfaatan
Komputer Bicara Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Tunanetra
Di Yayasan Mitra Netra”.
6Pawit M Yusup, Pedoman Praktis Mencari Informasi,(Bandung : Remaja Rosdakarya,
1995), h. 1-3.
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian dibatasi hanya membahas pemanfaatan komputer bicara
dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra di Yayasan Mitra
Netra. Tunanetra dalam penelitian ini adalah tunanetra yang
memanfaatkan komputer bicara untuk memenuhi kebutuhan
informasinya.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan
informasi para tunanetra ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan komputer bicara
dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra di Yayasan Mitra
Netra.
b. Untuk mengetahui teknis tunanetra dalam mengoperasikan
komputer bicara untuk memenuhi kebutuhan informasi di Yayasan
Mitra Netra.
2. Manfaat Penelitian
a. Dapat bermanfaat bagi Yayasan Mitra Netra untuk mengetahui
pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan
informasi tunanetra.
6
b. Dapat bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui cara tunanetra
dalam mengoperasikan komputer bicara untuk memenuhi
kebutuhan informasinya.
c. Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi masyarakat,
ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang Ilmu Perpustakaan dan
Teknologi Informasi.
D. Definisi Istilah
1. Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan untuk
kegiatan yang baik.
2. Komputer bicara merupakan perkembangan teknologi informasi yang
diciptakan untuk menunjang kebutuhan tunanetra. Komputer bicara
dapat terproses dengan menggunakan software.
3. Software merupakan perangkat lunak, karena tidak dapat disentuh
oleh manusia tapi dapat dioperasikan oleh manusia, sehingga
komputer bicara adalah teknologi yang dapat dioperasikan dengan
software tertentu untuk dapat menghasilkan suara sehingga tunanetra
dapat mengerti dan menggunakanya.
4. Tunanetra merupakan seseorang yang tidak mampu melihat atau
seseorang yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari, terutama dalam
belajar.
5. Kebutuhan informasi adalah suatu keadaan yang harus dipenuhi untuk
mengisi kekosongan akan informasi.
7
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat argumentasi seputar penelitian, meliputi latar belakang,
dan pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
definisi istilah, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori tentang, kebutuhan dasar,
kebutuhan informasi, klasifikasi tunanetra, software komputer bicara, teori
mengoperasikan komputer bicara, teori pemanfaaatan teknologi informasi
dan penelitian terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai metodelogi penelitian: jenis dan pendekatan
penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik analisis data dan
jadwal penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai profil objek penelitian dan hasil temuan
penelitian dan pembahasan terkait pemanfaatan komputer bicara dalam
memenuhi kebutuhan tunanetra di Yayasan Mitra Netra dan cara tunanetra
dalam mengoperasikan komputer bicara.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dan keseluruhan
pembahasan di bab 1-4 serta saran yang terkait dengan temuan-temuan
hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan.
8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Kebutuhan Dasar Manusia
1. Pengertian
Banyak teori yang membahas masalah kebutuhan seseorang akan
informasi. Sebenarnya bukan informasi saja yang dibutuhkan oleh
orang melainkan banyak variasinya, seperti yang dikemukakan oleh
Maslow dalam buku ilmu informasi, komunikasi dan kepustakaan
menjelaskan bahwa kebutuhan di mulai dari tahap kebutuhan yang
paling dasar sampai kepada tingkat kebutuhan yang paling tinggi, yaitu
sebagai berikut.
a. Kebutuhan fisiologis, misalnya rasa lapar dan haus.
b. Kebutuhan akan rasa aman, misalnya rasa aman dari gangguan atau
ancaman.
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.
d. Kebutuhan akan rasa harga diri, misalnya rasa prestise,
keberhasilan, serta respek pribadi.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, misalnya hasrat untuk berdiri
sendiri.1
Sedangkan menurut konsep psikolog kebutuhan dasar manusia dibagi
menjadi tiga kategori :
1Pawit M Yusup, Ilmu Informasi, komunikasi, dan Kepustakaan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009.), h. 336-337.
9
a. Kebutuhan fisiologis, seperti kebutuhan akan makanan, air tempat
tinggal dll.
b. Kebutuhan afektif (kadang-kadang disebut kebutuhan psikologi
atau emosional) seperti kebutuhan untuk pencapaian, penguasaan
dll.
c. Kebutuhan kognitif, seperti kebutuhan untuk merencanakan, belajar
ketrampilan dll.2
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
menurut Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dari tingkat yang
paling dasar, yaitu fisiologi sampai tingkat yang paling tinggi yaitu
kebutuhan dasar manusia dikelompokan dalam konsep psikologi yakni
fisiologi, afektif dan kognitif, namun kedua penjelasan tersebut sama-
sama menjelaskan kebutuhan dasar manusia.
2. Kebutuhan Informasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kebutuhan adalah seseuatu yang
sangat diperlukan.3 Sedangkan kebutuhan informasi menurut Sulitiyo-
Basuki dalam jurnal ilmu perpustakaan dan kearsipan menjelaskan
bahwa kebutuhan informasi adalah informasi yang diinginkan
seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohani, pendidikan
dan lain-lain.4 Setiap manusia pasti memeiliki kebutuhan yang
berbeda-beda, seperti menurut Krech Crutchfield dan Ballachey dalam
2Wilson, T.D. “On User Studies and Information,” Vol 62, No 6 (Sheffield: University of
Sheffield, 2006), h. 663. 3S.W.J. Poerwarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustak, 1982), h
173. 4Riyan Sanjaya, “Perilaku Mahasiswa Jurusan Ekonomi dalam Mencari Informasi untuk
Pemenuhan Kebutuhan Informasi di Perpustakaan Universitas Bung Hata,” Vol 1, No 1 (Padang:
Universitas Negeri Padang 2012), h. 447.
10
buku teori dan praktis penelusuran Informasi bahwa kebutuhan setiap
individunya pun bervariasi sehingga menyebabkan kebutuhan antara
oarang satu dengan oarang lainnya berbeda-beda juga.5 Pakar lainnya
menjelaskan kebutuhan informasi sebagai suatu keadaan yang terjadi
dalam struktur kognisi seseorang yang dirasakan ada kekosongan
informasi atau pengetahuan sebagai akibat tugas atau sekedar ingin
tahu.6
Sehingga berdasarkan beberapa teori di atas penenliti menyimpulkan
bahwa struktur kognisi yang kosong memunculkan perasaan akan
kebutuhan yang diinginkan dan diperlukan, sehingga mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu agar kekosongan yang diinginkan
dan diperlukan dapat terpenuhi dengan baik seperti dalam pekerjaan,
pendidikan. Terjadinya kebutuhan informasi merupakan gabungan
karakteristik personal dengan psikologi yang tidak mudah untuk
diungkapkan dan seringkali keberadaaanya samar-samar dan
tersebunyi di dalam alam bawah dasar kita.
a. Aspek dalam Kebutuhan Informasi
Untuk memenuhi kebutuhan informasi terdapat beberapa aspek
yang dapat kita jadikan untuk mengetahui kebutuhan informasi
yang dibutuhkan sesorang. Kebutuhan informasi manusia terbagi
dalam tiga aspek, yaitu kebutuhan terkait dengan lingkunganya
seseorang (person’s environment), peran sosial yang disandang
5Pawit M Yusuf, Pendoman Praktis Mencari Informasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), h. 3. 6Pawit M Yusuf dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi
Retrival. (Jakarta: Kecana, 2010), h. 68.
11
(social roles), dan personal.7 Selain tiga aspek tersebut, ada juga
pengguna terhadap informasi, menurut Guha dalam artikel
hubungan antara program musik breakout di NET TV dengan
pemenuhan kebutuhan informasi:
1) Pendekatan Kebutuhan Informasi Muktakhir (Current Need
Approach), yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna
informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi
dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum
untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini
perlu ada interaksi yang sifatnya konstan anatar pengguna
dan sistem informasi.
2) Pendekatan Kebutuhan Informasi Rutin (Eveyday Need
Appoach), yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna
yang sifatnya spesifik dan cepat. Dimana pendekatan
kebutuhan ini menuntut adanya jawaban yang tepat dari
pengolah informasi dalam memenuhi kebutuhan pengguna
informasi.
3) Pendekatan Kebutuhan Informasi Mendalam (Exhaust Need
Approach), yaitu kebutuhan informasi mendalam
mengisyaratkan adanya suatu ketergantungan yang sangat
tinggi dari pengguna terhadap informasi yang dibutuhkan.
Kebutuhan ini membuat pengguna membutuhkan informasi
yang akurat spesifik dan lengkap.
7Retty Diana Lestari, “Kebutuhan Informasi Penyandang Cacat Tunanetra di SMPLB
YPAB Surabaya,” (Surabaya: Departemen Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga,
2012), h. 6.
12
4) Pendekatan Kebutuhan Informasi Sekilas (Catching-up Need
Approach), yaitu pendektan kebutuhan informasi yang
bersifat sekilas tetapi memberikan gambaran lengkap tentang
suatu topik. Pendekatan kebutuhan ini membuat pengguna
informasi juga membutuhkan informasi ringkas dan singkat
namun jelas informasinya dan sesuai dengan kebutuhan
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.8
Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki dalam jurnal informasi dan
kearsipan bahwa kebutuhan informasi dapat ditentukan oleh:
1) Kisaran informasi yang tersedia
2) Penggunaan informasi yang akan digunakan
3) Sistem sosial, ekonomi dan politik tempat pemakai berada dan
4) Konsekuensi penggunaan informasi.9
8Devi dan Nova Yuliati, “Hubungan antara Program Musik Breakout di NET TV dengan
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Tentang Musik”, (Bandung: Universitas Islam Bandung, 2015),
h. 235. 9Riyan Sanjaya dan Ardoni, “Perilaku Mahasiswa Jurusan.” h. 447.
13
B. Tunanetra
1. Pengertian
Pengertian tunanetra dilihat dari segi etimologi bahasa: “tuna” =
“rugi”, “netra” = “mata” atau cacat mata.10
Menurut (WHO)The World
Health Organization dalam Encyclopedia of Global Health Blindness
menguraikan “The World Health Organization (WHO) defines
blindness as the inability to read the largest letter on a vision chart at
a distance of 10 feet”. Artinya WHO mendefinisi kebutaan sebagai
ketidakmampuan untuk membaca surat dalam grafik penglihatan pada
jarak sepuluh kaki.11
Dari penjelasan pertama membicarakan tunanetra
secara umum, sedangkan menurut WHO menjelaskan bahwa definisi
tunanetra adalah seseorang yang tidak mampu membaca dengan jarak
yang telah disepakati bersama. Pakar lainnya menjelaskan pengertian
tunanetra tidak saja mereka yang tidak bisamelihat, tetapi mencakup
juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang
dapat dimanfaatakan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama
dalam belajar. Jadi, anak-anak dengan kondisi penglihatan yang
termasuk “setengah melihat”, “low vision”, atau rabun adalah bagaian
dari kelompok anak tunanetra. Tunanetra adalah seseorang yang
memiliki hambatan dalam penglihatan dapat dikalsifikasikan ke dalam
dua golongan, yaitu: buta total (blind) dan low vision.12
10
Soekini Pradopo, dkk, Pendidikan Anak-Anak Tunanetra, (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1977), h. 12. 11
Yawei Zhang, Encyclopedia of Global Health Blindness, (Thousand Oaks, Sage
Publications, 2008), h.3. 12
Dewi Pandji, Sudahkah Kita Ramah: Anak Special Needs, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2013), h. 4.
14
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
pengertian tunanetra yaitu masyarakat yang terdiri dari anak-anak atau
bahkan orang dewasa yang tidak dapat melihat, atau mengalami
hambatan dalam penglihatananya (setengah melihat) termaksud
kedalamtunanetra. Kedua pengertian diatas juga sejalan dalam
menentukan karakteristik tunanetra, penjelasan itu di sampaikan dalam
pengertian tunanetra, dimana tunanetra terdapat dua golongan yang
dimaksud dengan tunanetra, yakni buta total (blind) dan setengah
melihat (low vision).
2. Klasifikasi Tunanetra
Menurut aspek pendidikan tunanetra diklasifikasikan kedalam tiga
katagori, yaitu:
a. Blind (buta): seseorang yang belajar menggunakan materi perabaan
dan pendengaran.
b. Low vision (kurang lihat): seseorang yang dalam belajarnya masih
dapat menggunakan penglihatanya dengan adaptasi tertentu.
c. Limited vision: seseorang yang mengalami gangguan penglihatan
dalam belajar pada situasi yang normal.13
Menurut WHO karateristik seseorang dikatakan buta jika ketajaman
penglihatanya <3/60, sedangkang jika <6/18 sampai ≥3/60, pandang
<20º.14
Sedangkan menurut Somantri dalam jurnal resiliensi remaja
13
Herlina, dkk, “Profil Kebutuhan Psikologi Mahasiswa Tunanetra Di Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,” (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2008), h. 16. 14
Herlina, dkk, “Profil Kebutuhan Psikologi,” h. 16-17.
15
penyadang tunanetra menjelaskan bahwa tunanetra dikelompokan
menjadi dua macam yaitu:
a. Buta, jika sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya
dari luar (visusnya nol)
b. Low Vision, masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar,
tetapi ketajamanya lebih dari 6/20, atau hanya mampu membaca
headline pada surat kabar.15
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
dikalsifikasikan tunanetra seseorang harus mengukur
kemampuanmelihatnya dengan peraturan yang sudah berlaku, seperti
yang WHO dan Somantri jelaskan. Pada umunya hasil pengukuran
tersebut menghasilkan dua katagori, yakni blind dan low vision.
Kedua katagori tunanetra memiliki tanda-tanda tertentu yang dapat
dipahami, berikut merupakan penjelasan mengenai kedua golongan
tersebut. Adapun ciri-ciri atau tanda-tanda tunanetra low vision,
diantaranya:
a. Mata tampak merah.
b. Bola mata tampak keruh (putih-putih ditengah), dan kadang-kadang
seperti mata kucing (bersinar).
c. Bola mata bergerak sangat cepat.
a. Penglihatan hanya mampu merespon terhadap cahaya, benda
ukuran besar dengan warna mencolok.
b. Memicingkan mata pada saat terkena sinar matahari.
15
Mansa,“Resiliensi Remaja Penyandang Tunanetra Pada SLB A Ruhui Rahayu
Samarinda,” Vol 1, No 1 (Samarinda: FISIP, 2013), h. 51.
16
c. Melihat obyek, menonton televisi, membaca buku atau melihat
gambar di buku sangat dekat.
d. Menonton televisi sangat dekat.
e. Bila berjalan ditempat yang belum dikenal sering tersandung dan
menabrak.
f. Pada saat matahari tenggelam tidak bisa melihat jelas (rabun senja).
g. Sering membentur-benturkan kepala ke tempok.16
Ciri-ciri atau tanda-tanda tunanetra buta total (blind), diantaranya:
a. Tidak mampu melihat cahaya
b. Kerusakan nyata pada kedua bola mata
c. Sering meraba-raba bila mencari sesuatu benda dan jika berjalan
sering menabrak dan tersandung.
d. Bagian bola mata tampak jernih tidak bisa melihat cahaya maupun
benda.
e. Sering menekan bola mata dengan jari.17
Dari kedua penjelasan mengenai karakteristik golongan tunanetra ini
dapat disimpulkan bahwa golongan tunanetra (blind) ciri-cirinya tidak
mampu melihat cahaya dari luar dengan tanda-tandanya yang telah
diuraikan di atas, sedangkan golongan tunanetra (low vision) ciri-
cirinya mampu menerima rangsangan cahaya dari luar, tetapi
16
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Panduan Penanganan
Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping: Orang Tua, Keluarga, dan Masyarakat,(Jakarta:
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,2013), h. 10-11. 17
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Panduan Penanganan
Anak Berkebutuhan Khusus, h. 11.
17
ketajaman lebih dari 6/21 dengan benda besar dan warna yang
mencolok.
1. Faktor Penyebab Tunanetra
Secara ilmiah ketunanetraan dapat disesbabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam, hal-hal yang
termaksud faktor internal, yaitu faktor-faktor yang erat hubunganya
dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan.
Kemungkinan karena faktor gen (sifat pembawa keturunan),
kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat, dan
sebagainya.
b. Faktor Ekstrernal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar, hal-hal yang
termaksud faktor ekstrenal, diantaranya faktor-faktor yang terjadi
pada saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya: kecelakaan,
terkena penyakit, siphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan,
pengaruh alat bantu medis (tang) saat melahirkan sehingga sistem
persyarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun,
virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan
mata karena penyakit, bakteri, ataupun virus.18
18
Sutjihati somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h. 66-67.
18
2. Kebutuhan Penyandang Tunanetra
Dari beberapa penjelasan mengenai kebutuhan dasar manusia dan
kebutuhan manusia akan informasi semua kebutuhan yang telah di
jelaskan oleh peneliti merupakan kebutuhan tunanetra, salah satunya
kebutuhan kongnitif seperti, merencanakan dan belajar ketrampilan.
Belajar ketrampilan sangat penting bagi tunanetra, karena dengan
memiliki ketrampilan, penyandang tunanetra dapat mengisi
kehidupannya lebih baik. Selain itu tunanetra juga membutuhkan
informasi yang sama besar dengan orang normal pada umumnya
untuk kebutuhan lifelong learning, pekerjaan dan untuk membantu
mereka menjalankan perannya dalam kehidupan sosial disekitarnya.
C. Software Komputer Bicara
Dengan bantuan software pembaca layar atau screen reader
seseorang yang mengalami kendala dalam penglihatan dapat menggunakan
computer bahkan internet.
1. Screen Reader
Screen reader merupakan sistem text-to-speech yang dirancang untuk
dapat membacakan isi tampilan komputer. Cara screen reader dapat
membacakan tampilan computer yaitu dengan mengubah tampilan
visual yang ada di layar menjadi audio dengan teknologi yang
dinamakan screen reader. Screen Reader mempunyai lima fungsi
yaitu:
19
a. Membaca teks serta grafik di layar komputer
b. Mengidentifikasi dan memberitahukan fungsi-fungsi dari fasilitas
yang ada di windows
c. Mengidentifikasi grafik
d. Berfungsi sebagai pengganti mouse
e. Sebagai alat penunjuk.19
Screen reader yang pernah digunakan Yayasan Mitra Netra
diantaranya: JAWS (Job Access With Speech) dan NVDA (Non Visual
Desktop Access). JAWS maupun NVDA atau bahkan screen reader
merek lainya adalah software untuk menerjemahkan apa yang ada
dilayar menjadi suara.
2. JAWS
JAWS adalah salah satu dari pembaca layar screen reader yang
merupakan merek dagang dari screen reader yang diproduksi oleh the
Blind and Low Vision Group (Freedom Scientific) di Petersburg,
Florida,Amerika Serikat.20 Pertama kali dirilis pada tahun 1989 oleh
Ted Hunter bersama rekannya, Rex Skipper. Versi asli dibuat untuk
sistem operasi MS-DOS yang memungkinkan tunanetra untuk
menggunakan program berbasis teks. Ketika sistem operasi MS-DOS
mulai ditinggalkan karena perubahan Microsoft Windows maka
dibuatlah JFW (JAWSfor Windows).
19
Erwan Baharudin, “Pemanfaatan Software,“ h.124. 20
Freedom Scientific, Blindness Solution: JAWS, http://www.freedomscientific.com,
diakses pada 08 april 2015 pkl 16:56.
20
Perusahaan Freedom Scientific memproduksikan JAWS utuk mencari
keuntungan, hal itu karena harga dari screen reader ini tergolong
sangat mahal mencapai $1200, namun semua itu tentu sebanding
dengan berbegai fasilitas yang ada di dalamnya.
Pembacaan teks pada Screen Reader dapat disesuaikan dengan
pengguna. Bisa perhuruf, perkata atau perkalimat, sehingga dapat
menghindari kesalahan dalam pengetikan yang biasa dilakukan oleh
tunanetra. Kecepatan membaca Screen Reader juga bisa diatur,
semakin mahir sesorang menggunakan Screen Reader maka semakin
cepat pengaturan Screen Reader. Oleh karena itu Screen Reader
dapat digunakan baik untuk bekerja dengan aplikasi seperti MS.
Office, aplikasi e-mail, chatting via Yahoo, Messenger atau hanya
sekedar browsing dengan internet.
3. NVDA
NVDA didirikan padal awal tahun 2007 oleh NV Access Limited,
adalah organisai sosial asal Australia non profit yang dananya
melalui hibah dan sumbangan, tujuan dari NV Access adalah untuk
menurunkan hambatan ekonomi dan sosial yang terkait dengan
mengakses teknologi informasi bagi orang-orang yang tunanetra atau
gangguan penglihatan. NVDA telah diterjemahkan oleh relawan ke
dalam lebih dari 43 bahasa21
21
Nvaccess,NVDAScreenReader:Corporate Info,
http://www.nvaccess.org/about/corporate-info/, diakses pada 08 april 2015 pkl 21.00
21
NVDA(Non Visual Desktop Access) adalah pembaca layar (screen
reader) tak berbayar yang memungkinkan penyandang tunanetra dan
gangguan penglihatan untuk menggunakan komputer. Aplikasi ini
dapat membaca teks pada layar dalam suara yang terkomputerisasi.
Pembaca dapat mengkontrol apa yang akan dibaca dengan
memindahkan kursor ke area yang terdapat teks dengan tanda panah
di keyboard.22 Pada umumnya, tunanetra Indonesia menggunakan
pembaca layar JAWS for Windows dari www.freedomscientific.com.
Namun, harga yang terlalu mahal hanya membuat tunanetra cukup
bisa memanfaatkan pembaca layar gratis seperti NVDA yang
dapatdiunduh di www.nvda-project.org.23 Oleh karena itu Sejak
tahun 2006 Yayasan Mitra Netra memutuskan untuk menggunakan
NVDA dalam pelatihan computer bicara yang diselenggarakannya.
4. Mengaktifkan JAWS dan NVDA
Sebelum computer dapat berbicara tunanetra harus mengaktifkan
terlebih dahulu screen reader, ada dua cara mengaktifkan JAWS dan
NVDA, secara manual dan secara otomatis. Yang dimaksud
menjalankan secara manual yaitu mengaktifkan dengan harus
dipanggil terlebih dulu. Untuk mengaktifkan program JAWS caranya
adalah:
22
Nvaccess, NVDA Screen Reader, http://www.nvaccess.org/, diakses pada 08 April
2015 pkl 21.00. 26
Eko Ramaditya Adikara, Kiat Tunanetra Menggarap Skripsi,http://hot.detik.com/celeb-
personal/read/2011/08/01/172041/1694104/398/kotakpos.php, diakses pada 08 April 2015 pkl
21.00.
22
a. Tekan tombol star menu pada keyboard
b. Ketikan JAWS
c. Enter
Mengaktifkan secara otomasi yaitu JAWS akan secara otomatis
berjalan begitu menyalakan komputer sehingga tidak perlu lagi
memanggilnya. Jalankan terlebih dulu JAWS secara manual (jika
belum membukanya).
a. Tekan Alt-tab sampai komputer mengatakan “JAWS”, untuk
memindahkan fokus ke arah JAWS. Jika sudah ditekan Alt-tab
beberapa kali komputer tidak menyebutkan “JAWS”, harus
melakukan langkah-langkah berikut:
b. Tekan Insert-J.
c. Tekan panah kanan sekali, komputer akan mengatakan “Menu
Basic”, tekan enter.
d. Tekan tab beberapa kali sampai komputer mengatakan “Run
JAWS from system Tray check Box not check”.
e. Tekan spasi satu kali untuk memberi tanda check, tekan enter.
f. Restart ulang komputer anda. Setelah komputer kembali ke layar
desktop dan program JAWS sudah berjalan, baru tekan Alt-tab
sampai komputer mengatakan “JAWS”.
g. Tekan Alt, huruf o, huruf b, untuk membuka kotak dialog Basic.
h. Tekan tab beberapa kali sampai komputer mengatakan
“Automatically start JAWS check box not check”.
23
i. Tekan spasi untuk mengubahnya menjadi check, tekan enter.
j. Booting ulang komputer, maka JAWS akan secara otomatis berjalan
seiring dengan munculnya program Windows.
k. Jika ingin JAWS tidak lagi berjalan secara otomatis, lakukan
kembali cara di atas untuk membatalkan (unselect) opsi Run
JAWS First.24
Mengaktifkan NVDA secara manual maksudnya program NVDA
harus dipanggil dengan short-cut. Caranya: tekan Alt+Ctrl+n,
tunggu sebentar, komputer akan mengeluarkan bunyi sejenis “beep”,
dan tidak lama kemudian NVDA akan mengeluarkan suara.
Mengaktifkan NVDA secara otomatis maksudnya program NVDA
diatur atau disetting agar program tersebut aktif tanpa harus
dipanggil. Caranya: dengan langkah-langkah berikut:
a. Aktifkan dulu NVDA secara manual, atau langsung ke langkah
berikutnya jika sudah aktif.
b. Tekan tombol Insert+n untuk membuka menu NVDA.
c. Tekan panah bawah sampai komputer
mengatakan:“Preferences”, tekan Enter.
d. Tekan panah bawah atas cari General Setting, tekan Enter.
e. Tekan Tab beberapa kali sampai komputer mengatakan:
“Automatically start NVDA after I log oncheck box”. Tekan spasi
untuk mengaktifkannya.
24
Sugiyo, “Panduan singkat Menggunakan JAWS: Untuk Peserta Kursus Komputer
Bicara,”http://widoyufriashar.mywapblog.com/jaws-for-windows.xhtml, diakses pada 08 April
2015 pukul 22.00.
24
f. “Use NVDA on the windows log on screen check box.” Pada
bagian ini tekan spasi untuk memberinya tanda centang.
g. Tekan Tab beberapa kali untuk sampai di OK, tekan Enter.25
5. Teknis Mengoperasikan Komputer Bicara
Berdasarkan wawancara singkat peneliti di Yayasan Mitra Netra
dengan insruktur komputer bicara bernama Sugiyo bahwa, untuk
mengoperasikan komputer bicara mouse yang bagi orang normal
(bisa melihat) sangat bermanfaat dalam mengoperasikan komputer,
bagi tunanetra tidak terpakai sama sekali. Untuk menjawab pesan
dan memberi perintah kepada komputer, tunanetra cukup
memaksimalkan dan menghafal letak dan fungsi keyboard komputer.
Keyboard (papan ketik) adalah peralatan input yang paling umum
dan banyak digunakan. Input dimasukan ke peralatan proses dengan
cara mengetikkan lewat tombol-tombol yang ada di
keyboard.26
JAWS dan NVDA dibuat dengan peraturan bila
menggunakan mouse dengan sendirinya ia tidak akan berfungsi.
Sehingga untuk mengoperasikan komputer bicara tunanetra harus
dengan memilih perintah di dalam menu yang bias diakses dengan
tombol keyboard atau menekan kombinasi tombol shortcut (perintah
pendek). Navigasi utama yang digunakan dalam program pembaca
layar biasanya dengan tombol panah dan kombinasi short-cut,
25
Sugiyo, Pengenalan NVDA,(Jakarta: MitraNetra, 2014), h. 2. 26
Ayub Wimatra, dkk, “Dasar-Dasar Komputer, “ (Medan: Akademik Teknik dan
Keselamatan Penerbangan, 2008), h. 4.
25
sebagai contoh adalah ketika membaca dokumen di jendela kerja
Microsoft Word.27
Menginput perintah pada JAWS untuk membacakan informasi
dilayar sebagai berikut:
a. Panah atas untuk membaca satu yang berada di atas.
b. Panah bawah untuk membaca satu barisan yang berada di
bawah.
c. Panah kanan dan kiri untuk membaca satu karakter di sebelah
kanan dan kiri.
d. Ctrl + panah atas untuk membaca satu paragraf di atas
e. Ctrl + panah bawah untuk membaca satu paragraf di bawah
f. Ctrl + kanan dan kiri untuk membaca satu kata di setelah dan
disebelum kursor yang dibacakan.28
Sedangkan untuk menginput perintah pada NVDA untuk membaca
informasi dilayar sebagai berikut:
a. Membaca satu character pada posisi kursor: numpad2.
b. Membaca satu character ke arah kanan: numpad3.
c. Membaca satu character ke arah kiri: numpad1.
d. Membaca satu kata pada posisi kursor: numpad5.
e. Membaca satu kata berikutnya: numpad6.
f. Membaca satu kata sebelumnya: numpad4.
27
Kartunet, Mengenal Program Pembaca Layar JAWS,
http://www.kartunet.or.id/mengenal-program-pembaca-layar-jaws-3218/, diakses pada 22 April
2015 pkl 21.00. 28
Kartunet, Mengenal Program Pembaca Layar JAWS.
26
g. Membaca satu kalimat pada posisi kursor: numpad8.
h. Membaca satu kalimat berikutnya: numpad9.
i. Membaca satu kalimat sebelumnya: numpad7.
j. Membaca dari posisi kursor sampai akhir ketikan: insert+panah
bawah.29
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian ini
diantaranya diambil dari dua skripsi. Skripsi pertama berjudul “Evaluasi
Pemanfaatan Penelusuran Informasi Melalui Sistem Informasi JAWS
(JOB ACCESS WITH SPEECH) Bagi Siswa Tunanetra Di MTs Yayasan
Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta” yang disusun oleh Ema
Yuliayanti, program studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu
budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan penelusuran
informasi melalui sistem informasi JAWS(Job Acces With Speech) bagi
siswa tunanetra di MTs Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam
Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang
berfokus mengkaji penelusuran siswa tunanetra dengan memanfaatkan
sistem informasi JAWS. Hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah
nilai persentase waktu yang digunakan dalam penelusuran informasi
adalah 45% yaitu sebagian besar siswa menyatakan 1-2 jam waktu yang
diperlukan. (70%) pada umumnya siswa menyatakan hasil penelusuran
29
Sugiyo, Pengenalan NVDA, h. 3.
27
informasi menggunakan JAWS didengar dan disimpan. Proses kerja
JAWS dalam penelusuran informasi (55%) sebagian besarsiswa
menyatakan bahwa proses kerja JAWS lebih cepat, lebih tepat , lebih
efektif dalam penelusuran informasi sehingga membantu proses belajar.
Bidang informasi dalam penelusuran informasi menggunakan
JAWS (50%) sebagian besar siswa menyatakan bahwa cakupan
informasi yang sering ditelusur menggunakan JAWS informasi bidang
IPTEK dan Ilmu Pengetahuan. Sumber informasi dalam penelusuran
informasi menggunakan JAWS (70%) pada umumnya siswa menyatakan
sumber informasi dalam penelusuran informasi melalui JAWS dari
informasi Internet. Kemudahaan yang didapat dalam penelusuran
informasi menggunakan JAWS (45%) sebagian besar siswa
mendapatkan kemudahan dalam penelusuran informasi melalui JAWS
adalah kemudahan dalam menambah ilmu pengetahuan. Faktor yang
menghambat penelusuran informasi menggunakan JAWS (55%)
sebagian besar siswa menyatakan faktor yang menghambat dalam
penelusuran informasi melalui JAWS adalah belum mahir.
Dalam penelitian ini terdapat kesamaan, dimana sama-sama
membahas pemanfaatan sistem informasi untuk tunanetra yakni
JAWS(Job Acces With Speech), hanya saja pada penelitian Ema berfokus
ke penelusuran siswa tunanetra terhadap sistem informasi JAWS bukan
pemanfaatan komputer bicara (JAWS) dalam memenuhi kebutuhan
informasi tunanetra. Meskipun fokus yang diteliti berbeda, namun
pembahasanya sama yakni membahas sistem informasi JAWS (komputer
28
bicara), hal ini menjadikan alasan bagi penulis untuk memilih penelitian
ini menjadi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian penulis.
Skripsi kedua berjudul “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian
Informasi Pemakai Tunanetra dalam Mengakses Informasi di
Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung” yang
disusun oleh Abkarina Musa’Adah, program studi Ilmu Perpustakaan,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang tahun 2013.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa kebutuhan
pemakai tunanetra dalam mengakses informasi di Perpustakan Balai
Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung dan untuk mengetahui
perilaku pencarian infromasi di Perpustakan Balai Rehabilitasi Sosial
Penganthi Temanggung.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang
berfokus mengkaji kebutuhan dan perilaku pencarian tunanetra dalam
mengakses informasi di perpustakaan. Dalam penelitian ini menguraikan
berbagai informasi yang tersedia di perpustakaan dari yang tercetak
seperti buku braille, buku audio, dan komputer bicara. Hasil dari
penelitian Abkarina menunjukkan bahwa semua tunanetra membutuhkan
informasi yang dilatarbelakangi dan tuntutan pekerjaan dan rasa ingin
tahu. Di samping itu, mereka membutuhkan informasi karena tidak mau
tertinggal dengan orang normal.
Dalam pencarian informasi tunanetra lebih memilih menggunakan
komputer bicara dengan akses internet. selain itu, juga menggunakan
media lain yaitu membaca buku braille di perpustakaan dan meminjam
29
buku digital. Terdapat perbedaan dalam penelitian Abkarina dengan
penelitian ini, yakni penelitian Abkarinan membahasa kebutuhan dan
perilaku pencarian tunanetra dalam informasi, sedangkan penelitian ini
membahas kebutuhan tunanetra dalam memanfaatkan komputer bicara,
tetapi terdapat juga kesamaanya dimana penelitian Abkarina
membicarakan soal kebutuhan tunanetra dalam mengakses informasi
yang salah satunya media komputer bicara sama dengan pembahasan
penelitian ini. Dari kesamaan pembahasa itu membuat penulis memilih
penelitian Abkarina menjadi penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Metode deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau
menjelaskan suatu hal seperti apa adanya.1 Penelitian deskriptif ini peneliti
lakukan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan suatu hal dengan apa
adanya berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti. Sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk memahami makna “(meaning)” yang
berada di balik fakta-fakta.2
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti ingin menjelaskan dan
menggambarkan pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi
kebutuhan informasi tunanetra. Dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social
situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berintekasi secara
sinergis.3
1Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis
Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Lembaga Administrasi Negara: , 2004), h. 60. 2Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian,h. 30.
3Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 49.
31
B. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.4
Yang dimaksud data primer ialah seseorang yang menjadi nara
sumber dalam penelitian ini, dengan mengajukan beberapa pertanyaan
dari peneliti kepada seseorang yang dikira sangat mengetahui
permasalahan yang sedang diteliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita
tinggal mencari dan mengumpulkan.5 Data sekunder akan lebih mudah
didapatkan dibandingkan dengan data primer, karena data sekunder
tidak memerlukan wawancara kepada nara sumber seperti yang
diterapkan data primer, data sekunder sudah tersedia hingga peneliti
tinggal meneliti data tersebut. Dalam penelitian ini data sekunder
berupa catatan dokumentasi, buku, jurnal, artikel dan dokumen lainya.
C. Informan
Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.6
Teknik pemilihan informan yang peneliti pakai adalah purposive
sampling. Purposive sampling, yaitu menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara
4Amin Amrullah, Panduan Menyusun Proposal Skripsi, Tesis & Disertasi, (Jakarta:
Smart Pustaka, 2013), h. 42.
5Amin Amrullah, Panduan Menyusun Proposal, h. 36.
6Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kecana, 2010), h. 108.
32
maksimal.7 Sesuai penjelaskan di atas peneliti menetapkan beberapa
informan dalam penelitian ini adalah:
1. Bapak Sugiyo, adalah sebagai instruktur komputer bicara di Yayasan
Mitra Netra dalam bidang diklat yang bertugas melatih tunanetra
dalam mengoperasikan komputer bicara.
2. Tunanetra yang mengikuti kursus komputer bicara di Yayasan Mitra
Netra dan memanfaatkan komputer bicara untuk memperoleh
kebutuhan informasi, berikut adalah profil dari informan :
7Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), h. 33.
No. Nama Status Klasifikasi kebutaan
1. TR Mahasiswa semester 5
Jurusan Bahasa Inggris di
Universitas Indraprasta PGRI
Jakarta
berkerjan di Koperasi
Yayasan Mitra Netra
Blind
2. JT Mahasiswa semester 5
Jurusan Komunikasi di
Universitas Muhammadiyah
Jakarta
Blind
3. DN Lulus dari Universitas Putra Blind
33
Dari keempat informan yang diteliti semua informan mengalami jenis
kebutaan total (Totally Blind) atau (Blind), jenis kebutaan tunanetra
tersebut tidak mampu melihat dan menerima rangsangan cahaya dari luar.
D. Teknik Pengolahan Data
Untuk memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam tersebut,
maka peneliti menggunakan berbagai metode pengumpulan data, seperti
berikut ini:
a. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi, observasi adalah teknik
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
subjek (partner penelitian) dimana sehari-hari mereka berada dan biasa
melakukan aktivitasnya.8
8Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 90.
Bangsa Surabaya Jurusan
Ilmu Hukum dan pernah
bekerja di Bank CIMB
NIAGA sebagai Tele Sales
Officer dari Tahun 2013-
2014.
4. RC Mahasiswa Semester 1
Jurusan Ilmu Hukum di
Unika Soegija Pranata
Semarang
Blind
34
b. Wawancara
Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak
terstruktur, wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.9
b. Dokumentasi
Dokumen dalam penelitian ini yang dimaksud adalah catatan peristiwa
sudah berlalu, bisa berupa berbentuk tulisan, gambar, foto, atau karya-
karya monumental dari seseorang.10
Dalam penelitian ini, peneliti
mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang terdapat di
Yayasan Mitra Netra yang berupa, jumlah peserta tunentra yang
mengikuti krusus komputer bicara, jumlah fasilitas komputer bicara di
Yayasan Mitra Netra, gambar-gambar kegiatan tunanetra dalam
mengikuti pelatihan komputer bicara.
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul tanpa dianalisis menjadi tidak
bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati dan tidak berbunyi. Oleh
karena itu, analisis data ini untuk memberi arti, makna, dan nilai yang
terkandung dalam data. Tujuan dari analisis data ialah untuk
meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah
9Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.73.
10Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.82.
35
ditafsirkan, sehingga hubungan antara problem penelitian dapat dipelajari
dan diuji.11
Menurut Bogdan dalam buku memahami penelitian kualitatif
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan
temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain.12
Data yang telah didapatkan dalam teknik pengumpulan data
observasi, wawancara dan dokumentasi tersebut dianalisis dalam bentuk
deskriptif, kemudian diberikan penjelasan dan gambaran tentang
pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi
tunanetra di Yayasan Mitra Netra. Analisis data yang dilakukan
diantaranya:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
11
Moh Kasiram, Metode Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodelogi Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 127-128. 12
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.88.
36
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlu.13
b. Penyajian Data
Menurut Miles dan Huberman dalam buku metode penelitian
kombinasi (Mixed Methods) menyatakan yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.14
Dari semua data yang di reduksi,
maka data tersebut akan diuraikan dan dijelaskan permasalahanya
sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibahas di atas, kemudian
di sajikan dalam bentuk teks dan bersifat naratif.
c. Penarikan Kesimpulan
Dalam kesimpulan akan mengukapkan makna dari data yang telah
dikumpulkan dan dijabarkan. Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan.15
13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 92. 14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 95. 15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 99.
37
F. Jadwal Penelitian
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
PEMANFAATAN KOMPUTER BICARA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN
INFORMASI TUNANETRA DI YAYASAN MITRA NETRA
No Kegiatan 2015
Feb Mar Apr Mei Jun-
Jul
Ags Sep
1. Penyusunan Proposal
2. Pengajuan Proposal
3. Bimbingan Skripsi
4. Penelitian
5. Penyusunan Skripsi
6. Pengajuan Sidang
7. Sidang Skripsi
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Yayasan Mitra Netra
Yayasan Mitra Netra didirikan di Jakarta tanggal 14 Mei 1991, dan
berstatus sebagai badan hukum dengan terdaftar pada Tambahan Barita
Negara tanggal 14/12 tahun 2001 nomor 100. Pada awalnya Yayasan
Mitra Netra berlokasi di salemba, kemudian pada tahun 1995, Yayasan
Mitra Netra belum menempati lokasi yang tepat. Sehingga, harus
berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. pada tahun
1996-1997, Yayasan oleh Mendiknas diizinkan untuk menempati SLB
yang terletak di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kemudian tahun 2002
hingga kini, Yayasan Mitra Netra telah memiliki gedung sendiri yang
terletak di Jl. Gunung Balong II.58 Lebak Bulus III, Jakarta Selatan.
Mitra Netra bermakna kerjasama antara tunanetra dengan mereka yang
bukan tunanetra. Hal itu tercermin dari pendiri Yayasan. Yayasan ini
didirikan oleh beberapa orang tunanetra dan orang-orang yang bukan
tunanetra, orang-orang tersebut adalah sebagai berikut: Lukman Nazir,
menjadi tunanetra berusia 40 tahun karena Glaukoma, Bambang
Basuki, menjadi tunanetra saat remaja karena Glaukoma, Nicoline N.
Sulaiman, wanita asal belanda yang sangat memperhatikan tunanetra,
Mimi Mariani Lusli menjadi tunanetra pada usia 10 tahun dan Sidarta
39
Ilyas adalah dokter spesialis ahli mata. Para pendiri Mitra Netra
memiliki keyakinan bahwa:
a. Tunanetra dapat menjalani kehidupan yang mandiri, ceradas,
bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat apabila
diberikan:
1) Rehabilitasi yang dapat mengura ngi dampak kecacatannya,
2) Pendidikan dan latihan yang dapat mengembangkan potensinya,
3) Peluang kerja yang seluas-luasnya,
4) Serta sarana atau layanan khusus yang dibutuhkan.
b. Tidak semua tunanetra dan keluarganya mampu menyediakan dan
membiayai sendiri kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
sebuah lembaga yang membantu mengupayakannya untuk mereka.
c. Untuk menjamin agar program yang diselenggarakan sesuai dengan
aspirasi tunanetra, maka, tunanetra harus dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan, pelaksanaan serta evaluasi suatu program.
Para tunanetralah yang paling mengerti dan memahami kebutuhan
mereka.
d. Untuk meringankan tantangan yang dihadapi, diperlukan sinergi
antara tunanetra dengan sahabat-sahabat yang bukan tunanetra, serta
antara Mitra Netra dengan organisasi lain.
e. Dengan menggunakan pendekatan secara inklusif yang
mengakomodasikan berbagai jenis perbedaan, perlakuan
diskriminatif akan dapat dikurangi atau dihindari.
40
2. Legalitas
a. Akte Notaris, No. 31/Notaris Agus Majid, Tgl 14 Mei 1991.
b. Surat izin Dinas Sosial DKI Jakarta no. 387/ORSOS /1992.
c. Surat izin BKKKS DKI Jakarta. No. 054/
BKKKS/KU/SK/DU/IX/1996.
d. Surat izin Kanwil Depsos DKI Jakarta No. 387/ORSOS/1992
e. Telah terdaftar dalam Tambahan Berita-Negara Republik Indonesia
tanggal 14/12 tahun 2001 No. 100 sebagai Yayasan yang berbadan
hukum.
3. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra
a. Visi
Yayasan Mitra Netra mencita-citakan terwujudnya masyarakat yang
inklusif, masyarakat yang dapat mengakomodasikan berbagai
perbedaan, bebas hambatan dan berdasarkan atas hak. Dalam
masyarakat semacam ini, tunanetra akan dapat hidup mendiri,
cerdas, bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat. Dalam
upaya memberikan perannya untuk menwujudkan cita-cita tersebut,
Visi Yayasan Mitra Netra adalah “Berfungsi sebagai pengembang
dan penyedia layanan, guna terwujudnya kehidupan tunanetra yang
mandiri, cerdas dan bermakna dalam maysarakat yang inklusif”.
b. Misi
Sebagai sebuah layanan dan pelatihan bagi tunanetra dan organisasi
lain, Yayasan ini hadir di tengah-tengah masyarakat dengan misi
untuk:
41
1) Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitasi
2) Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan
pelatihan
3) Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya difersifikasi
dan penempatan kerja
4) Mengembangkan keahlian dan sarana khusus bagi tunanetra
melalui penelitian
5) Meningkatkan kemampuan lembaga penyedia layanan bagi
tunanetra yang lain dengan menyebarkan keahlian serta produk
yang dihasilkan
6) Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya masyarakat
inklusif yang mengakomodir berbagai jenis perbedaan.
4. Personalia Instruktur Komputer Bicara
No. Nama Jabatan
1. Sugiyo 15 tahun menjadi instruktur komputer bicara di
Yayasan Mitra Netra sampai sekarang.
2. Suryo 9 tahun menjadi Instruktur komputer bicara di
Yayasan Mitra Netra sampai sekarang.
42
5. Struktur Organisasi
Pembina
Ketua : Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M.
Anggota : Hj. Imas Fatimah, S.H.
Pengawas
Drs. Wisnu sambhoro, M.Si.
Pengurus
Ketua : H.M.E Kurnadi
Seketaris : H. Subarmat
Bendahara : M. Nurizal, S.E, M.Si.
Eksekutif
Direktur : Drs. Bambang Basuki
Wakil : Drs. Irwan Dwi Kustanto
Kepala-Kepala Bagian
Kabag. Umum: Tri Winarsih
Kabag. Keuangan: abdul Wahid, S.E.I.
Kabag. Humas & Naker: Aria Indrawati, S.H.
Kabag. Rehabilitasi & Diklat: Yani Matondang, S.Ag.
Kabag. Produksi Buku & Perpustakaan: Indah Lutfiah, S.Pd.
Kabag. Penelitian & Pengembangan: Nur Ichsan.
43
6. Program dan Layanan
a. Program Bagian Rehabilitasi
Program rehabilitasi diharapkan tunanetra dapat:
1) Menerima ketunanetraan yang dialami sebagai fakta yang harus
dijalani
2) Kembali memiliki harapan untuk melanjutkan kehidupan yang
mandiri, produktif dan bermakna di masyarakat
3) Menjadi manusia yang cerdas dengan memiliki kesempatan dan
kemampuan menempuh pendidikan di sekolah umum dan
perguruan tinggi
4) Menjadi manusia yang mandiri dan bermanfaat dengan memiliki
kemampuan bekerja, baik di sektor formal maupun informal;
baik bekerja pada suatu lembaga/perusahaan atau mengelola
usaha sendiri.
Dari program rehabilitasi Yayasan Mitra Netra memberikan
beberapa layanan diantaranya:
a) Layanan konseling yang diberikan oleh konselor sesama
tunanetra.
Layanan konseling ketunanetraan adalah sebuah layanan
diselenggarakan untuk membantu memulihkan keseimbangan
psikologi, mental, serta sosioemosional, bagi tunanetra yang
baru mengalami pednurunan atau hilangnya penglihatan.
Layanan konseling ini juga diselenggarakan unuk membantu
para tunanetra mengatasi berbagai permasalahan psikologi
44
dan sosioemosional yang dihadapai di dalam kehidupan
sehari-hari.
b) Menyelenggarakan pelatihan orientasi dan mobilitas.
Melatihan orientasi dan mobilitas adalah sebuah pelatihan
yang bertujuan untuk membekali tunanetra dengan
kemampuan dan ketrampilan memanfaatkan keseluruhan
indra dalam upaya mengenali lingkungan, bergerak, dan
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, serta untuk
melakukan aktivitas sehari-harisecara efektif dan aman.
Tuannetra yang telah memiliki ketrampilan Orientai dan
Mobilitas diharapkan dapat mandiri dan percaya diri untuk
menlanjutkan kehidupannya. Pelatihan Orientasi dan
Mobilitas dilakukan oleh dua instruktur yang perfesional
dengan metode pengajaran privat (individu) dengan
memperhatikan kebutuhan ketunanetraan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
c) Menyelenggarakan pelatihan membaca dan menulis braille
Untuk tuannetra membaca dan menulis dapat dilakukan
dengan menggunakan huruf braille oleh karena itu Yayasan
Mitra Netra menyelenggarakan kursus membaca dan menuli
shuruf barille.
45
b. Program Pendidikan
Dalam bidang pendidikan Yayasan Mitra Netra menyediakan
layanan bagi tunanetra yang menempuh pendidikan secara inklusi di
sekolah umum dan perguruan tinggi, layanan tersebut berupa:
1) Layanan pedamping, seperti pendamping pendaftaran masuk
perguruan tinggi, pendamping belajar, pendamping ujian, dan
pendamping saat menyusun skripsi.
2) Menyediakan fasilitas yang menunjang pendidikan tunanetra serta
menyelenggarakan kursus-kursus untuk membantu kemandirian
tunanetra dalam pendidikan, meliputi:
a) Menyediakan layanan perpustakaan berupa buku khusus untuk
tunanetra, baik dalam bentuk braille maupun buku bicara yang
berbentuk kaset atau CD.
b) Kursus abakus
Kursus abacus ini Yayasan mitra Netra berkejasama dengan
Yayasan Artimatika Indonesia untuk melatih 2 orang staff
menjadi instruktur kursus abacus. Kursus ini diselenggarakan
untuk membantu siswa tunanetra dalam mengikuti mata
pelajaran eksakta, agar dapat menghitung dengan cepat.
c) Kursus Komputer Bicara
Kurusus komputer bicara ini bertujuan untuk memungkinkan
tunanetra memperoleh akses terhadap teknologi informasi dan
komunikasi sebagai sarana bantu pendidikan atau kerja serta
46
dapat lebih mandiri dalam belajar, bekerja dan aktivitas sehari
hari lainnya.
c. Program Tenaga Kerja
Melalui program "diversifikasi peluang kerja bagi tunanetra", Mitra
Netra menyediakan serangkaian layanan sebagai berikut:
1) Bimbingan karir pekerjaan lanjutan
2) Pelatihan ketrampilan halus sebagai persiapan bekerja (soft skill
pre employment training)
3) Magang kerja
4) Promosi tenaga kerja tunanetra ke masyarakat
5) Penempatan tenaga kerja tunanetra baik di perusahaan maupun
instansi pemerintah
6) Memberikan pendampingan intensif di tiga bulan pertama setelah
penempatan kerja
7) Peminjaman alat kerja berupa komputer dan scanner jika
tunanetra memeerlukan untuk magang kerja
d. Produksi Yayasan Mitra Netra
Mitranetra Braille Converter (MBC) adalah perangkat lunak yang
digunakan untuk memproduksi buku Braille. Dengan MBC Yayasan
Mitra Netra dapat menghasilkan sebagai berikut:
1) Pembuatan buku braille
2) Dapat pengetikan ulang buku-buku yang akan dicetak menjadi
buku braille.
47
3) Dengan MBC tidak lagi perlu mengimpor software serupa,
sehingga dapat menghemat anggaran negara.
7. Profil Pelatihan Komputer Bicara Bagi Tunanetra
Mengetahui bahwa keberadaan komputer bicara sangat bermanfaat bagi
tunanetra pada akhirnya, tahun 1992 Yayasan Mitra Netra telah
menyelenggarakan kursus komputer bicara sampai sekarang ini. Peserta
yang mengikuti pelatihan sudah lebih dari 300 tunanetra. Sesuai dengan
kebutuhan tunanetra terhadap akses teknologi semakin tinggi, sehingga
pada tahun 2008 Yayasan Mitra Netra berkerjasama dengan Direktorat
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan RI untuk
terus menyelenggarakan pelatihan (kursus) komputer bicara serta
memperbanyak jumlah tunanetra yang menjadi pesertanya.
a. Tujuan dari pelatihan ini agar:
1) Memiliki akses yang baik ke teknologi informasi dan komunikasi
2) Dapat lebih mandiri dalam belajar dan bekerja serta aktivitas
sehari-hari lainnya.
b. Fasilitas
1) Materi kursus yang aksesibel untuk tunanetra
2) Ruang kursus ber-AC berikut sarana yang diperlukan
3) Komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca
layer
4) Scanner
5) Akses internet
48
6) Tempat kursus yang mudah dijangkau dan memiliki fasilitas
pendukung yang lengkap bagi tunanetra.
c. Materi Pelatihan
1) Program Utama, dengan materi: Microsoft Windows, Screen
Reader NVDA, Micrososft Word, Internet, Mitranetra Electronic
Dictionary (Meldict)
2) Program Pilihan, dengan materi salah satu dari pilihan berikut ini:
Microsoft Excel, Microsoft Access, Microsoft Power Point,
HTML/CSS, dan JAWS Script. Peserta yang akan mengikuti
program pilihan harus terlebih dahulu mengikuti Program Utama.
3) Kelas Khusus, adalah kelas kursus yang berlangsung dengan
waktu dan materi program tertentu yang diinginkan peserta dan
disetujui oleh instruktur.
d. Syarat dan Ketentuan
1) Peserta memiliki kemampuan mengetik 10 jari.
2) Peserta mendaftar langsung ke Yayasan Mitra Netra dengan
mengisi formulir yang telah disediakan.
3) Peserta telah lulus tes mengetik 10 jari yang dilakukan oleh
instruktur.
4) Peserta memiliki komitmen untuk mengikuti kursus hingga
selesai.
49
B. Hasil Penelitian
Berikut ini akan menguraikan hasil penelitian dengan informan
mengenai pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan
informasi. Adapun hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut:
Pemanfaatan Komputer Bicara dalam Memenuhi Kebutuhan
Informasi Tunanetra.
Untuk bisa memanfaatkan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan
informasi tunanetra, tunanetra terlebih dahulu harus mengikuti kursus
komputer bicara. Yayasan Mitra Netra merupakan yayasan yang
menyelenggarakan kursus komputer bicara untuk tunanetra. Kursus
berlangsung dengan instruktur yang ahli dalam bidang komputer bicara,
yaitu bapak Sugiyo dan Suryo. Berdasarkan hasil penelitian bahwa untuk
bisa mengoperasikan komputer bicara tunanetra harus melewati tahap-
tahap kursus yaitu:
Mampu Mengetik 10 Jari dan Menghafal Letak Keyboard
Mengikuti Kurikulum Pembelajaran Miscrosof Word
Pembelajaran Internet
Tiga tahap tersebut merupakan tahap-tahap yang harus dilewati tunanetra
untuk bisamengoperasikan komputer bicara. Seperti yang pernyataan
informan berikut:
“Basicnya setelah bisa mengetik 10 jari juga harus menghafal short cut
keyboard. Dengan hafal keyboard kita akan senang untuk beraktifitas
dilayar komputer setelah itu kita mulai terbiasa menggunakanya. Waktu
50
saat kursus komputer bicara saya biasanya mengetik lirik lagu yang saya
hafal. Belajar mengetiknya cepet kurang lebih satu minggu itu sudah hafal
dan sudah bisa lancar. Kebetulan karena di yayasan ini ada kurikulum
pembelajaran, jadi saya akhirnya mengikuti kelas dasar di pengenalan
“Komputer Miscrosof word. Sekaligus pelancaran mengetik 10 jari
dipadukan dengan pembelajaran Miscrosof word langsung, sehingga
pembelajaranya teori langsung dipratekkan apa yang sudah belajari.
Setelah belajar Miscrosof word dan mulai kenal temen-temen sedikit-
sedikit belajar internet walaupun masih belum tau facebook, karena belum
mengerti bikin acountnya” (TR).
“Pertama harus bisa mengetik 10 jari dan menghafal letak keyboard
(short cut), setelah bisa mampu mengetik 10 jari dan menghafal short cut
komputer baru mengikuti kurikulum yang ditetapin di mitra netra, setelah
itu baru kita menjelajahi internet untuk mencari informasi” (JT).
“Pada awalnya tidak langsung menggunakan komputer bicara pertama
harus bisa mengketik 10 jari dengan mesin ketik, tapi sekarang mesin ketik
jarang dipakai, sehingga tunanetra yang baru masuk bisa belajar
mengetik 10 jari langsug di komputer. Pertama harus bisa itu dulu setelah
itu baru masuk ke komputer bicara menghafal short cut keyboardnya,
karena tidak menggunakan mouse, maka untuk bisa mengoperasikan
komputer kita harus mampu menghafal short cut komputer. Setelah bisa
mengetik 10 jari dan menghafal short cut komputer saya mengikuti
kurikulum yang ada di mitra netra. Setelah itu baru pembelajaran ke
internet”(DN).
“Pada awalnya belajar mengetik 10 jari dulu. mengetik di miscrosof word
sekaligus belajar mengetik yang benar dengan 10 jari dan menghafal
short cut komputer. Setelah tahap pertama bisa saya mengikuti kurikulum
pembelajaran Miscrosof word di mitranetra. Tahap terakhir pembelajaran
internet kebetulan saya hari ini baru untuk email sebelumnya saya
mempelajarin Miscrosof word” (RC)
Semua informan menyatakan bahwa kursus komputer bicara di
Yayasan Mitra Netra harus melewati tiga tahap seperti pernyataan
informandiatas. Setelah mengikuti kursus selama 6 bulan, dengan
kemampuan dan ketrampilannya tunanetradapat mengoperasikan
komputer, sehingga bisa memanfaatkan komputer untuk memenuhi
kebutuhan informasinya. Dalam pemanfaatan komputer bicara untuk
memenuhi kebutuhan informasi informan, semua informan menyatakan
51
bahwa lebih nyaman memanfaatkan denganlaptop pribadi yang sudah
terinstal screen reader JAWS dan NVDA. Pernyatanya sebagai berikut:
“Sebelum punya laptop yaa memanfaatkan komputer di yayasan mitra
netra, setelah punya laptop yah dengan laptop pribadi yang telah terinstal
screen readers JAWS dan NVDA” (TR).
“Sekarang selalu menggunakan laptop pribadi sih, tetapi dulu saat sedang
mengikuti kursus komputer bicara sering memanfaatkan komputer di mitra
netra”(JT).
“Laptop pribadi ya.... komputer yang ada di mitra netra menggunakannya
pada waktu kursus saja” (DN).
“Laptop pribadi lebih nyaman, kalau dengan komputer di mitra netra kan
banyak yang menggunakan untuk kursus jadi lebihnyaman dengan laptop
sendiri” (RC).
Semua informan penyatakan lebih nyaman memanfaatkan
komputer bicara dengan laptop pribadi, karena komputer yang ada di mitra
netra untuk kursus komputer bicara. Kehilangan penglihatan bukan berarti
tunanetra tidak memerlukan informasi. Tunanetra juga membutuhkan
informasi yang sama besarnya dengan orang normal pernyataannya
sebagai berikut berikut:
“Butuh banget, informasinya seperti mencari berita terbaru yang belum
saya ketahui di googel.. “ (TR).
“Butuh, informasi untuk kuliah sih, terutama informasi tentang Ilmu
Komunikasi “ (JT).
“Butuh, seperti membaca berita yang sering dibicarakan orang sama
informasi untuk lowongan pekerjaan” (DN).
“Iya butuh, seperti informasi berita yang sedang jadi pembicaraan
masyarakat di internet “ (RC).
Dari semua pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa
informan sangat membutuhkan informasi. Kebutuhan informasi seperti:
membaca berita terbaru yang belum diketahui, diinternet, adapun
52
informasi lainya untuk pendidikan, seperti mencari informasi ilmu
komunikasi dan untuk mencari lowongan pekerjaan. Peneliti menanyakan
untuk apa saja informasi itu, pernyataan informan sebagai berikut:
“Untuk pengetahuan, menambah wawasan sama untuk mengupdate
informasi” (TR).
“Menambah wawasan, untuk kuliah dan untuk update terkini tuh yang
sedang di bicarakan orang” (JT).
“Untuk menambah wawasan agar kalau ngobrol sama orang nyambung.
Sama untuk dapat pekerjaan baru” (DN).
“Menambah wawasan dan pengatahuan” (RC).
Semua informan penyatakan bahwa membaca berita terbaru untuk
menambah wawasan dan pengetahuan informan, adapun lainnya untuk
informasi lowongan pekerjaan dan pendidikan. Empat informan yang
diteliti terdiri dari dua mahasiswa dan dua pekerja, berdasarkan latar
belakang informan, peneliti menanyakan, informasi apa yang dibutuhkan
informan untuk menunjang pendidikan dan pekerjaan. Pernyataan
informan sebagai berikut:
"Kalau untuk pendidikan, karena saya jurusannya bahasa inggris saya
membutuhkan simbol-simbol pronoun session, kalau untuk pekerjaan
saya membutuhkan informasi latihan-latihan membuat laporan dan
tutorial Microsoft Word dan juga membutuhkan informasi untuk lowongan
pekerjaan, karena saya sedang mencari pekerjaan baru” (TR).
“Untuk menunjang pendidikan informasinya diarahkan sama dosen,
misalnya nanti kamu buka situs tentang maskapai ,aku cari informasi
tentang informasi maskapai yang ada di Indonesia disitus maskapai
Indonesia. kalau di pemanfaatan komputer bicara lebih untuk membaca
buku-buku kuliah, buku itu aku scan aku simpan di komputer terus aku
baca isi dari buku itu. Bukunya aku beli di gramedia, ada juga yang dari
dosen aku pinjem untuk di scan. Kalau di internet itu lebih informasi
umum tambahan selain buku kuliah” (JT).
“Untuk perkerjaan, waktu saya masih bekerja dulu banyak pekerjaan saat
saya normal (bisa melihat) bisa saya kerjakan lagi seperti browsing,
53
mengirim email, word processing dan membutuhkan informasi lowongan
pekerjaan untuk membuat lamaran pekerjaan, karena sudah tidak kerja di
tempat yang dulu, sekarang lagi cari lowongan pekerjaan baru” (DN).
“Informasi seperti buku kuliah yang bentuknya e-book, kebetulan saya
lagi studi di jurusan Ilmu Hukum jadi lebih dari informasi e-book tentang
hukum dan juga saya sering membaca informasi di jurnal-jurnal tentang
peraturan hukum internasional” (RC).
Berdasarkan pernyataan informan, dapat di simpulkan bahwa
kebutuhan informasi semua informan berbeda-beda, ada yang
membutuhkan informasi untuk menunjang pendidikannya,
seperti:informasi simbol-simbol pronoun session, ilmu komunikasi,
informasi tentang peraturan hukum Internasional, sedangkan untuk
menunjang pekerjaan membutuhkan informasi latihan-latihan membuat
laporan koperasi, tutorial Microsoft Word dan untuk informasi lowongan
pekerjaan. Selain untuk menunjang pendidikan dan pekerjaan apakah ada
informasi lainnya selain pendidikan dan pekerjaan yang dibutuhkan
informan, pernyataanya sebagai berikut:
“Selama ini paling banyak untuk pendidikan dan pekerjaan ya, tapi
pernah juga untuk mendengarkan musik dan ceramah agama di youtube”
(TR).
“Kalau untuk kebutuhan selain pendidikan aku lebih sering mencari
informasinya di hp bukan di komputer bicara. Kalau di hp aku sering
mencari lirik lagu sama dengerin lagu-lagu yang terbaru” (JT).
“ Seringnya untuk pekerjaan selain itu ngak ada” (DN).
“Selama ini kebutuhan informasi untuk pendidikan itu saja, tapi
kebutuhan selain informasi seperti kebutuhan untuk main games yang
bentuknya audio games yang memang khusus di rancang untung tunanetra
mainnya memang menggunakan screen reader” (RC).
Berdasarkan pernyataan informan, dapat disimpulkan bahwa dua
informan membutuhkan informasi lainnya berupa informasi agama dan
54
hiburan untuk mencari lirik lagu dan mendengarkan lagu, satu informan
menyatakan informasi yang dibutuhkan sekarang ini informasi untuk
lowongan pekerjaan dan informan terakhir menyatakan ada kebutuhan
lainya, tetapi bukan informasi melainkan kebutuhan hiburannya yaitu
bermain games yang bentuknya audio games. Selain informasi untuk
pendidikan, pekerjaan, hiburan dan agama, peneliti menanyakan tentang
pengetahuan informan terhadap informasi terbaru yang sedang dibicarakan
masyarakat. Pertanyaanya adalah apakah informan suka mengikuti
informasi terbaru yang sedang dibicarakan masyarakat, adapun pernyataan
informan sebagai berikut:
“Suka, seperti informasi yang sekarang lagi banyak dibicarakan yaitu
tentang jamaah haji Indonesia. Awalnya memngetahui itu lewat televisi
terus langsung cari lagi diinternet lebih dalamnya, biasanya
menggunakan google sama youtube”(TR).
“Suka, aku punya aplikasi portal berita kompas di hand phone, tapi suka
terbatas informasinya jadi aku cari lagi diinternet lebih dalamnya dengan
buka situs kompas yang harian yang dalam bentuk koran, itu kan lebih
lengkap informasinya dari pada di aplikasi kompasnya. Kemarin si baca
berita tentang pilkada lebih ke politik” (JT).
“Suka, seperti berita yang jadi tranding topik di facebook, seperti berita
tentang gayus yang ada di restoran,” (DN).
“Suka, saya sering membuka portal online, televisi dan situs berita
diinternet, seperti berita tentang rancangan undang-undang mengenai
hukuman mati sama pilkada” (RC).
Berdasarkan semua pernyataan informasi di atas dapat disimpulkan
bahwa dua informan mengikuti informasi pilkada, satu informan
mengikuti informasi tentang jamaah haji dan satunya lagi mengikuti berita
gayus tambunan yang ada direstoran. Semua berita yang ada di pernyataan
informan merupakan berita yang sedang beredar di masyarakat, sehingga
55
semua informan mengikuti perkembangan informasi di masyarakat. Salah
satu informan yaitu JT terlebih dahulu mencari berita di hand phone,
karena informasinya terbatas maka JT mencari informasi tersebut
diinternet di situs berita yang bentuknya koran, sehingga informasi yang
akan didapatnya lebih lengkap. Dengan adanya komputer bicara apakah
semua kebutuhan informan sudah terpenuhi, adapun pernyataan informan
sebagai berikut:
“Terpenuhi, 90 % buat saya sudah, terutama untuk membaca berita
terbaru yang belum saya ketahui diinternet: googel, youtube, pendidikan
juga sama pekerjaan untuk membuat laporan koperasi” (TR).
“Iya terpenuhi karena aku kan tinggal di kossan yang tidak ada TV, jadi
untuk memenuhi informasi berita terbaru aku cari di internet dengan
komputer bicara dan lebih membantu buat mencatat, kalau pake braille
lebih lama bisa lebih cepet kalau kita menggunakan komputer. Terus juga
kalau mau baca berita informasi bisa, Kalau untuk pendidikan sangat
terpenuhi ya seperti, dapat membaca buku kuliah yang telah di scan,
mencari informasi ilmu komunikasi buat cari referensi kuliah atau mau
download musik hiburan juga bisa, bersosial media berinteraksi sama
teman-teman di internet itu juga bisa semuanya terpenuhi sebenernya
disitu” (JT).
“Yah relatif sih, dalam artiannya untuk kebutuhan informasi, kita baca
dokumen, email atau chatting yah sudah memenuhi untuk itu” (DN).
“Sebenernya sangat terpenuhi yah, mungkin melengkapi, karena kalau
secara informasi CD ada, Radio ada, smartphone juga ada screen reader.
Kalau komputer yah itu lebih ke area kerja kita, contonya: bikin artikel,
browsing artikel, komunikasi diinternet dengan facebook” (RC).
Dari empat informan, tiga diantaranya menyatakan kebutuhan
informasinya sangat terpenuhi diantaranya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, seperti mencari berita terbaru yang sedang beredar di
masyarakat. Selain itu untuk menunjang pendidikan, seperti membaca
buku kuliah yang telah di scan dan disimpan di komputer, untuk mencari
informasi tambahan untuk pendidikan, seperti informasi tentang ilmu
56
komunikasi dan membuat artikel, sedangkan pekerjaan, seperti informasi
membuat laporan koperasi dan lowongan pekerjaan.
1. Intensitas Pemanfaatan Komputer Bicara.
Untuk mengetahui intensitas tunanetra dalam memanfaatkan komputer
bicara, maka peneliti menanyakan tentang seberapa sering tunanetra
menggunakan komputer bicara dalam seminggu dan berapa jam
tunanetra menggunakan komputer bicara dalam satu hari.
“Dalam seminggu full, kurang lebih menggunakan komputer bicara 4
jam no stop (tidak berhenti)dalam satu hari” (TR)
“Waduh, bisa seharian kalo lagi libur dirumah” (JT)
“Seminggu full. Dalam satu hari relatif, tergantung kebutuhannya
juga kalau memang lagi ingin didepan komputer atau laptop yah bisa
sampai 2-3 jam” (DN)
“Menggunakanya seminggu full, tapi berapa lamanya tergantung
mood, kalao lagi engak ingin banget yah 10 menit saja, kalau lagi
ingin banget yah 4 jam. Yah tergantung mood” (RC)
Dari semua pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa intensitas
tunanetra dalam memanfaatkan komputer bicara3-4 jam dalam sehari,
biasanya pukul 12.00-15.00 tunanetra sering datang ke Yayasan Mitra
Netra untuk mengikuti pelatihan komputer bicara selain itu juga untuk
mencari informasi di internet dengan laptopnya sendiri atau
memanfaatkan fasilitas komputer bicara di Yayasan Mitra Netra.
2. Peran Yayasan Mitra Netra Dalam Pemanfaatan Komputer
Bicara.
Berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti dilapangan bahwa
keberadaan Yayasan Mitra Netra sebagai sarana pelatihan komputer
57
bicara sangat beperan penting untuk mengenalkan komputer bicara
dengan tunanetra. Dengan mengenalkan komputer bicara, tunanetra
akan terdorong ingin dapat menggunakan komputer bicara bahkan
memanfaatkanya untuk memenuhi kebutuhan tunanetra. Peneliti
menanyakan pertanyaan, seperti dimana pertama kali tunanetra
mengenal dan menggunakan komputer bicara, pertanyaan itu akan
mengambarkan peran dari Yayasan Mitra Netra, adapun hasilnya,
sebagai berikut:
“Di Mitra Netra” (TR, JT, DN).
dari keempat informan tiga diantaranya menjawab sama, yaitu
mengenal dan menggunakan komputer bicara pertama kali di Yayasan
Mitra Netra. Sedangkan informan lainya menyatakan sebagai berikut:
“Mengenal komputer bicara awalnya di internet, menggunakan
komputer bicara disekolah belajar otodidak dengan teman yang pintar
komputer, kurang lebih tiga minggu menggunakan JAWS yang bukan
original, setelah itu baru ke sini (Yayasan Mitra Netra) menggunakan
NVDA" (RC).
Di lihat dari pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa
keberadaan Yayasan Mitra Netra berperan dalam mengenalkan
komputer bicara kepada tunanetra serta menyediakan fasilitas
komputer bicara untuk dapat dimanfaatkan tunanetra. Meskipun ada
informan yang mengenal komputer bicara di internet dan
menggunakan pertama kali bukan di Mitra Netra, tetapi eksistensi
Yayasan Mitra Netra masih berperan sebagai sarana pelatihan lanjutan
informan untuk pelatihan teknis komputer biacara.
58
3. Pemanfaatan SoftwareJAWS dan NVDA
Keberadaan screen readers merupakan hal terpenting pada komputer
bicara, karena tampa screen readers tunanetra tidak akan bisa
mengoperasikan komputer bicara serta tidak dapat memanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Di Yayasan Mitra Netra
tersedia dua jenis screen readers diantara screen readers JAWS dan
NVDA. Namun mana yang sering digunakan tunanetra
“Saya paling nyaman dengan JAWS” (TR).
“Karena saya pribadi menggunakan JAWS dari awal belajar,
dikenalkan dengan JAWS maka JAWS lebih sering saya gunakan”
(DN).
Dari keempat informan dua diantaranya lebih suka memanfaatkan
JAWS dengan alasanya bahwa pertama kali informan sudah dikenalkan
dengan JAWS dan menggunakannya juga dengan JAWS, tetapi ada
juga penyataan informan lebih suka memanfaatkan NVDA.
“Yah kebetulan untuk komputer saya itu lebih support NVDA dan
sepertinya lebih ringan NVDA dan lebih simpel NVDA” (RC).
Informan terakhir menyatakan suka menggunakan kedua screen reader
berikut pernyatanya:
“Dua-duanya, kalau dilaptop menggunakan JAWS kalau di Mitra
Netra menggunakan NVDA” (JT).
Berdasarkan data di atas dapat mengambarkan bahwa dari empat
informan yang di wawancarai dua diantaranya lebih suka
menggunakan JAWS, sedangan satunya lebih nyaman dengan NVDA,
sedangkan informan terakhir menyatakan suka menggunakan kedua-
duanya.
59
4. Perbedaan Saat Memanfaatkan JAWS dan NVDA
Menurut informan perbedaan kedua screen readers terletak hanya
pada saat teknis menggunakannya. Pada NVDA terkadang ada satu link
yang tidak bisa dibacakan NVDA, tetapi saat berpindah screen readers
JAWS linknya dapat terbaca.
“Paling yang membuat beda Short cutnya aja sih” (TR).
“JAWS lebih unggul dibanding NVDA, keseringan saat menggunakan
NVDA tiba-tiba screen reader tidak bisa membacakan apa yang ada
dilayar, tetapi saat dicoba dengan JAWS link tersebut dapat
terbaca”(JT).
“Pada intinya sama aja, tapi sekarang seiring pekembangan NVDA
sudah mulai dikembangkan lagi. Sebagai pengguna kita sesuaikan
dengan kebutuhanya sekarang, jika ada yang tidak bisa dibacakan
oleh JAWS terkadang dengan menggunakan NVDA dapat dibacakan,
sehingga menggunaanya masih melengkapi antara JAWS dan NVDA”
” (DN).
“Ada, Short cutnya kalau JAWS ngak ada short cut untuk langsung ke
link, kalau NVDA ada. Begitu juga ada short cut di JAWS yang di
NVDA ngak ada” (RC).
Tetapi perbedaan yang dialami informan selama mengoperasikan
NVDA dengan JAWS masih dapat ditutupin atau masih dapat
melengkapi pekerjaanya, Berdasarkan data di atas bahwa perbedaan
yang dirasakan informan hanya saat teknis menggunakan JAWS dan
NVDA, selebihnya sampai sekarang keberadaan JAWS dan NVDA
untuk tunanetra masih menlengkapi satu sama lain.
60
5. Kendala mengoperasikan JAWS dan NVDA untuk memenuhi
kebutuhan informasi
Dalam mengoperasikan JAWS dan NVDA untuk memenuhi kebutuhan
informasi tunanetra, apakah mengalami kendala atau kesulitan, adapun
pernyataan informan sebagi berikut:
“Awal-awal iya saat kursus, kalau pada saat mencari informasi paling
kendalanya screen readers, ada website yang sulit untuk screen
readers bacakan, itu membuat saya kebingungan memahami
informasinya, tetapi kalao sudah seperti itu sih solusinya saya mencari
informasi di website lainnya yang dapat screen readers bacakan,
karena kalao screen readers tidak dapat membacakan informasi yang
ada dilayar berarti itu websitenya banyak iklan yang bergerk
sehingga sulit untuk dibcakan”(TR)
“Mungkin umpama kaya pindah jendela windows itu kan kalau orang
normal itu tinggal diklik klik saja pakai mouse, sedangkan kita ada
beberapa tombol keyboardnya yang harus di pencet nah itu bukan soal
harus ingat tombolnya pakai apa tapi pemahamanya gimana kita
pindah jendelanya. Terus untuk memahami dan mengambarkan situs
kalau orang normal ketika buka satu link itu langsung tergambarkan
itu situs apa, tapi kalau kita harus mencari tahu sendiri situs itu
tentang apa dengan menekan tombol panah kebawah terus, jadi
pemahaman dan megambarkan website itu yang kita susah. Tapi kalau
kita udah ngerti sih mau di apa saja sih sudah bisa” (JT)
“Diawal memang iya, adaptasi bisanya kan dulu waktu normal tinggal
klik-klik aja sekarang pakai audio termaksud juga adaptasi
keyboardnya, kalau untuk pada saat mencari berita diinternet screen
readers tiba-tiba tidak berbunyi, kendalanya sih pada saat
mengoperasikan screen reader, untuk solusinya sih minta tolong sama
orang normal sih, untuk membacakan informasinya, tetapi hal itu
karena websiter yang kita masukan itu banyak iklan yang aneh-aneh
itu aja”(DN)
“Tidak juga yah, mudah, tapi terkadang kalau pada saat mencari
informasi diinternet, seperti mencari berita di googel terkadang screen
readers suka lompat-lompat membacakannya, dan itu karena
websitenya ada kalimat yang bergerak dan banyak banget iklannya,
sehingga sulit untuk screen readers bacakan, itu sih kendalanya, kalau
sudah seperti itu cari saja informasi yang lainnya, yang bisa
dibacakan screen reader dengan lengkap” (RC)
61
Berdasarkan semua pernyataan informan diatas dapat disimpulkan
bahwa kendala yang dialami tunanetra pada saat mengoperasikan
komputer bicara, yaitu pada waktu pelatihan komputer bicara dimana
tunanetra harus beradaptasi dengankomputer dan keyboardnya.
Sedangkan pada saat mencari informasi diinternet 3 informan
menyatakan kendalanya pada screen reader yang tiba-tiba tidak
membacakan, tidak berbunyi dan terkadang suka lompat-lompat
membacakannya, hal itu dikarenakan website atau situs yang informan
masukan terdapat banyak iklan atau bahkan kalimat yang bergerak,
sehingga membuat screen reader kesulitan untuk membacakannya.
Sedangkan 1 informan mengalami kendala pada saat pemahaman
informasi, hal itu dipengaruhi oleh situasi informan yang tidak dapat
melihat, bila orang normal dapat mudah memahami atau
mengambarkan apa yang ada di layar komputer, sedangkan untuk
tunanetra sangat sulit untuk bisa memahami dan mengambarkan
dengan cepat infromasi itu, sehingga informan perlu banyak waktu
untuk memahami informasi yang ada dilayar. Sedangkan solusinya
berdasarkan semua pernyataan informan bahwa tunanetra lebih
memilih untuk mencari kembali website atau situs yang dapat
dibacakan dengan lengkap oleh screen reader, tetapi ada juga yang
meminta tolong bantuan orang normal untuk membacakan informasi
apa yang ada dilayar.
62
C. Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan menjabarkan rumusan masalah pada
bab 1 sesuai dengan hasil penelitian dan teori yang telah diuraikan pada
bab 2. Adapun hasilnya sebagai berikut: Pemanfaatan Komputer Bicara
Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Tunanetra.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan
memanfaatkan komputer bicara dengan menggunakan laptop pribadi yang
telah terinstal screen reader JAWS dan NVDA, sedangkan pemanfaatan
komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi informan, adapun
hasil penelitianya menunjukkan bahwa semua informan menyatakan
bahwa sangat membutuhan informasi, sehingga informasi merupakan
kebutuhan yang diperlukan informan, hal itu sesuai dengan KBBI yang
menjelaskan kebutuhan adalah sesuatu hal yang sangat dibutuhkan atau
sesuatu yang sangat diperlukan.1
Berdasarkan hasil penenlitian informasi yang di inginkan informan,
seperti informasi untuk membaca berita terbaru yang belum diketahui
informan, sedangkan lainya untuk pendidikan mencari informasi ilmu
komunikasi, ilmu hukum. Dalamperkerjaan mencari informasi lowongan
pekerjaan, adapun informasi yang diinginkan lainnya yaitu informasi
agama, hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori menurut Sulistyo-
Basuki dalam jurnal ilmu perpustakaan dan kearsipan menjelaskan bahwa
kebutuhan informasi adalah informasi yang diinginkan seseorang untuk
1S.W.J. Poerwarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h
173.
63
pekerjaan, penelitian, kepuasan rohani, pendidikan dan lain-lain.2
Berdasarkan teori di atas pekerjaan, pendidikan dan kepuasan rohani
sesuai dengan hasil penenlitian yang telah dijelaskan di atas.
Hasil penelitian selajutnya menunjukan bahwa pendekatan
kebutuhan informasi yang dibutuhkan informan mengarah ke teori Guha
dalam artikel hubungan antara program musik breakout di NET tv dengan
pemenuhan kebutuhan informasi tentang musik, ada empat jenis
pendekatan kebutuhan informasi:
1. Pendekatan Kebutuhan Informasi Muktakhir (Current need
approach), yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi
yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem
informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan
pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya
konstan antara pengguna dan sistem informasi.
2. Pendekatan Kebutuhan Informasi Rutin (Everyday need approach),
yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang sifatnya spesifik
dan cepat. Diaman pendekatan kebutuhan ini menuntut adanya
jawaban yang tepat dari pengolahan informasi dalam memenuhi
kebutuhan pengguna informasi.
3. Pendekatan Kebutuhan Informasi Mendalam (Exhaust need
approach), yaitu pendekatan kebutuhan informasi mendalam
mengisyaratkan adanya suatu ketergantungan yang tinggi dari
2Riyan Sanjaya, Ardoni, “Perilaku Mahasiwa Jurusan Ekonomi Dalam Mencari
informasi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Di Perpustakaan Universitas Bung Hatta,“ Vol
1, N0 1,(Padang: Universitas Negeri Padang, 2012), h. 447.
64
pengguna terhadap informasiyang dibutuhkan. Kebuuthan ini membuat
pengguna membutuhkan informasi yang akurat, spesifik dan lengkap.
4. Pendekatan Kebutuhan Informasi Sekilas (Catching-up need approach),
yaitu pendekatan kebutuhan informasi yang bersifat sekilas tetapi
memberikan gambaran lengkap tentang suatu topik. Pendekatan
kebutuhan ini membuat pengguna infromasi juga membutuhkan
informasi yang ringkas dan singkat namun jelas informasinya dan
sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.3
Pendekatan kebutuhan infromasi muktakhir, informan
membutuhkan informasi muktakhirnya untuk menunjang pendidikan dan
pekerjaannya, adapun informasi mukatkhir seperti membaca buku
pendoman kuliah yang telah discan, sehingga dapat dibaca dengan screen
reader, informasi tentang peraturan hukm internasional, simbol-simbol
pronoun session, sedangkan informasi muktakhir untuk pekerjaan seperti
informasi latihan-latihan membuat laporan koperasi dan tutorial Microsoft
Word dan juga membutuhkan informasi untuk lowongan pekerjaan.
Pendekatan kebutuhan informasi rutin, setiap harinya informan mencari
berita yang terbaru yang sedang dibicarakan masyarakat dengan cepat
lewat internet, googel, youtube dan sosial media facebook, sehingga
kebutuhan berita yang terbaru yang sedang beredar di masyarakat mejadi
kebutuhan Everyday need.
3Devi dan Nova Yuliati, “Hubungan antara Progran Musik Breakout di NET TV dengan
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Tentang Musik”, (Bandung : Universitas Islam Bandung, 2015),
h. 235.
65
Pendekatan informasi mendalam, berdasarkan hasil wawacara
dengan informan, JT membutuhka informasi mendalam, sehingga JT
mencari informasi tentang berita di situs kompas untuk mendapatkan
informasi berita yang akurat, spesifik dan lengkap dibanding membaca
berita dengan aplikasi berita di hand phonenya. Pendektan kebutuhan
sekilas, berdasarkan hasil wawacara dengan informan bahwa informan
membutuhkan informasi sekilas yang sedang beredar di masyarakat untuk
dapat menambah wawasan dan pengetahuan para informan, informasinya
berupa informasi jamaah haji Indonesia, pemilihan kepala daerah, gayus
tambunan, dari 4 informan 2 mengikuti informasi politik 1 informasi
jamaah haji dan 1 lagi informasi tentang kasus korupsi gayus tambunan.
Selain teori Guha hasil penelitian juga mengarah ke teori Sulistyo-Basuki
dalam jurnal informasi perpustakaan dan kearsipan bahwa kebutuhan
informasi dapat ditentukan oleh:
1) Kisaran informasi yang tersedia
2) Penggunaan informasi yang akan digunakan
3) Sistem sosial, ekonomi, dan politik tempat pemakai berada, dan
4) Konsekuensi penggunaan informasi.4
Kebutuhan informasi ditentukan dari kisaran informasi yang
tersedia, dalam hal ini informan harus mengetahui terlebih dahulu apa saja
informasi yang dilingkungannya, berdasarkan hasil penelitian informan
telah mengetahui informasi yang ada dilingkungan pendidikan dan
4Riyan Sanjaya, Ardoni, “Perilaku Mahasiwa Jurusan Ekonomi Dalam Mencari
informasi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Di Perpustakaan Universitas Bung Hatta,“ Vol
1, N0 1,(Padang: Universitas Negeri Padang, 2012), h. 447.
66
pekerjaan. Dalam lingkungan pendidikan informan memebutuhkan
informasi yang dapat menunjang kegiatan belajarnya, berupa informasi
ilmu komunikasi dan ilmu hukum sesuai dengan latar belakang informan
sama juga untuk pekerjaan, informan telah mengetahui kebutuhan apa
yang dapat menunjang pekerjaannya, seperti informasi latihan membuat
laporan koperasi, tutorial miscrofot word dan informasi lowongan
pekerjaan.
Kebutuhan informasi ditentukan oleh penggunaan informasi yang
digunakan, dalam hal ini informan harus mengetahui manfaat dari
informasi yang telah didapatnya dengan browsing internet: googel,
youtube dan media sosial facebook. Berdasarkan hasil penenlitian bahwa
informasi yang telah didapat informan bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuannya dalam pendidikan atau bahkan pekerjaan.
Kebutuhan informasi ditentukan oleh latar belakangan informan, dalam
hal ini latar belakang disini bisa dilihat dari permasalahan informan, yaitu
sejak umur berapa informan mengalami gangguan penglihatan jika
informan sudah cukup lama mengalami gangguan penglihatannya, maka
jelas akan terlihat kebutuhan informasinya, karena seseorang yang lebih
lama mengalami gangguan penglihatan akan lebih fleksibel dalam hal
membaca, mencari informasi dibanding dengan seseorang yang baru
mengalami gangguan penglihatan, berdasarkan wawancara peneliti dengan
informan bahwa semua informan telah mengalami gangguan penglihatan
cukup lama sehingga informan fleksibel dalam membaca dan mencari
informasi yang sesuai dengan latar belakanganya.
67
Kebutuhan informasi dilihat dari sosial, ekomoni dan politik
dimana tempat informan berada, berdasarkan penelitian bahwa informan
berstatus mahasiswa dimana informan akan bersosialisasi dengan
lingkungan sosialnya, sehingga lingkungan akan mempengaruhi informan
untuk mencari informasi untuk menunjang status sosialnya. Kebutuhan
informasi ditentukan oleh konsekuensi penggunaan informasi, dalam hal
ini informan harus bertanggung jawab atas penggunaan informasi yang
telah didapat. Hasil penelitian juga menemukan kendala yang dialami oleh
informan dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Kendala tersebut
dipengaruhi oleh faktor situasi pada saat informan mengoperasikan
komputer bicara tiba-tiba screen reader tidak membacakan informasi yang
ada dilayar komputer, hal itu karena di website yang informan masukan
terdapat banyak iklan yang bergerak, sehingga membuat screen reader
tidak mampu membacakan informasi yang ada di layar dan juga situasi
informan sebagai tunanetra yang memiliki kekurangan dalam
penglihatannya membuat informan perlu waktu lebih lama untuk
memahami dan mengambarkan informasi yang ada di layar komputer.
Berdasarkan hasil penelitian solusi dari permasalahan tersebut informan
lebih memilih untuk mencari website yang dapat dibacakan oleh screen
reader dengan lengkap. Dengan screen reader dapat membacakan
informasi dengan lengpak dan jelas, hal itu akan mempermudah informan
untuk memahami informasi yang ada di layar komputer.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa semua informan menggunakan
informasi yang didapatnya dengan baik salah satunya untuk menunjang
68
pendidikan dan pekerjaan.Selain kebutuhan informasi, informan juga
menerapkan teori kebutuhan dasar manusia menurut konsep psikolog
kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi tiga kategori :
1. Kebutuhan fisiologis, seperti kebutuhan akan makanan, air tempat
tinggal dll.
2. Kebutuhan afektif (kadang-kadang disebut kebutuhan psikologis atau
emosional) seperti kebutuhan untuk pencapaian, penguasaan dll
3. Kebutuhan kongnitif, seperti kebutuhan untuk merencanakan, belajar
ketrampilan dll.5
Berdasarkan hasil wawancara bahwa informan bahwa informan
juga telah memenuhi kebutuhan dasarnya berupa kebutuhan kongnitif
seperti yang telah dijelaskan di atas. Kebutuhan kongnitif seperti
kebutuhan untuk merencanakan dan belajar ketrampilan. Proses belajar
ketrampilan merupakan kegiatan yang perlu memakan banyak informasi
akurat yang dapat membantu informan dalam belajar ketrampilan. Dalam
penelitian ini, peneliti menemukan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan
informasi hiburan, kebutuhan informasi hiburan untuk menghibur
indivudu, seperti kebutuhan informasi untuk mencari lagu-lagu barat
terbaru, mencari lirik lagu-lagu barat yang informan sukadan kebutuhan
hiburan yang bukan informasi, seperti bermain audio games yang sifatnya
memang untuk hiburan informan pribadi.
5Wilson, T.D, “On User Studies and Information,” Vol 62, No 6(Sheffield: University of
Sheffield, 2006), h. 663.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di lapangan peneliti
menyimpulkan bahwa:
1. Semua informan mengikuti kursus komputer bicara yang
diselenggarakan Yayasan Mitra Netra, selama kursus komputer
bicara informan harus melewati 3 tahap pelatihan selama 6 bulan.
Setelah mampu menyelesaikan kursus komputer bicara, informan
dapat memanfaatkan komputer bicara dengan laptop pribadi yang
telah terinstal screen reader JAWS atau NVDA.
2. Dalam memenuhi kebutuhan informasinya informan menerapkan 4
pendekatan kebutuhan informasi, yaitu: kebutuhani informasi
muktakhir (Current need approach), untuk memenuhi kebutuhan
informan dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, kebutuhan
informasi rutin (Everyday need approach), untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari informan, sperti: email, chatting, membuat
laporan kerja dan mengerjakan tugas kuliah, kebutuhan informasi
mendalam (Exhaust need approach) dan informasi sekilas (Catching-
up need approach), untuk menambah wawasan dan pengetahuan
informan, seperti: mencari berita-berita yang sedang beredar di
masyarakat.
3. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan kebutuhan informasi yang
lainnya, yaitu kebutuhan informasi hiburan, seperti mencari lagu-lagu
70
barat terbaru, mencari lirik lagu tersebut dan juga ditemukan
kebutuhan yang sifatnya bukan informasi melainkan hanya untuk
menghibur dan mengisi waktu kosong tuannetra seperti bermain
audio games online.
4. Kendala teknis dalam pada saat penelusuran informasi, terkadang
screen reader tidak mau membacakan apa yang ada di layar. Kendala
tersebut karena banyak huruf-huruf yang bergerak, sehingga screen
reader tidak bisa membacakan hal ini membuat informan kesulitan
dalam menemukan informasinya.
B. Saran
Pada bagian ini peneliti memberikan saran, adapun saran tersebut
berangkat dari harapan semua informan dan peneliti, sebagi berikut:
1. Menerapkan program kursus untuk mempelajari screen reader
protabel untuk semua peserta kursus, agar semua peserta tidak hanya
dapat memanfatkan komputer pribadi yang terinstal screen reader,
tetapi mampu memanfaatkan komputer yang berada di warnet,
komputer yang ada di perpustakaan umum atau bahkan tempat
umum lainya dengan screen reader protabel.
2. Menerapkan pendekatan informasi mendalam (Exhaust need
approach) dan informasi sekilas (Catching-up need approach) untuk
pendidikan dan juga pekerjaan, sehingga bukan hanya untuk
menambah wawasannya dalam berita-berita yang sedang beredar
dimasyarakat, tetapi dapat mencari informasi mendalam dan terbaru
71
dalam bidang pendidikan dan pekerjaan untuk merai prestasi dan
kehidupan yang lebih baik.
3. Mengurangi kebutuhan yang sifatnya menghibur, seperti bermain
audio games online, agar informan dapat terfokus dalam bidang
pendidikan dan pekerjaan yang memang sangat penting untuk masa
depan informan.
4. Mengembangkan screen reader JAWS atau NVDA yang mampu
membacakan huruf-huruf bergerak, sehingga informan dapat dengan
mudah memahami informasi yang ada dilayar komputer.
72
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Amin Amrullah. Panduan Menyusun Proposal Skripsi. Tesis & Disertasi, Jakarta:
Smart Pustaka, 2013.
Burhan Bugin. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kecana, 2010.
Dewi Pandji. Sudahkah Kita Ramah: Anak Special Needs. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2013.
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Moh Kasiram. Metode Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodelogi Penelitian. Malang: UIN Malang Press, 2008.
Pawit M Yusup. Ilmu Informasi, komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
_____________. Pendoman Praktis Mencari Informasi, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995.
_____________. Teori dan Praktik Pnenelusuran Informasi (Information
Retrieval). Jakarta: Kencana, 2010.
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, Jakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004.
S. Arifianto, ed. Dinamika Perkembangan: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
implikasinya di Masyarakat. Jakarta: Media Bangsa, 2013.
Soekini pradopo. Suharto dan L Tobing, Pendidikan Anak-Anak Tunanetra.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977.
Sugiyo. Pengenalan NVDA. Jakarta: Mitra Netra, 2014.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.
Suharsimin Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010.
Sutarman. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Sutjihati somantri. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama, 2006.
73
Wiji Suwarno. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan. Jakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010.
Williams, Brian. K. Using Information Technology: Pengenalan Praktis Dunia
Komputer dan Komunikasi. Yogjakarta: Andi, 2007.
Ebook
Ayub Wimatra, dkk. Dasar-Dasar Komputer. Medan: Akademik Teknik dan
Keselamatan Penerbangan, 2008.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Panduan
Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping: Orang Tua,
Keluarga, dan Masyarakat. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, 2013.
Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 28 f. Jakarta: Republik Indonesia, 2011.
Republik Indonesia. Undang-Undang N0 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia. Jakarta: Republik Indonesia, 1999.
Ejurnal
Erwan Baharudin. “Pemanfaatan Software untuk Tunanetra dalam Menggunakan
Komputer.” Vol. 4, No.2. Jakarta: Puspen Jurnal Ilmiah UIEU, 2006.
Devi dan Nova Yuliati, “Hubungan antara Progran Musik Breakout di NET TV
dengan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Tentang Musi.” Bandung :
Universitas Islam Bandung, 2015.
Herlina, Euis Heryati. “Profil Kebutuhan Psikologi Mahasiswa Tunanetra Di
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.” Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2008.
Mansa. “Resiliensi Remaja Penyandang Tunanetra Pada SLB A Ruhui Rahayu
Samarinda.” Samarinda: FISIP, 2013.
Retty Diana Lestari. “Kebutuhan Informasi Penyandang Cacat Tunanetra di
SMPLB YPAB Surabaya.” Surabaya: Departemen Informasi dan
Perpustakaan Universitas Airlangga, 2012.
Riyan Sanjaya, Ardoni. “Perilaku Mahasiwa Jurusan Ekonomi Dalam Mencari
informasi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Di Perpustakaan
Universitas Bung Hatta, Vol 1, N0 1.” Padang: Universitas Negeri
Padang, 2012.
74
Wilson, T.D. “On User Studies and Information.” Vol 62, No 6. Sheffield:
University of Sheffield, 2006.
Ensiklopedi
Yawei Zhang. Encyclopedia of Global Health Blindness, Thousand Oaks: Sage
Publications, 2008.
Internet
Eko Ramaditya Adikara. “Kiat Tunanetra Menggara Skripsi.”
http://hot.detik.com/celebpersonal/read/2011/08/01/172041/1694104/3
98/kotakpos.php. diakses pada 08 April 2015 pkl 21.00.
Freedom Scientific. “Blindness Solution: JAWS.”
http://www.freedomscientific.com. diakses pada 08 april 2015 pkl
16:56.
Nvaccess. “NVDA Screen Reader: Our Story.”
http://www.nvaccess.org/about/our-story/. diakses pada 08 April 2015
pkl 20.30.
Sugiyo. “Panduan singkat Menggunakan JAWS: Untuk Peserta Kursus Komputer
Bicara.” http://widoyufriashar.mywapblog.com/jaws-
forwindows.xhtml. diakses pada 21 April 2015 pkl 23.42.
Kartunet. “Mengenal Program Pembaca Layar JAWS.”
http://www.kartunet.or.id/mengenal-program-pembaca-layar-jaws-
3218/, diakses pada 22 April 2015 pkl 21.00. Kamus
S.W.J. Poerwarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
1982.
PENDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
Daftar pertanyaan ini untuk ke empat informan, adapun daftar pertanyaannya sebagai berikut:
Pemanfaatan Komputer Bicara
1. Darimana pertama kali anda mulai mengenal komputer bicara ?
2. Dimana pertama kali anda mulai menanfaatkan komputer bicara ?
3. Dalam memanfaatkan komputer bicara anda sering menggunakan komputer di mitra
netra atau menggunakan laptop masing-masing untuk memenuhi kebutuhan informasi
anda ?
4. Berapa lama waktu anda memanfaatkan komputer bicara memenuhi kebutuhan
informasi anda ?
5. Berapa sering anda memanfaatkan komputer bicara ?
6. Bagaimana teknis pelatihan kursus komputer bicara yang anda ikuti di Yayasan Mitra
Netra ?
7. Diantara software JAWS dan NVDA, nama yang informan sering memanfaatkannya ?
8. Apakah ada perbedaan dalam mengoperasikan JAWS dan NVDA ?
9. Kendala apa yang dialami tunanetra saat memanfaatkan komputer bicara dalam
memenuhi kebutuhan informasinya ?
Kebutuhan Informasi
10. Apakah anda membutuhkan informasi, dan informasi seperti apa yang anda butuhkan?
11. Untuk apa saja kebutuhan informasi itu ?
12. Informasi apa yang menunjang pendidikan dan pekerjaan anda ?
13. Informasi apa yang sering anda ikuti ?
14. Apakah anda suka mengikuti informasi terbaru yang sedang dibicarakan masyarakat ?
15. Apakah ada kebutuhan informasi lainnya, selain untuk pendidikan, pekerjaan yang
sedang anda kebutuhkan ?
16. Apakah dengan memanfaatkan komputer bicara kebutuhan sehari-hari, pekerjaan,
pendidikan dan lain-lainya anda sudah terpenuhi ?
17. Apakah dampak bagi anda selama memanfaatkan komputer bicara dalam memenuhi
kebutuhan informasi anda ?
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Pertanyaan
Pemanfaatan
Komputer Bicara
Infor
man
Hasil Jawaban Wawancara
1. Dimana pertama kali
informan mengenal
komputer bicara?
TR Di Mitra Netra
JT Di Mitra Netra
DN Di Mitra Netra
RC Awalnya taunya sih di internet yah.
2. Dimana pertama kali
anda mulai
menanfaatkan
komputer bicara ?
TR Di Mitra Netra
JT Di Mitra Netra
DN Di Mitra Netra
RC Disekolah, jadinya saya punya temen SMA
kebetulah dya jago IT, aku tanya ada ngak
program kaya gini gini gini, iya entar di cariin,
terus temen aku punya temen lagi kuliahnya di
IPB kebetulan temen yang di IPB lagi nyusun
skripsi judulnya tentang pembelajaran komputer
bagi tunanetra, terus pake JAWS bukan yang
original, pake JAWS kurang lebih 3 minggu lah
belajar otodidak dengan dya, lalu saya baru ke sini
(Yayasan Mitra Netra) baru pake dengan NVDA.
3. Dalam memanfaatkan
komputer bicara anda
sering menggunakan
komputer di mitra
netra atau
menggunakan laptop
masing-masing untuk
memenuhi kebutuhan
informasi anda ?
TR Sebelum punya laptop yaa memanfaatkan
komputer di yayasan mitra netra, setelah punya
laptop yah dengan laptop pribadi yang telah
terinstal screen readers JAWS dan NVDA.
JT Sekarang selalu menggunakan laptop pribadi sih,
tetapi dulu saat sedang mengikuti kursus komputer
bicara sering memanfaatkan komputer di mitra
netra.
DN Laptop pribadi ya.... komputer yang ada di mitra
netra menggunakannya pada waktu kursus aja siih.
RC Laptop pribadi lebih nyaman, kalau dengan
komputer di mitra netra kan banyak yang
menggunakan untuk kursus jadi nyamannya
dengan laptop sendiri.
4. Berapa lama waktu
anda menggunakan
komputer bicara ?
TR Paling ngak sehari tuh 4 jam no stop
JT Waduh, bisa seharian kalo lagi libur dirumah.
DN Relatif sih, tergantung kebutuhannya juga kalau
memang lagi pengen didepan komputer atau
laptop yah bisa sampai 2-3 jam.
RC Yah tergantung mood
5. Berapa sering anda
menggunakan
komputer bicara ?
TR Seminggu full.
JT Setiap hari
DN Ehmm, sering sih, setiap hari
RC Pakenya sih setiap hari, tapi berapa lamanya
tergantung mood, kalo lagi ngak pengen banget
yah 10 menit saja, kalo lagi pengen banget yah 4
jam.
6. Bagaimana teknis
pelatihan kursus
komputer bicara yang
anda ikuti di Yayasan
Mitra Netra ?
TR Basicnya setelah bisa mengetik 10 jari juga harus
menghafal short cut keyboard. Dengan hafal
keyboard kita akan senang untuk beraktifitas
dilayar komputer setelah itu kita mulai terbiasa
menggunakanya. Waktu saat kursus komputer
bicara saya biasanya mengetik lirik lagu yang saya
hafal. Belajar mengetiknya cepet kurang lebih satu
minggu itu sudah hafal dan sudah bisa lancar.
Kebetulan karena di yayasan ini ada kurikulum
pembelajaran, jadi saya akhirnya mengikuti kelas
dasar di pengenalan komputer Miscrosof word.
Sekaligus pelancaran mengetik 10 jari dipadukan
dengan pembelajaran Miscrosof word langsung,
sehingga pembelajaranya teori langsung
dipratekkan apa yang sudah belajari. Setelah
belajar Miscrosof word dan mulai kenal temen-
temen sedikit-sedikit belajar internet walaupun
masih belum tau facebook, karena belum mengerti
bikin acountnya
JT Pertama harus bisa mengetik 10 jari dan
menghafal letak keyboard (short cut), setelah bisa
mampu mengetik 10 jari dan menghafal short cut
komputer baru mengikuti kurikulum yang
ditetapin di mitra netra, setelah itu baru kita
menjelajahi internet untuk mencari informasi
DN Pada awalnya tidak langsung menggunakan
komputer bicara pertama harus bisa mengketik 10
jari dengan mesin ketik, tapi sekarang mesin ketik
jarang dipakai, sehingga tunanetra yang baru
masuk bisa belajar mengetik 10 jari langsug di
komputer. Pertama harus bisa itu dulu setelah itu
baru masuk ke komputer bicara menghafal short
cut keyboardnya, karena tidak menggunakan
mouse, maka untuk bisa mengoperasikan
komputer kita harus mampu menghafal short cut
komputer. Setelah bisa mengetik 10 jari dan
menghafal short cut komputer saya mengikuti
kurikulum yang ada di mitra netra. Setelah itu
baru pembelajaran ke internet
RC Pada awalnya belajar mengetik 10 jari dulu.
mengetik di miscrosof word sekaligus belajar
mengetik yang benar dengan 10 jari dan
menghafal short cut komputer. Setelah tahap
pertama bisa saya mengikuti kurikulum
pembelajaran Miscrosof word di mitranetra.
Tahap terakhir pembelajaran internet kebetulan
saya hari ini baru untuk email sebelumnya saya
mempelajarin Miscrosof word
7. Diantara software
JAWS dan NVDA,
mana yang ada sering
maemanfaatkan ?
TR Saya paling nyaman dengan JAWS. Karena dari
awal saya dibekalkan dengan JAWS untuk
belajarnya, jadi lebih femiliar aja untuk settingan-
sentingan JAWS dari pada NVDA dan kedua
screen readers itu kan punya + dan - kelebihan
kekurangan dan menurut saya sebagai user paling
nyaman tuh menggunakan JAWS. Karena di
JAWS itu ada fasilitas yang NVDA tidak punya
yaitu ada pembagian kursor-kursor. Kita tau kan
kursor biasa kita arahkan dengan mouse yah kalau
untuk orang awas sementara di JAWS itu pun bisa
mengarahkan kursor-kursor tersebut untuk
mengakses jendela-jendela yang letaknya jauh,
ada JAWS pisi kursor, JAWS kursor fungsinya
untuk mengakses yang tidak terjaungkau oleh
tampilan di komputer. Sedangkan NVDA itu
karena ngak ada itu jadi, sebenarnya da yah
fasilitas namanya mause setting tapi kita mereka-
reka mause itu kita jalankan terus nanti suaranya
bunyikan trek trek trek ada taunya itu yang
mengarahkan kita dia lari kemana semakin tinggi
tuh semangkin cepat treeeekkk dan jauh lebih
susah karenakan kita meraba-raba nah kalo di
NVDA, sementara kalo di JAWS cukup menekan
tombol JAWS kursor maka kita bisa mengakses
jendela yang tidak terjangkau oleh screen reader
line.
JT Dua duanya siiih, kalao dilaptop pakenya JAWS
kalo di Mitra Netra pakenya NVDA.
DN Tergantung kebutuhanya juga yah, karena saya
pribadi menggunakan JAWS dari awal belajar,
dikenalkan dengan JAWS bukan NVDA.
Kekurangannya, NVDA dibanding JAWS lebih
banyak NVDA. Contohnya : ada beberapa hal
yang tidak mungkin digunakan di NVDA namun
di JAWS bisa. Tapi sekarang seiring
pekembangan NVDA sudah mulai bagus juga
sih... Tergantung kebutuhanya aja sekarang. Ada
yang ngak bisa digunakan JAWS di NVDA bisa,,,
saling melengkapi.
RC Yah kebetulan untuk laptop saya itu lebih support
NVDA dan sepertinya lebih ringan NVDA dan
lebih simpel NVDA, tapi kalao JAWS nya JAWS
original yang kita beli sendiri, itu sepertinya ada
bagian-bagian tersendiri yang tidak ada di yang
lain.
8. Apakah ada perbedaan
dalam
mengoperasikan
JAWS dan NVDA ?
TR Paling yang membuat beda Short cutnya aja sih
JT Perbedaanya yang aku tau kalo JAWS ngak ada
Short cut yang langsung ke link, kalo NVDA ada,
tapi ada juga short cut yang ada di JAWS tapi
ngak ada di NVDA, yah hanya sekedar itu siih.
DN Pada intinya sama aja, Tapi sekarang seiring
pekembangan NVDA sudah mulai dikembangkan
lagi. Sebagai pengguna kita sesuaikan dengan
kebutuhanya sekarang, jika ada yang tidak bisa
dibacakan oleh JAWS terkadang dengan
menggunakan NVDA dapat dibacakan, sehingga
menggunaanya masih melengkapi antara JAWS
dan NVDA”
RC Ada, Short cutnya kalau JAWS ngak ada short cut
untuk langsung ke link, kalau NVDA ada. Begitu
juga ada short cut di JAWS yang di NVDA ngak
ada
9. Kendala apa yang
dialami tunanetra saat
memanfaatkan
komputer bicara
dalam memenuhi
kebutuhan
informasinya ?
TR
Awal-awal iya saat kursus, kalao pada saat
mencari informasi paling kendalanya screen
readers, ada website yang sulit untuk screen
readers bacakan, itu membuat saya kebingungan
memahami informasinya, tetapi kalao sudah
seperti itu sih solusinya saya mencari informasi di
website lainnya yang dapat screen readers
bacakan, karena kalao screen readers tidak dapat
membacakan informasi yang ada dilayar berarti
itu websitenya banyak iklan yang bergerk
sehingga sulit untuk dibcakan
JT
Mungkin umpama kaya pindah jendela windows
itu kan kalo orang awas itu tinggal diklik klik aja
pake mouse, sedangkan kita ada beberapa tombol
keyboardnya yang harus di pencet nah itu bukan
soal harus inget tombolnya pake apa tapi
pemahamanya gimana kita pindah jendelanya.
Terus untuk memahami dan mengambarkan situs
kalo orang awas ketika buka satu link itu langsung
tergambarkan itu situs apa, tapi kalo kita harus
mencari tau sendiri situs itu tentang apa dengan
menekan tombol panah kebawah terus, jadi
pemahaman dan megambarkan website itu yang
kita susah. Tapi kalo kita udah ngerti sih mau di
apain aja sih udah bisa.
DN Eee,,, diawal memang iya, adaptasi bisanya kan
dulu waktu normal tinggal klik-klik aja sekarang
pake audio termaksud juga adaptasi
keyboardnya,kalao untuk pada saat mencari berita
diinternet screen readers tiba-tiba tidak berbunyi,
kendalanya sih pada saat mengoperasikan screen
reader, untuk solusinya sih minta tolong sama
orang normal sih, untuk membacakan
informasinya, tapi hal itu karena websiter yang
kita masukan itu banyak iklan yang aneh-aneh itu
aja
RC Ngak juga yah, mudah, tapi terkadang kalao pada
saat mencari informasi diinternet, misalkan
mencari berita di googel terkadang screen readers
suka lompat-lompat membacakannya, dan itu
karena websitenya ada kalimat yang bergerak dan
banyak banget iklannya,sehinggasulit untuk screen
readers bacakan, itu sih kendalanya, kalao sudah
seperti itu cari saja informasi yang lainnya, yang
bisa dibacakan screen reader dengan lengkap
No. Pertanyaan
Kebutuhan
Informasi
Informan Hasil Jawaban Wawancara
10. Apakah anda
membutuhan
informasi, dan
informasi seperti
apa yang anda
butuhkan ?
TR
Butuh banget, informasinya seperti mencari berita
terbaru yang belum saya ketahui di googel..
JT
Butuh, informasi untuk kuliah sih, terutama
informasi tentang Ilmu Komunikasi.
DN Butuh, seperti membaca berita yang sering
dibicarakan orang sama informasi untuk lowongan
pekerjaan
RC Iya butuh, seperti informasi berita yang sedang
jadi pembicaraan masyarakat di internet
11. Untuk apa saja
kebutuhan
informasi itu ?
TR
Untuk pengetahuan, menambah wawasan sama
untuk mengupdate informasi
JT
Menambah wawasan, untuk kuliah dan untuk
update aja yang terkini tuh apa si yang sedang di
omongin orang lebih kaya gitu
DN
Untuk menambah wawasan agar kalau ngobrol
sama orang nyambung. Sama untuk dapat
pekerjaan baru
RC
Menambah wawasan dan pengatahuan
12. Informasi apa yang
menunjang
pendidikan dan
perkerjaan anda ?
contohnya?
TR Kalau untuk pendidikan, karena saya jurusannya
bahasa inggris saya membutuhkan simbol-simbol
pronoun session, kalau untuk pekerjaan saya
membutuhkan informasi latihan-latihan membuat
laporan dan tutorial Microsoft Word dan juga
membutuhkan informasi untuk lowongan
pekerjaan, karena saya sedang mencari pekerjaan
baru.
JT Untuk menunjang pendidikan informasinya sih
biasanya diarahkan sama dosen, misalnya nanti
kamu buka situs tentang maskapai nah aku cari
informasi tenang informasi maskapai yang ada di
Indonesia disitus maskapai Indonesia. kalau di
pemanfaatan komputer bicara lebih untuk
membaca buku-buku kuliah, buku itu aku scan
aku save di komputer terus aku baca isi dari buku
itu. Bukunya sih aku beli di gramedia, ada juga
yang dari dosen aku pinjem untuk di scan. Kalau
di internet itu lebih informasi umum tambahan
selain buku kuliah.
DN Untuk perkerjaan waktu masih bekerja dulu
Eemm, banyak siih,, pekerjaan saat saya normal
(bisa melihat) bisa saya kerjakan lagi seperti
browsing, mengirim email, word processing dan
butuh informasi lowongan pekerjaan untuk
membuat lamaran pekerjaan itu sih, karena udah
ngak kerja di tempat yang dulu, sekarang lagi cari
lowongan pekerjaan baru
RC Informasi seperti buku kuliah yang bentuknya e-
book, kebetulan saya lagi studi di jurusan Ilmu
Hukum jadi lebih dari informasi e-book tentang
hukum dan juga saya sering membaca informasi di
jurnal-jurnal tentang peraturan hukum
internasional.
13. Informasi apa yang
anda sering ikuti ?
TR Saya sih suka mendengarkan ceramah agama di
youtube, ceramah yang didengerin si apa aja
bebas. Baru-baru ini sering tentang jamaah haji.
JT Aku sih suka dengerin musik barat, jadi aku sering
cari informasi lagu-lagu barat, siapa penyanyinya
sama liriknya nanti aku terjemahin.
DN Informasi tentang pekerjaan sih karena memang
lagi butuh itu.
RC Informasi tentang hukum sih yang sering dicari
karena banyak tugas tentang itu
14. Apakah anda suka
mengikuti
informasi terbaru
yang sedang
dibicarakan
masyarakat ?
TR Suka, seperti informasi yang sekarang lagi
banyak dibicarakan yaitu tentang jamaah haji
Indonesia. Awalnya memngetahui itu lewat
televisi terus langsung cari lagi diinternet lebih
dalamnya, biasanya menggunakan google sih
sama youtube.
JT Suka, aku punya aplikasi portal berita kompas di
hp, tapi suka terbatas informasinya jadi aku cari
lagi diinternet lebih dalamnya dengan buka situs
kompas yang harian yang dalam bentuk koran, itu
kan lebih lengkap informasinya dari pada di
aplikasi kompasnya. Kemarin si baca berita
tentang pilkada lebih ke politik
DN Suka, seperti berita yang jadi tranding topik di
facebook, seperti berita tentang gayus yang ada di
restoran.
RC Suka, saya sering membuka portal online, televisi
dan situs berita diinternet, seperti berita tentang
rancangan undang-undang mengenai hukuman
mati sama pilkada
15. Apakah ada
kebutuhan
informasi lainnya,
selain untuk
pendidikan,
pekerjaan yang
sedang anda
kebutuhkan ?
TR Selama ini paling banyak untuk pendidikan dan
pekerjaan ya, tapi pernah juga untuk
mendengarkan musik dan ceramah agama di
youtube.
JT Kalau untuk kebutuhan selain pendidikan sih aku
lebih sering mencari informasinya di hp bukan di
komputer bicara. Kalau di hp aku sering mencari
lirik lagu sama dengerin lagu-lagu yang terbaru
DN Eemmmmm kaya seringnya tuh untuk pekerjaan
selain itu ngak ada.
RC Kebutuhan informsi sih engak, selama ini
kebutuhan informasi untuk pendidikan itu aja, tapi
kebutuhan selain informasi seperti kebutuhan
untuk main games yang bentuknya audio games
yang memang khusus di rancang untung tunanetra
mainnya memang menggunakan screen reader.
16. Apakah dengan
komputer bicara
kebutuhan sehari-
hari, pekerjaan,
pendidikan anda
sudah terpenuhi ?
TR Terpenuhi, 90 % buat saya sudah, terutama untuk
membaca berita terbaru yang belum saya ketahui
diinternet: googel, youtube, pendidikan juga sama
pekerjaan untuk membuat laporan koperasi.
JT Iya terpenuhi karena aku kan ngekos jadi dikosan
ngak ada TV, jadi untuk memenuhi informasi
berita terbaru aku cari di internet dengan komputer
bicara dan lebih membantu, jadi buat nyatet, kalo
pake braille lebih lama bisa lebih cepet kalo kita
pake komputer. Terus juga kalo mau baca berita
informasi bisa, Kalau untuk pendidikn sangat
terpenuhi ya seperti, dapat membaca buku kuliah
yang telah di scan, mencari informasi ilmu
komunikasi buat nyari referensi kuliah atau mau
download musik hiburan lah yah itu juga bisa,
bersosial media berinteraksi sama teman-teman di
internet itu juga bisa, yaaaah semuanya terpenuhi
sebenernya disitu.
DN
Yah relatif sih, dalam artian untuk kebutuhan
informasi, kita baca dokumen, email atau chatting
yah sudah memenuhi untuk itu.
RC
Sebenernya sangat terpenuhi yah, mungkin
melengkapi, karena kalao secara informasi CD
ada, Radio ada, smartphone juga ada screen
reader. Kalo komputer yah itu lebih ke area kerja
kita, contonya: bikin artikel, browsing artikel,
komunikasi diinternet dengan facebook.
17. Apakah dampak
bagi anda selama
memanfaatkan
komputer bicara
dalam memenuhi
kebutuhan
informasi anda ?
TR Dampak komputer bicara besar ya salah satunya
membuat saya mampu untuk mengerjakan sesuatu
dengan mandiri, contohnya : membuat laporan
koperasi sendiri tampa bantuan orang normal.
JT Banyak yah terutama bidang pendidikan, dapat
membaca buku kuliah, membuat artikel, mencari
berita terbaru dan mencari tentang Ilmu
Komunikasi
DN Yah relatif sih, dalam artian untuk kebutuhan
informasi, kita baca dokumen, email atau chatting
yah sudah memenuhi untuk itu.
RC Banyak yah untuk pendidikan bisa membantu
untuk membacakan buku pelajaran, mencari
informasi hukum dan berita-berita terbaru yang
sedang dibicarakan.