pemanfaatan sludge limbah susu dengan …... · dalam metabolismenya mampu menghasilkan asam sitrat...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMANFAATAN SLUDGE LIMBAH SUSU DENGAN PROSES FERMENTASI KAPANG Aspergillus niger UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN PROTEIN IKAN NILA Oreochromis niloticus
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh: Reni Nazullawaty NIM. M 0409051
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar kesarjanaan yang telah
diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, Februari 2013
Reni Nazullawaty NIM. M 0409051
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PEMANFAATAN SLUDGE LIMBAH SUSU DENGAN PROSES FERMENTASI KAPANG Aspergillus niger UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN PROTEIN IKAN NILA Oreochromis niloticus
RENI NAZULLAWATY
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
ABSTRAK
Meningkatnya sektor industri dapat mewujudkan tercapainya kesejahteraan masyarakat, namun juga akan diiringi oleh semakin meningkatnya limbah yang dihasilkan. Sludge limbah susu merupakan produk sampingan dari proses pengolahan limbah susu. Sebelumnya sludge susu banyak dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, namun mengingat kandungan proteinnya yang cukup tinggi maka sludge susu diharapkan dapat menjadi bahan pakan alternatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian sludge limbah susu dengan proses fermentasi Aspergillus niger untuk meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan nila Oreochromis niloticus. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan berupa variasi perbandingan antara konsentrasi sludge terfermentasi dengan konsentrasi pelet komersial, dengan masing-masing perlakuan dibuat 3 kali ulangan. Komposisi dari masing-masing perlakuan A, B, C, dan D adalah 15%:85%: 30%:70%; 45%:55%; dan 0%:100%. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 5% untuk mengetahui beda nyata.
Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan nila mengalami peningkatan setelah dilakukan pemberian pakan dengan penambahan sludge terfermentasi A. niger. Peningkatan berat tertinggi sebesar 5,26 g dan peningkatan panjang tertinggi sebesar 6,67 cm. Peningkatan kandungan protein ikan nila tertinggi sebesar 18,51%. Komposisi pemberian pakan yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan nila adalah 45% sludge terfermentasi dan 55% pelet dengan kandungan protein ikan sebesar 22,44%. Kata Kunci : Sludge limbah susu, Oreochromis niloticus, Aspergillus niger
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAIRY SLUDGE UTILIZATION WITH FERMENTATION PROCESS USING Aspergillus niger TO INCREASE GROWTH AND PROTEIN
CONTENT OF Oreochromis niloticus
RENI NAZULLAWATY Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
Improvement of industrial sector can achieve public welfare, but also be
accompanied by the increase of waste product. Dairy sludge is a byproduct of milk processing dairy waste. Previously, dairy sludge are used as plant fertilizer. It is known that the dairy sludge has a high protein content, then the sludge is expected to be an alternative feed ingredients. This research aims to study the effects of dairy sludge fermentation with Aspergillus niger to enhance the growth and protein content of Oreochromis niloticus.
This research used Complete Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments in the form of ratio variation between fermented sludge and pellet concentration, each treatment is repeated 3 times. The composition of each treatment A, B, C, and D are 15%:85%: 30%:70%; 45%:55%; and 0%:100%. The data obtained were analyzed using Anova followed by DMRT at 5% level test to determine the significant difference between treatments.
The results showed the growth and protein content of Oreochromis niloticus has increased after feeding with the addition of fermented sludge. The highest increase of Oreochromis niloticus weight is 5.26 g and the highest increase of length is 6.67 cm. The highest increase of the Oreochromis niloticus protein content is 18.51%. The composition of the optimal feeding to improve growth and protein content of Oreochromis niloticus was 45% fermented sludge and 55% pellets with 22,44% fish protein content.
Key words: Dairy sludge, Oreochromis niloticus, Aspergillus niger
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tua Bapak Ruslan dan Ibu Ponirah Hayu, S.Si. dan kakakku atas doa dan semangat yang selalu tercurah.
Ridwan Kurniawan atas perhatian dan semangat yang selalu diberikan.
Sahabat dan teman seperjuangan Biologi 2009.
Almamater tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi limpahan rahmat
dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi Pemanfaatan Sludge Limbah Susu dengan Proses
Fermentasi Kapang Aspergillus niger untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan
Kandungan Protein Ikan Nila Oreochromis niloticus
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini, penulis telah
mendapatkan saran, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat
berguna dan bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Dr. Sunarto, M.S. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan izin,
bimbingan, saran, dan semangat selama penelitian sampai terselesainya
penyusunan skripsi.
Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan izin, bimbingan, dan saran selama penelitian sampai terselesainya
penyusunan skripsi.
Dr. Agung Budiharjo, M.Si. selaku dosen penelaah I yang telah
memberikan saran dan masukan selama penelitian sampai terselesainya
penyusunan skripsi.
Dr. Ari Susilowati, M.Si. selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
saran dan masukan selama penelitian sampai terselesainya penyusunan skripsi.
Tjahjadi Purwoko, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik dan
seluruh dosen Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi dukungan dan
bimbingan selama masa perkuliahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Bapak Yulianta, S. S.T. dan Bapak Nur Basuki, S.T., M.Kes. selaku staff
laboratorium kimia sedimen BBTKL-PP Yogyakarta yang telah membantu selama
berjalannya penelitian.
Teman-teman seperjuangan di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta atas doa dan
dukungan selama masa perkuliahan. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu per satu yang telah memberikan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan yang berupa saran
dan kritik yang membangun dari pembaca akan sangat membantu. Semoga skripsi
ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.
Surakarta, Februari 2013
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv ABSTRACT ..................................................................................................... v HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Perumusan Masalah ................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 6 A. Tinjauan Pustaka........................................................................ 6
1. Limbah Cair Industri Susu .................................................... 6 2. Fermentasi ............................................................................. 9 3. Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.) ................................ 12
a. Klasifikasi ....................................................................... 12 b. Morfologi. ....................................................................... 13 c. Kebiasaan Makan dan Laju Pertumbuhan....................... 14
B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 15 C. Hipotesis ................................................................................... 17
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................ 18 A. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................... 18 B. Alat dan Bahan .......................................................................... 18 C. Rancangan Percobaan ................................................................ 19 D. Cara Kerja .................................................................................. 19
1. Pembuatan Kultur Kerja ...................................................... 19 2. Fermentasi Sludge Susu ....................................................... 20 3. Pengukuran Faktor Lingkungan .......................................... 21 4. Pelaksanaan Percobaan ........................................................5. Analisis Pertumbuhan Ikan Nila.................................... 6. Analisis Kandungan Protein Ikan Nila...........................
21 22 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
E. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 24 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................G. Teknik Analisis Data............................................................
24 24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 25 A. Fermentasi Sludge Susu ........................................................... 25 B. Pakan Ikan ................................................................................ 26 C. Pertumbuhan Ikan Nila ............................................................
1. Berat Ikan Nila.............................................................. 2. Panjang Ikan Nila......................................................... 3. Laju Pertumbuhan Harian............................................
27 27 30
D. Kandungan Protein Ikan Nila ................................................... 32 E. Faktor Lingkungan ................................................................ 34
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 39 A. Kesimpulan ................................................................................. 39 B. Saran ............................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 40 LAMPIRAN ..................................................................................................... 44 RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Kandungan protein pakan ikan ................................................................26 Tabel 2. Total pertambahan berat ikan ................................................................27 Tabel 3. Total pertambahan panjang ikan ................................................................29
Tabel 4. Kandungan protein ikan nila ................................................................33
Tabel 5. Kualitas air selama penelitian ................................................................35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus L.). ................................................................13
Gambar 2. Bagan alir kerangka pemikiran................................................................16
Gambar 3. Laju pertumbuhan harian rata-rata ikan nila pada setiap
perlakuan selama penelitian 60 hari ................................................................
30
Gambar 4. Grafik kandungan rata-rata protein ikan nila setelah perlakuan...... ................................................................................................33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Analisis data pertambahan berat dan panjang ikan.......... 44
Lampiran 2. Analisis data kandungan protein ikan nila........................ 45
Lampiran 3. Foto penelitian.................................................................. 46
Lampiran 4. Lampiran PP Nomer 82 Tahun 2001................................ 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya limbah cair industri menjadi salah satu permasalahan lingkungan
yang cukup dominan saat ini. Sebelum dibuang ke sungai, limbah cair harus
mengalami pengolahan terlebih dahulu untuk mencegah pencemaran lingkungan.
Limbah industri yang belum diolah dapat menyebabkan kematian banyak
organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Industri susu juga tidak luput dari masalah limbah yang dihasilkan.
Limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khusus, yaitu
kerentanannya terhadap bakteri. Limbah tersebut sangat mudah mengalami proses
pembusukan dan apabila tidak segera didaur ulang akan sangat membahayakan
terhadap lingkungan di sekitar industri (Wagini et al., 2002).
Pengolahan limbah cair industri susu dilakukan dengan menyaring bahan-
bahan organik yang terlarut dalam limbah melalui beberapa tahap yang kemudian
akan menghasilkan sludge limbah susu melalui proses sedimentasi. Sludge limbah
susu ini umumnya hanya dimanfaatkan sebagai pupuk atau media tanam untuk
tanaman hias. Sementara ini pemanfaatan sludge limbah susu sebagai bahan
pakan masih jarang dilakukan, padahal sludge limbah susu diketahui memiliki
kandungan nutrisi yang tinggi. Setiap 2000 gram limbah susu (slurry) dapat
diperoleh 250 gram sludge limbah susu dengan nilai nutrisi yang cukup tinggi
sebagai sumber protein, yakni kandungan protein kasar 34,98%, laktosa 4,42%,
serat kasar 9,77%, lemak kasar 11,04%, kalsium 2,33%, phosfor 1,05%, dan
Magnesium 0,4% berdasarkan bahan kering (Marlina, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satu kekurangan sludge limbah susu yaitu rentan terhadap mikroba
sehingga mudah membusuk serta adanya bakteri patogen yang dapat menurunkan
kualitasnya sebagai bahan pakan. Fermentasi mikroba kapang Aspergillus niger
dapat menjadi salah satu upaya mencegah kebusukan sludge limbah susu.
Aspergillus niger dapat tumbuh cepat, tidak menghasilkan mikotoksin, dan
dalam metabolismenya mampu menghasilkan asam sitrat yang dapat menurunkan
pH substrat (Abun, 2003). Dalam kondisi pH asam bakteri-bakteri pembusuk
tidak dapat menyerang produk fermentasi (Murphy dan Silbert, 1992).
Bakteri patogen yang sering ditemukan dalam limbah adalah bakteri
kelompok Enterobacteriaceae (Murarka, 1987). Jumlah bakteri total dan
Enterobacteriaceae pada substrat campuran sludge limbah susu dan onggok
terfermentasi oleh kapang Aspergillus niger mengalami penurunan dibandingkan
dengan sebelum proses fermentasi. Hal ini dikarenakan substrat melalui beberapa
tahapan dalam proses fermentasi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
yakni melalui proses pengukusan dan proses produksi asam sitrat oleh
Aspergillus niger pada saat fermentasi berlangsung (Marlina et al, 2008).
Budidaya ikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pasokan
produksi ikan dalam suatu negara akibat adanya degradasi habitat, eksploitasi
berlebihan, dan polusi perairan dalam suatu wilayah perairan negara (Nnaji et al.,
2010). Ikan mampu menyediakan kebutuhan protein hewani bagi manusia. Ikan
memiliki kandungan thiamine, riboflavin, vitamin A, vitamin D, phosphorus,
kalsium, dan zat besi (Omoyinmi et al., 2012). Selain itu memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh ganda, yang dapat menurunkan kolesterol darah (Mary et
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
al., 2010). Salah satu ikan air tawar yang berpotensi untuk sumber protein hewani
yang dapat dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat adalah ikan nila. Ikan nila
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan
pipih kesamping dan warna putih kehitaman (Arie, 2000).
Salah satu faktor utama terpuruknya budidaya ikan adalah tingginya harga
pakan ikan buatan. Pentingnya pakan ikan sebagai salah satu penentu keberhasilan
usaha budidaya ikan (Rasidi, 2002). Salah satu komposisi pakan yang paling
penting adalah protein. Apabila kandungan protein dalam pakan kurang dari 6%,
maka ikan budidaya tidak akan tumbuh (Mudjiman, 2006).
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai
pemanfaatan sludge limbah susu sebagai bahan pakan alternatif. Penelitian ini
dilakukan menggunakan sludge limbah susu yang difermentasi dengan
Aspergillus niger, yang kemudian digunakan sebagai bahan pakan alternatif ikan
nila. Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh hasil pakan alternatif yang
dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan nila. Selain itu,
pemanfaatan sludge limbah susu ini diharapkan dapat meminimalisir hasil
buangan limbah di lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah pertumbuhan ikan nila akan mengalami peningkatan setelah
pemberian pakan dengan penambahan sludge limbah susu hasil fermentasi A.
niger?
2. Apakah kandungan protein ikan nila akan mengalami peningkatan setelah
pemberian pakan dengan penambahan sludge limbah susu hasil fermentasi A.
niger?
3. Berapakah konsentrasi optimal penambahan sludge limbah susu hasil
fermentasi A. niger yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan
protein ikan nila?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peningkatan pertumbuhan ikan nila setelah pemberian pakan
dengan penambahan sludge limbah susu hasil fermentasi A. niger.
2. Mengetahui peningkatan kandungan protein ikan nila setelah pemberian
pakan dengan penambahan sludge limbah susu hasil fermentasi A. niger.
3. Mengetahui konsentrasi optimal penambahan sludge limbah susu hasil
fermentasi A. niger yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan
protein ikan nila.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengaruh pemberian sludge limbah susu hasil fermentasi
A. niger terhadap peningkatan pertumbuhan dan kandungan protein ikan nila.
2. Dapat menambah informasi ilmiah kepada penulis dan masyarakat luas
mengenai pemanfaatan sludge limbah susu hasil fermentasi A. niger untuk
meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan nila.
3. Untuk kajian lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam mengoptimalkan pemanfaatan sludge limbah susu hasil
fermentasi A. niger sebagai bahan pakan alternatif ikan nila.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Limbah Cair Industri Susu
Sumber utama air limbah pada proses pembuatan susu sebagian besar
berasal dari produk yang hilang yang ikut selama proses pencucian dan
dihasilkan dari tumpahan/kebocoran selama proses produksi. Produk yang
hilang selama proses produksi diperkirakan mencapai 0.1%-3%. Kehilangan
produk juga disebabkan oleh manajemen house keeping dan sistem
operasional yang kurang baik terjadi saat pemindahan pipa saluran produksi,
mesin evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku yang rusak. Pada
proses penyaringan dihasilkan limbah padatan yang mengandung zat
tersuspensi dan bahan organik yang tinggi (Mintarsih, 2006).
Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air pendingin dan
kondensat. Namun penanganan air buangan pendingin tersebut biasanya dapat
diatasi dengan melakukan recycle melalui sistem tertutup sehingga dapat
digunakan kembali (Wagini et al., 2002).
Volume air limbah yang dihasilkan setiap pabrik susu sangat
bervariasi. Namun di beberapa negara maju tingkat efisiensi sudah cukup
baik, volume air limbah yang dihasilkan dari pabrik susu dasar adalah 3.9
L/kg produk susu dan untuk pabrik susu terpadu adalah 11.2 L/kg produk.
Untuk Indonesia rata-rata volume yang dihasilkan dari sebuah pabrik susu
adalah 2 L/kg produk susu (Mintarsih, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Limbah cair yang berasal dari industri susu karakteristiknya tidak jauh
berbeda dari perusahaan makanan lainnya. Tetapi limbah cair yang berasal
dari industri susu memiliki karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap
bakteri pengurai, dengan demikian akan mudah mengalami pembusukan
(Wagini et al., 2002).
Karakter air limbah industri susu mengandung kadar organik yang
cukup tinggi tetapi mudah terurai. Kadar BOD pada air limbah susu + 4000
mg/L dan COD + 2000 mg/L. Perbandingan BOD dan COD setiap pabrik
bervariasi namun secara umum adalah 1.75 : 1. Sedangkan kadar padatan
tersuspensi air limbah susu adalah + 800 mg/L (Mintarsih, 2006).
Proses pengolahan limbah cair yang telah berkembang hingga saat ini
adalah proses pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Dalam
penerapannya masing-masing proses dapat berdiri sendiri atau dengan cara
mengkombinasikannya (Wagini, 1996).
a. Proses Fisika
Proses pengolahan secara fisika yaitu proses pengolahan yang
mengakibatkan perubahan kualitas limbah cair akibat berlangsungnya
proses-proses fisis. Proses ini meliputi: proses sekrining, flotasi, filtrasi,
sedimentasi dan absorpsi.
b. Proses Kimia
Proses pengolahan secara kimia, meliputi proses-proses: koagulasi-
flokulasi, yaitu proses pemisahan partikel dengan menambahkan bahan
koagulan yang dibantu dengan proses flokulasi. Proses-proses lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
adalah proses pertukaran ion dan proses yang mampu menghilangkan zat
terlarut organik.
c. Proses Biologi
Proses pengolahan secara biologi merupakan proses oksidasi yang
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Proses pengolahan secara
biologi diklasifikasi berdasarkan ketergantungan prosesnya dengan
oksigen, yaitu aerob dan proses anaerob (Wagini et al., 2002).
Tahap-tahap pengolahan limbah cair industri susu terdiri dari:
a. Tahap 1
Proses equalisasi atau proses penyeragaman, yaitu proses pendahuluan
yang akan sangat membantu terhadap proses penguraian anaerob.
b. Tahap 2
Proses penguraian anaerob, yaitu proses yang bertujuan untuk menurunkan
bahan-bahan organik terlarut dan senyawa organik lainnya dengan bantuan
bakteri anaerob.
c. Tahap 3
Proses aerasi, bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organik dan
senyawa organik lainnya dengan cara memasukkan oksigen secara terus
menerus.
d. Tahap 4
Proses sedimentasi pertama, proses untuk mengendapkan lumpur yang
dihasilkan pada proses aerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
e. Tahap 5
Proses koagulasi-flokulasi, yaitu proses penambahan dosis koagulan dan
dilanjutkan dengan proses pengadukan untuk membentuk flok.
f. Tahap 6
Proses sedimentasi kedua, yaitu proses pengendapan terhadap flok yang
terbentuk pada proses 5.
g. Tahap 7
Proses flotasi, yaitu proses pengapungan untuk meningkatkan laju
pemindahan partikel-partikel tersuspensi yang masih ada.
h. Tahap 8
Proses sedimentasi ketiga, yaitu proses pengendapan partikel ringan.
i. Tahap 9
Proses penyaringan dengan pasir, untuk menyaring partikel halus.
j. Tahap 10
Proses penyaringan dengan arang aktif, untuk menyerap bahan-bahan
kimia yang masih tersisa (Wagini et al., 2002).
2. Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu proses yang melibatkan reaksi oksidasi
reduksi sehingga terjadi perombakan kimia terhadap suatu senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh mikroorganisme. Senyawa
kompleks yang berupa karbohidrat, protein, dan lemak akan diubah menjadi
glukosa, asam amino, asam lemak, dan gliserol. Proses fermentasi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
diterapkan dalam pembuatan pakan ikan. Setelah fermentasi, bahan yang
sebagian besar komponennya sudah berupa senyawa sederhana dapat
diberikan sebagai pakan ikan sehingga ikan tidak perlu mencerna lagi,
melainkan sudah dapat langsung menyerapnya (Winarno dan Fardiaz, 1980).
Keuntungan lain dari proses fermentasi adalah meningkatnya nilai
gizi dan daya simpan pakan karena proses fermentasi akan merombak
senyawa kompleks, menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah
diserap oleh tubuh. Protein, lemak, dan polisakarida dapat dihidrolisis
sehingga bahan pangan setelah difermentasi mempunyai daya cerna yang
lebih tinggi. Selain itu, selama proses fermentasi berlangsung, akan terjadi
penurunan pH yang akan menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk
sehingga daya simpan pakan buatan lebih lama. Selama proses fermentasi,
perombakan senyawa kompleks akan menghasilkan senyawa volatil yang
mempunyai aroma khas. Senyawa volatil inilah yang akan memperbaiki
aroma dan cita rasa pakan buatan hasil fermentasi sehingga ikan akan
terangsang untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak.
Ciri ciri Aspergillus niger yaitu mempunyai kepala konidia yang
besar, bulat dan berwarna hitam, coklat hitam atau ungu coklat. Konidianya
kasar dan mengandung pigmen, hifa septat dan miselium bercabang.
Aspergillus niger merupakan kapang yang dapat digunakan untuk
menghasilkan berbagai jenis asam seperti asam oksalat, asam-2-
hidroksipropana-1,2,3-trikarboksilat, asam glukonat dan beberapa jenis enzim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
-amylase, asparaginase, selulase, proteinase, lipase,
katalase, glukosa oksidase dan fitase (Wuryanti, 2008).
Kitin-glukan merupakan komponen utama pada dinding sel dari
miselium dari jamur dari keluarga Ascomycetes: Aspergillus niger (A. niger).
Kedua polimer dihubungkan kovalen dan membentuk jaringan tiga dimensi.
Kitin-glukan diperoleh dari miselium non-rekayasa genetik strain A. niger,
mikroorganisme yang digunakan dalam industri makanan dan farmasi untuk
produksi asam sitrat (EFSA, 2010).
Kapang ini tumbuh dengan baik pada suhu 30-35 oC. Kisaran pH
yang dibutuhkan 2,8 sampai 8,8 dengan kelembaban 80 90%. Aspergillus
niger merupakan spesies dari Aspergillus yang tidak menghasilkan
mycotoxin, bahkan dapat menekan terbentuknya racun aflatoksin yang
dihasilkan oleh Aspergillus parasiticus, sehingga tidak membahayakan.
Kapang tersebut juga menghasilkan beberapa enzim, seperti - -
amilase, selulase, glukoamilase, katalase, pektinase, lipase, dan -
galaktosidase (Ratledge, 1994). Aspergillus niger merupakan salah satu strain
kapang yang dilaporkan mampu memproduksi enzim selulase. Selulase yang
berasal dari Aspergillus niger berbentuk selulase kompleks dan mampu
diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3. Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.)
a. Klasifikasi
Ikan nila, Oreochromis niloticus L., berasal dari Afrika, tersebar
dari Sungai Nil selatan ke khatulistiwa hingga ke barat Pantai Atlantik
(Grammer et al., 2012). Awalnya, nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia
nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan
larva di dalam mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar
perikanan menggolongkannya ke dalam jenis Sarotherodon niloticus atau
kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam mulut
induk jantan dan betina. Akhirnya, diketahui bahwa yang mengerami telur
dan larva di mulut hanya induk betinanya. Para pakar perikanan kemudian
memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan ini adalah
Oreochromis niloticus L. atau Oreochromis sp. Berikut ini klasifikasi nila
selengkapnya:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Acanthopterigii
Ordo : Perciformes
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus L.
Nama Asing : Nila tilapia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Nama Lokal : Nila (Khairuman dan Khairul, 2008).
b. Morfologi
Berdasarkan morfologinya seperti tampak pada Gambar 1,
kelompok ikan Oreochromis memang berbeda dengan kelompok tilapia.
Secara umum, bentuk tubuh nila memanjang dan ramping, dengan sisik
berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol dengan tepi
berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah tubuh,
kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan
dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada
gurat sisi 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya
memiliki jari-jari lemah, tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip
punggung dan sirip dada berwarna hitam. Pinggir sirip punggung berwarna
abu-abu atau hitam (Khairuman dan Khairul, 2008).
Gambar 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus L.) (Anonim, 2009)
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, nila jantan memiliki
ukuran sisik yang lebih besar dibandingkan dengan nila betina. Alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kelamin jantan terletak di depan anus. Bentuknya berupa tonjolan agak
runcing, berfungsi sebagai saluran urine dan saluran sperma. Jika perut
nila jantan diurut, akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, alat
kelamin nila betina juga terletak di depan anus, tetapi memiliki lubang
genital yang terpisah dengan lubang saluran urine. Bentuk hidung dan
rahang belakang nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Sementara
bentuk hidung dan rahang belakang nila betina agak lancip dan berwarna
kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor nila jantan berupa garis
putus-putus, sedangkan pada nila betina tidak terputus dan melingkar
(Khairuman dan Khairul, 2008).
c. Kebiasaan Makan dan Laju Pertumbuhan
Ikan nila termasuk golongan omnivora, sehingga mudah
dibudidayakan. Habitat hidup ikan nila sangat beragam antara lain sungai,
kolam, waduk, danau, sawah, rawa, maupun tambak (Dana dan Angka,
1990). Kadar oksigen yang baik bagi ikan nila minimum 5 ppm,
sedangkan pH yang baik 6,5 - 8,5, suhu optimal 25 - 28oC (Kordi, 2000).
Laju pertumbuhan nila jantan lebih cepat 40% dibandingkan
dengan laju nila betina. Terlebih lagi jika dipelihara secara kelamin
tunggal (monosex). Jika sudah mencapai ukuran 200 gram, pertumbuhan
nila menjadi semakin lambat. Namun, hal ini hanya terjadi pada nila
betina, sedangkan nila jantan akan tetap tumbuh pesat (Khairuman dan
Khairul, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Ikan nila mampu tumbuh cepat hanya dengan pakan yang
mengandung protein sebanyak 20-25%. Ikan nila dapat memijah
sepanjang tahun. Apabila induk ikan dipelihara dengan baik dan diberi
pakan yang berkualitas maka ikan nila dapat memijah setiap 1,5 bulan
sekali. Persediaan pakan dalam habitat ikan nila sebanding dengan jumlah
ikan sehingga pertumbuhan akan semakin cepat. Ikan nila mempunyai
sifat-sifat yang menguntungkan yakni nila lebih efisien menggunakan
pakan, omnivora, cepat pertumbuhannya, berdaging tebal, dan rasa
dagingnya mirip dengan kakap merah (Suyanto, 2009).
B. Kerangka Pemikiran
Limbah cair industri merupakan limbah cair yang dihasilkan dari proses
industri dan memerlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang
untuk mencegah pencemaran lingkungan. Pengolahan limbah cair industri susu
akan menghasilkan produk samping yang disebut sludge susu. Sludge susu ini
banyak dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, namun pemanfaatannya sebagai
bahan pakan masih kurang padahal sludge susu memiliki kandungan nutrisi yang
cukup tinggi.
Pada penelitian ini sludge susu digunakan sebagai pakan alternatif bagi
ikan nila (Oreochromis niloticus L.). Sebelumnya sludge susu difermentasikan
dengan Aspergillus niger. Proses fermentasi perlu dilakukan karena sludge susu
rentan terhadap bakteri sehingga mudah mengalami kebusukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Sludge susu terfermentai kemudian dicampur dengan pelet komersial,
sehingga akan dihasilkan pakan alternatif bagi ikan nila. Dengan adanya
campuran sludge susu terfermentasi Aspergillus niger pada pelet komersial,
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan nila.
Berikut merupakan bagan alir kerangka pemikiran penelitian yang akan
dilakukan:
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Limbah cair industri
Sludge susu
Pupuk tanaman Fermentasi
Aspergillus niger
Sludge terfermentasi Pelet komersial
Pakan alternatif ikan nila
Peningkatan pertumbuhan dan
kandungan protein ikan
Kandungan Protein Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
C. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ikan nila akan mengalami peningkatan setelah pemberian pakan
dengan penambahan sludge limbah susu hasil fermentasi A. niger.
2. Kandungan protein ikan nila akan mengalami peningkatan setelah pemberian
pakan dengan penambahan sludge limbah susu hasil fermentasi A. niger.
3. Sludge limbah susu hasil fermentasi A. niger pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan nila.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September
sampai November 2012 di Laboratorium Biologi dan Kimia Sedimen BBTKL-PP
Yogyakarta.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan adalah erlenmeyer, hot plate, magnetic
stirrer, kapas, aluminium foil, karet gelang, autoklaf, tabung reaksi, tungku
spritus, kawat inokulasi, inkubator, alat pengukus, plastik formika, baki
plastik, blender, alat penggiling, termometer, DO meter, pH meter, bak
berukuran 40 x 40 x 40 cm, aerator, penggaris, kertas
milimeter, labu Kjedahl, perangkat destilasi uap, gelas piala, kertas lakmus.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah sludge susu dari limbah Koperasi
Susu Sapi Warga Mulya Yogyakarta, ikan nila jantan berumur 2 bulan, pakan
ProEnergi AP-SE (produksi PT Cargill Indonesia), biakan murni Aspergillus
niger, PDA, akuades, 27 g (NH4)2SO4, 15 g Urea, 5,6 g NaH2PO4, 1,8 g
MgSO4, 0,5 g KCl, air, 3 gram campuran destruksi (1 bagian CuSO4 9 bagian
K2SO4, dan 20 ml H2SO4 pekat), indikator phenolphtalein, 50 ml larutan 2%
asam borat, indikator Tashiro, NaOH pekat, 0,1 N HCl.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
C. Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4
perlakuan, dengan masing-masing perlakuan dibuat 3 kali ulangan. Perlakuan
tersebut meliputi perbandingan konsentrasi sludge susu yang telah difermentasi
dan pelet komersial, sebagai berikut:
A : Pemberian pakan 100% pelet
B : Pemberian pakan 85% pelet dan 15% sludge terfermentasi
C : Pemberian pakan 70% pelet dan 30% sludge terfermentasi
D : Pemberian pakan 55% pelet dan 45% sludge terfermentasi
D. Cara Kerja
1. Pembuatan Kultur Kerja
PDA (4,9 g) dilarutkan dengan akuades (100 ml) di dalam
erlenmeyer, kemudian dipanaskan dengan hot plate sampai mendidih sambil
diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai homogen. Setelah larut dan
mendidih, erlenmeyer ditutup rapat dengan kapas dan aluminium foil serta
diikat dengan karet gelang, kemudian di sterilisasi dengan autoklaf pada suhu
121oC selama 15 menit.
Setelah sterilisasi, larutan PDA dituang ke dalam tabung reaksi
masing-masing sebanyak 4 ml, sambil didekatkan dengan api pembakaran
spritus. Tabung reaksi kemudian dimiringkan dan didiamkan hingga dingin
dan menjendal. Suspensi spora A. niger diinokulasikan ke dalam media agar
miring secara zig-zag dengan menggunakan kawat inokulasi secara aseptik.
A. niger diinkubasi pada suhu ± 30°C selama 120 jam. Kultur siap digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sebagai kultur kerja sedangkan sisanya disimpan dalam inkubator pada suhu
4°C sebagai kultur stok.
2. Fermentasi Sludge Susu
Sludge susu sebanyak 2 kg dikeringkan di dalam oven dengan suhu
40oC selama 3 hari. Setelah sludge susu kering, kemudian ditambah air
sebanyak 160 ml. Campuran air dan sludge susu lalu ditambahkan mineral
yang terdiri dari 27 g (NH4)2SO4, 15 g Urea, 5,6 g NaH2PO4, 1,8 g MgSO4,
dan 0,5 g KCl lalu ditambahkan pula 10 ose spora A. niger. Kemudian
dicampur dan diaduk sampai homogen. Campuran ditempatkan pada baki
plastik dengan ketebalan 1 cm lalu difermentasi secara aerob pada suhu
kamar 2 hari, setelah itu, campuran dibungkus plastik lalu dipadatkan tanpa
udara sehingga terjadi proses enzimatis dan diinkubasi suhu ruang selama 2
hari (Purwadaria et al., 1995). Sludge susu hasil fermentasi diukur kadar
proteinnya menggunakan metode Kjeldahl.
Setelah itu, sludge susu yang telah terfermentasi dicampur dengan
pelet ikan komersial. Pelet ikan komersial sebelumnya telah dihaluskan
dengan blender. Campuran sludge susu terfermentasi dan pelet ikan dicampur
menurut perlakuan. Selanjutnya air ditambah secukupnya agar mudah
membentuk pelet baru. Pelet yang masih dalam keadaan basah, terlebih
dahulu dijemur sampai kering. Selama penjemuran pelet perlu dibolak-balik
agar kering merata. Penjemuran dianggap cukup apabila pelet telah kering,
keras, dan getah (mudah patah). Pelet campuran antara pelet komersial dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
sludge terfermentasi juga diukur kadar proteinnya menggunakan metode
Kjeldahl.
3. Pengukuran Faktor Lingkungan
Untuk mengetahui kualitas air pemeliharaan ikan nila, maka
dilakukan pengukuran faktor-faktor lingkungan yang meliputi suhu, DO, dan
pH dalam air. Pengukuran suhu dilakukan menggunakan termometer, DO
menggunakan DO meter, dan pH menggunakan pH meter. Pengukuran faktor
lingkungan ini dilakukan setiap 2 hari sekali selama 60 hari.
4. Pelaksanaan Percobaan
Bak berukuran 40 x 40 x 40 cm sebelum digunakan, terlebih dahulu
dicuci sampai bersih, kemudian diisi air setinggi 30 cm dari dasar. Pada tiap
bak dimasukkan ikan nila jantan berumur 2 bulan, masing-masing sebanyak
30 ekor. Pada masing-masing bak diberi aerator untuk menambah aerasi air.
Sebelum perlakuan, terlebih dahulu dilakukan aklimasi terhadap ikan nila
selama 10 hari. Setelah aklimatisasi, diambil secara acak 3 ekor ikan untuk
pengambilan data kadar protein awal penelitian.
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran berat dan panjang ikan
untuk mengetahui pertumbuhan ikan. Berat ikan yang diukur dengan
kertas milimeter
blok. Pengukuran berat dan panjang ikan dilakukan pada pagi hari sebelum
pemberian pakan setiap 10 hari sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Ikan diberi perlakuan dengan perbedaan ransum dengan penambahan
sludge susu fermentasi dengan konsentrasi berbeda. Konsentrasi pakan
diberikan sebanyak 5% dari berat tubuh ikan nila. Pakan diberikan 3 kali
sehari dengan jarak pemberian pakan selama 4 jam yaitu pada jam 08.00,
12.00, dan 16.00. Pada setiap perlakuan dibuat 3 kali ulangan. Sisa pakan
dan kotoran dibersihkan setiap hari sebelum pemberian pakan pada pagi hari,
kemudian dilakukan penambahan air sebanyak yang dikeluarkan (Rukmana,
1997).
Pengukuran kadar protein ikan dilakukan pada awal dan akhir
penelitian untuk mengetahui nilai retensi protein dengan mengambil daging
ikan nila bagian dorsal dari masing-masing perlakuan.
5. Analisis Pertumbuhan Ikan Nila
a. Pengukuran pertumbuhan ikan nila
1.
2. Panjang standar ikan nila diukur dari ujung kepala paling depan
sampai pelipatan pangkal sirip ekor menggunakan mistar dan kertas
milimeter.
3. Peningkatan pertumbuhan dihitung dengan mengurangi berat dan
panjang akhir dengan berat dan panjang awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Laju pertumbuhan harian (Effendi, 2004), dihitung dengan rumus:
GR = t
WoWt
Keterangan : GR : Laju pertumbuhan harian (Growth Rate) Wt : Bobot ikan saat pengukuran t waktu Wo : Bobot ikan saat pengukuran di awal t : Waktu pengukuran saat sampling 6. Analisis Kandungan Protein Ikan Nila
Pengukuran Kadar Protein dilakukan dengan Metode Kjeldahl.
Sampel diambil sebanyak 1-2 gram, kemudian dimasukkan dalam labu
Kjeldahl lalu ditambahkan 3 gram campuran destruksi (1 bagian CuSO4 dan
9 bagian K2SO4) dan 20 ml H2SO4 pekat. Labu kjeldahl dipanaskan di atas
tungku pemanas hingga warna larutan yang semula hitam berubah menjadi
menjadi berwarna jernih. Setelah proses destruksi selesai, labu kjedahl
didinginkan kemudian permukaan dalam labu tersebut dibilas dengan
aquades. Larutan dicampur hingga homogen. Larutan hasil destruksi
dimasukkan dalam perangkat destilasi uap, kemudian ditambahkan 3 tetes
indikator phenolphtalein. Larutan penampung dipasang dalam gelas piala
(berisi 50 ml larutan 2% asam borat dan 5 tetes indikator Tashiro) di bawah
ujung pendingin, dimana ujungnya tercelup ke dalam larutan penampung.
Selanjutnya larutan NaOH pekat dituang secara bertahap sampai larutan
sampel bersifat alkalis. Proses destilasi diakhiri apabila destilat yang menetes
bereaksi netral terhadap lakmus merah dan warna larutan penampung menjadi
hijau. Larutan penampung dititrasi dengan larutan 0,1 N HCl hingga warna
larutan berubah kembali menjadi warna merah muda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kadar protein dihitung dengan rumus:
Keterangan: A = ml titran sampel B = ml titran blanko P = ml pengenceran (Wahyudi, 2006).
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara random
sampling. Pada setiap perlakuan dibuat 3 kali ulangan untuk pengukuran kadar
protein pakan, kadar protein ikan, dan pertumbuhan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data kualitas air diambil setiap 2 hari sekali, sedangkan data
pertumbuhan ikan nila diambil setiap 10 hari sekali selama 60 hari. Kualitas air
diukur menggunakan termometer, DO meter, dan pH meter. Pengamatan
pertumbuhan ikan nila dilakukan dengan menimbang berat dan mengukur panjang
standar ikan nila. Data hasil pengamatan dicatat pada data hasil penelitian. Kadar
protein ikan diukur pada awal dan akhir penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh yang diberikan terhadap
parameter yang diukur dalam penelitian ini, maka hasil pengamatan dianalisis
dengan analisis sidik ragam (Anava). Jika perlakuan memberikan pengaruh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
signifikan atau beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT taraf uji 5% untuk
mengetahui letak perbedaan pengaruh antar perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Fermentasi Sludge Susu
Fermentasi sludge susu dilakukan menggunakan kapang Aspergillus niger
dan dilakukan secara 2 tahap yaitu aerob dan anaerob, masing-masing selama 2
hari. Setelah melalui proses fermentasi, didapatkan sludge susu yang lebih padat
dan secara mikroskopis dijumpai adanya miselium dari A. niger yang terbentuk.
Menurut Conneely (1992), Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat dan tidak
membahayakan karena tidak menghasilkan mikotoksin.
Jumlah spora di dalam A.niger yang terhitung melalui pengenceran 100
kali terhitung sebanyak 6,15.108 spora, setelah dicampur dengan sludge dan pelet
mengalami penurunan jumlah spora yang terhitung menjadi 7,76. 107. Penurunan
jumlah spora dapat terjadi karena substrat melalui beberapa tahapan dalam proses
fermentasi. Tahap pertama adalah pertumbuhan miselium dan tahap kedua adalah
pembentukan produk yaitu asam sitrat melalui metabolisme. A. niger yang dapat
menurunkan pH substrat. Penurunan pH substrat ini mampu mencegah bakteri
pembusuk sehingga produk fermentasi akan lebih awet. Berdasarkan penelitian
sebelumnya oleh Marlina et al. (2008) mengenai fermentasi sludge susu dan
onggok menggunakan A. nigeryang dapat digunakan sebagai pakan diharapkan
aman dikonsumsi dan tahan dari serangan bakteri pathogen dan mempunyai waktu
simpan yang lebih lama.
Hasil pembuatan sludge terfermentasi dalam penelitian ini ditunjukkan
dalam Tabel 1. Kandungan protein pada sludge sebelum dan sesudah fermentasi
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 1. Kandungan protein pada sludge sebelum dan sesudah fermentasi
Perlakuan Kandungan Protein (%) Sludge sebelum fermentasi 14,47 Sludge setelah fermentasi 18,05
Terdapat perubahan komposisi protein pada sludge susu sebelum dan
sesudah difermentasi yaitu dari 14,47% menjadi 18,05%. Kenaikan kadar protein
sludge setelah difermentasi disebabkan oleh adanya proses perubahan
makromolekul protein menjadi mikromolekul yaitu rantai asam amino. Hal
tersebut didukung pula oleh penelitian Poesponegoro (1975), proses fermentasi
akan mengubah karbohidrat, lemak, dan protein menjadi lebih mudah dicerna oleh
tubuh dan menghasilkan flavor yang khas.
B. Pakan Ikan
Pakan merupakan hal penting dalam budidaya ikan nila karena pakan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pertumbuhan ikan.
Keberhasilan suatu budidaya perikanan air tawar dipengaruhi oleh kualitas pakan
yang diberikan. Protein merupakan salah satu unsur yang harus ada di dalam
pakan ikan. Protein berfungsi dalam proses pertumbuhan. Menurut Tacon (1990)
fungsi protein salah satunya adalah untuk memperbaiki jaringan yang rusak,
membangun jaringan baru, serta sebagai sumber energi. Ikan nila mampu tumbuh
cepat hanya dengan pakan yang mengandung protein sebanyak 20 - 25%
(Suyanto, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sludge susu terfermentasi
kemudian dicampur dengan pelet komersial (ProEnergi AP-SE, produksi PT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Cargill Indonesia) dengan komposisi sesuai perlakuan, yaitu perlakuan A terdiri
dari 100% pelet, perlakuan B terdiri dari 85% pelet dan 15% sludge susu
terfermentasi, perlakuan C terdiri dari 70% pelet dan 30% sludge susu
terfermentasi, perlakuan D terdiri dari 55% pelet dan 45% sludge terfermentasi.
Masing-masing perlakuan diuji kadar proteinnya menggunakan uji Kjeldahl untuk
mengetahui nilai gizi pakan. Kandungan protein pakan ikan masing-masing
perlakuan ditunjukkan dalam Tabel 2. Kandungan protein pakan ikan setelah
penambahan sludge terfermentasi, sebagai berikut:
Tabel 2. Kandungan protein pakan ikan setelah penambahan sludge terfermentasi
Perlakuan Jumlah spora Aspergilus niger
Protein (%) Peningkatan Protein (%)
A - 22,40 - B 6,35. 107 25,27 2,87 C 4,125. 107 28,03 5,63 D 3,71. 107 33,99 11,59
Keterangan: A : Pakan ikan pelet 100% B : Pakan ikan pelet 85% dan sludge susu terfermentasi 15% C : Pakan ikan pelet 70% dan sludge susu terfermentasi 30% D : Pakan ikan pelet 55% dan sludge susu terfermentasi 45%
Pelet 100% sebelum dicampur dengan sludge susu terfermentasi hanya
memiliki kadar protein sebesar 22,40 %. Setelah dicampur dengan sludge susu
terfermentasi, pelet mengalami kenaikan kadar protein. Hal tersebut menunjukkan
bahwa dengan adanya penambahan sludge terfermentasi mampu memberikan
kontribusi kandungan protein yang besar pada tiap perlakuan. Kenaikan kadar
protein terbesar terdapat pada perlakuan D yaitu pemberian sludge terfermentasi
45% dan pelet 55% yaitu sebesar 11,59%. Jumlah spora dalam perlakuan D
menunjukan nilai yang paling rendah dibanding dengan komposisi lainnya, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sebesar 3,71. 107. Penurunan jumlah spora ini menunjukkan telah terjadi proses
pertumbuhan miselium yang maksimal. Pertumbuhan miselium ini kemudian
diikuti dengan proses pembentukan produk fermentasi, yaitu asam sitrat. Semakin
tinggi kadar protein sludge setelah difermentasi disebabkan oleh adanya proses
berubahnya makromolekul protein menjadi mikromolekul yaitu rantai asam
amino. Kadar protein yang meningkat tersebut berasal dari organisme kecil yang
mengubah bahan yang difermentasi menjadi protein dengan mengikat nitrogen
bebas dari udara. Dikarenakan adanya produksi protein tersebut, maka kandungan
proteinnya meningkat.
Aspergilus niger ini juga mempunyai intensitas pertumbuhan yang tinggi,
kemudian diduga juga kapang ini telah mensintesis enzim ureasi untuk mencegah
urea menjadi asam amonia dan CO2 setelah fermentasi hari ke 4, dan asam
ammonia digunakan oleh kapang untuk membentuk asam amino. Bahan organik
dengan kandungan nitrogen tinggi dapat dikomposisi lebih cepat dari pada bahan
organik yang rendah kandungan nitrogennya pada tahap awal dekomposisi. Tahap
selanjutnya bahan organik yang rendah kandungan nitrogennya dapat dikomposisi
lebih cepat daripada bahan organik dengan kandungan nitrogen tinggi.
Unsur protein pada perlakuan C kemungkinan mengandung bahan organik
dengan kandungan nitrogen tinggi sehingga dapat dikomposisi lebih cepat,
dibanding dengan perlakuan lainnya. Kemungkinan pada sludge sendiri
kandungan proteinnya lebih tinggi, tetapi dengan ikatan yang kuat maka hasil
analisanya rendah, dan setelah didegradasi oleh Aspergilus niger menjadi unsur
yang lebih sederhana sehingga unsur protein yang tersedia lebih besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
C. Pertumbuhan Ikan Nila
1. Berat Ikan Nila
Pengukuran berat ikan dilakukan setiap 10 hari sekali selama 60 hari
penelitian. Pengukuran berat ikan dilakukan menggunakan timbangan
penelitian. Peningkatan berat ikan selama penelitian ditunjukkan dalam Tabel
3. Total peningkatan berat ikan setelah penambahan sludge terfermentasi,
sebagai berikut:
Tabel 3. Total peningkatan berat ikan setelah penambahan sludge terfermentasi
Perlakuan Berat Ikan (gram) A 3.362a
B 4.243ab
C 4.438ab
D 5.267b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
A : Pakan ikan pelet 100% B : Pakan ikan pelet 85% dan sludge susu terfermentasi 15% C : Pakan ikan pelet 70% dan sludge susu terfermentasi 30% D : Pakan ikan pelet 55% dan sludge susu terfermentasi 45%
Berdasarkan uji statistik yang terlampir dalam Lampiran 1.
menunjukkan bahwa perlakuan B dan C tidak menunjukkan beda nyata
dengan perlakuan lain. Sementara perlakuan D menunjukkan tidak beda nyata
dengan perlakuan A dan B, namun beda nyata dengan perlakuan A. Perlakuan
D yaitu pemberian pakan 45% sludge terfermentasi dan 55% pelet,
menunjukkan peningkatan berat paling tinggi di antara perlakuan lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sedangkan perlakuan A yaitu pemberian pakan 100% pelet menunjukkan
peningkatan berat paling rendah.
Tidak adanya beda nyata antar perlakuan B dan C menunjukkan
bahwa pada pemberian pakan B dan C tidak terlalu menunjukkan perbedaan
yang signifikan. Keduanya menunjukkan total peningkatan berat ikan yang
mendekati sama. Berbeda dengan perlakuan D yang menunjukkan total
peningkatan berat ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.
Total peningkatan berat ikan ini dipengaruhi oleh kandungan protein
pada tiap pakan yang diberikan sesuai perlakuan. Protein di dalam pakan
digunakan ikan sebagai sumber energi dan untuk membentuk sel-sel yang
baru sehingga dapat terjadi proses pertumbuhan. Selain itu, dalam penelitian
ini digunakan fermentasi sludge susu oleh Aspergillus niger yang mampu
menghasilkan enzim selulase. Enzim ini akan mendegradasi serat kasar
menjadi glukosa, yang juga akan digunakan sebagai sumber energi bagi ikan
untuk tumbuh.
2. Panjang Ikan Nila
Pengukuran panjang ikan juga dilakukan bersamaan dengan
pengukuran berat. Dari hasil analisis statistik didapatkan hasil pada perlakuan
D yaitu pemberian pakan 45% sludge terfermentasi dan 55% pelet,
menunjukkan peningkatan panjang paling tinggi dan pada perlakuan A yaitu
pemberian pakan 100% pelet menunjukkan peningkatan panjang paling
rendah. Total peningkatan panjang ikan selama penelitian ditunjukkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 4. Total pertambahan panjang ikan setelah penambahan sludge
terfermentasi, sebagai berikut:
Tabel 4. Total peningkatan panjang ikan setelah penambahan sludge terfermentasi
Perlakuan Panjang Ikan (cm) A 5.829a
B 6.486b
C 6.433b
D 6.671b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
A : Pakan ikan pelet 100% B : Pakan ikan pelet 85% dan sludge susu terfermentasi 15% C : Pakan ikan pelet 70% dan sludge susu terfermentasi 30% D : Pakan ikan pelet 55% dan sludge susu terfermentasi 45%
Berdasarkan uji statistik yang terlampir dalam Lampiran 1.
menunjukkan bahwa perlakuan B tidak menunjukkan beda nyata dengan C
dan D, namun menunjukkan beda nyata dengan perlakuan A. Perlakuan C
juga tidak menunjukkan beda nyata dengan perlakuan D, namun beda nyata
dengan perlakuan A. Perlakuan A menunjukkan adanya beda nyata dengan
perlakuan lain yaitu perlakuan B, C, dan D.
Adanya perbedaan total peningkatan panjang ikan dipengaruhi oleh
pemberian komposisi pakan sesuai perlakuan. Pakan D dengan kandungan
protein paling tinggi juga memiliki total peningkatan panjang ikan yang
paling tinggi pula. Hal tersebut menunjukkan bahwa protein yang terkandung
dalam pakan dapat dicerna oleh ikan dengan baik. Proses fermentasi yang
dilakukan dalam penelitian ini mampu memecah senyawa yang kompleks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga ikan sudah dapat langsung
menyerap senyawa tersebut.
3. Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan berkaitan erat dengan pertambahan bobot yang
berasal dari penggunaan protein, lemak, karbohidrat dari pakan yang
dikonsumsi ikan (Bardach et al., 1972). Berikut data laju petumbuhan harian
selama penelitian:
Gambar 3. Laju pertumbuhan harian rata rata ikan nila setelah pemberian pakan dengan penambahan sludge terfermentasi selama 60 hari penelitian.
Keterangan: A : Pakan ikan pelet 100% B : Pakan ikan pelet 85% dan sludge susu terfermentasi 15% C : Pakan ikan pelet 70% dan sludge susu terfermentasi 30% D : Pakan ikan pelet 55% dan sludge susu terfermentasi 45%
Data pada gambar 3. menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian
ikan tertinggi dicapai pada pakan yang mengandung sludge susu
terfermentasi 45% dan pelet 55%, secara berturut-turut diikuti oleh pakan
0,05
0,09 0,1
0,14
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
A B C D
Laju
Per
tum
buha
n (g
\har
i)
Komposisi Pemberian Pakan Ikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
yang mengandung sludge susu terfermentasi 30% dan pelet 70%, selanjutnya
sludge susu terfermentasi 15% dan pelet 85%, urutan terakhir adalah 100%
pelet. Perlakuan D yaitu pemberian pakan sludge susu terfermentasi 45% dan
pelet 55%, menunjukkan penambahan berat paling tinggi, sedangkan
penambahan berat paling rendah terdapat pada perlakuan A yaitu pemberian
pakan 100% pelet. Protein dari sludge susu terfermentasi dalam pakan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan mutlak pada ikan
nila.
Dari data tersebut diketahui bahwa perlakuan yang memberikan laju
pertumbuhan mutlak tertinggi dicapai pada pakan dengan tingkat sludge susu
terfermentasi 45% sebesar 0,14. Kemudian pakan dengan 100% pelet
memiliki rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 0,05. Selanjutnya pakan
dengan sludge susu terfermentasi 30% memiliki rata-rata pertumbuhan
mutlak sebesar 0,10. Pakan dengan sludge susu terfermentasi 15% memiliki
rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 0,09. Hasil sludge susu terfermentasi
sebesar 45% dengan pelet 55%, menghasilkan pertumbuhan mutlak paling
tinggi. Hal ini disebabkan oleh kandungan protein dari sludge
susuterfermentasi (45%) dan pelet (55%) lebih tinggi dibandingkan pada
pakan yang 100% pelet. Karenanya apabila pakan yang diberikan mempunyai
kandungan protein yang memadai, maka dapat mempercepat laju
pertumbuhan karena protein dipergunakan untuk menghasilkan energi untuk
mengganti sel-sel tubuh yang rusak.D alam penelitian ini menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
bahwa semakin tinggi kandungan protein di dalam pakan, maka akan
menghasilkan laju pertumbuhan ikan yang semakin tinggi pula.
Kandungan protein yang optimal di dalam pakan ikan akan
menghasilkan laju pertumbuhan yang maksimal. Pada penelitian ini jumlah
pakan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan ikan yaitu 5% dari berat
tubuh ikan per hari. Komposisi pakan yang diberikan terutama pada
kandungan protein sudah berada pada kisaran optimum yaitu sebesar ± 25%.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ahmad dan Tawwab (2010), bahwa
umumnya ikan membutuhkan pakan yang kandungan proteinnya 20 60%
sedangkan optimumnya adalah berkisar antara 30 60%.
D. Kandungan Protein Ikan Nila
Protein merupakan sumber energi utama yang penting untuk pertumbuhan
ikan. Jumlah dan kualitas protein mempengaruhi penambahan berat ikan (Halver,
1972). Tubuh ikan mengubah protein pakan menjadi protein yang sesuai dengan
kebutuhannya. Terdapat 2 proses dasar di dalam sintesis protein yaitu sintesis
asam amino dan konjugasi asam amino yang akan membentuk masing-masing
jenis protein pada setiap sel. Tanpa adanya proses produksi protein, maka
pertumbuhan tidak mungkin terjadi (Fujaya, 2004).
Pengukuran kandungan protein pada ikan nila dilakukan di awal dan akhir
penelitian. Kandungan protein ikan nila ada awal penelitian adalah sebesar 3,93%.
Hasil pengukuran kandungan protein tampak dalam gambar berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 4.Kandungan rata-rata protein ikan nila setelah pemberian pakan dengan penambahan sludge terfermentasi selama 60 hari.
Keterangan: A : Pakan ikan pelet 100% B : Pakan ikan pelet 85% dan sludge susu terfermentasi 15% C : Pakan ikan pelet 70% dan sludge susu terfermentasi 30% D : Pakan ikan pelet 55% dan sludge susu terfermentasi 45%
Kandungan protein ikan nila tertinggi ada pada ikan dalam perlakuan D
yaitu sebesar 22,44%, dan terendah pada perlakuan A sebesar 8,2%. Secara
statistik diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5. Kandungan protein ikan nila setelah pemberian pakan dengan penambahan sludge terfermentasi selama 60 hari.
Perlakuan Kadar Protein Ikan Nila
(%) Peningkatan Kadar
Protein Ikan Nila(%) A 8,2033a 4,27 B 17,5667b 13,64 C 20,2733b 16,34 D 22,4433c 18,51
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
A : Pakan ikan pelet 100% B : Pakan ikan pelet 85% dan sludge susu terfermentasi 15% C : Pakan ikan pelet 70% dan sludge susu terfermentasi 30% D : Pakan ikan pelet 55% dan sludge susu terfermentasi 45%
3,93
8,2
17,57
20,27 22,44
0
5
10
15
20
25
sebelum A B C D
Kada
r Pr
otei
n (%
)
Komposisi Pemberian Pakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Menurut analisis statistik yang ditunjukkan dalam Lampiran 2., terlihat
adanya perbedaan yang signifikan dari masing-masing perlakuan terhadap
kandungan protein ikan. Perlakuan B tidak menunjukkan beda nyata dengan
perlakuan C, namun menunjukkan beda nyata dengan perlakuan A dan D.
Perlakuan A dan D menunjukkan beda nyata dengan perlakuan lain. Peningkatan
kandungan protein yang paling tinggi ditunjukkan pada perlakuan D, sedangkan
perlakuan A menunjukkan peningkatan kandungan protein yang paling rendah.
Hal ini berkaitan dengan persentase kandungan protein pakan pada masing-
masing perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa protein yang terkandung
dalam pakan dapat diserap dengan baik oleh tubuh ikan sehingga kandungan
protein dalam daging ikan akan meningkat.
E. Faktor Lingkungan
Kualitas lingkungan perairan adalah suatu kelayakan lingkungan
perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme air yang
nilainya dinyatakan dalam suatu kisaran tertentu. Sementara itu, perairan
ideal adalah perairan yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam
menyelesaikan daur hidupnya (Boyd, 1982). Dalam penelitian ini dilakukan
pengukuran faktor lingkungan yang meliputi suhu, DO, dan pH setiap 2 hari
sekali selama 60 hari. Rata-rata hasil pengukuran suhu, DO, dan pH ditunjukkan
dalam Tabel 6. Kualitas air selama pemeliharaan ikan setelah pemberian pakan
dengan penambahan sludge terfermentasi selama 60 hari, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 6. Kualitas air selama pemeliharaan ikan setelah pemberian pakan dengan penambahan sludge terfermentasi selama 60 hari. Parameter Minimum Maximum Rata-rata Baku Mutu *) DO (mg/L) 5,0 8,6 6,278 Minimum 3 Suhu (oC) 25,0 26,4 25,226 30 pH 6,7 8,0 7,482 6 9
*) Peraturan Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Dari pengukuran faktor lingkungan (DO, pH dan suhu) yang telah
dilakukan selama penelitiandan setelah dibandingkan dengan Baku Mutu
Peraturan Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air yang ditunjukkan dalam Lampiran 3., dapat
dikatakan bahwa faktor lingkungan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat
dan optimal bagi pemeliharaan ikan. Dengan adanya DO, pH dan suhu yang
optimal maka pertumbuhan ikan dapat berlangsung secara maksimal dan dapat
membuat kelangsungan hidup ikan akan lebih terjamin.
Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa suhu air normal
adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
metabolisme dan berkembangbiak. Kenaikan suhu pada lingkungan dapat
menurunkan kadar oksigen terlarut, selain itu juga dapat mempercepat reaksi
kimia yang akan mempengaruhi terbentuknya racun dalam perairan (Tomascik
etal., 1997).
Suhu air dalam penelitian ini berkisar antara 25,0 - 26,40C dengan rata-rata
sebesar 25,20C. Menurut Arie (2002), suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila
dengan ukuran 5 7cm adalah sekitar 25oC - 30oC.Sedangkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dan Pengendalian Pencemaran Air, suhu optimal untuk budidaya ikan air tawar
sebesar 300C.
Kadar DO rata-rata dalam penelitian ini berkisar antara 5,0-8,6 mg/L
dengan rata-rata sebesar 6,3 mg/L. DO minimum berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air adalah 3 mg/L. Oksigen terlarut diperlukan
untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang,
pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Oksigen terlarut merupakan faktor
pembatas bagi kehidupan organisme. Perubahan konsentrasi oksigen terlarut
dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme
perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan
toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme
itu sendiri (Rahayu, 1991).
Sedangkan pH dalam penelitian ini berkisar antara 6,7-8,0 dengan rata-rata
adalah sebesar 6,3.Rata-rata pH penelitian ini telah memenuhi baku mutu
budidaya ikan air tawar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu dengan
rentang pH 6 9.Lovell (1989) menyatakan bahwa ikan nila mampu mentolelir
pH air antara 5-11. Derajat keasaman air yang tidak optimal berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Derajat keasaman air yang
tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan,
serta meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S (Choliket
al., 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pertumbuhan ikan nila meningkat setelah dilakukan pemberian pakan dengan
penambahan sludge limbah susu terfermentasi A. niger. Peningkatan berat
tertinggi sebesar 5,26 g dan peningkatan panjang tertinggi sebesar 6,67 cm.
2. Kandungan protein ikan nila meningkat setelah dilakukan pemberian pakan
dengan penambahan sludge limbah susu terfermentasi A. niger. Peningkatan
kandungan protein tertinggi sebesar 18,51%.
3. Komposisi pemberian pakan yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan
dan kandungan protein ikan nila adalah 45% sludge terfermentasi dan 55%
pelet komersial dengan kandungan protein ikan sebesar 22,44%.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dengan waktu yang lebih lama dan dengan
peningkatan konsentrasi sludge terfermentasi yang lebih tinggi agar tampak
pengaruh lebih lanjut terhadap pertumbuhan dan kandungan protein ikan nila.
2. Perlu dilakukan pengukuran kadar lemak, karbohidrat, air, dan abu untuk
mengetahui kualitas daging secara lengkap.