pemangkasan dan pemupukan tanaman kakao
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : MUSA KHADIM
NIM : 091510501002
GOLONGAN/ KELOMPOK : KAMIS/6
ANGGOTA :1. ()
2. ()
3. ()
4. ()
5. ()
6. ()
7. ()
ACARA : PENGENALAN TANAMAN TEMBAKAU
TANGGAL PRAKTIKUM : 04 OKTOBER 2012
TANGGAL PENYERAHAN :
ASISTEN : 1. BIMAGLIZAR MAHADIPA
2. DODIK SURYA PRATAMA
3. D. SULUNG BASUKI
4. DANNI AFANDI
5. MAMIK RESQIANA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan.
Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur
hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit
tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat
produksi dan kualitas akan rendah.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun
waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia
tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagianbesar (87,4%)
dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7%
perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar
adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan jenis
kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana
bila dilakukan fermentasi denganbaik dapat mencapai cita rasa setara dengan
kakao berasal dari Ghana dan keunggulan kakao Indonesia tidak mudah meleleh
sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut,
peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan
dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao
sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup
terbuka.
Meskipun demikian, agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai
masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat serangan
hama Penggerek Buah Kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta masih
belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu
tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan
meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
Salah satu masalah klasik dan berulang selama melaksanakan kegiatan
Perluasan Areal Perkebunan yang sudah memasuki tahun kelima adalah
keterlambatan penyelesaian pekerjaan kegiatan sesuai jadwal palang yang sudah
ditentukan. Akibat keterlambatan tersebut selain menyalahi aturan batas waktu
penyelesaian anggaran, juga akan menyalahi pelaksanaan persyaratan tehnis
pengembangan sesuai jenis komoditi yang diusahakan.
Di Indonesia, kakao banyak tumbuh di daerah Sulawesi, Lampung, dan Flores,
Nusa Tenggara Timur. Maklum, di daerah tersebut banyak terdapat lahan tidur
yang cocok ditanami kakao. Apalagi, hasil komoditasnya yang bernilai ekonomi
tinggi mendorong minat para petani di sana untuk membudidayakannya. Namun,
tidaklah mudah membudidayakan tanaman ini. Persiapan naungan dan lahan
merupakan dua hal penting yang perlu diperhatikan. Naungan itu bisa berupa
tanaman pelindung, seperti lamtoro, gleresidae, dan albazia. Selebihnya, proses
membudidayakan kakao tak terlalu rumit.
1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami cara pemupukan seta dosis
pemupukan pada tanaman kakao
2. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai macam bentuk pemangkasan
tanaman kakao di lapang
3. Mahasiswa memahami cara melakukan pemangkasan pada tanaman
kakao.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan perkebunan merupakan salah satu program pembangunan
di sektor pertanian yang berperan cukup besar dalam rangka perbaikan ekonomi
wilayah termasuk ekonomi masyarakat yakni peningkatan pendapatan dan
pemerataan usaha yang dapat menunjang peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan perkebunan agar dapat berkembang secara baik, berkelanjutan dan
berkesinambungan, sangat berkaitan dengan segala aspek pendukung seperti
potensi sumberdaya lahan dan ketersediaan tenaga kerja yang ada di wilayah
bersangkutan. Salah satu komoditas unggulan perkebunan yang prospektif serta
berpeluang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena sebagian
besar diusahakan melalui perkebunan rakyat (+ 94,01%) adalah kakao
(Suhendi,1998).
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang terus mendapat perhatian untuk dikembangkan. Upaya
pengembangan tanaman kakao disamping masih diarahkan pada peningkatan
populasi (luas lahan) juga telah banyak diarahkan pada peningkatan jumlah
produksi dan mutu hasil. Adapun aspek yang paling diperhatikan dalam usaha
peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil adalah penggunaan jenis-jenis kakao
unggul dalam pembudidayaan tanaman kakao. Saat ini terdapat sejumlah jenis
kakao unggul yang sering digunakan dalam budidaya kakao, antara lain jenis
(klon) Sulawesi 1 dan Sulawesi 2 (Nyoman Martade, 2011).
Tanaman Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian tempat maksimum 1200
m dpl, ketinggian tempat optimum adalah 1- 600 m dpl, kemiringan lereng
maksimum 40 derajat, Tanaman kakao sangat sensitif bila kekurangan air,
sehingga tanahnya harus memiliki penyimpanan/ketersediaan air maupun saluran
(drainase) yang baik, solum > 90 cm tanpa ada lapisan padas, Tekstur lempung
liat berpasir komposisi pasir 50%, debu 10 - 20%, liat 30 - 40%. konsistensi
gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas sedang sampai baik, kedalaman
air tanah minimal 3 m. Kakao memerlukan tanah dengan struktur kasar yang
berguna untuk memberi ruang agar akar dapat menyerap nutrisi yang diperlukan
sehingga perkembangan sistem akar dapat optimal, Sifat kimia dari tanah bagian
atas merupakan hal yang paling penting karena akar-akar akan menyerap nutrisi.
Kemasaman tanah (pH) optimum 6.0—6.75, Kakao tidak tahan terhadap
kejenuhan Al tinggi, Kejenuhan basa minimum 35%, kalsit (CaCO3) dan gips
(CaSO2) masing-masing tidak boleh lebih dari 1% dan 0.5%, KTK top soil: 12
me/100 g, KTK sub soil: 5 me/100 g, KTK Mg:20 me/100 g, dan kandungan
bahan organik > 3%, dan sesuai pada tanah regosol, sedangkan tanah latosol
kurang baik (Bazri, 1991).
Pemangkasan merupakan perlakuan yang sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan dan produksi kakao. Pemangkasan tanaman kakao adalah
tindakan pembuangan atau pengurangan sebagian dari organ tanaman yang berupa
cabang, ranting, dan daun. Pemangkasan tanaman kakao yang telah berproduksi
sangat menentukan keberhasilan bunga menjadi buah pentil, dan yang dewasa,
karena sangat kondisi ini berhubungan erat dengan jumlah sinar matahari yang
masuk serta sirkulasi udara di areal kebun agar kondisi kebun tidak terlalu
lembab. Jika kondisi kebun terlalu lembab dan sirkulasi udara di areal kebun tidak
baik, maka tanaman akan mudah diserang oleh penyakit busuk buah yang
disebabkan oleh jamur, serta serangan hama Helopeltis yang menyerang buah
menjelang dewasa (Supadman, 2007).
Hama yang sering menyerang tanaman kakao antara lain belalang
(Valanga Nigricornis), ulat jengkal (Hypsidra talaka Walker), kutu putih
(Planoccos lilaci), penghisap buah (Helopeltis sp.), dan penggerek batang
(Zeuzera sp.). Insektisida yang sering digunakan untuk pemberantasan belalang,
ulat jengkal, dan kutu putih antara lain adalah Decis, Cupraycide, Lebaycide,
Coesar dan Atabron. Penghisap buah dapat diberantas dengan Lebaycide,
Cupraycide dan Decis. Penyakit yang sering ditemukan dalam budidaya kakao,
yaitu penyakit jamur upas dan jamur akar. Penyakit tersebut disebabkan oleh
jamur Oncobasidium thebromae. Selain itu juga sering dijumpai penyakit busuk
buah yang disebabkan oleh Phytoptera sp (Djafaruddin, 2000).
Sampai saat ini upaya pengendalian hama PBK terus dikembangkan dan
salah satu cara pengendalian yang dilakukan adalah pemupukan dan sanitasi.
Pemupukan bertujuan unyut menambah unsur-unsur hara tertentu di dalam tanah
yang tidak mencukui bagian kebutuhan tanaman yang di usahakan. Pada kakao,
pemberian pupuk secara tepat dan teratur juga dapat mengendalikan hama PBK
karena akan meningkatkan pertumbuhan serta ketahanan tanaman terhadap
serangan hama. Sanitasi di maksudkan agar kebersihan di sekitar lokasi
pertanaman tetap terjaga yakn dengan memberikan kulit buah bekas dan buah
busuk untuk mematikan C. cramerella, juga membersihkan gulma karena dapat
menjadi serangan hama dan penyakit, serta bersang dengan tanaman dalam
memperebutkan faktor-faktor pembatas di antaranya air, unsur hara, cahaya dan
ruang tumbuh sehingga dapat menekan pertumbuhan tanaman budidaya disekitar
dan menurunkan hasil baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Isra Lebe, 2008).
Untuk mengatasi rendahnya produktivitas kakao ini, pemupukan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budidaya kakao. Akibat
pemupukan yang tidak tepat, lahan-lahan kakao banyak mengalami kemunduran,
terutama dalam hal kualitasnya. Kemunduran kualitas lahan tersebut antara lain
karena berkurangnya unsur hara di dalam tanah, kerusakan fisik dan biologis,
serta menipisnya ketebalan tanah. Pemupukan bertujuan memberikan unsur-unsur
hara ke dalam tanah yang tidak mencukupi bagi kebutuhan tanaman yang
diusahakan. Hasil yang maksimal dari suatu pemupukan akan diperoleh jika
dilakukan dengan tepat meliputi dosis, jenis pupuk, waktu dan cara pemberiannya
(Ade Wachjar, 2009).
Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu biji kakao adalah kadar air.
Sebagaimana diketahui bahwa biji kakao bersifat higroskopis sehingga kondisi
lingkungan dapat mempengaruhi kandungan air dalam biji. Semakin rendah kadar
air biji, maka daya simpan biji menjadi lebih lama. Kadar air biji kakao yang
dikehendaki adalah antara 6-7% . Selanjutnya dijelaskan bahwa biji kakao yang
memiliki kadar air lebih dari 8% akan mudah diserang jamur dan serangga
sehingga meningkatkan resiko terhadap kerusakan biji. Akan tetapi, bila kadar air
biji kurang dari 5% akan menyebabkan biji mudah pecah (rapuh). Oleh karena itu,
pengeringan biji hingga pada kadar yang dikehendaki (6-7%) harus diperhatikan
agar dapat diperoleh kualitas biji kakao yang ideal (Zainudin Basri, 2010).
Buah kakao dapat dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah
yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang,
kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah matang dicirikan oleh perubahan
warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang,
biji biasanya berbunyi. Keterlambatan waktu panen akan berakibat pada
berkecambahnya biji di dalam. Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah
kakao yang menjadi kriteria kelas kematangan buah di kebun-kebun yang
mengusahakan kakao yaitu perubahan pada tahap awal terjadi pada alur buah,
Pada alur buah dan punggung alur buah, dan Pada seluruh permukaan buah
(Jumin, 1994).
Tujuan fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak
tumbuh sehingga perubahan-perubahan di dalam biji akan mudah terjadi, seperti
warna keping biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji
dan untuk melepaskan selaput lendir. Selain itu untuk menghasilkan biji yang
tahan terhadap hama dan jamur. Biji kakao difermentasikan di dalam kotak kayu
berlubang, dapat terbuat dari papan atau keranjang bambu. Fermentasi
memerlukan waktu 6 hari. Dalam proses fermentasi terjadi penurunan berat
sampai 25% (Sunanto, 1992).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Usaha Budidaya Komoditas Perkebunan Unggulan acara
Pemeliharaan dan Pemangkasan Tanaman Kakao di Lapang di laksanakan di
Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 04 Oktober 2012 pukul 02.00
sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Bahan
1. Tanaman Kopi
2. Pupuk NPK
3. Kieserite
3.2.2 Alat
1. Cangkul
2. Sabit
3. Alat tulis
4. Meteran
5. Gunting pangkas
3.3 Cara Kerja
A. Pemeliharaan Tanaman Kakao di Lapang
1. Menimbang berat upuk yang akan diaplikasikan sesuai kebutuhan tanaman
kakao yang ada
2. Membersihkan lahan disekitar tanaman kakao dengan menggunakan
cangkul/sabit dengan jarak proyek tajuk pohon ± 1m.
3. Membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10cm.
4. Menaburkan pupuk pada alur yang melingkari piringan tajuk tanaman
sedalam 10 cm.
5. Menutup kembali alur pupuk tersebut dengan tanah.
6. Melakukan pemupukan lanjutan sesuai dengan anjuran yang ada.
B. Pemangkasan Tanaman Kakao
1. Pemangkasan Bentuk
a. Fase masa muda 9Melakukan pada waktu tanam berumur 8-12 bulan ) caranya :
1. Memangkas cabang-cabang yang lemah, memelihara 3-4 cabang saja yang
letaknya merata kesegala arah pertumbuhannya seimbang.
2. Mengusahakan jorket terbentuk pada ketingian 100-150 cm.
3. Membuang tunas-tunas air mulai dari jorket sampai permukaan tanah
sehingga batang kakao bersih dari tunas air, melakukan secara teratur 2-3
minggu sekali.
4. Memotong ujung-ujung cabang primer yang tumbuh terlalu panjang.
b. Fase masa remaja (melakukan saat tanaman kakao berumur 18-24 bulan)
caranya:
1. Membuang semua cabang sekunder yang tumbuh ada cabang primer
sepanjang 30-60 cm dari jorket
2. Memotong cabang-cabang yang menggantung
3. Mengusahakan daun ada tajuk mendapat sinar matahari secara merata
2. Pemangkasan Pemeliharaan
1. Membuang tunas-tunas air yang ada disekitar jorket kira-kira 50-60cm
2. Menghilangkan cabang-cabang yang kering
3. Membuang cabang-cabang yang arah pertumbuhannya kedalam atau
menggantung dan memotong cabang yang diameternya kurang dari 2,5 cm
4. Memangkas cabang-cabang dan ranting-ranting yang menyebabkan tajuk
pohon terlalu rimbun
5. Membatasi tinggi tanaman hanya sampai jorket pertama
3. Pemangkasan Produksi
1. Memangkas daun-daun agar tidak terlalu rimbun sehingga sinar matahari
bisa tersebar merata keseluruh organ daun.
DAFTAR PUSTAKA
Basri Zainudin, 2010. Mutu Biji Kakao Hasil Sambung Saming. Universitas Tadulako Palu.
Bazri, 1991. Budidaya Tanaman Kakao. Gramedia. Jakarta.
Djafaruddin., 2000. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi Aksara.
Jumin. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.
Lebe Isra, 2008. Pengaruh Pemupukan Urea dan Sanitasi Terhada Intensitas Serangan Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella (snellen). Universitas Tadulako.
Martade Nyoman. 2011. Pengaruh Diameter Pangkal Tangkai Daun Pada Entres Terhadap Pertumbuhan Tunas Kakao. Palu
Suhendi. 1990. Tanaman Perkebunan. Gramedia. Jakarta.
Sunanto. 1992. Cokelat, Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya. Kanisius, Yogyakarta.
Supadman, 2007. Sosialisasi dan Alikasi Teknologi Pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi Untuk Meningkatkan Mutu dan Hasil Tanaman Kakao di Kecamatan Selemadeg Tabanan. Universitas Udayana.
Wachjar Ade. 2009. Pemupukan Tnaman Kakao (Theobroma cacao L. ) di Perkebunan Rumpun Sari Antan 1, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Cilacap, Jawa Tengah. Institut pertanian Bogor.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
PEMUPUKAN
NO. FOTO KEGIATAN KETERANGAN
FOTO
1. Foto areal penanaman sebelum
pemupukan Kondisi tanaman
sebelum
dilakukan
pemupukan
2. Kegiatan 1
Membuat parit
melingkari
tanaman. Parit
dibuat pada jarak
±1m dari pohon
dengan
kedalaman
10cm.
3. Kegiatan 2
Pemberian
pupuk dengan
cara ditabur
mengitari pohon.
Pupuk ditabur
didalam parit
yang telah dibuat
4. Kegiatan 3
5. Kegiatan 4
Penutupan
kembali parit
yang telah terisi
pupuk supaya
pupuk tidak
menyebar
kemana-mana
6. Kegiatan 5
Penyirapan yang
dilakukan
setelah
penutupan
kembali parit.
Penyiraman ini
ditujukan untuk
melarutkan
pupuk yang telah
terpendam
sehingga mudah
diserap tanaman
tersebut
7. Foto areal penanaman setelah
pengaplikasian pupuk Kondisi tanaman
setelah
dilakukan
pengaplikasian
pupuk
PEMANGKASAN
NO. FOTO KEGIATAN KETERANGAN
FOTO
1. Foto areal penanaman
sebelum pemupukan Kondisi tanaman
sebelum dilakukan
pemupukan
2. Kegiatan 1
Pemangkasan bagian
tanaman yang sudah
tidak berfungsi lagi
3. Kegiatan 2
Menghilangkan
ranting-ranting yang
mati dan mengganggu
4. Kegiatan 3
Kegiatan pembersihan
lahan dari gulma,
ranting, dan daun-daun
kering
7. Foto areal penanaman
setelah pengaplikasian
pupuk
Kondisi tanaman
setelah dilakukan
pengaplikasian pupuk
4.2 Pembahasan
Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di
alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan
tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang
meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Bunga kakao,
sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang
(cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm),
tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu
titik tunas. Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil
(midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang
biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu
beberapa hari. Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan
memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun
demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan
menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi. Buah tumbuh
dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan
berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki
ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda
berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna
kuning. Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian
dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah
pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang
cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari
lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari.
Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis.
Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari
faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang
erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap
hara.
Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerah‐daerah
yang berada pada 100 LU sampai dengan 100 LS. Walaupun demikian
penyebaran pertanaman kakao secara umum berada pada daerah‐daerah antara 70
LU sampai dengan 180 LS. Hal ini tampaknya erat kaitannya dengandistribusi
curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun.
1. Curah Hujan
Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman
kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa
pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah
daerah‐daerah bercurah hujan 1.100 ‐ 3.000 mm per tahun.
Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm
per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah (black
pods).
Didaerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per masih
dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang
hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada air yang diterima tanaman dari
curah hujan, sehingga tanaman perlu dipasok dengan air irigasi.
Ditinjau dari tipr iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada daerah‐daerah
yang tipe iklimnya Am (menurut Koppen) atau B (menurut Scmid dan
Fergusson). Di daerah‐daerah yang tipe iklimnya C (menurut Scmid dan
Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan keringnya yang
panjang.
2. Temperatur
Pengaruh temperatur pada kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air,
sinar matahari, dan kelembaban. Faktor‐faktor tersebut dapat dikelola melalui
pemangkasan, penanaman tanaman pelindung, dan irigasi. Temperatur sangat
berpengaruh pada pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.
Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 300‐320C (maksimum) dan
180‐210 (minimum). Temperatur yang lebih rendah dari 100 akan mengakibatkan
gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang.
Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan segera
gugur.
3. Sinar Matahari
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang di dalam
pertumbuhannya mebutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh.
Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan
mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek.
Kakao termasuk tanaman yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah.
Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar
20% dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun
kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3‐30 persen cahaya
matahari penuh atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula
dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih besar bila cahaya yang diterima
lebih banyak.
4. Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan
fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao
terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsur hara, kapasitas
adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan,
sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah,
drainase, struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga
merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.
4.1. Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki
pH 6 ‐ 7,5; tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak
pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada
pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah.
Disamping faktor keasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan
adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju
pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah
setebal 0 ‐ 15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75
persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah
yang gembur.
Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan
serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak
1.990 kg per ha per tahun daun gliricida yang jatuh memberikan hara nitrogen
sebesar 40,8 kg per ha, fosfor 1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium
9,1 kg per ha. Kulit buah kakao sebagai zat organik sebanyak 900 kg per ha
memberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg MoP, dan 8 kg
kieserit. Sebaiknya tanah‐tanah yang hendak ditanami kakao paling tidak juga
mengandung kalsium lebih besar dari 8 Me per 100 gram contoh tanah dan kalium
sebesar 0,24 Me per 100 gram, pada kedalaman 0 ‐ 15 cm.
4.2. Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir
dengan komposisi 30 ‐ 40 % fraksi liat, 50% pasir, dan 10 ‐ 20 persen debu.
Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi
tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan
gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah
tipe latosol dengan fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan
tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat
walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao.
Tanaman kakao menginginkan solum tanah menimal 90 cm. Walaupun
ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal
itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao.
Kedalaman efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu
menciptakan kondisi yang menjadikan akar bebas untuk berkembang. Karena itu,
kedalaman efektif berkaitan dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam
rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk itu kedalaman air tanah disyaratkan
minimal 3 meter.
4.3. Kriteria tanah yang tepat bagi tanaman kakao
Areal penanaman tanaman kakao yang baik tanahnya mengandung fosfor
antara 257 ‐ 550 ppm berbagai kedalaman (0 ‐ 127,5 cm), dengan persentase liat
dari 10,8 ‐ 43,3 persen; kedalaman efektif 150 cm; tekstur (rata‐rata 0‐50 cm di
atas) SC, CL, SiCL; kedalaman Gley dari permukaan tanah 150 cm; pH‐H2O
(1:2,5) = 6 s/d 7; zat organik 4 persen; K.T.K rata‐rata 0‐50 cm di atas 24 Me/100
gram; kejenuhan basa rata‐rata 0 ‐ 50 cm di atas 50%.
Pemeliharaan Tanaman Kakao
1. Pemangkasan, pemangkasan pohon pelindung tetap dilakukan agar dapat
berfungsi untuk jangka waktu yang lama. Pemangkasan dilakukan terhadap
cabang – cabang yang tumbuh rendahan lemah. Pohon dipangkas sehingga
cabang terendah akan berjarak lebih dari 1 m dari tajuk tanaman cokelat.
Pemangkasan pada tanaman kakaomerupakan usaha meningkatkan produksi
dan mempertahankan umur ekonomis tanaman. Dengan melakukan
pemangkasan, akan mencegah serangan hama dan penyakit, membentuk tajuk
pohon, memelihara tanaman, dan memacu produksi.
2. Penyiangan, tujuan penyiangan pada tanaman kakao adalah untuk mencegah
persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara dan mencegah hama dan
penyakit. Penyiangan harus dilakukan secara rutin, minimal satu bulan sekali
yaitu dengan menggunakan cangkul, koret, atau dicabut dengan tangan.
3. Pemupukan, dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan.
Pemupukan pada tanaman kakao yang belum menghasilkan dilaksanakan
dengan cara menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15 cm – 50 cm
(untuk umur 2 – 10 bulan) dan 50 cm – 75 cm (untuk umur 14 – 20 bulan) dari
batang utama. Untuk tanaman yang telah menghasilkan, penaburan pupuk
dilakukan pada jarak 50 cm – 75 cm dri batang utama. Penaburan pupuk
dilakukan dalam alur sedalam 10 cm.
Pemberian pupuk hayati MIG‐6PLUS pada tanaman kakao adalah sebagai
berikut :
A. Tanaman yang belum menghasilkan : berikan
larutan pupuk hayati MiG‐6PLUS di sekitar perakaran dengan cara
disemprotkan/disiramkan di sekitar perakaran. Tahap ini diperlukan 3 liter
pupuk hayati MiG‐6PLUS untuk 1 hektar lahan kakao. Berikan setiap 4 bulan
sekali.
B. Tanaman sudah menghasilkan : berikan larutan
pupuk hayati MiG‐6PLUS di sekitar perakaran dengan cara
disemprotkan/disiramkan di sekitar perakaran. Tahap ini diperlukan 3 liter
pupuk hayati MiG‐6PLUS untuk 1 hektar lahan kakao. Berikan setiap 3 bulan
sekali. Disarankan untuk tanaman kakao yang menghasilkan, pemberian
larutan MiG‐6PLUS pada lubang2 yang sudah dibuat dengan kedalaman 20‐
30cm dengan jarak dari batang 50 cm.
4. Penyiraman, penyiraman tanaman kakao yang tumbuh dengan kondisi
tanah yang baik dan berpohon pelindung, tidak perlu banyak memerlukan air.
Air yang berlebihan menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat lembab.
Penyiraman pohon kakao dilakukan pada tanaman muda, terutama tanaman
yang tidak diberi pohon pelindung.
5. Pemberantasan hama dan penyakit, pemberantasan hama dilakukan dengan
penyemprotan pestisida dalam dua tahap, pertama bertujuan untuk mencegah
sebelum diketahui ada hama yang benar–benar menyerang. Kadar dan jenis
pestisida disesuaikan. Penyemprotan tahapan kedua adalah usaha
pemberantasan hama, di mana jenis dan kadar pestisida yang digunakan juga
ditingkatkan.
Pada saat melakukan pemangkasan harus diingat bahwa jangan melakukan
pemangkasan jika tanaman kakao sedang berbunga lebat atau sebagian besar
ukuran buahnya masih kecil karena akan dapat mengurangi pertumbuhan bunga
sekaligus mengurangi pembentukan buah, karena fotosintesis pada tanaman kakao
tidak lancar.
Ada beberapa jenis pemangkasan pada tanaman kakao yaitu ;1)
pemangkas-an tanaman yang berasal dari semai; 2) pemangkasan tanaman yang
berasal dari okulasi; 3) pemangkasan untuk tanaman pelindung.
Pemangkasan tanaman kakao asal semai. Pemangkasan pada tanaman ini
dilakukan dengan tiga tahap yaitu : (1) pemangkasan bentuk; dilakukan pada
tanaman yang belum menghasilkan (TBM), pada saat tanaman berumur 8 bulan
yaitu dengan membuang cabang-cabang yang lemah hingga tinggal 3-4 cabang
saja karena yang dibutuhkan adalah cabang yang simetris terhadap batang utama,
kukuh dan sehat, pertumbuhan tanaman menyebar merata dan mengarah ke atas.
Selanjutnya dua minggu sekali, dilakukan pemangkasan terhadap tunas-tunas air
(chupon) dengan cara memotong tepat di pangkal batang utama; (2) pemangkasan
pemeliharaan, dilakukan secara bertahap setelah pemangkasan bentuk yaitu pada
saat tanaman berumur 18 - 36 bulan, cabang sekunder pada jarak 30-60 cm dari
jorquette (letak tumbuhnya cabang-cabang primer) dibuang, kemudian cabang
sekunder berikutnya diperjarang letaknya satu sama lain dengan cara membuang
sebagian cabang sekunder; dan (3) pangkas produksi, dilakukan untuk membuang
cabang-cabang tanaman yang tidak produktif (seperti : cabang yang tumbuhnya ke
arah dalam/ menggantung, cabang kering, cabang yang terserang hama dan
penyakit, cabang yang pertumbuhannya saling melintang/ tindih yang membuat
tajuk pohon terlalu rimbun), pemangkasan ini dilakukan dengan selang waktu 4
(empat) bulan sekali, Dengan pemangkasan produksi, diharapkan produksi
tanaman kakao meningkat karena cabang-cabang yang tidak produktif berkurang,
sehingga mengurangi kelembaban dan menambah intensitas sinar matahari bagi
daun.
Pemangkasan tanaman asal okulasi. Seperti pada tanaman asal semai,
pemangkasan pada tanaman ini juga dilakukan pemangkasan bentuk,
pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi. Pemangkasan bentuk
pada tanaman asal okulasi sedikit berbeda dengan tanaman yang berasal dari
semai dimana pertumbuhan cabang-cabangnya keatas (orthotrop), pertumbuhan
tanaman asal okulasi cenderung kesamping (plagiotrop), maka untuk mengatur
pertumbuhannya, dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu : (1) Memberi tajar
agar arah pertumbuhan tunas pokok ke atas, selanjutnya cabang-cabang yang
tumbuh ke samping diatur selang-seling (zig-zag) dan tidak dekat permukaan
tanah (> 50 cm). Diupayakan cabang-cabang yang dipelihara, arah
pertumbuhannya ke atas; dan 2) Membiarkan tunas tanaman tumbuh bebas selama
kurang lebih 1 (satu) tahun. Setelah rimbun baru dipilih cabang-cabang yang arah
pertumbuhannya cenderung ke atas; untuk pemangkasan pemeliharaan dan
pangkas produksi, dilakukan seperti cara pemangkasan pada tanaman asal semai.
Pemangkasan tanaman/ pohon pelindung. Ada dua macam pohon
pelindung yaitu : 1) pohon pelindung sementara; dan 2) pohon pelindung tetap.
Pemangkasan pada pohon pelindung sementara. Pohon pelindung sementara,
perlu dipangkas (tidak lebih tinggi dari 2,5 m) agar tidak menutupi tanaman kakao
dalam mendapatkan sinar matahari. Rotasi pemangkasan 1 (satu) tahun sekali
yaitu pada awal musim hujan, pohon dipangkas sampai ketinggian 50 cm. Setelah
tajuk tanaman kakao saling menutup dan tanaman pelindung tetap sudah berfungsi
dengan baik, maka tanaman pelindung sementara dapat dibongkar. Sisa-sisa
pangkasan diletakkan di pinggiran tanaman kakao agar dapat menekan
pertumbuhan gulma dan sekaligus sebagai sumber hara. Pemangkasan pada pohon
pelindung tetap. Pohon pelindung tetap dipangkas agar dapat berfungsi dalam
jangka waktu lama. Pemangkasan dilaksanakan terhadap cabang-cabang yang
tumbuh rendah dan lemah, dengan cabang terendah berjarak 1 - 1,5 m di atas
puncak tajuk tanaman kakao. Rotasi pangkasan dilakukan 1 (satu) tahun sekali
pada awal musim hujan. Untuk pohon pelindung tetap yang mempunyai dua
cabang utama sejak awal pertumbuhan, dibiarkan tumbuh sampai berumur satu
tahun. Setelah itu salah satu cabang harus dipotong agar tidak memberikan
naungan yang terlalu gelap bagi tanaman kakao.
Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting untuk
dilakukan, terutama dalam mengatur iklim mikro yang tepat bagi pertumbuhan
bunga dan buah atau untuk mengatur jumlah dan sebaran daun. Berbeda dengan
komoditas pada umumnya, kakao merupakan komoditas yang perawatannya
memerlukan pemangkasan.
Pada prinsipnya ,tujuan pemangkasan tanaman adalah mencegah tanaman
kehilangan nutrisi pada saat fase pertumbuhan vegetatifnya (pembentukan daun
dan tunas) maupun pada fase pertumbuhan generatif (pembentukan bunga dan
biji). Pada tanaman kakao pemangkasan ditujukan untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan produksi buah. Tanaman kakao yang dipangkas dengan benar
biasanya semuanya berbuah dan buahnya tersebar mulai dari permukaan tanah
sampai ke cabang-¬cabang yang tinggi. Pemangkasan juga agar tanaman terjaga
kelembabannya sehingga tak mudah terserang hama dan penyakit.
Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman kakao ada 3 (tiga) macam,
yaitu pemangkasan bentuk; pemangkasan pemeliharaan; dan pemangkasan
produksi.
Pemangkasan Bentuk Fase masa muda
Dilakukan pada waktu tanaman umur 8-12 bulan, caranya:
• Pangkas cabang-cabang yang lemah. Cabang yang dipelihara 3-4 cabang
Ietaknya merata ke segala arah agar pertumbuhannya seimbang.
• Usahakan jorket terbentuk pada ketinggian 100-150 cm.
• Buang tunas-tunas air mulai dari jorket sampai permukaan tanah sehingga
batang kakao bersih dari tunas air . Lakukan secara teratur 2-3 minggu sekali.
• Potong ujung cabang-cabang primer yang tumbuh terialu panjang.
Fase masa remaja
Pemangkasan dilakukan pada waktu tanaman kakao berumur 18-24 bulan,
caranya:
• Buang semua cabang sekunder yang tumbuh pada cabang primer sepanjang 30-
60 cm dari jorket.
• Potong cabang-cabang yang menggantung.
• Usahakan semua daun pada tajuk mendapat sinar matahari secara merata.
Pemangkasan Pemeliharaan
• Buang tunas-tunas air yang ada disekitar jorket kira-kira 50-60 cm.
• Hilangkan cabang-cabang yang kering.
• Buang cabang-cabang yang arah pertumbuhannya ke dalam atau menggantung.
• Buang cabang-cabang yang saling melintang, dan tindih-menindih.
• Pangkas cabang-cabang dan ranting-ranting yang menyebabkan tajuk pohon
menjadi terlalu rimbun.
• Batasi tinggi tanaman hanya sampai jorket pertama.
Dalam pemangkasan pemeliharaan, dikenal dengan istilah wiwilan, yaitu kegiatan
membuang tunas air. Wiwilan bisa dilakukan secara manual menggunakan tangan.
Pemangkasan produksi
Pemangkasan produksi berkesinambungan dengan pemangkasan
pemeliharaan. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan produktivitas tanaman.
Caranya, dengan memangkas daun-daun agar tidak terlalu rimbun sehingga sinar
matahari bisa tersebar merata ke seluruh bagian daun. Dengan demikian, proses
fisiologis terpenting dari tanaman, yakni fotosintesis bisa berjalan lancar sehingga
sirkulasi makanan dari daun ke seluruh bagian tanaman juga lancar. Tanamanpun
dapat berproduksi secara optimal.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemangkasan
produksi guna mencegah kerusakan tanaman akibat salah pangkas, yaitu :
• Upayakan untuk tidak selalu memangkas cabang-cabang besar karena akan
memacu tanaman untuk bertunas intensif terus-menerus. Hal ini bisa membuat
tanaman menjadi lemah karena energinya banyak digunakan untuk menopang
pertumbuhan tunas-tunas baru.
• Jorket di usahakan selalu terlindung dari penyinaran langsung karena sel selnya
dapat kering dan cabang menjadi rapuh sehingga beresiko patah.
• Cabang-cabang primer sebaiknya selalu terlindung dari penyinaran langsung
karena bantalan bunga dapat mati.
• Tidak menggunakan alat pangkas yang tumpul karena bisa menyebabkan kulit
batang dan bantalan bunga rusak.
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan
tanaman yangberperan penting terhadap produktifitas tanaman. Akibat
pemupukan yang tidak tepat, lahan-lahan kakao banyak yang
mengalami kemunduran khususnya dalamhal kualitas lahan. Kemunduran
kualitas lahan tersebut antara lain terjadi karena b e r k u r a n g n y a u n s u r h a r a
d i d a l a m t a n a h , k e r u s a k a n s i f a t - s i f a t f i s i k m a u p u n biologis, serta
semakin menipisnya ketebalan tanah.
Berkurangnya unsur hara dalam tanah disebabkan oleh kegiatan
panen,p e n c u c i a n , d e n i t r i f i k a s i , d a n e r o s i y a n g t e r j a d i d i
d a e r a h p e r a k a r a n t a n a m a n k a k a o . K e r u s a k a n s i f a t f i s i k d a n
b i o l o g i s t a n a h a n t a r a l a i n b e r u p a r u s a k n y a agregat tanah,
berkurangnya kemantapan struktur, berkurangnya kadar nahanorganik,
serta berkurangnya jumlah dan aktivitas organisme yang hidup
dalamtanah. Sementara itu, berkurangnya ketebalan tanah terjadi
karena erosiyangm e r u p a k a n p e n y e b a b u t a m a k e r u s a k a n t a n a h d i
l a h a n y a n g b e r l e r e n g c u r a m .
U p a y a p e n i n g k a t a n k e s u b u r a n t a n a h d a p a t d i l a k u k a n
d e n g a n pemberian pupuk.Pemupukan bertujuan menambah unsur-unsur hara
tertentu di dalam tanahyang tidak mencukupi kebutuhan tanaman yang
diusahakan. Pemupukan tanmankakao harus diberikan secara efisien.
Efisiensi pemupukan adalah perbandinganjumlah pupuk yang
diberikan dengan jumlah pupuk yang diserap oleh tanaman.Namun,
umumnya efisiensi pemupukan pada kakao tergolong rendah. Peningkatan
efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 4 Tyaitu: tepat
jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu.Pupuk yang biasanya digunakan
dalam pemupukan tanaman kakao adalahpupuk urea atau ZA sebagai sumber N,
pupuk TSP sebagai sumber P, dan pupuk KCl sebagai sumber K. Selain pupuk
buatan, pada tanaman kakao juga diberikantambahan pupuk organik berupa pupuk
kandang atau kompos.Meskipun tanaman membutuhkan asupan tambahan berupa
pupuk buatanataupun pupuk organic, pemberian pupuk harus tetap
memperhatikan petunjuk d a n d o s i s y a n g d i a n j u r k a n . H a l i n i
p e n t i n g u n t u k m e n c e g a h t a n a m a n k a k a o . Y a n g p e n t i n g u n t u k
d i p e r h a t i k a n a d a l a h t e r d a p a t b e b e r a p a f a k t o r y a n g a k a n sangat
mempengaruhi penyerapan pupuk pada tanaman kakao yaitu
kepadatangulma, pemangkasan, ketersediaan air, dan pemangkasan
tanaman pelindung.Untuk itu sebelum pemupukan kakao dilakukan terlebih
dahulu dilakukanp e n y i a n g a n g u l m a d i s e k i t a r t a n a m a n . i n i
d i k a r e n a k a n k e p a d a t a n g u l m a y a n g berlebih dikhawatirkan
menimbulkann persaingan dalam penyerapan pupuk antara gulma dan
tanaman. Pemupukan juga dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan
pemangkasan pada tanaman kakao untuk mempercepat laju penyerapanpupuk.
Ketersediaan air juga perlu diperhatikan dalam pemupukan karena fungsiair yang
sangat penting sebagai pelarut pupuk agar lebih mudah diserap tanaman.Sehingga
umumnya pemupukan pada tanaman kakao dilakukan pada awal musimhujan
dan akhir musim hujan dimana ketersedian air tanah masih tinggi.
Untuk meningkatkan laju fotosintesis dilakukan pemangkasan terhadap
tanamanp e l i n d u n g . H a l i n i b e r k a i t a n d e n g a n i n t e n s i t a s c a h a y a
y a n g d i t a n g k a p o l e h t a n a m a n k a k a o . D e n g a n p e n i n g k a t a n
f o t o s i n t e s i s p a d a t a n a m a n k a k a o m a k a diharapkan laju penyerapan
pupuk juga akan semakin tinggi.
Perawatan kebun kakao ini terbagi atas dua fase, yaitu perawatan dalam
fase tanaman belum menghasilkan (TBM) dan fase tanaman menghasilkan (TM).
Perawatan dalam fase TBM adalah pembersihan gulma secara manual pada
piringan tanaman, pemupukan, pemangkasan penaung tetap dan penaung
sementara, pemangkasan bentuk tanaman kakao, dan pengendaliah hama maupun
penyakit. Pengendalian gulma pada fase TBM dilakukan pada piringan tanaman
kakao atau pada jalur tanaman, dilakukan dengan menggunakan sabit atau
cangkul. Pada fase ini pengendalian gulma secara kimiawi dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman kakao karena sebagian herbisidanya dapat mengenai daun
kakao TBM. Pemangkasan bentuk dilakukan setelah tanaman membentuk jorket
yang dimaksudkan untuk membentuk kerangka percabangan yang kuat dan
seimbang. Dari 4-5 cabang primer yang terbentuk dipilih 3 buah cabang primer
yang masing-masing tersebar merata membentuk sudut 120 derajat, sedangkan
cabang primer lainnya dipangkas. Cabang-cabang sekunder sampai dengan 60 cm
dari pusat percabangan dipangkas.
Pemupukan pada fase TBM dilakukan 3-4 kali setahun sesuai dengan
dosis anjuran dengan menggunakan pupuk buatan (anorganik) baik pupuk tunggal
maupun majemuk dan dengan pupuk organik yang berfungsi memperbaiki kondisi
tanaman dan memperpendek masa TBM.
Pada fase TM, kegiatan perawatan yang penting adalah pemangkasan
tanaman kakao dan pelindungnya, pemupukan, dan konservasi tanah,
pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan pada fase TM meliputi
pemangkasan pemeliharaan dan produksi, seperti membuang bagian tanaman
yang tidak dikehendaki, seperti tunas air, cabang sakit, patah, menggantung dan
cabang balik. Hal ini berguna untuk memacu tanaman agar menumbuhkan daun
baru yang potensial sebagai produsen asimilat, menekan resiko terjadinya
serangan hama dan penyakit, menjaga agar tinggi tajuk tanaman terus terkontrol
pendek guna mempermudah panen dan pengendalian hama/penyakit,
meningkatkan produksi buah. pemangkasan pemeliharaan dilakukan 3-4 kali per
tahun. Sedangkan pemangkasan produksi identik dengan pemangkasan berat yang
dilakukan 2 x setahun (bulan oktober/november dan april).
Pemupukan tanaman kakao sendiri dibagi dua, yaitu melalui tanah dan
daun. Pemberian pupuk organik melalui tanah dilakukan dengan meletakkan
pupuk pada parit (alur) yang dibuat melingkar di sekeliling pohon dan kemudian
ditutup kembali. Penutupan itu sendiri dimaksudkan untuk mengurangi penguapan
pupuk dan erosi. Cara ini terbukti meningkatkan efisiensinya. Pemupukan melalui
daun hanya dilakukan sebagai pelengkap agar unsur hara yang diberikan dapat
segera dipergunakan oleh tanaman. Dilakukan apabila telah tampak gejala
kekurangan atau hanya dilakukan pada pemupukan mikro (Cu,Zn,Fe, Mn)
Pemberian pupuk anorganik dilakukan 2 kali setahun, yaitu awal musim hujan
(oktober-november) dan akhir musim hujan (maret-april), dan jika memungkinkan
pemupukan dapat dilakukan lebih dari dua kali setahun (3-4 kali setahun). Makin
sering dipupuk, makin tinggi produksinya meskipun jumlah pupuk yang diberikan
dalam setahun tetap sama. Pupuk orgaik dapat ditaburkan di sekeliling pohon atau
diletakkan pada parit pada salah satu pohon, dengan kedalaman parit 30 cm dan
pupuk tersebut kemudian ditimbun dengan tanah setebal 5 cm. Dosis aplikasi
pupuk organik yang baik adalah 25 kg/ha/pohon/tahun.
Pada saat melakukan pemupukan kakao perlu dilakukan penutupan ( areal
pemupukan) dan dilakukan penyiraman karena pada saat dilakukan penutupan air
yang ada didalam tanah tidak mudah menguap serta dilakukan penyiraman agar
pupuk yang telah diberikan cepat mengurangi dan dapat dengan cepat
dimanfaatkan oleh tanaman kakao.
BAB 5 SARAN DAN KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao yaitu curah hujan, temperatur,
cahaya matahari dan tanah.
2. Pemeliharaan tanaman kakao dibagi menjadi 5
yaitu, pemangkasan, Penyiangan, Pemupukan, Penyiraman, Pemberantasan
hama dan penyakit,
3. Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman kakao
ada 3 (tiga) macam, yaitu pemangkasan bentuk; pemangkasan pemeliharaan;
dan pemangkasan produksi.
4. Pemupukan tanaman kakao sendiri dibagi dua, yaitu
melalui tanah dan daun.
5. Berkurangnya unsur hara dalam tanah
disebabkan oleh kegiatan panen, pencucian, denitrifikasi dan eros
yang terjadi di daerah perakan tanaman kakao.
5.2 Saran
Didalam praktikum ini diharapkan semua peserta untuk memperhatikan
dengan benar terhadap penjelasan asisten serta dosen pembimbing sehingga tahu
tentang cara pemupukan dan pemangkasan yang baik dan benar.