pemantapan lab.doc

18
PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat. Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian. Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra- analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen. PERSIAPAN PASIEN Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik. Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel. PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN

Upload: adh

Post on 01-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pemeriksaan lab

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANTAPAN lab.doc

PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam

diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium

diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan

dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil

tes yang teliti, cepat dan tepat.

Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap

pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam

pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada

urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.

Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total

kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.

Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan

pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan

spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan

spesimen.

PERSIAPAN PASIEN

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi

pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus

dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan

atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai

dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien

akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil

laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil

laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang

merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat

mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi

oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa,

diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat

adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi,

ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel

biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus selalu

dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.

PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan

Volume mencukupi

Page 2: PEMANTAPAN lab.doc

Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah

bentuk, steril (untuk kultur kuman)

Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat

Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat

Identitas benar sesuai dengan data pasien

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus

ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis

atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan

pasien yang akan diambil spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga

mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien

telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb.

Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.

1. Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

bersih, kering

tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

sekali pakai buang (disposable)

steril (terutama untuk kultur kuman)

tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume

spesimen

2. Antikoagulan

Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis

antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta.

Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.

3. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen

Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti :

Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena

basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka,

hematoma, oedema, canula, fistula

Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis

(lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).

Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi

atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk

pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis

atau pucat.

Page 3: PEMANTAPAN lab.doc

Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami

infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

4. Waktu Pengambilan

Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.

Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)

Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik

Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir

Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam

Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam

Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur

Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa

10-12 jam

PENGAMBILAN SPESIMEN

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar

sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.

2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang

menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk

mencegah spesimen tumpah.

o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti

berikut :

Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar

tidak terjadi hemolisis.

Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke

dalam media dilakukan dengan cara aseptik

Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak

keliru.

Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan

lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak

hemolisis.

o Menampung spesimen urin

Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan

apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar

Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar

sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa.

Page 4: PEMANTAPAN lab.doc

Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan

lebih sempurna :

Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya

sampai bersih.

Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu

harus merenggangkannya pada waktu kencing.

Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret

vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.

Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen

didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan.

o Menampung spesimen tinja

Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat

diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan colok dubur.

Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi

oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan

bermulut lebar.

o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan

bukan ludah atau sekret hidung.

Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan

apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk

pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau

minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan

dapat menyulitkan penafsiran.

Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air,

bila mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya

dilepas dulu.

Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak

Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian keluarkan

nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak

keluar.

Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara

mendekatkan wadah ke mulut.

Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan

tampak kental purulen dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )

Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan

secepatnya dikirim ke laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :

1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :

o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat

Page 5: PEMANTAPAN lab.doc

o pH menurun, hemokonsentrasi

o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke

dalam sirkulasi darah

2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH

menurun

3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :

o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang

o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat

4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :

o natrium meningkat pada infus saline

o kalium meningkat pada infus KCl

o glukosa meningkat pada infus dextrose

o PPT, APTT memanjang pada infus heparine.

o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun

pada semua jenis infus

5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan

homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.

6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH,

fosfatase asam total

IDENTIFIKASI SPESIMEN

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena

merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir

permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya

harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau

nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat

merugikan.

Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan

formulir permintaan laboratorium.

PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM

Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.

1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi

persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.

2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.

3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan

bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.

4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke

laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen.

Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat

menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :

Page 6: PEMANTAPAN lab.doc

o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.

o Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik

o PPT / APTT memanjang.

o Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.

o Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.

o Perkembangbiakan bakteri

o Penundaan pengiriman sampel urine :

Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel

eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.

Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan

pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.

Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar

matahari.

Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan

terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.

Jamur akan berkembang biak

Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat

menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama

spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC

paling lama 8 jam.

5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau

tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat

dan mudah dibawa.

PENANGANAN SPESIMEN

Identifikasi dan registrasi spesimen

Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius

Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar

Gunakan sentrifus yang terkalibrasi

Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label

Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

PENYIMPANAN SPESIMEN

Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim

ke laboratorium lain

Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya

Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator

Page 7: PEMANTAPAN lab.doc

Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut

sempurna. Hindari terjadinya busa.

Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan

Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -

70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.

Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma

atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

Memberi bahan pengawet pada spesimen

Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator

Imunologi : 1 minggu dalam referigerator

Hematologi : 2 hari pada suhu kamar

Koagulasi : 1 hari dalam referigerator

Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator

Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

Siapa yang Terlibat Dalam Proses Pra-Analitik?

Selalu ada beberapa orang yang terlibat dalam proses pra-analitik, yaitu pasien, dokter,

paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium; mereka

semua berbagi tanggung jawab terhadap mutu bahan spesimen dan harus memahami

pentingnya tahap pra-analtik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan

konsekuensi mereka untuk hasil pemeriksaan.

Komunikasi antara dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter

laboratorium harus selalu ditingkatkan dalam bentuk komunikasi langsung, telepon, atau media

lainnya. Lebih baik kalau laboratorium dapat membuat pedoman atau semacam SOP mengenai

pengumpulan spesimen untuk penggunaan oleh bagian lain. Pedoman tersebut harus ditinjau

ulang oleh supervisor laboratorium. Laboratorium juga perlu menetapkan prosedur untuk

penanganan spesimen dan prosedur untuk manajemen spesimen (penerimaan atau penolakan

spesimen).

LCS

LIQUOR CEREBRO SPINALIS (LCS)

·         Produksi LCS:

–        70% à pleksus khoroid ventrikel (proses sekresi aktif dan ultrafiltrasi dari plasma)

–        30% à cairan interstitial (ruang interseluler otak dan sumsum tulang belakang)

·         Fungsi LCS :

–        Menerima hasil metabolisme otak dan SSP (Susunan saraf pusat)

–        Memberikan nutrisi pada SSP

Page 8: PEMANTAPAN lab.doc

–        Sebagai bantalan

–        Sebagai regulator TIK (Tekanan Intra Kranial)

·         Blood Brain Barier : Kemampuan otak untuk mempertahankan masuknya zat-zat yang

mempunyai BM besar

·         Komposisi LCS : NA, K, urea, as. Laktat, sulfonamid

·         LCS tidak mengandung : bilirubin, fibrinogen, Ig (imunoglobulin)à BM besar Internal

·         Mekanisme Aliran LCS

o   Internal sistem :

§  Ventrikel lateralis (I & II)

                                                  ↓   dihub oleh Foramen Interventrikel (For. Monroe)

§  Ventrikel tertius (III)

                                                                          ↓  dihub oleh Aquaduktus Sylvii

§  Ventrikel quartus (IV)

o   External sistem :

§  Ruang subarachnoid

§  Cisterna

§  Cerebrum

§  Medula spinalis

Internal sistem dengan External sistem dihub oleh For. Luschka & Magendi

l  Volume total LCS : 90 – 150 ml (org dws)

–        ventrikel : 20 ml

–        sisterna subarakhnoid : 60 ml

–        kanalis spinalis : 70 ml

l  Kecepatan formasinya : 500 ml/hari atau 20 ml/jam

l  Produksi LCS ↑ : hydrosephalus

l  Cara pengambilan :

–        Pungsi lumbal à L2-L3 atau L3-L4 (Hanya terdapat filum terminale sehingga

kemungkinan melukai system saraf adalah kecil)

l  Volume LCS untuk pemeriksaan antara 15 sampai 20 ml, dibagi dalam 3 buah tabung steril:

–        Tabung I à untuk analisa kimia, serologi, dan pemeriksaan khusus misalnya imunologi.

–        Tabung II à untuk analisa bakteriologi.

–        Tabung III à untuk analisa mikroskopis sel

l  Syarat pemeriksaan :

                Dilakukan dlm wkt < 30’, karena bila > 30’ jml sel akan berkurang yang disebabkan:

–        Sel mengalami sitolisis

–        Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen

–        Sel terperangkap dalam bekuan

–        Sel cepat mengalami perubahan morfologi

Macam pemeriksaan :

a.       Pemeriksaan Rutin

                                - makroskopis

                                - mikroskopis

                                - kimia

                                - bakteriologi

b.      Pemeriksaan Fisik

                                - tekanan

c.       Pemeriksaan Khusus

                                - elektroforesa protein

                                - imunoelektroforesa

                                - serologi

Page 9: PEMANTAPAN lab.doc

                                - imunoglobulin

l  Pemeriksaan makroskopis meliputi

–        Warna

–        Kekeruhan

–        pH

–        Konsistensi (bekuan)

–        Berat jenis

l  Warna

Normal warna LCS tampak jernih, ujud dan viskositasnya sebanding air.

–        Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi

–        Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan akan terlihat

jelas sesudah disentrifuge

–        Hijau atau keabu-abuan →  pus

–        Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik

–        Xanthokromia → (kekuning-kuningan) pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis

(perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga disebabkan oleh kadar protein tinggi (> 200

mg/dl)

–        Kekeruhan

–        Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang jernih terdapat

juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa.

–        Keruh  → ringan seperti kabut mulai tampak jika

–        lekosit 200-500/ul3

–        eritrosit > 400/ml

–        mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba)

–        aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi

–        media kontras radiografi.

–        Konsistensi bekuan

–        Bekuan à banyak darah masuk

–        Normal → tidak terlihat bekuan

–        Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin.

                Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis tuberkulosa.

                Jendalan sangat halus à LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24 jam.

Analisa Laboratorium

l  Metode : perbandingan dengan aquadest secara visual

l  Prinsip : pada keadaan normal wujud LCS seperti air, dengan membandingkannya dapat

dinilai adanya perubahan ujud LCS.

l  Peralatan yang dipergunakan :

–        Tabung reaksi

–        Kertas putih

l  Tata cara pemeriksaan :

–        Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding.

–        Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan pembanding.

–        Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih.

–        Bandingkan contoh bahan dengan aquadest.

l  Tata cara pembacaan hasil :

–        Warna

–        Kejernihan / kekeruhan

•          0 = jernih

•          + 1 = berkabut

•          + 2 = kekeruhan ringan

Page 10: PEMANTAPAN lab.doc

•          + 3 = kekeruhan nyata

•          + 4 = sangat keruh

–        Bekuan, tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif)

PEMERIKSAAN MIKROSOKOPIS

l  Eritrosit dan leukosit masuk ke dalam LCS à ada kerusakan pada pembuluh darah atau

sebagai akibat reaksi terhadap iritasi.

l  Perhitungan sel lekosit dan eritrosità segera dilakukan ( 40% dari lekosit lisis setelah 2 jam,

Eritrosit lisis setelah 1 jam pada suhu ruangan)

                DD: trama pungsi vs hemorhagi subarakhnoid

l  Nilai rujukan normal jumlah lekosit (monosit dan limposit) adalah

–        Anak & dewasa : 0 – 5 sel/ul

–        neonatus 0 – 30 sel/ul

                                                                                                ----------à Tidak Dilakukan

Analisa Laboratorium Jumlah Leukosit

l  Metode : bilik hitung Improved Neubauer

l  Prinsip : LCS diencerkan dalam perbandingan tertentu dan lekosit dihitung dalam volume

tertentu.

l  Alat yang dipakai :

–        Pipet lekosit

–        Bilik hitung Improved Neubauer

–        Tabung reaksi kecil

–        Mikroskop

l  Reagen yang dipakai : larutan Turk

l  Tata cara pemeriksaan

–        Kocoklah dengan perlahan-lahan LCS yang akan diperiksa.

–        Isaplah larutan Turk dengan pipet lekosit sampai tanda 1 (satu).

–        Kemudian LCS dihisap sampai tanda 11 dan seterusnya dikocok.

–        Letakkan kaca penutup di atas bilik hitung.

–        Larutan LCS yang ada dalam pipet lekosit dibuang antara 2-3 tetes, kemudian diteteskan

pada bilik hitng hingga bidang-bidang pada bilik hitung terisi. Diamkan lebih kurang 5 menit

dalam posisi datar.

–        Kemudian diperiksa dalam mikroskop cahaya dengan pembesaran lensa obyektif 10 X

–        Hitung semua lekosit yang terdapat pada 9 (sembilan) bidang besar.

PEMERIKSAAN KIMIA

l  Analisa kimia LCS à membantu diagnosis / menilai prognosis. Pemeriksaan rutin :

–        penetapan protein secara kualitatif

–        kadar protein

–        kadar glukosa

ANALISA LABORATORIUM PROTEIN KUALITATIF

l  Keadaan normalà cairan otak mengandung sedikit sekali protein (BM besar).

l  Perbandingan antara albumin dan globulin > LCS daripada dalam plasma (molekul albumin

>kecil)

l  Konsentrasi protein ↑ :

–        Permeabilitas sawar darah-otak ↑ oleh radang

–        Meningitis yang berat

A. TEST PANDY

l  Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan globulin) dalam

bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan

seperti kabut.

l  Alat dan reagen yang dipakai

Page 11: PEMANTAPAN lab.doc

–        Tabung serologi (garis tengah 7 mm)

–        Kertas putih

–        Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air)

l  Tata cara pemeriksaan :

–        Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy

–        Tambahkan 1 tetes LCS

–        Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.

l  Tata cara pembacaan hasil

–        Negatif : tidak ada kekeruhan

–        Positif : terlihat kekeruhan yang jelas

•          +1           : opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut)

•          +2           : keruh

•          +3           : sangat keruh

•          +4           : Kekeruhan seperti susu

Nilai normal          : (-) / (+1)

TEST NONNE APELT

l  Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulindalam bentuk kekeruhan

yang berupa cincin. Ketebalan cincin àberhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi

kadarnya maka cincin yang terbentuk makin tebal.

 Alat dan reagen yang dipakai :

–        Tabung serologi (garis tengah 7 mm)

–        Reagen Nonne (larutan ammonium sulfat jenuh dalam air)

l  Tata cara pemeriksaan :

–        Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonne

–        Tambahkan 1 ml LCS dengan cara pelan-pelan sehingga terbentuk 2 lapisan, di mana

lapisan atas adalah LCS. Diamkan selama 3 menit.

–        Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar belakang gelap.

l  Tata cara pembacaan hasil :

–        Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan

–        +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada bekasnya).

–        +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi

–        +3 : mengawan setelah dikocok

l  Normal : (-)

GLUKOSA

l  Menyusutnya kadar glukosa dalam LCS à meningitis purulenta (metabolisme leukosit &

bakteri ↓ kadar glukosa à 0).

l  Semua mikroorganisme menggunakan glukosaà pe↓ kadar glukosa dapat disebabkan oleh :

fungi, protozoa, bakteri tuberculosis, dan bakteri piogen.

l  Meningitis oleh virus à sedikit me↓ kadar glukosa dalam LCS.

ASAM LAKTAT

l  Konsentrasi asam laktat à aktifitas glikolisis setempat.

l  Kadar asam laktat > 35 mg/dl àjarang terjadi kecuali pada meningitis oleh bakteri atau

fungi.LIQUOR CEREBRO SPINALIS (LCS)

·         Produksi LCS:

–        70% à pleksus khoroid ventrikel (proses sekresi aktif dan ultrafiltrasi dari plasma)

–        30% à cairan interstitial (ruang interseluler otak dan sumsum tulang belakang)

·         Fungsi LCS :

–        Menerima hasil metabolisme otak dan SSP (Susunan saraf pusat)

–        Memberikan nutrisi pada SSP

–        Sebagai bantalan

Page 12: PEMANTAPAN lab.doc

–        Sebagai regulator TIK (Tekanan Intra Kranial)

·         Blood Brain Barier : Kemampuan otak untuk mempertahankan masuknya zat-zat yang

mempunyai BM besar

·         Komposisi LCS : NA, K, urea, as. Laktat, sulfonamid

·         LCS tidak mengandung : bilirubin, fibrinogen, Ig (imunoglobulin)à BM besar Internal

·         Mekanisme Aliran LCS

o   Internal sistem :

§  Ventrikel lateralis (I & II)

                                                  ↓   dihub oleh Foramen Interventrikel (For. Monroe)

§  Ventrikel tertius (III)

                                                                          ↓  dihub oleh Aquaduktus Sylvii

§  Ventrikel quartus (IV)

o   External sistem :

§  Ruang subarachnoid

§  Cisterna

§  Cerebrum

§  Medula spinalis

Internal sistem dengan External sistem dihub oleh For. Luschka & Magendi

l  Volume total LCS : 90 – 150 ml (org dws)

–        ventrikel : 20 ml

–        sisterna subarakhnoid : 60 ml

–        kanalis spinalis : 70 ml

l  Kecepatan formasinya : 500 ml/hari atau 20 ml/jam

l  Produksi LCS ↑ : hydrosephalus

l  Cara pengambilan :

–        Pungsi lumbal à L2-L3 atau L3-L4 (Hanya terdapat filum terminale sehingga

kemungkinan melukai system saraf adalah kecil)

l  Volume LCS untuk pemeriksaan antara 15 sampai 20 ml, dibagi dalam 3 buah tabung steril:

–        Tabung I à untuk analisa kimia, serologi, dan pemeriksaan khusus misalnya imunologi.

–        Tabung II à untuk analisa bakteriologi.

–        Tabung III à untuk analisa mikroskopis sel

l  Syarat pemeriksaan :

                Dilakukan dlm wkt < 30’, karena bila > 30’ jml sel akan berkurang yang disebabkan:

–        Sel mengalami sitolisis

–        Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen

–        Sel terperangkap dalam bekuan

–        Sel cepat mengalami perubahan morfologi

Macam pemeriksaan :

a.       Pemeriksaan Rutin

                                - makroskopis

                                - mikroskopis

                                - kimia

                                - bakteriologi

b.      Pemeriksaan Fisik

                                - tekanan

c.       Pemeriksaan Khusus

                                - elektroforesa protein

                                - imunoelektroforesa

                                - serologi

                                - imunoglobulin

Page 13: PEMANTAPAN lab.doc

l  Pemeriksaan makroskopis meliputi

–        Warna

–        Kekeruhan

–        pH

–        Konsistensi (bekuan)

–        Berat jenis

l  Warna

Normal warna LCS tampak jernih, ujud dan viskositasnya sebanding air.

–        Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi

–        Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan akan terlihat

jelas sesudah disentrifuge

–        Hijau atau keabu-abuan →  pus

–        Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik

–        Xanthokromia → (kekuning-kuningan) pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis

(perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga disebabkan oleh kadar protein tinggi (> 200

mg/dl)

–        Kekeruhan

–        Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang jernih terdapat

juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa.

–        Keruh  → ringan seperti kabut mulai tampak jika

–        lekosit 200-500/ul3

–        eritrosit > 400/ml

–        mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba)

–        aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi

–        media kontras radiografi.

–        Konsistensi bekuan

–        Bekuan à banyak darah masuk

–        Normal → tidak terlihat bekuan

–        Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin.

                Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis tuberkulosa.

                Jendalan sangat halus à LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24 jam.

Analisa Laboratorium

l  Metode : perbandingan dengan aquadest secara visual

l  Prinsip : pada keadaan normal wujud LCS seperti air, dengan membandingkannya dapat

dinilai adanya perubahan ujud LCS.

l  Peralatan yang dipergunakan :

–        Tabung reaksi

–        Kertas putih

l  Tata cara pemeriksaan :

–        Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding.

–        Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan pembanding.

–        Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih.

–        Bandingkan contoh bahan dengan aquadest.

l  Tata cara pembacaan hasil :

–        Warna

–        Kejernihan / kekeruhan

•          0 = jernih

•          + 1 = berkabut

•          + 2 = kekeruhan ringan

•          + 3 = kekeruhan nyata

Page 14: PEMANTAPAN lab.doc

•          + 4 = sangat keruh

–        Bekuan, tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif)

PEMERIKSAAN MIKROSOKOPIS

l  Eritrosit dan leukosit masuk ke dalam LCS à ada kerusakan pada pembuluh darah atau

sebagai akibat reaksi terhadap iritasi.

l  Perhitungan sel lekosit dan eritrosità segera dilakukan ( 40% dari lekosit lisis setelah 2 jam,

Eritrosit lisis setelah 1 jam pada suhu ruangan)

                DD: trama pungsi vs hemorhagi subarakhnoid

l  Nilai rujukan normal jumlah lekosit (monosit dan limposit) adalah

–        Anak & dewasa : 0 – 5 sel/ul

–        neonatus 0 – 30 sel/ul

                                                                                                ----------à Tidak Dilakukan

Analisa Laboratorium Jumlah Leukosit

l  Metode : bilik hitung Improved Neubauer

l  Prinsip : LCS diencerkan dalam perbandingan tertentu dan lekosit dihitung dalam volume

tertentu.

l  Alat yang dipakai :

–        Pipet lekosit

–        Bilik hitung Improved Neubauer

–        Tabung reaksi kecil

–        Mikroskop

l  Reagen yang dipakai : larutan Turk

l  Tata cara pemeriksaan

–        Kocoklah dengan perlahan-lahan LCS yang akan diperiksa.

–        Isaplah larutan Turk dengan pipet lekosit sampai tanda 1 (satu).

–        Kemudian LCS dihisap sampai tanda 11 dan seterusnya dikocok.

–        Letakkan kaca penutup di atas bilik hitung.

–        Larutan LCS yang ada dalam pipet lekosit dibuang antara 2-3 tetes, kemudian diteteskan

pada bilik hitng hingga bidang-bidang pada bilik hitung terisi. Diamkan lebih kurang 5 menit

dalam posisi datar.

–        Kemudian diperiksa dalam mikroskop cahaya dengan pembesaran lensa obyektif 10 X

–        Hitung semua lekosit yang terdapat pada 9 (sembilan) bidang besar.

PEMERIKSAAN KIMIA

l  Analisa kimia LCS à membantu diagnosis / menilai prognosis. Pemeriksaan rutin :

–        penetapan protein secara kualitatif

–        kadar protein

–        kadar glukosa

ANALISA LABORATORIUM PROTEIN KUALITATIF

l  Keadaan normalà cairan otak mengandung sedikit sekali protein (BM besar).

l  Perbandingan antara albumin dan globulin > LCS daripada dalam plasma (molekul albumin

>kecil)

l  Konsentrasi protein ↑ :

–        Permeabilitas sawar darah-otak ↑ oleh radang

–        Meningitis yang berat

A. TEST PANDY

l  Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan globulin) dalam

bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan

seperti kabut.

l  Alat dan reagen yang dipakai

–        Tabung serologi (garis tengah 7 mm)

Page 15: PEMANTAPAN lab.doc

–        Kertas putih

–        Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air)

l  Tata cara pemeriksaan :

–        Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy

–        Tambahkan 1 tetes LCS

–        Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.

l  Tata cara pembacaan hasil

–        Negatif : tidak ada kekeruhan

–        Positif : terlihat kekeruhan yang jelas

•          +1           : opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut)

•          +2           : keruh

•          +3           : sangat keruh

•          +4           : Kekeruhan seperti susu

Nilai normal          : (-) / (+1)

TEST NONNE APELT

l  Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulindalam bentuk kekeruhan

yang berupa cincin. Ketebalan cincin àberhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi

kadarnya maka cincin yang terbentuk makin tebal.

 Alat dan reagen yang dipakai :

–        Tabung serologi (garis tengah 7 mm)

–        Reagen Nonne (larutan ammonium sulfat jenuh dalam air)

l  Tata cara pemeriksaan :

–        Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonne

–        Tambahkan 1 ml LCS dengan cara pelan-pelan sehingga terbentuk 2 lapisan, di mana

lapisan atas adalah LCS. Diamkan selama 3 menit.

–        Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar belakang gelap.

l  Tata cara pembacaan hasil :

–        Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan

–        +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada bekasnya).

–        +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi

–        +3 : mengawan setelah dikocok

l  Normal : (-)

GLUKOSA

l  Menyusutnya kadar glukosa dalam LCS à meningitis purulenta (metabolisme leukosit &

bakteri ↓ kadar glukosa à 0).

l  Semua mikroorganisme menggunakan glukosaà pe↓ kadar glukosa dapat disebabkan oleh :

fungi, protozoa, bakteri tuberculosis, dan bakteri piogen.

l  Meningitis oleh virus à sedikit me↓ kadar glukosa dalam LCS.

ASAM LAKTAT

l  Konsentrasi asam laktat à aktifitas glikolisis setempat.l  Kadar asam laktat > 35 mg/dl àjarang terjadi kecuali pada meningitis oleh bakteri atau fungi.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS CAIRAN EXUDAT DAN TES RIVALTA

07 October 2013 - dalam Umum Oleh rakhmatul-binti-fk12

Judul                           : Pemeriksaan Makroskopis Cairan Exudat dan tes Rivalta

Page 16: PEMANTAPAN lab.doc

Tujuan                         : Untuk mengetahui keadaan makroskopis cairan Exudat dan melihat

protein pada tes Rivalta.

Metode                        : Tabung Neissler

Prinsip                         : Seromucin yang terdapat dalam exudat dan tidak terdapat dalam

transudat akan bereaksi dengan asam asetat encer membentuk kekeruhan yang nyata.

Alat dan Bahan           : 1. Tabung Silinder/Neissler              

                                      2.  Pipet tetes

                                      3. Rak tabung Neissler

                                      4. Aquadest

                                      5. Asam asetat glacial

Sampel                          : Cairan Exudat

Cara Kerja                    :

1. disiapkan tabung silinder (neissler, dimasukka 100ml aquadest

2. ditambahkan 1 tetes asm asetat glassial

3. kemudian dikocok (dicampur homogen, jangan sampai berbusa dan berbuih).

4. Kemudian diambil sampel, ditetskan 2 tetes sampel kedalam larutan, tetesan tertinggi 1 cm

dari permukaan larutan.

5. apabila terjadi kekeruhan seperti kabut awan yang berwarna putih maka protein positif (+)

Pengamatan           :

1.      Makroskois :1. Volume: 1,0 ml

                            2. Warna : kuning

                            3. Kejernihan : keruh.

                            4. Bau : amis

                            5. Bj : 1,040

2. Tes Rivalta : Protein positif (+) à adanya kabut awan.

Pembahasan :

           Exudat ialah cairan dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk kedalam jaringan pada

waktu radang. Bila cairan exudat menyerupai serum darah dan hanya sedikit mengandung

fibrin dan sel, maka exudat bersifat cair sekali dan dinamai exudat bening atau jernih.

           Ciri-ciri exudat spesifik : keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengnadung

darah, chyloid, dan sebagainya), lebih kental, warna bermacam-macam, berat jenis lebbih dari

1018, sering ada bekuan (oleh fibrinogen), kadar protein lebih dari 4,0 gr/dl, kadar glukosa juh

kurang dari kadar dalam plasma darah, mengandung banyak sel dan sering ada bakteri.

            Fungsi dari transudat dan exudat adalah sebagai rspon tubuh terhadap adanya

gangguan sirkulasi dengan kongesti dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat

infeksi bakteri (exudat). Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan

kesetimbangan cairan tubuh (tekanan osmosis koloid), stasis dalam kapiler, sedangkan exudat

bertahan dengan salah satu proses peradangan.