pembagian harta bersama akibat perceraian di …digilib.uin-suka.ac.id/13000/1/bab i, v, daftar...
TRANSCRIPT
PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DI
PENGADILAN AGAMA
(Studi Putusan No. 0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.)
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH
GELAR SARJANA STRATA SATU (S.1) DALAM ILMU SYARI’AH DAN
HUKUM
OLEH:
NURAINI HIKMAWATI
10350001
PEMBIMBING:
Dr. A. BUNYAN WAHIB, MA.
JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
ii
ABSTRAK
Harta bersama dalam perkawinanan adalah seluruh harta yang diperoleh
selama terjadinya perkawinan. Harta bersama diatur dalam perundang-undangan.
Antara lain dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
dan Kompilasi Hukum Islam (KHI). Pengadilan Agama merupakan lembaga
pemerintahan yang mempunyai wewenang untuk menangani masalah pembagian
harta bersama. Pengajuan gugatan pembagian harta bersama dapat diajukan ke
Pengadilan Agama baik bersamaan dengan pengajuan gugatan perceraian, atau
diajukan setelah putusnya perceraian yang telah berkekuatan hukum. Perkara
No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm. adalah perkara yang penyelesaiannya menjadi
wewenang PengadilanAgama Semarang. Pengadilan Agama Semarang dalam
menyelesaikan dan memutuskan perkara No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm. tersebut harus
melalui alasan-alasan dan dasar-dasar hukum yang jelas.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), tentang
sengketa harta bersama. Penulis melakukan penelitian di Pengadilan Agama
Semarang yakni yang berupa putusan Pengadilan Agama Semarang. Bagaimana cara
penyelesaian terhadap pembagian harta bersama setelah terjadinya perceraian di
Pengadilan Agama Semarang, dalam perkara No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.? dan
bagaimana metode ijtihad yang digunakan oleh hakim Pengadilan Agama Semarang
dalam memutus dan menetapkan perkara harta bersama perkara No.
0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.? Untuk memperoleh data yang akurat penulis memperoleh
data melalui putusan Pengadilan Agama Semarang tentang sengketa harta bersama
serta wawancara terarah kepada hakim Pengadilan Agama Semarang tantang
sengketa harta bersama. Data yang diperoleh dianalisis secara deduktif dengan
menggunakan pendekatan yuridis-normatif untuk memperoleh kesimpulan tentang
harta bersama, pertimbangan hakim dan validitas serta akurasi alasan-alasan
yang digunakan dalam penetapan harta bersama.
Hasil penelitian penulis, hakim dalam menyelesaikan perkara
No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm. tentang pembagian harta bersama mengikuti Hukum
Acara Perdata Peradilan Agama yang berlaku baik secara hukum formil maupun
hukum materiil. Hakim memutuskan masalah pembagian harta bersama berdasarkan
UU No.1 tahun 1974 dan KHI. Sedangkan dalam menyelesaikan pembagian hutang
bersama, hakim dalam penemuan hukumnya menggunakan dasar hukum ‘urf dan
mashlahah mursalah. Sedangkan metode ijtihad yang digunakan yaitu metode ijtihad
qiyāsī. Hakim juga menggunakan dasar dalil nash al-Qur’ān surat al-An’ām ayat 164.
Dalam menggunakan metode ijtihad qiyas, hakim men-qiyas-kan hutang dengan dosa
karena mempunyai ‘illat yang sama berupa tanggung jawab yang harus ditanggung
oleh seseorang yang melakukan perbuatan itu sendiri. Sehingga orang lain tidak
mempunyai tanggung jawab atas perbuatan seseorang. Dalam penetapan hakim, pihak
yang tidak mengetahui atau mempersetujui hutang yang dilakukan pihak lain, tidak
ditetapkan untuk menanggung hutang tersebut.
vi
PPEEDDOOMMAANN TTRRAANNSSLLIITTEERRAASSII
Transliterasi huruf Arab-Latin yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0534b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
HHuurruuff
AArraabb
NNaammaa HHuurruuff LLaattiinn KKeetteerraannggaann
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا
Ba‟ b be ة
Ta‟ t te ت
Sa ṡ es (dengan titik di atas) ث
Jim j je ج
Ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح
Kha‟ kh ka dan ha خ
Dal d de د
Zal ż zet (dengan titik di atas) ذ
Ra‟ r er ر
Zai z zet ز
Sin s es ش
Syin sy es dan ye ظ
Sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص
Dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض
vii
ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط
za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ
ain „ koma terbalik di atas„ ع
Gain g ge غ
fa‟ f ef ف
Qaf q qi ق
Kaf k ka ك
Lam l „el ل
Mim m „em و
Nun n „en
wawu w w و
ha‟ h ha
hamzah „ apostrof ء
ya‟ y ya
B. Konsonan rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
ditulis Muta’addidah يتعددة
ditulis ‘iddah عدة
C. Ta’ Marbūtah di akhir kata
1. Bila dimatikan tulis h
ditulis Hikmah حكة
viii
ditulis jizyah جسية
(ketentuan ini tidak diperlukan pada kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti zakat, salah, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki
lafal aslinya)
2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
ditulis Karāmah al-auliyā كراية الاونيبء
3. Bila ta’ marbūtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan dammah
ditulis t atau h
ditulis Zakāh al-fiṭri زكبة انفطر
D. Vokal pendek
ditulis a
ditulis i
ditulis u
E. Vokal panjang
1. Fathah + alif
جبههية
ditulis
ditulis
ā
jāhiliyah
2. Fathah + ya‟ mati
تطي
ditulis
ditulis
ā
tansā
3. Kasrah + yā‟ mati
كريى
ditulis
ditulis
ī
karīm
ix
4. Dammah + wāwu mati
فروض
ditulis
ditulis
ū
furūḍ
F. Vokal rangkap
1. Fathah + yā‟ mati
بيكى
ditulis
ditulis
ai
bainakum
2. Fathah + wāwu mati
قول
ditulis
ditulis
au
qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
ditulis A’antum أأتى
ditulis U’iddat أعدت
ditulis La’in syakartum نئ شكرتى
H. Kata sandang alif + lam
Bila diikuti huruf Qamariyah maka ditulis dengan menggunakan kata sandang
“al”, dan bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el) nya.
ditulis Al-Qur’an انقرأ
ditulis asy- Syams انشص
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut penulisannya
ditulis Zawi al-furūḍ ذوى انفروض
ضة الاهم ditulis Ahl as-Sunnah
x
MOTTO
"BERTUTUR KATA YANG BAIK, BERPIKIR DENGAN NIAT YANG
BAIK DAN LAKUKAN KEBAJIKAN"
"MUSUH TERBESAR BUKANLAH ORANG LAIN
MELAINKAN DIRI SENDIRI"
"JIKA KAU PIKIR BISA,MAKA PASTI BISA!"
"LIFE IS HARD BUT SO VERY BEAUTIFUL"
xi
PERSEMBAHAN
Dengan limpahan ucap syukur dan terima kasih, skripsi ini saya
persembahkan untuk:
Orang tuaku tercinta; Ibunda Hj. Sholihah dan Ayahanda Drs. H. Ali Imron, SH.
yang selalu membesarkanku, mendidikku dan membimbingku serta mendukungku dengan
do’a dan kasih sayangnya yang tulus ikhlas.
Kakak-kakakku tersayang:
Mbak Laila Badriyah K., SH., Mas Andre Surahmat, Amd., LLAJ., SE., Mbak
Fitriani Khusnul K., S.I.Kom.,dan adikku Muhammad Habib ‘Adlan yang selalu
menyayangi, mendukung dan mendo’akanku.
Guru-guruku tersayang yang setia mengajarkan berbagai macam ilmu dan pengetahuan
serta mendidikku.Semoga ilmu dan pengetahuan yang saya peroleh dapat menjadi bekal
berharga dalam jenjang kehidupanku di masa mendatang serta manfaat berkah.
Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
khususnya Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fak. Syari’ah dan Hukum.
Seluruh pihak yang selalu mengelilingi, mendukung dan menemaniku.
xii
KATA PENGANTAR
بسن الله الزحوي الزحين
والصلاة والسلام . أشهد أى لااله إلآالله وأشهد أى هحودا رسىل الله. الحود لله الذي أعوا بعوت الايواى والإسلام
.أها بعد. على أشزف الأبياء والوزسليي سيدا وهىلا هحود وعلى اله وصحبه أجوعيي
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa melimpahkan nikmat,
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam selalu disanjungkan kepada junjungan Nabi Besar dan
Agung, Rasulullah Muhammad SAW. yang dengan kegigihan dan kesabarannya
membimbing ummatnya menuju hidayah-Nya.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan mudah tanpa adanya
dukungan baik secara moril maupun spirituil dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan banyak ungkapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Musya Asy’ari, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Bapak Prof. Noorhaidi Hasan, M.A.M.Phil., Ph. D selaku Dekan Fakultas
syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan
izin untuk penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. A. Bunyan Wahib, MA. selaku Ketua Jurusan Al-Ahwal Asy-
Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
dan juga sekaligus sebagai Dosen pembimbing saya yang bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan terkait tentang
xiii
judul skripsi yang saya angkat. Serta memberikan bimbingan dan masukan
bagi perbaikan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Malik Ibrahim. M.Ag selaku Sekertaris Jurusan Al-Ahwal Asy-
Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
dan selaku Pembimbing Akademik.
5. Segenap karyawan dan staf Tata Usaha di lingkungan Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6. Bapak Drs. Wahyudi, SH., M.SI. selaku hakim pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk melakukan wawancara demi
mensukseskan penulisan skripsi ini.
7. Terima kasih untuk semua pihak di Pengadilan Agama Semarang yang telah
membantu penulis dalam proses pengumpulan data penelitian.
8. Terima kasih kepada orangtuaku tercinta Ibunda Hj. Sholihah dan Ayahanda
Drs. H. Ali Imron, SH. Ananda mencurahkan beribu-ribu terima kasih yang
mungkin tak cukup untuk membalas cinta kasih dan sayang, didikan dan
bimbingan sejak ananda kecil hingga dewasa seperti sekarang ini, serta doa
yang tiada henti-hentinya ayah dan ibu panjatkan untuk ananda, maafkan
ananda yang belum bisa membalasnya.
9. Kakak-kakakku tercinta Laila Badriyah Kurniawati, SH., Andre Surahmat
Amd., LLAJ., SE., dan Fitriani Khusnul Khotimah, S.I.Kom., terima kasih
atas kasih sayang dan semangat pantang menyerah demi mencapai cita dan
xiv
asa yang selalu tercurahkan untuk adinda. Serta adikku yang tersayang
Muhammad Habib ‘Adlan. Terima kasih karena selalu membuatku tersenyum.
10. Terima kasih kepada saudara Khanif Muhafid atas dukungannya yang tak
gentar memberi semangat untuk pantang menyerah.
11. Seluruh keluarga. Terima kasih untuk doa dan dukungannya.
12. Segenap sahabat-sahabatku dari Asrama Putri An-Najah PP. Wahid Hasyim:
Hanum, Memey, Nida, Zida, Iim, Ula, Oza, Hilya, dan Risa. Terimakasih atas
kebersamaan yang selama ini kita jalani bersama. Sukses selalu untuk kita
semua. Juga teman-teman di kost papringan: mbak Muzek, mbak Via, Laras
dan Yuni.
13. Seluruh teman-teman Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah angkatan 2010 yang selalu
semangat dalam memperjuangkan cita-cita.
14. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sampaikan satu persatu, semoga
Allah senantiasa memberikan kebaikan dan kemuliaan kepada kita semua.
Setiap manusia satu dengan yang lainnya memiliki banyak perbedaan dan di
antara mereka memiliki kekurangan dan kelebihan, begitupun dengan penyusun
dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan di sana sini karena
keterbatasan pengetahuan, waktu serta literatur. Namun dengan keinginan dan
tekad yang kuat serta mendapatkan dorongan dan semangat, maka penyusun dapat
menyelesaikannya. Penyusun mengaharapkan saran-saran dan tanggapan yang
membangun dari pembaca maupun pihak-pihak yang terkait dalam usaha
xv
penyempurnaan materi dan penulisan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.
Yogyakarta, 23 Rajab 1435 H
23 Mei 2014
Penyusun,
Nuraini Hikmawati
NIM.10350001
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ........................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................... vi
MOTTO ................................................................................................................ x
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... xi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pokok Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 6
D. Telaah Pustaka ............................................................................ 7
E. Kerangka Teoritik ....................................................................... 10
F. Metode Penelitian........................................................................ 15
G. Sistematika Pembahasan ............................................................. 18
BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN .......................... 20
A. Pengertian Harta Bersama ........................................................... 20
B. Dasar Hukum Harta Bersama ..................................................... 26
C. Ruang Lingkup Harta Bersama ................................................... 32
D. Hak dan Tanggung Jawab Suami Isteri Terhadap Harta
Bersama ....................................................................................... 35
xvii
BAB III PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI
PENGADILAN AGAMA SEMARANG ....................................... 40
A. Tinjauan Umum Pengadilan Agama Semarang .......................... 40
B. Perkara Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama
Semarang ..................................................................................... 41
C. Gambaran Umum Perkara No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.
tentang Pembagian Harta Bersama ............................................. 43
BAB VI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA
SEMARANG TENTANG SENGKETA HARTA BERSAMA ... 52
A. Analisis Cara Penyelesaian Hakim Dalam Putusan Harta
Bersama No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm ........................................ 52
B. Analisis Putusan No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm. tentang
Pembagian Harta Bersama Berdasarkan Metode Ijtihad yang
Digunakan Hakim ....................................................................... 60
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 65
A. Kesimpulan ................................................................................. 65
B. Saran-Saran ................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Daftar Terjemahan
- Biografi Tokoh dan Ulama
- Surat Izin Penelitian
- Surat Keterangan Wawancara
- Putusan No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.
- Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara suami isteri dengan tujuan
terbentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.1 Merupakan sunnātullāh yang umum dan berlaku pada semua
makhluk ciptaan Allah SWT., baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-
tumbuhan.2 Dengan tujuan lain sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang
biak dan melestarikan hidupnya.3
Adapun menurut syara‟, nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan
perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lain dan untuk
membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang
sejahtera.4
ومه كم شيء خهقىا شوجيه نعهكم تر كسون5
1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1.
2 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fikih Munakahat I, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 9.
3 M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, Cet. Ke-3, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), hlm.125.
4 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Ed.1, Cet. Ke-3,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.8
5 Az-Dzariyat (51): 49.
2
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa segala sesuatu diciptakan Allah
dengan berpasangan, baik itu manusia, tumbuhan, hewan, maupun makhluk lain yang
diketahui oleh manusia.
6....ومه ءايته أن خهق نكم مه أوفسكم أشواجا نتسكىىا إنيها وجعم بيىكم مىدة وزحمة
Suatu perkawinan haruslah didasari rasa cinta, penuh kasih dan harus saling
menyayangi. Sehingga dapat terwujud rumah tangga bahagia yang abadi untuk
selamanya.
Suatu perkawinan itu dapat berlangsung langgeng tergantung bagaimana
tujuan perkawinan itu sendiri dilaksanakan dan kesungguhan akan membina rumah
tangga sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Maka sudah seharusnya dalam rumah
tangga tersebut terbina rasa tanggung jawab akan hak dan kewajiban masing-masing
baik antara suami isteri, orang tua kepada anak-anaknya dan juga anak kepada orang
tuanya (keluarga).
Sudah tidak asing jika dalam suatu perkawinan terjadi perselisihan antara
pasangan suami isteri. Namun tidak semua perselisihan dapat diselesaikan dengan
cara damai sehingga tidak jarang pasangan suami isteri yang tidak dapat
menyelesaikan perselisihan tersebut akhirnya memutuskan untuk bercerai di
Pengadilan Agama sebagai alternatif terakhir.7
6 Ar-Rum (30): 21.
7 M. Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, cet. Ke-2, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985), hlm. 38.
3
Perkawinan menimbulkan akibat hukum antara kedua pasangan suami isteri
yaitu hak dan kewajiban suami isteri dan juga harta benda pasangan suami isteri.
Apabila terjadi perceraian maka biasanya akan menimbulkan permasalahan baru
seperti hak asuh anak, nafkah, harta bersama, dan lain sebagainya.
Harta bersama dalam perkawinan yang oleh masyarakat Islam mayoritas di
Indonesia sering disebut dengan istilah harta gono-gini ini tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami isteri atau disebut dengan
harta bawaan. Harta bersama tersebut dapat berupa benda tidak bergerak, benda
bergerak dan surat-surat berharga. Sedangkan yang tidak berwujud dapat berupa hak
atau kewajiban. Keduanya dapat dijadikan jaminan oleh salah satu pihak atas
persetujuan dari pihak lainnya. Suami isteri, tanpa persetujuan dari salah satu pihak ,
tidak diperbolehkan menjual atau memindahkan harta bersama tersebut. Dalam hal
ini, baik suami maupun isteri, mempunyai pertanggungjawaban untuk menjaga harta
bersama.
Dalam al-Qur‟ān, hadis atau pun dalam kitab-kitab fiqh klasik tidak
ditemukan adanya pembahasan mengenai harta bersama dalam perkawinan.
Meskipun hukum Islam tidak mengenal adanya harta bersama dalam perkawinan
namun bukan berarti Pengadilan Agama tidak berwenang dalam menyelesaikan
pembagian harta bersama. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, pada Bab VII Pasal 35 ayat (1), 36 dan 37. Serta dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Bab XIII Pasal 85, 88, 89, 91, dan 97, maka masalah
permbagian harta bersama dapat diselesaikan di Pengadilan Agama.
4
Peradilan Agama adalah lembaga yang berwenang dalam proses pemberian
keadilan berdasarkan hukum Islam kepada orang Islam yang mencari keadilan di
Pengadilan Agama dan Peradilan Tinggi Agama, dalam sistem Peradilan Nasional di
Indonesia.8
Dalam syari‟at Islam seorang hakim dianjurkan untuk berlaku adil dalam
memutus suatu perkara. Segala keputusan yang diambil harus dipertimbangkan
dengan baik. Pertimbangan yang baik harus sesuai dengan aturan-aturan yang
ditetapkan oleh syara‟. Dan hasil pertimbangan hakim tersebut harus sesuai dengan
kemaslahatan masyarakat.
وإذا حكمتم بيه انىاس ان تحكمىا بانعدل9
Sebagai penegak keadilan, hakim harus memutuskan suatu perkara sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh syari‟at. Hakim dilarang mengikuti hawa nafsu
karena dapat menyimpang dari kebenaran. Karena apabila hukum ditegakkan secara
adil sesuai syari‟at maka terciptalah perdamaian dalam masyarakat. Sehingga begitu
pula yang harus diterapkan hakim dalam memutus suatu perkara tanpa memihak salah
satu pihak dan bersikap adil.
Dalam hal pertanggungjawaban hutang, baik terhadap hutang suami maupun
isteri, bisa dibebankan pada hartanya masing-masing. Sedangkan terhadap hutang
yang dilakukan untuk kepentingan keluarga, maka dibebankan pada harta bersama.
8 Zainuddin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), hlm. 92.
9 An-Nisa (4): 58.
5
Akan tetapi, bila harta suami tidak mencukupi atau tidak ada maka hutang tersebut
dibebankan pada harta isteri.10
Pengajuan gugatan harta bersama biasanya diikutsertakan dalam gugatan
perceraian di Pengadilan Agama. Namun ada pula pengajuan gugatan harta bersama
yang dilakukan setelah putusnya perkara perceraian.
Sebagaimana pemaparan di atas maka hal tersebut dapat menjelaskan hal yang
melatar belakangi perkara No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm. Dimana pasangan suami
isteri yang telah resmi bercerai, kemudian salah satu pihak mengajukan permohonan
kepada Pengadilan Agama Semarang untuk membuka sidang kembali yang mana
gugatan tersebut mengenai pembagian harta bersama.
Dalam isi putusan perkara tersebut terdapat gugat balik (rekonvensi) dari
pihak tergugat kepada pihak penggugat. Sehingga kedudukan tergugat dalam
konvensi juga merangkap kedudukan sebagai penggugat rekonvensi. Dan sebaliknya
penggugat dalam konvensi juga menjadi tergugat dalam rekonvensi.11
Dalam Rekonvensi disebut sebagai menggugat balik atas harta bawaan serta
hak tanggungan yang belum diselesaikan. Hal inilah yang menarik perhatian penulis
untuk meneliti bagaimana penyelesaian pembagian pada perkara tersebut karena
didalamnya tidak hanya mempersoalkan pembagian harta bersama, namun juga
pembagian harta bawaan dan hutang bersama.
10
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, hlm. 179.
11
Mukti, Arto, Praktek Perkara Perdata: Pada Pengadilan Agama, cet. Ke- 3, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 106.
6
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis
mengadakan penelitian tentang harta bersama dengan judul Tinjauan Hukum Islam
Dalam Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama Semarang (Studi
Putusan No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm).
B. Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menarik beberapa pokok
masalah dalam penelitian ini:
1. Bagaimana cara penyelesaian terhadap pembagian harta bersama setelah
terjadinya perceraian di Pengadilan Agama Semarang, dalam perkara
No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.?
2. Bagaimana metode ijtihad yang digunakan oleh hakim Pengadilan Agama
Semarang dalam memutus dan menetapkan perkara harta bersama perkara No.
0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana cara hakim dalam menyelesaikan
permbagian harta bersama dalam perkara No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm..
b. Untuk mengetahui metode ijtihad yang digunakan hakim dalam memutus
dan menetapkan suatu putusan harta bersama dalam perkara
No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.
7
2. Kegunaan Penelitian
a. Diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi sumbangan pemikiran baru
dalam mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan akademik dibidang
hukum keluarga Islam dalam pembagian harta bersama.
b. Diharapkan mempunyai kegunaan tersendiri bagi para praktisi hukum
terutama bagi para hakim di Pengadilan Agama dalam mewujudkan
penegakan hukum keluarga di Indonesia.
D. Telaah Pustaka
Pembahasan tentang pembagian harta bersama sudah banyak diteliti dan dikaji
dalam berbagai bentuk karya tulis. Baik dalam bentuk buku, skripsi atau lainnya
dengan berbagai judul dan permasalahan yang biasa dijadikan sebagai sumber
informasi. Dari sekian banyak karya tulis ilmiah tentang sengketa harta bersama ada
beberapa pembahasan yang berhubungan dalam pembahasan ini, antara lain;
Dalam skripsi M. Sapuan yang berjudul, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Sengketa Harta Bersama (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta
Nomor 160/Pdt.G/2005/PA.Yk)”. skripsi ini membahas mengenai penyelesaian
sengketa harta bersama setelah terjadinya perceraian. Bagaimana alasan-alasan dan
pertimbangan Majelis Hakim dalam menyelesaikan Putusan Nomor
8
160/Pdt.G/2005/PA.Yk tersebut dan membandingkan pada peraturan perundang-
undangan dengan nas al-Qurān.12
Skripsi Hasniah yang berjudul, “Penyelesaian Perselisihan Harta Bersama di
Pengadilan Agama Kediri (Studi Putusan Perkara No. 136/Pdt.G/2007/PA.Kdr)”.
Skripsi ini meneliti mengenai penyelesaian persengketaan harta bersama. Dan
mengkritisi ketentuan yang digunakan Majelis Hakim dalam menyelesaikan perkara
No.160/Pdt.G/2005/PA.Yk. tersebut. Skripsi ini menganalisis berdasarkan 3 asas-asas
umum dalam hukum Islam.13
Skripsi Agung Nugroho yang berjudul, ”Pembagian Harta Bersama (Studi
Putusan Pengadilan Agama Kebumen Nomor 13/Pdt.G/2005/PA.Kbm)”. Skripsi ini
membahas mengenai persengketaan harta bersama di Pengadilan Agama Kebumen.
Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan status harta dalam perkawinan. Ialah
pertama pada poin awal dalam posita harta tersebut merupakan harta bersama dan
pada poin berikutnya status harta bersama tersebut beralih menjadi harta bawaan
dikarenakan harta tersebut merupakan harta warisan orang tua pihak yang
12
M. Sapuan, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sengketa Harta Bersama (Studi Terhadap
Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta Nomor 160/Pdt.G/2005/PA.Yk)”, Skripsi Fakultas Syari‟ah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009, tidak diterbitkan.
13
Hasniah, “Penyelesaian Perselisihan Harta Bersama di Pengadilan Agama Kediri (Studi
Putusan Perkara Nomor 136/Pdt.G/2009/PA.Kdr)”, Skripsi Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2009, tidak diterbitkan.
9
bersangkutan. Kemudian dalam menyelesaikan perkara tersebut Majelis Hakim
menggunakan dasar hukum sesuai dengan KHI Pasal 97.14
Skripsi Siti Jahro yang berjudul, “Hukum Harta Bersama Dalam Perkawinan
(Studi Komparatif antara Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Hukum Adat).
Dalam skripsi ini membahas mengenai hukum harta bersama menurut peraturan per-
Undang-undangan dan hukum adat yang berlaku di Indonesia. Bahwa pada
prinsipnya, tidak terdapat pertentangan antara Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan
hukum adat. Harta bersama diakui sejauh masih berlangsungnya suatu perkawinan
demi memenuhi kebutuhan. Namun terdapat pengecualian dalam hukum adat apabila
terdapat perbedaan derajat antara suami isteri.15
Skripsi Halimah yang berjudul, “Studi terhadap Putusan Pengadilan Agama
Yogyakarta tahun 1998-1999 tentang Pembagian Harta Bersama karena Perceraian”.
Skripsi tersebut membahas mengenai proses penyelesaian pembagian harta bersama
dan pertimbangan hukum oleh majelis hakim di Pengadilan Agama Yogyakarta.16
Di sampaikan bahwa penelitian skripsi yang akan dilakukan penulis ini
berbeda dengan penelitian skripsi-skripsi sebelumnya. Karena dalam penelitian ini
14
Agung Nugroho, “Pembagian Harta Bersama (Studi Putusan Pengadilan Agama Kebumen
Nomor 13/Pdt.G/2005/PA.Kbm)”, Skripsi Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008,
tidak diterbitkan.
15
Siti, Jahro, “Hukum harta Bersama dalam Perkawinan (Studi Komparatif antara Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 dan Hukum Adat)”, Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Sunan Kalijaga, 2002,
tidak diterbitkan.
16
Halimah, “Studi terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta tahun 1998-1999 tentang
Pembagian Harta Bersama tentang Perceraian”. Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2006, tidak diterbitkan.
10
lebih mengarah kepada pendekatan yuridis-normatif yaitu dalam bentuk hukum
positif dan pendekatan ushūl fiqh yang digunakan hakim. Bagaimana cara hakim
dalam memutuskan perkara dan metode ijtihad apa yang digunakan hakim. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa belum ada penelitian yang serupa dengan penelitian ini.
E. Kerangka Teoritik
Masalah sengketa harta bersama setelah terjadinya perceraian tidak selalu
muncul di setiap negara Islam. Oleh karena pada setiap negara Islam dalam hal
perkawinan mempunyai ciri khas masing-masing yang didasarkan oleh ‘urf atau adat
istiadat. Persoalan harta bersama hanya ditemukan dalam sebuah negeri yang tidak
memisahkan antara hak milik suami dan isteri. Sedangkan pada persoalan hak dan
kewajiban dalam rumah tangga diatur secara sangat ketat.17
Di Indonesia, apabila terjadi perceraian seperti adat istiadat yang berlaku
maka terjadilah persoalan pembagian harta bersama. Adat istiadat (adat kebiasaan) ini
sudah dikuatkan oleh hukum positif yaitu dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974
dan KHI. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan adalah harta bersama.18
Sedangkan dengan adanya harta bersama dalam perkawinan tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau isteri.19
Harta bawaan
masing-masing suami isteri dan harta benda yang diperoleh sebagai hadiah atau
17
Satria, Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, hlm. 59.
18
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Pasal 35, ayat (1).
19
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 85.
11
warisan adalah berada di bawah penguasaan masing-masing suami isteri sepanjang
tidak ditentukan lain.20
Suami isteri mempunyai hak penuh untuk melakukan
perbuatan hukum atas harta masing-masing, apakah itu warisan, hadiah, sedekah atau
lainnya.21
Harta bersama dalam perkawinan merupakan perkara perdata yang
kewenangannya menjadi kewenangan Peradilan Agama, bagi yang beragama Islam
dan di Peradilan Umum bagi yang beragama selain Islam. Pengadilan dapat bertindak
aktif untuk menangani suatu perkara apabila perkara tersebut telah secara resmi
diserahkan ke pengadilan, dengan melalui pengajuan perkara oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
Berdasarkan pasal 116 Undang-Undang No.4 tahun 2004 tentang kekuasaan
kehakiman, pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, atau
memutus perkara yang diajukan dengan dalih bahwa tidak ada hukum yang
mengaturnya atau ada tetapi kurang jelas. Dengan demikian, hakim diwajibkan untuk
mengadili perkara yang belum ada hukumnya tersebut sehingga hakim dituntut untuk
melakukan terobosan hukum atau menemukan hukum baru.
Biasanya dalam mempertimbangkan hukum suatu perkara, hakim agama
berpijak pada peraturan perundang-undangan yang ada berupa Undang-Undang No.1
tahun 1974 dan KHI serta aturan syari‟at hukum Islam. Namun apabila hakim masih
20
Ibid., Pasal 35, ayat (2).
21
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, ed.1, Cet. Ke-3,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 178.
12
belum menemukan hukumnya baik itu dalam perundang-undangan, KHI, al-Qur‟ān
ataupun hadis, maka hakim wajib mencari dasar hukum lainnya yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan syari‟at hukum Islam.
Dalam memutuskan perkara di Pengadilan Agama, hakim dianggap sebagai
organ pengadilan yang memahami hukum. Berwenang menegakkan hukum perdata
Islam dengan cara yang diatur dalam hukum acara Peradilan Agama. Apabila hakim
tidak menemukan hukum tertulis, maka seorang hakim wajib melakukan penemuan
hukum (Rechtvinding) untuk memutus berdasarkan hukum sebagai seorang yang
bijaksana dan bertanggung jawab penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
masyarakat, bangsa dan negara.22
Hakim juga diwajibkan untuk memperhatikan nilai-
nilai hukum yang hidup dimasyarakat dengan melihat situasi dan kondisi diwaktu
sekarang sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum sehingga tercapai
rasa keadilan.23
Sedangkan dalam hukum Islam, usaha mencurahkan segenap tenaga
dan pikiran secara bersungguh-sungguh untuk menemukan dan menetapkan suatu
hukum disebut dengan ijtihad. Dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama,
hakim sering menerapkan metode ijtihad tersebut sebagai cara untuk menemukan
hukum demi tercapainya suatu keadilan.
Menurut etimologis, ijtihad diambil dari akar kata jahada (جهد) dalam bahasa
Arab yang berarti „kesanggupan yang sangat‟ atau „kesungguhan yang sangat‟.
22
Penjelasan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman, Pasal 14.
23
Mukti, Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet. Ke-3, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 35.
13
Sedangkan menurut istilah, ijtihad merupakan kesanggupan dan kemampuan yang
maksimal dan harus dilakukan dengan kesungguhan serta sepenuh hati.
Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa ijtihad yang dilakukan pada masa
modern atau pada era sekarang ini seharusnya dilakukan secara kolektif (jama’i) oleh
lembaga ilmiah yang berstatus independen. Yang dimaksud lembaga ilmiah tersebut
ialah yang menampung seluruh pakar bidang ilmu fiqh agar dapat menetapkan
hukum-hukum secara tegas dan bebas serta jauh dari pengaruh tekanan sosial politik.
Meskipun Yusuf Qardhawi menyarankan agar ijtihad pada masa modern ini
dilakukan secara kolektif, namun beliau tidak memungkiri bahwa untuk mencapai
adanya ijtihad kolektif tersebut masih dibutuhkan adanya ijtihad individu. Karena
pada dasarnya dalam proses pencapaian hasil ijtihad kolektif harus diawali dengan
ijtihad individu terlebih dahulu.24
Ijtihad merupakan suatu kebutuhan yang bahkan menjadi suatu keharusan
bagi umat Islam. Karena ijtihad itu merupakan media untuk memecahkan semua
problem kontemporer yang sedang dihadapi pada masa sekarang ini. Jadi, apabila
ijtihad itu tidak dilakukan pada masa ini maka kehidupan modern akan dilanda
kekolotan dan kebinasaan. Sesungguhnya Islam tidak mengajarkan kehidupan yang
statis namun sebaliknya, Islam mengajarkan agar manusia dapat berkembangan dan
bersifat dinamis.
24
Yusuf Al-Qardhawi, Ijtihad Kontemporer: Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan, cet.
Ke-1, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), hlm. 14-15.
14
Menurut segi pembentukannya, ijtihad dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Ijtihad Al-Bayānī, yaitu penjelasan ulama terhadap teks al-Qur‟ān dan as-Sunnah.
Dalam hal ini, ijtihad cenderung dipandang sama dengan tafsir, yaitu penjelasan
terhadap maksud Allah dan Rasul-Nya. Ijtihad ini bertujuan untuk menemukan
hukum yang terkandung dalam nash yang sifatnya zhanniy, baik dari segi
ketetapannya maupun dari segi penunjukannya. Lapangan ijtihad bayānī juga
hanya dilakukan dalam batas pemahaman terhadap nash dan menguatkan salah
satu diantara beberapa pemahaman yang berbeda. Maksudnya, apabila hukum
dari suatu kejadian telah tersurat dalam nash, namun tidak memberikan penjelasan
hukum yang pasti, maka ijtihad ini hanya memberikan penjelasan hukum yang
pasti dari dalil nash itu. Demikian halnya, maka diketahui bahwa dalam
menyelesaikan ijtihad bayānī ini dilakukan dengan cara menafsirkan al- Qur‟ān
dan as-Sunnah.
2. Ijtihad Qiyāsī, yaitu ijtihad untuk menggali dan menetapkan hukum terhadap
suatu kejadian yang tidak ditemukan dalilnya secara tersurat dalam nash, baik
secara qath‟ī maupun secara dzannī dan juga tidak diperkuat oleh ijmā’ dalam
penetapan hukumnya. Dalam hal ini, ijtihad ditujukan untuk menetapkan hukum
suatu kejadian (peristiwa) dengan merujuk pada kejadian yang telah ada
hukumnya, karena antara dua peristiwa itu ada kesamaan dalam „illāt hukumnya.
Mujtahid menetapkan hukum suatu kejadian berdasarkan kejadian yang telah ada
nashnya, ijtihad seperti ini adalah melalui qiyās dan istihsān.
15
Dalam ijtihad bentuk pertama (bayānī), hukumnya „tersurat‟ dalam nash tetapi
ada ketidakpastian maksudnya, dan ijtihad digunakan untuk mencari kepastian
hukumnya. Sedangkan dalam ijtihad bentuk kedua ini (qiyāsī), hukumnya
memang tidak „tersurat‟, tetapi „tersirat‟ dalam dalil yang ada. Untuk mencari
hukum dibalik yang “tersirat” diperlukan ijtihad dengan cara merentangkan
hukum yang telah ada dalam nash kepada kejadian lain yang belum ada ketentuan
hukumnya.
3. Ijtihad Istislāhī, yaitu karya ijtihad untuk menggali, menemukan dan merumuskan
hukum syar‟ī dengan cara menerapkan kaidah kullī untuk kejadian yang ketentuan
hukumnya tidak terdapat dalam nash baik qath’ī maupun dzannī dan tidak
memungkinkan mencari kaitannya dengan nash yang ada, juga belum
diputuskan ijmā’. Dasar pegangan dalam ijtihad bentuk ini hanyalah jiwa hukum
syara‟ yang bertujuan untuk mewujudkan kemashlahatan umat, baik dalam bentuk
mendatangkan manfaat maupun menghindarkan madhārat.25
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode yang gunakan untuk dapat mengolah data
sesuai dengan tujuan penelitian.26
Metode penelitian yang akan digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
25
Rahmat Syafe‟I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung:CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 103-104.
26
Sugiono, Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Bandung: ALFABETA,
2013), hlm. 18.
16
1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis kepustakaan (Library
Research), yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan data kepustakaan
untuk dijadikan bahan kajian.27
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian,
antara lain;
a. Sumber data primer, yaitu dokumen putusan perkara nomor
0008/Pdt.G/2011/PA.Sm dan hasil wawancara dengan para hakim
Pengadilan Agama Semarang.28
b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data pustaka yang berisikan
informasi lebih lanjut mengenai sumber data primer yang masih
berhubungan dengan penelitian ini seperti buku, catatan, maupun laporan
hasil penelitian dari penelitian terdahulu.
3. Sifat penelitian
Sifat penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif-analitik yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan penyelesaian pembagian
27
Penelitian Kepustakaan (Library research) adalah Penelitian yang dilakukan di
Perpustakaan dimana obyek penelitian biasanya digali lewat beragam informasi kepustakaan (buku,
ensiklopedia, jurnal ilmiah, Koran, majalah dan dokumen-dokumen).
28
Zainuddin, Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.106.
17
harta bersama kemudian dianalisis dari sudut pandang hukum positif dan
hukum Islam. 29
4. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalan penulisan skripsi ini adalah:
a. Dokumentasi; data yang diperoleh dari dokumen-dokumen putusan
Pengadilan agama Semarang. Yaitu putusan Pengadilan Agama Semarang
tentang pembagian harta bersama Perkara No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.
b. Interview/wawancara; yaitu penulis menanyakan langsung Hakim
Pengadilan Agama Semarang tentang pembagian harta bersama.
Wawancara dilakukan secara terbuka dan berencana dengan didasari
beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan.30
5. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis-
normatif. Yaitu data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan hukum
yang berlaku di Indonesia yang berupa undang-undang yang berhubungan
dengan pembahasan skripsi ini. Kemudian juga dianalisis berdasarkan hukum
Islam (ushūl fiqh).
29
Ibid., hlm. 223.
30
Djunaidi, Ghony dan Fauzan Almansur, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2007), hlm. 200.
18
6. Analisis Data
Analisis data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode
kualitatif, yakni penulis mempertajam analisis melalui data yang telah
diperoleh dan membahas secara mendalam putusan Pengadilan Agama
Semarang terkait dengan perkara penyelesaian harta bersama. Menggunakan
cara berfikir deduktif, yakni mengevaluasi hal-hal yang bersifat umum
sehingga menemukan hal-hal yang bersifat khusus.31
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman mengenai substansi dan esensi dari skripsi
ini, serta agar menyajikan secara sistematis. Maka penulis penyajikan skripsi ini
dalam lima bab, yakni sebagai berikut:
Bab pertama, pendahuluan yang membahas mengenai hal-hal yang mendasari
penelitian yang akan dilaksanakan. Seperti hal yang melatar belakangi penelitian,
pokok permasalahan, telaah pustaka dengan menulusuri literatur-literatur yang dapat
memastikan bahwa kajian ini menarik untuk diteliti, kerangka teoritik yang
digunakan sebagai kerangka berpikir dalam menganalisis masalah yang ada dalam
peneletian, metode yang digunakan dalam penelitian, serta sistematika pembahasan.
Bab kedua, pembahasan mengenai tinjauan umum tentang harta bersama yang
terdiri dari empat sub bab. Pembahasan ini masuk dalam bab kedua untuk memahami
apa dan bagaimana definisi dari harta bersama itu sendiri. Meliputi pengertian harta
31
Zainuddin, Ali, Metode Penelitian Hukum, hlm.177.
19
bersama, dasar hukum harta bersama, ruang lingkup harta bersama, hak dan tanggung
jawab suami isteri terhadap harta bersama tersebut.
Bab ketiga, membahas mengenai bagaimana penyelesaian pembagian harta
bersama di Pengadilan Agama Semarang yang terdiri dari tiga sub bab. Sub bab
pertama memaparkan tinjauan umum Pengadilan Agama Semarang. Sub bab kedua
yaitu membahas mengenai penyelesaian perkara pembagian harta bersama di
Pengadilan Agama Semarang. Sub bab ketiga, ialah gambaran umum perkara
pembagian harta bersama No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.
Bab keempat, merupakan analisis terhadap putusan Pengadilan Agama
Semarang tentang pembagian harta bersama. Bab ini terdiri dari dua sub bab. Sub bab
pertama, yaitu Analisis perkara berdasarkan cara penyelesaian hakim dalam putusan
harta bersama No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm. Sub bab kedua, yaitu analisis putusan
berdasarkan metode ijtihad yang digunakan oleh hakim.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan yang ditarik
dari hasil penelitian dan saran dari penulis yang diharapkan dapat memberikan
sumbangan alternatif bagi pertimbangan hukum terhadap persoalan harta bersama
dalam perkawinan terutama pembagian harta bersama setelah terjadinya perceraian.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harta bersama adalah harta benda yang diperoleh salama perkawinan. harta
bersama dapat diajukan bersamaan dengan pengajuan gugatan perceraian atau
diajukan setelah perceraian putus dan berkekuatan hukum tetap.
1. Gugatan pembagian harta bersama No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm. memberikan
kesimpulan bahwa para pihak yang merupakan mantan suami isteri yang telah
resmi bercerai ingin menperoleh haknya masing-masing terhadap harta kekayaan
yang diperoleh selama perkawinan. Dalam gugatan ini permasalahannya terdapat
pada petitum penggugat konvensi poin 4 yang diakui oleh penggugat sebagai
harta bawaan. Namun tergugat konvensi dalam poin 3.a).2). menyatakan bahwa
harta pada poin tersebut adalah harta bawaan atas nama tergugat konvensi. Selain
itu permasalahan lain terdapat pada pokok perkara jawaban tergugat konvensi
poin 2.2).a, b, c, d, e) bahwa selain adanya harta bersama dan harta bawaan,
terdapat pula hutang-hutang yang masih dalam hak tanggungan. Hutang-hutang
yang masih dalam hak tanggungan tersebut ada yang tanpa berdasarkan
persetujuan salah satu pihak. Dengan demikian, jelas bahwa yang diperselisihkan
adalah harta bersam, harta bawaan dan hutang-hutang di Bank yang masih dalam
hak tanggungan. Hakim dalam menyelesaikan perkara
66
No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm. mengikuti HukumAcara Peradilan Agama yang
telah ditentukan, baik secara hukum formil maupun hukum materiil.
Dalam beracara, hakim menentukan mana yang harta bersama dan mana yang
harta bawaan, begitupun juga terhadap hutang-hutang tersebut. Terhadap harta
yang sudah jelas merupakan harta bersama harus dibagi sesuai dengan Pasal 97
KHI yang berbunyi bahwa, “Janda atau duda cerai masing-masing berhak
seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian
perkawinan”.
2. Pertimbangan yang digunakan hakim dalam memutus perkara pembagian harta
bersama No.0008/Pdt.G/2011/PA.Sm. selain berdasarkan KHI juga menggunakan
dasar dalil nash al-Qur’ān surat al-An’ām ayat 164. Dalam penemuan hukumnya,
hakim menggunakan dasar hukum ‘urf dan mashlahah mursalah. dalam
melakukan ijtihadnya, hakim menggunakan ijtihad qiyāsī. Sedangkan metode
ijtihad yang dipakai yaitu metode ijtihad qiyas, dimana hutang di-qiyas-kan
dengan dosa karena mempunyai ‘illat yang sama berupa tanggung jawab yang
harus ditanggung oleh seseorang yang melakukan perbuatan itu sendiri. Hakim
menetapkan bahwa pihak yang tidak mengetahui atau mempersetujui suatu
hutang, maka pihak tersebut tidak dihukumi menanggung hutang tersebut.
B. Saran
1. Sebaiknya dalam menyampaikan diktum putusan penyelesaian pembagian harta
bersama hakim tidak hanya menjelaskan tentang hasil pembagian tersebut tapi
67
juga memberikan penjelasan rinci mengenai alasan-alasan yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan hakim. Baik itu berupa peraturan perundang-
undangan maupun dalil hukum normatif jika memang ada.
2. Diharapkan agar hasil karya ilmiah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
kalangan akademisi, akan tetapi juga menjadikan sumbangan pemikiran baru
terhadap para praktisi hukum terutama bagi para hakim di Pengadilan Agama
demi mewujudkan keadilan di Indonesia.
68
DAFTAR PUSTAKA
A. Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Bumi Restu, 1974.
B. Undang-Undang
Burgelijk Wetboek, 2010.
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Jakarta: Departemen Agama RI, 2000.
Undang-Undang No.1 Tahun 1974, Aturan, Hukum, dan Perundangan Perkawinan di
Indonesia Lengkap, Yogyakarta: Rona Pancaran Ilmu,2013.
Undang-Undang No. 7 Tahun 1989.
C. Kamus
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
D. Fiqh dan Ushul Fiqh
Abidin, Slamet dan Aminuddin, Fikih Munakahat I, Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Ali, Zainuddin, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:
Sinar Grafika, 2006.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975
Qardhawi, Yusuf, Ijtihad kontemporer: Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan,
Surabaya: Risalah Gusti, 1995.
69
Syafe’I, Rahmat, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh: Jilid 2, Jakarta: Kencana, 2008.
Tihami, Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali
Pers, 2013.
Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Fikh,Alih Bahasa Saefullah, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2007.
E. Lainnya
Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata dalam Pengadilan Agama, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011.
Asnawi, Mohammad, Nikah: Dalam Perbincangan dan Perbedaan, Yogyakarta:
Darussalam, 2004.
Azhar, Ahmad Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press, 1999.
Damanhuri, Segi-Segi Hukum Perkawinan Harta Bersama, Bandung: Mandar Maju,
2007.
Djamil, M. Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1985.
Djunaidi, Ghony dan Fauzan Almansur, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta:
Ruzz Media, 2007.
Djuwaini, Dimyauddin, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
Effendi, Satria, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer,Jakarta: Kencana,
2004.
Haar, Teer, Asas-asas dan susunan Hukum Adat, Jakarta: Pradya Paramita, 1991.
70
Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Isteri, Jakarta: Bulan Bintang, 1986.
Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Mujib, Abdul, Al-Qawa’idul Fiqhiyyah (Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqh), Jakarta: Kalam
Mulia, 1994.
Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Sumur, 1981.
Ramulyo, Idris, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-Undang No.1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Soetojo, R. Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-Undangan Perkawinan
di Indonesia, Surabaya: airlangga University Press, 2012.
Sudiyat, Imam, Hukum Adat Sketsa Asas, Yogyakarta: Liberti, 1981.
Sugiono, Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis dan Disertasi, Bandung:
ALFABETA, 2013.
Wognyodipuro, Suroyo, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta: Gunung
Agung, 1984.
Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat
dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau, Jakarta: Rajawali Press, 2013.
F. Skripsi
Halimah, Studi terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta tahun 1998-1999
tentang Pembagian Harta Bersama tentang Perceraian, Yogyakarta: Fakultas
Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, 2006.
Hasniah, Penyelesaian Perselisihan Harta Bersama di Pengadilan Agama Kediri
(Studi Putusan Perkara Nomor 136/Pdt.G/2009/PA.Kdr), Yogyakarta:
Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
71
Jahro, Siti, Hukum harta Bersama dalam Perkawinan (Studi Komparatif antara
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Hukum Adat), Yogyakarta: Fakultas
Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, 2002.
Nugroho, Agung, Pembagian Harta Bersama (Studi Putusan Pengadilan Agama
Kebumen Nomor 13/Pdt.G/2005/PA.Kbm), Yogyakarta: Fakultas Syari’ah
UIN Sunan Kalijaga, 2008.
Sapuan, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sengketa Harta Bersama (Studi Terhadap
Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta Nomor 160/Pdt.G/2005/PA.Yk),
Yogyakarta: Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
HALAMAN TERJEMAHAN
Bab Hlm Fn Terjemahan
1
1
1
1
1
1
2
4
4
1
2
4
16
18
20
30
64
70
5
6
9
26
31
37
5
5
12
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasang agar
kamu mengingat (kebesaran Allah).
Dan dantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Diaa
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,
agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia
menjadikan diantaramu rasa kasih sayang.
Dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil.
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)
diantara kamu.
Menolak kerusakan itu lebih diutamakan daripada menarik
kemaslahatan.
Adat kebiasaan dapat dijadikan hukum.
Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas
sebagian yang lain (perempuan), dank arena mereka (laki-laki)
telah memberikan nafkah dari hartanya.
Adat kebiasaan dapat dijadikan hukum.
Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain.
BIOGRAFI TOKOH DAN ULAMA
Imam Syafi’i
Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs as-Syafiʿī atau Muhammad bin Idris asy-
Syafi`i (bahasa Arab: محمد به إدريس الشافعي) yang akrab dipanggil Imam
Syafi'i (Ashkelon, Gaza, Palestina, 150 H/ 767 -Fusthat, Mesir 204H/ 819M) adalah
seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga
tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu
keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan
kakek Muhammad.
Saat usia 20 tahun, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru kepada
ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk
berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar
berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun
Jadid.
Imam Hanafi
Nu‟man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (bahasa Arab: النعمان به ثابت),
lebih dikenal dengan nama Abū Ḥanīfah, (bahasa Arab: بو حنيفة) (lahir
di Kufah, Irak pada 80 H /699 M-meninggal di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M)
merupakan pendiri dari Madzhab Yurisprudensi Islam Hanafi. Beliau juga merupakan
seorang Tabi'in, generasi setelah Sahabat Nabi, karena dia pernah bertemu dengan
salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik, dan meriwayatkan hadis darinya serta
sahabat lainnya.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab
fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian
(taharah), salat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya
seperti Malik bin Anas, Imam Syafi'i,Abu Dawud, Imam Bukhari. Imam Abu
Hanifah atau Imam Hanafi dikenal sebagai yang terdepan dalam „ahlu ra‟yu‟ dan
ulama yang baik dalam penggunaan logika sebagai dalil. Beliau adalah ahli fiqh dari
penduduk Irak. Di samping sebagai ulama fiqh, Abu Hanifah berprofesi sebagai
pedagang kain di Kufah. Tentang kredibilitasnya sebagai ahli fiqh, Imam Syafi‟i
mengatakan, ”Dalam fiqh, manusia bergantung kepada Abu Hanifah”. Imam Abu
Hanifah menimba ilmu hadis dan fiqh dari banyak ulama terkenal. Untuk fiqh, selama
18 tahun beliau berguru kepada Hammad bin Abu Sulaiman, murid Ibrahim An
Nakha‟i. Abu Hanifah sangat selektif dalam menerima hadis dan lebih banyak
menggunakan Qiyas dan Istihsan.Dasar madzhab Imam Abu Hanifah adalah; Al-
Quran, As Sunnah, Ijma‟, Qiyas, Istihsan. Dalam ilmu akidah Imam Abu Hanifah
memiliki buku berjudul “Kitabul fiqhul akbar” (fiqh terbesar; akidah).
Yusuf al-Qardhawi
Yusuf al-Qardhawi bernama asli Yusuf bin Abdullah bin Ali binYusuf. Al-Qardhawi
merupakan nama sebuah daerah yang bernama al-Qardhah dan menjadi nama
keluarga beliau karena sebutan al-Qardhah dinisbahkan kepada keturunannya. Beliau
lahir di Shafth Turaab, Kairo, Mesir pada tanggal 9 September 1926. Beliau adalah
seorang cendekiawan Muslim yang berasal dari Mesir. Beliau merupakan seorang
pemikir, sarjana dan intelek komtemporori yang tidak asing lagi di dunia Islam.
Selain sebagai seorang Mujtahid ia juga dipercaya sebagai seorang ketua majelis
fatwa. Banyak dari fatwa yang telah dikeluarkan digunakan sebagai bahan rujukan
atas permasalahan yang terjadi. Namun banyak pula yang mengkritik fatwa-fatwanya.
Ketika berusia 5 tahun, beliau telah dihantar ke kuttab di kampungnya untuk
menghafaz al-Quran. Apabila usianya menjangkau 7 tahun, beliau memasuki sekolah
rendah (madrasah Ilzamiyyah) yang diuruskan oleh Kementerian Pendidikan. Di
sekolah ini, beliau belajar matematika, sejarah, kesehatan dan lain-lin. Yusuf sejak
kecil lagi mendapat pendidikan secara formal melalui sekolah kerajaan di sebelah
pagi dan pendidikan agama (al-Kuttab) di sebelah petang. Beliau menamatkan
pendidikan di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi, Qardhawi terus melanjutkan ke
Universitas al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Dan lulus tahun 1952. Tapi gelar
doktornya baru ia peroleh pada tahun 1972 dengan disertasi "Zakat dan Dampaknya
Dalam Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian disempurnakan menjadi Fiqh
Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif membahas persoalan zakat dengan
nuansa modern.
INTERVIEW GUIDE
HAKIM MAJELIS
1. Apa yang dimaksud dengan harta bersama?
2. Apa perbedaan dengan harta bawaan?
3. Bagaimana asal-usul adanya harta bersama?
4. Bagaimana proses pemeriksaan dari perkara harta bersama?
5. Bagaimana proses penyelesaian harta bersama?
6. Apa yang dimaksud hutang bersama?
7. Bagaimana cara penyelesaian pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Semarang?
8. Bagaimana proses pemeriksaan hutang bersama di Pengadilan Agama Semarang?
9. Adakah metode ijtihad yang digunakan majelis hakim dalam menyelesaian perkara
Nomor 0008/Pdt.G/2011/PA.Sm.? Terkait dengan perselisihan pembagian harta bersama
antara mantan suami isteri termasuk pula harta bawaan dan hutang-hutang yang masih
dalam tanggungan?
10. Pertimbangan hukum apa yang digunakan hakim Pengadilan Agama Semarang dalam
memutus dan menetapkan perkara harta bersama tersebut?
BIODATA MAHASISWI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Lengkap : Nuraini Hikmawati
Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Pandan Belitung, 29 Januari 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Anjasmoro IV/15 RT/RW 005/003 Kel. Karang
Ayu Kec. Semarang Barat Kota Semarang Jawa Tengah
50142
Nama Orang Tua
Ayah : Drs. H. Ali Imron, SH.
Ibu : Hj. Sholihah
Alamat : Jl. Anjasmoro IV/15 RT/RW 005/003 Kel. Karang
Ayu Kec. Semarang Barat Kota Semarang Jawa Tengah
50142
Dengan demikian, biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 15 Mei 2014
Penulis,
Nuraini Hikmawati
NIM. 10350001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap : Nuraini Hikmawati
Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Pandan Belitung, 29 Januari 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Anjasmoro IV/15 RT/RW 005/003 Kel. Karang
Ayu Kec. Semarang Barat Kota Semarang Jawa Tengah
50142
Jenjang Pendidikan Formal :
1. TK Al-Hidayah Bengkulu Lulus Tahun 1998
2. SDN 79 Bengkulu Lulus Tahun 2004
3. MTs Salafiyah Kajen Margoyoso Pati Lulus Tahun 2007
4. MAN 1 Semarang Lulus Tahun 2010
5. UIN SUKA Yogyakarta Lulus Tahun 2014
Jenjang Pendidikan Informal :
1. Pondok Pesantren Riyadlul Ma’la Al-Amin Kajen Pati
2. Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Semarang
3. Pondok Pesantren Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 15 Mei 2014
Penulis,
Nuraini Hikmawati
NIM. 10350001