pembahasan feedlot arry

18
EVALUASI PRAKTIKUM MANAJEMEN FEEDLOT Manajemen Penggemukan Sapi Peranakan Ongole (PO) di Kelompok Tani Ternak (KTT) Sidodadi di Desa Cepoko, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang N2 Disusun oleh: M. Yusuf Eko S. 23010112130185 Arry Kurniawanto 23010112140150

Upload: eko-santoso

Post on 16-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pembahasan Feedlot Arry

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Feedlot Arry

EVALUASI PRAKTIKUMMANAJEMEN FEEDLOT

Manajemen Penggemukan Sapi Peranakan Ongole (PO) di Kelompok Tani Ternak (KTT) Sidodadidi Desa Cepoko, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang

N2

Disusun oleh:

M. Yusuf Eko S. 23010112130185Arry Kurniawanto 23010112140150

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIANUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2015

Page 2: Pembahasan Feedlot Arry

EVALUASI PRAKTIKUM MANAJEMEN FEEDLOT

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI1. Lokasi Peternakan

a. Alamat:

b. Kemudahan dijangkau

c. Ketinggian dari permukaan laut

d. Suhu- Siang- Malam

e. Kelembaban:- Siang- Malam

: Dusun JetisTrawas, Desa Copoko, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang.

: mudah

: 345 mdpl

: 27o C: 22o C

: 70%: 80%

a. Letak geografis yang sesuai untuk penggemukan sapi.

b. Prasarana mudah untuk di jangkau.

c. Daerah dengan ketinggian 345 m dari permukaan laut memiliki kelembaban dan suhu yang sesuai untuk ternak sapi potong.

d. Suhu tersebut sudah bagus untuk usaha peternakan sapi.

e. Kelembaban tersebut sudah ideal untuk peternakan sapi potong.

a. –

b. –

c. –

d. –

e. –

a. –

b. Lokasi peternakan yang strategis dan dekat dengan jalan raya dapat mempermudah transportasi dan pemasaran ( Abidin, 2002)

c. Keadaan ketinggian topografi mempengaruhi temperatur, curah hujan, kelembaban lingkungan, dan dapat mempengaruhi ketersediaan air disuatu lokasi dan kemudahan transportasi (Abidin, 2008).

d. Suhu udara ideal untuk peternakan sapi potong berkisar antara 17oC-26oC, dengan curah hujan 245 mm/ tahun (Susilowati, 2007).

e. Kelembaban ideal bagi ternak potong adalah 60-80% (Abidin, 2006)

Page 3: Pembahasan Feedlot Arry

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

f. Jarak dengan pemukiman penduduk

g. Jarak dengan tempat pembelian bakalan

: 30 meter

: 29 km

f. Jarak peternakan terlalu dekat dengan pemukiman warga, sehingga dapat mengganggu kenyamanan warga sekitar.

g. Tempat pembelian cukup jauh

f. Lokasi kandang sebaiknya terletak jauh dari pemukiman agar bau dan limbah peternakan tidak mengganggu masyarakat sekitar, jarak kandang dengan pemukiman minimum 50 meter.

g. -

f. Lokasi untuk membangun kandang yang ideal adalah daerah yang letaknya cukup jauh dengan pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan ( Anonim, 2013)

g.-

2. Identitas/Organisasi Peternakana. Nama Peternakan

b. Nama Ketua

c. Tahun berdirinya peternakan

d. Latar belakang berdirinya peternakan

: KTT Sidodadi

: Bapak Amin Suyitno

: 2009

: Berawal dari keinginan warga untuk mempunyai penghasilan

a. Harapan warga agar peternakan dapat benar-benar terwujud keberhasilanya.

b.-

c. Sudah cukup lama sejak mulai didirikan

d. Bagus untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar.

a. –

b. –

c. –

d. –

a. –

b. –

c. –

d. –

Page 4: Pembahasan Feedlot Arry

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

e. Perijinan

f. Modal awal

g. Jumlah ternak awal

h. Jumlah ternak sekarang

tambahan di bidang peternakan, dan guna untuk memudahkan keperluan peternak, maka dibentuklah Kelompok Tani Ternak

: Dari Pemerintah Kota Semarang

: Rp.500.000.000,-

: 50 ekor (gabungan antara sapi milik warga dan pemodal)

: 51 ekor

e. Dengan adanya ijin resmi maka peternakan mendapat perhatian dari dinas peternakan

f. Peternakan dapat kucuran dana yang cukup besar dari pemodal.

g. Ternak gabungan untuk memperbesar usaha peternakan.

h. -

e. –

f. –

g. –

h. –

e. –

f. Modal pembibitan untuk membeli pakan yang tidak dikeluarkan dalam jumlah besar pada awal pemeliharaan (Hadi dan Ilham, 2002).

g. –

h. –

3. Manajemen Perkandangana. Luas lahan

peternakan : 900 m2

: (lampiran)

a. Lahan untuk kadang sudah cukup untuk jumlah ternak.

a. – a. Luas lahan menentukan volume produksi dan tingkat pendapatan peternak ( Saragih,

Page 5: Pembahasan Feedlot Arry

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

b. Lay out perkandangan

c. Jenis bangunan

d. Model kandang

e. Konstruksi kandang:

- Kerangka- Atap- Dinding- Lantai

f. Jumlah kandang

: Terbuat dari kayu dan bambu

: Kandang komunal

: kayu: genting: kayu: semen

: 2 kandang

: Kandang kayu

b. Kandang terbuka sehingga sirkulasi udara bagus.

c. Kandang dibuat dari kayu bambu agar lebih ekonomis

d. Sesuai untuk peternakan dengan jumlah ternak yang cukup banyak.

e. Bahan yang digunakan sangat sederhana.

f. Jumlah kandang sudah mencukupi.

b. –.

c. –

d. –

e. Kandang yang baik hendaknya disesuaiakan dengan kebutuhan dan kesehatan sapi.

f. –

2004)

b. Sistem kandang terbuka dapat meningkatkan produktivitas bagi ternak karena dapat memberikan rasa nyaman bagi ternak yang dipelihara ( Sudaryani dan Santosa 1997)

c. Dalam memilih bahan kandang hendaknya dipilih yang banyak tersedia dan minimal tahan digunakan untuk jangka waktu 5-10 tahun  (Sukmawati  et   al., 2010)

d. Kandang komunal merupakan kandang bersama yang secara umum disediakan oleh pemerintah setempat yang bekerjasama dengan instansi terkait (Sarwono, 2012).

e. Untuk memenuhi standar kegunaan, kandang harus terbuat dari bahan yang berkualitas, tahan lama dan tidak mudah rusak ( Soeprapto dan Abidin, 2006)

f. Setiap usaha sapi potong yang akan didirikan harus merencanakan jumlah kandang yang akan di bangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan di pelihara (Siregar,

Page 6: Pembahasan Feedlot Arry

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

g. Jenis dan luas masing-masing kandang

h. Kapasitas kandang

i. Peralatan kandang

j. Cara penempatan ternak dalam kandang

: 1. 4x6x6=144 m2

2. 4x6x17= 408 m2

: Sekitar 150 ekor

: ember, cangkul, sapu

: sapi yang ditempatkan di kandang tidak pernah di pindah-pindah tempat.

g. Luas kandang sudah baik karena dapat memenuhi kebutuhn ternak seperti untuk pemeliharaan.

h. Kapasitas kandang mampu menampung sebanyak 150 ekor ternak. Hal ini sudah baik karena ternak yang dipelihara ada 51 ekor sapi.

i. Peralatan kadang sudah mencukupi

j. Hal ini bertujuan agar sapi tidak stres, dan bobot badanya cepat naik.

g. –

h. –

i. –

j. Sebaiknya penempatan sapi dalam kandang harus memberikan kemudahan dalam perawatan sapi.

2008)

g. Umumnya kebutuhan luas kandang sapi potong per ekor sekitar 1.5 x 2.5 meter, 1.5 x 2 meter atau 1.5 x 1.5 meter ( Sudarmono A. S, 2008)

h. –

i. Kandang yang baik harus mempunyai alat penunjang kebersihan dan dapat membantu kinerja pekerja kandang maupun dalam proses sanitasi pada kandang (Ali et al., 2012).

j. Pembangumam kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan (Siregar, 2008)

4 Manajemen Pemeliharaan

Page 7: Pembahasan Feedlot Arry

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSIa. Sistem

pemeliharaan

b. Lama pemeliharaan

: intensif

: 8 bulan

a. Pemeliharaan intensif cocok untuk usaha penggemukan sapi, untuk memaksimalkan PBBH.

b. Lama pemeliharaan terbilang cukup lama karena memang pakan yang diberikan hanya rumput lapangan.

a. Perlu manajemen pemeliharaan yang terpadu, supaya dengan pasti kapan ternaknya akan dijual.

b. Untuk hasil lebih optimal, perlu perawatan khusus pada tiap fase fisiologis ternak dengan memperhatikan efisien tidaknya perawatan yang akan dilakukan.

a. Perawatan sapi yang lebih baik akan menghasilkan produktivitas yang optimal (Rismayanti, 2010).

b. Umumnya di butuhkan waktu 3-6 bulan untuk penggemukan sapi PO (Rismayanti, 2010)

5 Manajemen Pemilihan Ternak Bakalana. Kriteria Pemilihan

ternak

b. Bangsa ternak

: sehat, kaki besar, kekar, mata bersinar, badanya panjang.

: Sapi Peranakan Ongole (PO)

a. Kriteria pemilihan bakalan sudah benar, namun juga harus mempertimbangkan aspek lain, yaitu harga.

b. Sapi PO dipilih karena mempunyai daya adaptasi yang baik dan masih dapat bertahan hidup walau kuailtas pakan tidak begitu

a. Pemilihan bakalan sapi untuk penggemukan harus melihat beberapa kriteria seperti gen yang dimiliki, kesehatan ternak, pertumbuhan berat badan ternak.

b. Sebelum membeli bakalan sebaiknya peternak memilih bakalan dengan karakteristik yang baik.

a. Pemilihan bakalan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan dan produksinya, selain itu dapat dilihat dari mutu genetik yang dimiliki sapi pedaging (Sodiq dan Abidin, 2008).

b. Sapi PO memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat serta memiliki kualitas daging yang baik dan umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan (Abidin, 2002)

Page 8: Pembahasan Feedlot Arry

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

c. Asal ternak

d. Umur

e. Bobot badan awal

f. Harga ternak hidup

: Pasar Hewan Ambarawa

: 8 bulan

: 140 kg

: 10-11 juta

baik.

c. Di Pasar Hewan Ambarawa banyak sekali ternak yang di jual, sehingga pembeli sapi bakalan lebih leluasa memilih

d. Pada umur 8 bulan dirasa sapi sudah tepat untuk digemukkan, karena ukuranya tidak terlalu kecil.

e. Bobot badan awal sapi bakalan belum sesuai un tuk penggemukan.

f. Bakalan dengan harga 10 sampai 11 juta sudah termasuk harga yang normal.

c. Sebaiknya peternak lebih teliti dalam memilih bakalan.

d. –

e. Sebaiknya bobot awal sapi bakalan untuk usaha penggemukan di atas 150 kg.

f. –

c. –

d. Pemilihan bakalan yaitu ternak harus sehat, dan berumur kurang dari satu tahun (Setiawan, 2011).

e. Berat awal sapi bakalan untuk digemukan rata-rata 200 kg ( Setiawan, 2011)

f. –

6 Manajemen Pakana. Jenis pakan : rumput lapangan a. Manajemen pakan

kurang baik karena hanya menggunakan hijauan sebagai pakan .

a. Seharusnya pakan diberi campuran dengan ransum agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sapi

a. Usaha penggemukan sapi potong dengan tujuan penggemukan berpangkal pada pemberian pakan yang memadai seperti pemberian

Page 9: Pembahasan Feedlot Arry

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

b. Harga pakan

c. Asal pakan

d. Kandungan nutrisi pakan:

- PK- SK- Mineral- TDN

e. Ketersediaan pakan

: -

: Lahan sendiri dan lahan petani sekitar

: 2,35%:3,6%:0,3%:56%

: selalu ada

b. Tidak ada biaya pengeluaran untuk pakan, karena rumput didapat dari lahan sendiri dan lahan pertanian masyarakat sekitar.

c. Pakan dari hasil jerih payah mencari rumput sendiri.

d. Kandungan pakan yang diberikan masih kurang, hal ini terlihat pada kandungan PK dan TDN yang dikonsumsi yaitu 0,02076 kgBS dan 0,49476 kgBS yang seharusnya domba dengan berat 21 kg membutuhkan PK dan TDN yaitu 0,0952 kgBS dan 0,3066 kgBS.

e. Ketersediaan pakan sudah bagus karena selalu ada walaupun pada musim kemarau pakan agak sulit untuk dicari.

b. –

c. –

d. Penggunaan ransum dibutuhkan untuk menutupi kekuragan PK.

e. –.

ransum (Sudarmono dan Sugeng, 2011).

b. –

c. Memiliki lahan untuk kebutuhan pakan ternak bertujuan menghemat biaya pakan (Santosa, 1999)

d. Kebutuhan nutrisi pakan harus tercukupi untuk mendapatkan performa yang baik melalui rasio formulasi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang penting ( Krider dan Caroll, 1971)

e. Ketersediaan air dan pakan yang melimpah dan mudah didapat sangat mendukung usaha peternakan sapi khususnya sapi potong ( Sarwanto dan Arianto, 2000)

Page 10: Pembahasan Feedlot Arry

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

f. Jumlah pemberian pakan

g. Cara pemberian

h. Frekuensi pemberian

i. Sisa pakan

j. Jumlah pemberian air minum

:30 kg/hari untuk satu ekor

: Pakan diletakkan di tempat pakan.

: 3 kali

: -

: 35 liter

f. Pemberian pakan terlalu sedikit

g. Pakan diberikan pada waktu pagi, sore, dan malam hari

h. Pakan diberikan sebanyak 3 kali agar memenuhi kebutuhan sapi.

i. Tidak terdapat sisa pakan.

j. Jumlah pemberian air minum belum sesuai.

f. Pemberian pakan sebaiknya di sesuaikan dengan kebutuhan ternak.

g. –

h. –

i. –

j. Frekuensi pemberian air minum seharusnya tidak dibatasi atau selalu tersedia agar

f. Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi sapi potong dengan melihat status fisiologis ternak sapi ( Hanafi, 2008)

g. –

h. Frekuensi pemberian pakan lebuh dari dua kali sehari hasilnyalebih baik daripada yang dilakukan dua kali sehari ( Siregar, 2003)

i. –

j. Pemberian air minum secara addlibitum pada sapi yang digemukkan (Budiman, 2006).

Page 11: Pembahasan Feedlot Arry

No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI

k. Sisa air minum : - k. Tidak air yang tersisa dari jumlah pemberian.

ternak dapat minum kapan saja dan dapat mengatur termoregulasi jika terkena stress panas.

k. – k. –

Page 12: Pembahasan Feedlot Arry

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta

Abidin, Z., 2002, Penggemukan sapi potong, PT Agro Media Pustaka, JakartaAnonim, 2013. Cara memilih bibit ternak domba dan kambing yang baik

Budiman, H. 2006. Perbaikan manajemen pakan dalam penggemukan domba di tingkat petani. Jurnal Temu teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertaanian. Hal.1-5.

Hadi, P. U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang, Vol. 21 (4): 1-9.

Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Repository. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Departemen Pertanian, Jawa Barat.

Saragih, B. 2004. Pertanian Mandiri. Pandangan Strategis para Pakar untuk Kemajuan Pertanian di Indonesia. Penebar Swadaya.Jakarta.

Sarwono B. 2012. Beternak Sapi Unggul. Penebar Swadaya,Jakarta.

Setiawan, B. S. 2011. Beternak Sapi potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S.B., 2008. Penggemukan Sapi. Cetakan ke 16. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Sukses menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Soeprapto, H. dan Z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sudarmono, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2011. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarmono. A. S., 2008. Sapi Potong.Penebar Swadaya. Jakarta.

.

Page 13: Pembahasan Feedlot Arry

Susilowati, I. 2007. Analisis Profitabilitas pada Usaha Peternakan Sapi Perah di desa Baturejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi).

Siregar, S. B.,2003. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.