pembahasan kesehatan masyarakat
DESCRIPTION
KESEHATAN MASYARAKATTRANSCRIPT
BAB VI
PEMBAHASAN
Rekapitulasi data penelitian diperoleh responden terbanyak memiliki pengetahuan
tentang pengetahuan ibu balita tentang Posyandu cukup baik. Berdasarkan kategori tingkat
pengetahuan oleh Waridjan (1999) yaitu pengetahuan baik jika presentase jawaban benar
antara 80 – 100%, pengetahuan cukup jika prosentase jawaban benar antara 65 - 79%, dan
pengetahuan kurang jika prosentase jawaban benar kurang dari 65%. Sedangkan rata-rata
prosentase pengetahuan ibu bayi dan balita di posyandu Rahmat jaya sekitar 71,3% yaitu
cukup baik. Namun walaupun pengetahuan ibu bayi dan balita sudah cukup baik tetapi
responden belum memahami tentang manfaat posyandu atau apapun yang berhubungan
dengan posyandu secara keseluruhan. Hal ini pun juga dikarenakan tingkat pengetahuan yang
dimilki responden hanya pada tahap Tahu ( know ) serta belum diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari apa yang diketahui tersebut. Selain itu juga dikarenakan tingkat
pendidikan dari responden rata-rata cukup tinggi yaitu berpendidikan SMA ( sekolah
Menengah atas ),semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan tinggi pula tingkat
pengetahuan orang tersebut, begitupun sebaliknya.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori Notoatmojo (2003) yang menyatakan bahwa
pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Seseorang yang berpendidikan
tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan,
artinya orang tersebut dapat mengadopsi inovasi dengan cepat dibandingkan dengan yang
mempunyai latar belakang pendidkan rendah karena cenderung sulit untuk mengetahui atau
mengikuti informasi yang tersedia akibat keterbatasan pengetahuan. Dengan demikian,
pengetahuan ibu balita yang baik tentang Posyandu akan memberikan dampak positif bagi
ibu-ibu tersebut dalam memanfaatkan Posyandu. Dan hal ini , sesuai pula dengan literatur,
Suchman (1966) bahwa pengetahuan kesehatan berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan
(Greenley, 1980).
Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian Soeryoto (2001) di kabupaten
Pesisir Selatan Sumatera Barat, menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang Posyandu dapat
menyebabkan orang menggunakan pelayanan posyandu dan sebaliknya kebiasaan
menggunakan pelayanan Posyandu akan menambah pengetahuan mereka tentang Posyandu.
Dengan pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang positif terhadap program
Posyandu, yang kemudian akan diikuti dengan perilaku positif pula yaitu dengan datangnya
ibu balita ke Posyandu untuk menimbangkan anaknya atau dengan kata lain semakin tinggi
tingkat pengetahuan, semakin sering kehadiran ibu balita untuk menimbangkan anaknya ke
Posyandu.
Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa ibu balita memiliki kepercayaan
terhadap Posyandu, yang didukung bahwa mereka meyakini pemeriksaan yang ada di
Posyandu penting dilakukan untuk menjaga kesehatan balita, dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan balita serta mempercayai posyandu untuk memeriksakan kesehatan balita.
Sebagaimana dikatakan oleh Robbins (2008), bahwa kepercayaan adalah suatu
sejarah, proses dependen yang didasarkan pada contoh-contoh pengalaman yang relevan
namun terbatas. Dikaitkan dengan data penelitian, kepercayaan ibu-ibu terhadap Posyandu
bisa dipastikan tidak serta-merta timbul, tetapi dibangun oleh sebuah sejarah panjang
keterlibatan atau partisipasi ibu-ibu tersebut di dalam kegiatan Posyandu.
Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa ibu balita memiliki kepercayaan
serta sikap setuju bahwa mereka akan tetap menyempatkan membawa balita ke Posyandu
walaupun ibu sibuk ataupun kondisi anak sehat, selalu datang ke Posyandu walaupun merasa
balitanya sakit, melakukan kunjungan ke Posyandu meskipun sedang sakit, mendukung
kegiatan Posyandu dengan alasan Posyandu dapat meningkatkan kesehatan balita, dan
mengikuti penyuluhan yang diadakan Posyandu secara rutin. Dengan demikian, sebagian
besar ibu-ibu bayi dan balita cenderung bersikap untuk memanfaatkan pelayan posyandu. Hal
ini juga di sampaikan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2008) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu balita dengan perilaku
kunjungan ibu ke Posyandu di Jawa Tengah.
Di antaranya ada lima belas responden yang menyatakan tidak akan melakukan
kunjungan ke Posyandu bila balitanya sedang sakit. Padahal, bila Ibu membawa balitanya
yang sakit ke Posyandu, kemungkinan balitanya dapat ditangani untuk pelayanan pengobatan.
Tetapi ibu balita lebih memilih pergi ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan
yang maksimal. Selain itu pula ibu-ibu juga sering memiliki anggapan bahwa apabila balita
sakit maka ibu balita tidak akan berkunjung ke posyandu meskipun pada saat itu anak
tersebut seharusnya mendapatkan imunisasi, selain itu pula masih ada ibu-ibu yang memiliki
anggapan bahwa balita akan sakit setelah diimunisasi di Posyandu. Pernyataan ini bisa juga
berimplikasi bahwa ibu-ibu sudah mengetahui bahwa demam yang terjadi setelah diimunisasi
bisa terjadi, jadi tidak disebabkan tempat di mana imunisasi itu dilakukan. Hal ini berkaitan
pula dengan pengetahuan ibu balita yang hanya pada tahap Tahu ( know ) serta belum
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang diketahui terhadap program posyandu
tersebut. Pendapat ini didukung juga oleh Bagyasari (1998), dimana dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka pengetahuan ibu tentang pemeliharan kesehatan
cukup tinggi dan tingkat penggunaannya juga semakin tinggi. Pengetahuan ibu balita tentang
berbagai kegiatan di posyandu sehubungan dengan pemeliharaan kesehatan akan berpengaruh
terhadap kesadaran untuk membawa anaknya ke posyandu. Selaras dengan kandera et al
(1986) menyatakan bahwa masalah yang banyak dihadapi posyandu ialah kurangnya
kesadaran ibu balita menggunakan posyandu padahal posyandu dapat dimanfaatkan sebagai
tempat pelayanan kesehatan yaitu untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan keluarga.
Berdasarkan pengetahuan ibu bayi dan balita serta sikap ibu mengenai tumbuh
kembang balita memberikan jawaban yang tepat yakni mereka setuju bahwa posyandu dapat
mengamati perkembangan serta dapat meningkatkan pertumbuhan balita. Hal ini berkaitan
dengan tinggi rendahnya pendidikan ibu balita serta erat hubunganya dengan pengertian
mereka terhadap perawatan kesehatan anaknya. Anak – anak dari ibu yang berpendidikan
tinggi akan mempunyai kesempatan hidup dan tumbuh lebih baik. Hal ini disebabkan
keterbukaan ibu tersebut untuk menerima perubahan atau hal – hal baru guna pemeliharan
kesehatan. Demikian juga menurut penelitian sardjono (1986) yang menyatakan bahwa
tingkat pendidikan ibu sangat menentukan kemampuannya untuk menerima, menyerap, dan
mencari pengetahuan tentang kesehatan anaknya.