pembahasan makalah fluida
DESCRIPTION
uhyugbgbbgbyuhbbhbbbhbbbhbjhbjhbhjbjhbhbhj bb hbhjbhj hbjb hjbjh hvbj hbu ubu yubhTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan
dilakukan disegala bidang. Hal ini telah digariskan dalm sistem kesehatan nasional antara
lain disebutkan bahwa, sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
dari tujuan penmbanguann nasional. Selanjutnya pembangunan dibidang kesehatan
mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan.
Dalam upanya untuk menurunkan angka kematian bayi, anak balita, dan angka
kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja
melalui, program-program kesehatan melainkan berhubungan erat dengan program
keluarga berencana. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan
pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD), yang
pelaksanaanya secara operasional dibentuklah pos pelayanan terpadu (posyandu).
Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam
bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat,
penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih dibidang kesehatan dan
KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemuda.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka kami akan merumuskan masalah
penelitiannya sebagai berikut : “Bagaimanakah peran serta kader dalam kegiatan
posyandu?”
1.3 Tujuan
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peran serta
kader dalam kegiatan posyandu
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peran Serta Kader Posyandu
A. Pengertian Peran
Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam
masyarakat sebagai organisasi, peran juga dapat diartikan sebagai perikelakuan
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soejono Sokanto, 2000).
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila
seseorang melaksanakan hak - hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan (Yasyin,1999).
Peran juga dapat diartikan seperangkat tingkat yang diperankan oleh orang
yang berkedudukan dalam masyarakat (Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa,
1984). Menurut Balai Pustaka (1992) peran adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh seseorang atau lembaga dalam suatu peristiwa.
Peran menunjuk pada organisasi tindakan dalam suatu tipe hubungan interaksi
khusus. Dua dimensi peran adalah: kewajiban dan hak. Tindakan yang diharapkan
akan dilaksanakan oleh seseorang merupakan kewajiban suatu peran, tindakan atau
respon orang lain merupakan hak. Konsep peran dihubungkan dengan konsep status.
Dalam penggunaan ini status hanya menunjuk pada posisi seseorang dalam suatu
hubungan interaksi, bukan pada prestise yang terdapat pada seseorang. Sehingga
peran status adalah satuan struktural yang paling mendasar sebagai syarat fungsional
yang harus dipenuhi (Sofyan Cholid, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu
rangkaian tugas yang dilakukan seseorang berdasarkan kedudukannya di dalam
masyarakat.
Peran serta merupakan suatu bentuk perilaku nyata. Oleh karena itu kajian
mengenai faktor yang mempengaruhi peran sama dengan faktor yang mempengaruhi
perilaku. Dengan demikian peran dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan sikap,
pengalaman, keyakinan, sosial, budaya dan sarana fisik. Pengaruh atau rangsangan
itu bersifat internal dan eksternal dan diklasifikasikan menjadi faktor yang
mempengaruhi perilaku. Menurut Lawrence Green meliputi faktor predisposisi
2
(predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor pendorong
(reinforcing factors ).
Faktor predisposisi merupakan faktor internal yang ada pada diri individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk
berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan.
Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan berperilaku, tersedianya
sumberdaya, keterjangkauan, rujukan, dan keterampilan.
Faktor penguat merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan
keterampilan, teman sebaya, orangtua, dan majikan (Suliha, 2002).
Selain itu peran juga dipengaruhi berbagai faktor dibawah ini terkait dengan
pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran. Faktor tersebut meliputi :
1. Pendidikan.
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan
nilai - nilai yang baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3. Umur
Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada
empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan
proporsi, ketiga, hilangnya ciri- ciri lama, keempat, timbulnya ciri - ciri baru. Ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf
berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
3
4. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang
kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman
terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan
yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirya
dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6. Kebudayaan
Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam
pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang (Saifuddin A, 2002) dalam
(Mubarak, dkk, 2007).
7. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru. (Mubarak, dkk, 2007).
B. Pengertian Kader Posyandu
Kader adalah istilah umum yang dipergunakan untuk tenaga-tenaga yang
berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama masyarakat
dan untuk masyarakat secara sukarela (Zulkifli, 2003).
Kader posyandu adalah seorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya
diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin pengembangan posyandu
disuatu tempat atau desa (Depkes, 2008). Setiap warga keluarahan setempat laki -
laki maupun perempuan yang bisa membaca dan menulis huruf latin, mempunyai
waktu luang, memiliki kemampuan dan mau bekerja sukarela dengan tulus ikhlas
bisa menajadi kader (Rahaju, 2005).
4
C. Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dan keluarga berencana. Sasaran posyandu adalah bayi, balita, ibu hamil, ibu
menyusui dan PUS (Pasangan Usia Subur).
Adapun tujuan posyandu adalah:
a) Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.
b) Meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu untuk menurunkan IMR (Infant
Mortality Rate).
c) Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).
d) Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha- usaha kesehatan masyarakat.
e) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan.
Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Sedangkan
pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari
kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di
wilayah tersebut ( Efendi,1998).
Persyaratan menjadi kader posyandu menurut Zulkifli (2003) adalah dapat
membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik dapat melaksanakan
tugas- tugas sebagai kader, berwibawa, mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal
tetap di desa yang bersangkutan. Selain itu kader yang dipilih adalah orang-orang
yang aktif dalam kegiatan–kegiatan sosial maupun pembangunan desanya, serta
dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya.
dr. Ida Bagus (2003), mempunyai pendapat lain mengenai persyaratan bagi
seorang kader antara lain adalah warga yang bisa membaca dan menulis, merupakan
penduduk yang tinggal di desa tersebut, berasal dari masyarakat setempat dan
diterima oleh masyarakat setempat, tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu
yang lama serta masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari
nafkah lain.
Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas
dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup
5
bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat dimana
perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi,
mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masyarakat
sekitarnya.
Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan
oleh kader dan petugas puskesmas. Hari bukanya ditentukan berdasarkan
kesepakatan masyarakat dan pelaksana, bisa bedasarkan hari ataupun tanggal. Yang
diutamakan adalah waktu yang ditentukan sasaran posyandu bisa hadir sebanyak-
banyaknya.
2.2 Tugas dan Peran Kader dalam Kegiatan Posyandu
A. Peran Kader Posyandu
Kader posyandu bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta
pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan
mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam
jalinan kerjasama dari sebuah tim kesehatan (Heru, 1995).
Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan Terpadu melalui berbagai
organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan kesehatan
masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat dan jelas.
Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya sudah
dimengerti dan dipahami sejak awal oleh kader posyandu. Karena disadari atau tidak
keberadaan posyandu adalah sebuah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Upaya posyandu yang telah ada dan telah berjalan selama ini mampu
lebih ditingkatkan dan dilestarikan (Rachman, 2005).
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
Peranan kader dalam kegiatan posyandu sangat besar. Menurut Depkes RI
(2000) ada dua peran kader yaitu:
1. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah:
a) Melaksanakan pendaftaran (pada meja I)
b) Melaksanakan penimbangan bayi balita (pada meja II)
6
c) Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan (pada meja III)
d) Memberikan penyuluhan (pada meja IV)
e) Memberi dan membantu pelayanan yang dilakukan oleh petugas puskesmas
(pada meja V)
2. Peran kader di luar posyandu adalah:
a) Menunjang pelayanan KB, KIA, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare.
b) Mengajak ibu- ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu.
c) Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang
ada, seperti pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah,
pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air
bersih, menyediakan sarana jamban keluarga, pemberian pertolongan
pertama pada penyakit, P3K dan dana sehat.
Kader posyandu tidaklah bekerja dalam suatu ruangan yang tertutup, namun
mereka itu bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku dari sebuah sistem
kesehatan, karena itulah mereka harus dibina, dituntun serta didukung oleh para
pembimbing yang lebih terampil dan berpengalaman (WHO, 1995). Hal ini
bertujuan agar kader posyandu dapat melakukan fungsinya dengan baik.
Kader posyandu seyogyanya membantu pemerintah daerah setempat dan
masyarakat setempat untuk mengambil inisiatif dan harus memperlihatkan adanya
kemauan untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya membangun
masyarakat. Seyogyanya para kader kesehatan posyandu itu selalu
mempertimbangkan tentang apa yang dapat diselesaikan di wilayah tersebut dengan
menggunakan sumber daya lokal milik masyarakat setempat, dan tentu saja dalam
batas biaya yang masih dapat dicapai oleh masyarakat setempat pula (Heru, 1995).
B. Tugas Kader Posyandu
Melakukan kegiatan bulanan posyandu, yang meliputi:
a. Mempersiapkan pelaksanaan posyandu
Tugas-tugas kader posyandu pada H- atau saat persiapan hari buka Posyandu,
meliputi :
1) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga,
LILA, alat pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A,
oralit), bahan atau materi penyuluhan.
7
2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu
untuk datang ke Posyandu.
3) Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan
kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas
sektor bisa hadir pada hari buka Posyandu.
4) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di
antara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
b. Tugas kader pada kegiatan bulanan Posyandu
Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5
meja, meliputi :
1. Meja 1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau ballita, yaitu menuliskan nama
balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS dan
mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau
Register ibu hamil.
2. Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil
penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS.
3. Meja 3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil
penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
4. Meja 4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan anak
berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik
KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan
kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil
pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
5. Meja 5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh
petugas kesehatan, PLKB, PPL, dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan
antara lain: Pelayanan Imunisasi, Pelayanan Keluarga Berencana,
Pengobatan Pemberian pil penambah darah (zat besi), vitamin A, dan obat-
obatan lainnya.
c. Kegiatan setelah pelayanan bulanan Posyandu
Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi :
1. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam
buku register atau buku bantu kader.
8
2. Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari
Posyandu pada bulan berikutnya. Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan
kelompok) bersama ibu-ibu yang rumahnya berdekatan (kelompok
dasawisma).
3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak
lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan
berikutnya.
Melaksanakan kegiatan di luar posyandu :
a. Melaksanakan kunjungan rumah
1. Setelah kegiatan di dalam Posyandu selesai, rumah ibu-ibu yang akan
dikunjungi ditentukan bersama.
2. Tentukan keluarga yang akan dikunjungi oleh masing-masing kader.
Sebaiknya diajak pula beberapa ibu untuk ikut kunjungan rumah.
3. Mereka yang perlu dikunjungi adalah :
a) Ibu yang anak balitanya tidak hadir 2 (dua) bulan berturut-turut di
Posyandu
b) Ibu yang anak balitanya belum mendapat kapsul vitamin
c) Berat badanny tidak naik 2 (dua) bulan berturut-turut
d) Berat badannya di bawah garis merah KMS
e) Sasaran Posyandu yang sakit
f) Ibu hamil yang tidak menghadiri kegiatan Posyandu 2 (dua) bulan
berturut-turut
g) Ibu hamil yang bulan lalu dikirim atau dirujuk ke puskesmas
h) Ibu yang mengalami kesulitan menyusui anaknya
i) Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul iodium
j) Balita yang terlalu gemuk
b. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan
Posyandu
1. Langsung ke tengah masyarakat
2. Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat
c. Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan, dan berbagai
usaha kesehatan masyarakat.
9
2.3 Contoh Kasus Peran Serta Kader dalam Kegiatan Posyandu yaitu Pada Upaya
Peningkatan Status Gizi Balita
Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan
hubungannya dengan kesehatan optimal. Sedangkan menurut WHO menyatakan bahwa
gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.
Status gizi adalah keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat - zat
gizi (Almatsier, 2005). Status gizi digunakan untuk mengetahui kesehatan anak.
Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan komplit,
pada hakekatnya disebabkan keadaan ekonomi yang kurang dan kurangnya pengetahuan
tentang nilai gizi dari makanan yang ada. Upaya peningkatan status gizi pada balita di
posyandu dilaksanakan oleh kader posyandu di lingkungan tersebut dengan dibantu pihak
puskesmas setempat. Upaya peningkatan gizi balita oleh kader posyandu dapat dilihat
pelaksanaanya melalui sistem 5 meja dalam posyandu, yaitu:
1) Pendaftaran (Meja I)
Pada meja pendaftaran, peran kader adalah mencatat data balita yang datang ke
posyandu, yaitu nama balita, umur balita, dan nama orangtua balita. Buku catatan ini
akan memberikan gambaran kehadiran balita selama posyandu dilaksanakan. Dari
buku catatan kehadiran ini dapat diketahui balita yang aktif dan yang tidak aktif
mengikuti posyandu setiap bulannya. Jika balita kurang aktif mengikuti posyandu,
maka kader akan memberikan motivasi kepada ibu balita agar rajin membawa
balitanya setiap posyandu dilaksanakan.
2) Penimbangan ( Meja II)
Setelah dilakukan pendataan pada meja pendaftaran, kemudian balita akan ditimbang
oleh kader posyandu. Penimbangan berat badan merupakan kegiatan rutin posyandu
yang berfungsi memantau pertumb uhan balita yang dilakukan setiap bulannya. Di
dalam melakukan penimbangan berat badan balita perlu suatu keterampilan
tersendiri oleh petugas, agar dapat melakukan penimbangan secara benar sehingga
tidak menyebabkan kesalahan dalam interpretasi status gizi. Keterampilan kader
dalam melakukan penimbangan dapat dinilai berdasarkan ketepatan dan
ketelitiannya dalam melakukan penimbangan atau yang disebut presisi dan akurasi.
Presisi adalah kemampuan mengukur subjek yang sama secara berulang- ulang
dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk
10
mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh penyelia
(Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto 1990 dalam Supariasa, 2002).
Adapun tahapan dalam penimbangan balita di posyandu yaitu sebagai berikut:
a. Menggantungkan dacin pada dahan pohon atau palang rumah atau penyangga
yang lain
b. Memeriksa apakah dacin sudah tergantung dengan kuat
c. Meletakkan bandul geser pada angka 0 (nol) sebelum dipakai
d. Memasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang pada dacin
e. Menyeimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung timbang/kotak timbang
f. Melakukan penimbangan pada anak
g. Menentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser
h. Mencatat hasil penimbangan di secarik kertas sebelum ditulis di KMS
i. Sebelum anak diturunkan, menggeser bandul geser ke angka 0 (nol) dan
meletakkan batang dacin dalam tali pengaman.
3) Pencatatan (Meja III)
Pada meja pencatatan, peran kader posyandu adalah memindahkan hasil
penimbangan kedalam KMS balita. KMS balita memberikan gambaran keadaan
balita,yaitu status gizi balita. Di dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan
ditandai dengan titik dan dihubungkan dengan garis sehingga membentuk garis
pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat
badan anak hasil penimbangan 2 bulan berturut-turut , Naik (N) atau Tidak naik (T).
Berdasarkan grafik ini, kader posyandu harus memperhatikan apakah balita berada
di garis merah, dibawah garis merah atau di atas garis merah. Hal ini berguna untuk
pemberian penyuluhan yang akan diberikan oleh kader posyandu pada meja
selanjutnya kepada ibu balita sesuai dengan kebutuhan balita pada saat itu.
4) Penyuluhan (Meja IV)
Pada meja penyuluhan ini, kader posyandu memberikan informasi yang penting
kepada ibu balita. Informasi yang diberikan dapat berupa masalah-masalah gizi
balita yang sering terjadi serta upaya - upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
status gizi balita. Melalui konseling/ penyuluhan gizi, pengunjung posyandu dengan
bimbingan kader diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalah gizi yang
dihadapi dan terdorong untuk mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi
secara mudah sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
11
Masalah- masalah gizi balita yang sering terjadi antara lain:
a. Penyakit Kurang Energi Protein
Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari - hari sehingga
tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Penyakit kurang energi protein
ini ditandai dengan anak tampak kurus, cengeng, rewel, pandangan mata sayu,
wajah membulat dan sembab.
b. Defisiensi Vitamin A
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A dalam tubuh.
Sebagian besar vitamin A disimpan didalam hati. Sumber vitamin A (retinol)
terutama terdapat pada minyak ikan, hati, kuning telur, mentega dan krim.
Sayuran berdaun hijau dan sayuran berwarna kuning mengandung karoten
(misalnya beta - karotin), yang secara perlahan akan diubah oleh tubuh menjadi
vitamin A. Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun
senja. Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian
putih mata (sklera) dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut
(xeroftalmia), yang bisa menyebabkan kebutaan yang menetap. Kekurangan
vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) dan meningkatkan
kemungkinan terkena infeksi (dr. Danu, 2009).
c. Penyakit Defisiensi Zat Yodium
Zat yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan
komponen dari hormon tiroksin yang berpengaruh kepada banyak fungsi tubuh
dan merupakan hormon pertumbuhan (Growth Hormon). Kekurangan zat
yodium mengakibatkan kondisi hipotiroidisme (kekurangan B12) dan tubuh
mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok.
Akibatnya terjadi hipertropi (membesarnya kelenjar tiroid) yang kemudian
disebut penyakit gondok oleh orang awam.
d. Defisiensi Zat Besi dan Anemia Gizi Besi
Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau
kurang kebutuhan tubuh. Defesiensi Fe dapat didiagnosis berdasarkan data
klinik dan data laboratorium yang ditunjang oleh data kon sumsi pangan.
Gambaran klinik memperlihatkan anemia. Muka penderita terlihat pucat, juga
selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku. Penderita terlihat badannya lemas,
12
kurang bergairah, dan cepat merasa lelah, serta sering menunjukkan sesak nafas
(Santoso, 1999). Penyuluhan yang diberikan kader posyandu kepada ibu balita
dilakukan setelah mencatat hasil penimbangan di KMS. Kader posyandu akan
menanyakan kepada ibu balita yang balitanya berada di bawah atau tepat di garis
merah mengenai penyebab masalah gizi yang sedang dihadapi balita. Penyebab
masalah gizi pada balita yaitu anak tidak mau makan dan anak sakit.Anak tidak
mau makan disebabkan karena terlalu banyak ngemil, makanan yang disajikan
kurang menarik sehingga anak malas makan. Kader posyandu bertugas
memberikan informasi tentang cara mengatasi masalah gizi balita, misalnya
dengan meningkatkan asupan makanan balita, memberikan anak makan dengan
porsi kecil tapi sering, memperhatikan kandungan gizi yang dikonsumsi oleh
balita,mengimunisasi anak sesuai jadwal yang telah diberikan, menjaga
lingkungan agar tetap sehat, menjauhkan anak dari orang yang sakit, serta
pemberian makanan tambahan yang juga biasanya dilakukan di puskesmas.
5) Pelayanan tenaga professional meliputi KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan dan
pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat (meja V).
Tugas kader di meja 5 sebenarnya bukan merupakan tugas kader, melainkan
pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara lain :
pelayanan lmunisasi, pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, pengobatan dan pemberian pil tambah darah,
Vitamin A (Kader dapat membantu pemberiannya), kapsul yodium dan obat -
obatan lainnya (Rahaju, 2005).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian maka dapatlah disimpulkan bahwa kader kesehatan merupakan
perwujudan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu yang mempunyai
peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina
masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan terutama di
Posyandu.
Dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada
lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama pada kegiatan yang
mereka tidak kompeten memberikannya.
3.2 Saran
Sebagai kader Posyandu yang bertugas memberikan informasi-informasi kepada
masyarakat diharapkan lebih meningkatkan sumber daya yang telah dimilikinya agar
menjadi kader Posyandu yang berkualitas dan profesional. Serta untuk lebih
meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan kegiatan Posyandu, maka sangat diperlukan
peranan secara aktif dari masyarakat dan kader untuk memperlancar kegiatan
pelaksanaan kegiatan posyandu.
14
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2000. Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Balita bagi Petugas Kesehatan. Jakarta. Diakses pada tanggal 20 April 2013.
http://www.pustaka.unpad.ac.id
Departemen Kesehatan RI, 2003.Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu.Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Buku Pegangan Kader. Semarang. Diakses pada
tanggal 20 April 2013. http: //www.depkes.com
Nilawati, 2008. Peran Kader Posyandu. http://library.usu.ac.id. Diakses tanggal 20 April
2013.
Notoadmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. PT.
Rineka Cipta, Jakarta. Diakses pada tanggal 20 April 2013. http://etd.eprints.ums.ac.id
Sugianto, 2005.Peran Kader Posyandu.http://library.usu.ac.id.Diakses tanggal 20 April
2013.
Studi Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, 2005. Posyandu dan Kader Kesehatan.
http://library.usu.ac.id. Diakses tanggal 20 April 2013.
Syafrida 2003. Kader Posyandu. http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 20 April
2013.
Syakira, 2009. Peran Serta Masyarakat Kader Kesehatan.
http://syakira.blog.blogspot.com. Diakses tanggal 20 April 2013.
Ulfah, M 2005. Revitalisasi Posyandu,tersedia dalam <http : www.Kompas.com>
(Diakses tanggal 20 April 2013).
Zulkifli, 2003. Posyandu dan Kader Kesehatan.Pelaksanaan Program Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Balita di Posyandu.http://library.usu.ac.id.Diakses tanggal 20 April
2013.
15