pembelajaran ctl

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Di sekolah, terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang efektif, disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, guru, dan sumber daya yang tersedia di sekolah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, 1

Upload: refiterdiana

Post on 28-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pendahuluan, Pembahasan dan penutup makalah CTL

TRANSCRIPT

Page 1: Pembelajaran CTL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah.

Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa

secara aktif. Di sekolah, terutama guru diberikan kebebasan

untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan,

metode, dan teknik pembelajaran yang efektif, disesuaikan

dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, guru,

dan sumber daya yang tersedia di sekolah.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang

dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang

berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam

kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan

jangka panjang.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan

bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2003).

Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak tanggung

jawab guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan

proses pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas.

Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru untuk

memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah

1

Page 2: Pembelajaran CTL

dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL).

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning

/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah

dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan

mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah adalah:

a) Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual?

b)Apa sajakah komponen pembelajaran kontekstual?

c) Bagaimana bentuk-bentuk pembelajaran kontekstual?

d)Apa saja karakteristik dan kriteria pembelajaran

kontekstual?

e) Apa saja kelebihan dan kelemahan pembelajaran

kontekstual?

f) Bagaimana menyusun Rencana Pembelajran Berbasis

Kontekstual?

g)Apa saja perbedaan pembelajaran kontekstual dengan

pembelajaran tradisional?

h)Bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual dalam

pembelajaran matematika?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka

penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:

2

Page 3: Pembelajaran CTL

a) Untuk mengerahui apa yang dimaksud dengan

pembelajaran kontekstual.

b)Untuk mengerahui apa sajakah komponen pembelajaran

kontekstual.

c) Untuk mengerahui bagaimana bentuk-bentuk pembelajaran

kontekstual.

d)Untuk mengerahui apa saja karakteristik dan kriteria

pembelajaran kontekstual.

e) Untuk mengerahui apa saja kelebihan dan kelemahan

pembelajaran kontekstual.

f) Untuk mengerahui bagaimana menyusun Rencana

Pembelajran Berbasis Kontekstual.

g)Untuk mengerahui apa saja perbedaan pembelajaran

kontekstual dengan pembelajaran tradisional.

h)Untuk mengerahui bagaimana penerapan pembelajaran

kontekstual dalam pembelajaran matematika.

1.4. Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah kita dapat memahami,

mengetahui dan menganalisis bagaimana proses pembelajaran menggunakan

pendekatan kontekstual (CTL) terutama dalam pembelajaran Matematika dari

mata kuliah Perencanaan dan Strategi Pembelajaran ini.

3

Page 4: Pembelajaran CTL

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL)

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah

dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer

pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan

daripada hasil.

Dalam pendekatan kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja

bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu

yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari kata guru. Begitulah peran

guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik

dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang

dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan

mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki

pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari

satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan

mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

4

Page 5: Pembelajaran CTL

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep

belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan

dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah

dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2003:13).

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan

pembelajaran yang menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui

hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran

kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam

membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur

hidup.

Banyak manfaat yang dapat diambil oleh siswa dalam pembelajaran

kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi

peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan mereka akan lebih

bertanggung jawab dengan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran akan menjadi

lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan

pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya

untuk membangun pengetahuan baru.

Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa

dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak mengelola kelas

sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi

anggota kelas (siswa). Selain itu guru juga memberikan kemudahan belajar

kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai. Guru tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa

hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat

diperlukan, maksudnya belajar dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat

pada siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “siswa aktif

bekerja dan berkarya guru mengarahkan”. Pengajaran harus berpusat pada

5

Page 6: Pembelajaran CTL

“bagaimana cara” siswa menggunakan pengetahuan baru mereka sehingga strategi

belajar lebih dipentingkan dibandingkan dengan hasilnya.

Guru bukanlah sebagai yang paling tahu, melainkan guru harus

mendengarkan siswa-siswanya dalam berpendapat mengungkapkan ide atau

gagasan yang dimiliki oleh siswa. Guru bukan lagi sebagai penentu kemajuan

siswa-siswanya, tetapi guru sebagai seorang pendamping siswa dalam pencapaian

kompetensi dasar. Menurut Zahorik (dalam Mulyasa 2006:219) ada lima elemen

yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual yaitu (1) Pembelajaran

harus memperhatikan, pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik; (2)

Pembelajaran dimulai dari keseluruhan menuju bagian-bagiannya secara khusus;

(3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara : menyusun

konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan

dari orang lain, merevisi dan mengembangkan konsep; (4) Pembelajaran

ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari;

(5) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan

pengetahuan yang dipelajari.

Pendekatan kontekstual maksudnya adalah suatu konsep belajar di mana

menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan keluarga dan masyarakat.

Hasil pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna bagi anak untuk

memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik

kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang (Nurhadi dan Senduk 2003:4).

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan

pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta

didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan

menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses

penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan

pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam

terhadap apa yang mereka pelajari.

Pembelajaran kontekstual ini memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta

6

Page 7: Pembelajaran CTL

didik dapat mempraktekkan secara langsung apa yang telah mereka pelajari.

Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk memahami hakikat, makna,

dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk

senantiasa belajar, bahkan kecanduan untuk belajar. Kondisi ini akan terwujud,

ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan

bagaimana cara untuk menggapainya.

2.2. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama yaitu :

a) kontruktivisme (contructivism), merupakan landasan berpikir (filosofi)

pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia

sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas

(sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah

yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk

memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan

bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan

dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa

siswa harus menemukan dan mentransformasikan satu informasi komplek ke

situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik sendiri.

b) bertanya (questioning), suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh

siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Bertanya

merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya

dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing dan menilai keterampilan berpikir siswa. Hal ini merupakan

bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu

menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan

mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya.

c) menemukan (inquiry), merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

7

Page 8: Pembelajaran CTL

diharapkan bukan hasil mengikat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari

menemukan sendiri. Dalam inkuiri terdiri atas siklus yang mempunyai

langkah-langkah antara lain (1) merumuskan masalah, (2) mengumpulkan

data melalui observasi, (3) menganalisi dan menyajikan hasil tulisan, gambar,

laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (4) mengkomunikasikan atau

menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.

d) masyarakat belajar (learning community), hasil pembelajaran diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing

antarteman, antarkelompok, dan antarmereka yang tahu ke mereka yang

sebelum tahu. Dalam masyarakat belajar, anggota kelompok yang terlibat

dalam kegiatan masyarakat memberi informasi yang diperlukan oleh teman

bicaranya dan juga meminta informasi yang diperlukan dari teman bicaranya.

e) pemodelan (modeling), Pemodelan (modeling) yaitu dalam sebuah

pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa

ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan,

mendemonstrasikan bagaiman guru menginginkan para siswanya untuk

belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya

melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh

tentang konsep atau aktivitas belajar.

f) refleksi (reflection), cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang

lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang

baru saja diterima. Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan

mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan

bagaimana merasakan ide-ide baru.

g) penilaian sebenarnya (authentic assessement), merupakan prosedur

penilaian pada pembelajaran konekstual yang memberikan gambaran

perkembangan belajar siswanya. Assessement adalah proses pengumpulan

berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa

memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

8

Page 9: Pembelajaran CTL

2.3. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Kontekstual

Adapun bentuk-bentuk pembelajaran kontekstual, yaitu meliputi:

a) Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan suatu pendekatan yang

diterapkan dalam proses belajar-mengajar dengan menekankan pada keterlibatan

kemampuan peserta didik, baik secara fisik, mental, intelektual maupun

emosionalnya sehingga diperoleh hasil belajar yang berupa keteerpaduan antar

aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam kesatuan pribadi peserta didik yang

utuh seperti yang diinginkan dalam tujuan pendidikan nasional. Siswa dipandang

sebagai objek pembelajaran dan subjek yang belajar., sedangkan titik berat proses

pembelajaran adalah pada keaktifan siswa dan keaktifan guru. Kadar CBSA

teletak apda banya keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar-

mengajar.

Ciri dari CBSA , yaitu:

1) Guru merupakan seorang pengelola (manager) dan perancang (designer)

dari pengalaman belajar.

2) Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership).

3) Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya.

4) Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar

(learning requirements).

5) Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.

6) Tujuan ditulis secara jelas.

7) Semua tujuan diukur/dites.

b) Pendekatan Proses

Penggunaan pendekatan keterampilan proses berdasarkan pertimbangan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dan guru , proses

mengalami secara langsung melalui interaksi dengan lingkungan.Pendekatan

proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses

belajar, aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

9

Page 10: Pembelajaran CTL

Dalam pengertain tersebut, meliputi keterlibatan fisik, mental dan social peserta

didik dalam proses pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan.

Indikator-indikator pendekatan proses antara lain kemampuan

mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari

hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan

mengespresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan karya ilmiah.

c) Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education)

Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberikan

kecakapan personal,social,intelektual dan vokasional untuk bekerja atau usaha

mandiri(UURI No. 20 Th 2003; pasal 26,ayat 3). Pendidikan kecakapan hidup

harus terefleksikan dalam kegiatan pembelajaran, pada seluruh mata pelajaran.

Kita ingat bahwa pada setiap kegiatan pembelajaran mengembangkan tiga aspek,

yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Ketiga aspek tersebu

dikembangkan secara integral, sehingga siswa memiliki kemamuan yang integratif

dan komprehensif, sebagai keterampilan bagi bekal hidupnya.

d) Pembelajaran Inquiri (Inquiry Based Learning)

Tujuan utama dari pendekatan inkuiri adalah membantu siswa

mengembangkan disisplin intelektual dan keterampilan yang diperlukan. Disiplin

intelektual dan keterampilan tersebut dilatih dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan dan memberikan jaaban atas dasar keingintahuan mereka. Inkuiri juga

bertujuan agar siswa memperoeh pengetahuan baru dari hasil gagasan yang

ditemukan siswa.

Pembelajaran berbasis inkuiri ini dimulai dari suatu permasalahan dalam

disiplin ilmu, sehingga memotivasi siswa untuk mencari pemecahannya. Langkah

kegiatan yang dilakukan dalam inkuiri terdiri atas: perumusan masalah,

pengembangan hipotesis, pengumpulan data, pengelolahan data, uji hipotesis dan

penarikan kesimpulan.

e) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Kegiatan belajar melalui pemecahan masalah bermanfaat untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi,

mengembangkan kemampuan berfikir alternatif yang tersedia. Kemampuan-

kemampuan ini adalah kemampuan yang melibatkan proses tingi.

10

Page 11: Pembelajaran CTL

Pembelajaran berbasis masalah adlah pembelajaran melalui pemecahan

masalah. Langkah kegiata pembelajran dilakukan melalui 5

tahapan ,yaituidentifikasi masalah, pengembangan alternatif, pengumpulan data

untuk menguji alternatif, pengujian alternatif, dan pengembilan keputusan.

f) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran koperatif adalah suatu strategi belajar menganja yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di

anatara sesame dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang

terdiri atas dua orang atau lebih. Strategi ini menenpatkan siswa sebagai bagian

dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran ini mendorong siswa ntuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran melalui pemecahan masalah. Siswa secara bekerjaama dalam

kelompoknya untuk menemukan dan merumuskan alternative pemecahan

masalah, pada materi yang dihadapi. Untuk melaksanakan pembelajaran ini, guru

perlu mempersiapkan dan merencanakan dengan matang.

2.4. Karakteristik dan Kriteria Pembelajaran Kontekstual

Setidaknya pembelajaran kontekstual ini memiliki 11

karakteristik, yakni sebagai berikut:

a) Kerjasama 

b) Saling menunjang 

c) Menyenangkan, tidak membosankan 

d) Belajar dengan bergairah 

e) Pembelajaran terintegrasi 

f) Menggunakan berbagai sumber 

g) Siswa aktif 

h) Sharing dengan teman 

i) Siswa kritis guru kreatif 

j) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa,

peta-peta, gambar, artikel, humor dll. 

k) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil

karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan

lain-lain

11

Page 12: Pembelajaran CTL

Kemudian dalam proses pembelajaannya juga memiliki

karakteristik, sebagai berikut:

a) Dalam Pembelajaran Kontekstual pembelajaran merupa

kan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

(activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari

tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.

Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa

adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan

satu sama lain.

b) Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran

dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan

baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu dapat

diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran

dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian

memperhatikan detailnya.

c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)

berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal,

melainkan untuk dipahami dan diyakini.

d) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut

(applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan

pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan

dalam kehidupan nyata.

e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap

strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan

sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan

penyempurnaan strategi.

Sedangkan Kriteria Pembelajaran Metode Kontekstual/CTL,

sebagai berikut:

a) Siswa sebagai subjek belajar.

b) Siswa belajar melalui kegiatan kelompok.

c) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata.

d) Kemampuan didasarkan atas pengalaman.

12

Page 13: Pembelajaran CTL

e) Tujuan akhir kepuasan diri.

f) Prilaku dibangun atas kesadaran.

g) Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai

dengan pengalaman yang dialaminya.

h) Siswa bertanggungjawab dalam memonitor dan

mengembangkan pembelajaran.

i) Pembelajaran bisa terjadi dimana saja.

j) Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berbagai

cara.

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual ada beberapa kelebihan dan kelemahan,

beberapa kelebihan dari pembelajaran kontekstual yaitu:

a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk

dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan

materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi

itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya

akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah

dilupakan.

b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep

kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran

konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa

diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

c) Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa

secara penuh, baik fisik maupun mental.

d) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk

memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil

temuan mereka di lapangan.

e) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian

dari guru.

13

Page 14: Pembelajaran CTL

f) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang bermakna.

Menurut PLPG kuota 2008 manfaat pembelajaran contextual teaching and

learning(CTL) antara lain :

1) Bagi anak didik dapat

Mengaitkan mata pelajaran dengan pekerjaan atau kehidupan

Mengaitkan kandungan mata pelajaran dengan pengalaman seharihari

Memindahkan kemahiran

Memberi kesan dan mendapatkan bukti

Menguasai permasalahan abstrak melalui pengalaman kongkrit

Belajar secara bersama

2) Bagi pendidik dapat

Menjadikan pengajaran sebagai salah satu pengalaman yang bermakna

Mengaitkan prinsip – prinsip mata pelajaran dengan dunia pekerjaan

Menjadikan Penghubung antara pihak akademik kan vokasional

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:

a) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual

berlangsung.

b) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi

kelas yang kurang kondusif.

c) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam m CTL, guru tidak

lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas

sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan

ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang

sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh

tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan

demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang

memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka

dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan

dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.

14

Page 15: Pembelajaran CTL

Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan

bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai

dengan apa yang diterapkan semula.

2.6. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Konvensional

Sebagai gambaran umum, berikut ini disajikan perbandingan antara

pendekatan kontekstual dan konvensional.

Tabel Perbandingan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan

Konvensional

No Pendekatan Kontekstual Pendekatan Konvensional

1. Siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran (student center)

Siswa hanya menerima informasi

secara pasif (teacher center)

2. Siswa belajar bersama dalam kerja

dan diskusi kelompok

Siswa belajar secara individual

3. Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata atau didasarkan

pada masalah

Pembelajaran terlalu abstrak dan

teoritis

4. Perubahan perilaku siswa dibangun

atas kesadaran diri

Perubahan perilaku siswa dibangun

atas kebiasaan

5. Memperoleh keterampilan yang

dikembangkan dari pemahaman

Memperoleh keterampilan yang

dikembangkan atas dasar latihan

6. Penghargaan yang diberikan berupa

kepuasan diri

Penghargaan yang diberikan berupa

angka/nilai

7. Siswa tidak berperilaku jelek

karena dia sadar dan merugikan

Siswa tidak berperilaku jelek

karena takut hukuman

8. Bahasa yang disampaikan

komunikatif

Bahasa yang disampaikan terkesan

satu arah (struktural)

9. Belajar dari apa yang sudah dikenal

siswa

Belajar dari sesuatu yang asing atau

tidak dikenal siswa

10. Adanya kemampuan proses dalam

pembelajaran

Hanya berlaku pasif menerima

informasi

11. Pengetahuan yang ada dibangun

dan dikembangkan sendiri

Pengetahuan didasarkan pada

penangkapan serangkaian fakta,

15

Page 16: Pembelajaran CTL

konsep atau hokum diluar dirinya.

12. Didasarkan pada pengalaman siswa Tidak didasarkan pada pengalaman

siswa

13. Hasil belajar diukur berdasarkan

proses

Hasil belajar diukur berdasarkan

hanya hasil tes.

14. Pembelajaran tidak terbatas pada

ruang kelas

Pembelajaran hanya terjadi di

ruang kelas

15. Adanya upaya pemecahan masalah Tidak adanya upaya pemecahan

masalah

Berdasarkan tabel diatas, 15 pernyataan diatas merupakan keunggulan atau

kebaikan yang dimiliki pendekatan kontekstual. Namun demikian,

pelaksanaannya memerlukan keterampilan dari guru itu sendiri. Guru harus

menyiapkan instrument untuk dapat mengukur hasil belajar siswa berdsarkan

proses pembelajaran. Selama ini, guru menyusun instrument hanya untuk

mengukur hasil belajar siswa berdasarkan tes akhir saja. Selain itu, guru harus

membiasakan diri bukan hanya sebagai sumber informasi saja tapi sebagai

fasilitator.

2.7. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, rencana pembelajaran (RP) diartikan

sebagai rencana kegiatan guru yang berisi skenario pembelajaran tahap demi

tahap mengenai hal-hal yang akan dilakukakan guru bersama siswa terkait topik

atau pokok bahasan yang akan dipelajari demi mencapai kompetensi standar yang

telah ditentukan. Dalam ini, rencana pembelajaran tidak diartikan sebagai laporan

yang harus disusun dan dilaporkan kepada kepala sekolah atau pihak lain,

melainkan sebagai rencana “individual” guru yang memuat langkah-langkah

pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas. Rencana pembelajaran dapat

difungsikan sebagai pengingat bagi guru mengenai hal-hal yang harus

dipersiapkan, mengenai media apa yang akan digunakan, strategi pembelajaran

yang dipilih, sistem penilaian yang akan ditentukan, dan hal-hal teknis lainnya.

Mengingat rencana pembelajaran lebih bersifat sebagai rencana “individual”

guru, tentu tidak ada format. Memang, secara umum tidak terdapat perbedaan

16

Page 17: Pembelajaran CTL

mendasar mengenai format rencana pembelajaran berbasis kontekstual dengan

format rencana pembelajaran yang selama ini dikenal. Hal yang membedakan

keduanya adalah mengenai substansi atau penekanannya. Pada pembelajaran yang

secara umum dikenal, rencana pembelajaran menekankan pada deskripsi tujuan

yang akan dicapai, sedangkan pada pembelajaran kontekstual lebih menekankan

pada skenario pembelajarannya.

Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa pendekatan kontekstual

mempunyai 7 komponen utama, maka menyusun rencana pembelajaran berbasis

kontekstual berarti merancang kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi 7

komponen utama pendekatan kontekstual tersebut.. Ketujuh komponen

pendekatan kontekstual harus tersirat pada rencana pembelajaran yang disusun.

Selain itu, dalam rencana pembelajaran juga dirancang bagaimana

mengintegrasikan keterampilan kecakapan hidup (life skill) dalam rangkaian

pembelajaran.

1. Identitas

Identitas biasanya memuat nama mata pelajaran, satuan pendidikan,

kelas/semester, dan alokasi waktu.

2. Standar kompetensi dan kopetensi standar

Bagian ini memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus

dicapai siswa melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

3. Indikator

Bagian ini memuat indikator-indikator, yakni karakteristik, ciri-ciri,

perbuatan, atau respon siswa berkaitan dengan kompetensi dasar untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

4. Materi pokok

Bagian ini berisi materi pokok yang dipilih sebagai sarana bagi siswa untuk

mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Pada bagian ini dapat pula

disertai uraian singkat materi pokok.

5. Media pembelajaran.

Bagian ini menjelaskan mengenai media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran yang akan menunjang pencapaian standar kompetensi atau

kompetensi dasar yang ditentukan.

17

Page 18: Pembelajaran CTL

6. Pendekatan atau metode pembelajaran

Bagian ini memuat jenis pendekatan atau metode yang dipilih atau digunakan.

7. Kegiatan pembelajaran

Pada bagian ini diuraikan mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran,

yang mengakomodasi 7 komponen pendekatan kontekstual dan pengintegrasian

life skill dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum, kegiatan pembelajaran

terdiri atas 3 tahap, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan pokok, dan kegiatan

penutup.

a. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

mengkondisikan siswa agar siap secara mental untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran. Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah memotivasi siswa

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti memberikan contoh

manfaat topik yang akan dipelajari, mengaitkan materi pelajaran dengan

dunia nyata, menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi standar

yang harus dicapai siswa melalui kegiatan pembelajaran, dan langkah-

langkah kegiatan pembelajaran yang akan diikuti siswa. Pada bagian ini

pula dilakukan pembahasan pekerjaan rumah dan apersepsi, yakni

mengaitkan materi pelajaran yang akan dipelajari siswa dengan materi

pelajaran.

b. Pada kegiatan pokok diuraikan mengenai langkah-langkah pembelajaran

yang merupakan tahapan bagi siswa untuk mengkonstruksi konsep atau

pengetahuan. Pada bagian ini tercermin implementasi ketujuh komponen

utama pendekatan kontekstual dan pengintegrasian life skill.

c. Sedangkan pada bagian penutup diuraikan mengenai bimbingan guru

kepada siswa untuk mereview (merangkum) materi atau topik yang telah

dipelajari, pemberian tugas, dan penginformasian mengenai topik atau

materi pelajaran pada pertemuan berikutnya.

8. Penilaian

Pada bagian ini diuraikan mengenai jenis dan bentuk instrumen yang

digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator yang telah ditentukan.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program

pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali

18

Page 19: Pembelajaran CTL

lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya, di mana:program

pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan

dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program pembelajaran kontekstual

lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok

dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual

adalah sebagai berikut:

a. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan

kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi,

Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar.

b. Nyatakan tujuan pembelajarannya.

c. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu

d. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa

e. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat

diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Contoh : Penerapan Model CTL pada Bahan Ajar Geometri dan Pengukuran di Kelas Tinggi Berdasarkan RPP

Kelas/ Semester : VI/I

Standar Kompetensi : Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga.

Kompetensi Dasar : Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana.

Indikator : Menghitung luas segi banyak dari jaring-jaring suatu bangun ruang

Tujuan Pembelajaran : - Menghitung luas gabungan persegi, segiempat, segitiga, trapesium, layang-layang, atau belah ketupat dari jaring-jaring suatu bangun ruang.

- Menentukan luas bahan yang diperlukan dari jaring-jaring bangun ruang yang dihitungnya dalam jumlah tertentu.

Media Pembelajaran : - 5 buah bangun ruang dalam berbagai bentuk dan ukuran

dari benda-benda bekas, seperti kotak bekas pasta

gigi,topi ulang tahun, dan sebagainya.

- Gunting/ cutter

- Penggaris

19

Page 20: Pembelajaran CTL

- Lembar Kerja Siswa

Prosedur Kegiatan :

a. Kegiatan Awal

1. Mengarahkan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif.

2. Mengadakan apersepsi dengan mengadakan tanya jawab tentang luas-luas

bangun datar yang telah dipelajari siswa dengan memberikan contoh

bagaimana cara menghitung luas papan tulis, buku gambar, dan lain-lain.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menghitung luas bangun

gabungan.

b. Kegiatan Inti :

1. Mengembangkan materi pelajaran melalui demonstrasi dengan meminta

siswa untuk menghitung luas selembar kertas. Kemudian siswa diminta

kembali untuk menghitung kertas tersebut yang digabungkan dengan

potongan kertas lainnya yang berbentuk segitiga.

2. Siswa diminta untuk menjelaskan hasil pekerjaannya tersebut, sementara

siswa yang lainnya diminta untuk mengomentari hasil pekerjaan

temannya. Dengan bimbingan guru, siswa mengkonstruksi pengetahuan

barunya berdasarkan pengalamannya tersebut.

3. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang. Guru

menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa yaitu secara

berkelompok siswa melakukan eksplorasi untuk menemukan dan

menghitung luas bangun yang terbentuk dari jaring-jaring bangun ruang

yang telah disiapkan.

4. Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok siswa dan bangun-

bangun ruang yang berlainan sesuai jumlah kelompok.

5. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menemukan dan menghitung

luas bangun datar yang terbentuk dari jaring-jaring bangun ruang tersebut.

Selama siswa berdiskusi, guru berkeliling membimbing, memotivasi, dan

memfasilitasi siswa serta mengamati aktivitas siswa selama diskusi.

6. Siswa melaporkan hasil diskusi masing-masing kelompok dalam diskusi

kelas. Siswa diminta menjelaskan hasil temuannya kepada rekan-rekannya

20

Page 21: Pembelajaran CTL

dengan memperagakan kembali di depan kelas. Siswa lainnya

mengomentari hasil pekerjaan rekannya.

7. Siswa melakukan tanya-jawab dalam diskusi kelas antar kelompok, antara

siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan guru sehingga diperoleh

kesimpulan diskusi.

8. Siswa melakukan refleksi dengan menuliskan kesan keberhasilannya atau

kekurangpahamannya tentang konsep yang telah dipelajarinya berupa

jurnal sehingga guru dapat melakukan tindak lanjut.

c. Kegiatan Akhir :

1. Melakukan pengamatan pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

2. Mengadakan penilaian tes akhir.

3. Mengadakan tindak lanjut.

2.8. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika

Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik

dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk dapat memahami makna materi

pelajaran yang dipelajari dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks

kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga

siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan

(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia

nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan

siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai

salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis

kompetensi. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa

mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja

ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).

21

Page 22: Pembelajaran CTL

Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.

Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pembelajaran kontekstual.

Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan

dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :

a. Guru yang berwawasan

Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam penerapan dan pendekatan.

b. Materi dalam pembelajaran

Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi pembelajaran yang dijiwai oleh

konteks perlu disusun agar bermakna bagi siswa.

c. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar

Dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat

belajar, yang lebih konkret, yang menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil,

dsb.

d. Media pembelajaran

Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah, benda nyata, alat peraga,

film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang agar sesuai dan belajar lebih

bermakna.

e. Fasilitas

Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan

perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan

pelatihan perlu disediakan.

f. Proses belajar dan mengajar

Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa yang bernuansa pembelajaran

kontekstual yang merupakan inti dari pembelajaran kontekstual.

g. Kancah pembelajaran

Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang diinginkan.

h. Penilaian

22

Page 23: Pembelajaran CTL

Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada pembelajaran ini

menuntut pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara-cara yang tepat dan

variatif, tidak hanya dengan pensil atau paper test.

i. Suasana

Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat berpengaruh

karena dapat mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan kehidupan nyata di

lingkungan siswa.

23

Page 24: Pembelajaran CTL

CONTOH PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan ditunjukkan

dengan contoh-contoh pembelajaran matematika di sekolah Dasar (SD).

Perancangan kegiatan pembelajaran dapat berupa persiapan dan pelaksanaan

pembelajaran. Persiapan rancangan kegiatan pembelajaran dibuat dalam bentuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Contoh 1: Pembelajaran Pengukuran di Kelas III semester 2

Kompetensi Dasar (KD): ”Menghitung luas persegi dan persegi panjang”.

KD ini dapat dibuat dalam dua rancangan kegiatan pembelajaran, yaitu: (1)

menghitung luas persegi panjang; dan (2) menghitung luas persegi. Dalam contoh

akan diambil rancangan kegiatan yang pertama yaitu ’menghitung luas persegi

panjang’. Konsep luas ini, akan dibangun melalui beberapa hal, yaitu sebagai

berikut.

1) Mengaitkan konsep luas dengan bentuk-bentuk tak beraturan disekitar siswa;

2) Penggunaan berbagai strategi dalam menyelesaikan soal-soal kontekstual;

3) Menggunakan berbagai satuan pengukuran sebagai suatu strategi perhitungan;

4) Menggunakan kertas berpetak sebagai model;

5) Membingkai suatu bangun dengan persegi panjang;

6) Menemukan rumus luas persegi panjang; dan

7) Menentukan atau menghitung luas persegi panjang dengan rumus.

Maka dari KD di atas pada rancangan kegiatan yang pertama yaitu

’menghitung luas persegi panjang’ dapat ditentukan indikator pencapaiannya yaitu

sebagai berikut.

1) Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan luas persegi panjang

2) Menghitung luas persegi panjang dengan ukuran tidak baku

3) Menyebutkan pengertian luas dari suatu suatu daerah atau bangun datar

4) Menemukan rumus luas persegi panjang

5) Menentukan atau menghitung luas bangun berbentuk persegi panjang

Untuk contoh, hanya diambil dua indikator terakhir yaitu: Menemukan rumus

luas persegi panjang dan menentukan atau menghitung luas persegi panjang.

24

Page 25: Pembelajaran CTL

Penggalan proses pembelajaran akan dilakukan oleh guru yang pasif, guru yang

aktif, dan guru yang realistik untuk pertama kalinya membelajarkan menemukan

rumus dan menentukan atau menghitung luas persegi panjang pada siswa.

1. Guru Pasif

Guru yang pasif memulai pembelajaran menemukan rumus luas persegi

panjang dengan menggambar atau memperlihatkan gambar di papan tulis

kemudian memberikan penjelasan kepada siswanya bagaimana menemukan

rumus persegi panjang, seperti contoh berikut :

Langkah 1

Guru memberikan penjelasan pada siswa bahwa: ”Luas persegi panjang dapat

ditentukan dengan menghitung banyaknya persegi satuan yang ada dalam persegi

panjang tersebut”.

Langkah 2

Untuk menuju ke konsep rumus luas persegi panjang, guru dapat memberikan

lembar kerja pada siswa: ”Selesaikan Lembar Kerja (LK) berikut secara

berkelompok”.

Langkah 3

Guru memberi penjelasan pada siswa bahwa: ” Luas persegi panjang dapat

diperoleh dengan mengalikan panjang dan lebarnya atau Luas = panjang x lebar”.

2. Guru Aktif

Guru yang aktif memulai pembelajaran menemukan rumus luas persegi

panjang dengan menggambar atau memperlihatkan gambar di papan tulis, seperti

contoh berikut.

25

Page 26: Pembelajaran CTL

Langkah 1

Guru memberikan penjelasan pada siswa bahwa :”Luas persegi panjang dapat

ditentukan dengan menghitung banyaknya persegi satuan yang ada dalam persegi

panjang tersebut”.

Langkah 2

Untuk menuju ke konsep rumus luas persegi panjang, guru dapat memberikan

lembar kerja pada siswa: ”Selesaikan Lembar Kerja (LK) berikut secara

berkelompok”.

Langkah 3

Guru dengan menggunakan peragaan memperjelas rumus luas persegi panjang

yang ditemukan siswa dari lembar kerja yang diberikan guru.

26

Page 27: Pembelajaran CTL

3. Guru Realistik

Guru yang realistik memulai pembelajaran menemukan rumus luas persegi

panjang dengan memberikan masalah kontekstual pada siswa untuk diselesaikan

secara bekelompok, seperti contoh berikut.

Langkah 1

Guru mengajak siswa menghitung luas lantai yang dibatasi dengan tali

membentuk persegi panjang dengan menghitung banyaknya ubin yang dibatasi

oleh tali tersebut, contoh:

Langkah 2

Guru dapat menggambarkan persegi panjang yang di lantai pada papan tulis atau

guru menggambarkannya pada lembar kertas yang telah disiapkan guru

27

Page 28: Pembelajaran CTL

sebelumnya. Selanjutnya siswa disuruh menghitung luas persegi panjang apabila 1

ubin merupakan satu satuan luas.

Langkah 3

Guru memberikan kebebasan pada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan

caranya sendiri untuk mendapatkan luas persegi panjang. Kemudian guru

meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan jawabannya di papan tulis

dan sekaligus mengkomunikasikan dengan kelompok lain dari mana jawaban

tersebut diperoleh atau alasannya mendapatkan jawaban tersebut. Maka alternatif

jawaban siswa adalah sebagai berikut.

Alternatif 1

Dengan membilang satu persatu persegi satuan, maka diperoleh jawaban siswa:

Luas = 40 satuan luas.

Alternatif 2

Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap kolom, maka diperoleh jawaban

siswa: Luas = (5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5) satuan luas = 40 satuan luas.

Alternatif 3

Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap baris, kemudian siswa

mengubahnya dalam kalimat perkalian, maka diperoleh jawaban siswa:

Luas = (8 + 8 + 8 + 8 + 8) satuan luas = 40 satuan luas

Luas = 5 x 8 = 40 satuan luas (8 nya ada 5 dituliskan 5x8 dan 40 diperoleh dari

hasil perhitungan banyaknya persegi satuan pada persegi panjang).

Alternatif 4

Dengan langsung mengalikan banyaknya kolom dan baris atau mengalikan baris

dan kolom, maka diperoleh jawaban siswa:

Luas = 8 x 5 = 40 satuan luas atau Luas = 5 x 8 = 40 satuan luas.

28

Page 29: Pembelajaran CTL

Langkah 4

Guru harus dapat menyikapi jawaban siswa yang salah maupun yang benar.

Apabila jawaban siswa salah guru tidak boleh langsung menyalahkan tetapi harus

melihat alasan jawaban dari siswa, baru dari jawaban siswa ini siswa digiring atau

dimotivasi kepada jawaban yang benar.

Untuk alternatif semua jawaban yang benar seperti contoh di atas, maka guru

membenarkan semua jawaban, kemudian guru memberi kesempatan berpikir

siswa dari semua alternatif jawaban yang benar, jawaban mana yang paling

mudah dan gampang dikerjakan.

Guru perlu mendengarkan jawaban siswa dan memberikan gambaran pada

siswa yang bisa menjadi pertimbangan pada siswa. Sebagai contoh: ”Andaikan

kita disuruh menghitung luas ruangan kelas kita yang diketahui panjang dan

lebarnya, apakah kita harus menghitung satu persatu ubin yang ada? (sambil

menunjuk jawaban Alternatif 1) atau kita harus banyaknya ubin untuk setiap baris

dan kolomnya? (sambil menunjuk jawaban Alternatif 2 dan Alternatif 3).

Bagaimana dengan jawaban pada Alternatif 4?”. Guru kemudian memperluas

permasalahan: ”Bagaimana kalau kita disuruh menghitung luas halaman sekolah

atau luas ruang kelas sekolah kita?”. Nah tentunya untuk mempermudah kita

menghitungnya kita perlu mencari cara, yaitu dengan menemukan cara atau rumus

menghitung luas persegi panjang atau persegi (ini merupakan cara guru membawa

siswa dari matematika horizontal kepada matematika vertikalnya).

Langkah 5

Bertitik tolak dari jawaban siswa (jawaban Alternatif 1,2 dan 3), guru mengajak

siswa menemukan rumus luas persegi panjang. Sebagai contoh seperti berikut ini.

29

Page 30: Pembelajaran CTL

Catatan:

Untuk menemukan rumus luas persegi panjang, setelah langkah 1 s.d. 5 guru

realistik dapat memberikan lembar kerja yang digunakan guru aktif pada langkah-

2 dan 3.

Langkah selanjutnya, untuk mencapai indikator ke-2 yaitu: ”menentukan atau

menghitung luas persegi panjang”, guru pasif, guru aktif, maupun guru realistik

dapat memberikan lembar tugas kepada siswa untuk diselesaikan. Contoh lembar

tugas adalah sebagai berikut.

30

Page 31: Pembelajaran CTL

Contoh 2 : Pembelajaran Bilangan di Kelas II semester 2

Kompetensi Dasar (KD): ”Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya

bilangan dua angka”. Untuk mencapai KD ini, indikator yang dapat dituliskan

guru antara lain sebagai berikut.

1) Mengubah bentuk penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian.

2) Mengubah bentuk perkalian ke dalam bentuk penjumlahan berulang.

3) Menentukan hasil perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

4) Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian.

Indikator ke (4) merupakan kemampuan yang dicapai siswa setelah mengenal

konsep perkalian bilangan. Hal ini berbeda dengan permasalahan kontekstual atau

realistik yang dikemukakan guru untuk memulai pembelajaran, yaitu

permasalahan yang harus diselesaikan siswa yang mana siswa belum mengenal

konsep perkalian bilangan.

Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah contoh penggalan proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru pasif, guru aktif, dan guru yang realistik dalam

membelajarkan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan 2 angka untuk pertama

kalinya pada siswa.

1. Guru Pasif

Guru pasif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya

bilangan 2 angka sebagai berikut.

Langkah 1

Guru menuliskan kalimat penjumlahan di papan tulis, contoh: 4+4+4 = ..... Guru

menanyakan pada siswa: ”Berapa kali bilangan 4 dituliskan? Jawaban siswa: 3

kali”. Guru kemudian akan melanjutkan: ”Jadi penjumlahan tersebut dapat ditulis

dalam kalimat perkalian: 3x4, jadi 3x4 = 4+4+4=12”. Selanjutnya guru

menuliskan kembali di papan tulis bentuk penjumlahan berulang dan bertanya

pada siswa: ” 4+4+4+4 = ......, dapatkah kalian menuliskan penjumlahan ini

sebagai perkalian?”. Kalau tidak ada siswa yang dapat menjawab guru kembali

menanyakan pada siswa: ”Berapa kali bilangan 4 tuliskan?”. Maka siswa akan

menjawab 4, guru melanjutkan dengan memberi pernyataan: ”Kalau begitu dapat

ditulis 4x4, artinya 4x4 = 4+4+4+4 = 16.

31

Page 32: Pembelajaran CTL

Langkah 2

Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan penjumlahan

berulang kedalam bentuk perkalian.

2. Guru Aktif

Guru aktif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya bilangan

2 angka dengan menggunakan alat peraga, seperti manikmanik, sedotan minuman,

lidi, atau kartu bergambar seperti contoh berikut.

Langkah 1

Guru menunjukkan alat peraga yang digunakan, contoh kartu bergambar seperti

berikut.

Langkah 2

Guru melanjutkan penjelasannya pada siswa bagaimana mengubah bentuk

penjumlahan berulang kedalam kalimat perkalian, seperti contoh berikut.

Pada kegiatan di atas guru mengajak siswa mengubah penjumlahan berulang

kedalam kalimat perkalian seperti contoh di atas, yaitu 1 sapi banyaknya kaki 4

dapat dituliskan 1x4, 2 sapi banyak kaki dapat dituliskan 2x4 dan seterusnya.

32

Page 33: Pembelajaran CTL

Langkah 3

Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan penjumlahan

berulang kedalam bentuk perkalian.

3. Guru Realistik

Guru realistik memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya

bilangan 2 angka dengan menggunakan permasalahan sehari-hari yang dikenal

siswa atau permasalahan kontekstual, seperti contoh berikut.

Langkah 1

Guru menanyakan pada siswa:” apakah siswa sudah pernah melihat sapi?”,

apabila siswa menjawab sudah, guru menanyakan pada siswa: ” berapa kaki yang

dimiliki sapi?”, maka jawaban siswa adalah sapi memiliki 4 buah kaki.

Selanjutnya guru memberikan permasalahan yang harus diselesaikan siswa secara

berkelompok, yaitu: ”Ada berapa buah kaki yang ada atau dimiliki pada 5 ekor

sapi?”

Langkah 2

Guru menyiapkan beberapa alat peraga, seperti manik-manik, sedotan minuman,

lidi, atau kartu bergambar dan sebagainya untuk membantu siswa menyelesaikan

masalah dengan caranya sendiri. Guru meminta masing-masing kelompok untuk

menuliskan jawaban dengan memberikan alasan diperolehnya jawaban dengan

mengkomunikasikan dengan siswa yang lain.

Alternatif jawaban siswa sebagai berikut.

Alternatif 1

Siswa membilang satu persatu kaki yang dimiliki 4 ekor sapi, diperagakan dengan

menggunakan lidi, sedotan minuman, manik-manik, kartu bergambar atau yang

33

Page 34: Pembelajaran CTL

alat peraga yang lain. Peragaan yang dilakukan siswa ini merupakan kegiatan

semi abstrak seperti contoh berikut.

Alternatif 3

4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4 =20

Jawaban siswa ini merupakan jawaban formal yang merupakan definisi matematika.

Langkah 3

Guru harus dapat menyikapi jawaban siswa yang salah maupun yang benar.

Apabila jawaban siswa salah guru tidak boleh langsung menyalahkan tetapi harus

melihat alasan jawaban dari siswa, baru dari jawaban siswa ini siswa digiring atau

dimotivasi kepada jawaban yang benar.

Untuk alternatif semua jawaban yang benar seperti contoh di atas maka guru

membenarkan semua jawaban, kemudian guru member kesempatan berpikir siswa

dari semua alternatif jawaban yang benar, jawaban mana yang paling mudah

dan gampang dikerjakan.

Guru perlu mendengarkan jawaban siswa dan memberikan gambaran pada

siswa yang bisa menjadi pertimbangan pada siswa. Sebagai contoh : ”Andaikan

kita disuruh menghitung banyaknya kaki yang dimiliki 15 ekor sapi, apakah kita

harus menghitung satu persatu kaki sapi yang ada? sambil menunjuk jawaban

34

Page 35: Pembelajaran CTL

Alternatif 1) atau kita harus menjumlahkan kaki yang dimiliki masing-masing

sapi? Bagaimana dengan jawaban pada Alternatif 3?”.

Guru kemudian memperluas permasalahan: ”Bagaimana kalau kita disuruh

menghitung puluhan atau ribuan sapi?”. Nah tentunya untuk mempermudah kita

menghitungnya kita perlu mencari cara yang paling mudah, yaitu dengan

mengubah kalimat penjumlahan kedalam bentuk perkalian (ini merupakan cara

guru membawa siswa dari matematika horisontal kepada matematika vertikalnya).

Langkah 4

Bertitik tolak dari jawaban siswa (jawaban alternatif-1, 2 dan 3), guru mengajak

siswa bagaimana mengubah bentuk penjumlahan berulang kedalam bentuk

perkalian seperti contoh seperti berikut ini.

Formal 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4 =20 → Definisi matematika

Langkah 5

Guru dapat memberikan latihan atau soal-soal pada siswa berkaitan dengan

mengubah bentuk penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian atau

sebaliknya.

35

Page 36: Pembelajaran CTL

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk

kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke

siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses

berpengalaman dalam kehidupan nyata. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan

sebagai tempat untuk memperoleh informasi tetapi sebagai tempat untuk menguji

data hasil temuan peserta didik di lapangan. Ada beberapa perbedaan antara

strategi pembelajaran CTL dan konvensional yang membuktikan bahwa CTL

lebih efektif dan mampu menjadi alternatif pilihan strategi pembelajaran yang

diterapkan guru di sekolah. Diperlukan pola dan langkah pembelajaran CTL di

kelas agar strategi CTL dapat diterapkan secara efektif dan sesuai materi pelajaran

yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD).

3.2. Saran

Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) ini

diharapkan semua guru mata pelajaran terutama matematika dapat menerapkan

strategi ini dalam melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dan

dapat lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas penguasaan materi mata

pelajaran siswa di sekolah dan pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas

sumber daya manusia Indonesia sebagaimana tujuan dan fungsi pendidikan

nasional.

Guru hendaknya juga harus dapat memahami dengan baik konsep

pembelajaran berbasis kontekstual sehingga dalam penerapannya dapat

36

Page 37: Pembelajaran CTL

mendorong siswa aktif belajar. Hal yang dapat dilakukan guru yaitu :

meningkatkan kreativitas dalam merancang atau memadukan model dan metode

pembelajaran dengan baik sehingga mampu membuat pembelajaran tersebut

menyenangkan untuk siswa. Selain itu, kreativitas guru dalam menyajikan materi

pelajaran juga harus ditingkatkan yaitu dengan mengkolaborasikan materi dengan

kenyataan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga

mempersiapkan sarana pembelajaran yang memadai sesuai dengan tujuan

pembelajaran dengan tetap memperhatikan relevansinya dengan kenyataan di

lapangan, memberikan motivasi pada siswa sebagai bentuk penguatan, baik

berupa kata-kata maupun sikap, serta memberikan keleluasaan kepada siswa

untuk mengungkapkan ide-idenya.

37