pembelajaran dimensi tiga menggunakan media … · sering kita jumpai jika anak ditanya pelajaran...
TRANSCRIPT
PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X 7 SMA NEGERI JUMAPOLO KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009 (Penelitian Tindakan Kelas)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh Endang Agustini S
S810908106
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
2
PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X 7 SMA NEGERI JUMAPOLO KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009 (Penelitian Tindakan Kelas)
Disusun Oleh : Endang Agustini S
S810908106
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dosen Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Sunardi, M.Sc. ……………… ………… NIP. 130605279 Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. ....…………… ....……… NIP. 131918507
Mengetahui Ketua Program Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. NIP. 130367766
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ......................... 7
A. Landasan Teori ............................................................ 7
1. Hakikat Pembelajaran Dimensi Tiga…………….. 7
a. Belajar……………….. .................................... 7
b. Mengajar………………. ................................. 9
c. Pembelajaran ……………………………....... 10
d. Pembelajaran Dimensi Tiga ……………........ 13
2. Hakikat Media Pembelajaran…………………….. 14
a. Pengertian Media Pembelajaran ….……..…… 14
b. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran…….. 16
c. Manfaat Media Pembelajaran ………….……... 17
d. Jenis Media Pembelajaran ……………………. 19
4
3. Hakikat Motivasi ………………………………….. 21
4. Hakikat Prestasi Belajar ........... ............................. .. 24
B. Penelitian yang Relevan .......................................... .... .. 28
C. Kerangka Berfikir......................................................... 28
D. Hipotesis Tindakan ..................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 31
A. Setting Penelitian ........................................................ 31
B. Subjek Penelitian.......................................................... 32
C. Data dan Sumber Data ................................................. 32
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................... 32
E. Validasi Data ............................................................... 34
F. Teknik Analisis Data ................................................... 35
G. Indikator Kinerja ......................................................... 37
H. Prosedur Penelitian ..................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................ 43
A. Deskripsi Daerah Penelitian......................................... 43
B. Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran Dimensi Tiga
Siswa Kelas X 7 ........................................................... 45
C. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas ........................... 46
1. Deskripsi Siklus I................................................... 47
2. Deskripsi Siklus II.................................................. 54
3. Deskripsi Siklus III ................................................ 61
D. Hasil Penelitian ............................................................ 68
E. Pembahasan.................................................................. 74
BAB V PENUTUP.......................................................................... 79
5
A. Kesimpulan .................................................................. 79
B. Implikasi ...................................................................... 80
C. Saran ............................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………. 85
6
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Hasil Angket Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran
Dimensi Tiga Kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo .................... 68
Tabel IV.2 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus I ................................ 70
Tabel IV.3 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus II .............................. 71
Tabel IV.4 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus III ............................. 72
Tabel IV.5 Hasil Belajar Dimensi Tiga Sebelum Tindakan Kelas ............ 74
Tabel IV.6 Hasil Belajar Dimensi Tiga Selama Proses Pembelajaran
dalam Tiga Siklus .................................................................... 75
Tabel IV.7 Prosentase Hasil Belajar Dimensi Tiga dalam Tiga Siklus ..... 76
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berfikir ................................................................. 29
Gambar 2 Alur Penelitian Tindakan ...................................................... 39
8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SILABUS........................................................................... 85
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ........ 86
Lampiran 3 KISI-KISI INSTRUMEN MOTIVASI SISWA TERHADAP
PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA................................ 91
Lampiran 4 ANGKET MOTIVASI SISWA TERHADAP MATA
PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA................................ 92
Lampiran 5 ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SIKLUS I.......... 94
Lampiran 6 ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SIKLUS II ........ 98
Lampiran 7 ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SIKLUS III ....... 102
Lampiran 8 CATATAN LAPANGAN SIKLUS I ................................ 106
Lampiran 9 CATATAN LAPANGAN SIKLUS II............................... 110
Lampiran 10 CATATAN LAPANGAN SIKLUS III............................. 114
Lampiran 11 NILAI ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA
SEBELUM DILAKUKAN TINDAKAN.......................... 118
Lampiran 12 NILAI ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA
SIKLUS I ........................................................................... 119
Lampiran 13 NILAI ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA
SIKLUS II.......................................................................... 120
Lampiran 14 NILAI ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA
SIKLUS III......................................................................... 121
Lampiran 15 TABEL SKOR MOTIVASI SISWA TERHADAP
PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA KELAS X 7
PADA KONDISI AWAL .................................................. 122
9
Lampiran 16 TABEL SKOR MOTIVASI SISWA TERHADAP
PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA KELAS X 7
PADA KONDISI AKHIR.................................................. 124
Lampiran 17 FOTO PELAKSANAAN TINDAKAN............................ 126
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sering kita jumpai jika anak ditanya pelajaran apa yang paling tidak
disukai jawabannya adalah matematika, pelajaran apa yang paling memusingkan
adalah matematika, guru apa yang paling dibenci adalah guru matematika dan
sebagainya. Maka berdasarkan fenomena tersebut dari sekian rangkaian proses
pembelajaran matematika jelas ada sesuatu yang salah, pengamatan kami terhadap
proses pembelajaran matematika siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo
ditemukan data bahwa sebagian siswa memiliki motivasi dan kemampuan yang
rendah, khususnya dalam menguasai materi dimensi tiga. Pada sebagian siswa
yang lain dimana mereka sebenarnya menyenangi pelajaran matematika, namun
pada saat mempelajari materi dimensi tiga menjadi malas dan bahkan semangat
belajarnya berkurang. Hal itu dapat berpengaruh pada proses belajar mereka di
kelas berikutnya.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari rendahnya
prestasi belajar siswa, terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit seperti
matematika, fisika, dan bahasa inggris. Salah satu pokok bahasan dalam mata
pelajaran matematika yang diberikan ditingkat SMA pada kelas X semester II
adalah dimensi tiga. Banyak siswa menganggap materi tersebut sukar dipahami
terutama untuk menggambar dan memahami bagian-bagian bangun ruang, karena
siswa dituntut untuk dapat berfikir abstrak.
11
Pelaksanaan kegiatan balajar mengajar belum dapat berjalan secara
maksimal karena dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: 1) tuntutan materi
pelajaran yang cukup padat dan alokasi waktu yang terbatas, membuat guru lebih
mementingkan mengejar materi, 2) guru kurang memanfaatkan penggunaan
media pembelajaran disebabkan mereka belum mengetahui keuntungan/ manfaat
yang diperoleh dari penggunaan media dalam pelaksanaan belajar mengajar.
Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan media secara efektif yakni
mempercepat proses belajar mengajar dan membantu memudahkan siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru, memperbesar perhatian siswa,
memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara
yang lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta
keragaman yang lebih banyak dalam mengajar.
Guru harus bisa memilih media yang tepat dan menarik saat mengajar.
Media Pembelajaran yang menarik bagi siswa dapat dilakukan dengan
mengetahui bagaimana karakteristik siswa tersebut, sehingga dengan mengetahui
karakteristik siswa maka kita dapat menentukan media yang tepat digunakan
dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media yang sesuai akan membuat
siswa tertarik dan senang dengan pelajaran yang kita berikan sehingga akan
timbul dorongan dari dalam diri siswa untuk belajar.
Sebagai guru matematika, peneliti berupaya untuk mengatasi masalah
tersebut dengan melakukan beberapa inovasi dalam pembelajaran guna untuk
mencari solusi terhadap kesulitan para siswa yang selama ini
memiliki motivasi dan kemampuan rendah, maupun mereka yang memiliki
12
kemauan belajar tinggi namun setelah mereka mempelajari materi dimensi tiga
menjadi kendor.
Munculnya permasalahan dalam pembelajaran matematika tersebut
dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar siswa. Faktor yang
mempengaruhi dari dalam diri siswa antara lain: motivasi, intelegensi, kreativitas,
dan gaya belajar siswa. Sedangkan faktor dari luar diri siswa mungkin metode
yang digunakan guru dalam menyampaikan materi kurang tepat. Guru masih
menggunakan metode konvensional. Guru hanya mentransfer pengetahuan kepada
murid secara satu arah, siswa belajar hanya dengan mendengarkan dan mencatat
pelajaran, siswa tidak memahami konsep karena siswa hanya menghafal rumus
sehingga tidak ada kebermaknaan dalam mempelajari materi tersebut yang
sebenarnya banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
diperlukan suatu inovasi pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan
siswa tersebut, salah satunya dengan penerapan metode pembelajaran yang tepat.
Dengan fenomena semacam itu dibutuhkan suatu model pembelajaran
yang tepat untuk memecahkan kebuntuan yang selama ini terjadi, yaitu sulitnya
para siswa dalam memahami materi dimensi tiga. Salah satu model pembelajaran
yang dinilai sesuai adalah model pembelajaran menggunakan media
pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
efektifitas model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan prestasi siswa dalam
memahami materi dimensi tiga.
Untuk mengatasi problem tersebut akan digunakan model
pembelajaran menggunakan media pembelajaran, karena memiliki beberapa
13
kelebihan yaitu: (1) efisiensi waktu pembelajaran karena siswa dapat menghayati
secara langsung secara visual lewat alat peraga yang digunakan, 2) meningkatkan
motivasi belajar karena setiap siswa merasa berkesempatan untuk memahami
lebih mendalam dengan vasilitas multi media, 3) memberi kesempatan pada siswa
untuk menjelaskan pemahamannya baik secara verbal maupun visual sehingga
mereka akan lebih memahami materi yang dpelajari, dan 4) memberi kesempaatan
melakukan inovasi dalam memberdayakan multi media dalam pembelajaran.
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah 75% siswa memiliki
kemampuan pemahaman dalam menguasai materi dimensi tiga dan mendapatkan
nilai tes formatif ≥ 60.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat peneliti rumuskan
masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah melalui penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi belajar dimensi tiga pada siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo
Tahun Pelajaran 2008/2009?
2. Apakah melalui penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan
prestasi belajar dimensi tiga pada siswa kelas X SMA Negeri Jumapolo
Tahun Pelajaran 2008/2009?
14
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan motivasi belajar dimensi tiga
pada siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2008/2009.
2. Untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan prestasi belajar dimensi tiga
pada siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2008/2009.
C. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat memiliki
manfaat teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis:
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan bermanfaat:
a. Dapat memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia
pendidikan mengenai penggunaan media pembelajaran dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar.
b. Dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi
penelitian di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan sejenis.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan bermanfaat untuk:
a. Siswa:
Mendapatkan kemudahan dalam belajar dan memahami materi dimensi
tiga yang disampaikan oleh guru.
15
b. Guru
Sebagai masukan bagi guru bidang studi matematika dalam menentukan
media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran yang
bersangkutan, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswanya.
c. Sekolah:
Sebagai masukan bagi sekolah bahwa dengan adanya media pembelajaran
akan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan demikian sangat
bermanfaat bagi sekolah dalam hubungannya dengan kelulusan siswa.
d. Peneliti:
Menambah wawasan tentang media dan metode dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
16
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
B. Landasan teori
1. Hakikat Pembelajaran Dimensi Tiga
a. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan meliputi
banyak hal. Makna dari belajar itu sendiri sangatlah beragam. Beberapa
pengertian belajar dikemukakan oleh para ahli seperti Nana Sudjana (1996: 5)
mengemukakan bahwa: ”Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, kecakapan,
kebiasaan serta aspek lain yang ada pada individu yang belajar
Whiteringtonh seperti yang dikutip, oleh Ngalim Purwanto (1990: 84)
mengartikan belajar sebagai suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi, sikap, kebiasaan, kepandaian dan
suatu pengertian”
Menurut Slameto (1995: 131) Belajar merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Adapun menurut Sardiman (2004:26) ”Belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
17
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”. Beliau juga
mengemukakan tujuan belajar antara lain :
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
2. Penanaman konsep dan keterampilan
3. Pembentukan sikap.
Sedangkan WS. Winkel (1996: 53) berpendapat: Belajar adalah suatu
aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif
konstan dan berbekas.
Berdasarkan pengertian belajar di atas, maka peneliti menyimpulkan
pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan dalam kepribadian yang dinyatakan sebagai pola
baru dari reaksi, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Belajar
adalah bentuk proses perkembangan dan perubahan dalam diri seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Dalam pengertian ini terdapat perubahan
kemampuan seseorang yang melibatkan perubahan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Ngalim
Purwanto (1990: 102) dibedakan menjadi dua faktor yaitu: (i) Faktor yang ada
pada diri manusia itu sendiri, antara lain: faktor kecerdasan, kematangan, latihan,
minat, dan motivasi, (ii) Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor
sosial, antara lain: faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang
18
digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan
motivasi sosial.
b. Mengajar
Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan
kondisi yang mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar antara siswa
dengan guru. Jika belajar mengarah kepada kegiatan siswa, maka mengajar
mengarah pada kegiatan guru.
Slameto (1991: 84) mendefinisikan, ”Mengajar adalah mengusahakan
terciptanya suatu situasi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar”.
Menurut Mulyadi Sumantri (2001: 20) menyatakan bahwa, ”Mengajar merupakan
kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan penanaman
sikap tertentu dari guru kepada peserta didik”.
Sedangkan menurut Sardiman AM (2004: 47) menyatakan bahwa
”Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau
sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses
belajar”.
M Sobry Sutikno (2003:10) mendefinisikan bahwa, ”Mengajar ialah
upaya pengajar dalam memberikan pengetahuan, baik afektif, kognitif, maupun
psikomotorik kepada peserta didik”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar itu
bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik akan tetapi
guru dan peserta didik haruslah aktif. Mengajar merupakan suatu proses yaitu
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga
19
dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Mengajar
adalah usaha guru dalam menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa
untuk belajar.
c. Pembelajaran
Proses belajar mengajar (pembelajaran) merupakan suatu kesatuan
antara dua kegiatan yaitu kegiatan belajar oleh siswa dan kegiatan mengajar oleh
guru. Dalam kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen, baik yang
kasat mata/ manusiawi yaitu siswa, guru, dan seluruh komponen sekolah, maupun
yang tak nampak, antara lain tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode dan
evaluasi.
Oemar Hamalik (2001: 57) menyatakan bahwa “Pembelajaran
merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam
mencapai tujuan pembelajaran”. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga
pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu :
1) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar para peserta didik.
2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk
menjadi warga masyarakat yang baik.
3) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
20
Mulyasa (2005:173) mengemukakan, ”Pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik”
Menurut Nana Sudjana (1996: 7): “Pembelajaran adalah kegiatan
mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang dapat
mendorong dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar”.
M Sobry Sutikno (2003: 9) mendifinisikan bahwa “Pembelajaran
adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru/dosen agar terjadi proses belajar
pada diri siswa/mahasiswa”. Beliau juga mengemukakan bahwa dalam
pelaksanaan proses belajar, guru lebih dituntut untuk berfungsi dalam
melaksanakan empat macam tugas, yaitu: 1) merencanakan, 2) mengatur, 3)
mengarahkan, dan 4) mengevaluasi. Gagne dalam M Sobry Sutikno (2003:14)
menyebutkan cici-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Mengaktifkan motivasi
2) Memberitahu tujuan belajar
3) Mengarahkan perhatian
4) Merangsang ingatan
5) Menyediakan bimbingan belajar
6) Meningkatkan retensi
7) Melancarkan transfer belajar
8) Memperlihatkan penampilan dan umpan balik
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 27) “Pembelajaran
merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk
21
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian pembelajaran
adalah suatu proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan sekitar sehingga
siswa memperoleh tingkah laku secara keseluruhan. Pembelajaran merupakan
interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam
proses pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku
yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar
yang mencakup perubahan kognitif, afektif, dan. psikomotor Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, perlu memperhatikan unsur-unsur yang terikat dalam
proses pembelajaran. Unsur-unsur tersebut antara lain berupa :
1) Motivasi belajar, ialah keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang
yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
siswa dapat tercapai.
2) Bahan belajar, merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan belajar perlu
berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa.
3) Alat Bantu belajar (media belajar) merupakan alat yang dapat membantu
siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar.
4) Suasana belajar, hal ini terjadi apabila adanya komunikasi dua arah (antara
guru dengan siswa, siswa dengan siswa) yang intim dan hangat, sehingga
hubungan guru dan siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat
bersama. Serta adanya kegairahan dan kegembiraan belajar.
22
d. Pembelajaran Dimensi Tiga
Dimensi tiga adalah salah satu materi dalam mata pelajaran
matematika yang diajarkan di kelas X semester II. Matematika dalam pandangan
awam siswa, identik dengan kata sulit. Selain merupakan mata pelajaran yang
memiliki sifat abstrak juga membutuhkan penalaran dalam hubungannya dengan
pengerjaan persoalan-persoalan matematika.
Menurut Ruseffendi (1999: 141), mata pelajaran matematika adalah
salah satu mata pelajaran dalam rumpun ilmu pasti yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif aksiomatik dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri.
Sedangkan menurut James (Suherman, 1993:120) sebagian besar
konsep dalam pelajaran matematika di sekolah merupakan ide-ide yang menuntut
kemampuan nalar (logika) dalam menangkap abstraksi dan generalisasi dalam
matematika.
Pandangan lain tentang matematika dikemukakan oleh Sujono (1988:
4) yang mengemukakan bahwa matematika diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik, selain merupakan ilmu
pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan
bilangan, dan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai
ide dan kesimpulan.
23
Dimensi tiga merupakan salah satu materi dalam matematika yang
memiliki kompleksitas permasalahan yang memerlukan penalaran dalam proses
untuk memahami konsep-konsepnya, dimana hal ini disebabkan beberapa hal
antara lain, 1) materi dimensi tiga memerlukan imajinasi yang cukup signifikan
guna memahami pengertian-pengertiannya, 2) adanya kesulitan bagi siswa untuk
memproyeksikan substansi dimensi ruang (dimensi tiga) ke dalam dimensi bidang
(dimensi dua) yang digunakan sebagai media belajarnya, 3) adanya kesulitan
pendeskripsian pengertian-pengertian dasar, berawal dari abstraksi materi yang
dipelajari siswa untuk menguasai materi dimensi tiga.
Berdasar kondisi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa Pembelajaran
dimensi tiga diperlukan visualisasi yang konkrit agar siswa dapat memahami
secara optimal dalam menguasai materinya. Sehingga penggunaan media
pembelajaran sangat diperlukan untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang
komunikatif dan memudahkan serta lebih disukai oleh para siswa.
2. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium, yang dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua
pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan .
Definisi Media Pembelajaran menurut National Educational
Association (Azhar Arsyad, 1996: 5) adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
24
tercetak maupun audiovisual dan peralatannya; dengan demikian, media dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca.
Menurut Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994: 146) media
(medium) merupakan alat komunikasi, yakni segala sesuatu yang membawa
informasi atau pesan-pesan dari sumber informasi kepada penerimanya
(mencakup: film, TV, bahan, cetak, radio, diagram, dan sebagainya). Sedangkan
yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah mencakup semua bentuk
media yang digunakan untuk menyampaikan pesan /informasi dengan tujuan
pembelajaran. Sedangkan menurut Romiszowski dalam Basuki Wibawa & Farida
Mukti (2001: 12) mendefinisikan pengertian media sebagai berikut: “Media
sebagai pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa
orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar,
penerima pesan adalah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan
siswa melalui indera mereka, siswa dirangsang oleh media itu untuk
menggunakan inderanya untuk menerima informasi”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Smaldino dkk (2005) yang dikutip
Sri Anitah (2008: 2), media merupakan segala sesuatu yang membawa informasi
antara sumber dan penerima pesan, sedang media pembelajaran, bila segala
sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat mengenai definisi media pembelajaran
tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah merupakan alat
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi, dapat
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
25
terciptanya proses belajar pada diri siswa sehingga dapat memudahkan
tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dalam proses belajar mengajar tidak mungkin hanya menggunakan
satu media pembelajaran secara mutlak, tetapi harus melihat situasi dan kondisi
saat proses belajar mengajar berlangsung. Media merupakan salah satu komponen
yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan system pembelajaran yang
sukses. Media mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai dampak
yang sangat besar atas perlakuan dan pengarahan sikap anak didik dalam proses
belajar mengajar.
b. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran
Tujuan penggunaan media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
dalam proses belajar mengajar, yaitu untuk membantu guru dalam menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik, sehingga akan mudah untuk dicerna dan
dipahami.
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang
bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu,
tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa
media pengajaran seperti globe, gambar, grafik, dan sebagainya. Bahan pelajaran
dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik.
Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan
itu.
Anak didik akan cepat merasa bosan dan kelelahan, jika penjelasan
yang diberikan guru sukar dicerna dan sulit dipahami. Guru yang bijaksana tentu
26
sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik berpangkal dari penjelasan yang
diberikan guru simpang siur, tidak fokus pada masalahnya. Jika guru tidak
memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, maka
dianjurkan menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu pengajaran guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran
Dalam menggunakan media pembelajaran guru dianjurkan untuk
merencakan secara sistematik agar kegiatan pembelajaran berjalan efektif dan
penggunaan media pembelajaranpun dapat berjalan secara efektif pula.
Pembelajaran efektif dengan menggunakan media perlu direncanakan dengan baik
agar: 1) Menumbuhkan minat siswa, 2) Menyampaikan materi baru, 3)
Melibatkan siswa secara aktif, 4) Mengevaluasi tingkat pemahaman siswa, dan 5)
Menetapkan tindak lanjut.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Pada hakikatnya kegiatan belajar adalah kegiatan yang bertujuan
mengubah tingkah laku yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar
secara konvensional menekankan peran aktif guru sebagai salah satu sumber
belajar. Seiring dengan perkembangan jaman, guru tidak lagi menjadi unsur utama
dalam pembelajaran. Pemerolehan informasi siswa dapat berasal dari berbagai
sumber.
Pembelajaran dengan menggunakan media akan mengajak siswa
mempelajari materi secara lengkap dan bertahan lama dalam ingatannya. Proses
penyerapan informasi belajar dapat diterima dengan mudah melalui pemanfaatan
27
media pembelajaran. Penyerapan materi pelajaran dalam ingatan siswa tersebut
tidak lepas dari modus belajar yang dilakukan oleh siswa.
Media memiliki fungsi untuk mengatasi hambatan dalam
komunikasi. Hambatan dalam komunikasi meliputi keterbatasan fisik, sikap pasif
dan sarana belajar. Hambatan dalam komunikasi yang sering muncul diantaranya
bersifat verbalisme, salah penafsiran, perhatian bercabang dan tidak ada
tanggapan.
Menurut Arif Sadiman (2008: 16) Media yang digunakan dalam
pembelajaran memiliki beberapa manfaat diantaranya : 1) Memperjelas penyajian
pesan, 2) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, 3) Meningkatkan keaktifan
siswa, 4) Mengatasi kesulitan guru.
Sedangkan Martinis Yamin dan Bansu I. Ashari (2008: 151)
menyebutkan bahwa media pembelajaran memberikan delapan manfaat:
1) Penyampaian materi pelajaran dapat lebih terarah.
2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
3) Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif.
4) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi.
5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan.
6) Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.
7) Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses
belajar itu sendiri dapat ditingkatkan.
8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
28
Manfaat lain yang diperoleh dalam penggunaan media pembelajaran
yang bersifat praktis diantaranya adalah :
1) Media membuat materi pembelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit.
2) Media dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu.
3) Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia.
4) Media dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau peristiwa
langka dan berbahaya ke dalam kelas.
5) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan
memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.
Media yang dipergunakan dalam pembelajaran memungkinkan
terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan materi pelajaran, karena melalui
media siswa akan memperoleh pengalaman lebih luas dan lebih lengkap.
Keluasan materi yang didapat oleh siswa ini akan menimbulkan motivasi belajar
yang baru. Konsep yang dijelaskan oleh media dapat disajikan dengan rekreatif
dan menarik.
d. Jenis Media Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar tidak mungkin hanya menggunakan
satu media pembelajaran secara mutlak, tetapi harus melihat situasi dan kondisi
saat proses belajar mengajar berlangsung.
Media pembelajaran terdiri dari berbagai jenis. Jenis media dapat
dimasukkan dalam kelompok-kelompok tertentu. Menurut Heinich, Molenda,
Russel, dan Smaldino (1996: 8) Media dibagi mejadi beberapa jenis yaitu: 1)
29
Media non proyeksi, 2) Media Proyeksi, 3) Media Audio, 4) Media Gerak, 5)
Media komputer, 6) Komputer multimedia, dan 7) Hipermedia.
Menurut Sri Anitah (2008: 3) media pembelajaran dibedakan menjadi
(1) Alat Peraga, (2) Alat Pelajaran, dan (3) Audio-Visual-Aids. Sedangkan
pengelompokan jenis media menurut Seels & Glasgow dibagi kedalam dua
kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi
mutakhir.
(1). Pilihan Media Tradisional
i. Visual diam yang diproyeksikan: proyeksi (tak tembus pandang),
proyeksi overhead, slides, filmstrips
ii. Visual yang tak diproyeksikan : gambar, poster, foto, charts, grafik,
diagram, pameran, papan foto, papan bulu
iii. Audio : rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge, penyajian,
multimedia, slide plus suara (tape), multi image
iv. Visual dinamis yang diproyeksikan : film televisi, video
v. Cetak : buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah
ilmiah, berkala, lembaran lepas (hand-out)
vi. Permainan : teka-teki, simulasi, permainan papan
vii. Realita : model/ alat peraga, specimen (contoh), manipulatif (peta,
boneka)
( 2). Pilihan Media Teknologi Mutakhir
i. Media berbasis telekomunikasi : telekonferen, kuliah jarak jauh
30
ii. Media berbasis mikroposesor : computer-assisted instruction,
permainan, komputer, sistem tutor intelejen, interaktif, hypermedia,
compac (video) disc.
3. Hakikat Motivasi
Motivasi merupakan suatu proses mengarahkan motif untuk suatu
tujuan tertentu yang menjadi pendorong dan pemberi arah perilaku seseorang.
Banyak para ahli yang mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut
pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas
nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Moh. Uzer Usman (1995: 24) motif adalah daya dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang
atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian
tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dalam mencapai tujuan.
Mohammad Asrori (2007: 183) mengatakan bahwa motivasi dapat
diartikan sebagai: 1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara disadari
atau tidak disadari untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu, 2) Usaha-
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Dalam belajar motivasi sangatlah penting, motivasi merupakan syarat
mutlak dalam belajar. Di sekolah sering terdapat anak malas belajar, tidak
31
merasakan kesenangan dalam belajar, suka membolos yang akhirnya akan
berpengaruh pada prestasi belajar mereka. Dalam hal demikian berarti guru tidak
berhasil membangkitkan motivasi belajar siswanya, dalam hal ini perlu diingat
bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran belum tentu berarti bahwa anak itu
bodoh, karena sering juga terjadi seorang siswa mempunyai nilai buruk pada mata
pelajaran tertentu tetapi mempunyai kelebihan pada mata pelajaran lainnya.
Sartain dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior (Ngalim
Purwanto 1990: 60) menggunakan kata motivation dan drive untuk pengertian
yang sama. Ia mengatakan pada umumnya motivasi atau dorongan adalah suatu
pernyataan yang kompleks dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah
laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang
akan membatasi tingkah laku organismne tersebut.
Banyak para ahli psikologi yang membatasi penggunaan istilah drive
untuk pernyataan seperti lapar, haus, pemuasan keinginan dan sebagainya, yang
semua itu menunjukkan pernyataan tentang psychological drive untuk semua
pernyataan, baik yang bersifat fisiologis maupun psikis. Pengertian motivasi tidak
dapat dipisahkan dengan pengertian kebutuhan (need). Seseorang atau organisme
yang melakukan sesuatu paling tidak ada kebutuhan dalam dirinya yang hendak
dicapainya. Maka Sartain dalam penjelasannya menyatakan bahwa kebutuhan
(need) merupakan suatu istilah yang berarti adanya sesuatu kekurangan tertentu
dalam suatu organisme untuk memenuhi tujuannya.
32
Maka sebenarnya tugas guru adalah membangkitkan motivasi yang
dimiliki anak sehingga ia mau melakukan aktifitas belajar secara optimal sesuai
dengan kompetensi yang dimilikinya.
Mohammad Asrori (2007: 183) membagi motivasi menjadi dua jenis,
yaitu: 1) Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, motivasi jenis ini sering
disebut dengan istilah motivasi intrinsik, misalnya: seorang siswa tanpa disuruh
oleh siapapun setiap malam membaca buku pelajaran yang esok harinya akan
dijelaskan oleh gurunya, 2) Motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan
dari orang lain, motivasi jenis ini seringkali disebut motivasi ekstrinsik misalnya:
seorang siswa yang biasanya kurang rajin belajar kemudian menjadi rajin belajar
karena gurunya menjanjikan kepada siapa saja yang memperoleh nilai terbaik
pada mata pelajaran yang diajarnya akan diberikan hadiah.
Secara umum dapat dikatakan bahwa motivasi mempunyai tujuan
untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau
mencapai tujuan tertentu.
Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, guru dapat
melakukan hal-hal berikut :
a. Kompetisi (persaingan):
Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, agar siswa berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya, dan berusaha mengatasi prestasi siswa
lainnya dengan cara sehat.
33
b. Pace making (membuat tujuan sementara atau tujuan jangka pendek):
Pada awal kegiatan belajar-mengajar guru hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan pada siswa mengenai kompetensi minimal yang harus
dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai
kompetensi tersebut.
c. Tujuan yang jelas:
Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan, makin jelas tujuan makin
besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula
motivasi dalam melakukan suatu perbuatan.
d. Kesempatan untuk sukses:
Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan
terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan dapat membawa efek efek yang
sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan
kesempatan pada anak untuk meraih sukses dari usaha sendiri, tentu saja
dengan bimbingan guru.
e. Minat yang besar :
Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
f. Mengadakan penilaian atau tes:
Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai
yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak
belajar jika tidak ada ulangan. Sehingga nilai akan menjadikan motivasi bagi
mereka.
34
4. Hakikat Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan individu secara optimal. Perubahan yang terjadi
berupa tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah dari pengalaman. Perubahan
tersebut sebagai kemampuan baru. Perubahan yang terjadi pada peserta didik
merupakan proses belajar. Berkembangnya kemampuan, sikap dan keterampilan
bisa digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan dalam proses belajar.
Zaenal Arifin (1990: 2) memberikan pendapatnya mengenai prestasi
sebagai berikut: Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatie. Kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi “Prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi
banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam berbagai bidang itu prestasi
diartikan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam
menyelesaikan suatu hal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 787): “Prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka lain yang diberikan
guru”.
Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan bahwa “Prestasi
belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai setiap anak dalam periode tertentu.
Sedangkan Dimiyati dan Mudjiono (1999:3) mengartikan prestasi
belajar adalah “Hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar”.
35
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai melalui pengukuran dan penilaian
tehadap penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa melalui
proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam simbul, angka, huruf atau kode.
Prestasi merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat
pengetahuan siswa. Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir
penyajian materi dimensi tiga yang diberikan dengan menggunakan media
pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa dengan
cara memberikan soal-soal objektif pada siswa.
Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, prestasi siswa dapat
diketahui dari hasil evaluasi. Evaluasi merupakan hasil dari penilaian terhadap
prestasi siswa/tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program. Muhibbin Syah (2005:199) menyatakan “berbagai macam
evaluasi mulai yang sederhana sampai yang paling komplek, yaitu : pre-test dan
post test, evaluasi prasyarat, evaluasi diagnostik, evaluasi formatif, evaluasi
sumatif”. Berdasarkan pernyataan tersebut, macam-macam evaluasi dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a) Pre-test dan post test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan menyajikan
materi baru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan
siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test adalah kebalikan dari
pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir
36
penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa
atas materi yang telah diajarkan.
b) Evaluasi prasyarat
Penilaian ini meliputi sejumlah bahan dengan ajaran atau bahan yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan
diajarkan.
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran
dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai
siswa.
c) Evaluasi formatif
Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau
modul. Tujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis
kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa
pengajaran remidial (perbaikan).
d) Evaluasi diagnostik
Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau
modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan
evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
e) Evaluasi sumatif
Ragam penilaian sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau
prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran.
f) Ujian Nasional (UN)
37
Ujian Nasional pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti
sebagai alat penentu kenaikan status siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk menerapkan model
pembelajaan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran
materi dimensi diga. Beberapa penelitian yang relevan adalah:
1. Djumadi (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Prestasi Belajar
Matematika ditinjau dari Penggunaan Alat Peraga dan Motivasi Belajar pada
Siswa SMA Swasta Disamakan yang berlatar belakang Pendidikan Islam di
Kota Surakarta, menyimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dan motivasi
belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar matematika.
2. Agung Cahyo Hartono (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh
Penggunaan Alat Peraga dan Minat Belajar Terhadap Penguasaan Konsep
Matematika pada Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri di
Kabupaten Sukoharjo”, menyimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dan
minat belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar
matematika.
C. Kerangka Berpikir
38
Selama ini pembelajaran dimensi tiga di SMA Negeri Jumapolo
Kabupaten Karanganyar kurang menarik siswa karena masih menggunakan
metode konvensional yaitu dengan ceramah dan siswa mencatat.Keadaan tersebut
akan menjadi lebih parah apabila model pembelajaran yang digunakan guru lebih
bersifat teacher centered, dengan gaya mengajar yang monoton, kurang bervariasi
dalam menggunakan metode dan tehnik mengajar.
Perlu disadari bahwa keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Salah satu
faktor dari dalam adalah motivasi, adapun dari luar yang juga mempengaruhi
prestasi belajar adalah penggunaan media pembelajaran yang digunakan oleh
seorang guru. Dengan media pembelajaran itu dimungkinkan siswa dapat lebih
tertarik, lebih memahami serta lebih jelas dalam menerima materi yang disajikan
oleh guru. Oleh karena itu diduga bahwa penggunaan media pembelajaran yang
tepat dan sesuai dengan tujuan dan materi akan mengakibatkan motivasi dan
prestasi belajar dimensi tiga siswa kelas X 7 di SMA Negeri Jumapolo,
Karanganyar meningkat.
Secara singkat dapat digambarkan dalam kerangka berfikir:
Kondisi Awal
1. Siswa kurang memperhatikan proses belajar mengajar
2. Pemahaman siswa kurang
Sebelum menggunakan media
Tindakan kelas
Motivasi dan prestasi belajar dimensi tiga rendah
1. Siswa lebih memperhatikan dalam proses belajar mengajar
2. Pemahaman siswa tinggi
39
Gambar 1. Kerangka berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. ”Penerapan model pembelajaran menggunakan media pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam memahami materi dimensi tiga”
2. ”Penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar
dimensi tiga siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran
2008/2009”.
Setelah menggunakan media
Motivasi dan prestasi belajar dimensi tiga meningkat
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Setting Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 39) Setting penelitian adalah
penjelasan tentang lokasi dan gambaran kelompok siswa yang dikenai tindakan.
Penelitian tindakan ini dilakukan di kelas X 7 Semester 2 SMA Negeri Jumapolo
Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009. Dipilihnya sekolah tersebut
sebagai tempat penelitian karena berdasarkan temuan peneliti bahwa selama ini
guru merasakan kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran dimensi tiga yang
dirasakan sulit dipahami oleh para siswa, apalagi meningkatkan prestasinya.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama enam bulan. Adapun
pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan Pebruari 2009 sampai dengan
bulan Juli 2009.
Berikut adalah jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
2009 No Jenis Kegiatan Pebruari Maret April Mei Juni Juli 1 Persiapan Penelitian a. Pengajuan masalah x
b. Penyusunan Propos x x x c. Perijinan x 2 Perencanaan
Tindakan x x x
3 Implementasi Tindakan
a. Siklus I x x x b. Siklus II x x x
c. Siklus III x x x 4 Review x x
5 Penyusunan Laporan x x x x x
41
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo
Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 38 siswa.
E. Data dan Sumber Data
Suharsimi Arikunto (2008: 130) menyebutkam bahwa: Data yang baik
adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan akurat. Sumber data yang
tepat misalnya guru, siswa, catatan tentang hasil belajar, dokumen, hasil laporan
pengamatan, hasil angket, hasil wawancara, dan sebagainya.
Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah:
1. Informan atau narasumber yang terdiri dari guru matematika, kepala sekolah,
dan siswa SMA Negeri Jumapolo Kabupaten Karanganyar.
2. Nilai ulangan harian siswa, baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas
maupun setelah dilakukan tindakan kelas oleh guru.
F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah:
1. Tes
Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi
42
Arikunto, 1996: 138). Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi Arikunto, 1996:
139). Tes dilakukan pada setiap akhir siklus yaitu tes ulangan harian. Alat
yang digunakan adalah butir soal tes.
2. Angket
Yaitu pengambilan data yang berkaitan dengan tanggapan dan perasaan siswa
terhadap guru maupun proses belajar mengajar yang telah diikutinya. Menurut
Suharsimi Arikunto (1998: 139) “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Alat yang
digunakan adalah lembar angket.
Dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket, peneliti
menggunakan modifikasi skala likert. Dalam metode ini setiap responden akan
diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidak setujuannya terhadap
pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu: “sangat tidak setuju”
(STS), “tidak setuju“ (TS), “tidak dapat menetukan“ atau “ragu-ragu” (R),
“setuju“ (S), dan “sangat setuju“ (SS), Nana Syaodih S (2007: 239-240)
Untuk selanjutnya, kriteria jawaban dari angket dalam penelitian ini
digunakan skor positif dan skor negatif sebagai berikut :
PERNYATAAN SKOR ITEM
SKOR POSITIF SKOR NEGATIF
Sangat setuju ( SS ) 5 1
43
Setuju ( S ) 4 2
Ragu-ragu ( R ) 3 3
Tidak setuju ( TS ) 2 4
Sangat tidak setuju ( STS 1 5
3. Observasi
Yaitu proses perekaman dengan mengamati semua peristiwa dan kegiatan
yang terjadi selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Alat yang
digunakan adalah lembar observasi.
E. Validasi Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 119) “ Validitas adalah keadaan
yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur
apa yang akan diukur. Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Adapun
validitas yang digunakan perlu disesuaikan dengan data yang dikumpulkan. Untuk
data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi instrumennya.
Sedangkan data kualitatif (misalnya observasi, wawancara) dapat divalidasi
melalui trianggulasi baik trianggulasi sumber maupun trianggulasi metode.
Mengingat data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa angka, maka validasi
yang digunakan adalah validasi instrumen. Validitas yang digunakan adalah
validitas teoretik.
44
Validitas Teoretik
Validitas teoretik dibutuhkan untuk mengetahui seberapa jauh butir-butir
instrumen dari setiap variabel mampu mengukur sifat bangun pengertian atau
konstruk teori setiap variabel. Menurut Mohammad Asrori (2007: 184)
indikator untuk mengukur motivasi belajar adalah:
1. Mempunyai gairah yang tinggi.
2. Penuh semangat.
3. Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi.
4. Mampu jalan sendiri ketika guru meminta siswa mengerjakan
sesuatu.
5. Memiliki rasa percaya diri.
6. Memiliki konsentrasi yang lebih tinggi.
7. Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi.
8. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.
Adapun aspek yang diukur adalah aspek kognitif, afektif dan konatif dengan
metode pemberian angket motivasi pada kondisi awal dan akhir setelah
dilakukan tindakan.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif
dan kuantitatif.
45
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang dimunculkan dalam bentuk deskripsi angka yang
merupakan hasil belajar dimensi tiga dianalisa secara kuantitatif dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Klasifikasi data
Klasifikasi data merupakan pengelompokan data berdasarkan kriteria
tertentu untuk mencari homogenitas yang diinginkan. Dalam penelitian ini
klasifikasi digunakan untuk mengelompokkan hasil belajar dimensi tiga
menggunakan media pembelajaran.
2. Penafsiran Data
Penafsiran data bertujuan untuk mengambil kesimpulan sementara data
yang telah diperoleh. Penafsiran merupakan langkah awal untuk
pembahasan masalah secara mendalam.
3. Evaluasi Data
Data yang telah diklasifikasi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan
kebenaran antara hasil penafsiran dengan realitas sesungguhnya. Apakah
data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam penelitian atau tidak,
apakah penafsiran yang disampaikan sesuai dengan rumusan yang telah
ditetapkan dan sebagainya. Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai feed
back (umpan balik) untuk mengukur sejauh mana data yang diperoleh
dalam penelitian tersebut merupakan sesuatu yang bermanfaat ataukah
tidak. Apabila dirasa kurang dapat mencapai sesuai kriteria yang
diinginkan, maka prosedur penelitian dapat dilakukan secara berulang.
46
4. Penarikan Kesimpulan
Tujuan akhir dari setiap penelitian adalah mendapatkan kesimpulan
mengenai apa yang telah disampaikan dengan hasil penelitian. Kesimpulan
merupakan hasil tertinggi dalam suatu penelitian. Dengan diperolehnya
kesimpulan, maka masalah yang disajikan, dibahas dan dicarikan jalan
keluarnya akan nampak dengan jelas. Dengan demikian maka kesimpulan
merupakan penjabaran sistematis dari seluruh kegiatan penelitian.
i. Data Kualitatif
Data kualitatif yang berupa peristiwa, aktivitas siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar akan dipaparkan dalam catatan harian observer/kolaborator,
selanjutnya akan dibandingkan, kemudian diungkapkan dalam bentuk kalimat.
G. Indikator Kinerja
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini diindikatori oleh:
1. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa, yang ditunjukkan dengan
peningkatan skor angket motivasi
2. Adanya peningkatan prestasi pada pembelajaran dimensi tiga siswa kelas X 7,
yang ditandai dengan sekurang-kurangnya 75% siswa kelas X 7 SMA Negeri
Jumapolo memperoleh nilai 60 sebagai batas tuntas pembelajaran dimensi
tiga.
47
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
ini merupakan penelitian yang dilakukan sebagai salah satu upaya guru untuk
meningkatkan mutu pendidikan di kelas.
Suharsimi Arikunto (2006: 96) mengemukakan bahwa: ”Penelitian
tindakan kelas (classroom action reseach) adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.
Hal penting dalam PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan
oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar
mengajar. PTK memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Masalah berawal dari
guru, 2) Tujuannya memperbaiki pembelajaran, 3) Metode utama adalah refleksi
diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, 4) Fokus Penelitian berupa
kegiatan pembelajaran, 5) Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mengacu pada penelitian tindakan kelas, yaitu suatu pendekatan untuk
meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan
terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran (Suharsimi Arikunto, 2008: 105).
Penelitian tindakan kelas juga diartikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan
secara sistematis, reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru
atau pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan
nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki
kondisi pembelajaran yang dilakukan (Basuki Wibawa, 2003: 9).
48
Rancangan utama dalam penelitian tindakan kelas ini memiliki empat
tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observating), dan refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut membentuk
siklus yang dilakukan beberapa kali dengan tingkat keberhasilan penanganan
masalah yang telah dipilih untuk diatasi.
Adapun alur Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan (Suharsimi Arikunto, 2008: 16).
Dalam penelitian ini direncanakan tiga siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan,
(acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting).
Siklus I
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
?
49
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor hambatan yang dihadapi guru dalam proses
pembelajaran dimensi tiga.
b. Merumuskan alternatif tindakan pembelajaran dimensi tiga sebagai upaya
meningkatkan prestasi.
c. Menyusun rancangan tindakan dan rencana pelaksanaan pembelajaran
dimensi tiga yang meliputi 1) menyusun topik pembelajaran yang
sistematis dan relevan dengan minat dan kebutuhan siswa, 2) menentukan
metode yang efektif, 3) menyusun pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan daya nalarnya.
d. Membuat lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa dan guru
selama pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan rencana pembelajaran dengan
menggunakan multimedia dan alat peraga sesuai dengan rencana yang sudah
dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
1. Guru menanyakan berbagai hal kepada siswa tentang materi yang telah
diajarkan minggu yang lalu.
2. Guru memaparkan metode dan kompetensi dasar yang akan dibahas.
3. Guru memaparkan tujuan yang hendak dicapai.
4. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa untuk
mengetahui kemampuan awal siswa.
50
b. Kegiatan Pokok
1. Guru menyiapkan materi atau buku yang akan digunakan pada
pertemuan itu.
2. Guru menulis topik dan subtopik dimensi tiga.
3. Guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga dan multi
media.
4. Guru memberikan contoh soal dan dibahas bersama siswa dengan
tanya jawab.
5. Guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan.
6. Setelah selesai, siswa diajak diskusi untuk membahas soal latihan.
c. Kegiatan penutup
2. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang
kurang dipahami.
3. Guru membuat ikhtisar
4. Guru memberi tugas berupa soal-soal untuk dikerjakan di rumah
kepada siswa untuk mengulangi materi yang telah diterima.
3. Tahap Observasi
Pada tahap observasi dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan
untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan
pertama baik dari guru maupun dari siswa.
51
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini dilakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil observasi
sehingga diperoleh pada bagian mana yang perlu disempurnakan.
Siklus II
Pada siklus II rencana tindakan dilakukan dengan bercermin pada hasil
yang telah dicapai dalam siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut.
Siklus III
Pada siklus III rancangan tindakan juga dilakukan dengan bercermin
pada hasil yang telah dicapai pada siklus II.
Pada Penelitian Tindakan Kelas ini, siklus dapat dihentikna apabila
indikator kinerja sudah dipenuhi. Namun siklus dapat dibuka lagi apabila masih
ada beberapa siswa yang motivasi maupun prestasinya belum mencapai batas
tuntas, meskipun secara keseluruhan indikator kinerja sudah dipenuhi.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
G. Deskripsi Daerah Penelitian
SMA Negeri Jumapolo merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas
di Kabupaten Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Terletak di desa Jumapolo,
Kecamatan Jumapalo, kurang lebih 500 meter arah tenggara dari kantor
Kecamatan Jumapolo. SMA Negeri Jumapolo menempati tanah seluas 30.168
meter persegi, dan keliling 637,5 meter, dengan batas sebelah timur lapangan
olahraga Desa Jumapolo, sebelah barat areal persawahan, sebelah utara jalan desa
menuju ke Dusun Jurug, dan batas selatan berupa areal persawahan Letak SMA
Negeri Jumapolo sangat mendukung proses belajar mengajar, hal ini disebabkan
karena letaknya yang jauh dari jalan raya sehingga terhindar dari kebisingan
kendaraan yang memungkinkan siswa dapat berkonsentrasi belajar dengan tenang
tanpa adanya gangguan keramaian dari suara kendaraan.
.SMA Negeri Jumapolo didirikan pada tanggal 20 Nopember 1984
berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 0558/1984. Pada tahun
pertama jumlah peserta didik ada 126 siswa yang terbagi dalam 3 kelas
rombongan belajar. Dalam perkembangan selanjutnya seiring dengan
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja guru dan seluruh
karyawan juga prestasi para alumninya, di usia yang ke 24 tahun yaitu pada tahun
pelajaran 2008/2009 SMA Negeri Jumapolo telah mernjadi sekolah negeri
terakreditasi A dengan jumlah peserta didik 847 siswa yang terbagi menjadi 21
kelas rombongan belajar, dengan rincian 7 kelas rombongan belajar kelas X, 7
53
kelas rombongan belajar kelas XI, dan 7 kelas rombongan belajar kelas XII,
dengan kelas jurusan IPA sebanyak 3 kelas dan jurusan IPS sebanyak 4 kelas.
Diusia ke 24 tahun ini SMA Negeri Jumapolo terus berbenah baik
dalam pengembangan kualitas belajar mengajar, kompetensi dan profesionalisme
guru, sarana dan prasarana, dan fasilitas belajar lainnya, Apalagi sekolah ini
menjadi salah satu sekolah kategori mandiri, dimana pemberdayaan Teknologi
Informasi (TI) merupakan salah satu tuntutannya. Sehubungan dengan hal tersebut
maka peneliti berupaya untuk dapat melaksanakannya, salah satunya dengan
melakukan penelitian terhadap pemanfaatan media pembelajaran berbasis TI,
kaitannya dengan prestasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini digunakan sebagai subyek penelitian adalah siswa
kelas X 7, yang menempati ruang 21, yang terletak paling barat, membujur arah
timur barat, sebelah selatan terdapat masjid, utara perpustakaan, timur lapangan
upacara, dan sebelah barat persawahan. Dengan luas bangunan 8 X 9 meter,
dinding warna krem, sebelah selatan terdapat delapan jendela kaca yang dapat
dibuka, sedangkan dinding sebelah utara terdapat pintu dan enam jendela kaca
yang dapat dibuka pula, sehingga ruangan kelas tampak terang dan sirkulasi
udara lancar. Didalam kelas terdapat 40 meja dan 40 kursi untuk siswa yang
menghadap ke timur, untuk siswa kelas X 7 yang berjumlah 38 terdiri dari 15
siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Di depan tempat duduk siswa, terdapat
kursi dan meja untuk guru yang dilengkapi dengan taplak meja dan vas bunga.
Menempel di dinding sebelah timur sebuah white board, daftar regu piket,
pengurus kelas, tata tertib sekolah dan jadwal pelajaran. Diatas jendela baik
54
sebelah utara dan selatan terpasang gambar-gambar pahlawan. Dengan keadaan
tersebut ruangan kelas cukup nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.
A. Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran Dimensi Tiga
Siswa Kelas X 7
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan observasi untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa kelas X 7
dalam pembelajaran dimensi tiga.
Berdasarkan hasil angket dan nilai ulangan harian dimensi tiga, dapat
diketahui bahwa siswa kelas X-7 SMAN Jumapolo memiliki motivasi belajar dan
nilai matematika yang rendah. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai
dibawah KKM serta keaktifan mereka dalam mengikuti pelajaran di kelas masih
kurang. Sebagian besar siswa malas karena sering mengalami kesulitan
mempelajari matematika.
Prestasi belajar matematika rendah dibanding mata pelajaran lain dan
motivasi belajar siswa juga rendah. Rendahnya motivasi dan prestasi siswa makin
nampak ketika mereka mulai mempelajari materi dimensi tiga. Karena pada
materi dimensi tiga memerlukan imajinasi dan kemampuan pandang ruang yang
cukup sulit dipahami. Siswa juga merasa kesulitan dalam menginterpretasikan
perubahan dari dimensi tiga (bangun ruang) ke dimensi dua (bangun datar) yang
mereka gunakan sebagai media belajarnya.
Kegiatan pembelajaran selama ini menurut persepsi siswa masih
bersifat monoton sehingga kurang menyenangkan. Metode-metode pembelajaran
55
yang digunakan masih berpusat pada guru dan kegiatannya hanya sebatas
memperhatikan penjelasan guru, mencatat dan latihan soal. Kegiatan ini
cenderung membuat siswa menjadi bosan terhadap pelajaran matematika sehingga
banyak siswa yang kurang memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan fenomena tersebut diperoleh gambaran bahwa kurangnya
variasi metode yang digunakan dalam pembelajaran diprediksi menjadi salah satu
sumber kesulitan bagi siswa. Berdasarkan alasan inilah perlu upaya pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas ini untuk mengubah model pembelajaran yang
berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Metode yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran.
C. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus untuk membahas
materi dimensi tiga. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: 1)
Perencanaan tindakan (planning) yang meliputi merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran dimensi tiga sesuai dengan
kompetensi dasar, 2) Pelaksanaan tindakan (acting) yaitu melaksanaan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran, 3)
Observasi (observating) yaitu melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan kelas, dan 4) Refleksi (reflecting) yaitu melakukan analisis terhadap data
yang sudah diperoleh pada setiap siklus.
56
Secara deskriptif pelaksanaan tindakan pada tiap-tiap siklus adalah
sebagai berikut:
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti (guru) menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pembelajaran dimensi tiga menggunakan media
pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan pada siklus I akan
dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua pada
tanggal 4 dan 7 April 2009, digunakan untuk menyampaikan materi
dimensi tiga menggunakan media pembelajaran, sedangkan pertemuan
ketiga pada tanggal 9 April 2009 untuk melakukan evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Urutan pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Pertemuan Pertama (Sabtu, 4 April 2009)
i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi
siswa.
ii. Guru memaparkan materi yang akan dibahas dan metode yang
akan digunakan.
iii. Guru memberikan apersepsi.
iv. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa
untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
57
v. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang bangun –
bangun ruang dan bagian-bagiannya, menggunakan media
pembelajaran berupa alat peraga yaitu model-model bangun ruang
dan kerangka bangun ruang.
vi. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang dijelaskan.
vii. Guru memberikan contoh soal dan kemudian dibahas bersama
siswa, dengan menggunakan alat peraga baik oleh guru maupun
siswa secara langsung.
viii. Guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa, sambil
berdiskusi.
ix. Guru membahas soal-soal latihan. Dalam kesempatan ini guru juga
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya bagian item
soal yang kurang jelas.
x. Guru mengakhiri pertemuan dengan membuat rangkuman dan
memberikan tugas sebagai latihan di rumah.
xi. Guru menutup pertemuan dengan memberi salam.
2) Pertemuan Kedua (Selasa , 7 April 2009)
i Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi
siswa.
ii. Guru membahas tugas rumah yang diberikan pada pertemuan
pertama.
58
iii. Guru memaparkan materi yang akan dibahas dan metode yang
akan digunakan .
iv. Guru memberikan apersepsi.
v. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang kedudukan
antara titik, garis dan bidang dalam ruang, menggunakan media
pembelajaran komputer dan LCD.
vi. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang dijelaskan.
vii. Guru memberikan contoh soal dan kemudian dibahas bersama siswa.
viii. Guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan dan
didiskusikan sesama siswa.
ix. Guru membahas soal-soal latihan.
x. Pada saat jam pelajaran akan berakhir guru membuat rangkuman dan
memberi tahu kepada siswa bahwa pertemuan berikutnya akan
diadakan evaluasi.
xi. Guru menutup pertemuan dengan memberi salam.
3) Pertemuan Ketiga (Sabtu, 10 Mei 2008)
i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi
siswa.
ii. Guru memberikan evaluasi materi dimensi tiga, dan mempersilakan
siswa untuk berdoa terlebih dahulu.
iii. Siswa cukup tenang dalam mengerjakan soal evaluasi, meskipun
ada beberapa siswa yang masih menoleh kanan kiri.
59
iv. Guru mengawasi jalannya evaluasi.
v. Setelah waktu berakhir guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan
pekerjaannya dan memberi gambaran jawaban soal yang telah
dikerjakan dengan tujuan agar siswa mengetahui letak
kesalahannya.
vi. Guru menutup pertemuan dengan memberi salam.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti bersama observer melakukan kegiatan
pengamatan terhadap proses pembelajaran. Hasil pengamatan dicatat dan
dirangkum sebagai dasar acuan pelaksanaan tahap selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan siklus I dapat dilaporkan
hal-hal sebagai berikut:
1). Pada saat apersepsi, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan.
2). Pada waktu guru menerangkan materi, hanya beberapa siswa saja yang
mau bertanya.
3). Pada waktu mengerjakan soal-soal latihan, kegiatan diskusi masih
belum berjalan dengan baik masih banyak siswa yang pasif.
4). Pada waktu membahas soal-soal latihan sebagian siswa masih
takut/kurang berani untuk menyampaikan pendapatnya dan hanya
mencatat pendapat yang disampaikan temannya.
5). Siswa yang aktif mengerjakan latihan soal secara lengkap di kelas
dengan tepat waktu dan benar baru 12 siswa.
60
6). Dari hasil ulangan tes formatif dapat diketahui bahwa pada siklus
pertama baru 21 siswa ( 55,26 % ) yang mendapat nilai 60 ke atas atau
sudah mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang
telah ditentukan yaitu 60.
7). Guru masih berfokus pada media yang digunakan, sehingga masih ada
beberapa siswa yang bermain sendiri.
8). Guru dalam menerangkan materi masih terlau cepat, sehingga sulit
dipahami oleh siswa yang kemampuan imajinasinya kurang.
9). Soal-soal yang digunakan untuk latihan masih cukup sulit, terutama
bagi siswa yang berkemampuan rendah.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan tindakan dan obsevasi pada siklus pertama,
peneliti melakukan diskusi dengan observer untuk mendapatkan saran dan
masukan guna mengadakan refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan
diskusi, dapat disampaikan refleksi sebagai berikut:
1). Pada saat apersepsi guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak siswa yang kurang
memperhatikan, hal ini dimungkinkan karena biasanya tujuan
pembelajaran jarang atau tidak pernah disampaikan oleh guru, maka
dalam membuka pelajaran sebaiknya guru membangkitkan semangat
dan antusias siswa terlebih dahulu.
2). Guru masih mendominasi pembelajaran, sehingga masih kurang
membangkitkan semangat siswa untuk bertanya.
61
3). Pembimbingan dalam kegiatan diskusi telah dilakukan oleh guru,
tetapi dalam pelaksanaannya masih belum merata.
4). Pertanyaan yang diberikan oleh guru masih kurang menyebar (hanya
siswa yang itu-itu saja) akibatnya siswa yang aktif menjadi lebih aktif
dan yang lain menjadi kurang aktif.
5). Guru dalam meberikan tugas kurang memperhatikan waktu yang
tersedia untuk mengerjakan, sehingga siswa kurang teliti dalam
mengerjakan tugasnya dan hanya mengutamakan agar tugasnya
selesai dan diserahkan tepat pada waktunya.
6). Masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah 60, sehingga
belum tercapai ketuntasan belajar secara klasikal maupun indiyidual.
7). Masih banyak siswa yang belum tertarik dan memahami pentingnya
penggunaan media pembelajaran.
8). Guru kurang berinteraksi dengan siswa, sehingga masih banyak siswa
yang bermain sendiri.
9). Guru dalam menyampaikan materi sudah bagus sesuai dengan
skenario pembelajaran, tetapi dalam penyampaian materi guru terlalu
cepat sehingga siswa kurang bisa menerima dengan jelas.
10). Guru memberikan soal masih terlalu sulit, sehingga beberapa siswa
merasa kesulitan.
Dari hasil observasi dan refleksi pada siklus pertama ini dapat
dikatakan bahwa pembelajaran dimensi tiga dengan menggunakan media
pembelajaran belum mencapai tingkat ketuntasan belajar secara klasikal.
62
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk siklus kedua sebagai
berikut:
1). Guru menginformasikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran
dimensi tiga menggunakan media pembelajaran akan diulang lagi.
2). Guru harus lebih menekankan pentingnya siswa untuk mengetahui dan
memahami tujuan pembelajaran yang disampaikan.
3). Guru dalam menjelaskan materi diupayakan dapat membangkitkan
semangat siswa untuk bertanya.
4). Guru harus lebih intensif dalam pembimbingan diskusi.
5). Guru dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan hendaknya lebih
menyebar ke seluruh siswa.
6). Guru dalam memberikan soal-soal yang latihan harus menyesuaikan
dengan waktu yang tersedia.
7). Guru hendaknya lebih bisa berinteraksi dengan siswa-siswanya dengan
cara melakukan pendekatan kepada siswa yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tugas.
8). Guru dalam menyampaikan materi jangan terlalu cepat sehingga siswa
dapat memahami dengan jelas.
9). Dalam membuat soal-soal latihan hendaknya lebih bervariasi dan
disesuaikan dengan kemampuan siswa.
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
63
Perencanaan pada siklus II ini disusun berdasarkan refleksi siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, ternyata hasil penelitian belum
sesuai dengan tujuan penelitian dan masih ada kekurangan-kekurangan
pada proses pembelajaran. Untuk memperbaiki berbagai kekurangan dan
kelemahan yang ditemukan pada siklus I, maka kegiatan selanjutnya
adalah melaksanakan pembelajaran pada siklus II.
Kegiatan pada siklus kedua merupakan kegiatan yang sama dengan
kegiatan sebelumnya untuk mengulang kembali tindakan yang sudah ada
sebagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu. Dalam perencanaan
ini peneliti menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai
solusi untuk mengatasi dari kekurangan tersebut. Selanjutnya peneliti akan
melaksanakan tindakan untuk siklus yang kedua dalam 3 kali pertemuan.
Pertemuan pertama dan kedua pada tanggal 14 dan 16 April 2009,
digunakan untuk menyampaikan materi dimensi tiga menggunakan media
pembelajaran, sedangkan pertemuan ketiga pada tanggal 18 April 2009
untuk melakukan evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan pertama (Selasa, 14 April 2009)
i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi
siswa.
ii. Guru mengecek kondisi baik siswa maupun kelas, untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, sehingga dapat
membangkitkan motivasi siswa.
64
iii. Guru memaparkan materi dan metode yang akan digunakan.
iv. Guru memaparkan tujuan yang hendak dicapai.
v. Guru memberikan apersepsi dengan mengadakan tanya jawab
kepada siswa agar siswa mengingat pelajaran yang lalu dan untuk
mengetahui sampai seberapa jauh kemampuan siswa dalam
memahami pelajaran yang telah diajarkan.
vi. Guru menerangkan materi dimensi tiga tentang bangun-bangun
ruang dan unsur-unsurnya menggunakan alat peraga. Dalam
menerangkan guru berusaha untuk tidak terlalu cepat agar lebih
mudah dipahami siswa, serta lebih banyak melakukan tanya jawab
agar siswa merasa dilibatkan dalam pembelajaran.
vii. Guru membuka kesempatan untuk mengadakan tanya jawab kepada
siswa mengenai materi yang telah dijelaskan. Pada kesempatan ini
guru mencoba untuk berinteraksi dengan siswa dengan cara
berkeliling ke tempat duduk siswa, dengan tujuan agar guru lebih
bisa dekat dengan siswa sehingga siswa tidak merasa malu dan
enggan untuk bertanya.
viii. Guru memberikan contoh soal dan dibahas bersama-sama dengan
siswa.
ix. Guru memberikan soal-soal latihan, untuk dikerjakan dan
didiskusikan sesama siswa. Dalam memberikan soal guru berusaha
untuk memilih soal yang bervariasi tingkat kesukarannya, sehingga
siswa yang kemampuannya rendah bisa ikut aktif berdiskusi.
65
x. Guru melakukan pengawasan dan pembimbingan diskusi siswa.
Dalam kesempatan ini guru memfokuskan pembimbingan kepada
siswa-siswa yang berkemampuan rendah.
xi. Guru membahas soal-soal latihan dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
xii. Guru membuat kesimpulan/rangkuman materi yang telah diajarkan.
xiii. Guru memberikan tugas rumah (PR) dengan tujuan untuk
mengingat kembali materi yang sudah diajarkan.
xiv. Guru menutup pelajaran dengan memberi salam.
2) Pertemuan kedua (Kamis, 16 April 2009)
i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi
siswa.
ii. Guru bersama siswa membahas pekerjaan rumah agar siswa benar-
benar memahami materi yang diberikan.
iii. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang kedudukan
antara titik, garis dan bidang dalam ruang, menggunakan media
pembelajaran komputer dan LCD, disertai tanya jawab dengan
siswa, agar siswa merasa dilibatkan secara aktif. Dalam
memberikan pertanyaan kepada siswa guru lebih obyektif atau
pertanyaan bersifat menyebar ke semua siswa.
iv. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
materi yang telah dijelaskan.
v. Guru memberi contoh soal, dan dibahas bersama siswa.
66
vi. Guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan dan
didiskusikan sesama siswa.
vii. Guru mengawasi dan membimbing diskusi.
viii. Guru bersama siswa membahas soal-soal latihan, dalam
kesempatan ini guru menyuruh siswa untuk menyampaikan
pendapatnya, dan siswa yang lain memberikan tanggapannya.
ix. Guru mengakhiri pelajaran dengan membuat kesimpulan, dan
mengumumkan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan
evaluasi.
x. Guru menutup pelajaran dengan memberi salam.
3) Pertemuan ketiga (Sabtu, 18 April 2009)
i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi
siswa
ii. Guru menyampaikan kegiatan berikutnya, siswa mempersiapkan
diri untuk mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru.
iii. Guru membagikan soal untuk evaluasi dan siswa mengerjakan soal
tersebut dengan seksama.
iv. Guru mengawasi dengan baik agar tercipta kemandirian belajar
pada diri siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan soal dengan tertib dan tenang.
v. Setelah waktu mengerjakan soal habis, guru meminta lembar
jawaban soal dari siswa.
67
vi. Guru memberi gambaran jawaban soal yang telah dikerjakan
dengan tujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya.
vii. Guru menutup pertemuan dengan salam.
c. Observasi
Pelaksanaan Tindakan pada siklus II ini, diamati oleh peneliti sebagai
guru pengajar dan observer. Dari pengamatan yang dilakukan pada siklus II,
dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1). Para siswa sudah tampak menunjukkan perhatian yang besar sewaktu
guru memberikan apersepsi. Hanya tinggal dua anak saja yang duduk
di bangku paling belakang yang masih sering ngobrol sendiri.
2). Siswa sudah lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, terlihat dari
banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi
pelajaran.
3). Kegiatan diskusi sudah semakin hidup, karena siswa sudah semakin
memahami materi yang diajarkan.
4). Siswa sudah lebih berani mengemukakan pendapatnya saat
pembahasan soal-soal latihan, dikarenakan siswa sudah memiliki
kepercayaan diri.
5). Siswa yang aktif mengerjakan tugas di kelas secara lengkap dengan
tepat waktu dan benar sudah lebih meningkat, tercatat ada 21 siswa.
6). Prestasi belajar dimensi tiga siswa sudah meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah siswa yang sudah tuntas
68
belajar, yaitu dari 55,26 % pada siklus I menjadi 73,68 % pada siklus
II.
7). Guru sudah bisa membagi perhatian antara menggunakan media
dengan mengawasi siswa-siswa, sehingga siswa segan untuk bermain
sendiri.
8). Guru dalam menerangkan materi sudah tidak terlalu cepat, meskipun
kadang-kadang masih juga terulang.
9). Soal-soal yang digunakan untuk latihan sudah semakin proposional,
mulai soal yang mudah, sedang, dan soal yang sulit.
10) Guru masih kurang memberikan penguatan kepada siswa.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan tindakan siklus II,
selanjutnya peneliti mengadakan diskusi dengan observer untuk
melakukan refleksi, Dari hasil diskusi didapat refleksi sebagai berikut:
1). Perhatian siswa terhadap apersepsi semakin besar. Hal ini
menunjukkan adanya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran
dimensi tiga.
2). Siswa sudah lebih berani untuk bertanya, menunjukkan bahwa ada
kedekatan antara guru dan siswa, dengan kata lain guru bukanlah
sosok yang menakutkan.
3). Guru telah memberikan perhatian dan bimbingan dalam proses diskusi
4). Guru sudah dapat memberikan rasa percaya diri pada siswa, bahwa ia
mampu menyelesaikan soal-soal.
69
5). Guru sudah dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal-soal latihan.
6). Sudah ada peningkatan prestasi belajar, meskipun belum seperti yang
diharapkan.
7). Guru sudah dapat menarik perhatian siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
8). Guru sudah lebih bisa mengontrol kecepatan dalam menjelaskan
materi.
9). Guru sudah dapat mengetahui soal-soal yang sesuai dengan
kemampuan siswa.
10) Guru perlu memberikan penguatan kepada siswa bisa berupa pujian
atau tambahan nilai, untuk memotivasi siswa agar mengerjakan
dengan cepat dan benar.
Dari hasil refleksi pada siklus kedua ini dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dimensi tiga dengan menggunakan media pembelajaran
mengalami peningkatan prestasi belajar siswa, meskipun belum mencapai
kriteria ketuntasan yang telah ditentukan. Oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan untuk siklus ketiga sebagai berikut:
1). Guru menginformasikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran
dimensi tiga menggunakan media pembelajaran akan diulang lagi.
2). Guru harus selalu memberikan apersepsi dan menekankan kepada
siswa tentang tujuan pembelajaran
70
3). Guru lebih sering melakukan pendekatan dengan siswa agar siswa
tidak segan-segan untuk bertanya.
4). Guru semakin meningkatkan dan mengarahkan dalam pembimbingan
diskusi.
5). Guru perlu memberikan penguatan berupa pujian atau tambahan nilai
kepada siswa yang berani mengemukakan jawaban di depan kelas
juga pada siswa yang bisa menyelesaikan soal dengan tepat waktu dan
benar, dengan tujuan untuk menambah semangat siswa dalam
mengerjakan soal-soal latihan.
6). Guru harus selalu berinteraksi dengan siswa-siswanya dengan cara
melakukan pendekatan kepada siswa, terlebih kepada siswa yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas.
7). Guru harus selalu mengontrol diri agar dalam menyampaikan materi
tidak terlalu cepat .
8). Soal-soal untuk latihan harus disesuaikan dengan kemampuam siswa
yang beragam.
3. Deskripsi Siklus III
a. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran pada siklus III disusun berdasarkan refleksi
siklus II. Pada siklus III ini guru (peneliti) masih berkolaborasi dengan
observer dalam menyusun perencanaan pembelajaran, agar pelaksanaan
penelitian dapat betul-betul terlaksana sesuai dengan rencana yang
71
diharapkan. Kegiatan pada siklus ketiga merupakan kegiatan yang sama
dengan kegiatan sebelumnya, yaitu mengulang kembali tindakan yang
sudah ada, dan mengadakan perbaikan dari tindakan terdahulu. Dalam
siklus III ini guru lebih memfokuskan diri sebagai motivator dengan jalan
memberi penguatan yang berupa pujian atau tambahan nilai kepada siswa
yang menunjukkan keaktifan dan prestasi dalam pelaksanaan
pembelajaran. Siklus ketiga akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.
Pertemuan pertama dan kedua pada tanggal 23 dan 25 April 2009,
digunakan untuk menyampaikan materi dimensi tiga menggunakan media
pembelajaran, sedangkan pertemuan III pada tanggal 28 April 2009
melakukan evaluasi dan mengisi angket motivasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan pertama (Kamis, 23 April 2009)
i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi
siswa.
ii. Guru memberikan motivasi kepada siswa, tentang manfaat materi
ini hubungannya dengan kehidupan sehari- hari.
iii. Guru memaparkan materi dan metode yang akan digunakan.
iv. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
v. Guru memberikan apersepsi, berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
72
vi. Guru menjelaskan materi dimensi tiga tentang bangun-bangun ruang
dan unsur-unsurnya menggunakan alat peraga, yang disertai dengan
tanya jawab, untuk menarik perhatian siswa.
vii. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi
mana yang belum jelas, sambil terus berinteraksi dengan siswa, agar
siswa mempunyai keberanian untuk bertanya.
viii. Guru memberikan contoh soal dan dibahas bersama-sama dengan
siswa.
ix. Guru memberikan soal-soal latihan, untuk dikerjakan dan
didiskusikan sesama siswa.
x. Guru melakukan pengawasan dan pembimbingan saat siswa sedang
diskusi, dan lebih difokuskan pada siswa-siswa yang berkemampuan
rendah.
xi. Guru membahas soal-soal latihan dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya, sekaligus memberi
pujian bagi mereka yang mau mengemukakan pendapatnya.
xii. Guru memberi hadiah berupa tambahan nilai bagi siswa-siswa yang
menyelesaikan dengan tepat wakktu dan benar.
xiii. Guru membuat kesimpulan/rangkuman materi yang telah diajarkan.
xiv. Guru memberikan tugas rumah (PR)
xv. Guru menutup pelajaran dengan memberi salam
2) Pertemuan kedua (Sabtu, 25 April 2009)
i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa.
73
ii. Guru menanyakan kondisi siswa dengan tujuan untuk menciptakan
suasana yang kondusif.
iii. Guru membahas pekerjaan rumah agar siswa benar-benar memahami
materi yang diberikan.
iv. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang kedudukan titik,
garis dan bidang dalam ruang, menggunakan media pembelajaran
komputer dan LCD, disertai tanya jawab dengan siswa
v. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
materi yang telah dijelaskan, diikuti dengan interaksi kepada siswa,
agar tidak merasa takut untuk bertanya.
vi. Guru memberi contoh soal, dan dibahas bersama siswa.
vii. Guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan dan didiskusikan
sesama siswa.
viii. Guru mengawasi dan membimbing diskusi.
viii. Guru bersama siswa membahas soal-soal latihan, bagi siswa yang
berani mengemukakan pendapatnya selalu diberikan pujian, dan
tambahan nilai kalau jawabannya benar.
ix. Guru mengakhiri pelajaran dengan membuat kesimpulan, dan
mengumumkan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi.
x. Guru menutup pelajaran dengan memberi salam.
3) Pertemuan ketiga (Selasa, 28 April 2009)
i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa
74
ii. Guru membagikan soal evaluasi, dan mengingatkan siswa untuk
berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan.
iii. Guru mengingatkan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan teliti
dan penuh percaya diri..
iv. Guru mengawasi dengan seksama agar siswa mengerjakan dengan
mandiri, tertib, dan tenang.
v. Setelah waktu mengerjakan soal habis, guru meminta lembar jawaban
soal dari siswa.
vi. Guru membagikan lembar angket motivasi untuk diisi siswa dan
mengatakan bahwa angket ini tidak mempengaruhi nilai ulangan
dimensi tiga.
vii. Guru menarik angket yang telah diisi oleh siswa.
viii. Guru menutup pertemuan dengan salam.
c. Observasi
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus III ini, dilakukan
oleh peneliti sebagai guru pengajar dan observer. Hasil observasi pada
siklus III ini adalah:
1). Persiapan pembelajaran yang dilakukan guru telah dilaksanakan dengan
sangat baik.
2). Pada saat apersepsi semua siswa memperhatikan dengan tenang dan
antusias.
3) Pemberian motivasi kepada siswa diikuti dengan pemberian contoh-
contoh yang kongkrit, sehingga siswa lebih mudah memahami.
75
4). Pada saat penyampaian materi, tanya jawab antara guru dan siswa
semakin dominan. Siswa sudah tidak merasa takut dan malu untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
5). Diskusi antar siswa sudah berjalan dengan baik.
6). Saat pembahasan soal latihan siswa berebut untuk mengemukakan
pendapatnya.
7). Siswa yang mengerjakan soal latihan dengan waktu yang tepat dan
benar semakin bertambah, tercatat ada 30 siswa.
8). Prestasi belajar dimensi tiga siswa meningkat yang ditandai dengan
pencapaian nilai rata-rata dari 68,16 menjadi 77,11. Jumlah siswa yang
tuntas belajar juga meningkat dari 73,68 % menjadi 92,11%. Dengan
demikian pada siklus III ini telah tercapai kriteria ketuntasan yang
ditentukan.
9). Motivasi belajar siswa juga semakin meningkat dibandingkan dengan
kondisi awal.
10). Siswa kelihatan tertib dalam mengikuti pelajaran.
11). Guru sudah dapat mengatur kecepatan penyampaian materi.
12). Guru sudah bisa menyesuaikan soal-soal latihan dengan kebutuhan dan
kemampuan siswa, sehingga siswa menjadi lebih antusias untuk
mengerjakan.
13) Guru selalu memberikan penguatan kepada siswa-siswa yang mau
mengemukakan pendapatnya dan dapat mengerjakan dengan waktu
yang tepat dan benar.
76
d. Refleksi
Pada akhir siklus III, diadakan refleksi secara bersama-sama antara
siswa, peneliti dan observer. Adapun hasil refleksi pada siklus III adalah
sebagai berikut:
1). Menurut siswa:
i. Siswa menyukai pembelajaran dimensi tiga dengan menggunakan
media pembelajaran karena pembelajaran menjadi tidak
membosankan.
ii. Dengan menggunakan media pembelajaran konsep-konsep dalam
dimensi tiga yang sebelumnya terasa sulit dipahami menjadi mudah
dipahami.
iii. Dengan media pembelajaran wawasan siswa menjadi bertambah,
khususnya dalam penggunaan LCD dan komputer.
2). Menurut Observer:
i. Proses pembelajaran secara umum berlangsung dengan baik.
ii. Agar dalam melaksanakan dengan metode ini dapat lebih baik, guru
disarankan mengadakan persiapan yang cukup, khususnya dalam
membuat powerpoint.
iii. Dengan media pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan
semangat siswa dalam pembelajaran.
3). Menurut peneliti:
i. Berdasarkan refleksi yang diberikan oleh siswa dan observer
menunjukkan bahwa pembelajaran dimensi tiga menggunakan
77
media pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
ii. Sebetulnya media pembelajara sudah dimiliki sekolah, namun guru
masih belum memanfaatkannya, dikarenakan kurangnya
pemahaman guru tentang manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar.
iii. Dengan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar
dimensi tiga siswa.
D. Hasil Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilangsungkan dalam tiga siklus,
dapat diringkas dalam beberapa tabel dibawah ini.
Tabel IV-1 Hasil Angket Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Dimensi Tiga
kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo.
No NAMA SISWA Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Peningkatan (%)
1 Ahmad Syafii 64 127 98.44 2 Andria Dhodhik Saputra 87 138 58.62 3 Arif Nugroho 65 124 90.77 4 Bagya Efendi 67 119 77.61 5 Deni Kristanto 85 144 69.41 6 Denny Astuti 70 127 81.43 7 Dwi Handayani 69 129 86.96 8 Ernawati 72 127 76.39 9 Giyarto 73 132 80.82 10 Hari Prayogi 75 144 92.00 11 Hartini 70 124 77.14 12 Ika Monika Nia Astuti 73 139 90.41 13 Jhadi Wiratmoko 83 149 79.52 14 Juwita Nurani 65 124 90.77
78
15 Lailatul Rahmah 68 127 86.76 16 Mamas Yulianti 96 151 57.29 17 Margareta Sri Wahyuni 69 130 88.41 18 Maya Maysaroh 73 131 79.45 19 Mursid Risdianto 69 127 84.06 20 Nita Yulianti 73 145 98.63 21 Nur Cahyani 95 159 67.37 22 Reni Saputri 72 141 98.59 23 Richa Patmawati 71 140 97.18 24 Samiyati 73 143 95.89 25 Syamsudin 68 133 95.59 26 Septi Rahayu 81 152 87.65 27 Siti Leastari 78 150 92.31 28 Sitii Solechah 77 137 77.92 29 Ridho Maulana 74 141 90.54 30 Susanto 75 145 93.33 31 Symsiyah 80 150 87.50 32 Tegar Tri Hatmoko 95 167 75.79 33 Tri Lestari 78 151 93.59 34 Trie Lestari Handayani 83 160 92.77 35 Triana 80 158 97.50 36 Wawan Dwi Prayitno 82 161 96.34 37 Yasin Syafitri 78 150 92.31 38 Yuyun Astutik 83 160 92.77
Jumlah 2889 5356 3269.841 Rata-rata 76.0 140.9 86.0
Angket motivasi siswa terhadap pembelajaran dimensi tiga ini
disampaikan kepada siswa sebelum penelitian tindakan kelas dimulai, untuk
mendapatkan informasi tentang motivasi siswa terhadap pembelajaran dimensi
tiga yang sudah berlangsung sebelum dilaksanakannya tindakan, kemudian
diberikan lagi kepada siswa setelah selesai penelitian tindakan kelas, untuk
mengetahui apakah penelitian tindakan kelas yang dilakukan mempunyai
pengaruh terhadap motivasi siswa dalam pembelajaran dimensi tiga.
Dari tabel IV-1 terlihat adanya peningkatan skor motivasi dari masing-
masing individu, dengan peningkatan rata-rata sebesar 86,0 %.
79
Tabel IV-2 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus I
No NAMA SISWA Nilai Pra Siklus
Nilai Siklus I
Peningkatan (%)
1 Ahmad Syafii 40 45 12,50 2 Andria Dhodhik Saputra 75 80 66,67 3 Arif Nugroho 45 55 22,22 4 Bagya Efendi 40 50 25,00 5 Deni Kristanto 70 80 14,29 6 Denny Astuti 55 65 18,18 7 Dwi Handayani 50 70 40,00 8 Ernawati 30 40 33,33 9 Giyarto 40 50 25,00 10 Hari Prayogi 60 70 16,67 11 Hartini 40 40 0,00 12 Ika Monika Nia Astuti 45 55 22,22 13 Jhadi Wiratmoko 65 75 15,39 14 Juwita Nurani 40 55 37,50 15 Lailatul Rahmah 50 55 10,00 16 Mamas Yulianti 70 75 7,14 17 Margareta Sri Wahyuni 60 70 16,67 18 Maya Maysaroh 45 60 33,33 19 Mursid Risdianto 30 40 33,33 20 Nita Yulianti 55 60 9,09 21 Nur Cahyani 70 80 14,29 22 Reni Saputri 55 65 18,18 23 Richa Patmawati 50 55 10,00 24 Samiyati 30 40 33,33 25 Syamsudin 50 65 30,00 26 Septi Rahayu 60 60 0,00 27 Siti Leastari 65 70 7,69 28 Sitii Solechah 55 60 9,09 29 Ridho Maulana 40 55 37,5 30 Susanto 45 55 22,22 31 Symsiyah 35 50 42,86 32 Tegar Tri Hatmoko 70 80 14,29 33 Tri Lestari 50 65 30,00 34 Trie Lestari Handayani 60 60 0,00 35 Triana 35 50 42,86 36 Wawan Dwi Prayitno 50 60 20,00 37 Yasin Syafitri 40 40 0,00 38 Yuyun Astutik 60 75 25,00
Jumlah 1925 2275 815.84 Rata-rata 50.66 59.87 21.47
80
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I, terlihat adanya peningkatan
prestasi dibandingkan sebelum dilakukan tindakan. Sehingga pembelajaran
dimensi tiga menggunakan media pembelajaran mampu meningkatkan prestasi
siswa dibandingkan saat sebelum menggunakan media pembelajaran. Meskipun
kenaikannya belum memenuhi kriteria indikator kinerja, untuk itu masih
diperlukan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran pada siklus II
berdasarkan refleksi siklus I.
Tabel IV-3 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus II
No NAMA SISWA Nilai Siklus I
Nilai Siklus II
Peningkatan (%)
1 Ahmad Syafii 45 55 22,22 2 Andria Dhodhik Saputra 80 90 12,50 3 Arif Nugroho 55 70 27,27 4 Bagya Efendi 50 55 10,00 5 Deni Kristanto 80 80 0,00 6 Denny Astuti 65 75 15,39 7 Dwi Handayani 70 80 14,29 8 Ernawati 40 50 25,00 9 Giyarto 50 50 0,00 10 Hari Prayogi 70 75 7,14 11 Hartini 40 60 50,00 12 Ika Monika Nia Astuti 55 65 18,18 13 Jhadi Wiratmoko 75 80 6,67 14 Juwita Nurani 55 65 18,18 15 Lailatul Rahmah 55 70 27,27 16 Mamas Yulianti 75 85 13,33 17 Margareta Sri Wahyuni 70 80 14,29 18 Maya Maysaroh 60 70 16,67 19 Mursid Risdianto 40 40 0,00 20 Nita Yulianti 60 75 25,00 21 Nur Cahyani 80 90 12,50 22 Reni Saputri 65 70 7,69 23 Richa Patmawati 55 65 9,09 24 Samiyati 40 45 12,5 25 Syamsudin 65 75 15,39 26 Septi Rahayu 60 65 8,33 27 Siti Leastari 70 80 14,29
81
28 Siti Solechah 60 70 16,67 29 Ridho Maulana 55 55 0,00 30 Susanto 55 70 27,27 31 Symsiyah 50 55 10,00 32 Tegar Tri Hatmoko 80 85 6,25 33 Tri Lestari 65 75 15,39 34 Trie Lestari Handayani 60 70 16,67 35 Triana 50 50 0,00 36 Wawan Dwi Prayitno 60 70 16,67 37 Yasin Syafitri 40 50 25,00 38 Yuyun Astutik 75 80 6,67
Jumlah 2275 2590 543.78 Rata-rata 59.87 68.16 14.31
Dari hasil belajar pada siklus II, nampak adanya peningkatan prestasi
dibandingkan dengan prestasi pada siklus I. Peningkatan tersebut sudah cukup
signifikan karena rata-rata secara klasikal sudah di atas standar ketuntasan
minimal (60), namun secara individual banyaknya siswa yang mencapai standar
ketuntasan minimal belum mencapai 75% dari keseluruhan jumlah siswa. Dengan
demikian belum memenuhi indikator kinerja yang ditentukan. Sehingga masih
perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran pada siklus
III yang didasarkan refleksi siklus II.
Tabel IV-4 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus III
No NAMA SISWA Nilai Siklus II
Nilai Siklus III
Peningkatan (%)
1 Ahmad Syafii 55 70 27,27 2 Andria Dhodhik Saputra 90 90 0,00 3 Arif Nugroho 70 80 14,29 4 Bagya Efendi 55 70 27,27 5 Deni Kristanto 80 85 6,25 6 Denny Astuti 75 80 6,67 7 Dwi Handayani 80 85 6,25 8 Ernawati 50 65 30,00 9 Giyarto 50 70 40,00 10 Hari Prayogi 75 85 13,33
82
11 Hartini 60 70 16,67 12 Ika Monika Nia Astuti 65 75 15,39 13 Jhadi Wiratmoko 80 90 12,50 14 Juwita Nurani 65 75 15,39 15 Lailatul Rahmah 70 80 14,29 16 Mamas Yulianti 85 90 5,88 17 Margareta Sri Wahyuni 80 85 6,25 18 Maya Maysaroh 70 70 0,00 19 Mursid Risdianto 40 50 25,00 20 Nita Yulianti 75 85 13,33 21 Nur Cahyani 90 95 5,56 22 Reni Saputri 70 75 7,14 23 Richa Patmawati 65 70 7,69 24 Samiyati 45 55 22,22 25 Syamsudin 75 80 6,67 26 Septi Rahayu 65 75 15,39 27 Siti Lestari 80 85 6,25 28 Siti Solechah 70 80 14,29 29 Ridho Maulana 55 60 9,09 30 Susanto 70 70 0,00 31 Symsiyah 55 60 9,09 32 Tegar Tri Hatmoko 85 85 0,00 33 Tri Lestari 75 80 6,67 34 Trie Lestari Handayani 70 75 7,14 35 Triana 50 65 30,00 36 Wawan Dwi Prayitno 70 80 14,29 37 Yasin Syafitri 50 50 0,00 38 Yuyun Astutik 80 90 12,50
Jumlah 2590 2880 470.02 Rata-rata 68.16 75.79 12.37
Berdasarkan hasil belajar pada siklus III, diketahui bahwa terdapat
peningkatan prestasi belajar siswa dibandingkan pada siklus II. Peningkatan
tersebut cukup signifikan karena baik secara klasikal maupun individual dapat
mencapai standar ketuntasan belajar minimal. Dengan demikian indikator kinerja
dalam penelitian ini sekurang-kurangnya 75 % siswa memperoleh nilai 60 sebagai
batas tuntas pembelajaran dimensi tiga sudah dapat dipenuhi.
83
E. Pembahasan
Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, peneliti
mengadakan observasi terlebih dahulu yaitu dengan memberikan angket, untuk
mengetahui motivasi siswa terhadap pembelajaran dimensi tiga sebelum
dilakukan tindakan. Selain itu dilakukan juga pengamatan terhadap hasil belajar
dimensi tiga sebelum dilakukan tindakan.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklusnya
dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan,
3) observasi, dan 4) refleksi. Dalam tiga siklus tersebut peneliti menggunakan
media pembelajaran untuk mengajarkan materi dimensi tiga. Setiap siklus terdiri
dari tiga pertemuan, dua pertemuan untuk penyampaian materi sedangkan
pertemuan ketiga untuk menyampaikan evaluasi.
Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus, maka data-data
yang diperoleh sebagaimana telah dideskripsikan dalam hasil penelitian, dianalisis
dalam distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel IV-5 Hasil Belajar Dimensi Tiga Sebelum Tindakan Kelas
Nilai Jumlah Prosentase
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
5
11
10
7
5
0
13,16
28,95
26,31
18,42
13,16
0,00
84
90-99 0 0,00
Jumlah Nilai 1925 100,00
Rata-rata 50,66
Dari tabel IV-5 dapat diketahui kondisi awal hasil belajar dimensi tiga
sebelum diberikan tindakan, dapat kita lihat bahwa secara klasikal nilai rata-rata
hasil belajar siswa 50,66 belum mencapai standar ketuntasan minimal yang
ditentukan yaitu 60. Demikian pula secara individual masih banyak siswa yang
hasil belajarnya masih dibawah standar ketuntasan belajar minimal yaitu sebanyak
26 siswa. Hal itu menunjukkan bahwa proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru belum mencapai hasil yang optimal. Penyebabnya bisa berasal dari guru
maupun siswa, dari guru mungkin karena pemilihan metode yang kurang tepat
untuk membangkitkan semangat belajar siswa, yang menyebabkan prestasi belajar
siswa rendah. Sedangkan dari siswa yaitu rendahnya motivasi belajar, dan kurang
aktifnya siswa dalam pembelajaran. Salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan
pada pembelajaran ini dengan menerapkan media pembelajaran, diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, juga dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi dimensi tiga, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa
Tabel IV-6 Hasil Belajar Dimensi Tiga Selama Proses Pembelajaran dalam Tiga
Siklus
Siklus I Siklus II Siklus III Data Jumlah % Jumlah % Jumlah %
30-39 0 0,00 0 0,00 0 0,00
85
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-99
6
11
10
7
4
0
15,79
28,95
26,31
18,42
10,53
0,00
2
8
5
13
8
2
5,26
21,05
13,16
34,22
21,05
5,26
0
3
6
12
13
4
0,00
7,89
15,79
31,57
34,22
10,53
Jumlah Nilai 2275 100,00 2590 100,00 2930 100,00
Rata-rata 59,87 68,16 75,79
Tabel IV-7 Prosentase Hasil Belajar Dimensi Tiga dalam Tiga Siklus
Nilai Keadaan Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
< 60 26 68,42 17 54,74 10 26,32 3 7,89
≥ 60 12 31,58 21 55,26 28 73,68 35 92,11
Rata-rata 50,66 59,87 68,16 75,79
Dari tabel IV-6 dan IV-7 dapat dilihat hasil tindakan dari tiap siklus.
Pada siklus I jumlah anak yang mendapat nilai < 60 sebanyak 17 anak, sedangkan
yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 21 anak. Sehingga 54,74 % masih
mendapatkan nilai dibawah standar ketuntasan minimal, sedangkan yang
mencapai ketuntasan belajar baru 55,26 %, sedangkan nilai rata-rata kelas 59,87.
Jika dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal, pada siklus I ini telah
menunjukkan peningkatan. Namun masih belum memenuhi indikator kinerja yang
86
ditentukan pada penelitian ini. Dari hasil pengamatan terhadap pembelajaran pada
siklus I masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Kekurangan dan kelemahan
itu datang baik dari guru maupun dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari sebagian
siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Guru terlalu cepat
menyampaikan materi sehingga siswa sulit untuk memahaminya. Pemahaman
siswa akan tugas yang diberikan oleh guru masih rendah, ini terjadi karena guru
memberikan soal dan waktu untuk mengerjakan tidak seimbang. Waktu yang
sempit cenderung membuat siswa mengerjakan tugas kurang cermat, yang penting
selesai. Disamping itu interaksi siswa dan guru juga kurang, mengakibatkan siswa
kurang berani mengungkapkan pendapatnya. Dari kekurangan yang ada pada
siklus I tersebut, maka guru (peneliti) dan observer menyusun rencana
pembelajaran siklus II untuk mengatasinya
Pada siklus II nilai rata-rata kelas 68,16, jumlah anak yang mendapat
nilai < 60 sebanyak 10 anak atau 26,32 % dari jumlah seluruh siswa, sedangkan
jumlah anak yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 28 siswa atau 73,68 % dari
jumlah seluruh siswa. Dari hasil tersebut terlihat adanya peningkatan hasil belajar
siswa bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Meskipun nilai
rata-rata kelas sudah diatas standar ketuntasan minimal, namun sesara individual
jumlah siswa yang hasil belajarnya mencapai standar ketuntasan minimal masih
kurang dari 75 % dari jumlah seluruh siswa. Sehingga belum mencapai indikator
kinerja yang ditentukan pada penelitian ini, maka masih perlu dilanjutkan siklus
III yang didasarkan pada hasil observasi dan refleksi pada siklus II.
87
Pada siklus III terlihat banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 60
sebanyak 35 siswa atau 92,11 % dengan rata-rata kelas sebesar 75,79. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus III ini mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum
dilakukan tindakan maupun hasil belajar siswa pada siklus sebelumnya. Selain itu
hasil belajar siswa yang dicapai pada siklus III sudah memenuhi indikator kinerja
yang telah ditentukan pada penelitian ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan guru melaksanakan
pembelajaran dimensi tiga menggunakan media pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai
siswa setiap siklus.
Disamping itu pembelajaran dimensi tiga menggunakan media
pembelajaran juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini dapat
ditunjukkan dalam tabel IV-1 yang menunjukkan perbandingan kondisi awal dan
kondisi akhir motivasi belajar siswa pada pembelajaran dimensi tiga, dimana
terdapat peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan hasil tersebut, maka tindakan yang dirumuskan yaitu:
”Pembelajaran dimensi tiga menggunakan media pembelajaran untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa” dapat dibuktikan
kebenarannya.
88
BAB V
PENUTUP
H. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar dimensi tiga efektif
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari temuan di
kelas, baik yang ditunjukkan dalam proses kegiatan belajar mengajar maupun
hasil angket motivasi.
Dari segi proses kegitan belajar ditunjukkan oleh: a) Siswa merasa percaya
diri dan lebih berani mengemukakan pendapat dan jawaban setelah proses
pembelajaran menggunakan media. b) Siswa lebih mudah memahami konsep-
konsep dan materi yang diberikan guru. c) Siswa terlihat memperhatikan
pelajaran yang diberikan oleh guru dan terlihat aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
Sedangkan dari hasil angket motivasi terlihat adanya peningkatan yang cukup
signifikan antara motivasi belajar siswa pada korndisi awal dengan motivasi
belajar siswa pada kondisi akhir.
2. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar dimensi tiga efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai akhir
dan rata-rata kelas yang mengalami peningkatan dari siklus I dengan capaian
siswa tuntas belajar 55,26 % dari total siswa, sampai siklus II dengan capaian
73,68%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 18,42%, kemudian siklus III
capaian ketuntasan 92,11 % sehingga ada peningkatan sebesar 18,43%.
89
I. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut:
a. Pembelajaran dimensi tiga dengan menggunakan media pembelajaran
terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi siswa.
Oleh karena itu perlu dikembangkan penggunaan media pembelajaran
dalam proses belajar mengeajar secara tepat. Konsekwensinya guru harus
mampu menguasai ruang lingkup penggunaan media pembelajaran.
b. Mendorong para guru untuk memiliki kemampuan mengelola
pembelajaran yang mampu menggerakkan siswa untuk berpartisipasi
secara aktif.
c. Sekolah harus menyediakan beberapa media pembelajaran termasuk LCD
untuk keperluan pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi tersebut, maka peneliti
mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Pihak sekolah hendaknya berupaya untuk memenuhi dan menyediakan
fasilitas prasarana berupa media pembelajaran yang mendukung terhadap
kelancaran kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Siswa hendaknya selalu berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran,
karena keberhasilan pembelajaran tidak hanya mutlak ditentukan oleh
90
guru, namun ditentukan juga oleh siswa sebagai faktor utama yang
menentukan keberhasilan belajar.
3. Bagi Guru
Guru hendaknya memiliki kemampuan berinovasi dalam menerapkan
media untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga pembelajaran
menjadi lebih menarik dan siswa lebih mudah menangkap serta
memahami materi pelajaran. Guru hendaknya mau membuka diri untuk
menerima saran, masukan, dan kritikan agar bisa memperbaiki kualitas
pembelajarannya.
91
DAFTAR PUSTAKA
Agung Cahyo Hartono. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga dan Minat Belajar Terhadap Penguasaan Konsep Matematika pada Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Program Pascasarjana UNS.
Arif S. Sadiman. 2008. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Azhar Arsyad. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada. Barbara B. Seels, Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan
Kawasannya (Edisi Terjemahan oleh Dewi S Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, Yusufhadi Miarso). Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta.
Basuki Wibawa & Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV
Maulana. Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas. Dimiyati dan Mudjiono.1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djumadi. 2004. Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Penggunaan Alat
Peraga dan Motivasi Belajar pada Siswa SMA Swasta Disamakan yang berlatar belakang Pendidikan Islam di Kota Surakarta. Surakarta: Program Pascasarjana UNS.
Heinich Robert. M. Chael Molenda, James D. Russel, & Sharon E. Smaldino.
1996. Instructional Media adnd Technology For Learning. New Jersey: by Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs.
Martinis Yamin, Bansu I. Ashari. 2008. Teknik Mengembangkan Individual
Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. M Sobry Sutikno. 2003. Model Pembelajaran Interaksi Sosial Pembelajaran
Efektif dan Retorika. Mataram: NusaTenggara Pratama Press. Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Mulyadi Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :
CV Maulana. Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
92
Nana Sudjana. 1996. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remadja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya Offset. Ruseffendi ET. 1999. Pengajaran Matematika Untuk Orang Tua Guru dan SPG.
Bandung: Tarsito. Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS.
Jakarta : PT Bumi Aksara. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta. Sri Anitah. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press. Suharsimi Arikunto. 1996. Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: Bumi Aksara. Sujono. 1988. Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah. Jakarta:
Depdibud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan. Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS. Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: Bumi Aksara. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Winkel WS, 1996. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia. Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional, Prinsip-teknik, Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.