pembelajaran kimia dengan investigasi … · semester 1 di smk wongsorejo gombong tahun pelajaran...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INVESTIGASI
KELOMPOKMELALUI
EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MENGGUNAKAN ALAT LABORATORIUM
DAN PERSEPSI DIRI SISWA
(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMK Wongsorejo Gombong pada Materi
Elektrokimia Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Kimia
Oleh:
KASIMUN
S831102062
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INVESTIGASI KELOMPOK
MELALUI
EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MENGGUNAKAN ALAT LABORATORIUM
DAN PERSEPSI DIRI SISWA
(Studi Kasus dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi Elektrokimia Kelas XI
Semester 1 di SMK Wongsorejo Gombong Tahun Pelajaran 2011/ 2012)
Disusun oleh :
KASIMUN
S831102062
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INVESTIGASI KELOMPOK
MELALUI
EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MENGGUNAKAN ALAT LABORATORIUM
DAN PERSEPSI DIRI SISWA
(Studi Kasus dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi Elektrokimia Kelas XI
Semester 1 di SMK Wongsorejo Gombong Tahun Pelajaran 2011/ 2012)
Disusun oleh :
KASIMUN
S831102062
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Ketua Dr. Sarwanto, M.Si.
NIP.196909011994031002
..................... ....................
Sekretaris Prof. Drs. Sentot Budi R, Ph.D
NIP.195605071986011001
..................... ....................
Anggota I Prof. Dr. Ashadi
NIP. 195101021975011001
....................... ....................
Anggota II Drs. Haryono, M.Pd
NIP. 195204231976031002
..................... ....................
Telah dipertahankan didepan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal 2 Juli 2012
Direktur Program Pascasarjana,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.
NIP. 196107171986011001
Dr. M. Masykuri, M.Si
NIP. 196811241994031001
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “Pembelajaran Kimia Dengan Investigasi Kelompok
Melalui Eksperimen dan Proyek Ditinjau dari Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium dan Persepsi Diri Siswa” (Studi Kasus
Siswa Kelas XI SMK Wongsorejo Gombong pada Materi Elektrokimia Tahun
Pelajaran 2011/2012) ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas dari
plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis
digunakan sebagaimana acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat
dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester
(enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari
sebagian atau keseluruhan isi Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs UNS
berhak mempublikasikanya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi
Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari
ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik
yang berlaku.
Surakarta, 2 Juli 2012
Mahasiswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Kasimun
NIM. S831102062
MOTTO
Dibalik kesedihan pastilah ada jalan menuju kebahagiaan
Kegagalan adalah awal dari kesuksesan
Masa lalu adalah cermin yang akan datang
Musuh terbesar adalah hawa nafsu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Dengan penuh kasih, karya ini kupersembahkan untuk
Ibu dan Bapak tercinta, karunia Alloh terindah
dalam hidupku
Kakak tercinta yang selalu menjadi motivatorku
Keluargaku tercinta yang selalu mmendukungku.
Teman-teman seperjuangan Pend. Sains
Teman-Teman seperjuangan
Almamater
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul :
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INVESTIGASI KELOMPOK MELALUI
EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MENGGUNAKAN ALAT LABORATORIUM DAN PERSEPSI DIRI SISWA
(Studi Kasus dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi Elektrokimia Kelas XI
Semester 1 di SMK Wongsorejo Gombong Tahun Pelajaran 2011/ 2012) dengan
baik.
Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin tesis ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. M. Masykuri, M.Si selaku Ketua Program Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Dr. H. Sarwanto, M.Si selaku Sekretaris Program Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Prof. Dr. Ashadi selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini
5. Drs. Haryono, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini
6. Bapak dan Ibu Dosen Khususnya Program Studi Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bekal pengetahuan kepada penulis
7. Bapak Poniman Selaku Kepala SMK Wongsorejo Gombong yang telah
memberikan ijin penelitian
8. Teman-teman mahasiswa Program Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
8. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu
terselesainya tesis ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak
kekurangan. Maka demi sempurnanya penyusunan tesis ini kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Surakarta, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ … i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ … ii
PERNYATAAN..................................................................................................... iv
MOTTO................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN................................................................................................... vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
KATA PENGANTAR ...................................................................................... … vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... … ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ … xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... … xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... … xvi
ABSTRAK.............................................................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. …….... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................ 9
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 10
D. Perumusan Masalah................................................................ 11
E. Tujuan Penelitian..................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ …….... 14
A.Kajian Teori............................................................................. 14
1. Pembelajaran.................................................................... 14
2. Belajar dan Teori Belajar................................................ 16
3. Model Investigasi Kelompok.......................................... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
4. Metode Eksperimen......................................................... 32
5. Metode Proyek................................................................ 34
6. Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium.............. 37
7. Persepsi Diri.................................................................... 41
8. Prestasi Belajar................................................................ 47
9. Materi Kimia................................................................... 51
10. Penelitian yang Relevan................................................... 63
B. Kerangka Berfikir.................................................................... 65
C. Hipotesis................................................................................. 74
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... ……..... 76
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 76
B. Metode Penelitian.................................................................. 77
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel…....................... 79
D. Variabel Penelitian.................................................................. 80
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 82
F. Instrumen Penelitian................................................................ 83
G. Teknik Analisis Data............................................................... 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
A.Deskripsi data........................................................................... 95
B. Uji Prasyarat Analisis ............................................................. 108
C. Pengujian Hipotesis.............................................................. 111
D. Pembahasan....................................................................... ... 111
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian............................... 118
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................... 119
A. Kesimpulan........................................................................... 119
B. Implikasi............................................................................... 121
C. Saran..................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA................................................................ 127
LAMPIRAN................................................................................ 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Materi Elektrokimia ......……………………… 4
Tabel 2.1 Sintaks Metode Eksperimen………………………………….............. 33
Tabel 2.2 Sintaks Metode Proyek…………………………………...................... 36
Tabel 3.1 Rencana Penyusunan Proposal dan Tesis…………………………....... 76
Tabel 3.2 Design Penelitian................................................................................... 78
Tabel 4.1 Prestasi Belajar Aspek Kognitif Metode Eksperimen dan Proyek....... 95
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif ......................... 96
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan Metode
Eksperimen............................................................................................
96
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan Metode
Proyek..................................................................................................
97
Tabel 4.5 Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium Kategori Tinggi .......
98
Tabel 4.6 Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium Kategori Rendah........
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Siswa yang
Mempunyai Persepsi Diri Kategori Rendah.........................................
99
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Siswa yang
Mempunyai Persepsi Diri Kategori Tinggi ...........................................
100
Tabel 4.9 Prestasi Kognitif Siswa dengan Metode Eksperimen dan Proyek........ 101
Tabel 4.10 Prestasi Belajar Aspek Afektif dengan Metode Eksperimen dan
Proyek....................................................................................................
103
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode
Eksperimen dan Proyek..........................................................................
104
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Siswa.................. 104
Tabel 4.13 Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode Eksperimen............................. 105
Tabel 4.14 Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode Proyek.................................... 105
Tabel 4.15 Prestasi Belajar Aspek Afektif Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Kategori Rendah............................................................
106
Tabel 4.16 Prestasi Belajar Aspek Afektif Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Kategori Tinggi.............................................................
107
Tabel 4.17 Prestasi Belajar Aspek Afektif Persepsi Diri Siswa Kategori Rendah... 107
Tabel 4.18 Prestasi Belajar Aspek Afektif Persepsi Diri Siswa Kategori Tinggi... 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif................. 109
Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif............. 110
Tabel 4.21 Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Kognitif...................................... 111
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi menurut Mar’at (1992:23)...................... 43
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif ..................................... 96
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Aspek Kognitif pada Metode Eksperimen........ 97
Gambar 4.3 Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif pada Metode Proyek.. 98
Gambar 4.4 Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium Tinggi ..................
98
Gambar 4.5 Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium Kategori Rendah...
99
Gambar 4.6 Histogram Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif pada Siswa yang
Mempunyai Persepsi Diri Kategori Rendah.....................................
100
Gambar 4.7 Histogram Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif pada Siswa yang 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Mempunyai Persepsi Diri Kategori Tinggi.......................................
Gambar 4.8 Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif ...................................... 104
Gambar 4.9 Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode Eksperimen...... 105
Gambar 4.10 Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode Proyek.............. 106
Gambar 4.11 Histogram Prestasi Afektif Berdasarkan Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Kategori Rendah.........................
106
Gambar 4.12 Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Berdasarkan
Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium Kategori Tinggi....
107
Gambar 4.13 Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Berdasarkan Persepsi
Diri Kategori Rendah..............................................................
108
Gambar 4.14 Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Berdasarkan Persepsi
Diri Kategori tinggi................................................................
108
Gambar 15 Dokumentasi.................................................................................... 200
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
DAFTAR LAMPIRAN
Halam
an
LAMPIRAN 1 Silabus……………………………………………………....... 130
LAMPIRAN 2 RPP Metode Eksperimen…………………………………...... 134
LAMPIRAN 3 RPP Metode Proyek……………………………………......... 145
LAMPIRAN 4 Kisi-kisi Tes Kompetensi Elektrokimia................................... 155
LAMPIRAN 5 Instrumen Materi Elektrokimia.................................................. 157
LAMPIRAN 6 Lembar Jawab Tes Kompetensi Elektrokimia........................... 170
LAMPIRAN 7 Instrumen Penilaian Kemampuan Menggunakan Alat 171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Laboratorium..............................................................................
LAMPIRAN 8 Penilaian Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium........ 172
LAMPIRAN 9 Pedoman Penskoran Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium.............................................................................
173
LAMPIRAN 10 Kisi-kisi Tes Persepsi Diri.....…………................................... 177
LAMPIRAN 11 Soal Tes Persepsi Diri………………...................................... 178
LAMPIRAN 12 Lembar Jawab Tes Angket Persepsi Diri…….......................... 188
LAMPIRAN 13 Kisi-kisi Angket Aspek Afektif................................................. 189
LAMPIRAN 14 Soal Angket Aspek Afektif........................................................ 190
LAMPIRAN 15 Lembar Jawab Soal Angket Aspek Afektif 194
LAMPIRAN 16 Data Penelitian......................................................................... 195
LAMPIRAN 17 Hasil Try Out Soal Kognitif...................................................... 201
LAMPIRAN 18 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian........................ 202
LAMPIRAN 19 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas.................................... 203
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
ABSTRAK
Kasimun, S831102062, 2012, “Pembelajaran Kimia dengan Investigasi
Kelompok Melalui Eksperimen dan Proyek Ditinjau dari Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium dan Persepsi Diri Siswa”(Studi Kasus Siswa
Kelas XI SMK Wongsorejo Gombong Pada Materi Elektrokimia Tahun Pelajaran
2011/2012). Pembimbing: 1) Prof. Dr. H. Ashadi; 2) Drs. Haryono, M.Pd.
Program Pendidikan Sains, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli
2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: perbedaan prestasi belajar
siswa pada penggunaan metode eksperimen dan proyek, kemampuan
menggunakan alat laboratorium, persepsi diri, dan interaksinya terhadap prestasi
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dan dilaksanakan
dari bulan Oktober 2011-Februari2012. Populasi penelitian ini adalah semua
siswa kelas XI (10 kelas) SMK Wongsorejo Gombong Tahun Pelajaran
2011/2012. Sampel diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling yang
terdiri dari empat kelas, XIMA, XIMD, XIOA, dan XIOC. Kelas XIMA dan XIMD
diberi pembelajaran dengan metode eksperimen dan kelas XIOA dan XIOC diberi
pembelajaran dengan metode proyek. Data untuk prestasi belajar kognitif
dikumpulkan dengan metode tes, data kemampuan siswa menggunakan alat
laboratorium digunakan observasi, persepsi diri dan prestasi afektif siswa
menggunakan angket. Hipotesis diuji menggunakan Anava.
Dari hasil analisis data disimpulkan: 1) ada perbedaan prestasi belajar
siswa pada penggunaan metode eksperimen dan proyek. 2) ada perbedaan
prestasi belajar siswa pada kemampuan menggunakan alat laboratorium. 3) ada
perbedaan prestasi belajar siswa pada persepsi diri siswa. 4) tidak ada interaksi
antara metode dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap
prestasi belajar siswa, 5) tidak ada interaksi antara metode dan persepsi diri
terhadap prestasi belajar kognitif siswa, 6) tidak ada interaksi antara kemampuan
menggunakan alat laboratorium dengan persepsi diri terhadap prestasi belajar
kognitif siswa, 7) tidak ada interaksi antara metode, kemampuan menggunakan
alat laboratorium, dengan persepsi diri terhadap prestasi belajar siswa.
Kata Kunci : Investigasi Kelompok, Eksperimen, Proyek, Kemampuan
menggunakan alat laboratorium, Persepsi diri, Prestasi Belajar, Elektrokimia.
ABSTRACT
Kasimun, S831102062, 2012, "Chemistry Learning With Group
Investigation Through Eksperimental and Project Method Overviewed From
ability to use laboratory equipment and Self Perception“(A Case Study On the
Subject Matter of Electrochemistry 11th
Science Grade SMK Wongsorejo
Gombong Academic Year 2011/2012). Supervisor: 1) Prof. Dr. H. Ashadi, 2) Drs.
Haryono, M.Pd. Science Education Program of Postgraduate Study, Sebelas
Maret University Surakarta, Juli 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
The aims of this study was to determine different toward students’ learning
achievement of the using eksperimental and project method, ability to use
laboratory equipment, self perception and it’s interaction.
The method used in the research was quasi experimental method and it
was con ducted from Oktober 2011 to February 2012. The population was the
students in 11th
Science Grade SMK Wongsorejo Gombong Academic Year
2011/2012.The sample was taken using cluster random sampling, consisted of
four class XIMA, XIMD, XIOA, and XIOC. The learning method applied to XIMA and
XIMD was eksperimental and to XIOA and XIOC was project.The data was collected
through students’ cognitive learning achievement test, data ability to use
laboratory equipment use observation, self perception questioner, and supported
by questioner for affective. The hypothesis were tested using Anava Method.
From the data analysis, it could be concluded that : 1) there was
significant difference students’ learning achievement toward the results of two
compared learning methods eksperimental and project, 2) there was significant
difference students’ learning achievement toward ability to use laboratory
equipment, 3) there was significant difference students’ learning achievement
toward self perception, 4) there was no interaction between learning method and
ability to use laboratory equipment toward students’ cognitive learning
achievement, 5) there was no interaction between learning method and self
perception toward students’ cognitive learning achievement, 6) there was no
interaction between ability to use laboratory equipment and self perception
toward students’ learning achievement but the interaction, 7) there was no
interaction among learning method, ability to use laboratory equipment, and self
perception toward students’ learning achievement.
Keywords: Group Investigations, Eksperimental, Project, to use laboratorium toll
skills, Self perception, Cognitive Learning Achievement, Electrochemistry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang utama bagi kemajuan suatu bangsa,
sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 bahwa tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka perlu diadakan perbaikan dan peningkatan
kualitas pendidikan secara bertahap dan terus menerus. Untuk meningkatkan
kualitas perlu adanya pengembangan, pembaharuan, pemakaian dan relevansi
metode mengajar. Pembaharuan di bidang pendidikan dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya adalah dengan penggantian kurikulum, ada yang berbasis
materi, berbasis pencapaian tujuan, berbasis kompetensi dan yang terakhir ini
dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan
kurikulum itu dilakukan bukan materi pendidikannya ganti tetapi hanya dilakukan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Jika pendidikan ingin ditingkatkan,
maka kita orang yang berkecimpung di dunia pendidikan harus terus menerus
melakukan perubahan yang lebih baik sesuai dengan perkembangan di negara-
negara yang pendidikannya maju. Pergantian kurikulum pada dasarnya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
membantu guru dalam melakukan pembelajaran, bukan menambah berat tugas
guru. Kurikulum memang bisa berubah setiap saat dengan harapan pendidikan
semakin maju.
Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
fenomena alam secara sistematis. Ilmu Pengetahuan Alam bukan sekedar
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep
semata, melainkan juga merupakan suatu proses penemuan (discovery inquiry).
Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi siswa agar peserta didik dapat memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sesuatu sehingga dapat membantu subyek didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Salah satu
cabang ilmu pengetahuan alam adalah kimia.
Pelajaran kimia diharapkan dapat menjadi sarana bagi siswa untuk
mempelajari hal-hal yang ada di sekitar mereka. Kimia juga diharapkan sebagai
salah satu bekal untuk pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam
proses transfer ilmu dan pengetahuan kimia di sekolah perlu ditingkatkan
efektifitasnya agar kualitas pembelajaran selalu terjaga dan hasil yang diharapkan
dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Agar proses belajar
mengajar dapat berhasil dengan baik, sebaiknya guru bisa memberikan suatu
rangsangan agar siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar,
karena aktivitas yang dilakukan siswa akan mempengaruhi prestasi belajar. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
keperluan tersebut maka para guru hendaknya berupaya semaksimal mungkin
untuk menampilkan rangsangan yang dapat diproses dengan berbagai alat indera.
Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah
informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat
dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian siswa diharapkan akan dapat
menerima dan menyerap dengan mudah pesan-pesan dalam materi pelajaran yang
disajikan.
Dalam pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri atau kelompok.
Secara mandiri berarti siswa dalam menyelesaikan soal-soal di kelas dikerjakan
sendiri dan secara kelompok berarti siswa dalam menyelesaikan soal-soal
dikerjakan secara berkelompok. Keunggulan pembelajaran secara mandiri siswa
terbiasa memecahkan masalah sendiri tanpa tergantung sama siswa lain. Salah
satu kelemahan pembelajaran secara mandiri, bila dalam kelas yang
kemampuannya tidak merata maka siswa yang kemampuannya di bawah akan
sulit terbantu oleh siswa yang lebih pandai. Sedangkan keunggulan pembelajaran
secara kelompok siswa-siswa yang kurang pandai akan terbantu oleh siswa yang
lebih pandai. Salah satu kelemahannya adalah siswa akan terbiasa tergantung
sama siswa yang lain.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang fenomena alam secara sistematis. IPA bukan sekedar penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip semata, melainkan juga merupakan suatu proses penemuan (discovery,
inquiry). Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
untuk mengembangkan kompetensi siswa agar peserta didik dapat menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sesuatu sehingga dapat membantu subyek didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Salah satu
cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju adalah kimia.
Pelajaran kimia di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari hal-hal yang ada disekitar mereka. Kimia diharapkan dapat
menjadi prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam proses transfer
ilmu dan pengetahuan kimia di sekolah perlu ditingkatkan evektivitasnya agar
kualitas pembelajaran selalu terjaga dan hasil yang diharapkan dapat memenuhi
tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil
dengan baik, sebaiknya guru bisa memberikan suatu rangsangan agar siswa dapat
aktif dalam mengikuti belajar mengajar karena metode belajar yang dilakukan
setiap siswa dalam mengikuti pelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar.
Untuk kepentingan tersebut maka guru kimia hendaknya berupaya semaksimal
mungkin memberi rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai
alat indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan
mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti
dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian siswa diharapkan akan
dapat menerima dan menyerap dengan mudah pesan-pesan dalam materi pelajaran
yang disajikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Pembelajaran kimia saat ini secara umum memang sudah berjalan, akan
tetapi sangatlah perlu untuk ditingkatkan lagi karena berdasarkan fakta bahwa
nilai kimia masih kurang maksimal. Pada umumnya pembelajaran kimia saat ini
masih cenderung berfokus pada guru, sehingga perlu kita ubah sedikit demi
sedikit pembelajaran yang berfokus pada siswa. Tak lain halnya dengan
pembelajaran yang terjadi di SMK yang rata-rata siswanya agak sedikit
mengesampingkan pelajaran-pelajaran teori karena mereka datang ke sekolah
membawa paradigma bahwa pelajaran teori tidak begitu penting. Mereka
menganggap pelajaran yang penting adalah pelajaran praktikum kejuruan yang
nantinya berhubungan erat dengan bidang yang mereka tekuni. Karena siswa-
siswa SMK sudah beranggapan pelajaran yang tidak termasuk dalam pelajaran
praktikum tidak penting.
Mata pelajaran kimia di SMK termasuk dalam kelompok mata pelajaran
adaptif, sehingga menurut anggapan siswa SMK termasuk dalam pelajaran yang
semuanya teori. Penyebab lain dari siswa-siswa SMK beranggapan setelah lulus
dari sekolah mereka akan langsung masuk dunia kerja, sehingga mereka
memandang mata pelajaran teori kurang penting padahal pelajaran-pelajaran teori
sangat mendukung mata pelajaran praktikum. Paradigma sulit untuk diluruskan
oleh guru-guru yang mengampu mata pelajaran teori, sehingga guru harus bekerja
keras untuk memberi masukan, motivasi dan membimbing siswa agar mengikuti
apa yang disampaikan oleh guru. Penyebab lain guru belum menerapkan secara
maksimal metode pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menganggap
pelajaran teori sama pentingnya dengan mata pelajaran praktikum. Dari kenyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
ini maka guru untuk bisa dituntut untuk menerapkan metode pembelajaran yang
inovatif dan tepat.
Salah satu dampak dari anggapan-anggapan siswa yang kurang baik
terhadap mata pelajaran teori adalah kebanyakan siswa SMK frekuensi belajar
mata pelajaran teori kurang maksimal, sehingga secara umum nilainya kurang
baik. Pembelajaran kimia di SMK pada umumnya belum dimaksimalkan
praktikumnya karena masih terbatasnya fasilitas sekolah dan dimungkinkan guru
kurang kreatif dalam mengajar. Karena berbagai faktor di atas membawa dampak
yang kurang baik terhadap hasil belajar siswa SMK. Berikut adalah nilai ulangan
harian tiga tahun terakhir materi elektrokimia SMK Wongsorejo Gombong.
Tabel 1.1 Daftar Nilai Ulangan Harian Elektrokimia SMK Wongsorejo
Gombong
No Tahun
Pelajaran
Mata
Pelajaran
Nilai
rata-rata
KKM(kriteria
ketuntasan
minimal)
< KKM
(%)
> KKM
(%)
1 2008/2009 Kimia 4,75 67 78 22
2 2009/2010 Kimia 5.20 67 74 26
3 2010/2011 Kimia 4,90 67 76 24
Dari nilai di atas terlihat bahwa prestasi belajar kimia belum maksimal, maka dari
itu sangat perlu untuk ditingkatkan.
Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan
pelajaran dan dapat menimbulkan rangsangan kepada siswa yang memiliki
kebiasaan belajar dan kemampuan berfikir berbeda diantaranya bisa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
penggunaan berbagai metode mengajar. Untuk memperbaik nilai peneliti
memandang perlu adanya pembelajaran yang difokuskan ke siswa yang dalam hal
ini dengan pembelajaran investigasi kelompok melalui praktikum karena
praktikum (eksperimen) akan bisa mendekatkan dengan karakter mereka.
Pembelajaran dengan metode investigasi kelompok diharapkan bisa mengatasi
masalah tersebut karena dengan metode ini siswa secara kelompok belajar
bersama sehingga siswa yang kurang memahami akan bisa terbantu oleh siswa
yang lebih bisa. Dengan kita memaksimalkan praktikum maka diharapkan apa
yang kita sampaikan akan selalu teringat karena mereka terbiasa dengan
praktikum. Jenis kegiatan praktikum yang lain adalah tugas proyek yang nantinya
diharapkan akan bisa mengangkat nilai kimia siswa, karena kegiatan ini
memberikan kesempatan ke siswa untuk menghasilkan suatu produk.
Dalam melaksanakan praktikum siswa memang dituntut untuk bisa
menggunakan alat-alat kimia dengan benar. Syarat lain pada pelaksanaan
pembelajaran dengan praktikum adalah persepsi siswa karena dengan persepsi
yang positif maka siswa akan bisa melaksanakan praktikum dengan baik. Materi
elektrokimia merupakan materi yang diajarkan di SMK dan tergolong sulit bagi
siswa yang berhubungan dengan bilangan oksidasi. Materi elektrokimia adalah
materi yang berhubungan dengan faktual, logiko matematika dan empiris, yang
perolehan konsepnya dapat dilakukan melalui eksperimen atau proyek sehingga
siswa dapat memperoleh konsep sendiri.
Untuk itu, pada penelitian ini digunakan pembelajaran dengan metode
eksperimen dan metode proyek. Pada pembelajaran ini menggunakan eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
siswa ditekankan untuk menemukan sendiri suatu konsep, sehingga konsep yang
telah didapat akan bertahan lama, yang akhirnya dapat meningkatkan penguasaan
konsep siswa. Pada pembelajaran investigasi kelompok dengan metode proyek
yang menekankan pada produk yang terpakai, sehingga siswa SMK akan lebih
termotivasi untuk mengerjakan dengan sungguh-sungguh karena produknya
harapannya akan terpakai di masyarakat.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah faktor
internal berupa kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa, persepsi diri,
minat, motivasi dan lain-lain. Pada penelitian ini ditinjau dari aspek kemampuan
menggunakan alat laboratorium dibagi menjadi dua kategori yaitu kemampuan
menggunakan alat laboratorium siswa tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki
kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa tinggi akan memiliki
penguasaan konsep yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium siswa rendah. Kemampuan menggunakan alat-
alat laboratorium dalam belajar kimia antara satu siswa dengan siswa lainnya
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan tidak semua orang memiliki kemampuan
menggunakan alat-alat laboratorium yang sama ketika belajar.
Faktor internal selain kemampuan menggunakan alat labpratorium yaitu
persepsi diri siswa juga berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Siswa
yang mempunyai persepsi diri tinggi jika diajarkan dengan metode proyek akan
memiliki penguasaan konsep yang lebih baik daripada dengan metode
eksperimen. Karena dengan metode proyek siswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan daya pikirnya untuk mencapai tujuan untuk menghasilkan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
produk sehingga dibutuhkan persepsi diri siswa. Sedangkan siswa yang
mempunyai kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium tinggi akan
penguasaan konsep lebih baik diajarkan metode eksperimen. Karena metode
eksperimen mempunyai kecenderungan hanya untuk membuktikan teori saja.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Tuntutan prestasi tinggi, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor
sebagaimana diamanatkan dalam kurikulum KTSP harus dibangun dari
potensi yang dimiliki oleh sekolah itu sendiri, sementara itu belum semua
guru memaksimalkan kemampuannya.
2. Siswa dituntut menguasai kompetensi tinggi melalui proses belajar yang
baik secara individu maupun melalui interaksi dengan temannya, yaitu
dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal rata-rata untuk tiap
kompetensi dasar yang diharapkan. Kenyataannya menunjukan masih
banyak siswa yang belum dapat mencapai kriteria ketuntasan tersebut.
3. Peran guru dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk menggunakan
fasilitas belajar di sekolah masih belum maksimal sehingga potensi yang
dimiliki siswa belum dapat digali sepenuhnya.
4. Belum maksimalnya penerapan metode pembelajaran yang diterapkan
oleh guru sehingga hasil belajar masih jauh dari harapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
5. Pembelajaran yang dilakukan masih belum inovatif karena penguasaan,
penggunaan metode dan media pembelajaran yang belum memadai.
6. Perhatian dan pendekatan kepada siswa yang memiliki karakteristik
belajar berbeda-beda masih terabaikan oleh guru.
7. Setiap siswa memiliki kemampuan siswa menggunakan alat laboratorium
belajar yang berbeda-beda.
8. Proses pembelajaran masih kurang optimal karena rencana pembelajaran
belum memperhatikan persepsi diri siswa.
C. Pembatasan Masalah
Masalah-masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran kimia adalah
pendekatan konstruktivisme dan metode yang digunakan metode
investigasi kelompok (group investigation).
2. Pembelajaran dibatasi pada metode eksperimen dan proyek.
3. Kemampuan siswa menggunakan alat laboratorium belajar dibatasi pada
kemampuan menggunakan alat tinggi dan rendah.
4. Kemampuan siswa dibatasi pada persepsi diri siswa.
5. Prestasi belajar pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa SMK
Wongsorejo Gombong kelas XI semester 1 tahun pelajaran 2011/2012
pada mata pelajaran kimia materi elektrokimia. Prestasi belajar aspek
afektif diperlukan untuk mendukung kemampuan siswa menggunakan
alat laboratorium dalam mengikuti pelajaran dan tidak dianalisis secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
statistik. Sedang aspek psikomotor diperlukan pada saat melakukan
eksperimen.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran dengan metode
investigasi kelompok menggunakan eksperimen dan proyek?
2. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
kemampuan siswa menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah?
3. Adakah perbedaan prestasi antara siswa yang memiliki persepsi diri siswa
tinggi dan rendah?
4. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi
kelompok menggunakan metode eksperimen dan proyek dengan
kemampuan siswa menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi
belajar siswa?
5. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi
kelompok menggunakan metode eksperimen dan proyek dengan persepsi
diri siswa terhadap prestasi belajar siswa?
6. Adakah interaksi antara kemampuan menggunakan alat laboratorium dan
persepsi diri siswa terhadap prestasi belajar siswa?
7. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi
kelompok menggunakan metode eksperimen dan proyek dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa
terhadap prestasi belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Perbedaan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran metode investigasi
kelompok antar yang menggunakan metode eksperimen dan proyek pada
materi elektrokimia.
2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan siswa
menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah pada materi elektrokimia.
3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki persepsi diri siswa tinggi dan
rendah materi elektrokimia.
4. Interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
menggunakan eksperimen dan proyek dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium terhadap prestasi belajar siswa.
5. Interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
menggunakan eksperimen dan proyek dengan persepsi diri siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi
diri siswa terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
7. Interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
menggunakan metode eksperimen dan proyek, kemampuan siswa
menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian merupakan salah satu alternatif bagi guru yang
menentukan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang sesuai
kimia.
b. Mengetahui pengaruh kemampuan siswa menggunakan alat laboratorium
dalam pembelajaran kimia terhadap prestasi belajar siswa.
c. Mengetahui pengaruh persepsi diri terhadap prestasi belajar siswa.
d. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang relevansi penggunaan
metode pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan teoritis bagi masyarakat,
guru, mahasiswa yang memerlukan tambahan dasar teori bagi penelitian
mereka, baik untuk pengembangan pembelajaran, maupun penyelesaian
tugas akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
b. Mengajak dan mendorong kepada para guru untuk melakukan inovasi
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran dalam
pembelajaran kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Pembelajaran berhubungan erat dengan belajar dan mengajar. Menurut
Gagne, Briggs, dan Wager (1992) dalam Paulina Panen (2001:1-5) pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya
proses belajar pada diri siswa. Dalam pembelajaran ini mempunyai ciri-ciri; a.
Meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa yaitu suatu proses belajar
mengajar atau pembelajaran dikatakan baik, bila proses tersebut melibatkan
kegiatan belajar yang efektif. Efektif dalam hal ini berarti tepat guna dan tepat
sasaran yaitu memberikan hasil guna yang maksimal sesuai pesan yang
disampaikan dan kepentingan siswa yang belajar. Hasil akhir yang dicapai siswa
dalam belajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri. b. Adanya
Interaksi tersebut terjadi antara siswa yang belajar dengan lingkungan belajarnya
baik guru, siswa lain, media, dan sumber belajar lainnya serta adanya komponen-
komponen yang saling berkaitan satu sama lain yaitu tujuan pembelajaran, materi,
kegiatan dan evaluasi. Pembelajaran menurut Sardiman dkk.(2005:5) dapat
diartikan bahwa proses belajar dalam diri siswa terjadi baik secara langsung
maupun tak langsung (siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber
belajar yang lainnya). Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen
yaitu, siswa, guru, tujuan pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi.
Menurut (Trianto 2010:17) pembelajaran adalah interaksi dua arah dari
seorang guru dengan peserta didik , dimana antara keduanya terjadi komunikasi
yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk
membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003
menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai
upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Menurut Sagala (2010:63), pembelajaran mempunyai dua karakteristik
yaitu pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara
maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi
menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran
membangun suasana dialog dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada
gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Menurut Dunking dan Biddle (1974:38) proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu
(1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi; dan (2)
kompetensi metodologi pembelajaran. Jadi dalam proses pembelajaran guru harus
menguasai konsep yang akan diajarkan dan metode yang digunakan. Metode yang
digunakan merupakan strategi yang dapat memudahkan peserta didik untuk
menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Hal ini menggambarkan
bahwa pembelajaran terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, karenanya sumber belajar tidak hanya guru dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
buku teks semata melainkan juga alam sekitar, informasi yang diperoleh melalui
internet.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar baik secara langsung atau tidak langsung.
2. Belajar dan Teori Belajar
a. Pengertian belajar
Arti belajar yang sesungguhnya belum diketahui orang sepenuhnya.
Karena masalah terdapat bermacam-macam cara pendekatan. Ahli psikologi, ahli
pendidikan memberikan definisi sendiri-sendiri, oleh sebab itu dalam teori belajar
banyak terdapat perbedaan-perbedaan. Robert Gagne (1977:3) mendefinisikan
belajar sebagai berikut:” Learning is change in human disposition or cability
which persists over a period of time an which is not simply ascribable to
processes of growth “.(Belajar adalah suatu perubahan perilaku atau kemampuan
yang bertahan lama, dan bukan semata-mata penyebabnya pada proses
pertumbuhan). Morgan dalam Toeti Soekamto (1992:9) menyebutkan bahwa
suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga yaitu: (1) belajar adalah
perubahan tingkah laku; (2) perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman,
bukan karena pertumbuhan; dan (3) perubahan tersebut harus bersifat permanen
dan tetap untuk waktu yang cukup lama.
Dengan bahasa yang berbeda Galloway dalam Toeti Soekamto (1992:1)
mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Paul Suparno (1997:61) mengemukakan
bahwa belajar merupakan proses aktif siswa mengonstruksi pengetahuan dari
abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi. Proses tersebut antara lain
bercirikan: (1) belajar berarti membentuk makna; (2) konstruksi arti itu adalah
proses yang terus menerus; (3) belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta,
melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan pengertian baru; (4)
proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut; (5) hasil belajar dipengaruhi
oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya; (6) hasil belajar
siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa: konsep-konsep, tujuan, dan
motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Teori belajar dalam pandangan konstruktivis menurut Hudoyo (1998,
dalam Trianto 2010:19) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a) siswa terlibat
aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi (pengetahuan) secara bermakna
dengan bekerja dan berpikir, b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi
sebelumnya sehingga menyatu dengan skema yang dimiliki siswa.
Metode belajar kooperatif mendorong siswa-siswa untuk bekerja sama
dalam tugas-tugas tertentu, dalam diskusi atau kegiatan kelompok lainnya.
Keberadaan model pembelajaran kooperatif yang efektif digunakan untuk
berbagai keperluan pengajaran. Banyak model pembelajaran kooperatif untuk
diterapkan pada keperluan yang berbeda, dan untuk skema pengorganisasian
pengajaran di kelas. Menurut perspektif multivasional (Slavin, 2008:34) pada
pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
tujuan dimana siswa bekerja. Menurut Diutsch dalam Slavin (2008:34), “ada tiga
struktur tujuan yaitu kooperatif, kompetitif, dan individualistik”. Maksudnya
usaha individu memberikan kontribusi dan usaha berorientasi pada tujuan, dimana
orientasi tujuan untuk pencapaian tujuan kelompok. Dari perspektif kognitif ada
dua kategori yaitu teori pembangunan dan teori elaborasi. Teori pembangunan
Vygotsky (Slavin, 2008:36) yaitu penyelesaian masalah secara independen dan
dengan bantuan orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman yang lebih
mampu. Sementara elaborasi kognitif adalah (Wittock dalam Slavin, 2008:38)
bahwa menulis rangkuman atau kesimpulan lebih baik daripada sekedar menyalin
catatan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku dan proses aktif siswa mengonstruksi pengetahuan
yang bertahan lama. Untuk terciptanya proses belajar yang baik harus ada faktor
pendukung yang menunjukan keberhasilan dalam belajar. Maka model
pembelajaran kooperatif sangat tepat untuk memberikan dorongan belajar
terhadap siswa karena bisa menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar,
sehingga belajar bersama-sama membentuk pengetahuan selain keberhasilan
secara akademis juga berhasil dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
lingkungan.
b. Teori belajar
1). Teori Belajar Konstruktivisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Konsep konstruktivisme bermula. Konstruksivisme menurut Rosty (dalam
Panen, 2001) merupakan salah satu bentuk pragmatisme, terlebih lagi soal
pengetahuan dan kebenaran, karena hanya mementingkan bahwa suatu konsep itu
dapat berlaku atau digunakan. Menurut Staver (dalam Panen, 2001:13) pertanyaan
yang paling dasar dalam konstruktivisme adalah dalam realitas struktur
pengetahuan; kebenaran pengetahuan. Para ahli menegaskan bahwa kenyataan
terdiri atas dua dimensi, eksternal dan internal. Dimensi eksternal bersifat
obyektif, sedangkan dimensi internal bersifat subyektif. Kaum rasionalis
menyatakan bahwa kebenaran itu merupakan akibat dari deduksi logis. Misalnya,
Rene Descartes mengatakan cognito ergosum, artinya saya berfikir maka saya
ada. Para empirisme juga mengatakan bahwa pengetahuan merujuk kepada
obyek-obyek berdasarkan penalaran induktif dengan bukti-bukti yang diperoleh
dari pengalaman. Menurut kaum empiris, semua kenyataan itu diketahui dan
dipahami melalui indra, dan kriteria kebenaran adalah kesesuaiannya dengan
pengalaman. Dalam hal ini kaum rasionalis lebih menekankan pada rasio, logika
dan pengetahuan deduktif, sedangkan kaum empiris lebih menekankan pada
pengalaman dan pengetahuan induktif. Menurut Staver, konstruktivisme
menunjukkan pada interaksi antara subyek dan obyek, antara realitas yang
eksternal dan yang internal. Karenanya susunan pengetahuan yang ada dalam otak
manusia merupakan hasil dari konstruksi yang ia lakukan.
Konstruktivisme menjadi landasan bagi beberapa teori belajar, misalnya
teori perubahan konsep, teori belajar bermakna, dan teori skema. Konstruktivisme
maupun teori perubahan konsep percaya bahwa dalam proses belajar seseorang
mengalami perubahan konsep. Pengetahuan seseorang tidak sekali jadi, tetapi
melalui proses perkembangan yang terus menerus. Dalam perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
tersebut, ada yang mengalami perubahan besar ada pula yang hanya
mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi
(Panen, 2001:16). Teori perubahan konsep membantu menciptakan suasana dan
keadaan pembelajaran yang memungkinkan perubahan konsep terjadi pada siswa
sehingga terjadi pemahaman. Baik konstruktivisme maupun teori perubahan
konsep menjelaskan bahwa pengertian yang dibentuk siswa mungkin berbeda
dengan pengertian ilmuwan. Namun pengertian yang berbeda tersebut bukan
salah satu ahli proses perkembangan karena setiap kali mereka terus menerus
dapat mengubah pengertiannya. Ditegaskan oleh Suparno (2000: 34) salah
pengertian dalam memahami sesuatu, menurut konstruktivisme dan teori
perubahan konsep bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan justru menjadi
awal untuk perkembangan yang lebih baik.
Menurut Trianto (2007:14) teori konstruktivis menetapkan bahwa prinsip
yang penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk
proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara
sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi
siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan
catatan siswa sendiri yang harus memanjat tangga tersebut.
Keterkaitan teori belajar konstruktivisme dengan penelitian ini adalah
dalam pembelajaran materi elektokimia dengan metode eksperimen dan proyek
siswa menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks yang
mereka dapatkan dari hasil diskusi kelompok. Siswa benar-benar memahami dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, karena dalam pembelajaran siswa
diminta menyelesaikan masalah oleh guru kemudian mereka bekerja memecahkan
masalah tersebut. Sehingga pengetahuan tentang asam basa garam dibangun oleh
dirinya sendiri.
2).Teori Belajar Kognitivisme
Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh atau mengubah
pemahaman dan struktur kognitif. Struktur kognitif merupakan persepsi tentang
lingkungan yang mempengaruhi perilaku. Kognitivisme memandang bahwa
aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal yaitu pengolahan
informasi dari lingkungan. Berikut beberapa teori belajar aliran kognitivisme:
a). Teori Vygotsky
Vygotsky memperkenalkan ide tentang Zone of proximal development
(ZDP) dia mendefinisikan ZDP sebagai fungsi yang belum matang tetapi masih
dalam proses pematangan. Dia mempunyai pandangan tentang pengajaran yang
lebih menekankan bagaimana mengarahkan proses perkembangan ini. Dia
menyebutnya “ the only good kind of instruction is that which marches ahead of
development and leads it” (Vygotsky dalam Driscoll, 1994:233). Pernyataan ini
mengungkapkan bahwa Vygotsky membedakan antara belajar dengan
perkembangan. Belajar tidak sama dengan perkembangan tetapi ada kaitannya,
yaitu belajar dapat menyebabkan proses perkembangan. Menurut Vygotsky
belajar bukan hanya sekedar akuisisi kemampuan untuk berfikir saja, melainkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
merupakan proses akuisisi dari berbagai bentuk kemampuan untuk berfikir
tentang segala sesuatu. Menurut Vygotsky dalam Arends (2001:354) seseorang
mempunyai dua perbedaan tingkat perkembangan yaitu tingkat perkembangan
aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual
merupakan suatu fungsi umum intelektual seseorang dan kemampuan untuk
mempelajari obyek-obyek khusus. Tingkat perkembangan potensial merupakan
tahapan seseorang dapat berfungsi atau mencapai kedewasaan dengan bantuan
orang lain, seperti guru, orang tua, atau teman sejawat yang lebih dewasa. Daerah
diantara tahapan tersebut dinamakan oleh Vygotsky sebagai zone of proximal
development. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Vygotsky, dalam
penelitian dengan model GI ini memungkinkan siswa berinteraksi dengan teman
dalam kelompoknya, bekerja sama, dan bertanggung jawab bersama sehingga
memungkinkan terjadi proses pematangan individu dengan bantuan teman
sejawatnya.
b). Teori Penemuan Bruner
Menurut Jerome Bruner kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif
jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam
kegiatan belajar, ada tiga tahap yang dialami siswa pebelajar, yaitu tahap
informasi, tahap transformasi, dan tahap evaluasi. Tahap informasi adalah tahap
awal siswa memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru. Tahap transformasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
adalah tahap siswa memahami, mencerna, dan menganalisis pengetahuan baru
serta mentransformasikan kedalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk
hal-hal yang lain. Pada tahap evaluasi siswa mengetahui apakah tahap
transformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Lama tidaknya masing-
masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyaknya informasi,
motivasi, dan minat siswa.
Belajar penemuan pada hakikatnya sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia (Ratna Wilis Dahar,1989:103). Belajar dengan berusaha
menemukan pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya dapat
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Dengan belajar
penemuan maka pengetahuan yang didapat akan bertahan lama dan mempunyai
efek transfer yang lebih baik serta dapat meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berfikir secara bebas. Dari uraian di atas pembelajaran model
GI dengan eksperimen dan proyek akan membuat siswa menemukan sendiri
kesimpulan sehingga pengetahuan yang didapat benar-benar bermanfaat.
c). Teori Gagne
Robert M Gagne mengemukakan sebuah model pembelajaran yang
terkenal dengan model pemrosesan informasi, Gagne dalam Ratna Wilis Dahar
(1989:141-143) mengemukakan bahwa suatu tindakan belajar atau learning act
meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang
dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase belajar tersebut dipasangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase
tersebut adalah fase motivasi, pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan,
generalisasi, penampilan, dan umpan balik.
Dalam fase motivasi melibatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa.
Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan
mempunyai semangat untuk belajar. Menurut Ratna Wilis Dahar (1989:141),
“siswa harus diberi motivasi dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh
hadiah”. Dalam fase pengenalan, siswa harus memperhatikan bagian-bagian yang
relevan yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan materi pelajaran. Dalam fase
perolehan, siswa dikatakan telah siap memperoleh bila memperhatikan informasi
yang relevan. Informasi yang diterima tidak langsung disimpan dalam memori
tetapi diubah menjadi informasi yang bermakna yang dihubungkan dengan
informasi yang telah ada dalam memori siswa. Dalam fase retensi terjadi proses
pemindahan informasi agar yang diperloleh tidak mudah hilang. Caranya yaitu
dengan memindahkan informasi baru yang diperoleh siswa dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang. Menurut Ratna Wilis Dahar, hal ini dapat
terjadi melalui pengulangan kembali, praktikum, atau elaborasi. Dalam fase
pemanggilan ada kemungkinan siswa dapat kehilangan hubungan informasi dalam
memori jangka panjangnya. Untuk menghindari hal tersebut siswa harus
memperhatikan informasi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan cara
mengelompokkan informasi menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep dan
memperhatikan kaitan antara konsep-konsep tersebut. Fase generalisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
merupakan fase pengubah informasi. Siswa dapat berhasil dalam belajar apabila
dapat menerapkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi sesungguhnya. Siswa
dapat menggunakan ketrampilan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah-
masalah nyata. Dalam fase penampilan, siswa telah mampu memperlihatkan
secara nyata dengan penampilan yang tampak atau respon dari apa yang telah
dipelajari. Dalam fase umpan balik, siswa memberikan respon tentang hal-hal
yang telah diperolehnya melalui proses pembelajaran. Dengan memberikan
respon, maka siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari
apa yang telah dipelajarinya.
Dalam penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI ini
fase motivasi terjadi karena masing-masing kelompok ingin memperoleh nilai
yang lebih baik dari kelompok lain, fase pengenalan terjadi pada saat anak
mempelajari dan melakukan eksperimen dan proyek. Fase pemanggilan terjadi
ketika siswa melakukan langkah-langkah dalam eksperimen dan proyek,
mengelompokan atau mengaitkan antar konsep. Pada fase generalisasi, fase
penampilan dn fase umpan balik terjadi pada saat siswa dapat mengaitkan konsep-
konsep yang telah dipelajarinya dengan peristiwa sesungguhnya, dan ini terjadi
pada saat siswa menyelesaikan tugas.
3. Model Investigasi Kelompok
Belajar kooperatif adalah suatu model yang melibatkan pembentukan
kelompok. Kerja kelompok merupakan bagian dan bukan hanya sekedar cara
untuk mencapai tujuan. Tujuan dari belajar kooperatif adalah pencapaian hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
belajar, penerimaan keberagaman, dan pengembangan ketrampilan sosial (Arend,
2001:315). Dalam belajar kooperatif dapat digunakan beberapa model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi
atau bekerjasama dan berinteraksi dengan structure dan setting yang telah
dirancang oleh guru, sehingga tercipta peluang munculnya aktivitas yang berupa
kerja sama secara wajar. Suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan
bernafaskan pembelajaran kooperatif masin-masing anggota kelompok kecil
(idealnya 4 orang) mampu memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah
yang dihadapi bersama. Keberhasilan anggota kelompok berkorelasi positif
terhadap anggota kelompok lainnya. Pembelajaran kooperatif juga ditandai oleh
adanya susunan atau jenis aktivitas yang dapat dijadikan tempat untuk kegiatan
secara kelompok.
Sebelum diterapkan jenis model pembelajaran ini perlu dijelaskan
komponen-komponen yang mendukung terjadinya aktivitas di dalam
pembelajaran kooperatif. Adapun komponen-komponen pembelajaran kooperatif
tersebut adalah struktur, isi, dan aktivitas. Struktur adalah saran yang digunakan
untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran
struktural, struktur-struktur tersebut dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu
: team building, class building, communication building, information sharing,
mastery, and higher level thinking. Isi adalah materi pembelajaran yang akan
disajikan. Isi dapat berbentuk pokok bahasan, ketrampilan, fungsional atau
gramatika, situasi, dan sebagainya. Dengan kata lain, isi adalah apa yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
disajikan di dalam struktur. Aktivitas adalah apa yang akan dikerjakan oleh tim
terhadap isi dengan menggunakan struktur yang tepat untuk mencapai tujuan yang
telah dituangkan dalam perencanaan pelajaran (lesson design), sehingga ketika
struktur diisi dengan materi maka struktur tersebut akan menghasilkan aktivitas.
Sharan (1994:6) menyatakan pengertian lesson design adalah urutan penyajian
aktivitas seperti yang dicontohkan dalam STAD (Student Teams Achievement
Division) berikut ini yang terdiri atas presentasi, kerja kelompok, kuis, skor
perbaikan individu, dan penemuan peringkat. Ada beberapa bentuk lesson design
yang lain yang lain, yaitu Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Group
Investigations (GI), Rotation Learning Centers, dan bentuk-bentuk lain yang
dapat dirancang oleh guru sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Group Investigations (GI) atau investigasi kelompok sesuai dengan IPA yang
menekankan eksplorasi.
Sharan dalam Arends (2001:34) menggambarkan langkah-langkah model
Investigasi Kelompok sebagai model pembelajaran kooperatif berikut ini; 1)
Pemilihan topik. Para siswa memilih subtopik yang spesifik dari suatu masalah
umum, biasanya dirancang oleh guru. Kemudian para siswa mengorganisasikan
menjadi dua sampai enam orientasi tugas kelompok. Komposisi kelompok adalah
heterogen dalam hal kemampuan akademik dan etnis. 2) Perencanaan kerjasama.
Para siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran yang spesifik, tugas-
tugas, dan tujuan yang sesuai dengan subtopik masalah yang terpilih pada langkah
pertama. 3) Implementasi. Para siswa membawa rencana yang terformulasi pada
langkah 2. Pembelajaran melibatkan bermacam-macam aktivitas yang luas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
ketrampilan-ketrampilan serta mengantarkan para siswa pada jenis-jenis sumber
belajar yang berbeda baik dari dalam dan luar kelas. Guru mengikuti dengan
seksama kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan jika diperlukan. 4)
Analisis dan sintesis. Para siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang
dicapai selama langkah ke-3 dan merencanakan bagaimana informasi itu dapat
diringkas pada beberapa model untuk ditampilkan atau dipresentasikan ke teman
sekelas. 5) Presentasi hasil akhir. Beberapa atau semua kelompok di kelas
memberikan presentasi topik yang menarik dari topik yang dipelajari agar
melibatkan teman sekelas pada masing-masing pekerjaan dan mencapai perspektif
luas pada topik. Presentasi-presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru. 6)
Evaluasi. Dalam banyak hal, kelompok mengikuti aspek yang berbeda dari topik
yang sama, siswa, dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok pada
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
a. Tujuan dan Asumsi
Model-model interaksi sosial dikembangkan dengan asumsi bahwa
kerjasama merupakan fenomena yang berkembang di masyarakat. Dengan
kerjasama maka diharapkan akan menghimpun kekuatan yang disebut dengan
energi. Model sosial yang dikembangkan dengan memanfaatkan fenomena
kerjasama. Karena dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa belajar
bersama dalam suatu kelompok dapat membantu proses kelompok dapat
membantu proses belajar. Oleh karena itu, model sosial merupakan bagian penting
dalam keseluruhan proses belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
Model investigasi kelompok dikembangkan atas dasar asumsi bahwa
suasana kelas merupakan analogi dari kehidupan masyarakat yang di dalamnya
memiliki tata tertib dan budaya kelas. Oleh karena itu guru seyogyanya berusaha
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan tumbuhnya kehidupan kelas
seperti itu. Model investigasi kelompok mengambil model yang ada di
masyarakat, terutama mengenai cara anggota masyarakat melakukan proses
mekanisme sosial melaui kesepakatan sosial.
Dalam model pembelajaran ini tedapat tiga konsep utama, yaitu penelitian
atau “inquiry”, pengetahuan atau “knowledge”,dan dinamika belajar kelompok
atau “the dinamics of the learning group” (Toeti dan Udin, 1997:106). Penelitian
ialah proses dimana siswa dirangsang dengan cara menghadapnya pada masalah.
Di dalam proses ini para siswa memasuki situasi dimana mereka memberikan
respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu untuk dipecahkan. Masalah
itu sendiri dapat muncul dari diri siswa atau diberikan oleh guru. Untuk
memecahkan masalah tersebut memerlukan prosedur dan persyaratan yang sudah
tertentu. Pengetahuan ialah pengalaman yang tidak dibawa dari lahir, tapi
diperoleh oleh individu melalui dan dari pengalaman baik langsung maupun tidak
langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjuk pada suasana yang
menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang
disengaja dilihat atau dikaji bersama. Dalam interaksi ini melibatkan proses
berbagai ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling
berargumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Manfaat model pembelajaran ini adalah pembentukan ketrampilan untuk
ambil bagian di dalam proses-proses kelompok yang menekankan ketrampilan
komunikasi interpersonal, bekerja dan inkuiri ilmiah. Pembentukan pribadi di
dalam aspek-aspek di atas merupakan hasil pengiring penting (nurturant effect)
yang ingin dicapai (Slameto,1991:97). Menurut Matthew Q Bounds dan
McDonalds (2009:7-8) GI adalah model pembelajaran yang sangat efektif, namun
mempunyai keterbatasan yaitu ketika siswa yang kemampuannya kurang
dipasangkan dengan siswa yang kemampuannya lebih baik.
b. Sintakmatik
Model Group Investigation ini memiliki enam tahapan kegiatan berikut ini:
1. Tahap pertama: siswa dihadapkan pada situasi bermasalah.
2. Tahap kedua: siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi
yang problematis tersebut.
3. Tahap ketiga: siswa merumuskan tugas-tugas belajar atau learning task
dan mengorganisasikannya untuk membangun suatu proses penelitian.
4. Tahap keempat: siswa melakukan kegiatan pengumpulan data.
5. Tahap kelima: siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan
dalam proses penelitian kelompok itu.
6. Tahap keenam: siswa melakukan proses pengulangan kegiatan.
c. Sistem sosial
Sistem sosial yang berlaku dan berlangsung dalam model GI bersifat
demokratis yang ditandai oleh keputusan berdasar pengalaman kelompok dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
kontek masalah yang dipecahkan peran guru seminimal mungkin. Di hadapan
masalah, kedudukan guru dan siswa adalah sama, yang berbeda adalah peran
dalam pemecahan masalah. Iklim kelas ditandai adanya interaksi yang bersifat
kesepakatan.
d. Prinsip Pengelolaan
Pada penerapan model GI, guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan
dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam proses membimbing, guru dapat
melakukan kegiatan melalui 3 tahap yaitu 1) Tahap pemecahan masalah, siswa
akan menjawab berbagai pertanyaan tentang apa yang menjadi hakekat masalah
dan apa yang menjadi fokus masalah. 2) Tahap pengelolan kelas, siswa akan
menjawab tentang informasi yang diperlukan, bagaimana mengorganisasi
kelompok untuk memperoleh informasi itu. 3) tahap pemaknaan perorangan,
siswa akan melakukan pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan
yang dibuatnya dan apa yang membedakan seseorang sebagai hasil dari
mengikuti proses tersebut.
e. Sistem pendukung
Dalam melaksanakan model GI sistem pendukung sangat penting agar
dalam proses pembelajaran siswa dapat menggali berbagai informasi yang
diperlukan dan sesuai untuk memecahkan masalah kelompok. Pendukung tersebut
adalah sumber belajar yang dapat berupa perpustakaan kecil atau lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
sekolah yang dapat membantu siswa sebagai acuan untuk memecahkan masalah.
Dengan kata lain bahwa lingkungan harus menjawab kebutuhan guru dan siswa.
f. Kelebihan dan Kekurangan Model GI
Kelebihan model GI adalah sangat fleksibel dan komprehensif sebab
model ini menghubungkan tujuan penelitian akademis, integrasi sosial dan belajar
proses sosial. Model ini dapat digunakan diseluruh wilayah, pada seluruh
tingkatan usia, ketika guru ingin menekankan bentuk pemecahan masalah aspek
pengambilan informasi yang sudah ada dan terorganisasi. Kekurangan model GI
adalah tidak semua siswa dapat mandiri, tidak semua sekolah mampu
menyediakan sarana prasarana yang memadai misalnya perpustakaan,
laboratorium, lingkungan, dan sebagainya.
4. Metode Eksperimen
Metode eksperimen berarti suatu percobaan untuk mengetahui hasil suatu
perbandingan, perubahan dengan adanya variabel tertentu atau pengaruh suatu
variabel. (Suharno dkk,1995:198). Menurut Syaiful Sagala (2007:220)
“eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau
hipotesis tertentu” dan “metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran
dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan
sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari”. Dengan demikian metode
eksperimen adalah metode mengajar dimana pengajar atau pelajar mencoba
mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu. Metode
eksperimen merupakan pengembangan metode ilmiah. Fase-fase belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
terjadi pada metode eksperimen : identifikasi masalah, perumusan masalah,
pengajuan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Menurut Syaiful Sagala (2007:220), metode eksperimen mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode eksperimen adalah : 1) membuat
siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja; 2) dapat
mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratis tentang sains dan
teknologi; 3) didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: a) siswa
belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, b)
siswa terhindar jauh dari verbalisme, c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal
yang bersifat obyektif dan realistis, d) mengembangkan sikap berfikir ilmiah, e)
hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. Adapun kelemahan penggunaan
metode eksperimen adalah: 1) pelaksanaan metode ini sering memerlukan
berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan
murah; 2) setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan
kemampuan dan pengendalian; 3) sangat menuntut penguasaan perkembangan
materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakir. Berikut adalah langkah-langkah
metode eksperimen dalam penelitian ini.
Tabel 2.1 Sintak Metode Eksperimen
Tahap
an Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap Membuat kelompok,
memberikan situasi bermasalah
Siswa mengelompok sesuai dengan
arahan guru, memikirkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
1 kepada siswa mengidentifikasikan dan
mendalami permasalahan tersebut.
Tahap
2 Guru membimbing siswa untuk
melakukan eksplorasi . Siswa melakukan eksplorasi
sebagai respon terhadap situasi
yang problematis.
Tahap
3 Guru membantu siswa mencari
peralatan dan mengoperasikan
peralatan sehingga berjalan
dengan baik.
Siswa merumuskan tugas-tugas
belajar mencari dan mengumpulkan
data sebanyak-banyaknya dan
mengorganisasikannya untuk
membangun suatu proses
penelitian.
Tahap
4 Guru membantu dalam
pelaksanaan praktikum. Siswa melakukan belajar secara
kelompok dengan melakukan
praktikum pelapisan suatu logam
dengan logam lain sesuai dengan
urutan langkah yang ditentukan
guru.
Tahap
5 Guru membimbing dalam
menganalisis kemajuan dan
proses dalam penelitian.
Siswa menganalisis kemajuan dan
proses yang dilakukan dalam
penelitian. berdasarkan data yang
akurat.
Tahap
6 Guru menyuruh siswa yang
belum bisa untuk melakukan
pengulangan.
Siswa yang belum bisa melakukan
proses pengulangan kegiatan.
Tahap
7
Guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran.
Siswa menyimpulkan kegiatan
pembelajaran dengan benar.
5. Metode Proyek
Metode proyek adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa suatu tugas dalam waktu tertentu secara individu atau
kelompok untuk menghasilkan suatu produk. Kegiatan yang memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
kesempatan untuk merangkum pengetahan dari berbagai bidang secara kritis dan
kreatif mengaplikasikannya ke dalam kehidupan nyata.
Dalam proyek peserta didik bebas menentukan pilihannya terhadap
pekerjaan, merancang dan memimpinnya. Proyek ditentukan oleh pendidik
sebagai jalan untuk pemecahan permasalahan bagi peserta didik. Peserta didik
aktif dan giat sesuai dengan keinginannya. Dalam proyek pekerjaan dilakukan
secara berkelompok dan bergotong-royong. Proyek akan menumbuhkan
kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif
dengan metode multidisiplin. Dalam pembelajaran proyek peserta didik
melakukan penyelidikan atas fenomena yang menarik yang nyata dalam
kehidupan. Peserta didik akan mulai membayangkan semua fenomena-fenomena
itu, menganalisis fenomena baik benar maupun salah, selama masih berpikir untuk
mencari penemuan ilmu pengetahuan. Metode proyek melatih seseorang untuk
kreatif dalam memilih, merancang dan memanipulasi alat serta bahan hingga
terjadi produk yang berkaitan dengan topik atau konsep yang sedang dibahas.
Metode proyek mendukung kecakapan hidup yang terdiri atas kecakapan
personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
Kecakapan hidup dalam pendidikan berbasis luas, adalah kecakapan yang dimiliki
oleh seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Metode proyek menurut Janice Van Cleave (2004:5) merupakan salah satu
cara untuk mempelajari sains dan memecahkan suatu permasalahan ilmiah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
menggunakan metode ilmiah. Metode mencari jawaban ilmiah melalui tahap-
tahap penelusuran pustaka, mencari maksud dan tujuan, hipotesis, percobaan, dan
kesimpulan. Kelebihan metode proyek yaitu: (1) dapat merombak pola pikir anak
didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan; (2) melalui metode ini
anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan yang terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan kekurangan metode proyek yaitu: (1) kurikulum yang
berlaku di Indonesia saat ini baik secara vertikal maupun horisontal belum
menunjang pelaksanaan metode ini; (2) organisasi bahan pelajaran, perencanaan,
dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari pendidik,
sedangkan para pendidik belum disiapkan untuk ini; (3) harus dapat memilih topik
unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cuckup fasilitas, dan memiliki
sumber-sumber belajar yang diperlukan; (4) bahan pelajaran sering menjadi luas
sehingga sering mengaburkan pokok unit yang dibahas. Tahap-tahap yang
dilakukan dalam pelaksanaan proyek yaitu: (1) peserta didik mendapatkan konsep
dari pendidik; (2) peserta didik memilih konsep yang menarik untuk didalami; (3)
mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi di suatu tempat atau di dunia industri;
(4) kemudian peserta didik merancang atau memanipulasi alat atau bahan yang
sesuai dengan topik atau konsep; dan (5) kemudian evaluasi. Berikut ini adalah
langkah-langkah metode proyek dalam penelitian.
Tabel 2.2 Sintak Metode Proyek
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
an
Tahap
1 Membuat kelompok,
memberikan situasi
bermasalah kepada siswa
Siswa mengelompok sesuai dengan
arahan guru, memikirkan,
mengidentifikasikan dan mendalami
permasalahan tersebut
Tahap
2 Guru membimbing siswa untuk
melakukan eksplorasi . Siswa melakukan eksplorasi sebagai
respon terhadap situasi yang problematis.
Tahap
3 Guru membantu siswa mencari
peralatan dan mengoperasikan
peralatan sehingga berjalan
dengan baik.
Siswa merumuskan tugas-tugas belajar
mencari dan mengumpulkan data
sebanyak-banyak dan
mengorganisasikannya untuk
membangun suatu proses penelitian.
Tahap
4 Guru membebaskan siswa
dalam merancang langkah-
langkah praktikum.
Siswa melakukan belajar secara
kelompok dengan melakukan praktikum
pelapisan suatu logam dengan logam lain
dengan langkah yang mereka susun.
Tahap
5 Guru membimbing dalam
menganalisis kemajuan dan
proses dalam penelitian.
Siswa menganalisis kemajuan dan proses
yang dilakukan dalam penelitian
berdasarkan data yang akurat.
Tahap
6 Guru menyuruh siswa yang
belum bisa untuk melakukan
pengulangan .
Siswa belum bisa melakukan proses
pengulangan kegiatan.
Tahap
7
Guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran.
Siswa menyimpulkan kegiatan
pembelajaran dengan benar.
7.Kemampuan Siswa Menggunakan Alat Laboratorium
Alat-alat laboratorium mempunyai fungsi dan peranan laboratorium kimia
sebagaimana diungkapkan dalam petunjuk pengelolaan laboratorium yang
diterbitkan oleh Depdikbud (1996:6) adalah “sebagai sumber belajar, artinya
labratorium sebagai sumber untuk memecahkan masalah atau melakukan
percobaan sehingga berbagai masalah yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran
kimia yang variasinya meliputi cognitive domain, affective domain dan
phsychomotor domain dapat di gali, ditetapkan dan diungkapkan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
dikembangkan. Alat laboratorium sebagai metode pembelajaran artinya dua
metode penting dalam kegiatan di laboratorium akan dapat menghasilkan produk
kimia. Dua metode yang dimaksud adalah metode pengamatan (observation
method) dan metode percobaan (experimental method). Sedangkan laboratorium
sebagai sarana pendidikan artinya sebagai wadah proses belajar mengajar. Ruang
belajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam-macam
kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan untuk melakukan
percobaan.
Adapun fungsi laboratorium dapat dibedakan menjadi berbagai jenis yaitu
sebagai beriku: 1).kategori pertama memberikan petunjuk untuk melakukan
percobaan ilmiah, yang dapat dilakukan di sekolah atau bahkan di rumah, baik
dalam rangka homescholling maupun untuk membantu menyelesaikan tugas
rumah. Termasuk dalam kategori ini adalah Their Yidium Poject yang
dikembangkan oleh Cornegir melom department of Chemistry dan dibiayai oleh
National Science Foundation CCLI program. 2). Kategori kedua ialah presentasi
atau demonstrasi berbagai eksperimen yang terkontrol, yang dikemas dalam
bentuk compact disk (CD) interaktif. 3). Kategori ketiga adalah penyediaan
kegiatan eksperimen interaktif yang dapat diunduh dari internet oleh anggota klub
yang telah mendaftarkan diri dan memenuhi syarat keanggotaan. 4). Kategori
keempat adalah prinsip-prinsip ilmiah dengan melaksanakan eksperimen simulasi
laboratorium secara interaktif, atau disebut juga online simulated laboratory
experiments. Latihan dalam program ini dibedakan menjdi dua yaitu eksperimen
dan model. Eksperimen menyajikan kegiatan seperti yang terjadi pada laborary
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
real, yang dapat dimanipulasi melalui keyboard dan mouse. Model merupakan
program untuk memecahkan masalah untuk memecahkan masalah guna
menciptakan simulasi sendiri. 5). Kategori kelima adalah program penelitian
dalam laboratorium yang dikerjakan bersama melalui jaringan virtual. Program ini
oleh UNESCO disebut juga collaboratories, dengan menggunakan arsitektur dan
sumber yang terbuka. Contoh program ini ialah Max planck institute for the
History of Science. (disuting dari materi Workshop Pengkajian Lanboratorim
Virtual tanggal 19-20 Agustus 2009, yang diselenggarakan oleh staff Ahli
Mendiknas Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Departemen Pendidikan
Nasional). Sesuai dengan hakekatnya bahwa sains atau belajar IPA untuk
memperoleh kebenaran secara empirik. Oleh karena itu hendaknya IPA dipelajari
siswa dengan mengadakan kontak langsung dengan obyek yang diselidiki. Dalam
hal ini siswa melakukan pengamatan dan percobaan terhadap objek yang
dipelajari dengan menggunakan indera sendiri atau dengan pertolongan alat bantu
belajar.
Proses pembelajaran sains (IPA) dengan kegiatan eksperimen
dilaboratorium tidak terlepas dari bahan dan alat laboratorium. Tercapainya
keberhasilan kegiatan eksperimen di laboratorium sangat ditentukan oleh
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat laboratorium. Atau dengan kata
lain saat melaksanakan kegiatan laboratorium siswa dalam menggunakan alat-alat
laboratorium sehingga diperoleh hasil yang akurat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Margono (1997:174), “keberhasilan suatu percobaan atau eksperimen kerapkali
tergantung pada kemampuan memilih dan menggunakan alat dengan tepat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
Kemampuan menggunakan alat melalui memulih alat-alat, merangkai alat,
menggunakan alat untuk tujuan percobaan (Umaedi, 1999:13). Kegiatan
eksperimen dilaboratorium dalam hal ini adalah kegiatan siswa melaksanakan
praktikum kimia. Pengertian praktikum menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah “bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan
untuk menguji dan melaksanakan di keadaan yang nyata apa yang diperoleh
dalam teori”. Jadi dengan praktikum siswa dapat menguji dan melaksanakan suatu
proses dalam situasi nyata dari apa yang diperoleh pada teori.
Dalam melaksanakan kegiatan praktikum banyak kemampuan yang dapat
dilatih antara lain merencanakan, menggunakan alat dan bahan, mengamati,
menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep, komunikasi. Kegiatan praktikum
dilaboratorium dapat mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Menurut Ambar Mudigdo (1990:7-8), praktikum mempunyai tujuan sebagai
berikut:
a. Ketrampilan kognitif yang tinggi: 1) melatih agar teori dapat
dimengerti; 2) agar segi-segi yang berlainan dapat diintegrasikan; 3)
agar teori dapat diterapkan pada keadaan yang nyata. b. keterampilan
afektif yang tinggi : 1) belajar merencanakan kegiatan secara mandiri;
2) belajar bekerjasama; 3) belajar mengkomunikasikan informasi
mengenai bidangnya; 4) belajar menghargai bidangnya; c.
keterampilan motorik yang tinggi; 1)belajar menyiapkan alat-alat;
memasang alat sehingga dapat dipakai; 2) belajar memakai peralatan
dan instrumen tertentu.
Tidak disangsikan lagi bahwa praktikum merupakan salah satu kegiatan
laboratorium yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar IPA. Dengan kegiatan praktikum, siswa dapat mempelajari IPA melalui
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses IPA. Selain itu juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, menemukan dan mengembangkan
sikap ilmiah, menemukan dan memecah masalah baru melalui metode ilmiah.
Tujuan praktikum IPA adalah agar siswa memperoleh pengalaman dalam
melakukan cara-cara eksperimen dan mengamati gejala-gejala kimia, mampu
menggunakan alat-alat gelas, merangkai alat, keterampilan kerja, menggunakan
zat-zat kimia, ketelitian dalam mendapatkan hasil, dapat menganalisis data dan
menulis laporan serta memperoleh motivasi dalam melakukan eksperimen.
Pengamatan kemampuan menggunakan alat labotratorium yang dilakukan
pada penelitian ini meliputi; kemampuan mengambil larutan dengan
menggunakan pipet tetes, kemampuan memasukkan larutan dalam gelas ukur,
kemampuan mengukur larutan dengan gelas ukur, cara mengamati hasil
pengujian, menjaga kebersihan alat labolatorium kimia dan merapikan alat
laboratorium kimia. Penilaian pengamatan dilakukan dengan skor yang telah
ditentukan.
7. Persepsi Diri
a. Pengertian persepsi
Kata persepsi berasal dari bahasa Latin yang berarti mengambil atau
mengerti atau menangkap. Dalam bahasa sehari-hari persepsi diartikan sebagai
mengerti, memahami atau menyadari. Pada umumnya pengertian persepsi berkisar
di antara penginderaan dan pemikiran. Jalaludin Rakhmat (1992:51) menjelaskan
bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Indrawijaya
(1989:45) mengutip pendapat Hamner & Organ bahwa persepsi adalah suatu
proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya segala sesuatu
yang terjadi dilingkungannya. Carson (1989:16) menyatakan bahwa persepsi
adalah sesuatu yang dengan cepat serta otomatis dan merupakan proses yang tidak
disadari, bukan sesuatu yang disengaja di kala kita menebak atau menafsirkan
makna atas yang kita lihat. Leavitt, H.J. (1986:27) mengemukakan bahwa persepsi
dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana orang melihat sesuatu, dalam arti
luas ialah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu.
Turner menyatakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor personal dan
faktor situasional, atau faktor dalam diri orang tersebut dan faktor di mana
persepsi itu dibentuk. Lebih lanjut dikatakannya bahwa proses persepsi
dipengaruhi oleh kualitas mental yang terdiri dari perhatian, kemampuan dan
sikap selain juga dipengaruhi oleh masa lalu. Karakteristik individu yang
mempengaruhi persepsi meliputi harapan, motif dalam bertindak, dan pengalaman
masa lalu. Slavin (1997:186) mempertegas hal ini sebagai berikut: “perception of
stimuli is not as straight forward as reception of stimuli; rather, it is influenced by
our mental state, past experince, knowledge, motivation, and many other factors”
(persepsi dari stimuli tidak selempang persepsi dari stimuli) bahkan ia dipengaruhi
oleh keadaan mental kita, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan
banyak faktor lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah faktor
struktural, yaitu yang berasal dari stimulus fisik dan pengaruh yang
ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Sifat-sifat stimulus dan efek syaraf
pada sistem urat syaraf oleh para ahli psikologi gestalt disebut hukum persepsi,
yang terdiri atas hukum pragnanz, proximity, similarity, closure, dan continuity.
Intinya adalah pragnanz, keadaan penuh arti. (Relly & Lewis, 1983:126)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi diri adalah suatu
proses menafsirkan makna dari informasi yang ditangkap oleh panca indera yang
dipengaruhi oleh sensasi, perhatian, kebutuhan, harapan, pengetahuan dan
pengalaman masa lalu orang tersebut.
b. Proses Terjadinya Persepsi
Tunner (1997:23) menyatakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor
personal dan situasional, atau faktor dari dalam dirinya sendiri dan faktor dimana
persepsi dipengaruhi oleh mental yang terdiri dari perhatian, kemampuan, sikap,
dan pengalaman masa lalu. Pengalaman tersebut akan disimpan dalam otaknya
sebagai pengalaman awal didalam menerima pesan sehingga dapat membentuk
persepsi baru.
Lebih lanjut Mar,at (1982:23) menggambarkan skematis proses
pengamatan terjadinya persepsi sebagai berikut:
Pengalaman Sosialisasi Cakrawala Pengetahuan
PERSEPSI
k
e
p
r
i
b
a
d
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
Gambar 2.1 : Proses terjadinya persepsi menurut Mar’at (1992:23)
Situasi tertentu melalui komponen kognisi dari sudut pandangnya sendiri diwarnai
oleh kepribadiannya. Dengan dasar pengalaman dan proses sosialisasi, persepsi
memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihatnya. Sedangkan
pengetahuan dan cakrawala yang memiliki seorang siswa memberikan arti
terhadap objek yang diserapnya. Melalui komponen kognisi inilah timbul ide atau
gagasan yang kemudian dikonseptualisasikan. Kemudian atas dasar nilai dan
norma yang dimiliki seorang siswa, kognisi atau pengetahuan akan membentuk
keyakinan terhadap obyek tersebut, untuk selanjutnya komponen afeksi
memberikan penilaian emosional (senang atau tidak senang terhadap obyek).
Pada tahap berikutnya, komponen konasi berperan dalam menentukan
kesediaan atau kesiapan tindakan terhadap objek. Atas dasar tindakan ini situasi
yang semula tidak seimbang menjadi seimbang kembali, artinya obyek yang
dilihat sesuai dengan penghayatan, dimana unsur nilai dan norma dalam dirinya
dapat menerima secara rasional dan emosional. Jika situasi ini tidak tercapai,
maka subjek tidak menolak dan reaksi yang muncul adalah sikap apatis, acuh tak
acuh, bahkan menentang. Keseimbangan ini dapat kembali jika persepsi dapat
Obyek psikologika kognisi
afeksi
konasi
sikap
Faktor lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
diubah melalui komponen kognisinya. Hal ini berarti proses yang sama dapat
menghasilkan persepsi yang berbeda antar individu. Persepsi tampilannya berupa
aspek-aspek yang meliputi evaluasi (baik-buruk), potensi (kuat-lemah), dan
aktivitas (aktif-pasif).
Mengapa objek yang sama dipahami berbeda oleh subjek yang berlainan?
Menurut Bimo Walgito (1997:54-55) hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor dari individu yang melakukan persepsi dan lingkungan dimana persepsi itu
berlangsung. Faktor yang berasal dari dalam individu dapat berupa pengalaman,
perasaan, kemampuan berpikir, motivasi, sedangkan faktor lingkungan yang
melatarbelakangi objek persepsi merupakan kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan. Dengan demikian objek yang sama dengan situasi dan kondisi yang
berbeda dapat menghasilkan persepsi yang berbeda bagi setiap individu.
c. Hubungan persepsi dan pembelajaran
Menurut Udin S. Winataputra (1995:25) seseorang cenderung percaya
sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interpretasi
tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri
yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
seorang guru akan memahami siswanya lebih baik bila ia peka terhadap
bagaimana seorang siswa melihat suatu situasi tertentu.
Menurut Udin S. Winataputra (1995:26) berkenaan dengan persepsi diri
ini ada beberapa yang penting yang harus diperhatikan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
1. Setiap siswa melihat dunia berbeda satu dari lainnya karena setiap siswa
memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat
lingkungan yang sama dengan cara yang sama.
2. Seorang siswa menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap,
alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya.
3. Cara bagaimana siswa melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya.
Dalam suatu situasi seseorang siswa cenderung bertindak sesuai dengan
cara ia melihat dirinya sendiri.
4. Para siswa dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai
dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik
tergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.
Guru dan pihak lain dapat membantu siswa menilai persepsinya.
5. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan para siswa akan mempengaruhi
pandangannya terhadap dirinya.
Persepsi seseorang terhadap suatu hal sangat memengaruhi keberhasilan
belajar mengajar, termasuk didalamnya belajar kimia. Disamping itu persepsi juga
mempengaruhi sikap siswa terhadap pelajaran di sekolah. Terdapat hubungan
yang positif antara keberhasilan pembelajaran kimia di dalam kelas dengan sikap
yang baik atau menyenangkan terhadap kimia. Menurut klasifikasi penentu
keberhasilan belajar, sikap termasuk pada kepribadian dan motivasi yang meliputi
konsep pribadi, pujian, keinginan, dan kemauan untuk belajar.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
persepsi dengan proses belajar mengajar memang erat sekali. Persepsi akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
menumbuhkan sikap dalam menentukan sesuatu. Persepsi juga mampu
menumbuhkan motivasi diri seseorang tetapi juga tidak menutup kemungkinan
sebaliknya. Sikap dan motivasi yang positif akan mempengaruhi keberhasilan
proses pembelajaran sedangkan sikap dan motivasi yang negatif akan
menghambatnya. Persepsi yang positif akan membuahkan berhasilnya proses
pembelajaran, begitu pula sebaliknya persepsi yang negatif dan rasa tidak senang
akan menghambat keberhasilan proses pembelajaran. Dengan kata lain persepsi
siswa akan sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Persepsi diri yang digunakan pada penelitian ini meliputi latar belakang
masuk SMK, motivasi dan minat, pengalaman masa lalu dan perasaan suka tidak
suka, dan sikap terhadap kimia.
8. Prestasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar prestasi belajar dapat diketahui dari hasil
evaluasi yang dilakukan oleh guru. Secara umum ada dua macam evaluasi yakni
evaluasi hasil belajar (evaluasi substantif atau sering disebut juga sebagai tes
pengukuran hasil belajar), dan evaluasi proses belajar mengajar atau disebut
sebagai evaluasi manajemen. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah
evaluasi substantif atau tes pengukuran hasil belajar. Evaluasi jenis ini akan
segera diketahui hasil prestasi belajar siswa. Di sini evaluasi merupakan
pengukuran yang berkenaan pengumpulan data deskriptif tentang produk siswa
atau tingkah laku siswa, dan hubungannya dengan standar prestasi atau norma
(Hamalik 2009:147). Evaluasi menunjuk pada teknik-teknik pengukuran, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
dalam rangka assesment siswa maupun terhadap proses instruksional
menyeluruh, yang meliputi urutan instruksional (perencanaan, penyampaian,
tindak lanjut) dan perubahan tingkah laku siswa yang dapat diamati (kognitif,
psikomotorik, dan afektif). Aplikasi teknik-teknik pengukuran difokuskan pada
dua jenis, yakni pengukuran acuan norma dan pengukuran acuan kriteria.
Selanjutnya Hamalik menjelaskan ukuran hasil belajar atau prestasi
tersebut dapat dimanifestasikan dalam wujud: a. Pertambahan materi pengetahuan
yang berupa fakta, informasi, prinsip hukum atau kaidah, prosedur atau pola kerja
atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya; b. Penguasaan pola-pola perilaku
kognitif proses berfikir, mengingat atau mengenal kembali, perilaku afektif
(sikap-sikap apresiasi, penghayatan, dan sebagainya) perilaku psikomotorik
termasuk bersifat ekspresif; c. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang
tangible maupun intangibel.
Menurut Bloom dan Krathwohl prestasi belajar terbagi menjadi tiga yaitu
1) Prestasi belajar kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan: a. Pengetahuan
(mengingat, menghafal); b. Pemahaman (menginterprestasikan); c. Aplikasi
(menggunakan konsep untuk memecahkan masalah); d. Analisis (menjabarkan
suatu konsep); e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu
konsep utuh); f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode dan
sebagainya)
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap,
derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek. Ada lima tipe
karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Kelima karakteristik afektif tersebut
akan digunakan dalam penelitian ini. Sikap merupakan kecenderungan merespon
secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu obyek. Minat
merupakan watak yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu
mencari objek, aktivitas, pengertian, ketrampilan untuk tujuan penguasaan atau
perhatian. Konsep diri merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Nilai merupakan suatu keyakinan yang
dalam tentang suatu pendapat, kegiatan, atau objek. Moral adalah pendapat atau
tindakan yang dianggap baik atau dianggap tidak baik.
Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik peserta didik. Ranah efektif
merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran yang penting.
Keberhasilan pembelajaran ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh
kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki sikap positif terhadap
pelajaran akan merasa senang mempelajari pelajaran tersebut, sehingga dapat
diharapkan akan mencapai hasil belajar yang optimal.
Peringkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl (Departemen
Pendidikan Nasional, 2003) ada lima yaitu : 1) receiving, peserta didik memiliki
keinginan memperhatikan suatu stimulus, 2) responding, partisipasi aktif peserta
didik, 3) valuing, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi
dan komitmen, 4) organisasi, pada peringkat ini terjadi konseptualisasi nilai, 5)
characterization, peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan
perilaku. Prestasi belajar merupakan fungsi yang penting dalam suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
pembelajaran. Kemampuan hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar,
pada proses ini siswa menunjukkan keberhasilan atau kegagalan dalam belajarnya.
Menurut Eliyas Tri Bagyo dalam Nicolaus Dolly Simon K (2008: 49),
prestasi belajar adalah tanda atau simbol keberhasilan yang telah dicapai dari
usaha belajar. Tanda atau simbol tersebut biasanya dinyatakan dalam bidang
pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengetahui siswa berprestasi perlu adanya
suatu evaluasi, yaitu suatu pengukuran dan penilaian yang dilaksanakan oleh
pengajar secara berkesinambungan.
Adanya fungsi dari prestasi belajar adalah sebagai : a. Indikator kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa, b. Lambang pemakaian hasrat ingin tahu,
c. Bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena prestasi belajar dapat
dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan kualitas mutu
pendidikan, d. Indikator intern dari suatu instansi pendidikan, karena prestasi
belajar dapat dijadikan sebagai tingkat produktivitas dan sebagai kesuksesan
siswa. Untuk mengetahui daya serap siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang
diprogramkan kurikulum.
Menurut Nana Syaodah (2005: 102), “Hasil belajar merupakan realisasi
atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang”. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan hasil belajar
merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa yang berbentuk kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dari ketiga bentuk ini, bentuk kognitiflah yang paling
banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan
para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Aspek psikomotor biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
digunakan untuk materi yang menggunakan praktikum, sedangkan materi yang
berupa teori saja tanpa ada praktikum tidak diwajibkan menilai aspek psikomotor
siswa. Hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan
sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar
tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan-tujuan (khusus) perilaku (unjuk
kerja). Hasil belajar atau pembelajaran sebagai pengaruh yang memberikan suatu
ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Hasil
belajar biasa disebut juga sebagai prestasi belajar. Sehingga prestasi belajar dapat
diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar yang dapat berbentuk kognitif, afektif dan psikomotor. Bloom
dalam Suharsimi Arikunto (2009:117) “prestasi belajar dibagi tiga kategori yaitu :
kognitif, afektif, psikomotorik”. Prestasi belajar diperoleh setelah seseorang
melakukan aktivitas baik secara individu maupun kelompok. Dengan belajar
siswa yang dapat diamati atau pencerminan proses belajar yang telah berlangsung.
9. Materi Kimia
Pada baterai dan aki terjadi perubahan bentuk energi, yaitu dari energi
kimia menjadi energi listrik. Energi kimia dalam baterai berasal dari reaksi
reduksi oksidasi yang terjadi antara bahan-bahan yang terjadi dalam baterai
tersebut. Perubahan energi listrik menjadi energi kimia atau sebaliknya biasanya
berlangsung dalam sirkuit tertutup yang disebut sel elektrokimia. Sel elektrokimia
merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua elektrode (katode dan anode) dan
larutan elektrolit sebagai penghantar elektron. Setiap elektrode membentuk
setengah sel dan pada setiap sel terjadi reaksi, yaitu reaksi oksidasi pada anode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
dan reaksi oksidasi pada katode. Ada dua macam sel elektrokimia, yaitu sel volta
(sel galvani) dan sel elektrolisis.
A. Sel Volta atau Sel Galvani
Elemen volta dikembangkan pertama kali oleh Fisikawan Italia bernama
Allesandro Volta (1790-1800) dengan menggunakan sebuah bejana yang diisi
larutan asam sulfat (H2SO4) dan dua logam tembaga (Cu) dan seng (Zn). Bagian
utama elemen Volta, yaitu: 1). Kutub positif (katode) terbuat dari tembaga (Cu),
2). Kutub negatif (anode) terbuat dari seng (Zn), 3). Larutan elektrolit terbuat dari
asam sulfat (H2SO4). Logam Zn berfungsi sebagai anode (mengalami oksidasi)
yang dicelupkan ke dalam larutan ZnSO4, dan logam Cu berfungsi sebagai katode
(mengalami reduksi) yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit CuSO4. Kedua
logam tersebut dihubungkan dengan voltmeter melalui kabel, sedangkan kedua
larutan dihubungkan satu sama lain dengan jembatan garam. Jembatan garam
merupakan tabung U terbalik yang diisi agar-agar atau gelatin dan garam (KCl,
KNO3 atau yang lainnya). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: di anode
(Zn): Zn(s) Zn2+
(aq) + 2e, di katode (Cu):Cu2+
(aq)+2e Cu(s)
Reaksi sel (redoks):Zn(s) + Cu2+
(aq) Zn2+
(aq) + Cu(s)
1.Dagram sel volta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
Sebuah sel volta ditulis dalam bentuk diagram sel. Perhatikan contoh
berikut: anode dituliskan sebelah kiri, sedangkan katode
ditulis di sebelah kanan. Keduanya dipisahkan oleh jembatan garam yang
dilambangkan dengan dua garis sejajar. Hal-hal yang penting mengenai sel volta
antara lain sebagai berikut: a). Anode adalah elektrode negatif, di katode terjadi
reaksi oksidasi. b). katode adalah elektrode positif, di katode terjadi reaksi
reduksi. c). Elektron mengalir dari anode ke katode. d). Jembatan garam berfungsi
menyeimbangkan jumlah ion dalam larutan elektrolit.
2. Macam-macam sel volta
Sel volta yang dapat digunakan untuk kepentingan praktis dapat
dikelompokan menjadi tiga sebagai berikut: a. Sel primer adalah sel yang
dibentuk dengan anode dan atau katode yang dihabiskan secara kimia ketika sel
itu menghasilkan arus. b. sel sekunder adalah sel yang dapat disusun ulang secara
elektrolisis. Jadinya elektrodenya dikembalikan ke kondisi awal. c. Sel bahan
bakar adalah sebuah sel yang secara sinambung menghabiskan pereaksi yang
disuplai ke elektrode-elektrode yang tak reaktif dan secara sinambung membuang
produk-produknya.
Berikut ini akan dibahas beberapa jenis sel volta. a. Sel kering Leclanche:
sel kering ini tergolong sel primer karena tidak dapat diperbaharui, misalnya
baterai. Batu baterai disebut sel kering karena larutannya dicampur dengan bahan
padat sehingga tidak tumpah. Batu baterai merupakan sel volta yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dinding baterai terbuat dari logam seng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
yang bertindak sebagai anode. Setelah lapisan seng, di dalam baterai diisi yang
terdiri dari campuran serbuk MnO2, NH4Cl, karbon, dan air. Batang grafit
(karbon) dibenamkan dalam pasta dan bertindak sebagai katode. Apabila sel ini
memberikan arus, reaksi pada anode melibatkan oksidasi seng sehingga baterai
akan lembek jika terlalu lama digunakan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Zn(s) Zn2+
(aq) + 2e . Pada
katode, MnO2 akan mengalami reduksi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut: 2MnO2(s) + 2NH4+
(aq) + 2e Mn2O3(S) + 2NH3(aq) + H2O(l). Potensial
yang dihasilkan oleh sebuah batu baterai adalah 1,5 volt. Jika kita menginginkan
tegangan 9 volt, maka kita harus menggunakan enam buah batu baterai. Energi
batu baterai cepat habis jika dipakai terus menerus. Hal itu karena hasil reaksi
menumpuk sehingga menghalangi reaksi elektrode. Ketika batu baterai
diistirahatkan agak lama, hasil reaksi pelan-pelan menjauh dari elektrode dan batu
baterai itu seolah-olah baru lagi.
Saat ini ada batu baterai jenis alkali yang dapat digunakan lebih lama.
Sebenarnya elektrode-elektrode yang digunakan adalah sama, yaitu seng, karbon,
dan MnO2, tetapi larutan elektrolitnya larutan KOH. Reaksi-reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut: Zn(s) + 2OH-(aq) Zn(OH)2(s) + 2e , 2MnO2(s)+ 2H2O +
2e Mn2O3(s) + 2OH-(aq) . b.Sel aki. Sel aki tergolong sel volta sekunder
karena dapat diperbaharui. Pada sel sekunder, reaksi yang terjadi adalah reaksi
reversibel, hasil reaksi dapat diubah kembali menjadi zat semula. Sel aki tersusun
dari anode timbal dan katode PbO2. Setiap pasang Pb dan PbO2 menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
tegangan 2 volt. Keping-keping Pb dan PbO2 dibenamkan ke dalam elektrolit
H2SO4 30%. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Pb(s) + SO42-
(aq)
PbSO4(s) + 2e , PbO2(s) + SO42-
(aq) + 4H+
(aq) + 2e PbSO4(s) + 2H2O, reaksi
tersebut dapat dikembalikan ke kiri dengan cara menghantarkan arus listrik searah
dari kutub negatif ke kutub positif atau dalam arah yang berlawanan dengan
bekerjanya aki.
3. Potensial elektrode standar
Potensial elektrode atau potensial reduksi, dengan lambang E didefinisikan
sebagai potensial listrik yang ditimbulkan apabila suatu ion logam menangkap
elektron (mengalami reduksi) menjadi logamnya. Potensial elektrode atau
potensial reduksi digunakan untuk mengetahui dan mengukur kekuatan sifat
reduktor logam-logam. Makin mudah suatu ion logam mengalami reduksi, makin
besar potensial reduksi E yang ditimbulkan. Namun demikian, harga E suatu
reaksi reduksi tidak dapat diukur secara langsung. Hal itu karena reaksi reduksi
tidak mungkin berlangsung sendirian tanpa adanya reaksi oksidasi. Oleh karena
itu harga E yang digunakan adalah harga E relatif (Eo) yang dibandingkan
terhadap suatu standar. Berdasarkan perjanjian internasional elektrode yang
digunakan sebagai elektrode pembanding (standar) adalah elektrode hidrogen.
Elektrode ini terdiri atas gas hidrogen (H2) murni pada tekanan parsial 1 atm dan
suhu 25oC yang dialirkan melalui sepotong kawat platina (Pt) ke dalam larutan
asam klorida (HCl) dengan konsentrasi H+ 1 M.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
Besarnya potensial listrik dari elektrode hidrogen standar ini ditetapkan
sama dengan 0,00 volt dan reaksi yang terjadi adalah H2(g) 1 atm 2H+ + 2e E
o =
0,00 volt, atau 2H+
(aq) + 2e H2(g) 1 atm Eo = 0,00 volt. Jika suatu elektrode lebih
mudah direduksi daripada hidrogen, maka harga potensial reduksinya negatif.
Cu+ + 2e Cu E
o = +0,34 volt. Jika suatu elektrode lebih sukar direduksi
daripada hidrogen, maka harga potensial reduksinya negatif. Zn2+
+ 2e Zn Eo =
-0,76 volt, potensial sel (Eo sel) suatu reaksi ditentukan dengan rumus: E
o = E
o
katode – Eo anode. Apabila unsur-unsur disusun menurut besarnya potensial
reduksi standar dari kiri ke kanan, dimulai dari harga yang paling negatif sampai
harga yang paling positif, akan diperoleh suatu deret yang disebut deret
pendesakan logam atau deret potensial, yaitu: Li - K – Ba – Ca – Na – Mg – Al –
Al – Zn – Fe – Ni – Sn – Pb – H – Cu – Hg – Ag – Pt – Au. Unsur-unsur di
sebelah kiri hidrogen lebih mudah mengalami oksidasi jika dibandingkan dengan
unsur-unsur di sebelah kanan. Unsur-unsur di sebelah kanan lebih mudah
mengalami reduksi dibandingkan dengan unsur-unsur di sebelah kiri. Deret
pendesakan logam ini disebut deret Nernst atau deret Volta, dengan deret volta
kita dapat memperkirakan apakah suatu reaksi redoks dapat berlangsung spontan
atau tidak. Misalnya, L(s) + X+
(aq) L+
(aq) + X(s), reaksi ini merupakan reduksi
logam X oleh logam L atau oksidasi L oleh X. Reaksi ini dapat berlangsung
spontan apabila pada deret volta, logam L terletak di sebelah kiri logam X.
Reaksi redoks dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
perkaratan logam. Perkaratan logam atau korosi merupakan salah satu contoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
reaksi redoks yang merugikan, terutama untuk korosi logam besi. Hampir 20%
besi yang dihasilkan setiap tahun dipakai untuk mengganti bahan besi lama yang
sudah mengalami perkaratan. Perkaratan melibatkan senyawa O2 dan H2O. Logam
tidak berkarat dalam air yang tidak mengandung O2. Logam juga tidak berkarat di
udara yang tidak mengandung O2. Faktor lain yang mempengaruhi perkaratan
adalah pH, garam-garam, serta kontak logam dengan logam lain. Proses terjadinya
korosi antara lain; logam yang dibuat untuk tujuan komersial biasanya tidak
murni. Besi banyak bercampur dengan pengotor. Zat-zat pengotor ini didalam
logam tidak tersebar merata, melainkan menumpuk dibagian-bagian tertentu.
Akibatnya timbul perbedaan potensial listrik antara bagian tersebut dengan bagian
permukaan yang tidak mengandung pengotor. Bagian permukaan yang
mengandung pengotor lebih mudah menangkap elektron atau melepaskan elektron
sehingga dapat barfungsi sebagai katode atau anode. Ketika logam bertemu
dengan uap air di udara, pada permukaan logam terbentuk lapisan air. Oksida-
oksida asam di udara akan larut dalam lapisan air tersebut, dan terbentuklah
larutan asam pada permukaan logam. Dengan demikian tersedia sel volta, katode,
anode, dan larutan elektrolit. Dengan demikian reaksi redoks dapat berlangsung
spontan. Proses perkaratan besi yaitu suatu bagian dari permukaan besi bertindak
sebagai anode atau mengalami oksidasi. Fe(s) 2+
(aq) + 2e
Elektron mengalir ke bagian permukaan besi yang bertindak sebagai
katode, O2 akan mengalami reduksi, reaksinya sebagai berikut : O2(g) + 4H+
(aq) +
4e 2H2O. Ion Fe2+
yang terbentuk dari anode mengalami oksidasi lebih lanjut
menjadi Fe3+
, kemudian ion Fe3+
membentuk oksida besi yang mengikat air,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
Fe2O3xH2O dan inilah yang disebut karat besi. Pada reaksi tersebut H+ (asam)
atau
H2O diperlukan dalam perkaratan untuk mereduksi O2 pada katode. dengan
demikian di daerah yang memiliki kelembaban tinggi atau daerah industri, tempat
cerobong asap pabrik banyak memuntahkan gas SO2 ke udara dan perkaratan
cepat terjadi. Garam-garam di daerah pantai atau di daerah pegunungan berkapur
juga mempercepat proses perkaratan. Berikut ini beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk memperlambat korosi. Pada pembuatan logam diusahakan agar
zat-zat yang dicampurkan tersebar secara homogen (merata) dalam logam
tersebut. Melapisi permukaan logam dengan cat atau minyak, untuk mencegah
kontak antara permukaan logam dengan udara. Melakukan galvanisasi
(penyepuhan) misalnya besi dilapisi dengan lapisan tipis seng. Seng memiliki Eo
lebih kecil daripada besi, sehingga seng segera teeroksidasi membentuk lapisan
ZnO yang melindungi permukaan besi. Mencampurkan logam dengan logam,
misalnya baja tahan karat (stainless steel) merupakan campuran logam yang
berisikan krom dan nikel, yang keduanya memberikan lapisan oksida yang
mengubah potensial reduksi baja ke salah satu karakteristik dari logam-logam
mulia. Memberi kantong-kantong anti lembab dan menutup bagian-bagian yang
terbuka (biasanya dilakukan pada pesawat terbang). Menghubungkan logam
dengan logam lain yang sulit mengalami oksidasi dengan kawat, misalnya pipa di
bawah tanah diproteksi dengan membuat pipa itu menjadi katode sebuah sel volta
yang dihubungkan dengan logam aktif seperti magnesium oleh sebuah kawat.
Sama halnya dengan sel volta, sel elektrolisis juga memerlukan elektrode-
elektrode. Elektrode yang biasa digunakan pada sel elektrolisis adalah elektrode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
inert yang berupa dua batang karbon atau platina. Elektrode inert ini tidak
bereaksi melainkan hanya menyediakan permukaannya saja sebagai tempat
berlangsungnya reaksi. Dua batang karbon atau platina dicelupkan dalam larutan
atau cairan elektrolit. Masing-masing batang elektrode itu bertindak sebagai
katode (tempat berlangsungnya oksidasi). Sumber arus listrik akan memompakan
elektron ke katode, dan elektron ini akan ditangkap oleh kation (ion positif). Jadi
pada permukaan katode terjadi reduksi terhadap kation. Pada saat yang sama
anion melepaskan elektron, dan elektron ini dikembalikan lagi ke sumber arus.
jadi pada permukaan anode terjadi oksidasi terhadap anion. Karena kation menuju
katode maka katode meruakan elektrode negatif. Sebaliknya anode merupakan
elektrode positif sebab didatangi oleh anion.
Pada elektrolisis larutan elektrolit terjadi reaksi di katode (reduksi
terhadap kation) yaitu ion-ion logam alkali, alkali tanah, Al3+
dan ion-ion logam
yang memiliki lebih kecil dari -0,83 volt tidak tereduksi dari larutan. Hanya
pelarut (air) yang direduksi sehingga terbentuklah gas hidrogen (H2). 2H2O +
2e OH- + H2. Ion-ion logam yang memiliki E
o lebih besar dari -0,83 volt
direduksi menjadi logam yang diendapkan pada permukaan katode. Mn+
+ ne M.
Ion H+ dari asam direduksi menjadi gas hidrogen (H2), 2H
+ + 2e H2. Jika
dielektrolisis adalah leburan (cairan) elektrolit tanpa ada air maka ion-ion di atas
dapat mengalami reduksi sehingga diperoleh logam yang diendapkan pada
permukaan katode. Reaksi pada anode (oksidasi terhadap anion). Ion-ion yang
mengandung atom dengan bilangan oksidasi maksimum, misalnya SO42-
atau
NO3- tidak dapat dioksidasi. Hanya pelarut (air) yang dioksidasi dan terbentuk gas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
oksigen (O2). 2H2O 4H+ + 4e + O2. Ion-ion halida (X
-) yaitu F
-, Cl
-, Br
-, dan I
-
dioksidasi menjadi halogen (X2) yaitu F2, Cl2, Br2, dan I2. 2X- X2 + 2e. Ion OH
-
dari basa dioksidasi gas oksigen (O2), 4OH- 2H2O +4e + O2. Pada proses
penyepuhan dan pemurnian logam, maka yang dipakai sebagai anode adalah suatu
logam (bukan Pt atau C) sehingga anode (logam) mengalami oksidasi menjadi ion
yang larut. M Mn+
+ ne.
Contoh soal:
Tuliskan reaksi yang terjadi di katode dan di anode pada elektrolisis:
a. Larutan NaCl
b. Larutan CuSO4
Jawab:
a. Elektrolisis larutan NaCl
Katode: 2H2O + 2e 2OH- + H2
Anode: 2Cl- Cl2 + 2e
b. Elektrolisis larutan CuSO4
Katode: Cu2+
+ 2e Cu
Anode: 2H2O 4H+ + 4e +O2
Elektrolisis larutan elektrolit kita dapat memanaskan padatan elektrolit di atas
suhu titik lelehnya tanpa ada air untuk mendapatkan suatu leburan atau cairan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
elektrolit. Zat-zat leburannya dapat dielektrolitkan hanya oksida-oksida dan
garam-garam halida.
Contoh;
Reaksi yang terjadi di katode dan anode pada elektrolisis larutan NaCl dengan
elektroda karbon.
Elektrolisis leburan NaCl
Katode: Na+ + e Na
Anode: 2Cl- Cl2 + 2e
Proses elektrolisis sangat penting digunakan dalam bidang industri. Kegunaan
elektrolisis dalam bidang industri antara lain; penyepuhan (elektroplating) adalah
proses melapisi permukaan logam dengan logam lain, misalnya melapisi besi
dengan logam nikel, krom atau emas. Logam yang akan dilapisi (disepuh)
digunakan sebagai katode, sedangkan logam pelapis (penyepuh) digunakan
sebagai anode. Kedua elektrode dicelupkan dalam larutan garam dari logam
pelapis. Misalnya penyepuhan sendok yang terbuat dari baja dengan perak.
Sendok digunakan sebagai katode, sedangkan sebagai anodenya digunakan perak
murni dari larutan elektrolitnya perak nitrat. Pada katode akan terjadi
pengendapan perak, sedangkan anode perak terus-menerus larut. Konsentrasi ion
Ag+ dalam larutan tidak berubah. Pemurnian logam untuk membuat kabel-kabel
listrik diperlukan logam tembaga murni, karena pengotoran sekecil apapun dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
mengurangi konduktivitas kabel tersebut. Ketika dipisahkan dari bijihnya, logam
tembaga biasanya bercampur dengan sedikit besi, seng, emas, dan perak.
Tembaga yang tidak murni dipakai sebagai anode dalam sel elektrolisis yang
mengandung larutan CuSO4. Sebagai katode dipakai batang tembaga yang murni.
Potensial listrik yang dilewatkan melalui sel diatur sehingga bagian anode yang
larut hanyalah tembaga, besi, dan seng. Logam-logam itu larut sebagai Cu2+
, Fe2+
,
dan Zn2+
. Emas dan perak tidak larut dan berjatuhan di dasar wadah. Kemudian di
katode hanya Cu2+
yang mengalami reduksi, sedangkan Fe2+
dan Zn2+
tinggal
dalam larutan. Dengan demikian kita mendapat tembaga murni yang diendapkan
pada permukaan katode. Penghitungan konsentrasi ion logam diendapkan sebagai
logamnya pada katode. dengan menghitung pertambahan berat katode, kita dapat
menentukan konsentrasi ion logam dalam larutan semula.
Michael Faraday (1791-1867) menerangkan hubungan kuantitatif antara
jumlah arus listrik yang dilewatkan pada sel elektrokimia dengan jumlah zat yang
dihasilkan pada elektrode. Melalui eksperimen, Faraday merumuskan beberapa
kaidah perhitungan elektrolisis, yang dikenal dengan hukum Faraday yang isinya:
jumlah zat yang dihasilkan pada elektrode berbanding lurus dengan jumlah arus
listrik yang melalui sel elektrokimia. Jika arus listrik yang sama dilewatkan pada
beberapa sel elektrolisis, maka berat zat yang dihasilkan masing-masing sel
berbanding lurus dengan berat ekivalen dengan zat-zat tersebut. Secara kuantitatif
Hukum Faraday dapat dirumuskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
W = e.F atau
Dengan,
W = massa hasil elektrolisis (gram)
e = massa ekivalen
F = jumlah listrik (faraday)
Jika terdapat dua hasil elektrolisis dengan arus listrik yang sama maka berlaku
hubungan:
Contoh soal:
1. Jika larutan CuSO4 dielektrolisis dengan arus listrik 1930 coulomb,
hitunglah berat endapan tembaga (Cu = 63,5) yang terbentuk di katode.
Jawab.
w = e.F = 31,75 x = 0,635 gram.
2. Berapa gram perak (Ag = 108) yang terbentuk di katode, jika arus listrik
10 ampere dialirkan melalui larutan AgNO3 selama 2 jam.
Jawab:
= 108
= 80,58 gram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
212
10. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang disusun peneliti ini adalah:
1. Arni Astuti. 2009. Pembelajaran Kimia dengan menggunakan Metode Proyek
dan Eksperimen ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan Berkomunikasi
Siswa . pembelajaran inkuiri yang menekankan pada peran aktif siswa dalam
melakukan sendiri. Pada penelitian tersebut menggunakan metode eksperimen
sehingga ada kesamaan pada penelitian ini. Adapun perbedaan dengan
penelitian ini variabel moderatornya berbeda yaitu kemampuan menggunakan
alat laboratorium dan persepsi diri siswa. Sehingga ada kesamaan dengan
penelitian ini.
2. Penelitian tahun 2010 yang dilakukan oleh Dwi Eni Kuswati yang berjudul:
Pembelajaran kimia dengan Group investigations dilengkapi media LKS dan
kartu ditinjau dari gaya belajar dan kemampuan awal. Kesamaannya adalah
sama-sama menggunakan metode investigasi kelompok. Perbedaan penelitian
tersebut adalah pada penelitian itu variabel moderatornya berbeda. Jadi
kesamaannya pada penerapan metode investigasi kelompok.
3. Penelitian Daniel Zingaro (2008) membahas metode pembelajaran investigasi
kelompok secara teori dan praktik. Jadi pada metode investigasi kelompok
siswa ditekankan dalam belajar untuk melakukan belajar lebih aktif lagi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
213
tidak terpusat pada guru lagi. Pada penelitian ini menggunakan metode
investigasi kelompok sebagai payung dari metode eksperimen dan proyek.
4. Penelitian Ivy Geok-Chin Tan, Shlomo Sharan, and Christine Kim-Eng Lee
(2006) membahas metode investigasi kelompok dan pembelajaran siswa yang
diterapkan pada sekolah di negara Singapura. Penelitian ini telah dilakukan di
negara tersebut yang pada intinya penerapan pembelajaran investigasi
kelompok sehingga ada kesamaannya dengan penelitian ini.
5. Penelitian Batool Ghanbari (2004) membahas metode pembelajaran secara
kooperatif merupakan bagian dari sistem pembelajaran di kelas.
6. Charlie C. Chen, Jiinpo Wu, Samuel C. Yang (2006) membahas metode
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan sistem teknologi.
7. Joh G. Duxbury dan Ling-ling Tsai (2010) membahas efek pembelajaran
kooperatif dalam bahasa Taiwan dan Amerika.
B. Kerangka Berfikir
Adapun kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perbedaan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran metode investigasi
kelompok antara yang menggunakan metode eksperimen dan proyek pada materi
elektrokimia.
Pembelajaran kimia sehari-hari di SMK biasanya masih menggunakan
pembelajaran yang kurang variatif dan kurang mengaktifkan siswa, sehingga
siswa kurang dapat menguasai materi yang diajarkan guru. Suatu konsep kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
214
agar mudah dikuasai siswa seharusnya diajarkan dengan metode yang tepat, yakni
siswa berperan aktif dalam menemukan suatu konsep dan guru berperan sebagai
fasilitator. Konsep yang didapatkan sendiri oleh siswa akan bertahan lama,
sehingga dimungkinkan penguasaan konsepnya juga tinggi. Menurut teori belajar
Ausubel pembelajaran berdasarkan penemuan siswa berinteraksi langsung dengan
obyek melalui pengamatan. Materi elektrokimia dibahas dengan cara praktikum di
laboratorium sehingga siswa langsung mengamati perubahan-perubahan secara
langsung. Salah satu pembelajaran melibatkan siswa secara aktif dan guru sebagai
fasilitator adalah pembelajaran investigasi kelompok. Menurut Arend investigasi
kelompok termasuk model pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi atau bekerjasama dan berinteraksi
dengan structure dan setting yang telah dirancang oleh guru, sehingga tercipta
peluang munculnya aktivitas yang berupa kerja sama secara wajar. Pembelajaran
investigasi kelompok ini siswa yang lebih dulu tahu akan menyampaikan ke yang
lain karena siswa-siswa di SMK secara umum kemampuannya tidak merata.
Dalam pembelajaran ini juga guru masih membimbing karena siswa masih sangat
membutuhkan untuk menemukan konsep. Dalam penelitian ini pembelajaran
investigasi kelompok yang digunakan adalah pembelajaran dengan metode
eksperimen dan proyek.
Menurut Syaiful Sagala (2007:220) “eksperimen adalah percobaan untuk
membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu” dan “metode eksperimen
adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
215
dipelajari”. Dengan demikian metode eksperimen adalah metode mengajar dimana
pengajar atau pelajar mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan
hasil percobaan itu. Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan metode eksperimen adalah : 1) membuat siswa lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku saja; 2) dapat mengembangkan sikap untuk
mengadakan studi eksploratis tentang sains dan teknologi; 3) didukung oleh asas-
asas didaktik modern, antara lain: a) siswa belajar dengan mengalami atau
mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, b) siswa terhindar jauh dari
verbalisme, c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan
realistis, d) mengembangkan sikap berfikir ilmiah, e) hasil belajar akan tahan
lama dan internalisasi. Adapun kelemahan penggunaan metode eksperimen
adalah: 1) pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan
dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah; 2) setiap eksperimen
tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor
tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan dan pengendalian; 3) sangat
menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan
mutakir. Dari teori ini maka metode eksperimen akan lebih baik prestasinya
daripada metode proyek karena dalam pelaksanaan siswa tinggal mengikuti
prosedur yang telah ditentukan.
Metode proyek menurut Janice Van Cleave (2004:5) merupakan salah satu
cara untuk mempelajari sains dan memecahkan suatu permasalahan ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah. Metode mencari jawaban ilmiah melalui tahap-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
216
tahap penelusuran pustaka, mencari maksud dan tujuan, hipotesis, percobaan, dan
kesimpulan. Metode proyek mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
metode proyek yaitu: (1) dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit
menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan; (2) melalui metode ini anak didik dibina dengan
membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang terpadu,
yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
kekurangan metode proyek yaitu: (1) kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini
baik secara vertikal maupun horisontal belum menunjang pelaksanaan metode ini;
(2) organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar
dan memerlukan keahlian khusus dari pendidik, sedangkan para pendidik belum
disiapkan untuk ini; (3) harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai
kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang
diperlukan; (4) bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga sering mengaburkan
pokok unit yang dibahas. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan proyek
yaitu: (1) peserta didik mendapatkan konsep dari pendidik; (2) peserta didik
memilih konsep yang menarik untuk didalami; (3) mengamati peristiwa-peristiwa
yang terjadi di suatu tempat atau di dunia industri; (4) kemudian peserta didik
merancang atau memanipulasi alat atau bahan yang sesuai dengan topik atau
konsep; dan (5) kemudian evaluasi. Dari teori ini maka metode proyek akan lebih
baik prestasinya karena metode ini siswa diberi kebebasan dalam menentukan
langkah-langkah dan merombak pikiran siswa yang sempit menjadi luas untuk
memecahkan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
217
Berdasarkan teori Vygotsky siswa diberi materi yang sedikit diatas
kemampuan siswa, sehingga siswa akan merasa tertarik pada materi yang akan
dipelajari. Dari karakteristik teori ini maka metode proyek hasil prestasi belajar
siswa akan lebih baik daripada metode eksperimen. Berdasarkan teori Gagne
pengetahuan yang masuk disimpan dalam memori jangka pendek kemudian
disimpan ke dalam memori jangka panjang setelah melalui proses asimilasi dan
akomodasi. Teori ini akan berjalan efektif bila terjadi keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi. Untuk siswa yang kemampuannya tinggi akan efektif
dengan metode ini, artinya metode proyek akan lebih baik, tetapi sebaliknya bila
kemampuannya rendah dimungkinkan metode eksperimen akan lebih baik
prestasinya. Materi elektrokimia merupakan materi yang diajarkan di SMK dan
tergolong sulit bagi siswa yang berupa faktual, logiko matematika dan empiris.
Materi elektrokimia adalah materi yang berhubungan dengan bilangan oksidasi,
yang perolehan konsepnya lebih baik melalui eksperimen atau proyek sehingga
siswa dapat memperoleh konsep sendiri. Untuk itu, pada penelitian ini digunakan
pembelajaran investigasi kelompok dengan metode eksperimen dan metode
proyek. Pada pembelajaran investigasi kelompok menggunakan eksperimen siswa
ditekankan untuk menemukan sendiri suatu konsep, sehingga konsep yang telah
didapat akan bertahan lama, yang akhirnya dapat meningkatkan penguasaan
konsep siswa. Pada pembelajaran investigasi kelompok dengan metode proyek
yang menekankan pada produk yang terpakai dan pada proses penyelesaian tugas
proyek siswa diberi kebebasan untuk menentukan langkah sendiri, sehingga siswa
SMK akan lebih termotivasi untuk mengerjakan dengan sungguh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
218
produknya harapannya akan terpakai di masyarakat. Metode eksperimen dan
proyek pada penelitian ini menggunakan lembar kerja atau petunjuk praktikum
perbedaannya pada eksperimen petunjuk dibuat guru secara lengkap namun pada
proyek dibuat pernyataan dan pertanyaan yang mengajak siswa pada petunjuk
yang diinginkan. Kedua metode tersebut berperan besar dalam menghasilkan
prestasi yang baik. Dengan demikian dimungkinkan adanya perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang belajar dengan metode eksperimen dan metode proyek.
Dari hasil pembahasan tersebut diduga bahwa siswa yang diberi perlakuan model
pembelajaran proyek akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik karena
menekankan pada produk yang sesuai dengan karakter siswa SMK.
2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan siswa
menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah materi elektrokimia.
Kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium merupakan faktor
internal yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa. Kemampuan
menggunakan alat-alat laboratorium dalam belajar kimia antara satu siswa dengan
siswa lainnya berbeda-beda. Hal ini dikarenakan tidak semua orang memiliki
kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium yang sama ketika belajar.
Dengan demikian dimungkinkan semakin tinggi kemampuan menggunakan alat-
alat laboratorium yang dimiliki siswa, siswa tersebut akan mudah menangkap
pelajaran yang disampaikan guru, sehingga penguasaan konseppun akan
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
219
Pada penelitian ini kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium siswa
dalam belajar kimia di bagi menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi dan rendah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diduga kemampuan menggunakan alat-alat
laboratorium siswa dalam belajar khususnya belajar kimia akan mempengaruhi
penguasaan konsep. Siswa yang mempunyai kemampuan menggunakan alat-alat
laboratorium tinggi akan memiliki penguasaan konsep yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium rendah.
3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki persepsi diri tinggi dan rendah
pada materi elektrokimia.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah faktor
internal berupa persepsi diri, kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa,
minat, motivasi dan lain-lain. Persepsi diri merupakan faktor internal siswa yang
cukup diperhatikan oleh guru. Konsep-konsep dalam kimia ada yang berkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya, contohnya adalah materi elektrokimia.
Konsep-konsep elektrokimia bukan merupakan materi baru sama sekali, akan
tetapi didukung oleh pengetahuan akan konsep-konsep sebelumnya. Persepsi diri
merupakan cara pandang siswa dan setiap siswa memiliki persepsi diri yang tidak
sama dalam materi pelajaran.
Dengan demikian dimungkinkan semakin tinggi persepsi diri siswa, maka
siswa akan siap menerima materi berikutnya, sehingga siswa akan mudah
menerima pelajaran sehingga penguasaan konsep akan tinggi. Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
220
memiliki persepsi diri siswa tinggi akan memiliki penguasaan konsep yang lebih
baik daripada siswa yang memiliki persepsi diri siswa rendah.
4. Interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
menggunakan eksperimen dan proyek dengan kemampuan siswa menggunakan
alat laboratorium terhadap prestasi belajar siswa.
Metode pembelajaran yang disampaikan oleh guru sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran. Kemampuan menggunakan alat laboratorium
siswa dalam belajar juga berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Siswa
yang mempunyai kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi jika diajar
dengan metode eksperimen akan mempunyai penguasaan konsep yang lebih baik
daripada metode proyek, begitu juga dengan siswa yang mempunyai kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah jika diajar dengan metode eksperimen
akan memiliki penguasaan konsep yang lebih baik daripada metode proyek.
Karena dengan menggunakan eksperimen, siswa yang memiliki
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi terhadap percobaan kimia
akan bisa membuktikan teori yang ada, sedang pada metode proyek ditekankan
pada produk yang dihasilkan sehingga pada pembuktian teori kurang ditekankan.
Berangkat dari pemikiran tersebut, maka dapat diduga bahwa ada interaksi antara
metode pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium
terhadap penguasaan konsep kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
221
5. Interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
menggunakan eksperimen dan proyek dan persepsi diri terhadap prestasi belajar
siswa.
Pada proses pembelajaran, metode mengajar yang merupakan faktor eksternal
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Sedangkan persepsi diri
merupakan faktor internal juga berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Siswa yang mempunyai persepsi diri tinggi jika diajarkan dengan metode proyek
akan memiliki penguasaan konsep yang lebih baik daripada dengan metode
eksperimen. Karena dengan metode proyek siswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan daya pikirnya untuk mencapai tujuan untuk menghasil suatu
produk sehingga dibutuhkan persepsi diri siswa.
Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan menggunakan alat-alat
laboratorium tinggi akan penguasaan konsep lebih baik diajarkan metode
eksperimen. Karena metode eksperimen mempunyai kecenderungan hanya untuk
membuktikan teori saja. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka dapat diduga
bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan persepsi diri terhadap
penguasaan konsep siswa.
6. Interaksi antara kemampuan siswa menggunakan alat laboratorium dan
persepsi diri terhadap prestasi belajar siswa.
Persepsi diri siswa dan kemampuan menggunakan alat laboratorium
merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
222
Siswa yang memiliki persepsi diri tinggi dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi akan memiliki penguasaan konsep tinggi. Namun apabila
persepsi diri tinggi, tetapi kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah,
maka penguasaan konsepnya akan menurun. Siswa yang mempunyai persepsi diri
rendah apabila mempunyai kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi,
maka penguasaan konsepnya akan meningkat. Berangkat dari pemikiran tersebut
maka dapat diduga bahwa ada interaksi antara persepsi diri dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium dalam belajar kimia terhadap penguasaan konsep
kimia.
7. Interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
menggunakan metode eksperimen dan proyek, kemampuan siswa menggunakan
alat laboratorium dan persepsi diri terhadap prestasi belajar siswa.
Dari urutan di atas telah disebutkan bahwa metode pembelajaran,
kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri terdapat perbedaan
terhadap penguasaan konsep. Siswa yang mempunyai persepsi diri tinggi jika
diberi pembelajaran dengan metode proyek akan mempunyai penguasaan konsep
yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai persepsi diri tinggi
diberi pembelajaran dengan metode eksperimen. Pada siswa yang mempunyai
persepsi diri dan kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah jika diajar
dengan metode eksperimen akan mempunyai penguasaan konsep yang lebih baik
jika dibandingkan dengan menggunakan metode proyek. Dengan demikian dapat
diduga terdapat interaksi antara metode pembelajaran, persepsi diri dan
kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap penguasaan konsep siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
223
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran metode
investigasi kelompok antara yang menggunakan metode eksperimen dan
proyek pada materi elektrokimia.
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah materi elektrokimia.
3. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki persepsi diri tinggi
dan rendah pada materi elektrokimia.
4. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
menggunakan eksperimen dan proyek dengan kemampuan menggunakan
alat laboratorium terhadap prestasi belajar siswa materi elektrokimia.
5. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
menggunakan eksperimen dan proyek dengan persepsi diri terhadap prestasi
belajar siswa.
6. Terdapat interaksi antara kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium
dengan persepsi diri siswa terhadap prestasi belajar siswa.
7. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan metode investigasi kelompok
menggunakan metode eksperimen dan proyek, kemampuan siswa
menggunakan alat-alat laboratorium dan persepsi diri siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
224
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
225
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Wongsorejo Gombong, Kebumen.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan bulan Nopember Tahun Ajaran 2011.
Tabel. 3.1 Rencana Penyusunan Proposal dan Tesis
No Kegiatan Bulan, Tahun 2011 Tahun
2012
5 6 7 8 9 10 11 12 1-3 4-7
1 Judul, Penyusunan
proposal tesis
˅ ˅ ˅ ˅ ˅
2 Seminar proposal, revisi ˅
3 Uji coba instrumen,
penelitian
˅
4 Analisis data penelitian ˅
5 Penyusunan bab I, II,
III,IV,V
˅ ˅
6 Ujian Tesis, Revisi ˅
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
a.Tahap persiapan meliputi : pengajuan judul, pembuatan proposal, permohonan
pembimbing, dan permohonan perijinan kepada lembaga terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
226
b.Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen penelitian, pelakanaan
mengajar dan pengambilan data.
c. Tahap penyelesaian meliputi: analisis data dan penyusunan laporan.
Penlitian ini berlangsung bulan Oktober dan November 2011. Adapun
jadwal penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.
B. Metode penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kuasi eksperimen
dengan desain faktorial 2X2X2 dalam penelitian ini ada dua kelompok perlakuan
yaitu kelompok yang diberi pembelajaran investigasi kelompok dengan
menggunakan metode eksperimen dan kelompok yang diberi pembelajaran
investigasi kelompok dengan menggunakan metode proyek. Sebelum diberi
perlakuan, kedua kelompok di uji dahulu kemampuan awalnya apakah sama atau
tidak dengan menggunakan data hasil ulangan akhir semester II sewaktu kelas XI.
Setelah diperoleh kesamaan persepsi diri, sampel diberi tes yang berupa tes
konsep elektrokimia yang digunakan untuk mengkategorikan siswa dengan
persepsi diri tinggi dan rendah. Setelah diberikan angket persepsi diri, kemudian
kedua kelompok dikenakan angket kemampuan menggunakan alat-alat
laboratorium siswa dalam belajar kimia, untuk mengkategorikan siswa dengan
kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium siswa dalam belajar kimia tinggi
dan rendah. Pada akhir penelitian kelompok diukur penguasaan konsepnya dengan
alat ukur yang sama. Hasil kedua pengukuan digunakan sebagai data penelitian
yang kemudian dianalisis. Adapun gambar rancangan penelitian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
227
Tabel. 3.2. Desain Penelitian
Investigasi Kelompok
Eksperimen
(A1)
Proyek
(A2)
Kemampuan
Menggunakan
Alat Lab tinggi
(B1)
Persepsi Diri Tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1
Persepsi Diri Rendah
(C2)
A1B1C2 A2B1C2
Kemampuan
Menggunakan
Alat Lab Rendah
(B2)
Persepsi Diri Tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1
Persepsi Diri Rendah
(C2)
A1B2C2 A2B2C2
Dari tabel di atas, A menunjukkan variabel pembelajaran investigasi
kelompok, A1 menunjukkan kelompok siswa yang diberi pembelajaran investigasi
kelompok dengan metode eksperimen, dan A2 menunjukkan kelompok yang
diberi pembelajaran investigasi kelompok dengan metode proyek. Sedangkan B1
menunjukkan variabel kemampuan menggunakan alat laboratorium, dimana
dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah.
Dari tabel 3.2 di atas, A1B1C1 menunjukkan siswa yang diberi
pembelajaran investigasi kelompok dengan metode eksperimen yang kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan persepsi diri tinggi. A1B1C2
menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran investigasi kelompok dengan
metode eksperimen yang memiliki kemampuan menggunakan alat laboratorium
tinggi dengan persepsi diri rendah. A1B2C1 menunjukkan siswa yang diberi
pembelajaran investigasi kelompok dengan metode eksperimen yang kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
228
menggunakan alat laboratorium rendah dan persepsi diri tinggi. A1B2C2
menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran investigasi kelompok dengan
metode eksperimen yang kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah dan
persepsi diri rendah.
Sedangkan A2B1C1 menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran
investigasi kelompok dengan metode proyek yang mempunyai kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dengan persepsi diri tinggi. A2B1C2
menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran investigasi kelompok dengan
metode proyek yang mempunyai kemampuan menggunakan alat laboratorium
tinggi dengan persepsi diri rendah. A2B2C1 menunjukkan siswa yang diberi
pembelajaran investigasi kelompok dengan metode proyek yang mempunyai
kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah dengan persepsi diri tinggi.
A2B2C2 menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran investigasi kelompok
dengan metode proyek yang mempunyai kemampuan menggunakan alat
laboratorium rendah dengan persepsi diri rendah.
C. Populasi, Subyek dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK
Wongsorejo Gombong Tahun Pelajaran 2011/2012, yang terdiri dari 10 kelas
yaitu kelas XI MPA, XI MPB, XI MPC, XI MPD, XI MOA, XI MOB, XI MOC,
XI MOD, XI TLA, XI TLB dengan jumlah siswa 400.
2. Sampel Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
229
Sampel penelitian ini terdiri dari empat kelas, yaitu kelas XI MPA, XI
MPB, XI MOA, dan XI MOB. Kelas XI MPA, XI MPB, XI MOA, dan XI MOB
masing-masing terdiri 40 siswa, sehingga jumlah sampel 160 siswa. Dua kelas
diberi perlakuan pembelajaran investigasi kelompok dengan metode eksperimen
yaitu kelas XI MPA, dan XI MPB sebanyak 80 siswa, dan dua kelas lainnya
diberi perlakuan pembelajaran investigasi kelompok dengan metode proyek yaitu
kelas XI MOA dan XI MOB sebanyak 80 siswa.
3. Teknik pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini sampel di ambil empat kelas secara cluster random
sampling dari 10 kelas yang tersedia, dua kelas diberi perlakuan pembelajaran
investigasi kelompok dengan metode eksperimen dan dua kelas diberi perlakuan
pembelajaran investigasi kelompok dengan metode proyek.
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel-variabel yang terlibat adalah sebagai berikut:
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah objek pengamatan pada penelitian yang sengaja
direncanakan pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Variabel bebas dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
230
penelitian ini adalah pembelajaran investigasi kelompok dengan eksperimen dan
proyek. Pembelajaran investigasi kelompok adalah pembelajaran dimana siswa
diharapkan bisa membentuk ketrampilan untuk ambil bagian di dalam proses-
proses kelompok yang menekankan ketrampilan komunikasi interpersonal,
bekerja dan inkuiri ilmiah. Metode eksperimen adalah metode mengajar dimana
pengajar atau pelajar mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan
hasil percobaan itu. Metode eksperimen merupakan pengembangan metode
ilmiah. Metode proyek adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa suatu tugas dalam waktu tertentu secara individu atau
kelompok untuk menghasilkan suatu produk. Kegiatan yang memberikan
kesempatan untuk merangkum pengetahan dari berbagai bidang secara kritis dan
kreatif mengaplikasikannya ke dalam kehidupan nyata.
b. Variabel Moderator
1). Kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium siswa
Kemampuan siswa menggunakan alat-alat laboratorium adalah
kemampuan untuk menggunakan alat-alat dalam laboratorium yang diperlukan.
2). Persepsi diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
231
Persepsi diri adalah suatu proses menafsirkan makna dari informasi
yang ditangkap oleh panca indera yang dipengaruhi oleh sensasi, perhatian,
kebutuhan, harapan, pengetahuan dan pengalaman masa lalu orang tersebut.
c. Variabel Terikat
Prestasi belajar ranah kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan usaha untuk mendapat ilmu
pengetahuan yaitu berupa penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
2.Skala Pengukuran dari Variabel Penelitian
Variabel metode pembelajaran berupa metode eksperimen dan proyek
berskala nominal. Variabel kemampuan siswa menggunakan alat laboratorium
dan persepsi diri berskala pengukuran ordinal, yang dibedakan menjadi kategori
tinggi dan rendah. Perbedaan kategori untuk kemampuan siswa menggunakan alat
laboratorium dan persepsi diri ini berdasarkan skor rata-rata kedua kelas. Siswa
dengan perolehan skor sama dan di atas rata-rata dimasukkan dalam kategori
tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor di bawah rata-rata dimasukkan
dalam kategori rendah. Variabel terikat yang diukur dalam penelitian ini meliputi
prestasi belajar kognitif yang berskala interval.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang digunakan dalam pengujian hipotesis
digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik-teknik yang digunakan
adalah teknik angket dan teknik tes. Teknik-teknik tersebut diuraikan di bawah
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
232
1. Teknik Angket
Suharsimi Arikunto (2006:51) mendefinisikan angket atau kuesioner
sebagai berikut “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Dalam penelitian ini angket digunakan
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan menggunakan alat-alat
laboratorium siswa dalam belajar kimia yang dibagi dalam kategori tinggi dan
rendah.
2. Teknik Tes
Menurut Suharsimi Arikunto ( 2006:150) “tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan intelejensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok”. Dalam penelitian ini teknik tes digunakan untuk
mengetahui kemampuan menggunakan alat laboratorium kelas eksperimen dan
persepsi diri siswa.
Untuk mengetahui persepsi diri, sampel diberi soal mengenai persepsi diri
sebelum pembelajaran konsep elektrokimia. Hasil nilai tes dikategorikan menjadi
kelompok tinggi dan rendah.
F. Instrumen Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
233
Dalam penelitian ini instrumen penelitian terbagi menjadi dua yaitu :
instrumen pelaksanaan penelitian dan instrumen pengambilan data.
1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian
Instrumen pelaksanaan penelitian dalam penelitian ini berupa silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), langkah-langkah pembelajaran dan
lembar kegiatan siswa. Instrumen penelitian tersebut disusun peneliti dan
disesuaikan dengan silabus. Untuk menjamin bahwa instrumen pelaksanaan
penelitian valid, maka instrumen dikonsultasikan kepada pembimbing. Instrumen
pelaksanaan penelitian yang berupa silabus dapat dilihat pada lampiran 2,
instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 3,
instrumen langkah-langkah pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 4, dan
instrumen lembar kerja siswa dapat dilihat pada lampiran 5.
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data pada penelitian ini berupa instrumen angket
dan instrumen tes. Instrumen angket berupa angket kemampuan menggunakan
alat-alat laboratorium siswa dalam belajar kimia yang berjumlah 7 item, dapat
dilihat pada lampiran 7. Sedangkan instrumen tes berupa soal materi elektrokimia
yang berjumlah 40, untuk mengetahui penguasaan konsep siswa, yang bisa dilihat
pada lampiran 8.
3. Uji coba Instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
234
Instrumen-instrumen pengambilan data di atas disusun oleh peneliti dan
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan diujicobakan terlebih dahulu
untuk menguji bahwa item dalam instrumen baik. Item dalam instrumen baik
harus memenuhi persyaratan dalam hal validitas, reliabilitas, derajat kesukaran
dan daya pembeda soal. Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam
ujicoba instrumen data penelitian adalah:
a. Menentukan sampel uji coba
Sampel uji coba dalam penelitian ini adalah siswa SMK Wongsorejo
Gombong tahun pelajaran 2011/2012.
b. Menentukan jumlah sampel uji coba.
Dalam penelitian ini sampel uji coba sebanyak 40 siswa.
c. Analisis data hasil uji coba
Setelah responden atau siswa menyelesaikan angket dan soal-soal uji coba,
langkah selanjutnya adalah peneliti menganalisis data hasil uji coba.
1). Validitas Angket
Untuk menentukan validitas item-item dalam angket digunakan rumus
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut:
=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
235
dimana: rxy = koefisien korelasi
x = skor item
Y = skor total item
N= jumlah responden
2. Reliabilitas Instrumen Angket
Untuk menguji reliabilitas angket, dalam penelitian ini digunakan teknik
alpha sebagai berikut:
=
Dimana: r11 = reliabilitas
N = banyaknya item
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
3). Validitas item Tes
Untuk menentukan validitas item-item tes digunakan rumus sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
236
Dimana: koefisien korelasi biserial
MP = rerata skor dari subyek yang menjawab benar bagi item yang
dicari validitasnya.
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
P = proporsi dari siswa yang menjawab benar
Q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)
Hasil analisis validitas item soal yang diujicobakan terhadap 40 siswa
SMK Wongsorejo Gombong kelas XI MB yang dapat dilihat pada lampiran
menunjukkan bahwa item yang valid yaitu rxy > rtabel= 0,312 sebanyak 33 soal dan
7 soal lainnya tidak valid karena rxy < 0,312.
4). Reliabilitas Soal
Untuk menguji reliabilitas tes, dalam penelitian ini digunakan rumus
Kuder dan Richardson (K – R 20) sebagai berikut:
Dimana : R = indeks reliabilitas seluruh tes
n = jumlah item tes
Mt = means nilai (skor) total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
237
SD = standar deviasi
Analisis ujicoba instrumen pada lampiran menunjukkan reliabilitas yang
tinggi karena r11 > rtabel = 0,312
5). Derajat Kesukaran Soal
Soal yang baik untuk alat ukur adalah soal yang mempunyai derajat
kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Untuk mengetahui derajat kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks
kesukaran. Besarnya indeks kesukaran dicari dengan rumus:
Dimana: P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab benar
Js = jumlah responden (siswa)
Menurut ketentuan yang diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai
berikut:
a). Soal dengan P = 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
b). Soal dengan P > 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
a). Soal dengan P > 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
238
dari klasifikasi di atas soal yang dianggap baik adalah yang mempunyai indeks
kesukaran 0,30 sampai 0,70.
Analisis derajat kesukaran pada lampiran ujicoba instrumen
terdapat 1 soal sukar, 20 soal sedang, 18 soal mudah, dan 1 soal sangat mudah.
6). Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(kemampuan rendah) (Suharsimi Arikunto, 2006:211). Rumus untuk menentukan
daya pembeda (indeks diskriminasi) setiap item adalah:
=
Dimana:
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Adapun klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
239
0,00 D 0,20 = jelek
0,20 D 0,40 = cukup
0,40 D 0,70 = baik
0,70 D 1,00 = baik sekali
D = negatif berarti soal tidak baik (Suharsimi Arikunto, 2006:213-218)
Hasil analisis daya pembeda dapat dilihat pada lampiran.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menyelidiki apakah data dalam
penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian yang akan dilakukan
untuk uji normalitasnya akan digunakan program PASW 18 dengan prosedur
sebagai berikut:
1) Menetapkan Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Ha : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
2) Menetapkan taraf signifikansi (α)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
240
Taraf signifikansi adalah angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisa. Taraf signifikansi yang akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah 0,05 atau 5%.
3). Keputusan uji
H0 ditolak jika p-value < α
b.Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi
dari sejumlah populasi sama atau tidak. Prosedur pengujiannya sebagai berikut :
1). Menetapkan Hipotesis
Hipotesis :
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak homogen
Ha : sampel berasal dari populasi berdistribusi homogenya
2). Menetapkan taraf signifikansi (α)
Taraf signifikansi adalah angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisa. Taraf signifikansi yang akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah 0,05 atau 5%.
3). Keputusan Uji
Ho ditolak jika p-value > α
Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 17, 20 dan pada bab IV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
241
2. Uji hipotesis
a. Uji analisis Variansi Tiga Jalan Isi Sel Tidak Sama
Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan mennggunakan metode
analisis variensi tiga jalan dengan isi sel tidak sama. Adapun model, hipotesis
dan langkah – langkah komputasinya :
1).Model
xijkl
Dimana xijkl= data ke-1 pada faktor A kategori ke-i, faktor B kategori ke-j dan
faktor C kategori ke-k
= rerata dari seluruh data ( rerata besar, grand mean)
i = efek faktor A kategori ke-i pada variabel terkait
j = efek faktor B kategori ke-j pada variabel terkait
k = efek faktor C kategori ke-k pada variabel terkait
ij = kombinasi efek faktor A dan B
ik = kombinasi efek A dan C
ijk = kombinasi efek faktor A,B dan C
ijkl =kesalahan pada xijkl
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
242
1). Hipotesis
Hoa: i= untuk semua i
= Tidak ada pengaruh penggunaan pembelajaran kimia
investigasi kelompok antara metode eksperimen dan metode proyek
terhadap penguasaan konsep elektrokimia.
H1A : i 0 untuk paling sedikit satu harga i
HOB : j = 0 untuk semua j
= Tidak ada pengaruh antara kemampuan awal menggunakan alat ukur
kategori tinggi dan rendah terhadap penguasaan konsep elektrokimia.
H1B : j 0 untuk paling sedikit satu harga j
HOC : k = 0 untuk semua k
=tidak ada pengaruh antara kemampuan menggunakan alat-
alat laboratorium siswa dalam belajar kimia kategori tinggi, rendah terhadap
penguasaan konsep elektrokimia.
HIC : k untuk paling sedikit satu harga k
HOAB : ( )ij = 0 untuk semua i, j
= Tidak ada interaksi antara pembelajaran kimia investigasi
kelompok dengan metode dan persepsi diri terhadap penguasaan konsep
elektrokimia.
H1AB : ( )ij 0 untuk paling sedit satu harga i, j.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
243
HOAC : ( )ik = 0 untuk semua i, k
= tidak ada interaksi antara pembelajaran kimia investigasi
kelompok dengan metode dan kemampuan menggunakan alat-alat
laboratorium siswa dalam belajar kimia terhadap pengusaan konsep
elektrokimia.
HIAC : ( )ik 0 untuk paling sedikit satu harga i , k
HOBC : ( )jk =0 untuk semua j , k
= tidak ada interaksi antara persepsi diri dan kemampuan
menggunakan alat-alat laboratorium siswa dalam belajar kimia terhadap
penguasaan konsep elektrokimia.
H1BC : ( )jk 0 untuk paling sedikit satu harga j,k
HOABC : ( )ijk = 0 untuk semua i, j, k
= tidak ada interaksi antara pembelajaran kimia investigasi
kelompok dengan persepsi diri dan kemampuan menggunakan alat-alat
laboratorium siswa dalam belajar kimia terhadap penguasaan konsep
elektrokimia.
H1ABC : ijk untuk paling sedikit satu harga i, j, k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
244
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba kesetaraan, data
prestasi belajar kimia, data kemampuan menggunakan alat laboratorium, dan data
persepsi diri siswa. Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut:
1. Data Prestasi belajar Kimia Aspek Kognitif
Data hasil belajar yang berupa prestasi kognitif pada materi elektrokimia
dianalisis dengan menggunakan Anava tiga jalan dengan isi sel tidak sama,
dilanjutkan dengan uji lanjut (uji Scheffe) yang diolah dengan bantuan sofware
SPSS 18. Hasil analisis dapat dilihat sebagai berikut;
a.Metode Eksperimen dan Metode Proyek
Data prestasi belajar dari aspek kognitif dapat ditunjukkan pada Tabel 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
245
Tabel 4.1. Prestasi Belajar Aspek Kognitif Metode Eksperimen dan Proyek
Eksperimen Proyek
N = 79
SD = 6,72989
= 66,8734
= 5282,9986
MIN = 51
MAX = 80
N = 81
SD = 7,0022
= 62,284
= 5045,004
MIN = 50
MAX = 80
Tabel 4.1 menunjukkan prestasi untuk kemampuan kognitif pada metode
eksperimen dengan jumlah siswa 79 diperoleh nilai minimum 51, nilai maksimum
80 dengan rata-rata 66 dan standar deviasi 6, sedangkan pada metode proyek
dengan jumlah 81 siswa diperoleh nilai minimum 50, nilai maksimum 80 dengan
rata-rata 62 dan standar deviasi 7. Distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa
dapat ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
50 - 57 30 53,5 30 18,75%
58 - 65 58 61,5 88 36,25%
66 - 73 53 69,5 141 33,13%
74 - 81 19 77,5 160 11,88%
Histogram prestasi belajar aspek kognitif dapat ditunjukkan pada Gambar 4.1
sebagai berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
246
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa yang mendapat perlakuan dengan
metode eksperimen dapat ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan Metode
Eksperimen
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
50 – 57 8 53,5 8 10,13%
58 – 65 24 61,5 32 30,38%
66 – 73 31 69,5 63 39,24%
74 – 81 16 77,5 79 20,25%
Histogram prestasi aspek kognitif pada metode eksperimen dapat dilihat pada
Gambar 4.2 sebagai berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
247
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Aspek Kognitif pada Metode Eksperimen
Distribusi prestasi aspek kognitif pada metode eksperimen dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan Metode
Proyek
Histogram prestasi belajar aspek kognitif pada metode proyek ditunjukkan pada
Gambar 4.3.
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
50 - 57 22 53,5 22 27,16%
58 - 65 34 61,5 56 41,98%
66 - 73 22 69,5 78 27,16%
74 - 81 3 77,5 81 3,70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
248
Gambar 4.3 Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif pada Metode Proyek
b. Prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi dan kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah
Prestasi belajar dari aspek kognitif siswa yang mempunyai kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah ditunjukkan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5. Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Siswa yang mempunyai
Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium Kategori Tinggi
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
50 – 57 6 53,5 6 6,25%
58 – 65 9 61,5 15 9,38%
66 – 73 36 69,5 51 37,50%
74 – 81 13 77,5 64 13,54%
Histogram prestasi belajar aspek kognitif berdasarkan kemampuan menggunakan
alat laboratorium tinggi ditunjukkan pada Gambar 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
249
Gambar 4.4 Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Berdasarkan kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Tinggi
Prestasi belajar dari aspek kognitif siswa yang mempunyai kemampuan
menggunakan alat laboratorium kategori rendah ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Siswa yang mempunyai
Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium Kategori Rendah
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
50 – 57 24 53,5 24 25,00%
58 – 65 49 61,5 73 51,04%
66 – 73 17 69,5 90 17,71%
74 – 81 6 77,5 96 6,25%
Histogram prestasi belajar aspek kognitif berdasarkan kemampuan menggunakan
alat laboratorium kategori rendah ditunjukkan pada Gambar 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
250
Gambar 4.5 Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Berdasarkan Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Kategori Rendah
c. Prestasi belajar siswa yang mempunyai persepsi diri tinggi dan persepsi diri
rendah
Distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif siswa yang mempunyai
persepsi diri kategori rendah ditunjukkan pada Tabel 4.7
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Siswa yang
mempunyai Persepsi Diri Kategori Rendah
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
50 - 57 23 53,5 23 26,44%
58 - 65 36 61,5 59 41,38%
66 - 73 23 69,5 82 26,44%
74 - 81 5 77,5 87 5,75%
Distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif siswa yang mempunyai
persepsi diri kategori rendah ditunjukkan pada Tabel 4.8
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Siswa yang
mempunyai Persepsi Diri Kategori Tinggi
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
50 - 57 7 53,5 7 9,59%
58 - 65 22 61,5 29 30,14%
66 - 73 30 69,5 59 41,10%
74 - 81 14 77,5 73 19,18%
Histogram nilai prestasi belajar aspek kognitif pada siswa yang mempunyai
persepsi diri kategori rendah ditunjukkan pada Gambar 4.6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
251
Gambar 4.6.Histogram Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif pada Siswa yang
mempunyai Persepsi Diri Kategori Rendah
Histogram nilai prestasi belajar aspek kognitif pada siswa yang mempunyai
persepsi diri kategori tinggi ditunjukkan pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7.Histogram Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif pada siswa yang
mempunyai Persepsi Diri Kategori Tinggi
d. Deskripsi prestasi belajar kimia aspek kognitif untuk tiap-tiap sel
Data prestasi belajar aspek kognitif siswa yang dipengaruhi oleh metode,
kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa ditunjukkan
dalam Tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9. Prestasi Kognitif Siswa dengan Metode Eksperimen dan Proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
252
Metode pembelajaran
Eksperimen Proyek
Kemampuan
menggunakan alat
lab. Tinggi
Persepsi diri siswa
tinggi
N = 26
= 1833
SD = 5,89406
= 70,5
N = 23
= 1575,9991
SD = 6,18554
= 68,5217
Persepsi diri siswa
rendah
N = 11
= 737,9999
SD = 5,83874
= 67,0909
N = 7
= 446,0001
SD = 9,41124
= 63,7143
Kemampuan
menggunakan alat
lab. rendah
Persepsi diri siswa
tinggi
N = 19
= 1266,0004
SD = 5,38734
= 66,6316
N = 16
= 978
SD = 4,22493
= 61,125
Persepsi diri siswa
rendah
N = 23
= 1446,0008
SD = 7,03436
= 62,8696
N = 35
= 2045,001
SD = 4,94253
= 58,4286
Tabel 4.9 menunjukkan penguasaan konsep masing-masing kelompok
eksperimen yang dipengaruhi oleh metode, kemampuan menggunakan alat
laboratorium dan persepsi diri siswa dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelompok siswa dengan metode eksperimen dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan persepsi diri tinggi diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
253
nilai prestasi kognitif siswa sebagai berikut N =26 = 1833 SD =5,
=70
2. Kelompok siswa dengan metode proyek dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan persepsi diri siswa tinggi
diperoleh nilai prestasi kognitif siswa sebagai berikut: N = 23, =
1575, SD =6, =68.
3. Kelompok siswa dengan metode eksperimen dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan persepsi diri siswa rendah
diperoleh prestasi kognitif siswa sebagai berikut: N = 11 = 737,
SD =5, =67.
4. Kelompok siswa dengan metode proyek dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan persepsi diri siswa rendah
diperoleh nilai prestasi kognitif siswa sebagai berikut: N = 7 = 446,
SD =9, = 63.
5. Kelompok siswa dengan metode eksperimen dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah dan persepsi diri siswa tinggi
diperoleh prestasi kognitif sebagai berikut: N =19 = 1266, SD =5,
=66.
6. Kelompok siswa dengan metode proyek dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah dan persepsi diri siswa tinggi
diperoleh nilai prestasi kognitif siswa sebagai berikut: N = 16 =978
SD = 4, = 61.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
254
7. Kelompok siswa dengan metode eksperimen dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah dan persepsi diri siswa rendah
diperoleh nilai prestasi kognitif siswa sebagai berikut: N =23 =1446,
SD =7, =62.
8. Kelompok siswa dengan metode proyek dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah dan persepsi diri siswa rendah
diperoleh nilai prestasi kognitif siswa sebagai berikut: N =35 = 2045,
SD =4, =58.
2. Data Prestasi Belajar Kimia Aspek Afektif
Dalam penelitian ini selain mengambil data prestasi belajar aspek kognitif
siswa, prestasi belajar aspek afektif juga didata dengan melalui observasi selama
penelitian berlangsung dengan menggunakan lembar observasi dilakukan oleh
peneliti dibantu oleh dua orang guru. Hasil pengumpulan data nilai afektif dapat
dilihat dalam lampiran 28. Dari hasil pengolahan dengan program sofware SPSS
18 diperoleh deskripsi statistik ditunjukkan pada lampiran. Adapun hasil analisis
statistik secara ringkas dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.10. Prestasi Belajar Aspek Afektif dengan Metode Eksperimen dan
Proyek
Eksperimen Proyek
N = 79
SD = 6,22311
N = 81
SD = 7,32537
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
255
= 79,3038
= 6265,0002
MIN = 67
MAX = 92
= 71,3704
= 5781,0024
MIN = 53
MAX = 88
Tabel 4.10 menunjukkan prestasi belajar afektif pada kedua metode baik
eksperimen maupun proyek, pada metode eksperimen dengan jumlah siswa 79
diperoleh nilai minimum 67, nilai maksimum 92 dengan rata-rata 79 dan standar
deviasi 6, sedangkan pada metode proyek dengan jumlah siswa 81 diperoleh nilai
minimum 53, nilai maksimum 88 dengan rata-rata 71 dan standar deviasi 7. Data
masing-masing sel dapat ditunjukan dalam tabel-tabel sebagai berikut:
Distribusi frekuensi prestasi belajar aspek afektif metode eksperimen dan proyek
ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode
Eksperimen dan Proyek
Interval Frekuensi
Eksperimen Proyek
53 – 60
61 - 68
69 - 76
77 – 84
85 - 92
0
7
18
36
18
3
30
27
18
3
79 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
256
Distribusi frekuensi prestasi afektif siswa dapat ditunjukkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Siswa.
Niai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
53 – 60 3 56,5 3 1,88%
61 – 68 37 64,5 40 23,13%
69 – 76 45 72,5 85 28,13%
77 – 84 54 80,5 139 33,75%
85 – 92 21 88,5 160 13,13%
Histogram prestasi belajar aspek afektif ditunjukkan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif
Prestasi belajar aspek afektif metode eksperimen ditunjukkan pada Tabel 4.13
Tabel 4.13. Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode Eksperimen
Niai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
53 – 60 0 56,5 0 0,00%
61 – 68 7 64,5 7 8,86%
69 – 76 18 72,5 25 22,78%
77 – 84 36 80,5 61 45,57%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
257
85 – 92 18 88,5 79 22,78%
Histogram prestasi belajar aspek afektif metode eksperimen ditunjukkan pada
Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode Eksperimen
Distribusi prestasi belajar aspek afektif metode proyek ditumjukkan pada Tabel
4.14
Tabel 4.14. Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode Proyek
Niai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
53 - 60 3 56,5 3 3,70%
61 - 68 30 64,5 33 37,04%
69 - 76 27 72,5 60 33,33%
77 - 84 18 80,5 78 22,22%
85 - 92 3 88,5 81 3,70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
258
Histogram prestasi belajar aspek afektif metode proyek ditunjukkan pada Gambar
4.10.
Gambar 4.10. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Metode Proyek
Prestasi belajar aspek afektif kemampuan menggunakan alat laboratorium
kategori rendah ditunjukkan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Prestasi Belajar Aspek Afektif Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Kategori Rendah
Niai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
53 - 60 1 56,5 1 1,20%
61 - 68 26 64,5 27 31,33%
69 - 76 30 72,5 57 36,14%
77 - 84 18 80,5 75 21,69%
85 - 92 8 88,5 83 9,64%
Histogram prestasi afektif berdasarkan kemampuan menggunakan alat
laboratorium kategori rendah ditunjukkan pada Gambar 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
259
Gambar 4.11. Histogram Prestasi Afektif Berdasarkan Kemampuan Menggunakan
Alat Laboratorium Kategori Rendah
Distribusi prestasi belajar aspek afektif kemampuan menggunakan alat
laboratorium kategori tinggi pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Prestasi Belajar Aspek Afektif Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Kategori Tinggi
Niai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
53 - 60 2 56,5 2 2,60%
61 - 68 11 64,5 13 14,29%
69 - 76 15 72,5 28 19,48%
77 - 84 36 80,5 64 46,75%
85 - 92 13 88,5 77 16,88%
Histogram prestasi afektif berdasarkan kemampuan menggunakan alat
laboratorium kategori tinggi ditunjukkan pada Gambar 4.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
260
Gambar 4.12 Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Berdasarkan Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Kategori Tinggi
b. Persepsi diri
Distribusi prestasi belajar aspek afektif persepsi diri siswa kategori rendah
ditunjukkan pada tabel 4.17.
Tabel 4.17. Prestasi Belajar Aspek Afektif Persepsi Diri Siswa Kategori Rendah
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
53 – 60 1 56,5 1 1,52%
61 – 68 24 64,5 25 36,36%
69 – 76 22 72,5 47 33,33%
77 – 84 13 80,5 60 19,70%
85 – 92 6 88,5 66 9,09%
Histogram prestasi belajar aspek afektif berdasarkan persepsi diri kategori rendah
ditunjukkan pada Gambar 4.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
261
Gambar 4.13 Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Berdasarkan Persepsi
Diri Kategori Rendah
Distribusi prestasi belajar aspek afektif persepsi diri siswa kategori tinggi
ditunjukkan pada Tabel 4.18
Tabel 4.18. Prestasi Belajar Aspek Afektif Persepsi Diri Siswa Kategori Tinggi
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek. Kum Frek. Relatif
53 - 60 2 56,5 2 2,13%
61 - 68 13 64,5 15 13,83%
69 - 76 23 72,5 38 24,47%
77 - 84 41 80,5 79 43,62%
85 - 92 15 88,5 94 15,96%
Histogram prestasi belajar aspek afektif berdasarkan persepsi diri kategori tinggi
ditunjukkan pada Gambar 4.14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
262
Gambar 4.14 Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Berdasarkan Persepsi Diri
Kategori Tinggi
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
dengan bantuan program Shoftware SPSS 18 . Diperoleh keputusan Ho ditolak jika
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau p-value > 0,05.
a. Hasil uji normalitas prestasi aspek kognitif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.19. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif
N
o
Variabel Kolmogorov
-Smirnova
Keputusan Kesimpulan
1 Siswa yang diberi
Eksperimen
0.080 Ho diterima Populasi berdistribusi normal
2 Siswa yang diberi
Proyek
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
3 Siswa yang memiliki
Kemampuan
Menggunakan alat
Rendah
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
263
4 Siswa yang memiliki
Kemampuan Mengg.
alat Tinggi
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
5 Siswa yang memiliki
Persepsi diri rendah
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
6 Siswa yang memiliki
Persepsi diri tinggi
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
7 Metode Eksperimen
untuk siswa yang
memiliki menggunakan
alat rendah dan
persepsi diri rendah
0.074 Ho diterima Populasi berdistribusi normal
8 Metode Eksperimen
untuk siswa yang
memiliki menggunakan
alat rendah dan
persepsi diri tinggi
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
9 Metode Eksperimen
untuk siswa yang
memiliki menggunakan
alat tinggi dan persepsi
diri rendah
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
10 Metode Eksperimen
untuk siswa yang
memiliki menggunakan
alat tinggi dan persepsi
diri tinggi
0.141 Ho diterima Populasi berdistribusi normal
Lanjutan tabel 4.19
11 Metode proyek untuk
siswa yang memiliki
menggunakan alat
rendah dan persepsi
diri rendah
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
12 Metode proyek untuk
siswa yang memiliki
menggunakan alat
rendah dan persepsi
diri tinggi
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
13 Metode proyek untuk
siswa yang memiliki
menggunakan alat
tinggi dan persepsi diri
rendah
0.200* Ho diterima Populasi berdistribusi normal
14 Metode proyek untuk
siswa yang memiliki
0.044 Ho ditolak Populasi berdistribusi tidak
normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
264
menggunakan alat
tinggi dan persepsi diri
tinggi
1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak.
Tabel 4.20. Tabel Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif
No Faktor F P-value Jenis Test Keputusan
Ho
Kesimpulan
1 Metode 0,483 0,488 Levene's
Test
Ho diterima Homogen
2 Kemampuan
menggunakan
alat
0,071 0,790 Levene's
Test
Ho diterima Homogen
3 Presepsi diri 0,546 0,461 Levene's
Test
Ho diterima Homogen
4 metode*
Kemampuan
menggunakan
alat
1,486 0,221 Levene's
Test
Ho diterima Homogen
5 metode*
Presepsi diri
0,162 0,992 Levene's
Test
Ho diterima Homogen
6 Kemampuan
menggunakan
alat *
Presepsi diri
0,650 0,584 Levene's
Test
Ho diterima Homogen
Lanjutan tabel 4.20
7 Setiap Sel 1,999 0,059 Levene's Test Ho diterima Homogen
C. Pengujian Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
265
1.Uji hipotesis kognitif
Tabel 4.21. Tabel Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Kognitif
No
.
Yang diUji F hitung p-value Hipotesis Hasil Uji
1. metode 13.375 0.000 H0A ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
2. kemp_alat 24.645 0.000 H0B ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
3. presepsi_diri 12.300 0.001 H0c ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
4. metode * kemp_alat 1.205 0.274 H0AB Tidak ditolak
/diterima
Tidak Ada
Interaksi
(tidak
berpengaruh)
5. metode *
presepsi_diri
0.006 0.937 H0AC Tidak ditolak
/diterima
Tidak Ada
Interaksi
(tidak
berpengaruh)
6. kemp_alat *
presepsi_diri
0.177 0.675 H0BC Tidak ditolak
/diterima
Tidak Ada
Interaksi
(tidak
berpengaruh)
7. metode * kemp_alat
* presepsi_diri
0.347 0.557 H0ABC Tidak
ditolak /diterima
Tidak Ada
Interaksi
(tidak
berpengaruh)
D. Pembahasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
266
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis untuk p-value prestasi kognitif = 0,000. Oleh karena p-
value < 0,05 maka hipotesis H1 : diterima artinya ada perbedaan pembelajaran
kimia dengan metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar
pada materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun
pelajaran 2011/2012. Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa ada
perbedaan prestasi belajar pada metode eksperimen dan proyek terhadap prestasi
belajar aspek kognitif dan afektif belajar kimia pada materi elektrokimia kelas XI
SMK Wongsorejo Gombong tahun pelajaran 2011/2012.
Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang sangat penting
bidang studi kimia dan metode pembelajaran sebagai faktor ekstern yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dua metode pembelajaran yang berbeda
tentunya mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi belajar. Dari
hasil uji lanjut dilihat bahwa rerata hasil prestasi kognitif siswa yang dikenakan
perlakuan dengan metode eksperimen lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan perlakuan metode proyek. Hal ini dapat dijelaskan bahwa metode
eksperimen lebih terstruktur dan terarah. Guru membimbing lebih komprehensif
langkah demi langkah sehingga dapat menekan tingkat kesalahan siswa dalam
melakukan kegiatan eksplorasi penguasaan konsep sedangkan pada proyek guru
lebih kurang dalam mengorganisasikan proses pembelajaran. Guru hanya
menyiapkan alat dan bahan, problem atau masalah serta memberi motivasi dalam
bentuk-bentuk pertanyaan untuk mengarahkan proses pemecahan masalah, siswa
lebih leluasa dalam melakukan kegiatan sehingga waktu kurang diperhitungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
267
dan kelemahan dari proyek adalah siswa tidak terbiasa melakukan akan
mengalami kesulitan.
Dan pada hasil rerata nilai afektif pada kelas yang mendapat metode
eksperimen lebih baik daripada kelas yang mendapat metode proyek tetapi pada
hasil kelas proyek lebih baik daripada kelas eksperimen. Hal ini sesuai dengan
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode. Kelebihan metode
eksperimen lebih terstruktur, terkendali dan terarah tetapi kelemahannya siswa
tidak bebas melakukan psikomotornya sesuai keinginan, sedangkan metode
proyek bebas menentukan langkah sendiri, mengembangkan diri sesuai dengan
kemampuan dan kelemahan dari metode proyek adalah jika faktor intern siswa
rendah seperti kematangan, kecerdasan, motivasi dan pengalaman minim maka
akan mengalami kendala dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dari hasil analisis data dan hasil analisis pembelajaran yang berlangsung
selama penelitian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar pada aspek kognitif
dan afektif, siswa yang mendapat perlakuan dengan metode eksperimen lebih baik
daripada kelompok siswa yang mendapat perlakuan dengan metode proyek pada
materi elektrokimia tetapi pada aspek afektif siswa yang mendapat perlakuan
dengan metode proyek prestasinya lebih baik daripada siswa yang mendapat
perlakuan dengan metode pembelajaran eksperimen.
2. Hipotesis kedua
Dari hasil analisis didapatkan p-value =0,000, oleh karena p-value < 0,05
maka hipotesis alternatifnya H1 : diterima artinya ada perbedaan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
268
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah terhadap prestasi belajar aspek kognitif
pada materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun
pelajaran 2011/2012. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh kenyataan tidak
terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang mempunyai
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah. Hal ini
mengandung makna bahwa kemampuan menggunakan alat laboratorium
merupakan faktor intern siswa yang terdiri rasa ingin tahu, jujur, obyektif,
terbuka, toleran, optimis, berkemauan tinggi dan bertanggung jawab dapat
menunjang keberhasilan dalam belajar siswa namun pada kenyataannya rentang
skor kemampuan menggunakan alat laboratorium tentu seperti yang terjadi pada
penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan karena secara riil
siswa yang kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah dengan skor di
bawah sebagai pembanding siswa yang kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi dapat dikatakan tidak ada namun dari segi nilai afektif ada
perbedaan antara siswa yang mempunyai kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi dan rendah yang sama dari uji lanjut siswa yang mempunyai
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi lebih baik prestasinya
daripada siswa yang mempunyai kemampuan menggunakan alat laboratorium
rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis diperoleh p-value =0,001, karena p-value < 0,05 maka
hipotesis alternatifnya H1 : diterima artinya ada perbedaan antara persepsi diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
269
siswa tinggi dan persepsi diri siswa rendah di kedua metode pembelajaran
terhadap prestasi belajar baik kognitif dan afektif pada materi elektrokimia siswa
kelas XI SMK Wongsorejo Gombong
Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh kenyataan bahwa terdapat
perbedaan prestasi kognitif siswa yang mempunyai persepsi diri tinggi dan siswa
yang mempunyai pesepsi diri rendah artinya siswa dengan persepsi diri tinggi
akan lebih tinggi hasil belajarnya terlihat dari hasil rerata bahwa siswa dengan
persepsi diri tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang
persepsi diri rendah dari kedua metode. Hal ini sesuai dengan teori belajar bahwa
persepsi diri sebagai faktor intern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal
ini berarti siswa dengan metode eksperimen maupun proyek siswa yang
mempunyai persepsi diri tinggi dalam melakukan penemuan konsep elektrokimia
lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai persepsi diri rendah.
4. Hipotesis Keempat
Dari hasil analisis diperoleh p-value = 0,274, oleh karena p-value lebih
besar 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada interaksi antara metode,
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar pada materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong
tahun pelajaran 2011/2012. Jadi dari hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan
bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kognitif pada materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
270
tetapi ada interaksi antara penggunaan metode dengan kemampuan menggunakan
alat laboratorium tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar aspek afektif. Dari
hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa rerata hasil prestasi kognitif, siswa yang
mendapatkan pembelajaran metode eksperimen lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran proyek.
Dari hasil analisis data dan hasil analisis pembelajaran yang berlangsung
selama penelitian dapat disimpulkan siswa dengan kemampan menggunakan alat
laboratorium tinggi pada kategori persepsi diri tinggi metode proyek lebih baik
daripada metode eksperimen tetapi pada siswa dengan kemampuan menggunakan
alat laboratorium tinggi dengan persepsi diri rendah metode eksperimen lebih baik
daripada metode proyek. Tidak ada interaksi pada prestasi belajar aspek kognitif
dapat dijelaskan bahwa kemampuan menggunakan alat laboratorium sendiri
merupakan bukan bagian dari nilai afektif jika kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi maka nilai afektifnya rendah dan jika kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah maka nilai afektifnya tinggi
5. Hipotesis Kelima
Dari hasil analisis diperoleh p-value = 0,937, oleh karena p-value lebih
besar 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada interaksi antara penggunaan
metode dengan persepsi diri siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif
pada materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun
pelajaran 2011/2012. Jadi dari hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa
tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan persepsi diri siswa tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
271
dan rendah terhadap prestasi belajar baik kognitif dan afektif pada materi
elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun pelajaran
2011/2012.
Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan persepsi diri siswa
dapat dijelaskan sebagai berikut: metode yang diterapkan baik eksperimen
maupun, siswa yang mempunyai persepsi diri siswa akan memiliki prestasi
kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki persepsi diri rendah dan
pada penelitian ini dari hasil statistik menunjukkan bahwa metode yang
diterapkan baik eksperimen maupun proyek siswa yang mempunyai persepsi diri
tinggi memiliki prestasi kognitif yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai
persepsi diri rendah sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara
penggunaan metode eksperimen dan proyek dan persepsi diri siswa pada materi
elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun pelajaran
2011/2012.
6. Hipotesis Keenam
Dari hasil penelitian diperoleh p-value = 0,675 oleh karena p-value lebih
besar 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada interaksi antara kemampuan
menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa terhadap prestasi belajar
pada materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun
pelajaran 2011/2012. Jadi dari hasil perhitungan tersebut dapat bahwa tidak ada
interaksi antara kemampuan menggunakan alat laboratorium dengan persepsi diri
siswa terhadap prestasi belajar baik kognitif dan afektif pada materi elektrokimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
272
siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini
berarti baik untuk siswa yang mempunyai kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi atau rendah prestasi belajar siswa yang persepsi diri tinggi
lebih baik daripada siswa yang persepsi diri rendah. Demikian juga siswa yang
mempunyai persepsi diri tinggi atau rendah prestasi belajar siswa yang persepsi
diri tinggi lebih baik daripada siswa yang persepsi diri rendah.
7. Hipotesis Ketujuh
Dari hasil diperoleh p-value = 0,557, oleh karena p-value lebih besar 0,05;
maka Ho diterima, berarti tidak ada interaksi antara metode eksperimen, proyek,
kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri tidak memberikan
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar pada materi elektrokimia siswa kelas
XI SMK Wongsorejo Gombong tahun 2011/2012. Tidak adanya interaksi antara
kemampuan menggunakan alat laboratorium dengan persepsi diri siswa dapat
dijelaskan bahwa hasil statistik menunjukkan metode eksperimen lebih baik
daripada proyek, siswa dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi
lebih baik daripada yang rendah, siswa dengan persepsi diri tinggi lebih baik
daripada persepsi diri rendah.
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini ada beberapa keterbatasan diantaranya :
1. Data kemampuan menggunakan alat laboratorium diperoleh dengan
praktikum yang mempunyai keterbatasan waktu dan angket persepsi diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
273
diperoleh dengan tes tertulis dimana siswa dalam mengerjakan soal
tersebut bisa saja asal-asalan.
2. Soal tes kognitif yang digunakan masih kurang mewakili kelima tingkat
kesukaran yaitu mudah sekali, mudah, sedang, sukar, dan sukar sekali.
3. Pengambilan atau pendataan nilai prestasi belajar aspek kognitif dan
afektif masih manual dengan pengamatan langsung yang tidak dapat
diulang, sehingga kami merasa masih kurang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
274
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil analisis data yang
telah dikemukakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan nilai F
hitung = 13,375 dengan probabilitas p-value = 0.000. Oleh karena p-value <
0,05 maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan prestasi belajar siswa aspek
kognitif pada metode eksperimen dan metode proyek dalam belajar kimia pada
materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun
pelajaran 2011/2012. Untuk rata-rata nilai pada kelompok siswa dengan
metode eksperimen 66 dan pada kelompok proyek 62. Berdasarkan nilai rata-
rata ini maka metode eksperimen lebih baik daripada metode proyek.
2. Berdasarkan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan F hitung =
24,645 dengan probabilitas p-value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05 maka
Ho ditolak berarti ada perbedaan prestasi belajar siswa antara kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah pada materi elektrokimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
275
siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun pelajaran 2011/2012. Untuk
rata-rata nilai pada kelompok siswa dengan kemampuan menggunakan alat
laboratorium kategori tinggi 67 dan menggunakan alat laboratorium kategori
rendah 62.
3. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai F hitung =12,3 dengan p-value =
0,001. Oleh karena p-value < 0,05 maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan
antara persepsi diri tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada
materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun
pelajaran 2011/2012. Untuk rata-rata nilai pada kelompok siswa dengan
persepsi diri siswa kategori tinggi 66 dan persepsi diri siswa kategori rendah
63.
4. Berdasarkan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan nilai F
hitung = 1,205 dengan p-value = 0,247. Oleh karena p-value > 0,05 Ho
diterima, berarti tidak terdapat interaksi antara metode eksperimen dan proyek
dan kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar
kognitif pada materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong
tahun pelajaran 2011/2012.
5. Berdasarkan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan nilai F
hitung = 0,006 dengan p-value = 0,937. Oleh karena p-value > 0,05 maka Ho
diterima, berarti tidak ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen dan
proyek dan persepsi diri siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
276
materi elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun
pelajaran 2011/2012.
6. Berdasarkan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan F hitung =
0,177 dengan p-value = 0,675. Oleh karena p-value > 0,05 maka Ho diterima
berarti tidak ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat laboratorium
dengan persepsi diri terhadap prestasi kognitif dan afektif pada materi
elektrokimia siswa kelas XI SMK Wongsorejo Gombong tahun pelajaran
2011/2012.
7. Berdasarkan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% didapatkan F hitung =
0,347 dengan p-value =0.557. Oleh karena p-value > 0,05 maka Ho diterima,
berarti tidak ada interaksi antara penggunaan metode eksperimen, proyek,
kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa terhadap
prestasi kognitif dan afektif pada materi elektrokimia siswa kelas XI SMK
Wongsorejo Gombong tahun pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan
adalah:
1. Implikasi Teoritis
a. Metode eksperimen dan proyek terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa, khususnya aspek kognitif dan afektif pada materi
elektrokimia. Dalam penelitian metode eksperimen lebih baik prestasinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
277
dikarenakan metode eksperimen lebih terstruktur dan terarah yang sangat
cocok untuk siswa yang penalaran pengembangannya kurang. Sehingga
metode eksperimen dapat digunakan sebagai metode pembelajaran alternatif
untuk meningkatkan penguasaan konsep proses pembelajaran khususnya
materi elektrokimia.
b. Kemampuan menggunakan alat laboratorium merupakan faktor intern siswa
yang mempunyai perbedaan pada prestasi belajar kimia. Guru hendaknya
memotivasi siswa yang kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah.
Kemampuan menggunakan alat laboratorium pada penelitian ini ada perbedaan
yang signifikan pada kategori tinggi dan rendah. Sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa seorang pendidik dapat membangkitkan atau
menigkatkan kemampuan menggunakan alat laboratoriumnya.
c. Persepsi diri siswa yang merupakan faktor intern yang mempunyai pengaruh
pada prestasi belajar kimia, dalam penelitian ini siswa yang persepsi dirinya
tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai persepsi dirinya rendah. Guru hendaknya memotivasi siswa yang
persepsi dirinya rendah untuk memperoleh prestasi yang lebih baik. Dengan
demikian sebaiknya seorang pendidik dapat membangkitkan persepsi diri siswa
untuk memperoleh prestasi yang lebih baik.
d. Dalam upaya peningkatan penguasaan konsep siswa, dapat dilihat dari metode
yang digunakan dan kemampuan menggunakan alat laboratorium dalam
belajar. Pembelajaran dengan metode eksperimen dan proyek prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
278
siswa yang kemampuan menggunakan alat laboratoriumnya tinggi lebih baik
daripada dengan kenmampuan menggunakan alat laboratorium rendah
sehingga untuk meningkatkan prestasi pada kedua metode dilakukan dengan
meningkatkan kemampuan menggunakan alat laboratorium.
e. Dalam upaya peningkatan penguasaan konsep siswa, dapat dilihat dari metode
yang digunakan dan persepsi diri siswa dalam belajar. Pembelajaran dengan
metode eksperimen dan proyek, prestasi belajar yang persepsi dirinya tinggi
lebih baik daripada metode dapat dilakukan dengan meningkatkan persepsi diri
siswa.
f. Dalam upaya peningkatan penguasaan konsep siswa, dapat dilihat dari
kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa. Prestasi
belajar siswa yang kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi tentunya
lebih baik daripada siswa yang kemampuan menggunakan alat laboratorium
rendah dan persepsi dirinya tinggi lebih baik daripada siswa yang persepsi
dirinya rendah, sehingga untuk meningkatkan prestasi belajar pada kedua
metode dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan menggunakan alat
laboratorium dan persepsi diri siswa.
g. Prestasi belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode
eksperimen dengan memperhatikan kemampuan menggunakan alat
laboratorium serta persepsi diri siswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan bagi seorang pendidik dan calon pendidik untuk
meningkatkan prestasi belajar kimia pada materi elektrokimia dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
279
menggunakan metode eksperimen dengan meningkatkan kemampuan
menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa.
2. Implikasi Praktis
a. Metode eksperimen mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang
lebih baik daripada metode proyek. Maka metode eksperimen dapat diterapkan
dalam kurikulum KTSP dan sebagai metode pembelajaran sains karena siswa
lebih aktif, kreatif, terampil, obyektif dan kritis dalam memecahkan masalah.
b. Kemampuan menggunakan alat laboratorium merupakan faktor intern siswa
dapat dikembangkan untuk menunjang tercapainya prestasi belajar. Siswa yang
mempunyai kemampuan menggunakan alat laboratorium mempunyai prestasi
yang lebih baik, maka guru dapat memotivasi siswa agar mempunyai
kemampuan menggunakan lat laboratorium yang tinggi dalam menggunakan
metode eksperimen.
c. Siswa yang persepsi dirinya tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik dalam
mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen maupun metode proyek.
Maka guru dapat memotivasi siswa agar siswa yang persepsi dirinya rendah
agar dapat memperoleh prestasi yang lebih baik.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka penulis
mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pendidik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
280
a. Dalam belajar kimia dengan metode eksperimen, guru menyiapkan alat
dan bahan lengkap.
b. Guru harus menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan secara cermat.
c. Guru harus menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dan diberi label.
d. Guru menyiapkan dan memberikan petunjuk penggunaan alat dan bahan.
e. Guru memberikan peringatan dalam menggunakan alat dan bahan yang
sifatnya berbahaya.
f. Sebelum melakukan kegiatan eksperimen oleh siswa maka guru harus
mencoba terlebih dahulu agar mengetahui kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi.
g. Pembentukan kelompok dilakukan oleh guru agar diperoleh anggota
kelompok yang heterogen.
h. Dalam proses pembelajaran kimia perlu memperhatikan kemampuan
menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa yang dimiliki, guru
dapat menumbuhkan, mengarahkan, dan membimbing peserta didik pada
pembelajaran. Salah satu metode yang memanfaatkan dan mengarahkan
kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa adalah
dengan metode eksperimen.
2. Bagi Peserta Didik
a. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan menggunakan alat
laboratorium yang berbeda-beda dan masing-masing dapat dikembangkan,
karena dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi
diri tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
281
b. Peserta didik hendaknya mempunyai kemampuan menggunakan alat
laboratorium dan persepsi diri yang tinggi pula.
c. Sebaiknya siswa didalam melakukan kegiatan penuh dengan ketelitian dan
kecermatan.
d. Sebaiknya siswa sebelum melakukan kegiatan eksperimen benar-benar
memahami langkah kerja dan tujuan dari eksperimen.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah
metode eksperimen dan proyek yang ditinjau dari kemampuan
menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri siswa. Bagi para calon
peneliti lain mungkin dapat melakukan penelitian yang lain, yang mungkin
dari metode yang akan digunakan dalam penelitian bahkan mungkin dari
tinjauan yang lainnya.
b. Hasil penelitian hanya terbatas pada materi elektrokimia, peserta didik
kelas XI SMK Wongsorejo Gombong kabupaten Kebumen, sehingga
mungkin bisa diterapkan pada pokok bahasan lain dan mungkin di sekolah
lain.
c. Harapan peneliti bagi peneliti yang lain adalah apa yang diteliti pada
penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi
peneliti maupun pendidik pada umumnya.
d. Pengukuran kemampuan menggunakan alat laboratorium antara kategori
tinggi dan rendah diharapkan sangat jelas jika perlu adanya kategori
sedang.