pembelajaran melalui teknik mind mapping untuk meningkatkan … · 2020. 7. 30. · konsep (concept...

7
ISSN 2086-2407 April 2016 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 7 (2016) 56-62 http://e-jurnal.upgrismg.ac.id/index.php/JP2F Pembelajaran melalui Teknik Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Kemagnetan Peserta Didik Kelas IX Semester Dua Tahun Ajaran 2012/2013 Umrotun SMP N 3 Mranggen Demak E-mail: [email protected] Abstrak-Tujuan penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan pemahaman konsep kemagnetan, serta memaparkan perubahan perilaku belajar peserta didik kelas IX semester dua tahun ajaran 2012/2013 SMP N 3 Mranggen melalui pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, jumlah siswa 33 orang terdiri 18 siswa perempuan dan 15 siwa laki-laki. Setiap siklus dilakukan tahapan: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pada siklus I hasil penelitian indikator meningkatnya pemahaman tentang kemagnetan menunjukkan persentase sebesar 63,64 % (21 orang) yang belum tuntas sebesar 36,36 % (12 orang) dan nilai rata-rata klasikal 73. Pada siklus II pemahaman tentang induksi elektromagnet yang mencapai tuntas belajar dengan persentase sebesar 93,94 % (31 orang), sedang yang belum tuntas 2 siswa sebesar 6,06 % (2 siswa) dan nilai rata-rata klasikal 82. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I sebesar 71,40 % dan pada siklus II sebesar 87,88 %. Kata kunci: Peningkatan kemampuan pemahaman, peta konsep (concept maps), konsep kemagnetan Abstract- The research purpose is How to improve understanding of the concept of magnetism, and highlights the changes in the behavior of learners IX class the second semester of 2012/2013 academic SMP N 3 Mranggen through learning by using concept maps. The research was conducted in two cycles, the number of students 33 people comprised 18 female students and 15 male Siwa. Each cycle is done stages: planning, action, observation and reflection. In the first cycle research increased understanding the concept of magnetism indicators show the percentage of 63.64% (21 people) who have not completed amounted to 36.36% (12 people) and the average value of classical 73. In the second cycle of understanding the concept of electromagnetic induction reaching thoroughly studied with a percentage of 93.94% (31 people), while the unfinished two students of 6.06% (2 students) and the average value of classical 82. From the observation of student activity in the first cycle of 71.40 % and the second cycle of 87.88% Keywords: Increased capacity, concept maps (concept maps), the concept of magnetism. 1. Pendahuluan Pada saat ini semua jenjang pendidikan baik tingkat dasar maupun menengah belum siap menghadapi tantangan era globalisasi yang berada di tengah-tengah masyarakat. Di era globalisasi selain membutuhkan kecerdasan inteletual diperlukan keterampilan berpikir dan daya kreativitas yang tinggi. Keterampilan berpikir di tingkat dasar dan menengah belum ditangani secara sistematis dan dilaksanakan setengah–setengah, apalagi disertai kurikulum yang selalu berubah-ubah. Kemampuan berpikir ditingkat pendidikan dasar dan menengah masih sangat rendah, dibuktikan siswa diberi pertanyaan dan kesempatan bertanya tidak merespon hanya diam, karena strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru belum mengarah pada keterampilan berpikir, siswa masih diperlakukan sebagai pendengar dan menerima keterangan guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bermakna hanya terfokus pada penyelesaian materi dan kurang memberikan kesempatan pada

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ISSN 2086-2407

    April 2016

    Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 7 (2016) 56-62

    http://e-jurnal.upgrismg.ac.id/index.php/JP2F

    Pembelajaran melalui Teknik Mind Mapping untuk

    Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Kemagnetan

    Peserta Didik Kelas IX Semester Dua Tahun Ajaran 2012/2013

    Umrotun

    SMP N 3 Mranggen Demak

    E-mail: [email protected]

    Abstrak-Tujuan penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan pemahaman konsep

    kemagnetan, serta memaparkan perubahan perilaku belajar peserta didik kelas IX semester dua

    tahun ajaran 2012/2013 SMP N 3 Mranggen melalui pembelajaran dengan menggunakan metode

    mind mapping. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, jumlah siswa 33 orang terdiri 18 siswa

    perempuan dan 15 siwa laki-laki. Setiap siklus dilakukan tahapan: perencanaan, tindakan,

    observasi dan refleksi. Pada siklus I hasil penelitian indikator meningkatnya pemahaman tentang

    kemagnetan menunjukkan persentase sebesar 63,64 % (21 orang) yang belum tuntas sebesar

    36,36 % (12 orang) dan nilai rata-rata klasikal 73. Pada siklus II pemahaman tentang induksi

    elektromagnet yang mencapai tuntas belajar dengan persentase sebesar 93,94 % (31 orang),

    sedang yang belum tuntas 2 siswa sebesar 6,06 % (2 siswa) dan nilai rata-rata klasikal 82. Dari

    hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I sebesar 71,40 % dan pada siklus II sebesar 87,88

    %.

    Kata kunci: Peningkatan kemampuan pemahaman, peta konsep (concept maps), konsep kemagnetan

    Abstract- The research purpose is How to improve understanding of the concept of magnetism, and highlights the changes in the behavior of learners IX class the second semester of 2012/2013

    academic SMP N 3 Mranggen through learning by using concept maps. The research was

    conducted in two cycles, the number of students 33 people comprised 18 female students and 15

    male Siwa. Each cycle is done stages: planning, action, observation and reflection. In the first

    cycle research increased understanding the concept of magnetism indicators show the percentage

    of 63.64% (21 people) who have not completed amounted to 36.36% (12 people) and the average

    value of classical 73. In the second cycle of understanding the concept of electromagnetic

    induction reaching thoroughly studied with a percentage of 93.94% (31 people), while the

    unfinished two students of 6.06% (2 students) and the average value of classical 82. From the

    observation of student activity in the first cycle of 71.40 % and the second cycle of 87.88%

    Keywords: Increased capacity, concept maps (concept maps), the concept of magnetism.

    1. Pendahuluan Pada saat ini semua jenjang pendidikan baik tingkat dasar maupun menengah belum siap menghadapi

    tantangan era globalisasi yang berada di tengah-tengah masyarakat. Di era globalisasi selain

    membutuhkan kecerdasan inteletual diperlukan keterampilan berpikir dan daya kreativitas yang tinggi.

    Keterampilan berpikir di tingkat dasar dan menengah belum ditangani secara sistematis dan

    dilaksanakan setengah–setengah, apalagi disertai kurikulum yang selalu berubah-ubah. Kemampuan

    berpikir ditingkat pendidikan dasar dan menengah masih sangat rendah, dibuktikan siswa diberi

    pertanyaan dan kesempatan bertanya tidak merespon hanya diam, karena strategi pembelajaran yang

    dilaksanakan oleh para guru belum mengarah pada keterampilan berpikir, siswa masih diperlakukan

    sebagai pendengar dan menerima keterangan guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

    kurang bermakna hanya terfokus pada penyelesaian materi dan kurang memberikan kesempatan pada

  • 57 Pembelajaran Melalui Teknik Mind ....

    siswa untuk belajar sendiri dalam memecahkan masalah dengan cara mereka sendiri, guru

    menyampaikan materi dengan ceramah

    Pendidikan telah memperkenalkan pembelajaran dengan metode CTL, pembelajaran yang aktif,

    inovatif, kreatif, efektik dan menyenangkan (PAIKEM). Namun pada kenyataannya guru dalam

    mengajar di kelas masih menggunakan metode ceramah, belum menerapkan secara maksimal.

    Kurangnya pemahaman guru tentang metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

    berpikir tingkat tinggi. Untuk itu diperlukan perubahan dalam pendidikan yang mengarah kepada bentuk

    pendidikan yang demokratis, memberi kesempatan pada siswa untuk melatih dan mengembangkan

    kemampuan keterampilan berpikir.

    Salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan, bermain dan bergembira yang dapat

    mengaktifkan siswa dalam belajar adalah pembelajaran dengan metode peta konsep (concept map).

    Pembelajaran dengan peta konsep adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa. Di dalam kegiatan

    mind mapping siswa dapat mengembangkan diri, berpikir yang lebih luas dalam memecahkan masalah.

    Dengan teknik mind mapping ( peta pikiran) siswa dapat menentukan kata kunci atau melihat gambar

    dapat mudah mengingat materi yang berkaitan dengan gambar atau kata kunci yang telah dibuat.

    Berdasarkan latar belakang dan permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai

    berikut: 1) Proses pembelajaran yang berlangsung masih terpusat pada guru (teacher-centre), 2) guru

    yang tidak memperhatikan prakonsepsi siswa, 3) kemampuan berpikir siswa rendah, 4) kemampuan

    memahaman konsep kemagnetan masih rendah. Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah, ada

    tiga masalah yang dapat dirumuskan:1) bagaimana pembelajaran dengan menggunakan metode peta

    konsep (concept maps) dalam meningkatkan pemahaman konsep kemagnetan dan induksi magnet

    peserta didik kelas IX semester dua tahun ajaran 2012/2013, 2) berapa besar peningkatan pemahaman

    konsep kemagnetan dengan menggunakan metode peta konsep (concept maps) peserta didik kelas IX

    semester dua tahun ajaran 2012/2013 di SMP Negeri 3 Mranggen, 3) Bagaimana perubahan perilaku

    belajar peserta didik kelas IX semester dua dengan digunakannya metode peta konsep (concept maps)

    dalam pembelajaran kemagnetan.

    Tujuan penelitian adalah Mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan metode peta konsep

    (concept maps) untuk meningkatkan pemahaman konsep kemagnetan peserta didik kelas IX semester

    dua tahun ajaran 2012/2013, menentukan besaran peningkatan pemahaman konsep kemagnetan dengan

    menggunakan metode peta konsep (concept maps) peserta didik kelas IX, memaparkan perubahan

    perilaku belajar peserta didik kelas IX semester dua tahun ajaran 2012/2013 dengan digunakan metode

    peta konsep (concept maps) pada pembelajaran kemagnetan.

    Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa dan sekolah untuk membantu guru

    dalam menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang bervariasi dalam melaksanakan proses

    pembelajaran. Terciptanya suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik

    sehingga menimbulkan minat belajar dan menghilangkan kejenuhan dalam belajar. Dapat

    menumbuhkan percaya diri dalam memutuskan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan meningkakan

    kemampuan berpikir, dapat memberikan sumbangan yang baik untuk perbaikan dalam proses

    pembelajaran yang dapat menumbuhkan keterampilan berpikir, memberikan alternatif pada sekolah

    untuk mengembangkan cara-cara belajar yang dapat mengolah informasi yang sesuai dengan

    perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan.

    Landasan Teoretis

    Peningkatan Kemampuan Pemahaman

    Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang

    ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

    keterampilan, kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada diri individu. Winkel

    mengatakan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi individu

    dengan sumber belajarnya, yang menghasilkan sejumlah perubahan. Perubahan-perubahan itu bersifat

    tetap yang meliputi perubahan pengetahuan [1]. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang

    ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

  • 58 JP2F, Volume 7 Nomor 1 April 2016

    keterampilan ,kecakapan, kemampuan pada individu. Peningkatan kemampuan pemahaman adalah

    proses untuk membuat seseorang dalam hal ini siswa menjadi lebih meningkat kecakapannya yang

    pada awalnya sudah memiliki kecakapan namun masih rendah. [2].

    Peta Konsep (concept maps)

    Peta konsep dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar Mind Map” menyatakan bahwa pembelajaran

    dengan menggunakan metode peta konsep (concept maps) ini akan membantu peserta didik dalam: (1)

    mudah mengingat sesuatu; (2) mengingat fakta, angka, dan rumus dengan mudah; (3) meningkatkan

    motivasi dan konsentrasi; (4) mengingat dan menghafal menjadi lebih cepat [3]. Peta konsep (concept maps) sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang

    telah diterima oleh siswa dalam proses pembelajaran [4]. Peta konsep (concept maps) bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam,

    memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang peta konsep (concept maps) dapat menghubungkan

    konsep yang baru diperoleh siswa dengan konsep yang sudah didapat dalam proses pembelajaran,

    sehingga menimbulkan adanya tindakan aktif yang dilakukan oleh siswa yang menciptakan suatu hasil

    peta pikiran berupa konsep materi yang baru dan berbeda. Peta pikiran merupakan salah satu produk

    kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar. Melalui proses pembelajaran dengan metode

    peta konsep (concept maps) ini, guru membimbing siswa mempelajari konsep suatu materi pelajaran.

    Siswa mencari inti-inti pokok [5]. Peta konsep merupakan alat bantu mengurutkan topik yang logis sehingga memudahkan siswa

    untuk memahami materi secara lebih bermakna. [6]. Menurut Saragih (2005) peta konsep merupakan media pendidikan yang dapat menunjukkan konsep ilmu secara sistematis, yang dibentuk mulai dari inti

    permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu sama lain, sehingga

    dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu materi pelajaran [7].

    Konsep Kemagnetan

    Materi kemagnetan dan induksi elektromagnet yang dipelajari bertujuan untuk mengusai kompetensi

    dasar tertentu yaitu menyelidiki sifat-sifat magnet, cara membuat magnet dan menghilangkan sifat

    kemagnetan hubungannya dengan berbagai bentuk magnet, medan magnet, hukum Faraday pada

    induksi elektromagnetik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator bahwa siswa

    menguasai kompetensi dasar tersebut yaitu: 1) menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat

    magnet; 2) mendiskripsikan pemanfaatan kemagnetan dalam produk teknologi; 3) menerapkan konsep

    induksi elektromagnetik untuk menjelaskan prinsip kerja beberapa alat yang memanfaatkan prinsip

    induksi elektromagnetik.

    kemagnetan dapat dibuat peta pikiran dengan ide pokok yang dikembangkan adalah magnet,

    medan magnet dan gaya Lorentz. Induksi elektromagnet yang meliputi hukum Faraday, penerapan

    induksi elektromagnet dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci yang telah ditentukan dikembangkan

    menjadi cabang-cabang dan ranting dalam bentuk peta konsep (concept maps) yang saling berhubungan.

    Kerangka Berpikir

    Pembelajaran IPA bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja secara kelompok untuk

    memecahkan masalah, merefleksikan penguasaan konsep merupakan unsur penting. Dengan

    mengembangkan model pembelajaran melalui peta konsep (concept maps) diharapkan dapat

    meningkatkan kemandirian dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan pemahaman konsep dan

    meningkatkan keterampilan berpikir, interaktif, bermakna dan menyenangkan. Pembelajaran interaktif

    karena siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan dengan caranya

    sendiri

    Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kerangka berpikir yang telah ditetapkan, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan

    sebagai berikut: 1) Penggunaan strategi pembelajaran melalui peta konsep dapat meningkatkan

  • 59 Pembelajaran Melalui Teknik Mind ....

    pemahaman konsep kemagnetan peserta didik kelas IX semester genap SMP Negeri 3 Mranggen, 2)

    Penggunaan teknik pembelajaran dengan peta konsep pada pembelajaran kemagnetan dapat

    menyebabkan terjadinya perubahan perilaku belajar peserta didik kelas IX semester genap.

    2. Metode Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Mranggen dengan

    objek penelitian siswa kelas IX pada tahun 2012/2013. Subyek penelitian kelas IX.8 yang jumlah

    siswanya 33 orang.

    Pembelajaran siswa diharapkan belajar dengan memberikan pengalaman langsung, siswa

    diberikan interaksi secara langsung dengan materi pokok. Jadi pada tahap ini para siswa sudah mampu

    menyelesaikan masalah dengan mengembangkan melalui peta konsep (concept maps).

    Penelitian tindakan kelas dilakukan dua siklus, siklus I dan siklus II. Pada setiap siklus

    dilaksanakan melalui tahapan: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi.Teknik

    pengambilan data dalam penelitian menggunakan alat pengumpul data tes dan non tes. Jenis tes yang

    digunakan tes tertulis dalam bentuk peta konsep dan non tes yang digunakan pedoman observasi, catatan

    lapangan, pedoman wawancara dan angket perilaku siswa, jurnal dan dokumentasi. Teknik menganalisis

    data diperoleh berupa analisis data kualitatif yang diperoleh pada saat pengamatan atau observasi

    menggunakan statistik deskriptif, Data kuantitatif diperoleh melalui hasil belajar pada tes awal, siklus I

    dan siklus II untuk mengukur sejauh mana pemahaman konsep siswa tentang kemagnetan dan induksi

    elektromagnet dengan peta konsep.

    Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, maka dalam menghitung persentase skor hasil

    observasi digunakan cara sebagai berikut: Persentasi hasil observasi perilaku siswa selanjutnya

    dianalisis sesuai dengan pedoman kreteria yang dikemukakan oleh Riduwan [8] sesuai persamaan (1)

    𝑞 =𝑟

    𝑠𝑥𝑡 x 100% (1)

    Peningkatan pemahaman konsep kemagnetan dengan metode peta konsep dapat diketahui dengan

    melihat faktor gain yang dinormalisasi N-gain dapat dihitung dengan persamaan (2) sebagai berikut [2]:

    = (𝑆 𝑝𝑜𝑠𝑡 ) −(𝑆 𝑝𝑟𝑒)

    100 %−(𝑆 𝑝𝑟𝑒) (2)

    Kriteria penilaian peta konsep menggunakan model penskoran yang dikemukakan oleh Dahar (2005)

    [10]. Model penskoran didasarkan pada: ketepatan proposisi (skor 1), ketepatan hierarki (skor 5),

    ketapatan kaitan silang (skor 1) dan ketepatan penggunaan contoh (skor1).

    3. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis tes awal pemahaman konsep kemagnetan pada materi kemagnetan dan induksi

    eletromagnetik sebelum pembelajaran dilakukan, kemampuan rata-rata pemahaman konsep pada awal

    sebelum proses pembelajaran dilaksanakan masih di bawah KKM. Dari jumlah 33 siswa hanya ada 4

    siswa yang nilainya mencapai KKM dengan persen 12,10 %, 29 siswa belum mencapai KKM dengan

    persentase 87,90 %. Nilai tertinggi 73, nilai terendah 36, dan nilai rata-rata 54.

    Hasil penelitian pada siklus I tentang pemahaman konsep materi yang mencapai tuntas

    kemagnetan yang mencapai tuntas belajar sebanyak 21 siswa dengan persentase sebesar 63,64 %, sedang

    yang belum tuntas sebanyak 12 siswa dengan persentase sebesar 36,36 %. Nilai terendah 52 dan nilai

    tertinggi 98, dan nilai rata-rata klasikal 73. Dari analisis ini terdapat perubahan hasil belajar setelah

    proses pembelajaran pada siklus I dengan kemampuan awal sebelum pembelajaran berlangsung. Dari

    analisis data hanya ada 11 siswa yang termasuk katagori baik dan sangat baik sebesar 33,33 % dengan

    nilai antara 80 - 98, sedang 10 siswa dengan persentase 30,31 % dengan nilai antara 70 - 79 berada pada

    katagori cukup. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa pada siklus I rata-rata berada pada katagori

    cukup.

    Hasil penelitian siklus II dan analisis ketuntasan belajar tentang materi induksi elektromagnetik.

    pelaksanaan siklus II pemahaman konsep induksi magnet yang mencapai tuntas belajar sebanyak 31

    siswa dengan persentase sebesar 93,94 %, sedang yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dengan

  • 60 JP2F, Volume 7 Nomor 1 April 2016

    persentase sebesar 6,06 %. Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100, dan nilai rata-rata klasikal 82. Dari

    analisis ini terdapat peningkatan hasil belajar setelah proses pembelajaran pada siklus II dengan

    kemampuan pemahaman konsep pada siklus I. Dari tabel di atas ada 12 siswa yang termasuk katagori

    sangat baik sebesar 36,36 % dengan nilai antara 90 - 100, sedang 7 siswa dengan persentase 21,21 %

    dengan nilai antara 80 - 89 berada pada katagori baik, dan 12 siswa dengan presentase sebesar 36,36 %

    berada pada katagori cukup. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa pada siklus II rata-rata berada pada

    katagori baik.Peningkatan Pemahaman konsep materi kemagnetan dan induksi elektromagnet pada

    siklus I dan siklus II

    Gambar 1. Nilai Tes Awal, Tes Akhir siklus I, siklus II dan N-gain

    Perubahan tindakan diungkap dengan penilaian aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung

    pada siklus I. Lembaran penilaian dan hasil penilaian aktivitas siswa dilakukan dengan lima aspek yaitu:

    1) kesungguhan dan keuletan dalam bekerja, 2) kegigihan dalam menghadapi masalah, 3) kesungguhan

    dalam memecahkan masalah, 4) kerja sama dalam kelompok dan 5) kemandirian dalam menyelesaikan

    masalah,. Analisis perubahan tindakan dalam aktifitas siswa pada siklus I

    Berdasaran analisis data dapat dinyatakan bahwa Aktifitas siswa selama pembelajaran dengan

    peta konsep pada siklus I indikator kesungguhan dan keuletan dalam bekerja dengan persentase sebesar

    63,64 %, kegigihan dalam menghadapi masalah 65,45 %, kesungguhan dalam memecahkan masalah

    72,73%, bekerja sama dalam kelompok 83,64 %, dan kemandirian dalam memecahkan masalah sebesar

    71,52 % masih sangat kurang karena di bawah kriteria 85 %.

    Hasil pengamatan dalam penelitian tindakan ini dibuat dalam bentuk catatan lapangan. Catatan

    lapangan pada penelitian ini berisi kegiatan dan kondisi siswa serta temuan-temuan kejadian selama

    penelitian siklus I berlangsung. Hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung,

    diperoleh catatan lapangan. Dari analisis dinyatakan bahwa pada siklus I ditemukan ada kendala yang

    dihadapi beberapa siswa ketika membuat peta konsep, diantaranya siswa tidak membaca buku materi

    yang diberikan guru dengan seksama, akibatnya siswa kesulitan menemukan kata-kata penting dari

    suatu konsep untuk dijadikan proposisi peta konsep. Siswa belum memahami bagaimana membuat peta

    konsep yang benar, sehingga pada saat diskusi dalam kelompok, beberapa siswa bertanya kepada guru

    cara penyusunan peta konsep, karena siswa belum terbiasa membuat peta konsep mengenai materi.

    Aktivitas siswa selama pembelajaran dengan peta konsep siklus II secara keseluruhan mengalami

    peningkatan pada setiap indikator. Pada indikator keuletan dalam bekerja dengan persentase sebesar

    85,45 %, kegigihan dalam menghadapi kesulitan 84,85 %, kesungguhan memecahkan masalah 89,70

    %, kerja sama dalam kelompok 96,36 %, dan kemandirian dalam memecahkan masalah 80,03 %, rata-

    rata mencapai 87,88 % sudah malampaui kriteria yang dicapai 85 %. Siswa merasa senang, makin aktif

    dan percaya diri merasa lebih mudah.

    Pembelajaran dengan metode peta konsep membantu siswa belajar aktif, memudahkan

    penerimaan informasi baru melalui pembelajaran yang sistematis, dan menghubungkan informasi yang

    diperoleh dengan informasi yang telah dimiliki pada struktur kognitif siswa. Berdasarkan peta konsep

    yang dibuat siswa, guru dapat melihat keterkaitan informasi baru dengan informasi yang sebelumnya

    dimiliki siswa, sehingga peta konsep menjadi berguna. Pembelajaran dengan peta konsep juga dapat

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    Tes Awal Tes Akhir % N-Gain

    Axi

    s Ti

    tle

    Siklus I

    Siklus IISko

    rd

    alam

    %

  • 61 Pembelajaran Melalui Teknik Mind ....

    melatih siswa untuk berpikir kritis, yaitu ketika berdiskusi dan menyusun peta gagasan siswa kreatif

    dalam mengembangkan gagasan atau ide dalam bentuk peta gagasan. Hasil Penelitian ini didukung oleh

    penelitian yang dilakukan oleh Mia (2008) [11] yang menyatakan pembelajaran dengan peta konsep

    dapat membantu para peserta didik melihat dan memahami keterkaitan antara konsep yang telah

    dikuasainya, memahami hubungan logika antara konsep satu dengan yang lainnya sehingga peta konsep

    sangat efektif dalam membantu peserta didik belajar bermakna atau pemahaman, keterampilan dan nilai

    sikap.

    Peta konsep sebagai suatu strategi pembelajaran aktif dapat menghubungkan informasi yang telah

    dimiliki dengan pengetahuan atau informasi baru. Dalam proses ini, siswa dapat belajar melakukan,

    belajar untuk mengembangkan kemampuan sosial atau kerja sama dan mengembangkan keterampilan

    memecahkan masalah. Pemetaan konsep dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena pembuatan

    pemetaan konsep merupakan aktivitas yang kreatif dan mempunyai nilai sosial yang tinggi jika

    dilakukan secara kelompok di dalam kelas. Hal ini dapat membentuk siswa untuk mandiri dan percaya

    diri, melatih siswa bekerja sama dalam kelompok.

    4. Simpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan masalah tentang peningkatan pemahaman konsep

    kemagnetan melalui teknik peta konsep yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Mranggen dapat

    disimpulkan sebagai berikut. Pembelajaran peta konsep untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa

    dimana proses pembelajarannya, siswa dikelompokkan secara kelompok masing-masing kelompok

    berjumlah empat siswa agar dapat berpasangan. Sebelum guru menerapkan peta konsep dalam

    pembelajaran guru memberikan contoh peta konsep dan siswa dilatih membuat peta konsep Ketika

    siswa membuat proposisi, siswa diharuskan membaca buku sumber atau handout untuk menemukan

    kata-kata penting (kata utama) untuk dijadikan proposisi, kemudian siswa mengembangkan menjadi

    peta-peta dengan garis hubung menjadi satu peta konsep. Penggunaan model pembelajaran

    menggunakan peta konsep pada pembelajaran fisika konsep kemagnetan dapat meningkatkan

    pemahaman konsep peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Mranggen. Hal ini dapat dinyatakan dengan

    meningkatnya hasil belajar yang dicapai peserta didik dari siklus I dengan nilai rata-rata 73 menjadi 82

    pada siklus II, dan meningkatnya rata-rata N-gain antara siklus I 41 % dan siklus II meningkat menjadi

    61,82 % terjadi peningkatan sebesar 0,2082 (20,82 %). Karakteristik model pembelajaran dengan

    menggunakan peta konsep dapat mengubah perilaku peserta didik dalam memahami konsep kemagnetan

    dalam mengembangkan keterampilan berpikir, bekerja sama dalam kelompok, menyelesikan masalah,

    mengkomunikasikan pada orang lain dan membentuk perilaku mandiri, percaya diri yang dapat

    menumbuhkan keterampilan berpikir. Melalui pembelajaran dengan peta konsep peserta didik yang

    sebelumnya hanya sebagai pendengar, menerima informasi dari guru berubah menjadi aktif untuk

    berkreasi, menentukan ide-ide baru belajar dengan cara menemukan dan mencari tahu sendiri.

    Model Pembelajaran dengan peta konsep sebagai salah satu teknik model pembelajaran untuk

    memberi kesempatan pada peserta didik dalam meningkatkan pemahaman konsep dengan

    mengembangkan keterampilan pikir dalam memecahkan masalah.

    Ada beberapa saran yang berkenaan dengan pelaksanaan model pembelajaran dengan peta konsep

    sebagai berikut. Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru hendaknya membuat beberapa proposisi

    utama terlebih dahulu untuk diberikan kepada siswa ketika proses pembelajaran agar memudahkan

    siswa ketika menyusun peta konsep. Konsep yang diberikan guru menerapkan peta konsep dalam

    pembelajaran hendaknya memberikan penjelasan mengenai cara pembuatan peta konsep.

    Ucapan Terima Kasih

    Peneliti menyampaikan terimakasih kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Mranggen, Demak dan guru-

    guru IPA SMP Negeri 3 Mranggen, Demak yang telah mendukung penelitian ini.

  • 62 JP2F, Volume 7 Nomor 1 April 2016

    Daftar Pustaka

    [1] Winkel W S 2004 Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi) [2] Sudjana N 1987 Dasar- DasarbProses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru

    Algensindo)

    [3] Buzan T 2004 Buku Pintar Mind Map (Jakarta: PT Gramedia) [4] Jansen E K dan Makowitz 2002 Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan

    Super (Bandung: Kaifa)

    [5] Hudojo H et al 2002 Peta Konsep (Jakarta: Makalah disajikan dalam Forum Diskusi Pusat Pebukuan Depdiknas)

    [6] Zulfiani T Feronika K dan Sudrati 2009 Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta: UIN Press) [7] Saragih S 2007 Upaya Memperbaiki Miskonsepsi Pembelajaran Analisis Real melalui

    Pengajaran Remedial dengan Bantuan Peta Konsep dan Tutor Sebaya Jurnal

    Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Khusus I Tahun ke-23

    [8] Riduwam 2007 Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian (Bandung: Alfbeta) [9] Hake R R 1999 Analyzing Change/Gain Scores (Hatteras: Woodland Hills, CA USA) [10] Dahar R W 1996 Teori Belajar (Jakarta: Penerbit Erlangga) [11] Mia A 2008 Meningkatkan Hasil Belajar Sisiwa Pada Konsep Invertebrata Dengan

    Menggunakan Teknik Peta Konsep Jurnal pendidikan dan Kebuyaan 87(40)