pembelajaran pendidikan agama islam pada anak …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1434/1/cd...
TRANSCRIPT
i
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA RINGAN
DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SEPTINE DWI NINGSIH MARYANI
NIM: 111-12-060
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.” (Qs. An-Nisa’ 4: 9).
PERSEMBAHAN :
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya.
2. Ibuku tercinta, Ibu Tri Maryani yang tak henti-hentinya melantunkan do’a
untuk anak-anaknya, yang selalu membimbing dan mendukung setiap
langkah putra-putrinya, dan yang selalu mengusahakan yang terbaik untuk
anak-anaknya.
3. Mbah Kung, Bapak Amat Karyo Musri terima kasih untuk semua kasih
sayang, nasehat, do’a dan dukungan yang telah diberikan.
vii
4. Kakak adikku, Mas Novandhi Bagus Wicaksono dan Nikmattul Fitri yang
selalu menjadi teman bertengkar, namun itu menjadi sesuatu yang sangat
dirindukan.
5. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan semangat
dalam mencapai kesuksesan.
6. Seluruh siswa-siswi SLB Negeri Salatiga, jangan pernah menyerah dalam
menjalani kehidupan meskipun dengan berbagai keterbatasan.
7. Untuk Nur Aini, Bai’atun Nisak, yang tak pernah lelah melukiskan cerita-
cerita indah untuk mewarnai hidupku, yang selalu ada dalam menemaniku
menggapai mimpi.
8. Untuk Ika, Tilam, kawan-kawan yang menjadi teman suka duka di
kampus, yang sama-sama berjuang meraih kesuksesan. Seluruh teman-
teman PAI B 2012 seperjuangan, terimakasih atas canda tawa yang luar
biasa.
9. Seluruh teman PPL Diponegoro Salatiga dan KKN 2016 yang
mengajarkanku arti kesabaran, kesungguhan, dan kebersamaan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
banyak memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
seluruh umat Islam Nabi Muhammad SAW yang selalu dinantikan syafa’atnya di
hari akhir kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri
Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016.”
Alhamdulillah proses perjuangan dalam penyusunan skripsi ini telah
penulis lalui dengan baik. Tidak ada ungkapan lain yang dapat penulis utarakan
selain ucapan syukur yang tiada tara kepada Allah SWT karena hanya atas ridho
dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga.
ix
4. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd., selaku Dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, dan motivasi yang diberikan.
5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag., selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Eko Puji, S.Ag. selaku guru PAI, Bapak Wawan P, S.PdSD selaku
Waka Kurikulum, seluruh staf dan karyawan serta seluruh peserta didik
SLB Negeri Salatiga.
8. Keluargaku yang selalu mencurahkan dukungan dan do’a yang tiada henti
bagi keberhasilan penulis.
9. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi dalam
penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a, semoga amal dan kebaikan seluruh
pihak dapat diterima oleh Allah sebagai amal ibadah dan mendapatkan balasan
sebaik-baiknya. Tidak ada sesuatu yang sempurna didunia ini melainkan Dia
Yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada
semua pihak untuk memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
Penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Salatiga,10 Agustus 2016
Penulis
Septine Dwi Ningsih Maryani
111-12-060
x
ABSTRAK
Maryani, Septine Dwi Ningsih. 2016. 111-12-060. Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di
SMPLB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.
Kata Kunci: Pembelajaran, PAI, dan Tunagrahita Ringan
Pendidikan agama menjadi sangat penting karena membantu peserta didik
dalam meningkatkan kemampuan intelektual maupun psikologisnya,
mengembangkan bakat dan potensi, membentuk manusia yang beriman dan
bertakwa, dan untuk mencapai tujuan hidupnya. Untuk itu semua orang berhak
mendapatkan layanan pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : sistem pembelajaran PAI pada
kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana sistem pembelajaran PAI yang diterapkan pada
kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga. Serta bagaimana solusi
yang diberikan sekolah dalam menghadapai hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif analitik. Untuk mendapatkan data teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi , wawancara.
Sedangkan teknik analisis menggunakan model analisis data kualitatif deskriptif.
Berdasarkan temuan penelitian dapat dipahami bahwa dalam
menyampaikan pembelajaran PAI menggunakan beberapa metode yang
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, metode-metode tersebut
diharapkan dapat membantu memudahkan peserta didik yang memiliki
keterbatasan dapat menerima materi pelajaran dengan baik. Materi pembelajaran
PAI juga disesuaikan dengan kemampuan peserta didik dan dalam penyampaian
materi dilakukan dengan berulang-ulang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pelaksanaan pembelajaran PAI yang menggunakan berbagai metode dan bantuan
berbagai media, dalam menghadapi hambatan pada pelaksanaan pembelajaran
dengan mengulang-ulang materi yang disampaikan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO................................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
ABSTRAK........................................................................................................ x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 7
E. Definisi Operasional............................................................................. 8
F. Metode Penelitian................................................................................. 9
G. Sistematika Penulisan.......................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................... 17
A. Pendidikan Agama Islam..................................................................... 17
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................................. 17
2. Landasan dan Tujuan Pendidikan Agama Islam............................ 20
xii
B. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak
Tunagrahita.......................................................................................... 29
1. Pengertian Belajar.......................................................................... 29
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam........................................ 33
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...................... 44
A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga.............................................. 44
1. Sejarah Berdirinya SLB Negeri Salatiga....................................... 44
2. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi Pembelajaran SLB Negeri
Salatiga.......................................................................................... 45
3. Data Guru, Siswa, serta Sarana dan Prasarana SLB Negeri
Salatiga......................................................................................... 47
4. Dukungan Masyarakat Untuk SLB Negeri Salatiga..................... 48
5. Peran SLB Negeri Salatiga Dalam Memunculkan Kesadaran
Orang Tua Akan Pentingnya Pendidikan Bagi
Anak Tunagrahita.......................................................................... 49
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita
Ringan di SMPLB Negeri Salatiga..................................................... 51
1. Kurikulum yang Digunakan.......................................................... 51
2. Materi yang Diajarkan................................................................... 51
3. Metode yang Digunakan Pada Pembelajaran Agama Islam.......... 53
4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
Pembelajaran PAI Tunagrahita Ringan di SMPLB
Negeri Salatiga.............................................................................. 58
xiii
C. Solusi Menghadapi Hambatan Pembelajaran PAI Pada Anak
Tunagrahita Ringan di SMPLB
Negeri Salatiga..................................................................................... 59
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 61
A. Implementasi Pembelajaran PAI Pada Kelas Tunagrahita
Ringan di SMPLB Negeri Salatiga...................................................... 61
1. Kurikulum dalam Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga.. 61
2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga........... 62
3. Metode Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga................... 63
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran PAI Pada
Anak Tunagrahita Ringan di SMPLB
Negeri Salatiga....................................................................................... 66
1. Faktor Pendukung Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga.. 67
2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB
Negeri Salatiga................................................................................. 68
C. Solusi Menghadapi Hambatan Pemebelajaran PAI Tunagrahita
Ringan di SMPLB Negeri Salatiga........................................................ 68
BAB V PENUTUP............................................................................................ 70
A. Kesimpulan............................................................................................ 70
B. Saran...................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilaksanakan guna
membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan intelektual
maupun psikologisnya serta dapat mengembangkan bakat atau potensi –
potensi yang mereka miliki, sehingga dapat berbaur atau menyesuaikan
diri dilingkungannya serta dapat mencapai tujuan hidupnya. Setiap
individu tentunya berhak untuk mendapatkan suatu layanan pendidikan
yang dapat membantu diri individu dalam menjalani proses kehidupan.
Tidak terkecuali pada anak Tunagrahita, meskipun memiliki kemampuan
intelektual yang rendah atau di bawah rata-rata namun mereka juga berhak
untuk mendapatkan layanan pendidikan.
Pada Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 5 menyatakan, bahwa setiap warga mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan. Kemudian pada pasal 8 Ayat 1 dari
Undang-Undang yang sama menyebutkan, bahwa warga negara yang
memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan
luar biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan kelainan peserta
didik berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan
(Apriyanto, 2012:12).
2
Dengan berlandaskan UU inilah anak Tunagrahita yang termasuk dalam
individu yang memiliki keterbatasan intelektual berhak mendapatkan
layanan atau kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi lain yang masih dimiliki secara maksimal.
Pelayanan pendidikan pada setiap anak yang memiliki kebutuhan
khusus tentu akan berbeda-beda, tergantung kekurangan apa yang dialami
oleh masing-masing anak dan seberapa parahkah kekurangan tersebut
sehingga pelayanannya pun dapat sampai kepada ABK dengan tepat
(Smart, 2012:102).
Sekolah Luar Biasa tidak hanya untuk penyandang cacat mental
saja, namun juga peruntukan bagi para peyandang cacat fisik atau ABK,
yang didalamnya terdapat Tunarungu, Tunanetra, Tunalaras, Tunadaksa,
Anak Berbakat, Anak Lamban Belajar, serta Tunagrahita dimana anak
Tunagrahita masuk dalam kelas SLB-C.
Undang-Undang Pendidikan No 19 Tahun 1954 Pasal 6 Ayat 2
menyebutkan bahwa Pendidikan dan Pengajaran Luar Biasa diberikan
dengan khas untuk mereka yang membutuhkan, Ayat 3 menyebutkan
bahwa pendidikan dan pengajaran luar biasa yang di maksudkan di atas di
wujudkan dalam bentuk sekolah khusus. Adapun maksud khas dari
pernyataan di atas adalah bahwa pendidikan dan pengajaran diberikan
secara berbeda dengan sekolah pada umumnya. Sekolah yang memberikan
pengajaran dan pendidikan luar biasa yang disediakan pemerintah, sering
dikenal dengan nama Sekolah Luar Biasa (SLB) (Apriyanto, 2012:18).
3
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan sekolah yang dirancang
khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan.
Dalam satu unit SLB biasanya terdapat berbagai jenjang pendidikan mulai
dari SD, SMP, hingga lanjutan. SMPLB atau Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa sendiri merupakan salah satu unit jenjang pendidikan dari SLB
yang bertujuan melaksanakan pendidikan sehingga dapat mencerdaskan
anak-anak berkebutuhan khusus pada tingkat lanjutan.
Dalam pelaksanaan pendidikan tentunya diperlukan kerjasama
antara pihak sekolah, orang tua, masyarakat, serta pemerintah, sehingga
diharapkan dapat terwujudnya sistem pendidikan yang sesuai dengan
siswa dan hasil yang sesuai dengan harapan orang tua.
Anak Tunagrahita selain membutuhkan keterampilan dan ilmu
pengetahuan umum seperti ilmu alam, membaca, berhitung, dan lainnya,
juga membutuhkan Pendidikan Agama karena bertujuan untuk membentuk
pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia yang
berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan
yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta
(Daulay dan Pasa, 2012:3).
4
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui." (Qs. Al-Baqarah 2:30).
Dalam Qs. Al-Baqarah 2:30 disebutkan bahwa manusia
mempunyai tugas sebagai khalifah Allah di bumi ini, untuk itu manusia
memikul amanah untuk menjaga, merawat, memelihara, dan melestarikan
alam ini. Tidak terkecuali bagi anak Tunagrahita, mereka juga memiliki
fungsi sebagai khalifah dibumi ini, mereka juga memiliki tugas yang sama
seperti manusia normal lainnya meskipun kapasitasnya tidak sama
besarnya.
Agama Islam sendiri mengajarkan kepada manusia untuk tidak
membeda-bedakan terhadap sesama termasuk kepada anak Tunagrahita
yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dengan
memberikan pendidikan agama kepada mereka diharapkan anak-anak
Tunagrahita memiliki bekal spiritual untuk dapat menjalani kehidupan
didunia serta dapat menerima keadaan atau kondisi mereka. Melalui
pendidikan agama anak-anak Tunagrahita juga belajar untuk mengenal
siapa Tuhan mereka dan belajar untuk menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhannya serta belajar untuk memiliki sikap budi pekerti
yang luhur terhadap sesama makhluk ciptaan-Nya.
5
Setiap peserta didik tentu memiliki karakteristik dan latar belakang
yang berbeda-beda, namun sebagai seorang pendidik harus dapat mengerti
dan memahami perbedaan dari setiap siswanya. Karenanya, pendidik tidak
boleh membeda-bedakan siswanya, seperti halnya siswa yang normal
dengan siswa berkebutuhan khusus harus diperlakukan sama karena
mereka sama-sama memiliki hak untuk memperoleh pendidikan.
Pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus tidak boleh dipandang
sebelah mata, mereka memerlukan ilmu pengetahuan dan keterampilan
agar dapat menjalani berbagai tantangan kehidupan.
Sebagai anak berkebutuhan khusus yang berbeda dari anak-anak
normal lainnya tentunya mereka memerlukan lembaga pendidikan khusus
untuk belajar yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB). Di SLB ini akan
memberikan layanan pendidikan khusus yang sesuai dengan ketunaan
masing-masing pesera didiknya, seperti pendidik khusus, kurikulum
khusus, alat-alat bantu khusus, serta pembinaan-pembinaan khusus
sehingga dapat membatu mereka agar dapat berinteraksi dengan
lingkungannya, memiliki sikap yang luhur serta membantu mereka untuk
mencapai cita-citanya dan juga bekal untuk kehidupan di akhirat nantinya.
SLB Negeri Salatiga yang memberikan pendidikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus juga memiliki layanan-layanan khusus dalam
membantu pelaksanaan pembelajaran khususnya untuk pembelajaran PAI.
Terlihat dengan sebagian siswa khususnya anak tunagrahita yang memiliki
kesadaran untuk melaksanakan shalat saat adzan telah berkumandang,
6
serta memiliki sikap dan perilaku yang sopan terhadap orang lain.
Tentunya hal ini menjadi menarik mengingat anak tunagrahita memiliki
keterbatasan intelektual sehingga bagaimana peranan sekolah khususnya
dalam memberikan pendidikan agama untuk membina anak-anak
tunagrahita ini menjadi anak yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhannya serta memiliki sikap dan budi pekerti yang baik.
Berdasarkan latar belakang inilah, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di SMPLB
Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran PAI yang diterapkan pada kelas Tunagrahita
Ringan di SMPLB Negeri Salatiga?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
pembelajaran PAI pada kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri
Salatiga?
3. Bagaimana solusi yang diberikan dari SMPLB Negeri Salatiga untuk
menghadapi hambatan dalam implementasi pembelajaran PAI kelas
Tunagrahita Ringan?
7
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dalam penelitian ini,
maka perlu dirumuskan tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
1. Mengetahui pembelajaran PAI yang diterapkan pada kelas Tunagrahita
Ringan di SMPLB Negeri Salatiga.
2. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
pelaksanaan pembelajaran PAI pada kelas Tunagrahita Ringan di
SMPLB Negeri Salatiga.
3. Mengetahui solusi yang diberikan dari SMPLB Negeri Salatiga untuk
menghadapi hambatan dalam implementasi pembelajaran PAI kelas
Tunagrahita Ringan.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan akan memberikan informasi
tentang implementasi pembelajaran PAI pada siswa Tunagrahita Ringan,
sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta dapat
berpartisipasi dalam pengembangan pengetahuan di IAIN Salatiga,
khususnya pada pengembangan ilmu pengetahuan Pendidikan Agama
Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan serta memberikan
khazanah keilmuan bagi para pendidik sehingga menjadi pendidik
yang berkompeten.
8
2. Secara praktis
Dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan
guna pengembangan SLB Negeri Salatiga. Dan diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana memberikan
pendidikan bagi anak Tunagrahita yang sesuai dengan kebutuhan
mereka, dan bagi siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
lebih baik dan hasil yang dicapai siswa dapat lebih maksimal.
E. Definisi Operasional
Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa istilah yang perlu
diperjelas agar tidak terjadi kesalah pahaman pembaca sehingga dapat
memudahkan pembaca untuk memahami isi dari skripsi ini. Adapun
istilah-istilah tersebut ialah:
1. Pembelajaran PAI
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ialah pelaksanaan suatu
kegiatan atau upaya untuk membelajarkan peserta didik yang telah
disusun secara matang dan terperinci yang lebih khusus ditekankan
pada pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani agar
mampu mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan mampu
mempertahankan kehidupannya didunia dan sebagai bekal di akhirat
(Achmadi, 1987:10).
9
2. Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita ialah anak-anak dalam kelompok dibawah
normal dan atau lebih lamban daripada anak normal, baik
perkembangan sosial maupun lecerdasannya disebut anak terbelakang
mental (Apriyanto, 2012:21).
Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-
rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental. Tunagrahita
ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam
interaksi sosial. Keterbatasan inilah yang membuat para tunagrahita
sulit untuk mengikuti program pendidikan seperti anak pada umumnya.
F. Metode Penelitian
Coghlan dan Brannick (2010); Collis dan Hussey (2003); Leedy
dan Ormrod (2005), mengungkapkan bahwa metode penelitian adalah cara
yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan
penelitian atau rumusan masalah (Sarosa, 2012:36).
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana
penelitian ini akan mewawancarai wakil kepala sekolah, mengamati
guru Pendidikan Agama Islam dan siswa kelas C Tunagrahita Ringan
di SMPLB Negeri Salatiga, dengan memperhatikan proses belajar
10
mengajar terhadap anak-anak tunagrahita, sehingga akan diketahui apa
saja hambatan pada pelaksanaan pembelajaran PAI.
2. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat dan juga
pendamping guru Pendidikan Agama Islam dalam penyampaian materi
PAI terhadap anak-anak tunagrahita ringan di SMPLB Negeri Salatiga.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di SMPLB
Negeri Salatiga.
b. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian di mulai Bulan April 2016 s.d selesai.
4. Sumber Data
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio
tape, pengambilan foto atau film (Moleong, 2009:157).
Adapun sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dari
wakil kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan para siswa
serta pihak-pihak yang terkait selama proses pembelajaran PAI anak-
anak tunagrahita. Adapun sumber yang lain berasal dari buku-buku
yang berkaitan dengan tunagrahita dan Pendidikan Agama Islam.
11
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi,
2004:69). Pengamatan dilaksanakan secara langsung dimana
pewawancara dan yang diwawancarai saling berhadapan. Peneliti
menulis hasil observasi dan merekamnya menggunakan alat bantu
seperti video dan audio tape agar data yang didapatlan lebih akurat.
Leedy (1980) mengungkapkan bahwa : Obsevation has
been accompanied by the making of a record and the record is
always a part of the observation. Observation is indissolubly linked
with a record. Artinya “Observasi selalu disertai dengan
pembuatan rekaman dan rekaman sendiri merupakan bagian dari
observasi. Observasi tidak dapat dipisahkan dengan perekaman
(Yunus, 2010:375).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi
partisipan. Observasi partisipan ialah jenis observasi dimana
peneliti terlibat langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh subyek yang diamati (Sukandarrumidi,
2004:71). Selain meneliti, dalam pelaksanaannya peneliti juga
berperan serta dalam proses pembelajaran PAI Tunagrahita Ringan
kelas C SMPLB Negeri Salatiga.
12
b. Interview / Wawancara
Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang
dilakukan peneliti dengan cara menanyakan secara langsung pada
sumber informasi (Yunus, 2010:357).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan interview kepada wakil
kepala sekolah, guru PAI dan siswa guna mengetahui apa saja yang
menjadi pendukung dan penghambat pembelajaran PAI
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
ditujukan kepada subyek penelitian, dokumen dapat berupa catatan
pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat,
catatan khusus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain
sebagainya (Sukandarrumidi, 2004:100-101). Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan data-
data sekolah yang diperlukan dalam penelitian ini.
6. Analisis Data
Bogdan dan Biklen (1982) mengungkapkan bahwa analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009:248).
Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif
deskriptif, dimana data yang sudah terkumpul melalui observasi,
13
interview / wawancara serta dokumentasi akan dipilah sesuai dengan
yang diperlukan untuk kemudian diolah atau disusun sehingga dapat
dideskripsikan secara sistematis. Hal ini berkaitan dengan, penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
kualitatif yaitu pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen
(Moleong, 2009:9).
7. Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar peneliti ini mendapatkan kepercayaan dari pembaca, maka
diperlukan pemeriksaan keabsahan data menggunakan :
a. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di
lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai
(Moleong, 2009:327). Dalam pelaksanaan metode ini, peneliti ikut
berperan serta dalam proses pembelajaran PAI, yaitu dengan ikut
menjadi pengajar mata pelajaran PAI. Sehingga dengan metode ini
diharapkan dapat memperoleh data yang valid mengenai proses
pembelajaran PAI dan apa saja hambatan-hambatannya.
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2009:330). Metode triangulasi juga dapat diartikan sebagai suatu
metode untuk mengumpulkan data dengan cara menggabungkan
14
berbagai teknik pengumpulan data dengan maksud untuk
memperoleh tingkat kebenaran yang tinggi (Yunus, 2010:409).
Pemanfaatan metode triangulasi dapat dilaksanakan menggunakan
tiga macam cara :
1) Triangulasi dengan sumber, menurut Patton (1987:331) berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2009:330).
2) Triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329)
terdapat dua strategi yaitu : (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong,
2009:331).
3) Triangulasi dengan penyidik yaitu dengan jalan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan
kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat
lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam
pengumpulan data (Moleong, 2009:331).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis triangulasi dengan
metode, dimana peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data yang dapat menunjang keakuratan data, seperti observasi,
interview / wawancara dan juga dokumentasi.
15
8. Tahap-Tahap Penelitian
a. Tahap Pra lapangan
Peneliti merancang apa saja yang akan dilakukan seperti
memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menyiapkan
perlengkapan penelitian serta memperhatikan etika dalam
penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Dalam tahap ini peneliti mengkaji buku-buku yang
berkaitan dengan isi skripsi, kemudian mengumpulkan data dengan
melakukan observasi ke sekolah dan melaksanakan wawancara
kepada wakil kepala sekolah, guru PAI serta para peserta didik.
c. Tahap analisis data
1) Pengumpulan data
Dalam tahap pengumpulan data, penulis mengumpulkan
data dari yang diperoleh dari proses obervasi, wawancara dan
dokumentasi.
2) Analisis data
Pada tahap ini penulis menelaah semua data yang telah
terkumpul dari berbagai sumber yaitu kepala sekolah, guru
PAI dan peserta didik.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika disini adalah gambaran umum tentang skripsi ini.
Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut :
16
BAB I berisikan Pendahuluan yang membahas tentang Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan
Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian (Pendekatan dan Jenis
Penelitian, Kehadiran Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber
Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pemeriksaan Keabsahan
Data, Tahap-Tahap Penelitian), dan Sistematika Penulisan.
BAB II memuat Kajian Pustaka yang berisi Landasan Teori, yang
mengungkapkan tentang implementasi pembelajaran PAI pada Sekolah
Luar Biasa.
BAB III akan membahas mengenai gambaran umum lokasi dan
subyek penelitian yaitu sejarah berdirinya SMPLB Negeri Salatiga, lokasi,
visi dan misi, keadaan siswa, guru dan karyawan, struktur organisasi,
sarana dan prasarana, serta penyajian data hasil penelitian.
BAB IV berisikan analisis data yang terdiri dari : analisis deskriptif
dan pembahasan. Pembahasan tersebut meliputi : Sistem pembelajaran
PAI SMPLB (Kelas C) Negeri Salatiga, faktor yang mendukung dan
menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI di SMPLB (Kelas C) Negeri
Salatiga, serta solusi yang diberikan dari SMPLB Negeri Salatiga untuk
menghadapi hambatan dalam implementasi pembelajaran PAI kelas
Tunagrahita Ringan (Kelas C).
BAB V merupakan bab terakhir yang berisikan Penutup yang akan
memuat kesimpulan dan saran-saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Secara bahasa, pendidikan dalam Bahasa Arab berasal dari kata
“Attarbiyah” yang merupakan masdar dari Rabbaa yang memiliki arti
antara lain mengasuh, mendidik dan memelihara yang sesuai dengan
Qs. Al-Israa’ : 24
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil".” (Qs. Al-Israa’ : 24).
Selain Rabbaa ada pula kata-kata yang serumpun
dengannya yaitu Rabba yang artinya memiliki, memimpin,
memperbaiki, menambah. Kemudian ada kata Rabaa yang artinya
tumbuh dan berkembang.
Dari pengertian yang telah diuraikan maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan ialah tindakan yang sadar tujuan untuk
18
memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya
insani) menuju kesempurnaan insani (Insan Kamil).
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses kegiatan
yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama
dengan perkembangan anak (Achmadi, 1987:1-5).
Dengan makna yang sama Moh. Roqib mengungkapkan bahwa
pendidikan yang dalam bahasa disebut Tarbiyah berasal dari kata
Rabb yang seperti dinyatakan dalam Qs. Al-Fatihah (1) : 2, Allah
sebagai Tuhan seluruh alam (Rabb al-álamin) yaitu Tuhan yang
mengatur dan mendidik seluruh alam (Roqib, 2009:14).
Dalam al-Qurán istilah agama menggunakan kata al-din al-
haqq yang berarti agama yang benar. Allah Swt. berfirman dalam Qs.
At-Taubah (9) : 33
Artinya: “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa)
petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk
dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrikin tidak menyukai.” (Qs. At-Taubah (9) : 33).
Agama yang benar adalah agama yang bersumber dari Allah
Swt. yang disampaikan melalui Rasul-Rasul Allah (Makbuloh, 2013:2-
23). Al-dinu Al-haq dalam arti luas adalah sistem hidup yang diterima
dan diridhai Allah ialah sistem yang hanya diciptakan-Nya sendiri atas
19
dasar tunduk dan patuh kepada-Nya. Siapa yang menolak tunduk
kepada Allah dan mengikuti aturan / sistem agama lain dari agama
yang benar yang diciptakanNya, untuk mengatur kehidupan, akan
mengalami kerugian di akhirat nanti (Ahmad, 1985:8).
Selain pengertian tersebut, ada pula beberapa pendapat dari
para ahli diantaranya :
a. Zakiyah Daradjat
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan
ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta
menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan
hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia
maupun di akhirat kelak (Daradjat, dkk, 2011:86).
b. Achmadi
Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan
sumber daya insani agar lebih mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam (Achmadi, 1987:10).
c. Muhaimin, dkk
Didalam GBPP PAI, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
20
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2008:75-76).
2. Landasan dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Landasan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia,
harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan semua
perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.
Adapun landasan tersebut terdiri dari :
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan
melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu
terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan
masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang
berhubungan dengan amal yang disebut syari’ah.
Pendidikan karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan
untuk membentuk manusia termasuk ke dalam ruang lingkup
mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut
21
menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia,
baik pribadi maupun masyarakat (Daradjat, dkk, 2011:19-20).
Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi
prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha
pendidikan. Salah satunya ialah Qs. At-Tahrim (66) : 6
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-
Tahrim (66) : 6).
Dari ayat Qs. At-Tahrim (66) : 6 dapat kita simpulkan
pengertiannya, bahwasanya pendidikan hendaknya dimulai
sedini mungkin, yaitu dapat dimulai dari orang tua terhadap
anak-anaknya. Oleh karena itu, Daradjat (2011:20)
berpendapat bahwa pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-
ayat Al-Qur’an yang penafsirannya dapat dilakukan
berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perubahan dan
pembaharuan.
22
2) As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rasul Allah Swt. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah
kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah
dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu
berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-
Qur’an. Seperti Al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah dan
syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk
kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk
membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang
bertakwa. Untuk itu Rasul Allah menjadi guru dan pendidik
utama. Beliau sendiri mendidik pertama dengan menggunakan
rumah Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan
memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis,
ketiga denga mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang
baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka
pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam. Oleh
karena itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara
pembinaan pribadi manusia muslim (Daradjat, dkk, 2011:20-
21).
3) Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan
23
syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu
hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum
ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad
dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan
termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-
Qur’an dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti
kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh
bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan Sunnah tersebut.
Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum
Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasul
Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang
diperlukan dalam kehidupan yang senantiasa berkembang.
Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan
zaman yang semakin maju, terasa semakin urgen dan
mendesak, tidak saja dibidang materi atau isi, melainkan juga
dibidang sistem dalam artinya yang luas.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-
Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para
ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal
yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup disuatu
tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan
baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan
kebutuhan hidup (Daradjat, dkk, 2011:21-22).
24
Selain landasan diatas, terdapat pula dasar pendidikan dari
negara, landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari
atau titik tolak. Pendidikan menurut UUD 1945 yakni terdapat pada
Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran. Ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang. UU No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Kadir,
2012:97).
Pendidikan Agama juga memiliki dasar pelaksanaan
pendidikan yang berasal dari perundang-undangan yang secara
tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan
pendidikan agama disekolah secara formal. Dasar yuridis formal
tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu :
1) Dasar Ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama :
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar Struktural / Konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab
XI Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi : 1) Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu.
25
3) Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No
IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No
IV/MPR/1978. Ketetapan MPR No II/MPR/1983 diperkuat
oleh Tap MPR No II/MPR/1988 dan Tap MPR No
II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (Majid,
2005:132).
Dari dasar yuridis formal tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwasanya setiap warga negara memiliki kebebasan dalam
memeluk agama sesuai dengan keyakinannya sehingga mereka
harus mengerti ajaran agama masing-masing, oleh karena itulah
pendidikan agama sangat penting untuk diberikan kepada para
peserta didik.
b. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu
usaha atau kegiatan selesai (Daradjat, dkk, 2011:29).
Sedangkan tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan
setelah subyek didik mengalami proses pendidikan baik pada
tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun
kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu
hidup (Achmadi, 1987:82).
Adapun tujuan pendidikan nasional tertuang dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
26
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab” (Komarudin, 2009:14).
Tujuan pendidikan agama Islam sendiri menurut GBPP PAI
(1994) ialah meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(Muhaimin, dkk, 2008:78).
Adapun tujuan pendidikan meliputi :
1) Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara
lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang
meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan
pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur,
kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama.
Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar
pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam
ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-
tingkat tersebut (Daradjat, dkk, 2011:30).
27
2) Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup ini telah berakhir
pula. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola
takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan
berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan,
lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena
itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk
menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan
mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan
akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.” (Qs. Ali-Imran : 102).
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai
muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari
proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari
proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan
akhirnya. Insan Kamil yang mati dan akan menghadap
Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan
Islam (Daradjat, dkk, 2011:31).
28
3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah
anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal
(Daradjat, dkk 2011:31).
4) Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit
kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah
dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu
disebut tujuan operasional (Daradjat, dkk, 2011:32).
B. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama pada Anak Tunagrahita
1. Pengertian Belajar
Meskipun memiliki keterbatasan, anak tunagrahita juga memiliki
hak yang sama untuk belajar, belajar tidak hanya dilakukan di dalam
sekolah namun dapat dilakukan dilingkungannya serta di sepanjang
hidupnya.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
29
dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 1991:2).
Dari uraian definisi belajar diatas telah djelaskan bahwa ciri belajar
itu adanya perubahan dalam diri individu. Syah (2003) menyatakan
bahwa wujud hasil belajar dapat dilihat adanya sembilan wujud
perubahan, yaitu:
a. Kebiasaan
Orang yang berhasil belajar akan mengurangi kebiasaan-kebiasaan
yang tidak diperlukan serta akan menjadikaan seseorang
berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.
b. Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengat urat syaraf
dan otot yang bersifat motorik. Oleh sebab itu, hasil belajar dapat
dilihat tingkat keterampilan yang ada dalam diri individu.
c. Pengamatan
Pengamatan dapat diartikan proses menerima, menasirkan dan
mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra, terutama
mata dan telinga. Seseorang yang belajar akan menghasilkan
pengamatan yang obyektif dan benar.
d. Berpikir asosiatif dan daya ingat
Berpikir asosiatif maksudnya berpikir untuk menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Orang yang belajar akan
30
mudah melakukan berpikir asosiatif tersebut, serta akan memiliki
daya ingat yang lebih baik.
e. Berpikir rasional dan kritis
Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika untuk
menentukan sebab-akibat, menganalisis, menyimpulkan, bahkan
meramalkan sesuatu.
f. Sikap
Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk mereaksi
terhadap suatu hal. Hasil belajar akan ditandai muncul
kecenderungan baru dalam diri seseorang dalam menghadapi suatu
obyek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.
g. Inhibisi
Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan
individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak
perlu dan mampu memilih dan melakukan tindakan lain yang lebih
baik.
h. Apresiasi
Orang belajar akan muncul kemampuan untuk menilai dan
menghargai terhadap sesuatu objek tertentu.
i. Tingkah laku efektif
Seseorang dikatakan berhasil belajar jika orang tersebut memiliki
tingkah laku yang efektif, yaitu tingkah laku yang memiliki
manfaat (Sriyanti, dkk, 2009:20-21).
31
Meskipun kesembilan poin tersebut tidak dapat dicapai oleh anak-
anak tunagrahita secara keseluruhan, namun ada beberapa bentuk
perubahan yang dapat mereka capai setelah melalui proses belajar,
seperti perubahan pada kebiasaan, sikap dan tingkah laku, juga
keterampilan-keterampilan yang diberikan dari sekolah sebagai bekal
menjalani kehidupan dimasa yang akan datang.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut
Suryabrata (2004) secara umum dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Faktor Eksternal
1) Faktor nonsosial
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi
fisik berupa cuaca, alat, gedung, dan sejenisnya.
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa
manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah
menjadi faktor yang berasal keluarga, lingkungan sekolah dan
masyarakat (termasuk teman pergaulan anak). Misalnya,
kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan antara
anak dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran
32
dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan
sebagainya.
b. Faktor Internal
1) Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Faktor fisiologis terdiri dari:
a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Apabila badan individu dalam keadaan bugar dan sehat
maka akan mendukung hasil belajar. Sebaliknya, jika
badan individu dalam keadaan kurang bugar dan kurang
sehat akan menghambat hasil belajar.
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan
fungsi jasmani yang terkait dengan fungsi panca indra yang
ada dalam diri individu. Panca indra merupakan pintu
gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu.
c) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri
individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat
kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,
kematangan dan lain sebagainya (Sriyanti, 2009:23-25).
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Anak yang mengalami tunagrahita menunjukkan urutan tahapan
perkembangan yang teratur, tetapi terlambat yang meliputi
33
keterlambatan bicara reseptif, ekspresif dan disertai keterlambatan
visio-motor. Kemampuan penafsiran sesuatu yang didengar, serta
gangguan penggunaan mimik (Maulana, 2012:200).
Hal-hal yang perlu disiapkan oleh orang tua dengan anak tunagrahita:
a. Tumbuhkan kepercayaan diri orang tua
Anak sangat memerlukan orang tuanya dalam menghadapi
kenyataan tentang variasi psikis yang dimilikinya. Dengan adanya
kepercayaan diri dan keikhlasan menerima kondisi si anak, akan
lebih mudah bagi orang tua untuk mengarahkan mereka sesuai
dengan kemampuan dan efektifitas yang bisa dijangkau.
b. Beri lingkungan yang nyaman dan kondusif bagi anak
Anak akan mampu berkembang semaksimal mungkin jika
diberikan kepercayaan, lingkungan, dan pengasuhan yang tepat.
Target utama untuk dapat menolong diri sendiri minimal bisa
diatasi. Selanjutnya, anak dilatih sesuai tingkat maksimal
kemampuan dan intelegensi masing-masing.
c. Mencari sekolah yang tepat
Disamping untuk melatih kemampuan, sekolah juga
dimaksudkan untuk melatih sosialisasi mereka. Pilihan sekolah
harus disesuaikan dengan kemampuan si anak dan fasilitas yang
tersedia sehingga memungkinkan untuk dapat memaksimalkan
potensinya.
34
d. Mengembangkan kemampuan anak semaksimal mungkin
Sebagai orang tua jangan terlalu banyak menuntut apalagi
membandingkan mereka, cukup berikan dukungan dengan apa
yang bisa mereka kerjakan. Bisa jadi si anak tergolong ke dalam
tingkat intelegensi rendah, tetapi tetap memiliki bakat yang bisa
diandalkan semacam melukis atau membuat kerajinan tangan
(Pratiwi dan Murtiningsih, 2013:87-88).
Selaras dengan pendapat Pratiwi dan Murtiningsih (2013) bahwa
meskipun memiliki IQ dibawah rata-rata, namun bukan berarti anak
tunagrahita lantas tidak mendapatkan pendidikan, mereka juga berhak
mendapat pendidikan seperti anak normal lainnya. Hal ini sesuai dengan
UU No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 8 ayat 1
yang menyebutkan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik
dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa adalah
pendidikan yang disesuaikan dengan kelainan peserta didik berkenaan
dengan penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan (Apriyanto,
2012:12).
a. Pendidikan di rumah
Penanaman iman lebih utama dilakukan dirumah oleh orang tua
anak. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama. Utama karena
pengaruh mereka amat mendasar dalam perkembangan kepribadian
anaknya; pertama karena orang tua adalah orang pertama dan paling
banyak melakukan kontak dengan anaknya. Pendidikan agama
35
dirumah sangatlah penting, alasan yang pertama, pendidikan di tiga
tempat pendidikan lainnya (masyarakat, rumah ibadah, sekolah)
frekuensinya rendah, sedangkan alasan yang kedua ialah, inti
pendidikan agama (Islam) ialah penanaman iman. Penanaman iman itu
hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam kehidupan
sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan dirumah (Tafsir,
2008:134-135).
Pendidikan agama bagi anak tunagrahita juga menjadi tanggung
jawab orang tua, yang sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam
rangka :
1) Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling
sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan
dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup
manusia.
2) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun
rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan
kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan
agama yang dianutnya.
3) Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak
memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan
seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
4) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan
pandangan dan tujuan hidup muslim (Daradjat, dkk, 2011:38).
36
b. Pendidikan di sekolah
Sekolah merupakan tempat dimana sistem pembelajaran telah
terstruktur sesuai dengan standar pendidikan nasional dimana telah
disesuaikan dengan kebutuhan para peserta didiknya dimana
didalamnya juga terdapat visi, misi dan tujuan pembelajaran yang
sesuai.
Pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang wajib terdapat
pada kurikulum pendidikan. Karena pelajaran agama memuat tentang
nilai-nilai kemanusiaan yang berisikan bagaimana cara berhubungan
yang baik kepada sesama manusia serta makhluk Allah lainnya.
Peserta didik diajarkan bagaimana berakhlak mulia sesuai aturan
agamanya sehingga peserta didik termasuk anak tunagrahita mampu
bersosialisasi dengan baik dengan lingkungannya.
Kedua, pelajaran agama berisikan pengenalan terhadap Tuhannya,
dimana didalamnya memuat siapa Tuhannya, bagaimana para peserta
didik berkomunikasi terhadap Tuhannya melalui ibadah yang harus
dilakukan sesuai dengan ajaran agamanya.
Dengan kedua hal yang terdapat dalam pendidikan agama Islam
diharapkan peserta didik khususnya anak tunagrahita mampu
menjalani kehidupannya sesuai dengan norma-norma yang terdapat
dalam ajaran agamanya (Islam), dan dengan komunikasi yang baik
dengan ritual ibadah terhadap Tuhannya peserta didik mampu
37
mendekatkan jiwanya terhadap Tuhannya sehingga dapat tertanam
sikap-sikap positif dalam diri peserta didik.
c. Pengelolaan Pembelajaran
Peran dan fungsi PAI ialah membentuk pribadi muslim yang
beriman dan berakhlak mulia sebagai bekal peserta didik dalam
menjalani kehidupan didunia dan di akhirat, sehingga dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan berbagai persiapan (seperti
kurikulum, metode, alat, bahan, dan lainnya) yang dapat menunjang
proses pembelajaran agar dapat tersampaikan maksud dan tujuan dari
setiap materi yang disampaikan. Tidak terkecuali bagi para siswa
tunagrahita, dimana mereka juga memerlukan bekal agama dalam
menjalani kehidupannya, sehingga guru haruslah memiliki metode
maupun cara serta memiliki pemahaman berbagai prinsip dan prosedur
dalam penyampaian pembelajaran PAI sehingga dapat diterima oleh
para siswa tunagrahita dengan baik.
1) Prinsip-prinsip pembelajaran
Terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita
dari tindakan Rasulullah dalam menanamkan rasa keimanan dan
akhlak terhadap anak, yaitu:
a) Motivasi, segala ucapan Rasulullah mempunyai kekuatan yang
dapat menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan
suatu kegiatan mencapai tujuan. Kebutuhan akan pengakuan
sosial mendorong seseorang untuk melakukan berbagai upaya
38
kegiatan sosial. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang
bersumber dari dalam dan dari luar individu.
b) Fokus, ucapannya ringkas, langsung pada inti pembicaraan
tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga
mudah dipahami.
c) Pembicaraannya tdak terlalu cepat sehingga dapat memberikan
waktu kepada anak untuk menguasainya.
d) Repetisi, senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada
kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal.
e) Analogi langsung, sehingga dapat memberikan motivasi, hasrat
ingin tahu, memuji atau mencela, dan mengasah otak untuk
menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk
merenung dan tafakkur.
f) Memperhatikan keragaman anak, sehingga dapat melahirkan
pemahaman yang berbedadan tidak terbatas satu pemahaman
saja, dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar tanpa
dihinggapi perasaan jemu.
g) Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional
dan kinetik.
h) Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak (aspek
psikologis / ilmu jiwa).
39
i) Menumbuhkan kreativitas anak, dengan mengajukan
pertanyaan, kemudian mendapat jawaban dari anak yang diajak
bicara.
j) Berbaur dengan anak-anak, masyarakat, dan sebagainya, tidak
eksklusif / terpisah, seperti bermusyawarah dan sebagainya.
k) Aplikasi, Rasulullah langsung memberikan pekerjaan kepada
anak.
l) Do’a, setiap perbuatan diawali dan diakhiri dengan menyebut
Asma Allah.
m) Teladan, satu kata antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi
dengan niat yang tulus karena Allah (Majid, 2008:130-131).
2) Prosedur Pembelajaran
Dalam pelakasanaan pembelajaran PAI hendaknya guru harus
memahami bahwasanya kemampuan setiap anak dalam menerima
pelajaran pastinya berbeda, terlebih lagi bagi anak tunagrahita yang
mana anak-anak tersebut memiliki intelegensi dibawah rata-rata
normal. Untuk itu, guru sebaiknya memahami tentang pendekatan
dan metode pembelajaran yang akan diuraikan sebagai berikut:
a) Pendekatan
Pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi
berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar agama Islam.
Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan terpadu dalam
pembelajran Agama Islam yang meliputi:
40
(1) Keimanan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai
sumber kehidupan makhluk sejagat ini.
(2) Pengamalan, memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil
pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-
tugas dan masalah dalam kehidupan.
(3) Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai
dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi
masalah kehidupan.
(4) Rasional, usaha memberikan peranan pada rasio (akal)
peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai
bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan
perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam
kehidupan duniawi.
(5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta
didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran
agama dan budaya bangsa.
(6) Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (al-
Qur’an), Keimanan, Akhlak, Fiqih / Ibadah dan Tarikh),
dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan
41
sehari-hari dalam arti luas sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
(7) Keteladanan, yaitu menjadi figur guru, petugas sekolah
lainnya, maupun orang tua peserta didik, sebagai cermin
manusia berkepribadian agama (Majid, 2008:134-135).
b) Metode
Metode ialah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar
secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan.
Ada banyak metode yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran PAI, diantaranya : metode ceramah, tanya jawab,
diskusi, kisah, perumpamaan, praktek, dan sebagainya (Majid,
2008:135).
d. Metode Pendidikan Agama
Dalam pelaksanaan pembelajaran tentunya diperlukan
metode untuk menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran agama Islam.
Secara harfiah, kata metodologi berasal dari bahasa Yunani
yang terdiri dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang
berarti jalan atau cara, dan kata “logos” yang berarti ilmu
pengetahuan. Jadi, metodologi pendidikan adalah jalan yang kita lalui
untuk memberikan kepahaman atau pengertian kepada anak didik, atau
segala macam pelajaran yang diberikan.
42
Adapun yang dimaksud dengan metodologi pendidikan
agama Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang
bagaimana cara-cara yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam
upaya menyampaikan materi pendidikan agama Islam kepada
obyeknya, yaitu manusia (anak didik), berdasarkan petunjuk atau
tuntunan Al-Qur’an dan al-Sunnah (Majid, 2008:135-136).
Pengertian yang hampir sama juga diungkapkan Usman
(2002:4-5) bahwasannya metodologi pengajaran agama Islam adalah
ilmu yang membicarakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran agama
Islam kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien.
Metode yang digunakan dalam sistem pembelajaran agama
Islam haruslah disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan peserta
didik, karakteristik peserta didik, situasi dan kondisi, serta sarana dan
prasarana yang terdapat disekolah sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Untuk itu, guru hendaknya tidak hanya mampu menguasai
materi-materi pelajaran saja, namun juga harus menguasai berbagai
jenis pendekatan, metode-metode yang digunakan serta mengetahui
kesesuain metode yang digunakan terhadap materi, memahami
karakteristik siswa, serta kondisi psikologis masing-masing siswanya.
43
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga
1. Sejarah berdirinya SLB Negeri Salatiga
SLB Negeri Salatiga merupakan sekolah yang berdiri dibawah
naungan Departemen Pendidikan Nasional. Pada awalnya SLB Negeri
Salatiga adalah SDLB Negeri Mangunsari Salatiga (jenjang sekolah
dasar), pada tahun 2007 beralih status menjadi SLB Negeri Salatiga
yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan jenjang TKLB, SDLB,
SMPLB, dan SMALB, saat ini Kepala Sekolah yang menjabat ialah
Bapak Muhlisun.
SLB Negeri Salatiga berdiri pada tanggal 07 Januari 1983
dengan SK Pendirian Sekolah No 4 / 1983 dan dengan No SK Izin
Operasional 421.8/24686 yang dikeluarkan pada tanggal 25 Juni 2007,
SLB Negeri juga telah terakreditasi dengan SK Akreditasi yang
dikeluarkan pada tanggal 22 Januari 2015.
SLB Negeri Salatiga beralamatkan di Jalan Hasanudin Gang III
(Cakra), RT 03 RW 12, Banjaran, Kel. Mangunsari, Kec. Sidomukti,
Salatiga, 50721.
Adapun kelebihan dari SLB Negeri Salatiga menurut Bapak
Wawan Pamungkas selaku Waka. Kesiswaan ialah sebagai berikut:
44
a. Satu-satunya SLB Negeri di Salatiga.
b. Dapat mendidik anak berkebutuhan khusus.
c. Fasilitas yang lebih lengkap dari SLB yang lain.
d. Prestasi yang lebih menonjol dari SLB lainnya.
e. Menggali potensi peserta didik agar menjadi mandiri sebagai bekal
di masa depannya.
f. Menumbuhkan kemampuan / skill dari setiap peserta didik.
2. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi Pembelajaran SLB Negeri Salatiga
SLB Negeri Salatiga senantiasa berusaha memberikan bekal
kepada setiap peserta didiknya, baik berupa ilmu pengetahuan,
pengalaman, mengembangkan bakat yang ada pada diri individu, serta
membekali keterampilan yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan setiap peserta didiknya sehingga dapat dijadikan bekal
untuk mereka saat nanti telah selesai mengenyam bangku pendidikan
di SLB Negeri Salatiga.
Adapun visi, misi, tujuan, serta strategi pembelajaran dari SLB
Negeri Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Visi
Visi yang akan dikembangkan Sekolah Luar Biasa Negeri Salatiga
adalah “Mendidik siswa bisa mandiri, berkemampuan optimal dan
berakhlak mulia”.
b. Misi
Dalam rangka mencapai visi tersebut, SLB Negeri Salatiga akan:
45
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu pada
perundang-undangan yang berlaku.
2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku.
3) Menambah kegiatan keterampilan.
4) Mengintensifkan kegiatan agama.
c. Tujuan Sekolah
1) Menampung anak berkebutuhan khusus (Anak Luar Biasa /
Penyandang Ketunaan) di daerah Salatiga dan sekitarnya
dalam lembaga pendidikan formal.
2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa
depan mereka yang kompetitif.
3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan
berkesinambungan.
d. Strategi Pembelajaran
Dalam melaksanakan pembelajaran, SLB Negeri Salatiga
menggunakan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1) Menerapkan pembelajaran individual dan klasikal, sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
2) Menerapkan sistem guru kelas dan guru mata pelajaran yang
berlatar belakang pendidikan luar biasa dan umum.
3) Pembelajaran didukung oleh berbagai media pendidikan
seperti LCD, TV, Komputer, Video, VCD dan menggunakan
alat bantu mengajar sesuai kebutuhan.
46
3. Data Guru, Siswa, serta Sarana dan Prasarana SLB Negeri Salatiga
a. Data Guru, siswa, serta sarana dan prasarana SLB Negeri Salatiga
Guru yang mengajar di SLB Negeri Salatiga merupakan guru
lulusan S1 PLB dan yang sebagian guru SI umum (bukan lulusan dari
PLB). (wawancara, kode WP). Adapun jumlah siswa SMPLB kelas
tunagrahita ringan untuk kelas VII hingga kelas IX yang beragama
Islam ialah 11 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 2 perempuan.
Sedangkan luas bangunan dari SLB Negeri Salatiga ialah 2414 m2
dengan status kepemilikan yaitu milik sendiri, dan untuk sarana
prasana sudah lengkap untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran
seperti perpustakaan, lab komputer, ruang untuk vokasiona, kamar
mandi dan sebagainya.
b. Struktur Organisasi
Kepala Sekolah : Muhlisun, M. Pd.
Waka. Kurikulum : Sularno, S. PdSD.
Eko Puji, S. Ag.
Waka. Kesiswaan : Wawan P, S. PdSD.
Indah W
Waka. Sarpras : Juzan, S. Pd.
: Wisnu L. J, S. Si.
Waka. Kehumasan : Reni S, S. Pd.
Otto D. P
Koord. TK / SD : Siti Aisyah, S. Pd.
47
Koord. SMP : Drs. Sarjiya.
Koord. SMA : Sri Lestari, S. Pd.
Komite : M. Syatibi, S. Ag.
Penjaga Sekolah : C. Sholeh.
Petugas Kebersihan : Sutikto.
Tukang Kebun : Sri Rahayu.
4. Dukungan masyarakat untuk SLB N Salatiga
SLB Negeri Salatiga yang merupakan sekolah untuk
menangani anak-anak berkebutuhan khusus sangat didukung oleh
masyarakat sekitar, baik dari lembaga maupun perorangan.
Lembaga-lembaga yang memberikan dukungan untuk
kemajuan SLB Negeri Salatiga ini seperti kecamatan, kelurahan serta
puskesmas, terbukti dengan ketika pada wasana warsa lembaga-
lembaga tersebut sangat antusias untuk menghadiri serta menyaksikan
penampilan seni dari para siswa-siswi SLB Negeri Salatiga. Untuk
menambah wawasan peserta didik, kelurahan setempat juga pernah
mengundang siswa-siswi SLB Negeri Salatiga untuk memberikan
penyuluhan mengenai bahaya dari penggunaan narkoba, meski dengan
tingkat pemahaman yang sulit namun para siswa-siswi sangat antusias
dalam menyambut kegiatan tersebut, dan tentunya para guru selalu
mendampingi untuk memberikan penjelasan lanjutan mengingat yang
memberikan penyuluhan merupakan orang umum.
48
Dari pihak puskesmas pun juga mengadakan pemeriksaan serta
imunisasi untuk siswa-siswi SLB Negeri Salatiga yang dilaksanakan
sesuai jadwal dengan rentang waktu beberapa bulan sekali, imunisasi
ini dilaksanakan menyeluruh untuk semua siswa sesuai dengan tingkat
umurnya, seperti pada anak usia SMA diberikan pemeriksaan gigi.
Puskemas juga menyediakan buku catatan pemeriksaan bagi para
peserta didik, serta tak lupa memberikan penyuluhan untuk para siswa
seperti penyuluhan yang berkenaan dengan pergaulan bebas.
5. Peran SLB Negeri Salatiga dalam memunculkan kesadaran orang tua
akan pentingnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Dalam realita di masyarakat orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus banyak sekali yang merasa malu, bahkan ada
yang mengurung anaknya dirumah. Banyak juga orang tua yang tidak
memperdulikan pendidikan anaknya yang berkebutuhan khusus,
mereka menganggap anaknya sudah tidak dapat diharapkan, namun
pada kenyataannya ABK yang bersekolah dapat digali potensi yang
ada dalam dirinya dan dapat berprestasi seperti anak normal lainnya.
SLB Negeri Salatiga sebagai sekolah yang melayani
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus pastinya sudah menjadi
tugasnya dalam memunculkan kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikan bagi anaknya yang ABK. Adapun usaha yang telah
dilakukan SLB Negeri Salatiga dalam hal ini adalah sebagai berikut:
49
a. Menampilkan anak dengan seni musiknya dalam acara-acara
seperti halal bihalal, pameran-pameran, dan lainnya.
b. Menampilkan anak-anak yang berprestasi seperti prestasi di
pramuka pada bidang cipta baca puisi, dan terbukti dengan
terharunya semua hadirin.
c. Menjaring siswa dengan mendatangi rumah-rumah orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus, dengan informasi dari teman,
tetangga, dan lainnya.
d. Memasang MMT maupun pamflet, namun keduanya kurang
efektif.
e. Mendatangi SD maupun TK untuk menjaring siswa-siswa
berkebutuhan khusus agar pindah bersekolah di SLB karena
tentunya di SLB akan lebih digali potensi dirinya, hal ini juga
mengingat bahwa masih banyak orang tua yang tetap memaksakan
anaknya yang berkebutuhan khusus untuk tetap belajar di sekolah-
sekolah umum.
f. Mendatangi posyandu-posyandu karena di posyandu juga terdapat
data yang lengkap tentang perkembangan anak.
(wawancara, kode WP).
Seluruh usaha tersebut dimaksudkan sebagai bukti kepada
orang tua bahwa anak yang berkebutuhan khusus juga mampu untuk
berkembang,menggali potensi yang ada dalam dirinya untuk
kemudian dapat berprestasi, dan yang pasti menunjukkan kepada
50
orang tua bahwa anak yang berkebutuhan khusus juga membutuhkan
pendidikan sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupan di
kemudian hari.
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita di
SMPLB Negeri Salatiga
1. Kurikulum yang digunakan
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada anak tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga menggunakan
Kurikulum 2013 untuk kelas VII dan VIII, sedangkan untuk kelas IX
menggunakan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) sesuai
dengan peraturan pemerintah karena memang pelaksanaan kurikulum
2013 berjenjang.
2. Materi yang diajarkan
Materi-materi yang disampaikan dalam pelaksanaan
pembelajaran agama islam meliputi, keislaman, ibadah, akhlak, Al-
Qur’an, tarikh. Adapun materi PAI diantaranya sebagai berikut:
a. Kelas VII
1) Keislaman
a) Memahami dan menampilkan perilaku sebagai cermin dari
sifat-sifat Allah.
b) Mengimani akan adanya malaikat.
51
2) Ibadah
a) Memahami cara-cara bersuci.
b) Memahami tata cara sholat.
c) Memahami dan mempraktekkan sholat Jum’at.
d) Memahami dan mempraktekkan sholat jama’ dan qashar.
3) Akhlak
a) Memahami dan membiasakan perilaku terpuji.
b) Memahami dan membiasakan perilaku kerja keras, tekun,
ulet, dan teliti.
4) Al-Qur’an
a) Menerapkan hukum bacaan Al-Syamsiyah dan Al-
Qamariyah.
b) Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin serta mim
mati.
5) Tarikh
a) Meneladani perilaku Nabi SAW dan para sahabat dalam
menghadapi masyarakat Makkah.
b) Menjelaskan misi Nabi SAW untuk menyempurnakan
akhlak, membangun manusia mulia dan bermanfaat.
c) Membaca sejarah Nabi SAW sebagai rahmat bagi alam
semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan
kemajuan masyarakat.
52
b. Kelas VIII
1) Keislaman
a) Meningkatkan keimanan kepada Kitab-Kitab Allah.
b) Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah.
2) Ibadah
a) Mengenal tata cara sholat sunnah Rawatib.
b) Memahami dan menerapkan macam-macam sujud.
c) Memahami dan menerapkan tata cara puasa.
3) Akhlak
a) Memahami dan menerapkan perilaku zuhud dan tawakal.
b) Menghindari perilaku tercela.
c) Membiasakan perilaku terpuji (adab makan dan minum).
d) Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber
bahan makanan.
4) Al-Qur’an
a) Menerapkan hukum bacaan Qalqalah, Lam, Ra.
b) Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf.
5) Tarikh
a) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW.
b) Memahami sejarah dakwah Islam.
3. Metode yang digunakan pada pembelajaran agama Islam
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di
SMPLB Negeri Salatiga pada anak tunagrahita disesuaikan dengan
53
kemampuan siswa-siswanya mengingat kemampuan kecerdasan anak-
anak kelas C yang berada dibawah rata-rata, tidak banyak metode
yang dapat diterapkan saat proses pembelajaran.
Bapak Eko Puji Widodo selaku guru Pendidikan Agama Islam
kelas C menuturkan ada beberapa metode yang diterapkan didalam
kelas, seperti ceramah, tanya jawab, drill, demonstrasi, serta
pemberian tugas. (wawancara, kode EP).
Berikut jabaran dari metode-metode yang digunakan dalam
pembelajaran PAI untuk kelas C di SMPLB Negeri Salatiga :
a. Metode ceramah
Metode ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian
bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas. Peran murid disini
sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan
mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan
(Usman, 2002:34).
Penggunaan metode ceramah ini memberikan ruang yang
lebih kepada guru untuk menyampaikan materi sebanyak-
banyaknya, namun untuk anak kelas C penggunaan metode
ceramah ini tidak dapat maksimal karena memang anak kelas C
sangat sulit menerima pelajaran, bahkan menurut Bapak Eko ketika
guru selesai menjelaskan mereka juga akan seketika lupa dengan
apa yang telah disampaikan oleh guru-guru mereka, sehingga guru
54
perlu mengulang-ulang materi-materi tersebut hingga anak dapat
sedikit memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.
Metode ceramah ini akan dapat maksimal apabila didalam
penyampaian materi menggunakan tambahan media lainnya,
seperti gambar, video, suara, dan lainnya. Penggunaan media-
media akan menambah semangat siswa dalam belajar serta materi
akan lebih mudah diterima oleh siswa karena mereka dapat melihat
secara langsung materi yang sedang disampaikan oleh gurunya.
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Mustianah siswa
tunagrahita kelas VIII bahwa ia lebih jelas dan lebih mudah
menerima pelajaran dengan melihat gambar maupun video disertai
dengan penjelasan dari gurunya. (wawancara, kode MT).
Bapak Eko juga menuturkan hal yang selaras dengan Mustianah,
bahwasannya penggunaan IT / media lebih memudahkan siswa
dalam menerima pelajaran seperti gambar atau video. (wawancara,
kode EP).
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa
memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan
bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan (Usman, 2002:43).
Metode tanya jawab dapat diterapkan pada awal, tengah maupun
akhir pada proses pembelajaran. Penggunaan metode tanya jawab
55
ini akan meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan
pendapatnya di dalam forum serta dapat mengaktifkan proses
belajar mengajar, guru juga dapat mengukur sampai dimana tingkat
pemahaman siswanya.
Namun, menurut Bapak Eko selaku guru PAI penggunaan
metode tanya jawab juga belum dapat maksimal karena
keterbatasan siswa-siswanya, saat diberikan pertanyaan oleh
gurunya anak-anak tunagrahita ini memberikan jawaban yang tidak
sesuai dengan pertanyaan. (wawancara, kode EP).
c. Metode drill
Menurut data yang diperoleh, metode drill ini dilakukan
pada saat sebelum memulai pelajaran, penggunaan metode ini
dimaksudkan agar siswa dapat menghafalkan seperti bacaan-
bacaan sholat, surat-surat pendek, dan do’a sehari-hari. Karena
sistem pelaksanaannya yang diulang-ulang maka penggunaan
metode drill untuk anak kelas C sangatlah sesuai, karena memang
daya ingat anak kelas C yang rendah sehingga metode drill ini
sangat membantu mereka untuk dapat menghafalkan.
d. Metode demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu teknik mengajar yang dilakukan
oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta
atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlhatkan kepada kelas
56
tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu (Usman,
2002:45).
Metode demonstrasi akan memudahkan siswa dalam
menerima materi, karena dengan metode demonstrasi anak akan
terlibat langsung dalam memperagakan suatu kegiatan sehingga
akan memberikan pengalaman yang nyata dan akan mudah untuk
dipahami.
e. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas disebut juga dengan metode
resitasi dimana dalam metode ini siswa diberikan tugas-tugas
khusus di luar jam pelajaran (Usman, 2002:47).
Menurut Bapak Eko, penggunaan metode ini tidak berjalan dengan
baik, karena ketika diberikan tugas rumah anak-anak kelas C ini
tidak mau mengerjakan tugas-tugas tersebut, sehingga tugas-tugas
itu tetap akan dikerjakan disekolah dengan arahan dari guru.
(wawancara, kode EP).
f. Hasil pembelajaran PAI
Bapak Eko menyampaikan bahwa setelah mengikuti mata
pelajaran PAI, sebagian anak muncul kesadaran untuk
melaksanakan ibadah, setiap mendengar adzan mereka langsung
bergegas ke mushola sekolah untuk melaksanakan sholat. Anak-
anak juga mulai menghafalkan bacaan-bacaan sholat, berperilaku
57
sopan, dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya. (wawancara
kode EP).
4. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
PAI tunagrahita ringan kelas C di SMPLB Negeri Salatiga
a. Faktor pendukung
1) Siswa mau mendengarkan pelajaran meskipun mudah lupa.
2) Alat-alat peraga yang sudah lengkap, seperti alat sholat, tempat
ibadah, Al-Qur’an.
3) Sekolah menerapkan aturan untuk membiasakan siswa-
siswanya sholat dengan memberikan hukuman kepada siswa
yang tidak mengikuti sholat berjama’ah dua kali dalam
seminggu.
4) Kegiatan ekstrakurikuler untuk Qiro’atil Qur’an.
5) Guru yang selalu mengarahkan siswa-siswanya dengan sabar
dan telaten.
6) Sering diikutsertakannya guru-guru dalam program-program
pendidikan dan latihan khususnya untuk guru agama sehingga
dapat meningkatkan kompetensi guru.
b. Faktor penghambat
1) Memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata normal.
2) Jumlah guru yang kurang, antara jumlah guru dan rombongan
belajar tidak sesuai.
3) Siswa-siswa kurang fokus terhadap pelajaran.
58
4) Tidak dapat menulis dan membaca.
5) Memiliki hambatan dalam menghafal.
6) Dikelas cenderung bersifat pasif.
7) Tidak dapat menangkap pelajaran dengan baik.
8) Masih bertingkah semaunya sendiri.
9) Masuk sekolah tidak konsisten.
C. Solusi menghadapi hambatan Pembelajaran PAI Pada Anak
Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga
Menurut Bapak Wawan Pamungkas, dalam menghadapi
hambatan-hambatan yang telah diuraikan sebelumnya pihak sekolah
melakukan :
a) Mencari tambahan guru agama, baik dari swadaya sekolah maupun
pengangkatan guru dari pemerintah.
b) Penggunaan model drill atau pengulangan sehingga anak mampu
mengikuti pelajaran terutama dalam hal hafalan do’a-do’a, bacaan
sholat, serta surat-surat pendek. (wawancara, kode WP).
Adapun solusi untuk menghadapi hambatan menurut Bapak
Eko ialah dengan penggunaan metode yang sesuai dengan
kemampuan siswa, misalnya siswa kelas C yang lebih mudah belajar
dengan visual, maka guru akan memberikan pelajaran dengan
menggunakan media seperti gambar maupun video sehingga dengan
melihat gambar maupun video tersebut siswa akan dengan mudah
59
menangkap materi yang disampaikan, sedang siswa yang lebih mudah
menerima pelajaran dengan membaca maka guru akan memberikan
materi dengan teks bacaan, meskipun sangat lambat dalam membaca
namun siswa ini juga akan lebih mudah menerima materi.
(wawancara, kode EP).
60
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran PAI Pada Kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri
Salatiga
Pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang wajib terdapat
dalam kurikulum pendidikan, pendidikan agama yang diberikan dikelas
akan membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhannya,
serta menjadikan muslim yang berguna dilingkungannya. Di sekolah luar
biasa juga mengajarkan pendidikan agama sebagai bekal untuk siswa-
siswanya agar menjadi manusia yang bertakwa meskipun dengan segala
kekurangannya. Dalam memberikan materi pendidikan agama juga
disesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa sesuai
dengan kategori ketunaannya.
1. Kurikulum dalam Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga
Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran PAI di
SMPLB Negeri Salatiga sudah menggunakan kurikulum 2013. Dalam
pelaksanaannya seluruh materi PAI disesuaikan dengan kemampuan
anak kelas C karena memang kemampuan intelegensi anak tunagrahita
yang dibawah rata-rata anak pada umumnya. Sedangkan apabila
materi tidak disesuaiakan dengan kemampuan siswa maka materi-
materi tersebut tidak dapat diterima oleh peserta didik, sehingga
meskipun seluruh materi yang terdapat dalam kurikulum tetap
61
disampaikan kepada peserta didik namun dengan porsi yang lebih
sederhana sesuai dengan kemampuan peserta didik. Dan yang menjadi
tujuan utama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
anak tunagrahita ialah anak-anak tunagrahita sudah bisa sholat karena
memang sholat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan bagi
orang-orang Islam, selain sholat anak juga diharapkan dapat
melaksanakan wudhu dengan tertib serta dapat melafalkan niat
wudhu, mengingat kemampuan anak yang rendah sehingga dalam
membimbing menghafalkan bacaan-bacaan tersebut guru memerlukan
ketelatenan dan juga kesabaran agar tujuan-tujuan tersebut dapat
tercapai. Adab sehari-hari juga menjadi fokus utama dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karena meskipun anak
tunagrahita memiliki kekurangan namun diharapkan mereka memiliki
perilaku yang baik sehingga akan dapat bersosialisasi dengan
lingkungannya.
2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga
Di SMPLB Negeri Salatiga alokasi waktu pembelajaran
Pendidikan Agama Islam hanya dijadwalkan bertatap muka satu kali
pertemuan dalam satu minggu. Dalam setiap pertemuan diberikan
waktu tiga jam pelajaran, setiap satu jam berdurasi selama 35 menit,
sehingga dalam satu minggu waktu pelajaran Pendidikan Agama
Islam hanya 105 menit.
62
Dengan waktu yang sangat terbatas tersebut maka guru PAI
diharapkan memiliki manajemen waktu yang tepat sehingga materi
akan tersampaiakan seluruhnya sesuai dengan tujuan. Mengingat
waktu yang sangat terbatas tersebut hendaknya guru juga menjalin
komunikasi yang baik dengan orang tua, sehingga orang tua dirumah
dapat memantau kegiatan keagamaan anak-anaknya, seperti untuk
sholat orang tua dirumah juga memiliki peran yang besar untuk
membiasakan anak-anaknya melaksanakan sholat.
Dengan waktu yang terbatas, anak-anak kelas C juga
diharapkan dapat mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yaitu 75, dengan KKM yang cukup tinggi maka anak-anak kelas C
akan diberikan ulangan setiap akhir bulan sehingga guru dapat
memantau perkembangan siswanya, sekolah juga akan memberikan
evaluasi yang sama dengan sekolah umum lainnya yaitu dengan
Ulangan Tengah Semester dan juga Ulangan Akhir Semester, dalam
kegiatan ini orang tua juga berperan penting untuk selalu
mengingatkan anak-anaknya agar senantiasa belajar dan tidak patah
semangat agar anak-anak mereka dapat berkembang lebih baik.
3. Metode Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga
Metode dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi yang sangat
penting untuk diperhatikan. Penggunaan metode yang tepat khususnya
untuk anak tunagrahita yang memiliki kemampuan intelektual
dibawah rata-rata akan membantu mereka dalam menerima materi
63
pelajaran dengan lebih baik. Dalam pemilihan penggunaan metode
pastinya disesuaikan dengan situasi, sarana prasarana, serta kondisi
dan karakteristik siswanya. Untuk pembelajaran anak tunagrahita
tidak semua metode dapat digunakan, guru harus tepat dalam memilih
metode yang sesuai dengan materi serta dengan kondisi siswanya.
Untuk SMPLB Negeri Salatiga, guru Pendidikan Agama Islam
menerapkan metode ceramah, tanya jawab, drill, demonstrasi serta
pemberian tugas pada kelas tunagrahita ringan.
Penggunaan metode ceramah hendaknya diimbangi dengan
media pendukung seperti dengan gambar, video, suara, alat peraga dan
media lainnya yang sesuai dengan kebutuhan materi yang akan
diajarkan. Jika ceramah saja maka peserta didik yang kurang dapat
konsentrasi seperti anak tunagrahita akan cepat merasa bosan dan
keinginan belajarnya akan semakin menurun. Dalam penyampaiannya
pun guru hendaknya memperhatikan kondisi siswanya, seperti pada
anak tunagrahita maka guru harus dengan bahasa yang mudah
diterima oleh peserta didiknya.
Pada penggunaan metode tanya jawab hendaknya guru
memberikan pertanyaan yang tidak terlalu membebani siswanya, akan
lebih baik lagi jika menggunakan perumpamaan, penggunaan
perumpaan akan memudahkan siswa untuk mencerna pertanyaan yang
diberikan guru. Namun, mengingat anak tunagrahita yang
kemungkinan akan memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan
64
pertanyaan, maka hendaknya guru harus selalu sabar dan telaten untuk
memberikan pengertian dan meluruskan jawaban dari siswanya yang
belum sesuai dengan pertanyaan. Metode tanya jawab ini juga akan
membantu guru dalam mengukur sampai dimana pemahaman
siswanya terhadap materi yang diajarkan. Sedangkan penggunaan
metode drill akan memberikan pengaruh yang baik untuk anak
tunagrahita, karena dengan mengulang-ulang materi maka sedikit-
demi sedikit akan membantu siswa untuk sedikit menghafal materi
pelajarannya. Metode drill ini sangat sesuai digunakan untuk
membantu anak-anak tunagrahita dalam menghafalkan bacaan-bacaan
sholat, do’a-do’a, surat-surat pendek, dan bacaan yang berkenaan
dengan ibadah lainnya. Dalam pelaksanaannya SMPLB Negeri
Salatiga menggunakan metode drill untuk hafalan pada saat sebelum
memulai pelajaran.
Pada metode demonstrasi dimaksudkan untuk memberikan
gambaran yang nyata kepada peserta didik sehingga mereka tidak
mengalami kendala dalam membayangkan apa yang dimaksudkan
dalam materi. Metode demonstrasi dapat dilakukan oleh guru, namun
akan lebih baik lagi jika setelah guru memberikan demonstrasi maka
untuk kemudian siswa bergantian mendemonstrasikan sesuai dengan
yang dicontohkan oleh gurunya, hal ini akan memberikan pengalaman
kepada siswanya dengan memperagakan secara langsung dan akan
bertahan lebih lama dalam ingatannya. Dengan penggunaan metode
65
demonstrasi siswa juga akan lebih banyak memperhatikan gurunya
karena banyak gerakan-gerakan yang membuat siswa ingin tahu dan
tidak merasa cepat bosan.
Sedangkan untuk metode pemberian tugas hendaknya guru
lebih memperhatikan siswanya saat mengerjakan sehingga akan sesuai
dengan apa yang diharapkan. Namun, untuk pemberian tugas rumah
hendaknya guru melakukan komunikasi yang lebih kepada orang tua
agar orang tua dirumah dapat mengingkatkan anak-anaknya untuk
mengerjakan tugasnya serta membimbing anak-anaknya. Metode
pemberian tugas ini mengajarkan kepada peserta didik untuk dapat
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya.
Segala bentuk metode yang diterapkan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dikelas tunagrahita ringan SMPLB Negeri
Salatiga tersebut telah memberikan dampak yang baik untuk anak para
peserta didiknya, meskipun belum semua siswa namun kesadaran para
peserta didik untuk melaksanakan sholat jika adzan telah
berkumandang sudah mulai muncul, mereka juga memiliki kesadaran
penuh untuk melaksanakan puasa Ramadhan.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran PAI Pada Anak
Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga
Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran pastinya terdapat berbagi
pendukung dan penghambat yang menyertainya. Begitu juga pada
66
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga,
adapun faktor pendukung dan penghambat tersebut ialah:
1. Faktor Pendukung Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga
a. Siswa mau mendengarkan pelajaran meskipun mudah lupa.
b. Alat-alat peraga yang sudah lengkap, seperti alat sholat, tempat
ibadah, Al-Qur’an.
c. Sekolah menerapkan aturan untuk membiasakan siswa-siswanya
sholat dengan memberikan hukuman kepada siswa yang tidak
mengikuti sholat berjama’ah dua kali dalam seminggu.
d. Kegiatan ekstrakurikuler untuk Qiro’atil Qur’an.
e. Guru yang selalu mengarahkan siswa-siswanya dengan sabar dan
telaten.
f. Sering diikutsertakannya guru-guru dalam program-program
pendidikan dan latihan khususnya untuk guru agama sehingga
dapat meningkatkan kompetensi guru.
Dari uraian faktor-faktor pendukung tersebut maka dapat
dipahami bahwa siswa juga berperan baik dalam mendukung
pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan apa yang diajarkan
oleh guru meskipun mereka memiliki keterbatasan kecerdasan. Guru
dan sekolah juga memberikan perhatian yang lebih untuk pendidikan
anak tunagrahita dengan memberikan berbagai fasilitas, serta
meningkatkan wawasan untuk para pengajar dengan mengikutsertakan
67
dalam berbagai pelatihan. Berbagai kegiatan tersebut pastinya akan
meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar.
2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri
Salatiga
a. Memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata normal.
b. Jumlah guru yang kurang, antara jumlah guru dan rombongan
belajar tidak sesuai.
c. Siswa-siswa kurang fokus terhadap pelajaran.
d. Tidak dapat menulis dan membaca.
e. Memiliki hambatan dalam menghafal.
f. Dikelas cenderung bersifat pasif.
g. Tidak dapat menangkap pelajaran dengan baik.
h. Masih bertingkah semaunya sendiri.
i. Masuk sekolah tidak konsisten.
C. Solusi Menghadapi Hambatan Pembelajaran PAI Tunagrahita
Ringan di SMPLB Negeri Salatiga
Dalam menghadapi hambatan-hambatan yang ada, SMPLB Negeri
Salatiga telah menyiapkan solusi yang diharapkan dapat mengurai
hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran. Adapun solusinya adalah
sebagai berikut:
1. Mencari tambahan guru agama, baik dari swadaya sekolah maupun
pengangkatan guru dari pemerintah.
68
2. Penggunaan model drill atau pengulangan sehingga anak mampu
mengikuti pelajaran terutama dalam hal hafalan do’a-do’a, bacaan
sholat, serta surat-surat pendek.
3. Penggunaan metode yang sesuai dengan kemampuan siswa, misalnya
siswa kelas C yang lebih mudah belajar dengan visual, maka guru akan
memberikan pelajaran dengan menggunakan media seperti gambar
maupun video sehingga dengan melihat gambar maupun video tersebut
siswa akan dengan mudah menangkap materi yang disampaikan,
sedang siswa yang lebih mudah menerima pelajaran dengan membaca
maka guru akan memberikan materi dengan teks bacaan, meskipun
sangat lambat dalam membaca namun siswa ini juga akan lebih mudah
menerima materi.
Seluruh upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam menyelesaikan
hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran bertujuan agar
pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan siswa dapat
menerima hak-haknya dalam menempuh pendidikan.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Kelas
Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga yang telah dilaksanakan,
maka dapat diambil kesimpulan:
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Kelas Tunagrahita
Ringan di SMPLB Negeri Salatiga menggunakan berbagai metode
yang digunakan diantaranya metode ceramah, tanya jawab, drill,
demonstrasi, serta pemberian tugas. Metode-metode tersebut
disesuaikan kondisi peserta didik yang mempunyai ketunaan. Sebagian
besar penyampaian materi dengan bantuan berbagai media pendukung
seperti gambar, video, dan suara. Yang dapat mempermudah dalam
menerima pelajaran. Selain itu dengan cara mengulang-ulang materi
juga akan membantu siswa untuk mengingat apa yang telah diajarkan
oleh gurunya.
2. Faktor pendukung ialah alat-alat peraga yang telah tersedia sehingga
dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran, sekolah dan guru yang
selalu sabar dan telaten serta senantiasa menambah wawasan sehingga
dapat memberikan pelayanan yang jauh lebih baik untuk siswa-
siswanya. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran
PAI pada anak tunagrahita ringan di SMPLB Negeri Salatiga ialah
70
keterbatasan intelektual siswa dalam mengikuti pembelajaran, banyak
juga yang jarang masuk sekolah sehingga akan sangat menghambat
perkembangan dirinya, jumlah guru yang kurang memadai juga
menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
3. Solusi yang dilakukan untuk menghadapi hambatan dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam tunagrahita ringan di SMPLB
Negeri Salatiga adalah dengan segera mungkin mencari guru tambahan
sehingga untuk pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
akan lebih baik lagi. Mengulang-ulang penyampaian materi juga
membantu siswa menghadapi kesulitan dalam menerima pelajaran,
penggunan metode ini baik digunakan untuk materi-materi
menghafalkan. Penggunaan metode yang disesuaikan dengan kondisi
siswa juga menjadi suatu solusi yang baik, sehingga siswa akan
menerima pelajaran dengan hati lapang karena sesuai dengan
keinginan dan kemampuannya.
B. Saran
1. Penggunaan metode drill yang lebih intensif agar tercapainya tujuan
utama dalam pembelajaran PAI yaitu anak dapat menghafalkan
bacaan-bacaan sholat dapat tercapai.
2. Pemberian reward atau hadiah atas suatu pencapaian dikelas, seperti
mau mengerjakan tugas rumah, dapat menjawab dengan tepat
71
pertanyaan dari guru, dan lain sebagainya akan membantu siswa untuk
lebih antusias dalam mengikuti pelajaran.
3. Meningkatkan komunikasi dengan orang tua agar orang tua dapat
membantu mensukseskan pembelajaran agama disekolah dengan
memantau kegiatan keagamaan siswa dirumah.
72
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, 1987, Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo.
Ahmad, Muhammad Abdul Qadir, 1985, Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-
Islamiyah. Terj. Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Perguruan
Tinggi Agama.
Apriyanto, Nunung, Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya.
Jogjakarta: Javalitera, 2012.
Daradjat, Zakiyah, 2011, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Daulay, Haidar Putra, Nurgaya Pasa, 2012, Pendidikan Islam Dalam
Mencerdaskan Bangsa. Jakarta: Rineka Cipta.
Kadir, Abdul, 2012, Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Komarudin, M. Sukardjo Ukim, 2009, Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Majid, Abdul, 2005, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul, 2008, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Makbuloh, Deden, 2013, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Maulana, Mirza, 2012, Anak Autis ; Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental
Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat. Jogjakarta: Katahati.
Moleong, Lexy J, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin, dkk, 2008, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pratiwi, Ratih Putri, Afin Murtiningsih, 2013, Kiat Sukses Mengasuh Anak
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Roqib, Moh, 2009, Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif
Sekolah, Keluarga dan Masyarakat). Yogyakarta: PT LkiS Printing
Cemerlang.
Sarosa, Samiaji, 2012, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta Barat: PT
Indeks.
Slameto, 1991, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Smart, Aqila, Anak Cacat Bukan Kiamat : Metode Pembelajaran & Terapi untuk
Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta: Katahati, 2012.
73
Sriyanti, Lilik, Suwardi, Muna Erawati, 2009, Teori-Teori Belajar. Salatiga:
STAIN Salatiga Press.
Subini, Nini, 2013, Panduan Mendidik Anak dengan Kecerdasan di Bawah Rata-
Rata. Jogjakarta: Javalitera.
Sukandarrumidi, 2004, Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tafsir, Ahmad, 2008, Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Usman, Basyiruddin, 2002, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
Yunus, Hadi Sabari, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010.
(http://12051eag.blogspot.com/2013/05/karakteristik-slb.html?m=1).
(http://el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-
para.html?m=1).
DAFTAR TABEL
a. Data Guru SMPLB Negeri Salatiga Kelas Tunagrahita
No Nama L
/
P
TTL Jabatan Agama Ijazah
Terakhir
TMT
1. Muhlisun
L Ambarawa,
1962-06-10
Kepala
Sekolah
Islam S2 08-
08-
1995
2. Eko Puji
Widodo
L Kab.
Semarang,
1979-10-13
Waka
Kurikulum,
Guru PAI
Islam S1 01-
09-
2011
3. Fitri
Indriyani
P Sragen, 13
Juni 1985
Guru Mata
Pelajaran
Islam S1 01-
01-
2010
4. Yustina
Emma
Hartati
P Kab.
Semarang, 22
Desember
1979
Guru
Bahasa
Ingrris
Kristen S1 01-
01-
2010
5. Siti
Rahayu
P Klaten, 18 Juli
1965
Guru Kelas Islam S1 01-
08-
1987
6. Siti Aisah P Kab.
Semarang, 30
April 1962
Guru Kelas Islam S1 01-
05-
1984
7. Indiyatno L Klaten, 23
Mei 1957
Guru Kelas Islam S1 01-
11-
1988
8. Rohana
Dwi
Sunaryanti
P Yogyakarta,06
Juni 1958
Guru Kelas Katholik S1 01-
10-
1985
9. Heriani
Thamrin
P Balo-balo, 25
Mei 1979
Guru Kelas Islam S1 01-
01-
2010
10. Wawan
Pamungkas
L Purworejo, 05
Februari 1964
Waka
Kesiswaan,
Guru
Vokasional
Islam S1 01-
06-
1986
11. Sarjiya L Sukoharjo, 14
Maret 1963
Guru
Vokasional
Islam S1 20-
03-
1986
12. Kusnanto L Banyumas, 05
September
1957
Guru
Vokasional
Islam S1 01-
04-
1986
13. Sularno L Karanganyar,
15 Juni 1967
Guru
Vokasional
Islam S1 01-
04-
1991
14. Reni
Setiawati
P Semarang, 26
Maret 1980
Guru
Vokasional
Islam S1 01-
01-
2010
b. Data Siswa Tunagrahita Ringan SMPLB Negeri Salatiga
No Nama Jenis
kelamin
Tempat
tanggal
lahir
Alamat Rombel
1. Adam Wahab L Kab.
Semarang,
30-09-2002
Bulusari, RT 01/01,
Lebak, Kec.
Bringin.
7-C
2. Catur Joko
Wicaksono
L Salatiga, 16-
04-1996
Tegalrejo, RT
01/04, Tegalrejo,
Salatiga.
7-C
3. Adi Nugroho
Febriyanto
L Salatiga, 09-
02-2002
Jl. Kendalisodo No.
13, RT 05/06,
Kalicacing, Kec.
Sidomukti,
Salatiga.
8-C
4. Dedi Irawan L Magelang,
27-07-1996
Mrican, Ledok,
Salatiga.
8-C
5. M. Alpha
Teddy
L Salatiga, 22-
05-2001
Randu Kuning, RT
05/01, Gintang,
Kab. Boyolali.
8-C
6. Nadya Yuliana
Puspita
P Salatiga, 26-
07-1997
Jl. Suropati II/46,
RT 01/05,
Mangunsari, Kec.
Sidomukti,
Salatiga.
8-C
7. Tri Sukarsono L Salatiga, 17-
12-1998
Ngawen Randusari,
RT 04/06,
Mangunsari, Kec.
Sidomukti,
Salatiga.
8-C
8. Arif Widodo
Pamungkas
L Blora, 26-
05-2000
Jl. Joko Tingkir,
RT 02/07, Tingkir
Lor, Kec. Tingkir,
Salatiga.
9-C
9. Aryo Ardi
Prasetyo
L Salatiga, 27-
07-1997
Jl. Abiyasa, RT
04/07, Dukuh, Kec.
Sidomukti,
Salatiga.
9-C
10. Kania Tyas
Anggreni
P Kab.
Semarang,
Sejambu, RT
02/05, Kesongo,
9-C
01-09-1998 Kec. Tuntang.
11. R. Leonard
Richky
Hendrico
L Salatiga, 19-
08-1993
Jl. Diponegoro No.
146, Kec. Sidorejo,
Salatiga.
9-C
c. Data Sarana dan Prasarana
Luas tanah dan bangunan
No Jenis Luas (m2) Status Kepemilikan
1. Bangunan 2414 Sendiri
2. Halaman 896 Sendiri
3. Kebun 0 Sendiri
4. Taman + lain-lain 500 Sendiri
Tabel sarana dan prasarana
No Jenis Ruangan Jumlah Luas
(m2)
Keterangan
1. Ruang Aula Ada
2. Rumah Dinas Kepala
Sekolah
Ada
3. Rumah Dinas Guru Ada
4. Rumah Dinas Penjaga Ada
5. Rumah Dinas Asrama Ada
6. Ruang Kepala Sekolah Ada
7. Ruang Guru Ada
8. Ruang TU Di dalam ruang guru
9. Ruang Tamu Di dalam ruang guru
10. Ruang Kelas 35 614,75
11. Ruang Perpustakaan 1 56
12. Ruang Ibadah Ada
13. Ruang Konsultasi Ada
14. Ruang Observasi Ada
15. Ruang Kemandirian 1 24
16. Ruang Cuci Motor 1 28
17. Ruang Tata Rias 1 14
18. Ruang Tata Busana 1 32
19. Ruang Tata Boga 1 30
20. Ruang BK Ada
21. Ruang Koperasi Ada
22. Ruang Gudang Ada
23. Ruang UKS Ada
24. Ruang Kamar Mandi /
WC
Ada
25. Ruang OM Ada
26. Ruang BPBI /
Binawicara
Ada
27. Ruang KMD Ada
28. Ruang Psikoterapi Ada
29. Ruang Fisioterapi Ada
30. Ruang Hydroterapi Ada
31. Ruang Terapi Musik Ada
d. Data barang / perkakas
No Jenis Barang Jumlah
1. Meja siswa 203 buah
2. Kursi siswa 203 buah
3. Meja guru 47 buah
4. Kursi guru 60 buah
5. Almari 27 buah
6. Rak buku 7 buah
7. Papan tulis 30 buah
8. Papan statistik 8 buah
9. Meja tamu 2 set
10. Alat peraga 10 set
11. Unit alat pertanian 1 set
12. Unit alat kesenian 4 set
13. Unit alat olahraga 3 set
14. Unit alat pertukangan 3 set
15. Unit alat rias / kecantikan 1 set
16. Unit alat perbengkelan 1 set
17. Unit alat boga 1 set
18. Almari perpustakaan 1 buah
Lampiran:
PEDOMAN WAWANCARA
A. Wawancara dengan Waka Kesiswaan
1. Apa saja kelebihan dari SLB Negeri Salatiga?
2. Apakah fasilitas sudah mendukung untuk pembelajaran?
3. Apa saja syarat untuk menjadi guru di SLB Negeri Salatiga?
4. Bagaimana peran masyarakat sekitar untuk memajukan SLB Negeri
Salatiga?
5. Bagaimana peran SLB Negeri Salatiga dalam menyadarkan
masyarakat tentang petingnya pendidikan untuk ABK?
6. Kurikulum apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI untuk kelas
C?
7. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI untuk anak tunagrahita?
8. Bagaimana solusi yang diberikan sekolah dalam menghadapi
hambatan-hambatan tersebut?
B. Wawancara dengan guru PAI
1. Kurikulum apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI untuk kelas
C?
2. Materi apa saja yang diajarkan untuk anak tunagrahita?
3. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI?
4. Apa saja alat peraga yang menunjang pembelajaran PAI?
5. Apa saja kegiatan keagamaan yang dapat menunjang pembelajaran
PAI?
6. Apakah ada perubahan tingkah laku setelah siswa mengikuti
pembelajaran PAI?
7. Apa yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran PAI?
8. Apa saja evaluasi yang digunakan?
9. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pembelajaran PAI?
10. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk menghadapi hambatan-
hambatan tersebut?
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Bapak Wawan Pamungkas (WP)
Jabatan : Waka Kesiswaan
Hari/tanggal : Jum’at, 22 Juli 2016
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Ruang Tamu SMPLB Negeri Salatiga
Mahasiswa :“Assalamu’alaikum wr.wb, saya Septine mahasiswa IAIN
Salatiga pak, maaf mengganggu waktu Bapak, saya hendak
menanyakan beberapa hal yang berkenaan dengan seputar SLB
Negeri ini pak.”
WP : “Waalaikumsalam wr.wb, baik mbak silahkan.”
Mahasiswa : “Apa saja kelebihan dari SLB Negeri ini?”
WP :“Kelebihan SLB ini ya bisa mendidik anak-anak yang
berkebutuhan khusus, dan kalau dibandingkan dengan yang lain
SLB ini satu-satunya SLB Negeri di Salatiga, kemudian fasilitas
juga lebih lengkap dari yang lain, prestasi juga lebih menonjol, dan
yang paling penting disini mendidik anak-anak yang sudah tidak
bisa disekolahkan di reguler jadi disini kita cari potensi pada diri
anak untuk kemudian dikembangkan agar nantinya anak mandiri.”
Mahasiswa : “Apakah fasilitasnya sudah mendukung untuk pembelajaran
pak?”
WP : “Ya, disini sudah ada Lab-Kom, ruangan seni musik, karawitan,
drumblek, semua peralatan yang mendukung anak secara umum
sudah lengkap. Sedangkan kalau untuk PAI, ada mushola untuk
sholat berjama’ah dan juga ada Al-Qur’an.”
Mahasiswa : “Kalau untuk menjadi guru disini apakah harus lulusan dari
PLB?”
WP : “Guru-guru ada yang lulusan PLB namun ada juga yang lulusan
S1 umum untuk mata pelajaran, dan biasanya guru-guru yang dari
umum akan tetap berlatih seperti berlatih bahasa isyarat.”
Mahasiswa : “Bagaimana peran masyarakat sekitar untuk memajukan SLB ini
pak?”
WP : “Peran masyarakat disekitar sini sangat mendukung sekali ya,
baik lembaga maupun perorangan. Kalau lembaga itu seperti
pemerintahan kelurahan, kecamatan, puskesmas sangat mendukung
sekali terbukti setiap ada wasana warsa beliau-beliau sangat
antusias hadir untuk menyaksikan penampilan-penampilan seni dari
anak-anak. Dari puskesmas juga ada pemeriksaan, imunisasi sesuai
kelas dan umur, kalau sakit juga ada buku catatan di puskesmas,
sedangkan kalau dari kelurahan pernah ada penyuluhan juga,
walaupun tingkat pemahaman anak sulit namun mereka merespon
baik dan untuk kemudian menjadi tugas guru untuk memperdalam
lagi.”
Mahasiswa : ”Bagaimana peran SLB dalam menyadarkan masyarakat tentang
petingnya pendidikan untuk ABK?”
WP “Itu menjadi tugas bagi kami sebagai pendidik bahwa kecacatan
bukan halangan untuk berprestasi dengan kami menampilkan anak-
anak berprestasi dalam acara-acara umum untuk meyakinkan
masyarakat. Kami juga menjaring anak-anak yang berkebutuhan
khusus dengan mengunjungi rumah anak-anak tersebut, kami juga
mendatangi sekolah-sekolah reguler untuk mencari anak-anak yang
berkebutuhan khusus agar masuk di SLB sehingga mendapatkan
pelayanan pendidikan yang tepat, kami juga mendatangi posyndu-
posyandu dan PKK karena disana terdapat data yang lengkap.”
Mahasiswa : “Untuk Pembelajaran PAI kelas C menggunakan kurikulum apa?”
WP : “Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013, dan
penyampaian materi disesuaikan dengan kemampuan siswanya”.
Mahasiswa : “Menurut Bapak apa sajakah faktor pendukung dan penghambat
dalam pelaksanaan pembelajaran PAI?”
WP : “Untuk faktor pendukung sudah tersedianya alat peraga sholat,
Al-Qur’an, untuk guru juga sering mengikuti pendidikan dan
latihan, ada ekstra kurikuler untuk Qiro’atil Qur’an, sekolah juga
memberlakukan hukuman bagi siswa yang dua kali dalam
seminggu tidak mengikuti sholat berjama’ah. Sedangkan untuk
penghambatnya jumlah guru yang kurang, siswa yang kurang fokus
terhadap pelajaran, masih semaunya sendiri, dan juga IQ yang
rendah.”
Mahasiswa : “Lalu bagaimana upaya pihak sekolah dalam menghadapi
hambatan-hambatan tersebut?”
WP : “Kami akan mencari guru tambahan baik dengan swadaya sekolah
maupun pengangkatan dari pemerintah, kami juga akan lebih
mengintensifkan penggunaan metode drill agar dapat membantu
anak dalam pembelajaran.”
Narasumber : Mustianah (MT)
Jabatan : Siswa Tunagrahita
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Lab Komputer
Mahasiswa : “Mustianah lebih senang kalo belajarnya bagaimana?”
MT : “Lebih jelas kalau lihat gambar atau lihat video, lalu dijelaskan
Pak Guru.”
Narasumber : Bapak Eko Puji (EP)
Jabatan : Guru PAI
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Lab Komputer
Mahasiswa : “Assalamu’alaikum wr.wb, saya Septine mahasiswa IAIN
Salatiga pak, maaf mengganggu waktu Bapak, saya hendak
menanyakan beberapa hal yang berkenaan dengan pembelajaran
PAI anak tunagrahita ringan di SMPLB Negeri ini pak.”
EP : “Wa’alaikumsalam wr.wb, baik mbak silahkan.”
Mahasiswa : “Kurikulum apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI untuk
anak tunagrahita ini pak?”
EP : “Kelas tunagrahita ini sudah menggunakan kurikulum 2013
untuk yang kelas VII dan VIII, kalau untuk kelas XII masih
menggunakan KTSP.
Mahasiswa : “Lalu materi apa saja yang diajarkan untuk anak tunagrahita?”
EP : “Untuk materinya terdiri dari keislaman, ibadah, akhlak, Al-
Qur’an, dan tarikh. Materi yang ada pada silabus semua kami
sampaikan namun tetap disesuaikan dengan kondisi siswa
karena memang anak tunagrahita yang memiliki keterbatasan
intelektual.”
Mahasiswa : “Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI?”
EP : “Yang pertama dengan ceramah yang juga menggunakan
bantuan dari media-media seperti gambar dan video sehingga
akan lebih memudahkan siswa, yang kedua dengan tanya jawab
meskipun terkadang jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan
pertanyaan, selanjutnya dengan drill seperti saat sebelum
memulai pelajaran anak diajak untuk menghafalkan bacaan-
bacaan sholat, do’a dan sebaginya, kemudian dengan metode
demonstrasi, dan yang terakhir dengan metode pemberian tugas
meskipun kalau ada PR anak juga tidak mengerjakan.”
Narasumber : Bapak Eko Puji (EP)
Jabatan : Guru PAI
Hari/tanggal : Senin, 23 Mei 2016
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Kesenian
Mahasiswa : “Assalamu’alaikum pak, saya hendak melanjutkan wawancara
mengenai pembelajaran PAI pada anak tunagrahita.”
EP : “Wa’alaikumsalam, iya mbak, silahkan.”
Mahasiswa : “Apa saja alat peraga yang menunjang pembelajaran PAI?”
EP : “Ada gambar peraga sholat, wudhu, dan juga poster-poster.”
Mahasiswa : “Apa saja kegiatan keagamaan yang dapat menunjang
pembelajaran PAI?”
EP : “Ada sholat dhuhur berjama’ah, ada juga pesantren kilat setiap
bulan Ramadhan.”
Mahasiswa : “Apakah ada perubahan tingkah laku setelah siswa mengikuti
pembelajaran PAI?”
EP : “Ada, sebagian dari mereka apabila mendengar adzan langsung
sholat, untuk melaksanakan puasa juga sudah kuat.”
Mahasiswa : “Apa yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran PAI?”
EP : “Maksimal anak bisa sholat, bisa gerakannya, bacaan-bacaannya,
adab sehari-hari juga baik meskipun mereka memiliki kekurangan.”
Mahasiswa : “Apa saja evaluasi yang digunakan?”
EP : “Evaluasi dengan ulangan setiap minggu keempat, dan juga ada
UTS serta UAS.”
Mahasiswa : “Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pembelajaran
PAI?”
EP : “Kalau untuk pendukungnya anak-anak memiliki semangat untuk
belajar sedangkan yang menghambat anak susah menangkap apa
yang dijelaskan oleh guru, kurang konsentrasi, belum bisa baca dan
tulis dan susah diajak komunikasi.”
Mahasiswa : “Lalu apa solusi yang dilakukan untuk menghadapi hambatan-
hambatan tersebut?”
EP : “Penggunaan metode yang sesuai dengan kemampuan siswa,
misalnya siswa kelas C yang lebih mudah belajar dengan visual,
maka guru akan memberikan pelajaran dengan menggunakan
media seperti gambar maupun video sehingga dengan melihat
gambar maupun video tersebut siswa akan dengan mudah
menangkap materi yang disampaikan, sedang siswa yang lebih
mudah menerima pelajaran dengan membaca maka guru akan
memberikan materi dengan teks bacaan, meskipun sangat lambat
dalam membaca namun siswa ini juga akan lebih mudah menerima
materi.”
DOKUMENTASI
Siswa tunagrahita ringan saat mengikuti pembelajaran PAI
Siswa tunagrahita ringan mendengarkan penjelasan materi dengan bantuan vide
Hasil tulisan tangan siswa tunagrahita ringan
Observasi / wawancara dengan Waka. Kesiswaan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Septine Dwi Ningsih Maryani
Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 03 September 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Ngentak Mulyo III, no. 859 A, RT 06/05, Kel.
Kutowinangun Lor, Kec. Tingkir, Salatiga, 50742.
Pendidikan :
1. TK Islam Taruna Tama Kalioso Salatiga.
2. SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga.
3. SMP Muhammadiyah Salatiga.
4. SMA Muhammadiyah Salatiga.
5. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.