pemberdayaan masyarakat bidang pertanahan melalui pemanfaatan reforma agraria serta larasita
TRANSCRIPT
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
1
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG PERTANAHAN MELALUI
PEMANFAATAN REFORMA AGRARIA SERTA LARASITA
DALAM RANGKA TANAH UNTUK KEADILAN DAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT
(Saeful Zafar-31 Mei 2011)
BAB I.
PENDAHULUAN
1. UMUM
Kemiskinan dan pengangguran sampai saat ini masih tetap menjadi
fenomena global termasuk tentunya di Indonesia. Kemiskinan di Indonesia secara
umum dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan
struktural dan kesenjangan antar wilayah. Adapun persoalan pengangguran lebih
dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di
pedesaan.
Secara konseptual maupun praktis pemahaman tentang kemiskinan jika
dicermati seringkali terjadi kesalahan. Pada tataran konseptual, paradigma,
pendekatan, dan metodologi yang digunakan selama ini masih berpijak pada
outcomes indicators, sehingga kurang memperhatikan aspek aktor atau pelaku
kemiskinan serta sebab-sebab yang mempengaruhinya. Masyarakat miskin dilihat
hanya sebagai korban pasif dan objek penelitian, dan bukannya sebagai manusia
yang memiliki “sesuatu“ yang dapat digunakan, baik dalam mengidentifikasi
kondisi kehidupannya maupun usaha-usaha perbaikan yang dilakukan oleh
mereka sendiri.
Pada tataran praktis, kebijakan dan program pengentasan kemiskinan
belum sepenuhnya menyentuh akar penyebab kemiskinan. Akibatnya, program-
program tersebut tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat, sehingga
sulit mewujudkan aspek keberlanjutan dari program penanggulangan kemiskinan
tersebut. Untuk itu perlu dilakukan dikoreksi secara mendasar beberapa hal yang
menjadi landasan pengambilan kebijakan pada masa lalu, antara lain : masih
bersifat parsial, berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro, kebijakan yang
terpusat, lebih bersifat karikatif, bernuansa jangka pendek dan tidak struktural,
serta memposisikan masyarakat sebagai objek.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
2
Untuk itu diperlukan tindakan kebijakan atau program untuk mengatasi
akar persoalan. Pembangunan yang berbasiskan pemberdayaan merupakan pilihan
utama untuk mengatasi persoalan dasar termasuk masalah kemiskinan dan
pengangguran. Program pengentasan kemiskinan dan pengangguran yang
berbasiskan pemberdayaan masyarakat harus dilaksanakan secara multisektoral,
khusus di bidang pertanahan reforma agraria merupakan salah satu wujud dari
kebijakan tersebut.
Reforma agraria melakukan proses pengentasan ini dengan mengupayakan
rakyat memiliki aset berupa tanah yang dapat dikelola serta mempunya akses
untuk memberdayakan asetnya. Rakyat dalam hal ini petani harus mempunyai
tanah dan mempunyai akses pada modal, teknologi, pasar, manajemen dan
seterusnya. Selain itu, petani juga harus mempunyai alat-alat produksi, kapasitas
dan kemampuan. Itu semua dapat terwujud bila dilaksanakan reforma agraria,
yang secara garis besar didefinisikan sebagai land reform ditambah dengan access
reform.
Adapun untuk menunjang pelaksanaan pemberian aset dan akses reform
tersebut tentunya diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai,
khususnya untuk menunjang mobilitas dari kegiatan tersebut sehingga dapat
diperoleh berbagai jenis informasi mengenai potensi dan permasalahan yang
timbul disuatu daerah untuk kemudian dilakukan identifikasi guna menentukan
model pemberdayaan masyarakat apa yang paling mungkin diterapkan disana.
Pada kondisi seperti inilah peran dari LARASITA (layanan rakyat untuk
sertipikasi tanah) diperlukan karena LARASITA dengan fasilitas mobile office
merupakan ujung tombak pelayanan pertanahan yang menjangkau langsung
kepada masyarakat, sehingga dapat langsung berinteraksi serta melihat secara
langsung kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan reforma agraria dan
LARASITA yang telah menjadi program BPN RI secara nasional agar dapat
memiliki nilai manfaat yang lebih maka dalam melaksanakan tugas pemberdayaan
masyarakat di bidang pertanahan BPN RI harus lebih menekankan pada
pemanfaatan reforma agrarian dan LARASITA sebagai sarana untuk mewujudkan
tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
3
2. TUJUAN DAN SASARAN
Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan melalui pemanfaatan
reforma agraria serta LARASITA dalam rangka tanah untuk keadilan dan
kesejahteraan rakyat merupakan upaya meningkatkan harkat lapisan masyarakat
dan pribadi manusia. Upaya ini meliputi (1) Mendorong, memotivasi,
meningkatkan kesadaran akan potensinya dan menciptakan iklim/suasana untuk
berkembang. (2) Memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-
langkah positif dalam memperkembangkannya. (3) Penyediaan berbagai masukan
dan pembukaan akses kepeluang-peluang. Upaya pokok yang dilakukan dalam
pemberdayaan di bidang pertanahan adalah peningkatan akses kepada modal,
teknologi tepat guna, informasi, lapangan kerja dan pasar, dan fasilitas-fasilitas
yang ada.
Tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan pada dasarnya
sebagai berikut:
1. Membentuk pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari
masyarakat lemah, rentan, miskin, marjinal dan kaum kecil seperti petani
kecil, buruh tani, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat adat yang
terbelakang, dan kaum muda pencari kerja melalui optimalisasi pemanfaatan
bidang-bidang tanah yang dimiliki atau dikuasainya;
2. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio
ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup mereka, dan juga sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat secara umum dan dapat menjaga keberlanjutan
dan kelestarian daya dukung tanah terhadap pencapaian tujuan tanah unutuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sasaran-sasaran program pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan
dalam mencapai kemandirian sebagai berikut:
1. Terbukanya kesadaran dan tumbuhnya keterlibatan masyarakat dalam
mengorganisir diri untuk kemajuan dan kemandirian bersama dengan
mengoptimalkan potensi tanah yang dimilikinya;
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
4
2. Diperbaikinya kondisi sekitar kehidupan kaum miskin dengan kegiatan-
kegiatan peningkatan pemahaman, peningkatan pendapatan dan usaha-usaha
kecil diberbagai bidang ekonomi kearah swadaya;
3. Meningkatkan kemampuan dan kinerja kelompok-kelompok swadaya dalam
keterampilan teknis dan manajemen untuk perbaikan produktifitas dan
pendapatan masyarakat.
3. RUANG LINGKUP
Pemberdayaan diberbagai bidang harus dilakukan secara terus menerus,
komprehensif, dan simultan sampai ambang tercapainya keseimbangan yang
dinamis antara pemerintah dengan rakyatnya, menurut Ndraha dalam I Nyoman
Sumaryadi (2005) diperlukan berbagai program pemberdayaan:
1. Pemberdayaan Politik
Pemberdayaan politik bertujuan meningkatkan bargaining position rakyat
terhadap pemerintah. Melalui bargaining tersebut, rakyat mendapatkan apa
yang merupakan haknya dalam bentuk barang, jasa, layanan, dan kepedulian
tanpa merugikan orang lain. Adapun untuk bidang pertanahan pemberdayaan
politik diwujudkan melalui program penguatan aset pertanahan .
2. Pemberdayaan Ekonomi
Pemberdayaan ekonomi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan rakyat sebagai konsumen untuk berfungsi sebagai penanggung
dampak negatif pertumbuhan, pemikul beban pembangunan, dan penderita
kerusakan lingkungan. Sebagai salah satu instrument untuk dapat
memberdayakan ekonomi masyarakat di bidang pertanahan adalah
menyediakan berbagai akses yang diperlukan oleh masyarakat untuk dapat
mengoptimalkan potensi tanah yang dimilikinya (akses reform).
3. Pemberdayaan Sosial Budaya
Pemberdayaan sosial budaya bertujuan meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia melalui human investment guna meningkatkan nilai manusia
dan perilaku seadil-adilnya terhadap manusia.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
5
4. Pemberdayaan Lingkungan
Pemberdayaan lingkungan dimaksudkan sebagai program perawatan dan
pelestarian lingkungan, supaya antara rakyat dan lingkungannya terdapat
hubungan saling menguntungkan.
4. METODE DAN PENDEKATAN
Dalam rangka memberdayaan masyarakat di bidang pertanahan yang
dalam pelaksanaannya meliputi banyak sektor sudah barang tentu tidak dapat
semata-mata dilakukan oleh BPN RI sehingga perlu dikembangkannya metode
kerjasama atau kemitraan dengan para pemerintah daerah, perbankan dan pihak
swasta lain yang turut berkepentingan.
Adapun dalam menentukan obyek, subyek maupun jenis kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang akan diterapkan maka perlu dilakukan
pendekatan yang mengacu pada potensi atau kearifan lokal setempat, sehingga
dapat meningkatkan antusiasme masyarakat dalam pelaksanaannya yang pada
akhirnya akan ikut berperan aktif untuk mensukseskannya.
Dengan adanya sinergi yang positif antara masyarakat penerima manfaat
dengan para pemangku kepentingan maka perlu kiranya BPN RI selaku lembaga
yang diserahi tanggung jawab dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di
bidang pertanahan menyiapkan berbagai rambu-rambu atau aturan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dapat mempermudah
dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring jenis kegiatan
yang ingin dilaksanakan.
5. PENGERTIAN-PENGERTIAN
Reforma Agraria
Dalam pengertian terbatas, reforma agraria dipandang sebagai land
reform, dengan salah satu programnya yaitu redistribusi tanah (pembagian tanah),
hal inilah yang menyebabkan mengapa agrarian reform dan land reform
seringkali dianggap identik. Berbagai pihak dengan sudut pandang yang sangat
beragam memberikan pengertian yang berbeda-beda mengenai reforma agraria.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
6
Menurut Wiradi (2001), reforma agraria adalah penataan ulang struktur
pemilikan dan penguasaan tanah beserta seluruh paket penunjang secara lengkap.
Paket penunjang tersebut adalah adanya jaminan hukum atas hak yang diberikan,
tersedianya kredit yang terjangkau, adanya akses terhadap jasa-jasa advokasi,
akses terhadap informasi baru dan teknologi, pendidikan dan latihan, dan adanya
akses terhadap bermacam sarana produksi dan bantuan pemasaran.
Setiawan (2001), memandang bahwa inti dari reformasi agraria adalah land
reform dalam pengertian redistribusi pemilikan dan penguasaan tanah yang harus
diikuti dengan dukungan modal produksi di tahap awal, perbaikan di dalam
distribusi barang-barang yang diperlukan sebagai input pertanian, perbaikan di
dalam sistem pemasaran dan perdagangan hasil pertanian, penyuluhan pertanian
yang diperlukan untuk membantu para petani memecahkan masalah teknis yang
dihadapinya dan program penunjang lainnya.
Senada dengan pengertian tersebut di atas, Winoto (2007) mengemukakan
bahwa reforma agraria adalah “land reform plus”, yang berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945. Artinya, “land reform” yang mekanismenya untuk menata
kembali proses-proses yang dirasa tidak adil dengan penambahan access reform
sehingga pemberian tanah bagi petani dapat dijadikan sebagai alat produksi.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat menurut para ahli, antara lain:
- Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory,
empowering, and sustainable” (Chambers, 1995 dalam Kartasasmita, 1996).
- Budimanta & Rudito (2008:39), memasukkan konsep pemberdayaan
masyarakat ke dalam ruang lingkup Community Development. Pemberdayaan
diterjemahkan sebagai program yang berkaitan dengan upaya memperluas
akses dan kapabilitas masyarakat untuk menunjang kemandiriannya.
- Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka (1996), manusia
adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan
pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi
berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
7
atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan
bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat
yang tertinggal.
- Menurut Sumodiningrat (1999), pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang
mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua
kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang
diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang
memberdayakan.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
8
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
1. Umum
Hal yang mendasari perlunya pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan menjadi perhatian khususnya oleh jajaran BPN RI dikarenakan sejak
adanya perubahan yang mendasar akan tugas dan fungsi dari BPN RI itu sendiri
yaitu pada tahun 2006 yang semula hanya merupakan lembaga yang bertugas
dalam bidang pengadministrasian pertanahan menjadi lembaga yang bertanggung
jawab dalam penyusunan kebijakan nasional di bidang pertanahan.
Kebijakan nasional khususnya yang menyangkut bidang pertanahan
tentunya memiliki tujuan untuk menjadikan tanah untuk sebesar-besar keadilan
dan kesejahteraan rakyat, dimana kebijakan yang telah dilaksanakan untuk
mencapai hal tersebut yaitu dengan melaksanakan reforma agraria yang
didalamnya meliputi penguatan aset reform dan pemberian akses reform serta
melakukan pendekatan pertanahan melalui sarana mobile office atau LARASITA.
Dengan adanya kedua program tersebut harus dapat digunakan sebagai
sarana bagi BPN RI dalam mengantarkan masyarakat selaku penerima manfaat
agar menjadi lebih meningkat taraf kehidupannya melalui program pemberdayaan
masyarakat di bidang pertanahan.
2. Landasan Hukum Pemberdayaan Masyarakat Bidang Pertanahan
a. Landasan idiil: Pancasila.
b. Landasan Konstitusional: Undang-undang Dasar Negara 1945 dan
Perubahannya.
c. Landasan politis:
1. Tap MPR RI Nomor IX/MPR/2001, tentang pembaharuan Agraria dan
Pengelolaan Sumber daya Alam;
2. Pidato politik awal tahun Presiden RI tanggal 31 Januari 2007.
d. Landasan hukum terdiri dari :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah-
Tanah Partikelir;
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
9
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Dasar Agraria;
3. Undang-Undang Nomor 51 Prp Tahun 1950 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Ijin Yang Berhak atau Kuasanya;
4. Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas
Tanah Pertanian;
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak
Atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada Di Atasnya;
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok-
Pokok Pertambangan;
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;
8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian;
9. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan;
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
11. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2004;
12. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
13. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara;
14. Undang-Undang Nomor Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
15. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
17. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
18. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
e. Landasan Operasional
1. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang penertiban dan
pendayagunaan tanah terlantar.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
10
2. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan
Nasional.
3. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 dan 4 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPN RI serta Kanwil BPN
dan Kantor Pertanahan.
4. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4, 5, 6 dan 8
Tahun 2008 tentang kelembagaan Reforma Agraria
5. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2009
tentang LARASITA
3. Landasan Teori
Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan
keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai
pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil
yang dicapai.
Pemberian Aset Reform (Legalisasi Aset)
Secara umum, terdapat tiga mekanisme dasar pemberian aset reform
(legalisasi aset) yang sering juga disebut dengan delivery system reforma agraria,
sesuai dengan kondisi atau kedudukan subyek (petani miskin, buruh tani atau
pengelola tanah) dan obyek (tanah), sebagai berikut:
1. Subyek dan obyek berdekatan atau berhimpit, mekanisme dengan skenario
seperti ini sebenarnya relatif lebih sederhana dan langsung fokus pada ketiga
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
11
obyek tanah dalam reforma agraria ini, yaitu: (1) tanah kelebihan maksimum,
(2) tanah absentee, dan (3) tanah negara lainnya, termasuk tanah timbul.
Penyelenggaraan reforma agraria dalam skenario ini dapat ditempuh melalui
memperbaiki akses petani kepada teknologi baru, mendekatkan perilaku usaha
dengan sumber-sumber pembiayaan, serta menyediakan akses pasar dan
pemasaran bagi produk yang akan dikembangkan oleh subyek reforma agraria.
2. Subyek mendekati obyek. Mekanisme seperti ini diterapkan apabila subyek dan
obyek berada pada lokasi yang berjauhan. Skema trasmigrasi umum dan
trasmigrasi lokal seperti dengan memindahkan subyek petani miskin dan tidak
bertanah dari daerah jarang penduduk ke daerah jarang penduduk, serta
memberikan atau mendistribusi tanah seluas dua hektar atau lebih di daerah
tujuan kepada subyek reforma agraria.
3. Obyek mendekati subyek. Mekanisme seperti ini juga diterapkan apabila
subjek dan obyek berada pada lokasi yang berjauhan. Skema yang sesuai untuk
mendekatkan obyek kepada subyek dikenal dengan swap atau pertukaran tanah
yang didasarkan pada strategi konsolidasi lahan atau bahkan bank tanah.
Skema ini memang agak rumit karena melibatkan hubungan kepemilikan tanah
bertingkat yang tidak sederhana, sehingga perlu dirumuskan secara hati-hati,
dengan kelembagaan yang jelas dan berwibawa.
Pemberian Akses Reform
Kepastian keberhasilan tujuan dari reforma agraria adalah dengan
pemberian akses reform yang tepat. Akses reform merupakan serangkaian
aktivitas yang saling terkait dan kesinambungan, meliputi antara lain:
1. Penyediaan infrastruktur dan sarana produksi.
2. Pembinaan dan bimbingan tehnis kepada penerima manfaat.
3. Dukungan permodalan.
4. Dukungan distribusi pemasaran.
5. Dukungan lainnya.
Pengelolaan akses reform dapat dikembangkan dalam berbagai alternatif
model. Namun struktur dasar pengelolaan akses reform dapat dijelaskan pada
Gambar berikut :
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
12
Gambar Strukur Dasar Akses Reform
(Sumber : BPN, 2007)
Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah (LARASITA)
LARASITA adalah layanan rakyat untuk sertipikasi tanah yang
menjalankan tugas pokok dan fungsi yang ada pada kantor pertanahan. Namun
sesuai dengan sifatnya yang bergerak, pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
tersebut diperlukan pemberian atau pendelegasian kewenangan yang diperlukan
guna kelancaran pelaksanaan di lapangan. Dengan demikian LARASITA menjadi
mekanisme untuk:
1. menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria nasional
(reforma agraria);
2. melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan;
3. melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar;
4. melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diindikasikan
bermasalah;
5. memfasilitasi penyelesaian tanah yang bermasalah yang mungkin diselesaikan
di lapangan;
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
13
6. menyambungkan program BPN RI dengan aspirasi yang berkembang di
masyarakat; dan
7. meningkatkan legalisasi aset tanah masyarakat.
Dengan LARASITA, diharapkan kantor pertanahan menjadi mampu
menyelenggarakan tugas-tugas pertanahan dimanapun target kegiatan berada.
Pergerakan tersebut juga akan memberikan ruang interaksi antara aparat BPN RI
dengan masyarakat sampai pada tingkat kecamatan, kelurahan/desa, dan tingkat
komunitas masyarakat, di seluruh wilayah kerjanya, terutama pada lokasi yang
jauh dari kantor pertanahan.
LARASITA menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada kantor pertanahan, dengan kekhususan
pada jenis kegiatan sebagai berikut:
1. melaksanakan secara lebih dini pengawasan dan pengendalian, penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah serta melaksanakan
identifikasi dan penelitian terhadap tanah yang diindikasikan terlantar;
2. melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan sinkronisasi dan penyampaian
informasi penatagunaan tanah dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW) kabupaten/kota;
3. memfasilitasi dan mendekatkan akses-akses untuk menciptakan sumber-
sumber ekonomi baru dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
4. melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan identifikasi masalah, sengketa
atau perkara pertanahan secara dini serta memfasilitasi upaya penanganannya;
5. melakukan sosialisasi dan berinteraksi untuk menyampaikan informasi
pertanahan dan program-program pertanahan lainnya serta menghubungkan
kebutuhan masyarakat dengan program BPN RI;
6. melaksanakan kegiatan legalisasi aset; dan
7. melaksanakan tugas-tugas pertanahan lain.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
14
BAB III
KONDISI SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA
1. Umum
Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu tugas pokok di bidang
pertanahan meski sudah menjadi amanat dalam UUPA namun dalam
kenyataannya baru mendapat perhatian ketika Perpres No. 10 Tahun 2006 terbit
yang kemudian di tindak lanjuti dengan keluarnya Perkaban No. 3 dan 4 Tahun
2006 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPN RI serta Kanwil BPN dan
Kantor Pertanahan, dimana untuk masalah pemberdayaan masyarakat secara resmi
telah masuk dalam struktur kelembagaan BPN RI yang berjenjang dari tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Namun pada kenyataannya pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang pertanahan belum dapat berjalan secara optimal, hal ini
disebabkan kelembagaan pemberdayaan di lingkungan BPN RI masih mengalami
banyak kesulitan dalam pelaksanaan reforma agraria khususnya dalam penyediaan
akses reformnya yang dalam pelaksanaannya membutuhkan dukungan dari
berbagai sektor khususnya pemerintah daerah setempat maupun pihak perbankan
guna mendukung ketersediaan tehnologi maupun permodalan.
Untuk dapat menentukan jenis akses yang tepat untuk diberikan kepada
kelompok masyarakat tertentu, diperlukan adanya inventarisasi dan identifikasi
segala potensi yang ada di wilayah tersebut, sehingga penentuan jenis kegiatan
yang akan dilaksanakan menjadi tepat sasaran, peran ini sebenarnya sangat
diharapkan pada LARASITA sebagai unit pelayanan pertanahan yang
menjangkau langsung kepada masyarakat sehingga diharapkan dapat menggali
informasi selengkap-lengkapnya tentang potensi yang ada di suatu lokasi.
Kondisi ini sangat diperlukan karena sebagian besar masyarakat maupun
obyek tanah yang akan dilakukan pemberdayaan berlokasi cukup jauh dari pusat
pemerintahan setempat, sehingga apabila menunggu adanya laporan atau
pemberitahuan dari masyarakat setempat yang aktif tentu menjadi kurang optimal
dikarenakan kendala jarak yang berakibat harus mengalokasi dana yang mungkin
tidak sedikit. Sehingga pihak Kantor Pertanahan setempat harus lebih proaktif
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
15
dalam melakukan inventarisasi dan identifikasi mengenai subyek, obyek maupun
metode yang mungkin dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat di
suatu wilayah tertentu. Dengan demikian fungsi dari LARASITA menjadi lebih
strategis dibandingkan kondisi yang selama ini terjadi dimana fokus kegiatan
LARASITA di sebagian besar wilayah hanya berjalan baik untuk kegiatan
legalisasi aset.
2. Kondisi saat ini
Konsep pemberdayaan masyarakat yang dirancang oleh BPN RI
sebenarnya sudah cukup ideal, sehingga jika semua agenda yang diharapkan dapat
dilaksanakan secara keseluruhan maka dapat dipastikan dapat memberdayakan
masyarakat secara optimal. Namun pada kenyataan belum semua agenda yang di
rencanakan dapat terlaksana sesuai yang diharapkan baik dari implementasi
peraturan yang telah ada maupun dari SDM pelaksana di tingkat daerah baik
kanwil maupun kantor pertanahan yang masih mengalami kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dibidang pertanahan tersebut.
Kegiatan pemberdayaan selama ini cenderung hanya sebagai pelengkap
kegiatan legalisasi asset tanpa adanya suatu perencanaan yang baik sehingga
seolah-olah target yang paling penting untuk dicapai adalah terlegalisasinya asset,
apakah itu melalui prona, program redistribusi, konsolidasi dan program-program
lainnya. Hal ini dapat dimaklumi karena sumber anggaran untuk kegiatan tersebut
memang telah dialokasikan secara khusus dari anggaran DIPA BPN RI, sehingga
pelaksanaannya menjadi prioritas dibandingkan program pemberdayaan
masyarakat yang masih harus melakukan pendekatan dengan berbagai pihak untuk
dapat terlibat dengan aktif baik dari segi konsep, personil maupun anggaran.
Belum optimalnya kegiatan pemberdayaan yang dijalankan selain dari
kondisi internal yang ada di BPN RI juga disebabkan beberapa kondisi eksternal
yang berkembang yaitu :
1. Peran kelembagaan masyarakat bidang pertanahan masih sangat terbatas
2. Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan pertanahan belum
maksimal
3. Tingginya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
16
4. Masih rendahnya akses masyarakat ke sumber-sumber permodalan, sarana
produksi, pasar, dll.
5. Tingginya sengketa dan konflik pertanahan.
Berbagai kondisi eksternal yang ada tersebut mengakibatkan ketidak
berdayaan masyarakat dalam mengoptimalkan pemanfaatan tanah yang
dimilikinya guna kesejahteraan mereka.
3. Permasalahan saat ini
Prinsip dasar dari pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan adalah
mewujudkan tanah sebagai asset yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat selaku pemilik tanah sehingga dapat menjamin keberlangsungan
hidupnya. Kondisi ini dilakukan melalui program pemberian berbagai akses
kepada tanah yang telah mengalami penguatan asset sebelumnya.
Akses yang diberikan dalam hal ini meliputi akses terhadap tehnologi,
sarana dan prasarana, pasar serta permodalan, dimana dalam pelaksanaannya
sekarang pemberian akses tersebut mengalami banyak kesulitan dikarenakan BPN
RI sebagai instansi yang ditugasi melaksanakan kegiatan pemberdayaan di bidang
pertanahan masih memiliki berbagai keterbatasan baik sumberdaya manusia
maupun anggaran, sehingga beberapa program pemberian akses kepada
masyarakat yang telah berjalan lebih dikarenakan hasil pendekatan kepala kantor
wilayah / kantor pertanahan setempat kepada kepala daerah setempat untuk
mengaitkan program pemberdayaan masyarakat yang ada di wilayahnya sebagai
bentuk kelanjutan dari program legalisasi asset yang telah dilaksanakan
sebelumnya.
Keadaan seperti ini dianggap paling mungkin untuk dilaksanakan,
dikarenakan belum adanya alokasi khusus anggaran yang dimiliki oleh BPN RI
untuk menunjang semua tahapan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
di bidang pertanahan, sehingga mendorong peran serta aktif pemerintah daerah
setempat untuk dapat menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut. Namun hal ini
juga sering menimbulkan sisi negatif dimana seringkali kegiatan pemberdayaan
masyarakat tersebut dijadikan sebagai sarana untuk mempopulerkan figur-figur
tertentu yang berkaitan dengan kepemimpinan di daerah tersebut, sehingga jika
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
17
tokoh tersebut sudah tidak lagi menjadi pejabat di daerah tersebut maka
keberlanjutan akan program pemberdayaan masyarakat tersebut menjadi
tersendat.
4. Pengaruh terhadap perkembangan program pertanahan
Belum adanya keseimbangan antara pelaksanaan legalisasi asset dengan
penyediaan akses bagi masyarakat serta pemanfaatan LARASITA yang kurang
optimal dalam menunjang pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan memberikan pengaruh terhadap penilaian masyarakat terhadap
program pertanahan secara umum.
Masyarakat cenderung memberikan penilaian bahwa program pertanahan
yang selama ini ada lebih fokus kepada proses pengadministrasian bidang
pertanahan melalui berbagai jenis kegiatan legalisasi asset yang selama ini
dilaksanakan. Sehingga masyarakat belum merasakan manfaat dari kegiatan
pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan yang selama ini menjadi program
dari BPN RI.
Untuk merubah kondisi yang kurang menguntungkan tersebut, maka
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dilaksanakan secara
integral dengan program pertanahan yang lain sehingga dapat lebih tepat sasaran
dan dapat menunjang kualitas pelaksanaan program pertanahan secara umum.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
18
BAB IV
KONDISI YANG DIHARAPKAN
1. Kontribusi pada kegiatan manajerial program pertanahan
Optimalisasi kegiatan pemberian asset dan akses reform serta LARASITA
dalam mendukung program pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan
diharapkan dapat menjadi sarana penunjang keberhasilan berbagai program
pertanahan yang lain. Hal ini dikarenakan pemberdayaan masyarakat pada saat ini
sudah menjadi program nasional di berbagai bidang, sehingga jika pemberdayaan
masyarakat di bidang pertanahan dapat memberikan hasil yang optimal, maka
secara tidak langsung akan memberikan nilai lebih bagi BPN RI.
Dengan semakin banyak masyarakat yang sudah dapat memberdayakan
dirinya sendiri melalui kepemilikan tanahnya maka akan membantu berbagai
program pertanahan yang lain seperti :
- Mengurangi terjadinya tanah terlantar
- Mencegah ahli fungsi penggunaan tanah
- Meningkatkan tanah terdaftar
- Mencegah dan menyelesaikan sengketa dan konflik pertanahan
- Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan pembangunan
bidang pertanahan.
Keberhasilan berbagai program pertanahan tersebut tentunya akan
memberikan dampak yang positif dalam penyusunan kebijakan pertanahan
nasional di masa yang yang akan datang.
2. Kontribusi pada peningkatan kinerja birokrasi
Paradigma lama bahwa tugas pokok dari BPN hanya sebatas sebagai
lembaga legalisasi di bidang pertanahan atau hanya menangani administrasi
pertanahan masih cukup banyak melekat pada pemahaman PNS di lingkungan
BPN. Keadaan ini sering kita jumpai di daerah dimana sebagian besar masih
menganggap kegiatan pemberdayaan masyarakat bukan merupakan domain atau
tugas pokok dari BPN.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
19
Kondisi ini menyebabkan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah
diprogramkan oleh BPN RI menjadi belum optimal pelaksanaannya sehingga
kinerja dari PNS yang ditugaskan untuk menangani masalah pemberdayaan
masyarakat relatif belum memuaskan, terlepas dikarenakan lembaga
pemberdayaan masyarakat merupakan lembaga yang relatif baru dilingkungan
BPN RI, namun jika didukung secara penuh dari komponen-komponen lain
ataupun melakukan perubahan paradigma tentang posisi BPN RI saat ini maka
kinerja birokrasi dalam kegiatan atau program dari bidang tugas BPN RI yang lain
akan ikut meningkat berbanding lurus dengan pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan di bidang pertanahan tersebut.
Adanya kegiatan pemberian asset dan akses reform ditunjang lagi dengan
LARASITA yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan
masyarakat secara tidak langsung dapat menjadikan motivasi bagi penanggung
jawab kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk dapat berbuat lebih optimal
karena telah merasa bahwa kesuksesan kegiatan pemberdayaan masyakat
merupakan tanggung jawab seluruh komponen di jajaran BPN RI.
3. Kontribusi pada efektifitas penggunaan anggaran
Pemanfaatan kegiatan pemberian asset dan akses reform serta LARASITA
dalam memberdayaan masyarakat di bidang pertanahan untuk mewujudkan tanah
untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat, menjadikan 3 (tiga) kegiatan
tersebut sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dapat berjalan secara sinergi dan
saling mendukung.
Kondisi ini dimungkinkan karena dengan subyek dan obyek yang sama
dari ketiga kegiatan tersebut maka dalam pengalokasian anggaran kegiatan
pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan menjadi lebih efisien karena
beberapa tahapan kegiatan yang seharusnya dilaksanakan seperti inventarisasi dan
identifikasi subyek maupun obyek dapat memanfaatkan data yang diperoleh pada
kegiatan LARASITA sehingga dapat lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu
maupun biaya.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
20
4. Kontribusi pada peningkatan kehidupan masyarakat
Tujuan akhir dari program pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan tentunya agar masyarakat pemilik tanah lebih berdaya dalam
memanfaatkan tanah yang dimilikinya guna meningkatkan taraf hidupnya.
Taraf hidup dari masyarakat penerima manfaat akan meningkat dengan
sendirinya apabila kegiatan pemberian asset dan akses reform benar-benar
terlaksana sesuai yang direncanakan, karena khususnya dalam kegiatan akses
reform yang merupakan kegiatan “plus” dari reforma agraria sudah mencakup
pemberian berbagai akses dari akses tehnologi yang diperlukan sampai
penyediaan akses pasar. Apabila pemberian akses reform ini dikawal dengan baik
oleh BPN RI maka keberhasilannya akan dapat lebih terjamin yang pada akhirnya
akan meningkatkan taraf hidup masyarakat penerima manfaat.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
21
BAB V
KONSEPSI YANG DISARANKAN
1. Umum
Paradigma baru pemberdayaan yang menempatkan masyarakat sebagai
pelaku utama pembangunan diharapkan lebih dapat bersifat memberdayakan
masyarakat. Mengingat salah satu tujuan pembangunan adalah terciptanya
masyarakat yang memiliki daya, kekuatan atau kemampuan berpartisipasi aktif
dalam pembangunan serta memiliki kebebasan di segala bidang kehidupan.
Keberhasilan implementasi paradigma baru pemberdayaan masyarakat
disadari bukanlah hal yang mudah, tetapi memerlukan upaya dan kerja keras dari
berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, pelaku pemberdayaan maupun
masyarakat. Salah satu yang harus diperhatikan dalam proses pemberdayaan
masyarakat adalah keterlibatan masyarakat sasaran dan pemanfaatan potensi dan
sumberdaya lokal.
Salah satu indikator dari keberdayaan masyarakat adalah kemampuan
dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau
memperbaiki kehidupannya. Konsep pemberdayaan merupakan hasil dari proses
interaksi di tingkat ideologis dan praktis. Pada tingkat ideologis, pemberdayaan
merupakan hasil interaksi antara konsep top-down dan bottom-up, antara growth
strategy dan people centered strategy. Sedangkan di tingkat praktis, proses
interaksi terjadi melalui pertarungan antar ruang otonomi. Maka, konsep
pemberdayaan mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community
development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community
based development).
Dalam kerangka pikiran itu, upaya memberdayakan masyarakat, dapat
dilihat dari tiga sisi.
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya,
karena, kalau demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
22
membangun daya itu, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain
dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-
langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta
pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.
Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat
mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak
berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan
mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah.Melindungi harus dilihat
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya
setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya
dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah
memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung.
2. Kebijaksanaan
Dalam menerapkan kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan harus melibatkan berbagai komponen yang yang ada dalam
masyarakat. Beberapa aspek di antaranya dapat diketengahkan sebagai berikut:
Pertama, peranan pemerintah teramat penting. Berarti birokrasi
pemerintah harus dapat menyesuaikan dengan misi ini. Dalam rangka ini ada
beberapa upaya yang harus dilakukan:
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
23
1) Birokrasi harus memahami aspirasi rakyat dan harus peka terhadap masalah
yang dihadapi oleh rakyat.
2) Birokrasi harus membangun partisipasi rakyat. Artinya, berilah sebanyak-
banyaknya kepercayaan pada rakyat untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Aparat pemerintah membantu memecahkan masalah yang tidak dapat diatasi
oleh masyarakat sendiri.
3) Untuk itu maka birokrasi harus menyiapkan masyarakat dengan sebaiknya,
baik pengetahuannya maupun cara bekerjanya, agar upaya pemberdayaan
masyarakat dapat efektif. Ini merupakan bagian dari upaya pendidikan sosial
untuk memungkinkan rakyat membangun dengan kemandirian.
4) Birokrasi harus membuka dialog dengan masyarakat. Keterbukaan dan
konsultasi ini amat perlu untuk meningkatkan kesadaran (awareness)
masyarakat, dan agar aparat dapat segera membantu jika ada masalah yang
tidak dapat diselesaikan sendiri oleh rakyat.
5) Birokrasi harus membuka jalur informasi dan akses yang diperlukan oleh
masyarakat yang tidak dapat diperolehnya sendiri.
6) Birokrasi harus menciptakan instrumen peraturan dan pengaturan mekanisme
pasar yang memihak golongan masyarakat yang lemah.
Kedua, organisasi-organisasi kemasyarakatan di luar lingkungan
masyarakat sendiri. Di sini yang mempunyai potensi berperan besar adalah
lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM), di samping organisasi-organisasi
kemasyarakatan yang bersifat nasional dan lokal. LSM dapat berfungsi sebagai
pelaksana program pemerintah (mewakili pemerintah), dapat menjadi pembantu
(konsultan) pemerintah, tetapi dapat juga menjadi pembantu rakyat dalam
program pemerintah khususnya di bidang pertanahan.
Sebaliknya LSM, sesuai dengan namanya, dapat pula mengembangkan
programnya sendiri. Dalam rangka ini, aparat setempat harus menjalin kerjasama
erat dengan LSM, agar program LSM dapat bersinergi dengan program
pemerintah, atau sekurang-kurangnya tidak terjadi kesimpangsiuran yang dapat
mengakibatkan benturan yang hanya akan merugikan rakyat. LSM harus
diperlakukan sebagai mitra pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Tentunya yang dimaksudkan di sini adalah LSM yang murni dan bukan
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
24
kepanjangan tangan dari kepentingan politik yang hanya menggunakan rakyat
sebagai alat politik.
Ketiga, lembaga masyarakat yang tumbuh dari dan di dalam masyarakat
itu sendiri, atau sering disebut sebagai local community organization. Lembaga ini
dapat bersifat semi formal seperti LKMD, PKK atau Karang Taruna, atau yang
benar-benar tumbuh dari masyarakat sendiri seperti kelompok arisan, kelompok
sinoman, kelompok paketan dan sebagainya.
Dalam rangka menunjang program pertanahan, kelembagaan dalam
masyarakat tersebut dikembangkan oleh masyarakat sendiri, sebagai bagian dari
mekanismenya, yaitu kelompok-kelompok masyarakat sadar tertib pertanahan
(pokmasdartibnah) atau yang akan diperbaharui menjadi kelompok gerakan
masyarakat sadar reforma agraria (GEMARA) yang terdiri dari atas 10 sampai 20
orang anggota.
Kelompok-kelompok masyarakat serupa itu adalah yang paling efektif
untuk upaya pemberdayaan masyarakat, oleh karena tumbuh dan berakar dari
kalangan masyarakat sendiri. Secara sendiri-sendiri penduduk miskin sulit dapat
mengatasi hambatan yang menyebabkan kemiskinannya. Secara bersama-sama,
mereka dapat saling memperkuat dan saling menutupi kelemahan. Dinamika
kelompok dan sinergi diharapkan dapat menghasilkan nilai dari upaya individual
dalam kelompok
Keempat, koperasi. Koperasi merupakan wadah ekonomi rakyat yang
secara khusus dinyatakan dalam konstitusi sebagai bangun usaha yang paling
sesuai untuk demokrasi ekonomi Indonesia. Koperasi dapat merupakan wahana
yang efektif bagi upaya pemberdayaan masyarakat, dengan membangun manusia
modern namun dengan dasar-dasar kekeluargaan dan kegotongroyongan yang
menjadi ciri demokrasi Indonesia.
Koperasi harus menjadi sasaran bagi pengembangan kelompok masyarakat
yang sudah dapat melampaui tahap awal kerjasama dan kerja bersama dalam
kelompok. Formalisasi kelompok sebagai badan (entity) ekonomi harus diarahkan
ke dalam bentuk koperasi. Namun, untuk itu kelompok dan anggota-anggotanya
harus benar-benar dipersiapkan, agar bentuk koperasi dapat sungguh-sungguh
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
25
menunjang upaya meningkatkan kegiatan usaha para anggota yang dilakukan
secara bersama.
Kelima, pendamping. Penduduk miskin pada umumnya mempunyai
keterbatasan dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, diperlukan
pendamping untuk membimbing penduduk miskin dalam upaya memperbaiki
kesejahteraannya. Pendamping bertugas menyertai proses pembentukan dan
penyelenggaraan kelompok masyarakat sebagai fasilitator, komunikator, ataupun
dinamisator.
Lingkup pembinaan yang dilakukan para pendamping meliputi upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia, yakni kualitas para anggota dan
pengurus kelompok serta peningkatan kemampuan usaha anggota. Untuk maksud
tersebut, pendamping perlu mengenal dan mengadakan komunikasi yang intensif
dengan kelompok.
Keenam, keikutsertaan masyarakat yang lebih mampu, khususnya dunia
usaha dan swasta. Pemberdayaan masyarakat dapat lebih optimal jika terjadi
keterkaitan dalam kemitraan usaha diantara yang telah mampu dengan yang masih
tertinggal terutama melalui penyediaan modal usaha untuk pengembangan usaha
penduduk miskin. Model seperti ini sedang dikembangkan melalui Kredit Usaha
Rakyat (KUR) atau berbagai kredit sejenis lainnya, selain itu untuk membekali
masyarakat dengan ketrampilan yang dapat digunakan untuk mendukung
usahanya dapat juga dilakukan pendekatan kepada para pelaku dunia usaha agar
mengalokasikan kegiatan coorporate sosial resposibillity (CSR) untuk
memberikan ketrampilan kepada masyarakat yang memiliki potensi untuk dapat
diberdayakan.
3. Strategi
Beberapa langkah strategis harus ditempuh untuk mengembangkan
ekonomi rakyat melalui pemberdayaan dibidang pertanahan adalah :
Pertama, peningkatan akses ke dalam aset produksi (productive assets).
Bagi masyarakat petani yang masih dominan dalam ekonomi rakyat, modal
produktif yang utama adalah tanah. Karena itu kebijaksanaan pemilikan,
penguasaan dan penggunaan tanah sangat penting dalam melindungi dan
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
26
memajukan ekonomi rakyat ini. Pemilikan tanah yang makin mengecil
(marjinalisasi) harus dicegah. Persoalan ini tidak mudah, karena menyangkut
budaya dan hukum waris. Namun, dalam rangka proses modernisasi budaya
masyarakat, kebiasaan untuk membagi tanah semakin kecil sebagai warisan harus
dihentikan.
Untuk dapat melakukan hal itu memang harus ada alternatif, antara lain
berupa pemanfaatan lahan secara lebih efisien (misalnya mixed farming, mixed
landuses), penciptaan lapangan kerja perdesaan di luar pertanian (agroindustri dan
jasa), program transmigrasi dan sebagainya. Dalam rangka ini upaya untuk
memelihara dan meningkatkan produktivitas (dan dengan demikian nilai aset)
lahan harus ditingkatkan, misalnya dengan pengairan, pemupukan, diversifikasi
usaha tani, atau pemilihan jenis budi daya (untuk memperoleh nilai komersial
yang tinggi). Di samping itu akses masyarakat kepada lingkungan hidup yang
sehat yang tidak tercemar akan mengurangi beban dan menambah produktivitas
masyarakat.
Kedua, mengoptimalkan ketersediaan akses modal yang memadai agar
dapat menciptakan pembentukan modal bagi usaha rakyat sehingga dapat
meningkatkan produksi dan pendapatan, serta menciptakan surplus yang dapat
digunakan untuk membayar kembali kreditnya dan melakukan pemupukan modal.
Permasalahannya adalah adanya prasyarat perbankan yang membuat
masyarakat lapisan bawah umumnya dinilai tidak bankable. Keadaan ini
menyebabkan terbatasnya interaksi antara lembaga keuangan yang melayani
pemberian kredit dengan masyarakat kecil yang memerlukan kredit.
Akhirnya, modal makin banyak terkonsentrasi pada sektor modern,
khususnya pada usaha besar, yang berakibat makin lebarnya jurang kesenjangan.
Karena itu, langkah yang amat mendasar yang harus ditempuh adalah membuka
akses ekonomi rakyat ke dalam modal. Untuk itu memang diperlukan pendekatan
yang berbeda dengan cara-cara perbankan konvensional.
Akses ke dalam modal harus diartikan sebagai keterjangkauan, yang
memiliki dua sisi: pertama, ada pada saat diperlukan, dan kedua, dalam jangkauan
kemampuan untuk memanfaatkannya. Dengan demikian, persyaratan teknis
perbankan seperti yang biasa digunakan di sektor modern, tidak dapat diterapkan
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
27
di sini, paling tidak pada tahap awal. Misalnya, penilaian pemberian kredit tidak
harus berdasarkan agunan, tetapi berdasarkan prospek kegiatan usaha. Demikian
pula penentuan tingkat suku bunga harus memperhatikan kondisi ekonomi rakyat
yang senyatanya, dan menguntungkan usaha ekonomi rakyat.
Ketiga, peningkatan komunikasi dan sinkronisasi dengan Stakeholder
dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan akses reform pada program reforma
agraria hal ini perlu dilakukan berkaitan dengan obyek maupun subyek yang
secara administratif berada di wilayah daerah propinsi, kota/kab. Keadaan ini
menjadikan peran dari kepala daerah sebagai pimpinan wilayah sangat
menentukan.
Dengan adanya komunikasi yang intensif maka program pemberdayaan
masyarakat yang direncanakan oleh BPN RI dapat dialokasikan pada kegiatan-
kegiatan yang memang sudah direncanakan oleh pemerintah daerah setempat
melalui dinas-dinas terkait, sehingga akan terjalin sinergi yang saling
menguntungkan antara BPN RI dengan pemerintah daerah.
4. Upaya
Beberapa upaya yang dapat diterapkan untuk memberdayakan masyarakat
secara umum antara lain :
1. Dengan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang.
Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat yang memiliki tanah berarti punya potensi ekonomi yang dapat
dikembangkan. Artinya, bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
daya, karena kalau demikian akan punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu sendiri, dengan mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.
2. Dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri.
Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya
menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputi
langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
28
(input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang
akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya (Kartasasmita, 1997).
Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai
budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggung
jawaban dan lain-lain yang merupakan bagian pokok dari upaya
pemberdayaan itu sendiri.
Adapun pemberdayaan di bidang pertanahan yang ingin diwujudkan oleh
BPN RI dengan mengoptimalkan pemanfaatan kegiatan yang telah dijalankan
yaitu :
1. Melaksanakan pemberian aset reform secara lebih tertata dan berkeadilan guna
mendukung terbentuknya ”Bank Tanah”.
Kegiatan pemberian aset reform yang biasanya diwujudkan melalui legalisasi
aset khususnya melalui kegiatan redistribusi tanah selama ini dapat dikatakan
hanya merupakan formalisasi penguasaan tanah, dimana tanah-tanah obyek
landreform (TOL) yang telah dikuasai oleh masyarakat secara informal,
kemudian diformalkan melalui legalisasi aset secara langsung tanpa adanya
penataan ulang secara lebih berkeadilan.
Kondisi ini mengakibatkan pembagian TOL menjadi tidak merata bahkan
cenderung menguntungkan pihak-pihak tertentu, sehingga perlu kiranya
kegiatan redistribusi TOL tersebut di tindak lanjuti juga dengan proses
konsolidasi tanah dengan mengatur lagi pemberian tanah sesuai dengan luasan
standar yang dibutuhkan setiap penerima manfaat untuk dapat didayagunakan,
serta digunakan untuk penyediaan fasilitas umum dan sosial, adapun jika
masih terdapat tanah tersisa maka dapat dimasukan kedalam tanah candangan
untuk negara (TCUN) yang pengelolaannya diserahkan kepada sebuah
lembaga ”Bank Tanah” untuk didayagunakan bagi kepentingan negara
maupun masyarakat umum lainnya.
2. Melakukan pendekatan kepada dunia usaha dalam penyediaan akses reform
melalui anggaran coorporate social responsibillity (CSR).
Coorporate social responsibillity (CSR) dalam dunia usaha merupakan salah
satu bentuk kepedulian kepada masyarakat disekitarnya, selama ini bentuk
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
29
kegiatan CSR yang diberikan lebih pada kegiatan-kegiatan fisik yang lebih
bersifat charity atau hadiah sehingga manfaat yang didapat oleh masyarakat
menjadi kurang optimal. Hal ini sangat disayangkan jiak potensi dana CSR
yang cukup besar hanya dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan non produktif.
Kondisi seperti ini dapat dimanfaatkan oleh BPN RI dengan melakukan
pendekatan kepada pihak dunia usaha agar bersedia menyalurkan alokasi dana
CSR-nya untuk berbagi kegiatan penyediaan akses reform kepada masyarakat
agar menjadi lebih berdaya.
Dengan semakin berdayanya masyarakat yang berarti semakin meningkat pula
kesejahteraannya, akan membawa dampak dengan membaiknya tingkat daya
beli atau konsumsi dari masyarakat yang bisa memberikan pangsa pasar baru
bagi berbagai produk dari dunia usaha secara umum, sehingga akan
menciptakan sebuah simbiosis mutualisme antara keduanya.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
30
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari berbagai kondisi yang telah diuraikan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
a. Dukungan reforma agraria terhadap keberhasilan pemberdayaan masyarakat
di bidang pertanahan sangat diperlukan sehingga modal penting kepemilikan
(property right) terhadap aset/tanah yang dimiliki oleh masyarakat akan
dapat dimanfaatkan sebagai modal (capital) dalam pengembangan usaha
atau memulai suatu usaha perekonomian melalui pemberian berbagai akses
produksi dan ekonomi.
b. Untuk menjaga dan mengawal program pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan secara berkelanjutan diperlukan pola kemitraan yang saling
menguntungkan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perbankan dan
dunia usaha.
c. Peran aktif LARASITA sangat penting dalam inventarisasi dan identifikasi
potensi dan permasalahan yang ada untuk mendapatkan informasi yang
akurat guna menentukan program pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan yang akan dilaksanakan.
2. Saran
Beberapa hal yang disarankan untuk meningkatkan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan antara lain :
a. Kegiatan pemberian akses reform sebagai kelanjutan dari legalisasi aset
hendaknya memberikan prioritas dalam penciptaan pasar yang dapat
mendukung terjadinya perputaran roda ekonomi di wilayah tersebut dengan
guna menyerap berbagai hasil usaha yang dihasilkan masyarakat setempat.
b. Mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin diperlukan dalam mengelola
berbagai aset tanah yang ada dalam sebuah lembaga “Bank Tanah” baik dari
segi aturan maupun operasional yang mungkin dilaksanakan.
======================================================= Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanahan Melalui Pemanfaat Reforma Agraria serta
LARASITA dalam rangka Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
31
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. 2007. Reforma Agraria, Mandat
Politik, Konstitusi dan Hukum Dalam Rangka Mewujudkan Tanah Untuk
Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat, Pusat Hukum dan Hubungan
Masyarakat BPN-RI. Jakarta
De Soto, H, 2006. The Mistery of Capital, Edisi bahasa Indonesia. Penerbit
Qalam. Yogyakarta
Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang. 2009. Bahan Pelatihan Optimalisasi
Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam Kabupaten Pemalang
Tahun 2009. Pemalang.
Kartasasmita, G. 1997. Pemberdayaan Masyarakat Konsep Pembangunan yang
Berakar pada Masyarakat, disampaikan pada Sarasehan DPD GOLKAR
Tk.I Jawa Timur 14 Maret 1997. Surabaya.
Priyono, OS dan Pranarko, A. 1996. Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. CSIS. Jakarta
Rudito, B dan Budimantam A. 2007. Metode dan Tehnik Pengelolaan Comunity
Perkoperasian. ICSD. Jakarta
Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sunito, S. 2009. Kumpulan Bahan Kuliah PPRA. MB-IPB. Bogor
Tjondronegoro, S.M.P. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Agraria : Kelembagaan
dan Reforma Agraria, Jurnal Analisis Sosial Vol.6, No.2, Akatiga.
Bandung
Winoto, J. 2006. Pertanahan dan Keagrariaan Nasional, Rakyat yang Utama,
Sambutan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, pada
Hari Agraria Nasional. Penerbit Brighten Press. Bogor.
Winoto, J. 2007. Reforma Agraria dan Keadilan Sosial, Orasi Ilmiah Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kerjasama BPN RI,
Departemen Ilmu Ekonomi. FEM-IPB dan Brighten Institut. Bogor.
Wiradi,G. 2001. Prinsip-Prinsip Reforma Agraria Jalan Penghidupan dan
Kemakmuran Rakyat, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta.