pembiasan cahaya

16
Pada Kegiatan 1 telah diuraikan bahwa pembiasan terjadi saat berkas cahaya melewati bidang batas dua medium bening yang berbeda indeks biasnya, misalnya bidang batas antara udara dan air. Setelah di dalam air, cahaya akan merambat lurus membentuk sudut yang besarnya tertentu terhadap garis normal bidang batas dua medium tersebut. Jadi, pembiasan berlangsung sekali saja. Saat Anda melihat ikan dalam akuarium cahaya mengalami dua kali pembiasan. Pertama saat cahaya melewati bidang batas antara air dan kaca akuarium, kedua saat cahaya melewati bidang batas antara kaca akuarium dan udara. Seperti telah Anda ketahui kita melihat ikan berarti cahaya merambat (tepatnya memantul) dari badan ikan ke mata kita. Marilah kita pelajari pembiasan pada dua bidang batas ini dengan meninjau pembiasan pada kaca plan paralel (balok kaca) dan prisma. A. Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar (Gambar 10.a). Untuk memudahkan pembahasan, berkas sinar yang masuk dan keluar dari kaca ini dilukiskan pada Gambar 10.b yang merupakan gambar dua dimensi. (a) (b)

Upload: rafinkanisa-witarayoga

Post on 21-Jan-2016

281 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hasil searching

TRANSCRIPT

Page 1: pembiasan cahaya

Pada Kegiatan 1 telah diuraikan bahwa pembiasan terjadi saat berkas cahaya melewati bidang batas dua medium bening yang berbeda indeks biasnya, misalnya bidang batas antara udara dan air. Setelah di dalam air, cahaya akan merambat lurus membentuk sudut yang besarnya tertentu terhadap garis normal bidang batas dua medium tersebut. Jadi, pembiasan berlangsung sekali saja. Saat Anda melihat ikan dalam akuarium cahaya mengalami dua kali pembiasan. Pertama saat cahaya melewati bidang batas antara air dan kaca akuarium, kedua saat cahaya melewati bidang batas antara kaca akuarium dan udara. Seperti telah Anda ketahui kita melihat ikan berarti cahaya merambat (tepatnya memantul) dari badan ikan ke mata kita. Marilah kita pelajari pembiasan pada dua bidang batas ini dengan meninjau pembiasan pada kaca plan paralel (balok kaca) dan prisma.

A. Pembiasan Pada Kaca Plan ParalelKaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar (Gambar 10.a). Untuk memudahkan pembahasan, berkas sinar yang masuk dan keluar dari kaca ini dilukiskan pada Gambar 10.b yang merupakan gambar dua dimensi.

(a)

(b)

 

Gambar 10. (a) Balok kaca; (b) Berkas cahaya masuk menembus balok kaca melalui

bidang ABEF dan bidang CDGH.

Page 2: pembiasan cahaya

Gambar 10.b balok kaca berada di meja. Berkas sinar masuk dari salah satu sisi balok kaca dengan sudut datang i dan lalu mengalami pembiasan dua kali. Pertama saat melewati bidang batas antara udara dan balok kaca, berkas sinar dibiaskan dengan sudut bias r.

Kedua, saat melewati bidang batas antara balok kaca dan udara, berkas sinar datang ke bidang batas dengan sudut datang i' dan sudut bias r'. Tampak pada Gambar 10.b, besar

sudut bias pertama sama dengan sudut datang kedua atau r = i'. Tampak pula berkas sinar yang masuk ke balok bergeser ke arah kiri bawah saat keluar dari balok kaca, namun keduanya tampak sejajar. Bila d = PQ menyatakan ketebalan balok kaca dan t = RS

menyatakan besar pergeseran berkas sinar, maka

Dari segi tiga RPS kita dapatkan:

sin (i – r) =

atau

Dari segi tiga QPS kita dapatkan:

Cos r =

atau

PS =

Kita gabungkan persamaan yang baru kita dapatkan di atas dengan persamaan sebelumnya,

Akhirnya kita dapatkan persamaan untuk pergeseran berkas sinar yang melewati balok kaca,

Persamaan pergeseran sinar pada balok kaca.

dengand = tebal balok kaca, (cm)

i = sudut datang, (°)r = sudut bias, (°)

t = pergeseran cahaya, (cm)

Dengan menggunakan persamaan di atas kita dapat menentukan jarak pergeseran sinar yang masuk lalu keluar dari balok kaca seperti pada contoh soal di bawah ini.

Page 3: pembiasan cahaya

Contoh:1. Seberkas sinar memasuki balok kaca dari udara (nu = 1) dengan sudut datang i = 30°.

Bila indeks bias balok kaca 1,52 dan ketebalannya 4 cm tentukan jarak pergeseran sinar setelah sinar yang masuk itu keluar dari balok kaca!

Penyelesaian:

Diketahui : i n1

n2

d

= 30°= nu = 1= nk = 1,52= 4 cm

Ditanya : t = ?

Jawab:Data pada soal belum lengkap sebab sudut bias r belum diketahui. Oleh karenanya terlebih dahulu kita cari sudut bias r dengan menggunakan hukum Snellius.

n1 sin i = n2 sin r atau sin r = sin i

  = sin 30° = x 0,5= 0,33

didapat r= 19,2°

Pergeseran sinar yang ditanyakan kini dapat kita hitung,

t

 

  = 0,79°

Jadi, besar pergeseran sinar adalah 0,79 cm.

LatihanBerapa besar pergeseran sinar yang terjadi bila seberkas sinar mendatangi balok kaca yang

tebalnya 8 cm (nk = 1,5) dengan sudut datang 40°?

Dengan cara yang sama seperti pada contoh 1 akan Anda dapatkan besar pegeseran sinar t = 2,24 cm. Ayo, Anda coba sendiri!

Kegiatan LaboratoriumLakukanlah kegiatan berikut ini untuk menentukan indeks bias balok kaca. Letakkan sebuah papan lunak di atas meja, letakkan di atas papan itu kertas putih berukuran foluio dan di atas

kertas itu letakkan balok kaca melintang terhadap kertas seperti pada gambar.

Page 4: pembiasan cahaya

Keterangan:Balok kaca di lihat dari atas (PQRS)A dan B = Jarum pentul di belakang balok kaca.C dan D = Jarum pentul di depan balok kaca.

Gambar 11. Susunan alat-alat untuk menentukan indeks bias balok kaca.

Buatlah garis PQ dan RS pada kertas. Tancapkan jarum pentul di titik A dan B. Aturlah jarak A dan B agar tidak terlalu dekat (±5 cm).

Amati balok kaca dari arah E sehingga bayangan jarum A tampak berhimpit dengan bayangan jarum B. Kemudian tancapkan jarum pentul C dan D sehingga jarum pentul A, B,

C, dan D terlihat pada satu garis lurus.

Langkah selanjutnya, singkirkan balok kaca itu dan tarik garis A – B – F dan C – D. Buatlah garis tegak lurus RS melalui F dan garis tegak lurus PQ melalui C, masing-masing

merupakan normal dari sinar datang AF dan sinar bias CD. Dapatkah Anda tentukan sudut datang (i) dan sudut bias (r) pada percobaan ini? Ya, benar sudut datang adalah sudut yang

dibentuk oleh sinar datang AF dan garis normal, sedangkan sudut bias yang kita ambil adalah sudut yang dibentuk oleh CF dan garis normal (Gambar 12).

Gambar 12. Menentukan sudut datang i dan sudut pantul r balok kaca.

Gunakanlah busur derajat untuk mengukur sudut datang (i) dan sudut bias (r) tersebut.

Page 5: pembiasan cahaya

Lakukan percobaan di atas berulang-ulang untuk sudut datang yang berbeda-beda, lalu masukkan data yang Anda dapat ke dalam tabel di bawah.

Tabel 3. Data Percobaan balok kaca.

No.Sudut datang

(i) Sudut bias

(r) Sin i Sin r

1 2 3 4 5 6

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

10.

----------

----------

----------

----------

----------

        Rata-rata -

Gunakan kalkulator untuk menghitung data pada kolom 4, 5 dan 6 tabel di atas. Indeks bias balok kaca yang akan Anda tentukan sama dengan harga rata-rata kolom 6. Dapatkah Anda

memperkirakan bagaimana bentuk grafik sin r terhadap sin i? Cobalah Anda buat pada sehelai kertas grafik menggunakan data di atas.

B. Pembiasan Pada Prisma Seperti balok kaca, prisma juga merupakan benda bening yang terbuat dari kaca. Bentuknya bermacam-macam, diantaranya seperti terlihat pada Gambar 13 di bawah. Kegunaannya antara lain untuk mengarahkan berkas sinar, mengubah dan membalik letak bayangan serta menguraikan cahaya putih menjadi warna spektrum (warna pelangi).

Gambar 13. Beberapa bentuk prisma.

Pada Gambar 13, prisma digambar dalam bentuk dua dimensi. Anggaplah medium sekeliling prisma adalah udara. Berkas cahaya yang memasuki prisma dengan sudut datang tertentu akan dibiaskan dua kali. Pertama saat memasuki prisma dari udara, kedua saat keluar dari dalam prisma.

Pada pembiasan pertama berkas sinar datang dibiaskan mendekati normal, sedangkan pada pembiasan kedua berkas sinar dibiaskan menjauhi normal. Seperti telah Anda ketahui ini terjadi karena indeks bias prisma lebih besar dari indeks bias udara atau n2> n1.

Page 6: pembiasan cahaya

Gambar 14. Pembiasan pada prisma dalam gambar dua dimensi.

Selanjutnya bila Anda perhatikan segi tiga ABC pada gambar 14 tampak bahwa:

ABC = 90° – r1

ACB = 90° – i2

dan sudut puncak atau sudut pembias prismaBAC= 180° – ABC – ACB

  = 180° – (90° – r1) – (90° – i2)

Kita dapatkan persamaan sudut puncak prisma,

Pesamaan sudut pembias prisma

dengan = sudut puncak atau sudut pembias prismar1 = sudut bias saat berkas sinar memasuki bidang batas pertama i2 = sudut datang saat berkas sinar memasuki bidang batas kedua (berkas sinar di dalam   prisma)

Perhatikan segi tiga EBC pada gambar 14 di atas!EBC = i1– r1

ECB = r2– i2BEC = 180° – EBC – ECB

  = 180° – (i1– r1) – (r2– i2)

Page 7: pembiasan cahaya

C. Sudut DeviasiSudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan berkas sinar datang dan berkas sinar yang keluar dari prisma seperti tampak pada gambar 14 di atas.

Besar sudut deviasi D sesuai gambar 14 adalahD = 180° – BEC= 180° – {180° – (i1 – r1) – (r2– i2)}= (i1 + r2) – (r1 + i2)

Di atas telah didapatkan bahwa = r1 + i2, sehingga

Persamaan sudut deviasi prisma denganD = sudut deviasii1 = sudut datang pada bidang batas pertamar2 = sudut bias pada bidang batas kedua berkas sinar keluar dari prisma = sudut puncak atau sudut pembias prisma

Bagaimana, mudah saja, bukan? Coba Anda baca kembali penurunan dua persamaan prisma di atas sampai Anda yakin, Anda telah memahaminya.

Contoh:Sebuah prisma mempunyai sudut pembias 60° terbuat dari kaca yang indeks biasnya 1,50. Seberkas sinar datang pada salah satu bidang sisi prisma dengan sudut datang 30°. Berapakah besar sudut deviasinya?

Penyelesaian:

Diketahui : i1 = 30°

= 60°np = n2 = 1,50

Ditanya : D = ?

Jawab:Tentukan terlebih dahulu sudut bias pada bidang batas pertama r1 menggunakan hukum Snellius,

n1 sin i1 = n2 sin r1 atau sin r1 = sin i1

 = sin 30° x

= 0,5 x = 0,33

dengan kalkulator kita dapat besar r1 = inv sin 0,33 = 19,2°. Langkah berikutnya kita cari besar i2 dengan menggunakan persamaan sudut pembias prisma,

Page 8: pembiasan cahaya

= r1 + i2

60° = 19,2° + i2

i2 = 40.8°

Selanjutnya kita cari besar r2. Kembali kita gunakan hukum Snellius,

n2 sin i2 = n1 sin r2

sin r1 = sin i2

  = sin 40,8° x = 0,65 x 1,5= 0,975

didapat besar r2 = 77,16°. Sekarang baru dapat ditentukan besar sudut deviasi, yakni

D = (i1 + r2) –

 = (30° + 77,16) – 60°= 47,16°

Jadi sudut deviasi sinar adalah 47,16°.

D. Sudut Deviasi Minimum Sebuah PrismaBila Anda perhatikan persamaan deviasi di atas, tampak bahwa besar sudut deviasi sebuah prisma dapat berubah besarnya bila sudut datang i1 berubah (sudut r2 juga akan berubah bila sudut i1 berubah). Serangkaian percobaan dilakukan untuk membuktikan hal ini. Hasilnya disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara sudut deviasi (D) dan sudut datang pertama i1 (Gambar 15).

Gambar 15. Sudut deviasi prisma merupakan fungsi sudut datang i1.

Page 9: pembiasan cahaya

Dari grafik di atas tampak deviasi bertambah kecil seiring dengan bertambah besarnya i1 yang menarik adalah bila i1 terus diperbesar, deviasi tidak lagi ikut mengecil justru kembali membesar. Jadi, ada suatu keadaan di mana deviasi mencapai nilai terkecil yakni pada saat i1 = r2. Deviasi dengan nilai paling kecil disebut deviasi minimum (Dm). Pada saat deviasi minimum besar i1 = r2 dan karenanya besar i2 = r1 sehingga persamaan sudut pembias berubah dari,

= r1 + i2

menjadi

Persamaan sudut pembias pada saat deviasi minimum.

atau

r1 = ½

Persamaan deviasi juga berubah menjadi persamaan deviasi minimum (). Dari persamaan,

D = (i1 + r2) – i1 = r2

kita dapatkan,

Persamaan deviasi minimum.

atau

Bila kita terapkan persamaan-persamaan yang baru saja kita dapatkan pada deviasi minimum ini ke dalam hukum Snellius, maka akan kita dapatkan persamaan baru, yakni:

n1 sin i1 = n2 sin r1

atau

Hukum Snellius pada prisma saat deviasi minimum untuk b >150

dengann1 = indeks bias mediumn2 = indeks bias prismaDm = deviasi minimumb = sudut pembias prisma

Page 10: pembiasan cahaya

Bila sudut pembias relatif kecil, yakni di bawah 15°, maka sudut deviasi menjadi sangat kecil () sehingga nilai sin = . Akibatnya persamaan Hukum Snellius di atas berubah dari,

menjadi:

atau

() = +

sehingga

Persamaan deviasi minimum prisma untuk b 15°.dengan = deviasi minimum untuk = 15°. n2-1 = indeks bias relatif prisma terhadap medium = sudut pembias prisma

Contoh: 1. Dari suatu percobaan tentang hubungan antara sudut deviasi (D) dengan sudut datang i

dinyatakan dalam bentuk grafik di bawah. Tentukan besar sudut pembias prisma!

Penyelesaian:Dari grafik di atas tampak bahwa Dm = 14° dan i1 = r2 = 37° sementara untuk menentukan besar sudut pembias kita gunakan persamaan Dm = 2 i1– Dm = 2 i1–

14°= (2 x 37°) –

Page 11: pembiasan cahaya

= 74° –14°

  = 60°

Jadi, besar sudut pembias prisma adalah = 60°.

Contoh:2. Sebuah prisma dengan penampang berupa segi tiga sama sisi. Bila sinar monokromatik

dijatuhkan dengan sudut datang 45° pada salah satu sisi prisma, maka sinar tersebut dibiaskan sedemikian sehingga mengalami deviasi minimum. Tentukanlah sudut deviasi minimum dan indeks bias prisma!

Penyelesaian:Ada yang perlu Anda catat dari soal di atas yaitu bahwa sinar yang masuk pada prisma adalah sinar monokromatik. Maksudnya sinar yang hanya terdiri dari satu warna. Misalnya merah, kuning atau hijau. Sebenarnya, berkas sinar yang dibicarakan pada soal-soal terdahulu pun merupakan sinar-sinar monokromatik.

Diketahui : i1 = 45°

  nudara = n1 = 1,0

  = 60° (sebab prisma sama sisi)

Ditanya : a. Dm = ?b. nprisma = n1 ?

Jawab : Karena sudut pembias prisma > 15°, maka kita gunakan persamaanDm = 2i1 –

= 2 x 45° – 60°= 30°

Untuk menentukan indeks bias prisma kita gunakan Hukum Snellius pada prisma saat deviasi minimum

sin 45° = n2 sin 30°

n2 =

  =

Page 12: pembiasan cahaya

Jadi, deviasi minimum prisma = 30°, sedangkan indeks biasnya n2 = atau 1,41. Bagaimana, terlalu banyak persamaan yang harus dikuasai? Ya, perlahan saja. Pelajari kembali contoh-contoh soal di atas. Bila sudah Anda pahami, baru Anda pelajari variasi soal tentang prisma yang lain melalui contoh soal di bawah ini.

Contoh: 3. Sebuah prisma (np = 1,50) mempunyai sudut pembias = 10°. Tentukan deviasi

minimum pada prisma tersebut!

Penyelesaian:Karena sudut pembiasnya < 15° gunakan persamaan deviasi minimum = (n21– 1).

Diketahui : n1 = nu = 1

  n2 = np = 1,50

    = 10°

Ditanya : = ?

Jawab : = (n21– 1)

= ( – 1) = (1,5 – 1) 10°= 5°.

Jadi, berkas sinar yang masuk ke prisma akan mengalami deviasi minimum sebesar 5°.

Demikianlah, uraian materi Kegiatan 2. Jangan bosan untuk mengulang kembali uraian materi ini, Anda pasti dapat memahaminya dengan baik bila sering mengulang-ulang dalam mempelajarinya.

Page 13: pembiasan cahaya

TUGAS 2

Kerjakan tugas di bawah ini dengan benar. Anda boleh menggunakan kalkulator. Setelah selesai cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Tugas Kegiatan 2 modul ini.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Seberkas sinar datang dari udara (nudara = 1) menuju balok kaca yang indeks biasnya 1,41 dengan sudut datang 45°. Jika tebal balok kaca 1,41 cm, tentukan besar pergeseran sinar yang datang ke balok kaca dan sinar yang keluar dari balok kaca!

Seberkas cahaya datang dengan sudut 40° dari udara (nudara = 1) ke balok kaca (nkaca = 1,5) yang tebalnya 8 cm. Berapakah pergeseran berkas sinar tersebut setelah keluar dari balok kaca?

Tulislah persamaan yang menyatakan hubungan antara sudut deviasi dengan sudut pembias prisma, sudut datang pertama dan sudut bias sinar yang keluar dari prisma!

Sudut pembias sebuah prisma yang indeks biasnya 1,56 adalah 30°. Jika sinar datang ke salah satu bidang batas antara udara dan prisma dengan sudut 30°, tentukanlah: a) sudut deviasi prisma; dan b) sudut deviasi minimum prisma!

Hitung sudut datang yang menghasilkan deviasi minimum pada sebuah prisma yang sudut pembiasnya adalah 45° bila indeks biasnya = 1,5 dan indeks bias udara = 1!

Berapakah besar sudut deviasi minimum sebuah prisma (nprisma = 1,5) di udara jika sudut pembiasnya 12°?

Gambar di bawah adalah grafik hubungan antara sudut deviasi (D) dan sudut datang (i1) dari suatu percobaan tentang prisma. Dari grafik tersebut tentukanlah besar sudut pembias prisma?

Page 14: pembiasan cahaya

7.