pembinaan agama islam berbasis rumah keluarga …
TRANSCRIPT
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
747
PEMBINAAN AGAMA ISLAM
BERBASIS RUMAH KELUARGA ASUH TERHADAP ANAK
YANG MENGALAMI DISFUNGSI KELUARGA DAN SOSIAL
(Studi di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Nur Hidayah Surakarta)
Sukamdi1, Latifah Permatasari Fajrin
2
Dosen Prodi Manajemen Pendidikan Islam1, 2
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madina Sragen1, 2
Mahasiswa Doktor Manajemen Pendidikan Islam1, 2
email: [email protected],1 [email protected]
2
Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan menguraikan pembinaan anak asuh yang
mengalami penurunan pola perilaku dan karakter karena disfungsi keluarga dan sosial di
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Nur Hidayah Surakarta beserta model
pembinaan yang dilakukan di asrama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak (LKSA) Nur Hidayah, Jalan Pisang No. 23 Kerten, Laweyan, Surakarta. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 77 anak asuh. Metode pengumpulan
data menggunakan wawancara, observasi terlibat, dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini
meliputi : 1) Pelaksanaan pembinaan agama Islam (spiritual) terhadap anak asuh yang
mengalami disfungsi keluarga dan sosial di panti asuhan Nur Hidayah dilakukan
meliputi persiapan : a) materi disampaikan dengan bahasa sederhana yang mudah
dipahami, b) metode yang digunakan yaitu diskusi, ceramah, praktek, dan tanya jawab,
c) media yang digunakan yaitu al-Qur’an, al-Hadits, Iqra’, dan buku-buku bacaan yang
relevan dengan topik materi, serta d) evaluasi dilakukan yang berupa tanya jawab dan
praktek ibadah. 2) Bagaimana model pembinaan agama Islam terhadap anak asuh yang
mengalami disfungsi keluarga dan sosial di panti asuhan Nur Hidayah : a) pembinaan
anak asuh dilakukan secara rutin dan insidental dalam bentuk pembinaan insan yang
berperilaku Qur’ani. Pembinaan berperilaku Qur’ani secara integratif dan komprehensif
baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat meliputi pembinaan spiritual,
bimbingan psikologi dan kesehatan, b) Pembinaan kemandirian untuk mengembangkan
potensi (potential capasity) yang dimilikinya menjadi kemampuan nyata (actual ability)
secara optimal sehingga tetap dalam pribadi fitrah dan lurus (hanief) sebagaimana
keadaan ketika lahir, meliputi pembinaan bakat, bimbingan belajar, memasak dan
keterampilan handycraft membuat gantungan kunci, tempat pensil, bros serta bunga
plastik.
Kata kunci: Pembinaan, Agama Islam, Anak Asuh, disfungsi keluarga dan Sosial.
A. PENDAHULUAN
Anak merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, dititipkan kepada
hambanya melalui ikatan pernikan yang suci antara laki-laki dan perempuan,
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
748
supaya orangtua mendidik, membimbing, mengarahkan, dan memberikan kasih
sayang. Kedua orangtua dalam mendidik dan memberikan kasih sayang kepada
anak-anaknya merupakan sebuah kebutuhan. Ada sebuah pesan dalam maknanya
“Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonya,” menjadi nasehat bagi orang tua, bahwa
baik atau buruk anak bergantung bagaimana cara orang tua mendidik dan
memberikan pendidikan.
Keluarga yang masih ituh (ayah-ibu) merupakan harapan dan dambaan bagi
setiap anak yang lahir. Namun, kenyataan tidak semua anak dapat merasakan
keberuntungan untuk merasakan kebersamaan keluarga (ada ayah dan ibu) seperti
yang diharapkan.1 Disini keluarga merupakan meniatur dalam kehidupan sosial
yang menjadi benteng pertama terhadap serangan penyakit sosial dalam perilaku
sejak dini. Pembentukan watak, perilaku, dan karakter kepribadian terjadi pertama
kali di lingkungan keluarga. Sehingga pembinaan, pengarahan, dan penanaman
nilai-nilai religius dalam keluarga diperlukan dan diutamakan untuk membentengi
anak-anak dari perubahan perilaku dan pranata sosial yang sulit dipantau dan
dikontrol. Seperti contohnya : perkelahian, mabuk-mabukan, pencurian, dan
problem sosial lainnya.
Ketika anak-anak telah tumbuh dewasa dan memahami serta mampu
menginternalisasikan nilai-nilai agama dalam dirinya maka, tahap selanjutnya
adalah bagaimana anak-anak (anak asuh) mampu memahami, menghayati, dan
mengamalkan ilmu yang didapat dari pembinaan orang tua dan di sekolah serta
dimanapun dalam kehidupan realita melalui perbuatan dan tindakan nyata.
Perkembangan anak-anak itu diukur sejauh mana anak mampu menyerap dan
memahami materi yang telah dipelajari bersama yang meliputi : 1) aspek kognetif,
2) aspek afektif, dan 3) aspek psikomotorik.2 Pembinaan dan bimbingan terhadap
anak asuh yang tinggal di lembaga kesejahteraan sosial anak perlu dilakukan
supaya kelak mampu untuk mengamalkan nilai-nilai agama secara sempurna dan
menjadikan way of life.
1 Mazaya dan Supradewi, 2011, Hubungan Konsep Diri dengan kebermaknaan hidup pada
remaja di panti asuhan, Proyeksi Vol.6 (2), hlm. 103-112 2 Muhammad Muchlis Solichin, 2012, Psikologi Belajar; Aplikasi Teori-Teori Belajar dalam
Proses Pembelajaran, Yogyakarta: Suka Press, hlm. 86-87
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
749
Disfungsi keluarga dan sosial mengenai maslaha dan problem anak-anak
marak belakangan ini. Seorang anak dikatakan mengalami disfungsi keluarga, tidak
hanya karena anak asuh tidak memiliki salah satu orang tua atau kedua orang
tuanya, akan tetapi disebabkan ketika hak-hak anak untuk tumbuh dan kembang
secara wajar, untuk memperoleh kasih sayang, pendidikan layak dan memperoleh
pelayanan kesehatan memadai, tidak terpenuhi disebabkan secara maksimal, bisa
jadi dikarenakan kelalaian, ketidak mengertian orang tua, ketidak mampuan orang
tua, dan bahkan kesengajaan orang tuanya. Seorang anak yang kelahirannya tidak
dikehendaki, misalnya mereka umumnya rawan untuk ditelantarkan atau bahkan
diperlakukan salah dan tidak sewajarnya. (Bagong Suyanto, 2010: 25). Sedangkan
menurut UUD 1945 pasal 34 ayat 1 : “anak terlantar itu dipelihara oleh Negara”.
(UUD 1945 pasal 34 ayat 1). Artinya Pemerintah mempunyai tanggung jawab besar
terhadap pendidikan, perlindungan, pemeliharaan dan pembinaan terhadap anak-
anak yang mengalami disfungsi keluarga dan sosial.
Pada hakekatnya anak merupakan generasi emas yang akan menjadi tulang
punggung bagi kemajuan suatu bangsa dan negara. Anak-anak merupakan anugrah
dari Allah SWT dan sekaligus sebagai aset kemajuan suatu peradaban bangsa yang
patut disyukuri, dijaga, dididik, dibimbing, di arahkan, dilindungi dan diberikan
kasih sayang. Anak adalah manusia yang masih kecil yang memiliki berbagai
potensi untuk tumbuh dan kembang secara dinamis. Anak-anak yang mengalami
disfungsi keluarga dan sosial pada umumnya ditampung di Lembaga Kesejahteraan
Sosial Anak (LKSA). Maka diperlukannya tenaga pekerja sosial (pengasuh) yang
akan mendampinga keseharian anak-anak dalam beraktivitas. Pengasuh memiliki
fungsi untuk membantu individu anak-anak yang terlantar guna meningkatkan
kapasitasnya untuk berfungsi dalam keluaraga maupun lingkungan sosial serta
menciptakan kondisi masyarakat nyaman dan tentram.
Pekerja sosial (pengasuh) adalah profesi yang bidang utamanya
berkecimpung dalam kegiatan pelayanan sosial yang terorganisasi, dimana
tujuannya untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam penyesuaian diri
secara timbal balik dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
750
sosialnya.3 Pengasuh sebagai pengganti peran orang tua dan orang terdekat
diharapkan mempu memberikan kasih sayang, bimbingan, perlindungan,
pembinaan, pendidikan dan kasih sayang kepada anak asuh, supaya anak asuh
mandiri, berakhlak mulia dan mampu menyelesaikan setiap masalah yang dialami.
Komunikasi yang humanis diharapkan mampu memberikan motivasi untuk lebih
semangat dalam menghadapi kehidupan yang tanpa didampingi oleh orang tuanya.
Anak asuh memiliki juga motivasi untuk terus berbenah memperbaiki kualitas diri
dan juga memiliki kepribadian yang religius.
Lembaga kesejahteraan sosial anak atau Panti Asuhan Nur Hidayah
Surakarta merupakan salah satu lembaga yang memberikan pelayanan terhadap
anak-anak yang mengalami disfungsi keluarga dan sosial. Lembaga ini
menyelenggarakan layanan pembinaan pendidikan agama secara maksimal, untuk
memberikan pembekalan kepada anak asuh agar mampu secara pribadi mempunyai
akhlak dan kepribadian yang kuat. Lembaga kesejahteraan sosial anak Nur
Hidayah, sudah terakreditasi dengan nilai A (Amat Baik) oleh Badan Akreditasi
Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS) pada tahun 2017. LKSA Nur Hidayah
memberikan pelayanan terhadap anak-anak yang mengalami disfungsi keluarga dan
sosial. LKSA Nur Hidayah juga menjadi salah satu panti asuhan yang mengikuti
lomba tingkat Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Pilar-Pilar Sosial” yang di
selenggarakan oleh Kementrian Sosial dengan hasil yang membanggakan Juara 1
Tingkat Provinsi Jawa tengah.
Oleh karena itu, diperlukan penelaahan lebih lanjut mengenai fenomena
yang ada. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian studi kasus terhadap
Pembinaan Agama Islam Berbasis Rumah Keluarga Asuh terhadap Anak yang
Mengalami Disfungsi Keluarga dan Sosial di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
(LKSA) atau Panti Asuhan Nur Hidayah Surakarta.
B. Pembahasan
Review pustaka ini menyajikan telaah kajian pustaka dan penelitian
terdahulu yang mendukung kajian mengenai konsep-konsep yang dipakai dalam
3 Fundamentals of Social Work, 1983, hlm. 3
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
751
penelitian ini. Konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini meliputi pembinaan
agama Islam, rumah keluarga asuh, dan disfungsi keluarga dan sosial.
a. Pembinaan Pendidikan Agama Islam
Pengertian pembinaan menurut bahasa, berasal dari بناء -يبنى -بنى yang
berarti membangun, membina, dan mendirikan. Yang dimaksud pembinaan
agama Islam disini, sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah hadits:
بنى الاسلام على خمس شهادة أن لا آله الا الله وإيقام الصلاة وإيتاء الزكاة وصو (رواه البخارى)م رمضان
Artinya: “Dibina Islam atas lima sendi yang terpokok yaitu meyakini ke-Esaan
Allah, mendirikan sholat, membayar zakat fitrah dan berpuasa
dibulan Romadhon.” (HR. Bukhori).4
Kegiatan pembinaan agama Islam berlangsung secara
berkesinambungan, memerlukan kesabaran, keteladan, dan penuh
tanggungjawab. Pembinaan yang dilakukan di panti asuhan yatim piatu
berbasis rumah keluarga asuh (RKA) dapat dipahami dan dilaksanakan yang
terkandung dalam bingkai nilai-nilai ajaran Islam, untuk membekali anak asuh
dalam mencapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia.
Pembinaan adalah tindakan atau usaha dan kegiatan yang dilaksanakan
secara berhasil atau berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik.5
Pembinaan ini dimaksudkan untuk membentuk pribadi attau anak asuh menjadi
muslim yang ideal, yang sesuai dengan tuntunan al-Quran dan al-Hadits. Usaha
pembinaan yang optimal dan maksimal agar terwujud insan yang bahagia dunia
dan akherat.
Dalam konteks penelitian ini pembinaan dapat dipahami sebagai usaha
secara sadar dalam kegiatan membina dan mendidik dengan penuh keteladanan
dan tanggungjawab dalam mewujudkan anak asuh berakhlak karimah dan
memiliki pendirian yang teguh yang diselengarakan di panti Asuhan Yatim Nur
4Al Imam ibnu Abdullah Muhammad ibnu Ismail ibnu Ibrahim ibnu Al Al Mughiroh bin
Baridziyah Al Bukhori Al Ja’fy, Al Shohih Al Bukhori, Turki :Daarul Fikri, 1981, Jus I, hal.8 5Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, hal.117
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
752
Hidayah Surakarta dalam bentuk kegiatan pembinaan agama Islam secara rutin
dan berkala. Adapun makna pembinaan agama dipahami sebagai upaya yang
dilakukan oleh panti Asuhan Yatim Nur Hidayah Surakarta terhadap anak asuh
yang tinggal di asrama dalam kondisi yang tertekan, pemahaman agama yang
kurang, dan trauma kekerasan. Maka anak asuh sangat memerlukan pembinaan
agama agar mereka merasa dekat dengan Tuhan sehingga tenang dan tentram
hatinya.
b. Kepengasuhan Berbasis Rumah Keluarga Asuh (RKA)
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dan bertempat
tinggal yang sama yang masing-masing anggota merasakan adanya pertautan
batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi dan saling memperhatikan.6 Yang
dimaksud keluarga disini adalah unit dasar dan unsur utama di masyarakat,
yang dengan itu unsur-unsur yang tertib dalam komunitas sosial dirancang
dalam masyarakat.7 Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang
sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat.8
Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam
masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari
perhubungan laki-laki dan wanita, sedikit banyak berlangsung lama untuk
menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentukyang
murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami isteri dan anak-
anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama,
dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.9 Keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah sampai dengan derajat ketiga.10 Menurut Soerjono Sukanto mengatakan
keluarga terdiri dari suatu pasangan suami istri dan anak yang biasanya tinggal
satu rumah yang sama yang secara resmi terbentuk oleh adanya hubungan
6 Abdurrahman saleh, Berawal Dari Keluarga, Bandung: Mizan, 2003, hal.14
7Husain Ali Turkamani, Bimbingan Keluarga dan Wanita Islam, Mengungkap RahasiaIsu
Emansipasi, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992, hal.30 8 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hal.87-89
9 Hartono dan Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 79.
10Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak, pasal 1
ayat 3.
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
753
perkawinan dan sebagai wadah serta proses pertama pergaulan hidup. Keluarga
seperti ini disebut keluarga inti/batih atau nuclear family dan disebut juga
rumah tangga yang merupakan inti terkecil dalam masyarakat. Keluarga juga
berfungsi sebagai wadah dan proses pertama pergaulan hidup.11
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
lingkungan yang pertama kali mendidik, membimbing, mengarahkan,
membekali, dan mengasuh anak untuk meningkatkan perkembangan jiwa,
perilaku dan interaksi sosial anak. Orang tua di sini adalah pendidik sejati,
pendidik karena kodratnya. Karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-
anak hendaknya kasih sayang yang sejati pula. Yang berarti orang tua
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak, dengan
mengesampingkan keinginan dan kesenangan diri.12
Menurut Zakiah Daradzat,
tanggungjawab orang tua terhadap anakyaitu sebagai berikut:13
1) Memelihara
dan membesarkan anak, 2) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani
maupun rohaniah, 3) Memberi pengajaran, 4) Membahagiakan anak, 5)
Tanggungjawab orang tua.
Dalam konteks penelitian ini yang di maksud rumah keluar asuh (RKA)
adalah rumah untuk menampung anak-anak yang belum mendapatkan
perlindungan orang tua kandung karena beberapa sebab : 1) ditinggal mati
ayahnya, 2) ditinggal mati ibunya, 3) ditinggal mati kedua orangtuanya, 4)
karena korban perceraian, 5) karena orang tua tidak mampu membiayai
sekolah, dst. Maka pembinaan dan mengasuh yang kurang maksimal ini
dititipkan sementara di panti asuhan. Salah satu panti asuhan yatim piatu yang
menampung anak-anak yang kurang mendapatkan pengasuhan optimal dari
orang tuanya adalah panti asuhan yatim piatu Nur Hidayah Surakarta.
Pembinaan dan pengasuhan berbasis rumah keluarga asu (RKA) di lembaga
kesejahteraan sosial anak Nur Hidayah Surakarta. Panti asuhan yatim piatu Nur
Hidayah Surakarta yang menyelenggarakan pengasuhan berbasis RKA. RKA
11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga tentang Ikhwanul Keluarga, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1992, hal.1 12
M. Ngalim Purwanto, MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Edisi II, 2000, hal.80 13
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, hal.38
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
754
berusaha Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak,
menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya
dan mencegah terjadinya perkawinan pada umur anak-anak.
Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya atau
karena suatu sebab, tidak dapat dilaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya
maka kewajiban dan tanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dapat beralih pada keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturanper undang-undangan yang berlaku.14
Keluarga merupakan bagian
sosial terkecil dalam masyarakat. Anggota keluarga saling berinteraksi dengan
anggota keluarga lainnya untuk suatu keutuhan dan keperluan. Sebagai sebuah
keluarga memiliki ciri-ciri saling ketergantungan, keutuhan, tata cara dan
peraturan diri, serta keterbukaan.
c. Disfungsi Keluarga dan Sosial
Disfungsi keluarga adalah hubungan yang terjalin di dalam keluarga
tidak berjalan dengan harmonis dan interaktif, seperti fungsi masing-masing
anggota keluarga tidak jelas atau ikatan emosi dan komunikasi antar anggota
keluarga kurang terjalin dengan baik.15
Faktor Penyebab Keluarga Disfungsi :
1) Salah satu atau kedua orang tua terlalu sibuk, 2), Komunikasi yang tidak
efektif 3) Kurangnya persiapan antara suami dan istri ketika hendak membina
rumah tangga, 4) Ketidakmampuan kedua orang tua dalam menyatukan dua
budaya yang berbeda. Beberapa Fungsi-fungsi Keluarga menurut Narwoko dan
Suyanto:16
1) Fungsi afeksi, 2) Fungsi pelindung, 3) Fungsi pemeliharaan, 4)
Fungsi Penentuan Status, 5) Fungsi Pengaturan Keturunan, 6) Fungsi
Sosialisasi atau Pendidikan, 7) Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi.
Disfungsi Sosial adalah dimana kondisi seseorang tidak mampu
melaksanakan peran sosial sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, dan
sesuai dengan harapan orang lain. Kondisi seseorang tidak mampu
melaksanakan peran sosial sesuai dengan tugas & tanggung jawabnya, dan
sesuai dgn harapan orang lain. Kondisi seseorang tidak mampu melaksanakan
14
Agnes Sunartiningsih dkk, Jalan Menuju Kesejahteraan dari Wacana Hingga Realita,
Yogyakarta: Azzagrafika, 2013, hal.172 15
Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Prenada Media, 2014)
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
755
peran sosial sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, dan sesuai dengan
harapan orang lain.
C. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu “Pola Pembinaan di
Panti Asuhan Rumah Yatim Arrahman Sleman Yogyakarta” yang dilaksanakan17
oleh Kinasih Novarisa. Penelitian ini menghasilkan temuan perubahan kondisi
spiritual dan peningkatan prestasi akademik serta keterampilan anak asuh.
Penelitian relevan berikutnya yaitu “Pembinaan Akhlak Terhadap Anak
Asuh Di Panti Asuhan Nurulhaq Gedongkuning Banguntapan Bantul”, yang
dilakukan18
oleh Abu Siri. Memperoleh temuan sebagai berikut keberhasilan
pembinaan akhlak anak asuh di panti asuhan Nurulhaq karena termotivasi untuk
memperbaiki diri, timbul semangat untuk menggali ilmu agama, dan adanya
komunikasi positif antara semua penghuni asrama.
D. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat
deskriptif kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diperlukan yang dapat
diamati.19
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
fenomenologis.20
Yaitu berusaha memahami makna peristiwa serta interaksi pada
orang-orang biasa dalam situasi tertentu atau untuk mengetahui fakta atau penyebab
dari suatu kejadian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi
obyektif, penulis menggunakan metode komunikasi langsung dan tidak langsung,
menggunakan alat sebagai berikut : Pengambilan data dilaksanakan dengan
wawancara mendalam,21
dan observasi terlibat pada aktivitas anak asuh22
dan
17
Kinasih Novarisa, Pola Pembinaan di Panti Asuhan Rumah Yatim Arrahman, Skripsi, UNY
Yogyakarta, 2014. 18
Abu Siri, Pembinaan Akhlak Terhadap Anak Asuh Di Panti Asuhan Nurulhaq, Skripsi, UIN
Sunan Kalijaga, 2015. 19
Lihat Lexy, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013),
hlm. 4. 20
Lihat Lexy, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif…, hlm. 9. 21
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
hal.186 22
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 115
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
756
dokumetasi23 di asrama lembaga kesejahteraan sosial anak. Dilaksanakan di lembaga
kesejahteraan sosial anak Nur Hidayah, di Jalan Pisang No.12, Kerten, Laweyan,
Kota Surakarta, Jawa Tengah 57143. Penelitian berlangsung mulai bulan
September sampai Nopember 2018.
E. Hasil Penelitian
Pemabahasan dan hasil penelitian akan dijabarkan ke dalam dua bagian
sebagaimana rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Nur Hidayah Surakarta
adalah salah satu unit bergerak di bidang sosial. Lembaga kesejahteraan sosial anak
Nur Hidayah diresmikan pada tanggal 17 Juli 1997. Sejak saat itu hingga saat ini
Lembaga kesejahteraan sosial anak Panti Asuhan Nur Hidayah telah melepas
beberapa angkatan. Program menyantuni dan mengasuh di asrama yatim
diperuntukan bagi anak yatim yang berusia 5 tahun (TK) hingga berusia 19 tahun
(lulus SMA), setelah lulus SMA/SMK, jika anak asuh mampu untuk menembus
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, yayasan akan berusaha mencarikan sponsor
bagi kuliah mereka.
Di lembaga kesejahteraan sosial anak/panti asuhan, bukan hanya fasilitas
sarana dan prasarana serta pendidikan (biaya sekolah) yang di sediakan oleh
Yayasan Nur Hidayah, namun juga perhatian, kasih sayang, bimbingan, motivasi
oleh pengasuh masing-masing asrama agar para anak asuh tersebut dapat tumbuh
kembang secara mandiri pada saatnya kelak. Lembaga kesejahteraan sosial
anak/panti asuhan Nur Hidayah merupakan jembatan tali asih, asah dan asuh dari
para dermawan dan hartawan yang ingin menyantuni anak-anak asuh. Untuk
memudahkan kepengasuhan dan para dermawan yang mau menyantuni, maka dari
yayasan dibantu dari para donatur didirikian beberapa tempat tinggal / asrama asuh.
Dijelaskan dalam Visi lembaga kesejahteraan sosial anak/panti asuhan Nur
Hidayah Surakarta yaitu : “Terbentuknya muslimin dan muslimah sebagai generasi
cerdas, sehat, handal, profesional, amanah, dan berakhlak mulia, dengan
pengetahuan luas dan keterampilan multi-guna”. Sedangkan Misi yaitu :
23
M. Djunaidi Ghani & Fauzan almanshur, Metodologi Penelitian kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010, hal. 176
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
757
“Menyiapkangenerasi cerdas (baik secara spiritual, emosional, dan intelektual
maupun secara mental, dan moral) kreatif, mandiri, dan dinamis; Menanamkan pola
kehidupan agamis, sehat, dan peka terhadap lingkungan. Membentuk dan membina
kader penerus bangsa yang berdedikasi tinggi, siap secara ilmu dan agaman,
bertanggung jawab, serta konsen terhadap perkembangan dan kemajuan.”
Pada saat ini ada 6 asrama panti asuhan yang secara kronologis berdirinya
sebagai berikut: 1) Tahun 1997, Peresmian Asrama Panti Asuhan Putra 1 di Kerten,
tingkat sekolah dasar dengan jumlah anak asuh sebanyak 20 anak sekaligus
diadakan pula khitanan massal sebanyak 34 anak yatim/dhuafa. Lokasi asrama
panti ini berada di Jl. Pisang No. 23 Kerten Surakarta daya tampung asrama
sebanyak 20 anak, 2) Tahun 2002, Peresmian Asrama Panti Asuhan Putri 1 di
Kerten. di Jl. Pisang I No. 1 daya tampung Asrama putri sebanyak 15 anak, 3)
Tahun 2007, Diresmikan Walikota Surakarta, Joko Widodo (JOKOWI) tanggal 21
Juli 2007, Panti Asuhan Putra 2 Banyuanyar mulai dihuni anak asuh. Yang
beralamat di Jl. Bone Timur III RT.1 RW.2 Kelurahan Banyuanyar, kecamatan
Banjarsari, Kota Surakarta. (Kapasitas 20 anak), 4) Tahun 2010, Diresmikan
Walikota Surakarta tanggal 20 Maret 2010, peresmian Asrama Putri 2 di Kerten.
Bangunan 2 lantai yang akan dipergunakan untuk berbagai kegiatan. Lantai 1 (satu)
sebagai pusat pelatihan keterampilan anak asuh panti berupa ketrampilan boga,
jahit menjahit, komputer dan lain sebagainya. Sedangkan lantai 2 (dua) untuk
asrama anak asuh. Asrama ini memiliki daya tampung sebanyak 20 orang, 5) Tahun
2015, peresmian Asrama Putra 3 di Tegal Mulyo. Asrama ini memiliki daya
tampung sebanyak 12 orang, 6) Tahun 2017, Peresmian Asrama putri 3 di
Banyudono. Asarama ini memiliki daya tampung 13 orang.
1. Pelaksanaan pembinaan agama Islam di LKSA Nur Hidayah
Berpegang pada kaidah-kaidah analisis data yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan terhadap temuan-temuan empiris, maka dapat dipaparkan
pelaksanaan pembinaan agama Islam di lembaga kesejahteraan sosial anak
(LKSA) Panti Asuhan Nur Hidayah Surakarta. Di lembaga kesejahteraan sosial
anak (LKSA) Panti Asuhan Nur Hidayah Surakarta, proses pembinaan agama
Islam, meliputi : 1) pembinaan insidental, 2) pembinaan rutin : pembinaan
yang dibuat secara rutin untuk kegiatan-kegiatan yang berulang, 3) pembinaan
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
758
sangat penting ; pembinaan yang dlakukan secara tepat karena adanya masalah
yang komplek, 4) pembinaan penting, 5) pembinaan biasa.
a. Tahapan Pelayanan Kegiatan Anak Asuh
Kegiatan Internal: 1) Taklim/kajian setiap hari yang dibimbing oleh
pengasuh dan ustadz/ustadzah dari dalam maupun luar yayasan, 2) BTA
(Baca Tulis al-Qur’an) yang diadakan setiap hari terutaman dipagi hari dan
bakda magrib, 3) Sekolah formal setiap hari sesuai dengan kemapuan dan
jenjang pendidikan anak asuh, 4) Kemandirian dan piket harian ; mencuci
pakaian, seterika, memasak, kebersihan diri dan lingkungan, dan lain-lain,
5) Ketrampilan / Skill tambahan; Komputer, Bahasa Inggris, setir mobil
(bagi yang sudah SLTA), menjahit, dekorasi, kultum, dan lain-lain, 6)
Olah raga diadakan setiap hari Ahad secara bersama seperti sepak bola,
tenis meja, bola volly, bulu tangkis, renang, dan lain-lain, 7) Bimbingan
belajar sekolah atau lembaga pendidikan bagi anak yang memang
membutuhkan, 8) Beladiri (Tapak suci dan Wushu), 9) Seni Hadrah
,beberapa kali sudah tampil di berbagai acara, 10) Pengajian rutin setiap
jumat sore di yayasan
Kegiatan Eksternal: 1) Acara dengan donatur, Anak Asuh lembaga
kesejahteraan sosial anak Nur Hidayah sering diundang para donatur
dalam acara-acara/hajat, tasyakuran, pengajian dll. 2) Out bound atau
rekreasi/rihlah, kegiatan ini biasanya d adakan setiap tahun di saat liburan
kenaikan kelas bersama dengan para karyawan Yayasan Nur Hidayah guna
mempererat rasa kebersamaan, tali silaturahim dan mengurangi kejenuhan,
3) PKL (Praktek Kerja Lapangan) mengunjungi perusahaan-perusahaan,
pabrik, unit-unit usaha produktif agar mendapatkan wawasan baru
sehingga memotivasi untuk berwiraswasta di masa depan, 4) Kunjungan
ke lembaga kesejahteraan sosial anak Lain.
Tabel 1.
Program pembinaan agama Islam di LKSA Nur Hidayah
No. Program Pembinaan Isi Materi
1. Pembinaan insidental Pembinaan yang dilakukan untuk kegiatan yang
bersifat sedang terjadi :
1. Pembinaan akhlak
2. Pembinaan perilaku
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
759
2. Program Harian 1. Membaca al-Qur’an
2. Makan secara bersama (makan pagi, makan
siang, makan malam)
3. Sholat 5 waktu (subuh, dhuhur, ashar, maghrib,
isya’) terkecuali anak yang belajar di sekolah
untuk sholat dhuhur biasanya dilakukan di
sekolah atau madrasah.
4. Belajar malam
3 Program Mingguan Pembinaan ini dilakukan 1 atau 2 kali dalam satu
minggu, penyampai materi mengundang dari luar
yaitu ustadz Dede Wahyudin, S.Pd.I., M.Pd.
4. Program Bulanan Program ini dilaksanakan dalam rangka pembinaan
semua anak asuh di lembaga kesejahteraan sosial
anak Nur Hidayah. Pembinaan ini dilakukan oleh
pengurus yayasan. Disamping melakukan pembinaan
juga sebagai ajang silaturahim antara anak asuh,
karyawan, dengan pengurus yayasan. Pelaksanaan
dilakukan dengan penuh rasa haru dan bahagia.
Berdasarkan paparan diatas, dapat dijabarkan pembahasan
mengenai program pembinaan agama Islam di LKSA Nur Hidayah,
sebagai berikut :
a. Program pembinaan insidentil yang dilakukan oleh pengasuh.
Pembinaan ini dilakukan setelah ada pelanggaran tatatertib asrama
yang dilakukan oleh anak asuh. Contoh kasus: merokok di asrama,
menonton film asusiala, bertengkar, mencuri barang milik anak asuh
lain, dst.
b. Program pembinaan harian yang dilakukan langsung oleh pengasuh
asrama masing-masing. Proses pembinaan agama di LKSA Nur
Hidayah dikembangkan dan didasarkan atas keyakinan bahwa setiap
anak asuh adalah pribadi yang unik, baik keunikan gaya belajar
maupun kecerdasannya (multiple inteligence). Proses pembinaan
agama Islam dalam pengajaran haruslah berlangsung dalam suasana
yang menggairahkan, menyenangkan, aktif, kreatif, inovatif, tanpa
paksaan dan tekanan. Pada akhirnya proses pembinaan dapat
berlangsung secara baik, efektif dan efisien. Pembinaan yang
berlangsung di LKSA Nur Hidayah, anak asuh dalam kegiatan
belajar dengan menggunakan multi sensory (seluruh indera), semua
potensi otak dan kecerdasan sesuai dengan gaya belajar anak-anak.
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
760
Pembinaan yang dilakukan bersifat terprogram maupun insidental.
Terprogram pembinaan dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.
Tabel 2.
Pembinaan Terprogram
No Asrama Hari Ustadz
1 RKA Putra 1 Kerten Senin Dede Wahyudin, S.Pd.I, M.Pd.
2 RKA Putra 2 Banyuanyar Rabu dan
Jum’at
Dede Wahyudin, S.Pd.I, M.Pd
3 RKA Putra 3 Tegal Mulyo Dede Wahyudin, S.Pd.I, M.Pd
4 RKA Putri 1 Wisma Kerten Selasa dan
Kamis
Dede Wahyudin, S.Pd.I, M.Pd
5 RKA Putri 2 Kerten Dede Wahyudin, S.Pd.I, M.Pd
6 RKA Putri 3 Banyudono Sabtu Dede Wahyudin, S.Pd.I, M.Pd
Pembinaan terprogram yang dilakukan oleh ustadz Dede
Wahyudin, S.Pd.I, M.Pd, berlangsung dengan lancar dan tertib, anak asuh
sangat memerhatikan apa yang disampaikan dan antusias karena
mennyajikan materi menggunakan media power point yang disajikan
sangat menarik. Anak asuh ada yang mencatat, dipelajari, dan diamalkan
dalam kehidupan sosialnya.
Pembinaan di rumah keluarga asuh (RKA) Putra 1 Kerten
terjadwal setiap hari senin. RKA putra 1 Kerten sebagai pengasuhnya
adala Ustdaz Muhammad Wabab, dengan jumlah anak asuhnya 13 orang
laki-laki. RKA putra 1 Kerten berpusat di dikantor pusat bidang sosial
yayasan Nur Hidayah Surakarta. Anak asuh menempuh pendidikan
formalnya di sekolah sekitar LKSA Nur Hidayah, sesuai tingkat
pendidikan (SD-SMP-SMA/SMK). Kegiatan pagi sampai siang pembinaan
diserahkan di sekolah masing-masing. Pengasuh melakukan
pendampingan dan pengawasan bersama wali kelas, ketika di sekolah
terjadi kenalan remaja, guru kelas mengubungi pengasuh, kemudian
dilakukan diskusi untuk mengurai akar permasalahan. Problem yang biasa
terjadi seperti : mbolos sekolah, bertengkar, tidak mengerjakan PR, dan
pergi ke warnet. Hal ini menjadikan interaksi baik guru kelas dan
pengasuh secara intens. Kepengasuhan akan melakukan pembinaan ulang
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
761
setalah sampai di asrama. Mengunakan pendekatan yang santai, agar anak
tidak merasa tertekan atau terpaksa.
Pembinaan di RKA Putra 2 Banyuanyar dan RKA putra 3
Tegalmulya setiap hari rabu dan Jum’at. Kedua RKA ini digabung karena
tempatnya berdekatan. RKA putra 2 Banyuanyar di asuh oleh Ustadz
Hasan Wicaksono, S.Pd, dengan 15 anak asuh. Sedangkan untuk RKA
putra 3 tegal mulya di asuh oleh ustadz Syihab, S.Pd., dengan 9 anak asuh.
Pembinaan agama dilakaukan oleh ustadz dede Wahyudin, S.Pd.I., M.Pd.
yang dilaksanakan pukul 18.15-19.00WIB. proses pembinaan berlangsung
secara interaktif dan inovatif dengan menggunakan media pembelajaran
LCD proyektor dan laptop. Proses pembelajaran dengan pendekatan materi
kekinian yang sedang berlangsung. Misal contoh : mendekati hari raya idul
adha materi pembelajaran berkait dengan tata cara penyembelihan hewan
qur’ban.
Misalnya: setelah sholat maghrib diadakan pembinaan oleh
pengasuh, penekanan pembinaan adalah pada persoalan mapun problem
dalam sehari. Materi pembinaan terkait perilaku yang baik, sopan santun,
berakhlak mulia.
2. Bagaimana proses pembinaan agama Islam di lembaga kesejahteraan sosial
anak atau panti asuhan Nur Hidayah Surakarta
Pembahasan mengenai proses pembinaan agama Islam di lembaga
kesejahteraan sosial anak atau panti asuhan Nur Hidayah Surakarta, sebagai
berikut:
Pertama, pembinaan psikologi ini mempelajari tingkah laku anak asuh,
baik sebagai individu maupun dalam sebagai makhluk sosial hubungan dengan
lingkungan. Tingkah laku anak asuh yang tampak maupun tidak tampak.
Tingkah laku yang disadari mapun tidak disadari. Keaadan aktual yang terjadi
di lembaga kesejahteraan sosial anak atau panti asuhan Nur Hidayah Surakarta
terkait materi yang diberikan pada anak asuh tingkah laku yang nampak,
meliputi : 1) anak asuh menghormati pengasuh, 2) anak asuh menghormati
karyawan, 3) anak asuh menghormati tamu, 4) anak asuh menghormati orang
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
762
tua, 5) anak asuh menghormati guru ngaji. Keadaan aktual pada anak asuh
yang tidak nampak : 1) berkata jujur, 2) tidak berbohong, 3) berkata yang baik.
Kedua, pembinaan sosial di bermasyarakat. Anak asuh yang tinggal di
asrama, tentunya dalam kehidupan sehari-hari berinteraksi dengan masyarakat.
Masyarakat ikut berperan dalam pembinaan di kampung, bagaimana cara
berhubungan orang dengan orang, orang dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok sosial saling bertemu. Keadaan yang terjadi di lembaga
kesejahteraan sosial anak atau panti asuhan Nur Hidayah Surakarta terkait
pembinaan sosial yang diberikan pada anak asuh, meliputi: 1) anak asuh ikut
kegiatan karang taruna, 2) anak asuh ikut kegiatan 17 Agustusan, 3) anak asuh
ikut kegiatan sinoman, 4) anak asuh ikut kegiatan kerja bakti, 5) anak asuh ikut
kegiatan menjenguk tetangga yang sedang sakit.
Ketiga, pembinaan keterampilan yang menunjang dan mempelajari
keterampilan dan imajinasi anak asuh. Seperti: membaca, menulis,
menggambar, memasak, membuat roti, dan kegiatan lainnya. Keadaan yang
terjadi di lembaga kesejahteraan sosial anak atau panti asuhan Nur Hidayah
Surakarta terkait pembinaan keterampilan yang diberikan pada anak asuh,
meliputi : 1) membaca iqra’ bagi yang belum bisa membaca al-Qur’an, 2)
membaca al-Qur’an, 3) membaca buku-buku Islami seperti, kisah 25 para nabi,
kisah ulul azmi, kisah para sahabat nabi Muhammad SAW, 4) membaca buku-
buku umum seperti buku pelajaran di sekolah, novel, dan pengetahuan umum
lainnya.
Keempat, pembinaan agama yang mempelajari keimanan dan tata cara
kepada Allah SWT serta kaidah yang berhubungan pergaulan dengan manusia
dan manusia serta lingkungannya. Materi pembinaan agama Islam yang
meliputi:
1. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep Iman
Keaadan aktual yang terjadi di panti asuhan Nur Hidayah terkait
materi Aqidah yang diberikan pada anak asuh, meliputi : 1) pembahasan
yang berkenaan dengan masalah ketuhanan utamanya pembahasan tentang
Allah (Ilahiyat), 2) pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan
Allah, yaitu para nabi dan para rasul Allah (Nubuwwat), 3) pembahasan
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
763
yang berkenaan dengan makhluk gaib, seperti Jin, Malaikat, dan Iblis.
(Ruhaniyat), 4) pembahasan yang bekenaan dengan alam ghaib, seperti
alam kubur, akhirat, surga, neraka, (Sam’iyyat).
2. Syari’ah merupakan penjabaran dari konsep Islam
Keaadan aktual yang terjadi di panti asuhan Nur Hidayah terkait
materi Aqidah yang diberikan pada anak asuh, meliputi : a) ibadah, anak
asuh sudah mampu mengucapkan syahadat dengan benar, melaksanakan
sholat dengan tepat waktu, melaksanakan puasa senin kamis. Badani
(bersifat fisik), bersuci meliputi wudhu, mandi, tayamum, menghilangkan
najis, istinjak, adzan, iqomat, doa dan kitan. Mali (bersifat harta) meliputi
qurban. Muamalah, anak asuh menyimpan atau menabung uang sakunya di
koperasi. Munakahat, anak asuh mengikuti takziah kepada tetangga yang
meninggal. Siyasa, menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan tolong
menolong (ta’awun), persaudaraan (ukhuwa), dan persamaan
(musyawarah). Akhlak mengatur sikap hidup pribadi, berbuat baik kepada
ayah dan ibu (birrul walidain), anak asuh memiliki sifat pemaaf ketika ada
temen yang usil membuat gaduh mengajak bertengkar, anak
3. Akhlak merupakan penjabaran dari konsep Ihsan
Keaadan aktual yang terjadi di lembaga kesejahteraan sosial anak
atau panti asuhan Nur Hidayah Surakarta terkait materi Aqidah yang
diberikan pada anak asuh, meliputi : Ilmu Akhlak (Etika Islam, Moralitas
Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak termasuk kajian-kajian
yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya.
F. Kesimpulan dan Rekomendasi
Simpulan penelitian ini meliputi: 1) Pelaksanaan pembinaan agama Islam
(spiritual) terhadap anak asuh yang mengalami disfungsi keluarga dan sosial di
panti asuhan Nur Hidayah dilakukan meliputi persiapan: a) materi disampaikan
dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami, b) metode yang digunakan yaitu
diskusi, ceramah, praktek, dan tanya jawab, c) media yang digunakan yaitu al-
Qur’an, al-Hadits, Iqra’, dan buku-buku bacaan yang relevan dengan topik materi,
serta d) evaluasi dilakukan melalui test yang berupa tanya jawab dan praktek
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
764
ibadah. 2) Bagaimana bentuk pembinaan agama Islam terhadap anak asuh yang
mengalami disfungsi keluarga dan sosial di panti asuhan Nur Hidayah: a)
pembinaan anak asuh dilakukan secara rutin dan insidental dalam bentuk
pembinaan insan yang berperilaku Qur’ani. Pembinaan berperilaku Qur’ani secara
integratif dan komprehensif baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat
meliputi pembinaan spiritual, bimbingan psikologi dan kesehatan, b) Pembinaan
kemandirian untuk mengembangkan potensi (potential capasity) yang dimilikinya
menjadi kemampuan nyata (actual ability) secara optimal sehingga tetap dalam
pribadi fitrah dan lurus (hanief) sebagaimana keadaan ketika lahir, meliputi
pembinaan bakat, bimbingan belajar, memasak dan keterampilan handycraft
membuat gantungan kunci, tempat pensil, bros serta bunga plastik.
Rekomendasi penelitian ini terkhusus untuk panti asuhan Nur Hidayah,
sebaiknya pembinaan agama islam dilaksanakan secara intensif dan
berkesinambungan dengan diperkuat peran orang tua atau wali asuh serta
masyarakat. Sebaiknya dilaksanakan perbaikan konsep pembinaan yang terprogram
baik dari (materi pembinaan), sumber daya manusia (pengasuh/ ustadz/ ustazah),
proses pembinaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi).
Penelitian ini lanjutan yang dapat dilakukan guna mengkaji lebih detail dan dalam
mengenai pembinaan agama Islam di panti asuhan yakni terkait interaksi anak asuh
di sekolah/ madrasah, pergaulan anak asuh dengan temannya, dan keseharian hidup
ditengah-tengah masyarakat yang heterogen.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Siri, 2015, Pembinaan Akhlak Terhadap Anak Asuh Di Panti Asuhan Nurulhaq,
UIN Sunan Kalijaga: Skripsi.
Abdurrahman Saleh, 2003, Berawal Dari Keluarga, Bandung: Mizan.
Abu Ahmadi, 2009, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta.
Agnes Sunartiningsih dkk, 2013, Jalan Menuju Kesejahteraan dari Wacana Hingga
Realita, Yogyakarta: Azzagrafika.
Al-Imam ibnu Abdullah Muhammad ibnu Ismail ibnu Ibrahim ibnu Al Al Mughiroh bin
Baridziyah Al Bukhori Al Ja’fy, 1981, Al Shohih Al Bukhori, Turki: Daarul Fikri.
Sukamdi, Latifah Permatasari Fajrin Jurnal Tawadhu Vol. 3 no. 1, 2019
ISSN Jurnal Tawadhu: 2597-7121 (media cetak)
2580-8826 (media online)
765
Bagong Suyanto, 2010, Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana.
Burhan Bungin, 2007, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana.
Dwi Narwoko, 2014, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Prenada Media.
Husain Ali Turkamani, 1992, Bimbingan Keluarga dan Wanita Islam, Mengungkap
RahasiaIsu Emansipasi, Jakarta: Pustaka Hidayah.
Hartono dan Arnicun Aziz, 2001, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bumi Aksara.
Kinasih Novarisa, 2014, Pola Pembinaan di Panti Asuhan Rumah Yatim Arrahman,
UNY Yogyakarta: skripsi.
Lexy J Moleong, 2007, Metodologi Penelitian kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
______, 2013, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mazaya dan Supradewi, 2011, Hubungan Konsep Diri dengan kebermaknaan hidup
pada remaja di panti asuhan, Proyeksi Vol.6 (2).
M. Ngalim Purwanto, 2000, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Edisi Ke-2, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Muhammad Muchlis Solichin, 2012, Psikologi Belajar; Aplikasi Teori-Teori Belajar
dalam Proses Pembelajaran, Yogyakarta: Suka Press.
Introduction to Social Welfare Institutions: Social Problems, Service, and Current
Issues. 1982.
M. Djunaidi Ghani & Fauzan almanshur, 2010, Metodologi Penelitian kualitatif,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Soerjono Soekanto, 1992, Sosiologi Keluarga tentang Ikhwanul Keluarga, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak,
pasal 1 ayat 3.
Zakiah Daradjat, dkk. 1996, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.