pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di...

127
PEMBINAAN KEAGAMAAN PADA NARAPIDANA WANITA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MAGELANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: Nur’aini Solikhah NIM : 111 10 156 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014

Upload: lekhue

Post on 11-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBINAAN KEAGAMAAN PADA NARAPIDANA

WANITA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

MAGELANG TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Nur’aini Solikhah

NIM : 111 10 156

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2014

MOTTO

ان من خياركم احسنكم اخالقا

“Sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan diantara kalian adalah

yang terbaik budi pekertinya”

(HR. Bukhari)

PERSEMBAHAN

Kubingkiskan karya sederhana ini untuk:

& Almamaterku tercinta STAIN Salatiga.

& Bapak & Ibu tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan

menyemangatiku. Terima kasih atas untaian do‟a yang tiada henti terucap dari

bibir dan hati Bapak & Ibu untuk kebaikan Ananda.

& Adikku, Abdul Kholiq Muhamad, semoga kamu meraih cita-cita yang kamu

impikan.

& Teman kos yang penuh kehangatan: Jayanti, Umatul dan Mbak Yani.

& Mbak Upla, dik Ana, Zaty, Henni, Amie, Vita, Lilis, dan Aye terima kasih

karena kalian telah membuatku mengerti arti persahabatan.

& Teman-teman D-paSta „10 yang seperjuangan. Makasih atas segala dukungan

teman-teman selama ini. One all them.. best friends forever.

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir skripsi dengan judul “Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita

di Lembaga Pemasyarakatan Magelang Tahun 2014”. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1

Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang.

2. Bapak Mubarok dan Ibu Hartini tercinta yang telah mencurahkan

pengorbanan dan do‟a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

3. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil., selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang

sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

4. Bapak Rasimin, M.Pd selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga.

5. Seluruh dosen dan petugas admin Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian

berlangsung.

6. Lembaga Pemasyarakatan Magelang, Bapak I Made Darmajaya,

Bc.Ip.S.Sos.SH.MM selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Magelang,

Bapak Drs.Triyoga Nugroho, Ibu Siti Badriyatun, Bapak Hananta B, SH., dan

Bapak Dididk Budi, A.Ks yang telah memberikan informasi dan data yang

diperlukan dalam penelitian ini.

7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Amin ya robbal ‟alamin

Salatiga, 25 Agustus 2014

Penulis

Nur‟aini Solikhah

NIM: 111 10 156

ABSTRAK

Solikhah, Nur‟aini. 2014. Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita di

Lembaga Pemasyarakatan Magelang Tahun 2014. Skripsi. Jurusan

Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil.

Kata Kunci: Pembinaan Keagamaan dan Narapidana Wanita

Penelitian ini membahas Pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di

Lembaga Pemasyarakatan Magelang Tahun 2014. Fokus Penelitian yang akan

dikaji adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana

wanita di Lembaga Pemasyaakatan Magelang tahun 2014; 2. Metode apa saja

yang diterapkan dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana

wanita di Lembaga Pemasyarakatan Magelang tahn 2014; 3. Faktor apa saja yang

menghambat pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di Lemabaga

Pemasyarakatan Magelang tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka

kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai

instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta

terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para

informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan

dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data

dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan

keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pembinaan keagamaan

pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Magelang dilaksanakan

secara intensif setiap hari dan terus menerus, seperti Sholat Dhuhur Berjama‟ah.

Metode yang digunakan adalah Metode Pembinaan berdasar Situasi, Metode

Pembinaan Perorangan (Individual Treatment), Metode Pembinaan Kelompok

(Classical Treatment), Metode Belajar dan Pengalaman (Experiental Learning)

dan Auto Sugesti. Faktor yang menhambat pembinaan kegamaan: a). Latar

belakang narapidana wanita yang tidak sama. b).Perbedaan masa hukuman serta

masuknya yang tidak bersamaan. c). Minat narapidana wanita mengikuti

pembinaan keagamaan kurang. d). Kemampuan narapidana dalam mencerna

materi disampaikan tidak sama. e). Tidak adanya kurikulum khusus untuk

pembinaan keagamaan.

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO .................................................................................. i

JUDUL .......................................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

ABSTRAK .................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Fokus Penelitian ......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9

D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 9

E. Penegasan Istilah ........................................................................ 10

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................... 12

2. Kehadiran Peneliti ............................................................... 13

3. Lokasi Penelitian ................................................................. 13

4. Sumber Data ........................................................................ 13

5. Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 14

6. Analisis Data ....................................................................... 17

7. Pengecekan Keabsahan Data ............................................... 18

8. Tahap-tahap Penelitian ........................................................ 18

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembinaan Keagamaan

1. Pengertian Keagamaan ......................................................... 21

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Keagamaan .......................... 26

3. Unsur-unsur dalam Pembinaan Keagamaan ....................... 29

4. Metode Pembinaan Keagamaan .......................................... 31

B. Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan

1. Pengertian Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan ....... 37

2. Tujuan dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan .................... 40

C. Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan ................ 45

1. Pembinaan Narapidana ........................................................ 41

2. Tahap-tahap Pembinaan Narapidana ................................... 44

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Magelang

1. Diskripsi Lokasi LP Magelang ............................................ 48

2. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya LP Magelang ................. 48

3. Struktur Organisasi dan Tugas Staf .................................... 49

4. Proses Pembinaan ............................................................... 54

5. Sarana dan Fasilitas ............................................................. 57

6. Klasifikasi Narapidana Wanita di LP Magelang ................. 58

7. Program Pembinaan Narapidana dalam Rangka Pemasyarakatan

.............................................................................................. 61

B. Temuan Penelitian

1. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita di

Lembaga Pemasyarakatan ................................................... 67

2. Metode Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan pada Narapidana

Wanita di Lembaga Pemasyarakatan .................................. 69

3. Faktor Penghambat Pembinaan Keagamaan pada Narapidana

Wanita di Lembaga Pemasyarakatan .................................. 70

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita ...................... 72

B. Metode Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita ........ 78

C. Faktor Penghambat Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita

..................................................................................................... 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 85

B. Saran-saran ................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Klasifikasi Narapidana/Tahanan Wanita berdasarkan Jenjang

Pendidikan

Tabel 3.2 : Klasifikasi Narapidana/Tahanan Wanita berdasarkan Tempat

Tinggal

Tabel 3.3 : Klasifikasi Narapidana/Tahanan Wanita berdasarkan Jenis Perkara

Tabel 3.4 : Klasifikasi Narapidana Wanita berdasarkan Masa Pidana

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. 1 : Pedoman Wawancara

Lamp. 2 : Kode Penelitian

Lamp. 3 : Transkip Wawancara

Lamp. 4 : Lembar Konsultasi Skripsi

Lamp. 5 : Surat Penunjukkan Pembimbing

Lamp. 6 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lamp. 7 : Bukti Penelitian

Lamp. 8 : Surat Keterangan Kegiatan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh yang sangat

besar. Daradjat (1982: 56) menyebutkan ada tiga fungsi agama terhadap

mereka yang meyakini kebenarannya, yaitu: a). Memberikan bimbingan

dalam hidup. b). Menolong dalam menghadapi kesukaran. c). Menentramkan

batin.

Realitanya jalan yang ditunjukkan agama tidak seluruhnya diikuti oleh

manusia, bahkan sebagian besar mengingkarinya. Pengingkarannya terhadap

agama ini tidak hanya terjadi pada zaman jahiliyah saja, tetapi terjadi pula

pada zaman modern ini.

Proses modernisasi telah membawa perubahan pola hidup manusia.

Terutama dalam cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan

sehari-hari yang pada gilirannya perubahan tersebut akan membawa dampak

positif dan negatif. Dampak negatif dari medernisasi antara lain: adanya

perubahan tata nilai dan tata kehidupan yang serba keras, bahkan tradisi

nenek moyang yang dikenal beradab telah terkikis oleh budaya baru yang

serba modern. Perubahan tata nilai tersebut dikarenakan lemahnya keyakinan

beragama, sikap individual dan matrealis. Hal ini karena tuntutan hidup yang

semakin tinggi dan semakin banyak yang kurang terpenuhi. Akibatnya

persaingan hidup semakin tajam dan penuh ketegangan. Sikap kebersamaan

sukar didapatkan, apalagi dalam lingkungan masyarakat yang tidak

menjadikan agama sebagai way of life. Rasa keterkaitan antar kelompok,

keluarga, dan sesama tetangga terasa semakin longgar. Salah satu

keprihatinannya adalah munculnya pergaulan bebas di kalangan remaja,

longgarnya pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya dan tuntutan

pemenuhan ekonomi ditambah lagi krisis ekonomi yang berkepanjangan,

mengakibatkan terjadinya penyelewengan moral yang mengarah kepada

perbuatan yang dilarang agama dan norma masyarakat.

Hasan (1974: 82), mengatakan bahwa: “salah satu ciri kehidupan

masyarakat modern dewasa ini adalah kegoyahan norma-norma, termasuk

norma-norma yang kita pergunakan dalam menilai problema manusia sebagai

anggota masyarakat”. Kondisi yang demikian merupakan faktor yang dapat

mengganggu keseimbangan jiwa bagi mereka yang tidak kuat mental

agamanya. Pada tingkat permulaan mungkin berupa ketegangan (stress),

frustasi, dan sampai melakukan tindak kejahatan.

Di sisi lain, agama digunakan sebagai pendekatan memberikan terapi

melalui pembinaan, bimbingan dan latihan. Karena hanya agamalah yang

dapat memuaskan jiwa, yang dapat menghilangkan konflik atau pertentangan,

perasaan berdosa dan kekecewaan. Dalam al-Qur‟an surat Yunus ayat 57,

Allah Swt berfirman:

Artinya: “Hai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu

pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-

penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat

bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus:57)

Menurut Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10,

pembinaan adalah usaha yang ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan

akhlak (budi pekerti). Keterangan tersebut, hubungan antara perihal itu sangat

lazim dimaknai dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Tujuan pembinaan

keagamaan tidak lain adalah untuk mengarahkan agar orang yang dibina

dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama sehingga diharapkan

dapat mensucikan jiwa mereka dan membentuk akhlak mulia, dapat mencapai

kesejahteraan lahir dan batin. Selain itu juga, perlu ditambah adanya praktek-

praktek langsung yaitu melakukan amal perbuatan yang diperintahkan oleh

agama secara nyata.

Peran agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting. Tanpa atau

dengan penelitian, cukup berdasarkan pengalaman sehari-hari, dapat

dipastikan bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan, baik dalam

hidup sekarang maupun sesudah mati. Usaha untuk mencapai cita-cita

tertinggi (yang tumbuh dari naluri sendiri) itu tidak boleh dianggap ringan

begitu saja. Jaminan untuk itu mereka menemukan dalam agama. Terutama

karena agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara yang

khas untuk mencapai kebahagiaan yang “terakhir”, yang pencapaiannya

mengatasi kemampuan manusia secara mutlak, karena kebahagian itu berada

di luar batas kekuatan manusia (breaking point). Orang berpendapat bahwa

hanya manusia agama (homo religius) yang dapat mencapi titik itu, entah itu

manusia yang hidup dalam masyarakat primitif, entah dalam masyarakat

modern (Puspito, 1983: 39-40).

Oleh sebab itu setiap orang, baik yang berstatus sosial tinggi atau

berstatus sosial rendah dapat menemui kesukaran dalam berbagai bentuk.

Hanya satu mungkin yang sama-sama diinginkan, yaitu ketenangan jiwa.

Ketenangan jiwa ini dibutuhkan bagi setiap orang, baik di desa maupun di

kota, baik kaya maupun miskin.

Kenyataan menunjukkan bahwa semakin maju masyarakat, semakin

banyak komplikasi hidup yang dialaminya. Banyak persaingan, perlombaan

dan pertentangan karena semakin banyak kebutuhan dan keinginan yang

harus dipenuhi. Akibat semakin sulitnya memenuhi kebutuhan hidup itu,

sebagian orang wanita melakukan tindak kejahatan. Di sisi lain, permasalahan

tindak kejahatan yang dilakukan wanita adalah masalah yang sangat

kompleks karena merupakan pelanggaran hukum, sosial dan agama,

merugikan masyarakat sekitar, dan menjadi cela dalam kehidupan sosial ini.

Orang (wanita) yang melakukan perbuatan salah atau tindak kejahatan secara

umum dikenal oleh masyarakat dengan panggilan narapidana wanita. Perilaku

tersebut, dapat menyebabkan seseorang masuk ke dalam Lembaga

Pemasyarakatan.

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah unit pelaksana teknis

pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina narapidana. Dapat

dikatakan juga bahwa LAPAS adalah merupakan sarana pembinaan

narapidana dalam sitem pemasyarakatan (Setiady, 2010: 137). Lembaga

Pemasyarakatan merupakan suatu tempat bagi penampungan dan pembinaan

narapidana yang karena perbuatannya dinyatakan bersalah dan diputuskan

oleh hakim pidana penjara. Salah satu Lembaga Pemasyarakatan yang berada

di Jawa Tengah adalah Lembaga Pemasyarakatan Magelang.

Pembinaan keagamaan untuk memberi bekal bagi narapidana agar kelak

setelah bebas menjalani masa pidana menjadi orang yang lebih baik, maka

pihak Lembaga Pemasyarakatan Magelang menyelenggarakan program

pembinaan bagi narapidana, yang meliputi pembinaan kemandirian dan

pembinaan kepribadian. Pembinaan kemandirian meliputi: pembinaan

keterampilan dan pembinaan fisik, sedangkan untuk pembinaan kepribadian

antara lain meliputi: pembinaan kesadaran beragama dan pembinaan

intelektual. Dan pembinaan keagamaan termasuk dalam pembinaan kesadaran

beragama.

Dalam pelaksanaan pembinaan kemandirian dan kepribadian,

pembinaan kemandirian dan kepribadian yang diselenggarakan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Magelang diantaranya yang terpenting adalah pembinaan

keagamaan, yang tentunya berupa bimbingan dan penyuluhan agama Islam.

Bimbingan penyuluhan Islam adalah proses pemberian bantuan yang

terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat

mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara

optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung

di dalam Al-Qur’an, Al-Hadits sehingga ia dapat hidup selaras dan

sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Al-Hadits (Hallen, 2002:17).

Melihat teori di atas bahwa al-Qur‟an dan al-Hadits bukan saja

merupakan landasan hidup manusia dalam bentuk hubungan antara manusia

dengan Allah SWT, akan tetapi sebagai landasan kehidupan timbal balik

antara sesama manusia dan alam semesta. Hal ini memberikan makna

fungsional dan sekaligus membuktikan bahwa Islam tidak hanya

memfokuskan pada keselamatan individual saja, namun juga mencakup

masalah-masalah sosial demi terciptanya kesejahteraan umat.

Pembinaan keagamaan yang baik, secara teoretis akan melahirkan hasil

binaan yang baik untuk manusia. Begitu pula pembinaan keagamaan pada

narapidana wanita yang baik, juga akan melahirkan karakter narapidana

wanita baik bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Akan tetapi, fenomena yang

ditemukan masih ada juga sebagian dari mereka yang terjaring dalam kasus

yang sama beberapa kali, yang nyata-nyata dilarang oleh norma-norma agama

dan masyarakat berbagai alasan mereka kembali ke tindak kejahatan tersebut

dikarenakan sebagai berikut:

1. Gangguan Psikis : (balas dendam, frustasi, petualangan, broken

home, dll.)

2. Gangguan Ekonomi : (tekanan ekonomi keluarga, krisis moneter,

dll.)

3. Gangguan Budaya : (lingkungan tempat tinggal, pelanggaran

norma sosial atau budaya, pelanggaran

norma agama, dll.) (Kartono, 1982: 222).

Untuk mengembalikan dan memulihkan kepercayaan diri, harga diri,

harkat dan martabat mereka ke kehidupan masyarakat kelak dan layak, serta

secara normatif sesuai dengan norma ajaran Islam, maka perlu didekati

dengan sentuhan nilai-nilai agama Islam. Sejalan dengan ini, maka

pembinaan keagamaan sangat berperan dalam rangka mempercepat proses

rehabilitasi tersebut. Inti pelaksanaan pembinaan keagamaan adalah

penjiwaan agama dalam hidupnya, Ia dibina sesuai dengan tingkat dan situasi

psikologisnya (Arifin, 1977: 25).

Kaitannya dengan hal tersebut, maka perlu kiranya untuk dikaji secara

mendalam pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana yang selama

ini dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Magelang maupun pada pihak

yang ikut terkait.

Namun, keberhasilan dalam pembinaan keagamaan di Lembaga

Pemasyarakatan Magelang, apakah mungkin ditentukan oleh pelaksanaan dan

faktor metode atau materi binaan dalam pembinaan keagamaan pada

narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Magelang.Sebab, kedua

komponen keberhasilan itu menimbulkan tanggapan bagi masing-masing

narapidana di Lembaga Masyarakat tersebut. Inilah yang akan dilakukan

lebih lanjut dalam penelitian skripsi ini.

Peneliti akan meneliti yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan

keagamaan pada narapidana wanita, metode yang diterapkan dalam

pembinaan keagamaan pada narapidana wanita, dan faktor penghambat

pembinaan narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Magelang.

Lembaga Permasyarakatan Magelang merupakan Lembaga Permasyarakatan

di bawah naungan Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia Semarang

yang terletak di Jalan Dr. Cipto No. 64 Semarang. Lembaga Pemasyarakatan

Magelang terletak pada kawasan kota Magelang tepatnya di Jalan Sutopo No.

2 Magelang. Sebenarnya nama Lembaga Permasyarakatan Magelang adalah

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Magelang. Secara keseluruhan, hingga

saat ini jumlah narapidana dan tahanan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

tersebut adalah 450 orang. Sedangkan narapidana dan tahanan wanita

berjumlah 13 orang, 10 orang dinyatakan sebagai narapidana dan 3 orang

sebagai tahanan. Karena hemat penulis lokasi sangat strategis mudah

dijangkau karena berada di pusat kota dan objek mudah untuk dijangkau

untuk penelitian.

Setelah melihat beberapa pokok pikiran di atas, penulis merasa

tergugah untuk meneliti dan mengangkat sebuah tema topik penelitian yang

berjudul: “PEMBINAAN KEAGAMAAN PADA NARAPIDANA WANITA

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MAGELANG TAHUN 2014”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan maslah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana wanita

di Lembaga Pemasyarakatan Magelang tahun 2014?

2. Metode apa saja yang diterapkan dalam pelaksanaan pembinaan

keagamaan pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang tahun 2014?

3. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pembinaan keagamaan pada

narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Magelang tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini

adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana

wanita di Lembaga Pemasyarakatan Magelang tahun 2014.

2. Untuk mengetahui metode yang diterapkan dalam pelaksanaan

pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di Lembaga

Pemasyarakatan Magelang tahun 2014.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pembinaan

keagamaan pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang tahun 2014.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis dan praktis:

1. Manfaat praktis :

a. Bagi Lembaga: dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap

pola pembinaan yang selama ini telah dilakukan dan juga sebagai

acuan untuk perkembangan pembinaan di masa yang akan datang.

b. Bagi Penulis: sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman

yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal untuk terjun ke dalam

masyarakat yang sebenarnya terutama yang ada kaitannya dengan

dunia pendidikan.

c. Bagi Narapidana Wanita: dapat dijadikan tambahan ilmu

pengetahuan dan acuan dalam menjalani pembinaan keagamaan

sehingga ketika sudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan tidak

melakukan tindak pidana lagi.

2. Manfaat teoretis

Dapat memperkaya kepustakaan dan menambah khasanah ilmu

pengetahuan khususnya tentang pelaksanaan pembinaan keagamaan pada

narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Magelang.

E. Penegasan Istilah

Agar mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah yang

jelas dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan

dan maksud penulisan judul sebagai berikut:

1. Pembinaan Keagamaan

Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan

secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Alwi,

2007: 152). Sedangkan keagamaan berarti segala sesuatu yang

berhubungan dengan agama (Alwi, 2007: 12).

Jadi pembinaan keagamaan dalam penelitian ini adalah segala

aktifitas keagamaan, khususnya agama Islam yang dilakukan di Lembaga

PemasyarakatanMagelang yang bertujuan untuk membina para

narapidana melalui pendekatan religius.

2. Narapidana Wanita

Narapidana adalah orang yang sedang menjalani hukuman karena

tindak pidana (Alwi, 2007: 774). Sedangkan wanita adalah perempuan

dewasa (Alwi, 2007: 1268).

Jadi narapidana wanita dalam penelitian ini adalah seorang

perempuan dewasa yang sedang menjalani hukuman karena tindak

pidana.

3. Lembaga Pemasyarakatan Magelang

Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat orang menjalani hukuman

pidana (Alwi, 2007: 655). Dapat dikatakan juga bahwa LAPAS adalah

merupakan sarana pembinaan narapidana dalam sistem pemasyarakatan

(Setiady, 2010: 137). Lembaga pemasyarakatan (Lapas) adalah suatu

tempat bagi penampungan dan pembinaan manusia yang karena

perbuatannya dinyatakan bersalah dan diputuskan oleh hakim dengan

pidana penjara. Adapun letak Lembaga Pemasyarakatan Magelang

berada di Jalan Sutopo No. 2 Magelang.

Berdasarkan penjelasan istilah di atas, maka maksud dari judul

“Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita di Lembaga

Pemasyarakatan Magelang” adalah untuk mengetahui potret pelaksanaan

pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang. Sehingga, nantinya setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan

narapidana wanita sudah tidak lagi mengulang kesalahan dan tidak canggung

ketika mereka berhubungan kembali dengan masyarakat sekitarnya, serta

senantiasa mentaati perintah agama dan menjauhi larangannya.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian yang

sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan

pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi

strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi,

langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-

dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain

(Zuriah, 2009: 95).

Melalui metode kualitatif penulis dapat mengenal orang (subjek)

secara pribadi dan melihat perkembangan definisi mereka sendiri tentang

dunia ini. Penulis dapat merasakan apa yang mereka alami dalam

pergaulan dengan masyarakat mereka sehari-hari, mempelajari

kelompok-kelompok dan pengalaman-pengalaman yang mungkin belum

penulis ketahui sama sekali. Yang terakhir metode kualitatif

memungkinkan penulis menyelidiki konsep-konsep yang dalam

penelitian lainnya intinya akan hilang. Konsep-konsep seperti keindahan,

rasa sakit, keimanan, penderitaan, frustasi, harapan, dan kasih sayang

dapat diselidiki sebagaimana orang-orang yang sesungguhnya dalam

kehidupan mereka sehari-hari (Sugiyono, 2007: 30).

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data.

Peneliti datang dan secara langsung berinteraksi di tengah-tengah objek

penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara mendalam dan

aktivitas-aktivitas lainnya demi memperoleh data yang diperlukan dalam

penelitian ini. Peneliti turun langsung ke kancah penelitian, tanpa

mewakilkan pada orang lain, agar kegiatan yang berkaitan dalam

menggali, mengidentifikasi data informasi dan fenomena yang muncul di

lapangan dapat diperoleh secara akurat.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang yang berlokasi di Jln. Sutopo No. 2 Magelang pada bulan Mei

2014 sampai dengan selesai.

4. Sumber Data

Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga

peneliti memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan

berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.

Responden adalah orang yang merespon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan

(Arikunto, 2010: 107). Sedangkan informan adalah orang yang menjadi

sumber data dalam penelitian (Alwi, 2007: 794).

Subyek penelitian adalah keseluruhan dari informan atau sumber

yang hendak diteliti dalam hal ini subyeknya adalah:

1) Koordinator Keagamaan Lembaga Pemasyarakan Magelang.

2) Petugas Lembaga Pemasyarakatan Magelang.

3) Narapidana wanita yang muslim.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah interview (wawancara), observasi, dan dokumentasi.

a. Interview (Wawancara)

Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi

verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh

informasi (Nasution, 1996: 113). Wawancara ialah percakapan dua

orang atau lebih (Usman dan Akbar, 1996: 57). Jadi dari hasil

wawancara ini diharapkan penulis dapat memperoleh data yang

diperlukan untuk kaitannya dengan pelaksanaan pembinaan

keagamaan, metode yang diterapkan dalam pembinaan keagamaan

yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan itu.

Penelitian ini menggunakan wawancara tidak struktur, yaitu

pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan

ditanyakan (Arikunto, 2010: 197). Dimana pewawancara

berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disusun

sebelumnya. Penulis mengajukan pertanyaan yang dijawab oleh

responden dengan bebas, jika jawaban dari responden mulai

menyimpang dari arah pertanyaan, pewawancara mengalihkan pada

alur yang telah ditentukan.

Metode ini penulis memperoleh keterangan dengan responden

dengan cara berdialog langsung saling bertatap muka. Hal ini

mengambil responden yang dianggap dapat memberikan informasi

yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain adalah:

1) Para Pembina yang diwakili oleh:

a) Bapak TN

b) Ibu SBY

2) Narapidana Wanita yang diwakili oleh:

a) TR

b) TT

c) WD

d) KR

e) NR

Kenapa peneliti hanya mengambil lima perwakilan responden

dari narapidana wanita karena narapidana wanita yang lebih dari satu

tahun dan berpendidikan SMA keatas, selain itu satu diantara mereka

merupakan tamping, atau yang mengomando dalam kegiatan

pembinaan keagamaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang

sistematisterhadap gejala-gejala yang diteliti (Arikunto, 2010: 54).

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Observasi dilakukan untuk

memperoleh data yang belum diperoleh waktu wawancara dan

dokumentasi. Dimana kondisi narapidana wanita dalam pembinaan

dan bagaimana hasil atau respon narapidana wanita terhadap

pembinaan itu.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen

(Arikunto, 2010: 73). Metode ini untuk memperoleh data dari

beberapa dokumen sebagai pelengkap, yang dapat memperjelas dari

metode interview atau wawancara seperti:

1) Deskripsi Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Magelang

2) Visi, Misi dan Tujuan berdirinya Lembaga Pemasyarakatan

Magelang

3) Struktur Organisasi dan Tugas Staf Proses Pembinaan

4) Sarana dan Fasilitas yang digunakan dalam pembinaan

5) Klasifikasi Narapidana Wanita

6) Program Pembinaan Narapidana dalam Rangka Pemasyarakatan

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008: 244)

Penelitian ini akan di analisis secara kualitatif untuk mengolah data

dari lapangan:

a. Pengumpulan data

Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang

diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara

mendalam (indepth interview), observasi dan dokumentasi yang

diperoleh dari penelitian.

b. Reduksi data

Dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, abstraksi

merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga dalam penelitian ini.

c. Penyajian data

Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan

sesuai dengan data yang telah di reduksi terlebih dahulu.

d. Kesimpulan

Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran

terhadap apa yang akan diteliti.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah

benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi, yakni

data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak di cek kebenarannya

dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak

kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan metode

yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan membandingkan informasi tentang

hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar dari

subyektivitas.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai

berikut:

a. Tahap pra lapangan

1) Mengajukan judul penelitian

2) Menyusun proposal penelitian

3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing

b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:

1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian

2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus

penelitian

3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan

c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan:

1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian

2) Pengecekan keabsahan data

d. Tahap peneliti laporan penelitian

1) Penulisan hasil penelitian

2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

3) Perbaikan hasil konsultasi

4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian

5) Ujian munaqosah skripsi

G. Sistematika Penulisan

Agar suatu penelitian dapat dengan mudah dipahami oleh orang yang

membacanya, maka selayaknya dapat sistematika penulisan. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini adalah:

Bab I merupakan kerangka dasar yang berisi Latar Belakang Masalah,

Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,

Metode Penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti,

Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data,

Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, dan Tahap-tahap Penelitian), dan

Sitematika Penulisan.

Bab II berisi tentang kajian pustaka,merupakan bagian yang

menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang

memuat pengertian pembinaan keagamaan, dasar dan tujuan pembinaan

keagamaan, metode dan materi pembinaan keagamaan, pelaksanaan

pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan, pengertian Narapidana

dan Lembaga Pemasyarakatan, tujuan dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan,

pembinaan narapidana, dan tahap-tahap pembinaan narapidana.

Bab III berisi paparan data dan temuan peneliti menjelaskan tentang

gambaran umum Lembaga Pemasyarakatan Magelang (deskripsi lokasi LP

Magelang, visi, misi, dan tujuan LP Magelang, struktur organisasi dan Tugas

Staf, Sarana dan Fasilitas, klasifikasi narapidana wanita, program pembinaan

narapidana dalam rangka pemasyarakatan), dan Temuan Penelitian.

Bab IV merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang

dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah

penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah

ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah

ilmu.

Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan

hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran

berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembinaan Keagamaan

1. Pengertian Pembinaan Keagamaan

Sebelum dibahas lebih lanjut tentang pembinaan keagamaan, maka

perlu kiranya dikemukakan pengertian pembinaan itu sendiri,

diantaranya:

a. Menurut Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10

Pembinaan adalah usaha yang ditujukan untuk memperbaiki,

meningkatkan akhlak (budi pekerti).

b. Menurut PP RI Nomor 31 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1

Kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, Intelektual, Sikap dan Perilaku, Profesional,

kesehatan jasmani dan rohani.

c. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 152)

Pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan awalan

“pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara.

Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien dan

efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.

Sedangkan pengertian dari keagamaan itu sendiri ialah, bahwa

keagamaan berasal dari kata agama yang kemudian mendapat awalan

“ke” dan akhiran “an”. Sehingga membentuk kata baru yaitu

“keagamaan”. Jadi keagamaan di sini mempunyai arti “segenap

kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan ajaran kebaikan dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu” (Alwi,

2007: 12).

Dari rumusan di atas, yang dimaksud dengan pembinaan

keagamaan adalah suatu usaha untuk membimbing dan mempertahankan

serta mengembangkan atau menyempurnakan dalam segala seginya, baik

segi akidah, segi ibadah dan segi akhlak. Seperti diterangkan dalam

Hadist sebagaimana dalam kitab Arba‟in Nawawi (Mustofa, 1375 H: 7-9)

نما نحن جلوس عند رسول هللا قال : ب ضا هللا عنه أ عن عمر رض

د سواد الش عر ال هيلع هللا ىلص ذا اب، شد د باض الث نا رجل شد وم إذ طلع عل ت

صلى هللا ه أثر الس فر وال عرفه من ا أحد حت ى جلس إلى الن ب رى عل

ه و ه إلى ركبت ه وقال: ا عله وسلم فأسند ركبت ه على فخذ وضع كف

: اإلسالم أن تشهد أن ال محم أخبرن عن اإلسالم، فقال رسول هللا هيلع هللا ىلص

ا م الص الة وتؤت كاة وتصوم إله إال هللا وأن محم ا رسول هللا وتق لز

ال رمضان ه سب ت إن استطعت إل ا قال : صدقت، فعجبن وتحج الب

مان قال : منه قه، قال: فأخبرن عن اإل أن تؤمن باهلل سأله وصد

ه ره وشر . قال ومالئكته وكتبه ورسله والوم اآلخر وتؤمن بالقدر خ

أن تعبد هللا كأن ك تراه فإن لم صدقت، قال فأخبرن عن اإلحسان، قال:

. قال: فأخبرن عن الس اعة، قال: ما المسؤول عنها ه راك تكن تراه فإن

بأعلم من الس ائل. قال فأخبرن عن أماراتها، قال أن تلد األمة رب تها

تطاولون ف البنان، ثم وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الش اء

انطلق فلبثت ملا، ثم قال : ا عمر أتدري من الس ائل ؟ قلت : هللا

نكم ل أتـاكم علمكم د رواه مسلم ورسوله أعلم . قال فإن ه جبر

Artinya: ”Dari Umar ra. juga dia berkata Dari Umar radhiallahuanhu

juga dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah

Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah

seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih

dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-

bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara

kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk

dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada

kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam)

seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang

Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi

wasallam : “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada

Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi

Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat,

menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika

mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar“. Kami semua

heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan.

Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“.

Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah,

malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan

hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik

maupun yang buruk“, kemudian dia berkata: “anda benar“.

Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“.

Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah

kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau

tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”. Kemudian dia

berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan

kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih

tahu dari yang bertanya“. Dia berkata: “Beritahukan aku

tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda: “Jika seorang

hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang

bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,

(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya“,

kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.

Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau

siapa yang bertanya?”. aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya

lebih mengetahui“. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang

datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama

kalian“. (Riwayat Muslim)

Penjelasan hadist di atas mengenai pembinaan keagamaan dalam

bidang akidah. Bahwa dalam Islam akidah adalah iman atau kepercayaan.

Kepercayaan pokok itu adalah kalimat “Laa Ilaha Ilallah”, artinya tidak

ada Tuhan selain Allah. Akidah itu seharusnya menjadi kepercayaan

mutlak dan bulat artinya keyakinan yang mutlak kepada Allah. Pokok

akidah di sini adalah Allah swt itu sendiri, sebab dengan kepercayaan

kepada Allah itu dengan sendirinya mencakup Malaikat-malaikat-Nya,

Rosul-rosulnya, Kitab-kitab-Nya, hari kemudian dan ketentuan takdir-

Nya. Unsur tersebut dinamakan Arkanul Islam (Rozak, 1997: 157)

Selanjutnya pengertian ibadah dalam arti luas maupun sempit,

merupakan manifestasi murni dari akidah. Yaitu suatu sistim praktis

untuk menguatkan hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan antar

individu atau hubungan pribadi dengan masyarakat dari seorang insan

yang berdaya dan berhasil guna seperti yang dijelaskan dari hadist

tersebut bahwa ibadah bisa dikatakan keseluruhan amal sholeh yang

lahir, dengan arti mentaati perintah-perintah Allah yang dipraktekkan

dalam perbuatan dan menjauhi dari segala larangannya (Ahmad, 1985:

132).

Sedangkan pengertian akhlak yang tertuang dalam hadist tersebut

adalah sama dengan pengertian ihsan, yaitu ikhlas beramal karena Allah

semata dan harus berkeyakinan bahwa Allah akan selalu melihat dan

mengawasi dalam ibadahnya. Karena akhlak di sini merupakan bagian

dari diri manusia dan menempati tempat yang paling tinggi sebagai

individu maupun sebagai masyarakat luas seperti dalam pernyataan

bahwa kejayaan seseorang, masyarakat dan bangsa disebabkan akhlaknya

yang baik, dan kejatuhan nasib seseorang, masyarakat dan bangsa

disebabkan hilangnya akhlak yang baik atau jatuh akhlaknya

(Jatniko,1996: 11).

Dari keterangan di atas hubungan antara ketiga bidang tersebut

sangat berkaitan erat bagi kehidupan manusia untuk kelangsungan hidup

dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, tujuan pembinaan keagamaan

tidak lain adalah untuk mengarahkan seseorang agar memliki iman serta

akhlak yang mulia, serta selalu senantiasa memelihara dan mengamalkan

apa yang telah diajarkan oleh agama. Selain itu juga, perlu ditambahkan

adanya praktek-praktek langsung yaitu melakukan amal perbuatan yang

diperintahkan oleh agama secara nyata, mengenal hukum-hukum dan

kaidah-kaidah yang memerlukan pengertian dan pemahaman. Dan perlu

diketahui juga dalam pembinaan agama (Islam) yaitu :

a. Mendorong agar taat beribadah dan bertaqwa

b. Agar berpengetahuan tentang hukum Islam

c. Membina agar suka beramal

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Keagamaan

a. Dasar-dasar Pembinaan Keagamaan

Dasar atau landasan pembinaan keagamaan telah dijelaskan

dalam ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan

Hadits. Dalam buku M. Quraisy Syihab (2005: 63) Allah Swt

menjelaskan hal tersebut dalam Surat Ali Imran: 104 yang berbunyi:

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang

yang menyeru kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang

ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka

itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran:

104).

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdillah bin

Amr disebutkan:

عن عبد هللا بن عمر و قال: قال رسول هللا صلى هللا عله و سلم :

بلغوا عن ولو اة )رواه الترمذى(

Artinya: “Dari Abdillah bin Amr, Rasulullah Saw bersabda:

Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain, walaupun

hanya satu ayat”. (HR. At Tirmidzi)

b. Tujuan Pembinaan Keagamaan

Sebagaimana dikutip oleh Mujib, dkk., (2006: 82) tujuan

pembinaan keagamaan antara lain adalah:

1) Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.

2) Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan

kebaikan.

3) Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar

berpikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya.

4) Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan

sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih

kebiasaan dengan baik.

Armai Arief mengutip pendapat Mohammad Al Toumy Al

Syaibani (2002: 25-26) tentang tujuan pembinaan keagamaan

mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Tujuan individual

Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam

mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkah laku dan

aktifitasnya.

2) Tujuan sosial

Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai

keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.

3) Tujuan profesional

Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai

sebuah ilmu.

Dalam konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan

bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma

agama secara terus-menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa

berada pada tatanan. Namun secara garis besar, arah atau tujuan dari

pembinaan keagamaan adalah meliputi dua hal, yaitu: a) Tujuan

yang berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk seorang

hamba yang bertakwa kepada Allah Swt; b) Tujuan yang berorientasi

pada kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia yang mampu

menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan agar

hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain (Arief, 2002:

23).

Allah Swt berfirman dalam Al Qur‟an surat Al Qashash: 77,

yang berbunyi:

...

Artinya: “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa

yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi

janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia” (QS.

Al Qashash: 77)

Ayat di atas mengandung pengertian bahwa Allah Swt

menyuruh kepada semua hamba-Nya agar mencari kebahagiaan

akhirat dengan cara beribadah kepada Allah Swt. Tetapi manusia

tidak boleh melupakan kebahagiaan dunia, oleh sebab itu manusia

disuruh untuk bekerja guna memenuhi kehidupan selama masih

hidup di dunia.

3. Unsur-unsur dalam Pembinaan Keagamaan

a. Subyek

Subyek adalah pelaku pekerjaan, atau dalam hal ini adalah

orang yang melakukan pembinaan keagamaan atau orang yang

mempunyai kemampuan dalam memnyampaikan maksud dan tujuan

pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di

Lembaga Pemasyarakatan Magelang.

Menurut Gunarsa (1992: 64) untuk menjadi konselor,

pembimbing atau pembina harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

1) Menaruh minat mendalam terhadap orang lain dan penyebaran

2) Peka terhadap sikap dan tidakan orang lain

3) Memiliki kehidupan emosi yang stabil dan obyektif

4) Memiliki kemampuan dan dipercaya orang lain

5) Menghargai fakta

b. Obyek

Obyek yaitu menjadi sasaran atau yang dibina (yang mendapat

pembinaan), dalam hal ini yaitu narapidana wanita yang sekarang

berada dalam Lembaga Pemasyarakatan Magelang.

c. Materi

Yang dimaksud dengan materi adalah semua bahan-bahan

yang akan disampaikan kepada terbina. Jadi dimaksud materi disini

adalah semua bahan yang dapat dipakai untuk pembinaan

keagamaan. Materi dalam pembinaan keagamaan adalah semua yang

terkandung dalam al-Qur‟an yaitu akidah, syariah dan akhlak

(Syihab, 2007: 303).

1) Akidah

Secara etimologi (bahasa) akidah adalah ikatan, sangkutan.

Sedangkan menurut terminologi (istilah) makna akidah adalah

iman, keyakinan (Ali, 2000: 134). Oleh karena itu, akidah

ditautkan dengan rukun iman yang merupakan asas dari seluruh

ajaran Islam, yaitu terdiri dari: a) Iman kepada Allah Swt, b)

Iman kepada Malaikat, c) Iman kepada kitab suci, d) Iman

kepada Nabi dan Rasul, e) Iman kepada hari akhir, dan f) Iman

kepada qadha‟ dan qadar.

2) Syari‟ah

Secara bahasa syari‟ah adalah jalan (ke sumber mata air)

yang harus ditempuh (oleh setiap umat Islam). Sedangkan

menurut istilah makna syari‟ah adalah sistem norma (kaidah)

yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan

manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan

manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya (Ali,

2000: 134). Kaidah yang mengatur hubungan antara manusia

dengan Allah disebut kaidah ibadah atau kaidah ubudiah atau

juga yang disebut dengan ibadah mahdah (murni). Sedangkan

kaidah hubungan yang mengatur hubungan manusia dengan

manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan

benda dan alam lingkungan hidupnya di sebut dengan kaidah

muamalah.

3) Akhlak

Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai,

sikap perilaku, watak, budi pekerti. Akhlak ialah sikap yang

menimbulkan kelakuan baik dan buruk (Ali, 2000: 135). Akhlak

manusia terhadap Allah Swt dibahas dalam ilmu tasawuf

sedangkan ilmu yang membahas tentang akhlak manusia

terhadap sesama ciptaan Allah (makhluk) disebut ilmu akhlak.

4. Metode Pembinaan Keagamaan

Metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari

dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan

“hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang

dilalui untuk mencapai tujuan (Arief, 2002: 40). Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, “metode” adalah: “Cara yang teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai maksud”.Dalam bahasa Arab, metode dikenal

dengan istilah “Tharîqat” yang berarti langkah-langkah strategis

dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis, 2005: 2).

Dengan kata lain, metode dapat dipahami sebagai cara yang ditempuh

agar hal yang akan disampaikan dapat diterima atau dicerna dengan baik,

mudah dan efisien sehingga dapat mewujudkan tujuan tertentu.

Metode pembinaan keagamaan merupakan jalan yang dapat

ditempuh untuk memudahkan pembina dalam membentuk pribadi

muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang digariskan oleh Al-Qur‟an dan Hadits. Oleh karena itu

penggunaan metode dalam pembinaan keagamaan tidak harus terfokus

pada satu bentuk metode. Akan tetapi, dapat memilih atau

mengkombinasikan di antara metode-metode yang ada sesuai dengan

situasi dan kondisi sehingga dapat memudahkan pendidik dalam

mencapai tujuan yang direncanakan (Arief, 2002: 88).

Pembinaan keagamaan dalam Islam sangat erat kaitannya dengan

Pendidikan Agama Islam. Oleh sebab itu, metode yang dipakai dalam

pembinaan keagamaan tidak jauh berbeda dengan metode Pendidikan

Agama Islam.

Menurut Omar Muhammad At-Toumy Al-Syaibani yang

dikutipoleh Arief (2002: 93), ada beberapa prinsip yang harus dipegang

dalam metodologi pendidikan Islam:

1) Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat peserta didik.

2) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

3) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan dan perubahan

pesertadidik.

4) Mengetahui perbedaan-perbedaan individu peserta didik.

5) Memperhatikan kepahaman dan mengetahui hubungan-hubungan,

integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan

dankebebasan berpikir.

6) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman

yangmenggembirakan.

7) Menegakkan uswatun hasanah.

Adapun metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan di

Lembaga Pemasyarakatan ini adalah sebagai berikut: (Harsono, 1995:

342-377):

1) Metode Pembinaan berdasar Situasi

Metode ini digunakan untuk merubah cara berfikir narapidana

untuk tidak bergantung pada situasi yang menyertai, tetapi

menguasai situasi tersebut. Dalam hal ini, digunakan dua macam

pendekatan, yaitu pendekatan dari atas (top down approach) dan

pendekatan dari bawah (bottom down approach).

2) Metode Pembinaan Perorangan (Individual Treatment)

Metode ini diberikan kepada narapidana secara perorangan

oleh petugas pembina Lembaga Pemasyarakatan.

3) Metode Pembinaan Kelompok (Classical Treatment)

Dalam Pembinaan secara kelompok dapat dilakukan dengan

metode ceramah, peragaan/demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan

pemberian tugas.

Adapun metode tersebut, adalah sebagai berikut:

a) Metode Ceramah

Metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara

lisan oleh petugas pembina keagamaan dari dalam Lembaga

Pemasyarakatan maupun pembina dari luar Lembaga

Pemasyaraktan. Pembina keagamaan menerangkan atau

menjelaskan apa yang akan disampaikan dengan lisan di depan

narapidana wanita. Metode ceramah merupakan metode yang

sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu,

metode ini digolongkan sebagai metode tradisional. Dalam

prakteknya, metode ini sering dibarengi dengan metode tanya

jawab.

b) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pembinaan

dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Cara yang

ditempuh biasanya pembina keagamaan mengajukan pertanyaan

kepada narapidana tentang materi yang telah diajarkan. Pembina

keagamaan mengharapkan jawaban yang diberikan narapidana

wanita terhadap fakta. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

biasanya bukan hanya sebatas dari pembina keagamaan dan

narapidana wanita menjawab, akan tetapi pertanyaan ini biasa

muncul dari narapidana kemudian pembina keagamaan

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh narapidana tersebut.

Ada kalanya jawaban itu juga bisa berasal dari narapidana yang

lain dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung

tersebut.

c) Metode Demonstrasi/Peragaan

Yang dimaksud dengan metode demonstrasi yaitu metode

mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas

suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana suatu

proses pembentukan tertentu kepada narapidana wanita. Pada

metode demonstrasi, titik tekannya adalah memperagakan

tentang jalannya suatu proses tertentu. Biasanya pembina

keagamaan memperagakan terlebih dahulu, kemudian

narapidana wanita mengikutinya.

d) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan

materi melalui pengajuan masalah yang pemecahannya

dilakukan secara terbuka. Dalam sebuah diskusi semua anggota

narapidana wanita ikut terlibat. Di antara prinsip-prinsip diskusi

antara lain: adanya ketua dan anggota, topik yang diangkat jelas

dan menarik, narapidana wanita saling memberi dan menerima

serta suasana berjalan tanpa tekanan.

e) Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas diterapkan dalam materi tertentu

setelah disampaikan oleh pembina keagamaan, kemudian

narapidana wanita diminta untuk meringkas kembali di dalam

blok sel masing-masing. Pemberian tugas ini biasanya juga

digunakan juga dalam penugasan untuk shalat sunah. Metode ini

diterapkan agar narapidana wanita dapat bertanggung jawab.

4) Metode Belajar dari Pengalaman (Experiental Learning)

Dalam metode ini, narapidana diminta untuk mengajar

berdasar pengalaman mereka. Dalam pelaksanaan pembinaan pada

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Magelang, metode tersebut

digunakan pada waktu pembina menyampaikan materi berupa

keterampilan menjahit, tata cara sholat, pengajaran iqro‟ dan al-

Qur‟an, dan keterampilan-keterampilan yang lain.

5) Auto Sugesti

Auto Sugesti adalah sarana atau alat untuk mempengaruhi alam

bawah sadar manusia, dengan cara memasukkan saran-

saran/pengaruh/perintah, untuk melakukan tindakan sesuai saran-

saran/pengaruh/perintah tersebut. Auto sugesti adalah bagian dari

motivasi. Dalam pelaksanaan pembinaan pada narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Magelang, metode tersebut digunakan

untuk memberi motivasi dan pengaruh-pengaruh yang baik. Agar

mereka mau dan mampu menyadari kesalahannya dan tidak kembali

melakukan tindakan pelanggaran yang pernah dilakukannya,

sehingga setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan nanti dapat

berintegrasi dan diterima dengan baik oleh masyarakat.

Metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan di Lembaga

Pemasyarakatan tidak jauh berbeda dengan metode Pendidikan secara

umum, hanya saja perlu ada perbedaan tekanan variasi dan teknik yang

disesuaikan dengan kondisi Lembaga Pemasyarakatan.

B. Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan

1. Pengertian Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan

a. Narapidana

Narapidana yang dimaksudkan disini adalah anggota

masyarakat yang sementara waktu diasingkan berdasarkan putusan

hakim dengan tujuan untuk melindungi masyarakat. Menurut

Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 2 tentang

Pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana

hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana

merupakan orang yang memiliki cacat hukum karena telah

melanggar norma-norma hukum yang berlaku. Adapun hukuman

yang diterima adalah berupa kurungan atau penjara. Hukuman

kurungan diberikan tidak semata-mata untuk mengasingkan agar

tidak melakukan kejahatan lagi. Akan tetapi selama menjalani

hukuman, narapidana juga harus diberi pembinaan dengan baik.

b. Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan adalah unit pelakasana teknis

pemsyarakatan yang menampung, merawat dan membina

narapidana. Dapat dikatakan juga bahwa Lembaga Pemasyarakatan

adalah merupakan sarana pembinaan narapidana dalam sistem

pemasyarakatan (Setiady, 2010: 137). Lembaga pemasyarakatan

adalah suatu tempat bagi penampungan dan pembinaan manusia

yang karena perbuatannya dinyatakan bersalah dan diputuskan oleh

hakim dengan pidana penjara.

Menurut Undang-undang RI No. 12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk

melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik

Pemasyarakatan.

Dalam pelaksanaan proses pembinaan atau pemasyarakatan

terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, setidaknya harus

mengacu pada 10 prinsip pokok, yaitu:

1) Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalani

peranan sebagai warga negara masyarakat yang baik dan

berguna.

2) Penjatuhan pidana bukan merupakan tindakan balas dendam

oleh negara. Hal ini berarti tidak boleh ada penyiksaan terhadap

narapidana baik berupa tindakan, perlakuan, ucapan, cara

perawatan, ataupun penempatan. Satu-satunya derita yang

dialami oleh narapidana hanyalah dihilangkannya kemerdekaan

untuk bergerak di dalam masyarakat.

3) Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat.

Berikan kepada mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk

menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatan.

4) Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau

jahat daripada sebelum dijatuhi pidana. Untuk itu diadakan

pemisahan antara lain:

a) residivis dan bukan residivis

b) tindak pidana berat dan ringan

c) macam tindak pidana yang dilakukan

d) dewasa, remaja dan anak

e) laki-laki dan perempuan

f) orang tahanan/titipan dan terpidana

5) Selama kehilangan kemerdekaan bergerak para barapidana harus

dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari

masyarakatnya.

6) Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh hanya

untuk mengisi waktu belaka, dan juga tidak boleh diberikan

pekerjaan untuk memenuhi keperluan jawatan (instansi) pada

waktu-waktu tertentu saja. Pekerjaan yang diberikan harus satu

pekerjaan dengan pekerjaan yang terdapat di masyarakat dan

dapat menunjang pembangunan.

7) Bimbingan dan didikan harus berdasarkan pancasila, antara lain

bahwa kepada mereka harus ditanamkan jiwa kegotongroyongan

jiwa toleransi dan jika kekeluargaan. Disamping pendidikan

kerohanian dan kesempatan untuk menenuaikan ibadah agar

memperoleh kekuatan spiritual.

8) Narapidana sebagai orang yang tersesat adalah manusia dan

mereka harus diperlakukan sebagai manusia juga. Martabat

perasaannya sebagai manusia harus dihormati.

9) Narapidana hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan sebagai

atu-satunya derita yang dialaminya.

10) Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang mendukung fungsi

rehabilitatif, korektif, dan edukatif dalam sistem

pemasyarakatan (Setiady, 2010: 135-136).

2. Tujuan dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan

Menurut UU nomor 12 tahun 1995 pasal 2 tentang

Pemasyarakatan, tujuan pemasyarakatan adalah:

“Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka

membentuk Warga Binaan Masyarakat agar menjadi manusia

seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak

mengulangi tindakan pidana sehingga dapat kembali diterima di

masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota

masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab”.

Sedangkan menurut pasal 3 UU Nomor 12 tahun1995 tentang

Pemasyarakatan disebutkan bahwa fungsi pemasayarakatan adalah:

“Menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan (Narapidana, anak

didik, dan klien pemasyarakatan) agar dapat berintegrasi secara

sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai

anggota masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab”.

Pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan mempunyai

arti memperlakukan seseorang yang berstatus narapidana untuk dibangun

agar bangkit menjadi seseorang yang berbudi pekerti yang baik. Dan

salah satu tujuannya yaitu berusaha ke arah memasyarakatkan kembali

seseorang yang pernah mengalami konflik sosial, menjadi seseorang

yang benar-benar sesuai dengan jati dirinya.

Sehingga dapat dipahami bahwa tujuan akhir dari sistem

pemasyarakatan adalah memulihkan kesatuan hubungan sosial

(reintegrasi sosial) Warga Binaan Pemasyarakatan dengan atau ke dalam

masyarakat. Khususnya masyarakat di tempat tinggal asal mereka

melalui suatu proses (proses pemasyarakatan/pembinaan) yang

melibatkan unsur-unsur atau elemen-elemen, petugas pemasyarakatan,

narapidana dan masyarakat.

C. Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

1. Pembinaan Narapidana

Yang dimaksud dengan pembinaan narapidana adalah usaha yang

dilakukan oleh pemerintah (dalam hal ini Dirjen Pemasyarakatan) untuk

memperbaiki kembali tingkah laku pelanggaran hukum yang dilakukan.

Adapun tujuannya adalah agar narapidana itu menjadi bertobat sehingga

setelah selesai menjalani masa pidananya ia tidak lagi mengulangi

perbuatannya dan dapat menjadi warga negara yang taat kepada norma-

norma hukum yang berlaku (Setiady, 2010: 138).

Secara umum pembinaan narapidana bertujuan agar mereka dapat

menjadi manusia seutuhnya sebagaimana yang telah menjadi arah

pembangunan nasional melalui jalur pendekatan

a. Memantapkan iman (ketahanan mental) mereka.

b. Membina mereka agar mampu berintegrasi secara wajar di

dalam kehidupan kelompok selama dalam Lembaga

Pemasyarakatan dan kehidupan yang lebih luas (masyarakat)

setelah menjalani pidananya (Keputusan Menteri Kehakiman RI

Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990, 1990: 5).

Secara khusus pembinaan narapidana ditujukan agar selama masa

pembinaan dan sesudah selesai menjalankan masa pidananya:

a. Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan

diinya serta bersikap optimis akan masa depannya.

b. Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal keterampilan untuk

bekal mampu hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan

pembangunan nasional.

c. Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum yang tercermin

pada sikap dan perilakunya yang tertib, disiplin serta mampu

menggalang rasa kedetiakawanan sosial.

d. Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengapdian terhadap

bangsa dan negara (Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:

M.02-PK.04.10 Tahun 1990, 1990: 5).

Pembinaan itu khususnya memberikan bimbingan atau didikan

kepada narapidana agar sekembalinya mereka dari lembaga

Pemasyarakatan tidak akan menjadi pelanggar hukum lagi menjadi

anggota masyarakat yang berguna, aktif, produktif, dan berbahagia di

dunia dan akhirat. Adapun unsur-unsur pokok pembinaan narapidana

dalam Lembaga Pemasyarakatan, antara lain:

a. Unsur narapidana itu sendiri

Lembaga pemasyarakatan merupakan wadah pertama untuk

melaksanakan pembinaan narapidana.

b. Unsur petugas Lapas

Dengan tidak membeda-bedakan narapidana penghuni Lapas

atau klasifikasinya, petugas harus melayani secara wajar. Persiapan-

persiapan untuk menjadi petugas dari Lapas sangat menuntut

keuletan, hal ini dikarenakan petugas harus memiliki sifat-sifat

sebagai berikut :

1) Sebagai guru, berarti harus tahu tentang pengetahuan sistem

pemasyarakatan, ilmu jiwa, dan budi pekerti (tingkah laku

sehari-hari).

2) Sebagai orang tua, berarti harus memberikan perlindungan,

memberikan pengayoman, bertindak tenang dalam menghadapi

persoalan, bertindak adil terhadap narapidana, menjaga

kewibawaan, dan lain-lain.

3) Sebagai pembina, berarti harus dapat bertindak menimbulkan

semangat kerja dan kemampuan melihat hari depan pada diri

narapidana (sehingga lahirlah kesadaran atas kekurangan-

kekurangan dan kekeliruannya), kesadaran atas tugas sucinya

walaupun berat harus sealalu didasarkan pada rasa pengabdian.

4) Sebagai penjaga, harus mempunyai fisik sehat serta memiliki

kemampuan sekedar kemampuan bela diri yang sempurna dan

berguna, selain untuk mengatasi kejadian-kejadian fisik di

Lembaga Pemasyarakatan juga untuk menanamkan rasa harga

diri yang tinggi sehingga senantiasa bermental tinggi.

c. Unsur Masyarakat

Narapidana adalah merupakan anggota masayarakat yang

dikarenakan telah melakukan tindak pidana dan dijatuhi hukuman,

maka untuk sementara waktu dipisahkan dari masyarakat dan

ditempatkan di bawah asuhan, didikan dan pembinaan Lembaga

Pemasyarakatan. Oleh karena mereka adalah anggota masyarakat

maka sudah barang tentu pada suatu saat manakala telah selesai

menjalani hukuman harus kembali ke masyarakat lagi.

Tercapai atau tidaknya misi petugas negara untuk

mengembalikan ex narapidana ke lingkungan masyarakat tergantung

dari berhasil atau tidaknya usaha-usaha pembinaan di dalam

Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri dan termasuk pula dari kita

semua. Untuk itu, dalam mempersiapkan masyarakat agar supaya

dapat menerima ex narapidana yang telah menjalani masa

hukumannya maka masyarakat seyogyanya diberikan pengertian

mengenai makna yang terkandung dari Lembaga Pemasyarakatan

melalui penyuluhan-penyuluhan hukum yang berkesinambungan

(Setiady, 2010: 138-140).

2. Tahap-tahap Pembinaan Narapidana

Berlandaskan kepada Surat Edaran Nomor K.P.10.13/3/1 tanggal 8

Februari 1965 tentang “Pemasyarakatan Sebagai Proses di Indonesia”

maka metode yang dipergunakan dalam proses pemasyarakatan ini

meliputi empat tahap yang merupakan suatu kesatuan proses yang

bersifat terpadu sebagaimana dibawah ini :

a. Tahap Orientasi/ Pengenalan

Setiap Narapidana yang masuk di Lembaga Pemasyarakatan

dilakukan penelitian untuk segala hak ihkwal perihal dirinya,

termasuk sebab-sebab ia melakukan kejahatan, dimana ia tinggal,

bagaimana keadaan ekonominya, latar belakang pendidikan dan

sebagainya.

b. Tahap Asimilasi dalam arti sempit

Jika pembinaan diri narapidana dan antara hubungan dengan

masyarakat telah berjalan kurang dari1/3 masa pidana sebenarnya

menurut Dewan Pembinaan Pemasyarakatan telah dicapai cukup

kemajuan dalam proses antara lain, bahwa narapidana telah cukup

menunjukkan perbaikan-perbaikan dalam tingkah laku, kecakapan

dan lain-lain. Maka tempat atau wadah utama dari proses

pembinaannya adalah gedung lembaga pemasyarakatan terbuka

dengan maksud memberikan kebebasan bergerak lebih banyak lagi

atau para narapidana yang sudah ada pada tahap ini dapat

dipindahkan dari lembaga pemasyarakatan terbuka. Pada tahap ini

program keamanannya adalah medium. Ditempat baru ini narapidana

diberi tanggung jawab terhadap masyarakat. Bersamaan dengan ini

pula dipupuk rasa harga diri, tata krama, sehingga dalam masyarakat

luas timbul kepercayaan dan berubah sikapnya terhadap narapidana.

kontak dengan unsur-unsur masyarakat frekuensinya lebih

diperbanyak lagi misalnya kerja bakti dengan masyarakat luas. Pada

saat ini dilakukan kegiatan bersama-sama dengan unsur masyarakat.

Masa tahanan yang harus dijalani pada tahap ini adalah sampai

berkisar ½ dari masa pidana yang sebenarnya.

c. Tahap asimilasi dalam arti luas

Jika narapidana sudah menjalani kurang dari ½ masa pidana

yang sebenarnya menurut Dewan Pembina Pemasyarakatan

dinyatakan proses pembinaannya telah mencapai kemajuan yang

lebih baik lagi, maka mengenai diri narapidana maupun unsur-unsur

masyarakat, maka wadah proses pembinaan diperluas ialah dimulai

dengan usaha asimilasi para narapidana dengan penghidupan

masyarakat luar yaitu seperti kegiatan mengikutsertakan pada

sekolah umum, bekerja pada badan swasta atau instansi lainnya, cuti

pulang beribadah dan berolahraga dengan masyarakat dan kegiatan-

kegiatan lainnya. Pada saat berlangsungnya kegiatan segala sesuatu

masih dalam pengawasan dan bimbingan petugas lembaga

pemasyarakatan. Pada tingkat asimilasi ini tingkat keamanannya

sudah minimum sedangkan masa tahanan yang harus dijalani adalah

sampai 2/3-nya.

d. Tahap Integrasi dengan Lingkungan Masyarakat

Tahap ini adalah tahap terakhir pada proses pembinaan dikenal

dengan istilah integrasi. Bila proses pembinaan dari tahap observasi,

asimilasi dalam arti sempit, asimilasi dalam arti luas dan integrasi

dapat berjalan dengan lancar dan baik serta masa pidana yang

sebenarnya telah dijalani 2/3-nya atau sedikitnya 9 bulan, maka

kepada narapidana dapat diberikan pelepasan bersyarat atau cuti

bersyarat dalam tahap ini proses pembinaannya adalah berupa

masyarakat luas sedangkan pengawasannya semakin berkurang

sehingga narapidaba akhirnya dapat hidup dengan masyarakat

(Priyatno, 2009: 99-100).

Untuk mencapai sistem pembinaan yang baik partisipasinya bukan

hanya datang dari petugas, tetapi juga datang dari masyarakat disamping

narapidana itu sendiri. Dalam usaha memberikan partisipasinya, seorang

petugas pemasyarakatan senantiasa bertindak sesuai dengan prinsip-

prinsip pemasyarakatan. Seorang petugas pemasyarakatan barulah dapat

dianggap berpartisipasi jika ia sanggup menunjukkan sikap, tindakan,

dan kebijaksanaannya dalam mencerminkan pengayoman baik terhadap

masyarakat maupun terhadap narapidana (Priyatno, 2009: 101-102).

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Magelang

1. Deskripsi Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Magelang

Lembaga Pemasyarakatan Magelang merupakan Lembaga

Pemasyarakatan di bawah naungan Kantor Wilayah Hukum dan Hak

Asasi Manusia Semarang yang terletak di Jalan Dr. Cipto No. 64

Semarang. Lembaga Pemasyarakatan Magelang terletak di kawasan kota

Magelang tepatnya di Jalan Sutopo No. 2 Magelang. Sebenarnya nama

Lembaga Permasyarakatan Magelang adalah Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II-A Magelang. Lembaga Pemasyarakatan Magelang dibangun

pada tahun 1872, di atas tanah seluas 15.710 m² dan luas bangunan 5.340

m². Secara lokasi mudah dijangkau dengan berbagai alat transportasi

maupun angkutan umum karena letak Lembaga Pemasyarkatan berada di

pusat kota. Lembaga Pemasyarakatan Magelang memiliki fungsi dan

tugas untuk menampung, merawat, dan membina para narapidana.

2. Visi, Misi dan Tujuan berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Magelang

a. Visi

Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan

penghidupan warga binaan pemasyarakatan sebagai individu,

anggota masyarakat dan makhluk Tuhan YME (Membangun

Manusia Mandiri).

b. Misi

Melaksanakan perawatan tahanan, pembinaaan dan

pembimbingan warga binaan pemasyarakatan serta pengelolaan

benda sitaan negara dalam kerangka penegakan hukum, pencegahan

dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan hak

asasi manusia.

c. Tujuan

1) Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi

manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri,

mandiri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat

diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif

berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar

sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

2) Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang

ditahan di rumah tahanan negara dan cabang rumah tahanan

dalam rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan

pemeriksaan di sidang pengadilan.

3. Struktur Organisasi dan Tugas Staf

Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang terdiri dari satuan-

satuan organisasi beserta segenap pejabat dengan tugas dan wewenang

yang berhubungan antara satu dengan yang lainnyadalam rangka

mencapai tujuan. Struktur organisasi Lembaga Pemasyarakatan

Magelang mengacu pada SK. Menteri Kehakiman RI Nomor:

M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Pemasyarakatan, yaitu sebagai berikut:

Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Magelang

KALAPAS MAGELANG

I Made Darmajaya.Bc.Ip.S.Sos.SH.MM

Ka. Subag TU

Sutriman, S.Pd

Kaur. Umum

Didik Budi K, A.Ks

Kaur. Kepeg

& Keuangan

Sopar Marpaung

Kasi Bimbingan

Napi/Anak didik

Hananta Basuki, SH

Kasubsie Bimker

Aonur Rofiq, SH

Kasubsie

Sarana Kerja

Tri Doso Purwoto, SH

Kasubsie

Keamanan

Yudi Winardi, S.Sos

Kasubsie

Bimkeswat

Drs. Triyoga Nugroho

Kasubsie Registrasi

Cahyo Sunarko,

Bc.IP.S.Sos

Petugas

Keamanan

Ka. KPLP

Herliadi,Bc.IP,S.Sos

Kasi Adm

Keamanan

Slamet Priyono, SH

Kasi Kegiatan

Kerja

Komarul Rodadi, SH

S.Pd

Kasubsie

Pelaporan

Tukimin

Sumber: Dikutip dari dokumen Lembaga Pemasyarakatan Magelang, tanggal

10 Juni 2014.

Adapun tugas dan fungsi dari organ-organ dalam struktur Lembaga

Pemasyarakatan Magelang adalah sebagai berikut:

a. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Magelang

Bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Semarang dalam

perencanaan, administrasi keamanan dan tata tertib keuangan,

perlengkapan, sumber daya manusia (SDM), pembinaan warga

binaan pemasyarakatan (WBP), perawatan, pembinaan keterampilan

sehingga terselenggaranya pembinaan terhadap narapidana,

terselenggaranya program pembinaan keterampilan, kesehatan napi,

tertib administrasi lapas, terkendalinya tingkat keamanan dan

ketertiban di Lembaga Pemasyarakatan Magelang.

b. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha

Sub. bagian tata usaha mempunyai tugas melakukan tugas

urusan tata usaha dan rumah tangga Lembaga Pemasyarakatan. Sub.

bagian tata usaha terdiri dari:

1) Kepala Urusan Kepegawaian dan Keuangan yang bertugas

melakukan urusan kepegawaian dan keuangan.

2) Kepala Urusan Umum mempunyai tugas melakukan urusan

surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.

c. Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP)

Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan

(KPLP) langsung bertanggung jawab kepada Kepala Lembaga

Pemasyarakatan Magelang, dan Kepala Kesatuan Pengamanan

dalam menjalankan tugasnya tidak mempunyai seksi, akan tetapi

mepunyai Regu Jaga yang bertugas melakukan penjagaan dan

pengamanan Lembaga Pemasyarakatan. Secara khusus Kesatuan

Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan mempunyai tugas:

1) Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana.

2) Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban.

3) Melakukan pengawalan dan penerimaan, penempatan, dan

pengeluaran narapidana.

4) Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan.

5) Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan

pengamanan.

d. Kepala Seksi Pembinaan Narapidana/Anak Didik

Seksi pembinaan narapidana mempunyai tugas memberikan

bimbingan pemasyarakatan narapidana dengan sistem

pemasyarakatan, dalam melaksanakan tugasnya seksi pembinaan

narapidana/anak didik dibantu oleh beberapa Sub seksi, yaitu:

1) Sub Seksi Registrasi yang bertugas melakukan pencatatan dan

membuat statistik serta dokumentasi, sidik jari narapidana/anak

didik.

2) Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan

mempunyai tugas memberikan bimbingan dan penyuluhan

rohani serta memberikan latihan olah raga, peningkatan

pengetahuan, asimilasi dan memberikan perawatan bagi

narapidana/ anak didik.

e. Kepala Seksi Kegiatan Kerja

Seksi Kegiatan Kerja bertugas memberikan bimbingan kerja,

mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja. Seksi

Kegiatan Kerja terdiri dari:

1) Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja

mempunyai tugas memberikan petunjuk dan bimbingan latihan

kerja bagi narapidana/anak didik serta mengelola hasil kerja.

2) Sub Seksi Sarana Kerja mempunyai tugas mempersiapkan

fasilitas sarana kerja.

f. Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban

Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban bertugas

mengatur jadwal tugas, perlengkapan dan pembagian tugas

pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan

pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala dibidang

keamanan dan menegakkan tata tertib. Seksi Administrasi Keamanan

dan Ketertiban terdiri dari:

1) Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib mempunyai tugas

menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengaman

yang bertugas serta mempersiapkan laporan berkala dibidang

keamanan dan menegakkan tata tertib.

2) Sub Seksi Keamanan mempunyai tugas mengatur jadwal tugas,

penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan.

4. Proses Pembinaan

Narapidana bukan hanya sebagai objek, akan tetapi mereka juga

sebagai subjek yang sama dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu

dapat melakukan kesalahan-kesalahan atau kekhilafan-kekhilafan yang

dapat dikenakan pidana, sehingga manusia tersebut jangan dikucilkan

apalagi diberantas. Yang harus diberantas adalah faktor-faktor penyebab

yang mengakibatkan manusia tersebut bertentangan dengan hukum,

norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Sistem pemasyarakatan merupakan suatu tatanan mengenai arah

dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan yang

berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara petugas

pemasyarakatan dengan Warga Binaan Pemasyarakatan serta masyarakat

untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Masyarakat agar menyadari

kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima lagi oleh masyarakat, dapat berperan aktif dalam

pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga Negara yang

baik dan bertanggung jawab.

Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak bagi pelaksanaan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995, juga merupakan tempat untuk

mencapai tujuan tersebut di atas. Lembaga Pemasyarakatan mengadakan

kegiatan-kegiatan pembinaan, rehabilitasi, dan reintegrasi.

Berlandaskan kepada Surat Edaran Nomor K.P.10.13/3/1 tanggal 8

Februari 1965 tentang “Pemasyarakatan Sebagai Proses di Indonesia”

maka metode yang dipergunakan dalam proses pemasyarakatan ini

meliputi empat tahap yang merupakan suatu kesatuan proses yang

bersifat terpadu sebagaimana dibawah ini :

e. Tahap Orientasi/ Pengenalan

Setiap Narapidana yang masuk di Lembaga Pemasyarakatan

dilakukan penelitian untuk segala hak ihkwal perihal dirinya,

termasuk sebab-sebab ia melakukan kejahatan, dimana ia tinggal,

bagaimana keadaan ekonominya, latar belakang pendidikan dan

sebagainya.

f. Tahap Asimilasi dalam arti sempit

Jika pembinaan diri narapidana dan antara hubungan dengan

masyarakat telah berjalan kurang dari1/3 masa pidana sebenarnya

menurut Dewan Pembinaan Pemasyarakatan telah dicapai cukup

kemajuan dalam proses antara lain, bahwa narapidana telah cukup

menunjukkan perbaikan-perbaikan dalam tingkah laku, kecakapan

dan lain-lain. Maka tempat atau wadah utama dari proses

pembinaannya adalah gedung lembaga pemasyarakatan terbuka

dengan maksud memberikan kebebasan bergerak lebih banyak lagi

atau para narapidana yang sudah ada pada tahap ini dapat

dipindahkan dari lembaga pemasyarakatan terbuka. Pada tahap ini

program keamanannya adalah medium. Ditempat baru ini narapidana

diberi tanggung jawab terhadap masyarakat. Bersamaan dengan ini

pula dipupuk rasa harga diri, tata krama, sehingga dalam masyarakat

luas timbul kepercayaan dan berubah sikapnya terhadap narapidana.

kontak dengan unsur-unsur masyarakat frekuensinya lebih

diperbanyak lagi misalnya kerja bakti dengan masyarakat luas. Pada

saat ini dilakukan kegiatan bersama-sama dengan unsur masyarakat.

Masa tahanan yang harus dijalani pada tahap ini adalah sampai

berkisar ½ dari masa pidana yang sebenarnya.

g. Tahap asimilasi dalam arti luas

Jika narapidana sudah menjalani kurang dari ½ masa pidana

yang sebenarnya menurut Dewan Pembina Pemasyarakatan

dinyatakan proses pembinaannya telah mencapai kemajuan yang

lebih baik lagi, maka mengenai diri narapidana maupun unsur-unsur

masyarakat, maka wadah proses pembinaan diperluas ialah dimulai

dengan usaha asimilasi para narapidana dengan penghidupan

masyarakat luar yaitu seperti kegiatan mengikutsertakan pada

sekolah umum, bekerja pada badan swasta atau instansi lainnya, cuti

pulang beribadah dan berolahraga dengan masyarakat dan kegiatan-

kegiatan lainnya. Pada saat berlangsungnya kegiatan segala sesuatu

masih dalam pengawasan dan bimbingan petugas lembaga

pemasyarakatan. Pada tingkat asimilasi ini tingkat keamanannya

sudah minimum sedangkan masa tahanan yang harus dijalani adalah

sampai 2/3-nya.

h. Tahap Integrasi dengan Lingkungan Masyarakat

Tahap ini adalah tahap terakhir pada proses pembinaan dikenal

dengan istilah integrasi. Bila proses pembinaan dari tahap observasi,

asimilasi dalam arti sempit, asimilasi dalam arti luas dan integrasi

dapat berjalan dengan lancar dan baik serta masa pidana yang

sebenarnya telah dijalani 2/3-nya atau sedikitnya 9 bulan, maka

kepada narapidana dapat diberikan pelepasan bersyarat atau cuti

bersyarat dalam tahap ini proses pembinaannya adalah berupa

masyarakat luas sedangkan pengawasannya semakin berkurang

sehingga narapidaba akhirnya dapat hidup dengan masyarakat.

5. Sarana dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang terdiri dari sarana umum, sarana pembinaan, dan sarana

pengamanan. Untuk sarana umum dan pengamanan terlampir. Untuk

sarana pembinaan adalah sebagai berikut:

a. Pembinaan Agama

Dalam pembinaan keagamaan sarana yang disediakan adalah

Masjid, Gereja, buku Iqra‟, Al-Qur‟an, mukena, serta gambar tata

cara wudhu dan tata cara sholat.

b. Pembinaan Olahraga dan Kesenian

Untuk pembinaan Olahraga dan Kesenian sarana yang

disediakan adalah bola voli, net, bola pigpong, raket, bola kaki,

catur, dan alat-alat musik.

c. Pembinaan Pendidikan Wajib Belajar

Untuk memfasilitasi narapidana dalam pendidikan, maka pihak

Lembaga Pemasyarakatan Magelang bekerja sama dengan Dinas

Pendidikan Kota Magelang untuk melaksanakan program kejar paket

A dan B. Tahun pelajaran 2013/2014 ini narapidana yang mengikuti

ujian nasional sebanyak 20 orang. Yang mengikuti kejar paket A

sebanyak 8 orang dan paket B sebanyak 12 orang.

d. Pembinaan Kerja

Dalam pembinaan kerja fasilitas yang disediakan adalah

bengkel kerajinan tangan, bengkel penjahitan, bengkel pertukangan,

bengkel otomotif, tempat untuk pertanian, salon potong rambut, dan

bengkel cuci motor dan mobil.

6. Klasifikasi Narapidana Wanita

Dalam rangka menunjang keamanan dan ketertiban dalam

mengelola dan melakukan pelayanan kepada narapidana, maka Lembaga

Pemasyarakatan mengklasifikasikan Narapidana dalam beberapa

golongan:

a. Klasifikasi Narapidana/Tahanan Wanita berdasarkan Jenjang

Pendidikan.

Tabel 3.1

Klasifikasi Narapidana/Tahanan Wanita berdasarkan Jenjang

Pendidikan

No. Jenis Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase

1. SD 4 30,77 %

2. SMP 4 30,77 %

3. SMA 3 23,08 %

4. S1 2 15,38 %

Jumlah 13 100 %

Sumber: Dikutip dari dokumen Lembaga Pemasyarakatan Magelang,

tanggal 10 Juni 2014.

b. Klasifikasi Narapidana/Tahanan Wanita berdasarkan Tempat

Tinggal.

Tabel 3.2

Klasifikasi Narapidanan/Tahanan Wanita berdasarkan Tempat

Tinggal

No. Tempat Tinggal Jumlah (Orang) Prosentase

1. Kabupaten Magelang 6 46,15 %

2. Kota Magelang 2 15,39 %

3. Luar Magelang 5 38,46 %

Jumlah 13 100 %

Sumber: Dikutip dari dokumen Lembaga Pemasyarakatan

Magelang, tanggal 10 Juni 2014.

c. Klasifikasi Narapidana/Tahanan Wanita berdasarkan Jenis Perkara.

Tabel 3.3

Klasifikasi Narapidana/Tahanan Wanita berdasarkan Jenis Perkara

No. Jenis Perkara Pasal/KUHP Jumlah

(orang)

Prosentase

1. Pencurian 362-364 3 23,08 %

2. Penipuan 378-395 3 23,08 %

3. Penggelapan 372-375 4 30,77 %

4. Pembunuhan 338-350 1 7,69 %

5. Narkotika 22/97 1 7,69 %

6. Penadahan 480-481 1 7,69 %

Jumlah 13 100 %

Sumber: Dikutip dari dokumen Lembaga Pemasyarakatan

Magelang, tanggal 10 Juni 2014.

d. Klasifikasi Narapidana Wanita berdasarkan Masa Pidana.

Tabel 3.4

Klasifikasi Narapidana Wanita berdasarkan Masa Pidana

Klasifikasi

Usia

Masa Pidana

BI BIIA BIIB BIIIA BIIIB Jumlah

Dewasa 9 1 - - - 10

Remaja - - - - - -

Anak - - - - - -

Jumlah 9 1 - - - 10

Sumber: Dikutip dari dokumen Lembaga Pemasyarakatan

Magelang, tanggal 10 Juni 2014.

Keterangan:

BI : Lebih dari 1 tahun Masa Pidana

BIIA : 3 bulan sampai 1 tahun Masa Pidana

BIIB : 0 sampai 3 bulan Masa Pidana

BIIIA : Subsider atau Pengganti denda

BIIIB : Tindak Pidana Ringan

7. Program Pembinaan Narapidana dalam rangka Pemasyarakatan

Fungsi dan Tugas pembinaan pemasyarakatan terhadap Warga

Binaan Pemasyarakatan (narapidana, anak negara, klien pemasyarakatan

dan tahanan) dilaksanakan secara terpadu dengan tujuan agar mereka

setelah menjalani pidananya, pembinaan dan bimbingannya dapat

menjadi warga negara yang baik. Petugas pemasyarakatan sebagai abdi

negara dan abdi masyarakat wajib menghayati serta mengamalkan tugas-

tugas pembinaan pemasyarakatan dengan penuh tanggung jawab. Untuk

melaksanakan kegiatan pembinaan pemasyarakatan yang berdaya guna,

tepat guna, dan berhasil guna, petugas harus memiliki kemampuan

professional dan integritas moral (Sujatno, 2006:19).

Pada dasarnya arah pelayanan, pembinaan dan bimbingan yang

perlu dilakukan oleh petugas ialah memperbaiki tingkah laku warga

binaan pemasyarakatan agar tujuan pembinaan dapat dicapai. Di dalam

Lembaga Pemasyarakatan Magelang pembinaan yang diberikan kepada

narapidana adalah pembinaan kemandirian dan pembinaan kepribadian.

a. Pembinaan kepribadian meliputi:

1) Pembinaan kesadaran beragama

Usaha pembinaan kesadaran beragama diperlukan agar

dapat diteguhkan imannya terutama memberi pengertian agar

warga binaan pemasyarakatan dapat menyadari akibat-akibat

dari perbuatan-perbuatan yang benar dan perbuatan-perbuatan

yang salah. Pembinaan kesadaran beragama ini misalnya:

a) Agama Islam

(1) Pengajian umum setiap Hari Sabtu pertama di Aula

Sasana Tama (20 m x 15 m) diikuti oleh semua

narapidana dan tahanan yang beragama islam.

(2) Pengajian anak-anak setiap Hari Selasa dan Kamis di

Ruang Pendidikan (16 m x 8,5 m) diikuti oleh semua

narapidana anak dengan pembicara dari Kementrian

Agama Kabupaten Magelang.

(3) Pengajian wanita setiap Hari Senin dan Kamis di Ruang

Pendidikan (16 m x 8,5 m) diikuti oleh semua

narapidana wanita sebanyak 10 orang dan tahanan 3

orang dengan pembicara dari Departemen Agama Kota

Magelang.

(4) Yasinan setiap hari Jumat pagi di Masjid dalam Lapas

Magelang (10 m x 18 m) diikuti oleh sebagian

narapidana dan tahanan, dan sebagian lagi tinggal di

wisma.

(5) Jum‟atan setiap hari Jum‟at di Masjid dalam Lapas

Magelang (10 m x 18 m) diikuti oleh semua narapidana

yang beragama islam, tahanan dan petugas Lapas

Magelang.

b) Non Islam

Doa bersama dan kebaktian setiap Hari Senin sampai

Hari Minggu di Gereja dalam Lapas Magelang (7 m x 7 m)

diikuti oleh semua narapidana dan tahanan yang beragama

non islam yang berjumlah 33 orang yang terdiri dari 7

(tujuh) orang beragama Katolik, 25 orang beragama Kristen,

dan 1 (satu) orang beragama Hindu.

2) Pembinaan Berbangsa dan Bernegara

Usaha ini dilaksanakan melalui Pendidikan Pancasila

termasuk menyadarkan mereka agar dapat menjadi warga negara

yang baik yang dapat berbakti bagi bangsa dan negaranya. Perlu

disadarkan bahwa berbakti untuk bangsa dan negara adalah

sebagian dari iman. Contohnya melakukan Upacara 17 Agustus

dan Pengarahan mengenai kesadaran berbangsa dan bernegara

yang diikuti oleh semua narapidana dan tahanan di Lapangan

dalam Lapas Magelang (20m x 65m).

3) Pembinaan Kemampuan Intelektual (kecerdasan)

Usaha ini diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan

berpikir warga binaan pemasyarakatan semakin meningkat

sehingga dapat menunjang kegiatan-kegiatan positif yang yang

diperlukan selama masa pembinaan. Pembinaan intelektual

dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun

pendidikan nonformal. Pendidikan formal diselenggarakan

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah agar dapat ditingkatkan kualitas warga binaan

pemasarakatan. Contohnya, melalui program kejar paket A dan

B. Program kejar paket A dilaksanakan di ruang pendidikan

(16m x 8,5m) setiap hari Senin sampai Kamis dari pukul 08.00-

09.30. Program paket A diberikan kepada narapidana yang tidak

lulus SD. Selain itu, program Paket B dilaksanakan setiap hari

Senin sampai Kamis dari pukul 14.00-15.00. Program paket B

diberikan narapidana yang memiliki ijazah SD dan tidak lulus

SMP. Guru yang mengajar program paket A yaitu dari

narapidana yang memiliki pendidikan tinggi. Biasanya mereka

yang sudah lulus SLTA. Namun untuk program paket B, sebagai

pengajar yakni guru dari Lapas Magelang atau dari Departemen

Pendidikan Nasional.

Pendidikan nonformal diselenggarakan sesuai dengan

kebutuhan, kemampuan, dan kemauan narapidana melalui

kursus-kursus (kursus membuat roti, penetasan lele, pembuatan

tempe, dan pembuatan pupuk). Kegiatan kursus tersebut

dilakukan secara berkala, biasanya sebulan sekali. Selain itu,

kegiatan ceramah umum dan membuka kesempatan yang

seluas-luasnya untuk memperoleh informasi dari luar misalnya

membaca majalah di perpustakaan Lapas Magelang setiap hari

Selasa, Rabu, dan Sabtu untuk narapidana sedangkan setiap hari

Senin dan Kamis untuk tahanan, menonton televisi setiap sore

(melihat dari dalam kamar), dan mendengarkan radio

(mendengarkan dari dalam kamar).

4) Pembinaan Mengintegrasikan Diri dengan Masyarakat

Pembinaan dibidang ini dapat dikatakan juga pembinaan

kehidupan sosial kemasyarakatan yang bertujuan agar bekas

narapidana dapat diterima kembali oleh masyarakat

lingkungannya. Pembinaan mengintegrasikan diri dengan

masyarakat diberikan kepada narapidana yang memperoleh

program asimilasi dan pembebasan bersyarat. Untuk narapidana

yang memperoleh program asimilasi, mereka dipercaya untuk

melakukan kegiatan pembinaan yang berada di luar (di parkiran,

cucian mobil/motor, pembuatan paving blok, perikanan, dan

pertanian). Selain itu, narapidana yang memperoleh program

pembebasan bersyarat wajib apel setiap satu bulan sekali di

BAPAS Magelang.

5) Pembinaan Kesehatan Narapidana

Pembinaan kesehatan narapidana ini dilakukan untuk

menjaga kondisi jasmani para narapidana. Contohnya, setiap

hari Sabtu kedua, ketiga dan keempat dilakukan senam aerobic

di lapangan dalam lapas khusus untuk narapidana dan tahanan

laki-laki, sedangkan di aula sasana tama untuk tahanan dan

narapidana wanita. Melakukan olah raga pagi setiap hari di

lapangan dalam Lapas. Periksa kesehatan oleh dokter maupun

perawat setiap hari bagi narapidana yang mempunyai keluhan

sakit. Pemeriksaan kesehatan jiwa bagi narapidana yang stress

setiap sebulan sekali di RSJ Magelang. Selain itu, di Lembaga

Pemasyarakatan Magelang juga sering diadakan penyuluhan

kesehatan setiap hari Kamis kedua di aula Sasana Tama yang

diikuti oleh semua narapidana dan tahanan.

b. Pembinaan Kemandirian meliputi:

1) Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, misalnya

kerajinan tangan, potong rambut, industri rumah tangga, reparasi

mesin, dan alat-alat elektronik.

2) Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil,

misalnya pengolahan bahan mentah dari sektor pertanian dan

bahan alam menjadi bahan setengah jadi dan bahan jadi

(contohnya mengolah rotan menjadi perabotan rumah tangga).

3) Keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya

masing-masing. Dalam hal ini bagi mereka yang memiliki

bakat tertentu diusahakan pengembangan bakat itu.

4) Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau

kegiatan pertanian (perkebunan).

B. Penyajian Data berdasarkan Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita di LP

Temuan penelitian yang ada di lapangan menunjukkan bahwa

pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di Lembaga

Pemasyarakatan Magelang oleh informan dari tempat tersebut maka

menetapkan berbagai macam program pembinaan keagamaan yang

dilakukan.

Seperti yang diturkan bapak TN, progam pembinaan yang

diterapkan dalam rangka pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang adalah Pembinaan Kepribadian dan Pembinaan Keagamaan.

Pembinaan Kepribadian meliputi: Pembinaan Kesadaran Beragama,

Pembinaan Berbangsa dan Bernegara, Pembinaan Kemampuan

Intelektual (Kecerdasan, Pembinaan Mengintegrasikan Diri dengan

Lingkungan, dan Pembinaan Kesehatan Narapidana. Sedangkan

Pembinaan Kemandirian meliputi: Keterampilan untuk mendukung

usaha-usaha mandiri, Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha

industri kecil, dan Keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan

bakatnya masing-masing.

Dalam pembinaan yang dilakukan secara intensif, pembinaan

keagaman masuk dalam pembinaan kesadaran beragama. Peneliti

memulai pertanyaan kepada Bapak TN, untuk memperdalam program

pembinaan keagamaan yang dilakukan dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Tujuan Lembaga Pemasyarakatan untuk melakukan

pembinaan keagamaan antara lain:

“Untuk membina narapidana dalam memperbaiki mental mereka,

sehingga diharapkan setelah mereka keluar dari LP menjadi

anggota masyarakat yang baik dan dapat hidup mandiri mbak.

Untuk menyadarkan dari perbuatan yang salah yang telah mereka

lakukan, dan untuk membimbing narapidana dalam mempelajari

ajaran agama Islam dan mampu mengendalikan sikap setelah

menjalani masa pidanya” ( W/P/TN/10-06-2014/10.45WIB).

Setelah dirasa cukup untuk menggali informasi tentang tujuan

pelaksanaan pembinaan keagamaan maka untuk memperdalam

pelaksanaan pembinaan keagamaan maka Lembaga Pemasyarakatan

melakukan pembinaan keagamaan antara lain:

“Melakukan upaya shalat dhuhur berjamaah, pengajian umum,

pengajian khusus wanita, pengajaran iqro’ dan al-Qur’an, hafalan

surat pendek, pesantern qilat (Ramadhan), shalat Tarawih, shalat

Idul Fitri dan Adha” (W/P/TN/10-06-2014/10.45WIB).

Pertanyaan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui siapa pembina

serta materi yang diberikan dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan,

sehingga pembinaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang

diinginkan.

“Pembina keagamaan yang mengisi pembinaan pada narapidana

yaitu koordinator keagamaan Lembaga Pemasyarakan Magelang

dan bekerjasama dengan luar LP: Departemen Agama Magelang,

LSM Salimah Magelang, dan mendatangkan Guru Agama dari

SMA N 5 Magelang yaitu Bapak KH. Drs. Slamet Biyantara”

(W/P/TN/10-06-2014/10.45WIB).

Untuk memperjelas bagaimana pembinaan keagamaan pada

narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Magelang melakukan

pembinaan keagamaan, narapidana pada pengalaman agama.

“Pengalamannya setelah mengikuti pembinaan adalah

mendapatkan ketenangan jiwa, menghilangkan rasa iri dan

dengki” (W/N/NR/12-06-2014/10.00WIB).

“Meningkatnya kesadaran akan pentingnya beribadah”

(W/N/TR/12-06-2014/10.00WIB).

“Meningkatnya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan shalat

wajib dan sunnat” (W/N/TT/12-06-2014/10.00WIB).

“Meningkatnya kedisiplinan dalam melakukan sholat dhuhur

berjamaah di blok sel” (W/N/WD/12-06-2014/10.00WIB).

“Meningkatnya kedisiplinan dalam mengikuti pengajian”

(W/N/KR/12-06-2014/10.00WIB)

Dari penuturan ke lima narapidana yang mereka sampaikan, dapat

disimpulkan bahwa pengalaman agama mereka adalah dapat

meningkatkan kedisiplan dalam menjalankan ibadah, mempunyai

tanggung jawab terhadap aa yang dilakukan, dan dapat menghilankan

prasangka-prasangka buruk.

2. Metode Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita di LP

Temuan penelitian di lapangan yang membahas tentang metode

yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Magelang antara lain: Ceramah,

diskusi, tanya jawab, dll. Hasil wawancara kepada informan mengenai

metode pembinaan keagamaan antara lain:

“Metode yang diberikan kepada naraidana wanita antara lain

ceramah keagamaan, diskusi kelompok, terkadang saya beri

selebaran. Metodenya saya buat bergantian agar narapidana tidak

jenuh dan ada metode khusus untuk pembinaan disini yaitu

pembinaan berdasar situasi, individu, dan kelompok”

(WW/P/TN/10-06-2014/10.45WIB).

Menurut ibu SB metode yang diterapkan oleh pembina dari Depag

Magelang antara lain:

“Metode yang digunakan itu kebanyakan ceramah, dan diselingi

dengan tanya jawab serta humor agar narapidana tidak jenuh.

Jika ceramah terus menerus mereka jenuh dan ngantuk. Dan ada

metode peragaan seperti pada materi tata cara wudhu dan sholat.

Metode yang khusus, ada metode belajara dari pengalaman untuk

membaca iqro’ dan al-quran, dan metode auto sugesti untuk

memberikan motivasi” (W/P/SB/11-06-2014/10.15WIB).

Penuturan ke dua pembina, metode yang mereka sampaikan sama.

Metode tersebut yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab, peragaan dan

pemberian tugas. Sedangkan metode khusus yang mereka terapkan

adalah metode pembinaan berdasar situasi, metode pembinaan individu,

metode pembinaan kelompok, metode belajar dari pengalaman, dan auto

sugesti.

3. Faktor Penghambat Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita di

Lembaga Pemasyarakatan

Faktor penghambat pembinaan keagamaan sangat penting untuk

diketahui, karena dengan adanya faktor pengambat pembinaan

keagamaan bisa ditanggulangi dan bisa berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

Temuan data penelitian menunjukkan bahwa faktor penghambat

pembinaan mental keagamaan seperti bapak TN tuturkan seaku

pelaksana dan pembina, sebenarnya untuk pelaksanaannya sudah saya

fasilitasi mbak apapun itu.

“Untuk faktor penghambat antara lain yaitu latar belakang

narapidana yang tidak sama. Hal ini sangat mempengaruhi

kelancaran dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan, terutama

dalam menyerap materi yang diberikan. Dan perbedaan masa

hukuman serta masuknya dalam LP yang tidak sama sehingga

akan mepersulit dalam keruntutan pemberian materi pembinaan

serta tidak ada kurikulum khusus” (W/P/TN/10-06-

2014/10.45WIB).

Ibu SB menjelaskan terkait faktor penghambat dari pembinaan

keagamaan:

“Untuk penghambatnya minat narapidana wanita mengikuti

pembinaan keagamaan kurang dibandingkan dengan keikutsertaan

pada pembinaan kemandirian. Dan latar pendidikan yang tidak

sama” (W/P/SB/11-06-2014/10.15WIB).

Dengan keterangan di atas dari hasil wawancara kepada informan,

maka dapat disimpulkan antara lain:

a. Latar belakang narapidana wanita yang tidak sama.

b. Perbedaan masa hukuman serta masuknya yang tidak bersamaan.

c. Minat narapidana wanita mengikuti pembinaan keagamaan kurang.

d. Kemampuan narapidana dalam mencerna materi disampaikan tidak

sama.

e. Pendidikan yang berbeda tingkatannya.

f. Tidak adanya kurikulum khusus untuk pembinaan keagamaan.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita

Dari hasil observasi dan wawancara di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang, ditemukan beberapa macam kegiatan pembinaan keagamaan, yaitu

sebagai berikut:

1. Shalat Dhuhur Berjamaah

a. Subjek

Subjek Shalat Dhuhur Berjamaah adalah para petugas

Lembaga Pemasyarakatan Magelang serta para petugas yang

didatangkan dari luar Lembaga Pemasyarakatan, yaitu Departemen

Agama Kota Magelang.

b. Objek

Objek pembinaan shalat adalah seluruh Narapidana yang

beragama Islam.

c. Waktu dan Sarana

Sholat Dhuhur berjamaah dilakukan setiap hari. Lokasi Shalat

Dhuhur Berjamaah untuk narapidana wanita di depan blok sel wanita

Lembaga Pemasyarakatan Magelang (O/9-6-2014/09.30 WIB).

2. Pengajian/Siraman Rohani Umum

a. Subjek

Subjek pengajian/ siraman rohani umum menurut penuturan

bapak TN adalah:

“Para Petugas Lembaga Pemasyarakatan serta para Petugas

Pembina yang didatangkan dari luar Lembaga

Pemasyarakatan Magelang, yaitu dari Departemen Agama

kota Magelang dan bapak KH. Drs. Slamet Biyantora dari

SMA Negeri 5 Magelang. Tugas untuk mengisi pengajian ini

secara bergiliran sesuai dengan jadwal yang ditentukan”

(W/P/TN/10-06-2014/10.45WIB).

Menurut penuturan Bapak TN ini dapat disimpulkan bahwa

subjek pengajian/ siraman rohani umum tidak hanya berasal dari

dalam Lembaga Pemasyarakatan tetapi juga berasal dari luar

Lembaga Pemasyarakatan.

b. Objek

Objek dalam kegiatan pengajian/siraman rohani umum adalah

semua Narapidana yang beragama Islam.

c. Materi Pengajian Umum

Kegiatan pengajian/siraman rohani umum ini, materi yang

diberikan adalah:

“Masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,

seperti cara menjadi muslim yang baik, cara menempuh hidup

agar mendapat berkah dari Allah Swt. dan muamalah”

(W/P/TN/10-6-2014/10.45WIB).

Jadi seperti yang disampaikan oleh bapak TN, materi yang

disampaikan disini yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

d. Waktu dan Sarana

Pengajian/siraman rohani umum diadakan setiap sebulan sekali

pada hari Sabtu minggu pertama. Sarana yang digunakan adalah

Aula Sasana Tama Lembaga Pemasyarakatan Magelang.

3. Pengajian/ Siraman Rohani Wanita

a. Subjek

Subjek pengajian wanita adalah petugas pembina dari luar

Lembaga Pemasyarakatan, yaitu dari Departemen Agama Kota

Magelang dan Salimah Magelang.

b. Objek

Objek pengajian wanita adalah seluruh narapidana wanita yang

beragama islam sebanyak 10 orang narapidana dan 3 orang tahanan.

c. Materi

Kegiatan pengajian/siraman rohani wanita ini, materi yang

diberikan adalah:

“Tentang masalah yang berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari, seperti cara menjadi muslimah yang baik, cara

menempuh hidup agar mendapat berkah dari Allah Swt., dan

muamalah” (W/P/TN/10-6-2014/10.45WIB).

d. Waktu dan Sarana

Pengajian/siraman rohani wanita diadakan setiap hari Senin

dan Kamis pukul 08.00-09.00 WIB di ruang Pendidikan Lembaga

pemasyarakatan Magelang.

4. Pengajaran Iqro‟ dan al-Qur‟an

Pengajaran Iqro‟ dan al-Qur‟an diadakan setiap hari Senin dan

Rabu, pada pukul 10.00-11.30 WIB (O/9-6-2014/09.30 WIB). Karena

dengan membaca ayat-ayat yang terdapat di dalam al-Qur‟an dan

mendalami kandungan dari Kitab akan dapat mendatangkan hati yang

tenteram dan diharapkan akan menambah keimanan kepada Allah.

a. Subjek

Subjek pengajaran Iqro‟ dan al-Quran adalah Petugas Pembina

dari Lembaga Pemasyarakatan dan dari luar Lembaga

Pemasyarakatan. Namun adakalanya:

“Narapidana yang sudah pandai dan berpengalaman

membaca al-Qur’an diminta untuk mengajar teman-temannya

sesama narapidana” (W/N/TR/12-6-2014/10.00WIB).

b. Objek

Objek pengajaran adalah semua narapidana yang beragama

Islam, baik mereka yang belum bisa membaca maupu yang sudah

bisa.

c. Materi

Materi ini mengajarkan tentang membaca al-Qur‟an sesuai

dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, sedangkan Kitab nya untuk

dipelajari dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan

hafalan surat pendek.

d. Sarana

Sarana yang digunakan dalam pengajaran Iqra‟ dan al-Qur‟an

adalah buku panduan iqro‟, al-Qur‟an, Kitab, spidol, white board,

buku dan bulpen. Pengajaran Iqro‟ dan al-Qur‟an ini dilaksanakan di

Masjid dalam Lembaga Pemasyarakatan (untuk naraidana laki-laki)

dan di blok sel wanita (untuk narapidana wanita).

5. Peringatan Hari Besar agama Islam

Tujuan dari Peringatan hari Besar Agama Islam (PHBI) di

Lembaga Pemasyarakatan Magelang yaitu:

“Peringatan Hari Besar Agama Islam (PHBI) dimaksudkan agar

narapidana dapat mengambil hikmah yang terkandung dalam

peringatan tersebut” (W/P/TN/10-6-2014/10.45WIB).

Peringatan ini dilaksanakan pada waktu tertentu saja yaitu

berdasarkan hari peringatan tersebut ditetapkan dalam setiap tahunnya.

Meskipun peringatan dilaksanakan pada waktu tertentu saja, akan tetapi

tetap dijadikan ajang untuk membangkitkan kembali nilai-nilai ajaran

Islam dan pemahaman lebih jauh tentang ajaran agama yang dibawa oleh

Rasulullah Saw.

Pelaksanakan kegiatan ini, menyesuaikan situasi, kondisi, dan

kemampuan Lembaga Pemasyarakatan. Hari-hari besar yang selalu

diperingati adalah Idul Fitri, Idul Adha, Isra‟ Mi‟raj dan Maulid Nabi.

1) Subjek

Subjek dalam kegiatan PHBI adalah para tokoh masyarakat/

da‟i yang sengaja dihadirkan sebagai pembicara. Sedangkan petugas

Lembaga Pemasyarakatan bertugas mengkoordinir dalam

kepanitiaan hari besar yang diperingati.

2) Objek

Objek dalam kegiatan PHBI adalah semua narapidana yang

beragama Islam.

3) Materi

Materi yang diberikan dalam kegiatan PHBI disesuaikan

dengan hari besar yang diperingati.

4) Sarana

Sarana yang digunakan adala Masjid dan Aula Sasana Tama

Lembaga pemasyarakatan Magelang.

Membaca temuan di atas kaitannya yang dengan pelaksanaan

pembinaan keagamaan pada narapidana wanita. Pada dasarnya dilakukan

secara intensif setiap hari dan terus menerus. Hal ini dibuktikan dengan

dilaksanakannya kegiatan shalat Dhuhur berjama‟ah yang merupakan bagian

dari pembinaan keagamaan itu sendiri. Kegiatan ini dilakukan setiap hari

dengan disisipi Kultum setelah selesai shalat. Pemberian materi keagamaan

dua kali dalam satu minggu oleh para pembina dari Lembaga Pemasyarakatan

Magelang dan bekerja sama dengan pihak ke tiga yakni dengan Departemen

Agama Kota Magelang dan LSM Salimah Magelang.

B. Metode Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita

Hasil observasi dan wawancara di Lembaga Pemasyarakatan Magelang,

ditemukan beberapa metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan,

yaitu sebagai berikut:

1. Metode Pembinaan berdasar Situasi

Dalam menyampaikan materi pembinaan keagamaan salah satunya

menggunakan metode pembinaan berdasar situasi, supaya narapidana

dapat menguasai situasi yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang. Dalam hal ini, digunakan dua macam pendekatan, yaitu

pendekatan dari atas (top down approach) dan pendekatan dari bawah

(bottom down approach).

“Metode ini belum sepenuhnya diterapkan oleh Petugas Pembina.

Pelaksanaan pembinaan lebih mengarah kepada pendekatan dari

atas (top down approach), yaitu materi pembinaan berasal dari

pembina dan narapidana tidak ikut menentukan jenis pembinaan

yang akan dijalaninya, tetapi langsung saja menerima pembinaan

dari para pembina” (W/P/TN/10-06-2014/10.45WIB).

2. Metode Pembinaan Perorangan (Individual Treatment)

Penggunaan metode ini membutuhkan persiapan yang lebih

dibandingkan dengan metode yang lain, karena pembina harus menjawab

secara tepat berbagai pertanyaan yang mungkin dikemukakan oleh

narapidana yang kadang-kadang tidak terduga. Jawaban yang kurang

tepat bisa-bisa justru akan berakibat fatal dan menyebabkan kurangnya

kepercayaan narapidana kepada diri sendiri bahkan berbalik tidak

percaya terhadap Agama Islam itu sendiri. Hal ini berarti, kegagalan

dalam melakukan pembinaan keagamaan terhadap narapidana. Hal-hal

yang perlu dipersiapkan antara lain pengetahuan agama secara populer,

pengetahuan yang cukup tentang kondisi psikologis narapidana, latihan

sabar, dan telaten.

“Hati mengalami kondisi yang lemah sehingga akan mudah

menerima sebuah nasehat atau anjuran dari orang lain, dalam hal

ini adalah internalisasi nilai-nilai keagamaan oleh bagian

Pembinaan Kemasyarakatan dan Perawatan (Bimkeswat) yaitu

saya sendiri mbak” (W/P/TN/10-06-2014/10.45WIB).

3. Metode Pembinaan Kelompok (Classical Treatment)

Dalam menyampaikan materi pembinaan keagamaan salah satunya

menggunakan metode pembinaan kelompok, supaya narapidana dapat

menguasai materi yang disampaikan.

“Pembinaan secara kelompok dapat dilakukan dengan metode

ceramah, peragaan/demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan

pemberian tugas. Metode tersebut tidak harus berdiri sendiri

tergantung materi yang disampaikan” (W/P/TN/10-06-

2014/10.45WIB).

Metode yang dapat dilakukan dalam metode pembinaan kelompok

adalah sebagai berikut:

a. Metode Ceramah

Dalam menyampaikan informasi atau kegiatan pembinaan

keagamaan, para pembina keagamaan salah satunya menggunakan

metode ceramah, supaya para pendengar/narapidana wanita lebih

mudah untuk memahami materi dari ceramah tersebut.

“Kebanyakan narapidana wanita yang mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan di LP, rata-rata menyukai metode

ceramah. Karena ceramah lebih mengena dalam hati”

(W/N/TR/12-06-2014/10.00WIB).

b. Metode Peragaan/Demonstrasi

Selain metode ceramah dalam pembinaan keagamaan

digunakan juga metode peragaan/demonstrasi. Metode pembinaan

dengan jalan memberikan peragaan/contoh kepada narapidana. Hal

ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan dalam menangkap suatu

materi yang diberikan.

“Saya lebih menyukai metode peragaan, karena dengan

peragaan lebih mengena untuk langsung diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari seperti wudhu dan sholat”

(W/N/KR/12-06-2014/10.00WIB).

c. Metode Tanya Jawab

Metode ini biasa digunakan sebelum penyampaian materi akan

berakhir yaitu dengan memberikan kesempatan kepada semua

narapidana wanita untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas

mengenai materi yang disampaikan.

“Setiap dua kali seminggu ada kegiatan rutin pengajian

khusus wanita yang berisi tentang masalah yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari serta ada tanya jawab yang

belum paham” (W/N/NR/12-06-2014/10.00WIB).

d. Metode Diskusi

Penyampaian materi dalam metode ini dengan jalan

memberikan kesempatan kepada narapidana untuk mengadakan

perbincangan dan mengemukakan pendapat serta menyusun

kesimpulan.

“Diskusi dengan teman narapidana dapat menambah

pengetahuan” (W/N/KR/12-06-2014/10.00WIB).

e. Metode Pemberian Tugas

Metode ini diterapkan dengan tujuan untuk melatih narapidana

agar dapat bertanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun

orang lain.

“Setiap setelah materi diberi tugas oleh pembina untuk

meringkas kembali dan dikumpulkan dikemudian hari”

(W/N/TT/12-06-2014/10.00WIB).

4. Metode Belajar dan Pengalaman (Experiental Learning)

Dalam metode ini, narapidana diminta untuk mengajar berdasarkan

pengalaman mereka. pelaksanaan seperti ini membawa dampak kepada

narapidana yaitu mereka lebih percaya diri karena merasa dihargai dan

dihormati.

“Narapidana yang sudah pandai dan berpengalaman membaca al-

Qur’an diminta untuk mengajar teman-temannya sesama

narapidana” (W/P/TN/10-06-2014/10.45WIB).

5. Auto Sugesti

Metode ini digunakan untuk mempengaruhi alam bawah sadar

manusia. Auto sugesti merupakan bagian dari motivasi.

“Meskipun banyak metode yang ada, metode ini menjadikan saya

lebih sabar dalam menjalani masa pidana ini” (W/N/TR/12-06-

2014/10.00WIB)

Metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan di Lembaga

Pemasyarakatan tidak jauh berbeda dengan metode Pendidikan secara umum,

hanya saja perlu ada perbedaan tekanan variasi dan teknik yang disesuaikan

dengan kondisi Lembaga Pemasyarakatan. Terkait dengan metode yang

digunakan dalam pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan ini

adalah sebagai berikut: (Harsono, 1995:342-377):

6) Metode Pembinaan berdasar Situasi

Metode ini digunakan untuk merubah cara berfikir narapidana

untuk tidak bergantung pada situasi yang menyertai, tetapi menguasai

situasi tersebut. Dalam hal ini, digunakan dua macam pendekatan, yaitu

pendekatan dari atas (top down approach) dan pendekatan dari bawah

(bottom down approach).

7) Metode Pembinaan Perorangan (Individual Treatment)

Metode ini diberikan kepada narapidana secara perorangan oleh

petugas pembina Lembaga Pemasyarakatan.

8) Metode Pembinaan Kelompok (Classical Treatment)

Dalam Pembinaan secara kelompok dapat dilakukan dengan

metode ceramah, peragaan/demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan

pemberian tugas.

Adapun metode tersebut, adalah sebagai berikut:

f) Metode Ceramah

Metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan

oleh petugas pembina keagamaan dari dalam Lembaga

Pemasyarakatan maupun pembina dari luar Lembaga

Pemasyaraktan.

g) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pembinaan dalam

bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Cara yang ditempuh biasanya

pembina keagamaan mengajukan pertanyaan kepada narapidana

tentang materi yang telah diajarkan.

h) Metode Demonstrasi/Peragaan

Yang dimaksud dengan metode demonstrasi yaitu metode

mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu

pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana suatu proses

pembentukan tertentu kepada narapidana wanita.

i) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan materi

melalui pengajuan masalah yang pemecahannya dilakukan secara

terbuka. Dalam sebuah diskusi semua anggota narapidana wanita

ikut terlibat.

j) Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas diterapkan dalam materi tertentu

setelah disampaikan oleh pembina keagamaan, kemudian narapidana

wanita diminta untuk meringkas kembali.

9) Metode Belajar dari Pengalaman (Experiental Learning)

Dalam metode ini, narapidana diminta untuk mengajar berdasar

pengalaman mereka.

10) Auto Sugesti

Auto Sugesti adalah sarana atau alat untuk mempengaruhi alam

bawah sadar manusia, dengan cara memasukkan saran-

saran/pengaruh/perintah, untuk melakukan tindakan sesuai saran-

saran/pengaruh/perintah tersebut. Auto sugesti adalah bagian dari

motivasi.

C. Faktor Penghambat Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita

Faktor penghambat menurut Bapak TN diantaranya:

“Untuk faktor penghambat antara lain yaitu latar belakang

narapidana yang tidak sama, sehingga dalam menyerap materi yang

diberikankurang. Adanya perbedaan masa hukuman serta masuknya

dalam LP yang tidak sama” (W/P/TN/10-06-2014/10.45WIB).

Kemudian Ibu SB menjelaskan terkait faktor penghambat dari

pembinaan keagamaan:

“Untuk penghambatnya minat narapidana wanita mengikuti

pembinaan keagamaan kurang dibandingkan dengan keikutsertaan

pada pembinaan kemandirian. Serta tidak adanya kurikulum khusus

untuk pembinaan” (W/P/SB/11-06-2014/10.15WIB).

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan faktor penghambat

sebagai berikut:

1. Latar belakang narapidana wanita yang tidak sama.

2. Perbedaan masa hukuman serta masuknya yang tidak bersamaan.

3. Minat narapidana wanita mengikuti pembinaan keagamaan kurang.

4. Kemampuan narapidana dalam mencerna materi disampaikan tidak sama.

5. Tidak adanya kurikulum khusus untuk pembinaan keagamaan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan data-data penulis sajikan dalam laporan skripsi ini,

maka penulis mengambil kesimpulan:

1. Pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di Lembaga

Pemasyarakatan Magelang

a. Shalat Dhuhur Berjamaah: Dilaksanakan setiap hari pada waktu

shalat dhuhur.

b. Pengajian/Siraman Rohani Umum: Dilaksanakan pada hari Sabtu

minggu pertama.

c. Pengajian/Siraman Rohani Wanita: Dilaksanakan seminggu dua kali

yaitu hari Senin dan Kamis.

d. Pengajaran Iqro‟ dan al-Qur‟an: Dilaksanakan seminggu dua kali

yaitu pada hari Senin dan Kamis.

e. Peringatan Hari Besar agama Islam: Dilaksanakan pada waktu-waktu

tertentu peringatan hari-hari besar agama Islam.

2. Metode pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di Lembaga

Pemasyarakatan Magelang Tahun 2014

a. Metode Pembinaan berdasar Situasi: Metode ini digunakan untuk

merubah cara berfikir narapidana untuk tidak bergantung pada

situasi yang menyertai, tetapi menguasai situasi tersebut.

Pelaksanaannya metode ini digunakan untuk menyampaikan materi

yang bersifat umum, seperti pembinaan keagamaan dan pembinaan

kesadaran berbangsa dan bernegara.

b. Metode Pembinaan Perorangan (Individual Treatment): Metode ini

diberikan kepada narapidana secara perorangan oleh petugas

pembina Lembaga Pemasyarakatan.

Pelaksanaannya untuk memberikan konseling atau bimbingan

sehingga diharapkan narapidana lebih terbuka menyampaikan

permasalahannya.

c. Metode Pembinaan Kelompok (Classical Treatment)

1) Metode Ceramah: yaitu teknik yang dititik beratkan pada

penyampaian informai, keterangan, penjelasan suatu masalah

yang disampaikan secara formal dan lisan.

Pelaksanaannya untuk menyampaikan materi yang bersifat

teoretis, seperti tata cara sholat yang benar, rukun sholat, dll.

2) Metode Demonstrasi/Peragaan: yaitu teknik yang dititik

beratkan pada bagaimana memperagakan tentang jalannya suatu

proses tertentu. Biasanya pembina keagamaan memperagakan

terlebih dahulu, kemudian narapidana wanita mengikutinya.

Pelaksanaannya untuk memberikan contoh langsung tentang tata

cara wudhu yang benar, gerakan-gerakan solat, dll.

3) Metode Tanya Jawab: yaitu teknik yang dititik beratkan pada

pengalaman butir-butir penting yang diceramahkan.

Pelaksanaannya menanyakan hal-hal yang dianggap belum jelas,

sehingga dapat disimpulkan dengan adanya keinginan bertanya

ada kemauan untuk mengerti dan memahami, selanjutnya

mempunyai niat untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

4) Metode Diskusi: yaitu teknik yang dititik beratkan pada

pendalaman masalah dan kasus, dengan maksud mendorong

narapidana mendayagunakan pengetahuan dan pengalamannya

untuk merumuskan konsep memecahan.

Pelaksanaanya digunakan pada saat pembina menyampaikan

materi umum yang menyangkut masalah kehidupan.

5) Metode Pemberian Tugas: yaitu teknik yang dititk beratkan pada

pendalaman materi dan narapidana wanita diberikan tanggung

jawab atas apa yang harus mereka kerjakan.

Pelaksanaannya digunakan untuk menugaskan kepada

narapidana agar mempelajari kembali materi yang telah

disampaikan.

d. Metode Belajar dari Pengalaman (Experiental Learning): Dalam

metode ini, narapidana diminta untuk mengajar berdasar pengalaman

mereka.

Pelaksanaanya digunakan pada waktu pembina mengajarakan

membaca iqro‟ dan al-Qur‟an dan berupa keterampilan.

e. Auto Sugesti: Metode ini digunakan untuk mempengaruhi alam

bawah sadar manusia, dengan cara memasukkan saran-

saran/pengaruh/perintah, untuk melakukan tindakan sesuai saran-

saran/pengaruh/perintah tersebut. Auto sugesti adalah bagian dari

motivasi

Pelaksanaanya untuk memberikan motivasi dan pengaruh-pengaruh

baik. Agar mau bertobat dan setelah keluar dari LP nanti dapat

berintegrasi dan diterima baik oleh masyarakat.

3. Faktor-faktor penghambat dalam pembinaan keagamaan pada narapidana

wanita di Lembaga Pemasyarakatan Magelang

a. Latar belakang narapidana wanita yang tidak sama.

b. Perbedaan masa hukuman serta masuknya yang tidak bersamaan.

c. Minat narapidana wanita mengikuti pembinaan keagamaan kurang.

d. Kemampuan narapidana dalam mencerna materi disampaikan tidak

sama.

e. Tidak adanya kurikulum khusus untuk pembinaan keagamaan.

B. Saran

1. Kepada Lembaga Pemasyarakatan

a. Dalam pelaksanaan pembinaan agama sebaiknya dibentuk

kelompok-kelompok kecil agar penyampaian materi pembinaan bisa

lebih efektif dan dapat lebih mudah diterima.

b. Perlu diadakan pengelompokan narapidana menurut tingkat

pendidikan, supaya pemberian materi penyuluhan dapat disesuaikan

dengan kondisi narapidana atau dengan jalan memilih para

narapidana yang dianggap mempunyai kelebihan untuk dapat

membantu para narapidana yang tertinggal dengan penguasaan

materi yaitu dengan jalan memberikan bimbingan di luar jam

kegiatan, seperti di dalam sel/ waktu senggang lainnya.

c. Memperbanyak buku-buku yang bernafaskan Islam di Perpustakaan.

2. Kepada Para Petugas Pembina Agama Islam

a. Perlu disusun kurikulum pembinaan keagamaan di Lembaga

Pemasyarakatan, sehingga pembinaan agama dapat lebih terarah dan

mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Untuk menambah kepercayaan diri narapidana dan menambah

keakraban antara narapidana dan petugas, hendaknya sering

diadakan sarasehan bersama antara narapidana dan petugas Lembaga

Pemasyarakatan maupun petugas Pembina Agama Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ali, Muhammad Daud. 2000. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Al Tirmidzi, Al Imam Al Hafizh Abu Isa Muhammad bin Isa ibn Saurah. Sunan

At Tirmidzi, Juz II, Libanon: Darul Kutub Al Ilmiyyah, t. th.

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:

Ciputat Pres.

Arifin, H.M. 1977. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama.

Jakarta : Bulan Bintang.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

C.I. Harsono. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan.

Dwija, Priyatno. 2009. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Gunarsa, Singgih D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

Hasan, Fuad. 1974. Pola Pendidikan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hellen. 2002. Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press.

Jatniko, Rachmad. 1996. Sistem Etika Islam (Ahlak Mulia). Jakarta : Pustaka Panji

Mas.

Kartono, Kartini. 1982. Psikologi Anak. Bandung: Alumni.

Mujib, Abdul,et. al.,2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Mustofa, Bisri. 1375 H. Arba‟in Nawawi. Rembang: Menara Kudus.

Nasution.1996. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Ramayulis. 2005. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rozak, Nasrudin. 1997. Dinul Islam. Bandung: PT. Al-Ma‟arif.

Setiady, Tolib. 2010. Pokok-pokok Hukum Penitensier Indonesia. Bandung:

Alfabeta.

Shihab, M. Quraish, et. Al., 2006. Menabur Pesan Ilahi: Al Qur’an dan

DinamikaKehidupan Masyarakat. Jakarta: Lentera Hati.

________________________ 2007. Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran

Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sutopo, Hedyat. 1993. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai

Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 1996. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara.

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Pendidikan Sosial dan Pendidikan. Jakarta:

Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-undangan:

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.02-PK.04.10

Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

A. Identitas Informan

Kode Responden :

Kode Data :

Pekerjaan :

Hari/tanggal :

Waktu :

B. Sasaran Wawancara

Pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana wanita

Metode pembinaan keagamaan pada narapidana wanita

Faktor penghambat pembinaan keagamaan pada narapidana wanita

C. Butir-butir Pertanyaan

Daftar pertanyaan wawancara Pembina

1. Secara umum apa saja pembinaan yang diselenggarakan di LP ini?

(maksudnya pembinaan bagi narapidana wanita)

2. Dalam hal ini, Bapak/Ibu bertugas sebagai apa?

3. Adakah cara tertentu agar pembinaan keagamaan itu berhasil di terapkan

untuk pembinaan keagamaan pada narapidana wanita?

4. Bagaimana pembagian materi pembinaan? Apakah disesuaikan dengan

jenjang pendidikan? Atau sama rata?

5. Bagaimana metode yang dilakukan?

6. Pernahkah metode-metode ini mengalami perubahan? Jika pernah

mengapa?

7. Kapan pembinaan keagamaan ini dilaksanakan? (seminggu sekali, satu

bulan sekali, dll)

8. Sejauh ini apakah ada pengaruhnya terhadap narapidana?

9. Apa hambatan dari pelaksanaan pembinaan keagamaan ini?

10. Bagaimana mengatasi hambatan-hambatan itu?

11. Di samping pembina dari dalam LP, apakah pernah mendatangkan dari

luar?

12. Jika pernah, apa pertimbangannya? (mengapa memilih ustad itu, bukan

yang ini)

13. Apa saja isi pembinaan yang Bapak/Ibu sampaikan ketika mebgisi

pembinaan keagamaan?

Pedoman Wawancara

A. Identitas Informan

Kode Responden :

Kode Data :

Pekerjaan :

Hari/tanggal :

Waktu :

B. Sasaran Wawancara

Pembinaan keagamaan yang diikuti narapidana wanita

Metode penyampaian pembinaan keagamaan

Faktor penghambat pembinaan keagamaan pada narapidana wanita

C. Butir-butir Pertanyaan

Daftar pertanyaan wawancara Narapidana Wanita

1. Sejak mulai kapan Anda mengikuti pembinaan keagamaan?

2. Pembinaan keagamaan apa saja Anda ikuti?

3. Siapa saja yang mengisi kegiatan pembinaan keagamaan?

4. Bagaimana metode yang dilakukan? (berdasar situasi, individu,

kelompok “ceramah, diskusi, brosur, majalah”, dari pengalaman)?

5. Sejauh ini, bagaimana kesan Anda tentang metode penyampaian yang

telah dilakukan oleh para pembina?

6. Menurut Anda, metode apa yang paling sesuai untuk penyampaian

pembinaan keagamaan di LP?

7. Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina keagamaan di LP?

8. Diantara materi itu, materi apa yang paling Anda sukai?

9. Bagaimana manfaat yang Anda rasakan dari pembinaan keagamaan

terkait dengan status Anda sekarang ini?

Lampiran 2

Kode Penelitian

Pembinaan Keagamaan pada Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang Tahun 2014

A. Responden

Kode Nama

TN Triyogo Nugroho

SB Siti Badriyatun

TR Turasmi

TT Titik

WD Widatun

KR Karomah

NR Nur

B. Metode

Kode Metode Penelitian

W Wawancara

O Observasi

P Dokumentasi

C. Kategori Sumber Responden

Kode Keterangan

P Pembina

N Narapidana

Lampiran 3

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : TN

Kode Data : W/P/TN

Hari/tanggal : Selasa, 10-06-2014

Waktu : 10.45 WIB-selesai

P : Secara umum apa saja pembinaan yang diselenggarakan di LP ini?

(maksudnya pembinaan bagi narapidana wanita)

I : Jenis pembinaan ada 2 mbak, yaitu pembinaan kemandirian dan pembinaan

kepribadian. Pembinaan kemandirian: keterampilan usaha mandiri,

sedangkan pembinaan kepribadian meliputi: pembinaan keagamaan,

pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan intelektual,

pembinaan mengintegrasikan diri dengan lingkungan, dan pembinaan

kesehatan.

P : Dalam hal ini, Bapak/Ibu bertugas sebagai apa?

I : Kasubsie Bimkeswat yaitu pada bagian bimbingan kemasyarakatan dan

perawatan, bertugas memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani.

P : Adakah cara tertentu agar pembinaan keagamaan itu berhasil di terapkan

untuk pembinaan keagamaan pada narapidana wanita?

I : Ada, dengan melakukan upaya shalat dhuhur berjamaah, pengajian umum,

pengajian khusus wanita, pengajaran iqro‟ dan al-Qur‟an, hafalan surat

pendek, pesantern qilat (Ramadhan), shalat Tarawih, shalat Idul Fitri dan

Adha.

P : Bagaimana pembagian materi pembinaan? Apakah disesuaikan dengan

jenjang pendidikan? Atau sama rata?

I : Pembagian materi yang ada di sini tidak membeda-bedakan jenjang

pendidikannya, sama-sama diberikan binaan.

P : Bagaimana metode yang dilakukan?

I : Metode yang diberikan antara lain ceramah keagamaan, diskusi kelompok,

terkadang saya beri selebaran. Metodenya saya buat bergantian agar

narapidana tidak jenuh dan ada metode khusus untuk pembinaan disini yaitu

pembinaan berdasar situasi, individu, dan kelompok.

P : Pernahkah metode-metode ini mengalami perubahan? Jika pernah mengapa?

I : Tidak ada perubahan, hanya saja kita sesuaikan dengan kondisi yang ada.

P : Kapan pembinaan keagamaan ini dilaksanakan? (seminggu sekali, satu

bulan sekali, dll)

I : Shalat Dhuhur Berjamaah: Dilaksanakan setiap hari pada waktu shalat

dhuhur. Pengajian/Siraman Rohani Umum: hari Sabtu minggu pertama.

Pengajian/Siraman Rohani Wanita: seminggu dua kali yaitu hari Senin dan

Kamis. Pengajaran Iqro‟ dan al-Qur‟an: seminggu dua kali yaitu pada hari

Senin dan Kamis. Peringatan Hari Besar agama Islam: pada waktu-waktu

tertentu peringatan hari-hari besar agama Islam.

P : Sejauh ini apakah ada pengaruhnya terhadap narapidana?

I : Pastinya ada mbak, dan sangat berpengaruh sekali.

P : Apa hambatan dari pelaksanaan pembinaan keagamaan ini?

I : Untuk hambatannya antara lain yaitu latar belakang narapidana yang tidak

sama. Hal ini sangat mempengaruhi kelancaran dalam pelaksanaan

pembinaan keagamaan, terutama dalam menyerap materi yang diberikan.

Dan perbedaan masa hukuman serta masuknya dalam LP yang tidak sama

sehingga akan mepersulit dalam keruntutan pemberian materi pembinaan

serta tidak ada kurikulum khusus.

P : Bagaimana mengatasi hambatan-hambatan itu?

I : Dengan mengulang-ulang materi yang pernah diberikan dengan

menggunakan metode yang berbeda.

P : Di samping pembina dari dalam LP, apakah pernah mendatangkan dari luar?

I : Pernah mbak, Pembina keagamaan yang mengisi pembinaan pada

narapidana yaitu koordinator keagamaan Lembaga Pemasyarakan Magelang

dan bekerjasama dengan luar LP: Departemen Agama Magelang, LSM

Salimah Magelang, dan mendatangkan Guru Agama dari SMA N 5

Magelang yaitu Bapak KH. Drs. Slamet Biyantara.

P : Jika pernah, apa pertimbangannya? (mengapa memilih ustad itu, bukan yang

ini)

I : Ada mbak, yaitu agar dapat mewujudkan tujuan pembinaan. Maka kita

harus bekerja sama dengan instansi pemerintah yang terkait. Tujuannya

untuk membina narapidana dalam memperbaiki mental mereka, sehingga

diharapkan setelah mereka keluar dari LP menjadi anggota masyarakat yang

baik dan dapat hidup mandiri mbak. Untuk menyadarkan dari perbuatan

yang salah yang telah mereka lakukan, dan untuk membimbing narapidana

dalam mempelajari ajaran agama Islam dan mampu mengendalikan sikap

setelah menjalani masa pidanya

P : Apa saja isi pembinaan yang Bapak/Ibu sampaikan ketika mebgisi

pembinaan keagamaan?

I : Untuk materi tentang masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari, seperti cara menjadi muslim yang baik, cara menempuh hidup agar

mendapat berkah dari Allah Swt. dan muamalah

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : SB

Kode Data : W/P/SB

Hari/tanggal : Rabu, 11-06-2014

Waktu : 10.15 WIB-selesai

P : Secara umum apa saja pembinaan yang diselenggarakan di LP ini?

(maksudnya pembinaan bagi narapidana wanita)

I : Pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian mbak.

P : Dalam hal ini, Bapak/Ibu bertugas sebagai apa?

I : Saya petugas di blok sel wanita.

P : Bagaimana pembagian materi pembinaan? Apakah disesuaikan dengan

jenjang pendidikan? Atau sama rata?

I : Tidak, untuk kegiatan pembinaan keagamaan di LP ini sama rata.

P : Bagaimana metode yang dilakukan?

I : Metode yang digunakan itu kebanyakan ceramah, dan diselingi dengan

tanya jawab serta humor agar narapidana tidak jenuh. Jika ceramah terus

menerus mereka jenuh dan ngantuk. Dan ada metode peragaan seperti pada

materi tata cara wudhu dan sholat. Metode yang khusus, ada metode

belajara dari pengalaman untuk membaca iqro‟ dan al-quran, dan metode

auto sugesti untuk memberikan motivasi.

P : Pernahkah metode-metode ini mengalami perubahan? Jika pernah mengapa?

I : Jarang mbak, tergantung pada pembina.

P : Kapan pembinaan keagamaan ini dilaksanakan? (seminggu sekali, satu

bulan sekali, dll)

I : Ada yang sebulan sekali, seminggu dua kali, bahkan ada juga yang setiap

hari seperti sholat dhuhur berjamaah.

P : Sejauh ini apakah ada pengaruhnya terhadap narapidana?

I : Ada sekali mbak, kelihatan setelah selesai pembinaan, narapidana kelihatan

lebih tenang jiwanya.

P : Apa hambatan dari pelaksanaan pembinaan keagamaan ini?

I : Untuk penghambatnya minat narapidana wanita mengikuti pembinaan

keagamaan kurang dibandingkan dengan keikutsertaan pada pembinaan

kemandirian. Dan latar pendidikan yang tidak sama.

P : Apa saja isi pembinaan yang Bapak/Ibu sampaikan ketika mebgisi

pembinaan keagamaan?

I : Yang disamaikan yaitu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti tata

cara shalat, gerakan-gerakan shalat yang benar, memperingati hari-hari

besar agama islam

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : TR

Kode Data : W/N/TR

Hari/tanggal : Kamis, 12-06-2014

Waktu : 10.00 WIB-selesai

P : Sejak mulai kapan Anda mengikuti pembinaan keagamaan?

I : Sejak saya masuk LP mbak.

P : Pembinaan keagamaan apa saja Anda ikuti?

I : Ada pengajian wanita, mengaji al-qur‟an, yasinan, dan masih banyak mbak.

P : Siapa saja yang mengisi kegiatan pembinaan keagamaan?

I : Bapak dan ibu pembina dari LP dan dari luar.

P : Bagaimana metode yang dilakukan? (berdasar situasi, individu, kelompok

“ceramah, diskusi, brosur, majalah”, dari pengalaman)?

I : Ceramah, Tanya Jawab, kadang-kadang diskusi, ada konsultasi juga dan

diberi motivasi mbak.

P : Sejauh ini, bagaimana kesan Anda tentang metode penyampaian yang telah

dilakukan oleh para pembina?

I : Senang mbak, rata-rata menyukai metode ceramah. Karena ceramah lebih

mengena dalam hati.

P : Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina keagamaan di LP?

I : Semua saya suka.

P : Diantara materi itu, materi apa yang paling Anda sukai?

I : Suka semua mbak yang tidak menjenuhkan.

P : Bagaimana manfaat yang Anda rasakan dari pembinaan keagamaan terkait

dengan status Anda sekarang ini?

I : Ya, bermanfaat sekali, dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya

beribadah

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : TT

Kode Data : W/N/TR

Hari/tanggal : Kamis, 12-06-2014

Waktu : 10.00 WIB-selesai

P : Sejak mulai kapan Anda mengikuti pembinaan keagamaan?

I : Sejak saya masuk LP mbak.

P : Pembinaan keagamaan apa saja Anda ikuti?

I : Sholat dhuhur jamaah, mendengarkan ceramah agama, mengaji. Semua

yang ada saya ikuti.

P : Siapa saja yang mengisi kegiatan pembinaan keagamaan?

I : Bapak dan ibu pembina dari LP

P : Bagaimana metode yang dilakukan? (berdasar situasi, individu, kelompok

“ceramah, diskusi, brosur, majalah”, dari pengalaman)?

I : Ceramah mbak, setelah itu ada tanya jawab dan diberi tugas.

P : Sejauh ini, bagaimana kesan Anda tentang metode penyampaian yang telah

dilakukan oleh para pembina?

I : Senang dan baik mbak.

P : Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina keagamaan di LP?

I : Kedisiplinan, gerakan-gerakan sholat yang benar, cara wudhu yang benar.

P : Diantara materi itu, materi apa yang paling Anda sukai?

I : Suka diberi tugas mbak.

P : Bagaimana manfaat yang Anda rasakan dari pembinaan keagamaan terkait

dengan status Anda sekarang ini?

I : Meningkatnya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan shalat wajib dan

sunnat.

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : WD

Kode Data : W/N/WD

Hari/tanggal : Kamis, 12-06-2014

Waktu : 10.00 WIB-selesai

P : Sejak mulai kapan Anda mengikuti pembinaan keagamaan?

I : Sejak saya masuk LP.

P : Pembinaan keagamaan apa saja Anda ikuti?

I : Sholat, mengaji, ceramah agama, yasinan, dll.

P : Siapa saja yang mengisi kegiatan pembinaan keagamaan?

I : Bapak dan ibu pembina dari LP dan dari luar.

P : Bagaimana metode yang dilakukan? (berdasar situasi, individu, kelompok

“ceramah, diskusi, brosur, majalah”, dari pengalaman)?

I : Metodenya melalui belajar dari teman misal mengaji mbak.

P : Sejauh ini, bagaimana kesan Anda tentang metode penyampaian yang telah

dilakukan oleh para pembina?

I : Kesan saya cukup baik.

P : Menurut Anda, metode apa yang paling sesuai untuk penyampaian

pembinaan keagamaan di LP?

I : Ceramah dari kyai kemudian dipraktekkan.

P : Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina keagamaan di LP?

I : Materi tentang ibadah dan keluarga.

P : Diantara materi itu, materi apa yang paling Anda sukai?

I : Materi tentang ibadah.

P : Bagaimana manfaat yang Anda rasakan dari pembinaan keagamaan terkait

dengan status Anda sekarang ini?

I : Meningkatnya kedisiplinan dalam melakukan sholat dhuhur berjamaah di

blok sel.

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : KR

Kode Data : W/N/KR

Hari/tanggal : Kamis, 12-06-2014

Waktu : 10.00 WIB-selesai

P : Sejak mulai kapan Anda mengikuti pembinaan keagamaan?

I : Sejak saya masuk LP mbak.

P : Pembinaan keagamaan apa saja Anda ikuti?

I : Pembinaan kesehatan, agama, berbangsa dan bernegara.

P : Siapa saja yang mengisi kegiatan pembinaan keagamaan?

I : Bapak dan ibu pembina dari LP dan dari luar.

P : Bagaimana metode yang dilakukan? (berdasar situasi, individu, kelompok

“ceramah, diskusi, brosur, majalah”, dari pengalaman)?

I : Ceramah kemudian dilanjutkan tanya jawab dan diberi motivasi.

P : Sejauh ini, bagaimana kesan Anda tentang metode penyampaian yang telah

dilakukan oleh para pembina?

I : Senang.

P : Menurut Anda, metode apa yang paling sesuai untuk penyampaian

pembinaan keagamaan di LP?

I : Pemberian motivasi.

P : Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina keagamaan di LP?

I : Tentang meningkatkan iman dan bertobat.

P : Diantara materi itu, materi apa yang paling Anda sukai?

I : Semua saya suka.

P : Bagaimana manfaat yang Anda rasakan dari pembinaan keagamaan terkait

dengan status Anda sekarang ini?

I : Meningkatnya kedisiplinan dalam mengikuti pengajian.

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : NR

Kode Data : W/N/NR

Hari/tanggal : Kamis, 12-06-2014

Waktu : 10.00 WIB-selesai

P : Sejak mulai kapan Anda mengikuti pembinaan keagamaan?

I : Sejak saya masuk LP mbak.

P : Pembinaan keagamaan apa saja Anda ikuti?

I : Pengajian, mengaji, yasinan, hafalan surat pendek.

P : Siapa saja yang mengisi kegiatan pembinaan keagamaan?

I : Bapak dan ibu pembina dari LP dan dari luar.

P : Bagaimana metode yang dilakukan? (berdasar situasi, individu, kelompok

“ceramah, diskusi, brosur, majalah”, dari pengalaman)?

I : Diskusi, ceramah, tanya jawab, pemberian motivasi.

P : Sejauh ini, bagaimana kesan Anda tentang metode penyampaian yang telah

dilakukan oleh para pembina?

I : Baik.

P : Menurut Anda, metode apa yang paling sesuai untuk penyampaian

pembinaan keagamaan di LP?

I : Semua dipakai.

P : Materi apa saja yang disampaikan oleh pembina keagamaan di LP?

I : Materi tentang ibadah dan kehidupan sehari-hari.

P : Diantara materi itu, materi apa yang paling Anda sukai?

I : Semua suka.

P : Bagaimana manfaat yang Anda rasakan dari pembinaan keagamaan terkait

dengan status Anda sekarang ini?

I : Pengalamannya setelah mengikuti pembinaan adalah mendapatkan

ketenangan jiwa, menghilangkan rasa iri dan dengki.

SURAT KETERANGAN KEGIATAN (SKK)

Nama : NUR’AINI SOLIKHAH

NIM : 111 10 156

Jurusan/ Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dosen PA : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.

No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan

Point

1. OPAK 2010 diselenggarakan oleh DEMA STAIN Salatiga

25-27 Agustus 2010 Peserta 3

2. USER EDUCATION diselenggarakan oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga

20-25 September 2010 Peserta 3

3. CERDIG Muslimah “Muslimah 24 Karat” diselenggarakan oleh Silmi Community

3 Desember 2010 Peserta 3

4. (DMS) “Let’s be a SMILE moslemah” diselenggarakan oleh LDK STAIN Salatiga

18 Desember 2010 Peserta 3

5.

NATIONAL WORKSHOP OF ENTREPRENEURSHIP AND BASIC COOPERATION 2010 diselenggarakan oleh KOPMA “FATAWA”

19 Desember 2010 Peserta 6

6. Bedah Buku “Ijinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran” diselenggarakan oleh LDK STAIN Salatiga

13 Mei 2011 Peserta 2

7. Seminar “Berani Kaya Berani Taqwa” diselenggarakan oleh LDK STAIN Salatiga

21 Mei 2011 Peserta 3

8.

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN “REALISASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL” diselenggarakan oleh HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga

20 Juni 2011 Peserta 6

9. Praktikum Mata Kuliah Baca Tulis Al Qur’an (BTQ)

22 Juni 2011 Peserta 2

10. Public Hearing “Meningkatkan Tatatnan Birokrasi Kampus Yang Berbasis Pada Prinsip-Prinsip

25 Juni 2011 Peserta 3

Integritas” didelenggrakan oleh SEMA STAIN Salatiga

11. Praktikum Kepramukaan Jurusan Tarbiyah

22-27 Juli 2011 Peserta 2

12.

Seminar Nasional Entrepreneur “Membangun Jiwa Entrepreneurship Menuju Kemandirian Ekonomi Kader Muhammadiyah” diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga

28 Desember 2011 Peserta 6

13.

Majlis Doa Mawar Allah “Pelatihan Sholat Khusyu’” diselenggarakan oleh Biro Konsultasi Psikologi “TAZKIA”

29 Januari 2012 Peserta 3

14. Praktikum Mata Kuliah ETIKA PROFESI KEGURUAN

10 Februari 2012 Peserta 2

15. Praktikum Mata Kuliah KOMPUTER MULTIMEDIA

14-15 Februari 2012 Peserta 2

16.

Public Hearing “Meningkatkan Kepekaan dan Transparasi Kinerja Lembaga Menuju Kampus yang Amanah” diselenggarakan oleh SEMA STAIN Salatiga

27 Maret 2012 Peserta 3

17.

Seminar Nasional Entrepreneurship 2012 “Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi Informatika sebagai Wujud Pasar Modern” diselenggarakan oleh KOPMA “FATAWA” STAIN Salatiga

21 April 2012 Peserta 6

18.

Seminar Regional “Peran Mahasiswa Dalam Mengawal BLSM (BLT) Tepat Sasaran diselenggarakan oleh DEMA STAIN Salatiga

3 Mei 2012 Peserta 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Nur‟aini Solikhah

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 8 Juni 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Dsn. Krajan RT 003/RW 001, Ds. Sutopati, Kec.

Kajoran, Kab. Magelang 56163

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Sutopati 2, Kajoran, Kab. Magelang, lulus Tahun 2003.

2. SMP Negeri 1 Kajoran, Kab. Magelang, lulus Tahun 2006.

3. SMA Negeri 1 Salaman, Kab. Magelang, lulus Tahun 2009.

4. STAIN Salatiga, lulus Tahun 2014.

Demikian data ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 25 Agustus 2014

Penulis

Nur‟aini Solikhah

NIM: 111 10 156