pembinaan terhadap narapidana wanita hamil di …
TRANSCRIPT
PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA WANITA HAMIL DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS II B JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna MemperolehGelar Sarjana Strata Satu (S.1)Dalam Prodi Hukum Pidana Islam
Oleh :
FITRI ALFIANI NIM : 102170143
PEMBIMBING :
Dr. RUSLAN ABDUL GANI, S.H., M.H ELVI ALFIAN A, S.H., M.H.
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021M/1442H
i
ii
iii
MOTTO
وا الأمانات إلى أھلھا وإذا حكمتم بین الناس أن تحكموا ب یأمركم أن تؤد العدل إن إن الله
كان سمیعا بصیر ا یعظكم بھ إن الله نعم ا الله
Artinya :”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum diantara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat”.(Q.S An-
Nisa’ : 58)
iv
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Alhamdulillah Berkat Rahmat dan Karunia dari Allah SWT, segala
puji hanya milik engkau atas segala nikmat yang telah engkau berikan, ucapan
rasa syukur tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada-MU ya Raab, serta
sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan para sahabat yang mulia.
Ucapan dengan rasa bangga penulis berikan hasil karya sederhana ini kepada:
Ayahanda tercinta Ngatni dan Ibunda tersayang Nani Ihwati, sebagai
tanda terimakasih atas segala pengorbanan dan tanggungjawab yang telah
diberikan begitu besar terhadap anakmu, curahan kasih sayang yang tak terhingga,
nasehat, dorongan dan yang selalu memberikan semangat, motivasi dari do’a-do’a
mu serta ridhomu yang membuatku semangat dan terus berusaha dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga anakmu bisa sukses dan mewujudkan
impianmu sehingga terbayarlah semua letihmu.
Ungkapan terima kasih kepada :
Satu-satunya saudara, kakak tercinta Inayaturrahmani beserta suami
yang telah memberikan motivasi serta do’anya juga dan turut membantu dalam
perekonomian orang tua, serta kepada seluruh keluarga besar saya yang telah
mendukung dan memberikan do’anya dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga diberikan kepada :
Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H., M.Hselaku Dosen Pembimbing I
dan Bapak Elvi Alfian. A, S.H., M.H. selaku DosenPembimbing II, yang telah
sabar dan tiada bosan dalam membimbing dan memberikan arahan serta Ilmunya
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Teman-Teman
seperjuangan dibangku perkuliahan, Saudari Nur Luthfiah Amaliyah, Zainab
v
dan Hamia Fitri Handani yang telah sama-sama selama beberapa tahun ini dan
telah menjadi sahabat terdekat yang saling memberikan motivasi, mendukung,
menyemangati dan sma-sama berjuang sekaligus saling membantu untuk
menyelesaikan skripsi ini, kepada teman-teman Alumni Ma’had Al-Jami’ah,
Rika, Endang, Ayu, Nisa, Indah, Siska yang telah menjadi teman semangat
yang apa adanya. Dan kepada para sahabat HPI A 2017 yang sama-sama
mengurus dalam proses penyelesaian akhir kuliah, semoga selalu diberi
kelancaran.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk generasi HPI kedepannya
dan terutama bermanfaat untuk penulis. Aamiin.
vi
ABSTRAK
Fitri Alfiani, 102170143, “Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita Hamil di LPP Kelas II B Jambi”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembinaan yang diberikan pihak LPP Kelas II B Jambi kepada Narapidana wanita hamil. Karena pada dasarnya Narapidana perempuan mempunyai kodrat yang berbeda dengan laki-laki, seperti halnya menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Pada kali ini penulis akan meneliti tentang pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil. Berdasarkan latar belakang yang akan dibahas kali ini yaitu bagaimana pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil, apakah terdapat faktor hambatan dalam proses pembinaan serta upaya dalam mengatasinya ? Jenis penelitian ini adalah lapangan dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu suatu penelitian yang secara dudektif diawali dengan menganalisis pasal-pasal yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan dihubungkan dengan fakta yang terjadi dilapangan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, mengenai pembinaan yang diberikan pihak LPP kepada NAPI wanita hamil, faktor penghambat dalam pembinaan serta upaya dalam mengatasinya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, LPP Kelas II Jambi dalam memberikan pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil dengan Narapidana biasa tetap disamakan. Hanya saja terdapa perlakuan khusus yang diberikan oleh petugas LPP Kelas II B Jambi, seperti mendapatkan toleransi dari program kegiatan yang telah diwajibkan di LPP, mendapat vitamin tambahan dan melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit terdekat. Adapun faktor utama penghambat dari pembinaan Narapidana wanita hamil adalah kurangnya sarana dan prasarana dari bidang kesehatan serta tidak disediakannya dokter dari LPP yang sangat diperlukan oleh Narapidana wanita hamil, sehingga pemenuhan terhadap hak-hak Narapidana belum dilakukan secara maksimal.
Kata kunci : Pembinaan, Narapidana, wanita hamil
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
taufiq, rahmat serta hidayahnya sehingga penyusun dapat bertahan dititik akhir
ini, dan menyelesaikan penelitian sekripsi. Sesuai dengan program studi yang
penyususn ambil selama kuliah yaitu Hukum Pidana Islam, maka penyusun
mengambil penelitian yang berjudul “PEMBINAAN TERHADAP
NARAPIDANA WANITA HAMIL DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
PEREMPUAN KELAS II B JAMBI”.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman
yang terang benderang yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan dan peradaban
seperti saat ini.
Skripsi ini disusun dengan tujuan ingin mengetahui bagaimana pembinaan
yang diberikan untuk seorang Narapidana wanita yang hamil, karena pada
dasarnya kebutuhan yang diperlukan wanita cukup banyak, apalagi dalam kondisi
hamil, hal ini dapat memberikan pengetahuan baru terhadap teman-teman Hukum
Pidana Islam lainnya, dan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
strata satu (S1) Program Studi Hukum Pidana Islam Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Tersusunnya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Terutama dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan
terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Ngatni dan Ibu Nani Ihwati yang
tidak lelah untuk selalu memberikan do’a serta ridho darinya dan semangat
kepada anaknya untuk selalu belajar dan sampai pada titik ini.
Penulis juga mengucapkan ribuan terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asyari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S,Ag., M.H selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN
Sultah Thaha Saifuddin Jambi
viii
3. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R, Ph.D selaku Wakil dekan Bidang
Akademik, Bapak Dr. Ruslan Abdul Ghani, S.H., M.H selaku Wakil
Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan
Bapak Dr. H. Ishaq, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama di Lingkungan Fakultas Syari’ah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4. Ibu Dr. Rabiatul Adawiyah, S.HI., M.HI dan Bapak Devrian Ali Putra,
MA. HK selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Pidana
Islam Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Ghani, S.H., M.H dan Bapak Elvi Alfian. A,
S.H., M.H. selaku Pembimbing 1 dan Pembimbing 2
6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Karyawan dan Karyawati Fakultas
Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
7. Staf kantor Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II B Jambi
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta memberikan
banyak informasi kepada penyusun guna menyelesaikan skripsi ini
8. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyususnan skripsi ini yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kata kesempurnaan. Maka dari itu, kepada para pembaca dan para pakar dimohon
untuk memberikan saran dan kritikannya yang bersifat membangun demi
kesempurnaan. Kepada Allah kita mohon ampunanan-Nya dan kepada manusia
kita memohon kemanfaatannya. Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang
oleh Allah.
Jambi, Maret 2021
Fitri Alfiani Nim.102170143
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBARAN PERNYATAAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ......................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 9
C. Batasan Masalah ......................................................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 10
E. Kerangka Teori ........................................................................................... 11
F. Kerangka Konseptual ................................................................................. 14
G. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 19
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................................. 23
B. Lokasi atau Daerah Penelitian .................................................................... 23
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 23
D. Teknik Analisis Data .................................................................................. 26
E. Sistematika Penulisan ................................................................................. 28
F. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 29
x
BAB III : GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS II B JAMBI
A. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi .............. 30
B. Gambaran umum Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B
Jambi .......................................................................................................... 31
C. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi .... 34
D. Struktur Organisasi serta Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas II B Jambi ...................................................................... 35
BAB IV : POLA PEMBINAAN TERHADAP NAPI WANITA HAMIL DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS II B JAMBI
A. Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita Hamil di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi ........................................... 39
B. Faktor Penghambat dari Pembinaan Narapidana Wanita Hamil di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi ........................... 52
C. Upaya dalam mengatasi terjadinya hambatan Terhadap Pembinaan
Narapidana Wanita Hamil di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas II B Jambi ......................................................................................... 56
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 59
B. Saran ........................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURIKULUM VITAE
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian ......................................................................................... 30
Tabel 2. Jumlah pegawai di LPP Kelas II B Jambi .................................................... 33
Tabel 3. Jumlah Narapidana Muslim dan Non Muslim Tahun 2019-2020 ............... 48
Tabel 4. Jumlah Narapidana wanita hamil Tahun 2019-2020 ................................... 49
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Struktur Organisasi ................................................................................... 38
xiii
DAFTAR SINGKATAN
KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
KALAPAS : Kepala Lembaga Pemasyarakatan
LAPAS : Lembaga Pemasyarakatan
LPP : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
UPT : Unit Pelaksana Teknis
HAM : Hak Asasi Manusia
WBP : Warga Binaan Pemasyarakatan
LKP : Lembaga Khusus dan Pelatihan
RI : Republik Indonesia
P2U : Penjaga Pintu Utama
COVID-19 : Corona Virus Disease-19
USG : Ultrasonografi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia yang memberlakukan KUHP sebagai sumber utama
hukum pidana telah merinci jenis-jenis pidana sebagaimana dirumuskan
dalam pasal 10 KUHP, pidana dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama,
pidana pokok yang meliputi hukum mati, penjara, kurungan, denda dan
pidana tutupan. Kedua pidana tambahan yang terdiri dari pencabutan hak-hak
tertentu, perampasan barang-barang tertentu dan pengumuman keputusan
hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelaku kejahatan .1 Dengan
lahirnya pidana maka hilanglah kemerdekaan, hukum tersebut berubah
menjadi pidana penjara selama batas waktu yang ditentukan oleh hakim.
Namun sejak tahun 1964 pembinaan bagi Narapidana wanita berubah.
Yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan dengan tujuan
agar mantan Narapidana kembali menjadi masyarakat yang baik dan diterima
di masyarakat.2 Seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995 dalam pasal (2) yang berbunyi :“Agar warga Binaan
Pemasyarakatan menjadi manusia seutuhnya yang dapat aktif berperan dalam
pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
bertanggung jawab”.3
1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 10 Tentang Pidana. 2 Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Cet. ke 3,
(Bandung : Refika Aditama, 2009), hlm. 106. 3 Undang-Undang Dasar RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 2.
2
Itulah tujuan dari adanya pembinaan terhadap Narapidana atau Warga
Binaan Pemasyarakatan, bahkan mereka semua selama menjadi Narapidana
banyak yang mereka ketahui dari segi kerajinan, keagamaan dan pekerjaan
lainnya ada didalam Lembaga Pemasyarakatan. Semua itu bertujuan agar si
Narapidana ketika sudah habis masa tahanan atau ketika sudah keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan mereka bisa diterima kembali di masyarakat.
Begitu pula institusinya yang semula disebut sebagai Rumah Penjara
dan Rumah Pendidikan Negara berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan
yang ditopang dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. Dan pada saat ini tempat bagi Narapidana wanita di Kelas II
B Sengeti Kabupaten Muaro Jambi telah resmi diberi nama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan (LPP).
Di negara berkembang seperti Indonesia masalah pembinaan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang beradab sering terabaikan. Bahkan sebuah
ideologi sering tergantikan oleh kekuatan ekonomi yang cenderung lebih
berperan. Sering manusia salah jalan dan melakukan tindakan diluar aturan
yang berlaku demi mendapatkan ekonomi yang layak. Selain itu,
kecenderungan peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup membuat semakin
beragam masalah dalam masyarakat, seperti kejahatan ataupun perbuatan
yang melanggar hukum.4
Situasi tidak terduga berada pada waktu dan tempat yang salah atau
karna kekhilafan seseorang sehingga harus kehilangan kemerdekaannya
4 Lily Lastriana Dewi, “Pembinaan Narapidana Wanita yang Mempunyai Anak Balita atau dalam Keadaan Mengandung di Lembaga Pemasyarakatan”, Skripsi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Fakultas Hukum, (2014), hlm. 4.
3
dengan menjadi Narapidana. Bicara tentang Narapidana, salah satunya ialah
Narapidana wanita. Keterlibatan wanita sebagai pelaku kriminalitas memang
bukan hal yang baru, walaupun keterlibatan ini relative lebih kecil
dibandingkan pria, kriminalitas dilakukan seorang wanita karena beberapa
alasan, seperti yang sudah dijelaskan diatas, salah satu diantara penyebabnya
adalah dari faktor perekonomian yang kurang memadai.
Dimata hukum yang berbuat kriminal dianggap bersalah dan harus
dipidana walaupun ia seorang wanita. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 27, yang sudah diamandemen
dari 2 ayat menjadi 3 ayat, bahwa semua warga negara sama kedudukannya
termasuk wanita. Seorang Narapidana yang sedang menjalani hukuman
diLembaga Pemasyarakatan mereka perlu mendapatkan perhatian, terutama
dalam pemberian hak asasinya sebagai seorang manusia. Narapidana juga
harus diayomi hak-haknya meskipun mereka telah melanggar hukum. Dalam
Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 14 ayat
(1), secara tegas dinyatakan bahwa terpidana berhak :5
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya 2. Mendapat perawatan baik rohani ataupun jasmani 3. Mendapat pendidikan dan pengajaran 4. Mendapat pelayanan kesehatan dan makan yang layak 5. Menyampaikan keluhan 6. Mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang
tidak dilarang 7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan 8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu
lainnya
5 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 14 ayat
(1).
4
9. Mendapat pengurangan masa pidana 10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi
keluarga 11. Mendapatkan kebebasan bersyarat 12. Mendapatkan cuti menjelang bebas
Pada dasarnya hak antara Narapidana perempuan dengan Narapidana
pria adalah sama, hanya dalam hal ini karena Narapidanannya adalah wanita
maka ada beberapa hak yang mendapat perhatian khusus dibanding dengan
Narapidana pria.6 Contohnya seorang perempuan akan mengalami siklus
menstruasi sehingga masalah kehigienisan menjadi suatu yang perlu
mendapatkan perhatian lebih. Selain itu, Narapidana wanita yang sedang
hamil atau dalam keadaan melahirkan juga membutuhkan perawatan yang
khusus untuk menjamin kesehatan ibu dan anak. Ketika anak itu pun lahir,
perempuan jugalah yang mampu menyusui. Jadi disitulah Narapidana wanita
perlu mendapatkan perhatian yang khusus baik menurut Undang-Undang
maupun petugas Lembaga Pemasyarakatan diseluruh wilayah Indonesia.
Pengaturan mengenai pelaksanaan hak Narapidana wanita tertuang
didalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Dimana dalam pasal
20 mengatur perlindungan terhadap Narapidana wanita, yaitu :7
1. Narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang sakit, hamil dan menyusui berhak mendapat makanan tambahan sesuai dengan petunjuk dokter.
2. Makanan tambahan juga diberikan kepada Narapidana yang melakukan pekerjaan jenis tertentu.
6 Fita Lisani, “Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan
Anak dan Wanita di Muara Bulian Menurut Hukum Pidana Islam”, Skripsi Mahasiswa Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, (2015), hlm. 3.
7 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 20.
5
3. Anak dari Narapidana wanita dibawa kedalam Lembaga Pemasyarakatan ataupun yang lahir di Lembaga Pemasyarakatan dapat diberi makanan tambahan atas petunjuk dokter, paling lama sampai berumur 2 tahun.
4. Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 telah mencapai umur 2 tahun, harus diserahkan kepada sanak keluarganya.
5. Untuk kepentingan kesehatan anak, kepala Lembaga Pemasyarakatan dapat menentukan makanan tambahan.
Narapidana wanita tidak hanya dibatasi hak-haknya seperti Narapidana
pada umumnya, tetapi juga mengalami kesulitan ketika harus menghadapi
keadaan-keadaan yang menjadi kodratnya sebagai seorang perempuan.
Narapidana wanita memiliki kodrat yang berbeda dengan pria, sudah menjadi
kodratnya wanita mengalami siklus menstruasi, hamil, melahirkan dan
menyusui yang tidak dimiliki oleh Narapidana lain. Padahal mengingat
bahwa konsep yang ditumbuh kembangkan di Indonesia merupakan
pembinaan dan bukan pembalas dendam (retribution), seharusnya pemerintah
menaruh perhatian lebih pada kebutuhan-kebutuhan khusus Narapidana
wanita tersebut.8
Khusus untuk Remisi, Asimilasi, Cuti menjelang bebas dan
Pembebasan Bersyarat merupakan hak seorang Narapidana, baik dewasa
maupun anak, sebagai Narapidana. Pelaksanaan perolehan Remisi, Asimilasi,
Cuti menjelang bebas dan Pembebasan Bersyarat tersebut diatur dalam
Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Pelaksanaan hak-hak lain
Narapidana wanita yang hamil dijelaskan berdasarkan kebijakan masing-
masing Lembaga Pemasyarakatan, seperti :
8 Achmad Fatony, “Efektifitas Pelaksanaan Hak-Hak Warga Binaan Perempuan dalam Mewujudkan Tujuan Pemasyarakatan : Study Kasus Rumah Tahanan Kelas II A Jakarta Timur”,https://www.researchgat.net, diakses 21 April 2020.
6
1. Memberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan olahraga 2. Memberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan kerja bakti 3. Memberikan dispensasi terhadap kegiatan-kegiatan yang membahayakan
kesehatan si ibu maupun kandungan. Selain mendapatkan hak-haknya, seorang Narapidana juga memiliki
suatu kewajiban. Kewajiban seorang Narapidana wanita yang hamil sama
dengan Narapidana lainnya yang harus dilakukan selama menjalani masa
hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP). Kewajiban tersebut
diatur dalam Peraturan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6
Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Tahanan Pasal 3 yang berbunyi, Setiap Narapidana atau Tahanan wajib :9
1. Taat menjalankan ibadah sesuai agama dan/atau kepercayaan yang dianutnya serta memelihara kerukunan beragama
2. Mengikuti seluruh kegiatan yang di programkan 3. Patuh, taat dan hormat kepada petugas 4. Mengenakan pakaian seragam yang telah ditentukan 5. Memelihara kerapian diri dan lingkungan hunian serta mengikuti kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka kebersihan lingkungan hunian, dan 6. Mengikuti apel kamar yang dilaksanakan oleh petugas pemasyarakatan.
Kewajiban bagi Narapidana wanita yang hamil biasanya diberikan
toleransi dari pihak Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) atas dasar
kemanusiaan. Dimana pada masa sekarang dalam Lembaga Pemasyarakatan,
suatu kewajiban yang dimiliki oleh seluruh Narapidana khususnya
Narapidana wanita yang hamil tidaklah menjadi kewajiban yang harus
dikerjakan, sehingga membuat seorang Narapidana wanita yang hamil
tersebut merasa terbebani dan dapat berdampak terhadap kesehatan calon ibu,
bayi dan janin. Namun bagi Narapidana wanita yang hamil yang diberikan
9 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan, Pasal 3.
7
toleransi dalam kewajiban bimbingan kerja, tetap wajib mengikuti aturan
yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan Perempuandan wajib patuh
terhadap petugas Lembaga Pemasyarakatan.10
Berkaitan dengan Narapidana wanita yang hamil di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II B Jambi, terdapat beberapa
jumlah Narapidana wanita yang hamil. Salah satu petugas mengatakan
“Bahwa pada 3 (tiga) tahun yang lalu, yakni dari tahun 2017 sampai pada
tahun 2019 jumlah Narapidana wanita yang hamil di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi berjumlah sebanyak 3 (Tiga)
orang Narapidana wanita yang hamil. Dimana pada tahun 2017 sebanyak 1
(satu) orang Narapidana dan pada tahun 2019 terdapat 2 (Dua) orang
Narapidana wanita yang hamil. Tiga Narapidana wanita yang hamil ini
terdapat 2 (Dua) Narapidana yang terjerat dalam kasus kriminal dan 1 (satu)
Narapidana terjerat dalam kasus narkoba. Dua Narapidana melahirkan di
Rumah Sakit dan 1 (satu) Narapidana melahirkan di Lembaga
Pemasyarakatan karena tidak sempat dilarikan ke Rumah Sakit. Kemudian
anak yang dilahirkan diasuh didalam Lembaga Pemasyarakatan, sampai
mencapai umur 2 tahun. Jika sudah mencapai umur 2 tahun dan ternyata
ibunya belum bebas sebagai seorang Narapidana, maka anak wajib diberikan
kepada pihak keluarga”.
Masa pemulihan seorang Narapidana pasca persalinan atau melahirkan
yaitu : Untuk Narapidana yang melaksanakan persalinan atau melahirkan
10 Anita Ayu Widyastuti, “Implementasi Hak dan Kewajiban Bagi Warga Binaan Wanita Hamil atau Menyusui dalam Menjalani Masa Hukuman di LAPAS Perempuan Kelas II B Yogyakarta”,Skripsi Universitas Islam Indonesia, Fakultas Hukum, (2018), hlm. 77.
8
dalam keadaan normal ternyata lebih singkat dari pada melahirkan secara
caesar. Pemulihan pasca persalinan secara normal berlangsung selama 6
mimggu (42 hari) atau lebih sering dikenal dengan masa nifas. Sedangkan
waktu pemulihan setelah melahirkan secara caesar biasanya bekas luka
jahitan akan pulih dalam waktu 6 minggu, namun untuk seluruh luka
termasuk luka pada rahim biasanya akan pulih lebih lama, bisa sampai 2
tahun.
Seorang Narapidan yang telah melaksanakan persalinan atau
melahirkan, dia akan mendapat perlakuan yang sama sebagaimana
Narapidana lain pada umumnya. Mereka akan kembali mengikuti kegiatan-
kegiatan yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP), dan
kembali melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Narapidana wanita
pada biasanya.
Hal ini menimbulkan opini apakah Negara menjamin terhadap
Narapidana yang dalam proses mengandung tersebut dipastikan mendapat
fasilitas untuk memeriksa kandungan setiap bulan dan mendapatkan jaminan
fasilitas melahirkan yang memadai di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Maka
dalam hal ini Narapidana wanita perlu mendapat perhatian yang khusus baik
menurut Undang-Undang maupun petugas Lembaga Pemasyarakatan di
seluruh wilayah Indonesia.11 Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 dalam pasal (14) mengenai Narapidana berhak
mendaptakan fasilitas kesehatan. Sedangkan didalam sistem pembinaan
11 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 12 Ayat
(2).
9
Narapidana wanita hamil ini tentunya Lembaga Pemasyarakatan terdapat
hambatan atau kesulitan dalam menjalankan sistem pembinaannya. Oleh
karena itu, Lembaga Pemasyarakatan harus memiliki upaya atau cara
tersendiri agar tidak terjadinya suatu hambatan atau kesulitan didalam
menjalankan sistem pembinaan tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka penulis
tertarik untuk lebih mengetahui mengenai Pembinaan Narapidana Wanita,
khususnya terhadap wanita yang sedang dalam keadaan hamil. Adapun judul
penelitian ini adalah “ Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita Hamil di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II B Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pembinaan terhadap narapidana wanita yang hamil di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan kelas II B Jambi ?
2. Apakah faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaanterhadap
Narapidana wanita yang hamil di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas II B Jambi ?
3. Apa upaya untuk mengatasi adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan
pembinaan Narapidana wanita yang hamil di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan kelas II B Jambi ?
10
C. Batasan Masalah
Agar tidak keluar dari pembahasan dan tetap sistematis dalam
penelitian ini, maka penulis membatasi masalah yang hanya berhubungan
dengan sistem pembinaan Narapidana wanita yang hamil dan faktor-faktor
penghambat serta upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi adanya
faktor penghambatan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan kelas
II BJambi.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya,
maka dalam penelitian ini ditetapkan beberapa tujuan penelitian, yaitu :
a. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembinaan terhadap Narapidana
wanita yang hamil di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan kelas II B
Jambi.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dari pembinaan terhadap
Narapidana wanita yang hamil di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
kelas II B Jambi.
c. Untuk mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan oleh petugas
Lembaga Pemasyarakatan dalam mengatasi adanya faktor penghambat
dari pembinaan terhadap Narapidana wanita yang hamil di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan kelas II B Jambi.
11
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademik, sebagai bahan masukan bagi penegak hukum di
Lembaga PemasyarakatanPerempuan kelas II B Jambi mengenai
Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita yang Hamil.
b. Secara teoritis, sebagai wahana untuk menambah wawasan dan
pengetahuan di bidang ilmu Hukum Pidana Islam.
c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Hukum
Pidana Islam pada umumnya, khususnya mengenai peran petugas
Lembaga Pemasyarakatan dalam melakukan pembinaan terhadap
Narapidana wanita yang hamil.
d. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata (S.1)
pada fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan
abstraksi-abstraksi dari hasil pemikiran, digunakan sebagai dasar atau
kerangka acuan yang bertujuan untuk mengadakan kesimpulan yang dianggap
telah sesuai dengan suatu penelitian.12 Berdasarkan penelitian yang telah
penulis angkat berkaitan dengan Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita
Hamil di Lembaga Pemasyarakatan PerempuanKelas II B Jambi, maka
digunakan teori:
12 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
(Jakarta: Rajawali, 1986), hlm. 123.
12
1. Teori Pemidanaan
Teori Pemidanaan adalah proses pemberian atau penjatuhan pidana
oleh Hakim yang disebut pemidanaan. Dalam teori pemidanaan dikenal
tiga aliran, yaitu : Aliran Absolut, aliran Relatif dan aliran Gabungan.
Selain teori tersebut adapula teori hak, dalam kasus ini seorang Narapidana
diberi hak karena manusia dari berbagai lapisan kehidupan yang harus
mendapat perlakuan yang sama.13
Teori Pemidanaan menjelaskan mengenai bagaimana sanksi pidana
dijatuhkan kepada si pelaku semata-mata karena sipelaku telah melakukan
kejahatan. Pada dasarnya dalam teori ini bertujuan untuk menegakkan tata
tertib (hukum) dalam masyarakat, karena didalam pemidanaan tersebut
bukan sebagai pembalasan untuk pelaku yang telah melakukan kejahatan,
akan tetapi untuk mencegah agar orang tersebut tidak melakukan tindak
kejahatan lagi ataupun mengulangi kejahatan yang dipernah dilakukan
(Residivis). Dalam Undang-Undang No 12 Tahun 1995 Pasal 2 Tentang
Pemasyarakatan, menyebutkan bahwasanya didalam pemasyarakatan
dalam membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan atau Narapidana agar
menjadi manusia yang seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri
dan tidak mengulangi tindak pidana lagi sehingga dapat diterima kembali
dalam lingkungan masyarakat, dan diharapkan juga dapat berperan aktif
dalam pembangunan dan dapat hidup sewajarnya warga yang baik dan
bertanggungjawab. Bukan bertujuan untuk melakukan pembalasan atas
13I Dewa Gede Atmadjadan I Nyoman Putu Budiartha, Teori-Teori Hukum, (Malang:
Setara Press, 2018), hlm. 175.
13
keadilan. Dalam penjatuhan sanksi pidana dalam hal tujuan memperbaiki
si pelaku, mencakup 3 sasaran, yaitu :
a. Perbaikan yuridis agar si pelaku menaati Undang-Undang. b. Perbaikan cara berpikir agar si pelaku insaf akan jeleknya kejahatan. c. Perbaikan moral agar si pelaku dari sisi nilai kesusilaan menjadi
manusia yang bermoral baik.
Namun dalam teori Pemidanaan ini terdapat juga kelemahan yang
menonjol, antara lain :14
a. Dapat menimbulkan ketidakadilan, karena tidak membedakan kejahatan ringan dan berat yang kedua-duanya disamakan
b. Kepuasan masyarakat diabaikan, karena hanya fokus memperbaiki sipelaku
c. Sulit dilaksanakan secara praktik karena bertujuan untuk mencegah dan menakut-nakuti tidak berlaku pada Narapidana Residivis.
Dilihat dari semua ini, tujuan pemidanaan bukan hanya mengarah
kepada unsur pembalasan, akan tetapi dalam teori Pemidanaan ini juga
mengarah pada tujuan memperbaiki karakter dari si pelaku atau terpidana.
F. Kerangka Konseptual
1. Pembinaan
Sistem pembinaan Narapidana yang dikenal dengan nama Lembaga
Pemasyarakatan, mulai dikenal sejak tahun 1946 dalam Konferensi Dinas
Kepenjaraan di Lembaga tanggal 27 April 1946. Secara etimologi,
pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Sedangkan secara terminologi pembinaan ialah kegiatan
untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa,
14 I Dewa Gede Admadja dan I Nyoman Putu Budiartha, Ibid, hlm. 177.
14
intelektual, sikap dan prilaku profesional serta kesehatan jasmani dan
rohani Narapidana.15 Sedangkan dalam pengertian menurut Mitha Thoha,
pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau pernyataan yang lebih
baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan
pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau
peningkatan atas sesuatu.16
Sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 tidak sekedar mengandung aspek penjeraan, namun
juga merupakan upaya untuk mewujudkan reintegrasi sosial warga binaan
pemasyarakatan yaitu kembalinya kesatuan hubungan warga binaan
pemasyarakatan baik sebagai pribadi, anggota masyarakat maupun insan
Tuhan.
Dalam sistem pemasyarakatan Narapidana dipandang sebagai
manusia yang memiliki fitrah kemanusiaan, i’tikad dan potensi yang dapat
digali dan dikembangkan dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya. Prinsip-prinsip pembinaan dengan pendekatan tersebut
tercermin dalam usaha-usaha pembinaan terhadap Narapidana berdasarkan
sistem pemasyarakatan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1995 pasal 5 yang berupaya mewujudkan reintegrasi sosial.
Pasal ini memuat tentang prinsip pelaksanaan pemasyarakatan di Indinesia
yang terdiri dari :
15 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
16 Dwidja Priyatno, Ibid, hlm. 2.
15
a. Pengayoman b. Persamaan perlakuan dan pelayanan c. Pendidikan d. Pembimbingan e. Penghormatan harkat dan martabat manusia f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-
orang tertentu.17
Sistem Lembaga Pemasyarakatan mengenal tahapan-tahapan sebagai
pembinaan terhadap Narapidana. Proses pembinaan Narapidana dilakukan
dengean melalui empat tahapan, yaitu :18
a) Tahap Pertama, yang dilaksanakan sampai dengan 1/3 masa pidananya
b) Tahap lanjutan, yang dilaksanakan antara 1/3 sampai dengan 1/2 masa pidananya
c) Tahap lanjutan, yang dilaksanakan antara 1/2 sampai dengan 2/3 masa pidananya
d) Tahap akhir, yang dilaksanakan antara 2/3 masa pidananya sampai narapidana yang bersangkutan bebas.
Sistem pemasyarakatan memandang Narapidana bukan sebagai
objek melainkan sebagai subjek pembinaan yang pada hakikatnya
melakukan perbuatan hukum karena adanya kerusakan hubungan hidup,
kehidupan dan penghidupan.
2. Narapidana
Secara bahasa Narapidana adalah orang yang sedang menjalani
hukuman karena telah melakukan suatu tindak pidana. Menurut Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menjelaskan
bahwa Narapidana adalah terpidana yang sedang menjalani pidana hilang
17 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 5. 18Hamja, Pemberdayaan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Sebagi Wujud
Pelaksanaan Community Based Corrections Didalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2015), hlm. 11.
16
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.19 Menurut pasal 1 ayat (6),
Undang-Undang No. 12 Tahun 1995, terpidana adalah seseorang yang
terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa Narapidana adalah
orang atau terpidana yang sedang menjalani masa hukumannya di
Lembaga Pemasyarakatan dimana kemerdekaan hilang. Dewasa ini
Narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan menjadi subjek
yang dihormati dan dihargai oleh sesamanya. Pada dasarnya yang harus
diberantas ialah faktor penyebab tindak pidana, bukan pelaku tindak
pidana.
3. Wanita Hamil
Menurut Poewodaminto pengertian wanita hamil adalah sebutan
untuk orang perempuan yang telah mengandung, wanita yang telah
bersuami, serta panggilan yang lazim pada wanita hamil.20 Wanita dalam
pandangan Islam pada masa jahiliyyah tidak berarti apa-apa, mereka hanya
dijadikan sebagai bahan pemuas nafsu para lelaki, bahkan apabila mereka
memiliki bayi perempuanpun dianggap aib sehingga jika lahir bayi
perempuan ia akan di bunuh.
Kedudukan wanita dan laki-laki itu sama, apalagi bagi negara
Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Jika laki-laki yang melakukan
19 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 Ayat
(7). 20 Suprayanto, “Definisi Ibu Hamil”, Dr-Suprayanto.blogspot.com, diakses 29 Januari
2020.
17
tindak pidana dihukum, maka wanita yang melakukan tindak pidanapun
juga dihukum. Jika Narapidana laki-laki mendapatkan pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan, maka Narapidana wanita juga harus
mendapatkan pembinaannya. Hanya saja ada sedikit perbedaan yaitu
penangguhan hukuman bagi wanita jika sedang hamil atau menyusui.21
Tentang persamaan kedudukan antara wanita dan laki-laki ini telah
dijelaskan didalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 124 :
الحات من ذكر أو أنثى وھو مؤمن فأولئك یدخلون الجنة ولا یظلمون ﴾ ١٢٤ نقیرا ﴿ومن یعمل من الص
Artinya : “ Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”. (QS An-Nisa’ : 124)22
Ayat diatas menjelaskan adanya kesamaan kedudukan antara wanita
dan laki-laki dihadapan Allah SWT, terkhusus dalam hal perolehan pahala
dari amal-amal shalehnya.Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
جال ولھن مثل الذي علیھن بالمعروف النساء شقائق الر
Artinya : “Sesungguhnya perempuan itu adalah saudara sekandung laki-laki, mereka para (wanita) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut.”(Riwayat Imam Abu Daud).
Maka, pada dasarnya apapun yang ditetapkan sebagai hukum bagi
kaum laki-laki, juga berlaku sepenuhnya bagi kaum wanita. Kecuali, jika
ada keterangan dari nash syariat yang menerangkan mengenai
kekhususannya, maka teks-teks nash tersebutlah yang menjadi
pengecualian dari hadist diatas.
21 Fita Lisani, Ibid, hlm.12. 22An-Nisa’(4):124.
18
4. Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP)
Lembaga Pemasyarakatan atau disingkat dengan Lapas ataupun
penjara merupakan tempat melakukan pembinaan terhadap Narapidana.
Dulu sebelum adanya Lembaga Pemasyarakatan tempat tersebut dikenal
dengan istilah penjara. R.A. Koesnan berpendapat, berdasarkan etimologi
kata penjara berasal dari bahasa jawa (penjoro) yang artinya tobat atau jera
dipenjara. Lembaga ialah ikatan, badan atau organisasi yang tugasnya
melakukan suatu penyelidikan atau suatu usaha. Sedangkan
Pemasyarakatan ialah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan
pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan
yang merupakan bagian akhir dari sistem peradilan pidana. Sistem
peradilan pidana sendiri terdiri dari empat (4) sub-sistem, yaitu :
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan ialah tempat untuk
melaksanakan pembinaan yang mana penghuni didalamnya bisa
Narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan bisa juga
yang setatusnya masih tahanan, maksudnya yang setatusnya masih berada
dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidaknya oleh
hakim.23
Lembaga Pemasyarakatan sebagai lembaga koreksi merupkan faktor
penentu dari keberhasilan sistem peradilan pidana. Di Lembaga
Pemasyarakatan proses pemidanaan menjadi tempat “Pengolahan” sampai
23 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 angka
(3).
19
pada kriteria tertentu ketika sudah kembali dalam masyarakat.
Jadi,pembinaan dikhususkan pada pembinaan Narapidana sekaligus
pengayoman terhadap masyarakat.24
Didalam pembinaan Narapidana wanita diberikan tempat pembinaan
khusus yang diberi nama Lembaga Pemasyarakatan Perempuan atau
disingkat dengan LPP. Lembaga Pemasyarakatan khusus Perempuan
berdiri karena intervensi terhadap Narapidana wanita harus berbeda
dengan Narapidana laki-laki maupun anak-anak. Seharusnya terdapat
pembeda dalam bentuk Lembaga Pemasyarakatan serta kegiatan-kegiatan
yang dilakukan karena banyaknya kesetresan yang sering dialami oleh
Narapidana wanita namun tidak dialami Narapidana laki-laki. Seperti
banyaknya berpikir tentang keluarga terutama anak yang harus
ditinggalkan.25
G. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka sangat diperlukan dalam proses pembuatan skripsi
untuk menambah wawasan tentang masalah yang akan dikaji. Tinjauan
pustaka dijadikan sebagi perbandingan terhadap penelitian yang dilakukan
sebelumnya yang memiliki kesamaan. Adapun penelitian mengenai
pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil telah banyak dibahas oleh
banyak peneliti, baik yang dituangkan berupa buku, skripsi, jurnal serta
artikel. Dari beberapa penelitian yang sudah penulis telusuri antara lain :
24Hamja, Ibid, hlm. 13. 25Puti Halimah, dkk.,“Pola Pembinaan Narapidana Wanita Oleh Lembaga
Pemasyarakatan Dalam Prespektif Pekerjaan Sosial,”Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 2 Nomor 3, (2015), hlm. 322.
20
1. Skripsi yang disusun oleh Fita Lisani dengan judul “Pembinaan Terhadap
Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Anak dan Wanita Muara
Bulian menurut hukum pidana islam”.26Dari penelitian ini peneliti
membahas tentang seberapa jauh perkembangan pembinaan Narapidana
wanita di Lembaga Pemasyarakatan. Pada penelitian ini terdapat
persamaan dan perbedaan dari penelitian yang akan diteliti. Persamaannya
yaitu sama-sama meneliti tentang pembinaan terhadap Narapidana wanita,
sedangkan perbedannya pada skripsi karya Fita Lisani yang diteliti ialah
hanya pada perkembangan terhadap pembinaan Narapidana wanita biasa,
namun pada penelitan yang akan diteliti ini yaitu tentang pembinaan
terhadap Narapidana wanita yang hamil.
2. Skripsi yang disusun oleh Tirsa D.G Ticoalu yang berjudul “
Perlindungan Hukum pada Narapidana Wanita Hamil di Lembag
Pemasyarakatan”. Dari penelitian yang dilakukan oleh Tirsa D.G Ticoalu
ia meneliti tentang perlindungan hukum bagi seorang Narapidana wanita
hamil serta sistem pembinaan dan hak yang dimiliki pada saat berada
dalam Lembaga Pemasyarakatan.27 Penelitian ini memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti tentang pembinaan
terhadap Narapidana wanita hamil di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan kelas II B Jambi. Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-
sama meneliti tentang Narapidana wanita yang hamil. Perbedaannya, pada
26 Fita Lisani, Ibid, hlm. 14. 27Tirsa D.G Ticoalu, ”Perlindungan Hukum Pada Narapidana Wanita Hamil di
Lembaga Pemasyarakatan”, Skripsi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, (2013), hlm. 125.
21
skripsi karya Tirsa D.G Ticoalu meneliti tentang Perlindungan Hukum
pada Narapidana wanita hamil sedangkan pada penelitian yang akan
diteliti yaitu tentang Pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil.
3. Jurnal karangan Lily Lastriana Dewi dengan judul “Pembinaan
Narapidana Wanita yang Mempunyai Anak Balita dan dalam Keadaan
Mengandung di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta”.28
Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang bagaimana sistem pembinaan
Narapidana wanita yang mempunyai anak balita atau dalam keadaan
mengandung serta faktor yang menghambat pelaksanaannya. Dalam
penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang penulis akan teliti,
hanya terdapat sedikit perbedaan dari penelitian tentang Pembinaan
Terhadap Narapidana Wanita Hamil di Lembaga Pemasyarakatan kelas II
B Jambi. Perbedaannya, pada penelitian yang dilakukan oleh Lily
Lastriana Dewi terdapat penelitian tentang Sistem Pembinaan Narapidana
Wanita yang mempunyai Anak Balita sedangkan dalam penelitian yang
akan diteliti hanya akan mengambil penelitian tentang Pembinaan
Terhadap Narapidana wanita hamil. Persamaannya yaitu sama-sama
meneliti tentang sistem Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita yang
dalam keadaan Mengandung atau Hamil.
28 Lily Lastriana Dewi, Ibid, hlm. 2.
22
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris dalam penelitian ini maksudnya
adalah bahwa dalam menganalisis permasalahan dilakukan dengan cara
memadukan bahan-bahan hukum (yang merupakan data sekunder) dengan
data primer yang diperoleh di lapangan yaitu tentang Pembinaan Narapidana
Wanita yang Hamil di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II B
Jambi. Sesuai dengan tema, maka penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Menurut Sugiono bahwa penelitian kualitatif deskriptif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme
yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah
dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.29
B. Lokasi atau Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sengeti Kabupaten Muaro Jambi, dan obyek
dari penelitian ini adalah Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II B
Jambi.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Secara umum jenis data dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian,
yaitu data primer, data sekunder dan data tersier.
29 Sugiono, Ibid, hlm. 16.
23
a) Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi
obyek penelitian atau keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh
dilapangan. Dalam penelitian ini, data primer dapat diperoleh secara
langsung melalui penelitian lapangan di Lembaga Permasyarakatan
Perempuan kelas II B Jambi.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan
perpustakaan atau literatur yang mempunyai hubungan dengan objek
penelitian.30 Data ini diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain,
sehingga tidak bersifat autentik, karena sudah diperoleh dari tangan
kedua, ketiga dan seterusnya. Adapun yang menjadi data sekunder
dalam penelitiaan ini yaitu berupa buku, skripsi, jurnal, serta tulisan-
tulisan penting lainnya yang menyangkut tentang Narapidana Wanita
yang Hamil.
c) Data Tersier
Data tersier merupakan bahan-bahan yang memberikan
penjelasan lebih lanjut terhadap bahan-bahan primer dan sekunder
yaitu, kamus hukum, kamus bahasa Indonesia, kamus bahasa inggris
dan kamus-kamus lainnya31.
30Ishaq,MetodePenelitianHukumdanPenulisanSkripsi,Tesis,SertaDisertasi,Cet.
ke-1,(Bandung:Alfabeta),hlm.100.31 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi : edisi revisi, ( Jambi : Syari’ah Press,
2014), hlm. 35.
24
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data tersebut
dapat diperoleh. Dalam penelitian ini, sumber data dapat diperoleh dari
penelitian lapangan yang berupa hasil dari suatu wawancara serta
dokumentasi yang dilakukan di lapangan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah sebuah teknik atau cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengumpulkan data yang terkait dengan
permasalahan dari penelitian yang diambilnya. Dari penelitian ini, penulis
dapat mengambil beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :
a) Observasi
Metode observai adalah proses untuk memperoleh penelitian dengan
cara pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena-fenomena yang
terjadi di lapangan. Pada penelitian ini, penulis tidak dapat mengamati
secara langsung pristiwa-pristiwa yang terjadi dikarenakan adanya Covid-
19. Penulis hanya mendapat gambaran mengenai Pembinaan Narapidan
wanita yang hamil oleh petugas yang ada di Lembaga Permasyarakatan
Perempuan kelas II B Jambi.
b) Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yang dilakukan
antara pewawancara dengan narasumber untuk memperoleh data,
25
keterangan atau pendapat tentang suatu hal.32 Dilakukan secara lisan baik
langsung (face to face) maupun tidak langsung (menggunakan telepon)
atas dasar tujuan yang ingin dicapai. Dari penelitian ini, penulis melakukan
wawancara dengan metode tanya jawab secara langsung (face to face) dan
tidak langsung (menggunakan telepon).33 Pihak yang diwawancarai adalah
bidang Registrasi dan Bimkemas, Bidang Kesehatan, Bidang Tata Usaha
dan Narapidana yang pernah mengandung di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas II B Jambi.
c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan untuk
melengkapi penelitian, selain dengan metode observasi dan wawancara,
data penelitian juga dapat dikumpulkan dengan metode ini, yang
bersumber dari buku-buku yang terkait, dokumen-dokumen yang relavan
dengan penelitian, catatan-catatan, foto-foto serta laporan-laporan lain
yang semua itu memberikan informasi terhadap proses penelitian dan
sebagai pelengkap bagi metode observasi dan wawancara.
E. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data dan analisis data adalah suatu kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan. Menurut Patton Analisis data adalah mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar.34 Analisis data itu dilakukan dalam suatu proses mencari dan
32 Ishaq, Ibid, hlm. 116. 33 Sugiyono, Ibid. hlm. 16. 34 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. ke-25, ( Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 280.
26
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi yang dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah data yang diperoleh dari lapangan dalam waktu
tertentu, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri
dan orang lain. Untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan, maka
penulis menganalisis data dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan tentu jumlahnya banyak serta
campur aduk, maka dari itu perlu bagi peneliti untuk mereduksi data.
Reduksi data adalah merangkum peneliti dalam memilih dan memilah data
pokok yang dianggap relavan, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
mencari pola yang sesuai dengan tema skripsi yang kemudian akan
disajikan.35 Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya. Kegiatan ini berlangsung sejak awal
hingga akhir penelitian.
2. Penyajian Data ( Display Data)
Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah penyajian data.
Bentuk penyajian data adalah dengan teks yang bersifat naratif sehingga
memudahkan untuk memahami apa sebenarnya yang terjadi dan
selanjutnya melaksanakan kerja berdasarkan apa yang telah difahami.
35 Sugiyono, Ibid, hlm. 19.
27
Dalam prakteknya tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena
fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis, sehingga apa yang
ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak
lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu maka
peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat
memasuki lapangan, apakah data yang akan diteliti itu berkembang atau
tidak.
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data)
Penarikan kesimpulan merupakan bagian akhir dari sebuah
penelitian yang disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Maka harus
segera dicatat penelitian dari hasil wawancara agar tidak hilang dan lupa.
Karena wawancara yang dilakukan tidak terstruktur maka peneliti perlu
membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana
data yang dianggap penting dan data yang tidak penting.
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini terbagi kepada lima bab, antara babnya ada yang
terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan-
permasalahan tersendiri, tetapi tetap saling berkaitan antara sub bab dengan
bab yang berikutnya. Untuk memberikan gambaran secara mudah agar lebih
terarah dan jelas. Mengenai pembahasan skripsi ini penulis menggunakan
sistematika dengan membagi pembahasan sebagai berikut :
28
Bab 1: Merupakan pendahuluan yang menguraikan Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,
Kerangka Teori serta Tinjauan Pustaka.
Bab II : Bab ini berisikan tentang Metode Penelitian, yang didalamnya
membahas mengenai Pendekatan Penelitian, Lokasi atau Daerah Penelitian,
Jenis dan Sumber Data, serta Teknik Pengumpulan Data.
Bab III : Bab ini membahas mengenai Gambaran Umum Lokasi Penelitian,
tepatnya di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi.
Bab IV : Bab ini menguraikan tentang Pembahasan dan Hasil Penelitian
mengenai Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita Hamil di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi.
Bab V : Bab ini merupakan bab penutup yang didalamnya berisikan
kesimpulan dari hasil penelitian, saran dan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
29
G. Jadwal Penelitian
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Tahun2019/2020 Desember Januari Februari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 PengajuanJudul X 2 PembuatanProposal X
Tahun2020
Juni Juli Agustus September Oktober November4 SeminarProposal X 5 PerbaikanProposal X 6 SuratIzinRiset X 7 PengumpulanData X Tahun2020/2021 Desember Januari Februari Maret April Mei8 PengolahanData X 9 PembuatanLaporan 10 Bimbingan X 11 UjianSkripsi X 12 Penjilidan X
30
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARATAN PEREMPUAN
KELAS II B JAMBI
A. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II B Jambi
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan atau yang disingkat dengan LPP
Kelas II B Jambi merupakan salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di
pemasyarakatan pada wilayah kerja kantor Kementrian Hukum dan HAM
Provinsi Jambi. Terbentuknya Lembaga Pemasyarakatan PerempuanKelas II
B Jambi dikarenakan adanya masalah gender yang sering terjadi pada wanita,
berupa pelanggaran HAM selama menjalani masa hukumannya di Lembaga
Pemasyarakatan. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar pembentukan LPP
Kelas II B Jambi.
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi dibentuk pada
tahun 2017 berdasarkan Keputusan Mentri Hukum dan HAM RI Nomor
M.HH-10.OT.01.01 Tahun 2016 Tentang Pembentukan LPP Kelas II A
Pekanbaru, Jakarta, Pontianak, Jambi, dll dengan penempatan sementara di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Muara Bulian sesuai dengan
surat dari kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jambi
Nomor W.5-PR.01.04-4 tanggal 09 Februari 2017. LAPAS Perempuan Kelas
II B Jambi diresmikan pada tanggal 24 Mei 2017.36Pada tahun 2018 LPP
Kelas II B Jambi dipercaya untuk membangun gedung Lembaga
Pemasyarakatan sendiri melalui anggaran DIPA tahun 2018, sehingga pada
36 Dokumentasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Jambi.
31
Desember 2018 telah dibangun Gedung Kantor Teknis, Blok Hunian A
dengan kapasitas penghuni 166 orang dan dapur yang berdiri di atas tanah
seluas 74.935 m2 atas hibah tanah oleh Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi.
Sejak berpindah ke gedung baru pada tanggal 17 Juni 2019 LPP Kelas II B
Jambi resmi beralamat di Jalan Lintas Timur km.29 Desa Bukit Baling
Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.
B. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B
Jambi
1. Kondisi Bangunan
a. Bangunan Perkantoran (Kantor Teknis /Administrasi)
Kondisi : Baik
b. Blok Hunian WBP (Blok Hunian A)
Kondisi : Baik
c. Dapur
Kondisi : Baik
2. Lokasi
Jalan Lintas Timur km.29 Desa Bukit Baling Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi.
3. Jarak Dengan Instansi Terkait
a. 3,3 KM dengan Polres Muaro Jambi
b. 5,9 KM dengan Kantor Bupati Muaro Jambi
c. 5,4 KM dengan Kejaksaan Negri Muaro Jambi
d. 5,4 KM dengan Pengadilan Negri Muaro Jambi
32
e. 5,5 KM dengan Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Ripin
4. Jumlah Keseluruhan Pegawai di Lapas PerempuanKelas II B Jambi
Tabel 1.2
Jumlah Pegawai dalam Setiap Jabatan diLPP KelasII B Jambi No Jabatan Jumlah
1 Pejabat Struktural 12 Orang
2 Petugas Pengamanan 32 Orang
3 Tenaga Kesehatan 2 Orang (1 Sukarelawan)
4 Jumlah Staf Administrasi 21 Orang
Jumlah Pegawai 68 Orang
Sumber : Kasubbag Tata Usaha LPP Kelas II B Jambi
5. Kapasitas dan Isi Penghuni
a. Kapasitas : 166 Orang
b. Jumlah Penghuni : 194 Orang (per-24-07-2019)
6. Denah
a. Timur berbatasan dengan Tanah Warga
b. Barat berbatasan dengan Tanah Warga
c. Selatan berbatasan dengan Tanah Warga
d. Utara berbatasan dengan Jalan lintas warga
7. Kerjasama dengan Instansi Terkait
a. Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Muaro Jambi
b. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Muaro Jambi
c. LKP Cepat Srijaya
33
d. Pertamina EP Asset Field 1 Jambi
8. Kondisi Eksternal ( Pengaruh Budaya Sepatempat)
Masyarakat disekitar LPP Kelas II B Jambi sangat kooperatif untuk ikut
menjaga keamanan sekitar LPP. Budaya setempat tidak membawa
pengaruh buruk terhadap kondisi internal Lembaga Pemasyarakatan.
9. Sistem Layanan Kunjungan
Adapun sistem layanan kunjungan di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas II B Jambi memiliki skema sebagai berikut :
a. Pengunjung mendaftarkan diri di meja pendafaran dengan membawa
fotokopi identitas pengunjung. Contoh : KTP/KK/SIM/KARTU
PELAJAR/STN. Kemudian mengisi formulir pendaftaran kunjungan
(petugas bagian registrasi).
b. Pengunjung memberikan kertas kunjungan kepada petugas P2U melalui
lubang intip pada pintu portir.
c. Setelah dipersilahkan masuk, pengunjung menunjukkan KTP/KK dan
tanda pengenal dan menyerahkan formulir kunjungan yang telah diisi.
Pengunjung mempersilahkan barang bawaan untuk diperiksa oleh
petugas.
d. Pengunjung digeledah badan oleh petugas P2U. Setelah selesai
digeledah, pengunjung akan mendapatkan tanda cap ditangan serta
kalung pengunjung.
e. Pengunjung kemudian diarahkan oleh petugas menuju ruang tujuan.
34
C. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi
Dalam mencapai stabilitas keamanan dan ketertiban Lapas, maka setiap
Lapas wajib memiliki sebuah visi dan misi. Sesuai dengan peraturan Menteri
Hukum dan HAM Nomor 33 tahun 2015 tentang Pengamanan pada Lapas
dan Rutan, adapun Visi dan Misi LPP Kelas II B Jambi, yaitu sebagai berikut
:37
1. Visi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi :
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi memiliki
visi “Terwujudnya Lembaga Pemasyarakatan yang lebih bertakwa dan
peduli sesama, unggul dalam pelayanan dan pembinaan, serta tangguh
dalam pengamanan”.
2. Misi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi :
Adapun misi dari Lapas Perempuan Kelas II B Jambi yaitu,
“Melaksanakan perawatan, pembinaan dan pembimbingan WBP dalam
kerangka penegakan Hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan
serta pemajuan dan perlindungan HAM”.
Selain itu, LPP Kelas II B Jambi juga memiliki nilai-nilai (PASTI) yang
merupakan singkatan dari :
a. Prefesional
Aparat Kementrian Hukum dan HAM adalah aparat yang bekerja
keras untuk mencapai tujuan organisasi melalui penguasaan bidang
tugasnya menjunjung tinggi etika dan integritas profesi.
37Peraturan Menteri Hukum dan HAM, Nomor 33 tahun 2015, Tentang Pengamanan
pada Lapas dan Rutan.
35
b. Akuntabel
Setiap kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan atau
peraturan yang berlaku.
c. Sinergi
Komitmen untuk membangun dan memastikan hubungan kerja sama
yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku
kepentin untuk menemukan dan melaksanakan solusi terbaik, bermanfaat
dan berkualitas.
d. Transparan
Kementrian Hukum dan HAM menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
e. Inovatif
Kementrian Hukum dan HAM mendukung kreatifitas dan
mengembangkan inisiatif untuk selalu melakukan pembaharuan dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsinya.
D. Struktur Organisasi Serta Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas II B Jambi
1. Struktur Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi
Dalam keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI
Nomor M. O1-PR-07-10 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
36
Depertemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI dijelaskan bahwa,
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (KALAPAS) mempunyai tugas untuk
mengkoordinasikan kegiatan administrasi keamanan dan tata terbit serta
pengelolaan tata usaha yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan
rumah tangga sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rangka
mencapai tujuan pemasyarakatan Narapidana, anak didik atau penghuni
Lapas.
Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP)
Kelas II B Jambi sebagaimana keputusan diatas terdiri dari :
a. Kepala Lembaga Pemasyarakatan
b. Sub Bagian Tata Usaha :
1) Urusan Kepegawaian dan Keuangan
2) Urusan Umum
c. Seksi Pembinaan Pendidikan dan Kegiatan Kerja :
1) Subseksi Registrasi dan Bimbingan Kerja Masyarakat
2) Subseksi Perawatan
3) Subseksi Kegiatan Kerja
d. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
1) Subseksi Pelaporan dan Tata Tertib
2) Subseksi Keamanan
e. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
37
Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP)
Kelas II B Jambi
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Lapas Perempuan Kelas II B Jambi
2. Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan PerempuanKelas II B
Jambi
Sesuai dengan yang tercantum dalam kemenkuham Nomor 33
tahun 2015 tentang Pengamanan Lapas dan Rutan, maka Lembaga
Kasubsi Keperawatan Ady SetyonoA.Md.Kep
Kasubsi Kegiatan Kerja Jenni Eva Linda Sihombing S.T.P
Kasubsi pelaporan & tata tertib Saifuddin Lutfi. S.Ag
Kasubsi Keamanan RM Berlian, S.E
Kalapas
SusanAgustin,Bc.IP.,S.Sos.,M.Pd Bc.IP.,S.Sos.,M.Pd
Bc,IP,S.sos.M.Pd
Ka. KPLP Yuli Wirdina ,S.H
Petugas Pegamanan
Kasi Binadik dan Giatja Ria Rachmawaty,S.Sy
Kasubsi Reg & Binkemas
Muryono
Kasubbag TU Kurniati,S.H.I
Kaur Kepeg & Keu Sri Handayani,S.E,M.M
Kaur Umum Nico Jansen Si Ringo Ringo, S.A.P
Kasi adm keamanan & tata tertib
Eka Aprilia M. S.H
38
Pemasyarakatan bertugas untuk melaksanakan pembinaan terhadap Warga
Binaan Pemasyarakatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka
dijalankan fungsi Lembaga Perempuan secara umum yang juga
dilaksanakan di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi yaitu sebagai berikut :
a. Melaksanakan pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan
Perempuan
b. Melakukan bimbingan sosial atau kerohanian
c. Melakukan pemberdayaan berupa pembinaan kreativitas
d. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Lapas
e. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Lapas itu sendiri
Sedangkan tugas pokok dan fungsi penjaga tahanan itu sendiri
dituangkan dalam sasaran kinerja pegawai yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01-PR-07.03 Tahun 1988
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan dan penjagaan terhadap Napi dan tahanan
b. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban
c. Melakukan pengawasan, penerimaan, penempatan dan pengeluaran
Napi dan tahanan
d. Melakukan pemeriksaan terhadap tahanan dan Napi yang melakukan
pelanggaran
e. Membuat laporan harian dan berita acara pengamanan
39
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
A. Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita Hamil di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi
Pembinaan yang diberikan kepada Narapidana wanita hamil tidak
dibedakan dengan pembinaan terhadap Narapidana wanita lain pada
umumnya. Tidak ada pengkhususan untuk Narapidana yang hamil, hanya saja
mereka yang hamil bisa mendapatkan izin keluar untuk berobat atau
pemeriksaan kandungan. Akan tetapi, pihak Lapas Perempuan tetap ada
memberikan hak yang dibutuhkan oleh Narapidana wanita yang hamil.
Pelaksanaan Pembinaan Narapidana wanita di Lapas Perempuan Kelas II
Jambi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Pembinaan Kepribadian
Program Pembinaan Kepribadian ini bertujuan untuk menumbuhkan
kepercayaan dan kemampuan diri Narapidana, meningkatkan kualitas agar
memiliki mental spiritual (agama) yang baik, taat menjalankan perintah
agama, memiliki kesadaran hukum yang baik, dan memiliki kemampuan
intelektual yang baik sehingga bisa kembali diterima oleh masyarakat
setelah habis masa hukumannya.
Pembinaan Kepribadian di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas II B Jambi terdiri dari ceramah agama atau kebaktian, pengajian Al-
Qur’an,belajar pendidikan umum dan pengalaman pancasila. Dari segi
kerohanian atau ceramah agama bagi Narapidana yang Muslim, pihak LPP
40
mendatangkan penceramah dari Kemenag Muaro Jambi dan LAZ Opsezi
Jambi. Sedangkan untuk Narapidana Non Muslim seperti kebaktian, pihak
Lapas mendatangkan dari Kemenag Provinsi Jambi dan Yayasan Nathania
Theological Seminary Jambi. Dimasa pandemi seperti saat ini, pihak
Lapas Perempuan tidak melakukan pembinaan kepribadian secara
langsung melainkan pihak LPP melakukannya secara daring melalui
aplikasi Zoom.
2. Pembinaan Kemandirian
Diterapkannya pembinaan kemandirian dengan tujuan agar terpidana
mempunyai keahlian atau kecakapan teknis yang berguna bagi dirinya dan
dapat dijadikan bekal ketika telah keluar dari Lapas Perempuan Kelas II B
Jambi. Secara umum program ini bertujuan untuk membentuk
kemandirian manusia.38Pembinaan Kemandirian diarahkan pada
pembinaan bakat dan keterampilan agar Narapidana dapat kembali
berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.
Pembinaan kemandirian ini meliputi pelatihan salon, pelatihan membatik,
pelatihan tata boga, pelatihan bercocok tanam dan lain sebagainya yang
telah diprogramkan di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi.
Untuk Narapidana wanita yang hamildiperintahkan untuk tetap
melaksanakan kewajibanyayang telah diprogramkan dalam pembinaan
Narapidana, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pihak Lapas, namun
dalam melaksanakannya tidak seperti Narapidana wanita pada
38 Hamja, Ibid, hlm. 175.
41
umumnya.Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Muryono selaku
bidang Registrasi dan Binkemas, bahwa :
“pembinaan terhadap Narapidana Wanita Hamil di LPP Kelas II B Jambi tetap disamakan dengan pembinaan terhadap Narapidana lain pada umumnya, pihak LPP tidak membedakan, namun memang ada kebutuhan yang harus di berikan untuk Narapidana wanita hamil”.39
Berdasarkan pada teori Pemidanaan,hukuman yang diberikan kepada
Narapidana pada saat ini bertujuan untuk memperbaiki diri akibat kejahatan
yang pernah dilakukan,40 sehingga jika Narapidana sudah keluar dari Lapas
maka dia dapat diterima kembali di masyarakat. Seperti halnya Narapidana
yang pada saat ini telah hamil namun mereka tidak bisa bebas layaknya
wanita-wanita hamil diluar sana akibat suatu kesalahan yang mereka perbuat.
Akan tetapi, pembinaan dari pihak Lapas Perempuan tetap memberikan hak-
hak atas Narapidana yang hamil serta tetap memberikan kewajiban yang
harus dipatuhi.
Adapun kewajiban-kewajiban yang ditetapkan oleh pihak Lapas
Perempuan sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Mentri Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib
Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Pasal 3 yang berbunyi,
“Setiap Narapidana atau Tahanan wajib :41
1. Taat menjalankan ibadah sesuai agama dan/atau kepercayaan yang dianutnya serta memelihara kerukunan beragama
39 Wawancara denganbapak Muryono, selaku bidang Registrasi dan Bemkemas
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.40I Dewa Gede Atmadja, I Nyoman Putu Budiartha, Teori-Teori Hukum, (Malang :
Setara Press, 2018), hlm. 12. 41Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan, Pasal 3.
42
2. Mengikuti seluruh kegiatan yang di programkan 3. Patuh, taat dan hormat kepada petugas 4. Mengenakan pakaian seragam yang telah ditentukan 5. Memelihara kerapian diri dan lingkungan hunian serta mengikuti
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka kebersihan lingkungan hunian, dan
6. Mengikuti apel kamar yang dilaksanakan oleh petugas pemasyarakatan.
Namun dari kewajiban-kewajiban tersebut, pihak Lapas Perempuan
telah memberikan keringanan atau toleransi kepada Narapidana wanita yang
hamil untuk tidak melakukan semua kewajiban tersebut, seperti kegiatan
rutinitas setiap pagi yaitu apel kamar, olahraga yang rutinitas dilakukan oleh
seluruh Narapidana pada setiap pagi sabtu, gotong royong dan kegiatan lain
yang diprogramkan yang membahayakan kandungan. Itu tidak wajib bagi
Narapidana wanita hamil untuk dilakukan. Akan tetapi kewajiban dari segi
keagamaan yang termasuk dalam pembinaan kepribadian tetap wajib
dilakukan oleh seluruh Narapidana, termasuk Narapidana yang hamil.
Kewajiban lain yang dimiliki Narapidana sesuai denganPeraturan
Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013 Tentang
Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Pasal 3 huruf (b)
yaitu, Narapidana wajib melaksanakan kegiatan yang diprogram oleh LPP .42
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Bapak Muryono selaku bidang Registrasi
dan Binkemas bahwa di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B
Jambi dalam pembinaan kemandirian menyediakan berbagai program
kegiatan yang dapat dipekerjakan oleh Narapidana didalamnya. Adapun
42Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan, Pasal 3.
43
kegiatan-kegiatan yang terdapat di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi,
sebagai berikut :43
1. Membatik 2. Menjahit 3. Salon 4. Tata boga 5. Peternakan 6. Pertanian 7. Perikanan 8. Sablon 9. Kerupuk nasi 10. Nasi kering 11. Sampah 12. Biopori, membuat lubang sampah jadi pupuk
Dari berbagai macam kegiatan diatas Narapidana tersebut hanya dapat
dipekerjakan sesuai dengan bakat kemampuannya. Untuk Narapidana wanita
hamil yang kandungannya masih dalam usia 1-5 bulan, dari pihak Lapas
masih diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Namun jika
kandungan sudah memasuki usia 7 bulan keatas maka Narapidana wanita
yang hamil tidak diwajibkan untuk melakukan pekerjaan tersebut, karena
dikhawatirkan terhadap kondisi kandungan.
Begitu pula dengan hak-hak Narapidana wanita yang hamil di Lapas
Perempua Kelas II B Jambi, pembinaan mereka tetap disamakan dengan
Narapidana pada umumnya.Sebagaimana pelaksanaan hak Narapidana wanita
yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
43 Wawancara denganbapak Muryono selaku bidang Registrasi dan Bemkemas
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
44
Dimana dalam pasal 20 mengatur perlindungan terhadap Narapidana wanita,
yaitu :44
1. Narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang sakit, hamil dan menyusui berhak mendapat makanan tambahan sesuai dengan petunjuk dokter.
2. Makanan tambahan juga diberikan kepada Narapidana yang melakukan pekerjaan jenis tertentu.
3. Anak dari Narapidana wanita dibawa kedalam Lembaga Pemasyarakatan ataupun yang lahir di Lembaga Pemasyarakatan dapat diberi makanan tambahan atas petunjuk dokter, paling lama sampai berumur 2 tahun.
4. Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 telah mencapai umur 2 tahun, harus diserahkan kepada sanak keluarganya.
5. Untuk kepentingan kesehatan anak, kepala Lembaga Pemasyarakatan dapat menentukan makanan tambahan.
Hak-hak diatas yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan menjelaskan bahwa bagi Narapidana yang sakit, hamil,
menyusui,Narapidana yang mendapatkan pekerjaan tertentu serta anak dari
Narapidana yang melahirkan mereka berhak mendapat makanan tambahan.
Batas anak Narapidana mendapatkan makanan tambahan sampai anak
tersebut berusia 2 tahun. Dan ketika anak sudah mencapai usia 2 tahun maka
wajib diserahkan pada pihak keluarga.
Hak lain yang dimiliki oleh seorang Narapidana terdapat dalam
Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1999 Pasal 5 Tentang Syaratdan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, yang mengatur
tentang hak yang dimiliki oleh setiap Narapidana dan anak didik
pemasyarakatan untuk mendapat perawatan jasmani dan rohani. Dan pasal 14
44 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dn Tata Cara Pelaksanan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 20.
45
ayat (1), setiap Narapidana dan anak didik pemasyarakatan berhak
mendapatakan pelayanan kesehatan yang bagus.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Bapak Muryono selaku bidang
Registrasi dan Binkemas, bahwa :
“Petugas LPP telah memberikan hak didalam pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil guna untuk memenuhi kebutuhanya, meskipun hak tersebut masih terbatas”.45
Lapas Perempuan Kelas II B Jambi belum memeberikan hak secara
khusus kepada Narapidana wanita hamil seperti yang dijelaskan dalam
Peraturan Pemerintah diatas, akan tetapi dari pihak Lapas Perempuan tetap
memberikan hak yang dibutuhkan oleh Narapidana wanita hamil, meskipun
masih banyak hak-hak lain yang belum terealisasikan, seperti :
1. Mendapatkan makanan tambahan jika membutuhkan
sesuai Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1999 Tentang Syarat
dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dalam
pasal 20 ayat (1). Bahwa Narapidana yang hamil berhak mendapatkan
makanan tambahan sesuai dengan petunjuk dokter. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Bapak Ady Setiono, A.Md.kep selaku bidang
kesehatan, bahwa menu makanan harian yang diberikan oleh seluruh
Narapidana termasuk Narapidana wanita hamil sudah sesuai dengan kalori
kesehatan dan telah memenuhi gizi yang cukup, sehingga dari pihak Lapas
tidak menyediakan makanan tambahan untuk Narapidana wanita hamil.46
45 Wawancara bersama Bapak Muryono, selaku bidang Registrasi dan Bimkemas
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 Novem ber 2020. 46 Wawancara dengan Bapak Ady Setiono, A.Md.kep, selaku bidang kesehatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
46
Berdasarkan dari hasil pengamatan penulis pada hari Senin tanggal
30 September 2020, untuk menu makan Narapidana di Lapas Perempuan
baik Narapidana pada umumnya atau Narapidana hamil adalah nasi putih,
dengan lauk tahu goreng, ikan atau ayam goreng dan sayur kangkung.
Pemberian makanan tambahan akan diberikan kepada Narapidana wanita
hamil apabila dirasa butuh, seperti kondisi yang kurang baik, serta sistem
kekebalan tubuh yang menurun.
2. Mendapatkan pelayanan kesehatan
Bidang kesehatan di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi selalu
menjaga kesehatan apalagi mengenai kadungann. Meskipun fasilitas
kesehatan didalam Lapas Perempuan masih belum lengkap dan belum
adanya dokter dari Lapas sendiri, akan tetapi Lapas Perempuan tetap rutin
melakukan pemeriksaan kandungan terhadap Narapidana yang hamil
dalam setiap bulannya dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
kandungan. bahkan sebelum datangnya Covid-19 pihak Lapas
Perempuanselalu mendatangkan pihak kesehatan ke Lapas 2 kali dalam
sebulan berlaku untuk seluruh Narapidana yang dalam keadaan tidak sehat,
dengan tujuan agar Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
(LPP) Kelas II B Jambi selalu dalam keadaan sehat .
Berdasarkan Undang-Undang Pemasyarakatan dalam pasal 14 ayat 1
huruf (b) tentang mendapatkan perawatan jasmani dan rohani sekaligus
mendapatkan fasilitas yang layak yaitu tempat khusus (kamar) yang
47
diberikankepada Narapidana wanita hamil sekaligus anaknya.47Ibu Kurniati,
S.H.I selaku bidang Tata Usaha mengatakan bahwa memang seharusnya
Narapidana yang hamil atau anak diberikan tempat yang khusus (kamar).
Namun pada saat ini di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi belum
menyediakan kamar khusus Narapidana wanita hamil, sehingga masih
bergabung dengan Narapidana lainnya.48
Mengenai vitamin tambahan, tidak diberikan secara khusus dari pihak
Lapas, akan tetapi Narapidana yang hamil mendapatkan vitamin berupa obat-
obatan tersebut dari pihak dokter ketika mereka melakukan pemeriksaan
kandungan. Kebutuhan lain berupa susu hamil juga ditanggung sendiri oleh
Narapidana yang hamil.
Pelaksanaan hak-hak lain Narapidana wanita yang hamil berdasarkan
kebijakan yang dibuat oleh Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP)
Kelas II B Jambi, seperti :
1. Memberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan olahraga 2. Memberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan kerja bakti 3. Memberikan dispensasi terhadap kegiatan-kegiatan yang membahayakan
kesehatan si ibu maupun kandungan.
Jumlah keseluruhan Narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas II B Jambi setelah Lapas Perempuan resmi berdiri sendiri
di tahun 2019 sampai tahun 2020, pada akhir tahun 2019 berjumlah sebanyak
164 orangdengan Narapidana Muslim 161 orang dan Narapidana Non Muslim
berjumlah 3 orang. Danjumlah Narapidana wanita diakhir tahun 2020
47Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 14 Ayat
1 huruf (b).48 Wawancara bersama Ibu Kurniati, S.H.I selaku bidang Tata Usaha Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
48
sebanyak 162 orang, dengan Narapidana Muslim berjumlah 159 orang dan
Narapidana Non Muslim sebanyak 3 orang.49
Untuk Jumlah Narapidana wanita yang hamil di tahun 2019 sampai
tahun 2020, terdapat 7 Narapidana wanita hamil. 50 Tahun 2019 berjumlah 2
(Dua) orang, kedua-duanya dengan kasus Kriminal. Satu kasus Kriminal
dalam bentuk Penggelapan Mobil. dan satu kasus Kriminal dalam bentuk
Penipuan jual beli mobil travel.Sedangkan di tahun 2020 terdapat
5(Lima)orang Narapidana wanita yang hamil. Tiga dengan kasus Kriminal
dan Dua dengan kasus Narkotika. Kriminal dalam bentuk Penganiayaan
berupa Pengancaman,Kriminal dalam bentuk Penganiayaan terhadap suami
yang melakukan perselingkuhan, Kriminal dalam bentuk Penggelapan berupa
Penawaran Bisnis dan terakhir dengan kasus Narkotika jenis Shabu. Dari
keseluruhan Narapidanayang hamil tersebut sekarang sudah melahirkan
semua dan terakhir melahirkan tanggal 20 November 2020.
Tabel 1.2
Jumlah Narapidana Muslim dan Non Muslim Tahun 2019-2020
No Narapidana Jumlah Tahun
1 Muslim 161
2019 2 Non Muslim 3
3 Muslim 159
49 Wawancara dengan Ibu Ulfa selaku bidang Binadik dan Giatja Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 13 Maret 2021. 50Wawancara dengan Ibu Yosi selaku bidang Binadik dan Giatja Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 28 Desember 2020.
49
4 Non Muslim 3 2020
Sumber : Kasi Binadik dan Giatja Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi
Tabel 1.3
Jumlah Narapidana Wanita Hamil Tahun 2019-2020
No Nama Narapidana Kasus Tahun
1 Marlinda Binti Bakri Kriminal 2019
2 Dia Eka Sari, S.Pd Binti Ismail Kriminal
3 Deli Fitri Eka Sari Binti Mucklis Kriminal
2020
4 Ria Asnita Binti Ismail Kriminal
5 Noveria Muharlinda Binti Padri Kriminal
6 Septia Suci Adila Binti Suhatril Narkotika
7 Tera Darmawati Narkotika
Sumber : Kasi Binadik dan Giatja Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi
Dari keseluruhan Narapidana wanita yang hamil di atas, mereka hamil
sebelum resmi berstatus menjadi seorang Narapidana, dan masuk kedalam
Lapas dalam keadaan hamil dengan usia kandungan yang berbeda . Saudari
Marlinda masuk ke Lapas dengan usia kandungan 8 bulan, Dia Eka Sari
dengan usia 3 bulan, Deli usia 8 bulan, Ria usia 3 bulan, Noveria usia 3 masuk
4 bulan, Septia usia 9 bulan dan Teri dengan usia kandugan 5 bulan.
Untuk tempat khusus layanan kunjungan bagi para suami dari
Narapidana wanita di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi memang tidak
50
disediakan, bukan hanya di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi, Bapak
Muryono mengatakan diseluruh Lapas yang ada di Indonesia pada saat ini
tidak menyediakan tempat layanan khusus bagi para suami dari Narapidana
wanita.51 Karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika
disediakannya tempat khusus bagi suami dari Narapidana wanita. Seperti
adanya pengunjung yang datang dengan mengakui bahwa dirinya adalah
suami dari salah satu Narapidana wanita, padahal pada kenyataannya mereka
bukan pasangan suami istri. Seperti yang dikatakn oleh Bapak Muryono bahwa
untuk bukti surat nikah saja pada saat ini belum meyakinkan.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Ibu Kurniati, S.H.I selaku
bidang Tata Usaha di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi,
bahwa pada umumnya dari pihak Lapas Perempuan mengedepankan untuk
masalah kesehatan, seperti kejadian Narapidana yang melahirkan pada bulan
November 2020 pihak Lapas melakukan tindakan yang cepat.52 Ketika dari
Narapidana wanita yang hamil sudah diketahui beberapa tanda-tanda seperti air
ketuban yang sudah pecah, atau tanda lainnya, maka pihak Lapas Perempuan
akan bertanggungjawab atas proses lahiran dan segera membawa Narapidana
ke Rumah Sakit terdekat dan menginformasikan langsung kepada pihak
keluarganya, karena di Lapas Perempuan belum disediakan fasilitasnya dan
dokter pribadi dari Lapas juga tidak disediakan.
51Wawancara dengan Bapak Muryono selaku bidang Registrasi dan Bimkemas
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020. 52Wawancara denganIbu Kurniati, S.H.I selaku bidang Tata Usaha Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
51
Lapas Perempuan Kelas II B Jambi telah melakukan kerja sama dengan
beberapa Rumah Sakit diluar, seperti Rumah Sakit Arifin Ahmad, Raden
Mataher dan Rumah Sakit Bhayangkara. Pada proses persalinan, dari pihak
Lapas Perempuan tetap menugaskan beberapa pegawai untuk menjaga
Narapidana di Rumah Sakit sampai Narapidana kembali ke Lapas Perempuan,
Ibu Nia selaku bidang Tata Usaha mengatakan, untuk pegawai yang ditugaskan
biasanya diperintahkan dua orang untuk berjaga di Rumah Sakit. Mengenai
biaya persalinan dari Narapidana ditanggung oleh pihak keluarga, karena dari
pihak Lapas memang tidak menyediakan anggaran dari biaya persalinan para
Narapidana. Akan tetapi, jika dari pihak keluarga tidak mampu untuk
menangani pembiayaan dari persalinan tersebut maka akan dibantu oleh pihak
sosial.
Setelah proses persalinan selesai, untuk masalah anak akan diserahkan
kepada pihak keluarga, apakah anak akan dibawa ke pihak Lapas bersama
Ibunya atau dibawa langsung bersama pihak keluarga.Sebagaimana hasil
wawancara pada hari Senin, 30 November 2020 bersama salah satu Narapidana
yang sempat merasakan hamil sampai dengan proses melahirkan berada dalam
Lapas, yaitu dengan Ibu Noveria dengan kasus Kriminal. Beliyau masuk
kedalam Lapas pada tanggal 12 Maret 2020 dengan usia kehamilan 3 bulan
masuk ke 4 bulan. Beliyau mengatakan bahwa :
“Pembinaan yang diberikan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi terhadap Narapidana wanita yang hamil tetap disamakan dengan pembinaan yang diberikan terhadap Narapidana pada umumnya, akan tetapi diberi keringanan untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat-berat yang membahayakan kandungan,
52
Ibu serta janin. Pihak Lapas Perempuan sangat memperhatikan mengenai kesehatan, mereka memberikan pelayanan kesehatan dengan menggunakan fasilitas yang ada.”53
Pembinaan yang diberikan tetap sama, hak yang diberikan pun terbatas
tidak semua hak untuk Narapidana hamil harus diberikan karena terhalang
oleh dana serta fasilitas. Beliyau melakukan persalinan pada bulan Agustus
2020, dan menyerahkan anaknya langsung kepada pihak keluarga, dengan
alasan jika dibawa ke pihak Lapas untuk pada saat ini ditakutkan terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan karena masih dalam masa Covid-19 meskipun
diadakannya isolasi terhadap anak dan Narapidana yang baru saja melakukan
persalinan. Serta jaminan kebutuhan perlengkapan bayi yang kurang lengkap
di Lapas Perempuan.
Untuk sebagian Narapidana yang telah melakukan persalinan,
diantaranya terdapat Narapidan yang membawa anaknya ke dalam Lapas
Perempuan. Untuk peraturan anak dalam Lapas, dia mendapat makanan
tambahan sesuai dengan petunjuk dokter sampai anak tersebut menginjak usia
2 tahun. Namun dari pihak Lapas Perempuan tidak menyediakannya, serta
keperluan lain seperti susu dan pempers bayi ditanggung sendiri oleh
Narapidana yang setatusnya sebagai Ibu dari anak tersebut. Setelah anak
sudah berumur 2 tahun, maka anak akan diserahkan kepada pihak
53 Wawancara dengan Ibu Novaria, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
53
keluargasesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.54
Berdasarkan Undang-Undang Pemasyarakatan dalam pasal 14 ayat 1
huruf (b) tentang mendapatkan perawatan jasmani dan rohani sekaligus
mendapatkan fasilitas yang layak yaitu tempat khusus (kamar) yang diberikan
kepada Narapidana wanita hamil atau anak dari Narapidana. Akan tetapi
untuk penempatan anak di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP)
Kelas II B Jambi pada saat ini belum disediakan kamar khusus dan masih
bergabung dengan Narapidana lainnya. Dalam masa Covid-19 saat ini untuk
menghindari adanya virus-virus maka anak harus diisolasi bersama dengan
Ibunya.
B. Faktor Penghambat dari Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita
Hamil di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi
Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan Ibu Kurniati, S.H.I
selaku bidang Tata Usaha, bahwa :
“Pembinaan yang diberikan oleh petugas LPP terhadap Narapidana wanita hamil pada umumnya sudah layak, namun jika berbicara mengenai hambatan tentunya pasti ada, terutama dalam hal kurangnya fasilitas. Akan tetapi, tentunya para petugas di LPP akan mencari jalan keluar dari adanya hambatan tersebut”.55
Dalam suatu proses, salah satunya proses dalam pembinaan sudah
menjadi hal yang wajar jika didalamnya terdapat hambatan-hambatan.
54 peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, pasal 20. 55 Wawancara dengan dengan Ibu Kurniati, S.H.I, selaku bidang Tata Usaha Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
54
Adapun faktor penghambat yang dihadapi oleh petugas Lapas Perempuan
Kelas II B Jambi dalam melaksanakan pembinaan terhadap Narapidana
wanita hamil,yaitu :
1. Kurangnya Sarana Prasarana dari Bidang Kesehatan
Sarana prasarana yang seharusnya disediakan lengkap dari pihak
Lapas Perempuan terutama sarana dalam bidang kesehatan, karena sarana
tersebut sangat penting untuk jaminan kesehatan para Narapidana. Akan
tetapi sangat disayangkan sebagaimana hasil wawancara secara langsung
bersama Bapak Adi Setiono selaku bidang kesehatan, pihak Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II B Jambi pada saat ini
mengenai pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil belum
menyediakan sarana prasarana dari bidang kesehatan, seperti alat untuk
melakukan pemeriksaan kandungan, serta alat untuk melakukan USG.
Untuk Narapidana wanita yang hamil alat tersebut sangat dibutuhkan guna
untuk mengetahui kondisi bayi didalam kandungan.
2. Tidak Tersedianya Tenaga Kesehatan
Disamping tidak tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, untuk
tenaga kesehatanseperti Perawat, Bidan ataupun Dokter pribadi dari pihak
Lapas Perempuan juga tidak tersedia.56 Kesediaan tenaga kedokteran
pribadi dari pihak Lembaga Pemasyarakatan PerempuanKelas II B Jambi
padahal sangat diperlukan, terutama untuk Narapidana yang dalam
keadaan mengandung guna untuk mempermudah Narapidana ketika ingin
56peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
55
melakukan pemeriksaan kandungan ataupun yang akan melakukan
persalinan secara tiba-tiba, dan tidak perlu untuk membawanya Ke Rumah
Sakit diluar.
3. Tidak Tersedia Makanan Tambahan
Selain dari kurangnya fasilitas kesehatan, dan kurangnya persediaan
Dokter pribadi dari pihak Lapas,faktor hambatan lain dari pembinaan
terhadap Narapidana wanita hamil di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan(LPP) Kelas II B Jambi, yaitu tidak tersedianya makanan
tambahan yang seharusnya diberikan kepada Narapidana wanita yang
hamil sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Ibu Kurniati, S.H.I selaku
Bidang Tata Usaha mengatakan bahwa dalam Lapas Perempuan Kelas II B
Jambi memang tidak menyediakan makanan tambahan untuk Narapidana
wanita hamil. Pihak Lapas memberikan makanan kepada Narapidana
wanita hamil sebagaimana menu makanan harian yang diberikan kepada
Narapidana pada umumnya.57
4. Tidak Tersedianya Kamar Khusus Untuk Narapidana Hamil beserta Anak
Faktor lainnya adalah Tidak tersedianya kamar khusus untuk
Narapidana yang hamil serta anak yang dibawa. Seharusnya Narapidana
yang hamil dan yang membawa anaknya ke pihak Lapas mendapatkan
tempat yang khusus (kamar) sehingga tidak bergabung dengan Narapidana
lainnya dan anak tetap terjaga. Akan tetapi di Lapas Perempuan Kelas II B
57 Wawancara denganIbu Kurniati, S.H.I selaku bidang Tata UsahaLembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
56
Jambi untuk saat ini belum menyediakan tempat khusus untuk Narapidana
yang hamil serta anak yang dibawa ke Lapas.
5. Tidak Tersedinya Makanan Untuk Anak dari Narapidana
Dari segi makanan untuk anak dari Narapidana sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, bahwa makanan
disediakan dari pihak Lapas sampai anak berusia 2 tahun.58 Sebagaimana
yang dikatakan oleh Bapak Adi Setiono selaku bidang kesehatan untuk
makanan anak dari Narapidana di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi
ditanggung sendiri oleh Ibu dari anak tersebut. Serta kebutuhan-kebutuhan
lain dari anak seperti susu dan pempers yang disediakan di koperasi
Lembaga Pemasyarakatan PerempuanKelas II B Jambi. Setelah anak
sudah berusia 2 tahun, maka Ibu dari anak tersebut wajib menyerahkan
kepada pihak keluarga.
Adapun hambatan dari segi pembinaan kepribadian seperti kerohanian
jika dilaksanakan diatas (di Kantor), yaitu terkendala jarak karena kondisi
lapangan di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi yang lumayan jauh yang
masih berbentuk tanah dan licin yang belum sepenuhnya jadi. Oleh karena
itu, diupayakan harus ada teman yang mendampingi Narapidana hamil
sewaktu di jalan. Sebelumnya pembinaan kepribadian untuk Narapidana
dilaksankan di dalam Blok, sehingga tidak ada batasan untuk Narapidana
yang hamil.
58 peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, pasal 20.
57
Adanya beberapa hambatan dari segi kesehatan diatas dikarenakan
kurangnya anggaran yang diperoleh pihak Lapas Perempuan untuk memenuhi
kebutuhan Narapidana, terutama Narapidana dalam keadaan hamil yang
memang banyak memerlukan kebutuhan, serta beberapa fasilitas yang harus
dilengkapi.
C. Upaya Mengatasi Terjadinya Hambatan dalam Pembinaan Terhadap
Narapidana Wanita Hamil di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas II B Jambi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama Ibu Kurniati,
S.H.I selaku bidang Tata Usaha :
“Tentunya sudah menjadi tanggungjawab dari para petugas di Lapasa Perempuan Kelas II B Jambi untuk mencari upaya dalam mengatasi terjadinya hambatan-hambatan tersebut sehingga pembinaan di Lapas Perempuan tetap berjalan dengan lancar sekalipun tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang Pemasyarakatan”.59
Dari hambatan-hambatan yang ada di Lapas Perempuan Kelas II B
Jambi dalam melakukan pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil, dapat
dipastikan bahwa para petugas sudah menyediakan upaya dalam mengatasi
adanya hambatan-hambatan tersebut. Karena sudah jadi tanggungjawab para
petugas untuk mencari upaya dalam mengatasinya. Dari berbagai hambatan
yang dihadapi oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan PerempuanKelas II B
Jambi dalam melakukan pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil,
terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan, seperti :
59Wawancara denganIbu Kurniati,S.H.I Selaku bidang Tata UsahaLembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
58
1. Melakukan Kerja Sama dengan Berbagai Rumah Sakit
Jika terdapat Narapidana wanita hamil yang ingin melakukan
pemeriksaan kandungan atau USG, ataupun Narapidana yang sudah
mengeluarkan tanda-tanda ingin melahirkan seperti air ketuban yang sudah
pecah atau tanda lainnya, dikarenakan fasilitas kesehatan di Lapas
Perempuan pada saat ini belum lengkap, maka pihak Lapas Perempuan
langsung membawa Narapidana ke Rumah Sakit terdekat yang sudah
melakukan kerjasama dengan pihak Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan(LPP) Kelas II B Jambi. Berdasarkan hasil wawancara bersama
Ibu Kurniati, S.H.I selaku bidang Tata Usaha, Rumah Sakit yang sudah
bekerjasama dengan pihak Lapas Perempuan Kelas II B Jambi yaitu,
Rumah Sakit Arifin Ahmad, Rumah Sakit Raden Mataher dan Rumah
Sakit Bhayangkara.60
2. Mendatangkan Dokter dari Berbagai Rumah Sakit
Lapas Perempuan Kelas II B Jambi yang biasanya mendatangkan
pihak Dokter dari luar sebanyak 2(dua) kali dalam sebulan untuk masuk ke
Lapas guna untuk melakukan pemeriksaan terhadap Narapidana yang
dalam kondisi kurang sehat. Namun selama masa Covid-19 pihak Lapas
Perempuan tidak lagi memanggil Dokter untuk masuk kedalam Lapas, jika
terdapat Narapidana yang sakit atau ingin melahirkan maka pihak Lapas
Perempuan yang mendatangi Rumah Sakit guna untuk mematuhi portokol
kesehatan.
60Wawancara denganIbu Kusniati, S.H.I selaku bidang Tata UsahaLembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
59
3. Memberikan Makanan yang Cukup Gizi
Upaya selanjutnya yang dapat mengatasai adanya hambatan terhadap
pembinaan Narapidana wanita hamil berdasarkan hasil wawancara
bersama Bapak Ady Setiono, A.Md.kep selaku bidang kesehatan, yaitu
memberikan makanan yang cukup gizi, karena di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan(LPP) Kelas II B Jambi tidak menyediakan
makanan tambahan untuk Narapidana wanita hamil maka petugas Lapas
Perempuan telah menggantikan makanan tambahan dengan memberikan
makanan yang cukup gizi dan sesuai dengan kalori kesehatan.61 Sehingga
Narapidana beserta kandungan tetap sehat. Akan tetapi jika terdapat
Narapidana wanita hamil yang membutuhkan, seperti kondisi yang kurang
baik serta sistem kekebalan tubuh yang menurun, maka pihak Lapas
Perempuan akan memberikan makanan tambahan.
4. Menyediakan Koperasi
Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Kurniati,
S.H.I selaku bidang Tata Usaha, bahwa Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan(LPP) Kelas II B Jambi telah menyediakan koperasi yang
menjual berbagai kebutuhan Narapidana guna untuk mempermudah
Narapidana dalam memenuhi kebutuhanannya.62Selain itu, koperasi Lapas
Perempuan juga menyediakan kebutuhan-kebutuhan anak yang ada
didalamnya, seperti susu atau pempers yang merupakan kebutuhan pokok
61Wawancara dengan Bapak Ady Setiono, A.Md.kep, selaku bidang kesehatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020. 62Wawancara denganIbu Kurniati, S.H.I selaku bidang Tata UsahaLembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 30 November 2020.
60
dari anak tersebut. Disanalah Narapidana menemukan kebutuhan-
kebutuhan anak termasuk makanan untuk anak. Karena makanan untuk
anak ditanggung sendiri oleh Ibunya. Dengan disediakannya koperasi
merupakan cara petugas Lapas dalam mengatasi adanya hambatan
terhadap pembinaan Narapidana wanita hamil.
5. Menyediakan Tempat yang Masih Bergabung dengan Narapidana Lain
Upaya terakhir dalam mengatasi adanya hambatan berupa tidak
disediakannya tempat khusus bagi Narapidana yang hamil beserta anak
yang dibawanya,petugas Lapas Perempuan memberikan tempat tidur untuk
mereka yang masih bergabung dengan Narapidana lainnya.karena
kurangnya dana anggaran untuk pihak Lapas Perempuan menambah kamar
khusus bagi Narapidana yang hamil serta anak yang dibawa, karenaLapas
Perempuan untuk saat ini masih termasuk Lapas yang baru berdiri.Petugas
LPP memperbolehkan anak untuk dibawa kedalam Lapas dan diberikan
tempat bersama Ibunya, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1999 pasal (20) tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan.63
63 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 20.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat penulis simpulkan mengenai
pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan (LPP) Kelas II B Jambi, diantaranya sebagai berikut :
1. Pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi tetap disamakan dengan
pembinaan Narapidana wanita lain pada umumnya, terdapat dua
pembinaan yang diterapkan di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi, yaitu
Pembinaan Kepribadian danPembinaan Kemandirian.Narapidana wanita
hamil mendapatkan keringanan dari pihak Lapas untuk tidak melakukan
pekerjaan yang berat-berat seperti rutinitas piket kamar, kegiatan senam
disetiap hari sabtu, serta gotong royong ataupun kegiatan lain yang
membahayakan kondisi kandungan ataupun Ibunya. Dapat dikatakan
bahwa Pembinaan yang diberikan pihak Lapas Perempuan terhadap
Narapidana wanita yang hamil sesuai dengan yang penulis teliti saat ini,
untuk pemenuhan hak-haknya belum terpenuhi secara maksimal
dikarenakan dari faktor kurangnya dana.
2. Hambatanyang terdapat didalam pelaksanaan pembinaan yang diberikan
terhadap Narapidana wanita hamil di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan(LPP) Kelas II B Jambi, diantaranya :Kurangnya sarana
prasarana dari bidang kesehatan, Tidak tersedianya Dokter pribadi dari
62
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan(LPP) Kelas II B Jambi, Tidak
adanya makanan tambahan, Tidak tersedianya kamar khusus untuk anak
dari Narapidana, Tidak tersedianya makanan untuk anak Narapidana.
Terjadinya hambatan tersebut dikarenakan kurangnya dana yang diperoleh
pihak Lapas Perempuan untuk memenuhi kebutuhan Narapidana, terutama
Narapidana dalam keadaan hamil serta kurangnya fasilitas yang harus
dilengkapi oleh pihak Lapas Perempuan.
3. Upaya untuk mengatasi adanya hambatan dalam Pembinaan terhadap
Narapidana wanita hamil di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP)
Kelas II B Jambi, yaitu :Melakukan kerjasama dengan berbagai Rumah
Sakit, Mendatangkan Dokter dari berbagai Rumah Sakit, Memberikan
makanan yang cukup gizi, Menyediakan koperasi dan Menyediakan
tempat yang masih gabung dengan Narapidana. Upaya tersebut yang
mempengaruhi proses pembinaan terhadap Narapidana wanita hamil
sehingga tetap dapat berjalan dengan lancar meskipun tidak sesuai dengan
apa yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah pada mestinya.
B. Saran
1. Pihak Lapas Perempuan seharusnya lebih memperhatikan mengenai
fasilitas yang dibutuhan terhadap Narapidana wanita yang hamil terutama
dalam fasilitas kesehatan, karena itu yang sangat dibutuhkan bagi seorang
Narapidana wanita hamil. Dan memberikan fasilitas tempat yang nyaman
dan bersih untuk kesehatan Narapidana, serta menyediakan tempat khusus
63
untuk Ibu hamil ketika mengalami permasalahan kehamilan dan untuk
anak dari Narapidana yang telah melahirkan.
2. Lapas Perempuan seharusnya lebih mengarah untuk memberikan
sosialisasi kepada Narapidana untuk selalu beribadah secara individu,
karena hal tersebut sangat berpengaruh bagi wanita yang dalam keadaan
mengandung.
64
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Cetakan ke 3,
Bandung : Refika Aditama, 2009
Hamja, Pemberdayaan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Sebagai Wujud
Pelaksanaan Comunity Based Corbections di Dalam Sistem Peradilan
Pidana Indonesia,Yogyakarta : CV Budi Utama, 2015
I Dewa Geda Atmaja dan I Nyoman Putu Budiartha, Teori-teori Hukum, Malang :
Setara Press, 2018
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
Cetakan ke 1, Bandung : Alfabeta, 2017
Leden Marpaung, Asas, Teori, Praktik Hukum Pidana, Cet ke-3 Jakarta : Sinar
Grafika, 2006
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan ke 25, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2008
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi : edisi revisi Jambi : Syari’ah Press,
2014
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta: Rajawali, 1986
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cetakan ke 22,
Bandung : Alfabeta, 2017
B. Skripsi
Anita Ayu Widyastuti,Implementasi Hak dan Kewajiban Bagi Warga Binaan
Wanita Hamil atau Menyusui dalam Menjalani Masa Hukuman di Lapas
Perempuan Kelas IIB Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, 2018
65
Fita Lisani, Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan
Anak dan Wanita di Muara Bulian Menurut Hukum Pidana Islam,
Mahasiswa Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negri Sultan Thaha
Saifuddin Jambi, 2015
Lily Lastriana Dewi, Pembinaan Narapidana Wanita yang Mempunyai Anak
Balita atau dalam Keadaan Mengandung di Lembaga
Pemasyarakatan,Universitas Atma Jaya Yogyakarta, fakultas hukum,
2014
Tirsa D.G Ticoalu, Perlindungan Hukum Pada Narapidana Wanita Hamil di
Lembaga Pemasyarakatan,Mahasiawa Fakultas Hukum Universitas Sam
Ratulangi, 2013
C. Jurnal
Puti Halimah, dkk.,“Pola Pembinaan Narapidana Wanita Oleh Lembaga
Pemasyarakatan Dalam PrespektifPekerjaan Sosial,” Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Vol. 2 Nomor 3, (2015)
D. Perundang-Undangan
Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 10 Tentang Pidana
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1999 Tentang Syarat dn Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
E. Lain-lain
https://www.negarahukum.com, Lembaga Pemasyarakatan, Terakhir dilihat pada
hari kamis, 30 Januari 2020, pukul 21: 43 WIB
66
Dr-Suprayanto.blogspot.com, Definisi Ibu Hamil, Terakhir dilihat Pada Hari
Rabu, 29 Januari 2020, Pukul 14.20 WIB
https://www.researchgat.net, Efektifitas Pelaksanaan Hak-Hak Warga Binaan
Perempuan dalam Mewujudkan Tujuan Pemasyarakatan : Study Kasus
Rumah Tahanan Kelas II A Jakarta Timur, diakses pada hari selasa, 21
April 2020, Pukul 22:00 WIB
Wawancara bersama Bapak Muryono selaku bidang Registrasi dan Bimkemas
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi,30 November
2020
Wawancara bersam Bapak Ady Setiono, A.Md.kep, selaku bidang kesehatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi,30 November
2020
Wawancara bersama Ibu Kusniati, S.HI selaku bidang Tata Usaha Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi,30 November 2020
Wawancara bersama Narapidana yang telah melahirkan, dengan kasus Tipikor,
Ibu Novaria, 30 November 2020
Wawancara dengan Ibu Yosi selaku bidang Binadik dan Giatja Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 28 Desember 2020
Wawancara dengan Ibu Ulfa selaku bidang Binadik dan Giatja Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Jambi, 13 Maret 2021
67
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
1. Bagaimana sistem pembinaan yang diberikan oleh petugas LPP Kelas II B
Jambi terhadap Narapidana wanita yang hamil ?
2. Apakah Narapidana wanita hamil mendapat perlakuan khusus dari pihak
LPP Kelas II B Jambi ?
3. Bagaimana peran kesehatan di LPP Kelas II B Jambi dalam mengurus
Narapidana wanita yang hamil,?
4. Berapa jumlah Narapidana wanita yang hamil di LPP Kelas II B Jambi,
setelah berdiri sendiri dari LAPAS menjadi LPP, ?
5. Apakah LPP menyediakan tempat kunjungan khusus bagi suami dari
Narapidana,?
6. Apakah mereka hamil pada saat sudah menjadi Narapidana atau masih
berstatus sebagai masyarakat biasa,?
7. Bagaimana pihak LPP Kelas II B Jambi dalam mengurus proses persalinan
Narapidana ?
8. Apakah anak yang telah lahir dan dibawa ke LPP telah diberikan tempat
khusus oleh petugas LPP Kelas II B Jambi ?
9. Apakah terdapat faktor penghambat dari proses pembinaan Narapidana
wanita hamil LPP Kelas II B Jambi ?
10. Apa upaya LPP Kelas II B Jambi dalam mengatasi adanya hambatan dari
pembinaan Narapidana wanita hamil ?
68
Lampiran
(Foto Bersama Ketua Bidang Registrasi dan Bimkemas)
(Foto Bersama Kasubbag Tata Usaha)
( Foto Bersama Narapidana )
69
( Foto Bersama Narapidana )
(Foto Bersama Kasubbag Tata Usaha)
( Foto Bersama Narapidana )
70
CURRICULUM VITAE
A. Biodata diri
Nama : Fitri Alfiani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tpt. Tgl Lahir : Parit Lapis, 17 Januari 1999
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Parit Lapis, Desa Sungai Mahang, Kecamatan Reteh,
Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau
Nama Ayah : Ngatni
Nama Ibu : Nani Ihwati
Alamat Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
Sekolah Dasar Negri 001 Sungai Terab : 2006-2011
Madrasah Tsanawiyah Darul Dakwah wal Irsyad Sungai Mahang : 2011-2014
Madrasah Aliyah Swasta As’Ad Olak Kemang Kota Jambi : 2014-2017
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi : 2017-2021