pembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
TRANSCRIPT
PEMBUATAN NANOPARTIKL KITOSAN
DARI CANGKANG KEONG MAS (POMACEA CANALICULATA L)
DENGAN METODE KOMPLEKS POLIELEKTROLIT
SEBAGAI VEKTOR PENGHANTAR GEN NON-VIRAL
Oleh: Ahmad Zaidur Rosyidin
Latar Belakang
Keong mas (Pomacea canaliculata l) merupakan hama yang selama ini
mengganggu para petani. Saat musim hujan datang, populasi keong mas akan
meledak, hal ini sangat meresahkan para petani. Untuk mengatasinya, keong mas
yang menjadi hama tersebut diambil oleh petani untuk pakan ternak seperti bebek
atau itik ataupun langsung dibuang setelah dibunuh terlebih dahulu. Limbah
cangkang keong mas yang banyak jumlahnya tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan kitosan. Dalam penggunaannya kitosan tidak beracun dan
mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kitosan juga dapat digunakan
dalam penjernihan atau pengolahan air minum. Tidak hanya itu kitosan ternyata
dapat dimanfaatkan menjadi sebuah media penghantar obat dengan
memodifikasinya menjadi bentuk nanopartikel.
Dengan metode kompleks polielektrolit dapat dihasilkan nanopartikel
kitosan yang mempunyai banyak keunggulan. Metode tersebut menggunakan
prinsip kerja dari kompleks yang dibentuk melalui penggabungan diri (self-
assembly) polimer kationik dan plasmid DNA. Penggunaan sistem penghantar
obat dengan metode gen non-viral dipandang lebih aman, karena potensi mutasi
dan imunogenik sistem tersebut lebih rendah. Nanopartikel kitosan merupakan
vektor penghantar gen yang menjanjikan, dapat memediasi secara efisien transfer
gen in vitro pada rasio nitrogen dan fosfat 3:5. Pada rasio tersebut, kompleks
kitosan-DNA dapat dibuat pada ukuran 50–100 nm dengan muatan permukaan
positif sekitar +30 mV.
Kajian Pustaka
Siput murbai atau dikenal pula dengan nama populer keong emas
(Pomacea canaliculata Lamarck) adalah moluska air tawar yang menjadi hewan
akuarium dan hama penting pertanaman padi di Asia. Klasifikasi dari keong mas
adalah sebagai berikut:
Kingdom: AnimaliaPhylum: MolluscaClass: Gastropoda
(unranked):clade Caenogastropodainformal group Architaenioglossa
Superfamily: AmpullarioideaFamily: AmpullariidaeGenus: PomaceaSubgenus: Pomacea
Species:Pomacea canaliculata(Lamarck, 1819)
Kitosan pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Perancis bernama
Ojier pada tahun 1823. Ojier meneliti kitosan hasil ekstrak kerak binatang berkulit
keras, seperti udang, kepiting, dan serangga (Anon., 2008). Kitosan mempunyai
banyak kegunaan,antara lain untuk flokulasi, menyembuhkan luka, penguat
kertas, sarana penghantar obat dan gen serta biomaterial untuk imobilisasi, seperti
biomolekul.
Kitosan memiliki karakteristik biokompatibilitas yang diinginkan serta
kemampuan untuk meningkatkan permeabilitas membran. Oleh karenanya kitosan
merupakan salah satu matriks imobilisasi yang paling menjanjikan karena
memiliki kemampuan membentuk membran, sifat adhesi yang baik, harga murah,
tidak beracun, kekuatan mekanis dan hidrofilisitas yang tinggi serta perbaikan
stabilitas (Nakorn, 2008; Erdawati, 2008).
Sumber utama untuk produksi kitosan adalah kitin dan bahan baku yang
digunakan untuk mengolahnya dapat diperoleh dari cangkang kepiting, cangkang
bekicot, cangkang keong dan rajungan serta kulit udang. Kitosan tersedia dalam
rentang berat molekul dan derajat deasetilasi yang luas. Berat molekul (BM) dan
derajat deasetilasi (DD) adalah faktor utama yang mempengaruhi ukuran partikel,
pembentukan partikel,dan agregasi (Tiyaboonchai, 2003).
Menurut Tiyaboonchai (2003) nanopartikel merupakan partikel koloid
padat dengan diameter berkisar antara 1–1000 nm. Dengan nanoteknologi,
material dapat didesain sedemikian rupa dalam orde nano, sehingga dapat
diperoleh sifat dan material yang kita inginkan tanpa melakukan pemborosan
atom-atom yang tidak diperlukan. Aplikasi nanoteknologi dimaksudkan untuk
menghasilkan material berskala nanometer, mengeksplorasi dan merekayasa
karakteristik material tersebut, serta mendesain ulang material tersebut ke dalam
bentuk, ukuran, dan fungsi yang diinginkan
Nanopartikel terdiri dari bahan makromolekul dan dapat digunakan untuk
terapi sebagai pembantu (adjuvant) vaksin atau pembawa obat, yaitu dengan
melarutkan, memerangkap, mengenkapsulasi, menyerap atau menempelkan bahan
aktif secara kimia. Polimer yang digunakan untuk membentuk nanopartikel dapat
berupa polimer sintetik dan alami. Polimer yang memudahkan dalam penyiapan
nanopartikel dapat dipilih berupa polimer yang larut air. Salah satu polimer larut
air yang dapat digunakan pada pembuatan nanopartikel untuk tujuan pengobatan
adalah kitosan.
Kompleks polielektrolit adalah istilah untuk menjelaskan kompleks yang
dibentuk melalui penggabungan diri (self-assembly) polimer kationik dan plasmid
DNA. Mekanisme pembentukan kompleks polielektrolit meliputi netralisasi
muatan polimer kationik dan DNA yang membentuk hidrofilisitas akibat
penggabungan diri komponen polielektrolit. Beberapa polimer kationik seperti
gelatin dan polietilenimin juga memiliki sifat seperti ini.Nanopartikel terbentuk
secara spontan setelah penambahan larutan DNA ke dalam larutan kitosan dalam
asam asetat dengan mengaduknya secara mekanis pada suhu kamar. Ukuran
kompleks bervariasi antara 50–700 nm.
Metode kompleks polielektrolit menawarkan banyak kelebihan, antara lain
metodenya sederhana dan tidak terlalu merepotkan serta tanpa menggunakan
pelarut organik atau gaya gunting tinggi (high shear force). Metode ini juga dapat
diterapkan untuk berbagai kategori obat, termasuk makromolekul yang dikenal
sebagai obat yang labil (Tiyaboonchai,2003).
Secara umum, sistem penghantar gen non-viral dipandang lebih aman,
karena potensi mutasi dan imunogenik sistem tersebut lebih rendah. Kitosan
merupakan vektor penghantar gen yang menjanjikan, dapat memediasi secara
efisien transfer gen in vitro pada rasio nitrogen dan fosfat 3:5. Pada rasio tersebut,
kompleks kitosan-DNA dapat dibuat pada ukuran 50–100 nm dengan muatan
permukaan positif sekitar +30 mV (Tiyaboonchai, 2003).
Bowman & Leong (2006) mengulas kemampuan dari nanopartikel kitosan
sebagai komponen yang menunjukkan kinerja yang baik di dalam penghantaran
gen. Alonso et al. (2005) membuat nanopartikel kitosan mengandung plasmid
DNA dengan metode gelasi ionotropik. Nanopartikel menunjukkan kemampuan
yang baik untuk asosiasi makromolekul dan merupakan sistem yang menjanjikan
untuk
penghantar transmukosal dari pDNA. Kim et al. (2006) menunjukkan
bahwa nanopartikel kitosan manosilat memiliki potensi yang baik digunakan
untuk sistem penghantar gen secara in vitro. Kompleks kitosan manosilat/plasmid
penyandi murin IL-12 dapat menghambat pertumbuhan tumor melalui berbagai
fungsi, seperti anti-angiogenesis, apoptosis, dan induksi siklus sel.
Inovasi
Inovasi yang diangkat dalam karya ilmiah ini adalah penggunaan bahan
baku dari keong mas yang selama ini menjadi hama bagi para petani, sebagai
bahan baku pembuatan nanopartikel kitosan. Limbah dari cangkang keong mas
yang telah mati, diolah menjadi nanopartikel kitosan dengan menggunakan
metode kompleks polielektrolit. Penggunaan nanopartikel kitosan diaplikasikan
sebagai vektor penghantar gen non-viral dalam industri farmasi atau pengobatan.
Hasil
Hasil yang diperoleh adalah pemanfaatan limbah yang dihasilkan oleh
hama keong mas berupa cangkangnya untuk diolah menjadi kitosan. Dengan
metode kompleks polielektrolit dapat dihasilkan sebuah kitosan dengan ukuran
nano, atau sering kali disebut nanopartikel kitosan. Nanopartikel kitosan tersebut
akan dijadikan sebagai vektor penghantar gen in-vitro dalam industri pengobatan.
Penggunaaan metode kompleks polielektrolit mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan dengan metode yang lain. Hal ini dikarenakan metode tersebut
sederhana dan tidak terlalu merepotkan serta tanpa menggunakan pelarut organik
atau gaya gunting tinggi (high shear force). Metode ini juga dapat diterapkan
untuk berbagai kategori obat, termasuk makromolekul yang dikenal sebagai obat
yang labil. Dengan beberapa keunggulan yang dimilikinya, nanopartikel kitosan
dapat diaplikasikan sebagi vector penghantar gen non-viral. Tidak hanya sebagai
vector penghantar gen non-viral, nano partikel kitosan juga bisa diaplikasan
sebagai sebagai penghantar obat yang dilakukan dengan pemberian secara
parenteral, peroral, ocular, penghantar vaksin, dan terapi fotodinamik.
Nanopartikel kitosan merupakan vektor penghantar gen yang menjanjikan, dapat
memediasi secara efisien transfer gen in vitro pada rasio nitrogen dan fosfat 3:5.
Pada rasio tersebut, kompleks kitosan-DNA dapat dibuat pada ukuran 50–100 nm
dengan muatan permukaan positif sekitar +30 mV.
Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Chitosan: Apakah manfaat chitosan? Naturakos Vol. III (7): 10–
12.
Alonso, M.J., Csaba, N., Sande, M.A., Sanches, A., and Lopez, C.R. 2005.
Nanoencapsulation of macro8 molecules. Proceeding of the 15th
International Symposium on Microencapsulation, Parma (Italy),September
18–21, 2005. p. 451–452.
Erdawati, 2008. Kapasitas adsorpsi kitosan dan nanomagnetik kitosan terhadap
ion Ni (II). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II, Universitas
Lampung, 17–18 November 2008. (3): 248–256.
Kim, T.H., Jin, H., Kim, H.W., Cho, M.H., and Cho, C.S. 2006. Mannosylated
chitosan nanoparticle-based cytokinine gene therapy suppressed cancer
growth in BAB/c mice bearing CT-26 carcinoma cells. Mol. Cancer Ther 5
(7): 1723–1732.
Nakorn, P.N. 2008. Chitin nanowhisker and chitosan nanoparticles in protein
immobilization for biosensor applications. J. of Metals, Materials and
Minerals 18 (2): 73–77.
Tiyaboonchai, W. 2003. Chitosan nanoparticles: A promising system for drug
delivery. Naresuan University Journal 11 (3): 51–66.