pembuatan simplisia secara umum

22
PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA UMUM. 1. BAHAN BAKU Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat. 2. DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan. b. Simplisia dibuat dengan fermentasi.

Upload: intan-wulandari

Post on 06-Feb-2016

182 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kunyit

TRANSCRIPT

Page 1: Pembuatan Simplisia Secara Umum

 PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA UMUM.

1.      BAHAN BAKU

Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.

 

 

2.      DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA

a.   Simplisia dibuat dengan cara pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.

b.   Simplisia dibuat dengan fermentasi.

Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.

c.    Simplisia dibuat dengan proses khusus.

Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati, penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.

d.   Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.

Page 2: Pembuatan Simplisia Secara Umum

Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-lain.

 

3.      TAHAP PEMBUATAN

Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :

A.    Pengumpulan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :

1.   Bagian tanaman yang digunakan.

2.   Umur tanaman yang digunakan.

3.   Waktu panen.

4.   Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam  bagian  tanaman  yang akan dipanen. Waktu  panen  yang  tepat  pada saat  bagian  tanaman  tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah  yang terbesar.

Senyawa  aktif terbentuk  secara maksimal di dalam bagian  tanaman  atau  tanaman  pada umur tertentu. Sebagai contoh pada  tanaman  Atropa belladonna,  alkaloid  hiosiamina  mula-mula  terbentuk  dalam  akar. Dalam  tahun  pertama,  pemben-

tukan  hiosiamina berpindah pada  batang yang  masih  hijau. Pada  tahun  kedua batang  mulai  berlignin  dan kadar  hiosiamina mulai menurun  sedang pada daun kadar hiosiamina makin  meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I  dalam  pucuk  tanaman pada saat tanai  an berbunga dan kadar alkaloid  menurun  pada saat  tanaman  berbualz  dan  niakin turun  ketika buah makin  tua. Contoh  lain,  tanaman Menthapiperita  muda  mengandung  mentol  banyak  dalanl daunnya. Kadar  rninyak  atsiri  dan mentol  tertinggi pada daun tanaman ini  dicapai  pada  saat  tanaman  tepat  akan  berbunga.  Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman  yang  telah  tua. Penentuan  bagian  tanaman  yang dikumpulkan dan  waktu  pengumpulan  secara  tepat  memerlukan  penelitian.  Di  samping waktu  panen  yang dikaitkan  dengan  umur,  perlu diperhatikan  pula  saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia  yang mengandung minyak atsiri  lebih  baik dipanen  pada  pagi  hari. Dengan  demikian  untuk  menentukan  waktu  panen  dalam  sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi  dan  fisik  senyawa  aktif  dalam  simplisia  terhadap panas sinar matahari.

Page 3: Pembuatan Simplisia Secara Umum

Secara garis besar, pedoman  panen  sebagai  berikut  :

1.      Tanaman  yang  pada  saat  panen  diambil  bijinya  yang telah tua  seperti  kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan  biji ditandai  dengan  telah mengeringnya  buah.  Sering pula  pemetikan  dilakukan sebelum kering benar,  yaitu  sebelum buah pecah  secara  alami dan  biji  terlempar jauh,  misal jarak  (Ricinus cornrnunis).

2.      Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  buahnya, waktu pengambilan  sering dihubungkan  dengan tingkat  kemasakan, yang ditandai dengan  terjadinya perubahan  pada  buah seperti perubahan  tingkat  kekerasan misal labu merah (Cucurbita  n~oscllata).  Perubahan warna, misalnya  asam  (Tarnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa  belimbi),  jeruk  nipis  (Citrui aurantifolia)  perubahan  bentuk  buah,  misalnya  mentimun  (Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia).

3.   Tanaman  yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan  dilakukan pada  saat  tanaman  mengalami  perubahan  pertumbuhan  dari vegetatif  ke  generatif. Pada saat itu penumpukan  senyawa  aktif  dalam kondisi  tinggi,  se-

     hingga  mempunyai mutu  yang  terbaik.  Contoh  tanaman yang diambil  daun pucuk  ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).

4.   Tanaman  yang  pada saat  panen  diambil  daun  yang telah tua, daun  yang diambil dipilih yang  telah membuka  sempurna  dan  terletak di bagian  cabang atau  batang yang menerima  sinar matahari sempurna. Pada  daun tersebut  terjadi  kegiatan  asimilasi  yang  sempurna. Contoh  panenan  ini misal  sembung  (Blumea balsamifera).

5.   Tanaman  yang pada  saat panen diambil kulit batang, pengambilan  dilakukan  pada saat  tanaman  telah  cukup umur. Agar  pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim  yang menguntungkan pertumbuhan antara  lain menjelang musim kemarau.

6.   Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  umbi  lapis,  pengambilan  dilakukan  pada saat umbi mencapai  besar maksimum  dan  pertumbuhan  pada bagian  di atas tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).

7.   Tanaman yang pada  saat  panen  diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan  pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan  besar maksimum. Panen  dapat  dilakukan dengan  tangan,  menggunakan alat atau menggunakan  mesin.  Dalam  ha1 ini keterampilan  pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur  dengan  bagian  lain  dan  tidak merusak  tanaman  induk. Alat  atau mesin  yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang  sesuai. Alat  yang  terbuat  dari logam sebaiknya tidak digunakan  bila 

Page 4: Pembuatan Simplisia Secara Umum

diperkirakan  akan merusak  senyawa aktif  siniplisia  seperti fenol, glikosida  dan sebagainya. Cara  pengambilan  bagian  tanaman  untuk penibuatan  simplisia dapat dilihat pada  tabel  I  hal. 6.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.       SORTASI BASAH

Sortasi basah  dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran  atau  bahan-bahan  asing  lainnya dari bahan  simplisia. Misalnya  pada  simplisia  yang  dibuat  dari akar suatu  tanaman obat,  bahan-bahan  asing  seperti  tanah,  kerikil,  rumput,  batang,  daun, akar  yang telah  rusak, serta pengotoran  lainnya harus  dibuang.  Tanah mengandung  bermacam-macam mikroba  dalam  jurnlah  yang  tinggi,  oleh  karena  itu  pembersihan simplisia  dari  tanah  yang  terikut dapat  mengurangi  jumlah mikroba awal.

 

Page 5: Pembuatan Simplisia Secara Umum

C.       PENCUCIAN

Pencucian dilakukan  untuk  menghilangkan  tanah dan  pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian  dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur  atau  air  PAM. Bahan simplisia  yang mengandung  zat yang mudah  larut  di  dalam  air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam  waktu  yang  sesingkat  mungkin.  Menurut Frazier  (1978),  pencucian sayur-sayuran  satu  kali  dapat menghilangkan  25% dari jumlah mikroba awal, jika  dilakukan pencucian  sebanyak  tiga  kali, jumlah mikroba yang  tertinggal hanya  42% dari jumlah  mikroba  awal.  Pencucian tidak dapat membersihkan  simplisia  dari semua mikroba karena  air  pencucian  yang  digunakan biasanya  mengandung juga  sejumlah mikroba. Cara  sortasi dan pencucian  sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba  awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan  untuk  pencucian  kotor,  maka jumlah mikroba  pada permukaan  bahan  simplisia  dapat bertambah dan air yang terdapat  pada  permukaan bahan  tersebut  dapat  menipercepat pertumbuhan  mikroba.  Bakteri yang  umuln  terdapat  dalam air  adalah  Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacillus,Streptococcus, Enterobacter  dan  Escherishia.  Pada  simplisia akar,  batang  atau  buah  dapat  pula dilakukan  pengupasan  kulit  luarnya untuk mengurangi  jumlah mikroba awal karena  sebagian  besar jumlah  mikroba  biasanya  terdapat  pada  permukaan  bahan  simplisia.  Bahan  yang telah  dikupas  tersebut mungkin tidak memerlukan  pencucian jika  cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

D.      PERAJANGAN

     Beberapa  jenis  bahan  simplisia perlu mengalami  proses perajangan. Perajangan bahan  simplisia  dilakukan  untuk mempermudah  proses  pengeringan, pengepakan  dan  penggilingan. Tanaman  yang baru diambil  jangan  langsung  dirajang tetapi dijemur dalam  keadaan  utuh  selama  1  hari. Perajangan dapat dilakukan  dengan  pisau, dengan  alat  mesin  perajang  khusus sehingga  diperoleh  irisan  tipis  atau  potongan  dengan  ukuran yang  dikehendaki.

     Semakin  tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,  sehingga  mempercepat waktu  pengeringan. Akan  tetapi  irisan  yang  terlalu  tipis juga  dapat menyebabkan berkurangnya  atau  hilangnya  zat  berkhasiat  yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi  komposisi bau  dan rasa yang diinginkan. Oleh  karena  itu bahan  simplisia  seperti  temulawak,  temu  giring, jahe,  kencur dan  bahan  sejenis  lainnya dihindari perajangan yang terlalu  tipis  untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan  seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran  sebelum  perajangan  diperlukan  untuk mengurangi pewarnaan  akibat  reaksi  antara bahan dan logam pisau. Pengeringan  dilakukan  dengan sinar  matahari  selama  satu hari.

E.       PENGERINGAN

Page 6: Pembuatan Simplisia Secara Umum

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah  rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang  lebih lama. Dengan mengurangi kadar  air dan menghentikan  reaksi  enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel,masih dapat bekerja,menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu  dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol  70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung  bila  kadar  air  dalam  simplisia  kurang dari  10%.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau  menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak  dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini  dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.

 

Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai 

Page 7: Pembuatan Simplisia Secara Umum

cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.

 

1.    Pengeringan Alamiah.

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :

a.    Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji  dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara  membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara  terbuka di atas  tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah  yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F'IDC (Food Technology  Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap  tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang  telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan  simplisia.

b.   Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman  yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.

 

 

 

2.    Pengeringan Buatan

     Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan

Page 8: Pembuatan Simplisia Secara Umum

menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut:  “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel  atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.

     Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan  mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu  pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran  dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia  dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8  jam.

     Daya  tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis  simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat  tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.

 

F.        SORTASI KERING

     Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan  simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian  tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan  tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk  kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan  atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir,  besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

 

 

G.      PENYIMPANAN DAN PENGEPAKAN

       Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain :

  1. Cahaya               :    Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan  perubahan kimia pada

Page 9: Pembuatan Simplisia Secara Umum

simplisia, misalnya isomerisasi,  polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.

          2.  Oksigen udara   :    Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi  oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk  simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.

       3.  Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat  disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim,  polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.

4.  Dehidrasi           :    Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka  simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian  airnya sehingga rnakin lama makin mengecil (kisut).

       5.  Penyerapan air   :    Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, bila  disimpan dalam wadah yang terbuka akan  menyerap lengas  udara sehingga menjadi kempal basah atau mencair.

       6.  Pengotoran        :    Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai  sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).

       7.  Serangga           :    Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupin oleh bentuk  dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya.

       8.  Kapang              :    Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia  dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak  susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari  kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.

Page 10: Pembuatan Simplisia Secara Umum

   B.   METODOLOGI DAN PARAMTER STANDARISASI SIMPLISIA

          Ada tiga Parameter standarisasi simplisia sebagai bahan baku yang diperlukan dalam analisa mutu siplisia , yaitu :

1.    Pengujian Pendahuluan ( Kebenaran Simplisia ) :

a.  Pengujian Organoleptik

b. Pengujian Makroskopik

c.  Pengujian Mikroskopik

2.    Parameter Non Spesifik :

a.  Penetapan kadar air dengan destilasi

b. Penetapan susut pengeringan

c.  Penetapan kadar abu

d. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

e.  Penetapan kadar sari yang larut dalam air

f.  Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

g. Uji cemaran mikroba

3.    Parameter Spesifik :

a.  Identifikasi kimia terhadap senyawa yang disari

                 Pengujian Pendahuluan ( Kebenaran simplisia )

1.    Uji Organoleptik

Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa simplisia yang diuji.

2.    Uji Makroskopik

Dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat, untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji.

3.    Uji Mikroskopik

Page 11: Pembuatan Simplisia Secara Umum

Dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan maupun serbuk. Tujuannya adalah untuk mencari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia. Serbuk yang diperiksa adalah serbuk yang homogen dengan derajat kehalusan 4/18 yang dipersyaratkan oleh MMI. Ada 4 cara pengamatan menggunakan mikroskop yaitu :

1.    MIKROSKOPIK 1

Menggunakan medium air atau gliserin. Digunakan untuk mendeteksi hablur lepas, butir pati, butir tepung sari, serabut, sel batu, rambut penutup, rambut kelenjar lepas serta beberapa jenis jaringan khas lainnya.

 

 

2.    MIKROSKOPIK 2

Serbuk terlebih dahulu dididihkan dalam larutan kloral hidra. Butir pati akan larut akan larut dan jaringan yang berisi klorofil menjadi jernih sehingga pengamatan dapat lebih jelas. Akan tampak sel-sel epidermis , mesofil, rongga minyak, parenkim, hablur, sistolit dll.

3.    MIKROSKOPIK 3

           Diakukan pewarnaan terhadap serbuk. Sebaiknya dilakukan setelah serbuk dijernihkan dengan chloral hidrat, namun dalam hal-hal tertentu boleh langsung menambahkan pereaksi tanpa didahului penjernihan jaringan.

           Pereaksi yang biasa digunakan misalnya floroglusin-asam klorida akan menimbulkan warna merah pada sel yang berisi lignin ( sel batu, serabut dan xilem ).

4.    MIKROSKOPIK 4

Dilakukan terhadap serbuk yang telah diabukan. Uji ini khusus ditujukan untuk mendeteksi ada tidaknya kerangka silika pada tanaman yang banyak mengandung silika seperti familia Poaceae / Gramineae dan Equisetaceae.

 

4. Parameter Non-Spesifik

Page 12: Pembuatan Simplisia Secara Umum

     1.  Penetapan Kadar Air ( MMI )

            Kandungan air yang berlebihan pada bahan / sediaan obat tradisional akan mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu batas kandungan air pada suatu simplisia sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian yang menyangkut persyaratan dari suatu simplisia.

       Tujuan dari penetapan kadar air adalah utuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu ;

a.         Metode Titrimetri

Metode ini berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan larutan anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion hydrogen. Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban udara ( Anonim, 1995 ).

 

Zat yang akan diperiksa dimasukkan kedalam labu melalui pipa pengalir nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat. Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah dikeringkan atau dengan pengaduk magnit. Penunjuk titik akhir terdiri dari batere kering 1,5 volt atau 2 volt yang dihubungkan dengan tahanan variable lebih kurang 2.000 ohm. Tahanan diatur sedemikian sehingga arus utama yang cocok yang melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan mikroammeter. Setiap kali penambahan pereaksi Karl Fishcer, penunjuk mikroammeter akan menyimpang tetapi segera kembali ke kedudukan semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang lebih lama. Pada zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan, umumnya dilakukan titrasi tidak langsung.

b.        Metode Azeotropi ( Destilasi Toluena ).

Page 13: Pembuatan Simplisia Secara Umum

Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulang ulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban ( Anonim, 1995 ).

Kadar air (V/B) = Vol. Air yang terukur / bobot awal simplisia x 100%.

c.         Metode Gravimetri.

Dengan menghitung susut pngeringan hingga tercapai bobot tetap ( Anonim, 1995 ).

2      Penetapan Susut Pengeringan ( MMI )

Susut pngeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat.kecuali dinyatakan lain , suhu peetapan adalah 105oC , keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5oC dan 10oC dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.

 

Susut pengeringan = (bobot awal – bobot akhir) / bobot awal x 100% Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiridan sisa pelarut organik menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air karena simplisia berada di atmoster dan ligkungan terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.

3      Penetapan Kadar Abu (MMI)

Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa yang tidak menguap dari suatu simplisia pada pembakaran. Pada penetapan kadar abu total, abu dapat berasal dari bagian jaringan tanaman sendiri atau dari pengotoran lain misalnya pasir atau tanah.

 

 

4.    Penetapan Kadar Abu yang tidak larut Asam (MMI)

Ditujukan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang berasal dari pasir atau tanah silikat.

5.    Penetapan Kadar Sari yang larut dalam air (MMI)

Page 14: Pembuatan Simplisia Secara Umum

Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan air dari suatu simplisia.

6.    Penetapan Kadar Sari yang larut dalam etanol (MMI)

Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan etanol dari suatu simplisia.

7.    Uji Cemaran Mikroba

a.       Uji Aflatoksin

Uji ini bertujuan untuk mengetahui cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus.

b.      Uji Angka Lempeng Total

Untuk mengetahui jumlah mikroba/bakteri dalam sample. Batasan angka lempengan total yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan yaitu 10oC FU/gram.

c.       Uji Angka Kapang

Untuk mengetahui adanya cemaran kapang, batasan angka lempeng total yang ditetapkan oleh Kemenkes yaitu 104 CFU/gram.

5.    Parameter Spesifik ( Pengujian Secara Kimia ).

Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Biasanya dilakukan dengan analisa kromatografi lapis tipis (KLT). Sebelum dilakukan KLT perlu dilakukan preparasi dengan penyarian senyawa kimia aktif dari simplisia yang masih kasar.

 

Identifikasi kimia terhadap senyawa tersari

Kandungan kimia simplisia nabati pada umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut : minyak atsiri, karotenoid, steroid, triterpenoid, alkaloid, asam lemak, senyawa fenolik ( fenol-fenol asam fenolat, fenil propanolol, flavonoid, antrakuinon, antosianin, xanton) asam organik, glikosida, saponin, tani, karbohidrat dan lain-lain.

 

Page 15: Pembuatan Simplisia Secara Umum

Simplisia yang diuji adalah simplisia tunggal yang berupa rajangan serbuk, ekstrak atau dalam bentuk sediaan. Mula-mula serbuk simplisia disari dengan larutan penyari yang berbeda-beda polaritasnya berturut-turut pelarut non polar, pelarut kurang polar. Masing-masing pelarut secara selektif akan memisahkan kelompok kandungan kimia tersebut. Pelarut yang bersifat non polar seperti eter minyak tanah (petroleum eter) atau heksan. Pelarut kurang polar seperti eter, clhoroform dll. Pelarut yang polar seperti etanol, air atau campuran keduanya dengan berbagai perbandingan, umumnya dipakai etanol air 70%.

 

Penyarian dilakukan dengan cara pengocokan berkali-kali sehingga hasil pengocokan terakhir bila diuapkan tidak meninggalkan sisa, atau dengan alat soxhlet.

 

Untuk cara pengocokan dianjurkan untuk melakukan perendaman awal dengan cairan penyari selama satu malam. Penggunaan alat soxhlet hanya dianjurkan untuk penyariankandungan kimia yang telah diketahui stabil. Penggunaan eter sebagai cairan penyari tidak dianjurkan mengingat sifatnya yang mudah terbakar.

Dengan cara diatas akan diperoleh 3 macam sari yaitu :

1.    Sari dalam eter minyak tanah atau heksana

Sari ini mengandung zat-zat kimia yang larut dalam minyak misalnya minyak atsiri, lemak dan asam lemak tinggi, steroid, dan triterpenoid, kerotenoid. Selain kelompok tersebut diatas, kemungkinan terkandung pada klorofil dan resin yang disebut senyawa pengotor.

2.    Sari dalam eter atau kloroform

Sari ini mengandung zat-zat kimia sebagi berikut :

a.      Alkaloid

b.      Senyawa fenolik :     * fenol-fenol

                                 * asam fenolat

                                 * fenil propanoid

                                 * flavonoid

                                 * antrakuinon

Page 16: Pembuatan Simplisia Secara Umum

                                 * xanton dan stilben

                          c.    Koponen minyak atsiri tertentu

                          d.    Asam lemak.

                     3.  Sari dalam etanol-air

                          Sari ini mengandung zat-zat kimia sebagai berikut :

a.       Garam alkaloid, alkaloid basa kuartener, amina teroksidasi.

b.      Antosianin

c.       Glikosida

d.      Saponin

e.       Tanin

f.       Karbohidrat