pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal skripsi
TRANSCRIPT
PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
S K R I P S I
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Disusun oleh:
ARTANTO RIDHO LAKSONO
F 100 040 121
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat dalam Mencapai
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh :
ARTANTO RIDHO LAKSONO
F 100 040 121
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA
SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
Skripsi
Yang Diajukan Oleh:
ARTANTO RIDHO LAKSONO
F 100 040 121
Yang disetujui untuk dipertahankan
Di depan penguji
Pembimbing utama
Tanggal
Dra. Nisa Rachmah N. A., M.Si
Pembimbing Pendamping
Tanggal
Lisnawati Ruhaena, S. Psi., M.Si
iii
PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA
SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
Yang Diajukan Oleh:
ARTANTO RIDHO LAKSONO
F 100 040 121
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 22 Januari 2009
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Penguji Utama
Dra. Nisa Rachmah N. A., M.Si ________________________
Penguji Pendamping I
Lisnawati Ruhaena, S. Psi., M.Si ________________________
Penguji Pendamping II
Eny Purwandari, S. Psi., M.Si ________________________
Surakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi
Dekan
Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si
iv
MOTTO :
“Penyakit yang paling besar adalah takut
Bahaya yang paling besar adalah putus asa
Keagungan yang paling mulia adalah iman
Rahasia yang paling besar adalah mati
Harta yang paling besar adalah anak soleh
Guru yang paling besar adalah pengalaman
Modal yang paling besar adalah kepercayaan diri”
(Ali bin Abi Thalib)
“Ketahuilah Saudaraku bahwa tidak setiap orang
fakir itu nista dan hina justru kadangkala
kekayaan dunia ini bersemayam diantara sekerat
roti dan sehelai jubah.”
(Kahlil Gibran)
“Jadilah air penyejuk dalam panasnya kehidupan”
(Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk :
Bapak dan Ibu yang telah menyayangi dan membesarkan penulis hingga menjadi dewasa.
Adik-adikku, De’ Wahyu dan De’Diah yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
Kakekku yang telah memberikan segala perhatian dan do’a selama ini.
Bude Ning yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulilahi robbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan karena ridha-Nya skripsi ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan-kekurangan yang dikarenakan keterbatasan penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran selalu penulis terima dengan tangan terbuka.
Skripsi ini terselesaikan atas dukungan, dorongan, semangat dan bantuan
dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan penghargaan dan rasa
terima kasih kepada :
1. Bapak Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Dra. Nisa Rachmah Nur Anganthi, M.Si, selaku pembimbing I dalam
pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, arahan, kesabaran dan
keikhlasan dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Lisnawati Ruhaena, S. Psi., M.Si, selaku pembimbing akademik yang
telah banyak membimbing penulis selama studi di Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan selaku pembimbing II dalam
pembuatan skripsi ini. Terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga bagi
penulis dalam menyusun skripsi ini.
vii
4. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Terima kasih atas pelayanan dan kemudahan yang diberikan kepada
penulis.
5. Ibu M, Y, TRS dan ES yang telah bersedia menjadi informan penelitian.
6. Bapak dan ibu tercinta. Terima kasih telah memberikan dukungan, doa,
semangat dan nasehat yang berarti.
7. De’ Wahyu dan De’ Diah yang selalu memberi semangat kepada penulis
8. Kakekku dan bude Ning terima kasih telah memberikan segala perhatian dan
do’a selama ini.
9. Teteh, Dara dan Astarika yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini
10. Teman-teman seperjuanganku di kos PTC, Bekti, Heri, Rustam, Pi2n, W2n,
U2k, M2d, Dedy, Febri. Terima kasih atas dukungannya.
11. Teman-teman kelas C angkatan 2004. Terima kasih atas kenangannya.
12. Karibku sejak SMA, Tugas, Meneer, Santoso, Dian, Kurniawan. Terimakasih
atas kebersamaannya
13. Rekan-rekan di “Hek Pak Pardi”, Doel, Juki, Bogel, Toni, Pelo, Niki, Roni.
Terima kasih atas keceriannya.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
telah membantu penulis baik secara moril maupun materiil. Semoga Allah SWT
memberikan balasan yang lebih baik.
Amin ya Rabbal’alamin.
Wssalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, Oktober 2008
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN...................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DARTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
ABSTRAKSI ................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 6
A. Pemecahan masalah ................................................................ 6
1. Pengertian masalah ............................................................ 6
2. Pengertian pemecahan masalah ......................................... 7
3. Tahapan pemecahan masalah ............................................ 10
ix
4. Aspek-aspek pemecahan masalah ..................................... 13
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah ... 15
B. Wanita sebagai orang tua tunggal ........................................... 18
1. Pengertian wanita sebagai orang tua tunggal .................... 18
2. Kriteria disebut wanita sebagai orang tua tunggal ............ 19
3. Penyebab wanita sebagai orang tua tunggal...................... 20
C. Pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal ... 28
D. Pertanyaan penelitian .............................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 29
A. Gejala penelitian ...................................................................... 29
B. Definisi operasional gejala....................................................... 29
C. Informan penelitian .................................................................. 30
D. Metode dan alat pengumpul data ............................................. 32
E. Keabsahan data/ Trustworthiness ….……………………...….. 37
F. Metode analisis data………………………………………….. 38
BAB IV LAPORAN PENELITIAN............................................................. 40
A. Persiapan Penelitian ................................................................ 40
1. Orientasi lapangan.............................................................. 40
2. Persiapan alat pengumpul data........................................... 41
B. Pengumpulan Data .................................................................. 41
C. Analisis Data ............................................................................ 42
1. Karakteristik informan penelitian ...................................... 42
2. Data hasil penelitian .......................................................... 43
x
3. Tabulasi data hasil penelitian ............................................ 75
D. Kategorisasi.............................................................................. 76
1. Pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua
tunggal ............................................................................... 77
2. Alasan pemecahan masalah pada wanita sebagai orang
tua tunggal.......................................................................... 79
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah
pada wanita sebagai orang tua tunggal .............................. 84
E. Pembahasan.............................................................................. 86
BAB V PENUTUP ………………………………………………………. 98
A. Kesimpulan .............................................................................. 98
B. Saran......................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 103
LAMPIRAN..................................................................................................... 107
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Karakteristik informan penelitian ................................................................... 31
Tabel 2
Guide Interview pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal. 33
Tabel 3
Guide Interview pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal
untuk wawancara dengan Significant person ................................................... 35
Tabel 4
Guide observasi................................................................................................ 39
Tabel 5
Karakteristik Informan Penelitian .................................................................... 46
Tabel 6
Tabulasi hasil wawancara pemecahan masalah pada wanita sebagai orang
tua tunggal........................................................................................................ 75
Tabel 7
Bentuk-bentuk pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal ... 92
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Skema alasan dan faktor pemecahan masalah informan 1............................... 80
Gambar 2
Skema alasan dan faktor pemecahan masalah informan 2............................... 81
Gambar 3
Skema alasan dan faktor pemecahan masalah informan 3............................... 82
Gambar 4
Skema alasan dan faktor pemecahan masalah informan 4............................... 83
Gambar 5
Skema dinamika psikologis pemecahan masalah pada wanita sebagai orang
tua tunggal........................................................................................................ 97
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Verbatim wawancara........................................................................................ 107
Lampiran B
Foto kopi identitas informan ............................................................................ 179
xiv
ABSTRAKSI
PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA
SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
Pemecahan masalah adalah usaha individu untuk memikirkan dan mempertahankan beberapa alternatif penyelesaian masalah yang mungkin dilakukan atau melakukan tindakan tertentu yang lebih tertuju pada cara-cara penyelesaian masalah secara langsung. Permasalahan yang dihadapi wanita sebagai orang tua tunggal bukan hanya dari dalam dirinya saja tetapi juga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluargannya. Permasalahan yang dihadapi wanita sebagai orang tua tunggal ini memerlukan pemecahan dan penyesuaian diri yang tepat ditengah pilihan hidup yang dipilihnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan, dan faktor-faktor pemecahan masalah yang digunakan oleh wanita sebagai orang tua tunggal. Informan penelitian ini adalah wanita janda yang memiliki anak dari pernikahan sebelumnya, belum menikah lagi dan mempunyai karakteristik pekerjaan sebagai PNS, Pegawai swasta, Janda pensiunan Polisi dan Wiraswasta adapun karakteristik usia anaknya adalah Anak balita, anak usia sekolah dasar, remaja, dan dewasa awal. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dan observasi, sedangkan tehnik analisis data yang digunakan adalah analisis isi. Penelitian ini menunjukkan bahwa alasan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal adalah mereka berusaha mengidentifikasi masalah yang timbul kemudian mencari alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan kondisi yang dialami selanjutnya memilih atau menentukan salah satu alternatif yang paling sesuai dengan kondisi yang dialami dan berusaha mewujudkan alternatif yang dipilih dengan tindakan nyata, pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal digolongkan menjadi 5 (lima) bentuk, yaitu : (a) Membutuhkan bantuan orang lain, (b) Berserah diri, (c) Berfikir positif, (d) Berusaha, dan (e) Berharap. Adapun faktor-faktor yang mempangaruhi wanita sebagai orang tua tunggal dalam memecahkan masalahnya ada 5 (lima) macam, yaitu : (a) Tingkat pendidikan, (b) Usia, (c) Kreatifitas, (d) Kepercayaan diri, dan (e) Lingkungan sosial.
Kata kunci : pemecahan masalah, wanita, orang tua tunggal
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan.
Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil dari perjalanan
hidup dengan peran baru mereka, yaitu menjadi suami dan isteri (Ibrahim, 2002).
Setiap pasangan, pada dasarnya telah memiliki peran yang terbagi berdasarkan jenis
kelamin atau peran jenis (sex role) (Shaevitz, dalam Khoiriyah, 2004). Peran jenis
kelamin ini menurut (Swerdolf dalam Khoiriyah, 2004) diartikan sebagai peran yang
dilakukan individu didasarkan perbedaan jenis kelamin.
Myers, (1995) mengemukakan teorinya tentang pembagian kerja berdasarkan
jenis kelamin, bahwa dalam satu keluarga ada dua fungsi yang harus dikembangkan
secara khusus yaitu mendidik anak dan memproduksi makanan. Sebuah rancangan
keluarga yang terdiri dari seorang laki-laki dan seorang wanita, maka akan sangat
menguntungkan apabila salah satu fungsi dalam keluarga tersebut diberikan kepada
satu jenis kelamin dan fungsi lainnya kepada jenis kelamin yang lain.
Lantas bagaimana apabila seorang isteri yang harus menerima kenyataan
menjadi orang tua tunggal, karena bercerai dengan suami ataupun suaminya
meninggal. Sehingga terpaksa berpisah dari suami, harus mencari nafkah dan menjadi
kepala keluarga. Sehingga menjalankan fungsi sebagai ibu serta ayah bagi anak-
anaknya.
2
Jumlah janda di Indonesia lebih banyak dari pada jumlah duda, hal ini
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo, 2002 (dalam Puspitadewi,
2005). mengemukakan bahwa perbandingan jumlah janda di Indonesia adalah
469:100 artinya jumlah duda atau pria tidak menikah berusia 60 tahun keatas
jumlahnya hanya seperlima dari jumlah janda. Hal ini menunjukkan bahwa janda
lebih tahan untuk hidup sendiri dari pada duda. Dikemukakan pula bahwa kelompok
wanita usia 60 tahun ke atas di Indonesia yang hidup sendiri atau tidak menikah, cerai
dan janda, merupakan kelompok terbesar di dunia, sehingga Indonesia layak disebut
“negara janda”.
Panjaitan (1993) menyatakan bahwa istilah janda atau duda, muncul
disebabkan apakah itu karena kematian ataukah perceraian, maka prosentase untuk
menikah lagi lebih besar pada duda daripada janda terlebih jika sudah mencapai usia
60-an. Orang tua tunggal adalah suatu kenyataan dan menjadi sebuah fenomena yang
makin dianggap biasa dalam masyarakat modern. Kenyataan dimana isteri berfungsi
menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anak mereka. Isteri yang tiba tiba harus
menjalankan multi peran dan mengambil tanggung jawab penuh dalam keluarga, baik
dalam bidang ekonomi, pendidikan, cara mengambil keputusan yang tepat untuk
kelangsungan keluarga, dan berusaha menguatkan anggota keluarga atas persoalan
yang dihadapi.
Hal ini dianggap biasa karena di dalam kehidupan masyarakat modern karena
kesetaraan gender antara pria dan wanita sudah dapat dikatakan sama. Hal ini juga
diperkuat oleh pernyataan dari Trisnawati yang merupakan seorang wanita single
3
parent dengan satu orang anak yang telah sukses mengelola berbagai bisnis dan
sekarang menduduki berbagai posisi penting di beberapa perusahaan serta menjabat
sekjen DKI Jakarta Ikatan Pembauran Pengusaha Perempuan Indonesia (Tempo,
2008).
Adapun penyebab menjadi orang tua tunggal tersebut karena (terpaksa)
mengalaminya, entah karena bercerai atau pasangan hidupnya meninggal. Namun, dibalik
keterpaksaannya itu muncul berbagai permasalahan yang timbul diantaranya adalah
permasalahan ekonomi, pendidikan, psiko seksual, ritual keagamaan dan pola asuh
anak, bagi anak yang tiba-tiba mendapati orang tuanya tidak lengkap lagi akan timbul
rasa belum siap menghadapi rasa kehilangan salah satu orang tuanya sehingga akan
terpukul, dan kemungkinan besar berubah tingkah lakunya. Ada yang menjadi
pemarah, ada yang suka melamun, mudah tersinggung, suka menyendiri, dan lain
sebagainya.
Wanita sebagai orang tua tunggal melaksanakan tanggung jawab mencari
nafkah. Mereka lebih banyak memilih untuk mengurus anak mereka sendiri tanpa
suami, sehingga banyak diantara mereka yang mengalami stress. (Harian Kompas, 15
Oktober 2001), menginformasikan bahwa :
“Banyak di antara wanita bekerja yang mengalami stress karena tidak siap dengan peran gandanya tersebut. Kalau saya sendiri memang dari dulu sudah siap untuk berperan ganda. Makanya jika wanita tidak siap atau tidak mau berperan ganda, tidak perlu memaksakan diri untuk berperan ganda.” Sedangkan menurut Glasser (dalam Santoso, 2004) mempunyai
kecenderungan terisolasi, membiarkan diri mereka terkucil dari persahabatan dan
4
pergaulan dunia luar. Simon de Beavior (dalam Ibrahim, 2002) menyatakan bahwa
wanita banyak mengalami penurunan tingkat rasional dan sosial akibat dari
(kurungan) tugas-tugas rumah tangga seperti mengurus suami dan anak-anak,
memasak, menjahit, mencuci dan sebagainya.
Ditengah berbagai masalah yang timbul para wanita sebagai orang tua tunggal
tersebut haruslah mempunyai strategi pemecahan masalah di dalam dirinya supaya
mampu dan mau untuk menyelesaikan masalahnya seorang diri karena masalah itu
timbul seiring dengan kondisi biologis, perkembangan anak, dan kondisi
perekonomian yang sedang dalam masa resesi, yang berpengaruh terhadap naiknya
harga-harga kebutuhan pokok sehingga biaya hidup semakin mahal dan sulit untuk
dijangkau, mampukah wanita sebagai orang tua tunggal tersebut mampu menghadapi
dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
Berdasarkan uraian diatas jelaslah wanita sebagai orang tua tunggal hidup
dengan berbagai masalah dan kesulitan, dengan demikian penulis tertarik untuk
mengetahui bagaimana para wanita sebagai orang tua tunggal menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Dalam rumusan ini penulis mengajukan
sebuah judul penelitian “ Pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua
tunggal“.
5
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah : (1) Mengetahui pemecahan masalah pada wanita
sebagai orang tua tunggal, (2) Alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai
orang tua tunggal, (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah pada
wanita sebagai orang tua tunggal.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan pada
pihak-pihak yang berkepentingan antara lain sebagai berikut :
1. Bagi wanita sebagai orang tua tunggal dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam mengenai konsekwensi pilihan hidup menjadi
wanita sebagai orang tua tunggal.
2. Bagi anak yang ibunya memilih menjadi orang tua tunggal agar dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk menerima secara positif dan
mempersiapkan diri terhadap pilihan hidup yang dibuat orang tuanya.
3. Bagi masyarakat dapat dijadikan masukan agar dapat memeberikan
dukungan kepada wanita sebagai orang tua tunggal.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemecahan Masalah
1. Pengertian pemecahan masalah
1. a. Pengertian masalah
Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir
setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dicari jalan
keluarnya. Masalah seringkali disebut orang sebagai kesulitan, hambatan, gangguan,
ketidak puasan atau kesenjangan. Anderson (dalam Suharnan, 2005) mengemukakan
bahwa secara umum dan hampir semua ahli psikologi kognitif sepakat bahwa
masalah adalah suatu kesenjangan antara situasi sekarang dengan situasi yang akan
datang atau tujuan yang diinginkan (problem is a gap or discrepancy between present
state and future state or desired goal).
Masalah dapat digolongkan menjadi berbagai jenis, tergantung dipandang dari
sudut mana. Sebagian ahli membedakan masalah menurut pengetahuan seseorang,
sehingga dapat digolongkan menjadi masalah yang jelas dan tidak jelas. Sebagian ahli
lain membedakan masalah menurut proses-proses kognitif yang terlibat dalam
pemecahan masalah.
7
Menurut Thurstone (dalam Walgito, 1991) berpendapat bahwa individu dalam
mengartikan suatu masalah akan bersifat positif bila masalah tersebut menimbulkan
perasaan senang, sehingga individu bersifat menerima, tetapi dapat juga bersifat
negatif jika masalah tersebut menimbulkan perasaan tidak enak sehingga individu
bersifat menolak.
Masalah selalu muncul dalam bentuk dan tingkat kerumitan yang bermacam-
macam. Morgan (dalam Gunarsa, 1990) mengemukakan bahwa masalah adalah
berbagai penyimpangan dari keadaan yang belum jelas. Apabila ada ketidaksesuaian
dalam suatu situasi antara keadaan yang sebenarnya dengan tujuan, dan di dalam
situasi tersebut mengandung suatu perintang bagi seseorang dalam mencapai tujuan,
maka akan menimbulkan permasalahan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masalah merupakan kesenjangan
antara harapan dan kenyataan, serta memiliki bentuk dan tingkat kerumitan yang
berbeda-beda tergantung bagaimana individu dapat menghadapi dan terlibat didalam
masalah yang muncul.
1.b. Pengertian pemecahan masalah
Menurut Rakhmat (2001) berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam
rangka pengambilan keputusan, memecahkan masalah, dan menghasilkan hal yang
baru (creativity). Adapun proses berfikir secara normal menurut Solso (dalam
Suharnan, 2005) akan meliputi tiga komponen yaitu :
8
a. Berfikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi dalam mental atau pikiran
seseorang, tidak tampak, tetapi dapat disimpulkan berdasarkan perilaku
yang tampak.
b. Berfikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi
pengetahuan didalam sistem kognitif.
c. Aktivitas berfikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah adalah suatu proses mencari atau menemukan jalan yang
menjembatani antara keadaan yang sedang dihadapi dengan keadaan yang diinginkan
(Hayes, dalam Suharnan, 2005). Jadi, ruang masalah (problem space) sebagai jurang
atau kesenjangan sangat menentukan tingkat kemudahan atau kesulitan pencarian
pemecahan.
Evans (1991) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai suatu aktivitas
yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan
dan pengubahan kondisi sekarang menuju pada kondisi yang diharapkan, karena
setiap individu berusaha sebisa mungkin untuk melakukan pemecahan masalah yang
muncul dengan berbagai cara yang berbeda sesuai dengan pengalaman masa lalunya,
walaupun pada dasarnya tujuan pemecahan masalah adalah sama yaitu mendapatkan
sebuah solusi atau jalan keluar dan melepaskan diri dari persoalan yang dihadapi.
Chaplin (2001) dalam Kamus Lengkap Psikologi menyatakan bahwa pemecahan
masalah adalah proses yang tercakup dalam usaha menemukan urutan yang benar dari
9
alternatif-alternatif jawaban mengarah pada satu sasaran atau ke arah pemecahan
yang ideal.
Sedangkan menurut Hayers (dalam Suharnan, 2005) strategi penemuan jalan
pemecahan dapat dibedakan menjadi dua: penemuan secara acak, semua jalan keluar
ditempuh atau dicari tanpa ada pengetahuan khusus, dan penemuan melalui strategi
heuristic, yaitu proses penggunaan pengetahuan seseorang untuk mengidentifikasikan
sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan dianggap menjanjikan bagi
pemenuhan pemecahan masalah.
Hal ini didukung oleh pendapat Billing’s dan Moos (Susilowati, 2004) yang
menyatakan bahwa menyelesaikan masalah adalah usaha individu untuk memikirkan
dan mempertahankan beberapa alternatif penyelesaian masalah yang mungkin
dilakukan atau melakukan tindakan tertentu yang lebih tertuju pada cara-cara
penyelesaian masalah secara langsung.
Pemecahan masalah, adalah individu yang dihadapkan pada persoalan yang
mendesak dan perlu dilakukan pemecahan atau mencari solusi dengan berpikir.
Pemecahan masalah merupakan proses berpikir, belajar, mengingat serta menjawab
atau merespon dalam bentuk pengambilan keputusan. Pemecahan suatu masalah
dapat dilakukan dengan insight atau pemahaman dalam memecahkan masalah
berpikir mutlak diperlukan (Widayatun, 1999).
Jadi kemampuan menyelesaikan masalah dapat diartikan sebagai sebuah
kemampuan aktivitas kognitif dan kecakapan individu dalam menyelesaikan
permasalahan secara efektif yang meliputi usaha individu untuk memikirkan, memilih
10
dan mempertahankan alternatif jawaban kepada satu pemecahan atau solusi yang
ideal dengan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.
2. Tahapan pemecahan masalah
Individu pada kenyataannya tidak selalu dapat menyelesaikan masalah yang
datang padanya. Dalam menghadapi masalah individu terkadang menggunakan suatu
cara lain walaupun menghadapi suatu permasalahan yang sama.
Sedangkan menurut Evans (1991), membagi menjadi tiga tahap atau langkah
dalam memecahkan suatu masalah, yaitu:
a. Pemahaman masalah (Problem Understanding)
Agar dapat diperoleh suatu pemecahan yang benar, seseorang harus
terlebih dahulu memahami dan mengenali gambaran pokok persoalan secara
jelas. Lama waktru yang dibutuhkan untuk mengerti permasalahan berbeda-
beda bagi setiap orang. Perbedaan ini sangat tergantung pada hakekat
permasalahan terutama dalam penampakannya, informasi disekitar persoalan,
dan keakraban seseorang terhadap persoalan tersebut.
b. Penemuan berbagai hipotesis mengenai cara pemecahan, dan memilih
salah satu di antara hipotesis-hipotesis itu.
Setelah memahami masalah yang dihadapi kemudian seseorang
memilih dan menententukan hipotesis berdasarkan dari hakekat yang
permasalahan yang dihadapi.
11
c. Menguji hipotesis
Agar diperoleh pemilihan hipotesis yang terbaik maka selanjutnya
seseorang harus menguji dari beberapa hipotesis yang ada kemudian dipilih
untuk mendapatkan hipotesis terbaik terhadap persolan tersebut.
Menurut Monica (1998), menjelaskan langkah-langkah dalam memecahkan
masalah, yaitu :
a. Pengenalan masalah
Suatu masalah dikenali melalui perbedaan antara apa yang sebenarnya
terjadi dalam suatu situasi (aktual) dan apa yang seseorang inginkan untuk
terjadi (optimal). Setelah berpikir tentang area-area permasalahan ini
selanjutnya memfokuskan pada satu masalah tertentu.
b. Definisi masalah
Setelah mengenali masalah maka pernyataan masalah harus spesifik.
c. Pilihan tindakan
Pilihan tindakan masalah merupakan beberapa jalan keluar dari
masalah. Untuk setiap pilihan tindakan, perlu dibuat dukungan hasil-hasil
positif dan negatifnya.
d. Pelaksanaan dan evaluasi
Melaksanakan berarti melakukan atau menerapkannya tindakan.
Setelah seseorang menentukan pilihan tindakan maka tindakan itu harus
12
dilaksanakan. Sebelum pelaksanaan, evaluasi muncul sebagai sebuah
tanggung jawab dan tetap penting sampai tindakan telah selesai dilakukan.
Menurut Woolfolk dan Nicolich (2004), secara umum terdapat empat langkah
untuk memecahkan masalah:
a. Memahami masalah
Langkah pertama untuk memecahkan masalah adalah menetapkan
secara tepat apa masalahnya. Yaitu dengan menemukan informasi yang
relevan pada masalah yang ada.
b. Menyeleksi solusi
Setelah menentukan masalahnya, kemudian merencanakan strategi
dengan menyimpulkan bahwa situasi yang ada sama seperti masalah
sebelumnya dan mencoba apa yang berhasil sebelumnya.
c. Memutuskan rencana
d. Mengevaluasi hasil
Yaitu meliputi pengecekan fakta baik yang menguatkan maupun yang
melemahkan dari solusi masalah serta mengidentifikasi solusi yang
terbaik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
penyelesaian masalah individu akan melalui beberapa tahap antara lain : mengenali
atau mengidentifikasi masalah yang dihadapi, mengumpulkan informasi berkaitan
13
dengan masalahnya, menentukan alternatif pemecahan masalah sekaligus
menentukan prioritas alternatif yang baik, pelaksanaan pemecahan masalah berdasar
dari alternatif yang dipilih serta melakukan evaluasi.
3. Aspek-aspek kemampuan memecahkan masalah
Menurut Rakhmat, (2001) berhasil tidaknya suatu pemecahan masalah yang
dilakukan oleh seseorang dapat diketahui dari beberapa hal, yaitu :
a. Motivasi
Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian. Motivasi yang tinggi
membatasi fleksibilitas. Semakin besar keinginan dari dalam diri individu
untuk segera memecahkan masalah membuat pemecahan masalah berjalan
dengan baik.
b. Kepercayaan dan sikap yang tepat
Asumsi yang tepat terhadap kerangka rujukan yang cermat membantu
efektifitas pemecahan masalah. Sifat terbuka terhadap informasi serta
memahami dan mengakui kekeliruan akan mempermudah pemecahan
masalah.
c. Fleksibilitas
Keluwesan berpikir dalam melihat permasalahan dari berbagai sisi
serta kritis membantu pemecahan masalah.
14
d. Emosi
Dalam menghadapi masalah tidak disadari emosi sering terlibat di
dalamnya, sehingga menyebabkan individu berpikir secara tidak objektif.
Sebagai manusia yang utuh tidak dapat mengesampingkan emosi. Emosi
bukan hambatan utama, tetapi bila sudah mencapai intensitas tinggi akan
menimbulkan kesulitan untuk berpikir efisien yang menghambat pemecahan
masalah. Para ahli menganjurkan pembelajaran emosi dimulai sejak kecil agar
ada taraf perkembangan selanjutnya emosi terbiasa ditata dan dikontrol dalam
menghadapi masalah.
Anderson (dalam Paryanti, 2006) mengungkapkan adanya tiga aspek yang
berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah, yaitu:
a. Berpikir positif tentang masalah yang dihadapi
Yaitu diharapkan seseorang menjadi pencari masalah, berpikir tentang
ketidaknyamanannya dan menanyakan apa yang menyebabkan
ketidaknyamanannya, serta berpikir tentang alternatif pemecahan masalah.
b. Berpikir positif tentang kecakapan diri untuk memecahkan masalah
Yaitu melihat diri sebagai orang yang dapat menyelesaikan masalah,
mengetahui sumber kekuatan di luar diri yang bisa membantu memecahkan
masalah, mencari waktu yang cukup untuk memecahkan masalah serta
menentukan tujuannya.
15
c. Berpikir sistematis
Yaitu berhenti dan berpikir, tidak dengan langsung mengambil
keputusan, akan tetapi merencanakan langkah-langkah untuk menyelesaikan
masalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek
pemecahan masalah meliputi : motivasi, kepercayaan dan sikap yang tepat,
fleksibilitas berpikir dan emosi, berpikir positif tentang masalah yang dihadapi dan
tentang kecakapan diri untuk memecahkan masalah, serta berpikir sistematis.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah ada sebagai
berikut :
a. Inteligensi
Ester (dalam Walgito, 1991) mengemukakan bahwa dalam
memecahkan masalah, cepat atau lambatnya tergantung dari tingkat
inteligensi individu yang bersangkutan. Faktor inteligensi dianggap memiliki
peran yang sangat besar dalam keberhasilan pemecahan masalah.
b. Usia
Sejalan dengan bertambah usia maka individu akan semakin matang
dan kemampuan pemecahan masalah akan semakin bertambah. Kematangan
tersebut ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah yang merupakan
16
produk dari kemampuan berpikir yang lebih sempurna yang ditunjang dengan
sikap serta pandangan yang rasional (Mappiare, dalam Paryanti 2006).
c. Jenis Kelamin
Pria kebanyakan lebih mampu melakukan pemecahan masalah
daripada wanita, karena pria dituntut untuk tidak tergantung pada orang lain
tetapi harus bertahan. Pria lebih menggunakan rasio sehingga dalam
pemecahan masalah dibutuhkan ketegasan dan rasionalitas dalam menghadapi
masalah. Dagun (1990) berpendapat bahwa wanita diperbolehkan bersandar
secara emosional pada pria. Di samping itu secara kodrati perempuan
cenderung untuk menggunakan perasaannya dalam menghadapi masalah.
d. Kreativitas
Merupakan suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan cara baru
dalam memandang masalah dan solusinya (Munandar, 1994). Semakin tinggi
tingkat kreativitas individu, semakin banyak ide atau alternatif yang dia
temukan.
e. Konsentrasi
Konsentrasi dalam memecahkan masalah mutlak diperlukan.
Suardiman (1992), mengatakan bahwa konsentrasi adalah pemusatan segenap
kekuatan pada situasi tertentu. Dalam konsentrasi keterlibatan mental secara
detail sangat diperlukan sehingga tidak diperhitungkan sekedarnya.
Selanjutnya Suardiman mengatakan bahwa konsentrasi seseorang terhadap
suatu masalah mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah.
17
f. Pengalaman
Thornton (dalam Shapiro, 1997) menyimpulkan bahwa pemecahan
masalah yang berhasil tidak begitu bergantung pada kecerdasan individu
tetapi lebih kepada pengalaman mereka.
g. Kepercayaan diri
Astono (2001) mengungkapkan bahwa tumbuhnya kepercayaan diri
akan mendorong dan merangsang individu dalam mencoba dan mencari baru
untuk dipecahkan.
h. Lingkungan sosial
Yaitu lingkungan dimana individu mengadaptasi cara-cara
penyelesaian masalah melalui komunikasi dalam keluarga. Monks, dkk
(2002). Adanya suatu masalah yang selalu dikomunikasikan dengan keluarga
akan memberikan kesempatan pada individu untuk mendapatkan pengalaman
atas informasi-informasi tentang penyelesaian masalah sejak awal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kemampuan pemecahan masalah adalah : inteligensi, usia, jenis kelamin, kreativitas,
konsentrasi, pengalaman, kepercayaan diri dan lingkungan sosial.
18
B. Wanita Sebagai Orang Tua Tunggal
1. Pengertian wanita sebagai orang tua tunggal
Menurut Qaimi (2003) seorang wanita sebagai orang tua tunggal adalah suatu
keadaan dimana seorang wanita akan menduduki dua jabatan sekaligus; sebagai ibu
yang merupakan jabatan alamiah dan sebagai ayah. Dalam pada itu ia akan memiliki
dua bentuk sikap, sebagai wanita dan ibu harus bersikap lembut terhadap anaknya,
dan sebagai ayah yang bersikap jantan dan bertugas memegang kendali aturan dan
tata tertib, serta berperan sebagai penegak keadilan dalam kehidupan rumah tangga.
Tolok ukur keberhasilan seorang wanita dalam mendidik anaknya terletak pada
kemampuannya dalam menggabungkan kedua peran dan tanggung jawab tersebut,
tanpa menjadikan sang anak bingung dan resah.
Peran sebagai ayah, sejak kematian suami, seorang ibu sekalipun dirinya
wanita harus pula menduduki posisi sang ayah dan bertanggung jawab dalam
menjaga perilaku serta kedisiplinan anaknya, kini dengan tugas baru yang harus
diembannya itu, ia memiliki tanggung jawab yang jauh lebih sulit dan berat
ketimbang sebelumnya.
Tidak ada salahnya kalau disini kita membuang gambaran buruk yang melekat
di masyarakat. Mereka mengatakan bahwa kaum ibu tidak akan mampu memainkan
peran ayah. Disini perlu ditegaskan bahwa ketika anda mempunyai kemauan keras,
niscaya anda mampu memainkan kedua peran tersebut dengan baik dan sempurna.
19
Berdasarkan pengalaman, ternyata kaum wanita mampu memainkan kedua peran
tersebut.
Menurut SPOTNEWS Ibu Tunggal seringkali tidak dipandang sama dengan keluarga
utuh yang lengkap dengan Ayah dan Ibu. Keluarga Ibu tunggal cenderung dipandang
prejudice, jika ibu tunggal muda, cantik dan berhasil dari sisi materi, gosip negatif dan sinis
akan melingkupi percakapan harian tentang dia di daerah tempat tinggalnya. Lingkungan
sekitar akan mengabaikan kalau ibu tunggal tadi selain cantik, muda dan berhasil juga
(http/:spotnews.singleparents.com/artikel.htm.20/05/08)
Penetapan dan peringatan tanggal 21 Maret sebagai hari orang tua tunggal
sedunia yang diadakan sejak tahun 1984. Bertujuan untuk memonumentalkan hari
orang tua tunggal telah ada sejak tahun 1957, tatkala berdirinya kolaborasi sebuah
organisasi “Parents Without Partners”, yang diprakasai Janice Moglen, seorang
ibu tunggal dengan dua orang anak menetapkan hari orang tua tunggal sebagai
variasi dari hari ibu dan hari ayah di dalam artikel yang ditulisnya, yang kemudian
disepakati mulai tahun 1984 bulan Maret tanggal dijadikan hari orang tua tunggal.
(http/:spotnews.singleparents.com/artikel.htm.20/05/08)
2. Kriteria disebut wanita sebagai orang tua tunggal
a. Mencukupi kebutuhan finansial keluarga seorang diri
b. Memiliki suami tetapi tidakberdaya ketika diuji dengan suatu penyakit yang
menyebabkan suami tidak dapat memberikan nafkah terhadap keluargannya.
c. Perceraian.
20
d. Berpisah karena takdir-Nya (kematian).
Berdasarkan uraian di atas, dapat diartikan bahwa wanita sebagai orang tua
tunggal adalah pilihan hidup yang dipilih seorang ibu dengan seluruh konsekuensi
yang harus diterima dan dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga wanita
sebagai orang tua tunggal selalu menerima kenyataan menjalankan multi perannya di
dalam keluarga dan selalu berusaha secara mandiri dan semaksimal mungkin untuk
memenuhi kebutuhan anaknya bukan hanya secara finansial saja tetapi juga
karakteristik individunya, ketidakberdayaan suami ketika diuji dengan suatu penyakit
yang menyebabkan suami tidak dapat memberikan nafkah terhadap keluargannya,
perceraian dan berpisah karena takdir-Nya (kematian).
3. Penyebab wanita menjadi orang tua tunggal
Menurut majalah Nikah (No.3 Vol.6, thn 2007) secara umum bahwa asal dari
kepemimpinan dalam keluarga pada dasarnya ditangan suami.
Allah berfirman dalam surat An-Nisaa’ : 34,
“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, dengan keutamaan yang Allah berikan kepada sebagian mereka atas sebagian lain, dan karena apa yang mereka nafkahkan dari harta mereka…”
Artinya, Islam tidak membenarkan kepemimpinan dalam sebuah masyarakat,
hingga sebuah rumah tangga, bila dipegang oleh wanita, idealnya seorang suami
adalah sebagai pemimpin dalam sebuah rumah tangga, namun adakalanya
21
kepemimpinan dipegang seorang wanita, hal itu terpaksa dilakukan oleh wanita
ketika suami tidak atau kurang bisa memegang kendali penuh dalam kehidupan
keluargannya.
Penyebab terjadinya wanita memegang kendali penuh dalam keluarga pun
sangat beragam, dari mulai ketidakberdayaan suami ketika diuji dengan suatu
penyakit yang menyebabkan suami tidak dapat memberikan nafkah terhadap
keluargannya, perceraian, atau berpisah karena takdir-Nya yaitu ada satu fihak
(suami) yang meninggalkan dunia fana terlebih dahulu dibanding isterinya dan hal-
hal lainnya.
Ketika wanita ditinggal oleh suaminya maka kendali penuh dalam keluarga
dipegang oleh isteri, sejak kematian suami, seorang ibu sekalipun dirinya wanita
harus pula menduduki posisi sang ayah dan bertanggung jawab dalam menjaga
perilaku serta kedisiplinan anaknya, isteri berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup anak-anak dan keluarganya, dan tidak sedikit pula wanita
yang akhirnya memutuskan untuk tetap menjanda dan tidak mencari suami lagi
sampai akhir hayat mereka.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari manusia pasti dihadapkan atas berbagai
pilihan yang terkadang terasa berat, tetapi mau tidak mau harus dijalani ketika
seorang wanita (isteri) harus menjalankan multi peran, menerima kenyataan yang
berpisah dari suami, harus menghadapi permasalahan ekonomi, pendidikan anak,
psiko seksual, ritual keagamaan, cara mengambil keputusan yang tepat untuk
22
kelangsungan keluarga, dan berusaha menguatkan anggota keluarga atas persoalan
yang dihadapi hanya seorang diri.
Menurut Qaimi (2003) beberapa penyebab seorang wanita menjadi orang tua
tunggal adalah :
a. Kematian
Kematian memang menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap perasaan
dan kejiwaan dalam rumah tangga. Kehancuran rumah tangga sebagai akibat dari
kematian, merupakan sebuah kehilangan yang teramat berat. Adalah manusiawi bila
seseorang yang kehilangan orang yang dicintainya menjadi bingung dan gelisah.
Kematian disini dapat berarti terpisahnya suami-istri karena takdir yang telah
ditentukan dan menjadi sebuah kata yang menakutkan dan mengerikan bagi mereka
yang meyakini bahwa kematian merusak kebahagiaan. Juga, bagi mereka yang tak
meyakini adannya kehidupan lain setelah kehidupan dunia ini.
Bagi anak yang masih kecil dan belum memahami hakikat kematian, dan belum
mengerti tentang berbagai peristiwa yang akan terjadi setelah kematian itu bukanlah
suatu yang begitu berat. Ia mungkin hanya menangis, menjerit, dan meneteskan air
mata. Dan itu dilakukannya lantaran adannya tangisan dan jeritan orang lain. Rasa
takut akan kematian disebabkan oleh berbagai bayangan dan khayalan manusia
mengenai kematian itu sendiri. Adapun pengaruh kematian ayah terhadap seorang
anak antara lain sebagai berikut :
(1.) Tidak nafsu makan
23
Seorang anak kehilangan ayah atau ibu, sebenarnya telah kehilangan
tempat berlindung dan bersandar, ini menyebabkan rasa tidak aman,
perasaan semacam ini baik pada anak-anak ataupun dewasa, mengakibatkan
melorotnya nafsu makan.
(2.) Gangguan Pencernaan
Perasaan sedih dan duka pada diri anak, dalam berapa kasus dapat
mengganggu sistem pencernaannya, sehingga tak dapat bekerja secara baik
dan normal, akibatnya, muncullah berbagai dampak yang lain.
(3.) Pertumbuhan badan yang terganggu
Karena hilangnya nafsu makan dan tak mengkonsumsi makanan
dengan kandungan gizi yang diperlukan tubuh maka pencernaan anak akan
mengalami gangguan sehingga tubuhnya tak dapat lagi tumbuh dengan
baik.
(4.) Gerakan tak terkontrol
Yang dimaksud disini adalah gerakan syaraf sebagai tanda terjadinya
pergolakan jiwa, keinginan tak terpenuhi, dan konstraksi batin. Akibatnya,
ia akan menderita. Secara tiba-tiba, ia akan melompat atau kelopak mata
dan telingannya bergerak-gerak sendiri tanpa disadari atau tanpa
dikehandaki.
(5.) Perubahan pada raut wajah
Karena tidak mengkonsumsi makanan secara sempurna sebagai akibat
berkurangnya nafsu makan, mengalami depresi, dan mengasingkan diri,
24
maka terbukalah peluang bagi terwujudnya berbagai ketidak-seimbangan,
seperti perubahan raut wajah anak. Wajahnya terlihat muram, sendu dan
kekuning-kuningan. Ini lantaran rasa sedih, tidak adannya ketentraman
batin, guncangan pikiran dan pengucilan diri.
(6.) Waktu istirahat tak teratur
Perasaan sedih dan duka seorang anak atas kematian ayah, dapat
mengganggu waktu tidur dan beristirahat dengan baik. Sekalipun dapat
tidur maka tidurnya pun tidak pulas dan lama. Ia pun terjaga, ketika bangun
dan tak melihat ayah disampingnya, ia pun tak dapat tidur kembali.
(7.) Penyakit
Kesedihan dan perasaan duka yang dipendam itulah yang
menyebabkan munculnya penyakit dalam diri anak.
b. Kesahidan
Adakalanya, setelah kesyahidan ayahnya, sang anak berada dalam keadaan
atau suasana yang tak begitu menyedihkan. Keadaan ini terutama terjadi pada anak-
anak yang hidup dalam sebuah rumah tangga yang sibuk atau tak memiliki hubungan
baik dengan ayah sewaktu masih hidup. Juga, bila sang ibu merupakan seorang
wanita cerdas dan bijaksana, yang selalu mengawasi dan mengarahkan kehidupan
anak-anaknya dengan benar.
Kesyahidan disini dapat diartikan meninggalnya suatu hamba karena
membela agama Allah, bagi anak akan menjadikan teladan, panutan, dan idola dalam
dirinya. Dalam keadaan tertentu, bisa saja di awal peristiwa kesyahidan, sang anak
25
merasakan kebahagiaan, namun, dikemudian hari, ketika telah memiliki pengetahuan
tentang rahasia kehidupan dan kematian serta air mata, ia pun tak mampu lagi
menahan tangis dan kesedihannya. Adapun pengaruh rasa kehilangan terhadap anak-
anak antara lain sebagai berikut :
(1.) Pengaruh terhadap pikiran dan kecerdasan
Karena anak terlalu lama tenggelam dalam perasaan sedih dan duka
maka pertumbuhan otaknya akan terganggu dan melemah, sehingga
menjadikannya memiliki tingkat kecerdasan yang jauh lebih rendah dari
teman-teman sebayannya.
(2.) Kesulitan belajar dan menuntut ilmu
Anak mengalami kesulitan menghubungkan pelajaran yang telah lalu
dengan sekarang. Boleh jadi pandangannya tertuju pada guru atau papan tulis,
namun pikirannya melayang dan terbang ketempat lain.
(3.) Tujuan dan cita-cita
Anak biasanya tenggelam dalam kesedihan yang menimpannya
sehingga tidak mampu menyusun program yang akan dikerjakannya di masa
datang. Atau mereka tidak mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu
untuk meraih tujuan dan cita-cita masa datang.
(4.) Berharap dan menanti
Adakalanya, guncangan kejiwaan memaksa anak menahan berbagai
keinginan dan tuntutan yang biasa dan wajar. Namun, terdapat juga berbagai
kondisi yang merupakan kebalikan dari sikap dan kondisi anak-anak diatas.
26
Yakni mereka tidak rela hak-haknya dirampas atau diabaikan, meskipun itu
berkaitan dengan masalah remeh. Ini biasanya dialami anak-anak yang selalu
dimanja atau diagungkan.
(5.) Kepribadian dan mental
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak miskin dan tidak
berayah, bila diasuh dan dibimbing dengan baik pertumbuhan dan
perkembangan mental serta kepribadiannya akan mengalami gangguan,
sehingga tidak memiliki perilaku yang normal dan stabil.
Hasil penelitian Dr. John Balby menunjukkan bahwa keterpisahan
dalam rentang waktu yang cukup panjang, terlebih pada usia tiga tahun
pertama, akan memberikan dampak dan pengaruh yang tidak baik secara
kejiwaan dan kepribadian. Bahkan anak-anak anak melakukan perbuatan
tercela, membangkang, merasa terhina dan rendah diri, bermuka-masam, serta
berperilaku buruk.
(6.) Kelainan jiwa
Boleh jadi, peristiwa kematian tersebut mengakibatkan munculnya
kelainan jiwa, meskipun ini jarang terjadi. Ini bukan hanya menimpa anak-
anak namun juga orang dewasa. Mereka menjadi gila dan tenggelam dalam
khayalan serta angan-angan.
c. Perceraian
Sedangkan perceraian disini dapat berarti berakhirnya sebuah rumah tangga,
dengan berbagai alasan sehingga dibubarkan, di mana baik suami atau isteri tidak
27
menjalankan tugasnya masing-masing, tidak terdapat rasa saling memaafkan dan
menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki masing-masing.
Menurut majalah Nikah (No.5 Vol.4 thn,2005) Bagi anak yang masih kecil
dan belum memahami perceraian, dan belum mengerti tentang berbagai peristiwa
yang terjadi setelah perceraian. Ia akan kebingungan, dan menangis, mau tinggal
dengan siapakah ia kelak. Itu jika orang tua mereka tidak menikah lagi, tetapi jika
kedua orang tuanya menikah lagi ini akan memberikan efek yang buruk pada anak
karena anak merasa berbeda dengan teman-temannya anak merasa mempunyai dua
ayah dan dua ibu, mendapat perhatian yang berlebih sehingga dapat mempengaruhi
sikap dan perilakunya.
d. Ditinggal suami bekerja/ berjihat
Ayah yang berjihat, atau sekarang dapat diartikan ayah yang karena sesuatu
hal harus tinggal terpisah dari keluarga, entah karena bekerja atau lain sebagainya,
bagi anak laki-laki akan melahirkan teladan, figur, dan idola. Sementara bagi anak
perempuan tidak terlalu demikian. Oleh karena itu, pengaruh yang muncul dari
peristiwa tersebut lebih banyak menyentuh anak laki-laki dari pada anak perempuan.
Bertapa banyak anak lelaki mengalami berbagai penderitaan, gangguan jiwa,
dan melakukan tindakan kasar. Bahkan terkadang kehilangan akan keberaniannya.
Sementara bagi anak perempuan, hanya terbentuk perasaan kehilangan tempat
bergantung dan mungkin merasa bahwa kelangsungan hidup mereka tengah dalam
bahaya.
28
C. Pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah pada wanita
sebagai orang tua tunggal adalah kemampuan dan kecakapan wanita sebagai orang
tua tunggal dalam menyelesaikan permasalahan secara efektif yang meliputi usaha
untuk memikirkan, memilih dan mempertahankan alternatif jawaban kepada satu
pemecahan atau solusi yang ideal dengan meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan ditengah pilihan hidup yang dipilihnya ketika menduduki dua jabatan
sekaligus; sebagai ibu yang merupakan jabatan alamiah dan sebagai ayah. Dan harus
memiliki dua bentuk sikap, sebagai wanita dan ibu harus bersikap lembut terhadap
anaknya, dan sebagai ayah yang bersikap jantan dan bertugas memegang kendali
aturan dan tata tertib, serta berperan sebagai penegak keadilan dalam kehidupan
rumah tangga.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan pertanyaan penelitiannya
adalah :
1. Alasan-alasan yang melatar belakangi adannya pemecahan masalah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita sebagai orang tua tunggal dalam
memecahkan masalahnya.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kualitatif, dimana
peneliti ingin mengungkap gejala penelitian secara menyeluruh sesuai dengan
konsteknya melalui pengumpulan data dari latar alami. Hadi (1990) mengutarakan
bahwa metode merupakan masalah yang penting dalam penelitian dan sangat
mempengaruhi dari hasil penelitian yang dilakukan. Kesalahan dalam menentukan
metode akan mengakibatkan kesalahan dalam mengambil data serta keputusan,
sebaliknya semakin tepat metode yang digunakan diharapkan semakin baik pula hasil
yang diperoleh karenanya berhasil tidaknya suatu penelitian bergantung pada
ketepatan dalam menentukan metode yang digunakan.
A. Gejala Penelitian
Gejala Penelitian yang akan penulis teliti adalah :
1. Pemecahan masalah
2. Wanita sebagai orang tua tunggal
B. Definisi Operasional Gejala Penelitian
Dalam penelitian ini definisi gejala penelitian yang akan penulis teliti adalah
sebagai berikut :
30
1. Pemecahan masalah, adalah sebuah kemampuan aktivitas kognitif dan
kecakapan diri yang dimiliki oleh informan dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi di dalam keluarganya secara lebih efektif yang
meliputi usaha informan untuk memikirkan, memilih dan mempertahankan
alternatif dari sebuah jawaban kepada satu pemecahan atau solusi yang ideal
dengan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan di dalam
keluarganya.
2. Alasan pemecahan masalah adalah dasar yang dipilih dan dilakukan
informan untuk mengatasi kesulitan, hambatan, gangguan, ketidak puasan
atau kesenjangan yang dialaminya antara harapan dan kenyataan.
3. Faktor-faktor pemecahan masalah adalah, hal-hal atau unsur yang
mempengaruhi para informan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi,
adapun faktor yang mempengaruhi adalah berdasarkan kemampuan
inteligensi, usia, jenis kelamin, kreativitas, konsentrasi, pengalaman,
kepercayaan diri dan lingkungan sosial yang berbeda. Pemecahan masalah
yang dipilih, alasan dan faktor yang digunakan informan dalam memecahkan
masalahnya akan digali menggunakan metode wawancara.
4. Wanita sebagai orang tua tunggal adalah wanita yang mempunyai anak
dengan pernikahan sebelumnya, dan belum menikah kembali setelah
ditinggal oleh suaminya baik karena perceraian atau kematian sehingga
berperan sebagai ibu dan ayah di dalam keluargannya.
31
C. Informan Penelitian
Informan yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 4 orang yang
merupakan janda yang membesarkan anak seorang diri. Adapun karakteristik
pekerjaan informan penelitian meliputi : (a) Wiraswasta (b) Pegawai Negeri (c) Janda
pensiunan Polisi (d) Pegawai Swasta. Adapun kriteria usia anak informan penelitian
meliputi : (a) Anak balita (berusia 5 tahun), (b) Anak usia sekolah dasar (berusia 9
tahun), (c) Remaja (berusia 15 tahun), (d) Dewasa Awal (berusia 22 tahun).
Variasi informan yang akan dilihat peneliti dalam penelitian ini didasarkan
pada pekerjaan informan dan usia anak pada masing-masing informan penelitian, dan
peneliti menggunakan informan sebanyak 4 orang.
Tabel 1. Karakteristik informan penelitian
Karakteristik
Informan Umur Tingkat pendidikan
Kreteria anak
Pekerjaan Alamat Lama menjanda
Penyebab menjadi janda
M
47 Tahun
SMA Remaja 15 tahun
Janda pensiunan polisi
Manahan 13 Tahun Meninggal karena sakit
Y
54 Tahun
SMA Dewasa awal 22 tahun
Wiraswasta Jagalan 15 Tahun Meninggal karena sakit
T R S
45 Tahun
SMA Anak usia SD 9 tahun
Pegawai swasta
Sumber 2 Tahun Meninggal karena kecelakaan
E S 36 Tahun
S 1 Balita 5 Tahun
PNS Gawanan 5 Tahun Meninggal karena kecelakaan
Sumber data primer, 2008
32
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode :
1. Wawancara
Menurut Narbuko dan Achmadi (1997) wawancara adalah proses tanya jawab
dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan
keterangan. Sementara Nasution (1992) menyatakan bahwa wawancara dilakukan
untuk mengetahui apa yang terkandung dalam hati dan pikiran orang lain, bagaimana
pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui
observasi.
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yang menggunakan petunjuk umum wawancara yaitu jenis wawancara yang
mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok “yang
ditanyakan” dalam proses wawancara (Moleong, 2001).
Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri. Teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung, dimana
peneliti langsung berhadapan dan mewawancarai subjek penelitian. Agar data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang disampaikan oleh subjek, maka pembicaraan
selama wawancara sedapat mungkin direkam dengan tape recorder. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah guide interview yang akan disampaikan
kepada subjek yaitu sebagai berikut :
33
Tabel 2. Guide Interview pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua
tunggal
Aspek psikologis Indikator Perilaku Pertanyaan Aspek kognitif
1. Berfikir positif tentang masalah yang dihadapi
1 Apakah yang ibu pikirkan ketika ada suatu permasalah dalam keluarga ibu, dan bagaimana ibu menyikapi dan menyelesaikannya?
2. Berfikir positif tentang kecakapan diri untuk memecahkan masalah.
1. Bagaimana ketika ada masalah dalam keluarga, apakah ibu berusaha memecahkan masalah yang dihadapi seorang diri tanpa bantuan orang lain?
3. Berfikir sistematis 1. Bagaimana ketika ibu mandapatkan masalah didalam keluarga dan bagaimana menentukan tindakan yang ibu pilih? apakah ibu selalu memikirkan akibat yang akan terjadi selanjutnya?
4. fleksibilitas.
1. Bagaimanakah ibu menempatkan diri apabila masalah yang ibu hadapi keluarga harus melibatkan orang lain?
34
Aspek afektif Emosi 1. Bagaimana perasaan ibu pada anak-anak dan bagaimana penyesuaian diri ibu pada saat masa awal ditinggal oleh suami?
2. Bagaimana perasaan ibu ketika menghadapi masalah dalam diri keluarga ibu?
Aspek psikomotor
1. Motivasi
1. Bagaimana ketika ada masalah dalam keluarga ibu, apakah ibu ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan masalahnya?
2. Kepercayaan dan sikap yang tepat
1. Apakah ada keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalah ketika ada masalah dalam keluarga ibu dan apakah ibu selalu mau menerima bantuannya? Apabila mau menerima bantuannya bagaimana ibu mempercayai dan menyikapinya?
Sumber data primer, 2008
Sedangkan guide interview yang digunakan dalam wawancara dengan orang
terdekat informan mengacu pada guide interview sebagai berikut :
35
Tabel 3. Guide Interview pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua
tunggal untuk wawancara dengan Significant person.
Aspek Indikator perilaku Daftar Pertanyaan 1. Identitas fleksibilitas.
1. Apakah anda
mengenal ibu…? 2. Sejauh mana anda
mengenalnya? 2. Kehidupan rumah
tangganya Berfikir sistematis 1. Bagaimana kehidupan
rumah tangganya menurut sepengetahuan anda?
3. Permasalahan yang dihadapi
Kepercayaan dan sikap yang tepat
1. Apakah pernah ibu… menceritakan tentang masalah keluargannya?
2. Sejauh mana anda terlibat dalam kehidupan rumah tanggannya?
4. Pendapat significant person terhadap informan.
Emosi 1. Bagaimana tanggapan anda mengenai ibu…?
2. Bagaimana tentang sosialisasinya?
Sumber data primer, 2008
2. Observasi
Menurut Banister (Poerwandari, 1998) istilah observasi diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Lebih lanjut
dikatakan bahwa tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan
36
makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang
diamati tersebut.
Patton (Poerwandari, 1998) menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data
penting karena memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan daripada penelitian. Selain itu memungkinkan peneliti melihat hal-hal
yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari dan juga memungkinkan peneliti
memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh
subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
Observasi yang digunakan bersifat deskriptif, yaitu mencatat data konkret
berkaitan dengan fenomena yang diamati agar memungkinkan pembaca untuk dapat
memvisualisasikan setting yang diamati. Dengan uraian deskriptif, pengamat
meminimalkan biasnya, sehingga dengan sendirinya juga dapat mengembangkan
analisis yang lebih akurat saat menginterprestasi seluruh data yang ada (Poerwandari,
1998). Alat pengumpulan data yang digunakan adalah guide observasi yang akan
dijadikan pedoman dalam pengamatan terhadap subjek yaitu :
Tabel 4. Guide observasi
Aspek Hal-hal yang diobservasi 1) Fisik
a. Kondisi fisik. b. Pakaian yang dikenakan ketika
wawancara. c. Sikap subjek ketika wawancara.
2) Psikologis
a. Bahasa tubuh informan b. Ekspresi wajah c. Emosi informan ketika
37
wawancara d. Interaksi informan dengan orang-
orang disekitarnya 3) Lingkungan a. Lingkungan fisik dilakukannya
wawancara b. Suasana ruangan dilakukannya
wawancara. Sumber data primer, 2008
E. Keabsahan data / Trustworthiness
Menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Moleong
(2001) membagi 4 kriteria keabsahan data yaitu :
1) Keteralihan (transferability)
Keteralihan sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan
konteks pengirim dan penerima. Keteralihan dilakukan dengan cara uraian
rinci (thick description) dimana peneliti melaporkan uraian hasil penelitian
yang dilakukannya dengan teliti dan cermat sehingga mengambarkan kontek
tempat penelitian diselenggarakan.
2) Kebergantungan (dependability)
Penganti istilah reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif.
3) Kepastian (confirmability).
Objektifitas dalam penelitian kualitatif menghendaki penekanan bukan
pada orang, melainkan pada data. Kebergantungan dan kepastian dapat
38
dilakukan dengan penulusuran audit (audit trail), proses ini didasarkan pada
catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi.
4) Kepercayaan (credibility),
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi,
dimana peneliti akan membandingkan apa yang dikatakan orang terdekat
informan dengan apa yang dikatakan informan.
F. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan satu langkah yang sangat kritis dalam suatu
penelitian (Suryabrata, 1992). Lebih lanjut dikatakan bahwa analisis data adalah cara
peneliti dalam mengolah data yang terkumpul sehingga mendapatkan suatu
kesimpulan penelitian. Poerwandari (1998) mengemukakan bahwa data penelitian
kualitatif tidak berbentuk angka, tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita,
dokumen tertulis dan tidak tertulis ataupun bentuk-bentuk non angka lainnya.
Nasution (1992) menyatakan bahwa analisis data adalah proses menyusun
data, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk
memahami maknanya. Data-data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi.
Berdasarkan jenis data tersebut maka teknik analisis data yang digunakan
peneliti adalah content analysis (analisis isi atau kajian isi). Berelson (Bungin,2004)
mendefinisikan analisis isi sebagai metode untuk mempelajari dan menganalisis
komunikasi secara sistematik, obyektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak.
39
Sedangkan Holsti (Moelong,2001) menyatakan bahwa kajian isi adalah teknik yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan,
dan dilakukan secara obyektif dan sistematis.
40
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian merupakan tahap yang dilakukan sebelum
pelaksanaan penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Orientasi lapangan
Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu di kota Surakarta dan
Karanganyar. Informan yang digunakan sebagai sampel sebanyak 4 orang.
Informan yang ada di Surakarta sebanyak 3 orang yang menghidupi keluargannya
sebagai Wiraswasta (penjahit), Janda pensiunan POLRI, dan Pegawai Swasta
(buruh harian lepas), ketiganya berasal dari Kelurahan yang berbeda-beda.
Sedangkan 1 informan yang ada di Karanganyar Bekerja sebagai PNS (guru).
Keempat informan tersebut memiliki usia, tingkat pendidikan, latar belakang
ekonomi, dan jumlah serta umur anak yang berbeda-beda.
Penelitian pada informan pertama dilakukan di daerah aspol Manahan
pada tanggal 9 September 2008, Kemudian penelitian informan kedua dilakukan
di daerah Jagalan pada tanggal 9 September 2008, sedangkan penelitian informan
ketiga dilakukan Sumber pada tanggal 18 September 2008, dan penelitian
informan keempat dilakukan di daerah Gawanan Colomadu pada tanggal 24
September 2008.
41
2. Persiapan alat pengumpul data
Penulis mempersiapkan beberapa alat pengumpul data untuk mendapatkan
data yang diperlukan dalam penelitian ini, antara lain :
a. Pedoman wawancara,
Dalam penyusunan pedoman wawancara berdasarkan pada pertanyaan
penelitian. Pedoman tersebut mengalami pengembangan dan penyempitan,
artinya pedoman yang digunakan dapat diubah sesuai dengan situasi dan
kondisi penelitian sehingga diharapkan akan terkumpul data yang diantaranya
menjawab pertanyaan penelitian tersebut.
b. Pedoman observasi,
Penyusunan pedoman observasi dilakukan untuk lebih memfokuskan
hal-hal yang akan diobservasi serta memperkecil kemungkinan terlewatnya
hal-hal penting yang harus diobservasi.
B. Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2008, dengan subjek penelitian
sebanyak 4 orang wanita sebagai orang tua tunggal yang telah memiliki anak dari
pernikahan sebelumnya dan belum menikah lagi, yang terdiri dari 3 orang informan
yang bertempat tinggal di Surakarta dan 1 orang informan yang bertempat tinggal di
Karanganyar. Informasi tentang keberadaan subjek diketahui penulis melalui orang-
orang yang dekat dengan penulis dan juga dekat dengan informan penelitian.
42
Penulis melakukan wawancara dengan informan di rumahnya masing-masing.
Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan orang terdekat subjek untuk
menambah informasi. Selama wawancara subjek ada yang didampingi anaknya,
namun ada pula yang tidak didampingi. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa
tahap, antara lain peneliti berusaha mengetahui tentang masa lalu subjek, yaitu
dengan melakukan rapport untuk mendapatkan informasi tentang diri subjek dan
sekaligus melakukan observasi terhadap tingkah laku subjek dalam kehidupan
keluarga.
C. Analisis Data
1. Karakteristik informan penelitian
Karakteristik informan penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5. Karakteristik Informan Penelitian
Keterangan Informan I Informan II Informan III Informan IVNama Informan M Y T. R. S E. S Tingkat pendidikan
SMA SMA SMA S 1
Umur 47 Tahun 54 Tahun 45 Tahun 36 Tahun Kriteria anak Remaja 15
tahun Dewasa awal
22 tahun Usia SD 9
tahun Balita 5 tahun
Pekerjaan Janda pensiunan
Penjahit Buruh Guru
Alamat Manahan Jagalan Sumber Gawanan Lama menjanda 13 Tahun 15 Tahun 2 Tahun 5 Tahun Penyebab informan menjadi janda
Meninggal karena sakit
Meninggal karena sakit
Meninggal karena
kecelakaan
Meninggal karena
kecelakaan
Sumber data primer, 2008
2. Data hasil penelitian 2.1. Informan I (M / 47 Tahun / Janda pensiunan / Anak Remaja)
a. Hasil data wawancara dengan informan
ASPEK INDIKATORPERILAKU
PERTANYAAN HASIL WAWANCARA ANALISIS
Bagaimana informan menyikapi dan menyelesaikan masalahnya
“Penuh dengan kesabaran dan selalu berusaha” (W I / S I, 19-20)
Informan menghadapi masalah dengan sabar dan selalu berusaha
1. Berfikir positif tentang masalah yang dihadapi
Kesimpulan : Informan (M) menyikapi permasalahannya dengan penuh kesabaran dan selalu berusaha.
Apakah ibu mengatasinya seorang diri ataukah melibatkan orang lain
“Kalau masih dalam masalah pendidikan, insya allah saya masih bisa mengatasi sendiri, tapi kalau sudah melibatkan menuju kemasa depan saya kompromikan dengan keluarga” (W I/S I.51-55)
Informan bisa mengatasi masalahnya sendiri apabila menurut informan masih bisa diatasi sendiri
Aspek kognitif
2. Berfikir positif tentang kecakapan diri untuk memecahkan masalah.
Kesimpulan : Informan (M) mengajak keluarga terdekatnya untuk memikirkan langkah yang terbaik untuk dipilih
43
Apakah ibu selalu memikirkan akibat yang akan terjadi dari tindakan yang ibu pilih
“Insya allah, yang sudah saya pikirkan itu, saya lakukan sudah saya pikirkan jernih, dengan bening insya allah tidak” (W I/S I.88-90) “Tidak, saya pasrah” (W I/ S I.94)
Informan tidak terlebih dahulu memikirkan tindakan yang diambilnya.
3. Berfikir sistematis.
Kesimpulan : Karena Informan (M) sudah pasrah maka informan tidak terlebih dahulu memikirkan tindakan yang diambilnya. Bagaimana ketika masalah tersebut harus melibatkan orang lain
“kalau dalam masalah keluarga ya tidak masalah, tapi kalau masalah yang perlu dikomunikasikan sama keluarga ya saya konsultasikan, kalau nggak perlu ya nggak, nggak saya konsultasikan sama keluarga” (W I/S I.100-106)
Informan mau menerima dan melibatkan orang lain didalam masalahnya
4. fleksibilitas.
Kesimpulan : Informan (M) mau meneriman dan melibatkan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya.
44
Bagaimana cara ibu menyesuaikan diri pada masa awal ditinggal oleh bapak
“menyesuaikan terhadap anak-anak itu karena yang biasannya dilakukan oleh suami otomatis saya lakukan, ee terus ya.. kita harus bersikap sabar” (W I/S I. 139-143
Informan pertama kali bersikap sabar dan menyesuaikan dirinya terhadap anak-anaknya terlebih dahulu.
Kesimpulan : Informan (M) memegang kendali penuh dalam keluarga setelah kematian suaminya. Bagaimana perasaan ibu kalau menghadapi masalah
“cuma apa sok kadang-kadang kesulitan yang tidak bisa teratasi untuk dirinya, hanya menyerahkan sama allah” (W I/S I. 161-164)
Perasaan informan hanya pasrah ketika menghadapi masalah
Aspek Afektif
Emosi
Kesimpulan : Ketika menghadapi masalah yang tidak bisa teratasi oleh informan (M), informan pasrah.
45
Bagaimana perasaan dan harapan ibu pada anak-anak
“untuk anak-anak saya lebih baik daripada dari saya, dan untuk anak-anak saya semoga anak-anak saya menjadi anak yang betul-betul soleh dan solehah, bakti pada kepada orang tuannya, dunia sampai akherat itu yang saya harapkan” (W I/S I. 264-270)
Informan berharap kehidupan anaknya kelak kebih baik daripada kehidupannya sekarang.
Kesimpulan : Informan (M) berharap anaknya lebih baik dari dirinya dan menjadi yang terbaik. Bagaimana informan ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh keluarganya
“Saya kalau ada masalah, saya ingin karena saya anu tipe orangnya tuh tidak ingin menyimpan sesuatu hal yang dibohongi ataupun suatu persoalan yang tidak harus diselesaikan, segera diselesaikan, otomatis segera selesai besuk sudah ganti persoalan lagi” ( W I/ S I, 172-178)
Informan ingin langsung segera menyelesaikan masalahnya
Aspek psikomotor
1. Motivasi
Kesimpulan : Informan (M) selalu ingin langsung menyelesaikan masalah yang dihadapinya
46
Apakah ada anggota keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalah ibu ketika ada masalah dalam keluarga
“terutama dari fihak keluarga saya”
( W I/ S I, 186) “termasuk ibu saya” (W I/ S I, 198)
Ada keluarga informan yang lain yang membantu memecahkan masalah keluarganya
Kesimpulan : Informan (M) tidak memecahkan masalahnya seorang diri Apakah ibu selalu menerima bantuan yang diberikan dari keluarga
“Karena itu rejeki, mungkin rejeki anak saya tapi lewat mereka” (W I/ S I, 231-232) “karena semua itu yang memberikan dan yang menglantari tuh semua Allah” (W I/ S I, 244-247) “Saya yakin, semua datangnya dari Allah, cuma mer, anu hambannya tuh sebagai lantaran” (W I/ S I, 252-254)
Informan mau untuk menerima bantuan yang diberikan kepadannya
2. epercayaan dan sikap yang tepat
Kesimpulan ; Informan (M) menerima pemberian bantuan dari keluarga lain.
47
48
b. Hasil data observasi informan I
1) Observasi fisik
Informan adalah seorang janda pensiunan TNI/POLRI yang beraktifitas
sebagai ibu rumah tangga yang berusia 47 tahun. Subjek memiliki tinggi badan
kurang lebih 160 cm, berat badan kurang lebih 50 kg, kulit sawo matang. Bentuk
mata bulat, muka oval, hidung mancung, bibir tipis. Pada saat wawancara
berlangsung informan mengenakan kerudung warna hitam, pakaian berwarna
hitam bermotif batik dan celana kain panjang warna hitam.
Pada saat wawancara berlangsung informan duduk di sebelah kiri peneliti.
Tangan kirinya diletakkan di sandaran tangan kursi, dan punggungnya disandarkan
pada sandaran kursi. Setelah wawancara berlangsung kurang lebih 10 menit ada
orang yang beramu kerumah informan, informan mempersilahkan tamunya untuk
masuk. Kemudian informan kembali menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti. Selama informan mendengar pertanyaan dari peneliti pandangan mata
informan menatap kearah peneliti yang ada di sebelah kanannya, tetapi ketika
menjawab pertanyaan pandangan mata informan memandang keatas dan kearah
jalan.
2) Observasi psikologis
Pada awal wawancara berlangsung subjek tersenyum kepada peneliti, tetapi
setelah berjalan 5 menit pandangan mata informan mulai melihat keatas dan
49
kearah jalan ketika menceritakan saat-saat dirinya mengalami kesulitan dan
kerepotan. Informan terlihat tertekan ketika wawancara berlangsung ini terlihat
ketika informan menitikkan air mata saat menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti. Ketika wawancara selesai, informan meminta izin kepada peneliti
untuk menemui tamu yang menunggunya. Dan setelah menemui tamunya
informan duduk kembali di tempatnya semula. Tiga puluh menit kemudian peneliti
meminta izin untuk pulang karena akan melanjutkan penelitian kepada informan
kedua.
3) Observasi lingkungan
Wawancara dilakukan di ruang tamu yang berukuran 3 meter x 7 meter.
Ruangan itu berdinding tembok berwarna kuning gading, terdapat satu set kursi
tamu yang terbuat dari kayu yang di polithuor warna gelap dan busa berwarna
merah. Di ruangan ini juga terdapat meja yang terbuat dari kaca untuk menata
barang-barang dagangan informan yang berupa barang-barang kelontong. Selain
itu di dalam ruangan ini terdapat meja yang tingginya kurang lebih 50 cm yang
difungsikan untuk meletakkan vas bunga. Di dinding ruangan ini juga terpajang
sebuah jam dinding, foto suami informan ketika memakai seragam dinas dan foto
anaknya ketika masih balita.
Saat wawancara berlangsung suasana rumah tenang dan sepi karena hanya ada
informan dan peneliti saja. Karena anak tertua informan sedang berada di
50
Wonogiri untuk berdinas dan anak kedua informan sedang berada di sekolah.
Dengan suasana yang sepi perhatian informan hanya tertuju kepada peneliti, tetapi
konsentrasi informan terpecah ketika ada tamu yang berkunjung kerumahnya.
2. Data hasil penelitian
2.2. Informan II (Y / 54 Tahun / Wiraswasta / Dewasa awal)
a. Hasil data wawancara dengan informan
ASPEK INDIKATORPERILAKU
PERTANYAAN HASILWAWANCARA
ANALISIS
Bagaimana informan menyikapi dan menyelesaikan masalahnya
“pikir sendiri, jalani apa adannya, ndak usah mikir yang lain-lain lah pokoknya, kita bisa menyukupi kebutuhan untuk anak-anak, bisa bekerja” (W I/ S II, 57-61) “ndak terlalu memikirkan banget-banget lah, kalau dipikirkan banget-banget kan kita bisa sakit lah, sakit, pusing” (W I/ S II, 75-78)
Informan menyikapi dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Aspek kognitif
1. Berfikir positif tentang masalah yang dihadapi
Kesimpulan : Informan (Y) mengatasi masalah dan berfikir yang penting bisa mencukupi kebutuhan keluargannya
51
Apakah ibu mengatasinya seorang diri ataukah melibatkan orang lain
“Ya nek terlalu berat, saya ya melibatkan pada orang lain, bertanya-tanya bagaimana ni jalannya keluar kalau saya menerima kesulitan” (W I/ S II, 116-119)
Ketika informan menghadapi permasalahan yang dianggapnya berat informan baru meminta tolong pada orang lain
2. Berfikir positif tentang kecakapan diri untuk memecahkan masalah.
Kesimpulan : Informan (Y) melibatkan orang lain ketika menghadapi masalah yang dianggap berat
Apakah ibu selalu memikirkan akibat yang akan terjadi dari tindakan yang ibu pilih
“saya kan sudah terpikir sebelumnya saya harus bertindak” (W I/ S II, 175-176) “Akibatnya sudah saya pikirkan” (W I/ S II, 193)
Informan memikirkan akibat dari tindakan yang dipilihnya
Kesimpulan : Informan (Y) selalu memikirkan dari tindakan yang dipilihnya
3. Berfikir sistematis.
4. fleksibilitas.
Bagaimana ketika masalah tersebut harus melibatkan orang lain
“Istilahe saya tidak isa menyelesaikan ya saya lari kemanakah yang saya tuju, tapi harus tepat kalau nggak tepat saya akan sakit hati” (W I/ S II, 205-209)
Ketika masalah yang dihadapi informan harus menlibatkan orang lain, informan memilih orang yang tepat untuk membantunya
52
Kesimpulan : Ketika meminta bantuan orang lain informan (Y) memilih orang yang tepat untuk diminta membantunya
Bagaimana cara ibu menyesuaikan diri pada masa awal ditinggal oleh bapak
“Kita harus sabar, harus banyak berdoa terutama” (W I/ S II, 291-292) “Sabar dalam menghadapi segalannya”(W I/ S II, 294) “sok kita kan terkejut lah sekarang sendiri harus begini-begini’ (W I/ S II, 295-296)
Sabar dan berdoa adalah cara informan dalam menyesuaikan diri.
Kesimpulan : Sabar dan banyak berdoa adalah cara informan (Y) untuk menyesuaikan diri pada awal ditinggal suami
Bagaimana perasaan ibu kalau menghadapi masalah
“Sedih lah anu ndak ada yang membantu” (W I/ S II, 329-330) “Sedih ya mesti harus hilang, anak-anak tuh sok-sok sing hibur, sedih” (W I/ S II, 341-342)
Perasaan informan sedih ketika menghadapiu masalah.
Aspek Afektif Emosi
Kesimpulan : Perasaan informan (Y) sedih ketika menghadapi masalah karena tidak ada yang membantu.
53
Bagaimana perasaan dan harapan ibu pada anak-anak
“ anak-anak menjadi baik, tidak nakal, jalan lurus, tidak macem-macem, itu Alhamdulillah anak-anak bisa baik semuanya, ya lah tidak pernah mengecewakan saya” (W I/ S II, 525-529)
Informan berharap anaknya menjadi baik dan tidak mengecewakannya.
Kesimpulan : Informan (Y) berharap anaknya tidak mengecewakannya.
Bagaimana informan ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh keluarganya
“pasti” (W I/ S II, 348) ‘Pasti, harus cepat selesai karena nek nggak selesai ya di dalam pikiran terus” (W I/ S II, 350-351)
Informan ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan masalahnya.
Kesimpulan : Informan (Y) Apabila menghadapi masalah ingin langsung segera untuk menyelesaikan masalahnya.
1. Motivasi
Aspek psikomotor
2. Kepercayaan dan sikap yang tepat
Apakah ada anggota keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalah ibu ketika ada masalah dalam keluarga
“Saudara-saudara dari ipar-ipar saya” (W I/ S II, 134) “Saudarane bapake” (W I/ S II, 136) “paling ya keluarga” (W I/ S II, 413)
Ada anggota keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalahnya.
54
Kesimpulan : Ada anggota keluarga lain yang membantu informan (Y) untuk menyelesaikan masalahnya Apakah ibu selalu menerima bantuan yang diberikan dari keluarga
“kalo kepepetnya ya mau no” (W I/ S II, 444) “bantuan saudara tuh sudah iklas” (W I/ S II, 505) “Menerima, ya terima kasih sekali pada yang kuasa” (W I/ S II, 516-517)
Informan mau menerima bantan yang diberikan kepadannya
Kesimpulan : Informan (Y) mau menerima bantuan yang diberikan kepadannya
55
56
b. Hasil data observasi informan II
1) Observasi fisik
Informan adalah seorang ibu rumah tangga yang beraktifitas sebagai penjahit yang berusia
54 tahun. Subjek memiliki tinggi badan kurang lebih 155 cm, berat badan kurang lebih 50 kg,
berambut hitam panjang berombak, kulit sawo matang. Bentuk mata bulat, muka bundar,
hidung pesek, bibir tebal. Pada saat wawancara berlangsung informan mengenakan daster
tanpa lengan, berwarna hijau bermotif bunga-bunga.
Pada saat wawancara akan berlangsung informan duduk di hadapan peneliti. Kedua
tangannya diletakkan di sandaran tangan kursi, dan punggungnya disandarkan pada sandaran
kursi. Kemudian informan meminta izin kepada peneliti untuk mengambil bangku dan
kembali duduk ditempat semula tetapi posisi duduknya berbeda kedua kakinya informan
diluruskan serta diletakkan di bangku yang ada didepannya. Ketika wawancara berlangsung
sekitar 10 menit ada orang yang lewat didepan rumah informan kemudian menyapa informan
dan informan menjawab sapaannya dan kemudian kembali menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh peneliti.
2) Observasi psikologis
Pada saat wawancara berlangsung subjek tersenyum kepada peneliti dan banyak canda
dan tertawa. Subjek terlihat tenang ketika diwawancara, hal ini terlihat dari jawaban yang
diberikan kepada peneliti yang disertai canda tawa. tetapi ketika informan menceritakan kisah
kehidupannya pandangan mata informan mulai tidak terfokus melihat kearah peneliti,
pandangan matanya mulai melihat ke langit-langit rumah, jendela dan pintu depan rumahnya
yang terbuka. Ketika wawancara selesai, informan menawarkan kepada peneliti untuk
57
beristirahat dan melihat televisi terlebih dahulu di ruang keluarga. Lima belas menit kemudian
peneliti dan anak bungsu informan meminta izin untuk pamit karena anaknya akan masuk
kerja dan peneliti mengantarkan anaknya ketempat kerjanya.
3) Observasi lingkungan
Wawancara dilakukan di ruang tamu yang berukuran 3 meter x 3 meter. Ruangan itu
berdinding tembok berwarna putih, terdapat satu kursi panjang yang terbuat dari kayu yang di
cat warna hitam dan busa berwarna hijau. Di ruangan ini juga terdapat mesin jahit dan kursi
yang terbuat dari plastik yang digunakan informan untuk menjahit. Di sudut ruangan ruang
tamu terdapat sebuah almari yang berwarna coklat tua. Selain itu di dalam ruangan ini juga
terdapat dua sepeda motor yang biasa digunakan oleh adik informan, sepeda motor yang biasa
digunakan informan dan anaknya serta sebuah sepeda angin. Di dinding ruangan ini juga
terpajang sebuah lukisan yang bergambar pemandangan.
Saat wawancara berlangsung suasana rumah ramai karena informan tinggal bersama-sama
dengan anggota keluarga yang lain, dan ada anggota keluarga yang lain yang menonton
televisi, namun suara yang ditimbulkan oleh televisi tersebut tidak menggangu jalannya
wawancara. Walaupun suasana di dalam rumah ramai tetapi kondisi ruang tamu tempat
dilakukannya wawancara cukup tenang.
2. Data hasil penelitian
2.3. Informan III (T R S / 45 Tahun / Buruh / Usia sekolah dasar)
a. Hasil data wawancara dengan informan
ASPEK INDIKATORPERILAKU
PERTANYAAN HASILWAWANCARA
ANALISIS
Bagaimana informan menyikapi dan menyelesaikan masalahnya
“kita harus berusaha” (W I/ S III, 36-36)
Informan berusaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
1. Berfikir positif tentang masalah yang dihadapi
Kesimpulan : Informan (T R S) berusaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
Aspek kognitif
2. Berfikir positif tentang kecakapan diri untuk memecahkan masalah.
Apakah ibu mengatasinya seorang diri ataukah melibatkan orang lain
“kalau kita sih masih bisa untuk menyelesaikan permasalahan kita, ya kita selesaikan, tapi kalau toh kita ndak bisa kita sendiri, ya kita melibatkan orang lain” (W I/ S III, 59-63) “tapi kalau tidak bisa ya kita minta tolong bantuan orang lain” (W I/ S III, 68-69) “kita harus berusaha untuk menyelesaikan
Informan terlebih dahulu berusaha menyelesaikan permasalahannya sendiri.
58
sendiri” (W I/ S III, 75-75) “Tanpa bantuan orang lain, kalau masalah dalam keluarga” (W I/ S III, 78-79)
Kesimpulan : Informan (T R S) terlebih dahulu berusaha memecahkan masalahnya sendirian Apakah ibu selalu memikirkan akibat yang akan terjadi dari tindakan yang ibu pilih
“setiap kita melangkah itu ya kita ini kita pikirkan untuk jauh kedepan dan akibatnya” (W I/ S III, 107-109) “kita melangkah itu kita pikirkan lebih dahulu” (W I/ S III, 112-113)
Informan terlebih dahulu memikirkan akibat dari tindakan yang dipilihnya
3. Berfikir sistematis.
Kesimpulan : Informan (T R S) selalu memikirkan terlebih dahulu langkah yang diambilnya
2. fleksibilitas.
Bagaimana ketika masalah tersebut harus melibatkan orang lain
“sikap kita kalau ada permasalahan seperti itu ya kita minta tolong sama orang lain” (W I/ S III, 126-128) “kadang-kadang kan harus membutuhkan orang lain.” (W I/ S III, 158-159) “Ya jadi kita kan minta tolong untuk orang lain” (W I/ S III, 161-162)
Informan mau melibatkan oranglain dalam masalahnya karema informan berpendapat dirinya juga membutuhkan orang lain.
59
Kesimpulan : Informan (T R S) Mau untuk melibatkan orang lain dalam membantu menyelesaikan masalahnya. Bagaimana cara ibu menyesuaikan diri pada masa awal ditinggal oleh bapak
“pertama itu kan kita ya juga bingung ditinggal seperti itu, kita mengalami kesedihan dan katakanlah pada saat itu tertekan” (W I/ S III, 202-205) “Karena begitu langsung ditinggal ya kita merasa kehilangan” (W I/ S III, 207-208)
Karena suami informan meninggal mendadak informan merasa bingung dan sedih ketika menyesuaikan dirinya.
Kesimpulan : Informan (T R S) merasa bingung di dalam menyesuaikan dirinya pada awal ditinggal suaminya
Aspek Afektif Emosi
Bagaimana perasaan ibu kalau menghadapi masalah
“tergantung permasalahannya” (W I/ S III, 223-224) “kalau memang di saat-saat permasalahannya itu menunjukkan ini menunjukkan kesedihan, ya kita sedih tapi kalau permasalahan itu menunjukkan harus kita bertindak, memang kita harus bertindak”
Perasaan informan ketika menghadapi masalah adalah tergantung dari masalah yang dihadapinya.
60
(W I/ S III, 228-233)
Kesimpulan : Perasaan informan ketika menghadapi masalah tergantung dari masalah yang dihadapinnya. Bagaimana perasaan dan harapan ibu pada anak-anak
“untuk anak-anak untuk ee.. maju, untuk berprestasi, lha itu lho masa depannya cerah” (W I/ S III, 436-438)
Harapan informan adalah supaya anaknya maju dan berprestasi
Kesimpulan : Informan (T R S) berharap agar anaknya maju dan berprestasi
Bagaimana informan ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh keluarganya
“ada masalah ya kita semampu kita, ya ini kan menyelesaikan masalah” (W I/ S III, 281-283) “Semampu kita harus menyelesaikan secepatnya, karena nanti kalau terlalu lama masalah tuh berlarut-larut kan ya jadi beban” (W I/ S III, 285-288)
Informan ingin langsung menyelesaikan masalahnya karena takut menjadi beban.
1. Motivasi
Kesimpulan : Informan (T R S) berusaha semampunya untuk segera menyelesaikan masalahnya
Aspek psikomotor
2. Kepercayaan dan sikap yang tepat
Apakah ada anggota keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalah ibu ketika ada masalah
“ada” (W I/ S III, 316) “dari fihak keluarga” (W I/ S III, 318) “pihak keluarga saya
61
dalam keluarga sendiri, dari pihak dari suami sendiri, mereka mau untuk ini campur tangan” (W I/ S III, 322-324)
Kesimpulan : Ada anggota keluarga informan (T R S) yang lain yang ikut membantu menyelesaikan masalah Apakah ibu selalu menerima bantuan yang diberikan dari keluarga
“belum tentu, semua dikasih pandangan itu, belum tentu kita terima” (W I/ S III, 375-377) “belum tentu kita menelannya semua, karena apa. Dalam hati kita kan ada prinsip-prinsip tertentu” (W I/ S III, 384-387) “belum tentu semua kita praktekan” (W I/ S III, 418-419) “Apa yang cocok sama kita, sesuai dengan kita” (W I/ S III, 425-426)
Informan tidak menerima semua bantuan yang diberikan kepadannya.
Kesimpulan : Informan (T R S) tidak selalu menerima bantuan yang diberikan kepadannya
62
63
b. Hasil data observasi informan III
1) Observasi fisik
Informan adalah seorang janda yang berkerja sebagai buruh harian lepas disalah satu
perusahaan yang berusia 45 tahun. Subjek memiliki tinggi badan kurang lebih 160 cm, berat
badan kurang lebih 50 kg, berambut hitam sebahu berombak, rambut panjang, kulit sawo
matang. Bentuk mata bulat, muka bundar, hidung pesek, bibir tebal. Pada saat wawancara
berlangsung informan mengenakan daster lengan pendek, berwarna ungu muda bermotif
bunga-bunga.
Ketika informan membukakan pintu rumah dan bertemu dengan peneliti informan
tersenyum dan mempersilahkan masuk peneliti dan teman peneliti. Pada saat wawancara akan
berlangsung informan duduk di sebelah kanan peneliti. Kedua tangannya diletakkan di atas
pahanya, dan punggungnya disandarkan pada sandaran kursi. Posisi duduk informan agak
condong kebelakang merebahkan punggungnya.
2) Observasi psikologis
Pada saat wawancara akan berlangsung teman peneliti meminta izin untuk keluar ruangan
kemudian informan tersenyum kepada teman peneliti dan peneliti, namun sesekali informan
menguap karena mengantuk. Subjek terlihat tenang ketika diwawancara, hal ini terlihat dari
jawaban yang diberikan kepada peneliti dengan suara yang lantang dan jelas dengan logat
khas batak. Ketika informan menceritakan kisah kehidupannya pandangan mata informan
tetap fokus tertuju kearah peneliti, pandangan matanya terus melihat kearah peneliti. Ketika
wawancara selesai, informan menawarkan kepada peneliti untuk minum kopi terlebih dahulu.
64
Dua puluh menit kemudian peneliti dan teman peneliti yang mengantar meminta izin untuk
pamit karena sudah malam dan takut kalau tidak bisa bangun untuk makan sahur.
3) Observasi lingkungan
Wawancara dilakukan di ruang tamu yang berukuran 3 meter x 3 meter. Ruangan itu
berdinding tembok berwarna putih, terdapat satu set kursi tamu model sudut yang terbuat dari
busa yang tertutup dengan cover plastik yang berwarna merah dan mulai mengelupas covernya
sehingga terlihat busa yang ada di dalamnya. Di ruangan ini juga terdapat televisi dan radio
yang diletakkan di dalam almari di sebelah kanan kursi tamu yang biasa digunakan informan
untuk bersantai dan di atas almari tersebut terdapat loud speaker dan tumpukan kertas-kertas
yang tersusun berantakan. Di dinding ruangan ini juga terpajang sebuah gambar yang
bergambar tuhan yesus dan sebuah jam dinding berbentuk kotak.
Saat wawancara berlangsung suasana ruangan tempat wawancara tenang dan sepi karena
hanya ada informan dan peneliti saja. Karena anak-anak informan sudah tidur dan teman
peneliti yang mengantar peneliti berbincang-bincang dengan teman informan di halaman
depan rumah informan. Dengan suasana yang sepi perhatian informan hanya tertuju kepada
peneliti, tetapi konsentrasi informan terkadang terpecah ketika ada sms yang masuk ke
ponselnya.
2. Data hasil penelitian
2.4. Informan IV (E S / 36 Tahun / Guru / Balita)
a. Hasil data wawancara dengan informan
ASPEK INDIKATORPERILAKU
PERTANYAAN HASILWAWANCARA
ANALISIS
Bagaimana informan menyikapi dan menyelesaikan masalahnya
“biarlah anggapan orang” (W I/ S IV, 84) “yang penting saya menjaga perilaku saya” (W I/ S IV, 90-91) “saya sikapi ya biasa saja” (W I/ S IV, 114-115) “Saya harus mensikapi dengan ikhlas dan juga berusaha untuk tetap berbuat baik pada orang lain, tetap menjaga perilaku, meningkatkan iman, ya itu ya kita kembalikan pada Allah, semua perilaku tuh yang mengetahui kan Allah” (W I/ S IV, 127-133)
Informan mensikapi masalahnya dengan biasa saja karena semuanya sudah dikembalikan pada Allah.
Aspek kognitif
1. Berfikir positif tentang masalah yang dihadapi
Kesimpulan : Ketika ada masalah informan (E S) mensikapinya dengan biasa saja.
65
Apakah ibu mengatasinya seorang diri ataukah melibatkan orang lain
“Diselesaikan sendiri” (W I/ S IV, 224) “kalau masalah itu masih bisa saya atasi dengan berbagai pertimbangan ya, dipikirkan, pertimbangan, kemudian juga minta petunjuk dari Allah gitu ya, tuh kalau masih bisa saya atasi sendiri, saya atasi sendiri, tapi kalau tidak bisa, lha itu juga saya perlu saran, pertimbangan dari orang tua, dari saudara” (W I/ S IV, 238-246) “Jarang” (W I/ S IV, 250) “saya sendiri tuh tidak seneng merepotkan orang lain” (W I/ S IV, 254-255)
Informan menyelesaikan sendiri masalahnya apabila dianggap masih bisa diatasi sendiri
2. Berfikir positif tentang kecakapan diri untuk memecahkan masalah.
Kesimpulan : Informan (E S ) mengatasi sendiri masalah yang menurutnya masih bisa diatasi.
66
Apakah ibu selalu memikirkan akibat yang akan terjadi dari tindakan yang ibu pilih
“tindakan yang dipilih tuh yang paling baik, ya yang terbaik untuk anak” (W I/ S IV, 304-306) Yang baik untuk anak itu yang bagaimana dengan kondisi saya (W I/ S IV, 310-311) “kalau ee.. mengambil suatu keputusan itu kan pertimbangkan dulu” (W I/ S IV, 337-339) “kalau begini nanti akhirnya bagaimana, terus dampaknya apa itu perlu dipertimbangkan banyak-banyak juga” (W I/ S IV, 341-344)
Informan terlebih dahulu memikirkan akibat dari tindakan yang dipilihnya
2. Berfikir sistematis.
Kesimpulan : Informan (E S) memikirkan terlebih dahulu akibat dari tindakan yang dipilihnya.
3. fleksibilitas. .
Bagaimana ketika masalah tersebut harus melibatkan orang lain
“minta bantuan ya, minta saran, ee.. jadi untuk pemecahan masalah itu, bagaimana ya nanti minta saran atau pertimbangan itu, terutama dari keluarga dulu” (W I/ S IV, 360-364)
Informan mau melibatkan keluarga lain ketika memecahkan masalah
67
“bagaimana saran mereka, nanti kan di sinkronkan dengan saya sendiri ya, dengan pemecahan masalah saya sendiri, oo.. itu yang terbaik oo.. begitu, ya nanti diambil keputusan itu” (W I/ S IV, 369-373)
.
Kesimpulan : Informan (E S) mau untuk melibatkan keluarga lain dalam membantu menyelesaikan masalahnya. Bagaimana cara ibu menyesuaikan diri pada masa awal ditinggal oleh bapak
“Agak susah juga, tapi semuannya itu saya kembalikan, yang penting itu ikhlas” (W I/ S IV, 497-499)
Informan agak susah ketika menyesuaikan dirinya pada awal ditinggal suaminya
Kesimpulan : Informan (E S ) mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri pada awal ditinggal oleh suaminya.
Aspek Afektif Emosi
Bagaimana perasaan ibu kalau menghadapi masalah
“kalau ada masalah keluarga, ini kalau saya masalah keluarga ini ya sedih juga ya, terutama masalah ini, anak ya, mengenai bukan masalah mendidik, pendidikan ya, bukan masalah ekonomi, masalah anak itu, karena anak saya masih balita
Perasaan informan merasa sedih karena tidak bisa memenuhi kasih saying kepada anaknya.
68
itu kan memang, perlu masih dalam perkembangan itu kan memang masih banyak kasih sayang” (W I/ S IV, 537-546)
Kesimpulan : Informan (E S) merasa sedih karena tidak bisa memberikan kasih sayang yang penuh kepada anaknya Bagaimana perasaan dan harapan ibu pada anak-anak
“Sehingga mereka kelak akan menjadi anak yang berguna ya, berguna bukan hanya untuk dunia saja, tapi juga untuk kebaikan mereka di akherat” (W I/ S IV, 914-917)
Informan berharap agar anaknya dapat menjadi anak yang berguna baik didunia maupun diakherat
Kesimpulan : Informan (E S) berharap agar anaknya berguna di dunia dan di akherat
69
Bagaimana informan ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh keluarganya
“secepatnya tuh bisa diselesaikan ya, nanti kalau tidak diselesaikan kan bisa menumpuk-numpuk menjadi beban juga malahan” (W I/ S IV, 626-629) “kalau ada masalah yang datang harus sebisa mungkin itu cepat diselesaikan dengan ya dengan entah itu, bisa kalau bisa diselesaikan sendiri ya dengan sendiri, kalau tidak ya dengan perlu bantuan orang lain” (W I/ S IV, 634-640) “sebisa mungkin ya, harus secepat, seketika itu juga harus diselesaikan gitu, kalau ada masalah datang tidak di apa ya? Ditunda-tunda gitu” (W I/ S IV, 650-653) “kalau semakin banyak, semakin bertumpuk” (W I/ S IV, 661-662)
Informan berusaha langsung sesegera mungkin menyelesaikan masalahnya
Aspek psikomotor 1. Motivasi
Kesimpulan : Informan (E S) ingin langsung segera menyelesaikan masalahnya
70
Apakah ada anggota keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalah ibu ketika ada masalah dalam keluarga
“Keluarga dekat” (W I/ S IV, 674) “keluarga saya sendiri” (W I/ S IV, 679) “dari keluarga mertua” (W I/ S IV, 681) “keluarga dari om saya, sepupu saya” (W I/ S IV, 682-683)
Ada anggota keluarga informan yang lain yang membantu menyelesaikan masalahnya.
Kesimpulan : Anggota keluarga informan (E S) ada yang membantu memecahkan masalahnya.
2. Kepercayaan dan sikap yang tepat
Apakah ibu selalu menerima bantuan yang diberikan dari keluarga
“Untuk materi ya memang saya terima” (W I/ S IV, 789) “kalau yang bukan materi, ya masalah saran-saran atau pemecahan masalah, kalau misalnya saya minta saran, seperti itu karena saya tidak bisa memecahkan sendiri ya ini, ini saya pertimbangkan lagi” (W I/ S IV, 800-805) “saya bersyukur, bersyukur ada yang membantu, jadi meringankan beban ekonomi saya” (W I/ S IV, 866-868)
Informan mau untuk menerima bantuan materi dari keluarga
71
Kesimpulan : Informan (E S) mau untuk menerima bantuan materi dari keluarganya .
72
73
b. Hasil data observasi informan IV
1) Observasi fisik
Informan adalah seorang janda yang berkerja sebagai guru disalah satu SMA negeri di
kota Surakarta yang berusia 36 tahun. Subjek memiliki tinggi badan kurang lebih 155 cm,
berat badan kurang lebih 45 kg, kulit putih. Bentuk mata bulat, muka oval, hidung mancung,
bibir tipis. Pada saat wawancara berlangsung informan memakai lipstick tipis warna merah
mengenakan kerudung warna putih, memakai baju berwarna hitam bermotif bunga-bunga dan
memakai rok panjang berwarna abu-abu.
Ketika bertemu dengan peneliti informan tersenyum dan mempersilahkan masuk peneliti.
Pada saat wawancara akan berlangsung informan duduk di sebelah kanan peneliti. Kedua
tangannya diletakkan di sebalah pahanya, dan punggungnya disandarkan pada sandaran kursi.
Posisi duduk informan tegak dan pandangan mata menghadap peneliti dan kepala informan
menoleh ke kiri kea rah peneliti.
2) Observasi psikologis
Pada wawancara berlangsung anak informan menemani jalanya wawancara tetapi
kemudian informan meminta izin untuk membawa anaknya dan keluar ruangan kemudian
informan tersenyum kepada peneliti. Subjek terlihat bersemangat ketika diwawancara, hal ini
terlihat dari jawaban yang diberikan kepada peneliti dengan suara yang cepat dan terburu-
buru. Ketika informan menceritakan kisah kehidupannya informan menggunakan intonasi
suara yang keras. Ketika wawancara selesai, informan menayakan kepada peneliti apakah
berpuasa. Lima menit kemudian peneliti meminta izin untuk mefotokopi KTP informan dan
74
setelah selesai mefotokopi sepuluh menit kemudian peneliti meminta izin untuk pamit pulang
karena sudah siang.
3) Observasi lingkungan
Wawancara dilakukan di ruang tamu yang berukuran 5 meter x 7 meter. Ruangan itu
berdinding tembok berwarna putih, terdapat satu set kursi tamu model sudut yang tertata
memanjang yang terbuat dari busa yang tertutup dengan cover plastik yang berwarna biru. Di
ruangan ini juga terdapat almari di pojok ruang tamu yang digunakan sebagai penyimpan
benda pecah belah yang dimiliki keluarga informan. Di dinding ruangan ini juga terpajang dua
buah papan tulis berwarna hitam yang dicorat-coret dengan menggunakan kapur dan sebuah
jam dinding yang berbentuk kotak yang sudah Kehabisan baterai dan tidak berfungsi lagi yang
digantung di atas pintu.
Saat wawancara berlangsung suasana rumah ramai karena rumahnya terletak hanya 100
meter dari Jalan akses menuju ke bandara, karena informan tinggal bersama-sama dengan
anggota keluarga yang lain, dan ada anak-anaknya yang sedang bermain, namun suara yang
ditimbulkan tersebut tidak menggangu jalannya wawancara. Walaupun suasana di dalam
rumah ramai tetapi kondisi ruang tamu tempat dilakukannya wawancara cukup tenang karena
luasnya rumah yang ditempati informan.
75
3. Tabulasi data hasil wawancara
Tabel 6. Tabulasi Hasil Wawancara Pemecahan Masalah Pada Wanita Sebagai
Orang Tua Tunggal.
No. Uraian Informan I
Informan II
Informan III
Informan IV
1. Sikap dalam menyelesaikan masalah a. Sabar b. Berusaha c. Menjalani apa adanya. d. Biasa saja
+ + - -
- - + -
- + - -
- - - +
2. Cara mengatasi masalah a. Kompromi dengan keluarga b. Melibatkan orang lain ketika tidak mampu c. Meminta petunjuk Allah
+ - -
- + -
- + -
- - +
3. Memikirkan akibat dari cara mengatasi masalah a. Tidak memikirkan b. Pasrah pada Allah c. Memikirkan akibat selanjutnya d. Dipertimbangkan
+ + - -
- - + -
- - + -
- - - +
4. Peran orang lain dalam mengatasi masalah a. Sebagai pertimbangan b. Menentukan orang yang tepat c. Membantu menmecahkan masalah
+ - -
- + -
- - +
+ - -
5. Penyesuaian diri pada awal ditinggal suami a. Menyesuaikan diri pada anak b. Menyesuaikan diri dengan sabar dan berdoa c. Bingung ketika menyesuaikan diri d. Menyesuaikan diri dengan ikhlas
+ - - -
- + - -
- - + -
- - - +
6. Perasaan ketika menghadapi masalah a. Pasrah dan menyerahkan pada Allah b. Sedih c. Perasaan yang muncul tergantung masalah
+ - -
- + -
- - +
- + -
76
7. Perasaan dan harapan pada anak a. Lebih baik dari dirinya b. Tidak mengecewakan informan c. Berprestasi d. Berguna dunia akherat
+ - - -
- + - -
- - + -
- - - +
8. Motivasi dalam mengatasi masalah a. Segera diselesaikan b. Harus cepat selesai c. Secepatnya selesai
+ - -
- + -
- - +
- - +
9. Bantuan dari keluarga dalam mengatasi masalah a. Pihak keluarga Informan b. Saudara pihak keluarga suami c. Keluarga dari kedua belah pihak
+ - -
- + -
- - +
- - +
10. Penerimaan dari bantuan keluarga a. Menerima b. Belum tentu menerima c. Menerima dalam bentuk materi
+ - -
+ - -
- + -
- - +
Keterangan : + (ya) - (tidak)
D. Kategorisasi
Berdasarkan hasil dari analisis data terhadap hasil wawancara dan observasi
maka dapat dilakukan pengkategorisasian terhadap bentuk-bentuk pemecahan
masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal. Kategorisasi diperoleh berdasarkan
dari proses pengambilan kesimpulan atau pernyataan yang khusus menuju
kesimpulan atau pernyataan yang umum. Adapun kategori-kategori tersebut meliputi:
77
1. Pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal
Keadaan-keadaan yang dihadapi dan muncul dalam kehidupan sehari-
hari informan harus menyebabkan informan mengambil tindakan seorang diri
dalam memecahkan masalahnya. Berikut ini adalah kategorisasi dari tipe-tipe
pemecahan masalah yang muncul :
a. Membutuhkan bantuan orang lain
Informan 1, 2, 3 dan 4 mengatakan bahwa untuk meringankan
masalah yang dihadapinya (terutama dari sisi ekonomi dan masalah
anak) karena status informan sebagai orang tua tunggal maka
informan memerlukan orang lain untuk pertimbangan, pemberian
semangat, ataupun hanya sebagai teman bicara dan ngobrol. Orang
lain tersebut antara lain : Ibu (Informan 1), saudara ipar (Informan 2),
keluarga dekat (Informan 3 dan 4), sepupu, keluarga mertua (informan
4).
b. Berserah diri
Informan 1 pasrah dan berserah diri pada Allah dari semua
tindakan yang telah dipilihnya sehingga informan tidak memikirkan
akibat selanjutnya yang akan terjadi dan mempunyai keyakinan bahwa
dengan pasrah semua masalah akan teratasi dan terselesaikan.
78
c. Berfikir positif
Informan 1, 3 dan 4 berfikir positif ketika menghadapi
masalah yang dihadapinya sehingga informan 1, 3 dan 4 berusaha
sendiri terlebih dahulu untuk menyelesaikan masalahnya.
d. Berusaha
Informan 1, 2, dan 4 mengatakan bahwa dirinya berusaha
untuk menambah pendapatan dan penghasilan keluarga untuk menutup
biaya hidup. Karena status informan sebagai orang tua tunggal maka
informan berusaha untuk menambah penghasilan sebagai : Membuka
warung kelontong (informan 1), menjahit konveksi (informan 2),
Menyusun buku materi LKS (informan 4).
e. Berharap
Informan 1, 2, 3 dan 4 mengatakan bahwa sebagai seorang ibu
dirinya berharap agar anaknya kelak lebih baik daripada dirinya.
Karena informan tidak bisa menentukan nasib dan masa depan
anaknya kelak dikemudian hari maka informan hanya berharap
anaknya : menjadi anak yang soleh dan selehah serta lebih baik dari
79
kehidupannya sekarang (Informan 1 dan 4), tidak macem-macem dan
bisa berkerja (Informan 2), berprestasi (Informan 3).
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan pemecahan
masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal dapat
dikategorisasikan menjadi 5 (lima) bentuk, yaitu : (1) Membutuhkan
bantuan orang lain, (2) Berserah diri, (3) Berfikir positif, (4) Berusaha,
dan (5) Berharap.
2. Alasan pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal
Ibu yang menjadi wanita sebagai orang tua tunggal tidak hanya
mempunyai masalah dengan dirinya sendiri tetapi juga dengan orang
disekitarnya. Menjadi wanita sebagai orang tua tunggal dapat menjadi sorotan
di dalam masyarakat yang dapat menjadi penghalang di dalam perkembangan
aktualisasi dirinya, sehingga akan menimbulkan keadaan yang tidak
menyenangkan. Kondisi ini menyebabkan wanita sebagai orang tua tunggal
mengalami tekanan yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri
individu. Sehingga akan timbul suatu cara atau sebuah usaha dari diri mereka
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam pemecahan masalah
tersebut individu punya alasan pemecahan masalah tersendiri. Berikut ini
adalah alasan pemecahan masalah pada informan penelitian dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi :
Gambar 1 Skema Alasan dan Faktor Pemecahan Masalah Informan I
Jika berhasil
Jika berhasil jika gagal Jika gagal
Kenakalan Anak Mengkompromika
n dengan pihak keluarga
Berwiraswasta dengan membuka toko kelontong
Mencoba merumuskan kembali pokok-pokok permasalahan
Selesai Dilaksanakan dan dievaluasi hasilnya
solusi Pasrah kepada Allah
Usaha untuk mengatasi masalah
Penyesuaian diri dengan ststus baru
Masalah yang Timbul
Wanita sebagai Orang Tua tunggal
Ekonomi / Finansial
80
Gambar II
Skema alasan dan Faktor pemecahan masalah Informan II Jika Berhasil
Jika berhasil Jika gagal Jika gagal
Ekonomi / Finansial
Membuka usaha jahit baju
Pindah ke rumah orang tuanya sendiri
Mencoba merumuskan kembali pokok-pokok permasalahan
Selesai
Dilaksanakan dan dievaluasi hasilnya
Menjual barang yang dimiliki untuk menutup kebutuhan
Bertanya kepada pihak keluarga
solusi Usaha untuk mengatasi masalah
Penyesuaian diri dengan ststus baru
Masalah yang Timbul
Wanita sebagai Orang Tua tunggal
Hubungan dengan keluarga suami
81
Gambar III Skema dan Alasan dan Faktor Pmecahan Masalah Informan III
Jika Berhasil
Jika berhasil Jika gagal Jika gagal
Mengasuh anak Meminta bantuan
kepada keluarga
Berusaha lebih giat dalam bekerja
Mencoba merumuskan kembali pokok-pokok permasalahan
Selesai
Dilaksanakan dan dievaluasi hasilnya
solusi Meminta bantuan kepada orang lain
Usaha untuk mengatasi masalah
Penyesuaian diri dengan ststus baru
Masalah yang Timbul
Wanita sebagai Orang Tua tunggal
Pekerjaan Ekonomi / Finansial
82
Gambar IV Skema Alasan dan Faktor Pemecahan Masalah Informan IV
Jika Berhasil
Jika berhasil Jika gagal Jika gagal
83
Wanita sebagai Orang Tua tunggal
Ekonomi / Finansial
Masalah yang Timbul
Penyesuaian diri dengan ststus baru
Usaha untuk mengatasi masalah
Menjaga perilaku
Mengikuti Asuransi Pendidikan
Mencoba merumuskan kembali pokok-pokok permasalahan
Selesai
Dilaksanakan dan dievaluasi hasilnya
Membesarkan anak
Mencari tambahan penghasilan
solusi
Meminta pertimbangan keluarga terdekat
Masalah Pribadi
84
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah pada wanita sebagai
orang tua tunggal
Wanita sebagai orang tua tunggal dalam menentukan pemecahan masalah
yang dipilihnya akan dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor dari dalam diri (intrinsik)
dan faktor dari luar (ektrinsik) yang mempengaruhi wanita sebagai orang tua tunggal
menggunakan pemecahan masalah tertentu didasarkan atas :
1. Faktor dalam diri (instrinsik)
Adalah faktor pemecahan masalah yang didasarkan atas kemampuan
dari dalam diri informan sendiri, adapun faktor-faktor tersebut adalah :
a. Tingkat pendidikan
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa informan yang
berpendidikan lebih tinggi (informan 4) yang merupakan lulusan S1
dan berkerja sebagai guru dapat menyelesaikan masalah lebih baik
dibandingkan dengan subjek yang lain yang hanya tamatan SMA
(informan 1, 2, dan 3)
b. Kematangan usia
Kematangan usia dari informan penelitian yang digunakan di
dalam penelitian ini berbeda-beda tetapi dapat dilihat bahwa informan
yang tertua usianya (informan 2) lebih matang dalam menyikapi
masalah yang dihadapinya dengan lebih tenang dan mencoba untuk
menjalani masalahnya apa adannya.
85
2. Faktor dari luar diri (ekstrinsik)
Adalah faktor pemecahan masalah yang didasarkan atas kemampuan
yang didapat dari luar diri informan seperti orang-orang terdekatnya baik dari
suatu proses pembelajaran ataupun pembiasaan, adapun faktor-faktor tersebut
adalah :
a. Kecakapan diri
Pada penelitian ini kecakapan diri semua informan dapat
dikatakan baik, hal ini terlihat dari usaha para informan ketika
menanyakan langkah yang dipilihnya sebelum akhirnya informan
menentukan pemecahan masalah yang dipilihnya.
b. Hubungan sosial
Hubungan sosial disini adalah adanya suatu masalah yang
selalu dikomunikasikan dengan keluarga sehingga akan memberikan
kesempatan pada individu untuk mendapatkan pengalaman atas
informasi-informasi tentang penyelesaian masalah sejak awal, pada
penelitian ini informan 1, 2, 3 dan 4 mengkomunikasikan masalah
yang memerlukan pertimbangan kepada orang-orang terdekat dan
fihak keluarganya.
86
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil data observasi dan wawancara yang telah dilakukan maka
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk pemecahan masalah pada wanita
sebagai orang tua tunggal sangat beragam.
1. Pembahasan individual pemecahan masalah pada wanita sebagai orang
tua tunggal
a. Pemecahan masalah yang dilakukan pada informan 1
Pada informan 1 masalah pertama yang muncul pada awal masa
menjanda adalah ketika harus menyesuaikan diri untuk mengatasi masalah
kenakalan anak dan memenuhi kebutuhan keuangan keluarga, sebab disini
informan akan menduduki dua jabatan sekaligus; sebagai ibu yang
merupakan jabatan alamiah dan sebagai ayah. Dalam pada itu ia akan
memiliki dua bentuk sikap, sebagai wanita dan ibu harus bersikap lembut
terhadap anaknya, dan sebagai ayah yang bersikap jantan dan bertugas
memegang kendali aturan dan tata tertib, serta berperan sebagai penegak
keadilan dalam kehidupan rumah tangga (Qaimi 2003).
Sehingga harus menyesuaikan diri dengan status barunya, maka
muncullah berbagai usaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dari
berbagai masalah yang dihadapi oleh informan I, maka ia berkreatifitas
untuk menemukan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah,
karena kreatifitas merupakan suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan
cara baru dalam memandang masalah dan solusinya (Munandar, 1994).
87
Semakin tinggi tingkat kreativitas individu, semakin banyak ide atau
alternatif yang dia temukan.
Pihak keluarga dipilih sebagai pertimbangan ketika ia memutuskan
sesuatu hal untuk dipecahkan. Monks, dkk (2002). Adanya suatu masalah
yang selalu dikomunikasikan dengan keluarga akan memberikan
kesempatan pada individu untuk mendapatkan pengalaman atas informasi-
informasi tentang penyelesaian masalah sejak awal, dan berusaha
menambah penghasilan keluarganya dengan berdagang barang kelontong,
setelah itu ia berusaha dan mencari pertimbangan kepada fihak keluarga
maka ia memasrahkan kepada Allah, lalu kemudian dievaluasi hasilnya
apakah sesuai dengan apa yang direncanakannya.
b. Pemecahan masalah yang dilakukan pada informan 2
Pada informan 2 masalah pertama yang muncul pada awal masa
menjanda adalah masalah kebutuhan keuangan keluarga, masalah
pemenuhan kebutuhan keluarga. Sehingga ia harus menyesuaikan diri
dengan status barunya, maka muncullah berbagai usaha untuk memecahkan
masalah kebutuhan keuangan yang ia dihadapi, dari berbagai masalah yang
dihadapi oleh informan 2, ini ia penuhi dengan membuka usaha jahit baju
dirumah dan apabila masih kurang untuk menutup kebutuhan keluarganya
maka ia pun menjual barang-barang yang ia miliki untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, dan pindah kerumah orang tuanya sendiri dilakukan
88
oleh informan untuk mengurangi masalah semakin buruknya hubungan
dengan keluarga fihak suami.
Pihak keluarga dipilih sebagai pertimbangan ketika ia memutuskan
sesuatu hal untuk dipecahkan dan dianggap sebagai fihak yang dapat
membantu, Monks, dkk (2002). Adanya suatu masalah yang selalu
dikomunikasikan dengan keluarga akan memberikan kesempatan pada
individu untuk mendapatkan pengalaman atas informasi-informasi tentang
penyelesaian masalah sejak awal. Setelah ia berusaha dan mencari
pertimbangan kepada fihak keluarga maka kemudian mengevaluasi
hasilnya apakah sesuai dengan apa yang direncanakannya.
c. Pemecahan masalah yang dilakukan pada informan 3
Pada informan 3 masalah pertama yang muncul pada awal masa
menjanda adalah masalah pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga,
pekerjaan dan pengasuhan anak, karena ketika suaminya masih hidup ia
berbagi tugas dengan suaminya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan
pengasuhan anak. Sebab disini informan akan menduduki dua jabatan
sekaligus; sebagai ibu yang merupakan jabatan alamiah dan sebagai ayah
(Qaimi 2003).
Sehingga harus menyesuaikan diri dengan status barunya, maka
muncullah berbagai usaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dari
berbagai masalah yang dihadapi oleh informan 3 maka informan meminta
bantuan pada orang lain dan keluarga Monks, dkk (2002). Adanya suatu
89
masalah yang selalu dikomunikasikan dengan keluarga akan memberikan
kesempatan pada individu untuk mendapatkan pengalaman atas informasi-
informasi tentang penyelesaian masalah sejak awal. Setelah ia berusaha dan
mencari pertimbangan kepada fihak keluarga maka kemudian
mengevaluasi hasilnya apakah sesuai dengan apa yang direncanakannya
serta berusaha lebih giat dalam bekerja dan mengasuh anak.
d. Pemecahan masalah yang dilakukan pada informan 4
Pada informan 4 masalah pertama yang muncul pada awal masa
menjanda adalah masalah keuangan, masalah pribadi yang menjadi sorotan
di masyarakat dan pengasuhan anak sebab disini informan akan menduduki
dua jabatan sekaligus; sebagai ibu yang merupakan jabatan alamiah dan
sebagai ayah (Qaimi 2003).
Sehingga harus menyesuaikan diri dengan status barunya, maka
muncullah berbagai usaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dari
berbagai masalah yang dihadapi oleh informan 4 maka informan meminta
bantuan pada orang lain dan keluarga. Monks, dkk (2002). Adanya suatu
masalah yang selalu dikomunikasikan dengan keluarga akan memberikan
kesempatan pada individu untuk mendapatkan pengalaman atas informasi-
informasi tentang penyelesaian masalah sejak awal.
Menjaga perilaku ia lakukan untuk menghindari sorotan negatif
dimasyarakat, mencari tambahan penghasilan ia lakukan untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya, dan mengikuti asuransi pendidikan untuk
90
menjamin masa depan anaknya kelak apabila terjadi kemungkinan yang
paling buruk. Thornton (dalam Shapiro, 1997) menyimpulkan bahwa
pemecahan masalah yang berhasil tidak begitu bergantung pada kecerdasan
individu tetapi lebih kepada pengalaman mereka.
Setelah ia berusaha dan mencari pertimbangan kepada fihak
keluarga maka kemudian mengevaluasi hasilnya apakah sesuai dengan apa
yang direncanakannya serta berusaha lebih giat dalam bekerja dan
mengasuh anak.
2. Pembahasan umum pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua
tunggal
Pemecahan masalah adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh setiap
individu untuk berusaha sebisa mungkin menghadapi situasi yang muncul
dengan berbagai cara yang berbeda sesuai dengan pengalaman masa lalunya,
walaupun pada dasarnya tujuan pemecahan masalah adalah sama yaitu
mendapatkan sebuah solusi atau jalan keluar dan melepaskan diri dari
persoalan yang dihadapi.
Bentuk-bentuk pemecahan masalah yang digunakan wanita sebagai
orang tua tunggal yang menjadi informan di dalam penelitian ini
dikategorisasikan menjadi 5 (lima) bentuk, yaitu : (1) Membutuhkan bantuan
orang lain, (2) Berserah diri, (3) Berfikir positif, (4) Berusaha, dan (5)
Berharap.
91
Persamaan dari keempat informan dalam memecahkan masalah informan
mengkomunikasikan masalahnya dengan fihak keluarga, Monks, dkk (2002).
Adanya suatu masalah yang selalu dikomunikasikan dengan keluarga akan
memberikan kesempatan pada individu untuk mendapatkan pengalaman atas
informasi-informasi tentang penyelesaian masalah sejak awal, ini dapat berarti
para informan terlebih dahulu memahami masalah yang harus dihadapinya,
dari keempat informan kesemuannya dapat terlebih dahulu memahami
masalah yang dihadapinya sehingga dapat menyusun prioritas utama yang
harus dipilih, dari semua informan memprioritaskan mengenai pemenuhan
kebutuhan ekonomi dan biaya pendidikan anak-anaknya.
Setelah memahami masalah yang dihadapi informan berusaha
menemukan berbagai cara pemecahan, dan memilih salah satu di antara cara
pemecahan masalahnya itu, setelah itu informan menentukan pilihan yang
terbaik, pilihan terbaik menurut dirinya adalah pilihan yang optimal
pencapaian tujuannya untuk kemudian dipilih dan dianggap sebagai
penyelesaian masalah yang terbaik untuk dirinya dan keluarganya.
Konsentrasi dalam memecahkan masalah mutlak diperlukan. Suardiman
(1992), mengatakan bahwa konsentrasi adalah pemusatan segenap kekuatan
pada situasi tertentu. Dalam konsentrasi keterlibatan mental secara detail
sangat diperlukan sehingga tidak diperhitungkan sekedarnya.
92
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pemecahan masalah yang dilakukan wanita sebagai orang tua tunggal dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Bentuk-bentuk pemecahan masalah pada wanita sebagai
orang tua tunggal
No Kategorisasi bentuk pemecahan masalah
Pemecahan masalah yang berorientasi pada penyesuaian diri
Pemecahan masalah yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
Pemecahan masalah yang berorientasi pada hubungan sosial
Pemecahan masalah yang berorientasi pada anak
1. Membutuhkan bantuan orang lain.
√
-
√
√
2. Berserah diri √ - - √ 3. Berfikir positif √ √ √ √ 4. Berusaha - √ - - 5. Berharap.
√ - √ √
Keterangan : (√) ya, (-) tidak
3. Proses pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal
Ibu yang menjadi wanita sebagai orang tua tunggal tidak hanya mempunyai
masalah dengan dirinya sendiri tetapi juga dengan orang disekitarnya, mengingat
informan dalam penelitian ini yang hidup di dalam masyarakat maka kemungkinan
akan terjadi konflik dengan masyarakat sekitar besar karena menjadi wanita sebagai
orang tua tunggal dapat menjadi sorotan di dalam masyarakat yang dapat menjadi
penghalang di dalam perkembangan aktualisasi dirinya, karena menurut SPOTNEWS
93
Ibu Tunggal seringkali tidak dipandang sama dengan keluarga utuh yang lengkap
dengan Ayah dan Ibu. Keluarga Ibu tunggal cenderung dipandang prejudice, jika ibu
tunggal muda, cantik dan berhasil dari sisi materi, gosip negatif dan sinis akan
melingkupi percakapan harian tentang dia di daerah tempat tinggalnya. Kondisi ini
menyebabkan wanita sebagai orang tua tunggal mengalami tekanan dari dalam diri
maupun dari luar individu sehingga dalam keadaan tersebut akan menimbulkan suatu
cara atau usaha untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
Usaha-usaha tersebut disebut pemecahan masalah. Pemecahan masalah
dilakukan untuk mendapatkan sebuah solusi atau jalan keluar dan melepaskan diri
dari persoalan yang dihadapi. Menyelesaikan masalah adalah usaha individu untuk
memikirkan dan mempertahankan beberapa alternatif penyelesaian masalah yang
mungkin dilakukan atau melakukan tindakan tertentu yang lebih tertuju pada cara-
cara penyelesaian masalah secara langsung. Billing’s dan Moos (Susilowati, 2004).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah
Sikap individu dalam memilih menggunakan tipe pemecahan masalah
tertentu pasti mempunyai alasan atau latar belakang. Berikut ini adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi wanita sebagai orang tua tunggal dalam memilih
pemecahan masalah tertentu untuk menyelesaikan masalahnya yaitu :
a. Tingkat pendidikan
Pada penelitian ini informan ke 4 memiliki tingkat pendidikan yang
paling tinggi dari keempat informan yang lain. Pada informan 1, 2, dan 3
tingkat pendidikan yang ditempuhnya hanya sampai SMA, sedangkan pada
94
informan ke 4 sampai pada jenjang pendidikan Strata 1 (S1). Individu yang
lebih tinggi tingkat intelegensi/pendidikannya akan lebih tinggi kemampuan
pemecahan masalah yang dipilihnya daripada individu yang kurang
berpendidikan, sebab faktor inteligensi dianggap memiliki peran yang sangat
besar dalam keberhasilan pemecahan masalah (Ester, dalam Walgito, 1991).
b. Usia
Pada penelitian ini dapat dilihat dari umur keempat informan,
informan yang paling tua usianya yaitu informan 2 berusia 54 tahun dalam
menyelesaikan masalahnya menyikapi masalah yang dihadapinya dengan
lebih tenang dan mencoba untuk menjalani masalahnya apa adannya hal ini
lebih baik dibandingkan tiga informan yang lain.
Individu yang telah lebih matang usianya akan memiliki kemampuan
pemecahan masalah yang lebih baik daripada individu yang belum matang
usianya, sebab sejalan dengan bertambah usia maka individu akan semakin
matang dan kemampuan pemecahan masalah akan semakin bertambah.
Kematangan tersebut ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah yang
merupakan produk dari kemampuan berpikir yang lebih sempurna yang
ditunjang dengan sikap serta pandangan yang rasional (Mappiare, dalam
Paryanti 2006).
c. Kreativitas
Individu yang memiliki kreativitas yang tinggi akan memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik daripada individu yang
95
kurang memiliki kreativitas yang tinggi sebab kreativitas adalah suatu
aktivitas kognitif yang menghasilkan cara baru dalam memandang masalah
dan solusinya (Munandar, 1994). Semakin tinggi tingkat kreativitas individu,
semakin banyak ide atau alternatif yang dia temukan. Pada penelitian ini dapat
dilihat kreatifitas informan 1, 2 dan 4 untuk menambah pendapatan
keluarganya sebagai : menjual barang kelontong (informan 1), menjahit
konveksi (informan 2), menyusun materi buku dan LKS (informan 4).
d. Kepercayaan diri
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik daripada individu yang
kurang memiliki kepercayaan diri yang tinggi sebab menurut Astono (2001)
mengungkapkan bahwa tumbuhnya kepercayaan diri akan mendorong dan
merangsang individu dalam mencoba dan mencari baru untuk dipecahkan.
Pada penelitian ini dapat dilihat semua informan (informan 1, 2, 3, dan 4)
memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah yang tergolong
tinggi, karena para informan telah terlebih dahulu berusaha untuk
memecahkan masalahnya sendirian dahulu sebelum akhirnya jika tidak
mampu meminta pertolongan pada orang lain.
e. Lingkungan sosial
Individu yang tinggal di dalam lingkungan sosial yang baik akan
memiliki dan mengadaptasi cara-cara penyelesaian masalah melalui
komunikasi dalam keluarga. Monks, dkk (2002). Adanya suatu masalah yang
96
selalu dikomunikasikan dengan keluarga akan memberikan kesempatan pada
individu untuk mendapatkan pengalaman atas informasi-informasi tentang
penyelesaian masalah sejak awal. Pada penelitian ini informan 1, 2, 3 dan 4
mengkomunikasikan masalah yang memerlukan pertimbangan kepada orang-
orang terdekat dan fihak keluarganya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi wanita sebagai orang tua tunggal dalam memecahkan
masalahnya ada 5, yaitu (1) Tingkat pendidikan, (2) Usia, (3) Kreativitas, (4)
Kepercayaan diri, dan (5) Lingkungan sosial.
Generalisasi dari hasil penelitian diatas terbatas pada informasi dimana
penelitian ini dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih
luas dengan karakteristik berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi
karena karakteristik berbeda akan menghasilkan keragaman yang berbeda
pula.
Berikut ini disertakan dalam bentuk skema dinamika psikologis
pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal.
Gambar 6 Skema Dinamika Psikologis Pemecahan Masalah Pada Wanita Sebagai Orang Tua Tunggal
Wanita sebagai orang tua tunggal
Masalah yang muncul
Diri Sendiri Lingkungan terdekat
Masalah Pribadi Anak dan Keluarga Ekonomi dan Pekerjaan
Penyesuaian Diri
Usaha Untuk Memecahkan Masalah
Mengkomunikasikan dengan keluarga dan orang lain
Pasrah pada
Allah
Berwiraswasta dan menjual barang yang dimiliki
Pindah kerumah orang tuanya
Berusaha lebih
giat
Menjaga perilaku
Mencari tambahan penghasilan
Ikut asuransi
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Informan menjalin hubungan baik dengan keluarga agar tercipta komunikasi
yang baik serhingga akan mempengaruhi alasan, faktor, dan pemecahan
masalah yang dipilih para informan didalam keluarganya.
2. Alasan melatar belakangi pemecahan masalah yang dipilih para informan
adalah ketika ada masalah harus segera diselesaikan oleh informan, Karena
para informan adalah orang yang tidak ingin menyimpan sesuatu, untuk
menyelesaikan dengan cara yaitu : (a) Membutuhkan orang lain, para
informan berusaha mengkompromikan masalah yang dihadapinya kepada
keluarga dekatnya karena takut dianggap sebagai orang yang kuat. (b)
Berserah diri, (c) Berfikir positif, (d) Berusaha dan (e) Berharap. Para
informan memasrahkan semua masalah yang dihadapi dan akibat dari
tindakan yang nantinya ditimbulkan kepada Allah.
98
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi para informan dalam memilih pemecahan
masalah tersebut adalah : (a) Tingkat pendidikan, (b) Usia, (c) Kreatifitas, (d)
Kepercayaan diri, dan (e) Lingkungan sosial.
4. Dari keempat informan penelitian terdapat persamaan alasan, dan faktor
pemecahan masalah.
Persamaan dari keempat informan penelitian adalah didalam
memecahkan masalah informan memahami masalah, ini dapat berarti para
informan terlebih dahulu memahami masalah yang harus dihadapinya, dari
keempat informan kesemuannya dapat terlebih dahulu memahami masalah
yang dihadapinya sehingga dapat menyusun prioritas utama yang harus
dipilih, dari semua informan memprioritaskan mengenai pemenuhan
kebutuhan ekonomi dan biaya pendidikan anak-anaknya.
Setelah memahami masalah yang dihadapi informan berusaha
menemukan berbagai cara pemecahan, dan memilih salah satu di antara cara
pemecahan masalahnya itu, setelah itu informan menentukan pilihan yang
terbaik, pilihan terbaik menurut dirinya adalah pilihan yang optimal
pencapaian tujuannya untuk kemudian dipilih dan dianggap sebagai
penyelesaian masalah yang terbaik untuk dirinya dan keluarganya.
Didalam menentukan dan memilih penyelesaian masalah yang
dihadapi para informan terlebih dahulu harus dapat menguji cara penyelesaian
99
masalahnya untuk mengetahui dan menghitung konsekuensi pilihan yang
dipilih, setelah semuanya dilakukan oleh informan selanjutnya informan
mengawasi pelaksanaan keputusan yang telah dipilihnya untuk mengantisipasi
berbagai perubahan yang mungkin terjadi pada saat keputusan itu terjadi pada
saat keputusan itu tersebut dilaksanakan oleh para informan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan kesimpulan ada beberapa saran
yang penulis sampaikan :
1. Kepada Informan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa
pentingnya komunikasi yang dilakukan akan mempengaruhi alasan, faktor,
dan pemecahan masalah yang dipilih para informan didalam keluarganya,
maka untuk menjaga komunikasi agar tetap terjaga diharapkan untuk tetap
menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan para keluarga dekat atau
orang yang dianggap dapat membantu memecahkan masalahnya (informan 1,
2, 3 dan 4), serta tetap dapat menerima saran dan masukan dari orang lain
tersebut guna membantu tercukupinya kebutuhan pokok seperti uang sekolah,
uang makan dan sebagainya (informan 1, 2, 3 dan 4).
100
Mengikut sertakan dirinya dalam jasa asuransi jiwa untuk memberikan
jaminan rasa tenang kepada anak-anaknya (informan 1, 2, dan 3) dan
memberikan hadiah atau bonus bagi anak yang mendapat nilai tertinggi dalam
nilai prestasi akademik agar anak lebih termotivasi di dalam belajar
(Informan 1, 3, dan 4).
Meningkatkan keahlian dan keterampilan kerja melalui pendidikan
pelatihan kerja dapat digunakan untuk mendapatkan peluang penghasilan
tambahan, serta meningkatkan kemampuan kognitif melalui kerjasama dengan
semua keluarga ataupun orang terdekat untuk membantu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi (informan 1, 2, dan 3).
Sehingga diharapkan informan penelitian lebih teratur untuk
mendapatkan pemasukan untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya (informan
2).
2. Kepada anak
Bagi anak, diharapkan dapat agar lebih memahami dan menerima
secara positif dari pilihan hidup yang dipilih oleh orang tuanya (informan 1, 2,
3, dan 4), serta mempertahankan sikap memahami, membantu dan mendorong
semangat orang tuanya (informan 1, dan 2) dengan cara tetap menciptakan
suasana rumah yang nyaman dan kondusif (informan 3, dan 4), sehingga mampu
memberikan semangat hidup kepada orang tuanya agar memiliki harapan dan
cita-cita yang tinggi kepada anak (informan 1, 2, 3, dan 4)
101
3. Kepada masyarakat
Untuk keluarga dan masyarakat pada umumnya hendaknya membantu
wanita sebagai orang tua tunggal ketika menghadapi kesulitan dan tidak
menganggap negatif pilihan hidup wanita sebagai orang tua tunggal, karena
tidak semua wanita yang menjanda akan berperilaku negatif, sehingga dapat
mengurangi gossip-gossip negatif yang muncul dan akan mengganggu
aktualisasi diri para wanita sebagai orang tua tunggal di dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Kepada peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan pilihan hidup yang
dipilih wanita sebagai orang tua tunggal dan juga dapat dimanfaatkan sebagai
tambahan informasi bagi para peneliti selanjutnya dengan memperhatikan
faktor-faktor lain yang belum diungkap dalam penelitian ini agar dapat lebih
mengungkap secara lebih mendalam sehingga kesimpulan yang diperoleh
lebih aplikatif.
.
102
103
DAFTAR PUSTAKA
Astono, B. September 2001. Kompas: Kumpulan Artikel, Mencetak Anak Cerdas dan
Kreatif, Cet. 1 (6-9). Jakarta.
Chaplin, C.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi (alih bahasa: Kartono, K). Edisi 1
Cetakan ke-7. Jakarta. Grafindo Persada.
Dagun, S.M. 1992. Maskulin dan Feminim: Perbedaan Pria dan Wanita Dalam
Masa Depan. Jakarta: Rineka Cipta.
Evans, J. R. (1991). Creative thinking in the decision and management sciences.
Cincinnati, Ohio: South Western Publishing Co.
Gunarsa, D. 1997. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK. Gunung
Mulia.
Ibrahim, Zakaria, 2002, Psikologi Wanita, Bandung: Pustaka Hidayah
Khoiriyah, R. 2005 Gambaran konflik dan reaksi emosi isteri tahanan dalam
menjalankan peran gandannya di keluarga. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Surakarta: Fakultas psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta.
Koran Tempo. No. 2437/VII-Maret. 2008. Jurus jitu perempuan tangguh. Jakarta: PT
Tempo Inti Media Harian.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., 2001. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
104
Monica, ELL. 1998. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Pendekatan
Berdasarkan Pengalaman. ( terjemahan: Elly, M, dkk). Jakarta: EGC.
Munandar, U. 1999. Kreativitas Keterbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi dan
Bakat. Jakarta: Grafindo.
Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Myers, G.D.1995. Social Psychology. Second Edition. New York: Oxford University
Press.
Narbuko, C. dan Achmadi, A. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.
Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : Tarsito.
Nikah. No.5 Vol.4-juni. 2005. Saat anak jadi rebutan. Sukoharjo: Penerbit Ibnu
Katsir.
Nikah. No.3 Vol.6-juni. 2007.Haruskah kita berpisah?. Sukoharjo: Penerbit Ibnu
Katsir.
Paryanti, 2006. Perbedaan kemampuan Problem Solving antara anak yang mengikuti
dan tidak mengikuti pendidikan mental aritmatika. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Surakarta: Fakultas psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta.
Panjaitan, C. 1993. Tetap Bugar Sampai Tua. Bandung : Indonesia Publishing House.
105
Puspitadewi, A. 2005. Menikah kembali di usia lanjut. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Surakarta: Fakultas psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta.
Qaimi, A. 2003. Single Parent: Peran ganda ibu dalam mendidik anak. (penerjemah,
MJ. Bafaqih). Cetakan-I. Bogor: Penerbit cahaya.
Rakhmat, DJ. 2001. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: CV. Remaja
Rosdakarya.
Santoso, B.T, Makalah, Unjustice Gender of Moslem Family in Surakarta .
Dipresentasikan 18 Mei 2004. Wong Sanit Ashram Bangkok, Thailand.
Shapiro. E. L. 1997. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak.
(terjemahan: Kantjono, A. T.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suardiman. 1992. Komunikasi dan Perubahan Mental. Yogjakarta: Studing.
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif edisi revisi. Surabaya: Srikandi.
Suryabrata, S. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali.
Susilowati, D. 2004. Kemampuan pemecahan Masalah Ditinjau dari Self Efficacy dan
Peran Jenis Kelamin. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Psikologi UMS.
Walgito, B. 1991. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offsett.
Wibowo, S. 2002. Indonesia Kini Bisa Dijuluki “Negeri Janda”. diperoleh dari
www. bkbn. go. Id. / hqweb/pikas/2002/straight 050508. htm.
106
Widayatun, T.R.. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Woolfolk, A.E., Nicolicch, L.M. 2004. Mengembangkan Kepribadian &
Kecerdasan Anak-Anak (Psikologi Pembelajaran I). (terjemahan: Anam,
M.K). Jakarta: Inisiasi Press.
www.spotnews.singleparents.com/artikel.htm.20/05/08)
LAMPIRAN A Verbatim Wawancara
107
Verbatim Wawancara Informan 1 Kode : W1/S1 Nama : Ibu M Usia : 47 tahun Pekerjaan : Janda pensiunan TNI/POLRI Pendidikan terakhir : SMA Usia anak : 15 Tahun (Remaja) Hari/tanggal wawancara : Selasa, 9 September 2008 Tempat : Kompleks rumah dinas aspol Manahan. Waktu : 09.25 – 09.40 WIB (15 Menit) Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada wanita
sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.
P : Pewawancara
I : Informan
Baris Uraian Interview Analisis
5
10
15
20
25
P : Pagi bu? I : Pagi P : Eh bu, kalo boleh tau ya, selama ibu
membesarkan anak seorang diri ini apakah banyak masalah yang terjadi bu?
I : Banyak.P : Seperti apa misalnya? I : Ya, terutama masalah ekonomi, P : Emm, terus? I : Dan untuk mengatasi kenakalan anakP : Ooo.. lalu? I : Yaa itulah. P : Ee, terus bagaimana ibu
menyikapinnya dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dari segi ekonomi dan kenakalan anak seperti yang ibu utarakan tadi?
I : Yaa.. penuh dengan kesabaran dan selalu berusaha.
P : Terus? Berusaha seperti apa? I : Misalnya, seperti usaha dengan
kemampuan saya yang saya miliki ee.. seperti halnya cara usaha wiraswasta misalnya..
P : Ooo.. I : Untuk membantu masalah
Informan memiliki banyak permasalahan ketika membesarkan anak seorang diri. Masalah yang dihadapi informan terutama masalah ekonomi dan masalah kenakalan anak. Informan menyikapinnya dan menyelesaikan masalah yang dihadapi penuh dengan kesabaran dan selalu berusaha dengan kemampuannya seperti halnya usaha wiraswasta.
108
30
35
40
45
50
55
60
65
70
ekonominnya P : Ee. Selain pensiunan yang diterima
bapak. I : Iya.. he’eh.. P : Eee, bu, apakah ibu pernah mengalami
masalah yang dirasa sangat berat? I : Iya.. saat, pernah! P : Kapan bu? I : Yaa.. dah lama ya, karena yang tidak
hanya mengatasi anak saja karena waktu itu ya adik, ya keponakan ada disini jadi ee.. saya harus bener-bener harus menyikapi sebagai ibu ya peran sebagai ayah.
P : Ee.. seperti? I : Seperti halnya ya masalah ekonomi itu
dengan, ee.. ekonomi yang pertama, yang kedua yaitu ke perkembangan anak-anak untuk menuju masa depannya.
P : Ee.. terus, lantas bagaimana? Apakah ibu mengatasinya seorang diri ataukah melibatkan orang lain bu?
I : Kalau masih dalam masalah pendidikan, insya allah saya masih bisa mengatasi sendiri, tapi kalau sudah melibatkan menuju kemasa depan saya kompromikan dengan keluarga.
P : Masa depan disini, maksudnya? I : Maksud saya ya untuk mencari
pekerjaan atau… P : Pekerjaan.., kalau masalah lain dari
pendidikan mengapa harus melibatkan orang lain, selain pendidikan?
I : Ya karena saya berpendapat, ee.. kalau saya tidak mengutarakan kepada fihak keluarga nanti karena seseorang itu akan menilai, wah dikiranya saya seorang diri yang kuat atau bagaimana gitu, andaikata itu respon untuk keluarga bagaimana terserah, tapi saya hal tersebut kan sudah saya sampaikan.
P : Eee.. berarti harus ada komunikasi? I : Iya, antar komunikasi keluarga P : Eee.. terus kalau ada suatu masalah
dalam keluarga nggih, ibu itu
Informan pernah mengalami masalah yang dirasa sangat berat. Karena informan harus menyikapi sebagai ibu dan peran sebagai ayah, seperti halnya ya masalah ekonomi dan perkembangan anak-anak untuk menuju masa depannya
Informan masih bisa mengatasi sendiri permasalahannya yang menyangkut pendidikan, tapi kalau sudah melibatkan menuju kemasa depan informan mengkompromikan dengan keluarganya. Informan takut dikira sebagai seorang yang kuat.
109
75
80
85
90
95
100
105
110
115
menentukan tindakan sing, tindakan yang dipilih ibu itu bagaimana?
I : Ya yang terbaik.P : Yang terbaik seperti? I : Eee.. ya menuju kepositifan, untuk
anak. P : Maksudnya? I : Maksudnya ya, umpamanya anak itu
sekolah memilih ini tapi saya arahkan, pekerjaan terserah, Tapi saya arahkan.
P : Ooo.. Ee terus bu, apakah ibu itu selalu memikirkan akibat yang akan terjadi dari tindakan yang ibu pilih tadi, ibu lakukan?
I : Insya allah, yang sudah saya pikirkan itu, saya lakukan sudah saya pikirkan jernih, dengan bening insya allah tidak
P : Jadi, ibu nggak, belum, apa istilahnya nggak memikirkan akibat selanjudnya tuh?
I : Tidak, saya pasrahP : Pasrah? Jadi intinya pasrah pada Allah. I : He’eh pasrah.. P : Emm.. terus kalau ketika masalah
tersebut harus melibatkan orang lain apakah ibu bagaimana?
I : Melibatkan, dalam, kalau dalam masalah keluarga ya tidak masalah, tapi kalau masalah yang perlu dikomunikasikan sama keluarga ya saya konsultasikan, kalau nggak perlu ya nggak, nggak saya konsultasikan sama keluarga.
P : Berarti intinnya menjadi masalah ibu I : Iya.. P : Emm.. kalau boleh tahu ni seberapa
besar peran ibu dalam mengatasi masalah dalam keluarga ibu?
I : Maksudnya yang besar ya? P : Hemm.. I : Yang masalah persoalan di dalam saya
sebagai single parent, masalah yang besar sekali itu kalau sudah anak menginjak dewasa, ee.. menentukan apa itu, untuk masa depan anak ya itulah yang sangat berat
Tindakan yang dipilih informan adalah yang terbaik dan yang menuju kepositifan untuk anak. Informan tidak memikirkan akibat yang akan terjadi dari tindakan yang informan pilih karena informan telah pasrah. Ketika informan menghadapi masalah dan melibatkan orang lain informan mengkomunikasikan dengan keluarganya dan konsultasikan, kalau tidak ya tidak dikonsultasikan. Informan berperan besar dalam mengatasi masalah dalam keluarga. terlebih kalau sudah anak menginjak dewasa, mau memasuki perguruan tinggi karena menentukan nasibnya untuk
110
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
P : Seperti sekolah gitu? I : Iya, iya maksudnya kalau sudah keluar
dari sekolah, mau memasuki perguruan tinggi, atau anak itu mau kemana itu nanti sangat berat
P : Ee.. mengapa menurut ibu sangat berat?
I : Ya karena menentukan nasibnya untuk selamannya,
P : Awal dari masa depannya? I : Iya.. P : Eee.. apakah ibu tuh sebelumnya
pernah membayangkan kehidupan yang ibu alami seperti sekarang ini?
I : Tidak pernahP : Tidak pernah ya? terus bagaimana
perasaan ibu dan cara ibu menyesuaikan diri pada masa awal ditinggal oleh bapak?
I : Pertama, menyesuaikan terhadap anak-anak itu karena yang biasannya dilakukan oleh suami otomatis saya lakukan, ee terus ya.. kita harus bersikap sabar
P : Eee.. ya kalau boleh tahu, yang biasa dilakukan oleh suami itu seperti apa?
I : Sok kadang-kadang, eh berapa minggu sekali atau berapa bulan sekali anak diajak rekreasi atau pas minta, anak sok memohon eh untuk diajari belajar bersama ayahnya, na itu khan harus saya lakukan, itulah.
P : Setelah ditinggal ayah, masih sering melakukan piknik, rekreasi bersama?
I : Tidak pernah, sama sekali P : Tidak ingin mencoba untuk piknik
lagi?, eh bu, mohon maaf lagi kalau perasaan ibu kalau menghadapi masalah itu bagaimana bu? Menghadapi masalah dengan keluarga, seperti marah, bingung atau apa?
I : Kalau bingung tuh nggak mas, cuma apa sok kadang-kadang kesulitan yang tidak bisa teratasi untuk dirinya, hanya menyerahkan sama allah
P : Terus pasrah nggih, pasrah?
selamannya. Informan sebelumnya tidak pernah membayangkan kehidupan yang dialaminya seperti sekarang. Perasaan informan dan cara informan menyesuaikan diri pada masa awal ditinggal oleh suami adalah dengan menyesuaikan terhadap anak-anak dan bersikap sabar. Perasaan informan kalau menghadapi masalah dalam keluarga hanya
111
170
175
180
185
190
195
200
205
210
I : Saya yakin Allah itu akan memberi jalan keluar
P : Eee.. nuwun sewu nggih bu, ee apakah ibu tuh ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh keluarga ibu? bu
I : Saya kalau ada masalah, saya ingin karena saya anu tipe orangnya tuh tidak ingin menyimpan sesuatu hal yang dibohongi ataupun suatu persoalan yang tidak harus diselesaikan, segera diselesaikan, otomatis segera selesai besuk sudah ganti persoalan lagi.
P : Jadi langsung seketika itu juga? I : Iya P : Terus, ee.. nuwun sewu malih apakah
ada anggota keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalah ibu ketika ada masalah dalam keluarga ibu?
I : Ya, terutama dari fihak keluarga saya, P : Heem.. kalau dari keluarga bapak? I : Ya, mungkin kalau ketemu ya, P : Ee.. jadi masih sering berkomunikasi
dengan keluarga bapak? I : Setelah anak-anak menjelang dewasa
tuh jarang, paling kalau kita pas silahturahmi
P : Momentum lebaran mungkin? I : Iya P : Jadi intensitasnya lebih banyak ke
keluarga ibu sendiri? I : Iya, termasuk ibu sayaP : Apakah ibu tuh selalu menerima
bantuan yang diberikan dari keluargannya ibu?
I : Yaa saya tidak pernah meminta ya cuma mungkin karena kegiatan saya itu tuh hanya pengajian dan tahu posisi anak saya tuh kan bener-benar anak yatim, mungkin ya saya tidak pernah menghilangkan, ya itu saya tidak memandang bantuan itu berupa apa, atau jumlah nilainya saya tidak pernah menilai seukuran banyaknnya tapi yang saya ukur itu adalah pengertian
menyerahkan sama allah dan yakin Allah itu akan memberi jalan keluar. Informan langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh keluarganya karena informan tipe orang yang tidak ingin menyimpan sesuatu hal yang dibohongi ataupun suatu persoalan yang tidak harus diselesaikan. Yang membantu menyelesaikan masalah informan ketika ada masalah dalam keluarga adalah dari fihak keluargannya, termasuk ibu dari informan. Informan tidak pernah meminta bantuan orang lain.
112
215
220
225
230
235
240
245
250
255
mungkin tidak seberapa kalau diukur nilai, apa itu bantuannya itu tidak seberapa kalau diukur dengan kebutuhan istilahnya sehari-hari, saya sangat menghargai, sangat-sangat menghargai dengan pengertian beliau-beliau tersebut.
P : Eee.. gitu I : Walaupun itu hanya mungkin dari
kedekatan saya, dari pergaulan sehari-hari untuk pengajian, apa gitu, yaa hanya itu. Kalau dari keluarga saya ya mungkin wong namanya dari fihak keluarga saya tahu kesulitan yang sebenarnya.
P : Jadi intinya mau menerima bantuan dari orang lain, keluarga lain walaupun bantuan sekecil apapun ibu tetap menerimannya.
I : Karena itu rejeki, mungkin rejeki anak saya tapi lewat mereka
P : Ooo.. gitu I : Saya berpendapat begitu masP : Emm.. terus apabila nuwun sewu
nggih.. I : He’em.. P : Apabila ibu tuh menerima bantuannya
itu namannya bantuan tuh bagaimana ibu apa mempercayai dan menyikapi bantuan dari orang lain tuh lho bu.
I : Yaa.. saya pertama kali saya mengucapkan ee.. berterimakasih pada Allah, karena semua itu yang memberikan dan yang menglantari tuh semua Allah, ee.. kita sesama hanya lantaran, ee.. saya ucapkan terimakasih kepada Allah baru saya ucapkan kepada mereka, beliau
P : Emm.. jadi ibu mempercayai yang memberikan bantuan kepada ibu?
I : Saya yakin, semua datangnya dari Allah, cuma mer, anu hambannya tuh sebagai lantaran..
P : Emm… I : Pinarak sik..(mempersilahkan orang
yang datang untuk masuk kerumahnya)
Karena informan itu menganggap rejeki, dan mungkin rejeki anaknya tetapi lewat orang lain maka informan menerima bantuannya Informan mempercayai dan menyikapi bantuan dari orang lain karena informan yakin semua datangnya dari Allah.
113
260
265
270
275
280
285
290
295
300
P : Terus, ee.. nuwun sewu nggih, apa harapane ibu anu kedepane, setelah dengan kondisi apa
I : Yang pertama, saya terhadap diri saya lebih baik dari pada hari ini, itu yang pertama kali, dan saya mengharap untuk anak-anak saya lebih baik daripada dari saya, dan untuk anak-anak saya semoga anak-anak saya menjadi anak yang betul-betul soleh dan solehah, bakti pada kepada orang tuannya, dunia sampai akherat itu yang saya harapkan, bukan apa-apa.
P : Jadi harapan ibu, anak nya menjadi anak yang sholeh?
I : Sholeh dan sholehah, dunia sampai ke akherat
P : Sukses dunia akherat? I : Yaa.. hanya itu harapan saya P : Ada harapan lain? I : Yaa.. itu karena itu akan, yang
namannya soleh dan solehah tuh akan menyangkut keseluruhannya, otomatis kalau anak yang soleh dan solehah itu akan mengerti lingkup dan lingkungan baik dilingkungan luar maupun lingkungan keluarga, itu saya yakin semua sudah diajaran semua sudah diterapkan.
P : Eee.. kalau sumpama harapan ibu mengenai anak itu sudah tercapai tuh apakah ada harapan yang lain bu?
I : Harapan saya apabila Allah tuh masih memberikan umur panjang yang berkah barokah, dengan kesehatan yang berkah dan barokah juga saya ingin pokoknya ingin membantu, pokoknya terutama pada posisi yang seperti saya-saya ini.
P : Terus lainnya selain posisi yang seperti ibu?
I : Yaa.. anu mendekatkan dirilah pada yang diatas
P : Yaa.. yaa itu saja? I : Iya P : Eee.. makasih ya bu atas waktunnya,
Harapan informan kedepannya adalah lebih baik dari pada sekarang anak-anaknya lebih baik daripada darinya, dan semoga anak-anaknya menjadi anak yang betul-betul soleh dan solehah, bakti pada kepada orang tuannya, dunia sampai akherat. Informan ingin membantu, terutama kepada orang yang seperti dirinya serta mendekatkan diri pada yang diatas.
114
305
maaf kalau mengganggu yaa.. I : Nggak apa-apa, kita saling mengisi,
saling membantu P : Maksih bu.. I : Yaa..
115
Verbatim Wawancara Informan 2 Kode : W1/S2 Nama : Ibu Y Usia : 54 tahun Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan terakhir : SMA Usia anak : 22 Tahun (Dewasa awal) Hari/tanggal wawancara : Selasa, 9 September 2008 Tempat : Rumah orang tua ibu Y Waktu : 12.30-13.00 WIB (30 Menit) Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada wanita
sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.
P : Pewawancara
I : Informan
Baris Uraian Interview Analisis
5
10
15
20
25
P : Siang bu I : Selamat siang P : Bisa ganggu sebentar? I : Oo ya nggak pa pa P : Eh.. bu, kalau boleh tahu yaa, selama
ibu tuh menjadi seorang orang tua yang membesarkan anak seorang diri tuh apakah banyak masalah yang terjadi bu?
I : Iya.. masalahnya yaa.. apa masalah ekonomi terutama, ee.. masalah kenakalan, eh anak-anak nggak nakal, ya masalah sama keluarga tuh sok-sok nggak cocok trus keluargane suami
P : Oh.. selain, trus? I : Ya, sok-sok ndak cocok, kalau keluar
tuh sok-sok ndak boleh, gitu karena bukan rumah sendiri saat itu, saya sendiri numpang dirumah mertua, pertama ya itu saja
P : Emm.. I : Trus saya pindah dirumah sendiri,
anak-anak masih kecil. P : Emm.. selain ekonomi dan keluarga tuh
yang menurut ibu yang menjadi suatu masalah itu apa bu?
Selama informan menjadi orang tua yang membesarkan anak seorang diri banyak masalah yang terjadi terutama masalah ekonomi, masalah keluarganya sendiri dan keluarga dari fihak suami karena bukan tinggal dirumahnya sendiri, tetapi numpang dirumah mertua. Informan menyikapi masalah hubungan dengan keluarga suami dengan cara pindah kerumah orang tuanya sendiri.
116
30
35
40
45
50
55
60
65
70
I : Yaa.. tak ada ya karena anak-anak kita sendiri, ya harus diurus sendiri, dibesarkan sendiri, saya ndak mau kalau anak-anak ikut orang lain, takut.
P : Kenapa takut bu? I : Yaa.. gimana ya, nek pisah itu nanti
kasihan anak-anak, ya enak atau nggak enak kita harus menghadapi sendiri.
P : Maksudte yang enak atau nggak enak tuh? Enak nggak enak?
I : Enak nggak enak ya pamane, umpamane kita mesti kekurangan
P : Emm.. I : Trus kita, tapi nek anak-anak ikut orang
lain kan kita memang diringankan bebannya, tapi kan harus pisah tuh kita ndak, anu ndak suka lah.
P : Ndak sukanya? I : Ndak sukanya, ya ndak liat og, hee.. P : Ooo.. jadi? I : Nek orang lain kita kan ndak liat, ndak
anu ada yang mau minta, tapi saya ndak boleh
P : Ibu sayang ya? I : Ya mesti, pastinya P : Trus kalau ada masalah yang itu
menurut ibu tadi berat itu, trus bagaimana ibu cara menyikapi dan menyelesaikan suatu permasalahan itu bu?
I : Ya.. ya di pikir dengan, pikir sendiri, jalani apa adannya, ndak usah mikir yang lain-lain lah pokoknya, kita bisa menyukupi kebutuhan untuk anak-anak, bisa bekerja, gitu aja
P : Maksudnya? I : Yaa.. nek nggak kerja kita ndak bisa
makan, ya apa saja, sok yo ikut orang jahit diluar, keluar gitu
P : Terus? I : Kalau ndak keluar ya sok-sok jahitan
bawa pulang, kalau ndak kerja otomatis ndak punya uang karena anak-anak belum bisa apa-apa
P : Itu dulu yaa?, eh trus kalau boleh tahu ya, apakah ibu tuh pernah mengalami
Informan mengurus dan membesarkan anak-anaknya sendiri karena takut dan kasihan apabila anaknya ikut dengan orang lain. Ketika ada permasalahan informan menyikapinya dengan memikirkan sendiri, menjalani apa adannya, dan tidak mikir yang lain-lain, yang penting bisa menyukupi kebutuhan untuk anak-anak dan bisa bekerja.
117
75
80
85
90
95
100
105
110
115
masalah yang merasa ibu sangat berat untuk menyelesaikannya bu?
I : Saya kira yaa.. ndak ya, ndak terlalu memikirkan banget-banget lah, kalau dipikirkan banget-banget kan kita bisa sakit lah, sakit, pusing gitu, biasanya gitu, tapi nek dipikir, lama-lama dipikir kita harus menghidupi anak-anak jadinya kita harus semangat lah jangan sampai nlokro.
P : Kalau boleh tahu yang menjadikan semangat ibu tuh apa?
I : Ya membesarkan anak-anak P : Jadi semangat ibu tuh dari anak-anak
itu? I : Iya.. P : Eee.. terus kalau apa tuh biasannya ya
masalah tuh disebabkan oleh apa? Selain anak-anak, keluarga, ekonomi
I : Ya yang lain tuh tidak ah, karena tempat tinggal kami tidak menyewa, tidak mengontrak, bisa orang tua saya sendiri, bisa ikut orang tuane bapaknya, jadinya ndak begitu pusing karena tempat tinggal sudah tersedia, kalau ndak tersedia kan kita harus membayar kontrakan, atau membayar sewa rumah tuh lebih berat lagi, termasuk agak lumayan lah ada rumah sendiri walaupun bersama-sama keluarga yang lain.
P : Keluarga dari? I : Keluarga dari saya sendiri, disana ya
keluargannya bapake tuh P : Jadi bu? I : Bukan rumah sendiri. P : Jadi ibu tuh lebih cenderung untuk
tinggal di keluarga ibu sendiri I : Iya.. P : Daripada dirumah bapak? Emm.. terus
eh apakah ibu tuh berusaha mengatasi masalah yang ibu hadapi tuh seorang diri ataukah melibatkan orang lain bu?
I : Ya nek terlalu berat, saya ya melibatkan pada orang lain, bertanya-tanya bagaimana ni jalannya keluar
Informan belum dan tidak pernah mengalami masalah yang dirasa informan sangat berat.
Informan menganggap sebab permasalahnya biasa saja karena tempat tinggalnya sudah tidak menyewa, tidak mengontrak sehingga tidak begitu pusing karena tempat tinggal sudah tersedia walaupun bukan rumah sendiri dan tinggal bersama-sama keluarga yang lain. Informan mengatakan walaupun tidak menyewa, tetapi itu bukan rumahnya sendiri. Ketika informan menghadapi permasalahan yang terlalu berat, ia
118
120
125
130
135
140
145
150
155
160
kalau saya menerima kesulitan, kesulitan apa saja ya kesulitan ya terutama kesulitan keuangan, terutama tuh pastinya karena saya tidak bisa anu berbuat lebih banyak untuk mendapatkan uang itu, kami yo sok pinjem kesana-kemari, sok ya dikasih ama saudara, terutama tuh lho ekonomi lah yang membuat berat seorang diri.
P : Yang berat tuh masalah ekonomi ya.. I : He’eh.. P : Kalau boleh tahu tuh yang sering
membantu? I : Yang sering membantu? P : Siapa? I : Saudara-saudara dari ipar-ipar saya P : Emm.. I : Saudarane bapake itu dan saya sendiri
ya berusaha untuk mendapat sendiri, jual apa yang kita punya.
P : Emm.. I : Gitu, waktu masih anak-anak masih
sekolah P : Ibu, berarti selalu apa melibatkan orang
lain? I : Ooo.. nggak selalu. P : Nggak selalu, kenapa? I : Saya kalau bisa sendiri saya atasi
sendiri, ya itu pokoke yang saya punya, saya aku jual.
P : Emm.. jadi untuk? I : Hari-harinya, untuk mendapatkan itu,
mencukupi ekonomi, saya ndak libatkan orang lain
P : Lalu kalau setelah apa yang dijual nggak ada baru meminta tolong orang lain?
I : Iya P : Kalau boleh tahu lagi ya bu, ketika ada
suatu masalah dalam keluarga ya, bagaimana itu ibu menentukan tindakan yang ibu pilih?
I : Ooo.. saya pilih ya, saya tidak minta pertimbangan orang lain, saya harus mempunyai sikap sendiri.
P : Emm..
melibatkan orang lain, bertanya-tanya bagaimana jalan keluarnya terutama kesulitan dalam keuangan. Yang sering membantu informan memecahkan masalahnya adalah saudara-saudara dari ipar-iparnya, keluarga dari fihak suaminya. Informan tidak selalu melibatkan orang lain membantu memecahkan masalahnya, karena kalau bisa diatasi sendiri informan mengatasinya sendiri. Ketika mementukan tindakan yang dipilihnya informan tidak minta pertimbangan orang lain,
119
165
170
175
180
185
190
195
200
205
210
I : Apapun juga, masalah sekolah-sekolah, masalah ekonomi, masalah apapun juga, saya pun kemana-mana maju sendiri, disekolahan sendiri nggak pernah melibatkan orang lain, itulah.
P : Jadi ibu tuh yang menentukan tindakan I : Iya saya sendiri P : Kalau ee.. apakah ibu tuh selalu
memikirkan akibat yang akan terjadi dari tindakan yang ibu lakukan itu?
I : Ooo.. kalau saya kan sudah terpikir sebelumnya saya harus bertindak begini, kalau atau misalnya anak-anak tiga bulan nggak mbayar sekolahnya, SPP trus kita kan berusaha nyicil, nek nyicil kan ora iso anu ikut ujian, atau ikut tes-tes testing itu lha saya kan harus maju sendiri agar saya dapat dipensasi oleh kepala sekolah gitu khan saya harus maju sendiri untuk keringanan-keringanan, meringankan diri saya
P : Berarti? I : Tidak melibatkan orang, saya sendiri P : Emm.. I : Maju didepan sekolahan, dimana-mana
pun saya sendiri P : Jadi ibu selalu memikirkan akibatnya I : Akibatnya sudah saya pikirkanP : Emm.. kalau ibu bertindak begini, pasti
akhirnya begini? I : He’eh untuk kebaikan-kebaikan anak-
anak P : Trus bagaimana sikap ibu ketika
masalah tersebut itu harus melibatkan orang lain, jadi dah mentok gitu perlu minta bantuan orang lain tuh, apakah ibu apa, minta tolong atau bagaimana gitu?
I : Oh kalau kepepet sekali, kalau haruslah, pokoknya harus istilahe saya tidak isa menyelesaikan ya saya lari kemanakah yang saya tuju, tapi harus tepat kalau nggak tepat saya akan sakit hati.
P : Tepat?
karena informan mempunyai sikap sendiri dan nggak pernah melibatkan orang lain.
Informan sudah memikirkan sebelumnya segala akibat dari tindakan yang diambilnya. Informan memikirkan akibat dari tindakannya untuk kebaikan anak-anaknya. Sikap informan ketika masalah tersebut harus melibatkan orang lain adalah memilih orang
120
215
220
225
230
235
240
245
250
255
I : Tempat pertolongan tuh kalau nggak tepat itu pamane sok mungkin ada yang mencela, kalau, nek ora isa wis usaha, anu berkerja yang lain-lain, seandainya gitu, tambah neh kerja apa tuh, jadi saya seakan-akan sakit hati kalau digitukan.
P : Tepat disini maksudnya tepat orangnya atau tepat..?
I : Tepat orangnya P : Tepat orangnya? I : Tepat orangnya kan bisa menasehati,
koe kudune ngene-ngene gitu, yang baik
P : Tepat orangnya? I : Kalau nggak tepat kita khan dicela-cela P : Emm.. jadi menurut ibu tepat orangnya
itu untuk menghindari celaan? I : Celaan P : Terus kalau seberapa besar sih peran
ibu dalam mengatasi masalah dalam keluarga ibu, jadi gini perannya ibu dalam penyelesaian masalah di dalam keluarga tuh seberapa besar?
I : Wah ya 100%P : Bisa dikatakan seratus persen? I : Iya.. he’eh orang lain itu nggak bisa,
nggak bisa, saya ndak cocok, seakan-akan kalau, mungkin yo karena saya ya gimana ya, rendah hatilah koyone gimana, ya takut dicela itu
P : Kenapa ndak cocok? I : Lha ndak cocok lha sok-sok wis ngene-
ngene wae, jo ngono, lha gitu kan tidak anu, ora podo karo atine, tidak sama dengan ati kita, hati kita.
P : Jadi? I : Pamane kita, kita harus gini, itu jo
jangan gitu, itu anu-anu, nah da saudara kan da yang gitu nah itu saya ndak cocok, gitu lha saya pa-pa saya begini ya terus, harus begini karena itu menyangkut diri kita sendiri, hati kita sendiri, orang lain khan tidak bisa merasakan, dalam hati kita ya itu
P : Jadi ibu tuh berperan penuh dalam
yang tepat karena kalau tidak tepat akan dicela sehingga nantinya akan sakit hati.
Informan berperan 100% dalam mengatasi masalah dalam keluarganya karena ia menganggap orang lain tidak bisa, dan ia tidak cocok. Karena menurut informan itu menyangkut dirinya sendiri, hatinya sendiri, orang lain khan tidak bisa merasakan.
121
260
265
270
275
280
285
290
295
300
keluarga untuk menghidari campur tangan orang lain
I : He’em. P : Emm.. terus nuwun sewu nggih,
apakah ibu tuh sebelumnya pernah membayangkan kehidupan ibu yang seperti sekarang ini?
I : Ooo.. nek sebelumnya ya ndak wong ada bapaknya og, pasti ada yang mencukupi nek, tapi setelah itu saya pikirnya apa bisa saya membesarkan anak-anak, hanya itu saja pikiran saya.
P : Jadi? I : Gimana saya caranya untuk
membesarkan anak-anak sendirian, dalam hati saya cuma itu saja.
P : Jadi sebelumnya tuh ibu belum pernah membayangkan yaa?
I : Belum pernah wong masih ada bapake. P : Bapak masih ada? I : Bapak masih hidup, pasti bisa
mencukupi lah walau bagaimanapun, tapi ya termasuk kaget lah, tidak ada suami tuh setengah kaget, wah saya bisa pa nggak, bisa nggak gitu dalam hati.
P : Jadi belum pernah membayangkan karena tanggung jawab masih penuh ditangan suami?
I : He’em, ayahnya P : Terus, ehh nuwun sewu malih nggih,
eh bagaimana perasaan ibu dan carane ibu waktu menyesuaikan diri pada waktu masa awal ditinggal ayah?
I : Oh.. menyesuaikan ya? Kita harus sabar, harus banyak berdoa terutama.
P : Sabar? I : Sabar dalam menghadapi segalannya,
sok-sok kita kan terkejut lah sekarang sendiri harus begini-begini, nganter sekolah sendiri, cari uang sendiri, masa kecil-kecilnya anak-anak tuh, tapi kalau sudah besar ya, anak-anak sudah bisa jalan sendiri ya saya kan hanya memberi uang saku, uang saku itu kalau malamnya itu belum ada.
Informan sebelumnya belum pernah membayangkan kehidupannya yang seperti sekarang ini. Perasaan dan cara informan waktu menyesuaikan diri pada waktu masa awal ditinggal suami adalah sabar dalam menghadapi segalannya dan banyak berdoa
122
305
310
315
320
325
330
335
340
345
P : Iya.. I : Paginya itu wah gimana ya, gimana ya,
nah malamnya tuh masih bingung untuk anu hari esoknya tuh
P : Ibu memenuhinya? I : Yaa.. nanti malamnya tuh cari kemana-
kemana, wis anu tetangga-tetangga atau siapa pinjem dulu
P : Emm… I : Itu nanti kalau sudah apa terima uang,
terima uang jahitan apa-apa bekerja tuh kita kembalikan, dan pasti bisa mengembalikan.
P : Selain meminjam tetangga? I : Ya saudara-saudara, trus yang banyak
saudara, tapi ya tetep kembali he-he-he P : Eee habis meminjam saudara dan
tetangga sekitar? I : Sering, sering itu pinjem-pinjem itu
tapi pasti kembali, harus bertanggung jawab untuk mengembalikan
P : Ee.. terus perasaan ibu ketika menghadapi masalah dalam keluarganya?
I : Wah ya sedih itu P : Sedihnya? I : Sedih lah anu ndak ada yang
membantu, biasane nek ada suami kan ada, ora ndedet, tidak ada uang, tinggal, aku ki ra due dit sesuk koe kudu ndue duit lha gitu khan ada yang dijak pertimbangan, lha nek sendiri gini kan susah lah, lain, rasanya lain kalau ada yang bantu, suami terutama, saudara-saudara tuh hanya sekedar, kalau suami kan pasti bertanggung jawab, itu.
P : Lalu selain sedih? I : Yaa wis, cuma sedih ajaP : Sedih? I : Sedih ya mesti harus hilang, anak-anak
tuh sok-sok sing hibur, sedih. P : Sebagai semangat ya anak-anak. Eh,
apakah ibu tuh ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi ibu?
I : Yaa pasti
Perasaan informan sedih ketika menghadapi permasalahan dalam keluargannya karena tidak ada suami yang membantu sehingga ada yang diajak pertimbangan. Ketika informan merasa sedih, anak-anaknyalah yang mengibur karena menurut informan kesedihan haruslah mesti hilang. Informan langsung
123
350
355
360
365
370
375
380
385
390
P : Pasti? Mengapa I : Pasti, harus cepat selesai karena nek
nggak selesai ya di dalam pikiran terus P : Maksudnya? I : Anu, kalau belum selesai ya mikir terus
kok iki kok ra rampung-rampung tho? gini kok ora anu rampung-rampung tho, nah gitu khan kita mikir terus sepanjang hari, berati ya selekas mungkin persoalan harus diselesaikan
P : Langsung seketika itu juga? I : Oh ya ndak. Ya anu, itu lho sok-sok ya,
yo sok-sok minta pertimbangan yang lain
P : Pertimbangan? I : Pertimbangan pamanya, bagaimana
baiknyaP : Terus? I : Yang baik ya saya petik, yang kurang
baik apa yang.. P : Ndak cocok? I : Anu ndak cocok ya saya tinggalkan, ya
tapi kan semua tahu, kita sendiri pasti banyak yang belas lah
P : Jadi tuh ibu langsung sesegera mungkin untuk menghindari kesalahan bertumpuk?
I : Marai ya saya takut kalau banyak mikir tuh sakit, itu
P : Stress? I : Stress, pernah stress aku. P : Kapan? I : Iya, pernah, tahun piro 2000 po piro,
2000 stress saya itu gulu saya tuh kaku. P : Tegang? I : Sakit sekali, leher tuh, katannya stress P : Trus ibu menghadapinya? I : Menghadapinya, ya diobati, dikek i
conterpaint, dikasih apa, dipijet-pijet, wis kemana-mana, dipijetke kemana-mana dikekne alternatif, bertahun-tahun tuh sakitnya, stress kandane orang-orang tuh stress, dadi sarafnya i anu, kenceng nggak bis, nggak kendor-kendor lama
P : Akhirnya?
sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi karena kalau nggak selesai membebani pikiran terus.
Tetapi terkadang informan juga minta pertimbangan yang lain bagaimana baiknya pendapat yang baik dipetik yang tidak cocok ditinggalkan. Karena informan takut kalau banyak mikir jadi sakit dan stress.
124
395
400
405
410
415
420
425
430
435
440
I : Akhirnya ya sembuh sendiri neng lama, lama 5 tahun ada, menumpuk-numpuk anu pikiran yang menumpuk-numpuk itu menjadi stress katanya, jadi syarafnya i piye ya? Sarafnya, sirkulasi syaraf ndak lancar, jadi kepala tuh pendak ndino i tuh senut-senut, itu nggak mikir yo sakit, mikir yo sakit memang tuh sakit, sakit akibat banyak mikir, tegang lah sekarang sudah sembuh, Alhamdulillah.
P : Selain, maaf ya bu, selain apa tuh selain anggota keluarga yang tadi ibu ceritakan membantu menyelesaikan masalah tuh, apakah ada anggota keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalah ibu ketika ada masalah?
I : Oh ya nggak ada, paling ya keluarga saya malu nek kemana-mana, keluarga, paling ya kita-kita lah, tapi kita kan jarang keluar rumah, jarang, istilahe nangga lah, jadi jarang, jadi ya paling saudara-saudara itu, ngajak pertimbangan.
P : Kenapa malu bu? I : Ya malu, he.. kan tetangga kan tidak
mungkin akan mau menyelesaikan persoalan kita, masalah kita, itulah karena ya tetangga-tetangganya sama saja. He-he..
P : Sama, maksudnya? I : Maksudnya ya sama seperti kita, bukan
orang kaya-kaya gitu. P : Oh, jadi anu ekonominya? I : Ekonominya sama, tetangga-
tetangga… P : Jadi ibu tuh enggan ketetangga kerena
persamaan ekonomi ya I : Iya nanti malah, anu itu, malah
nyusahkan yang lainlah. P : jadi ibu ingin, apa ndak ingin
tetangganya tuh malah kesusahan ketika ibu
I : He’eh P : Terus kalau, ee.. ada yang menawarkan
Yang sering membantu informan ketika memecahkan masalah adalah keluarga dekatnya saja. Karena menurut informan tetangganya tidak mungkin membantu menyelesaikan masalahnya karena menurut informan bukanlah orang kaya. Informan tidak meminta tolong dengan tetangganya karena takut kalau nanti malah menyusahkan tetangganya
125
445
450
455
460
465
470
475
480
485
bantuan itu ya, seperti saudara atau tetangga ya, apakah ibu tuh selalu menerima bantuannya dari mereka?
I : Lha kalo kepepetnya ya mau no, kepepetnya.
P : Mengapa? I : Nek anu, mau kemana lagi. P : Mau? I : Itu lho kalau sudah terjepit waktunya
tuh lho, waktunya dah harus diselesaikan hari ini gitu yo saya harus selesai, besuk-besuk lagi
P : Selain batas waktu apa lagi yang membikin ibu mau menerima bantuan keluarga.
I : Emm.. apa ya, jaranglah bantuan keluarga ya paling waktu lebaran, gitu, waktu lebaran itu kan ada uang apa? Uang zakatlah dari saudara-saudara yang punya, jadi dikumpulin, dikumpulin untuk dimanfaatkan, dimanfaatkan untuk langsung saya masukkan SPP, itu pastilah, nggih, pasti, pasti setiap lebaran semua masuk SPP anak-anak sampai SMA, sampai lulus, saya nggak mau keberatan karena SPP anak-anak tertunda-tunda.
P : Jadi? I : Itu uang zakat tiap tahun kan banyak,
kita menerima dari saudara-saudara. P : Bantuannya tuh terfokus pada uang? I : Ya, uang P : Bukan suatu apa pendapat atau? I : Woo.. pendapat? Woo.. nek pendapat
saya sendiri, cari sekolah ya saya sendiri soalnya saya yang harus memikirkan sendiri
P : Emm.. I : Uang tuh kalau hari lebaran tuh
memang banyak, banya saudara yang welas lah corone, jadi langsung, langsung
P : Langsung? I : Tak masukke SPP, sampai pernah
setahun saya lunasi, jadi saya kan tidak mikirkan uang sekolah, nggak mikirkan
Informan mau menerima bantuan yang ditawarkan orang lain apabila sudah terdesak.
126
490
495
500
505
510
515
520
525
530
yang lain-lain, kita mikirkan sehari-hari untuk makan saja, pakaian barang tidak pernah saya beli, dikasih semuannya, hampir semua dikasih, dikasih saudara-saudara, untuk makan saja sudah alhamdulillah.
P : Jadi ibu bekerja sehari-hari tuh untuk memenuhi kebutuhan makan?
I : Kebutuhan makan. P : Terus sekolah I : Lha sekolah itu, buku-buku itu seng
sering tiap hari kan ada buku itu, opo itu jenenge, wis buku harian lah
P : Jadi disini tuh ibu mau menerima bantuan saudara, terus setelah menerima itu bagaimanakah ibu mempercayai dan menyikapi bantuan dari saudara?
I : Lha bantuan saudara tuh sudah iklas, sudah deket dan mungkin ya pastinya mereka punya uang lebih lah, punya uang lebih, karena ya kasihan lah sama kita yang hanya sendiri, ya banyak kasihan lah, kalau nggak ada itu wah saya posing sekali tambahan he-he
P : Jadi ibu mempercayai bantuan dari saudara?
I : Iya.. P : Dan mensikapi dengan menerima? I : Menerima, ya terima kasih sekali pada
yang kuasaP : Emm.. baru mengucapkan terimakasih
pada I : Yang kuasa, semua bisa punya belas
kasih pada kitaP : Terus kalau boleh tau ya? Apakah ada
harapan ibu kedepannya? Harapan ibu untuk kedepannya itu bagaimana?
I : Harapan saya? Ya anak-anak menjadi baik, tidak nakal, jalan lurus, tidak macem-macem, itu Alhamdulillah anak-anak bisa baik semuanya, ya lah tidak pernah mengecewakan saya
P : Anak-anak? I : Harapan saya ya cuma itu dan penting
ya bisa berkerja
Informan mau menerima bantuan yang diberikan orang lain karena sudah iklas, dekat, dan mempunyai uang berlebih. Informan menerima bantuan dan mengucapkan terimakasih pada yang kuasa karena semua bisa punya belas kasih pada keluargannya. Harapan informan adalah anak-anaknya menjadi baik, tidak nakal, jalan lurus, tidak macem-macem, baik semuanya, tidak pernah mengecewakannya, bisa berkerja, diberi kesehatan
127
535
540
545
550
555
P : Umpama? I : Apapun pekerjaannya P : Terus, setelah anak-anak, nggak ada
lagi I : Gimana? P : Setelah anak-anak yang jadi yang baik
nggak ada lagi? I : Yaa bisa bekerja he-he diberi kesehatanP : Umpama harapan ibu pada anak-anak,
sudah berkerja, sudah tercapai semua, apakah ada harapan lain kedepannya?
I : Oh.. kedepannya, ya pastilah, yaa diberi rezeki yang lebih baik lagi
P : terus? I : Diberi, gimana ya, ya rezeki yang lebih
banyak lagi, harapannya gitu. He’eh P : Harapannya rezeki? I : He’eh rezeki, sekarang kan sudah
besar-besar, sudah tidak menyekolahkan, mereka lebih tahu bagaimana harus melangkah kedepan, mereka bisa dan kita mendo’akan, hanya itu saja.
P : Udah, makasih atas waktunya I : Iya.. sama-sama.
dan diberi rezeki yang lebih baik lagi.
128
Verbatim Wawancara Informan 3 Kode : W1/S3 Nama : Ibu T.R.S Usia : 45 tahun Pekerjaan : Buruh Harian Lepas (Pegawai swasta) Pendidikan terakhir : SMA Usia anak : 9 Tahun (Anak usia SD) Hari/tanggal wawancara : Kamis, 18 September 2008 Tempat : Rumah ibu T.R.S Waktu : 22.30-22.50 WIB (20 menit) Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada wanita
sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.
P : Pewawancara
I : Informan
Baris Uraian Interview Analisis
5
10
15
20
25
P : Met malem bu?, eh bu, kalau boleh tahu ya ee.. selama ibu tuh menjadi seorang orangtua yang membesarkan anak seorang diri tuh apakah banyak masalah yang terjadi bu?
I : Ya banyak juga P : Emm.. seperti apa misalnya? I : Yaa.. seperti kita mengasuh anak itu,
anak-anak banyak tingkahnya P : Terus? I : Terus, ya kadang-kadang kita
mengasuh anak itu, kadang-kadang dia diserang penyakit, itu juga sebagai suatu kendala
P : Oh jadi masalahnya dari anak ya bisannya?
I : He’eh.. P : Kalau dari ibu sendiri, mungkin ada? I : Ya kalau, dari saya sih, katakanlah
nggak begitu ini, tapi timbulnya dari anak
P : Emm.. ibu nggak begitu apa maksudnya?
I : Maksud saya nggak begitu terlalu banyak masalah, gitu lho
P : Emm.. kebanyakan dari anak?
Selama informan menjadi orang tua yang membesarkan masalah seorang diri banyak masalah yang terjadi seperti mengasuh anak, karena menurut informan anak-anak banyak tingkahnya dan masalahnya biasannya timbulnya dari anak, seperti ketika diserang penyakit.
129
30
35
40
45
50
55
60
65
70
I : Dari anak, he’eh P : Terus kalau biasanya masalah selain
anak, mungkin dengan tetangga atau apa nggak ada?
I : Kalau tetangga nggak juga P : Enggak? Terus, ee.. bagaimana ibu
menyikapi dan menyelesaikan masalahnya tuh bu? Kalau umpamanya anak sakit, bagaimana ibu menyelesaikannya?
I : Ya umpamanya anak sakit ya kita harus berusaha untuk bawa ke dokter, atau sebelumnya kita kasih minum obat dari warung ya, baru kalau belum sembuh ya kita bawa kedokter.
P : Selain itu? Nggak ada? I : Nggak juga P : Terus kalau boleh tahu ya bu, apakah
ibu pernah mengalami masalah yang ibu anggap sangat berat?
I : emm.. pernah juga P : Kapan bu? I : Ya di saat-saat anak sakit, itu suatu
pengalaman yang sangat berat, apalagi anak itu bareng-bareng sakit ya
P : Iya, terus I : Lha, itu kita ini sangat kualahanP : Kualahan ya bu? I : He’eh P : Terus? Kalau apa tuh, lantas apakah ibu
itu selalu berusaha menyelesaikan seorang diri ataukah melibatkan orang lain bu?
I : Ya kalau kita sih masih bisa untuk menyelesaikan permasalahan kita, ya kita selesaikan, tapi kalau toh kita ndak bisa kita sendiri, ya kita melibatkan orang lain
P : Kalau boleh tahu ya? Yang itu ya apa, menurut ibu yang bisa diselesaikan sendiri tuh apa?
I : Ya kalau kita berusaha ini, mengobati sendiri dulu, ya, tapi kalau tidak bisa ya kita minta tolong bantuan orang lain untuk ini, membawa ke itu, membawa ke dokter.
Informan menyikapi dan menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu. Informan pernah mengalami masalah yang dianggap sangat berat, ketika anak sakit bersamaan sehingga informan merasa kualahan. Informan berusaha menyelesaikan permasalahannya sendiri, tapi kalau tidak bisa kita sendiri, informan melibatkan orang lain.
130
75
80
85
90
95
100
105
110
115
P : Emm..terus, kita ada suatu masalahan dalam suatu keluarga ya? Bagaimana sih ibu mementukan yang ibu pilih?
I : Ya kita harus berusaha untuk menyelesaikan sendiri
P : Emm.., tanpa bantuan orang lain? I : Tanpa bantuan orang lain, kalau
masalah dalam keluargaP : Kalau boleh tahu masalah dalam
keluarga ni apa? I : Ya katakanlah antara lain ya ee.. anak-
anak pada rame, itu kan suatu masalah juga
P : Terus? I : Terus, kadang-kadang anak-anak itu
kan bisa membangkang kalau kita suruh untuk belajar ya..
P : Iya I : Tapi itu khan, ndak perlu untuk
diselesaikan orang lain, kita selesaikan sendiri
P : Emm.. terus kalau yang membutuhkan bantuan orang lain?
I : Kalau kita membutuhkan orang lain ya itu tadi kalau memang kita mengobati dia dirumah nggak sembuh, ya terpaksa kita bawa ke dokter
P : Emm.. jadi dah mentok? I : Iya P : Dah mentok baru, minta orang lain I : Iya, he’eh P : Terus kalau boleh tahu lagi, apakah ibu
selalu memikirkan bagaimana akibat yang kan terjadi dari tindakan yang ibu lakukan itu?
I : Ya memang di setiap kita melangkah itu ya kita ini kita pikirkan untuk jauh kedepan dan akibatnya
P : Maksudnya kita berfikir lebih dahulu tuh?
I : Nah, jadi kita melangkah itu kita pikirkan lebih dahulu
P : Emm.. terus, bagaimana sikap yang ibu lakukan ya, ketika masalah ibu harus melibatkan orang lain, nggak harus masalah anak ya, tapi ni masalah yang
Informan berusaha untuk menyelesaikan sendiri masalahnya tanpa bantuan orang lain, kalau masalah tersebut adalah masalah dalam keluarga. Ketika informan membutuhkan orang lain informan baru meminta bantuan orang lain. Informan selalu memikirkan bagaimana akibat yang akan terjadi dari tindakan yang informan lakukan.
131
120
125
130
135
140
145
150
155
160
lain, bagaimana kalau umpamanya kalau masalah itu harus melibatkan orang lain tuh bagaimana sih ibu, ee.. sikapnya? Jadi istilahnya nggak cuma masalah anaknya tetapi suatu permaslahan rumit atau bagaimana ketika melibatkan orang lain tuh sikap ibu bagaimana?
I : lha kalau sikap kita kalau ada permasalahan seperti itu ya kita minta tolong sama orang lain.
P : Selain anak ibu? I : Iya.. P : Umpamanya pernah ada masalah
seberat itu? Kalau boleh tahu masalah apa?
I : Katakanlah permasalahan, apalagi dalam perekonomian.
P : Emm.. perekonomian I : he’em.. Terus ya pekerjaan. P : Pekerjaan? I : Ya.. P : Perekonomian dan pekerjaan ya? I : He’eh.. P : Kalau ekonomi maksudnya? I : Perekonomian, katakanlah kita pamane
dalam kita berkurang ya. P : Emm.. I : Jadi kita kadang-kadang minta, ee..
bantuan sama saudara, ya P : Iya. I : Jadi itu kan namanya minta bantuan
juga P : Kalau pekerjaan? I : Kadang-kadang kita kan kalau bekerja
itu kita katakan ndak bisa kita kerjakan sendiri.
P : Emm.. I : Apalagi kita kan sendiri. P : Iya. I : Jadi, kadang-kadang kan harus
membutuhkan orang lain. P : He’em I : Ya jadi kita kan minta tolong untuk
orang lain P : Dari segi pekerjaan?
Sikap informan kalau ada permasalahan adalah meminta tolong sama orang lain. Menurut informan permasalahana yang berat lainnya selain permasalahan anak adalah permasalahan ekonomi dan pekerjaan. Untuk mengatasi permasalahan ekonominya informan terkadang minta bantuan sama saudara.
132
165
170
175
180
185
190
195
200
205
I : Iya. P : Terus, kalau boleh tahu ya, seberapa
besar sih peran ibu di dalam mengatasi masalah nya itu?
I : Kalau peran mengatasi masalah di dalam keluarga, apalagi saya sudah sendiri, ya saya memang harus full.
P : Berarti seratus persen? I : Iya, untuk mengatasi semua harus fullP : Tanpa melibatkan orang lain? I : Tanpa melibatkan orang lain. P : Keluarga lain mungkin? I : Keluarga lain juga tidakP : Emm, terus, ini maaf ya, emm apakah
ibu tuh sebelumnya pernah membayangkan kehidupan ibu seperti sekarang ini?
I : Maksudnya? P : Pernah nggak terbayangkan di pikiran
ibu, nanti tuh menghidupi anak seorang diri?
I : Ooo.. ya, dulunya kita sih kita nggak belum pernah membayangkan seperti ini ya, apalagi dulunya kita kan berdua untuk menghidupi, tapi sementara dia sudah pergi.
P : Emm.. I : Harus kita ini tanggulangi sendiri, jadi
sebelumnya kita belum pernah terpikir seperti ini.
P : Jadi ibu dulu nggak terbayang hal yang seperti ini?
I : He’eh P : Terus, maaf lagi ya? I : He’eh P : Bagaimana sih perasaan ibu dan cara
ibu menyesuaikan diri pada awal masa ditinggal oleh suami?
I : Ya kita sih pertama itu kan kita ya juga bingung ditinggal seperti itu, kita mengalami kesedihan dan katakanlah pada saat itu tertekan ya.
P : Emm.. I : Terus.. Karena begitu langsung
ditinggal ya kita merasa kehilangan. P : Maksudnya, apa tertekan?
Peran informan di dalam mengatasi masalah adalah penuh dan tanpa melibatkan orang dan keluarga lain. Informan sebelumnya belum pernah membayangkan menghidupi anak seorang diri. Perasaan dan cara informan menyesuaikan diri pada awal masa ditinggal oleh suami adalah bingung, sedih dan tertekan, merasa kehilangan.
133
210
215
220
225
230
235
240
245
250
255
I : Lha kita tertekan masalah ini, perasaan ya.
P : he’eh I : Dulunya kita bisa ditanggung bersama,
terus akhirnya kita langsung ditinggal sendiri.
P : emm.. selain itu? I : Eee.. baik dalam mengasuh untuk anak
kan kita sendiri. P : Emm.. terus kalau perasaan ibu ketika
menghadapi masalah dalam keluarga tuh bagaimana? Apakah sedih, susah atau bagaimana?
I : Ya kadang-kadang tergantung permasalahannya
P : Maksudnya tergantung permasalahannya?
I : Ee.. maksudnya ada kadang-kadang kalau memang di saat-saat permasalahannya itu menunjukkan ini menunjukkan kesedihan, ya kita sedih tapi kalau permasalahan itu menunjukkan harus kita bertindak, memang kita harus bertindak.
P : Bertindak dalam hal? I : Ya bertindak dalam hal untuk
umpamanya, eh ada masalah sesuatu yang harus-harus di ini ditangani dalam secepatnya, ya kita harus menagani secepatnya
P : Contohnya? I : Naa.. Contohnya, ya kita ini aja ya
sama sekolahan lha ya? P : Ooo.. I : Sama sekolahan anak, umpamanya
biaya sekolah P : Iya. I : Jadi kalau kita berfikir hanya kesedihan
itu mungkin biaya anak-anak itu ndak bisa di ini.
P : Di bayar? I : Na.. tapi kan kita harus bertindak
bagaimana caranya untuk, ee. Anu untuk menagguangi itu
P : Emm.. I : He’eh, menaggulangi
Perasaan informan ketika menghadapi masalah dalam keluarga adalah tergantung permasalahan yang dihadapinya.
134
260
265
270
275
280
285
290
295
300
P : Selain biaya sekolah? I : Selain biaya sekolah ya keperluan
sehari-hari juga termasuk juga P : Emm.. lainnya mungkin? I : Ya mungkin biaya untuk ya seperti itu,
biaya katakanlah untuk biaya rumah, untuk kontrak rumah kan harus kita bertindak dengan anu, nggak hanya musti meneteskan air mata
P : Emm.. jadi ibu bersikap apa, perasaan ibu itu sesuai dengan apa yang di hadapi, bagaimana-bagaimana itu ibu, sesuai dengan perasaannya ibu, kalau perlu, kalau perlu umpamanya tenaga bertindak langsung segera bertindak.
I : He’eh P : Kalau nggak, harus tepat? I : Iya P : Terus kan kalau tadi perasaannya ibu
ya? Terus kalau ada permasalahan ya? I : He’eh P : Lha apakah ibu tuh ingin langsung
sesegera mungkin untuk langsung menyelesaikan suatu masalah yang ibu hadapi itu?
I : Ya memang seharusnya seperti itu, ada masalah ya kita semampu kita, ya ini kan menyelesaikan masalah
P : Emm.. mengapa? I : Semampu kita harus menyelesaikan
secepatnya, karena nanti kalau terlalu lama masalah tuh berlarut-larut kan ya jadi beban juga
P : Pernah mengalami masalah yang berlarut-larut?
I : Ya pernah juga P : Seperti apa kalau boleh tahu? I : Na.. permasalahan yang berlarut-larut
katakanlah, eh dalem, dalem ini ya katakanlah ya biaya anak-anak itu tadi ya, kalau kita biarkan aja seperti itu ya mungkin ada kendala mereka tidak bisa ikut ujian, ada kendala yang lain-lain tapi kan kalau kita memang secepatnya untuk ini berusaha melunasi kan mereka bisa mengikuti kegiatan
Informan ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi ketika ada masalah karena menurut informan nanti kalau terlalu lama masalah tuh berlarut-larut akan menjadi beban.
135
305
310
315
320
325
330
335
340
345
sekolah. P : Jadi fokus pada biaya SPP sekolah
untuk menghindari I : He’em P : Mungkin membengkaknya I : He’em, bisa juga P : Membengkaknya biaya sama nggak
boleh ujian itu? I : He’eh P : Terus, ee.. kalau ee ketika itu ya, ketika
ada masalah yang sudah mentok itu ya? Apakah ada anggota keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalah dan ketika masalah dalam keluarga ibu tuh?
I : Oh.. ada juga P : Emm.. siapa bu? I : Ya dari fihak keluargaP : emm.. dari keluarga ibu sendiri? I : He’eh P : Atau? I : Dari pihak keluarga saya sendiri, dari
pihak dari suami sendiri, mereka mau untuk ini campur tangan
P : Jadi ini dari pihak keluarga suami masih sering berhubungan?
I : Iya P : Berkomunikasi? I : Sering, dari keluarga saya sendiri juga
sering P : Tapi keseringannya membantu tuh
lebih besar dari keluarga suami atau dari keluarga ibu?I : Oh itu ya sama aja
P : Sama? Maksudnya? I : Maksudnya ya sama aja, dorongan fisik P : Fisik? Maksudnya? I : Maksud saya kan kalau, ya mereka kan
mendorong bagaimana semangat untuk ini, untuk ini.
P : Memotivasi? I : He’eh memotivasi kita P : Emm.. jadi banyak yang sering
memotivasi ibu adalah dari keluarga ibu sendiri
I : He’eh dari keluarga suami juga P : Tapi yang lebih banyak dari keluarga
ibu, selain memberi dorongan motivasi,
Menurut informan ada anggota keluarga lain dari fihak keluargannya dan fihak keluarga suami yang membantu menyelesaikan masalah ketika ada masalah dalam keluarga informan.
136
350
355
360
365
370
375
380
385
390
kalau boleh tahu memberi bantuan apa lagi bu?
I : Yaa bantuan lain, bisa juga dari materi, bisa juga
P : Emm.. materi? I : He’eh P : Terus? I : Ya tapi ya itu tadi dorongan itu tadi
terutama P : Emm.. I : Dan pandangan-pandangan P : Pandangan gimana bu? I : Nha.. pandangan-pandangan mereka
mengasih pandangan caranya untuk menyelesaikan sebuah permasalahan, mereka bisa ini memberikan pandangan
P : Kata lainnya itu, sharing itu? I : He’eh P : Jadi saling? I : Ya berbagi, P : Berbagi pengalaman? I : He’eh P : Terus kalau, ibu kan tadi apa bercerita
bahwa sering menerima bantuan ya? I : He’eh P : Apakah ibu selalu, setiap diberi bantuan
selalu menerima? I : Ya, namanya kita manusia belum tentu,
semua dikasih pandangan itu, belum tentu kita terima
P : Emm.. maksudnya belum tentu bu? Maksudnya belum tentu menerima tuh lho
I : lha, maksud saya, semua mereka yang ngasih pandangan-pandangan itu, belum tentu itu semua kita bisa ini menerima, belum tentu kita menelannya semua, karena apa. Dalam hati kita kan ada prinsip-prinsip tertentu.
P : Kenapa? I : Ha? P : Kenapa kok gitu, ada prinsip lalu
sehingga ibu kok nggak menerima? I : Lha kita kan ada prinsip-prinsip
tertentu karena dalam keadaan
Informan belum tentu bisa menerima bantuan yang diberikan orang lain karena di dalam hatinya ada prinsip-prinsip tertentu.
137
395
400
405
410
415
420
425
430
435
perekonomian kita P : Emm.. perekonomian? I : Lha kita ada perekonomian kita khan,
ya keadaan seperti ini P : Ha.. I : Katakanlah mereka meng anu..
mengasih pandangan-pandangan harus begini, harus begini
P : Hemm.. I : Na semantara dalam perekonomian kita
kan ndak mencapai kesitu, kan gitu? P : Berarti kalau udah nggak cocok
dengan?, maksudnya perekonomian itu pengeluaran bulanan atau?
I : Ya baik dalam pengeluaran bulanan, atau dalam ya pengeluaran sehari-hari juga kan
P : Oh jadi kalau udah nggak sesuai dengan pengeluaran ibu, ibu malah nggak menerima bantuan?
I : Ya bukan saya nggak mau menerima bantuannya tapi ya memang tetep menerima ini
P : Emm.. I : Tapi kan belum tentu semua kita
praktekan gitu lho P : Emm.. jadi ibu tuh istilahnya
memisahkan antara yang sesuai? I : Iya P : Jadi ibu tuh mensikapinya dengan
memisah-misah antara apa yang cocok I : Apa yang cocok sama kita, sesuai
dengan kita. P : Emm.. terus kalau boleh tahu lagi ya,
bagaimana sih harapan ibu untuk kedepannya?
I : Ya kalau harapan kita untuk kedepannya itu terutama sekali ya, ya ingin untuk merubah hidup.
P : Maksudnya? I : Untuk merubah hidup ya maunya
jangan keadaan seperti ini terus, ingin untuk maju dan ingin untuk anak-anak untuk ee.. maju, untuk berprestasi, lha itu lho masa depannya cerah, lah itu
P : Selain itu? Dari sisi ibu sendiri? Kan
Informan hanya mau meneriama bantuan apa yang menurutnya cocok, sama dan sesuai dengan dirinya. Harapan informan adalah ingin untuk merubah hidupnya, ingin untuk maju dan ingin untuk anak-anak untuk maju, berprestasi, dan masa depannya cerah.
138
440
445
450
455
460
465
470
475
480
485
tadi dari sisi anak-anak I : He’eh P : Sisi ibu harapannya apa? I : Ya harapan saya ingin merubah hidup,
maksud saya merubah hidup, ya keadaan jangan seperti ini terus, ya ingin untuk maju
P : Oh, lebih meningkat lagi? I : Iya meningkat lagi, nha itu, misalnya
apa, taruhlah kalaulah usia kita masih kuat seperti ini, kita kerja seperti ini, tapi nanti kan kalau usia kita sudah tua
P : Iya I : Nha, jadi kita khan nggak bisa seperti
ini lagi P : Ini perumpamaan ya I : Hmm.. P : Seumpama ya, kalau anaknya ibu sudah
berprestasi dan ibu sudah berhasil meningkatkan tarafnya
I : he’em P : Terus apa ada harapan lain bu? I : Ya harapan lain ya, gimana ya? P : Ya perumpamaan saja, jadi kalau ibu
sudah mencapai harapan tentang anaknya yang sukses dalam segi pendidikan atau bagaiman
I : He’em P : Terus ibu sudah mampu meningkatkan
taraf perekonomian, apakah ada harapan lain?
I : Ya harapan lain, terutama kita ingin membantu yang ini yang membutuhkan.
P : Yang membutuhkan maksudnya? I : Lha kita kan sudah sering dibantu
dengan dorongan, si apa, apa namanya? Eh dorongan-dorongan yang kita ini, kita butuhkan kan jadi kan kita umpamane saya berhasil.
P : Iya I : Saya ingin untuk me anu, membantu
orang yang membutuhkan, baik didalam katakanlah jasmani, maupun di dalam fisik
P : Jadi seperti eh bantuan sakit, atau
Informan juga ingin membantu orang lain yang membutuhkan.baik didalam katakanlah jasmani, maupun di dalam fisik
139
490
495
bagaimana? I : Nha kalau bisa, ya saya bisa bantu, ya
saya bantu. Itulah P : Jadi kalau ibu umpamane kalau sudah
semua sukses sudah berhasil, ibu akan membantu?
I : He’em P : Ya udah gitu aja, kalau, maaf kalau
mengganggu waktunya bu, makasihnya I : Iya.. P : Maaf kalau mengganggu, mari bu I : Iya..
140
Verbatim Wawancara Informan 4 Kode : W1/S4 Nama : Ibu E.S Usia : 36 tahun Pekerjaan : PNS (Guru) Pendidikan terakhir : Sarjana (S 1) Usia anak : 5 Tahun (Balita) Hari/tanggal wawancara : Rabu, 24 September 2008 Tempat : Rumah orang tua ibu E.S Waktu : 09.25-10.00 WIB (35 menit) Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada wanita
sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.
P : Pewawancara I : Informan
Baris Uraian Interview Analisis
5
10
15
20
25
P : Pagi bu? I : Iya P : Maaf bisa mengganggu? I : Iya, bisa P : Ee.. bu, maaf ya, kalau boleh tahu nih,
ee.. selama ibu tuh menjadi seorang apa, ibu yang membesarkan anak seorang diri tuh bagaimana sih masalah yang banyak terjadi bu?
I : Ya masalah yang terjadi itu, ini ya, ya masalah keluarga terutama, dan juga masalah pribadi, berkaitan dengan masalah sosial.
P : Jadi sosial ya? Kalau keluarga disini maksudnya bagaimana bu?
I : Keluarga itu mengenai ini ya masalah anak ya.
P : Iya. I : Jadi ya masalah untuk mendidik anak
atau membesarkan anak, membimbing anak itu yang menjadi masalah keluarga ya.
P : Emm.. yaa.. I : Juga masalah ekonomi tuh bisa juga
menjadi permasalahan sebagai seorang single parent.
Selama informan menjadi orang tua yang membesarkan anak seorang diri terjadi banyak masalah terutama masalah keluarga dan masalah pribadi yang berkaitan dengan masalah sosial. Masalah keluarga ini menurut informan adalah masalah anak, mendidik anak atau membesarkan anak, membimbing anak dan masalah ekonomi.
141
P : Emm.. terus kalau itu kan dari sisi keluarga ya?
I : Iya P : Terus kalau dari pribadi bagaimana bu? I : He.. dari pribadi ni saya kaitkan dengan
masalah sosial ya, sebagai insan sosial atau kita hidup dimasyarakat
P : Iya. I : Tentunya prilaku kita, apalagi saya,
sebagai seorang single parent itu akan disorot oleh masyarakat ya
P : Hmm.. I : He.. seakan-akan ini mungkin perasaan
atau ya memang kenyataan ya, seakan-akan sebagai seorang single parent itu, perilaku tuh diawasi ya
P : Hmm.. I : Jadi kalau kita itu misalnya, ini karena
saya sendiri ya P : Ya. I : Jadi itu misalnya, kalau ini masalah
saya boncengan dengan orang lain itu ya yang beda jenis kelamin gitu kan juga masyarakat bisa nanti berfikiran negatif gitu
P : Ooo.. I : Dengan siapa tho itu, atau nanti ada
unsur fitnah dan sebagainya itu masalah pribadi ya, berkaitan dengan masalah masyarakat
P : Iya. I : Nah itu seperti itu contohnya, salah
satu contohnya P : Hemm.. Terus tadi kan masalah dari
luar diri ibu ya I : He’em P : Dari keluarga dan masyarakat ya, terus
kalau dari dalam diri ibu sendiri apakah ada masalah yang mungkin
I : Dari saya sendiri? P : Ya. I : Dari, maksudnya dari untuk mengurus
keluarga atau bagaimana? P : Lha tadi kan anggapan orang I : He’em P : Biasannya begini-begini, tapi kalau ibu
30
35
40
45
50
55
60
65
70
Sedangkan masalah pribadi informan menganggap dengan masalah sosial karena disorot oleh masyarakat dan perilakunya diawasi masyarakat.
142
sendiri? I : Iya, kalau saya sendiri tho itu kan
sudah, bagi saya single parent karena ini memang tidak saya sengaja, bukan karena cerai hidup ya, jadi itu karena sudah takdir Allah bahwasannya umur manusia itu kan sudah ada garisnya ya, sudah ditakdir di surat, itu saya ya saya sendiri secara pribadi ya saya pokoknya ini karena ini sudah takdir.
P : Iya I : Berarti biarlah anggapan orang,
misalnya ya orang beranggapan bahwa janda itu memang wah itu kok sepertinya kok buruk gitu ya
P : Iya I : Gitu ya biarlah, anggapan orang seperti
itu yang penting saya menjaga perilaku saya
P : Iya I : Biar itu tidak ada fitnah di masyarakat
jadi yang terpenting ya, menjaga perilaku lha itu
P : Iya, terus tadi kan ibu menceritakan tentang masalahnya seperti keluarga, pribadi itu kan ibu menjaga perilaku
I : he’eh P : Terus bagaimana sih ibu menyikapi dan
menyelesaikan masalah itu? Jadi umpamannya ibu dibilangi, dikata-katai lah tetangga tuh
I : he’eh P : Bagaimana ibu menyikapi dan
menyelesaikannya? I : Oh gitu, itu yang masalah pribadi ya? P : Iya I : ya untuk masalah pribadi tadi, misalnya
ada orang ini, misalnya saya tahu ngrasani istilahe sampai dengar ditelinga saya gitu ya
P : Iya I : itu ya itu ya wes, ee.. saya sikapi ya
biasa saja lah, yang penting saya sendiri kan tidak seperti yang dikatakan orang, tapi sampai sekarang itu ya alhamdulilah belum ada ini ya sampai
75
80
85
90
95
100
105
110
115
Informan membiarkan anggapan orang, yang penting informan menjaga perilakunya. Informan menyikapi biasa saja terhadap masalah yang dihadapinya.
143
ditelinga saya yang negatif itu P : ya.. I : Belum ada Alhamdulillah, ya mudah-
mudahan sampai mbesuk pun demikian ya itu, oleh karena itu kan ya tadi saya, tadi sudah ku bilang karena memang takdir saya seperti itu ya
P : Emm.. I : Saya harus mensikapi dengan ikhlas
dan juga berusaha untuk tetap berbuat baik pada orang lain, tetap menjaga perilaku, meningkatkan iman, ya itu ya kita kembalikan pada Allah, semua perilaku tuh yang mengetahui kan Allah ya
P : Hemm.. I : Itu, itu sebagai modal ya modal saya ini
sebagai single parent tuh biar kuat atau terhindar dari fitnah sosial gitu
P : Hemm.. itu kan dari sisi anu, apa namanya?
I : He’eh P : Pribadi ya, tapi pemenuhan, menyikapi
dan menyelesaikan masalah dari sisi ekonomi tadi?
I : Ooo.. dari ekonomi, ya dari ekonomi ini alhamdulilah ya karena ee.. saya sendiri ini berkerja, saya sebagai guru.
P : Iya.. I : Alhamdulillah punya penghasilan
sendiri P : he’em I : Kemudian kalau suami saya kan itu
swasta, jadi sekarang yang memang ekonomi ya hanya dari saya ya, karena swasta kan tidak punya pensiun
P : Iya I : Nah itu, oleh karena itu ya, dengan
penghasilan yang sekian, sekian itu P : Iya. I : Itu dalam masalah ekonomi saya
sekarang alhamdulilah juga cukup ya, na untuk membesarkan anak, mendidik anak, na itu juga saya pertimbangkan dengan masalah ekonomi juga ya?
P : Ooo..
120
125
130
135
140
145
150
155
160
Informan bersikap ikhlas dan berusaha untuk tetap berbuat baik pada orang lain, tetap menjaga perilakunya, karena menurut informan semua perilaku yang mengetahui adalah Allah.
144
I : Bagaimana, ataukah nanti kalau anak saya sekolahkan di sekolah yang seperti itu misalnya, kalau yang besar ini kan di SD IT ya itu saya juga berharap dia mempunyai atau mendapatkan pendidikan yang baik, pendidikan yang ee.. di dunia maupun nanti di akheratnya itu jadi saya njagani itu, itu juga sebelum kesitu kan saya pertimbangkan, biayanya bagaiaman kira-kita cukup atau tidak.
P : Emm.. I : Itu ya, Alhamdulillah juga ya sudah,
cukup ya. P : Kalau lainnya dari gaji tuh mungkin ibu
punya sampingan yang lain bu? I : Ya, iya Alhamdulillah saya juga
mempunyai tambahan yang lain dengan, dengan menulis atau menyusun buku atau LKS, LKS dari penerbit itu kan dapat.
P : Iya I : Tambahan penghasilan, lha itu
makannya kan bisa itu bisa dikumpulkan atau ditabung untuk masa depan anak kelak, untuk pendidikan kelak, kan kalau sekarang tuh biayaanya masih, sedikit ya, pendidikan masih SD, karena yang besar
P : Emm.. I : Lha untuk besuk kan, masih perlu biaya
besar, jadi untuk masalah ekonomi itu, disamping menyimpan itu, saya juga ikut asuransi, itu ya, asuransi pendidikan
P : Oh ya.. I : Itu asuransi pendidikan, diharapkan
dengan asuransi pendidikan bisa membantu kelak kalau anak-anak sudah sekolah SD, SMP, SMA dan seterusnya itu
P : Iya I : Itu dengan seperti itu. P : Dengan kata lain untuk njagani? I : Iya, ya P : Lha terus bu? Kalau boleh tahu lagi ya?
165
170
175
180
185
190
195
200
205
210
145
Apa, apakah pernah sih ibu tuh mengalami suatu masalah yang dianggap ibu sangat berat?
I : Masalah yang berat sekali? P : Iya. I : Kalau yang berat sekali ituh
Alhamdulillah belum ya, dan mudah-mudahan tidak, eh masalah-masalah yang ada tuh sudah Alhamdulillah bisa di..
P : Atasi sendiri? I : Selesaikan, diselesaikan sendiri P : Ya? I : Diselesaikan sendiri tuh, ya udah tuh.
Jadi P : Jadi ibu belum pernah ya mengalami
sebuah masalah yang dianggap sulit? I : Iya, ya yang berat sekali itu
alhamdulilah belum, mudah-mudahan tidak, He..
P : Hemm.. I : Dan bisa mengatasi masalah yang
datang P : Iya, terus kalau emm.. apa, kalau ada
masalah ya, lantas bagaimana ibu mengatasinya seorang diri ataukah melibatkan orang lain bu?
I : Ya kalau masalah itu masih bisa saya atasi dengan berbagai pertimbangan ya, dipikirkan, pertimbangan, kemudian juga minta petunjuk dari Allah gitu ya, tuh kalau masih bisa saya atasi sendiri, saya atasi sendiri, tapi kalau tidak bisa, lha itu juga saya perlu saran, pertimbangan dari orang tua, dari saudara gitu.
P : Lha berarti ibu tuh jarang ya, untuk me, melibatkan orang lain dalam menyelesaikan masalah ibu?
I : Iya, jarang. P : Mengapa? I : lha itu karena dengan berbagai
pertimbangan tuh kalau masih bisa, ya saya tuh, kan saya sendiri tuh tidak seneng merepotkan orang lain gitu lho
P : Ooo..
215
220
225
230
235
240
245
250
255
Informan belum pernah mengalami suatu masalah yang dianggapnya sangat berat, karena masih bisa diselesaikan sendiri. Kalau informan masih bisa mengatasi sendiri masalahnya, informan mengatasi sendiri, tapi kalau tidak bisa, informan meminta saran, pertimbangan dari orang tua, dan saudara. Informan jarang melibatkan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya karena tidak senang merepotkan orang lain.
146
I : Tidak seneng merepotkan, jadi misalnya masalah ekonomi juga, kalau tidak seneng kok minta bantuan, gitu saya tidak suka ya, seneng ya kalau bisa ya berusaha sendiri gitu.
P : Emm.. I : Tapi kalau mereka, toh saudara
misalnya mau membantu ya diterima itu kan masalah ekonomi ya seperti itu, dan masalah lainnya.
P : Kalau masalah pertimbangan? I : Pertimbangan apa? P : Pertimbangan ya, tentang pendidikan
atau apa gitu I : Oh gitu, sekolah dimana tuh? Ya itu
kemarin tuh juga ini, juga saya perlu saran deri orang lain, terutama dari orang tua, dari mertua atau saudara tuh, jadi saya menyerahkan yang SD ni ya
P : Iya I : Itu kan berkaitan dengan masalah
ekonomi, kalau di SD IT kan perlu biaya besar
P : Iya I : Perbulannya, ya itu juga saya minta
pertimbangan, lha itu kemarin tuh dari mertua juga, itu saya libatkan,karena memang itu masih ada ikatan darah ya
P : Iya I : Jadi perlu pertimbangan dari sana,
bagaimana, lha itu dari fihak orang tua itu kan juga kalau ada niat nanti ada saranannya, ada yang membantu, ya itu juga ada saudara juga yang membantu tuh, dari adik bapaknya anak-anak ini
P : Oh ya? I : Itu masalah pendidikan. P : Terus kalau, ee.. ada suatu masalah
dalam keluarga ya? I : He’em P : Bagaimana sih ibu menentukan
tindakan yang dipilih? I : Masalah keluarga? Misalnya apa? P : Ya, ibu ketika ya, ada kesulitan pada
ekonomi ataukah pendidikan tuh ya, ibu tuh menenentukan tindakan yang
260
265
270
275
280
285
290
295
300
147
305
310
315
320
325
330
335
340
345
ibu pilih bagaimana itu lho? I : Ya diharap tindakan yang dipilih tuh
yang paling baik, ya yang terbaik untuk anak itu, eh bagaimana kira-kira yang kira-kira baik untuk anak, ya misalnya seperti tadi, menentukan sekolah
P : Emm.. I : Yang baik untuk anak itu yang
bagaimana dengan kondisi saya yang seperti ini ya, dengan seorang diri.
P : Seorang diri ya? I : Kan itu juga otomatis, mendidik tuh
sendiri ya P : Iya I : Lha beda kalau ada bapaknya, itu kan
ada yang membantu ya, terutama masalah agama ya itu juga penting ya, dengan adannya kalau ada ayah misalnya, kalau mendidik anak melatih sholat berjama’ah di masjid ya
P : Iya I : Biasannya laki-laki ya yang kemasjid
tuh, ya mondar-mandir itu, biasannya itu, lha kalau saya sendiri ya juga jarang ya, kalau misalnya sholat berjama’ah ke masjid ya agak jauh kebetulan juga jarang, sehingga saya perlu, maka menyekolahkan anak disitu tuh juga pertimbangan juga ya masalah soal agama
P : Iya, emm.. berarti disini tuh ibu selalu memikirkan bagaimana akibat yang akan terjadi dari tindakan yang ibu lakukan itu?
I : Iya, jadi dengan kalau ee.. mengambil suatu keputusan itu kan pertimbangkan dulu
P : Iya I : Kira-kira kalau begini nanti akhirnya
bagaimana, terus dampaknya apa itu perlu dipertimbangkan banyak-banyak juga ya
P : Iya I : Seperti itu P : Terus kalau ee.. bagaimana sih sikap
ibu kalau, ketika masalah tersebut tuh
Informan menentukan dan memilih tindakan yang terbaik untuk anaknya. Ketika memilih suatu tindakan informan menyesuaikan dengan kondisi dirinya. Ketika mengambil suatu keputusan informan mempertimbangkan terlebih dahulu keputusannya.
148
350
355
360
365
370
375
380
385
390
harus melibatkan orang lain bu? I : Ooo.. gitu P : Jadi pamannya ada masalah itu
bagaimana bu? I : he’em P : Ee anu ketika masalah harus
melibatkan orang lain bagaimana ibu, ee menentukannya ?
I : Iya, tu kalau masalah tuh diatasi sendiri tidak bisa
P : Iya, dan harus melibatkan I : Nanti minta bantuan ya, minta saran,
ee.. jadi untuk pemecahan masalah itu, bagaimana ya nanti minta saran atau pertimbangan itu, terutama dari keluarga dulu ya!
P : Iya I : Dari orang tua, saudara-saudara saya,
itu jadi dari keluarga terdekat P : Emm.. I : Itu bagaimana saran mereka, nanti kan
di sinkronkan dengan saya sendiri ya, dengan pemecahan masalah saya sendiri, oo.. itu yang terbaik oo.. begitu, ya nanti diambil keputusan itu
P : Jadi ibu tuh anu, semua bantuan yang diberikan ibu tuh selalu mensingkronkan dengan dirinya ibu sendiri?
I : Iya P : Emm.. untuk mencegah atau
mengurangi ketidak cocokan? I : Iya, jadi semisal punya saya seperti ini,
keluarga sama, ooo.. ya itu memang solusi yang terbaik.
P : Terus kan tadi ibu khan bilang kan I : He’eh P : Keluarga kan hanya dimintai bantuan
saja atau sarannya I : He’eh P : Terus seberapa besar sih peran ibu
didalam mengatasi masalah keluarganya?
I : Masalah keluarga? Terutama masalah ya mendidik?
P : Peran ibu,seberapa besar?
Ketika masalah informan harus melibatkan orang lain informan meminta saran atau pertimbangan terlebih dahulu, terutama dari keluarga, orang tua, saudara-saudara informan, itu semua dari keluarga terdekat, kemudian informan lalu mensinkronkan dengan dirinya, kemudian diambil keputusannya.
149
395
400
405
410
415
420
425
430
435
440
I : Gini? P : Eh.. nggak tadi kan ibu sudah diberi
saran I : He’eh P : Tuh seberapa besar sih peran ibu
didalam mengatasinya, jadi saran-saran yang ibu terima tuh
I : He’eh P : Ibu mengatasinya tuh seberapa besar
perannya? I : Oh, gitu, lha tadi kan, misalnya ada
masalah P : Iya I : ‘X’ gitu ya? Itu wah kok saya, mau
saya ambil pemecahan atau keputusannya kok masih ragu gitu kan terus minta pertimbangan. Itu ya!
P : Berarti? I : Oh jadi masukan-masukan itu ini
masukan-masukan ini saya olah juga ya!, tak olah, ooo.. saya pertimbangakan lagi, oo.. kalau begitu ya memang baik, terus itu baru saya putuskan
P : Emm.. berarti ibu disini I : Saya? P : Berperannya penuh? I : Iya lebih banyak sayaP : Ooo.. I : Tapi kalau dari orang lain itu juga lebih
baikP : Cocok? I : Iya cocok, lha itu kan memang itu
membantu ya P : Emm.. Terus ini maaf ya? I : He’em P : Apakah ibu tuh sebelumnya pernah sih
membayangkan kehidupan ibu yang seperti sekarang ini bu?
I : Woo.. berarti sebelumnya, waktu itu waktu masih
P : Nggih, bapaknya masih ada I : Hidup gitu ya? Yaa.. nggak pernah sih
ya P : nggak pernah? I : Belum pernah membayangkan kok baru
Informan lebih banyak berperan di dalam keluargannya tetapi kalau orang lain lebih baik Dan cocok, informan menerimanya karena dianggap membantunya. Informan sebelumnya belum pernah membayangkan kehidupannya yang seperti
150
445
450
455
460
465
470
475
480
485
berapa tahun menikah terus, ee.. meninggal gitu ya, nggak pernah, belum membayangkan ya, belum membayangkan, belum membayangkan sama sekali, tapi ada gini ya, karena suami saya itu kan memang banyak hidup dijalan ibaratnya
P : Iya I : Karena sering perjalanan jauh lha itu
juga kemungkinan resiko-resiko seperti kecelakaan, terus meninggal dalam perjalanan itu juga ada ya, itu juga sempat terpikir juga itu sebelum ini ya, malah sempat terfikir itu, ee.. waktu sudah dekat ini ya, mau waktu ayahnya meninggal tuh itu sempat terfikir seperti itu, nggak tahu apa itu firasat atau bagaimana
P : Berarti itu sebuah firasat? I : Iya.. Sempat terfikir gitu kalau dulu
meninggalnya tuh di, kecelakaannya di ngadirojo wonogiri tuh
P : Iya I : Sempat terfikir itu, karena kan mau
kepacitan itu suami saya, mau dinas itu, itu disana kan memang jalannya memang seperti itu, lha itu resikonya, resikonnya semuannya tuh sudah saya pasrahkan pada Tuhan, gitu ya!
P : Tapi sebelumnya tuh ibu sudah merasakan sebuah firasat ya?
I : Iya, itu yo, yo terfikir seperti itu yo, tapi itu saya sendiri kan sudah memang sebelumnya kan sudah banyak ujian hidup ya! Jadi wah semua kalau memang Allah itu akan memberikan jalan, akan memberikan ujian juga akan memberikan jalan yang terbaik, gitu ya!
P : Emm.. I : Karena, Allah memberikan ujian kan
hanya mau ditingkatkan derajadnya itu P : Emm.. terus kalau I : He’em P : Ee.. maaf ya terus kalau perasaan ibu
dan cara, caranya ibu menyesuaikan diri ketika masa awal ditinggal oleh
sekarang ini. Ketika mendekati wktu kematian suaminya informan sempat berfirasat dan terfikir akan kehilangan suaminya. Ketika informan menerima firasat akan kehilangan suaminya informan sudah memasrahkan pada tuhan.
151
490
495
500
505
510
515
520
525
530
ayah tuh bagaimana bu? I : Ooo.. gitu? P : Iya I : Iya karena memang sebelumnya kan
memang apa-apa kalau ada masalah itu kan bisa dipecahkan bersama ya
P : Iya I : Terus kemudian ya yang satu tidak ada
sehingga harus mencari sendiri, ya itu pertama juga, juga agak gini ya, juga gimana ya? Agak susah juga, tapi semuannya itu saya kembalikan, yang penting itu ikhlas tadi ya, prinsip saya tuh manusia itu hidup, nha itu kan diberi umur tertentu ya, jadi sewaktu-waktu bisa dipanggil yang punya.
P : Hemm.. I : Lha itu prinsip saya itu, maka saya itu
ikhlas ya, sehingga.. P : Tabah? I : Iya, sehingga bisa tabah, itu, seperti itu
Alhamdulillah, seperti itu, sehingga pokoknya harus semangat, semangat hidup, semangat berusaha untuk mendidik titipan, ya mendidik anak itu tadi, membesarkan anak dengan walaupun single parent seperti itu, itu.
P : Susahnya disini maksudnya? I : Susah, yo susah tadi, masalah ya
terutama ini masalah ekonomiP : Oh ya.. I : Masalah ini, kalau misalnya yang cari
uang berdua kan lebih akan lebih, lebih mungkin ya, kondisi ekonominya lebih baik, kemudian untuk kalau banyak masalah, namanya manusia hidup berkeluarga itu kan banyak masalah ya!
P : Iya I : Lha itu bisa dipecahkan bersama,
diselesaikan bersama, seperti itu. P : Emm.. I : Itu, itu susahnya seperti itu P : Terus kalau maaf ya? I : He’em P : Kalau perasaan nya ibu ketika
menghadapi masalah tuh dalam
Perasaan dan cara informan menyesuaikan diri ketika masa awal ditinggal oleh suami pada awalnya susah dan ikhlas. Informan menyesuaikan diri dengan ikhlas. Informan bersikap tabah sehingga memunculkan semangat hidup, semangat berusaha untuk mendidik anak, dan membesarkan anak. Yang menjadikan informan kesusahan terutama masalah ekonomi.
152
535
540
545
550
555
560
565
570
575
keluarga tuh bagaimana? Apakah susah, atau gimana, sedih
I : Kalau ada masalah gitu? P : Iya perasaannya? I : Woo.. kalau ada masalah keluarga, ini
kalau saya masalah keluarga ini ya sedih juga ya, terutama masalah ini, anak ya, mengenai bukan masalah mendidik, pendidikan ya, bukan masalah ekonomi, masalah anak itu, karena anak saya masih balita itu kan memang, perlu masih dalam perkembangan itu kan memang masih banyak kasih sayang ya!
P : Iya. I : Dari orang tuanya, gitu, lha itu, itu,
masalah itu yang membuat saya sedih malah itu, ya bukan masalah ya ini yang ekonomi gitu, mereka ya terutama yang kecil ini ya, yang kecil itu kan
P : Iya I : Kadang perlu, ya yang kecil ini kan
perlu ini ya di masih berkhayal, masih banyak berkhayal, seandainnya, berandai-andai gitu ya,mbok bapaknya masih ada, gitu, bisa pergi, bisa main-main, jalan-jalan dengan ibu bapaknya seperti anak-anak lainnya, seperti itu, itu yang membuat saya sedih itu malahan ya malahan ya, malah itu
P : Emm.. I : Jadi, ya itulah masalah kasih sayang
tuh masih perlu, tuh bagi anak ya, seusia balita seperti anak-anak saya ini, kalau yang besar tuh malah Alhamdulillah dia lebih dewasa ya, jadi walaupun dulu dia ditinggal 3 tahun tuh sudah ya sudah agak sudah faham ya sepertinya, dia sudah faham
P : Iya I : Kalau bapaknya tuh sudah meninggal
seperti itu, jadi kalau adiknya itu berandai-andai yo kakaknya tuh justru itu yang memberi tahu gitu!
P : Iya? I : Memberi tahu
Perasaan informan ketika menghadapi masalah didalam keluarga sedih ketika kasih saying untuk anaknya tidak bisa terpenuhi. Yang membuat informan sedih adalah tidak bisa membahagiakan anaknya dengan kasih sayang ayahnya. Karena menurut informan masalah kasih sayang ayah masih perlu, bagi anaknya yang berusia balita.
153
580
585
590
595
600
605
610
615
620
P : Kalau, upamanya tadi kan anaknya ibu berkhayal ya?
I : He’eh P : Terus bagaimana ibu memenuhi
khayalanya itu ya? I : Hee.. gitu ya? Ya itu nanti ini ya saya
sendiri sama anak-anak ya, juga kadang-kadang ya pas kalau liburan, pas hari minggu itu kan juga jalan-jalan, gitu ya, jadi itu kan juga memenuhi khayalan tadi termasuk juga ya?
P : Hmm.. I : Tapi juga kadang ini, pakdhenya, om
nya juga sok kadang mengajak mereka gitu ya, jadi tidak begitu sedih lah anaknya, tidak begitu merasa kok ndak ada bapaknya, ndak bisa pergi-pergi, seperti itu, itu memang anak kan memang seperti itu ya ininya pengen ya dengan anak lain, woo.. itu kok kalau yang normal saja kalau anak pergi, temannya pergi, kok itu juga pengen, wong itu aja pergi kesitu, kok saya kok tidak, gitu ya?
P : Woo.. I : Itu seperti itu P : Jadi ibu memenuhi? I : Ho’oh P : Apa itu khayalan, dengan pakdhe atau
saudara dekat ya? I : He’em dengan pakdhe, ya, iya, itu
he’em P : Berjalan-jalan atau? I : He’em, tidak saya pribadi sendiri, sama
anak-anak gitu, entah ke Manahan atau ke supermarket, ketempat mana gitu, itu
P : Emm.. Terus kalau umpamanya ini ada suatu permasalahan nggih?
I : He’eh P : Terus apakah ibu tuh ingin langsung
sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah tersebut bu?
I : Kalau ada permasalahan? Iya kalau ada permasalahan tuh.
154
625
630
635
640
645
650
655
660
665
670
P : Mengapa? I : Ya, secepatnya tuh bisa diselesaikan
ya, nanti kalau tidak diselesaikan kan bisa menumpuk-numpuk menjadi beban juga malahan ya
P : Iya I : Timbul masalah baru, lha itu belum
diselesaikan malah timbul lebih banyak masalah, nha nanti kan juga malah merepotkan, makannya kalau ada masalah yang datang harus sebisa mungkin itu cepat diselesaikan dengan ya dengan entah itu, bisa kalau bisa diselesaikan sendiri ya dengan sendiri, kalau tidak ya dengan perlu bantuan orang lain, seperti itu.
P : Tapi ee.. masalah yang ibu libatkan tuh?
I : He’eh P : Langsung, langsung anda selesaikan
seketika itu juga bu? I : Kalau begitu ada masalah datang itu? P : Iya I : Ada masalah datang yaa.. P : Langsung? I : Ya.. sebisa mungkin ya, harus secepat,
seketika itu juga harus diselesaikan gitu, kalau ada masalah datang tidak di apa ya? Ditunda-tunda gitu
P : Emm.. I : Sebisa mungkin ya, kalau bisa ya harus
cepat diselesaikanP : Jadi ibu tuh, ee.. apa sesegera mungkin
menyelesaikan masalah itu agar menghindari bertumpuknya suatu masalah?
I : Iya kan kalau semakin banyak, semakin bertumpuk malah beban semakin berat ya?
P : Hemm.. I : Na itu nanti kan juga repot sendiriP : Tuh untuk menghindari kerepotan? Ibu
sendiri ya? I : Ya, iya P : Emm.. terus kalau itu, apakah ada sih
anggota keluarga yang lain yang
Informan ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu permasalahan secepatnya diselesaikan, informan takut kalau tidak diselesaikan bisa menumpuk-numpuk sehingga menjadi beban. Informan berusaha sebisa mungkin, secepatnya, harus menselesaikan masalahnya, sehingga ketika ada masalah tidak ditunda-tunda. Karena menurut informan kalau semakin banyak masalah, semakin bertumpuk malah menjadi beban dan repot sendiri.
155
675
680
685
690
695
700
705
710
715
membantu menyelesaikan masalah ibu? Ketika ada masalah dalam keluarga, selain keluarga dekat.
I : Keluarga dekat itu? P : Seperti, seperti saudara ipar, atau
saudaranya ibu, ataukah ada saudara lain?
I : Ooo.. selain itu ya? Jadi selain dari keluarga saya sendiri
P : Iya I : Kemudian dari keluarga mertua gitu ya,
itu juga ada dari ini keluarga dari om saya, sepupu saya, itu kan seumuran dengan saya itu kan kadang ya ada masalah gitu ya, kadang rasan-rasan lah, gitu walaupun ya mereka tuh ada yang belum berkeluarga juga tapi ya sudah banyak mengetahui, masalah-masalah itu ya!
P : Mengalami, ya? Apakah dari tetangga atau sepupu itu ya?
I : He’eh P : Apakah tetangga ada yang membantu,
tetangga atau orang dekat rumah? I : Kalau tetangga, tetangga ya? P : He’em I : Kalau tetangga, tidak ada malahan P : Kenapa tidak ada? I : Tidak ada ya, kalau malah mengenai
masalah pribadi ya? P : Iya I : Kalau masalah anak, gitu ya? P : iya I : Gitu ya, jarang sih walaupun ya
kadang, kadang ya pernah hanya rasan-rasan, masalah ya, disini masalah mensekolahkan ya misalnya ya
P : Iya I : Seperti itu, ya hanya rasan-rasan seperti
orang sambat-sambat, ee.. apa ya, ya sambat gitu ya
P : Terus? I : Biasa omong-omong gitu tapi saya
tidak memfokuskan minta bantuan tetangga itu ya, nggak ya nggak ya!
P : Kenapa nggak memfokuskan pada
Anggota keluarga yang lain yang membantu menyelesaikan masalah informan ketika ada masalah dalam keluarga adalah keluarga dekat dari fihak keluargannya, mertua, om dan sepupu informan.
156
720
725
730
735
740
745
750
755
760
tetangga-tetangga? I : Ya, jadi ya.. P : Kalau dilihart dari lokasi kan tetangga
lebih dekat I : He’eh P : Tapi mengapa ibu, nggak? I : Itu khan masalah ini interent pribadi ya,
saya interent ya P : Iya I : Masalah keluarga ya P : Iya I : Sebisa mungkin ya itu dari dalam dulu,
nanti dari dalam dulu, nanti kalau langsung keluar ya ketetangga nanti bisa mungkin itu, masalah jelek ya, atau dianggap orang lain tuh buruk, misalnya
P : Iya I : Tuh nanti kan namanya orang lain ya,
tetangga tuh bisa nanti ngomong-ngomongke gitu ya!
P : he’em I : Dengan orang lain, ya nanti akhirnya P : Gosip I : Iya terjadi gossip dan sebagainya, lha
itu menjaga itu tadi juga termasuk salah satu khan, juga menjaga itu ya!
P : Iya, berarti ibu tuh biasannya tuh, ee.. biasannya apa memecahkan masalah tuh hanya dengan keluarga saja?
I : Ya terutama keluarga, nanti kemudian kalau teman yang itu ya
P : Teman kerja? I : Ho’oh P : Yang sudah biasa, sudah akrab gitu
khan kadang ya, kadang juga I : Emm.. P : Jadi disini ibu I : Iya P : Menyelesaikan masalah pada keluarga
dan teman tanpa tetangga untuk, tanpa melibatkan tetangga untuk
I : Iya, itu khan masalah memang iya memang masalah pribadi, masalah keluarga ya!
P : Iya, berarti untuk menghindari gossip-
157
765
770
775
780
785
790
795
800
805
gosip yang tidak sedap? I : Iya P : Tidak tersebar gitu ya? Terus kalau
umpamanya, tetangga, eh sepupu dan keluarga tuh memberikan bantuan
I : He’em P : Bantuannya kepada ibu tuh, apakah ibu
tuh akan selalu menerima bantuan yang beliau-beliau berikan itu?
I : Gitu ya? Yang tadi pemecahan masalah tadi ya?
P : Ya.. nggak masalah saja semuannya I : Materi maupun itu P : Iya I : Yang lainnya itu? P : Ya semua saudara tuh apabila
memberikan bantuan kepada ibu tuh I : He’eh P : Apakah ibu selalu mau menerimanya? I : Bantuan dalam hal ini meteri atau
imateri? P : Ya.. kalau materi bagaimana, kalau
imateri bagaimana I : Oh gitu ya? Ya dalam untuk keluarga
dari keluarga gitu ya? P : Iya I : Untuk materi ya memang saya terima
ya, jadi P : Terima ya? Mengapa? I : Ya ini untuk menyekolahkan, terutama
mendidik untuk me.. biaya pendidikan anak ini memang ada ni dari keluarga nih saya terima, saya nggak minta ya! Saya nggak minta, memang itu saya ngga minta, mereka memberi bantuan pada saya ya, untuk biaya pendidikan anak ini terutama ini, saya terima, ya saya terima, kalau yang bukan materi, ya masalah saran-saran atau pemecahan masalah, kalau misalnya saya minta saran, seperti itu karena saya tidak bisa memecahkan sendiri ya ini, ini saya pertimbangkan lagi, woo.. kalau memang tuh baik ya itu saya ambil sebagai keputusan masalah bantuan dari keluarga itu tadi
Informan selalu menerima bantuan materi yang diberikan keluarga untuk biaya pendidikan anak, tetapi informan tidak meminta.
158
810
815
820
825
830
835
840
845
850
P : Berarti disini ibu tuh menerima bantuan I : He’em P : Menerima bantuan, apa sepenuhnya tuh
dari sisi ek, opo, materiil itu ya untuk biaya sekolah atau bagaimana tapi kalau dari imateril ibu masih menyaringnya lagi?
I : Iya, masih menyaringnya lagiP : Emm.. I : Baru diambil keputusan, yang terbaik
lah dari berbagai P : Terbaik untuk? I : Misalnya dari A, B, C ooo.. ini kok A
gini, B gini lha itu, itu khan P : Woo.. I : Ini dipertimbangkan lagi, diolah gitu P : Jadi kalau terbaik apa disini, tebaik
untuk ibu atau terbaik untuk anak? I : Ya, terbaik untuk saya dan keluarga,
untuk keluarga itu P : Emm.. Terus, tadi khan ibu bercerita
mau menerima bantuannya? I : He’em P : Terus bagaimana sih ibu mempercayai
dan mensikapi bantuan yang diberikan pada ibu itu?
I : Maksudnya mempercayai bagaimana? P : Ya ibu apakah percaya 100 % atas
bantuannya atau nggak? Kan biasannya ada yang hanya membantu ada maksud tertentu tuh bagamana?
I : Ooo.. itu karena bantuan tuh datangnya dari keluarga saya ya
P : Iya I : Mereka itu kan ini ya ada ikatan darah
gitu ya? P : Iya I : Tuh saya mempercayainya, karena dari
unsur ee.. ini ya, dari unsur agama pun, dia juga insya Allh dia juga baik, ya gitu ya, ini bantuan terutama dari kakak saya sama adik ipar, ya gitu, masih ada hubungan darah dengan anak saya
P : Hemm.. I : Jadi mereka tuh membantu ya
maksudnya untuk membantu biaya
Informan masih menyaring lagi bantuan yang imateril baru kemudian diambil keputusan, dipilih yang terbaik. Informan mempercayai dan bantuan yang diberikan padanya karena bantuan tuh datangnya dari keluarganya dan adanya ikatan darahsehingga informan mempercayainya.
159
855
860
865
870
875
880
885
890
895
900
keponakan mereka gitu ya, gitu P : Jadi ibu mempercayai bantuannya? I : Iya, P : Terus kalau mensikapinnya? I : Bagaimana? P : Mensikapinya kalau sudah diberi
bantuan tuh bagaimana ibu mensikapi gitu lho?
I : Mensikapinya? P : Iya, apakah mengucapkan terimakasih
atau I : Iya, iya jadi yaa.. saya bersyukur,
bersyukur ada yang membantu, jadi meringankan beban ekonomi saya sebagai seorang single parent seperti itu ya!
P : Emm.. I : Jadi yo berterima kasih pada mereka
ya, yang sudah ikut membantu, penangkapan mereka kan membantu anak yatim itu seperti itu, jadi saya selalu bersyukur ada yang membantu seperti itu sebagai ini untuk membantu biaya pendidikan maupun ekonomi yang lainnya.
P : Emm.., tapi khan 100 % bukan dari mereka tho bu? Hanya bantuan sekedarnya saja
I : Yang? Hoo.. ya sekedarnya saja, jadi sebagai tambahan, tambahan gitu ya, ya mereka khan entah berapa, mengirim berapa misalnya, itu kalau adik ipar saya yang Surabaya itu yang rutin itu.
P : Membantu? I : Iya memang tiap bulan tuh dia transfer
tuh untuk ini, untuk ya anak-anak itu P : terus, kalau boleh tahu ya? I : He’em P : Harapannya ibu ini untuk kedepannya
bagaimana bu? I : Harapan untuk? Keluarga ya terutama
ya ini ya? P : Iya keluarga I : Ya harapan saya mudah-mudahan
Allah selalu memberikan saya kekuatan, ketabahan, keimanan
Informan mensikapi bantuan yang diterimanya dengan bersyukur, karena ada yang membantu, jadi bisa meringankan beban ekonominya, berterima kasih pada mereka, karena sudah ikut membantu dan selalu bersyukur ada yang membantu seperti itu sebagai ini untuk membantu biaya pendidikan maupun ekonomi. Harapan informan adalah Allah selalu
160
905
910
915
920
925
930
935
940
945
sehingga saya bisa berusaha semaksimal mungkin untuk membesarkan anak dengan baik ya!, membesarkan, mendidik mereka menjadi anak yang, ya berguna bagi dunia dan akherat ya pendidikannya baik, kemudian untuk pendidikan akheratnya juga baik, mereka menjadi anak sholeh sholehah ya!, itu harapan saya ya.
P : Iya I : Jadi bisa membesarkan mereka dengan
ini, memang harapan orang tua ya! Sehingga mereka kelak akan menjadi anak yang berguna ya, berguna bukan hanya untuk dunia saja, tapi juga untuk kebaikan mereka di akherat itu
P : Akherat I : Maka ee.. dalam hal pendidikan saya
juga selalu mempertimbangkan untuk masalah urusan akherat, jadi agama itu saya pertimbangkan juga
P : Selain I : He’em P : Harapan kepada keluarga, mungkin ada
harapan lain bu? I : Harapan ini ya? Harapan pribadi saya
gitu? P : Iya, tentang mungkin karier, atau
bagaimana? I : Oh.. itu ya, ya itu ya saya juga berharap
untuk masalah karier ya, masalah pekerjaan itu yo mudah-mudahan ini ee.. Allah memberikan kelancaran
P : Emm… I : Bisa ini ya, ee.. jenjang kenaikan
golongan, karier dan sebagainya lebih meningkat itu, dan untuk pekerjaan lancar tidak banyak masalah, itu harapannya sehingga khan nanti juga kan akan membantu maslah perekonomian.
P : Perekonomian, terus apa? I : Dan juga masalah ini ya, masalah sosial
lainnya ya seperti dengan adannya peningkatan karier, itu khan juga
memberikannya kekuatan, ketabahan, keimanan sehingga bisa berusaha semaksimal mungkin untuk membesarkan, mendidik anak dengan baik, sehingga mereka menjadi anak yang berguna bagi dunia dan akherat, pendidikannya baik, kemudian untuk pendidikan akheratnya juga baik, mereka menjadi anak sholeh sholehah. Didalam kariernya informan berharap agar Allah memberikan kelancaran jenjang kenaikan golongan, dan kariernya lebih meningkat.
161
950
955
960
965
970
975
980
985
990
penghargaan terhadap saya pribadi juga akan lebih baik dengan tetap, tetap akan menjaga tetap tadi insya Allah menjaga perilaku ya! Itu, walaupun karier itu lebih baik, tetap kita itu harus ini ya bersyukur
P : Nggih I : Ya gitu, sebisa mungkin juga nanti bisa
me, membantu orang lain teman lain, ya seperti itu
P : Eee.. andaikan itu semua harapan ibu tuh sudah tercapai
I : he’em P : Apakah ada harapan lain bu? I : Harapan lain? P : Iya I : Mengenai apa ya? P : Ya, mungkin? I : Masalah ini ya, misalnya P : Iya I : Masalah apa? P : Lha apa? Kalau ibu sudah terpenuhi I : He-he-he P : Semuannya apakah ibu akan terfokus
pada I : Ya gini ya, tadi khan ya kalau masalah
karier, pekerjaan itu berhubungan dengan penghasilan ya akhirnya ya, itu kan ya dengan adannya peningkatan penghasilan itu harapannya nanti bisa membesarkan anak, untuk bisa menyekolahkan, mendidik anak ee.. ke sekolah yang lebih tinggi
P : Iya I : Lha itu khan untuk bekal kelak mereka
ya, untuk masa depan mereka tuh dengan rezeki yang lebih banyak tadi kan ee.. karena pendidikan tinggi kan juga perlu biaya besar ya
P : Iya I : apalagi kelak ya, karena ini masih
kecil-kecil, lha itu harapan saya seperti itu.
P : Emm.. I : Dan untuk masalah yang lainnya
seperti masalah keluarga, misalnya,
Informan berharap bisa membantu orang, teman, yang lain.
162
995
1000
1005
1010
1015
1020
1025
1030
1035
misalnya ee.. masalah ini ya, misalnya namanya jodoh misalnya.
P : Iya I : Nha itu, itu khan juga ya itu kalau
memang itu Allah itu memberikan jodoh lagi, nha itu juga ini ya, ini harapan ya, harapan saya terutama ya!
P : Iya I : Itu ya memang bisa Allah bisa
memberikan jodoh yang memang bisa menjadi iman keluarga, bertanggung jawab, bisa menyayangi anak, terutama itu, karena khan sebagai seorang single parent, seorang ibu ya ini yang terpenting tuh masalah anak ya!
P : Ya.. I : Jadi ee.. itu yang masalah selain
masalah ekonomi dan sebagainya itu, masalah prib, ini termasuk masalah pribadi ya?
P : Yaa.. I : Itu masalah tadi, misalnya, misalnya
masalah ini, jodoh atau eee.. bersuami lagi, itu yaa.. ya ini lebih banyak pertimbangannya nanti segi anak ya! Jadi dia tuh bisa nggak menyayangi anak dengan, ya penuh dengan kasih sayang seperti anak sendiri, dan itu sebagai pertimbangan yang harus mamang njimet ya!
P : Iya I : Kalau seorang ibu tuh seperti itu, jadi
ya ini mungkin, karena mungkin, saya sendiri sudah bekerja jadi untuk masalah hal itu, itu masih tidak begitu, eh..
P : terfikirkan? I : Terfikirkan iya, beda kalau orang yang
tidak bekerja, lha mungkin ya berat ya karena masalah ekonomi
P : Masalah ekonomi tadi? I : Iya, jadi kalau masalah karena saya
punya penghasilan, lha itu tidak itu masih, sampingan ya, jadi masih tidak begitu terfikir sekali itu masalah jodoh itu tadi
Informan juga berharap Allah memberikan jodoh lagi buat dirinya.
163
1040
1045
P : Dikesampingkan ya? I : Iya P : Emm, gitu aja ya bu, makasih lho atas
waktunya I : Hee.. iya P : maaf lho kalau mengganggu I : iya, nggak apa-apa P : Selamat siang bu I : Iya selamat siang
164
Verbatim Significant Person Wawancara Informan 1 Kode : WI/SP1 Nama : H. P. I Hubungan dengan subyek : Anak Tertua Informan 1 Usia : 22 tahun Pekerjaan : Polisi Hari / tanggal wawancara : Rabu, 10 September 2008 Tempat : Kompleks rumah dinas aspol Manahan. Waktu : 08.15-08.20 WIB
(5 menit) Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada
wanita sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.
P : Pewawancara
I : Informan
Baris Uraian Interview Analisis
5
10
15
20
25
P : Pagi mas? I : Iya, selamat pagi P : Ee.. maaf nih mas, ee.. apakah anada
tuh mengenal bu M alias bu M ini mas? I : Iya, mengenalP : Sejauh mana anda mengenalnya mas? I : Saya sebagai anak kandungnyaP : Yang nomor? I : Yang pertamaP : Yang pertama? Kalau boleh tahu mas,
usianya sekarang berapa? I : 22 tahunP : 22 tahun ya, emm.. mas mau Tanya nih,
bagaimana sih kehidupan rumah tangga ibu menurut sepengetahuan mas?
I : Baik-baik aja kok P : Baik disini maksudnya? I : Yaa, nggak ada pertengkaran, maupun
konfik baik saudara maupun tetangga P : Berarti? ee.. keluarga ibu anda, ibu ini
nggak ada konflik dan pertengkaran dengan keluarga?
I : Iya P : Emm.. kalau sepengetahuan anda
apakah pernah ada konflik? I : Yaa.. ndak ada sih mas P : Sama sekali ya?
HPI mengenal informan karena HPI adalah anak kandungnya yang pertama. Usia HPI sekarang 22 tahun. Menurut HPI kehidupan keluarga informan baik-baik saja karena menurut HPI tidak ada pertengkaran, maupun konfik baik dengan saudara maupun tetangga.
165
30
35
40
45
50
55
60
65
70
I : Iya P : Emm kalau boleh tahu lagi ya mas,
apakah pernah sih ibu tuh menceritakan tentang masalah keluarganya pada mas
I : Iya, pernah P : Seperti apa misalnya mas? I : Ya, seperti kalau ibu kekurangan-
kekurangan apa, kekurangan keuangan atau kekurangan apa yang ada itu kurang dirumah, biasannya ibu bilang kepada saya
P : Emm..mas selalu membantunya? I : Iya P : Emm.. kalau boleh tahu lagi ya? Sejauh
mana mana sih anda tuh terlibat dalam kehidupan ibu ini?
I : Yaa.. kalau ibu tidak bisa, biasannya ibu bilang pada saya untuk, ee.. untuk menyelesaikan masalahnya atau mengganti ibu
P : Tidak bisa ini? I : Ya, kalau ada kegiatan-kegiatan apa,
ibu biasannya saya yang dilibatkan P : Emm. Maksudnya dilibatkan? I : Iya mengganti itu, mengganti sebagai
ibu P : berarti? Mas, mengganti semantara ibu
itu? I : Iya P : Terus, kalau boleh tahu lagi ya mas?
Bagaiamana sih tanggapan anda mengenai ibu ini?
I : Gimana mas? P : Tanggapan mas tentang ibu I : Ooo.. itu P : Ibu tuh sebagai seorang yang
bagaimana atau gimana? I : Ibu seorang yang tanggung jawab,
berkerja kerasP : Tanggung jawab disini maksudnya? I : Ya, tanggung jawab sebagai orang tua P : Orang tua? I : Orang tua, yo terhadap anak-anak nyaP : Emm.. dan keluarga mungkin? Atau
pada anak-anak saja I : Anak-anak saja!
Informan pernah menceritakan masalahnya kepada HPI seperti misalnya masalah kekurangan keuangan atau kekurangan apa yang ada itu kurang dirumah, biasannya informan bilang kepada HPI. HPI terlibat dalam masalah informan karena informan meminta tolong padanya untuk menyelesaikan masalahnya atau menggantikan peran ibunya. Tanggapan HPI terhadap informan menurutnya adalah seorang yang tanggung jawab sebagai orang tua kepada anak-anaknya.
166
75
80
85
90
95
100
105
P : Tanggung jawab pada anak-anak saja? Emm terus bekerja keras disini maksudnya mas?
I : Eemm.. ibu, disamping seorang pensiunan, ibu juga, ee.. buka wiraswasta
P : Wiraswasta? Sebagai apa? I : Yaa.. kelontong P : Selain kelontong? Sepengetahuan mas? I : Iya, itu saja mas P : Emm.. kelontong saja ya? I : Iya P : Emm.. terus mas, kalau boleh tahu lagi
ya? Bagimana sih tentang sosialisasi, tentang kehidupan sehari-hari ibu?
I : Iya, cukup baik ya mas! P : Baiknya disini? I : Ya kalau ada kegiatan-kegiatan
kematian, kemasyarakat, ibu pasti ada P : Emm.. Selain kegiatan masyarakat? I : Ya, mungkin kegiatan pengajian, itu aja
mas P : Pengajian? Dimana mas? I : Di komplek rumah P : Ooo.. di komplek rumah, udah itu aja? I : Iya P : Ooo.. ya udah mas, makasih I : Iya P : Atas waktunya I : Iya P : Maaf ya kalau menggangu I : Iya, sama-sama mas
Menurut HPI informan adalah soerang yang pekerja keras, karena sebagai seorang pensiunan informan juga membuka usaha sendiri membuka toko kelontong. Menurut HPI sosialisasi yang dilakukan oleh informan cukup baik, hal ini dibuktikan dengan kegiatan kemasyarakatan dan kegiatan pengajian yang diikuti oleh informan di sekitar kompek tempat tinggalnya.
167
Verbatim Significant Person Wawancara Informan 2 Kode : WI/SP2 Nama : M. H. Hubungan dengan subyek : Anak Terakhir Informan 2 Usia : 22 tahun Pekerjaan : Swasta Hari / tanggal wawancara : Rabu, 10 September 2008 Tempat : Rumah Orangtua ibu Y Waktu : 10.44-10.49 WIB (5 menit) Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada
wanita sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.
P : Pewawancara
I : Informan
Baris Uraian interview Analisis
5
10
15
20
25
P : Siang mas? I : Siang P : Maaf bisa mengganggu sebentar? I : Bisa, kebetulan ini sedang nggak ada
acara P : Eee.. mas, kalau, apakah anda tuh
mengenal ibu Y mas I : Iya itu orang tua saya mas P : Emm.. anak ke berapa kalau boleh tahu
anda? I : Anak ke 2 dari 2 bersaudara. P : Eee.. sekarang usia mas berapa kalau
boleh tahu? I : 22 tahunP : 22 tahun, ee.. mas ini, saya mau tanya
ya? Bagaimana sih kehidupan ibu mas, menurut sepengetahuan mas menurut sepengetahuan anda saja?
I : Kehidupan rumah tangga saya dengan ibu ya? Alhamdulillah baik-baik saja tapi kadang
P : Disini maksudnya? I : Ya, baik nggak ada keributan, nggak
ada apa lah gangguan-gangguan kecil, gangguan besar, tapi juga ada gangguan kecil, contohnya kehidupan ekonomi lah, masalah keuangan
P : Gangguan dari ekonomi? I : He’em
Informan adalah orang tua dari MH. Informan adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara dan berusia 22 tahun. Menurut MH kehidupan keluarga informan baik-baik saja tapi kadang ada gangguan kecil seperti kehidupan ekonomi dan masalah keuangan.
168
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
P : Maksudnya? I : Maksudnya kadang khan, harga-harga
kebutuhan pokok meningkat. P : Emm.. terus? I : Terus khan penghasilan saya tidak
meningkat-meningkat, Cuma ituuu.. terus, khan kurang ya mas, tapi, ya Alhamdulillah bisa ketutup dengan pinjem uang sana-sini
P : Emm.. jadi masalah, ekonomi yam as menurut mas?
I : Eee, ya betul! P : Emm.. terus, kalau meng, sedang
mendapat masalah tuh apakah ibu mas pernah menceritakan tentang masalahnya? Masalah keluarganya mas?
I : Nggak pernah, P : Nggak pernah? I : Pernah! P : Pernah? Seberapa sering? I : Ya sering, sering, sering ceritaP : Eee, kapan biasanya? I : Kalau waktu nggak bisa dihitung P : Pas ada masalah apa gitu? I : Masalah keluargaP : Seperti? I : Seperti, dulu khan pernah ada sedikit
miskomunikasi dengan pakdhe sayaP : Ee.. terus? I : Terus, mereka apa, istilahnya perang
mulut lah P : Emm.. I : Dengan pakdhe saya, terus saya
berusaha mendamaikan, apa gimana tuh, tapi Alhamdulillah tidak didamaikan, sudah damai sendiri
P : Jadi pernah konflik yang agak besar, tentang keluarga
I : He’eh P : Terus sejauh mana anda terlibat dalam
kehidupan rumah tangga nya mas? I : Iya, Cuma terlibat ya, nggak terlibat
banyak-banyak lah, yang penting saya bisa ngasih uang dan saya bisa membuat saya tidak sedih tuh sudah senang
Informan pernah dan sering cerita masalah yang dihadapinya kepada MH. Informan menceritakan kepada MH tentang masalah keluarga yang dihadapinya karena pernah ada sedikit kesalahpahaman informan dengan kakak informan sehingga perang mulut dan MH berusaha mendamaikan tetapi tidak didamaikan, informan sudah damai sendiri Informan tidak terlibat banyak dalam kehidupan informan, karena menurut MH yang penting dia bisa
169
80
85
90
100
105
110
115
120
125
P : Ooo.. jadi mas itu hanya terlibat dalam anu, dalam membantu meringankan beban ibu?
I : Ho’oh, iya, betul, itu khan penting mas P : Emm.. Berarti nggak, peran yang lain
nggak ada mas? I : Ya, Cuma itu thok lah P : Cuma terbatas pada ekonomi saja ya? I : He’em P : Emm.. mas terus bagaimana sih
tanggapan mas ya, tentang ibu mas ini? I : Ibu saya tuh orangnya, pantang
menyerah, selalu berjuang demi anak-anaknya
P : Maksudnya pantang menyerah? I : Khan ibu saya sejak khan 1993
ditinggal bapak saya, tapi dia membesarkan anak-anaknya sendirian tanpa bantuan
P : Emm.. terus? I : Tanpa bantuan orang lain, ibu juga ndak
ada niat untuk nikah lagiP : Emm.. I : Itulah yang membuat saya bangga, saya
berusaha untuk membahagiakan ibu saya
P : Jadi anda merasa bangga dengan ibu anda ya?
I : Yak, betul sekali P : Dari segi karena dari tidak menikah lagi
dan.. I : Iya, ho’oh P : Dan membantu perekonomian keluarga,
eh apa berusaha memenuhi kebutuhan keluarga sendiri
I : Iya, ho’oh betul, betul P : Emm.. terus, bagaimana sosialisasi yang
ibu mas lakukan? I : Ibu saya tuh sering, tidak sering keluar
rumah tuh mas, ya kadang-kadang ikut arisan PKK, terus ikut arisan keluarga
P : Emm.. I : Dah banyakan dirumah, bekerja
menjahit lah gitu thok P : Nggak ada kegiatan lain selain arisan
atau PKK itu mas?
ngasih uang dan bisa membuat informan tidak sedih MH sudah senang. Menurut MH informan pantang menyerah dan selalu berjuang demi anak-anaknya. Yang membuat MH bangga kepada informan karena informan membesarkan anak-anaknya sendirian tanpa bantuan orang lain dan juga informan tidak ada niat untuk menikah lagi.
170
130
I : Wah nggak ada mas P : Jadi Cuma dirumah saja? I : Ho’oh P : Untuk memenuhi pesanan jahitan I : He’em tul P : Oh ya dah mas makasih atas waktunya I : Sama-sama
171
Verbatim Significant Person Wawancara Informan 3 Kode : WI/SP3 Nama : S. C. Hubungan dengan subyek : Rekan kerja informan Usia : 22 tahun Pekerjaan : Swasta Hari / tanggal wawancara : Sabtu, 20 September 2008 Tempat : Rumah Orangtua S. C. Waktu : 20.10-20.16 (6 menit) Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada
wanita sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.
P : Pewawancara
I : Informan
Baris Uraian Interview Analisis
5
10
15
20
25
P : Malam mas? I : Selamat malam. P : Eee.. kalau boleh tahu ya mas, apakah
anda itu mengenal ibu R mas? I : Iya saya sangat mengenal sekali P : Sejauh mana anda mengenalnya? I : Tuh teman kerjaP : Teman kerja ya mas? I : Teman kerja P : Dimana kalau boleh tahu? I : Di perusahaan obat T P : Oh jadi mas rekan kerja ya ibu R ya? I : Rekan kerjaP : Eee.. kalau boleh tahu ya mas ya,
bagaimana sih kehidupan rumah tangga ibu R ini menurut sepengetahuan anda?
I : Kalau menurut sepengetahuan saya, ibu R ini merupakan pekerja keras, ulet dan selalu mencari peluang untuk mencari penghasilan tambahan mas, karena ibu R ini mempunyai 4 orang anak, dan dia harus menghidupinnya seorang diri.
P : Ooo.. berarti menurut mas, ibu resmian ini seorang yang,ee..
I : Bekerja kerasP : Bertanggung jawab dan bekerja keras
untuk keluarga? I : Iya P : Ee.. terus, mas, kalau boleh tahu ya
SC mengenal informan, karena SC adalah rekan kerja informan. Karena informan harus menghidupi keluarganya seorang diri maka informan menjadi seorang yang pekerja keras, ulet dan selalu mencari peluang untuk mencari penghasilan tambahan.
172
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
I : Iya P : Apakah pernah sih ibu R ini
menceritakan tentang masalah keluargannya?
I : Pernah! P : Eeee.. kalau boleh tahu sejauh mana? I : Ya bu R ini khan orang asli Medan, jadi
disini tuh kan saudaranya sedikit sekali, jadi ketika saya kesana bu R ini pernah menceritakan pada saya, istilahnya taren-taren, gimana ya, kehidupan anak saya ini,untuk mencukupi keluarga sehari-hari, gitu aja mas
P : Kalau, ee.. kalau boleh tahu ya, tadi ibu R tuh ya mas tarennya masalah apa?
I : Biasanya kebutuhan keuangan sekolah P : Emm.. selain itu mas? I : Selain itu biasanya lagi kalau anake ada
acara sekolah nDadakan, mungkin piknik dadakan atau..
P : Emm.. I : Acara les dari sekolahan yang harus
diikuti P : Emm.. I : Istilahnya ekstra kurikurel sekolah lah
yang mamakai biaya P : Emm.. jadi mas itu sering terlibat ya
dalam? I : Yaa.. kadang-kadang P : Kadang-kadang? Maksudnya? I : Ya pas kalau dibutuhkan untuk taren,
biasannya ya taren ke saya, tapi kalau nggak ya bu R nggak bilang kesaya atau tanya-tanya tentang masalah kehidupan pribadinya.
P : Emm.. jadi bu R ini sering mengatasi masalahnya sendiri tanpa pertimbangan orang lain?
I : Iya, seperti itu P : Emm kalau, boleh tahu ya mas? I : Iya! P : Emm.. menurut mas ya, tanggapannya
mas tuh mengenai ibu R ini bagaimana? I : Tanggapan yang seperti apa? P : Ee.. tanggapan ya, dia tuh sebagai sosok
ya seorang yang bagaimana
Informan pernah menceritakan masalah keluargannya kepada SC Informan menceritakan kepada SC masalah kehidupan anaknya dan untuk mencukupi kehidupan keluarga sehari-hari. SC terlibat di dalam kehidupan informan ketika dimintai bantuan pertolongan oleh informan.
173
80
85
90
100
105
110
115
120
125
I : Ooo.. itu, jadi dia tuh ibu rumah tangga yang sangat pekerja keras sekali, ulet dan tidak mengenal waktu apabila dia tuh berkerja.
P : Emm.. I : Karena disini tuh tanggung jawab dia
tuh sangat besar sekali menghidupi 4 anaknya seorang diri
P : Emm.. I : Sedangkan suaminya sudah meninggal 2
tahun yang lalu, lha disinilah letak seorang tanggung jawab bu R ini sebagai seorang ibu, dan sebagai kepala keluarga, karena di satu sisi bu R tuh kalau nggak seperti ini kebutuhan keluarganya nggak tercukupi, makannya dia kalau melihat peluang-peluang untuk mencari penghasilan tambahan.
P : Emm.. I : Banyak juga pekerjaan yang dilakukan
bu R P : Eee.. menurut, selain itu mas? Selain
pekerja keras, ulet, bertanggung jawab, apalagi mas bu R ini?
I : Ya. P : Sebagai seorang ibu, bagaimana? I : Sangat bertanggung jawab sekali pada
keluagaP : Emm.. I : Dan sangat memikirkan sekali masa
depan anak-anaknya, walaupun dia sendiri harus menjalaninnya dengan penuh kesulitan-kesulitan yang menghadang
P : Woo.. jadi menurut mas ini walaupun bu R ini sedang menghadapi kesulitan ini, tapi dia menyelesaikan?
I : Iya, menyelesaikan sendiri, dengan gigihP : Dengan sendiri, gigih mandiri gitu? I : Iya P : Terus mas, ee.. kalau boleh tahu lagi ya? I : Iya P : Bagaimana sih sosialisasinya bu R ini
dalam lingkungan kantor, tetangganya atau keluargannya?
I : Woo.. itu sangat bagus sekali mas
Tanggapan SC terhadap informan adalah sebagai seorang ibu rumah tangga yang sangat pekerja keras sekali, ulet dan tidak mengenal waktu dalam berkerja. Menurut SC informan sangat bertanggung jawab kepada keluarga, memikirkan masa depan anaknya Menurut SC informan menyelesaikan sendirian semua masalah yang dihadapinya.
174
130
135
140
145
150
155
160
165
170
P : Bagus disini maksudnya? I : Bagus, dalam artinya disini tuh
sosialisasinya sangat memuaskan sekali baik di keluarga, masyarakat, ataupun teman-teman kerja
P : Emm.. I : Kalau bu R nih, tergolong orang yang
supel, jadi suka bergaul dengan orang yang baru dikenal, dengan orang lama dan dengan siapa pun yang dia suka, dia tuh selalu membagikan apa yang bisa dia berikan pada orang lain
P : Emm.. I : Seperti itu P : Jadi? Bu R ini seorang yang supel ya? I : Iya, supel, dan membantu dengan yang
lain. P : Kalau di kantor? Rekan kerja? Antar
rekan kerja? I : Kalau antar rekan kerja, misale kalau
ada seorang temene bu R membutuhkan keuangan, misale ada suatu kebutuhan yang mendadak, lha kalau kita bercerita dengan bu R, insya Allah kalau ada sedikit sisa dari rezeki bu R pasti kita bisa dibantu, saya sudah pernah mengalaminya seperti itu
P : Emm.. I : Karena bu R ini kalau melihat temannya
kesusahan tuh nggak tega, jadi tinggi sekali jiwa sosialnya
P : Jadi bu R ini orangnya sosialis banget, itu ya?
I : Iya sosialis banget dimanapun tempat P : Dikantornya? I : Dikantornya juga, dimasyarakat juga di
keluarga jugaP : Ooo.. ya udah mas, gitu aja yang
mungkin yang sedikit yang saya bisa apa, tanya kepada mas, makasih atas waktunya ya mas?
I : Iya, makasih juga, sama-sama P : Met malem, mas? I : Malem
Menurut SC sosialisasi yang dilakukan oleh informan bagus bik di keluarga, masyarakat dan teman-teman kerja, karena menurut SC informan tergolong orang yang supel dan suka bergaul. Menurut SC informan itu orangnya supel dan membantu yang lainnya.
Menurut SC sosialisasi yang dilakukan oleh informan sangat baik, baik dilingkungan kantor, masyarakat dan keluarga.
175
Verbatim Significant Person Wawancara Informan 4 Kode : WI/SP4 Nama : P. M. Hubungan dengan subyek : Ibu kandung informan Usia : 59 tahun Pekerjaan : Janda pensiunan Hari / tanggal wawancara : Rabu, 24 September 2008 Tempat : Rumah Ibu P. M. Waktu : 10.30-10.36 ( 6 menit) Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada
wanita sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.
P : Pewawancara
I : Informan
Baris Uraian interview Analisis
5
10
15
20
25
P : Sugeng siang bu? I : Emm.. P : Emm bu, nyuwun preso njih?, napa
njenengan niku kenal bu E niki bu? I : Njih kenal, niku anak kulaP : Ooo.. dados bu E niki putrane ibu njih? I : Nggih P : Emm, bu, nyuwun preso njih? I : nggih P : Pripun tho kehidupanne rumah tanggane
bu E, me, menurut sepengetahuan ibu? I : Sepengetahuan ibu, E itu, itu ya janda
itu. P : Emm.. janda nggih? I : Iya P : Terus, emm.. janda disini, napa pernah
sih, apakah sering, napa namane bu E niku, crito masalahe kalian ibu?
I : Nha, sok kadang-kadang njih anu crito, sok crito tentang mitangletaken bade di pun pek garwo ngoten niku, nggih
P : Emm.. jadi bu E niku sering crito masalahe kalian ibu njih?
I : Nggih P : Terus, emm sampai sejauh mana nggih
ibu niku terlibat ngoten nggih dalam kehidupane bu E
I : Terlibat? Dospundi njih? P : Terlibat, maksudte nggih, ibu ngkang
PM mengenal informan karena PM adalah orang tua dari informan. Menurut PM informan adalah seorang janda. Informan terkadang bercerita dengan PM tentang keinginannya untuk menikah lagi.
176
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
ngarahke ngonten lho! Sejah mana? I : Yen kintene enten ngkang nangletake
nggih anu, napa gumantung E piambak, dospundi remen napa mboten
P : Emm.. I : Ngoten niku, enten ingkang nangletaken
badhe ngepek niku, wong soale janda masih muda
P : Emm… dadose bu E niki, biasane ingkang napa, tanglete, tanglet-tanglete masalah kalih ibu niku masalah ingkang badhe dipun pek tiang niku nggih?
I : Nggih P : Emm.. terus menawi, nuwun sewu
nggih, tanggepane ibu niku dumatheng bu E niku pripun nggih? Bu E niku kadose pripune? Dalam kehidupane ngoten pripun?, tanggepane ibu?
I : Nggih soale kula nggih pansiunan, nggih kintene enten kerepotane, wong niku anak, nggih mestinipun, urusane anak, nggih urusane kulo, nggih an, nggih enten kekuranganne, nggih niku arto, napa napa niku nggih kulo bantu.
P : Dadose bu E niku mandiri nggih? I : Nggih mandiri P : Dados? I : Nandang anak kalihP : Nggih, terus? I : Anak kalih, yen kula, anak gangsal
mpun mentas sedoyo, ngkang setunggal mboten wonten, pun umur pinten nggih? Sampun 19 tahun bar SMA, les inggris, meninggal, ingkang nomer gangsal, dados sekawan sampun, griyo piyambak sedaya, sampun rumah tangga, lha E niku sampun janda.
P : Emm.. I : Sampun pikantuk napa, angsal, gadhah
anak kalih, A. A kalih A P : Nggih! I : Ditinggal niku A tasih nembe setengan
tahun manika, yen A. A nembe kalih tahun, sakmenika sampun enten SD kelas tigo
P : Nggih
Informan sering bercerita kepada PM masalah kehidupannya tetapi PM mengembalikan lagi kepada informan keputusan yang dipilihnya. Menurut PM informan itu orang yang mendiri dengan dua anaknya.
177
80
85
90
95
100
105
110
115
120
I : Enten Mbanyuanyar, Al-Abidin, menika, A. A, yen A nembe TK, TK Bhakti, terus E anaknya kalih, janda, sampun gangsal tahun, napa enem tahun kirang langkung
P : Nggih, terus, menawi srawunge bu E pripun? Srawunge dumatheng warga, dumatheng keluarga
I : Sae, nggih sae, wong niku dados, mandar dados anu nggih napa PKK, ingkang nyepeng tabungan
P : Nggih I : Kangge PKK Gawanan RT setunggal
RW tujuh P : Laine dados PKK niku, napa malih
menurute ibu? I : Nggih kegiatan-kegiatan olahraga napa
niku nggih sok mengikuti, yen kelurahan ngawanan mriki, dados nggih urusane masyarakat nggih E ingkang dados, lha wong kula sampun sepuh
P : Nggih I : Dadose nggantos, PKK RT setunggal,
RW tujuh P : Dados, bu E niki srawunge dumateng
warga sae nggih? I : Nggih sae P : Selaine PKK kalian olehraga? Mboten
enten malih? I : Nggih namik niku nggih, soale anak-
anak urusane tasihalit-alit P : Nggih I : Nggih dados nggih nyinaone anak-anak
napa nggih E sedoyo P : Dados bu E niki, emm selain
sosialisasine dateng PKK, olahraga?, olehraga niki wau napa bu?
I : Nggih anu ten kelurahan menika, sok mimpin-mimpin anu niku, napa nggih kintenipun yen kegiatan-kegiatan niku riyin yen enten kegiatan olehraga ten kelurahan
P : Emm.. I : Menawi ten sekolahan kan nggih sok
dibarengke pas sekolahan P : Emm.. nggih nek ngoten, sampun,
Menurut PM sosialisai yang dilakukan oleh informan baik dan ini terbukti dengan dipercayai sebagai bendahara di lingkungan kampungnya dan mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga dikampungnya.
178
125
130
135
140
145
matursuwun wektune nggih bu, nggih nuwun sewu menawi nggangu
I : Emm.. mboten napa-napa kula namung apa adanya
P : Nggih I : Soale nggih mpun dados janda, kulo
nggih dados janda empun enten kawan likur tahun
P : Nggih I : Yen E, gangsal tahun napa nem tahun,
kula nggih tasih alit-alit anak nika, ditilar bapak ipun menika ingkang alit piyambak menika nembe TK badhe SD
P : Emm I : Dadose, ngantos anu persatuan anak
gangsal menika, terus saged kuliah-kuliah sedaya nggih naming mandiri, mandiri piyambak kalih anak-anak, he-he-he
P : Pun. Matur suwun wektune, selamat siang
I : Nggih P : Tur nuwun, he-he-he, badhe anu,
tanglet? I : Nggih, ngrepoti