pemeliharaann battery
DESCRIPTION
batereTRANSCRIPT
WILAYAHEMARANG & PURWOKERTO
PEMELIHARAAN/UJI KAPASITAS
RECTIFIER & BATTERY
PEMELIHARAAN RECTIFIER DAN BATTERY PERIODE
TAHUN 2004
I. PENDAHULUAN
Pekerjaan Operation and maintenance merupakan kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan telekomunikasi beserta fasilitas pendukungnya, salah
satu fasilitas pendukung utama adalah perangkat rectifier dan batere,
pekerjaan ini menyangkut masalah pemeliharaan disertai dengan uji
pembebanan batere. Pekerjaan pemeliharaan catu daya disini dimaksudkan
guna memperoleh umur dan unjuk kerja maksimum. Sedangkan uji
pembebanan batere disamping untuk mengetahui kapasitas batere saat itu,
juga berfungsi untuk memberikan pelatihan kepada batere agar dapat mengisi
(charging-rate I5/C5) dan membuang (discharging-rate I5/C5) muatan listriknya
dengan arus yang konstan menurut standar waktu tertentu (mis, C5 = 5 jam).
Uji pembebanan batere dapat dilakukan secara berkala 6 bulanan atau 1 tahun
sekali, sedangkan pemeliharaan dapat dilakukan secara berkala dengan
periode triwulanan maupun semesteran.
I. Prosedur Pemeliharaan Catu Daya 48 VDC.
Sebelum melangkah pada pelaksanaan pekerjaan, petugas pemeliharaan harus
mengkoordinasikan pekerjaannya dengan petugas DATEL (Pengendali
Telekomunikasi) di ruang kontrol DIVOP sesuai form pedoman SOP
Pemeliharaan Rectifier dan Batere 48 VDC terlampir.
I.1. Pelaksanaan Pemeliharaan Rectifier 48 VDC.
Pembersihan kotoran debu.
Pembersihan kontak korosi dan pengencangan baut-baut kontak.
Pengukuran tegangan "Ripple Voltage Charging" ( 200 mV dengan
milivolt AC Digital//RP=1k, 5W).
Pengukuran tegangan dan Pengujian Auto-Floating, High Rate dan Manual.
I.2. Pelaksanaan Pemeliharaan Batere 48 VDC.
Pembersihan ruang ventilasi, rak dan batere dari kotoran debu dan korosi.
Pemberian vaseline seperlunya pada kontak pool batere.
Penambahan aquades hingga mencapai level 85 %.
Pemeriksaan kondisi penghantar dan pengencangan baut inter cell batere.
2
Gunakan Form Pemeliharaan batere :
- Pengukuran tegangan tiap sel dan tegangan total batere.
- Pengukuran berat jenis dan level elektrolit tiap sel, serta suhu
ruang dan suhu batere.
- Jika dijumpai perbedaan tegangan persel 0,1V dari rata-rata (VAV
= VTOTAL / Sel), lakukanlah
pemberian tegangan equalizing / boosting (High rate 1,5 V / Cell x 38 Cell
= 57 V) pada batere.
- Jika diperoleh beberapa batere tegangan perselnya 1,45 Volt
pada saat akhir charging (High rate), lakukanlah Proses Pelatihan
dan Rekondisi (Uji Kapasitas Batere) pada seluruh batere
tersebut.
II. Uji Kapasitas Batere 48 VDC.
Pelaksanaan uji kapasitas batere umumnya dilakukan satu tahun sekali. Uji
kapasitas batere juga dapat memberikan efek yang baik bagi batere,
khususnya bagi batere yang jarang mengalami pengosongan muatan
listriknya (discharging to load). Sehingga uji kapasitas, dimana didalamnya
terdapat pemuatan listrik (charging) dan pembebanan (discharging) dengan
arus yang konstan maka batere akan terangsang sel-sel aktifnya untuk
membangun energi baru yang lebih baik daripada sebelumnya. Pada periode
yang sama uji kapasitas batere masih dapat diperkenankan 5 kali berturut-
turut jika prosentase kapasitas batere belum memenuhi kriteria standar
nominalnya, yaitu per cell batere (baru) harus memiliki tegangan 1 Volt
setelah 5 jam pembebanan ( I5 / C5 ; ref. IEC - 623), atau minimalnya 80%
(untuk batere yang telah dipergunakan) dari kapasitas nominal yang
dimilikinya (ref. Vendor Batere).
II.1. Uraian Pelaksanaan Uji Kapasitas Batere.
Gunakan Form Uji Kapasitas Batere (form Charging / Discharging) dan ikuti
alur pedoman SOP-DIVOP.
CATU DAYA GANDA (Double Mode / Redundant Power Supply).
A. Charging Manual, untuk memaksimumkan muatan listrik yang tersimpan
dalam batere.
1. Padamkan Rectifier-1 (rect-1 = OFF), maka otomatis beban akan dipikul
oleh rectifier-2.
3
2. Buka F3 (F3 = OFF) pada Rectifier-1, untuk memisahkan beban dengan
rectifier & batere-1.
3. Pindahkan sakelar S-2 dari posisi 1 (AUTO) ke posisi 3 (S-2 = MANUAL),
aktifkan kembali rectifier-1 (rect-1 = ON). Maka batere-1 akan termuati
muatan listrik (charging-manual).
4. Jika lampu LED monitor indikasi upper level telah menyala (umumnya
batere yang telah mencapai tegangan floating = 53,2 V maka setelah
dilakukan pemberian cahrging manual 10 s/d 30 menit, LED protection
maxi V akan menyala), padamkan Rectifier-1 (rect-1 = OFF).
5. Diamkan batere-1 selama beberapa saat, agar suhunya turun pada standar
normal (20 oC hingga 30 oC). Jika suhu batere belum mencapai nilai
standar, sebaiknya jangan dipaksa untuk uji pembebanan batere.
B. Discharging DC Dummy Load , proses ini dilaksanakan setelah batere
telah mencapai suhu standar yaitu untuk uji pembebanan batere selama 5
jam (standar C5) dengan arus beban konstan sebesar I5 . Atau jika waktunya
sempit, lakukan dengan kurva C3 dengan I3 (lihat form spesifikasi batere-nya).
1. Ukur tegangan total batere dan tegangan per-Cellnya sebelum
dilaksanakan uji pembebanan.
2. Periksa nilai F4, jika lebih kecil dari arus I5 gantilah F4 dengan nilai 1,4 x
I5. Jika F4 lebih besar dari arus I5 maka uji pembebanan batere dapat
dimulai.
3. Pada jam awal dilakukan uji pembebanan batere, ukur tegangan total
batere dan tegangan per-Cellnya. Arus pembebanan batere harus selalu
dipertahankan konstan, agar ketelitian uji kapasitas batere dapat
dipertanggung-jawabkan.
4. Pada 10 hingga 15 menit kemudian, catat kembali tegangan total batere
dan tegangan per-Cellnya. Data ini diperlukan untuk memperoleh besaran
kurva "STEADY STATE" arus pembebanan batere. Lakukan kembali
pengukuran tegangan total batere dan tegangan per-Cellnya pada tiap 1/2
jam untuk standar C3 (3 jam), maupun untuk standar C5 (5 jam).
5. Jika standar waktu pembebanan belum usai, tapi diperoleh per-Cell batere
bertegangan = 0,2 s/d 0,3 Volt, maka batere tersebut harus segera di
"SHORT CIRCUIT" dengan kabel khusus "JUMPER CELL" agar polaritas
batere-nya tidak terbalik , sehingga batere menjadi cepat rusak. Jika
standar waktu pembebanan belum usai, tapi 50% dari total cell batere
telah di "SHORT CIRCUIT", maka uji pembebanan batere boleh
dihentikan. Karena batere dapat dipastikan berkapasitas sangat buruk dan
harus segera dilakukan serangkaian pelatihan dan rekondisi yang lebih
4
"INTENSIF" untuk mempertimbangkan ganti elektrolit ataupun ganti cell
batere dengan yang baru.
6. Pada saat standar waktu (nominal) pembebanan batere telah usai, maka
"DISCHARGING" harus dihentikan dan kumpulan data-data pengukuran
batere diolah untuk memperoleh kurva grafik per-Cell dari total batere
dengan standar tegangan akhir (end voltage) sebesar = 1 Volt.
Selanjutnya dari kurva grafik ini dapat diperoleh kapasitas rata-rata, yaitu
kemampuan rata-rata dalam menyimpan dan membuang muatan listrik
dari total cell-batere yang diuji, yaitu:
7. Kapasitas Aktual = [Waktu aktual (1V End Voltage Discharge) / Waktu
nominal] x AH (nominal batere).
C. Recharging Batere & Normal Load , untuk memaksimumkan kembali
penyimpanan muatan listrik dalam batere setelah dilaksanakan uji
pembebanan. Proses recharging dilaksanakan setelah suhu batere kembali ke
suhu standar.
1. Pindahkan sakelar S-2 dari posisi 3 (MANUAL) ke posisi 2 (HIGH RATE).
Sekering F4 sesuai standar.
2. Aktifkan Rectifier-1 (rect-1 = ON), maka batere mulai terisi muatan listrik
dari rect-1 (HIGH RATE). Amati besaran arus awal (initial current), tidak
boleh melampaui batas kemampuan meter panel rect-1. Jika terjadi
ketidak-normalan periksalah sebabnya (biasanya kondisi MANUAL tidak
mau reset ditandai dengan slalu bekerjanya relay pembatas thermal
F6), matikan rect-1 dan lepaskan modul A1, A4 dan A14). Pengisian
secara "HIGH RATE" dilakukan maksimal selama 5 jam atau dapat
dipindahkan sakelar S-2 dari posisi 2 (HIGH RATE) ke posisi 1 (AUTO) jika
waktu dinas tidak mencukupi. Umumnya pengisisan batere dengan AUTO
tanpa beban apapun, maka kapasitas maksimal batere akan terpenuhi
(LED hijau, FLOATING menyala) pada ke-esokan harinya.
3. Setelah dapat dipastikan bahwa batere telah mencapai kapasitas
maksimalnya dengan pengisian AUTO, sekering F3 dimasukkan kembali
(F3 = ON). Maka sistem catu daya redundant (rect-1 & rect-2 =
interkoneksi ) otomatis "NORMAL LOAD" yaitu pendistribusian arus DC
pada beban 48 Vdc telah terpenuhi.
CATU DAYA TUNGGAL (Single Mode Rectifier & Batere).
Pelaksanaan proses charging manual, discharging DC dummy load,
recharging batere dan normal load (FOT-JWOTS) adalah sama seperti yang
5
telah diuraikan pada catu daya ganda (redundant). Namun ada konsekuensi
yang harus ditangani pada pekerjaan uji kapasitas batere, yaitu
diperlukannnya alat bantu guna mengantisipasi dampak terputusnya sistem
komunikasi selama pekerjaan berlangsung. Alat bantu tersebut terdiri dari
satu unit “BLOCKING DIODE & FILTER” dan “BENCH SUPPLY 48 Vdc” ,
seperti gambar berikut.
Uraian Pelaksanaan Uji Kapsitas Batere Pada Catu Daya Tunggal.
Gunakan Form Uji Kapasitas Batere (form Charging / Discharging) dan ikuti alur
pedoman SOP-DIVOP.
1. Pasang BENCH SUPPLY dan operasikan pada tegangan 53,2 Volt + 0,7 Volt
54 Volt.
2. Hubungkan BENCH SUPPLY 54 Vdc pada terminal input alat BLOCKING
DIODE & FILTER.
3. Periksa tegangan keluaran pada terminal output alat BLOCKING DIODE &
FILTER 53,2 Volt. Tegangan ini adalah sama besar dengan tegangan
operasi CATU DAYA 48 Vdc ( 53,2 Volt).
6
Gambar 1. Diagram piranti uji kapasitas battery 48 Vdc - catu daya tunggal.Bench Supply dipergunakan sebagai pengganti catu daya selama pekerjaan pemeliharaan berlangsung.
RECTIFIER
BENCH SUPPLY-1PLN
D1 D2
1/2 L
C 1/2 L
LOADFOT-JWOTS
(20 - 70 Vdc)
HEATER DUMMY LOAD
(HDL - 48 V)
F4F3
AUTO
HIGH RATE
MANUAL
S2
battery48 Vdc
Diode Blocking + Filter
BENCH SUPPLY-2
MCB1 MCB2
MCB3
4. Interkoneksikan CATU DAYA 48 Vdc (53,2 V) pada salah satu terminal beban
cadangannya (misal terminal rectifier No. 81, sedangkan F12 = OFF / kondisi
terbuka) dengan BENCH SUPPLY + BLOCKING DIODE & FILTER (53,2 V).
5. Masukkan sekering F12 (F12 = ON), maka terminal dicatu dengan catu daya
redundant buatan.
6. Buka sekering F3 (F3 = OFF), guna mengisolir CATU DAYA 48 Vdc dengan
peralatan. Maka sistem komunikasi tidak akan terputus, karena dicatu dari
BENCH SUPPLY + BLOCKING DIODE.
7. Lakukan pekerjaan CHARGING MANUAL, DISCHARGING DC DUMMY LOAD
dan RECHARGING BATERE seperti yang telah diuraikan pada Catu Daya
Ganda (double mode / redundant Power Supply).
8. Setelah dilakukan pekerjaan recharging batere, masukkan kembali sekering
F3 (F3 = ON). Maka catu daya redundant buatan terbentuk kembali.
9. Buka sekering F12 (F12 = OFF) untuk memisahkan CATU DAYA 48 Vdc
dengan BENCH SUPPLY + BLOCKING DIODE (sistem komunikasi tidak boleh
terputus).
10. Matikan BENCH SUPPLY (Power = OFF) dan yang
terakhir adalah melepaskan kabel-kabel koneksi pada rectifier.
III. Perhitungan Kapasitas Batere.
Perhitungan kapasitas batere dimaksudkan guna mengetahui kapasitas
sebenarnya dari batere yang diuji, yaitu kemampuan dalam menyimpan dan
meluahkan muatan listriknya menurut standar waktu tertentu. Dengan
diketahuinya kapasitas sebenarnya itu, maka dapat diketahui pula kapasitas
operasi dari batere tersebut, yaitu melalui analisa aliran arus beban dengan
interval waktu tertentu hingga batere tersebut mencapai batas tegangan
kritis minimum peluahan (Nicad = 1V ; Lead Acid = 1,7 V minimum
discharge voltage or end voltage of discharge).
Dari uraian di atas, kapasitas batere dapat dinyatakan sebagai jumlah arus
(konstan) yang mengalir pada beban hingga batere tersebut mencapai
tegangan kritis minimum menurut interval waktu tertentu. Kapasitas batere
dinyatakan dalam satuan Amper Jam (AH).
Misal :
Sebuah batere jenis Nicad (type, SBL 131). Dimana pada lembaran data
teknis tertulis, End Voltage 1 V; C5 = 131 AH. Maksudnya adalah bahwa
batere tersebut berkapasitas nominal (rated) = 131 AH menurut standar
waktu selama 5 jam (waktu nominal adalah indeks subscript pada C =
capacity, dikodekan angka 5 pada C5). Maka jumlah arus nominal ( I5 ) yang
7
mampu dikeluarkan oleh batere tersebut kepada bebannya dapat dihitung
sebagai berikut :
I5 = C5 / 5 H
= 131 AH / 5 Hour
= 26,2 Amper.
Jika, batere tersebut hanya mengeluarkan arus sebesar 13,1 Amper kepada
bebannya, maka lamanya waktu untuk mencapai tegangan kritis minimum 1
V / cell, adalah:
H = C5 / 13,1 A
= 131 AH / 13,1 A
= 10 Jam.
Akan tetapi jika batere tersebut dipaksa untuk mengalirkan arus kepada
bebannya sebesar 131 Amper, maka lamanya waktu untuk mencapai
tegangan kritis minimum 1 V / cell menurut perhitungan adalah :
H = C5 / 131 A
= 131 AH / 131 A
= 1 Jam = 60 menit.
Sedangkan dalam lembaran data teknis tertulis bahwa, jika SBL 131
mengalirkan arus 127 Amper, maka lamanya waktu untuk mencapai
tegangan kritis minimum 1 V / cell adalah ½ jam (=30 menit). Sehingga
dalam prakteknya untuk mengalirkan arus 131 Amper, maka lamanya waktu
untuk mencapai tegangan kritis minimum 1 V / cell, niscaya lebih kecil dari
30 menit.
Hal tersebut terutama disebabkan bahwa pada batere terdapat tahanan
dalam (internal resistance) yang menimbulkan kerugian (losses), jika nilai
tahanan beban mendekati nilai tahanan dalam tersebut, maka batere akan
mengeluarkan arus listrik sangat besar dan menimbulkan panas yang
berlebihan di dalam elektroda-batere sehingga proses netralisasi elektrolyte
semakin cepat dan kapasitas batere menurun drastis. Oleh karena itu pada
aliran arus 131 Amper, maka waktu yang ditempuh batere untuk mencapai
tegangan kritis minimum 1 V / cell adalah sangat cepat, kurang dari 30 menit.
Uraian di atas adalah perlakuan pada batere baru yang prosentasi
kapasitasnya masih 100% sesuai dengan nilai standar nominalnya (SBL 131 =
131 AH).
Pada kasus dimana batere telah lama dipergunakan dan kurang
pemeliharaan, pelatihan dan rekondisi maka kapasitas batere tersebut akan
sangat menurun. Sebagai misal adalah Batere-1, di lokasi PT. PLN (Persero)
PPE, type SBL 131 topik utama kurva grafiknya dilukiskan dibawah ini :
8
Arus pembebanan konstan (I3) = 42,3 Amper.
Waktu nominal (standar C3) = 131 AH / 42,3 A = 3 Jam.
Rata-rata waktu sebenarnya (1V end voltage, 38 cell) = 0,925 jam (lihat
batere-1; kurva C3, PLN PPE).
Maka prosentasi kapasitas = [Waktu sebenarnya / Waktu nominal] x 100 %
= [ 0,925 / 3] x 100 %
= 30,83 %
Jadi, kapasitas batere (SBL 131 = 131 AH) yang sebenarnya, adalah = [ 30,83 /
100 ] x 131 40,4 AH.
IV. Diagram Alir
Diagram alir untuk pemeliharaan rectifier dan batere ini adalah sbb:
9
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 t (jam)
Grafik uji tegangan peluahan battery (arus beban I3 = 42,3 A) hingga mencapai tegangan kritis minimum (1V end voltage)
Tegangan awal (no load)
Tegangan berbeban
Tegangan kritis minimum(1V end voltage)
Kurva standar C3
Kurva uji tegangan peluahan sebenarnya
Initial drop-short voltage a few minutes first
V/Cell (volt)
0,925 Jam
10
11
HASIL REKAP DATA DALAM RANGKA PEMELIHARAAN
RECTIFIER DAN BATTERY DIV OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PERIODE BULAN JUNI TAHUN 2004
12
PENUTUP DAN KESIMPULAN.
Berdasarkan hasil uji kapasitas battery yang telah dilaksanakan oleh team
pemeliharaan battery, maka dengan ini kami dapat laporkan hasil uji
kapasitas battery seperti terlampir. Adapun pengujian yang dilakuan adalah
dengan menggunakan rumus I5 atau C5, Sehingga dapat diketahui
kapasitas battery yang sebenarnya, dari hasil uji tersebut dapat
dikelompokan seperti berikut :
1. Kondisi battery yang performancenya antara 10% - 50%
sebanyak 37 set
No Lokasi AH Jml No Lokasi AH Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
GI Bekasi
GI Duri Kosambi
GI Serang Batt. II
Diklat Suralaya
Cab. Cianjur
GI Bogor Baru
Cab. Majalaya
Pikitdro
Proring Timur
GI Padalarang
UPD Bandung
ACC cigereleng Batt. 1
PLTA parakan Kondang
269
59
59
37
205
59
37
37
37
269
131
366
59
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
2
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
GI Arjawinangun
GI sunyaragi, batt. II
GI Kebasen
GI Pekalongan, batt.
II
GI Weleri
PLTGU Tambak Lorok
Cab. Semarang
UPJ Semarang
Disjateng
GI Krapyak
Sektor Surabaya
PJB Surabaya
59
59
59
59
59
70
70
37
59
269
59
59
2
1
2
1
2
2
1
1
2
2
1
1
Rekap :
SBL 37 AH : 5 set SBL 70 AH : 3 set SBL 366 AH : 1 set
SBL 59 AH : 19 set SBL 131 AH : 2 set
NAL 205 AH : 1 set SBL 269 AH : 6 set
13
2. Kondisi battery yang performnacenya antara 50% - 70%,
sebanyak 13 set.
No. Lokasi AH Jml No Lokasi AH Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cab. Kebayoran
UPB Cawang
PPE
GI Priok Timur
Cab. Serang Banten
Sektor Bogor
Cab. Bandung
ACC Cigereleng
Cab. Cirebon
70
470
131
59
37
70
59
366
37
1
2
1
2
1
1
1
1
1
10
11
APJ Pekalongan
Cab. Salatiga
37
37
1
1
Rekap :
SBL 37 AH : 4 set SBL 59 AH : 3 set SBL 131 AH : 1 set
SBL 70 AH : 2 set SBL 366 AHH : 1 set SBL 470 AH : 2 set
3. Kondisi battery yang performancenya antara 70% - 100 %,
sebanyak 35 set.
No Lokasi AH Jml No Lokasi AH Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Cab. Kramat Jati
Cab. Bekasi
Cab. Kota
Cab. Priok Timur
Pusdiklat JL Wijaya
LMK Duren Tiga
Cab. Depok
GI Mampang
Gandul TNC Training
Gandul TNC System
P3B Gandul
PLN Pusat
PPE Battery II
PLTU Muara Karang
PLTGU Muara Karang
GI Tangerang
37
37
37
37
70
70
37
70
131
366
131
269
131
269
70
59
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Cab. Tangerang
Repeater Tenjo
Saguling Sektor
Cab. Sukabumi
Cab. Cibogo
Cab. Cimahi
Ktr. Distribusi
Bandung
Cab. Bogor
Cab. Purwakarta
Sektor Priangan
Udiklat Semarang
Pikitring Semarang
Ungaran
37
205
37
37
37
37
90
37
37
37
37
70
269
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
Rekap :
SBL 37 AH : 14 set SBL 131 AH : 5 set SBL 366 AH : 2 set
SBL 70 AH : 5 set SBL 90 AH : 1 set SBL 205 AH : 1 set
SBL 59 AH : 1 set SBL 269 AH : 6 set
14
Usul dan Saran
Untuk kondisi battery yang mengalami penurunan kapasitas yang sangat
drastis dibawah 50%, kami mengusulkan untuk dilakukan penggantian
dengan battery kering yang disesuaikan dengan kondisi Rectifier atau
dengan melakukan re - setting system rectifier untuk dapat dipasang
battery kering.
Untuk battery yang kapasitasnya attar 50% samapai dengan 70%, kami
menyarankan untuk dilakukan rekondisi, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan atau membangkitkan kapasitas battery tersebut dengan
cara mengganti cairan elektrolit dan chargrer and Discharger
Demikian laporan ini disampaikan semoga dapat menjadi acuan dan
perhatian dalam rangka menjaga kehandalan system komunikasi yang
diselenggarakan oleh PT Indonesia Comnets Plus,
15