pemeriksaan bilirubin laporan biokim syarah
DESCRIPTION
dari syarahTRANSCRIPT
PEMERIKSAAN BILIRUBIN
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa dapat mengukur kadar bilirubin.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan reaksi-reaksi yang terjadi saat pengukuran kadar
bilirubin.
3. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil praktikum.
4. Mahasiswa dapat melakukan diagnosis dini penyakit apa saja yang berhubungan
dengan hasil praktikum (aplikasi klinis).
II. DASAR TEORI
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin
dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20%
bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak
larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin untuk
diangkut dalam plasma menuju hati.
Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan asam
glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau
glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk
bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim glukoroniltransferase, selain
dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk monoglukoronida atau ikatan dengan
glukosa, xylosa dan sulfat. terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi kedalam sistem
bilier.
Bilirubin berikatan dengan albumin sehingga zat ini dapat diangkut ke seluruh tubuh.
Dalam bentuk ini, spesies molekular disebut bilirubin tak terkonjujgasi. Sewaktu zat ini
beredar melalui hati, hepatosit melakukan fungsi sebagai berikut :
1. Penyerapan bilirubin dan sirkulasi
2. Konjugasi enzimatik sebagai bilirubin glukuronida
3. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu untuk
dikeluarkan dari tubuh
1
Konjugasi intrasel asam glukoronat ke dua tempat di molekul bilirubin
menyebabkan bilirubin bermuatan negatif, sehingga bilirubin terkonjugasi ini larut dalam
fase air. Apabila terjadi obstruksi atau kegagalan lain untuk mengekskresikan bilirubin
terkonjugasi ini zat ini akan masuk kembali ke dan tertimbun dalam sirkulasi.
Selain bilirubin masuk ke dalam usus, bakteri kolon mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen yaitu beberapa senyawa tidak berwarna yang kemudian mengalami oksidasi
menjadi pigmen coklat urobilin. Urobilin diekskresikan dalam feses tetapi sebagian
urobilinogen direabsorpsi melalui usus, dan melalui sirkulasi portal diserap oleh hati dan
direekskresikan dalam empedu. Karena larut air, urobilinogen juga dapat keluar melalui
urin apabila mencapai ginjal. ( Sacher, 2004)
Pembentukan bilirubin
Dalam keadaan fisiologis, masa hidup eritrosit manusia sekitar 120 hari, eritrosit
mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70 kg,
dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari. Sel-sel eritrosit
tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin
dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya. Katabolisme heme dari semua
hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang
kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom
P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena
membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi
reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir
reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal
dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna
hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga
rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen
berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk
reaksi degradasi ini.
Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin.
Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan tiap hari
2
dibentuk sekitar 250–350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan hemoglobin,
proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. Bilirubin dari
jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air. Bilirubin
ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma
hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin yang
melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdifusi ke jaringan.
Bilirubin yang sampai dihati akan dilepas dari albumin dan diambil pada permukaan
sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi
ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan
tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya. Bilirubin
nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut. Hepatosit akan
mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat diekskresikan dengan mudah
kedalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang
dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzim bilirubin glukoronosiltransferase.
Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat
terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap,
memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan
membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian
dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.
Metabolisme Bilirubin
Hati merupakan organ terbesar, terletak di kuadran kanan atas rongga abdomen.
Hati melakukan banyak fungsi penting dan berbeda-beda dan trgantung pada sistem
darahnya yang unik dan sel-selnya yang sangat khusus. Hati tertutupi kapsul fibroelastik
berupa kapsul glisson. Kapsul glisson berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.
Hati terbagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri. Tiap lobus tersusun atas unit-unit kecil
yang disebut lobulus. Lobulus terdiri sel-sel hati, disebut hepatosit yang menyatu dalam
lempeng. Hepatosit dan jaringan hati mudah mengalami regenerasi.
Hati menerima darah dari 2 sumber, yaitu arteri hepatika (banyak mengandung
oksigen) yang mengalirkan darah ±500 ml/mnt dan vena porta (kurang kandungan
oksigen tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat toksik dan bakteri) yang menerima
3
darah dari lambung, usus, pankreas dan limpa; mengalirkan darah ±1000 ml/mnt. Kedua
sumber tersebut mengalir ke kapiler hati yang disebut sinusoid lalu diteruskan ke vena
sentralis ditiap lobulus. Dan dari semua lobulus ke vena hepatika berlanjut ke vena kava
inferior. Tekanan darah di sistem porta hepatika sangat rendah, ±3 mmHg dan di vena
kava hampir 0 mmHg. Karena tidak ada resistensi aliran melalui vena porta dan vena
kava sehingga darah mudah masuk dan keluar hati. Hati menjalankan berbagai macam
fungsi terutama metabolisme, baik anabolisme atau katabolisme molekul-molekul
makanan dasar (gula, asam lemak, asam amino) dilakukan oleh sel-sel hati.
Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam lemak
maupun air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari berbagai heme
protein seluruh tubuh. Sebagian besar (kira- kira 80%) terbentuk dari proses katabolik
hemoglobin, dalam proses penghancuran eritrosit oleh RES di limpa, dan sumsum tulang.
Disamping itu sekitar 20% dari bilirubin berasal dari sumber lain yaitu non heme porfirin,
prekusor pirol dan lisis eritrosit muda. Dalam keadaan fisiologis pada manusia dewasa,
eritrosit dihancurkan setiap jam. Dengan demikian bila hemoglobin dihancurkan dalam
tubuh, bagian protein globin dapat dipakai kembali baik sebagai protein globin maupun
dalam bentuk asam- asam aminonya.
Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh enzim
hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim bilirubin
reduksitase. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin yang sekresikan
ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut dalam plasma. Hepatosit adalah sel yang
dapat melepaskan ikatan, dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat menjadi
bersifat larut dalam air. Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam saluran empedu
dan diekskresikan ke dalam usus . Didalam usus oleh flora usus bilirubin diubah menjadi
urobilinogen yang tak berwarna dan larut air, urobilinogen mudah dioksidasi menjadi
urobilirubin yang berwarna. Sebagian terbesar dari urobilinogen keluar tubuh bersama
tinja, tetapi sebagian kecil diserap kembali oleh darah vena porta dikembalikan ke hati.
Urobilinogen yang demikian mengalami daur ulang, keluar lagi melalui empedu. Ada
sebagian kecil yang masuk dalam sirkulasi sistemik, kemudian urobilinogen masuk ke
ginjal dan diekskresi bersama urin.
4
Metabolisme Bilirubin di Hati
Metabolisme bilirubin dalam hati dibagi menjadi 3 proses:
1. Pengambilan (uptake) bilirubin oleh sel hati
2. Konjugasi bilirubin
3. Sekresi bilirubin ke dalam empedu
Macam dan sifat bilirubin
a. Bilirubin terkonjugasi atau direk
Bilirubin terkonjugasi atau direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam
air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin
glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke
usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen.
Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi
membentuk azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin
terkonjugasi dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara
lain Sindroma Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis,
Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat
dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin dengan hasil negatif.
b. Bilirubin tak terkonjugasi atau indirek
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang
terikat albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan
bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau
pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek.
Peningkatan kadar bilirubin indirek mempunyai arti dalam diagnosis penyakit
bilirubinemia karena payah jantung akibat gangguan dari delivery bilirubin ke dalam
peredaran darah. Pada keadaan ini disertai dengan tanda-tanda payah jantung, setelah
payah jantung diatasi maka kadar bilirubin akan normal kembali dan harus dibedakan
dengan chardiac chirrhosis yang tidak selalu disertai bilirubinemia.
5
Peningkatan yang lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis atau
eritropoesis yang tidak sempurna, biasanya ditandai dari anemi hemolitik yaitu
gambaran apusan darah tepi yang abnormal,umur eritrosit yang pendek.
Pembentukan urobilin
Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym
bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus
menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna.
Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa ke
ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine. Sebagian
besar urobilinogen berada pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin
yang berwarna kuning kecoklatan.
Pengambilan Bilirubin oleh Hati
Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan terikat dengan protein, terutama albumin.
Beberapa senyawa seperti antibiotika dan obat-obatan bersaing dengan bilirubin untuk
mengadakan ikatan dengan albumin. Sehingga, dapat mempunyai pengaruh klinis. Dalam hati,
bilirubin dilepaskan dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid dari hepatosit melalui
suatu sistem transport berfasilitas (carrier-mediated saturable system) yang saturasinya sangat
besar. Sehingga, dalam keadaan patologis pun transport tersebut tidak dipengaruhi.
Kemungkinan pada tahap ini bukan merupakan proses rate limiting.
Konjugasi Bilirubin
Dalam hati, bilirubin mengalami konjugsi menjadi bentuk yang lebih polar sehingga lebih
mudah diekskresi ke dalam empedu dengan penambahan 2 molekul asam glukoronat. Proses ini
dikatalisis oleh enzim diglukoronil transferase dan menghasilkan bilirubin diglukoronida. Enzim
tersebut terutama terletak dalam retikulum endoplasma halus dan menggunakan UDP-asam
glukoronat sebagai donor glukoronil. Aktivitas UDP-glukoronil transferase dapat diinduksi oleh
sejumlah obat misalnya fenobarbital.
Ekskresi bilirubin kedalam empedu
6
Bilirubin yang sudah terkonjugasi akan disekresi kedalam empedu melalui mekanisme
pangangkutan yang aktif dan mungkin bertindak sebagai rate limiting enzyme metabolisme
bilirubin. Sekeresi bilirubin juga dapat diinduksi dengan obat-obatan yang dapat menginduksi
konjugasi bilirubin. Sistem konjugasi dan sekresi bilirubin berlaku sebagai unit fungsional yang
terkoordinasi. ( Helvi, 2004)
Metabolisme Bilirubin di Usus
Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan dilepaskan
glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (b-glukoronidase). Dengan bantuan flora usus
bilirubin selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen. Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil
akan diabsorpsi dan diekskresikan kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen
enterohepatik. Sebagian besar urobilinogen dirubah oleh flora normal colon menjadi urobilin
atau sterkobilin yang berwarna kuning dan diekskresikan melalui feces. Warna feces yang
berubah menjaadi lebih gelap ketika dibiarkan udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang
tersisa menjadi urobilin.
Metabolisme pigmen empedu
Eritrosit pada akhir masa hidupnya (yang sudah terlalu rapuh dalam sirkulasi) membran
selnya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh RES. Hemoglobin dipecah menjadi
heme dan globin dan cincin heme dibuka untuk memberikan (1) besi bebas yang ditranspor ke
dalam darah oleh transferin, dan (2) rantai lurus dari empat inti pirol, yaitu substrat yang akan
dibentuk menjadi pigmen empedu. Pertama pembentukan biliverdin berantai lurus. Biliverdin di
konversikan ke bilirubin dengan reduksi. Bilirubin (bebas) yang bersirkulasi dalam plasma
terikat albumin (karena bilirubin ini larut lemak). Memasuki hati, albumin melepaskan ikatan
dengan bilirubin, dan memasuki hepatosit. Sekitar 80% Bilirubin dikonjugasi oleh asam
glukuronat melalui mekanisme yang melibatkan biilirubin-UDP glukuronosiltransferase menjadi
bilirubin terkonjugasi (larut air), 10% dikonjugasi dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan
10% lainnya berikatan dengan zat lain. Hati orang dewasa mempunyai kapasitas cadangan untuk
mengkonjugasi dan mengekskresi 5-10 kali biilrubin normal (500 µmol/24 jam). Pada neonatus,
enzim ini belum aktif sepenuhnya, misal aktivitas glukuronosil transferase perlu waktu ±3
minggu untuk berkembang, sehingga hati neonatus hampir tak mempunyai kapasitas untuk
7
mengekskresi beban bilirubin normalnya dan bisa meningkat saat terjadi pemecahan eritrosit
berlebih. Ikterus sebelum usia 24 jam adalah abnormal, tapi hiperbilirubinemia moderat (80
µmol/L) dalam minggu pertama mungkin tak patologis (ikterus fisiologis).
Ikterus adalah pewarnaan jaringan tubuh menjadi kekuning-kuningan pada kulit dan
jaringan dalam. Penyebab umumnya karena sejumlah besar bilirubin masuk dalam cairan
ekstrasel, baik bilirubin bebas atau bilirubin terkonjugasi. Konsentrasi bilirubin normal (baik
bilirubin bebas dan terkonjugasi) ±0.5 mg/dL plasma. Kulit mulai tampak kuning ketika
konsentrasinya meningkat >3 kali dari normal (>1.5 mg/dL).
Ekskresi Pigmen Empedu
Empedu yang dihasilkan oleh hepatosit mengalir ke kanalikuli biliaris dan masuk ke
duktus biliaris hingga sampai ke usus. Dalam usus besar ia direduksi oleh kerja bakteri menjadi
berbagai pigmen termasuk urobilinogen yang mudah larut dan akhirnya menjadi sterkobilinogen.
Kemudian sterkobilinogen diekskresikan dalam feses dan mengalami oksidasi dengan udara
menjadi sterkobilin.
Di usus besar, sebagian besar urobilinogen direabsorbsi mukosa usus kembali ke dalam
darah. Sebagian lagi di ekskresikan oleh hati ke usus, tapi ±5% oleh ginjal lewat urin. Setelah
terpapar udara, mengalami oksidasi menjadi urobilin.( Sudoyo, 2007)
8
III. PRINSIP PEMERIKSAAN
A. Bilirubin total
Mengidentifikasi adanya kelainan fungsi hati dengan pemeriksaan bilirubin
total dengan penambahan reagen bilirubin total di mana asam sulphanilic direaksikan
dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi
dengan bilirubin dan accelerator membentuk zat warna azo.
B. Bilirubin direct
Mengidentifikasi adanya kelainan fungsi hati dengan pemeriksaan bilirubin
direct dengan penambahan reagen bilirubin direst di mana asam sulphanilic
direaksikan dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang
akan bereaksi dengan bilirubin membentuk direct azobilirubin.
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat:
1. Spuit
2. Torniquet
3. Sentrifuge
4. Spektrofotometer
5. Cuvet
6. Mikropipet (1000 µl, 200 µl, 50 µl)
7. Rak tabung reaksi
8. Stopwatch
9. Blue tip
10. Yellow tip
11. Plaster
12. Bengkok
13. Label
B. Bahan:
1. Reagen bilirubin total
2. Reagen bilirubin direk
9
3. Kapas alkohol
V. CARA KERJA
A. Bilirubin total
1. Mengambil sampel darah vena 3 cc.
2. Memasukkan sampel darah pada tabung reaksi.
3. Mensentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 15 menit.
4. Membuat blangko yang terdiri dari asam sulphanilic (R1) 800 µl ditambah akuades
50 µl.
5. Membuat sampel yang terdiri dari asam sulphanilic (R1) 800 µl ditambah sampel
serum 50 µl.
6. Menginkubasi blangko dan sampel dengan suhu 37˚ C selama 5 menit.
7. Menambahkan natrium nitrit (R2) 200 µl pada blangko dan sampel.
8. Menginkubasi blangko dan sampel dengan suhu 37˚ C selama 5 menit.
9. Membaca blangko dan sampel dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
546 nm.
B. Bilirubin direk
1. Mengambil sampel darah vena 3 cc.
2. Memasukkan sampel darah pada tabung reaksi.
3. Mensentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 15 menit.
4. Membuat blangko yang terdiri dari asam sulphanilic (R1) 1000 µl ditambah akuades
100 µl.
5. Membuat sampel yang terdiri dari asam sulphanilic (R1) 1000 µl ditambah sampel
serum 100 µl.
6. Menginkubasi blangko dan sampel dengan suhu 37˚ C selama 5 menit.
7. Menambahkan natrium nitrit (R2) 250 µl pada blangko dan sampel.
8. Menginkubasi blangko dan sampel dengan suhu 37˚ C selama 5 menit.
9. Membaca blangko dan sampel dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
546 nm.
10
VI. HASIL PEMERIKSAAN
A. Bilirubin total
0,3 mg/dl
B. Bilirubin direk
0,2 mg/dl
C. Bilirubin indirek
0,1 mg/dl
VII. PEMBAHASAN.
Dari praktikum hasil yang diperoleh pada pameriksaan bilirubin total adalah 0,3
mg/dl. Sedangkan hasil yang diperoleh pada pemeriksaan bilirubin direk adalah 0,2 mg/dl.
Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan bilirubin direk yaitu normal dimana hasilnya
berada pada range normal untuk orang dewasa yaitu 0,1-0,4 mg/dl yang dapat
diinterpretasikan hasilnya tidak terjadi gangguan pada hati. Sedangkan bilirubin indirek
tidak diukur secara langsung tetapi bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara
bilirubin total dan bilirubin direk hal ini disebabkan karena bilirubin total melibatkan
pelarutan bentuk tidak terkonjugasi sebelum kuantifikasi kimiawi. Dengan demikian hasil
yang diperoleh untuk bilirubin indirek adalah hasil kurang antara bilirubin total dan
bilirubin direk sehingga hasilnya adalah (0,3 mg/dl – 0,2 mg/dl) = 0,1 mg/dl sehingga hasil
yang diperoleh masih dalam kategori normal. Untuk normal bilirubin serum indirek
berkisar 0,2 -0,4 mg/dl.
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan kadar
bilirubin total dan bilirubin direct adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan Kadar
Peningkatan kadar bilirubin direk dan total menunjukkan adanya gangguan pada
hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin
terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk
kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah. Sehingga masalah klinis yang
muncul pada bilirubin direk dan total adalah ikterik obstruktif karena batu atau
neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker)
hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat : antibiotik (amfoterisin B, klindamisin,
11
eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat
antituberkulosis (asam para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic
(asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium),
barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin,
metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral,
tolbutamid, vitamin A, C, K.
b. Penurunan Kadar
Anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin,
kafein dalam dosis tinggi.
Hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan kadar bilirubin
indirect adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan Kadar
Eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria, anemia
pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi,
hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total, direk).
b. Penurunan Kadar
Pengaruh obat barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.
Penyakit yang berhubungan dengan bilirubin
1. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi bilirubin darah melebihi 1
mg/dl. Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl, hiperbilirubinemia akan menyebabkan
gejala ikterik atau jaundice. Ikterik atau jaundice adalah keadaan dimana jaringan
terutama kulit dan sklera mata menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang
berdiffusi dari konsentrasinya yang tinggi didalam darah.
2. Syndroma Crigler Najjar I
Merupakan gangguan konjugasi karena glukoronil transferase tidak aktif,
diturunkan secara autosomal resesif, merupakan kasus yang jarang, dimana didapati
konsentrasi bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl.
3. Syndroma Crigler Najjar II
12
Merupakan kasus yang lebih ringan dari tipe I, karena kerusakan pada isoform
glukoronil transferase II, didapati bilirubin monoglukoronida terdapat dalam getah
empedu.
4. Syndroma Gilbert
Terjadi karena haemolisis bersama dengan penurunan uptake bilirubin oleh
hepatosit dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan diturunkan secara
autosomal dominan. Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena
terdapatnya obstruksi pada saluran empedu, misalnya karena tumor, batu, proses
peradangan dan sikatrik. Sumbatan pada duktus hepatikus dan duktus koledokus
akan menghalangi masuknya bilirubin keusus dan peninggian konsentrasinya pada
hati menyebabkan refluks bilirubin larut ke vena hepatika dan pembuluh limfe.
13
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diperoleh hasil yaitu :
a. Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin
dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel.
b. Pemeriksaan bilirubin total hasilnya yaitu 0,3 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya
normal. Pemeriksaan bilirubin direct 0.2 mg/dl. Indirek hasilnya yaitu 0,1 mg/dl sehingga
hasilnya normal.
c. Reaksi yang terjadi :
Bilirubin total
Penambahan reagen bilirubin total di mana asam sulphanilic direaksikan dengan
natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi
dengan bilirubin dan accelerator membentuk zat warna azo.
Bilirubin direct
Penambahan reagen bilirubin direst di mana asam sulphanilic direaksikan dengan
natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi
dengan bilirubin membentuk direct azobilirubin.
SARAN
Semua alat dan bahan sudah cukup tersedia. Sehingga praktikan dapat melakukan praktikum
dengan lancar.
14
DAFTAR PUSTAKA
Helvi ,Mardiani. 2004. Metabolisme HEME. Medan: Digital Library Universitas Sumatera Utara
Sacher A. Ronald dan Richard A. McPherson. 2004. tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. Jakarta:EGC
Sudoyo, A. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
15