pemeriksaan dalam ilmu forensik untuk intoksikasi carbamat(1)

Upload: lutfiani-azahra

Post on 28-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    1/10

    PEMERIKSAAN DALAM ILMU FORENSIK UNTUK INTOKSIKASI CARBAMAT

    Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yang

    sejak semula sudah dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan dan kasus yang sampai

    saat sebelum autopsy dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan.1

    Harus dipikirkan kemungkinan kematian akibat keracunan bila pada pemeriksaan

    setempat (scene investigation) terdapat kecurigaan akan keracunan, bila pada otopsi

    ditemukan kelainan yang lazim ditemukan pada keracunan dengan zat tertentu, serta bila

    pada otopsi tak ditemukan penyebab kematian (negative autopsy).

    Kriteria insektisida golongan in dapat diduga ila gejala gejala cepat timbul, bila gejala baru

    timbul lebih dari 6 jam pasti bukan keracunan insektisida golongan ini. Gejala gejala yang

    terjadi begitu hebat, bersifat progresif, makin lama makin hebat.

    Kriteria diagnosis pada keracunan adalah3:

    - Anamnesa kontak antara korban dengan racun.

    - Adanya tandatanda serta gejala yang sesuai dengan tanda dan gejala dari keracunan

    racun yang diduga.

    -

    Dari sisa benda bukti harus dapat dibuktikan bahwa benda bukti tersebut memang

    racun yang dimaksud.

    - Dari bedah mayat dapat ditemukan adanya perubahan atau kelainan yang sesuai

    dengan keracunan dari racun yang diduga, serta dari bedah mayat tidak ditemukan

    adanya penyebab kematian lain.

    - Analisa kimia atau pemeriksaan toksikologi harus dapat dibuktikan adanya racun serta

    metabolitnya dalam tubuh atau cairan tubuh korban secara sistemik.

    Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan beberapa pemeriksaan,

    yaitu :

    a. Pemeriksaan ditempat kejadian

    b. Autopsi

    c. Analisis toksikologik

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    2/10

    A.

    Pemeriksaan ditempat kejadian1

    Penting untuk membantu menentukan penyebab kematian dan menentukan cara

    kematian. Pemeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah mungkin orang

    itu mati akibat keracunan.

    Mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin tentang saat kematian, kapan terakhir

    kali ditemukan dalam keadaan sehat. Berapa lama kejadian ini timbul setelah makan

    atau minum terakhir dan apa gejalanya. Bagaimana keadaan emosi korban tersebut

    sebelumnya.

    Mengumpulkan barang bukti. Mengumpulkan obat obatan dan pembungkusnya,

    muntahan harus diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples.

    Bila terdapat muntahan, muntahan diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam

    toples, sifat muntahan biasanya berwarna kuning.

    B. Autopsi/Gambaran Post Mortem

    1. Pemeriksaan Luar1,2

    Yang pertama kali terdeteksi adalah adanya bau khas dari mulut dan hidung

    seperti minyak tanah (merupakan pelarut karbamat untuk insektisida) atau seperti

    terpentin atau xylol yang akan didapatkan pada pemeriksaan luar dan dalam. Jika bau

    tidak langsung tercium, dapat dilakukan penekanan dada dan mencium bau yang keluar

    dari mulut dan hidung korban.

    Perlu diperhatikan pula pakaian korban yaitu distribusi bercak bercak yang

    disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Dari distribusi

    bercak tersebut kadang dapat diperoleh petunjuk tentang kemauan korban, apakah racun

    itu ditelan atas kemauannya sendiri (bunuh diri) atau dipaksa (pembunuhan). Pada bunuh

    diri bercak beraturan, terdapat pada bagian tangan dari atas ke bawah. Apabila korban

    dipegangi dan diminumi secara paksa maka bercak

    bercak akan tersebar pada daerah

    yang luas dan tidak teratur.

    Pada pemeriksaan luar didapatkan tanda tanda asfiksia, yaitu tampak sianosis,

    didapatkan sedikit buih pada rongga hidung dan mulut, edem pada wajah, lidah dan

    faring, bintik bintik perdarahan pada konjungtiva dan sklera, kadang dapat terlihat

    pelipatan pada kelopak mata. Lebam mayat (livor mortis) pada kasus keracunan

    propoksur menunjukkan warna yang sama dengan keadaan kematian normal, yaitu warna

    lebam mayat adalah livide. Kadangkala juga ditemukan luka bakar kimiawi berupa

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    3/10

    bercak berwarna coklat agak mencekung di kulit sekitar mulut atau tempat lain yang

    terkena.

    2. Pemeriksaan Dalam

    Pada pemeriksaan dalam kasus keracunan (secara umum), umunya tidak akan

    dijumpai kelainan kelainan yang khas atau spesifik yang dapat dijadikan pegangan

    untuk menegakkan diagnosis/menentukan sebab kematian karena kercaunan sesuatu zat.

    Hanya sedikit dari racun racun yang dapat dikendalikan berdasarkan kelainan

    kelainan yang ditemukan pada saat pemeriksaan mayat. Otopsi pada korban keracunan

    pestisida sering ditemukan darah yang lebih gelap dan encer pada setiap pengirisan yang

    mengenai pembuluh darah dimana saja.

    - Pembukaan rongga tengkorak :

    Perhatikan bau yang keluar dan warna pada jaringan otak.

    -

    Pembukaan rongga dada :

    Akan tampak edema paru, kongesti paru, terdapat pula bintik perdarahan pada pleura

    dan pericardium dan kadang paru terisi material yang terjadi akibat respirasi

    muntahan.

    - Pembukaan rongga perut :

    Pada lipatan mukosa lambung tampak kemerahan yang tidak disertai iritasi, kadang

    ditemukan cairan yang terdiri dari dua lapisan, yang satu adalah cairan lambung dan

    yang lapisan cairan lainnya adalah lapisan cairan proporsur. Pada duodenum dan

    yeyunum akan ditemukan warna kemerahan yang disertai iritasi dan sekresi mukus

    yang berlebihan, tampak juga inflamasi pada traktus gastrointestinal. Selain itu, hepar

    berwarna kuning lemon atau kuning abu abu dengan disertai bintik bintik

    degenerasi lemak. Beberapa kasus ditemukan hepar kuning hmogen dengan tepi

    berwarna lebih gelap. Pada kasus lain ditemukan hepar mengeras atau nekrosis.

    Kemudian pada lambung tercium bau pelarut yang dipergunakan.

    C.

    Analisis Toksikologi

    1. Organofosfat dan karbamat (Inhibitor kolonesterase)

    Analisa kimia atau pemeriksaan toksiologi, harus dapat dibuktikan adanya racun

    serta metabolitnya dalam tubuh atau cairan tubuh korban secara sistemik. Analisis

    toksikologi dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dengan menentukan kadar

    AChE dalam darah dan plasma (penentuan aktivitas enzim kholinesterase). Untuk

    pemeriksaan toksikologi perlu diambil darah, jaringan hati, limpa paru paru, dan

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    4/10

    lemak tubuh. Penentuan kadar AchE dalam darah dan plasma dapat dilakukan

    dengan cara tintimeter (Edson) dancara paper-strip (Acholest).1,2

    Cara Edson: berdasarkan perubahan pH darah

    AChE

    ACh > kolin + asam asetat

    Ambil darah korban dan tambahkan indikator brom-timol-biru,

    diamkan beberapa saat maka akan terjadi perubahan warna.

    Bandingkan warna yang timbul dengan warna standar

    pada comparator disc(cakram pembanding), maka dapat ditentukan

    AchE dalam darah.

    Tabel 1. Intepretasi hasil tes aktivitas asetikolinesterase

    Aktivitas asetilkolinesterase Interpretasi

    75%100% dari normal Tidak ada keracunan, normal

    50%75% dari normal Keracunan ringan

    25%50% Keracunan

    0% - 25% Keracunan berat

    Cara Acholest:

    Ambil serum darah korban dan teteskan pada kertas Acholest

    bersamaan dengan kontrol serum darah normal. Pada kertas Acholest

    sudah terdapat Ach dan indikator. Waktu perubahan warna pada kertas

    tersebut dicatat. Perubahan warna harus sama dengan perubahan warna

    pembanding (serum normal) yaitu warna kuning telur.

    Interpretasi :

    Kurang dari 18 menit, tidak ada keracunan

    20 - 35 menit, keracunan ringan

    35 - 150 menit, keracunan berat

    Kristalografi

    Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/minuman, muntahan, isis

    lambung dimasukkan ke dalam gelas beker, dipanaskan dalam

    pemanas air sampai kering, kemudian dilarutkan dalam aseton dandisaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapat, diteteskan dalam

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    5/10

    gelas arloji dan dipanaskan sampai kering, kemudian dilihat dibawah

    mikroskop. Bila terbentuk kristal kristal seperti sapu, ini adalah

    golongan hidrokarbon terklorinasi

    Kromatografi lapisan tipis (TLC)

    Kaca berukuran 20 x 20 cm, dilapisi dengan absorben gel silikat atau

    dengan aluminium oksida, lalu dipanaskan dalam oven 110 derajat

    celcius selama 1 jam.

    Filtrat yang akan diperiksa (hasil ekstraksi dari darah atau jaringan

    korban) diteteskan dengan mikropipet pada kaca. Disertai dengan

    tetesan lain yang telah diketahui golongan dan jenis serta

    konsentrasinya sebagai pembanding. Ujung kaca TLC dicelupkan ke

    dalam pelarut, biasanya n-Hexan. Celupan tidak boleh mengenai

    tetesan tersebut di atas. Dengan daya kapilaritas maka pelarut akan

    ditarik ke atas sambil melarutkan filtrat-filtrat tadi. Setelah itu kaca

    TLC dikeringkan lalu disemprot dengan reagensia Paladium klorida

    0,5% dalam HCl pekat, kemudian dengan Difenilamin 0,5% dalam

    alkohol.

    Hasilnya :

    o

    Warna hitam (gelap) berarti golongan hidrokarbon terklorinasi.

    Warna hijau dengan dasar dadu berarti golongan organofosfat.

    o

    Untuk menentukan jenis dalam golongannya dapat dilakukan

    dengan menentukanRfmasing-masing bercak.

    Rf = Jarak yang ditempuh bercak

    Jarak yang ditempuh pelarut

    o

    Angka yang didapat dicocokan dengan standar, maka jenisnya

    dapat ditentukan.

    o

    Dengan membandingkan besar bercak dan intensitas warnanya

    dengan pembanding, dapat diketahui konsentrasi secara

    semikuantitatif.

    a. Korban hidup

    Diambil sampel darah untuk diukur kadar butirokolinesterase dan

    asetilkolinesterase dalam eritrosit. Hasil positif bila kadar keduanya menurun.

    Kadar normal pada manusia bervariasi antara 75

    100 %. Pengukuran ini dapat

    dilakukan secara kasar denganpaperstrips(Merck).

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    6/10

    Tabel 1. Intepretasi hasil tes aktivitas asetikolinesterase

    Aktivitas asetilkolinesterase Interpretasi

    75%

    100% dari normal Tidak ada keracunan, normal50%75% dari normal Keracunan ringan

    25%50% Keracunan

    0% - 25% Keracunan berat

    b. Pengambilan sampel pada korban yang tewas

    Prinsip pengambilan sampel pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak

    banyaknya setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan

    histopatologik. Secara umum sampel yang harus diambil adalah :

    - Lambung dengan isinya.

    - Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat denagn ikatan ikatan

    pada usus setiap jarak sekitar 60 sentimeter.

    - Darah, yang bearasl dari sentral (jantung) dan yang berasal dari perifer (v.

    jugularis, a. Femoralis dan sebagainya), masing maisng 50 ml dan dibagi

    dua, yang satu diberi bahan pengawet (NaF 1%), yang lain tidak diberi bahan

    pengawet).

    - Hati, sebagai tempat detoksifikasi tidak boleh dilupakan, ahti yang diambil

    sebanyak 500 gram.

    - Ginjal, diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan dengan logam berat

    khususnya, atau bila urin tidak tersedia.

    - Otak, diambil 500 gram, khusus untuk keracunan chloroform dan keracunan

    sianida, jhal tersebut dimungkinakan karena otak terdiri dari jaringan lipid

    yang mempunyai kemampuan meretensi racun, walaupun telah mengalami

    pembusukkan.

    - Urin, diambil seluruhnya, penting oleh karena pada umumnya racun akan

    dieksresikan melalui urin, khususnya untuk tes penyaring pada keracunan

    narkotika, alkohol dan stimulan.

    - Empedu, sama halnya dengan urin, diambil oleh krena tempat eksresi berbagai

    racun, terutama narkotika.

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    7/10

    c.

    Bahan pengawet yang digunakan

    Jumlah bahan pengawet untuk sampel padat, minimal 2 kali volume sampel

    tersebut, bahan pengawet yang dianjurkan :

    - Alkohol absolut

    - Larutan garam jenuh (untuk Indonesia paling ideal)

    - Natrium fluoride 1%

    -

    Natrium fluoride + natrium sitrat (75 mg+50 mg, untuk setiap 10 ml sampel)

    -

    Natrium benzoat dan phenyl mercuric nitrate

    Alkohol dan larutan garam jenuh untuk sampel padat atau organ, sedangkan NaF

    1% dan campuran NaF dengan Na sitrat untuk sampel cair, sedangkan natrium

    benzoat dan mercuric nitrat khusus untuk pengawet urin.

    d.

    Hal yang perlu diperhatikan

    - Tiap sampel ditaruh dalam satu kemasan yang terpisah.

    - Penyegelab dilakukan oleh penyidik, dokter sebagai saksi.

    - Permintaan pemeriksaan dibuat oleh penyidik, dokter menyertakan laporan

    singkat serta racun yang diduga sebagai penyebab kematian.

    - Setiap pengiriman harus ditandai dengan pengiriman contoh bahan pengawet,

    yaitu untuk kontrol.

    - Dokter bertugas untuk mengambilkan sampel dan memasukkan pada masing

    masing kemasan.

    -

    Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksiologi harus dilakukan sebelum

    tubuh korban diawetkan (embalming), oleh karena dengan pengawetan banyak

    racun yang akan rusak.

    - Dalam hal dimana korban masih hidup, maka alkohol tidak diperkenankan

    sebagai desinfektan, sewaktu dokter mengambil darah korban, sebagai

    gantinya dapat digunakan sublimat 1:1000 atau mercury-chloride 1%.

    D. Pemeriksaan Histopatologi

    1. Pada hepar ditemukan tetes tetes lemak dengan bentuk kerangka sel masih utuh,

    destruksi selsel, infiltrasi limfosit di sekelilingnya dan ada pigmen kuning

    granul di tepi selsel.

    2.

    Pada ginjal dan otot jantung menunjukkan sitoplasma sel penuh dengan tetes

    tetes lemak.

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    8/10

    3.

    Serat serat otot diafragma mengalami degenerasi lemak disertai infiltasi limfosit

    dan leukosit disekelilingnya.

    4. Pada organ lambung dan duodenum didapatkan gambaran deskuamasi, erosi, dan

    ulserasi sel epitel duodenum, sedangkan pada organ ginjal didapatkan degenerasi

    albuminosa denagn tingkatan yang berbeda berbeda.

    E.

    PENATALAKSANAAN1

    1.

    Organoklorin :

    Prinsip pengobatan pada keracunan akut :

    Tindakan darurat medik :

    o Bilas lambung dengan air hangat 2 4 liter.

    o Emetik, sirup Ipekak 15 ml, kemudian diberi minum air, susu, atau sari buah.

    Bila dalam 15 menit tidak timbul muntah segera ulang kembali dengan takaran

    yang sama.

    o Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun, pakaian yang terkena

    racun harus dilepaskan.

    o Berikan pernafasan buatan dengan oksigen bila terdapat gangguan pernafasan.

    Tindakan umum :

    o Antikonvulsan, luminal 100 mg subkutan setiap jam sampai kejang teratasi

    atau pemberian luminal telah mencapai 500 mg. Bila kejang hebat, beri

    sodium pentobarbital 100-500 mg intravena, kemudian disusul dengan

    pemberian 100 mg luminal subkutan secukupnya.

    o Stimulan tidak boleh diberikan, terutama epinefrin, karena akan menimbulkan

    fibrilasi ventrikel, mengingat bahwa pada keracunan insektisida golongan ini

    menyebabkan miokardium menjadi sensitif (seperti halnyapada pemberian

    kloroforma).

    Prinsip pengobatan pada keracunan kronik :

    o Pindahkan korban dari lingkungan pekerjaan agar tidak kontak lagi dengan

    racun.

    o Diet tinggi karbohidrat, vitamin dan kalsiumuntuk mencegah nekrosis hati.

    o

    Bila ditemukan tremor beri luminal per oral.o Untuk mencegah infeksi dapat diberikan antibiotik.

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    9/10

    o Keracunan ringan akan sembuh dengan sempurna. Sedangkan pada keracunan

    berat dengan kejangkejnag hebat dan lama, penyembuhannya sukar

    diramalkan. Penyembuhan mungkin memerlukan waktu 2 4 minggu.

    -

    2. Organofosfat dan Karbamat

    Pada keracunan akut :

    Tindakan darurat :

    o Berikan sulfas atropine dalam dosis tinggi.

    o Pernafasan buatan dan oksigen. Pernafasan buatan mulu ke mulut tidak boleh

    dilakukan.

    o Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun, dan dilakukan sebelum

    timbul gejala atau setelah gejala terkontrol dengan atropine.

    o Bilas lambung atau emetika. Bila gejala gejala belum timbul lakukan bilas

    lambung dengan air hangat atau induksi muntah dengan sirup Ipekak.

    o Laksatif, Mg-Sulfat 25 mg dalam 1 gelas air. Castor oil merupakan

    kontraindikasi karena dapat mempermudah larutnya racun.

    o Pemberian antidotum : Sulfas atropine 2 mg intramuskular dan diulang setiap

    3-6 menit sampai timbul tanda atropinisasi (wajah merah, mulut kering,

    dilatasi pupil dan nadi cepat).

    o Pertahankan atropinisasi dengan mengulang pemberian atropine 2 mg.

    Pemberian atropine sebanyak 12 mg dalam 2 jam pertama cukup aman. Tearpi

    atropine yang terputus akan segera disusul dengan kegagalan pernafasan.

    o Takaran sulfas atropine untuk anak anak adalah 0,04 mg/kgBB. Bila timbul

    takikardi hebat dapat diberi propanolol.

    o Kolinesterase reaktivator, hanya digunakan pada keracunan organofosfat tetapi

    berbahaya untuk keracunan golongan karbamat. Hanya diberikan setelah

    atropinisasi penuh.

    o 2-PAM harus diberikan secepatnya karena dapat tinbul aging phenomon, yaitu

    keadaan dengan ikatan insektisida AchE telah mengalami dealkilasi sehingga

    2-PAM tidak lagi dapat melepaskan ikatan tersebut. Hal ini berbahaya karena

    atropine tidak memperbaiki paralisis otot otot pernafasan.

  • 7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)

    10/10

    Tindakan umum :

    o Sekresi jalan nafas dikeluarkan dengan postural drainage atau dengan

    penyedot kateter.

    o

    Hindari pemakaian morfin, aminofilin, barbiturat, fenotiazin, dan obat yang

    menimbulkan depresi pernafasan lain.

    o Kejangkejang diatasi dengan obat kejang.

    Pada keracunan kronik ;

    o Dapat diketahui dengan penentu kadar AchE dalam darah. Bila ada indikasi

    (keracunan ringan) maka korban dapat diberikan istirahat, dan tidak boleh

    kontak lagi dengan insektisida.

    F. PENCEGAHAN2

    Untuk mencegah orang orang ynag bekerja di lingkungan yang menggunaan

    pestisida, harus mengetahui langkahlangkah untuk menghindari paparan dari

    pestisida :

    1.

    Belajar bagaimana cara melindungi diri sendiri dari keracunan.

    2.

    Memakaian pakaian yang menutupi seluruh kulit (celana panjang, baju lengan

    pendek, sepatu).3. Selalu menyediakan sabun, air, dan handuk bersih di tempat kerja.

    4. Mencuci tangan dan wajah sebelum makan, minum, merokok, dll di tempat kerja.

    5. Jangan memasuki area yang dilarang masuk.

    6.

    Jangan pernah membawa pestisida dari tempat kerja ke tempat tinggal.

    7. Jauhkan anak kecil dari kawasan penggunaan pestisida.

    8. Setiap pulang dari tempat kerja cuci seluruh tubuh termasuik rambut, jangan lupa

    pisahkan cucian pakaian dari kantor dengan pakaian rumah.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Frank, C. Lu, Toksikologi Dasar, Ed. Kedua ( Terj ), Jakarta: Penerbit Universitas

    Indonesia, 1995, Hal : 328 329

    2. Gani, MH, Catatan Materi Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran

    Forensik Universitas Andalas, Padang, 2001, Hal : 111 139

    3. Idrieas, AM, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Ed . Pertama, Jakarta: Binarupa

    Aksara, 1997, Hal : 259 263