pemeriksaan dalam ilmu forensik untuk intoksikasi carbamat(1)
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
1/10
PEMERIKSAAN DALAM ILMU FORENSIK UNTUK INTOKSIKASI CARBAMAT
Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yang
sejak semula sudah dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan dan kasus yang sampai
saat sebelum autopsy dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan.1
Harus dipikirkan kemungkinan kematian akibat keracunan bila pada pemeriksaan
setempat (scene investigation) terdapat kecurigaan akan keracunan, bila pada otopsi
ditemukan kelainan yang lazim ditemukan pada keracunan dengan zat tertentu, serta bila
pada otopsi tak ditemukan penyebab kematian (negative autopsy).
Kriteria insektisida golongan in dapat diduga ila gejala gejala cepat timbul, bila gejala baru
timbul lebih dari 6 jam pasti bukan keracunan insektisida golongan ini. Gejala gejala yang
terjadi begitu hebat, bersifat progresif, makin lama makin hebat.
Kriteria diagnosis pada keracunan adalah3:
- Anamnesa kontak antara korban dengan racun.
- Adanya tandatanda serta gejala yang sesuai dengan tanda dan gejala dari keracunan
racun yang diduga.
-
Dari sisa benda bukti harus dapat dibuktikan bahwa benda bukti tersebut memang
racun yang dimaksud.
- Dari bedah mayat dapat ditemukan adanya perubahan atau kelainan yang sesuai
dengan keracunan dari racun yang diduga, serta dari bedah mayat tidak ditemukan
adanya penyebab kematian lain.
- Analisa kimia atau pemeriksaan toksikologi harus dapat dibuktikan adanya racun serta
metabolitnya dalam tubuh atau cairan tubuh korban secara sistemik.
Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan beberapa pemeriksaan,
yaitu :
a. Pemeriksaan ditempat kejadian
b. Autopsi
c. Analisis toksikologik
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
2/10
A.
Pemeriksaan ditempat kejadian1
Penting untuk membantu menentukan penyebab kematian dan menentukan cara
kematian. Pemeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah mungkin orang
itu mati akibat keracunan.
Mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin tentang saat kematian, kapan terakhir
kali ditemukan dalam keadaan sehat. Berapa lama kejadian ini timbul setelah makan
atau minum terakhir dan apa gejalanya. Bagaimana keadaan emosi korban tersebut
sebelumnya.
Mengumpulkan barang bukti. Mengumpulkan obat obatan dan pembungkusnya,
muntahan harus diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples.
Bila terdapat muntahan, muntahan diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam
toples, sifat muntahan biasanya berwarna kuning.
B. Autopsi/Gambaran Post Mortem
1. Pemeriksaan Luar1,2
Yang pertama kali terdeteksi adalah adanya bau khas dari mulut dan hidung
seperti minyak tanah (merupakan pelarut karbamat untuk insektisida) atau seperti
terpentin atau xylol yang akan didapatkan pada pemeriksaan luar dan dalam. Jika bau
tidak langsung tercium, dapat dilakukan penekanan dada dan mencium bau yang keluar
dari mulut dan hidung korban.
Perlu diperhatikan pula pakaian korban yaitu distribusi bercak bercak yang
disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Dari distribusi
bercak tersebut kadang dapat diperoleh petunjuk tentang kemauan korban, apakah racun
itu ditelan atas kemauannya sendiri (bunuh diri) atau dipaksa (pembunuhan). Pada bunuh
diri bercak beraturan, terdapat pada bagian tangan dari atas ke bawah. Apabila korban
dipegangi dan diminumi secara paksa maka bercak
bercak akan tersebar pada daerah
yang luas dan tidak teratur.
Pada pemeriksaan luar didapatkan tanda tanda asfiksia, yaitu tampak sianosis,
didapatkan sedikit buih pada rongga hidung dan mulut, edem pada wajah, lidah dan
faring, bintik bintik perdarahan pada konjungtiva dan sklera, kadang dapat terlihat
pelipatan pada kelopak mata. Lebam mayat (livor mortis) pada kasus keracunan
propoksur menunjukkan warna yang sama dengan keadaan kematian normal, yaitu warna
lebam mayat adalah livide. Kadangkala juga ditemukan luka bakar kimiawi berupa
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
3/10
bercak berwarna coklat agak mencekung di kulit sekitar mulut atau tempat lain yang
terkena.
2. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam kasus keracunan (secara umum), umunya tidak akan
dijumpai kelainan kelainan yang khas atau spesifik yang dapat dijadikan pegangan
untuk menegakkan diagnosis/menentukan sebab kematian karena kercaunan sesuatu zat.
Hanya sedikit dari racun racun yang dapat dikendalikan berdasarkan kelainan
kelainan yang ditemukan pada saat pemeriksaan mayat. Otopsi pada korban keracunan
pestisida sering ditemukan darah yang lebih gelap dan encer pada setiap pengirisan yang
mengenai pembuluh darah dimana saja.
- Pembukaan rongga tengkorak :
Perhatikan bau yang keluar dan warna pada jaringan otak.
-
Pembukaan rongga dada :
Akan tampak edema paru, kongesti paru, terdapat pula bintik perdarahan pada pleura
dan pericardium dan kadang paru terisi material yang terjadi akibat respirasi
muntahan.
- Pembukaan rongga perut :
Pada lipatan mukosa lambung tampak kemerahan yang tidak disertai iritasi, kadang
ditemukan cairan yang terdiri dari dua lapisan, yang satu adalah cairan lambung dan
yang lapisan cairan lainnya adalah lapisan cairan proporsur. Pada duodenum dan
yeyunum akan ditemukan warna kemerahan yang disertai iritasi dan sekresi mukus
yang berlebihan, tampak juga inflamasi pada traktus gastrointestinal. Selain itu, hepar
berwarna kuning lemon atau kuning abu abu dengan disertai bintik bintik
degenerasi lemak. Beberapa kasus ditemukan hepar kuning hmogen dengan tepi
berwarna lebih gelap. Pada kasus lain ditemukan hepar mengeras atau nekrosis.
Kemudian pada lambung tercium bau pelarut yang dipergunakan.
C.
Analisis Toksikologi
1. Organofosfat dan karbamat (Inhibitor kolonesterase)
Analisa kimia atau pemeriksaan toksiologi, harus dapat dibuktikan adanya racun
serta metabolitnya dalam tubuh atau cairan tubuh korban secara sistemik. Analisis
toksikologi dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dengan menentukan kadar
AChE dalam darah dan plasma (penentuan aktivitas enzim kholinesterase). Untuk
pemeriksaan toksikologi perlu diambil darah, jaringan hati, limpa paru paru, dan
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
4/10
lemak tubuh. Penentuan kadar AchE dalam darah dan plasma dapat dilakukan
dengan cara tintimeter (Edson) dancara paper-strip (Acholest).1,2
Cara Edson: berdasarkan perubahan pH darah
AChE
ACh > kolin + asam asetat
Ambil darah korban dan tambahkan indikator brom-timol-biru,
diamkan beberapa saat maka akan terjadi perubahan warna.
Bandingkan warna yang timbul dengan warna standar
pada comparator disc(cakram pembanding), maka dapat ditentukan
AchE dalam darah.
Tabel 1. Intepretasi hasil tes aktivitas asetikolinesterase
Aktivitas asetilkolinesterase Interpretasi
75%100% dari normal Tidak ada keracunan, normal
50%75% dari normal Keracunan ringan
25%50% Keracunan
0% - 25% Keracunan berat
Cara Acholest:
Ambil serum darah korban dan teteskan pada kertas Acholest
bersamaan dengan kontrol serum darah normal. Pada kertas Acholest
sudah terdapat Ach dan indikator. Waktu perubahan warna pada kertas
tersebut dicatat. Perubahan warna harus sama dengan perubahan warna
pembanding (serum normal) yaitu warna kuning telur.
Interpretasi :
Kurang dari 18 menit, tidak ada keracunan
20 - 35 menit, keracunan ringan
35 - 150 menit, keracunan berat
Kristalografi
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/minuman, muntahan, isis
lambung dimasukkan ke dalam gelas beker, dipanaskan dalam
pemanas air sampai kering, kemudian dilarutkan dalam aseton dandisaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapat, diteteskan dalam
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
5/10
gelas arloji dan dipanaskan sampai kering, kemudian dilihat dibawah
mikroskop. Bila terbentuk kristal kristal seperti sapu, ini adalah
golongan hidrokarbon terklorinasi
Kromatografi lapisan tipis (TLC)
Kaca berukuran 20 x 20 cm, dilapisi dengan absorben gel silikat atau
dengan aluminium oksida, lalu dipanaskan dalam oven 110 derajat
celcius selama 1 jam.
Filtrat yang akan diperiksa (hasil ekstraksi dari darah atau jaringan
korban) diteteskan dengan mikropipet pada kaca. Disertai dengan
tetesan lain yang telah diketahui golongan dan jenis serta
konsentrasinya sebagai pembanding. Ujung kaca TLC dicelupkan ke
dalam pelarut, biasanya n-Hexan. Celupan tidak boleh mengenai
tetesan tersebut di atas. Dengan daya kapilaritas maka pelarut akan
ditarik ke atas sambil melarutkan filtrat-filtrat tadi. Setelah itu kaca
TLC dikeringkan lalu disemprot dengan reagensia Paladium klorida
0,5% dalam HCl pekat, kemudian dengan Difenilamin 0,5% dalam
alkohol.
Hasilnya :
o
Warna hitam (gelap) berarti golongan hidrokarbon terklorinasi.
Warna hijau dengan dasar dadu berarti golongan organofosfat.
o
Untuk menentukan jenis dalam golongannya dapat dilakukan
dengan menentukanRfmasing-masing bercak.
Rf = Jarak yang ditempuh bercak
Jarak yang ditempuh pelarut
o
Angka yang didapat dicocokan dengan standar, maka jenisnya
dapat ditentukan.
o
Dengan membandingkan besar bercak dan intensitas warnanya
dengan pembanding, dapat diketahui konsentrasi secara
semikuantitatif.
a. Korban hidup
Diambil sampel darah untuk diukur kadar butirokolinesterase dan
asetilkolinesterase dalam eritrosit. Hasil positif bila kadar keduanya menurun.
Kadar normal pada manusia bervariasi antara 75
100 %. Pengukuran ini dapat
dilakukan secara kasar denganpaperstrips(Merck).
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
6/10
Tabel 1. Intepretasi hasil tes aktivitas asetikolinesterase
Aktivitas asetilkolinesterase Interpretasi
75%
100% dari normal Tidak ada keracunan, normal50%75% dari normal Keracunan ringan
25%50% Keracunan
0% - 25% Keracunan berat
b. Pengambilan sampel pada korban yang tewas
Prinsip pengambilan sampel pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak
banyaknya setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan
histopatologik. Secara umum sampel yang harus diambil adalah :
- Lambung dengan isinya.
- Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat denagn ikatan ikatan
pada usus setiap jarak sekitar 60 sentimeter.
- Darah, yang bearasl dari sentral (jantung) dan yang berasal dari perifer (v.
jugularis, a. Femoralis dan sebagainya), masing maisng 50 ml dan dibagi
dua, yang satu diberi bahan pengawet (NaF 1%), yang lain tidak diberi bahan
pengawet).
- Hati, sebagai tempat detoksifikasi tidak boleh dilupakan, ahti yang diambil
sebanyak 500 gram.
- Ginjal, diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan dengan logam berat
khususnya, atau bila urin tidak tersedia.
- Otak, diambil 500 gram, khusus untuk keracunan chloroform dan keracunan
sianida, jhal tersebut dimungkinakan karena otak terdiri dari jaringan lipid
yang mempunyai kemampuan meretensi racun, walaupun telah mengalami
pembusukkan.
- Urin, diambil seluruhnya, penting oleh karena pada umumnya racun akan
dieksresikan melalui urin, khususnya untuk tes penyaring pada keracunan
narkotika, alkohol dan stimulan.
- Empedu, sama halnya dengan urin, diambil oleh krena tempat eksresi berbagai
racun, terutama narkotika.
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
7/10
c.
Bahan pengawet yang digunakan
Jumlah bahan pengawet untuk sampel padat, minimal 2 kali volume sampel
tersebut, bahan pengawet yang dianjurkan :
- Alkohol absolut
- Larutan garam jenuh (untuk Indonesia paling ideal)
- Natrium fluoride 1%
-
Natrium fluoride + natrium sitrat (75 mg+50 mg, untuk setiap 10 ml sampel)
-
Natrium benzoat dan phenyl mercuric nitrate
Alkohol dan larutan garam jenuh untuk sampel padat atau organ, sedangkan NaF
1% dan campuran NaF dengan Na sitrat untuk sampel cair, sedangkan natrium
benzoat dan mercuric nitrat khusus untuk pengawet urin.
d.
Hal yang perlu diperhatikan
- Tiap sampel ditaruh dalam satu kemasan yang terpisah.
- Penyegelab dilakukan oleh penyidik, dokter sebagai saksi.
- Permintaan pemeriksaan dibuat oleh penyidik, dokter menyertakan laporan
singkat serta racun yang diduga sebagai penyebab kematian.
- Setiap pengiriman harus ditandai dengan pengiriman contoh bahan pengawet,
yaitu untuk kontrol.
- Dokter bertugas untuk mengambilkan sampel dan memasukkan pada masing
masing kemasan.
-
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksiologi harus dilakukan sebelum
tubuh korban diawetkan (embalming), oleh karena dengan pengawetan banyak
racun yang akan rusak.
- Dalam hal dimana korban masih hidup, maka alkohol tidak diperkenankan
sebagai desinfektan, sewaktu dokter mengambil darah korban, sebagai
gantinya dapat digunakan sublimat 1:1000 atau mercury-chloride 1%.
D. Pemeriksaan Histopatologi
1. Pada hepar ditemukan tetes tetes lemak dengan bentuk kerangka sel masih utuh,
destruksi selsel, infiltrasi limfosit di sekelilingnya dan ada pigmen kuning
granul di tepi selsel.
2.
Pada ginjal dan otot jantung menunjukkan sitoplasma sel penuh dengan tetes
tetes lemak.
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
8/10
3.
Serat serat otot diafragma mengalami degenerasi lemak disertai infiltasi limfosit
dan leukosit disekelilingnya.
4. Pada organ lambung dan duodenum didapatkan gambaran deskuamasi, erosi, dan
ulserasi sel epitel duodenum, sedangkan pada organ ginjal didapatkan degenerasi
albuminosa denagn tingkatan yang berbeda berbeda.
E.
PENATALAKSANAAN1
1.
Organoklorin :
Prinsip pengobatan pada keracunan akut :
Tindakan darurat medik :
o Bilas lambung dengan air hangat 2 4 liter.
o Emetik, sirup Ipekak 15 ml, kemudian diberi minum air, susu, atau sari buah.
Bila dalam 15 menit tidak timbul muntah segera ulang kembali dengan takaran
yang sama.
o Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun, pakaian yang terkena
racun harus dilepaskan.
o Berikan pernafasan buatan dengan oksigen bila terdapat gangguan pernafasan.
Tindakan umum :
o Antikonvulsan, luminal 100 mg subkutan setiap jam sampai kejang teratasi
atau pemberian luminal telah mencapai 500 mg. Bila kejang hebat, beri
sodium pentobarbital 100-500 mg intravena, kemudian disusul dengan
pemberian 100 mg luminal subkutan secukupnya.
o Stimulan tidak boleh diberikan, terutama epinefrin, karena akan menimbulkan
fibrilasi ventrikel, mengingat bahwa pada keracunan insektisida golongan ini
menyebabkan miokardium menjadi sensitif (seperti halnyapada pemberian
kloroforma).
Prinsip pengobatan pada keracunan kronik :
o Pindahkan korban dari lingkungan pekerjaan agar tidak kontak lagi dengan
racun.
o Diet tinggi karbohidrat, vitamin dan kalsiumuntuk mencegah nekrosis hati.
o
Bila ditemukan tremor beri luminal per oral.o Untuk mencegah infeksi dapat diberikan antibiotik.
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
9/10
o Keracunan ringan akan sembuh dengan sempurna. Sedangkan pada keracunan
berat dengan kejangkejnag hebat dan lama, penyembuhannya sukar
diramalkan. Penyembuhan mungkin memerlukan waktu 2 4 minggu.
-
2. Organofosfat dan Karbamat
Pada keracunan akut :
Tindakan darurat :
o Berikan sulfas atropine dalam dosis tinggi.
o Pernafasan buatan dan oksigen. Pernafasan buatan mulu ke mulut tidak boleh
dilakukan.
o Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun, dan dilakukan sebelum
timbul gejala atau setelah gejala terkontrol dengan atropine.
o Bilas lambung atau emetika. Bila gejala gejala belum timbul lakukan bilas
lambung dengan air hangat atau induksi muntah dengan sirup Ipekak.
o Laksatif, Mg-Sulfat 25 mg dalam 1 gelas air. Castor oil merupakan
kontraindikasi karena dapat mempermudah larutnya racun.
o Pemberian antidotum : Sulfas atropine 2 mg intramuskular dan diulang setiap
3-6 menit sampai timbul tanda atropinisasi (wajah merah, mulut kering,
dilatasi pupil dan nadi cepat).
o Pertahankan atropinisasi dengan mengulang pemberian atropine 2 mg.
Pemberian atropine sebanyak 12 mg dalam 2 jam pertama cukup aman. Tearpi
atropine yang terputus akan segera disusul dengan kegagalan pernafasan.
o Takaran sulfas atropine untuk anak anak adalah 0,04 mg/kgBB. Bila timbul
takikardi hebat dapat diberi propanolol.
o Kolinesterase reaktivator, hanya digunakan pada keracunan organofosfat tetapi
berbahaya untuk keracunan golongan karbamat. Hanya diberikan setelah
atropinisasi penuh.
o 2-PAM harus diberikan secepatnya karena dapat tinbul aging phenomon, yaitu
keadaan dengan ikatan insektisida AchE telah mengalami dealkilasi sehingga
2-PAM tidak lagi dapat melepaskan ikatan tersebut. Hal ini berbahaya karena
atropine tidak memperbaiki paralisis otot otot pernafasan.
-
7/25/2019 Pemeriksaan Dalam Ilmu Forensik Untuk Intoksikasi Carbamat(1)
10/10
Tindakan umum :
o Sekresi jalan nafas dikeluarkan dengan postural drainage atau dengan
penyedot kateter.
o
Hindari pemakaian morfin, aminofilin, barbiturat, fenotiazin, dan obat yang
menimbulkan depresi pernafasan lain.
o Kejangkejang diatasi dengan obat kejang.
Pada keracunan kronik ;
o Dapat diketahui dengan penentu kadar AchE dalam darah. Bila ada indikasi
(keracunan ringan) maka korban dapat diberikan istirahat, dan tidak boleh
kontak lagi dengan insektisida.
F. PENCEGAHAN2
Untuk mencegah orang orang ynag bekerja di lingkungan yang menggunaan
pestisida, harus mengetahui langkahlangkah untuk menghindari paparan dari
pestisida :
1.
Belajar bagaimana cara melindungi diri sendiri dari keracunan.
2.
Memakaian pakaian yang menutupi seluruh kulit (celana panjang, baju lengan
pendek, sepatu).3. Selalu menyediakan sabun, air, dan handuk bersih di tempat kerja.
4. Mencuci tangan dan wajah sebelum makan, minum, merokok, dll di tempat kerja.
5. Jangan memasuki area yang dilarang masuk.
6.
Jangan pernah membawa pestisida dari tempat kerja ke tempat tinggal.
7. Jauhkan anak kecil dari kawasan penggunaan pestisida.
8. Setiap pulang dari tempat kerja cuci seluruh tubuh termasuik rambut, jangan lupa
pisahkan cucian pakaian dari kantor dengan pakaian rumah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Frank, C. Lu, Toksikologi Dasar, Ed. Kedua ( Terj ), Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, 1995, Hal : 328 329
2. Gani, MH, Catatan Materi Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran
Forensik Universitas Andalas, Padang, 2001, Hal : 111 139
3. Idrieas, AM, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Ed . Pertama, Jakarta: Binarupa
Aksara, 1997, Hal : 259 263