pemeriksaan psikiatri

7
PEMERIKSAAN PSIKIATRI Doni Revai, S.Ked. 1. Keadaan Umum Isi: jenis kelamin, usia, rawat diri Penting untuk menentukan/memperkirakan prognosis pasien Contoh: tampak seorang laki-laki sesuai usia, dengan rawat diri cukup. 2. Kesadaran a. Compos mentis (kesadaran penuh): kemampuan untuk menyadari informasi dan menggunakannya secara efektif dalam mempengaruhi hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya. b. Somnolen: terkantuk-kantuk c. Stupor: acuh tak acuh terhadap sekelilingnya dan tak ada reaksi terhadap stimuli. d. Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon terhadap stimuli. e. Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka. f. Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan persepsi dan sikap g. Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita menjadi tidak dapat diam. h. Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi, biasanya terjadi pada epilepsi. 3. Orientasi Isi: orientasi orang, waktu, tempat, dan situasi Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk menilai orientasi pasien, misalnya: Mbak, kemarin datang ke sini hari apa/sudah berapa hari?(O-w) Datang sama siapa?(O-o) Kenapa dibawa ke sini?(insight) Waktu dibawa ke sini, mbak baru apa, dimana?(o-t,s) Mbak tadi malam bisa tidur? Bangun jam berapa?(O-w) Yang nunggu mbak tadi malam siapa?(O-o) Tadi mbak sudah jalan-jalan ke mana saja?(O-t) Contoh: Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek) 4. Sikap, Tingkah Laku Isi: aktivitas (hiperaktif, normoaktif, hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif), psikomotor (jika ada)

Upload: ikharetno

Post on 30-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ilmu kesehatan jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: PEMERIKSAAN PSIKIATRI

PEMERIKSAAN PSIKIATRIDoni Revai, S.Ked.

1.         Keadaan Umum      Isi: jenis kelamin, usia, rawat diri      Penting untuk menentukan/memperkirakan prognosis pasien      Contoh: tampak seorang laki-laki sesuai usia, dengan rawat diri cukup.

2.         Kesadarana.  Compos mentis (kesadaran penuh): kemampuan untuk menyadari informasi dan

menggunakannya secara efektif dalam mempengaruhi hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya.

b.   Somnolen: terkantuk-kantukc.    Stupor: acuh tak acuh terhadap sekelilingnya dan tak ada reaksi terhadap stimuli.d.   Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon terhadap stimuli.e.    Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.f.     Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan persepsi dan sikapg.   Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita

menjadi tidak dapat diam.h.   Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi, biasanya terjadi

pada epilepsi.

3.         Orientasi      Isi: orientasi orang, waktu, tempat, dan situasi      Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk menilai orientasi pasien, misalnya:  Mbak, kemarin datang ke sini hari apa/sudah berapa hari?(O-w) Datang sama siapa?(O-o)

Kenapa dibawa ke sini?(insight) Waktu dibawa ke sini, mbak baru apa, dimana?(o-t,s)  Mbak tadi malam bisa tidur? Bangun jam berapa?(O-w) Yang nunggu mbak tadi malam siapa?

(O-o) Tadi mbak sudah jalan-jalan ke mana saja?(O-t)      Contoh: Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek)

4.         Sikap, Tingkah Laku      Isi: aktivitas (hiperaktif, normoaktif, hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif),

psikomotor (jika ada)      Bentuk kelainan psikomotor yang dapat diamati:a.    Echopraxia: menirukan gerakan orang lainb.    Katatonia   Katalepsi: pasien tidak bergerak dan cenderung mempertahankan posisi tertentu. Fleksibilitas serea: gerakan yang diberikan oleh pemeriksa secara perlahan, dan kemudian

dipertahankan oleh pasien.   Negativisme: gerakan menentang/tidak mematuhi perintah.c.     Katapleksi: tonus otot menghilang sementara dikarenakan emosid.    Stereotipi: aktivitas fisik atau bicara yang diulang-ulange.    Manerisme: gerakan involunter yang stereotipikf.     Otomatis perintah: mengikuti perintah secara otomatisg.    Mutisme: tak bersuarah.    Agresi: perbuatan menyerang, baik verbal maupun fisik, disertai afek marah/benci.

5.         Afek

Page 2: PEMERIKSAAN PSIKIATRI

      Afek: emosi yang diekspresikan oleh pasien, sehingga penilaiannya obyektif (dapat diamati oleh pemeriksa)

      Afek dapat dinyatakan dalam beberapa cara:a.    Jenis emosi : kemarahan, kesedihan, euphoria (peningkatan ekspresi kegembiraan), elasi

(euphoria dengan peningkatan aktivitas psikomotor), eksaltasi (elasi yang disertai waham kebesaran), ekstase (agresi).

b.    Intensitas dan derajat emosi: datar, tumpul, sempit, luas. Datar: tidak terdapat ekspresi         Tumpul: ekspresi yang tampak sangat sedikit (hamper tidak terdapat ekspresi)         Sempit/menyempit: pasien terkadang masih dapat mengekspresikan perasaannya.         Luas: perasaan dapat diekspresikan secara penuh (normal)c. Keserasian: dilihat dari kesesuaian antara stimulus yang diberikan dengan ekspresi pasien:

appropriate, inappropriate.d.    Konsistensi perasaan: labil, stabil. Labil bila terjadi perubahan afek yang cepat.

6.         Mood      Isi: sedih, takut, bahagia, marah, cemas, irritable, disforik.      Mood: emosi yang berkepanjangan yang dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien.     Mood disforik: apabila dirasakan oleh penderita tidak menyenangkan, misalnya irritable,

marah, atau depresi.

7.         Proses Pikir      Dibedakan menjadi bentuk pikir, isi pikir, dan progress pikir.a.    Gangguan bentuk pikir:1)  Nonrealistik/derealistik: tidak sesuai dengan kenyataan tetapi masih mungkin, misal: “saya

adalah seorang presiden” atau seorang dokter berkata, “saya dapat menyembuhkan semua orang yang sakit”

2)   Dereistik: tidak sesuai dengan kenyataan dal lebih didasarkan pada khayalan, misal: “saya adalah seorang malaikat” atau “saya dapat menyembuhkan segala macam penyakit”

3)   Autistik: pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pad aide yang idesentris. Orang autistic selalu hidup dalam alam/dunianya sendiri, dan secara emosional terlepas dari orang lain.

4)   Tidak logis (illogical thought), sering juga disebut magical thought: berorientasi pada hal-hal yang bersifat magis.

5) Pikiran konkrit (formal thought disorder): pikiran terbatas pada satu dimensi arti, pasien mengartikan kata/kalimat apa adanya, tidak mampu berpikir secara metaforik atau hipotetik. Symptom ini biasa ditemukan pada pasien dengan gangguan mental organic dan skizofrenia. Contoh: meja hijau = meja yang berwarna hijau, daun muda = daun yang masih muda.

b.    Gangguan isi pikir:1)    Ideas of reference: pasien selalu berprasangka bahwa orang lain sedang membicarakan

dirinya dan kejadian-kejadian yang alamiah pun memberi arti khusus/berhubungan dengan dirinya. Contoh: pasien merasa bahwa berita yang dibawakan oleh pembawa berita di televise berkaitan dengannya dan terselip pesan untuknya.

2)    Waham: keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus dari luar yang cukup    Ciri:

-          Tidak realistic-          Tidak logis-          Menetap-          Egosentris-          Diyakini kebenarannya oleh penderita

Page 3: PEMERIKSAAN PSIKIATRI

-          Tidak dapat dikoreksi-          Dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata-          Penderita hidup dalam wahamnya itu-          Keadaan/hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosio-kultural setempat.    Macamnya:

-          Waham kebesaran-          Waham diancam-          Waham cemburu-          Waham curiga-          Waham bersalah-          Waham berdosa (biasanya pasien tampak selalu murung)-          Waham tak berguna (sering kali memicu keinginan pasien untuk bunuh diri)-          Waham miskin-          Waham hipokondria (pasien merasa di dalam tubuhnya ada sesuatu benda yang harus

dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya)-          Waham kejar-          Waham bizarre, meliputi:  Waham sedot pikir (thought of withdrawal): pasien percaya bahwa seeseorang telah

mengambil keluar pikirannya  Waham sisip piker (thought of insertion): pasien percaya bahwa seseorang telah menyesipkan

pikiran ke kepalanya  Waham siar piker (thought of broadcasting): pasien percaya bahwa orang lain dapat

mengetahui/membaca pikirannya  Waham kendali piker (thought of being controlled): pasien percaya bahwa apa yang

dirasakan/dilakukannya dipengaruhi/dikendalikan oleh orang lain.3)    Obsesi: gagasan (ide), bayangan, atau impuls yang berulang dan persisten.4)    Kompulsi: perilaku/perbuatan berulang yang bersifat stereotipik, biasanya menyertai obsesi.5)   Fobia: ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktifitas, atau situasi

spesifik yang menimbulkan keinginan yang mendesak untuk menghindarinya.6)   Anosognosis: pasien menolak kenyataan bahwa ia mengalami gangguan fisik, hal ini terjadi

pada pasien yang mengalami luka/trauma dan kerusakan otak yang luas. Contoh: penderita buta mengatakan bahwa ia dapat melihat.

c.     Gangguan progress/arus pikir1)       Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi penderita, sering

terdapat pada pasien skizofrenia. Neologisme dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering merupakan kata yang diulang.

2)       Word salad: bentuk ekstrim neologisme yang ditandai dengan kalimat yang dibentuk dari kata-kata yang hamper semuanya tidak dapat dimengerti.

3)       Magical thinking: pasien percaya bahwa segala tingkah laku, ucapan, sikap, serta gerak-geriknya dikendalikan oleh kekuatan magis. Symptom ini menonjol pada pasien dengan obsesif kompulsif dan secara ekstrim terdapat pada skizofrenia.

4)        Intelektualisasi: pembicaraan yang meloncat-loncat kea rah konsep intelektual, tentang teori yang abstrak dan filosofis. Sering dijumpai pada pasien obsesif kompulsif dan skizofrenia.

5)       Circumstantiality: gangguan asosiasi karena terlalu banyak ide yang disampaikan. Pada umumnya pasien dapat mencapai tujuannya, tetapi harus secara bertahap. Sering dijumpai pada pasien skizofrenia, epilepsy, dan demensia senilis.

6)         Tangential thinking: pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan tidak pernah tercapai. Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manic.

Page 4: PEMERIKSAAN PSIKIATRI

7)         Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan, namun masih dapat dimengerti.

8)        Inkoherensi: merupakan asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi tatabahasa/susunan kalimat dengan arti istilah yang aneh. Secara khas terdapat pada skizofrenia.

9)       Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu topic ke topic lain tanpa terputus, dimana masih terdapat benang merah (masih terkait, walau sangat kecil kaitannya).

10)    Stereotypi kata/kalimat: pengulangan kata/kalimat karena adanya pengulangan buah pikiran. Bila terjadi pengulangan kata = verbigerasi, pengulangan kalimat = perseverasi. Terdapat pada skizofrenia dan GMO.

11)     Logore: pasien berbicara terus-menerus tanpa henti.12)     Echolalia: menirukan kata-kata/kalimat orang lain, cenderung berulang-ulang dan persisten.13)    Remming: pasien berbicara dengan sangat lambat dan biasanya dengan nada yang rendah,

karena pikirannya timbul perlahan sehingga progresi piker menjadi lambat. Biasanya terdapat pada pasien dengan depresi.

14)    Blocking: putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau terhentinya pembicaraan. Sering ditemukan pada skizofrenia.

15)    Mutisme: pasien tidak member respon terhadap lingkungan, tidak mau berbicara sama sekali. Sering ditemukan pada skizofrenia kataton, depresi berat, histerical aphonia, dan GMO.

16)     Aphasia: gangguan berbicara/berbahasa karena kerusakakn otak.

8.         Persepsi      Isi: agnosia, halusinasi, ilusi    Agnosia: ketidakmampuan mengenal dan menafsirkan rangsangan sensorik agnosia visual,

taktil, sensorik.      Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang tak nyata. (tidak terdapat objek)a.    Halusinasi dengar (akustik, auditori)b.  Halusinasi visual harus dalam keadaan mata penderita terbuka. Biasanya merupakan

petunjuk adanya gangguan mental organic.c.    Halusinasi bau/olfaktorid.   Halusinasi pengecapan/gustatorye.   Halusinasi seksualf.     Heautoscopie: halusinasi visual khusus, pasien melihat orang yang mirip dirinya berada di

depannya atau mendekatinya. Bila dapat dikoreksi, maka disebut pseudo halusinasi.g.  Halusinasi kinaestesi (phantom phenomenon): persepsi palsu pada pasien setelah mengalami

operasi besar. Contoh: pasien post amputasi kaki berkata bahwa kakinya masih utuh.      Ilusi: mispersepsi/misinterpretasi terhadap stimulus sensorik yang real. (ada objek nyata)

9.         Hubungan Jiwa      Isi: mudah, dapat, atau sukar.a.    Mudah: pasien mudah bercerita (member informasi) dan mengungkapkan perasaannya

kepada pemeriksa. (mudah diajak berkomunikasi)b.    Dapat: pasien dapat memberikan sedikit informasi kepada pemeriksa.c.     Sukar: pasien sukar diajak berbicara, tidak mau memberikan informasi/berkomunikasi

dengan pemeriksa.

10.     Perhatian      Isi: mudah/sukar ditarik, mudah/sukar dicantum      Mudah ditarik: pasien mudah untuk ditarik perhatiannya dan menjawab pertanyaan

pemeriksa.

Page 5: PEMERIKSAAN PSIKIATRI

      Mudah dicantum: pasien dapat memusatkan perhatian pada topic tertentu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan topic pembicaraan pemeriksa.

11.     Insight (tilikan diri)      Isi: baik/jelek    Yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas

sekitarnya. (pemahaman pasien terhadap penyakitnya)      Derajat insight:

I.        Penyangkalan total terhadap penyakitnyaII.     Ambivalensi terhadap penyakitnyaIII.   Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnyaIV.  Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak memahami penyebab sakitnyaV.    Menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun

tidak menerapkan dalam perilaku praktisnyaVI. Tilikan yang sehat, yakni sadar sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk

mencapai perbaikan.