pemeriksaan psikiatri
DESCRIPTION
ilmu kesehatan jiwaTRANSCRIPT
PEMERIKSAAN PSIKIATRIDoni Revai, S.Ked.
1. Keadaan Umum Isi: jenis kelamin, usia, rawat diri Penting untuk menentukan/memperkirakan prognosis pasien Contoh: tampak seorang laki-laki sesuai usia, dengan rawat diri cukup.
2. Kesadarana. Compos mentis (kesadaran penuh): kemampuan untuk menyadari informasi dan
menggunakannya secara efektif dalam mempengaruhi hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
b. Somnolen: terkantuk-kantukc. Stupor: acuh tak acuh terhadap sekelilingnya dan tak ada reaksi terhadap stimuli.d. Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon terhadap stimuli.e. Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.f. Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan persepsi dan sikapg. Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita
menjadi tidak dapat diam.h. Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi, biasanya terjadi
pada epilepsi.
3. Orientasi Isi: orientasi orang, waktu, tempat, dan situasi Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk menilai orientasi pasien, misalnya: Mbak, kemarin datang ke sini hari apa/sudah berapa hari?(O-w) Datang sama siapa?(O-o)
Kenapa dibawa ke sini?(insight) Waktu dibawa ke sini, mbak baru apa, dimana?(o-t,s) Mbak tadi malam bisa tidur? Bangun jam berapa?(O-w) Yang nunggu mbak tadi malam siapa?
(O-o) Tadi mbak sudah jalan-jalan ke mana saja?(O-t) Contoh: Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek)
4. Sikap, Tingkah Laku Isi: aktivitas (hiperaktif, normoaktif, hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif),
psikomotor (jika ada) Bentuk kelainan psikomotor yang dapat diamati:a. Echopraxia: menirukan gerakan orang lainb. Katatonia Katalepsi: pasien tidak bergerak dan cenderung mempertahankan posisi tertentu. Fleksibilitas serea: gerakan yang diberikan oleh pemeriksa secara perlahan, dan kemudian
dipertahankan oleh pasien. Negativisme: gerakan menentang/tidak mematuhi perintah.c. Katapleksi: tonus otot menghilang sementara dikarenakan emosid. Stereotipi: aktivitas fisik atau bicara yang diulang-ulange. Manerisme: gerakan involunter yang stereotipikf. Otomatis perintah: mengikuti perintah secara otomatisg. Mutisme: tak bersuarah. Agresi: perbuatan menyerang, baik verbal maupun fisik, disertai afek marah/benci.
5. Afek
Afek: emosi yang diekspresikan oleh pasien, sehingga penilaiannya obyektif (dapat diamati oleh pemeriksa)
Afek dapat dinyatakan dalam beberapa cara:a. Jenis emosi : kemarahan, kesedihan, euphoria (peningkatan ekspresi kegembiraan), elasi
(euphoria dengan peningkatan aktivitas psikomotor), eksaltasi (elasi yang disertai waham kebesaran), ekstase (agresi).
b. Intensitas dan derajat emosi: datar, tumpul, sempit, luas. Datar: tidak terdapat ekspresi Tumpul: ekspresi yang tampak sangat sedikit (hamper tidak terdapat ekspresi) Sempit/menyempit: pasien terkadang masih dapat mengekspresikan perasaannya. Luas: perasaan dapat diekspresikan secara penuh (normal)c. Keserasian: dilihat dari kesesuaian antara stimulus yang diberikan dengan ekspresi pasien:
appropriate, inappropriate.d. Konsistensi perasaan: labil, stabil. Labil bila terjadi perubahan afek yang cepat.
6. Mood Isi: sedih, takut, bahagia, marah, cemas, irritable, disforik. Mood: emosi yang berkepanjangan yang dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien. Mood disforik: apabila dirasakan oleh penderita tidak menyenangkan, misalnya irritable,
marah, atau depresi.
7. Proses Pikir Dibedakan menjadi bentuk pikir, isi pikir, dan progress pikir.a. Gangguan bentuk pikir:1) Nonrealistik/derealistik: tidak sesuai dengan kenyataan tetapi masih mungkin, misal: “saya
adalah seorang presiden” atau seorang dokter berkata, “saya dapat menyembuhkan semua orang yang sakit”
2) Dereistik: tidak sesuai dengan kenyataan dal lebih didasarkan pada khayalan, misal: “saya adalah seorang malaikat” atau “saya dapat menyembuhkan segala macam penyakit”
3) Autistik: pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pad aide yang idesentris. Orang autistic selalu hidup dalam alam/dunianya sendiri, dan secara emosional terlepas dari orang lain.
4) Tidak logis (illogical thought), sering juga disebut magical thought: berorientasi pada hal-hal yang bersifat magis.
5) Pikiran konkrit (formal thought disorder): pikiran terbatas pada satu dimensi arti, pasien mengartikan kata/kalimat apa adanya, tidak mampu berpikir secara metaforik atau hipotetik. Symptom ini biasa ditemukan pada pasien dengan gangguan mental organic dan skizofrenia. Contoh: meja hijau = meja yang berwarna hijau, daun muda = daun yang masih muda.
b. Gangguan isi pikir:1) Ideas of reference: pasien selalu berprasangka bahwa orang lain sedang membicarakan
dirinya dan kejadian-kejadian yang alamiah pun memberi arti khusus/berhubungan dengan dirinya. Contoh: pasien merasa bahwa berita yang dibawakan oleh pembawa berita di televise berkaitan dengannya dan terselip pesan untuknya.
2) Waham: keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus dari luar yang cukup Ciri:
- Tidak realistic- Tidak logis- Menetap- Egosentris- Diyakini kebenarannya oleh penderita
- Tidak dapat dikoreksi- Dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata- Penderita hidup dalam wahamnya itu- Keadaan/hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosio-kultural setempat. Macamnya:
- Waham kebesaran- Waham diancam- Waham cemburu- Waham curiga- Waham bersalah- Waham berdosa (biasanya pasien tampak selalu murung)- Waham tak berguna (sering kali memicu keinginan pasien untuk bunuh diri)- Waham miskin- Waham hipokondria (pasien merasa di dalam tubuhnya ada sesuatu benda yang harus
dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya)- Waham kejar- Waham bizarre, meliputi: Waham sedot pikir (thought of withdrawal): pasien percaya bahwa seeseorang telah
mengambil keluar pikirannya Waham sisip piker (thought of insertion): pasien percaya bahwa seseorang telah menyesipkan
pikiran ke kepalanya Waham siar piker (thought of broadcasting): pasien percaya bahwa orang lain dapat
mengetahui/membaca pikirannya Waham kendali piker (thought of being controlled): pasien percaya bahwa apa yang
dirasakan/dilakukannya dipengaruhi/dikendalikan oleh orang lain.3) Obsesi: gagasan (ide), bayangan, atau impuls yang berulang dan persisten.4) Kompulsi: perilaku/perbuatan berulang yang bersifat stereotipik, biasanya menyertai obsesi.5) Fobia: ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktifitas, atau situasi
spesifik yang menimbulkan keinginan yang mendesak untuk menghindarinya.6) Anosognosis: pasien menolak kenyataan bahwa ia mengalami gangguan fisik, hal ini terjadi
pada pasien yang mengalami luka/trauma dan kerusakan otak yang luas. Contoh: penderita buta mengatakan bahwa ia dapat melihat.
c. Gangguan progress/arus pikir1) Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi penderita, sering
terdapat pada pasien skizofrenia. Neologisme dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering merupakan kata yang diulang.
2) Word salad: bentuk ekstrim neologisme yang ditandai dengan kalimat yang dibentuk dari kata-kata yang hamper semuanya tidak dapat dimengerti.
3) Magical thinking: pasien percaya bahwa segala tingkah laku, ucapan, sikap, serta gerak-geriknya dikendalikan oleh kekuatan magis. Symptom ini menonjol pada pasien dengan obsesif kompulsif dan secara ekstrim terdapat pada skizofrenia.
4) Intelektualisasi: pembicaraan yang meloncat-loncat kea rah konsep intelektual, tentang teori yang abstrak dan filosofis. Sering dijumpai pada pasien obsesif kompulsif dan skizofrenia.
5) Circumstantiality: gangguan asosiasi karena terlalu banyak ide yang disampaikan. Pada umumnya pasien dapat mencapai tujuannya, tetapi harus secara bertahap. Sering dijumpai pada pasien skizofrenia, epilepsy, dan demensia senilis.
6) Tangential thinking: pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan tidak pernah tercapai. Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manic.
7) Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan, namun masih dapat dimengerti.
8) Inkoherensi: merupakan asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi tatabahasa/susunan kalimat dengan arti istilah yang aneh. Secara khas terdapat pada skizofrenia.
9) Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu topic ke topic lain tanpa terputus, dimana masih terdapat benang merah (masih terkait, walau sangat kecil kaitannya).
10) Stereotypi kata/kalimat: pengulangan kata/kalimat karena adanya pengulangan buah pikiran. Bila terjadi pengulangan kata = verbigerasi, pengulangan kalimat = perseverasi. Terdapat pada skizofrenia dan GMO.
11) Logore: pasien berbicara terus-menerus tanpa henti.12) Echolalia: menirukan kata-kata/kalimat orang lain, cenderung berulang-ulang dan persisten.13) Remming: pasien berbicara dengan sangat lambat dan biasanya dengan nada yang rendah,
karena pikirannya timbul perlahan sehingga progresi piker menjadi lambat. Biasanya terdapat pada pasien dengan depresi.
14) Blocking: putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau terhentinya pembicaraan. Sering ditemukan pada skizofrenia.
15) Mutisme: pasien tidak member respon terhadap lingkungan, tidak mau berbicara sama sekali. Sering ditemukan pada skizofrenia kataton, depresi berat, histerical aphonia, dan GMO.
16) Aphasia: gangguan berbicara/berbahasa karena kerusakakn otak.
8. Persepsi Isi: agnosia, halusinasi, ilusi Agnosia: ketidakmampuan mengenal dan menafsirkan rangsangan sensorik agnosia visual,
taktil, sensorik. Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang tak nyata. (tidak terdapat objek)a. Halusinasi dengar (akustik, auditori)b. Halusinasi visual harus dalam keadaan mata penderita terbuka. Biasanya merupakan
petunjuk adanya gangguan mental organic.c. Halusinasi bau/olfaktorid. Halusinasi pengecapan/gustatorye. Halusinasi seksualf. Heautoscopie: halusinasi visual khusus, pasien melihat orang yang mirip dirinya berada di
depannya atau mendekatinya. Bila dapat dikoreksi, maka disebut pseudo halusinasi.g. Halusinasi kinaestesi (phantom phenomenon): persepsi palsu pada pasien setelah mengalami
operasi besar. Contoh: pasien post amputasi kaki berkata bahwa kakinya masih utuh. Ilusi: mispersepsi/misinterpretasi terhadap stimulus sensorik yang real. (ada objek nyata)
9. Hubungan Jiwa Isi: mudah, dapat, atau sukar.a. Mudah: pasien mudah bercerita (member informasi) dan mengungkapkan perasaannya
kepada pemeriksa. (mudah diajak berkomunikasi)b. Dapat: pasien dapat memberikan sedikit informasi kepada pemeriksa.c. Sukar: pasien sukar diajak berbicara, tidak mau memberikan informasi/berkomunikasi
dengan pemeriksa.
10. Perhatian Isi: mudah/sukar ditarik, mudah/sukar dicantum Mudah ditarik: pasien mudah untuk ditarik perhatiannya dan menjawab pertanyaan
pemeriksa.
Mudah dicantum: pasien dapat memusatkan perhatian pada topic tertentu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan topic pembicaraan pemeriksa.
11. Insight (tilikan diri) Isi: baik/jelek Yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas
sekitarnya. (pemahaman pasien terhadap penyakitnya) Derajat insight:
I. Penyangkalan total terhadap penyakitnyaII. Ambivalensi terhadap penyakitnyaIII. Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnyaIV. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak memahami penyebab sakitnyaV. Menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun
tidak menerapkan dalam perilaku praktisnyaVI. Tilikan yang sehat, yakni sadar sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan.