pemeriksaan radiologi waters

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinus adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu Sinus Frontal yang terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis Sinus Maxillary yang terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung , Sinus Ethmoid terletak diantara mata tepat di belakang tulang hidung Sinus Sphenoid. terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk membersihkan 1 | Instalasi Radiologi-RSUD Bhakti Dharma Husada

Upload: agusta-indra

Post on 24-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

waters merupakan salah satu pemeriksaan dalam radiologi , waters adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sinus paranasalis seperti sinus edmuidalis Sinus adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu Sinus Frontal yang terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis Sinus Maxillary yang terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung , Sinus Ethmoid terletak diantara mata tepat di belakang tulang hidung Sinus Sphenoid. terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata

TRANSCRIPT

Page 1: pemeriksaan radiologi waters

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sinus adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang

terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga

kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.

Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu Sinus Frontal yang terletak

di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis Sinus Maxillary

yang terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung , Sinus

Ethmoid terletak diantara mata tepat di belakang tulang hidung Sinus

Sphenoid. terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata

Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu

halus yang disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk

mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran

pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk

membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang

mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan

lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam

rongga sinus . Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan

lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam

rongga sinus. Jadi sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan

rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus &

menjadi tempat tumbuhnya bakteri,keadaan ini lah yang disebut sinusitis.

Penyebab Sinusitis Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh.

Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh

infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan

1 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 2: pemeriksaan radiologi waters

pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada

mukosa sinus. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat

sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca pencemaran

alam sekitar. Pasien sinusitis biasanya datang ke dokter dengan keluahan

sakit kepala (cephalgia) pada daerah sinus , dan bernafas menggunakan

mulut.

Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh

dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Salah satunya pada

RSUD Bhakti Dharma Husada sering terjadi kasusnya maka dari itu kami

tertarik untuk mengangkatnya sebagai judul laporan studi kasus. Semoga

laporan studi kasus kami bisa berguna.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah teknik pemeriksaan secara radiografi Waters pada

kasus sinusitis di RSUD Bhakti Dharma Husada ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui dan mempelajari teknik radiografi yang digunakan pada

kasus sinusitis

1.3.2 Dapat mengetahui dan melakukan teknik pemeriksaan radiografi waters

1.4 Manfaat

1.4.1. Bagi Institusi Akademik

Menambah daftar kepustakaan dan sebagai bahan studi bagi

mahasiswa dan tenaga pendidik tentang teknik radiografi waters

yang digunakan pada pemeriksaan sinusitis

1.4.2. Bagi Institusi Rumah Sakit

masukan dan pertimbangan bagi perbaikan protap rumah

sakit dan juga tim kesehatan khususnya untuk para radiografer

2 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 3: pemeriksaan radiologi waters

mengenai teknik radiografi waters dalam pemeriksaan sinusitis di

instalasi Radiologi RSUD Bhakti Dharma Husada

1.4.3. Bagi Pembaca

Memberi masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu

kesehatan, khusunya dalam bidang radiologi tentang teknik

radiografi Waters pada Kasus Sinusitis

1.4.4. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis

tentang bagaimana teknik radiografi waters pada kasus sinusitis yang

benar

1.5. BATASAN

Pembatasan bahasan hanya pada teknik radiografi waters dengan

Kasus sinusitis

3 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 4: pemeriksaan radiologi waters

BAB II

DASAR TEORI

2.1 DEFINISI LOW BACK PAIN

Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam.

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

            2.2.1 Anatomi 

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang ekor.Anatomi yang akan diuraikan dalam Laporan kasus ini merupakan anatomi yang berhubungan dengan pemeriksaan Lumbosakral yang terdiri atas vertebra lumbal dan sakrum:

a.Lumbal

4 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 5: pemeriksaan radiologi waters

Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagital plane.

Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.

Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima hamya berisi kauda equina dan selaput – selaput otak.

Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebrathorakalis.Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi.Prosesus artikularis superior meripakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke anterolateralis.

b.Sakrum

5 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 6: pemeriksaan radiologi waters

Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis.

Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri.

2.2.2 Fisiologi

Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot.

Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang. Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang panggul bergantung.

6 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 7: pemeriksaan radiologi waters

2.3   PATOFISIOLOGI

Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :

A. Acute low back pain

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

B. Chronic low back pain

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadikarenaosteoarthritis, rheumatoidarthritis,prosesregenerasi discus intervertebralis dan tumor.

Disamping hal tersebut diatas terdapat juga klasifikasi patologi yang klasik yang juga dapat dikaitkan LBP. Klasifikasi tersebut adalah :

1. Trauma2. Infeksi

3. Neoplasma

4. Degenerasi

5. Kongenital

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:

a. Annulus fibrosus  menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul  retak pada berbagai sisi.

7 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 8: pemeriksaan radiologi waters

b. Nucleus pulposus kehilangan cairan

c. Tinggi diskus berkurang

d. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.

Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya crush fracture.

Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis.

Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.

2.4 Teknik radiologi waters

Gambar  (Posisi Anteroposterior  Vertebra Lumbosakral)

a. Posisi pasien

8 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 9: pemeriksaan radiologi waters

- Pasien Berdiri ( Erect ) menghadap wall bucky

b. Posisi objek  

- Ekstensikan leher, atur dagu dan hidung menghadap permukaan

bucky

- atur kepala sehingga OML akan membentuk sudut 37 derajat

terhadap bucky

- atur MSP tegak lurus terhadap pertengahan bucky

- Instruksikan pada pasien untuk membuka mulut dan tidak

mengubah posisi

- pastikan tidak ada rotasi

c. Central Ray

- Tegak lurus dengan bidang film

d. Central Point

- Center Point lurus menuju achantio

e. Film Focus Distance (FFD)

- FFD berjarak 100 cm.

f. Kaset

- Menggunakan 18 atau 24

g. Kolimasi

- Secukupnya pada daerah skull

- Daerah sinus tidak boleh terpotong

h. Kriteria gambar :

- Tampak bagian inferior sinus maxillary, inferior orbita rim, tampak

gambaran sinus frontalis , sinus ephenoid tampak apabila pasien

membuka mulut

9 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 10: pemeriksaan radiologi waters

BAB III

PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. METODOLOGI

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di instalasi Radiologi RSUD BHAKTI

DHARMA HUSADA

3.1.2 Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada saat penulis melaksanakan

praktek kerja lapangan mulai tanggal 1 Desember 2014 sampai dengan

29 desember 2014.

3.1.3 Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data pada

penyusunan laporan kasus ini. Sebagai berikut :

a) Observasi

Penulis melakukan pengamatan tentang cara pemeriksaan

radiografi foto waters pada pasien sinusitis yang ada di RSUD

BHAKTI DHARMA HUSADA

b) Dokumentasi

Hasil Pengamatan yang telah dilakukan penulis kemudian di catat ,

hasil foto radiografi waters dan hasil bacaan pun di dokumentasikan

sebagai pertimbangan pembuatan laporan ini

c) Studi Pustaka

Penulis melakuakan kajian literatur yang berhubungan tentang foto

radiografi waters dan sinusitis . Kajian literatur sebagai sumber

sekunder sangat diperlukan dalam penyusunan laporan kasus ini.

10 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 11: pemeriksaan radiologi waters

3.1.4 Metode Analisis Data

Metode Analisis data yang digunakan penulis adalah mengadakan observasi

secara langsung pada pemeriksaan radiografi waters serta membuat catatan dan

membuat salinan data-data yang berhubungan dengan pembuatan serta hasil

pemeriksaan radiologis waters pada pasien sinusitis. Selanjutnya dari data yang sudah

terkumpul, dianilisis bagaimana pemeriksaan radigrafi waterss pada kasus sinusitis

yang dilaksanakan di instalasi Radiologi RSUD Bhakti Dharma Husada.

3.2 ILUSTRASI KASUS

3.2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. XYZ

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : XX th

Alamat : XX

Tanggal Pemeriksaan :

Pemeriksaan : Ro Waters

Diagnosa : Cephalgia (mengarah pada sinusitis)

3.2.2 Riwayat Pasien

Keluhan pasien yang biasa dirasakan adalah sakit kepala pada daerah

sinus dan kesulitan bernafas

3.2.3 Prosedur Pemeriksaan Foto Waters

a. Persiapan Alat dan Bahan

-Pesawat Sinar X

-Kaset dan film (ukuran 18)

-Marker R dan L

11 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 12: pemeriksaan radiologi waters

-wall bucky

b. Persiapan Pasien

- Petugas radiologi mengambil formulir permintaan pemeriksaan,

kemudian memverifikasi formulir permintaan foto dan

menginput pemereiksaan pada komputer database rumah sakit

- Petugas radiologi mencatat di buku registrasi radiologi, no

registrasi, nama pasien, umur, ruangan pengirim dan x ray foto

yang diminta

- Petugas radiologi mempersiapkan prasarana pembuatan xray foto

waters

- Petugas radiologi memanggil pasien lalu menanyakan pasien

minimal nama, umur, alamat pasien supaya tidak terjadi

kesalahan lalu pasien dipersilahkan masuk

- Berikan Salam, Senyum, Sapa dan memperkenalkan diri serta

memberikan penjelasan tentang pemeriksaaan yang akan

dilakukan

- dipersilahkan untuk melepas benda benda pada daerah kepala

seperti kacamata , anting , ataupun gigipalsu agar hasil radiologi

tidah terdapat Artifact yang dapat menggangu diagnosis

c. Posisi Pasien

- Pasien Berdiri ( Erect )

d. Posisi Objek

- Ekstensikan leher, atur dagu dan hidung menghadap permukaan

bucky

- atur kepala sehingga OML akan membentuk sudut 37 derajat

terhadap bucky

12 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 13: pemeriksaan radiologi waters

- atur MSP tegak lurus terhadap pertengahan bucky

- Instruksikan pada pasien untuk membuka mulut dan tidak

mengubah posisi

- pastikan tidak ada rotasi

e. Arah Sinar

-Central Ray tegak lurus dengan bidang datar kaset

f. Pusat Sinar (Center Point)

-Center Point lurus menuju achantio

g. Kolimasi

- Secukupnya pada daerah skull

- Daerah sinus tidak boleh terpotong

h. Faktor Eksposi

-KV: 75

-mAs: 16

-FFD:90-100 cm

i. Exposure

-Dilakukan pada saat pasien dan objek tidak bergerak

j. Evaluasi Radiograf

-sinus frontalis kanan kiri normal

-sinus maksilaris kanan tampak perselubungan , kiri normal

-sinus ethmoidalis kanan kiri normal

-sinus sphenoidalis kanan kiri normal

13 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 14: pemeriksaan radiologi waters

-tak tampak penebalan mukolsa cavum nasi kanan kiri

-septum nasi ditengah

Kesimpulan:

- sinusitis maksilaris kanan

k. Hasil Radiograf

14 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 15: pemeriksaan radiologi waters

3.2.4. Pembahasan

Pemeriksaan foto waters pada kasus sinusitis seringkali dibuat berdiri karena dengan berdiri air fluid level (batas cairan) pada sinus dapat terlihat lebih jelas. Gambaran air fluid level ini sendiri dapat disebakan oleh cairan pada sinus atau polip. Air fluid level ini sangat diperlukan oleh radiolog untuk menentukan tingkat keparahan sinusitis serta menentukan tindakan selanjutnya, sehingga sangat diperlukan dilakukan foto waters dalam keadaan berdiri.

Tetapi posisi pasien untuk foto radiografi waters berdiri cenderung kurang nyaman serta menimbulkan kemungkinan pasien bergerak saat dilakukan eksposi. Oleh karen itu foto waters perlu dibuat lebih nyaman, Salah satunya dengan cara menempelkan tangan pada wall bucky. Dengan Melakukan hal tersebut akan meningkatkan kenyamanan serta mengurangi adanya pergerakan pasien .

15 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 16: pemeriksaan radiologi waters

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Teknik Radiografi radiologi waters sangat penting untuk memeriksa sinusitis, karena dengan pemeriksaan ini daerah sinus paranasalis akan terlihat, dan memfoto waters dalam posisi berdiri sangat penting karena pada posisi berdiri air level fluid dapat terlihat, tetapi pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan yang kurang nyaman karena pasien harus membuka mulutnya dan sedikit mendongak keatas, karena ketidak nyamanan ini lah pasien cenderung merubah posisi dari posisi awal yang sudah diatur oleh radiografer. Hal ini dapat mengurangi kualitas hasil gambaran. Dengan menaruh kedua tangan pada wall bucky maka kenyamanan pasien akan meningkat dan dapat mengurangi adanya perbahan posisi dari apa yang telah radiografer atur.

4.2 Saran

Setelah mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan teknik pemeriksaan radiografi waters diagnosa sinusitis serta membuat laporan ini, penulis menyampaikan saran kepada:

a. Bagi Institusi Akademik

Studi kasus ini bisa menambah kepustakaan dan sebagai bahan studi bagi mahasiswa dan bisa menambah wawasan tentang teknik radiografi waters pada kasus sinusitis

b. Bagi Institusi Rumah Sakit

Bagi rumah sakit khusunya RSUD Bhakti Dharma Husada diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

c. Bagi Pembaca

memberi masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu kesehatan, khususnya dalam bidang radiologi tentang teknik radiografi waters pada kasus sinusitis sehingga dapat memperluas pengetahuan bagi pembaca

16 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 17: pemeriksaan radiologi waters

d. Bagi Penulis

Bagi Penulis agar lebih meningkatkan teknik radiografi yang sesuai prosetur serta memperhatikan kenyamanan pasien dalam melakukan pemeriksaan dan lebih banyak lagi membaca referensi – referensi yang sesuai dengan bidang tersebut untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan

17 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a

Page 18: pemeriksaan radiologi waters

DAFTAR PUSTAKA

Slone.Ethel.2003.Anatomi dan fisiologi untuk pemula.jakarta:EGC

Herdman T.Heather.2010.Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Bontrager, Kenntenth L. Textbook of radiographic positioning.Glendale.Morsby.2000

Clark, K.C., (1974), Positioning Radiography. Volume 2. Churchill Livingstone, London.

18 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k t i D h a r m a H u s a d a