pemeriksaan telinga dan tes pendengaran 1012
TRANSCRIPT
KETRAMPILAN DALAM PRAKTEK ILMU KESEHATAN THT
PEMERIKSAAN THT
KEADAAN RUANGAN
Ruangan sedikit gelap
POSISI PASIEN
Pasien duduk dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi dari pemeriksa
Kepala pasien sedikit ekstensi atau condong ke depan dengan punggung tetap lurus
POSISI PEMERIKSA
Pemeriksa duduk menyerong dengan penderita atau berdiri
PEMERIKSAAN TELINGA LUAR, MEMBRAN TIMPANI DAN MASTOID
PEMERIKSAAN TELINGA1. Alat :
Lampu kepala Spekulum telinga Otoskopi Pelilit kapas Pengait serumen Pinset telinga Garputala
2. CARA MENGGUNAKAN ALAT
• Pasang lampu kepala sedikit diatas diantara kedua
alis dan atur fokus lampu
• Luruskan liang telinga dengan menarik aurikula ke
belakang atas pada dewasa dan anak : ke arah
bawah
• Gunakan spekulum telinga atau otoskop untuk
memudahkan melihat MAE dan MT
• Untuk telinga kanan : otoskop dipegang dengan
tangan kanan dan tangan kiri memfiksasi telinga
atau sebaliknya
TEHNIK MENGGUNAKAN OTOSKOP
3. LANGKAH – LANGKAH PEMERIKSAAN TELINGA
1. Inspeksi dimulai dari : daun telinga, retro
aurikuler
2. Bila ada serumen dikeluarkan dengan pelilit
kapas/pengait/pinset/ irigasi serumen ------
alat yang digunakan tergantung konsistensi
serumen?
3. Perhatikan liang telinga dan membran timpani
4. Uji pendengaran dengan garputala
Inspeksi telinga : warna kulit tanda radang bentuk Sikatrik bekas operasi fistel pre/retro aurikula, dll
Inspeksi MAE dengan otoskop atau spekulum telinga : tanda radang Granuloma Furunkel Serumen corpus alienum sekret telinga (jenis/bau/tidak bau) Kolesteatom Atresia Stenosis, dll
OTORE Cairan yang keluar dari telinga
Jenis : - seros
- sero-mukos - mukus
- purulen - mukopurulen
- hemorhagis
Penyebab: - Otitis eksterna- Otitis media- Trauma
Palpasi : Otitis eksterna nyeri tekan pada tragus Otitis eksterna nyeri tarik aurikula Massa / tumor/ kelenjar ?
INSPEKSI TELINGA LUAR
PERIKONDRITIS AURIKULA
FISTEL PREAURIKULAR
Inspeksi Membran timpani dengan spekulum atau otoskop Intak, perforasi (sentral,marginal,total,subtotal), tanda
radang (hiperemi), suram/reflek cahaya (+/-), bulging/retraksi
INSPEKSI MAE DAN MEMBRAN TIMPANI
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
1. Pemeriksaan pendengaran dasar ( Audiologi dasar):
1. tes penala (kualitatif)
2. tes bisik (semi-kuantitatif)
3. audiometri nada murni(kuantitatif)
2. Garpu tala :128,256, 512, 1024, dan 2048 Hz umum
dipakai 512,1024,2048 Hz dan bila hanya ada satu garpu
tala : 512 Hz
3. Audiologi khusus : membedakan tuli sensorineural koklea
dengan retrokoklea, audiometri obyektif, tes tuli anorganik,
audiologi anak, audiologi industri
TES PENALA
Tes Rinne, Weber, Schwabach
Tes Rinne membandingkan hantaran udara
dan tulang pada telinga yang diperiksa
Tes Weber membandingkan hantaran tulang
kiri dan kanan
Tes Schwabach membandingkan hantaran
tulang yang diperiksa dan pemeriksa yang
pendengarannya normal
CARA MEMERIKSA
Tes Rinne
letakkan tangkai garpu tala yang
bergetar di prosessus mastoid, setelah
tidak terdengar dipindah ke depan
telinga (2,5 cm)
Inteprestasi :
Rinne (+):bila masih terdengar
Rinne(-) : bila tidak terdengar
Tes Weber
Penela digetarkan dan tengkainya diletakkan di
tengah kepala atau vertex,dahi,pangkal hidung ,
ditengah gigi seri atau di dagu.
Interpretasi : Lateralisasi ke telinga yang sakit
atau telinga yang sehat
Tes Schwabach :
penala digetarkan diletakkan di prosesus mastoid
telinga yang diperiksa sampai bunyi tidak terdengar
dipindah ke prosesus mastoid telinga pemeriksa yang
sehat
Interpretasi :
Schwabach memanjang pasien masih dapat mendengar
bunyi
schwabach memendek pemeriksa masih dapat mendengar
Tes Rinne Tes Weber
Tes Schwabach
Diagnosis
Positif Lateralisasi (-)
Sama dengan pemeriksa
Normal
Negative Lateralisasi ke telinga sakit
Memanjang Tuli konduksi
Positif Lateralisasi ke telinga sehat
memendek Tuli sensorineural
Tes Berbisik
ruangan yang cukup luas dan tenang, dengan panjang
minimal 6 meter.
Interpretasi : Tes bisik normal : 5/6-6/6
BUNYI
Bunyi dihasilkan oleh suatu tenaga getaran dengan
frekuensi dan amplitudo tertentu
Frekuensi (Hertz/Hz) tingginya nada
Amplitudo (deci Bell/dB) kerasnya suara (ambang
suara)
Frekuensi nada murni yang dapat didengar manusia
20-20.000 Hz
Frekuensi yang paling sensitif : 500-8000 Hz
audiometri gambaran grafik ambang pendengaran
pada audiogram
AUDIOMETRI NADA MURNI
Audiogram hubungan antara ambang hantaran udara dan tulang
Ac (hantaran udara) dan BC (hantaran tulang), AC pada grafik dibuat
dengan garis penuh dan BC dengan garis terputus-putus
Telinga kanan : tinta merah, kiri : tinta biru
Frekwensi yang diperiksa : 125-8000Hz
Derajat ketulian di hitung dengan indeks Fletcher
Ambang dengar(AD) = AD 500Hz + AD1000Hz+AD2000Hz
3
Bila ditambahkan (AD) 4000Hz dibagi 4
Interpretasi : a. Telinga ?,b.Jenis tuli?, C.Derajat tuli
Telinga kiri tuli campuran sedang
INTERPRETASI AUDIOGRAM SESUAI DERAJAT KETULIAN (ISO) 0-25 dB ; Normal >25-40 dB : Tuli ringan >40-55dB : tuli sedang >55-70 dB : tuli sedang berat >70-90 dB : tuli Berat
>90 dB : tuli sangat berat
- Pendengaran normal : AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
- Tuli konduksi (CHL) : BC normal (< 25 dB) dan AC >25 dB
- Tuli sensorineural (SNHL) : AC dan BC >25 dB dimana AC dan BC berimpit
atau tidak ada gap (gap BC <AC = <10 dB)
-Tuli campuran (MHL) : AC dan BC >25 dB dimana AC > BC dengan gap > atau
sama dengan 10 dB
Tuli konduksi murni memperlihatkan derajat gangguan pendengaran hingga 70 dB dan apabila ambang dengar > 70 dB ; Tuli neurosensoris
TULI KOKLEA DAN RETROKOKLEA
Audiometri khusus : tes SISI, ABLB, tes kelelahan (tone decay),
audiometri tutur(speech audiometri), audiometri bekesy
Audiometri khusus rekrutmen dan kelelahan (decay/fatigue)
Rekrutmen : fenomena peningkatan sensitifitas pendengaran
yang berlebihan diatas ambang dengar (Dapat membedakan
bunyi 1dB dan orang normaL membedakan bunyi 5 dB)
penderita kelainan koklea
Tes sisi dan ABLB kelainan koklea?
Kelelahan : adaptasi abnormal tanda khas tuli retrokoklea
Tone decay tuli retrokoklea?
Audiometri Objektif :
1. AUDIOMETRI IMPEDANS2. Electrokokleografi3. Evoked response audiometry (BERA)4. Oto Acoustic Emmision (OAE)
AUDIOMETRI IMPEDANS
Audiometri impedans kelenturan MT dengan tekanan
tertentu pada MAE
Istilah : Timpanometri, Fungsi tuba Eustachius dan Reflek
stapes
Timpanometri kondisi Cavum timpani : cairan?,
rangkaian tulang?, kekakuan atau kelenturan MT?
Fungsi Tuba Eustachius terbuka / tertutup
Reflek stapedius (RS) telinga normal muncul pada
rangsangan 70-80 dB tetapi pada lesi koklea RS menurun
dan lesi retrokoklea RS meningkat
GAMBARAN HASIL TIMPANOMETRI
Tipe A : Normal Tipe B : Cairan di telinga tengah Tipe C : gangguan fungsi tuba Eustachius Tipe Ao : gangguan rangkaian tulang
pendengaran Tipe As : kekakuan tulang pendengaran
(otosclerosis)
TULI ANORGANIK Pura-pura tuli Tes Stenger
prinsip masking Beri nada yang bersamaan pada kedua telinga secara
bersamaan dengan menggunakan 2 penala yang sama ( telinga kanan normal dan telinga kiri pura – pura tuli) Penala I di depan telinga kanan dan Penala II di getarkan lebih keras ditaruh didepan telinga kiri
Hasil : Kedua normal : hanya telinga kiri yang mendengar Telinga kiri tuli : Telinga kanan tetap mendengar
Audiometri nada murni periksa berulang selama 1 minggu
Impedans BERA
EKSTRAKSI –IRIGASI SERUMEN DAN EKSTRAKSI BENDA ASING
SERUMEN
Sekret kelenjar sebasea,kelenjar serumenosa, epitel
kulit yang terlepas dan partikel debu
Normal : 1/3 luar MAE
Konsistensi : basah dan kering
Serumen keluar sendiri gerakan rahang saat
mengunyah
Efek proteksi mengikat kotoran ,aroma yang khas
dapat mengusir serangga
Serumen abnormal tuli konduktif, otalgia atau
tinitus
PENANGANAN SERUMEN
Tehnik yang dipilih konsistensi serumen ?
Irigasi air hangat tidak boleh dilakukan pada
membran timpani yang perforasi
Lembek toilet dengan kapas aplikator atau irigasi
dengan air hangat
Keras pengait dan bila tidak berhasil dilunakkan
dengan tetes telinga berupa karboglicerin 10%
selama 4-5 hari irigasi telinga
EKSTRAKSI SERUMEN
Alat dan bahan:
- Lampu kepala
- Otoskopi
- Kapas aplikator
- Serumen haak / sendok serumen
Cara Arahkan ujung serumen haak sejajar dengan
liang telinga dengan menyelusuri tepi pinggiran
serumen dan ujung haak menghadap ke sentral
untuk menarik serumen
IRIGASI TELINGA
Alat dan bahan:
- Lampu kepala
- Otoskop
- Kapas aplikator
- Spuit 50 cc dengan abocath no. 14
- Bengkok untuk menampung air bekas irigasi
- Com tempat air hangat
- Handuk
IRIGASI TELINGA
Pastikan membran timpani tidak perforasi
Gunakan air hangat dengan suhu sesuai suhu
tubuh supaya tidak vertigo/pusing
Semprotkan air ke telinga tidak boleh terlalu
keras dengan arah ujung abocath membentuk
sudut 30o dengan dinding superior MAE
Tangan kanan memegang telinga pasien dan
tangan kiri memegang spuit
IRIGASI TELINGA
EKSTRAKSI BENDA ASING
Lakukan konseling yang baik pada pasien
sebelum dilakukan tindakan
Hati – hati pada pasien yang tidak koperatif
trauma MAE atau perforasi membran timpani
Ekstraksi dengan pinset, kait (Haak),alligator
Gunakan alat ekstraksi sesuai dengan
bentuk, jenis dan posisi benda
BENDA ASING
Benda mati (kapas,busa, baterai, manik – manik, karet
penghapus dll)
Benda hidup ( serangga, komponen tumbuh –
tumbuhan)
Binatang hidup matikan dahulu dengan minyak
kelapa, rivanol, karboglicerin 10% ekstraksi atau
irigasi air hangat
Benda mati ekstraksi dengan pinset atau kait/haak
Baterai jangan di irigasi efek korosif ekstraksi
dengan kait/haak
Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas,
diekstraksi dengan pinset / pengait/ alligator.
Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-
manik, biji-bijian pada anak yang tidak kooperatif
dilakukan dengan narkose
dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena
dapat menyebabkan trauma pada MAE atau membran
timpani.
Dapat dilakukan irigasi telinga (misalnya : kerikil,
mainan, manik-manik, penghapus) perforasi lubang
membrana timpani (-).