pemeriksan gol. darah abo dan rhesus met.tube.doc
TRANSCRIPT
A. Judul Praktikum : Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus Metoda
Tabung.
B. Tanggal Praktikum : 10 Agustus 2015
C. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan adanya antigen didalam sel
darah
merah/eritrosit dan adanya antibodi dalam serum atau
plasma darah.
D. Prinsip : Antigen/Aglutinogen + Antibodi/Aglutinin Aglutinasi
E. Landasan teori :
Pertama kalinya DR. Landstainer pada tahun 1900 mengemukakan bahwa
darah manusia dapat dibagi menjadi 4 macam golongan yaitu: A, B, O, dan AB.
Golongan darah sangat penting dalam kehidupan terutama dalam bidang transfusi
darah, sebab salah memberikan golongan darah dapat mengakibatkan kematian
terhadap pasien. Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari
orang tua kepada anaknya. Land-Steiner dalamSuryo (1996) membedakan darah
manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini
disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).
Terdapat 2 jenis penggolongan darah yang paling penting yaitu golongan
darah A, B, O dan faktor Rhesus. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis
antigen selain antigen A – B - O dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Setiap
golongan darah dapat dikenal dari zat kimia yang disebut antigen (zat yang dapat
menimbulkan respon imun), yang terletak di permukaan sel darah merah, namun
ada juga yang terlarut di dalam plasma atau cairan tubuh.
Golongan darah adalah ciri khusus darah atas suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian
disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Karl Landsteiner
menemukan 3 dari 4 golongan darah (yang kemudian disebut sistem ABO) dengan
cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana
itu dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
Dalam pelayanan kesehatan modern, transfusi darah merupakan salah satu hal yang
penting dalam menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan.
Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi
yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi
dengan cara lain. Dalam perkembangannya transfusi darah harus dilaksanakan
sesuai dengna prosedur ketat oleh tenaga profesional menggunakan darah yang
aman dan berkualitas. Sebelum melakukan transfusi darah perlu diketahui syarat-
syarat dalam melakukan transfusi, agar proses transfusi dapat berlangsung seperti
yang diharapkan. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang
disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu, sebab kesalahan
dalam melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang serius.
Peran analis sangat dibutuhkan dalam penanganan kasus tersebut, sehingga
pemeriksaan golongan darah ini menjadi penting untuk dipelajari dan dilakukan
penerapan dalam praktikum transfusi darah.
Darah merupakan cairan yang kompleks dimana didalamnya terkandung
bahan – bahan seperti eritrosit, leukosit , trombosit , protein, vitamin- vitamin,
hormon- hormon dan lain sebagainya. Volume darah pada manusia adalah
berkisar 70-1000 cc/ kg berat badan. Darah digunakan sebagai bahan- bahan
pemeriksaan hematologis dan pemeriksaan- pemeriksaan lain.
Bahan pemeriksaan dari darah biasanya berupa serum atau plasma. Untuk
mendapatkan serum darah tidak perlu menggunakan anticoagulant. Jadi didalam
serum tidak terdapat fibrinogen atau dapat dikatakan bahwa serum adalah plasma
dikurangi fibrinogen. Serum adalah komponene yang bukan berupa sel darah, juga
bukan faktor koagolasi. Bahan – bahan yang masih terdapat dalam serum adalah
elektrolit (seperti K; Na; Cl ), creatinin dan ureum. Sedangkan plasma didapat
dengan cara menambahkan anticoagulant ke dalm darah. Jadi di dalamnya masih
terdapat fibrinogen.
Darah berfungsi sebagai medium transportasi untuk membawa bermacam –
macam komponen dari berbagai organ dalam tubuh. Sel darah merah pekat
cuci (shed pakced red cell ) adalah sel darah merah pekat yang setiap unitnya
dicuci dengan saline yang bertujuan untuk mengurangi 90 % protein, elektrolit dan
antibodi.
Sel darah diperoleh dari pengendapan unsur-unsur dalam darah/ terdapat di
dasar tabung setelah di centrifuge. Darah terdiri dari :
1. Eritrosit (sel darah merah) sebesar 99%, mengandung hemoglobin yang
berfungsi mengedarkan oksigen. Sel darah juga menjadi penentu golongan
darah, jika seseorang memiliki volume sel darah merah sangat kurang, maka
ia dikatakan anemia
2. Trombosit (keping-keping darah), kandungannya berkisar anatar 0,6% - 1%,
berfungsi untuk membantu proses pembekuan darah
3. Leukosit (sel darah putih) berjumlah 0,2% dari total darah, berfungsi untuk
menjaga sistem imunitas tubuh dan membunuh virus atau bakteri yang
masuk ke dalam tubuh.
Sel darah merah yang telah dicuci harus digunakan dalam waktu 24
jam (suhu penyimpanan 1-6 0C ) karena pembuatannya dilakukan terbuka (open
system), selain itu dengan dilakukan pencucian antikoagulan akan terambil
sehingga tidak dapat tersimpan lama.
Golongan Darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan
ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46
jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan
reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok,
dan kematian.menurut K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah
(aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang
dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran
tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4
golongan yaitu sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A
di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif
hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau
O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen
A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.
Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan
darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-
negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di
dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah
A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena
golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah
ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.Ilmuwan Austria, Karl
Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan
Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah
ABO.
Sebelum lahir,molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut
antigen, antigen ini muncul dipermukaan membran sel darah merah. Antigen ini,
tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibody pasangannya,yang mulai terlihat sekitar
2 sampai 8 bulan setelah lahir.
1. Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi ( penggumpalan) sel
darah merah, maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut
aglutinin
2. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A dan tipe B atau hanya mewarisi
salah satunya, atau bahkan keduanya sekaligus.
Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya
aglutinogen (antigen tipe A dan tipe B ) yang ditemukan pada permukaan eritrosit
dan aglutinin (antibodi) anti-A dan anti-B, yang ditemukan dalam plasma.
1. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B
2. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipeB dan aglutinin anti-A
3. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B,tetapi
tidak mengandung aglutinin anti-A atau anti-B
4. Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung
aglutinin anti-A dan aglutini-B Penggolongan darah penting dilakukan
sebelim transfusi darah karena pencampuran golongan darah yang tidak
cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.
Untuk menentukan golongan darah pedomannya sebagai berikut:
Golongan aglutinogen (antigen) pada
eritrosit
aglutinin (antibodi) pada
plasma darah
A
B
AB
O
A
B
A dan B
-
b
a
-
a dan b
Pemahaman mengenai aglutinogen dan aglutinin inilah yang mendasari
teknik transfusi darah. Dalam transfusi darah, orang yang memberikan darah
disebut donor, sedangkan yang menerima disebut resipien. Transfusi (pindahtuang
darah) ini harus memperhatikan masalah aglutinin-aglutinogen, sebab jika terjadi
inkompatibilitas (ketakcocokan) golongan darah, maka akan menyebabkan
terjadinya aglutinasi (penggumpalan) darah, dan bisa menyebabkan kematian sang
resipien.
Dibawah ini ilustrasi penggolongan darah berdasarkan antigen yang
dimilikinya:
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis
Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya
memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan
sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini
seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah
yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih
dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan
darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.
Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat menyebabkan
produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini
terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena
faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan. Untuk menentukan
golongan darah diperlukan suatu serum yang disebut tes serum yang terdiri dari tes
serum A dan tes serum B.Draha yang akan kita periksa dimasukkan kedalam
tabung yang berisi 2cc garam fisiologis lalu dikocok.Darah tersebut ditaruh di atas
object glass kemudian diteteskan tes serum A dan tes serum B.
Golongan darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh
gen ayah dan gen ibu kita.Pewarisan gen yang menentukan golongan darah
mengikuti hukum mendel.Jenis gen yang diwariskan itu disebut genotip
(genotype),terdiri dari genotip A,B,dan O.
Tabel pewarisan golongan darah kepada anak
IbuAyah
O A B AB
O O O, A O, B A, B
A O, A O, AO, A, B,
ABA, B, AB
B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB
AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB
Tranfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah
dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lainnya. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar
disebabkan trauma,operasi,syok, dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah
merah. Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan
resipien (penerima) adalah sangat penting.Darah donor dan resipien harus sesuai
golongan nya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor.
Sistem Golongan Darah
Sistem ABO
Penemuan Karl Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu ketika eritrosit
seseorang dicampur dengan serum darah orang lain, maka terjadi penggumpalan
(aglutinasi). Tetapi pada orang selanjutnya, campuran itu tidak menyebabkan
penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang terdapat pada eritrosit orang
tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin (antibodi) yang terdapat pada serum
darah. Aglutinogen dibedakan menjadi dua yaitu:
Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja atau
aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan
B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama sekali. Adanya aglutinogen
dan aglutinin inilah yang menjadi dasar penggolongan darah manusia berdasarkan
sistem ABO.
Antigen permukaan eritrosit tersebut dapat merangsang pembentukan suatu
imunoglobulin M (IgM), yang disebut juga sebagai aglutinin. Antibodi IgM ini
semula diduga terdapat secara alamiah, namun ada penelitian yang menunjukkan
bahwa antibodi tersebut baru terbentuk pada waktu bayi sebagai akibat sensitisasi
dari makanan dan infeksi.
Pada masa neonatus, terjadi kolonisasi bakteri flora normal usus yang
mengekspresikan antigen menyerupai antigen permukaan eritrosit A dan B. Hal ini
mendorong sistem imunitas bayi untuk membuat antibodi IgM sesuai dengan
antigen yang tidak dimiliki permukaan eritrosit bayi tersebut. Karena itulah orang
dengan golongan darah A memiliki anti-B, orang bergolongan darah B memiliki
anti-A, dan yang bergolongan darah O memiliki keduanya. Orang dengan golongan
darah AB tidak memiliki antibodi IgM ini. Karena antibodi IgM ini mampu
menimbulkan aglutinasi hebat yang dapat menyumbat pembuluh darah inilah
transfusi dengan golongan darah inkompatibel sangat berbahaya.
Walaupun anti-A dan anti-B bereaksi secara spesifik dan kuat dengan
eritrosit yang relevan, rangsangan untuk pembentukan anti-A dan anti-B tidak
ditimbulkan oleh eritrosit itu sendiri. Orang-orang dengan golongan darah A hanya
membentuk anti-B dan mereka dengan golongan darah B hanya membentuk anti-A.
Orang-orang dengan golongan darah O mempunyai baik anti-A maupun anti-B,
sedangkan yang golongan darah AB tidak memiliki anti-A dan anti-B.
Anti-A dan anti-B merupakan aglutinin yang kuat dan mudah dinyatakan
dengan pemeriksaan laboratorium. Aglutinin ini dengan cepat menghancurkan
eritrosit tidak kompatibel yang masuk dalam sirkulasi melalui aktivitas
komplemen.satu-satunya cara eritrosit inkompatibel golongan darah ABO masuk
dalam sirkulasi, melalui transfusi darh yang salah, kecuali pada beberapa kasus
dimana eritrosit janin masuk dalam sirkulasi darah ibu pada waktu hamil atau saat
melahirkan.
Reaksi transfusi hemolitik pada umumnya disebabkan kesalahan dalam
identifikasi penderita, kesalahan sampel darah penderita atau donor dan kesalahan
administrasi. Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada
dalam darah, adakalanya disamping itu juga dilakukan penetapan jenis aglutinin
yang ada dalam serum (reverse grouping dan serum grouping). Ada beberapa cara
untuk menentukan golongan darah yaitu dengan cara Objek glass dan cara Tabung.
Penggolongan darah pada manusia maupun hewan selain dengan sistem
ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan sistem MN. Hal ini didasarkan pada
hasil penemuan antigen baru oleh K. Landsteiner dan P. Levine pada tahun 1927
pada eritrosit. Antigen ini oleh Landsteiner dan Levin diberi nama antigen M dan
antigen N. Sama halnya dengan sistem ABO, apabila di dalam eritrosit seseorang
terdapat antigen M maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah M,
apabila di dalam eritrosit seseorang yang lain terdapat antigen N maka golongan
darah orang tersebut disebut golongan darah N, dan apabila sesorang yang lain lagi
memiliki kedua antigen tersebut (MN) maka orang tersebut bergolongan darah
MN.
Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang
memiliki alela ganda, yaitu alela LM yang mengendalikan antigen M dan alela LN
yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat
dominansi antara alela LM dan alela LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua
antigen tersebut (M dan N) maka orang itu bergolongan darah MN.
Sistem Rhesus
Setelah sistem ABO, maka sistem Rhesus (Rh) merupakan golongan darah
yang mempunyai makna klinis terpenting. Tidak seperti halnya anti-A dan anti-B
yang selalu ada pada orang normal. Anti Rhesus tidak terdapat daam darah seorang
tanpa rangsangan imunisasi. Antigen utama dalan sistem Rhesus adalah antigen D,
yang mampu merangsang pembentukan antibodi bila eryhtrosit dengan antigen itu
dimasukkan dalam sirkulasi seorang yang tidak mempunyai antigen Rh. Antigen D
terdapat dalam eryhtrosit 85 % orang kulit putih, persentase ini lebih tinggi pada
orang kulit hitam, Indian dan Asia. Hanya 15 % orang kulit putih yang tidak
mempunyai antigen D, tetapi diantara orang-orang ini haya 50-75% akan
membentuk anti-D bila sejumlah besar eryhtrosit dengan antigen D masuk dalam
sirkulasi darahnya. Tidak ada golongan darah lain yang mempunyai potensi
merangsang pembentukan antibodi melebihi potensi yang dimiliki oleh golongan
Rhesus.
Sistem Rhesus Adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh
manusia. Sistem ini ditemukan dan diberinama berdasarkan Rhesus monyet.
Antigen RhD adalah antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.
a. Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebut Rh positif.
Jika faktor tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negatif.
Individu dengan Rh positif lebih banyak dari pada Rh negatif.
b. Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh negatif
tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.
c. Jika seseorang dengan Rh negatif diberikan darah ber-Rh positif maka
aglutininya anti-Rh akan diproduksi. Walau tranfusi awal tidak
membahayakan, pemberian darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan
aglutinasi sel darah merah donor.
d. Eritoblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir,dapat terjadi
setelah kehamialnan pertama ibu ber-Rh negatif dengan janin ber-Rh positif.
1) Pada saat lahir ( atau abortus spontan atau induksi), ibu akan terpapar
beberapa antigen Rh positifjanin sehingga ibu akan terbentuk antibodi untuk
menolak antigen tersebut
2) Jika antibodi lawan faktor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan
selanjutnya,antibodi tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah
janin dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang
mengalaminya akan terlahir dengan anemia
3) Pencegahan. Jika ibu ber-Rh negatif mendapat injeksi antibodi berlawanan
dengan faktor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran
atau setelah abortus janin ber-Rh positif, maka antigen tidak akan teraktivasi.
Ibu tidak akan memproduksi anyibodi lawannya.
Rhesus Positif (Rh+) = memiliki factor Rhesus pada permukaan sel darah
merahnya.
Rhesus Negatif (Rh-) = tidak memiliki factor Rhesus pada permukaan sel darah
merahnya.
Sistem Rhesus terdiri atas bermacam-macam antigen. Orang-orang dengan
eryhtrosit yang mengandung antigen D disebut Rh positif atau Rh (+) sedangkan
mereka yang tidak mempunyai antigen D disebut Rh negatif, tanpa menghiraukan
ada tidaknya jenis antigen sistem Rhesus yang lain. Karena antigen D merupakan
yang paling mudah merangsang pembentukan antibodi maka antigen D lah yang
pertama-tama harus dicari.Antigen lain. Tidak setiap orang Rhesus negatif yang
terpapar pada sel Rh positif membentuk anti-D. Imunisasi lebih sering terjadi
karena transfusi daripada akibat kehamilan, karena pada transfusi sel eryhtrosit Rh-
positif yang masuk lebih banyak. Sekitar 20% ibu Rhesus negatif membentuk anti-
D setelah mengandung janin Rh-positif, sedangkan pada transfusi pembentukan
anti-D dapat terjadi pada 50-70% penderita yang ditransfusi dengan eryhtrosit Rh
positif.
Anti-Rh yang dibentuk pada umumnya adalah kelas IgG. Mula-mula
dibentuk IgM tetapi biasanya IgM menghilang beberapa bulan atau tahun setelah
imunisasi, sedangkan IgG dapat menetap seumur hidup. Anti Rh jarang
mengaktifkan komplemen. Dampak biologis anti Rh umumnya melapisi eryhtrosit
dan menyebabkan penghancuran eryhtrosit dalam sistem retikuloendotelial.
Anti Rh dari darah ibu dapat melewati plasenta dan masuk kedalam
sirkulasi janin. Dahulu anti-D merupakan penyebab utama penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir (HDN ; Hemolytic disease of the newborn). Terapi imunosupresif
dapat mencegah pembentukan antibodi pada ibu Rh-negatif, segera setelah
melahirkan bayi Rh-positif. Wanita yang memiliki anti-D dalam darahnya pada
awal kehamilan kemungkinan besar akan melahirkan bayi dengan penyakit HDN.
Seringkali sumsum tulang janin mengadakan respons dengan meningkatkan
produksi eryhtrosit untuk mempertahankan kadar hemoglobin dan menghindarkan
anemia. Peningkatan eryhtropoesis menyebabkan penglepasan sel-sel kedalam
sirkulasi terlalu dini sehingga dijumpai banyak eryhtrosit berinti dalam darah tepi.
Nama lain untuk HDN adalah Erythroblastosis fetalis, nama ini menunjukkan
adanya eryhtrosit berinti dalam sirkulasi. Janin dengan HDN yang berat dapat
meninggal karena gagal jantung kongestif pada saat hampir lahir.
Adanya antigen Rh di dalamdarah dikendalikan oleh gen IRh, yang
dominanterhadap Irh. Sehingga genotif orang menurut sistem Rh ini dapat
dibedakan atas :
Seorang ibu yang Rh+ mengandung embrio bergolongan Rh- atau Rh+,
kemungkinan anaknya akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi gangguan
darah karena faktor Rh, tetapi pada ibu yang bergolongan darah Rh- :
bila mengandung embrio Rh-, embrio tidak akan mengalami gangguan apapun
dan mungkin lahir dengan selamat
bila mengandung embrio Rh+, kemungkinan kandungan pertama akan lahir
dengan selamat, artinya tidak mengalami gangguan karena sistem Rh ini.
Tetapi pada waktu bayi ini lahir dalam rahim ibu kemungkinan akan tertinggal
antigen Rh yang dapat ikut peredaran darah ibu, sehingga dalam tubuh ibu
akan terbentuk zat anti Rh.
Apabila bayi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan
RH-, dimana darah ibu sudah terbentuk zat anti Rh+, maka tubuh bayi akan
kemasukan zat anti Rh+, dan anak itu akan menderita penyakit kuning atau anemia
berat sejak lahir yang disebut erythroblastosis foetalis (sel darah merahnya tidak
dapat dewasa) yang ditandai dengan :
tubuh menggembung oleh cairan
hati dan limpha membengkak
dalam darah banyak erithroblast (eritrosit yang belum masak yang dya
ikatanya terhadap oksigen berkurang )
kulit berwarna kuning keemasan
Hal ini dapat terjadi karena zat anti Rh dari ibu masuk ke sistem peredaran
darahanak, sehingga zat anti Rh tersebut bertemu dengan antigen Rh. Bayi
yangmengalami gangguan ini biasanya tidak berumur panjang. Tetapi kondisi ini
sekarang dapat ditolong dengan jalan mengganti seluruh darahnya dengan
darahyang normal.
Reaksi silang perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk
melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Mayor crossmatch
adalah serum penerima dicampur dengan sel donor dan Minor Crossmatch adalah
serum donor dicampur dengan sel penerima. Jika golongan darah ABO penerima
dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi. Jika berlainan
umpamanya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada
test minor akan terjadi aglutinasi.
Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi
keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete
Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung
saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang
yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan
aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37O C. Lagi pula untuk menentukan
anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada
beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan
garam faal dan reaksi silang pada objek glass.
F. Alat dan Bahan :
Alat :
Bahan :
1. Sampel darah vena (suspensi eritrosit 10% X dan serum Y)
2. Suspense eritrosit A, B dan O
3. Reagen Anti-A Serum, Anti-B serum, dan Anti-AB serum
4. Larutan NaCl fisiologis (0,85%)
5. Alkohol
G. Cara Kerja :
A. Pembuatan Suspensi Eritrosit
B. ABO Tube
D. Interpretasi Hasil :
a. Interpretasi Hasil Pengamatan Metoda Tube
Tabung
1
Tabung
2
Tabung
3
Tabung
4
Tabung
5
Tabung
6
Tabung
7
Gol.
Darah
- - - + + - - O
+ - + - + - - A
- + + + - - - B
+ + + - - - - AB
b. Interpretasi Hasil Pengamatan Rhesus
Golongan Darah
Tabung 8Anti D/Rh
Tabung 9Bovine Albumin 22%
Rh + + -
Rh - - -
Grade Aglutinasi
(+4) : Semua sedimen bersatu, cairan jernih.
(+3) : Sedimen terpecah 3-4 segmen, cairan jernih.
(+2) : gumpalan lebih banyak dan asar, cairan agak keruh.
(+1) : gumpalan sangat banyak dan halus, cairan keruh tampak berwarna kemerah-
merahan
(±) : Sepintas masih terlihat seperti gumpalan halus dengan cairan keruh.
Aglutinasi jelas Mikroskopis.
E. Hasil Pengamatan :
a. Pengamatan pemeriksaan golongan darah ABO
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
(-)(-) (-)
(+)
Tabung 5 Tabung 6 Tabung 7 Tabung 4
(+)
(-) (-)
O
b. Pengamatan pemeriksaan golongan darah Rhesus
Tabung 1 Tabung 2 Golongan Darah
(+)
(-)
Rh. +
F. Bahan Diskusi :
1. Sebutkan fungsi reaksi kontrol dan auto control pada metoda tube ini?
Jawab :
- Kontrol berfungsi sebagai pembanding hasil pemeriksaan terhadap
reagen
- Auto control berfungsi sebagai pembanding hasil pemeriksaan
terhadap sampel.
2. Manakah yang lebih baik diantara kedua metoda pemeriksaan golongan darah
ABO dan Rhesus yang sudah dipraktekan? Alasannya?
Jawab : Dari kedua pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus yang telah
dilakukan yang lebih baik adalah pemeriksaan golongan darah dengan
metode tube (tabung) karena dengan metode tube ini pemeriksaannya
lebih sensitif sehingga bila terjadi aglutinasi lemah masih dapat terbaca
hanya saja membutuhkan waktu pemeriksaan yang cukup lama,
sedangkan pada metode slide kurang sensitif sehingga apabila terjadi
aglutinasi lemah tidak dapat terbaca dengan metode ini.
3. Apa yang dimaksud dengan DU varian dalam golongan darah rhesus?
Jawab : Indikasi awal pada saat pemeriksaan apabila serum coombs tidak
menggumpal maka darah tersebut memiliki Rhesus Negatif (-) dengan DU varian
dan bila tidak menggumpal, maka darah tersebut memiliki Rhesus negatif tanpa
DU.
G. Pembahasan :
H. Kesimpulan :
Daftar Pustaka
Subagja, Aryo. 2013. Pemeriksaan Golongan darah ABO dan Rhesus Metode Tube.
[ONLINE] Tersedia : http://dokumen.tips/documents/pembahasan-utd-3-
docx.html.
Bintari, Novita.D 2013. Pemeriksaan Golongan Darah. [ONLINE] Tersedia : http://www.
slideshare.net/NovitaDBintari/px-goldarah-4