pemerintah kabupaten teluk wondama no... · web viewcontoh perhitungan retribusi izin mendirikan...
TRANSCRIPT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TELUK WONDAMANOMOR 24 TAHUN 2007
TENTANG
RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TELUK WONDAMA,
Menimbang : a. bahwa Kota Rasiei yang berfungsi sebagai ibukota Kabupaten Teluk Wondama dan merupakan pusat Pemerintahan, Perdagangan, Industri, Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga perlu ditata bangunannya dengan baik dan tertib ;
b. bahwa untuk penertiban bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Teluk Wondama sehingga menjadi tertib sesuai dengan tata ruang kota dan surat izin mendirikan bangunan, merupakan salah satu Sumber Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Teluk Wondama ;
c. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a dan b di atas, maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Teluk Wondama;
Mengingat : 1. Undang-Undang Gangguan (Hinder-Ordonantie), Statsblad 1926:226 diubah dan ditambah dengan Stastblad 1940:14 dan 450 ;
2. Undang-Undang 12 Drt. Tahun 1957 Tentang Peraturan Umum dan Perhubungan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 104 ) ;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034) ;
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 Tentang Pembentukan Provinsi Otonom di Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara .Republik Indonesia Nomor 2907);
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 Tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83);
6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3027);
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23);
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ;
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3699);
10. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undnag-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Kerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahokima, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digul, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4245);
12. Undang–undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 438);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1973 Tentang Perubahan Nama Provinsi Irian Barat menjadi Irian Jaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2977);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Undnag-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan ;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 Tentang Penyerahan sebagai urusan Pemerintahan di bidang Pekerjaan umum dan Perhubungan kepada Daerah ;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1987 Tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3692);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup ;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Prvinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139) ;
23. Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung ;
24. Keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 1999 Tentang Teknik Peraturan PerUndnag-Undangan dan Bentuk Rancangan Undnag-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70);
25. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah ;
26. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 Tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah ;
27. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain;
Dengan Persetujuan Bersama,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TELUK WONDAMA
dan
BUPATI TELUK WONDAMA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut DPRD adalah badan Legeslatif Daerah.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Wondama.
4. Kabupaten adalah Kabupaten Teluk Wondama.
5. Bupati adalah Bupati Teluk Wondama.
6. Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Kabupaten Teluk Wondama.
7. Bendaharawan Khusus Penerima adalah Bendaharawan Khusus Penerima pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Kabupaten Teluk Wondama.
8. Retribusi adalah Pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah atas luas lahan yang akan dibangun oleh pemohon IMB.
9. Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mendirikan bangunan disuatu tempat dan semua pekerjaan mendirikan bangunan tersebut, hingga selesai.
10. Izin mendirikan bangunan adalah izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah kepada orang atau Badan yang mendirikan maupun merombak bangunan.
11. Izin lainnya adalah izin untuk merubah konon merobohkan atau memindahkan bangunan.
12. Merubah bangunan adalah setiap pekerjaan yang memiliki kriteria sebagai berikut : Merenovasi bentuk dan atau tata ruang bangunan yang ada, bagian atau seluruh yang ada tanpa menggeser dinding muka atau belakang bangunan dan samping kiri atau kanan bangunan yang ada.
13. Memotong sebagian atau mengurangi luas dari bangunan yang ada.
14. Merobohkan bangunan adalah pekerjaan memindahkan seluruh bagian bangunan yang dirobohkan.
15. Bangunan adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut :a. Hasil pekerjaan pasangan dari berbagai jenis bangunan;b. Memadatkan ruang di atas permukaan tanah secara tetap;c. Menampakkan bentuk dan luas yang relatif dan memiliki asas manfaat bagi
mahkluk hidup; dand. Tidak termasuk segala bentuk monumen dalam komplek pemakaman;
16. Luas bangunan yang diizinkan adalah maksimal berdasarkan kepadatan bangunan (Building coverage) yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah.
17. Bangunan permanen adalah bangunan yang dibuat dari bahan-bahan yang kokoh (konstruksi beton) dan dapat dipergunakan sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun.
18. Bangunan semi permanen adalah bangunan yang dibuat dari bahan-bahan yang berkualitas baik (konstruksi Kayu) dan dapat dipergunakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.
19. Bangunan tidak permanen adalah bangunan yang dibuat dari bahan lokal yang diperkirakan dapat dipergunakan paling lama 1(satu) tahun.
20. Bangunan darurat adalah bangunan yang dibuat dari bahan lokal yang diperkirakan dapat dipergunakan paling lama 1 (satu) tahun.
21. Bangunan milik Pemerintah adalah bangunan yang dibangun dengan biaya atau bersumber dari Pemerintah/Negara yang diperuntukkan bagi kepentingan Pemerintah/Negara.
22. Garis Sempadan adalah garis khayalan yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan yang merupakan batas antara bagian persil yang boleh dan tidak mendirikan bangunan, yang merupakan batas antara bagian persil yang boleh dan tidak mendirikan bangunan, yang menentukan dan mengatur letak suatu bangunan.
23. Standar Konstruksi Bangunan indonesia yang selanjutnya disingkat SKBI adalah suatu standar konstruksi bangunan yang telah teruji dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun secara praktis.
24. Garis sempadan bangunan adalah garis sempadan bangunan yang diatasnya atau sejajar di belakangnya dapat didirikan bangunan.
25. Garis sempadan pagar adalah garis sempadan pagar yang di atasnya atau sejajar di belakang dapat dibuat pagar.
26. Uang sempadan adalah biaya yang dikenakan kepada setiap orang atau badan hukum yang mendapat izin untuk mendirikan suaru bangunan.
27. Persil adalah suatu perpetakan tanah yang terdapat dalam lingkup rencana kota atau rencana perluasan kota atau sebagian masih belum ditetapkan rencana perpetakan yang menurut pertimbangan Pemerintah Daerah dapat dipergunakan untuk mendirikan suatu bangunan.
28. Rencana teknik adalah gambar dan dokumen lainnya yang menjadi petunjuk pelaksanaan bangunan.
29. Harga bangunan ialah nilai bangunan yang berlaku menurut standar pada saat itu yang perhitungannya berdasarkan analisa yang telah diperiksa kebenarannya oleh petugas ahli atau lembaga yang kompeten.
30. Instalasi adalah konstruksi jaringan bahan penyambung dan perlengkapan alat-alat yang berkaitan dengan konstruksi jaringan.
BAB II
NAMA. OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama retribusi izin mendirikan bangunan dipungut retribusi atas pemberian izin mendirikan bangunan kepada orang badan hukum atau instansi yang akan mendirikan/ membangun dan merobohkan bangunan di wilayah daerah Kabupaten Teluk Wondama.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi mendirikan bangunan adalah pemberian izin mendirikan, termasuk mengubah dan membongkar suatu bangunan.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunan, perubahan dan/atau pembongkaran pagar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang yang berlaku, dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) dan pengawasan pembangunan yang meliputi pembangunan, pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin mendirikan bangunan.
BAB III
GOLONGAN
Pasal 5
(1) Retribusi izin mendirikan bangunan digolongkan sebagai retribusi izin tertentu.(2) Retribusi perizinan adalah terdiri dari biaya sepadan bangunan dan biaya
administrasi.
BAB IV
KLASIFIKASI BANGUNAN
Pasal 6
Bangunan klasifikasi sebagai berikut :a. Bangunan sosial :
yang dimaksud bangunan sosial adalah seluruh bangunan yang berfungsi sosial seperti Rumah Ibadah, Sekolah, Puskesmas, Panti Jompo dan sejenisnya.
b. Bangunan Umum :Yang dimaksud bangunan umum adalah :1. Gedung-gedung/balai umum, balai pertemuan, gedung perpustakaan, gedung
museum, permanan seni, gedung olah raga, stasiun/terminal, dan sejenisnya;2. Gedung kesenian dan gedung-gedung lainnya yang digunakan untuk pameran
foto-foto, gambar-gambar atau film.
c. Bangunan Perniagaan :Yang dimaksud bangunan perniagaan adalah bangunan atau bagian dari bangunan yang mendapat izin dari yang berwajib terdaftar sebagai atau untuk niaga, panti pijat, penginapan, hotel, bar, termasuk warung kopi, pasar makan, ruang jualan dan bengkel sepeda/motor, bengkel pelayanan bangunan-bangunan serta depot bensin.
d. Bangunan Pendidikan :Yang dimaksud bangunan pendidikan adalah bangunan yang digunakan untuk kegiatan pendidikan atau sejenisnya (sekolah-sekolah, gedung-gedung lembaga pendidikan, bengkel latihan/praktek, laboratorium atau sebagainya).
e. Bangunan Industri :Yang dimaksud dengan bangunan industri adalah bangunan atau bagian dari bangunan dimana barang-barang atau bahan-bahan dibuat selesai, disimpan, dijual belikan tetapi bukan bangunan toko atau gedung yang diharuskan mendapat izin membangun bangunan sebagai industri.
f. Bangunan Kelembagaan :yang dimaksud dengan bangunan kelembagaan adalah bangunan yang digunakan untuk maksud urusan administrasi perdagangan, tetapi bukan toko, gedung dan pabrik, termasuk kantor, rumah sakit, gedung, lembaga permasyarakatan, gedung bank, studio, pemancar dan gedung pasar bursa.
g. Bangunan Rumah Tinggal :1. Rumah Tinggal Biasa
Yang dimaksud dengan rumah tinggal biasa adalah bangunan yang digunakan penghuni tinggal termasuk rumah gedung tetapi bukan flat.
2. Rumah Tinggal Luar Biasa :Yang dimaksud dengan rumah tinggal luar biasa adalah bangunan rumah yang bukan merupakan rumah tinggal biasa atau rumah gandeng yang digunakan bagi penghuni lebih dari satu rumah tangga (flat) termasuk gedung pertemuan, lingkungan perumahan dan rumah tumpangan atau sejenisnya .
3. Rumah Tinggal Bergabung :Yang dimaksud rumah tinggal bergabung adalah bangunan rumah tinggal dan toko kantor dan perumahan gedung, perumahan pabrik dan perumahan yang digunakan bagi penghuni toko.
h. Bangunan Kawasan/Khusus :Yang dimaksud bangunan kawasan/khusus adalah bangunan yang dibangun dengan menggunakan suatu area/kawasan lengkap dengan fasilitas umum
lainnya, atau bangunan yang digunakan untuk kepentingan umum dengan persyaratan-persyaratan khusus misalnya bandara, real estate, perumahan, jalan (temasuk jembatan, saluran, perindustrian).
BAB V
CARA PERHITUNGAN RETRIBUSI
Pasal 7
(1) Besarnya retribusi bangunan dihitung sebagai berikut :Tarif dasar dikali luas bangunan dikali koefisien tingkat bangunan dikali koefisien guna bangunan dikali letak bangunan dikali koefisien bangunan.
(2) Bangunan yang dilaksanakan sebelum memiliki izin mendirikan bangunan, maka retribusi izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikali dengan koefisien yang diatur sebagai berikut :a. Telah membuat galian pondasi/ galian saluran dikalikan koefisien 1,1;b. Telah membuat pasangan pondasi dikalikan koefisien 1,2 ;c. Telah membuat dinding kolom bangunan dikalikan koefiien 1,3 ;d. Telah membuat kap bangunan dikalikan koefisien 1,4;e. Telah memasang atap dikalikan koefisien 1,5 ;f. Telah digunakan dikalikan koefisien 1,6 ; dang. Luasan di atas daerah sempadan dikalikan koefisien 1,5 .
BAB VI
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 8
(1) Koefisien penggunaan jasa izin mendirikan bangunan didasarkan atas faktor luas bangunan, tingkat bangunan/ tinggi bangunan, guna bangunan, letak bangunan dan kondisi bangunan.
(2) Faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai berikut :
A. Koefisien Luas Bangunan
NO LUAS BANGUNAN KOEFISIEN1.2.3.4.5.6.
7.8.9.10.11.12.13.
Bangunan tertutup dengan atap/dindingBangunan tertutup /dindingBangunan teras rabatBangunan jembatanBangunan plat beton terbukaBangunan kolom berlantai konstruksi beton Bangunan kolom biasa tanpa lantai konstruksi beton bangunan gudangBangunan gudangBangunan kolom khusus (kolom buaya dll)Bangunan menara/tower/siklopBangunan pelindung binatang liar/buasBangunan yang has dindingnya berdiri diatas daerah batas 1 (satu) meter dari batas tanahBangunan utama yang melampau luas berdasarkan
1,000,700,501,000,750,75
0,101,201,252,001,202,001,75
kepadatan bangunan (70%)
B. Koefisien Tingkat/Tinggi Bangunan
NO TINGKAT DAN TINGGI BANGUNAN KOEFISIEN1.2.
3.
4.
Bangunan 1 lantaiBangunan lantai selanjutnya koefisien betambah 0,5 setiap bertambah n lantai, dimana n= pertambahan jumlah lantaiBangunan tower/menara dan sejenisnya setiap bertambah tinggi 1 m koefisien bertambah X dimana X=0,3Bangunan gedung-gedung pabrik dan sejenisnya yang tinggi dindingnya lebih dari 4 m, koefisien bertambah Y setiap bertambah n meter, dimana Y=0,25,n=1,2,3, dst.
11,00=0,5n
1 m = 0,3
1+ n Y
C. Koefisien Guna Bangunan
NO GUNA BANGUNAN KOEFISIEN1.2.3.4.5.6.7.8.
Bangunan sosialBangunan perumahan pendidikan/fasilitas umumBangunan kelembagaan/kantorBangunan perdagangan dan jasa lantai 1 s/d 2Bangunan perdagangan dan jasa lantai 3 s/d 4Bangunan perdagangan dan jasa > 4 lantaiBangunan industri/ bangunan campuranBangunan khusus lain-lain
0,051,001,502,502,001,502,753,00
D. Koefisien Letak Bangunan
NO LETAK BANGUNAN KOEFISIEN1.2.3.4.5.6.7.
Dipinggir jalan arteriLangsung berada di belakang jalan arteriDi pinggir jalan kolektorLangsung berada di belakang jalan kolektorBangunan di pinggir jalan lokalBangunan yang langsung berada di belakang jalan lokalJalan setapak
1,501,401,301,251,201,101,50
E. Koefisien Kondisi Bangunan
NO KONDISI BANGUNAN KOEFISIEN1.2.3.4.
Bangunan permanenBangunan semi permanen (maximum 15 tahun)Bangunan tidak permanen (umum max 5 tahun)Bangunan darurat (umum max 1 tahun)
1,000,900,400,10
Pasal 9
Retribusi yang telah dibayar ke Kas Daerah, tidak dapat ditarik kembali, bila izin mendirikan bangunan yang bersangkutan dicabut atas permohonan penerima izin mendirikan bangunan ataupun karena alasan lain dan penerima retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 2, merupakan pendapatan asli daerah.
BAB VII
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 10
Prinsip penetapan tarif Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah didasarkan perhitungan sebagai berikut :a. Besarnya tarif dasar untuk izin mendirikan bangunan ditetapkan sebesar Rp.
5.000,- (lima ribu rupiah) per meter per segi;b. Perubahan bentuk bangunan dikenakan retribusi yang diatur sebagai berikut :
1. Perubahan bentuk s/d dikenakan retribusi 10%;2. Perubahan bentuk > 10% dikenakan retribusi 25% ;3. Perubahan bentuk > 50% dikenakan retribusi 45% ;4. Perubahan bentuk > 75% dikenakan retribusi 50% ;5. Perubahan luas bangunan dikenakan retribusi 100%.
c. Pemecahan/balik nama dikenakan retribusi 10%;
Pasal 11
Hasil retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ini seluruhnya disetorkan ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Khusus penerima dan merupakan Pendapatan Asli Daerah.
BAB VIII
TATA CARA PEMUNGUTAN, PENETAPAN DAN WILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 12
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pembayaran (SPP).(2) Hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini disetor ke
Kas Daerah melalui Bendaharawan Penerima (BKP) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Teluk Wondama.
Pasal 13
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ini dipungut di wilayah Kabupaten Teluk Wondama.
BAB IX
TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI
Pasal 14
(1) Pembayaran Retribusi IMB dilakukan pada Dinas Pekerjaan Umum melalui Bendaharawan Penerima Rutin Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Teluk Wondama.
(2) Bendaharawan Penerima Rutin kemudian menyetor biaya retribusi pemohon ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Penerima (BKP) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Teluk Wondama.
BAB X
PEMBUKUAN DAN PELAPORAN
Pasal 15
(1) Pembukuan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada pasal 14 dilakukan oleh Bendaharawan Penerima Rutin.
(2) Tata cara pembukuan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.
BAB XI
TATA CARA MENGAJUKAN KEBERATAN
Pasal 16
(1) PIMB dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas beban retribusi yang ditanggungkan kepadanya.
(2) Keberatan dapat diajukan secara tertulis oleh PIMB kepada Bupati dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal PIMB menerima bukti pembayaran retribusi kecuali apabila PIMB dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaaannya.
(4) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan Bupati tidak menetapkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima.
BAB XII
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN, PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI DAN PEMBATALAN
Pasal 17
(1) PIMB dapat mengajukan permohonan pembetulan terhadap beban retribusi dan Surat Keputusan IMB apabila terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan Peraturan Perundang-undangan di bidang Retribusi Daerah.
(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat :a.Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa keringanan atau
kenaikan retribusi menurut peraturan daerah ini, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan PIMB atau bukan karena kesalahannya;
b.Mengurangkan atau membatalkan ketetapan retribusi yang tidak benar.(3) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harus
disampaikan kepada Bupati secara tertulis paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya bukti pembayaran retribusi IMB atau SK IMB dengan memberitahukan alasan yang jelas.
(4) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk paling lambat 3 (tiga) bulan surat permohonan diterima harus memberitahukan keputusan.
(5) Apabila lewat 3 (tiga) bulan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, maka permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dianggap diterima.
BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI
Pasal 18
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi PIMB dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harus memberikan keputusan.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimasud pada ayat (2) pasal ini telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, maka permohonan pengembalian retribusi dianggap dikabulkan.
(4) Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar harus diterbitkan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
(5) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi ditetapkan dengan keputusan Bupati.
BAB XIV
PEMERIKSAAN
Pasal 19
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PIMB dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah ini.
(2) PIMB yang diperiksa wajib :a. Memperlihatkan kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan objek
retribusi;b. Memberikan kesempatan petugas yang ditunjuk untuk memasuki lokasi atau
ruangan yang dianggap perlu untuk diperiksa dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
BAB XV
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 20
(1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian IMB dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Untuk pembinaan, pengawasan dan pengendalian IMB, Bupati dapat membentuk Tim yang beranggotakan instansi terkait.
(3) Hasil pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) pasal ini dilaporkan kepada Bupati setiap tahunnya.
BAB XVI
INSTANSI PEMUNGUT
Pasal 21
Instansi pemungut adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Teluk Wondama yang nantinya akan disetorkan ke Kas Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Teluk Wondama.
BAB XVII
LARANGAN DAN KEWAJIBAN
Pasal 22
(1) Setiap orang atau badan yang memiliki IMB dilarang :a. Memperjualbelikan, mengalihkan IMB kepada orang lain;b. Menambah, membongkar, merubah atau mengurangi bentuk bangunan sesuai
dengan IMB yang diberikan tanpa izin kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
c. Mendirikan bangunan yang bersifat darurat dipinggir jalan utama (protokol);d. Dilarang mendirikan bangunan tanpa memiliki IMB.
(2) Setiap orang atau badan yang memiliki IMB berkewajiban :a. Mentaati segala ketentuan yang ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk;b. Wajib mendirikan bangunan sesuai standar teknis yang berlaku pada Perda
bangunan gedung;c. Wajib membersihkan lokasi bangunan dari sisa bahan bangunan;d. Wajib membuat saluran pembuangan air limbah, pembuangan sampah dan
menjaga kebersihan lokasi.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 23
(1) setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan pada pasal 22 Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 5 (lima) kali jumlah retribusi.
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XIX
PENYIDIKAN
Pasal 24
(1) Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang retribusi daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah, agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
di bidang retribusi daerah menurut hukum yang bertanggung jawab.(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan kepada penuntut umum, melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Acara Pidana yang berlaku.
(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat Berita Acara setiap tindakan tentang :a. Pemeriksaan tersangka;b. Penyitaan benda;c. Pemeriksaan saksi;d. Pemeriksaan surat;e. Pemeriksaan tempat kejadian yang diteruskan kepada Kejaksaan Negeri
setempat.
BAB XX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
(1) Besarnya pungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 10 Peraturan Daerah ini, sewaktu-waktu dapat diubah.
(2) Perubahan besarnya pungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, hanya dapat dilakukan dengan Peraturan Daerah.
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Teluk Wondama.
Ditetapkan di Rasieipada tanggal 29 Maret 2007
BUPATI TELUK WONDAMA,
Cap/ttd
ALBERTH H. TOREY
Diundangkan di Rasieipada tanggal 30 Maret 2006
(Plt) SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN TELUK WONDAMA,
Cap/ttd
GASPER KAPISA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TELUK WONDAMA TAHUN 2007 NOMOR 24PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TELUK WONDAMA
NOMOR 24 TAHUN 2007
TENTANG
RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
I. UMUMRetribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah yang penting untuk menunjang pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Kabupaten Teluk Wondama dalam rangka memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka dengan tegas telah mengatur bahwa salah satu jenis retribusi Kabupaten adalah Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
Dengan demikian, penerimaan dan/atau pendapatan dari sektor retribusi tersebut merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, untuk itu perlu diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Teluk Wondama.
II. PASAL PASAL DEMI PASAL
Pasal 1Cukup Jelas
Pasal 2Cukup Jelas
Pasal 3Cukup Jelas
Pasal 4Cukup Jelas
Pasal 5Cukup Jelas
Pasal 6Huruf a
Cukup Jelas
Huruf bCukup Jelas
Huruf cCukup Jelas
Huruf dYang dimaksud dengan bangunan pendidikan adalah bangunan yang digunakan untuk kegiatan pendidikan atau sejenisnya dan tidak bersifat bangunan sosial
Huruf eCukup Jelas
Huruf fCukup Jelas
Huruf gCukup Jelas
Huruf hCukup Jelas
Pasal 7Ayat (1)
Contoh Perhitungan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.Misalkan A ingin membangun rumah dengan luas 150 M2, bentuk rumah merupakan bangunan tertutup dengan atap/dinding, tinggi rumah 1 lantai, guna bangunan perumahan, letak rumah di pinggir jalan utama, dan kondisi bangunan permanent, maka perhitungan retribusinya sebagai berikut :
Retribusi IMB = 150 M2 x Rp. 5.000,- x 1.00 x 1.00 x 1.60 x 1.00= Rp. 1.200.00,00
Ayat (2)Contoh Perhitungan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan untuk bangunan yang dibangun sebelum IMB diterbitkan.Misalkan A ingin membangun rumah dengan luas 150 M2, bentuk rumah merupakan bangunan tertutup dengan atap/dinding, tinggi rumah 1 lantai, guna bangunan perumahan, letak rumah di pinggir jalan utama, dan kondisi bangunan permanent, dan bangunan ditempati sebelum memiliki IMB, maka perhitungan retribusinya sebagai berikut :
Retribusi IMB = 150 M2 x Rp.5000,- x 1.00 x 1.00 x 1.00 x 1.60 x 1.00 x 1.6 (dikalikan koefisien bangunan telah digunakan)= Rp. 1.920.000,00
Pasal 8Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)Yang dimaksud dengan bangunan tertutup dengan atap/dinding adalah bangunan yang kelilingnya berupa dinding atau bahan material yang bersifat tertutup dan menggunakan atap/dinding sebagai penutup bangunan.
Yang dimaksud dengan bangunan tertutup atap/dinding adalah bangunan yang kelilingnya tidak tertutup bahan material apa pun dan menggunakan atap/dinding sebagai penutup bangunan.
Pasal 9Cukup Jelas
Pasal 10Huruf a
Contoh Perhitungan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan untuk bangunan yang mengalami perubahan bentuk bangunan dari bentuk awal bangunan sebelumnya :
Misalkan A membangun rumah dengan luas 150 M2, bentuk rumah merupakan bangunan tertutup dengan atap/dinding, tinggi rumah 1 lantai, guna bangunan perumahan, letak rumah di pinggir jalan utama, kondisi bangunan permanent, dan mengalami perubahan bentuk atap dari bentuk awal bangunan setelah memiliki IMB maka perhitungan retribusinya sebagai berikut :
Retribusi IMB = 150 M2 x Rp.5000,- x 1.00 x 1.00 x 1.00 x 1.60 x 1.00 x 25 %(Perubahan bentuk 10 %)
= Rp. 300.000,00
Huruf bContoh Perhitungan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan untuk merobohkan bangunan :Misalkan A memiliki rumah dengan luas 150 M2, bentuk rumah merupakan bangunan tertutup dengan atap/dinding, tinggi rumah 1 lantai, guna bangunan perumahan, letak rumah di pinggir jalan utama, kondisi bangunan permanent, dan ingin merobohkannya, maka perhitungan retribusinya sebagai berikut :
Retribusi IMB = 150 M2 x Rp.5000,00 x 1.00 x 1.00 x 1.00 x 1.60 x 1.00 x 10%(untuk bangunan dengan luas 100 – 500 M2)
= Rp. 120.000,00
Pasal 11Cukup Jelas
Pasal 12Cukup Jelas
Pasal 13Cukup Jelas
Pasal 14Cukup Jelas
Pasal 15Cukup Jelas
Pasal 16Cukup Jelas
Pasal 17Cukup Jelas
Pasal 18Cukup Jelas
Pasal 19Cukup Jelas
Pasal 20Cukup Jelas
Pasal 21Cukup Jelas
Pasal 22Cukup Jelas
Pasal 23Cukup Jelas
Pasal 24Cukup Jelas
Pasal 25Cukup Jelas
BUPATI TELUK WONDAMA,
Cap/ttd
ALBERTH H. TOREY
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TELUK WONDAMA NOMOR 24