pemerintah kota denpasar - erepo.unud.ac.id
TRANSCRIPT
PEMERINTAHKOTA DENPASAR
lsBN 978-979-71 5-036-5
lEi"-;',-iDPtter=brullrantss
gqnfe ?g#. q-'Lrr1il'rrrrr'
[ferff{S[,) f]**'I'1.r,irnL rr , r' ,'i115, .tSft}
creaHvtrv.ddtiiofiU({eff lr'r rr , J -jrjflaf6y6j mdltbulY"Dustnflsli-wu}.effcft
" thrwrrtr
LcIlrnslluH t"
4filii"ttei-'rrtgouf0tg- i-**ftlbtrlr+'
Editor :
I Gusti Putu Anindya Putra.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN(BAPPEDA)
KELOMPOK AHLI PEMBANGUNAN201 5
A-
nsnn\
The Heart of Bali
BADAN PERENC40{AA|| PEIBAilGUilAN DAERAH, KOTA DE}'PASARJl. Maruti 8, Denpasar 80111
T1p.0361 -413357 Fax.0361 -261646hftp://denpasar.go.id email : [email protected]
rsBr{ r?t-t?t-?r5-03t-5
,ffiIilffilflLuUI
IIIi
1
Iil
Iii-{
,{t'fr,d
,fl
fl,il
{4'fi{-1
I\4enyongsong Kota Masa Depan :
Tantangan Denpasar menuju Kota Metropolitan.
I Gusti Putu Anindya putra (editor).
Cetakan 1, Tahun 2015.
Design Sampul dan penata Grafis :
I Gusti Putu Anindya putra.
Penerbit : Bappeda Kota Denpasar.Percetakan : UD. putra Adhi
Hak Cipta dilindungi oleh Undang_Undang.lsi diluar tanggung jawab percetikan.
PENGANTAR EDITOR
SAMBUTAN KETUA KELOMPOK AHLI
PEMBANGUNAN KOTA DENPASAR
SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KOTA DENPASAR
KEKUATAN KEBUDAYAAN (SOFI PO|4IER)DALAM RELASTREVOLUSI MENTAL, KOTA CERDAS DAN KEBAHAGIAANTANTANGAN KOTA DENPASAR MENUJU METROPOLITANOleh : I Wayan Geriya.........
DENPASAR KOTA METROPOLITAN: TINJAUAN DARI PERSEPEKTIFHIDROLOGI PERKOTAANOlefi: I ltyunan i,lorken
DEIPASAR SilARIT CITY KUNCI SUKSES MENYONGSONGDENPASAR PI'SAT I(OTA METROPOLITANOleh : I i,lyornan Widana Negara.
STRATEGI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN DANPERLINDUNGAN LAHAN SAWAH SUBAK MENUJU DENPASARKOTA METROPOLITAN,Oleh : lndayati Lanya
DENPASAR MENUJU KOTA HARMONI BERKELANJUTAN: MeIaIuiPembangunan Benvawasan Kependudukan.Oleh : I GustiWayan Murjana yasa
VI
viii
15
47
69
93
ASPEK LEGAL PEMBATASAN HAMARUS PERPINDAHAN PENDUDUK KE
KEPENDUDUKAN TERKAITKOTA METROPOLITAN
Oleh : Pasek Diantha
EKONOMI MARITIM: POTENSISEMAKIN METROPOLIS
TERPENDAM DI KOTA YANG
Oleh : lWayan Ramantha
MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN : ISUDAN PERMASALAHANNYAOleh : Putu Rumawan Salain
139
115
151
MENYONGSONG KOTA MASA DEPAN : DenpasarMetropolitan.Oleh : I Gusti Putu Anindya Putra
menuju Kota
173
x.
I\4enyongsong Kota Masa Depan :
Tantangan Denpasar menuju Kota Metropolitan.
I Gusti Putu Anindya putra (editor).
Cetakan 1, Tahun 2015.
Design Sampul dan penata Grafis :
I Gusti Putu Anindya putra.
Penerbit : Bappeda Kota Denpasar.Percetakan : UD. putra Adhi
Hak Cipta dilindungi oleh Undang_Undang.lsi diluar tanggung jawab percetikan.
MENYONGSONG DENPASARSEBAGAI KOTA METROPOLITAN :
ISU DAN PERMASALAHANNYA
..
Kota Denpasar menjadi kota tujuan dan harapan bagiorang-orang dengan berbagai kepentingan menjadikanKota Denpasar kota yang plural dan multi[ultur. Kemajuandan pertumbuhan kotanya juga diiringi dengan beragamnyapermasalahan seperti kumuh, sampah, banjir, macet, airbersih, pencemaran lingkungan, pendidikan, kesehatan,ruang publik, ruang terbuka hijau, tata ruang sampaidengan perkembangan arsitekturnya yang beragam.Lingkungan dan wajah kota yang diniimaii sekarang,mendatang diduga akan semakin warna warni, pada-t,gerah, dan lainnya. Akan berlangsung perang tanda danlakn1 karena berbagai kepentingan. Visi pembangunanKota Denpasar yang benruawasan budaya, setidaknyamemaknai keragaman tanpa harus kehilangan identitaslokal sebagai modal kultur dari sebuah toti. Getiat dandinamika Kota Denpasar kini hampl r 24 jam, serta sangatpadat penduduknya. Jika suatu saat jumlah pendudukn-yamencapai 1.000.000 jiwa maka Denpasar disebut sebagaikawasan metropolitan. Dengan demikian Kota DenpaJarkini berada pada selangkah menuju kota metropolitanditinjau dai sudut jumlah penduduknya.
Putu Rumawan Salain
1
MENYONGSONG DENPASAR SEBAGAI KOTA METROPOLITAN; ISU DAN PERMASALAHANNYA
Oleh Putu Rumawan Salain
Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar
e-mail : [email protected]
Abstrak
Kota Denpasar menjadi kota tujuan dan harapan bagi orang-orang dengan berbagai kepentingan menjadikan Kota Denpasar kota yang plural dan multikultur. Kemajuan dan
pertumbuhan kotanya juga diiringi dengan beragamnya permasalahan seperti kumuh, sampah, banjir, macet, air bersih, pencemaran lingkungan, pendidikan, kesehatan, ruang publik, ruang terbuka hijau, tata ruang sampai dengan perkembangan arsitekturnya yang beragam. Lingkungan da wajah kota yang dinikmati sekarang mendatang diduga akan
semakin warna warni, padat, gerah, danlainnya. Akan berlangsung perang tanda dan makna karena berbagai kepentingan. Visi pembangunan Kota Denpasar yang berwawasan budaya,
setidaknya memaknai keragaman tanpa harus kehilangan identitas lokal sebagai modal kultur dari sebuah kota.Geliat dan dinamika Kota Denpasar kini hampir 24 jam, serta sangat padat penduduknya. Jika suatu saat jumlah penduduknya mencapai 1.000.000 jiwa maka Denpasar
disebut sebagai kawasan metropolitan. Dengan demikian Kota Denpasar kini berada pada selangkah menuju kota metropolitan ditinjau dai sudut jumlah penduduknya.
PENDAHULUAN
Persoalan perkotaan adalah persoalan yang dilandasi oleh dua hal utama, penting dan
sangat mendasar yaitu antara wilayah dan manusi yang berada di wilayah tersebut. Hamparan
wilayah yang subur, datar atau betransis, memiliki pantai atau tidak, mempunyai gunung atau
tidak, memiliki sungai atau tidak danlainnya menjadi sebuah potensi pembangunan dan
pengembangan suatu kota. Deliniasi wilayah perkotaan menjadi bingkai dalam
perkembangannya.
Manusia yang bermukim diwilayah tersebut dengan segala potensi dan kelemahannya
oleh mereka diolah atas beragam keperluan dan kepentingan dengan landasan falsafah,
ideology mereka terhadap keyakinan, sesama, dan dengan alam yang dikenal dengan Tri Hita
Karana. Tri Hita Karana. Dinamika pembangunan akibat pertambahan jumlah penduduk
perubahan sector pekerjaan dari agraris menuju industry jasa diiringi oleh pengaruh dunia
khususnya dari perdagangan, transportasi, pariwisata, dan telekomunikasi berakibat makin
2
tingginya atau pesatnya perubahan. Kini Denpasar menjadi kota yang plural dan multi etnik
dengan penduduk menetap yang hampir mencapai 1.000.000 jiwa.
Jumlah penduduk yang tersebut diatas menjadikan Denpasar sebagai kota Metropolis
yang plural dan multi etnik akan membawa beragam pengaruh dan beragamnya kepentingan
dan problematic. Terbatsanya wilayah dengan jumlah yang banyak akaibat berdampak pada
kepadatan dan keterdesakan sehingga berbagai fasilitas bagi public akan menajdi salah satu
kepentingan utama. Demikian juga semakin tingginya permintaaan akan rumah, transportasi,
sekolah, kesehatan danlainnya akan bermuara pada banjir, kemacetan dan sampah serta
terdegradasinya mutu lingkungan.
Itulah berbagai perkiraan yang akan dihadapi oleh kota Denpasar, manakala jumlah
penduduknya akan mencapai 1.000.000 jiwa dan akan menjadikannya kota metropolis
beberapa tahun ke depan ini. Oleh karena itu disampaikan beberapa catatan kecil sebagai
pengingat bagi kota Denpasar menjelang menjadi kota metropolitan. Untuk kepentingan
tersebut akan diungkapkan mengenai pengertian dan perkembangan kota secara umum,
kemudian pengertian tentang kota metropolitan dan permasalahannya, selanjutnya
disampaikan secara singkat tentang evolusi kota-kota di Eropa, Amerika, Indonesia, sampai
dengan Bali, kemudian dilanjutkan dengan persoalan tentang kota Denpasar kota
metropolitan. Semuanya dibingkai dalam konteks isu dan permasalahannya dari berbagai
data yang diperoleh.
PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN KOTA
Dari sekian banyak pengertian kota , beberapa diantaranya adalah yang dikemukakan
oleh antara lain : (1).Harris dan Ullman, menyatakan bahwa kota adalah merupakan pusat
untuk permukiman dan pemanfaatan bumi oleh manusia, (2).Max Weber, menyebutkan
bahwa suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian
besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal, (3).Mayer, mengungkapkan bahwa pertama–
tama kota nampak sebagai tempat bermukimnya orang–orang disuatu tempat. Dengan
demikian kota tidak terjadi karena rumah–rumah, kantor, pertokoan, pasar, tempat ibadah,
jalan, taman, dan lain–lainnya, melainkan orang–orang yang menghuni dan menciptakan hal
tersebut. Atau dengan lain kata, kota adalah tempat dimana penduduknya tinggal
menggantungkan cita-cita dan meraih harapannya.
3
Sedangkan bila kota ditinjau dari segi manusianya, maka kota dapat dipandang sebagai
suatu sistim nilai–nilai, perasaan, kenang–kenangan, dan hubungan–hubungannya yang
secara keseluruhan bersama–sama membentuk suatu sistim atau organisasi. Budihardjo
dalam Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan disebutkan bahwa kota pada
dasarnya merupakan pengejawantahan budaya, yang oleh Rapoport diistilahkan dengan
Urban Cultural Landscape dengan beraneka ragam kharakter, sifat, kekhasan, keunikan, dan
kepribadian.
Oleh karena itu yang pertama–tama harus dipahami adalah budaya dari berbagai
kelompok masyarakat kota dan pengaruh dari tata nilai, norma, gaya hidup, kegiatan dan
simbul–simbul yang mereka anut terhadap penataan dan bentuk kota. Akan selalu terdapat
pluralisme budaya. Kota dan perkembangannya akan selalu dimotori oleh perubahan dan
pergerakan penduduknya. Oleh karenanya tata ruang kota yang terlalu ketat dan kaku tidak
bisa tanggap terhadap perubahan.
Dari data laporan Bank Dunia dinyatakan bahwa perkembangan jumlah penduduk
perkotaan di Indonesia adalah 55 juta atau sekitar 30 % dari total penduduk Indonesia ;
sedangkan laju pertumbuhan penduduk perkotaan selama 15 tahun terakhir kian meningkat,
bahkan dalam 10 tahun terakhir ini rata-rata 6 % setiap tahunnya. Dengan melihat
kecendrungan tersebut maka diperkirakan pada tahun 2000 mendatang jumlah penduduk
perkotaan akan mencapai 80 juta jiwa atau sekitar 40 % penduduk Indonesia.
Dengan cara yang sama maka jumlah penduduk perkotaan di Bali pada tahun 2000
akan menjadi 1.200.000 jiwa, dari keseluruhan penduduknya yang berjumlah 3.054.201 jiwa
( Bali Post, 2001 ; 1 ). Jumlah ini belum termasuk pertambahan jumlah penduduk tidak tetap
yang diakibatkan oleh arus urbanisasi, dan kunjungan para wisatawan dalam dan luar negeri.
Situasi semacam ini akan mempengaruhi kemampuan daya dukung suatu kota dari berbagai
aspek seperti, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lainnya. Cepat atau lambat kondisi ini akan
terasa untuk Pulau Bali yang daya dukungnya terbatas dan perlu dikaji ulang atas dasar
pengembangan kotanya secara holistik dan mendasar dari dimensi sosial don ekonomi.
PENGERTIAN KOTA METROPOLITAN
Secara umum suatu kota dikatagorikan sebagai kota metropolitan jika jumlah
penduduknya telah mencapai 1.000.000 jiwa. Jika junlah penduduk dipergunakan sebagai
batasan maka dalam beberapa t
tersebut.Akan tetapi jika dilihat dari kehidupan dan penghidupan di perkotaan Denpasar
lengkap dengan geliat fasilitas dan jaringan infrastrukturnya tampaknya warna
metropolitan telah berlangsung.
Pengertian kota metropolitan
dipetik dari sumber www.bkreatif.co.id
(diunduh 9 November 2015) disebutkan
sebagai suatu kawasan yang merupakan
aglomerasi dari beberapa kota yang
berdekatan dan terkait dalam satu
kegiatan sosial ekonomi, termasuk sarana
dan prasarana penunjangnya, dengan satu
kota utama berperan sebagai inti dari
kota-kota lainnya sebagai satelit.
Dengan demikian di masa mendatang kota Denpasar secara mandiri maupun bersam
dengan kota lainnya yang berdekatan dapat saja membentuk atau menjadi kota metropolitan.
Seperti yang sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu, Sarbagita merupakan jawaban dari
pengertian tentang kota Metropolitan.
akan menjadi kota inti yang berperan sebagai satelit bagi kota lainnya
Konsep dan penerapan kota metropiltan untuk Bali sudah diawali dengan melihat
berbagai kecendrungan yang berlangsung kawasan atau wilayah Sarbagita (Denpasar
Badung-Gianyar-Tabanan). Satu Kota dengan tiga kabupaten dirancang sebagai kawasan
kota metropolitan. Konsep yang sudah pernah diterapkan misalnya tentang TP
transportasi publik Sarbagita, dan lainnya. Walaupun k
menyentuh ke sluruh lawasan kota metropolitan Sarbagita, namun embryonya sudah
berlangsung dan wajib dilanjutkan.
Kota metropolitan dalam perkembangannya dihadapkan dengan berbagai permasalahan
yang beragam dan rumit sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk akibat migrasi, disertai
dengan kian beragamnya pertumbuhandan dinamika kota
terlambat mengantisipasi tuntutan ataupun kebutuhan masyarakatnya, khususnya dalam
batasan maka dalam beberapa tahun ke depan Kota Denpasar akan memenuhi per
tersebut.Akan tetapi jika dilihat dari kehidupan dan penghidupan di perkotaan Denpasar
lengkap dengan geliat fasilitas dan jaringan infrastrukturnya tampaknya warna
metropolitan telah berlangsung.
Pengertian kota metropolitan
bkreatif.co.id
(diunduh 9 November 2015) disebutkan
sebagai suatu kawasan yang merupakan
aglomerasi dari beberapa kota yang
berdekatan dan terkait dalam satu sistem
kegiatan sosial ekonomi, termasuk sarana
dan prasarana penunjangnya, dengan satu
sebagai inti dari
kota lainnya sebagai satelit.
Dengan demikian di masa mendatang kota Denpasar secara mandiri maupun bersam
lainnya yang berdekatan dapat saja membentuk atau menjadi kota metropolitan.
Seperti yang sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu, Sarbagita merupakan jawaban dari
pengertian tentang kota Metropolitan. Dan Kota Denpasar suka tidak suka, siap tidak siap
akan menjadi kota inti yang berperan sebagai satelit bagi kota lainnya
Konsep dan penerapan kota metropiltan untuk Bali sudah diawali dengan melihat
berbagai kecendrungan yang berlangsung kawasan atau wilayah Sarbagita (Denpasar
Satu Kota dengan tiga kabupaten dirancang sebagai kawasan
etropolitan. Konsep yang sudah pernah diterapkan misalnya tentang TP
rbagita, dan lainnya. Walaupun ke dua konsep besar tersebut belum
menyentuh ke sluruh lawasan kota metropolitan Sarbagita, namun embryonya sudah
ung dan wajib dilanjutkan.
Kota metropolitan dalam perkembangannya dihadapkan dengan berbagai permasalahan
yang beragam dan rumit sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk akibat migrasi, disertai
dengan kian beragamnya pertumbuhandan dinamika kota. DisisI lainnya pemerintah selalu
terlambat mengantisipasi tuntutan ataupun kebutuhan masyarakatnya, khususnya dalam
Model struktur ruang metropolitan.
Sumber, www.bkreatif.co.id
4
memenuhi persyaratan
tersebut.Akan tetapi jika dilihat dari kehidupan dan penghidupan di perkotaan Denpasar
lengkap dengan geliat fasilitas dan jaringan infrastrukturnya tampaknya warna-warni kota
Dengan demikian di masa mendatang kota Denpasar secara mandiri maupun bersam
lainnya yang berdekatan dapat saja membentuk atau menjadi kota metropolitan.
Seperti yang sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu, Sarbagita merupakan jawaban dari
suka tidak suka, siap tidak siap
Konsep dan penerapan kota metropiltan untuk Bali sudah diawali dengan melihat
berbagai kecendrungan yang berlangsung kawasan atau wilayah Sarbagita (Denpasar-
Satu Kota dengan tiga kabupaten dirancang sebagai kawasan
etropolitan. Konsep yang sudah pernah diterapkan misalnya tentang TPA Sarbagita,
e dua konsep besar tersebut belum
menyentuh ke sluruh lawasan kota metropolitan Sarbagita, namun embryonya sudah
Kota metropolitan dalam perkembangannya dihadapkan dengan berbagai permasalahan
yang beragam dan rumit sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk akibat migrasi, disertai
lainnya pemerintah selalu
terlambat mengantisipasi tuntutan ataupun kebutuhan masyarakatnya, khususnya dalam
Model struktur ruang metropolitan.
Sumber, www.bkreatif.co.id
5
penyediaan saran dan prasarana perkotaan seperti misalnya : air bersih, jalan, dan sanitasi.
Adapun permasalahan umum yang dihadapi perkotaan metropolitan adalah sebagai berikut:
NO PERMASALAHAN CATATAN
1 Perkembangan ekonomi yang relative cepat
tetapi cenderung terkonsentrasi di kota utama,
sedangkan kota lainnya (satelit) kurang
berkembang, dalam artian tidak cukup punya
kemampuan untuk mengimbangi
perkembangan yang terjadi di kota utama
Saat ini sekitar 30% dari total penduduk
perkotaan nasional yaitu sekitar 25 juta
tinggal di kota metropolitan dan sekitar
35% dari GNP dikontribusi oleh
perkotaan metropolitan
2 Perkembangan kota yang cepat disertai dengan
tingginya urbanisasi yang kurang seimbang
kemampuan penyediaan prasarana
mengakibatkan timbulnya daerah-daerah
kumuh
Saat ini urbanisasi sekitar 2,4% sementara
tingkat pelayanan air bersih masih sekitar
40% sedangkan air limbah baru 12%,
persampahan 60%. Sementara itu
kawasan kumuh jumlahnya sekitar
50%dari total kawsan kumuh yang ada.
3 Pengembangan infrastruktur jalan belum dapat
digunakan untuk mengarahkan perkembangan
kawasan-kawasan dan pusat-pusat permukiman
secara teratur untuk membentuk struktur kota.
Hal ini mengakibatkan inefisiensi dalam kota.
Bidang transportasi rata-rata kecepatan
pada peak hours adalah sekitar 15 km/jam
Menyebabkan tambahan cost produksi
pada produk-produk eksport sekitar 3%.
4 Penataan ruang yang belum konsisten, baik
dari sisi perencanaan, pembangunan, maupun
pengendalian pembangunannya menyebabkan
masalah polusi air sungai dan air tanah.
Saat ini tingkat BOD sungai di kota-kota
metropolitan sudah diambang batas,
Sebagai contoh Sungai Ciliwung BOD
sekitar 200mg/l.
Sumber, www.bkreatif.co.id, diunduh 9 November 2015, diolah Salain.
Empat permasalahan utama tersebut diatas yaitu: perkembangan ekonomi yang pesat,
peningkatan rumah kumuh, pengembangan inrastruktur jalan, dan belum konsistennya
penataan ruang bagi kota Denpasar merupakan bagian dari masalah yang sedang dihadapi.
Bahkan masalah tersebut juga menimbulkan masalah ikutan lainnya seperti keterbatasan air
bersih, samaph, banjir, dan kemacetan.
Tantangan global mengenai masalah perkotaan yang dihadapi dewasa ini sesuai dengan
kaiian Le Grange dan Rochford tentang " Ranking of Science and Technology Related Global
6
Problems 1996" (Budihardjo, dalam Penataan Pusat Kota 1996), menyebutkan masalah
tersebut sebagai berikut:
(1). Pengadaan Rumah Masal,
(2). Tata Guna Lahan yang Jelek,
(3). Penggunaan dan Penyalahgunaan Teknologi,
(4). Pertumbuhan Penduduk,
(5). Pasokan Air Bersih,
(6). Pencemaran Udara,
(7). Keterbatasan Energi.
Diluar ketujuh hal tersebut diatas, masih ada beberapa hal lain yang dapat
dipertimbangkan dalam pengembangan perkotaan seperti, temuan penyakit baru, senjata
muktahir untuk perang, pasokan pangan, rendahnya tingkat ilmu dan teknologi yang dikuasai
oleh para pembuat keputusan dan lain-lainnya. Budihardjo menyebutkan bahwa :
1. Kota Marxopolis, bila suatu kota terlalu didikte struktur dan bentuknya oleh pimpinan
daerah.
2. Kota Profitopolis jika yang dominan adalah struktur swasta.
3. Kota Technopolis terjadi jika yang memegang peranan kunci dalam pembangunan
kota adalah para teknolog dan rekayasawan, akan terjadi Technopolis (misanya dalam
wujud The Walking City, One Dimentional City, Floating City, Under Water City,
dan semacamnya).
EVOLUISI KOTA DI EROPA, AMERIKA, INDONESIA, DAN BALI
Evolusi kota di Eropa, Amerika, Indonesia, dan Bali memiliki latar belakang yang
sangat variatif namun tanpa melihat kurun waktu dapat dikatakan bahwa pusat kerajaan
menjadi salah satu model pertumbuhan kota di dunia, bahkan untuk Indonesia dan Bali ada
banyak kemiripannnya. Adapun evolusi kota dijelaskan sebagai berikut :
1). Kota di Eropa dan Amerika
Deskripsi kota-kota di Eropa dan Amerika di awali sejak kurun waktu Jaman Purba ,
Yunani Purba, sampai dengan pasca Revolusi Industri seperti dibawah ini.
7
KURUN WAKTU DASAR FISIK
JAMAN PURBA
(5.000-3.000 SM)
Dibangun mengitari sebuah bangunan setinggi 100 kaki dengan
istana dan bangunan umum. Suatu tembok tebal mengelilingi
seluruh kota.
JAMAN YUNANI
PURBA (500 – 400 SM)
Istana digantikan dengan tempat persidangan sebagai pusat kota.
Muncul pola Grid Iron, dengan pola jalan sejajar dan blok
perumahan dirancang untuk kemudahan pelayanan. Kota
didasarkan atas kesehatan, kemampuan penyediaan bahan makanan,
kebutuhan air dan adanya pembatasan fisik kota. Muncul gaya
Klasik.
JAMAN PERALIHAN
(ABAD VIII-XVIII)
Mulai adanya pembatasan tinggi bangunan ditandai dengan adanya
monumen dan bangunan umum. Munculnya perencanaan wilayah.
Pola kota hampir berbentuk bujur sangkar, didominasi bangunan
untuk kepentingan masyarakat,terletak di persimpangan jalan
utama. Rumah berbentuk apartemen kecil dan ada juga yang
berbentuk atrium (bagi yang kaya).
REVOLUSI INDUSTRI
(Abad XIX – Awal XX)
Transportasi merupakan fenomena baru yang menandai kelahiran
kota industri. Pembangunan fasilitas transportasi ditambahkan
diatas yang sudah ada. Mulai dikenal perencanaan modern dari
kaum reformis Patrick Geddes dengan Trinitas-nya.
PASCA REVOLUSI
INDUSTRI
Ditandai dengan konsep Garden City oleh Ebenezer Howard
Bentuk Kota Taman dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan
ditengah kota.
2). Kota Di Indonesia
Diawali dengan Jaman Hindu ketika kerajaan dipandang analog dengan pusat kota, sampai dengan kurun waktu pasca kemerdekaan dan kini sebagai berikut :
8
KURUN WAKTU DASAR FISIK
JAMAN HINDU
(5.000-3.000 SM)
Kerajaan sebagai pusat kota. Pola Grid Iron. Manca Pat merupakan bentuk wilayah perkotaan.
JAMAN PENJAJAHAN AKHIR (Abad XIX Awal abad XX) Sejarah Urbanisasi dan Modernisasi
Adanya benteng di dalam kota. Adanya kampung pribumi disekitar perumahan Belanda. Penegmbangan perencanaan modern. Berkembangnya area dagangan pasar. ( Muncul kota taman, kota kolonial, kampung verbeetering).
JAMAN REVOLUSI Stagnasi
JAMAN PASCA KEMERDEKAAN. REPELITA-KINI
Kota lama dan Kota Baru yang mempunyai dualistik. Berkembang menjadi kota besar karena meningkatnya kebutuhan fasilitas
3). Kota di Bali
Kota-kota di Bali tumbuh dan berkembang sejak jaman pra sejarah sampai dengan saat ini. Berbagai perubahan dan perkembangannya sebagai berikut :
KURUN WAKTU DASAR FISIK
JAMAN PRA SEJARAH Tidak dapat diungkap secara pasti. Ditunjukan dengan penemuan alat pertanian dan batu.
JAMAN BALI KUNO (mulai Abad ke VIII)
Pola menetap berderet , tidak teratur, batas tidak jelas. Peninggalan di Penulisan, Kintamani, Mpu Kuturan
TAHUN 1001 Mengenalkan konsep pola permukiman yang didasarkan lontar Asta Kosala –Kosali.
JAMAN PENGARUH MAJAPAHIT (Abad ke XVI)
Struktur pola menetap didasarkan lontar Hasta Bumi. Dilandasi oleh filosofi Religi dengan pola Catus Patha, konsep Tri Mandala, Sanga Mandala. Bale Banjar sebagai unit lingkungan terkecil.
9
JAMAN KEDATANGAN ORANG ASING (Sekitar Tahun 1600)
Perubahan tata letak, fungsi, bangunan dan ornamnet. Cina dengan bangunan loteng, penganut Islam dengan Mesjid, Belanda dengan bangunan Loji dan baliseering.
JAMAN REVOLUSI STAGNASI
JAMAN PASCA KEMERDEKAAN. REPELITA- KINI
Kota lama dan kota baru yang menpunyai ciri dualistik. Berkembang menjadi kota besar karena meningkatnya kebutuhan fasilitas.
KOTA DENPASAR KOTA METROPOLITAN
Terbentuknya kota-kota di Indonesia pada umumnya diawali oleh adanya kerajaan.
Misalnya, Kota Yogyakarta dan Solo di Pulau Jawa seperti yang tertulis dalam buku Sejarah
Kota Tua (2007:vii). Demikian pula, kota Badung, Jembrana, Buleleng, dan Karangasem di
Pulau Bali, dan Mataram di Pulau Lombok (Agung,2001:59-77). Kota-kota tersebut di atas
kini telah berkembang dengan pesat seiring dengan perjalanan waktu menjadi kota besar
yang padat dan heterogen serta sarat dengan berbagai fungsi dan beban.
Secara administratif Kota Denpasar menjadi Kota Daerah Tingkat II pada tahun 1992
yang lalu dengan luas 127,78 km2 (sebelum reklamasi Pulau Serangan 123,98 km2) atau
2,18 % dari luas wilayah Propinsi Bali. Batas-batas fisiknya adalah di bagian Utara, Barat
dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Badung, di bagian Timur berbatasan dengan
Kabupaten Gianyar dan Selat Lombok (Denpasar dalam Angka, 2009:1).
Kota Denpasar kini adalah sebuah kota yang terbentuk oleh karena waktu, pelaku, dan
kekuasaan yang melapisinya. Dari berbagai hasil kajian para peneliti, dapat disimpulkan
bahwa Kota Denpasar dari sudut lapisan sejarah terbentuk atas tiga periode.
Periode tersebut adalah era, 1) tradisi ”kerajaan”, 2) kolonial ”penjajahan”, dan 3)
kemerdekaan hingga kini. Dari pembabakan ini dapat dinyatakan bahwa Kota Denpasar
menampilkan sekaligus mencerminkan wajah dari ke tiga era tersebut secara utuh atau telah
tercampur. Akan tetapi cikal bakal kota Denpasar yang berawal dari tradisi atau era kerajaan
sampai dengan saat ini masih dapat ditelusuri sebagai sebuah petanda dalam perkotaan
sekaligus sebagai simbol-simbol kehidupan masa lalu.
10
Lapisan demi lapisan dari
ketiga era tersebut telah mengubah
matra ruang Kota Denpasar sebagai
gambar peta disamping.
Perbandingan luas lahan terbangun
dan tidak terbangun. Data terakhir
luas terbangun sudah mendekati 60%
(perbandingan ideal adalah 40%
terbangun dengan 60% tidak
terbangun).
Salain, dalam Isu Strategi 1 bagi Kota Denpasar menuliskan tentang dinamika
pembangunan di Kota denpasar sangatlah pesat. Cepatnya pembangunan tersebut setidaknya
berdampak pada perubahan bentang alam. Banyak sawah berubah menjadi lokasi
pembangunan perumahan, sekolah, pertokoan seperti disepanjang Jalan Teuku Umar dan
Gatot Subroto, bahkan juga menjadi pusat pemerintahan seperti yang terjadi di wilayah
Renon-Denpasar. Perubahan bentang alam tersebut untuk beraneka fungsi menampilkan pula
aneka ragam tampilan arsitektur. Berubahnya fungsi lahan persawahan karena perluasan
kota ataupun kebutuhan perumahan dan atau perdagangan. Perubahan fungsi lahan tersebut
berakibat pada semakin timpangnya perbandingan luas lahan terbangun dan tidak terbangun.
Selanjutnya ditulis pula bahwa, Kota Denpasar kini merupakan Kota dengan aktivitas
hampir 24 jam, serta sangat padat penduduknya. Data BPS tahun 2013 menyebutkan jumlah
penduduk adalah 846.200 jiwa dengan konsentrasi terpadat ada di Kecamatan Denpasar
Barat yaitu 10.062 jiwa/Km2. Jumlah penduduk yang besar dapat berupa berkah karena
dengan jumlah penduduk yang besar, pasar semakin menantang, menggairahkan, dan
menguntungkan. Namun dilain pihak dapat menjadi masalah ketika manusia semakin
terhimpit oleh ketersesakan, persaingan, dan pasti diburu waktu! Akan terjadi distorsi
terhadap ide, norma, maupun wujud fisik perkotaan.
Peta kota Denpasar dibawah ini menunjukkan bahwa masing warna menunjukkan
fungsinya. Intinya adalah pada perbandingan ruang terbangun dan tidak terbangunnya. Kini
peta tersebut tentu telah mengalami perubahan karena pesatnya peralihan fungsi dan
pertumbuhan pembangunan. Menyandang atau tanpa menyandang kota sebagai kota
Gambar Perkembangan Penggunaan Lahan Kota Denpasar
Tahun 1906-1998 Dokumen diolah dari Bappeda Kota
metropolis Denpasar telah melaju dengan berbagai permasalahan, tantangan, dan hambatan
maupun potensinya.
Peta Wilayah Administrasi Kota Denpasar
menjadikan ke empat kecamatan sebagai kota satelitnya. Sudah sejak awal harus dipersiapkan perencanaan ruang yang
mewadahi pertumbuhan dan perkembangan sehingga tidak terjadi pemusatan pertumbuhan. Pemerataan dilakukan
dengan membangun kemudahan infrastruk
pendidikan, air bersih, energy, perekonomian, dan lainnya.
Sumber: Master Plan Pendidikan Kota Denpasar, 2012
metropolis Denpasar telah melaju dengan berbagai permasalahan, tantangan, dan hambatan
Peta Wilayah Administrasi Kota Denpasar ketika menjadi kota metropolitan akan
menjadikan ke empat kecamatan sebagai kota satelitnya. Sudah sejak awal harus dipersiapkan perencanaan ruang yang
mewadahi pertumbuhan dan perkembangan sehingga tidak terjadi pemusatan pertumbuhan. Pemerataan dilakukan
dengan membangun kemudahan infrastruktur seperti transportasi, drainage, persampahan, permukiman, sarana
pendidikan, air bersih, energy, perekonomian, dan lainnya.
Sumber: Master Plan Pendidikan Kota Denpasar, 2012
11
metropolis Denpasar telah melaju dengan berbagai permasalahan, tantangan, dan hambatan
ketika menjadi kota metropolitan akan
menjadikan ke empat kecamatan sebagai kota satelitnya. Sudah sejak awal harus dipersiapkan perencanaan ruang yang
mewadahi pertumbuhan dan perkembangan sehingga tidak terjadi pemusatan pertumbuhan. Pemerataan dilakukan
tur seperti transportasi, drainage, persampahan, permukiman, sarana
12
Bila mengacu pada jumlah penduduk sebagai konsep kota metropolitan, maka ketika
penduduk kota Denpasar berjumlah 1.000.000 jiwa, dapat dibayangkan bahwa selain kota
Denpasar sebagai lokasi ibu kota Provinsi Bali, juga dapat menjadi inti dari kota Sarbagita,
dan fungsi-fungsi lainnya, akan berdampak pada jumlah penduduk siang dan malam menjadi
berbeda. Kebutuhan yang wajib dipenuhi adalah penduduk yang menetap dan penduduk yang
bergerak, total jumlah yang akan dilayani kota bisa mencapai 1,5 kalinya.
Dengan demikian kota Denpasar ketika itu harus mampu menyiapkan air bersih,
makanan, perumahan dan permukiman, pendidikan, fasilitas kesehatan, pekerjaan, listrik,
sampah, sarana dan prasarana transportasi publik, dan lain sebagainya. Berbagai tuntutan
tersebut akan berdampak pada mutu lingkungan yang menurun, banjir, keterdesakan dan
kepadatan, kemacetan, peralihan fungsi lahan, konflik sosial sampai dengan adat dan ormas
serta politik akan menjadi problem kota sehari-hari. Dinamika ini akan berpusing lebih cepat
jika pemerintah kota tidak segera berbenah terhadap berbagai peraturan yang berhubungan
dengan berbagai permasalahan kota Denpasar mendatang. Kerja sama dan pemekaran kota
dengan kabupaten sekitar (Badung, Gianyar, dan Tabanan) sudah semestinya direncanakan
dan termaktub dalam Tata Ruang sampai dengan rencana zonasi.
Mutunya mutu lingkungan dikutip dari tulisan Salain tahun 2006 yang lalu tentang
Perkembangan Tata Ruang Dan Lingkungan 2010; Suatu kajian kasus Kota Denpasar Yang
Berwawasan Budaya sebagai berikut :
Sempitnya lahan Kota Denpasar, padat dan terkonsentrasinya berbagai fungsi yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada berakibat pada meningkatnya permasalahan lingkungan. Kualitas lingkungan Kota Denpasar telah mulai tercemar ( NKLD Kota Denpasar Tahun 1999, dalam RENSTRA 2001 – 2005, hal 66 –67 ), khususnya pada air sungai, intrusi air laut, dan debu. Tercemarnya air sungai dapat disaksikan dari keasaman (ph) sungai yang telah mendekati batas maksimum yaitu 7,2 dari batas maksimum antara 5 – 9, dilampauinya ambang batas zat besi (Fe) dari standard maksimum 0,5 Mg/l menjadi 0,9 Mg/l, dilampauinya batas maksimum Chlorida dari 0, 5 Mg/l menjadi 21,5 Mg/l, serta tingginya kandungan Amonia yaitu dari batas 0,5 Mg/l menjadi 2,5 sampai dengan 9 Mg/l. Intrusi air laut telah terjadi disekitar desa/kelurahan Pedungan, Pemogan, Sesetan, Sidakarya, Sanur Kauh. Debu bahkan telah melampaui ambang batas pada Daerah Sanur, Ubung, Sesetan dan di Tohpati.
Pencemaran lingkungan tersebut jika tahun demi tahun tidak ditangani dan ketika
jumlah penduduk dan perkembangan kehidupan dan penghidupan yang kian meningkat
13
diduga pencemaran akan kian parah dan mendegradasi mutu lingkungan. Turunnya mutu
lingkungan tidak saja dapat menurunkan kualitas lingkungan alam namun yang paling
dikhawatirkan adalah turutnya mutu sumber daya manusia akibat mutu lingkungan yang
buruk. Oleh karena itu untuk mengendalikannya dibutuhkan produk hukum, kecanggihan
teknologi dan merencanakan tata ruang yang benar dan baik atau mengendalikan
pembangunan melalui pemerataan ke ke empat kecamatan.
Cepatnya pembangunan yang selalu mendahului perencanaan sudah seharusnya juga
dibarengi dengan penegakan peraturan melalui SKPD yang bertanggung jawab terhadap
tertib pembangunan, baik menyangkut ijin prinsip, ijin lokasi, ijin mendirikan bangunan,
persyaratan lingkungan sampai dengan analisa mengenai dampak lalu lintas.
Manajemen satu atap melalui pelayanan publik “sewaka dharma” dalam bidang
perijinan bangunan sudah seharusnya ditindak lanjuti dengan bantuan IT sehingga
monitoring setiap pembangunan di wilayah Kota Denpasar dapat diamati melalui monitor
dimana saja dan kapan saja, seperti yang dilakukan oleh walikota Surabaya dalam menangani
sampah maupun jaringan transportasinya.
Banyaknya permintaan perijinan saat ini diperkirakan ketika penduduk mencapai
1.000.000 dan Denpasar disebut sebagai kota metropolitan maka geliat pembangunan yang
membutuhkan perijinan pasti akan semakin meningkat. Kecepatan, akurasi, dan transparansi
proses menjadi keberhasilan utama dari sebuah kota yang pro poor, pro job, dan pro growth.
Disamping itu ke depan peran serta masyarakat seharusnya semakin bergulir dan
penting. Ketika slogan Kotaku Rumahku disampaikan makna dibaliknya menyatakan bahwa
kota ini milikku atau sebaliknya. Rasa memiliki rumah dan kota adalah makna tunggal akan
fanatisme masyarakat terhadap suatu wilayah tempat mereka tinggal yang disebut kota. Kota
metropolitan yang sangat padat, penuh ego dan individualisme, yang oleh para sosiolog
maupun planolog dinyatakan sebagai kota yang tidak ramah tidak terjadi di kota metropolitan
Denpasar.
Menurut salah satu sumber internet (www.bkreatif.co.id, diunduh 11/11/15) menuliskan
tentang strategi pengembangan kota metropolitan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan daerah dalam pengelolaan pengembangan kota yang sesuai dengan kondisi lokal dan saling bekerjasama dengan kota-kota disekitarnya dalam pengembangan inftastruktur dan penataan lingkungan dalam mendukung perkembangan ekonomi kota.
14
2. Meningkatkan peran dunia usaha dan daya saing kota melalui penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan infrastruktur kota dan ekonomj perkotaan dan wilayah.
3. Mendorong penataan kawasan untuk revitalisasi dan kelestarian lingkungan dan budaya,
4. Mendorong pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengembangan perkotaan yang berkelanjutan.
5. Mendorong pengembangan perkotaan yang saling memperkuat dan seimbang.
Ke lima strategi pengembangan kota diatas bagi kota Denpasar sudah melakukannya
dalam berbagai aktivitas, katakanlah strategi yang ke tiga yang terkait dengan penataan
kawasan untuk revitalisasi dan kelesatian lingkungan dan budaya misalnya melalui
perencanaan Denpasar Kota Pusaka, pelestarian budaya melalui berbagai program yang
dicanangkan oleh Dinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, dan lainnya.
Untuk sebuah kota metropolitan ditetapkan beberapa kriteria utama atau pendukung
utama bagi sebuah kota yaitu: taman, tangkapan air, udara, jalan, air minum, dan angkutan
umum. Rinciannya seperti yang dikutip dari sumbernya (www.bkreatif.co.id, diunduh
11/11/15) isinya sebagai berikut :
1. Luas taman sebuah kota metropolitan setidaknya 20% dari luas kotanya. 2. Tangkapan air kota metropolitan yang terdiri atas sungai, drainase, dan waduk
harus mampu menampung air hujan atau luapan dari hulu sungai agar tidak menggenangi jalan atau pemukiman penduduk.
3. Udara sebuah kota metropolitan harus dikontrol secara ketat oleh pemerintah dari dampak polusi yang dihasilkan industri dan kendaraan bermotor. Disinilah pentingnya pemerintah menjalankan uji emisi kendaraan bermotor dan pengaturan lokasi industri
4. Dari sisi jalan, sebuah kota metropolitan harus memiliki luas jalan umum sedikitnya 10% dari luas kotanya. Atau secara kualitatif jalannya sebanding dengan jumlah kendaraan bermotor dan aktivitas penduduknya. Jalan ini tentunya berkaitan dengan angkutan umum massal. Sebuah kota dikatakan metropolitan bila di situ terdapat jaringan kereta api dan jumlah angkutan umum yang memadai.
5. Penduduk yang tinggal di sebuah kota metropolitan juga harus memiliki hunian yang layak. Artinya setiap satu hektar dihuni tidak lebih dari 100 orang.
Dari kriteria utama atau pendukung utama diatas, misalnya persoalan tentang luas
taman sebuah kota metropolitan setidaknya 20% luas kotanya, maka Denpasar sebagai kota
metropolitan wajib menyediakan 20% X 127,78 km2 = 25,56 km2 untuk keperluan taman.
Jumlah luas tersebut secara eksisting tentu belum tercapai, sehingga untuk memenuhi
15
kebutuhan tersebut harus menyediakan lahan yang sulit diperoleh dan mahal harganya.
Tuntutan lainnya yang terkait dengan luas jalan umum yang 10% dari luas kotanya, itu
berarti bahwa kota Denpasar sebagai kota metropolitan wajib memiliki jalan umum seluas
12,778 km2 (luas kota eksisting 127,78 km2). Kriteria metropolitan yang memiliki publik
transport telah terjawab melalui adanya bus Sarbagita, sedangkan untuk kepentingan jaringan
kereta api sedang dilaksanakan studi awal.
Jumlah kendaraan di Bali pada Tahun 2006 jumlah 1,58 juta buah, meningkat tingi
pada Tahun 2011 dengan angka 2,35 juta unit. Dari jumlah kendaraan bermotor tersebut
separuh lebih yakni 1,9 juta unit beroperasi di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten
Badung. Jika setengahnya berada di kota Denpasar, dapat dibayangkan bahwa tingkat
kepadatan dan kemacetan dibeberapa titik berada pada ambang batas kemacetan. Selanjutnya
disuguhkan data tentang kecendrungan masyarakat menaiki bus Sarbagita sebagai publik
transport sebagai grafik dibawah ini,
Jumlah peminat bus Sarbagita masih sangat dinamis, artinya angkanya secara
signifikan tidak meningkat atau masih fluktuatif. Kini pada tahun 2015 ini diduga peminat
semakin menurun. Kondisi ini harus segera diperbaiki agar kriteria transportasi publik
menjadi syarat bagi kota metropolitan dapat terpenuhi. Dengan pola pikir yang sama,
didahului oleh adanya persyaratan dan data yang akurat kemudian dianalisis ke tiga kriteria
yang ditulis diatas dapat dipenuhi.
16
PENUTUP
Dinamika pembangunan Kota Denpasar setidaknya diawali ketika ditemukannya
prasasti Belanjong-Sanur, kemudian dilanjutkan pada era kerajaan yaitu saat Raja Puri
Kesiman menjalin kerjasama dengan Tuan Lange. Lapisan berikutnya terekam pada
peristiwa perang Puputan Badung, Museum Le Mayeur di Sanur, hingga pembangunan
gedung hotel Bali Beach (kini The Grand Bali Beach).
Pengaruh ideologi melalui politik dan ekonomi kian menguat pada era globalisasi yang
dengan deras mengubah tatanan kehidupan dan penghidupan di permukaan bumi termasuk
Bali dengan Denpasar sebagai lokasi ibu kotanya. Dengan lain kata dapat dinyatakan bahwa
modal sosial dan modal budaya sebagai aset kota Denpasar merupakan rangkaian
percampuran berbagai pengaruh. Budaya dan agama Hindu yang lues dan fleksibel melumat
beragam pengaruh budaya luar dan menjadikannya bagikan miliknya. Lahirlah berbagai
keunikan budaya urban atau kini lebih tepat disebut sebagi budaya metropolis.
Berbagai tantangan bagi kota Denpasar setelah memiliki penduduk sejumlah 1.000.000
jiwa atau yang setara dengan sebutan kota metropolis maka beberapa persoalan yang harus
ditangani secara terpadu dan berkelanjutan dalam bingkai adil dan cinta akan kedamaian
maka yang tersisa adalah persoalan kepadatan dan peralihan fungsi lahan. Ruang terbuka
total 30% akan diserbu berbagai fungsi lainnya dan sangat dikhawatirkan jika wawasan
budaya yang dijadikan visi bergeser dari kota metropolis ke kota Profitopolis karena
keberpihakan yang kuat dan dominan kepada kelompok investor, atau mungkin juga malah
berlabuh pada kota Technopolis yang mengedepankan teknologi dan rekayasa untuk
pembangunan kotanya.
Tantangan masalah perkotaan yang dihadapi dewasa ini dan akan semakin meluas dan
mendalam ketika Denpasar menjadi kota metropolitan akan menghadapi hal-hal konfliknya
kepentingan pelestarian “tradisi” dengan perkembangan pembangunan “modernisasi” dengan
berbagai difersifikasinya. Besarnya tekanan modernisasi atau pembaharuan melalui wacana
globalisasinya membuat kota Denpasar bukan hanya menjadi kota metropolis namun juga
menjadi tujuan pariwisata dunia.
Dampaknya berbagai investasi mengundang minat untuk berusaha di Denpasar yang
diikuti oleh para pencari kerja dan pemukim yang melahirkan konflik baru antara pemenuhan
keinginan dan kebutuhan serta diantara kepentingan dengan kenyataan.
17
Konflik tersebut sebagai berikut: 1). Perumahan, 2). Pendidikan, 3). Kesehatan, 4).
Kependudukan, 5). Kemacetan, 6). Banjir, 7). Sampah dan pasokan energi, 8). Peralihan
milik dan fungsi lahan, 9). Air bersih, 10). Kualitas Udara, 11). Penatan Ruang sampai
dengan 12) Perwajahan Arsitektur.
Pelik dan luasnya permasalhan yang akan dan sudah dialami oleh kota Denpasar
menjelang menjadi kota metropolis disarankan untuk lebih kencang dan ketat melangsungkan
pembangunan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Denpasar beserta ikutannya. Struktur tata ruang dengan empat kecamatan sebagai satelit dari
pusat kota harus ditindak lanjuti dalam hubungan transportasi, ekonomi, persampahan,
drainage, dan lainnya dalam satu kesatuan system. Untuk memudahkannya penggunaan jasa
satelit yang difasilitasi dengan program IT berbagai pekerjaan dapat dimonitor oleh yang
berwenang melalui telepon genggam.
Disamping dibantu dengan kecanggihan teknologi, pengawasan dan menindak para
pelanggar adalah mutlak hukumnya. Peraturan dibuat bukan untuk dilangar, melainkan wajib
dipatuhi dan dilaksanakan. Dengan demikian peran serta masyarakat menjadi kata kunci
keberhasilan membangun di kota metropolitan. Denpasar metropolitan rumahku diharapkan
menjadi spirit yang bermakna bahwa masyarakat tinggal dan beraktivitas di kota
metropolitan bagaikan dirumah sendiri tanpa meninggalkan kebersamaannya.
Daftar Pustaka
Agung, AA Putra.1998. Aktivitas Pelayaran dan Perdagangan di Bali pada Abad XIX. Dinamika Kebudayaan. Vol.01. Denpasar . Universitas Udayana.
Ardhana, I Ketut. 2005. Denpasar: Perkembangan dri Kolonial hingga Kota Wisata. Dalam Buku Kota lama Kota Baru Sejarah Kota-Kota di Indonesia. Editor, Freek Columbijn, Dkk. Ombak. Yogyakarta.
Bali Post. 2001. Jumlah Penduduk di Bali 1996 – 2000. Denpasar. Bappeda Kota Denpasar. 2011. Pusaka Budaya Kota Denpasar. Deva Communication.
Denpasar. Bappeda Kota Denpasar. 2012. Master Plan Pendidikan Kota Denpasar. Denpasar. Bappeda Kota Denpasar dan BPS. 2010. Denpasar Dalam Angka 2009. Denpasar. Bappeda Kota Denpasar dan BPS. 2013. Denpasar Dalam Angka 2012. Denpasar. Budihardjo, Eko. 1996. Penataan Pusat Kota. Materi Seminar Sehari Peluang dan Strategi dalam Pengembangan Kawasan Pusat Kota dan Permukiman Baru. Budihardjo, Eko. 1991. Architecture Conservation in Bali. Gajahmada University Press.
Yogyakarta.
18
Budihardjo, Eko. 2011. Konservasi Pusaka Budaya. Dalam Buku Rekam Jejak Arsitektur dari Perspektif Akademisi dan Praktisi Mengkritisi Perubahan. Editor Putu Rumawan Salain. PT.Cipta Paduraksa. Denpasar.
Rapoport, Amos.tt. The Meaning of The Built Environment Salain, Putu Rumawan. 2015. Upaya Meningkatkan Pemanfaatan Arsitektur Tradisional Bali
Pada Tampilan Arsitektur di Kota Denpasar. Isu Strategis 1 Kelompok Akhli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar.
Salain, Putu Rumawan. 2015. Perjalanan Waktu Kuatkan Posisi Denpasar Sebagai Kota Pusaka. Isu Startegis 1 Kelompok Akhli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar.
Salain, Putu Rumawan. 2014. Pendekatan Budaya Dalam Pengembangan Kereta Api Di Provinsi Bali. Makalah Disampaikan Dalam Rangka Dialog Publik “Menggagas Pembangunan Perkereta-Apian di Bali” Bappeda Provinsi Bali, Denpasar 24 November 2014.
Salain, Putu Rumawan. 2006. Perkembangan Tata Ruang Dan Lingkungan 2010; Suatu kajian Kasus Kota Denpasar Yang Berwawasan Budaya. Makalah. Fakultas Teknik. Universitas Udayana. Denpasar.
Internet: www.bkreatif.co.id. Pengertian Kota Metropolitan. Diunduh tanggal 9 s/d11/11/15.