pemerintah provinsi jawa timur - 2.2. aspek kesejahteraan ......kota surabaya 5,17 7,47 7,65 7,76...
TRANSCRIPT
47
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi
kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan
Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat, dan Fokus Seni Budaya
dan Olah Raga. Identifikasi terhadap ke tiga fokus utama tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
2.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
2.2.1.1.1 Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama kurun waktu 2009-2013 disajikan
pada tabel 2.26 Pada tahun 2009 PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar
Rp. 684,234 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp. 778,454 triliun pada tahun
2010, Rp. 884,144 triliun pada tahun 2011, Rp. 1.001,721 triliun pada tahun 2012
dan Rp. 1.136,330 triliun pada tahun 2013.
Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) Jawa Timur tahun
2009 meningkat dari Rp. 320,861 triliun menjadi Rp. 393,666 triliun pada tahun
2012 dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 419,430 triliun.
Berdasarkan tabel 2.26 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009
perekonomian Jawa Timur mampu tumbuh 5,01 persen, kemudian tahun
2010, tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing tumbuh sebesar 6,68
persen, 7,22 persen dan 7,27 persen, akan tetapi mengalami perlambatan
menjadi 6,55 persen pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
selama kurun waktu tersebut lebih cepat dari rata-rata nasional.
Tabel 2.26
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
Keterangan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. PDRB ADHB (Miliar Rupiah) 684.234 778.454 884.144 1.001.721 1.136.330
2. PDRB ADHK 2000 (Miliar Rupiah) 320.861 342.281 366.984 393.666 419.430
3. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55
4. Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%) 4,55 6,10 6,50 6,23 5,78
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
48
Tabel 2.27 Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 (persen)
Sektor 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 3,92 2,23 2,53 3,49 1,59
2. Pertambangan & Penggalian 6,92 9,18 6,08 2,10 3,30
3. Industri Pengolahan 2,80 4,32 6,06 6,34 5,59
4. Listrik,Gas & Air Bersih 2,72 6,43 6,25 6,21 4,74
5. Konstruksi 4,25 6,64 9,12 7,05 9,08
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,58 10,67 9,81 10,06 8,61
7. Pengangkutan & Komunikasi 12,98 10,07 11,44 9,64 10,43
8. Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan 5,30 7,27 8,18 8,01 7,68
9. Jasa-jasa 5,76 4,34 5,08 5,07 5,32
PDRB 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Dapat dilihat pada tabel 2.27 di atas, secara umum pada tahun 2013
seluruh sektor mengalami perlambatan kecuali pertambangan dan penggalian,
konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa. Sektor pertanian
mengalami perlambatan pada tahun 2010 dan mengalami percepatan sampai
dengan tahun 2012 dan kembali melambat pada tahun 2013. Industri pengolahan
yang memberikan kontribusi terbesar kedua dalam struktur PDRB Jawa Timur
mengalami percepatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, namun
mengalami perlambatan pada tahun 2013. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang berkontribusi dominan mengalami percepatan pada tahun 2009 dan 2010,
namun mengalami perlambatan pada tahun 2011 dan kembali mengalami
percepatan 10,06 persen pada tahun 2012 dan kembali melambat menjadi 8,61
persen pada tahun 2013. Situasi perekonomian global yang masih mengalami krisis
sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tercermin dari
pertumbuhan sektoralnya.
Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur secara umum
memiliki pola yang sama dengan pertumbuhan ekonomi provinsi. Pertumbuhan
tertinggi tahun 2012 dicapai oleh Kota Batu dengan pertumbuhan sebesar 8,26
persen, sedangkan terendah pada kabupaten Bojonegoro yaitu sebesar 5.82
persen, yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.28.
49
Tabel 2.28 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
Kabupaten
01. Pacitan 5,28 6,66 6,72 6,77 02. Ponorogo 5,01 5,89 6,41 6,67
03. Trenggalek 5,02 6,16 6,53 6,72
04. Tulungagung 5,25 6,65 6,88 6,99
05. Blitar 5,05 6,12 6,42 6,44
06. Kediri 4,28 6,07 6,28 6,99
07. Malang 5,02 6,57 7,35 7,56
08. Lumajang 5,04 5,94 6,35 6,47 09. Jember 5,02 6,16 7,21 7,27
10. Banyuwangi 5,06 6,26 7,14 7,29
11. Bondowoso 5,00 5,69 6,28 6,47
12. Situbondo 5,02 5,89 6,39 6,62
13. Probolinggo 5,12 6,25 6,33 6,67
14. Pasuruan 5,02 6,23 7,19 7,29
15. Sidoarjo 4,41 5,92 6,95 7,23 16. Mojokerto 5,03 6,87 7,23 7,29
17.Jombang 5,04 6,65 6,91 6,99
18. Nganjuk 5,18 6,32 6,47 6,72
19. Madiun 5,02 5,96 6,49 6,58
20. Magetan 5,02 5,81 6,18 6,51
21. Ngawi 5,05 6,19 6,20 6,67 22. Bojonegoro 6,55 10,97 9,20 5,82
23. Tuban 5,03 6,30 7,24 6,19
24. Lamongan 5,31 6,86 7,07 7,22
25. Gresik 5,96 6,89 7,39 7,43
26. Bangkalan 4,37 5,47 6,27 6,45
27. Sampang 4,27 5,40 6,14 6,19
28. Pamekasan 5,04 5,77 6,27 6,43 29. Sumenep 4,22 5,51 6,36 6,49
Kota
30. Kota Kediri 4,19 5,99 7,93 7,67
31. Kota Blitar 5,31 6,66 6,64 6,84
32. Kota Malang 5,20 6,60 7,22 7,71
33. Kota Probolinggo 5,02 6,41 6,67 6,96
34. Kota Pasuruan 5,02 5,99 6,35 6,59 35. Kota Mojokerto 5,03 6,66 6,77 7,19
36. Kota Madiun 5,22 6,97 7,29 7,88
37. Kota Surabaya 5,17 7,47 7,65 7,76
38. Kota Batu 5,90 7,16 8,17 8,26
Jawa Timur 5,01 6,68 7,22 7,27
Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur
2.2.1.1.2 Laju Inflasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
Unsur lain yang layak dipertimbangkan dalam perekonomian wilayah adalah
besarnya laju inflasi. Indikator ini pada prinsipnya menggambarkan kenaikan indek
harga konsumen di Jawa Timur. Pada periode tahun 2009 - 2013, inflasi di Jawa
50
Timur cenderung berfluktuasi dari kisaran 3,62 persen di tahun 2009 hingga 7,59
persen di tahun 2013. Nilai inflasi Jawa Timur dari tahun 2009 - 2012 lebih tinggi
dibanding dengan inflasi nasional, namun pada mulai bulan Mei tahun 2013 inflasi
Jawa Timur berada di bawah inflasi Nasional.
Gambar 2.18 Laju Inflasi Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2009 - 2013
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Tingginya inflasi pada tahun 2013 disebabkan oleh kebijakan pemerintah
(Administered Price) yang mengurangi subsidi bahan bakar minyak (sejak tanggal
22 Juni 2013) atau menaikkan harga bahan bakar minyak sebesar 40 persen. Hal
ini menimbulkan dampak secara langsung pada sektor transportasi. Selanjutnya,
menimbulkan efek domino terhadap kenaikan harga kelompok bahan makanan
dan sektor lainnya.
Gambar 2.19 Laju Inflasi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
Pada akhir tahun 2013, kebijakan pemerintah mengurangi kuota daging
impor menyebabkan spekulasi dan boikot para importir sapi, yang menyebabkan
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
51
stagnasi ketersediaan daging di pasar berkurang bahkan sempat kosong dan
pengusaha menaikkan harga sampai menyentuh harga tertinggi berkisaran Rp.
90.000 sampai dengan Rp.100.000. Inflasi juga didorong dengan adanya pengaruh
melemahnya nilai rupiah terhadap dolar yang menyentuh sampai Rp. 12.000 per 1
dolar, sehingga mempengaruhi harga terhadap barang impor maupun barang
produk yang menggunakan bahan baku impor.
Jika dilihat selama tujuh tahun terakhir (2007-2013), faktor penyebab inflasi
dari tujuh kelompok pengeluaran, kelompok Transport (Transportasi, Komunikasi,
dan Jasa Keuangan) tahun 2013 mencapai rekor inflasi tertinggi sebesar 12,60
persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi
tertinggi pada tahun 2008 sebesar 11,70 persen. Pada tahun 2010 inflasi tertinggi
terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 16,22 persen, sedangkan inflasi
tertinggi pada kelompok perumahan terjadi pada tahun 2008 sebesar 9,54 persen,
inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang terjadi pada tahun 2008 sebesar
9,66 persen, inflasi tertinggi pada kelompok kesehatan terjadi pada tahun 2008
sebesar 5,97 persen, dan inflasi tertinggi pada kelompok pendidikan terjadi pada
tahun 2007 sebesar 7,96 persen.
Apabila dilihat dari lokasi dan besaran inflasi pada tingkatan yang lebih kecil
(Kabupaten/Kota) tahun 2009 - 2013, dapat terlihat seperti pada tabel berikut :
52
Tabel 2.29 Inflasi 10 Kabupaten/Kota IHK di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009 - 2013
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013
Kab. Jember 3,66 7,09 3,36 4,49 7,21
Kab. Sumenep 2,73 6,75 4,42 5,05 6,62
Kota Kediri 3,60 6,80 4,18 4,63 8,05
Kota Malang 3,39 6,70 3,41 4,60 7,92
Kota Probolinggo 3,55 6,68 4,92 5,88 7,98
Kota Madiun 3,40 6,54 3,00 3,51 7,52
Kota Surabaya 3,39 7,33 3,44 4,39 7,52
Kab. Tulungagung 4,64 6,25 - - -
Kab. Banyuwangi 4,21 6,83 - - -
Kab. Tuban 4,24 5,98 - - -
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Pengukuran inflasi sejak tahun 2011 hanya dilakukan pada tujuh
kabupaten/kota. Sedangkan untuk tahun 2014 akan dilakukan pengukuran di
delapan kabupaten/kota; dari tujuh kabupaten/kota eksisting ditambah Kabupaten
Banyuwangi.
2.2.1.1.3 PDRB Perkapita
Kondisi perekonomian Jawa Timur menunjukkan perkembangan cukup
menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang
berada di atas rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga diikuti
dengan peningkatan PDRB per kapita Jawa Timur sebagaimana ditunjukkan pada
tabel 2.30. PDRB per kapita penduduk Jawa Timur setiap tahun mengalami
peningkatan. Pada tahun 2009 PDRB perkapita Jawa Timur mencapai Rp. 18,421
juta, kemudian meningkat menjadi Rp. 20,775 juta pada tahun 2010. Selanjutnya,
pada tahun 2011 PDRB per kapita Jawa Timur meningkat menjadi Rp. 23,760 juta
dan pada tahun 2012 mencapai Rp. 27,194 juta kemudian pada tahun 2013
meningkat lagi menjadi Rp. 29.620 juta. Hal ini merupakan satu indikasi
membaiknya kondisi perekonomian Jawa Timur.
53
Tabel 2.30 PDRB Per Kapita Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013*)
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(Miliar Rupiah) 686.848 778.566 884.144 1.001.72 1.136,33
2. Jumlah Penduduk Pertengahan
Tahun (Ribu jiwa) 37.286 37.476 37.688 38.053 38.363
3. PDRB Per Kapita (Ribu Rupiah) 18.421 20.775 23.760 27.194 29.620
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Keterangan : * ) Angka Diperbaiki
Peningkatan PDRB per kapita tersebut disebabkan pertumbuhan PDRB
ADHB jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Dengan
meningkatnya PDRB per kapita tersebut, maka secara umum mengindikasikan
bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur semakin meningkat.
2.2.1.1.4 Indeks Gini Rasio Tahun 2009-2013
Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan
membandingkan luas antara diagonal dan kurva lorenz dibagi dengan luas
segitiga di bawah diagonal, yang angkanya berkisar antara nol hingga satu. Nol
merupakan pemerataan sempurna, sedangkan satu merupakan ketimpangan
sempurna.
Tabel 2.31
Angka Gini Rasio menurut Status Wilayah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
Tahun Status Wilayah Gini Rasio
Jawa Timur Gini Rasio Nasional
2009
Kota 0,34 0,37 Desa 0,26
Kota+Desa 0,33
2010
Kota 0,36 0,38 Desa 0,26
Kota+Desa 0,34
2011
Kota 0,38 0,41 Desa 0,30
Kota+Desa 0,37
2012*)
Kota 0,37 0,41 Desa 0,30
Kota+Desa 0,36
2013**)
Kota 0,39 0,41 Desa 0,29
Kota+Desa 0,36 Sumber : BPS Prov. Jawa Timur Keterangan : *) Angka Diperbaiki
**) Angka Sementara (menunggu validasi BPS)
G < 0,3 = Ketimpangan Rendah 0,3 ≤ G ≤ 0,5 = Ketimpangan Sedang G>0,5 = Ketimpangan Tinggi
54
Tabel 2.32
Persentase Distribusi Pengeluaran Penduduk Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
Tahun 40 %
bawah
40 %
menengah
20 %
atas
(1) (2) (3) (4)
2009 19,86 37,59 42,55
2010 20,81 38,52 40,67
2011 21,09 38,57 40,34
2012 20,15 34,38 45,47
2013 19,82 34,55 45,63
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Bila mengacu pada nilai gini rasio, tingkat ketimpangan rata-rata konsumsi
per kapita di Jawa Timur 2009-2013 masih masuk dalam kategori ketimpangan
sedang (antara 0,3 – 0,5). Selama tahun 2009-2011 nilai gini rasio di Jawa Timur
menunjukkan tren kearah peningkatan, namun pada tahun 2012 terjadi penurunan
sebesar 0,01 dibandingkan tahun 2011 menjadi 0,36 dan pada tahun 2013 tidak
terjadi perubahan. Situasi tersebut, masih lebih baik bila dibandingkan angka gini
rasio nasional, sejak tahun 2009 hingga 2011 yang terus meningkat. Gini rasio
Indonesia selama tahun 2009-2013 berturut-turut adalah 0,37 (2009); 0,38
(2010); 0,41 (2011); 0,41 (2012) dan 0,41 (2013).
Secara umum gini rasio daerah perkotaan mulai tahun 2009-2012 lebih
tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Dalam kurun empat tahun terakhir gini
rasio wilayah perkotaan masuk dalam kategori sedang, sedangkan gini rasio
daerah perdesaan masuk dalam kategori rendah.
2.2.1.1.5 Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia
Bank Dunia mengukur pemerataan pendapatan dalam masyarakat dengan
pendekatan besar persentase distribusi pengeluaran penduduk suatu wilayah
berdasarkan kategori pendapatan 40 persen terbawah, 40 persen menengah dan
20 persen teratas.
Dari pengukuran pemerataan pendapatan berdasarkan versi Bank Dunia
seperti tersaji pada tabel 2.32, menunjukkan bahwa kelompok yang mempunyai
pendapatan berkategori 20 persen teratas pada tahun 2009 sebanyak 42,55
persen, dan selanjutnya mengecil masing-masing 40,67 persen (2010) ; 40,34
persen (2011); 45,47 persen (2012); dan pada tahun 2013 menjadi 45,63 persen.
55
Tabel 2.33 Indeks Williamson Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Tahun Indeks
Williamson Perubahan
(1) (2) (3)
2009 114,46 0,46520
2010 115,14 0,59409
2011* 112,68 -2,13653
2012** 112,60 -0,07100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka diperbaiki
**) Angka Sementara
Hasil penghitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa penduduk
yang berpendapatan 40 persen terbawah pada tahun 2013 sekitar 19,82
persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang berpendapatan 40
persen terbawah menikmati hasil kegiatan ekonomi sebesar 19,82 persen,
berarti ketimpangan pendapatan yang terjadi di Jawa Timur pada tahun
2013 masuk dalam kategori rendah.
2.2.1.1.6 Indeks Ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)
Salah satu indikator yang bisa membaca seberapa jauh tingkat disparitas
antar wilayah, yaitu Indeks Williamson. Semakin besar angka yang ditunjukkan
oleh Indeks Williamson berarti semakin melebar kesenjangan yang terjadi di
wilayah tersebut. Sebaliknya, semakin kecil indeks ini, semakin mengecil
kesenjangan antar wilayahnya.
Pencapaian Indeks Williamson di Jawa Timur pada empat tahun terakhir
relatif berfluktuatif, tetapi ada kecenderungan semakin membaik dalam kurun dua
tahun terakhir. Pada tahun 2009 indeks ini tercatat sebesar 114,46 selanjutnya
melebar pada tahun 2010. Selanjutnya indeks ini semakin mengecil pada tahun
2011 dan 2012 yang pencapaiannya masing-masing 112,68 dan 112,60. Adanya
jembatan Suramadu meningkatkan arus perekonomian dan transfer sosial budaya
kewilayah Madura semakin cepat.
Selain itu Jalur Lintas Selatan sangat mendukung perekonomian pada
wilayah selatan yang dulunya masih terkendala. Demikian pula daerah-daerah
yang ekonominya transportasinya bergantung pada Tol Porong yang semula
terkendala dengan adanya luapan lumpur Sidoarjo, dengan adanya jalur arteri
Porong perekonomiannya kembali normal.
56
2.2.1.1.7 Presentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan di Jawa Timur
Angka kemiskinan di Jawa Timur dari tahun 2009-2013 berturut-turut
mengalami penurunan dari 16,68 persen; 15,26 persen; 13,85 persen; 13,08
persen dan 12,73 persen.
Gambar 2.21
Prosentase Penduduk Miskin dan Penduduk Diatas Garis Kemiskinan Tahun 2009-2013
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
2.2.1.1.8 Angka Kriminalitas yang Tertangani
Berdasarkan data dari Polres Kabupaten/Kota se Jawa Timur, angka
kriminalitas yang tertangani pada tahun 2012 adalah 2,42 atau dengan kata lain
dalam satu tahun 2 sampai 3 tindak kejahatan yang terjadi diantara 10.000
penduduk dapat ditangani oleh aparat kepolisian. Apabila diperhatikan selama 3
tahun terakhir, rata-rata tindak kejahatan yang tertangani sudah di atas 53,27
persen. Hal ini sebagai bukti penanganan kriminalitas oleh aparat keamanan sudah
semakin baik.
Tabel 2.34 Tindak Kejahatan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
Tahun
Jumlah
Tindak Kejahatan
Tindak Kejahatan Yang
Tertangani
Persentase
Tindak Kejahatan Tertangani
Angka
Kriminalitas Tertangani
2009 20.363 8.976 44,08 2,41
2010 2011 2012
16.879 14.991 15.270
9.892 7.503 9.216
58,61 50,05 60,35
2,64 1,99 2,42
Sumber : Polres Kab/Kota Se Jawa Timur (2009,2012), Polda Jatim (2010-2012)
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Rakyat
Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan pembangunan
kesejahteraan masyarakat antara lain dapat diketahui melalui indikator
sebagai berikut :
57
2.2.2.1 Pendidikan
2.2.2.1.1. Angka Melek Huruf Umur 15 Tahun Keatas
Melek huruf merupakan indikator kunci dasar dan paling esensial
diantara indikator pembangunan manusia lainnya. Pentingnya indikator ini
untuk mengukur dimensi pengetahuan, maka dalam formulasi Pengukuran
Human Development Index (HDI), indikator melek huruf memiliki bobot yang
lebih besar, yaitu sebesar 2/3 dibanding rata-rata lama sekolah yang hanya
sebesar 1/3.
Tabel 2.35
Perkembangan Angka Melek Huruf di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah penduduk usia
diatas 15 tahun yang bisa membaca dan
menulis
24.492.836 24.984.639 25.077.871 25.773.409 25.230.826
2 Jumlah penduduk usia
15 tahun keatas 27.896.169 28.282.363 28.244.026 28.963.661 28.316.044
3 Angka melek huruf (Persen)
87,80 88,34 88,79 89,00 89,10
4 Angka buta Huruf
(Persen) 12,20 11,66 11,21 11,00 10,90
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Sasaran pencapaian indikator melek huruf usia 15 tahun ke atas ini
juga menjadi sasaran global dan nasional. Berdasarkan tabel 2.35 Angka
melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas di Jawa Timur, selama
kurun waktu 2009-2013 terjadi peningkatan dari 87,80 di tahun 2009 dan
menjadi 88,34 persen di tahun 2010; 88,79 persen di tahun 2011; dan
89,00 persen di tahun 2012. Pada tahun 2013 angka melek huruf
meningkat lagi menjadi 89,10 persen.
Gambar 2.22
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
58
99.6799.02 98.86 98.58 97.81
93.2290.12
82.1478.52
73.63
54.43
40
50
60
70
80
90
100
15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-64 65+
Gambar 7
Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Jawa Timur 2012. (Persen)
L P L+P
Capaian indikator ini pada tahun 2013, hanya terpaut sebesar 5.9 persen di
bawah target Pendidikan Untuk Semua (PUS) Tahun 2014. Sementara Untuk
mencapai target yang terdapat dalam RPJMN 2010-2014 Kemdiknas, perlu upaya
keras, mengingat capaian Jawa Timur pada tahun 2013 terpaut jauh yaitu sebesar
6,5 persen. Capaian melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis
kelamin, secara umum laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kalau dilihat
dari Gambar 2.22 bahwa semakin tinggi kelompok umur antara laki-laki dan
perempuan maka semakin besar pula perbedaan capaian melek huruf nya.
Capaian melek huruf laki-laki mulai kelompok umur 15-19 tahun hingga 45-
49 tahun diatas 90 persen, sedangkan pada perempuan mulai kelompok umur 15-
19 tahun hingga 35-39 tahun diatas Kondisi ini memberikan gambaran bahwa
penduduk perempuan yang buta huruf lebih banyak dibanding penduduk laki-laki.
Oleh karenanya dalam pemberantasan buta aksara di Jawa Timur maka kelompok
sasaran utama mesti lebih difokuskan pada kelompok usia 40 tahun ke atas yang
capaiannya di bawah 95 persen.
Kalau dilihat dari tabel 2.36, berdasarkan Kabupaten/Kota maka angka
melek huruf tahun 2012 di Jawa Timur yang tertinggi ada di Kota Malang yaitu
sebesar 98,3 persen dan terendah Kabupaten Sampang sebesar 70,7 persen. Jika
mengacu pada sasaran RPJMN 2012 sebagaimana pada Gambar 2.24 dapat dilihat
bahwa sebaran capaian melek huruf usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur di
kabupaten yang berwarna merah adalah prioritas pemberantasan buta huruf di
Jawa Timur, karena di wilayah tersebut masih dibawah target RPJMN 2012.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.23
59
Wilayah di Jawa Timur yang telah mencapai sasaran melek huruf dalam RPJMN
2012 sebanyak 8 Kabupaten/Kota, yaitu wilayah dengan warna hijau.
Gambar 2.24
Sebaran Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas
Menurut Kabupaten/Kota dan Capaian Terhadap Target RPJMN Kemdiknas
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 (Juni)
Tabel 2.36
Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
Jumlah penduduk
usia diatas 15 tahun yang bisa
membaca dan menulis
Jumlah
penduduk usia 15
tahun keatas
Angka melek
huruf
Kabupaten
01. Pacitan 373.358 426.801 87,5
02. Ponorogo 611.314 674.753 90,6
03. Trenggalek 489.933 529.61 92,5
04. Tulungagung 720.633 762.829 94,5
05. Blitar 785.109 858.81 91,4
06. Kediri 1.048.606 1.143.291 91,7
07. Malang 1.704.467 1.883.845 90,5
08. Lumajang 640.89 777.144 82,5
09. Jember 1.463.753 1.778.614 82,3
10. Banyuwangi 1.078.207 1.194.979 90,2
11. Bondowoso 463.374 577.866 80,2
12. Situbondo 394.822 512.577 77,0
13. Probolinggo 671.949 840.912 79,9
14. Pasuruan 1.058.708 1.164.719 90,9
15. Sidoarjo 1.485.632 1.522.964 97,5
16. Mojokerto 745.536 794.998 93,8
17. Jombang 855.477 912.817 93,7
60
Kabupaten/kota
Jumlah penduduk
usia diatas 15 tahun yang bisa
membaca dan menulis
Jumlah
penduduk usia 15
tahun keatas
Angka melek
huruf
18. Nganjuk 704.909 780.474 90,3
19. Madiun 452.852 517.736 87,5
20. Magetan 443.62 488.041 90,9
21. Ngawi 541.211 637.787 84,9
22. Bojonegoro 795.752 943.98 84,3
23. Tuban 726.246 873.128 83,2
24. Lamongan 810.204 918.933 88,2
25. Gresik 869.76 905.259 96,1
26. Bangkalan 531.208 665.031 79,9
27. Sampang 455.468 644.078 70,7
28. Pamekasan 510.66 609.762 83,7
29. Sumenep 641.745 824.473 77,8
Kota
30. Kediri 202.103 208.873 96,8
31. Blitar 98.357 101.662 96,7
32. Malang 636.712 647.468 98,3
33. Probolinggo 152.103 165.351 92,0
34. Pasuruan 135.767 140.026 97,0
35. Mojokerto 89.507 92.582 96,7
36. Madiun 129.429 133.681 96,8
37. Surabaya 2.112.947 2.160.062 97,8
38. Batu 141.081 147.745 95,5
Jawa Timur 25.773.409 28.963.661 89,0
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.37
Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
Provinsi/Kab/Kota
Angka Melek Huruf
(tahun)
2009 2010 2011 2012
Kabupaten
01. Pacitan 91,56 91,58 91,60 87,50
02. Ponorogo 85,72 85,73 87,32 90,60
03. Trenggalek 92,69 92,83 92,84 92,50
04. Tulungagung 93,50 93,55 93,58 94,50
05. Blitar 91,90 92,00 92,02 91,40
06. Kediri 92,76 92,81 92,84 91,70
07. Malang 89,54 89,55 89,59 90,50
08. Lumajang 86,30 86,32 86,56 82,50
09. Jember 83,08 83,48 83,60 82,30
10. Banyuwangi 86,48 86,66 87,36 90,20
11. Bondowoso 75,31 76,72 78,25 80,20
12. Situbondo 78,20 78,24 78,27 77,00
13. Probolinggo 77,86 78,91 80,44 79,90
14. Pasuruan 88,93 89,99 90,03 90,90
15. Sidoarjo 97,40 97,42 97,76 97,50
16. Mojokerto 94,09 94,11 94,12 93,80
17. Jombang 92,50 92,52 92,87 93,70
18. Nganjuk 90,46 90,48 91,07 90,30
61
Provinsi/Kab/Kota
Angka Melek Huruf
(tahun)
2009 2010 2011 2012
19. Madiun 88,31 89,53 89,55 87,50
20. Magetan 90,28 90,54 90,56 90,90
21. Ngawi 85,12 85,14 85,54 84,90
22. Bojonegoro 84,58 84,78 84,81 84,30
23. Tuban 85,56 85,79 85,83 83,20
24. Lamongan 86,97 87,15 88,71 88,20
25. Gresik 94,36 94,47 94,56 96,10
26. Bangkalan 82,82 82,84 82,87 79,90
27. Sampang 64,81 66,03 67,56 70,70
28. Pamekasan 80,21 80,84 81,82 83,70
29. Sumenep 78,63 78,64 78,66 77,80
Kota
30. Kediri 97,41 97,53 97,56 96,80
31. Blitar 97,23 97,24 97,27 96,70
32. Malang 97,19 97,20 97,24 98,30
33. Probolinggo 92,33 92,49 92,51 92,00
34. Pasuruan 96,14 96,41 96,43 97,00
35. Mojokerto 97,11 97,12 97,13 96,70
36. Madiun 97,75 97,79 97,80 96,80
37. Surabaya 98,00 98,06 98,07 97,80
38. Batu 97,78 98,26 98,27 95,50
Jawa Timur
Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur
2.2.2.1.2. Rata-rata Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang
pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah (mean years school/MYS)
merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang
dijalani, kelas yang diduduki. dan pendidikan yang ditamatkan. MYS bersama
dengan angka melek huruf, merupakan salah satu variabel komposit indeks
pembangunan manusia (IPM/HDI).
Gambar 2.25
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
62
9.3110
9.549.13
8.65 8.34
7.38
6.425.8
5.47
4.33
9.34
10.08
9.38.7
7.96
7.15
5.99
4.874.17
3.65
1.97
9.3210.04 9.42
8.918.3
7.73
6.66
5.655.01
4.51
2.97
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+
Gambar 10 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk Berusia 15 Tahun
Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Jawa Timur 2012
L P L+P
Berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa
Timur, selama 2009-2013 terjadi peningkatan kualitas penduduk, yaitu dari setara
kelas satu jenjang pendidikan SLTP ditahun 2009 meningkat menjadi setara kelas
dua pada jenjang pendidikan SLTP ditahun 2013. Walaupun terjadi kenaikan,
namun kenaikan tersebut relatif lambat, karena selama tahun 2009 - 2013 hanya
terjadi peningkatan sebesar 0,34 persen atau rata-rata hanya terjadi kenaikan 0,07
persen per tahunnya.
k 4
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Kalau dilihat rata-rata lama sekolah menurut kelompok umur dari sisi jenis
kelamin secara umum rata-rata lama sekolah laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Rata-rata lama sekolah penduduk di Jawa Timur tertinggi pada
kelompok usia 20-24 tahun mencapai 10,08 tahun atau setara dengan kelas satu
SLTA dan terus menurun hingga pada kelompok umur 65 tahun keatas.
Pembangunan pendidikan di Jawa Timur selama ini, membawa dampak
peningkatan capaian pendidikan tertinggi penduduk di kelompok usia 15-34 tahun
yang memiliki rata-rata lama sekolah setara lulusan SLTP. Karenanya, salah satu
upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam RPJMD 2009-2014 adalah dengan
mengakselerasi situasi ini melalui program Wajar Dikdas 12 tahun (setara SLTA).
Walaupun bobot dalam formulasi IPM rata-rata lama sekolah lebih rendah
dibandingkan melek huruf, namun dengan melakukan intervensi pada peningkatan
rata-rata lama sekolah, tentunya akan memberi pengaruh pada pencapaian melek
huruf. Bisa dipastikan wilayah dengan rata-rata lama sekolah yang tinggi, akan
memiliki tingkat melek huruf yang tinggi pula.
Gambar 2.26
63
Tabel 2.38
Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
Kabupaten/Kota (Tahun)
2009 2010 2011 2012
Kabupaten
01. Pacitan 6,71 6,90 6,94 6,96
02. Ponorogo 6,61 6,68 6,99 7,18
03. Trenggalek 7,19 7,24 7,26 7,31
04. Tulungagung 7,80 7,84 7,85 7,95
05. Blitar 7,23 7,35 7,36 7,40
06. Kediri 7,59 7,60 7,69 7,72
07. Malang 6,80 6,80 7,02 7,08
08. Lumajang 6,03 6,10 6,41 6,43
09. Jember 6,45 6,53 6,73 6,79
10. Banyuwangi 6,81 6,85 6,89 7,25
11. Bondowoso 5,49 5,54 5,66 5,94
12. Situbondo 5,99 6,18 6,19 6,22
13. Probolinggo 5,08 5,57 5,80 5,92
14. Pasuruan 6,33 6,34 6,54 6,83
15. Sidoarjo 9,78 9,84 9,85 9,92
16. Mojokerto 7,79 7,81 7,82 7,94
17. Jombang 7,76 7,77 7,84 8,04
18. Nganjuk 7,11 7,19 7,44 7,61
19. Madiun 6,96 7,38 7,39 7,44
20. Magetan 7,55 7,57 7,60 7,85
21. Ngawi 6,34 6,36 6,99 7,02
22. Bojonegoro 6,53 6,66 6,68 6,72
23. Tuban 6,22 6,41 6,49 6,53
24. Lamongan 7,03 7,19 7,46 7,59
25. Gresik 8,49 8,53 8,84 8,98
26. Bangkalan 5,13 5,16 5,30 5,74
27. Sampang 3,93 3,95 4,20 4,22
28. Pamekasan 5,73 6,11 6,32 6,32
29. Sumenep 5,20 5,63 5,64 5,71
Kota
30. Kediri 10,00 10,20 10,21 10,24
31. Blitar 9,71 9,72 9,75 9,77
32. Malang 10,82 10,83 10,84 10,87
33. Probolinggo 8,35 8,52 8,53 8,67
34. Pasuruan 8,81 8,85 8,96 9,05
35. Mojokerto 9,67 9,97 9,98 10,11
36. Madiun 10,38 10,43 10,44 10,46
37. Surabaya 9,94 9,95 10,08 10,10
38. Batu 8,34 8,51 8,52 8,54
Jawa Timur 7,20 7,24 7,34 7,45
Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur
Wujud pemerataan dan perluasan akses pendidikan Jawa Timur dilakukan
dengan cara memperluas daya tampung satuan pendidikan, memberikan
kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan
masyarakat yang berbeda secara sosial, ekonomi, gender, geografis wilayah, dan
64
2009 2010 2011 2012 2013
113.3 112.3 112.67 112.69 112.7101.7 102.09 102.12 102.15 102.22
71.43 73.7 73.78 74.21 78.21
APK SD, SMP, SMA di Jawa Timur Tahun 2009-2013
SD SMP SMA
tingkat kemampuan fisik serta intelektual. Bertambahnya Angka Rata-rata Lama
Sekolah dan Angka Melek Huruf merupakan suatu indikator kunci keberhasilan
pendidikan yang berlangsung saat ini.
2.2.2.1.3. Angka Partisipasi Kasar
Angka partisipasi kasar (APK) merupakan salah satu indikator kinerja utama
dalam melihat keberhasilan program-program pendidikan yang telah dilakukan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. APK untuk setiap jenjang pendidikan dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 2.27
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan
SD/SLTP/SLTA sederajat dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18
tahun (7-12 untuk SD sederajat, 13-15 untuk SLTP sederajat dan 16-18 untuk
SLTA sederajat, berapapun usianya yang sedang sekolah di tingkat pendidikan
tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum
di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk
mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang
pendidikan.
Sasaran Nasional APK tahun 2012, terdapat dalam dokumen Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Sasaran APK SD (termasuk
SDLB, MI, dan Paket A) sebesar 118,2 persen, SLTP/MTs/Paket B sebesar 103,90
persen, dan SLTA/SMK/MA/Paket C sebesar 79,0 persen.
Besaran APK SD di Jawa Timur tahun 2013 adalah 112,70 persen
meningkatn 0.01 poin bila dibandingkan dengan tahun 2012 adalah 112,69 persen.
Bila APK SD dalam Renstra Kemdiknas 2010-2014 digunakan sebagai dasar
65
rujukan, maka capaian APK SD Jawa Timur tahun 2013 belum mencapai sasaran
dan terpaut sebesar 5,50 persen poin. Begitu halnya dengan APK SLTP, karena
besarnya capaian APK SLTP Jawa Timur tahun 2013 sebesar 102,21 persen, masih
terpaut 1,68 persen dengan target Renstra Kemdiknas 2010-2014. Sementara
untuk APK SLTA di Jawa Timur tahun 2013 sebesar 78,21 persen, terpaut 0,79
persen di bawah sasaran APK SLTA tahun 2012 dalam Renstra Kemendiknas 2010-
2014.
Tabel 2.39
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) di Provinsi Jawa Timur 2009-2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
1 SD sederajat
1.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang
pendidikan SD/MI
4.451.717 4.426.538 4.569.814 4.488.775 4.416.241
3.1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
3.929.141 3.941.708 4.055.928 3.983.295 3.918.582
1.3. APK SD/MI 113,3 112,3 112,67 112,69 112,70
2 SMP sederajat
2.1.
Jumlah siswa yang
bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs
1.852.005 1.899.146 1.888.485 1.785.512 1.844.834
2.2. Jumlah penduduk kelompok
usia 13-15 tahun 1.821.047 1.860.266 1.849.280 1.747.931 1.804.944
2.3. APK SMP/MTs 101,7 102,09 102,12 102,15 102.21
3 SLTA sederajat
3.1.
Jumlah siswa yang
bersekolah di jenjang
pendidikan SMA/MA/SMK
1.191.452 1.231.707 1.285.830 1.343.928 1.212.488
3.2. Jumlah penduduk kelompok
usia 16-18 tahun 1.667.999 1.671.244 1.742.789 1.810.980 1.550.297
3.3. APK SMA/MA/SMK 71,43 73,7 73,78 74,21 78,21
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Pada tahun 2013 ini seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur APK SD di atas
100 persen. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa banyak anak yang sekolah
di SD umurnya diluar 7-12 tahun, dan diduga masih kurang dari 7 tahun. Begitu
pula APK SLTP juga diatas 100 persen. Karena banyak kita jumpai anak anak yang
usianya belum genap 7 tahun sudah sekolah SD dan imbasnya saat masuk SMP
usianya kurang dari 13 tahun kondisi demikian yang menyebabkan APK SD dan
SMP diatas 100 persen. Sementara APK SLTA cenderung lebih rendah, hal ini
diduga banyak anak tamatan SLTP yang tidak melanjutkan kejenjang SLTA.
Capaian APK di Jawa Timur sekolah setingkat SD tahun 2013 tertinggi
adalah Kota Blitar sebesar 141,66 persen dan yang terendah adalah Kabupaten
Sidoarjo sebesar 105,04 persen. Untuk APK SMP tertinggi adalah Kota Blitar
66
sebesar 137,31 persen dan terendah adalah Kabupaten Probolinggo sebesar 94,03
persen. Sedangkan APK sekolah setingkat SMA yang tertinggi adalah Kota Blitar
sebesar 117,52 persen dan terendah Kabupaten Sampang sebesar 48,38 persen.
Tabel 2.40
Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2013
Kabupaten/Kota APK SD APK SLTP APK SLTA
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
Kabupaten
01. Pacitan 108,24 108,25 108,43 95,75 96,32 96,49 63,53 63,62 68,06
02. Ponorogo 112,59 112,60 112,71 109,75 109,76 109,67 76,06 76,19 79,61
03. Trenggalek 120,47 120,48 120,34 103,42 103,43 103,43 69,86 69,89 74,13
04. Tulungagung 107,68 107,69 107,96 105,40 105,41 105,41 69,19 69,21 71,32
05. Blitar 104,94 104,96 105,05 99,96 99,97 99,98 62,32 62,40 66,60
06. Kediri 105,06 105,30 105,47 103,81 103,82 103,82 59,50 59,64 61,63
07. Malang 108,23 109,67 109,79 94,27 94,64 96,19 61,58 61,62 64,25
08. Lumajang 108,80 108,81 108,91 98,34 98,70 98,80 56,30 56,41 63,51
09. Jember 107,92 107,93 107,95 98,04 98,05 98,10 62,29 62,40 65,29
10. Banyuwangi 107,79 109,72 109,90 99,56 99,57 99,73 66,86 67,06 79,77
11. Bondowoso 114,21 114,21 114,24 97,97 97,99 98,01 76,79 76,81 77,97
12. Situbondo 115,29 115,29 114,70 99,11 99,12 99,12 62,76 62,79 66,72
13. Probolinggo 129,76 129,76 128,82 93,96 93,97 94,03 58,81 58,84 59,83
14. Pasuruan 111,39 112,21 112,29 97,48 98,20 98,27 80,30 80,39 84,76
15. Sidoarjo 104,63 104,64 105,04 99,38 99,39 99,40 83,91 83,97 86,77
16. Mojokerto 115,24 115,25 115,05 113,05 113,06 112,66 71,32 72,89 75,41
17. Jombang 105,57 105,59 105,78 107,85 107,86 105,04 89,38 89,53 92,50
18. Nganjuk 114,12 115,43 115,54 109,13 109,14 108,95 71,36 71,39 73,92
19. Madiun 111,65 111,66 111,79 98,08 98,39 98,43 65,66 65,86 67,57
20. Magetan 105,47 105,68 105,90 110,96 110,97 110,35 86,98 87,13 88,72
21. Ngawi 118,08 118,10 118,20 95,62 96,05 96,46 81,21 81,40 84,17
22. Bojonegoro 118,22 118,23 117,97 107,62 107,63 107,35 83,70 83,74 84,67
23. Tuban 108,85 108,86 109,02 104,65 104,66 102,52 61,36 61,44 66,44
24. Lamongan 112,30 112,37 112,66 103,05 103,06 103,64 83,72 84,53 87,45
25. Gresik 105,56 105,60 106,01 96,86 97,03 97,27 73,68 75,00 81,22
26. Bangkalan 128,71 128,72 128,28 95,46 95,50 95,57 50,33 51,14 58,34
27. Sampang 107,38 107,38 107,34 94,05 94,06 94,11 44,61 44,81 48,38
28. Pamekasan 124,02 124,03 122,99 98,81 98,82 98,85 61,76 62,07 66,87
29. Sumenep 127,14 127,14 126,18 94,09 94,10 94,17 69,87 70,09 71,62
Kota
30. Kediri 148,85 148,86 141,17 137,19 137,20 137,20 109,92 109,95 115,20
31. Blitar 159,65 159,66 141,66 137,11 137,13 137,13 116,42 116,43 117,52
32. Malang 109,51 109,59 110,41 117,54 117,55 117,55 98,26 101,19 105,78
33. Probolinggo 112,73 112,74 113,01 116,41 116,42 116,42 96,13 97,72 103,83
34. Pasuruan 114,29 114,67 115,16 125,67 125,68 125,68 101,44 101,47 103,68
35. Mojokerto 152,84 152,85 115,05 126,47 126,49 112,66 102,45 102,46 75,41
36. Madiun 142,91 142,92 134,09 121,78 121,79 121,79 101,35 101,39 106,57
37. Surabaya 109,51 109,52 109,56 110,01 110,02 110,03 93,71 100,03 104,08
38. Batu 132,89 132,90 127,44 117,30 117,32 117,32 85,70 85,77 87,07
Jawa Timur 112,67 112,69 112,70 102,12 102,15 102,22 73,78 74,21 78,21
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
67
9,0615,03
29,2720,13
20,565,95
Tdk/Belum Sekolah Tidak Tamat SDTamat SD Sederajat Tamat SLTP Sederajat
2.2.2.1.4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan
Angka pendidikan yang ditamatkan (APT) bermanfaat untuk menunjukkan
pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk
melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat
kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. APT merupakan persentase
jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut
pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan.
Gambar 2.28 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di Jawa Timur, Tahun 2012
Sumber : BPS Jawa Timur
Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur tahun 2012 sebagian besar
tamatan SD yaitu sebesar 29.27 persen dan yang menamatkan perguruan tinggi
sebesar 5.95 persen. Yang menjadi perhatian disini adalah yang tidak punya
ijazah sebesar 24.09 persen (Tidak/belum sekolah dan tidak tamat SD), jadi
hampir sekitar seperempat penduduk usia 15 tahun keatas tidak memiliki ijazah.
Tentunya hal ini menjadi perhatian yang serius untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang ada.
Jika dilihat perkembangan pertahun penduduk usia 15 tahun keatas yang
sudah menyelesaikan pendidikan SLTP keatas terus mengalami peningkatan, pada
tahun 2008 yang menamatkan pendidikan SLTP keatas sebesar 31,97 persen
menjadi 46,64 persen pada tahun 2012. Kondisi yang cukup baik ini diiringi pula
oleh menurunnya persentase penduduk yang tidak punya ijazah terus menurun,
yaitu pada tahun 2008 penduduk yang tidak punya ijazah sebesar 26,07 persen
menjadi 24,09 persen pada tahun 2012.
68
Tabel 2.41
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009 – 2012
Uraian 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5)
Laki-laki
Tidak/belumsekolah 5,49 6,11 5,59 4,91
TidaktamatSD 15,92 13,49 14,80 14,66
SD 27,27 31,81 30,50 29,81
SLTP 19,80 20,86 20,95 20,67
SLTA 24,76 22,01 22,40 23,51
PT 6,76 5,72 5,76 6,43
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
N(000jiwa) 13.460,438 13.748,067 13.701,56 14.094.534
Perempuan
Tidak/belumsekolah 14,28 15,44 13,78 13,00
TidaktamatSD 17,08 14,39 16,12 15,37
SD 26,07 30,15 28,59 28,75
SLTP 18,45 18,45 19,32 19,62
SLTA 17,97 16,54 16,86 17,76
PT 6,15 5,02 5,34 5,50
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
N(000jiwa) 14.478,659 14.534,031 14.542,47 14.869,127
Laki-laki+ Perempuan
Tidak/belumsekolah 10,05 10,91 9,80 9,06
TidaktamatSD 16,52 13,95 15,48 15,03
SD 26,65 30,96 29,51 29,27
SLTP 19,10 19,62 20,11 20,13
SLTA 21,24 19,20 19,55 20,56
PT 6,44 5,36 5,55 5,95
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
N(000jiwa) 27.939,097 28.282,098 28.244,026 28.963,661
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur
Bila dilihat per Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Kota Malang merupakan
daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang berijazah perguruan
tinggi (17,86 persen) dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Sedangkan Kabupaten
Sampang merupakan daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang
belum sekolah/ tidak tamat SD (30,81 persen). Tingkat pendidikan yang
ditamatkan penduduk akan sangat berpengaruh terhadap angka IPM, karena akan
mempengaruhi rata-rata lama sekolah yang merupakan unsur pembentuk IPM.
Tabel 2.42
Persentase Penduduk Usia 15 tahun Keatas Berdasar Ijazah Yang Dimiliki Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota Tidak/belum
sekolah Tidaktamat
SD SD SLTP SLTA PT Jumlah
Jumlah Penduduk
Kabupaten
01. Pacitan 10,49 13,39 40,15 21,2 10,7 4,08 100,00 426.801
02. Ponorogo 6,60 20,58 29,49 21,07 17,24 5,01 100,00 674.753
03. Trenggalek 4,28 15,25 39,02 23,09 13,80 4,56 100,00 529.610
04. Tulungagung 4,43 12,41 32,74 24,88 20,41 5,13 100,00 762.829
05. Blitar 6,91 16,31 34,41 22,79 15,4 4,19 100,00 858.810
06. Kediri 5,54 16,45 29,47 22,84 21,55 4,14 100,00 1.143.291
69
Kabupaten/kota Tidak/belum
sekolah Tidaktamat
SD SD SLTP SLTA PT Jumlah
Jumlah Penduduk
07. Malang 7,39 18,95 32,32 20,16 16,84 4,34 100,00 1.883.845
08. Lumajang 12,82 18,02 38,82 15,77 11,25 3,31 100,00 777.144
09. Jember 14,66 20,37 31,41 15,56 13,56 4,43 100,00 1.778.614
10. Banyuwangi 7,39 20,17 28,42 20,63 17,97 5,43 100,00 1.194.979
11. Bondowoso 12,76 27,65 30,39 12,88 11,32 5,01 100,00 577.866
12. Situbondo 18,86 22,71 26,72 14,81 12,64 4,26 100,00 512.577
13. Probolinggo 12,03 27,21 31,65 14,31 11,23 3,57 100,00 840.912
14. Pasuruan 7,62 20,18 33,77 18,21 17,67 2,56 100,00 1.164.719
15. Sidoarjo 2,02 6,46 17,8 24,73 38,13 10,87 100,00 1.522.964
16. Mojokerto 5,11 15,46 25,58 26,29 23,39 4,18 100,00 794.998
17. Jombang 5,88 12,44 27,96 25,51 23,75 4,45 100,00 912.817
18. Nganjuk 7,15 14,62 31,98 20,8 19,49 5,95 100,00 780.474
19. Madiun 9,17 16,47 28,34 20,81 20,97 4,24 100,00 517.736
20. Magetan 6,66 13,67 30,77 19,09 23,66 6,15 100,00 488.041
21. Ngawi 14,37 14,9 29,21 23,11 14,22 4,19 100,00 637.787
22. Bojonegoro 11,84 14,57 34,14 22,36 14,39 2,70 100,00 943.980
23. Tuban 13,93 14,08 34,52 20,22 14,21 3,04 100,00 873.128
24. Lamongan 8,94 15,78 26,42 23,17 19,33 6,35 100,00 918.933
25. Gresik 4,27 9,90 21,55 24,66 31,97 7,65 100,00 905.259
26. Bangkalan 21,85 13,09 39,38 12,26 9,94 3,47 100,00 665.031
27. Sampang 30,81 25,75 26,62 9,09 6,10 1,62 100,00 644.078
28. Pamekasan 15,68 17,55 33,61 15,81 13,69 3,66 100,00 609.762
29. Sumenep 25,47 17,65 31,12 12,78 10,23 2,74 100,00 824.473
Kota
30. Kediri 2,31 8,76 17,83 21,46 37,37 12,27 100,00 208.873
31. Blitar 2,21 10,36 20,13 23,56 33,06 10,68 100,00 101.662
32. Malang 2,35 5,89 16,45 18,64 38,8 17,86 100,00 647.468
33. Probolinggo 5,59 11,66 23,65 19,37 30,55 9,18 100,00 165.351
34. Pasuruan 3,17 12,04 23,19 21,31 30,02 10,27 100,00 140.026
35. Mojokerto 2,48 7,30 14,77 21,74 39,28 14,42 100,00 92.582
36. Madiun 2,23 5,79 16,16 22,02 39,95 13,85 100,00 133.681
37. Surabaya 2,91 6,44 19,83 20,67 36,37 13,77 100,00 2.160.062
38. Batu 3,53 14,14 28,3 20,34 26,6 7,09 100,00 147.745
Jawa Timur 9,25 15,58 29,01 19,97 20,30 5,88 100,00 28.963.661
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
2.2.2.1.5. Angka Partisipasi Murni (APM)
APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa
atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk
kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM
juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang
pendidikan. Seperti halnya APK, APM juga merupakan salah satu indikator
tonggak kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan
serta perluasan akses pendidikan (Renstra Kemdiknas 2010-2014). Sasaran APM
untuk SD ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar 75,40 persen.
70
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.
APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan
tertentu. APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa
atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk
kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM
juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang
pendidikan. Seperti halnya APK, APM juga merupakan salah satu indikator tonggak
kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan serta
perluasan akses pendidikan (Renstra Kemdiknas 2010-2014). Sasaran APM di
untuk SD ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar 75,40 persen.
Tabel 2.43
APM SD, SLTP, dan SLTA Jawa Timur 2009-2013 dan Sasaran APM dalam Renstra Depdiknas Tahun 2009-2013
Tahun SD SLTP SLTA
(1) (2) (3) (4)
2009 97,71 85,44 51,96
2010 97,08 85,94 53,97
2011 97,16 85,96 54,97
2012 97,23 86,07 55,94
2013 97,83 86,36 59,78
Sumber : Dinas Pendidikan Jawa Timur
Secara umum dalam empat tahun terakhir 2009-2013, terjadi peningkatan
APM di Jawa Timur untuk semua jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan SD,
angka APM berfluktuasi pada tahun 2009 hingga 2010 mengalami penurunan,
namun sejak tahun 2010 hingga tahun 2013 menunjukkan peningkatan.
Sementara APM SLTP Jawa Timur 2009-2013 terus mengalami peningkatan mulai
85,44 persen pada tahun 2009 meningkat menjadi 86,36 persen pada tahun 2013,
setiap tahunnya rata-rata naik sebesar 0,23 persen poin. Demikian halnya untuk
jenjang pendidikan SLTA, capaian APM Jawa Timur tahun 2013 sebesar 59,78
persen, meningkat 7,82 persen poin, bila dibandingkan APM tahun 2009 yaitu
51,96 persen.
Capaian APM Jawa Timur jika diukur dengan sasaran Renstra Kemdiknas
untuk SD telah melampui 1,53 persen poin sedangkan untuk SLTP melampui
sebesar 10,67 persen.
71
Tabel 2.44 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan
SMA/SMK/Paket C Per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2013
Kabupaten/Kota APM SD/Mi Paket A APM SMP/Mts/ Paket B APM SMA/SMK/Paket C
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
Kabupaten
01. Pacitan 99,46 99,47 99,49 88,87 88,88 88,91 56,72 56,79 56,92
02. Ponorogo 99,17 99,18 99,20 98,90 98,90 98,93 60,16 60,20 60,64
03. Trenggalek 97,02 97,03 97,50 85,55 85,56 85,61 54,18 54,28 56,27
04. Tulungagung 98,32 98,33 98,52 90,20 90,21 90,29 53,62 53,69 53,81
05. Blitar 94,58 94,78 94,94 83,52 83,53 83,57 44,84 45,40 50,51
06. Kediri 94,84 94,93 95,15 84,14 84,15 84,25 42,88 43,28 48,36
07. Malang 94,59 94,89 95,12 75,25 75,26 75,37 44,49 44,64 49,42
08. Lumajang 99,48 99,49 99,67 98,17 98,17 98,18 53,63 53,84 55,36
09. Jember 95,87 95,88 96,05 78,44 78,27 78,33 47,38 47,69 48,66
10. Banyuwangi 96,05 96,25 96,79 83,71 83,72 83,80 49,08 49,25 53,08
11. Bondowoso 99,02 99,03 99,04 87,76 86,60 86,63 57,64 57,66 57,72
12. Situbondo 92,98 93,00 93,40 98,65 90,84 90,85 48,08 48,44 50,96
13. Probolinggo 96,87 96,88 97,04 73,21 72,50 72,54 38,11 38,30 40,00
14. Pasuruan 94,35 94,90 95,03 91,80 91,81 91,85 55,56 55,66 61,86
15. Sidoarjo 94,07 94,26 94,59 80,86 80,87 80,90 62,54 62,57 63,30
16. Mojokerto 99,45 99,46 99,47 94,69 94,70 94,74 56,20 56,23 60,01
17. Jombang 94,25 94,35 95,26 89,36 89,37 89,42 66,24 66,25 69,60
18. Nganjuk 98,57 98,58 98,80 88,92 88,93 88,97 53,38 53,41 58,28
19. Madiun 79,12 87,72 79,12 79,13 47,35 47,39
20. Magetan 94,38 95,23 95,28 91,37 91,38 91,43 62,05 62,11 62,28
21. Ngawi 98,67 98,96 99,01 90,77 90,78 90,83 64,04 64,09 64,18
22. Bojonegoro 99,02 99,04 99,37 93,85 93,86 93,88 69,18 69,21 74,55
23. Tuban 97,57 97,59 97,77 85,93 85,94 85,99 44,60 44,83 49,50
24. Lamongan 98,46 98,92 99,35 82,32 82,33 82,83 59,49 59,50 62,59
25. Gresik 92,56 93,53 93,95 86,13 86,14 86,18 57,26 57,30 63,87
26. Bangkalan 97,21 97,22 85,25 83,68 42,76 43,29
27. Sampang 93,15 93,16 93,33 73,88 73,72 73,75 21,66 21,99 31,10
28. Pamekasan 97,97 97,98 98,01 83,98 82,02 82,06 57,59 58,74 58,87
29. Sumenep 93,42 93,44 93,84 72,48 72,32 72,39 50,88 50,91 51,03
Kota
30. Kediri 116,15 116,16 112,55 115,43 115,43 115,44 66,70 77,20 89,96
31. Blitar 146,06 146,06 128,07 114,17 114,17 114,19 88,57 88,63 94,25
32. Malang 108,30 108,31 107,92 94,38 94,39 94,51 69,31 74,70 75,74
33. Probolinggo 103,11 103,12 102,71 95,04 95,05 95,09 70,49 70,52 75,04
34. Pasuruan 106,99 107,00 107,77 101,18 101,18 101,20 93,57 93,58 93,58
35. Mojokerto 121,30 121,31 113,63 103,32 103,32 103,34 79,24 79,26 84,90
36. Madiun 130,06 130,07 126,21 103,37 103,37 103,39 74,24 75,71 77,31
37. Surabaya 98,79 98,80 98,90 94,23 94,24 94,36 67,65 73,28 87,11
38. Batu 103,92 103,93 103,08 94,98 94,99 95,04 64,52 64,65 66,41
Jawa Timur 97,16 97,23 97,83 85,96 86,07 86,36 54,97 55,94 59,78
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
72
a. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa TimurTahun 2012
Gambar 2.29
APM SD sederajat menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Capaian APM anak sekolah SD sederajat per kabupaten/kota di Jawa
Timur pada tahun 2013 menunjukkan angka yang bervariasi. Dari 38
Kabupaten/Kota di Jawa Timur, terdapat 13 wilayah yang APM SD nya
dibawah capaian provinsi dan 25 wilayah yang capaiannya di atas APM SD
provinsi.
73
APM SD tertinggi adalah di Kota Blitar sebesar 128,07 persen dan yang
terendah di Kabupaten Sampang sebesar 93,33 persen. Tingginya APM SD di
Kota Blitar kemungkinan karena banyaknya anak usia 7-12 tahun dari
Kabupaten Blitar yang bersekolah pada sekolah-sekolah di Kota Blitar, dan hal
ini juga yang menyebabkan Kabupaten Blitar APM SD nya lebih rendah dari
Kota Blitar. Hal yang sama juga terjadi pada enam wilayah kota lainnya yaitu
Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo,
Kota Madiun, Kota Batu dan Kota Kediri. Keenam kota ini APM SD nya di atas
100 persen.
b. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/Mts/Paket B Per
kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, terdapat 12 wilayah
yang APM SLTP nya di bawah capaian provinsi dan 26 wilayah yang
capaiannya di atas APM SLTP provinsi.
APM SLTP tertinggi adalah di Kota Kediri sebesar 115,44 persen dan
yang terendah di Kabupaten Sumenep sebesar 72,39 persen. Ada lima
wilayah di Jawa Timur yang APM SLTPnya diatas 100 persen, yaitu Kota Kediri,
Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Mojokerto dan Kota Pasuruan. Tingginya APM
SLTP di lima wilayah tersebut diduga karena adanya anak-anak sekolah dari
wilayah kabupaten setempat.
74
Gambar 2.30
75
c. Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur
Pada tahun 2013 APM SMA Jawa Timur sebesar 59,78 persen capaian
ini tentunya masih jauh dari yang diharapkan. Besaran APM SMA Jawa Timur
ini memberikan gambaran sekitar lima puluh persen penduduk Jawa Timur
yang berusia 16-18 tahun tidak sedang sekolah di bangku SMA.
Dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur 17 wilayah capaian APM
SMA nya dibawah capaian Jawa Timur dan 21 wilayah capaian APM SMAnya
diatas capaian Jawa Timur. APM SMA tertinggi adalah Kota Blitar sebesar
94,25 persen dan yang terendah adalah Kabupaten Sampang sebesar 31,10
persen. Besarnya selisih capaian APM SMA ini mengindikasikan adanya
ketimpangan pendidikan antar Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Gambar 2.31
76
2.2.2.2 Kesehatan
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengambarkan kondisi
kesejahteraan sosial masyarakat antara lain angka kelangsungan hidup bayi
(AKHB), usia harapan hidup, dan jumlah balita yang mengalami kasus gizi buruk.
2.2.2.2.1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Angka kelangsungan hidup bayi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan suatu daerah, terutama di sektor kesehatan. Angka
kelangsungan hidup bayi (AKHB) merupakan cermin ukuran dari angka kematian
bayi yang dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kematian bayi yang
berumur kurang dari 1 tahun dengan jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun
tertentu. Secara matematis AKHB = (1-angka kematian bayi). Angka kematian bayi
merupakan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu
setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Angka kelangsungan hidup bayi dilihat dari data kematian Per 1000
kelahiran hidup sekitar 974 pada tahun 2012. Data tersebut memberikan makna
bahwa dari 1000 kelahiran hidup terdapat 974 bayi yang mencapai usia 1 tahun.
Sementara angka kematian bayi tahun 2012 diproyeksikan menurun menjadi 25,95
Per 1000 kelahiran hidup. Dengan demikian angka kelangsungan hidup bayi
berbanding terbalik dengan angka kematian bayi. Semakin rendah angka kematian
bayi, maka semakin besar peluang kelangsungan hidup bayi. Angka kematian bayi
per 1.000 kelahiran terus menurun. Angka harapan hidup makin meningkat, dan
persentase balita dengan kasus gizi buruk terus menyusut.
Angka kematian bayi perlu terus ditekan, karena merupakan indikator
penting di bidang kesehatan, hal ini menentukan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Angka kematian bayi di Jawa Timur terus menurun, yaitu hingga 28,31 per
1.000 kelahiran.
Tabel 2.45
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
No. Indikator 2009 2010 2011 2012*)
1. Angka Kematian Bayi (AKB) 31,41 29,29 29,24 25,95
2. Angka Kelangsungan Hidup
Bayi (AKHB) 968,59 970,71 970,76 974,05
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Keterangan : *) Angka Sementara
77
2.2.2.2.2. Angka Usia Harapan Hidup
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi
pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari
suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas,
meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan
kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai
pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan
yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya
Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian
Menurut Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari
catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat
Tabel Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum
berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan
cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite.
Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh BPS RI dengan metode tidak
langsung, rata-rata AHH di Jawa Timur selama empat tahun terakhir (2009 –
2012) menunjukkan trend meningkat yaitu dari 69,15 (2009) menjadi 70,09
(2012).
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Pada umumnya kabupaten-kabupaten di wilayah “tapal kuda” seperti
Kabupaten Sampang, Probolinggo, Bondowoso, Jember, Sumenep, Bangkalan,
Pamekasan, Situbondo, dan Pasuruan memiliki usia harapan hidup yang terendah
dibandingkan dengan daerah “kulonan” (Jawa Timur bagian barat). AHH pada
wilayah “Tapal Kuda” berkisar pada angka 64 hingga 66 tahun untuk perempuan
dan 60 hingga 63 tahun untuk laki-laki. Wilayah yang memiliki usia harapan hidup
yang cukup tinggi adalah Kabupaten Tulungagung, Kota Mojokerto, Kabupaten
71.271.64 71.84 72.09
67.267.66 67.88
68.19
69.15 69.6 69.81 70.09
64
66
68
70
72
74
2009 2010 2011 2012
Gambar 2.32Angka Harapan Hidup Penduduk Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Perempuan Laki Lk + Pr
78
Pacitan, Kota Blitar dengan 74 - 75 tahun untuk perempuan dan 71,56 tahun untuk
laki-laki.
Tabel 2.46
Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Kabupaten/Kota (Tahun)
2009 2010 2011 2012
Kabupaten
01. Pacitan 71,04 71,26 71,48 71,69
02. Ponorogo 69,62 69,93 70,24 70,55
03. Trenggalek 71,36 71,62 71,87 72,13
04. Tulungagung 71,23 71,48 71,72 71,95
05. Blitar 70,66 70,88 71,09 71,30
06. Kediri 69,42 69,66 69,90 70,15
07. Malang 68,70 68,96 69,23 69,50
08. Lumajang 66,87 67,17 67,46 67,75
09. Jember 62,66 62,84 63,03 63,21
10. Banyuwangi 67,18 67,58 67,98 68,38
11. Bondowoso 62,92 63,23 63,54 63,85
12. Situbondo 63,02 63,19 63,36 63,52
13. Probolinggo 60,85 61,13 61,42 61,70
14. Pasuruan 63,70 64,01 64,31 64,61
15. Sidoarjo 70,31 70,55 70,79 71,03
16. Mojokerto 69,97 70,19 70,42 70,64
17. Jombang 69,99 70,09 70,18 70,28
18. Nganjuk 68,67 68,89 69,11 69,33
19. Madiun 68,72 68,90 69,07 69,25
20. Magetan 70,93 71,17 71,41 71,66
21. Ngawi 69,58 69,91 70,24 70,57
22. Bojonegoro 67,01 67,15 67,28 67,42
23. Tuban 67,56 67,78 68,00 68,21
24. Lamongan 68,02 68,20 68,37 68,55
25. Gresik 70,73 70,98 71,22 71,47
26. Bangkalan 63,16 63,32 63,48 63,65
27. Sampang 62,34 63,00 63,49 63,98
28. Pamekasan 63,59 63,99 64,39 64,79
29. Sumenep 64,53 64,71 64,89 65,07
Kota
30. Kediri 70,18 70,41 70,64 70,86
31. Blitar 71,95 72,23 72,51 72,80
32. Malang 69,96 70,32 70,68 70,97
33. Probolinggo 69,83 70,17 70,52 70,86
34. Pasuruan 66,33 66,37 66,41 66,46
35. Mojokerto 71,35 71,56 71,78 72,00
36. Madiun 70,81 71,01 71,22 71,42
37. Surabaya 70,71 71,01 71,27 71,53
38. Batu 69,16 69,44 69,72 70,00
Jawa Timur 69,15 69,60 69,81 70,09
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
79
2.2.2.2.3. Persentase Balita Gizi Buruk
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang
badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan
menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di
bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi
buruk.
Sumber : Survei Prevalensi Gizi 2010-2012
Persentase balita gizi buruk di Jawa Timur terus mengalami penurunan, dari
4,80 persen tahun 2007 (Riskesdas, 2007) kemudian berdasarkan hasil survei gizi
balita di Jawa Timur tahun 2010 persentasenya menjadi 4,06 persen dan pada
tahun 2011 menjadi 3,88 persen. Kemudian dari hasil survei gizi balita di Jawa
Timur tahun 2012, persentase balita bergizi buruk menjadi 2,30 persen. Hal ini
dimungkinkan karena adanya pencanangan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
(RAD-PG) tahun 2011-2015 oleh Pemprov Jawa Timur yang sesuai dengan
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
berkeadilan yang terfokus pada penurunan kemiskinan dan kelaparan.
Tabel 2.47
Persentase Gizi Balita Menurut Status Gizi dan Kabupaten/Kota
Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/Kota Gizi
Buruk Gizi
Kurang Gizi Baik
Gizi Lebih
Jumlah
Kabupaten
01. Pacitan 5,06 87,34 7,59 100,00
02. Ponorogo 1,18 7,06 88,23 3,53 100,00
03. Trenggalek 1,25 7,50 88,75 2,50 100,00
Gambar 2.33
80
Kabupaten/Kota Gizi
Buruk
Gizi
Kurang
Gizi
Baik
Gizi
Lebih Jumlah
04. Tulungagung 1,27 11,39 84,81 2,53 100,00
05. Blitar 3,33 11,11 76,67 8,89 100,00
06. Kediri 7,29 16,67 73,96 2,08 100,00
07. Malang 0,85 10,26 84,62 4,27 100,00
08. Lumajang 3,61 19,28 69,88 7,23 100,00
09. Jember 3,54 17,70 71,68 7,08 100,00
10. Banyuwangi 5,10 20,41 73,47 1,02 100,00
11. Bondowoso 6,25 25,00 65,00 3,75 100,00
12. Situbondo 7,79 24,68 62,34 5,19 100,00
13. Probolinggo 11,49 25,29 63,22 100,00
14. Pasuruan 8,79 25,27 60,45 5,49 100,00
15. Sidoarjo 2,97 9,90 80,20 6,93 100,00
16. Mojokerto 2,35 7,06 85,88 4,71 100,00
17. Jombang 2,17 18,48 76,09 3,26 100,00
18. Nganjuk 4,76 13,10 80,95 1,19 100,00
19. Madiun 1,32 18,42 76,31 3,95 100,00
20. Magetan 2,35 14,12 74,12 9,41 100,00
21. Ngawi 4,60 11,49 77,01 6,90 100,00
22. Bojonegoro 4,60 17,24 78,20 1,15 100,00
23. Tuban 3,41 19,32 73,74 3,41 100,00
24. Lamongan 3,53 20,00 76,43 2,35 100,00
25. Gresik 1,22 12,20 75,65 8,54 100,00
26. Bangkalan 3,61 27,71 67,47 4,82 100,00
27. Sampang 25,32 72,15 2,53 100,00
28. Pamekasan 15,00 76,36 100,00
29. Sumenep 8,64 23,46 68,67 3,70 100,00
Kota
30. Kediri 4,17 11,11 75,19 6,94 100,00
31. Blitar 6,76 5,41 87,93 5,41 100,00
32. Malang 1,25 10,00 79,40 3,75 100,00
33. Probolinggo 6,85 13,70 79,56 2,74 100,00
34. Pasuruan 4,00 16,00 81,33 2,67 100,00
35. Mojokerto 10,14 84,06 5,80 100,00
36. Madiun 7,04 82,88 8,45 100,00
37. Surabaya 1,63 15,45 69,84 11,38 100,00
38. Batu 3,33 14,44 79,78 2,22 100,00
Jawa Timur 3,56 15,41 76,39 4,64 100,00
Sumber : Survey Prevalensi Gizi Balita Tahun 2012
2.2.2.3 Ketenagakerjaan
2.2.2.3.1. Rasio Penduduk Yang Bekerja
Gambaran situasi ketenagakerjaan secara Nasional dapat diperoleh dari
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan secara
triwulanan sejak tahun 2011. Data ketenagakerjaan per triwulanan pada umumnya
dapat menjelaskan kondisi ketenagakerjaan yang bersifat musiman. Hal ini
dikarenakan sebagian besar tenaga kerja di Jawa Timur khususnya dan Indonesia
81
pada umumnya masih bertumpu pada sektor Pertanian yang banyak dipengaruhi
oleh perubahan iklim.
Pada triwulan ketiga 2012, situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur masih
relatif membaik meskipun hubungan industrial antara pengusaha dan buruh belum
harmonis, terutama dengan adanya tuntutan buruh yang terkait dengan
penentuan upah minimum kabupaten/kota (UMK), upah minimum sektoral (UMS)
dan penghapusan sistem outsourching. Jumlah pekerja di Jawa Timur pada
Agustus 2012 tercatat sebanyak 19,081 juta orang atau meningkat 141.655 orang
dibandingkan Agustus 2011. Sementara jumlah angkatan kerja di Jawa Timur
mengalami peningkatan 139.672 orang yaitu dari 19,761 juta orang tahun 2011
menjadi 19,901 juta orang pada tahun 2012. Sedangkan kondisi tahun 2013
(Februari), jumlah angkatan kerja mencapai 20.095 juta orang dengan jumlah
pekerja sebanyak 19.291. Dengan demikian peningkatan jumlah pekerja menjadi
tidak signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Hal
ini dapat menggambarkan bahwa kompetisi diantara angkatan kerja semakin
ketat.
Gambar 2.34
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan dan Pekerja di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013 (Jutaan Orang)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan
kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus
diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan
demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi,
kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya
lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja
dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian,
keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for labour)
82
adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan
kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja
dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Rasio penduduk yang
bekerja pada tahun 2012 sebesar 95,16 persen yang berarti bahwa dari 100 orang
jumlah angkatan kerja, terdapat 96 orang diantaranya terserap dalam lapangan
pekerjaan yang tersedia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 0,54 persen
poin dibandingkan tahun 2011.
Tabel 2.48
Rasio Penduduk Yang Bekerja Menurut kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
Kabupaten
01. Pacitan 97,09 106,51 118,85 84,02
02. Ponorogo 90,29 106,96 100,42 91,25
03. Trenggalek 94,90 101,45 104,04 86,64
04. Tulungagung 95,53 104,34 101,28 91,50
05. Blitar 93,51 100,12 98,20 90,66
06. Kediri 89,08 96,05 92,85 95,40
07. Malang 97,16 94,96 92,61 94,65
08. Lumajang 94,25 105,56 88,84 99,32
09. Jember 94,95 102,50 93,54 102,87
10. Banyuwangi 95,53 98,73 97,07 90,41
11. Bondowoso 91,95 96,29 101,37 94,85
12. Situbondo 95,55 100,23 98,72 95,61
13. Probolinggo 93,74 97,57 103,77 88,43
14. Pasuruan 93,94 95,50 95,84 94,37
15. Sidoarjo 88,90 82,19 90,05 99,56
16. Mojokerto 92,29 94,85 95,54 95,15
17. Jombang 92,57 106,45 93,31 98,68
18. Nganjuk 91,81 107,34 89,27 98,94
19. Madiun 94,18 95,05 91,28 96,32
20. Magetan 92,07 97,44 111,75 91,65
21. Ngawi 85,86 105,34 94,88 103,13
22. Bojonegoro 94,52 103,23 91,81 97,69
23. Tuban 92,54 96,19 96,11 101,03
24. Lamongan 94,51 103,82 90,51 98,28
25. Gresik 92,38 93,98 88,51 104,98
26. Bangkalan 87,83 104,16 93,89 91,54
27. Sampang 93,71 105,68 103,75 84,73
28. Pamekasan 94,04 104,79 105,77 84,57
29. Sumenep 96,61 99,46 102,97 87,69
Kota
30. Kediri 92,16 92,01 89,01 95,90
83
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
31. Blitar 90,18 96,57 90,92 99,48
32. Malang 86,59 95,37 83,90 97,84
33. Probolinggo 88,07 126,81 74,17 87,02
34. Pasuruan 84,14 102,11 81,38 95,37
35. Mojokerto 87,00 91,01 90,13 91,48
36. Madiun 86,63 87,85 87,78 102,31
37. Surabaya 91,13 93,79 84,44 98,56
38. Batu 86,23 97,89 93,13 92,94
Jawa Timur 92,84 98,86 94,62 95,16
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas dan Susenas Tahun 2008-2012
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga
Pembangunan seni dan Budaya pada dasarnya ditujukan untuk melestarikan
dan mengembangkan seni dan budaya daerah serta mempertahankan jati diri dan
nilai-nilai budaya daerah tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan
pengaruh negative budaya global. Pembangunan seni dan budaya ditujukan untuk
memperkuat jati diri masyarakat seperti solidaritas social, rasa kekeluargaan,
semangat gotong royong, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa daerah.
Melalui pengembangan seni dan budaya daerah diharapkan dapat
mempertahankan serta mengembangkan potensi kearifan lokal dalam kehidupan
masyarakat.
Urusan seni, budaya dan olahraga tidak menujukkan gejala yang
mengkhawatirkan. Semua masih berjalan dalam koridor yang tepat. Hanya perlu
dijaga tren positif dan pengoptimalan segala potensi yang dipunyai Jawa Timur
dalam konteks seni-budaya maupun olahraga, sehingga Pemerintah Jawa Timur
perlu terus meningkatkan penyediaan ruang bagi tumbuh berkembangnya bidang
seni dan Olah Raga, antara lain fasilitas olahraga, dan sanggar-sanggar seni bangi
masyarakat.
2.2.3.1 Kebudayaan
2.2.3.1.1. Jumlah Grup Kesenian
Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan
yang luar biasa sehingga merupakan sesuatu yang elok atau indah. Kebutuhan
akan seni budaya merupakan kebutuhan manusia yang lebih tinggi diantara urutan
kebutuhan lainnya. Seni budaya berkaitan langsung dengan kesejahteraan,
keindahan, kebijaksanaan, ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses
84
evolusi manusia untuk makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
itu, seni budaya akan berkembang apabila masyarakat makmur dan sejahtera.
Pengembangan kebudayaan di Jawa Timur pada dasarnya
merupakan upaya dalam rangka mewujudkan jati diri dan karakter bangsa
yang tangguh, berbudi luhur, toleran dan beraklaq mulia. Upaya ini
dilakukan melalui peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat
terhadap nilai-nilai dan keragaman budaya, revitalisasi dan pelestarian seni
budaya. Berdasarkan data dari dinas/instansi terkait bahwa jumlah
kelompok/group kesenian pada tahun 2012 sebanyak 2.794 group dan
meningkat menjadi 3.050 group pada tahun 2013.
Tabel 2.49
Organisasi/Grup Kesenian Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
Kabupaten/Kota Organisasi/Grup Kesenian
Tari Teater Lukis
Kabupaten
01. Pacitan 8 1 -
02. Ponorogo 15 3 1
03. Trenggalek 36 2 -
04. Tulungagung 307 46 3
05. Blitar 57 21 -
06. Kediri 15 6 5
07. Malang 750 376 4
08. Lumajang 57 19 3
09. Jember 16 29 2
10. Banyuwangi 47 34 -
11. Bondowoso 5 8 3
12. Situbondo 13 - 11
13. Probolinggo 6 2 -
14. Pasuruan 12 - -
15. Sidoarjo 1 37 47
16. Mojokerto 4 2 -
17. Jombang 17 26 1
18. Nganjuk 6 2 2
19. Madiun 16 16 5
20. Magetan 26 27 3
21. Ngawi 17 25 -
22. Bojonegoro 40 60 1
23. Tuban 7 8 20
24. Lamongan 16 11 1
25. Gresik 2 1 3
26. Bangkalan - 2 5
27. Sampang 5 2 3
85
Kabupaten/Kota Organisasi/Grup Kesenian
28. Pamekasan 1 2 5
29. Sumenep 10 23 -
Kota
30. Kediri 100 6 1
31. Blitar 36 12 6
32. Malang 113 27 -
33. Probolinggo 7 5 2
34. Pasuruan 6 3 -
35. Mojokerto 11 5 8
36. Madiun 1 - -
37. Surabaya 83 52 13
38. Batu 112 10 -
Jawa Timur 1,981 911 158
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
2.2.3.1.2. Jumlah Gedung
Gedung budaya dan seni adalah sebuah tempat atau bangunan yang
mempunyai fungsi sebagai arena atau ajang pertunjukan kebolehan, bakat dalam
bidang seni dan budaya bangsa. Contoh budaya bangsa seperti tari remo, lukisan
atau seni–seni yang lainnya. Berdasarkan data dari dinas terkait jumlah gedung/
sarana penyelenggara kesenian di Jawa Timur berjumlah 1260 gedung pada tahun
2011 dan tidak mengalami perubahan pada tahun 2012.
2.2.3.2 Pemuda dan Olah Raga
2.2.3.2.1. Jumlah klub olah raga
Pengertian klub olah raga adalah perkumpulan yang menyelenggarakan
kegiatan di bidang olahraga bagi para anggotanya guna peningkatan prestasi
maupun dengan tujuan lain yaitu menjaga kesehatan. Seiring dengan tumbuhnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya berolahraga baik untuk prestasi maupun
menjaga kesehatan, maka klub-klub olahraga pun semakin diminati, terutama di
daerah perkotaan. Selain itu, keberadaan klub-klub olahraga memberikan
kontribusi peningkatan prestasi olah raga regional dan nasional baik yang bersifat
amatir maupun profesional. Oleh karena itu jika prestasi olahraga semakin baik
maka semakin harum dan terpandang suatu daerah/negara, hal ini juga menjadi
salah satu indikator keberhasilan pimpinan daerah/Negara tersebut. Beberapa klub
olahraga yang kini banyak diminati antara lain klub sepak bola, bulu tangkis, bola
volley, bola basket, bersepeda, futsal, dan lain-lain.
86
Berdasarkan data dari Dinas Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten/Kota
Se Jawa Timur terdapat 7.171 klub olahraga di tahun 2011 yang terdiri dari klub
sepak bola, bulu tangkis, bola volley, bola basket dan lainnya. Pada tahun 2012
jumlah klub olah raga meningkat menjadi 7.864 klub. Jumlah klub terbanyak baik
tahun 2011 dan 2012 adalah klub bola volley. Sedangkan yang mengalami
kenaikan terbesar adalah cabang olah raga sepak bola naik 260 klub.
2.2.3.2.2. Jumlah gedung olah raga
Sekarang ini, kegiatan olahraga bukan saja untuk menjaga kesehatan dan
kebugaran tubuh, tetapi juga merupakan salah satu hiburan bagi para peminat
olahraga sekaligus mempererat hubungan sosialisasi masyarakat dengan
lingkungan sekitarnya. Dengan berkembangnya dunia olahraga, maka semakin
banyak peminat olahraga dan muncul klub-klub olahraga, sehingga memacu
diadakannya kompetisi olahraga.
Untuk memenuhi kebutuhan akan sarana latihan dan pertandingan olahraga
maka perlu adanya sarana gedung yang dapat dipergunakan untuk berbagai
macam jenis olahraga. Walaupun banyak juga olahraga yang bisa dilakukan di
luar gedung, akan tetapi keberadaan gedung olahraga jelas-jelas sangat
dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya kegiatan olahraga. Gedung
olahraga terutama diperuntukkan bagi olahraga yang sudah sangat umum dan
digemari oleh masyarakat, seperti badminton, bola basket, bola voli, tenis meja,
dan futsal yang saat ini sedang meningkat penggemarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun dari dinas/instansi terkait Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota pada tahun 2012 jumlah stadion sebanyak 59, lapangan
sepakbola 1.824, hall serbaguna 113 dan kolam renang sebanyak 256, sedangkan
pada tahun 2013 sebanyak 59 stadion, kolam renang 247, hall serbaguna 113 dan
lapangan sepak bola sebanyak 1824.
Tabel 2.50
Sarana dan Prasarana Olahraga Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
Kabupaten/Kota Stadion Lapangan
Sepakbola
Hall
Serbaguna Kolam
Renang
Kabupaten
01. Pacitan 2 22 1 4
02. Ponorogo 1 17 1 15
03. Trenggalek 1 28 1 5
04. Tulungagung 1 1 0 1
87
Kabupaten/Kota Stadion Lapangan
Sepakbola
Hall
Serbaguna Kolam
Renang
05. Blitar 1 105 1 13
06. Kediri 3 26 3 2
07. Malang 2 181 3 2
08. Lumajang 7 26 6 3
09. Jember 4 40 10 15
10. Banyuwangi 2 26 0 23
11. Bondowoso 1 8 1 4
12. Situbondo 1 18 1 3
13. Probolinggo 1 48 5 6
14. Pasuruan 2 96 0 8
15. Sidoarjo 2 55 9 15
16. Mojokerto 1 90 3 2
17. Jombang 1 10 1 30
18. Nganjuk 5 200 2 4
19. Madiun 1 199 0 6
20. Magetan 1 18 0 5
21. Ngawi 1 21 1 4
22. Bojonegoro 1 32 7 9
23. Tuban 1 2 0 3
24. Lamongan 1 167 9 2
25. Gresik 1 111 4 3
26. Bangkalan 1 20 1 1
27. Sampang 1 14 1 4
28. Pamekasan 1 10 1 2
29. Sumenep 1 15 1 0
Kota
30. Kediri 1 56 7 3
31. Blitar 1 20 25 3
32. Malang 1 21 1 10
33. Probolinggo 1 10 2 2
34. Pasuruan 1 40 0 9
35. Mojokerto 1 2 1 1
36. Madiun 1 4 1 7
37. Surabaya 2 56 2 10
38. Batu 1 9 1 8
Jawa Timur 59 1824 113 247
Sumber : Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur